BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia secara umum saat ini masih mengalami banyak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia secara umum saat ini masih mengalami banyak"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia secara umum saat ini masih mengalami banyak masalah. Masalah tersebut menyangkut banyak faktor yang terkait dengan pendidikan, diantaranya berkaitan dengan kurikulum, sarana dan prasarana, pengelolaan maupun kebijakan pendidikan. Salah satu permasalahan pendidikan tersebut diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Secara lebih jelas masalah pendidikan tersebut khususnya pendidikan dasar meliputi beberapa faktor seperti dikemukakan oleh Wasliman, Iim dalam modulnya yang berjudul Problematika Pendidikan Dasar (2007 : 21) bahwa, Masalah-masalah tersebut meliputi : 1) Pemerataan, 2) Mutu, 3) Relevansi, 4) Efisiensi dan 5) Masih lemahnya manajemen/pengelolaan pendidikan. Dari masalah-masalah tersebut peneliti hanya memfokuskan perhatian khusus pada masalah mutu pendidikan, yang sampai saat ini mutu pendidikan Indonesia masih sangat rendah. Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari prestasi atau hasil belajar siswa seperti dikemukakan oleh Wasliman, Iim (2007 : 23), bahwa : Indikator rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari prestasi siswa. 1) Menurut laporan Bank Dunia anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30 % dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. 2) Hasil studi The Third International Mathematic and Science Studi-Repeat- TIMSS-R, 1999 (IEA,1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke -32 untuk IPA, ke-34 untuk matematika. 3) Menuurut survey Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. 1

2 Kutipan di atas menggambarkan bahwa anak-anak di Indoensia masih rendah dalam kemampuan penalaran. Kenyataan ini merupakan konsekuensi dari 2 pembelajaran sebelumnya yang masih berpusat pada guru. Kemampuan penalaran ini merupakan kemampuan kumulatif dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Kemampuan kumulatif ini akan berkembang bila proses pengembangan potensi siswa dilakukan melalui pengalaman langsung, yaitu melalui proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa serta mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengalaman hidup sehari-hari. Masalah rendahnya mutu pendidikan, tidak akan lepas dari masalah rendahnya kualitas guru itu sendiri. Masalah rendahnya kualitas guru, akan memberikan dampak langsung terhadap kualitas pembelajaran. Sedangkan prestasi siswa sebenarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan tidak bisa mengabaikan perhatian terhadap peningkatan kualitas guru dan pembelajarannya. Terkait kualitas pembelajaran, maka sangat erat hubungannya dengan pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran dan taktik pembelajaran. Dalam hubungannya dengan kurikulum yang sedang digunakan sekarang yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang secara jelas memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan termasuk guru di dalamnya untuk membentuk kompetensi siswa sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Berdasarkan uraian ini, peneliti memandang bahwa kreativitas satuan pendidikan termasuk kreativitas guru dalam mengimplementasikan kurikulum pada kegiatan

3 3 pembelajaran sangat menentukan ketercapaian target kurikulum. Berbicara pembelajaran, artinya berbicara tentang pendekatan, model, strategi, metode, teknik sampai pada yang lebih individual yaitu taktik dalam mengajar. Sebuah pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa apabila disajikan dengan pendekatan, strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik materi tersebut. Kemampuan guru dalam memilih dan menentukan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran akan sangat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh sejumlah faktor,diantaranya adalah guru, siswa, fasilitas, kurikulum, pemerintah, industri, dunia usaha, dan masyarakat setempat. Diantara faktor-faktor tersebut guru merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan. Terkait dengan masalah pembelajaran, Trianto dalam bukunya yang berjudul Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik ( 2007 : 1 ), mengemukakan bahwa: Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu ( belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya. Dalam sistem pendidikan nasional dikemukakan bahwa guru adalah subkomponen pendidikan yang paling penting dan sebagai penentu. Dengan demikian guru dituntut kemampuan atau kompetensinya yang memadai dalam melaksanakan tugas pendidikan. Betapapun canggihnya alat bantu dalam pembelajaran, interpensi guru

4 4 tetap diperlukan. Perubahan yang diperlukan pada pembelajaran masa sekarang adalah pembelajaran harus bersifat konstektual dengan menekankan pada aktivitas siswa. Melalui pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa diharapkan siswa memiliki pengalaman langsung dalam memecahkan masalah sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupannya dimasyarakat. Guru dan siswa sama-sama sebagai subyek dalam pembelajaran, dan guru harus selalu meningkatkan kreativitasnya dalam peran sebagai fasilitator, pembimbing, sumber belajar, dan figur sosial di masyarakat. Seperti dikemukakan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab. IV pasal 8 bahwa, Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, dan kemudian pada pasal 10 ayat (1) dijelaskan bahwa, Kompetensi guru sebagai mana dimakksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Berdasarkan undang-undang tersebut bahwa guru harus memenuhi standar kualifikasi akademik dan memenuhi syarat kelayakan sebagai pendidik dengan dibuktikan oleh kepemilikan sertifikat pendidik sebagai bukti otentik dari kompetensi yang telah dimilki. Kompetensi guru secara garis besar dibagi menjadi empat, yaitu kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi dan kompetensi sosial. Kompetensi yang sangat erat kaitannya dengan peran guru sebagai pelaksana teknis dalam implementasi kurikulum adalah kompetensi pedagogik.. Kompetensi tersebut memiliki lima sub kompetensi seperti pendapat Sarimaya dalam bukunya yang berjudul Sertifikasi Guru (2009 ; 19) yaitu bahwa :

5 Memahami peserta didik secara mendalam, merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merancang dan mengevaluasi pembelajaran, mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya. Salah satu indikator dari kompetensi tersebut diantaranya adalah menetapkan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik. Keterampilan atau kemampuan guru dalam menentukan dan memilih variasi strategi pembelajaran harus menjadi kemampuan yang melekat dalam pelaksanaan tugas penyusunan program pembelajaran. Djamarah mengemukakan dalam bukunya Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (2005 : 124), bahwa Keterampilan mengadakan variasi dalam 5 proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu ; 1 Variasi dalam gaya mengajar, 2 Variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, serta 3 Variasi dalam interaksi guru dengan siswa. Keterampilan guru dalam melakukan variasi sangat diperlukan, agar peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh berada dalam ruangan kelas yang serba monoton. Guru sebagai pelaksana teknis kurikulum, artinya guru sebagai pendidik harus mampu melakukan suatu proses pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM). Seperti halnya dikemukakan oleh Suparlan (2008 : 25) : Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integrative, antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Seorang yang dapat mendidik, tetapi tidak memiliki kemampuan membimbing, mengajar dan melatih, ia tidaklah dapat disebut guru yang paripurna. Selanjutnya seorang yang memiliki kemampuan mengajar, tetapi tidak memiliki kemampuan mendidik, membimbing dan melatih, juga tidak dapat disebut guru yang sebenarnya. Kutipan di atas memiliki makna bahwa guru harus menjadi sumber belajar yang ideal, dan mampu memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan,

6 6 karakteristik dan potensi siswa. Empat peran tersebut harus melekat dalam jiwa dan perilaku seorang guru sehingga membentuk profil guru yang ideal. Pendapat lain tentang peran dan tugas guru dikemukan oleh Oemar Hamalik, ( 2009 : 19 ) : Guru mengemban tugas-tugas sosial kultural yang berfungsi menyiapkan generasi muda, sesuai dengan cita-cita bangsa. Demikian pula masalah guru di negara kita dapat dikatakan mendapat titik sentral dalam dunia pendidikan. Pendapat Hamalik memberikan makna bahwa guru sebagai sentral pigur bagi siswa, karena dari profil dan kerja keras guru inilah akan melahirkan generasi muda yang diharapkan akan mampu membangun bangsa menjadi lebih baik. Berkaitan dengan permasalah pendidikan seperti pada uraian di atas, peneliti sangat tertarik dengan pembangunan pendidikan di Indonesia khususnya pada tingkat dasar, yang akan menjadi landasan perkembangan siswa pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Fokus perhatian pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan proram-programnya yang telah dilaksanakan, maka kondisi ini akan menuntut adanya upaya kreatif dan inovatif dari para penyelenggara, praktisi pendidikan atau semua fihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan. Upaya kreatif dan inovatif belum menjadi jiwa dan budaya kehidupan guru pada umumnya. Hal tersebut disebabkan masih banyak guru yang mengajar hanya karena kewajiban sebagai konsekuensi tugas, dan belum menjadi kesadaran jiwa untuk membantu siswa dalam mengembangkan segala potensinya. Tidak sedikit guru yang mengajar tanpa membuat program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Sedangkan kemampuan kreativitas, kemampuan

7 7 mengkolaborasikan model, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran sangat dibutuhkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Tidak ada satu metode yang efektif untuk semua mata pelajaran, karena setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang sesuai, baik dengan karakteristik mata pelajaran itu sendiri maupun karakteristik siswa. Dalam penelitian ini, peneliti memilih tentang pembelajaran dalam mata pelajaran IPA. Berdasarkan karakteristik mata pelajarannya, bahwa hasil belajar IPA meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran IPA adalah pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa. Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah : 1. Hasil penelitiah yang dilakukan oleh Neni Hermita tahun 2007 tentang pembelajaran IPA dengan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sain siswa sekolah dasar, menyimpulkan bahwa : a. Penggunaan pembelajaran inquiri secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana dibanding model pembelajaran konvensional. b. Penggunaan model pembelajaran inquiri terbimbing secara signifikan dapat meningkatkan ketertampilan proses sain pada materi pesawat sederhana dibanding penggunaan model pembelajaran konvensional.

8 8 2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Sa ariah Kanita tahun 2005 tentang: Pengembangan problem based learning berbasis ecoschool untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi di SMP, menyimpulkan bahwa : a. Kemampuan kognitif siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran Problem Base Learning ( PBL ) berbasis Ecoschool. b. Kemampuan afektif siswa kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBL berbasis Ecoschool mempunyai selisih rata-rata persentasi lebih besar dari pada selisih rata-rata persentasi kelompok kontrol yang menggunakan Direct Instruction (DI). c. Kemampuan psikomotor siswa kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBL berbasis Ecoschool mempunyai selisih rata-rata lebih besar dari pada selisih rata-rata skor kelompok kontrol yang menggunakan Direct Instruction (DI). Kedua hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian perlu dicobakan lagi berbagai pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA lainnya. Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian tersebut, maka Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) sebagai pendekatan pembelajaran yang relevan dengan karakteristik mata pelajaran IPA. Kemampuan kreativitas dalam menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar ini merupakan

9 9 indikator kualitas pembelajaran yang akan bermuara menjadi indikator sumber daya manusia sebagai hasil pembangunan bidang pendidikan. Hal yang harus mendapat perhatian dalam pembangunan pendidikan adalah perlu adanya pemahaman yang benar dan menyeluruh terhadap pembangunan pendidikan itu sendiri. Permasalahan pembangunan pendidikan bukanlah pembangunan fisik seperti membangun sebuah gedung yang apabila pembangunan itu selesai, akan segera dapat dirasakan mamfaat dari hasil pembangunan itu. Tetapi pembangunan pendidikan merupakan pembangunan mental yang memerlukan waktu sangat panjang dan berkesinambungan. Berfikir tentang pembangunan pendidikan berarti berfikir masalah manusia untuk 20 tahun atau 25 tahun yang akan datang. Anak-anak yang sedang dididik sekarang akan memasuki masa kehidupan yang sesungguhnya sebagai salah satu komponen bangsa pada 25 tahun yang akan datang. Pada saat itu suatu generasi akan dirasakan sebagai produk dari suatu program pendidikan. Dalam rangka mendukung dan menunjang peningkatan mutu pendidikan, perlu disiapkan guru-guru yang berdedikasi dan profesional serta mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi secara maksimal. Pembelajaran merupakan proses utama dari semua siklus pendidikan, artinya keberhasilan pendidikan akan sangat terasa jika dilihat dari hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran ditentukan oleh kualitas pembelajaran. Proses pembelajaran terjadi bila ada aktivitas siswa, yang berinteraksi langsung baik dengan lingkungan maupun sumber belajar. Pembelajaran itu sendiri dikatakan

10 berkualitas apabila dapat menyajikan kegiatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. 10 B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat didentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan masih rendahnya mutu pendidikan terutama pada mata pelajaran IPA. Masalah dalam penelitian ini terutama berkaitan dengan faktor guru, kurikulum ( perencanaan, implementasi dan evaluasi ), pembelajaran ( pendekatan, strategi, metode dan tehnik ). 1. Masalah yang berkaitan dengan guru diantaranya adalah pola fikir guru yang sudah terbentuk sejak bertahun-tahun mengajar menggunakan pendekatan berpusat pada guru ( teacher centered ) dengan penekanan pada aspek kognitif dan siswa dianggap sebagai obyek dalam pembelajaran. Pola fikir seperti ini sangat sulit untuk dirubah sehingga berbagai macam pendekatan, strategi dan metode mengajar diperkenalkannya, tetapi ketika kembali di dalam kelas pembelajaran pun kembali seperti semula. 2. Masalah yang berkaitan dengan kurikulum meliputi, a) Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan sering kali belum menggambarkan adanya kejelasan kompetensi dasar apa yang harus dimiliki siswa, apa yang harus dilakukan siswa, apa yang harus dipelajari siswa, bagaimana cara siswa harus mempelajarinya dan bagaimana cara mengevaluasi hasil belajarnya. Masalah ini berawal dari belum adanya pemahaman yang mendalam tentang

11 11 pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi rumusan indikator hasil belajar siswa. Indikator yang dikembangkan belum dianalisis berdasarkan tingkatan kompetensi dasar dan kata kerja operasional yang digunakan, sehingga tidak terdapat kejelasan apakah kompetensi dasar itu termasuk tingkatan pengetahuan, tingkatan proses atau tingkatan penerapan. RPP dalam fungsinya sebagai perencanaan belum menjadi skenario kegiatan belajar siswa, sedangkan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam fungsinya sebagai pelaksanaan belum menjadi ajang kreativitas dan aktivitas belajar siswa. Implikasi dari semua itu, maka RPP yang dikembangkan belum memberikan kesempatan yang maksimal kepada siswa sebagai subjek belajar. b) Implementasi kurikulum (pelaksanaan pembelajaran) yaitu kemampuan kreativitas dan inovasi guru masih rendah sehingga pembelajaran saat ini masih cenderung monoton karena masih didominasi oleh guru ( teacher centered ) dengan metode yang tidak variatif. Kalau pun ada yang sudah menggunakan pendekatan yang berorientasi pada siswa ( Student centered ) jumlahnya masih sangat terbatas dengan kemampuan implementasi yang terbatas pula. Dalam kondisi guru seperti ini, pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa ( student centered ) menjadi kurang terarah dan kurang variatif sehingga pembelajaran tetap cenderung monoton. c) Evaluasi hasil belajar pada umumnya masih menekankan pada aspek kognitif, sedangkan kedua aspek lainnya yaitu afektif dan psikomotor kurang mendapat perhatian, akibatnya hasil belajar yang diperoleh siswa hanya sebagai pengetahuan saja, kurang

12 terkait dengan masalah kehidupan sehari-hari sehingga kemandirian siswa dalam kehidupan sosial tidak terbentuk. 12 Berdasarkan pada uraian di atas diperlukan adanya pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan menemukan sendiri pemecahan masalah-masalah melalui aktivitas langsung. Tetapi meskipun demikian aktivitas siswa tersebut tidak berarti menggantikan peran dan fungsi guru. Pembelajaran yang relevan adalah Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS). Banyak pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student centered ), diantaranya adalah Strategi Pemebelajaran Inkuiri (SPI), Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM), Strategi Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPKB), Strategi Pembelajaran Kelompok (SPK), Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL). Permasalahan dalam penelitian ini adalah pembelajaran berorientasi aktivitas siswa seperti apa yang sesuai sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa sekolah dasar. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, secara umum peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut, Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa sekolah dasar kelas V. Agar rumusan tersebut menjadi lebih jelas dan lebih terarah, maka dirumuskan lebih rinci dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V?

13 13 2. Bagaimana perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional? 3. Bagaimana efek pemberian tes awal pada penerapan PBAS dalam meningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V? 4. Bagaimana perbedaan antara efek penerapan PBAS dengan efek pemberian tes awal terhadap peningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V? C. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalah fahaman dalam memaknai kata yang merupakan inti dari penelitian ini sehingga akan menyebabkan komunikasi kurang berhasil termasuk mengkomunikasi hasil penelitian ini, maka berikut ini penulis uraikan makna dari kata-kata tersebut dalam bentuk definisi operasional. Definisi operasional ini diharapkan dapat memberikan kejelasan pada kata-kata yang mengandung sifat keberagaman atau kata tersebut memiliki sifat berjenjang. 1. Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa. a. Penerapan Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan suatu pendekatan pembelajaran dalam kegiatan belajar siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam istilah kurikulum penerapan pada kontek penelitian diartikan sebagai implementasi pembelajaran.

14 14 b. Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menempatkan siswa dan guru sama-sama sebagai subyek dalam pembelajaran. Artinya siswa aktif dan terlibat secara optimal dalam proses pembelajaran yang meliputi aktivitas fisik, mental, emosional dan intelektual. Aktivitas siswa tersebut bisa dalam bentuk kegiatan mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, memecahkan masalah, menyusun laporan, dan banyak lagi aktivitas lainnya yang bisa dilakukan dalam kontek pembelajaran. Sedangkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran artinya siswa diberi kesempatan untuk terlibat dalam merencanakan pembelajaran mulai dari merumuskan tujuan, kegiatan belajar yang harus dilakukan, dan bagaimana evaluasi yang akan dilakukan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) adalah pelaksanaan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam merencanakan program pembelajaran dan implementasinya serta evaluasi hasil belajar untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan sehingga hasil belajar tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupannya.

15 15 2. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar a. Meningkatkan Meningkatkan dalam penelitian ini diartikan sebagai upaya menaikan derajat menjadi lebih baik atau menjadi lebih tinggi dari sebelumnya melalui pemberian perlakuan tertentu. Kata sebelumnya merupakaan keadaan yang ditetapkan berdasarkan hasil pretes. Menaikan diartikan sebagai nilai tambah yang merupakan bentuk perubahan positif dari hasil suatu perlakuan. b. Hasil Belajar Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku yang ditampilkan oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu yang dibuktikan dengan hasil tes prestasi belajar. c. Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diartikan sebagai sebuah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). IPA dalam penelitian ini tidak memisahkan antara fisika dan biologi, tetapi keduanya tergabung sebagai sebuah mata pelajaran yang berupaya mencari tahu tentang alam secara sistematis dengan mengunakan metoda ilmiah. d. Siswa Sekolah Dasar Agar objek penelitian menjadi lebih terfokus, siswa SD dalam penelitian ini adalah siswa kelas V, yaitu siswa sekolah dasar yang dianggap sudah memiliki keterampilan dasar berkomunikasi atau bertanya lebih baik dan sudah belajar dalam pendekatan mata pelajaran.

16 Dari uraian tersebut, maka yang dimaksud meningkatkan hasil belajar adalah memberikan penambahan nilai sebagai nilai lebih dari hasil suatu 16 perlakuan, yaitu pelaksanaan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dibanding dengan perlakuan sebelumnya atau pembelajaran yang telah biasa dilakukan oleh guru yang disebut pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA siswa sekolah dasar. D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, secara umum adalah mencari dan menemukan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa sekolah dasar. Secara lebih khusus penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mendapatkan gambaran tentang hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V dengan menggunakan PBAS. 2. Mendapatkan gambaran tentang perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. 3. Mendapatkan gambaran efek pemberian tes awal pada penerapan PBAS terhadap peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V. 4. Mendapatakan gambaran tentang perbedaan efek penerapan PBAS dengan efek pemberian tes awal terhadap peningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V.

17 17 E. Asumsi Dasar Asumsi dasar merupakan sesuatu yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan lagi, paling tidak bagi masalah yang akan diteliti saat ini. Asumsi dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran Berorientasi aktivitas siswa (PBAS) sesuai dengan karakter mata pelajaran IPA dan perkembangan kreativitas maupun perkembangan belajar siswa saat ini sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Pembelajaran dengan proses ekplorasi dan elaborasi (PBAS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran konvensional. 3. Tes hasil belajar yang diberikan sebelumnya dapat memberikan kontribusi terhadap tes hasil belajar berikutnya. 4. Proses pembelajaran memberikan efek lebih tinggi terhadap peningkatan hasil belajar siswa dibanding dengan pemberian tes awal. F.Hipotesis Penelitian Penelitian eksperimen bersifat menguji efek dari suatu variabel terhadap variabel lainnya sebagai mana dirumuskan dalam pertanyaan penelitian, maka perlu dirumuskan hipotesis yang bertujuan untuk memberikan jawaban sementara terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.

18 18 1. Untuk menjawab pertanyaan pertama dirumuskan hipotesis sebagai berikut : a. Hipotesis Nol : Ho : Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) secara signifikan tidak dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V. b. Hipotesis kerja : Ha : Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V. 2. Untuk menjawab pertanyaan kedua dalam penelitian ini, dirumuskan hipotesis sebagai berikut : a.hipotesis nol: Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA siswa yang diberi perlakuan PBAS dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. b. Hipotesis kerja : Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA siswa yang diberi perlakuan PBAS dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. 3. Untuk menjawab pertanyaan ketiga dirumuskan hipotesis sebagai berikut : a. Hipotesis Nol : Ho : Tidak terdapat efek pemberian tes awal pada penerapan PBAS terhadap peningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V.

19 19 b. Hipotesis kerja : Ha : Terdapat efek pemberian tes awal pada penerapan PBAS terhadap peningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V. 4. Untuk menjawab pertanyaan keempat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : a. Hipotesis Nol : Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efek perlakuan PBAS dengan efek pemberian tes awal dalam meningkatkan hasil be;lajar mata pelajar IPA siswa SD kelas V. b. Hipotesis kerja : Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara efek perlakuan PBAS dengan efek pemberian tes awal dalam meningkatkan hasil be;lajar mata pelajar IPA siswa SD kelas V. G. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat yang cukup penting terhadap pembangunan pendidikan terutama dalam bidang pengembangan strategi pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar, baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat membantu mengembangkan konsep ilmu yang berkaitan dengan pengembangan pembelajaran efektif dan inovatif yang sesuai dengan kontek belajar masa sekarang.

20 20 b. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengembangan wawasan tentang interaksi belajar siswa yang diharapkan dalam standar proses pendidikan terkait dengan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). c. Memberikan pemahaman tentang keyakinan bahwa pembelajaran di sekolah akan efektif apabila dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dan memiliki keterkaitan dengan kehidupan siswa secara nyata. 2. Manfaat Praktis a. Khusus untuk para guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa dengan menyajikan materi pembelajaran yang menuntut aktivitas siswa secara kolaboratif dan melibatkan siswa di dalam pembelajaran mulai dari perencanaan, implementasi dan evaluasi hasil belajar. b. Bagi para siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi secara optimal melalui berbagai kegiatan dan aktivitas belajar secara langsung dalam memecahkan masalah, kerjasama, menemukan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi serta implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. c. Bagi sekolah, diharapkan akan memberikan citra positif sebagai implikasi dari proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. d. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan lebih dalam tentang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pembelajaran, sehingga dapat membuat kolaborasi metode, strategi, teknik, media dan alat

21 21 pembelajaran yang sesuai serta memberikan kemudahan bagi para pembelajar. e. Bagi Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengatasi berbagai masalah pendidikan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. f. Bagi fihak terkait seperti komite sekolah, KKG dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan, dan pertimbangan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. g. Bagi pengawas dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan dan data ilmiah akademik dalam melakukan pembinaan dan pembimbingan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi baik oleh kepala sekolah maupun oleh guru-guru berkaitan dengan hasil belajar siswa. h. Kepala sekolah dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan dan sumber data untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh guru sehubungan dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

22 22

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional manusia. Oleh karena itu, Pendidikan merupakan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk sekolah dasar merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan

Lebih terperinci

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan sadar dan bertujuan, maka pelaksanaannya berada dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk membantu perkembangan kepribadian serta kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 183) mendefinisikan prestasi sekolah sebagai hasil atau tingkat keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. 183) mendefinisikan prestasi sekolah sebagai hasil atau tingkat keberhasilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi sekolah sebagai indikator mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sumber daya sekolah lainnya. Sagala (2007: 183) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sarana yang paling penting dan efektif untuk membekali siswa dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang bermakna sangat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting karena pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan tidak berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang dilakukan pada empat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang dilakukan pada empat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang dilakukan pada empat sekolah dasar, dapat disimpulkan bahwa penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan akan membentuk manusia yang berkualitas dan berpotensi tinggi.

Lebih terperinci

Penerapan Model Penemuan Terbimbing Berbasis LKPD Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XII 1 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung

Penerapan Model Penemuan Terbimbing Berbasis LKPD Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XII 1 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung JPF Volume 2 Nomor 1 ISSN: 2302-8939 18 Penerapan Model Penemuan Terbimbing Berbasis LKPD Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XII 1 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Mariani Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN APLIKASI PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan) MODEL RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2006-2007 HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di sekolah yang menginginkan pembelajaran yang bisa menumbuhkan semangat siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN DALIL

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN DALIL 196 A. Simpulan BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN DALIL Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan model Pembelajaran Matematika Berbasis Kemampuan Pemecahan Masalah (PMBKPM). Model PMBKPM dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah agen untuk menciptakan generasi yang berkarakter, intelektual, dan berdedikasi tinggi. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal. Karena, pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan dalam upaya mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan mampu bersaing diera globalisasi. Pendidikan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting di dalam pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang mendasar bagi pembangunan bangsa. Melalui pendidikan manusia dapat memperoleh ilmu dan pengetahuan untuk menghadapi tantangan

Lebih terperinci

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk intitusi pendidikan yang isinya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang bertujuan membentuk manusia yang baik dan berbudi luhur sesuai dengan cita-cita dan nilainilai masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum yang berlaku di Indonesia mulai tahun ajaran 2013/2014 adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama yaitu perencanaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia dan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu Negara terbesar didunia yang termasuk kategori Negara berkembang yang saat ini menempatkan pendidikan sebagai fondasi dan atau penunjang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi baik sebagai individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar adalah suatu proses dimana peserta didik memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, proses pendidikan yang sesungguhnya adalah interaksi kegiatan yang berlangsung di ruang kelas. Proses interaksi di kelas secara khusus berusaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media atau sumber belajar yang dapat membantu siswa ataupun guru saat proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pendidikan. Guru sebagai salah satu komponen

Lebih terperinci

Oleh : Muhamad Toyib K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Muhamad Toyib K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Eksperimentasi pembelajaran matematika realistik dengan metode penemuan pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus, balok, limas dan prisma ditinjau dari respon siswa terhadap pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan upaya memahami berbagai penomena alam secara sistematis. Pada hakikatnya, pembelajaran IPA memiliki empat dimensi yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I Pasal 1 (1) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi pendidikan. Strategi pembelajaran dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, sikap, kepribadian dan keterampilan manusia akan dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, sikap, kepribadian dan keterampilan manusia akan dibentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha peningkatan mutu pendidikan di indonesia terus dilakukan, karena pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Proses pembelajaran adalah suatu proses komunikasi edukatif antara pendidik dan peserta didik. Peran pendidik membantu dan membimbing peserta didik untuk mencapai

Lebih terperinci

APLIKASI PAKEM MODEL KERJA ILMIAH SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I AMBARAWA SKRIPSI

APLIKASI PAKEM MODEL KERJA ILMIAH SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I AMBARAWA SKRIPSI APLIKASI PAKEM MODEL KERJA ILMIAH SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I AMBARAWA SKRIPSI Disusun Oleh : Yuliana Indah Wulansari K4303075 PROGRAM BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Pendidikan yang baik adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia, sehingga manusia mempunyai keterampilan dan keahlian khusus yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI BRAIN BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN MATRIKS DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI BRAIN BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN MATRIKS DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI BRAIN BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN MATRIKS DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA ( Kelas I Semester 2 SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun 2008/2009) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa depan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan manusia karena pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Tardif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan model-model tertentu sehingga orang dapat memperoleh. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC),

BAB I PENDAHULUAN. dengan model-model tertentu sehingga orang dapat memperoleh. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses pembelajaran dengan model-model tertentu sehingga orang dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Pengertian Kurikulum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian terhadap masalah pendidikan dewasa ini semakin lama semakin meningkat. Usaha-usaha positif dan konstruktif untuk memperbaiki seluruh unsur dan komponen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang ada di dalamnya. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika di SDN 3 Bojong tergolong masih rendah. Hal tersebut di antaranya disebabkan oleh model pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berbudi luhur, cerdas, kreatif dan bertanggung jawab merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu-individu guna menggali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian tujuan pendidikan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga maupun sekolah. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN SISWA TERHADAP MATERI BIOLOGI SISWA SMA KELAS X SKRIPSI OLEH : RUSMITA KURNIATI K

PENERAPAN METODE PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN SISWA TERHADAP MATERI BIOLOGI SISWA SMA KELAS X SKRIPSI OLEH : RUSMITA KURNIATI K PENERAPAN METODE PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN SISWA TERHADAP MATERI BIOLOGI SISWA SMA KELAS X SKRIPSI OLEH : RUSMITA KURNIATI K4304041 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR JURNAL HASIL PENELITIAN SITI MURNI NUR G2G1 015 116 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 1 PERAN KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satuan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk dipenuhi. Mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam keseluruhan upaya pendidikan, proses pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok, karena melalui proses itulah tujuan pendidikan dapat dicapai dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia agar dapat mengembangkan segala potensi diri melalui proses belajar atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini terutama di zaman yang begitu pesat perkembangan teknologi dan informasinya yang selalu menuntut adanya perkembangan dan perubahan dalam semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci