Melindungi Hutan Rawa Singkil untuk Masa Depan Anak Cucu Kita RENCANA KERJA. Fransisca Ariantiningsih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Melindungi Hutan Rawa Singkil untuk Masa Depan Anak Cucu Kita RENCANA KERJA. Fransisca Ariantiningsih"

Transkripsi

1 Melindungi Hutan Rawa Singkil untuk Masa Depan Anak Cucu Kita RENCANA KERJA Fransisca Ariantiningsih Yayasan Ekosistem Lestari Jl. KH. Wahid Hasyim 51/74 Medan, Sumatera Utara Telp. (061) (061) Fax. (061) Medan Februari 2007

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR GAMBAR... 2 DAFTAR TABEL... 2 RINGKASAN EXECUTIVE DESKRIPSI UMUM Pendahuluan Kawasan Target Gambaran Umum Batasan Kawasan Target Topografi Iklim Hutan Rawa Singkil Status Kawasan Nilai Keanekaragaman Hayati Gambaran Ekosistem Penduduk Populasi Penduduk Gambaran Sosial-Ekonomi Situasi Politik Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil Gambaran Umum Permasalahan di Kawasan Target Lembaga Lain yang Pernah/Sedang Bekerja di Kawasan Target STAKEHOLDER MEETING MODEL PEMIKIRAN AWAL HUTAN RAWA SINGKIL FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) SURVEI MASYARAKAT Informasi Umum Responden Desa Target Kelompok Kontrol Pilihan Media dan Tingkat Kepercayaan Kepada Sumber Informasi Desa Target Kelompok Kontrol Pengetahuan Desa Target Kelompok Kontrol Sikap Desa Target Kelompok Kontrol Perilaku Desa Terget Kelompok Kontrol Maskot dan Slogan kampanye Desa Target Kelompok Kontrol Air dan Kesehatan Desa Target Kelompok Kontrol REVISI MODEL PEMIKIRAN HUTAN RAWA SINGKIL

3 7 RENCANA KERJA RENCANA MONITORING KERANGKA WAKTU KEGIATAN LAMPIRAN 1: PERTANYAAN SURVEI LAMPIRAN 2: TRANSKRIPSI FGD LAMPIRAN 3: DATA SPECIES BURUNG SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kawasan Aceh Singkil... 7 Gambar 2: Kawasan Suaka Marga Satwa Rawa Singkil Gambar 3: Lahan Kelapa Sawit yang Baru Dibuka Penduduk di Kecamatan Rundeng Gambar 4: Kerajinan Kasep dari Kecamatan Kuala Baru Diagram 1: Model Pemikiran Awal Suaka Margasatwa Rawa Singkil Grafik 1: Jenis Kelamin Responden Desa Target per Kecamatan (N=380) Grafik 2: Tingkat Pendidikan Responden Desa Target per Kecamatan (N=380) Grafik 3: Pekerjaan Responden Desa Target per Kecamatan (N=380) Grafik 4: Koran yang Dibaca Responden Desa Target (N=106) Grafik 5: Pengetahuan Responden Desa Target Mengenai Manfaat Hutan Bakau (N=378) Grafik 6: Alasan Responden Desa Target Menebang Kayu di Hutan Lindung (N=65) Grafik 7: Maskot Kampanye Bangga (Pride) Pilihan Responden Desa Target (N=375) Grafik 8: Slogan Pilihan Responden Desa Target (N=378) Diagram 2: Revisi Model Pemikiran Suaka Margasatwa Rawa Singkil DAFTAR TABEL Tabel 1: Desa-desa Sasaran Kegiatan Kampanye Bangga (Pride Campaign) Tabel 2: Matriks Stakeholder untuk Pertemuan Stakeholder Pertama dan Kedua Tabel 3: Jumlah Responden Untuk Setiap Desa Target Tabel 4: Program Radio yang Digemari Responden Desa Target per Jam Mendengarkan (N=193)

4 Tabel 5: Sumber Informasi vs Tingkat Kepercayaan per Kecamatan Desa Target (N=380) Tabel 6: Pengetahuan Responden Desa Target Mengenai Status Hutan Rawa Singkil (N=379) Tabel 7: Sikap Responden Desa Target Terhadap Pembukaan Hutan Rawa Singkil per Kecamatan (N=378) Tabel 8: Sikap Umum Responden Desa Target Terhadap Perlindungan Alam per Kecamatan (N=378) Tabel 9: Perilaku Konservasi Responden Desa Target dalam Enam Bulan Terakhir per Kecamatan (N=379) Tabel 10: Keputusan Pribadi Responden Desa Target yang Berkenaan dengan Perilaku Konservasi per Kecamatan (N=379)

5 RINGKASAN EXECUTIVE Kawasan Suaka Margasatwa yang berada di Kabupaten Aceh Singkil memiliki peran penting bagi kesatuan ekosistem di daerah ini. Hal ini karena nilai keanekaragaman hayatinya yang relatif tinggi. Beberapa satwa sumatera yang penting dan langka dapat ditemukan di kawasan ini seperti harimau, gajah dan orangutan sumatera. Hasil PHVA (Population and Habitat Viability Assessment) 2003 menunjukkan bahwa populasi orangutan sumatera yang terdapat dalam kawasan SM Rawa Singkil termasuk yang tertinggi dengan jumlah populasi mencapai ekor. Selain itu, kawasan hutan yang terdapat di Rawa Singkil juga penting bagi kelangsungan hidup manusia. Selain menyediakan sumberdaya alam non-kayu seperti tanaman obat-obatan dan sebagainya, fungsi hutan disini juga penting dalam menjaga siklus hidrologi dan menjaga ketersediaan air baku bagi manusia yang tinggal disekitarnya. Berdasarkan kajian melalui proses stakeholder workshop, FGD dan survei masyarakat ditemukan bahwa ancaman terbesar bagi kelangsungan hutan Rawa Singkil adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dan status kawasan. Hal ini kemudian mendorong munculnya berbagai faktor ancaman lainnya seperti konversi lahan untuk jalan, pemukiman dan lahan pertanian serta permasalahan tata batas kawasan yang belum terpetakan dan disosialisasikan dengan baik. Untuk meminimalkan ancaman-ancaman beserta dampaknya, maka diperlukan keterlibatan dan dukungan masyarakat yang berdiam di sekitar kawasan ini. Untuk itu maka Yayasan Ekosistem Leuser (YEL) melaksanakan program Kampanye Bangga Melestarikan Alam (Kampanye Bangga atau Kampanye Pride) di tiga kecamatan yang terletak di sekitar kawasan dengan tujuan untuk menyelamatkan kawasan demi keberlanjutan fungsi kawasan yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitar kawasan. Tujuan dari program kampanye konservasi Pride adalah: meningkatkan pemahaman, tanggung jawab, dukungan, serta kapasitas masyarakat lokal dan lembaga adat setempat dalam pemanfaatan dan pengelolaan DAS Alas, Kabupaten Aceh Singkil, agar mampu berperan aktif dalam pengelolaan sumberdaya alam yang lestari. Sasaran umum yang ingin dicapai adalah: S.1. Berkembangnya daya kritis dari masyarakat tentang pentingnya kawasan dan pemanfaatan yang lestari, S.2. Tumbuhnya kepedulian dan kontrol masyarakat terhadap wilayahnya dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. S.3. Perubahan perilaku masyarakat menuju kepada perilaku yang lebih lestari. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai adalah: penyelamatan kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil dan menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaat kawasan bagi kehidupan masyarakat di sekitar kawasan. Sedangkan sasaran antara yang dicanangkan adalah: 4

6 1. Pada akhir kampanye, Suaka Margasatwa Rawa Singkil dengan luasan setidaknya 500 ha berada dalam pengelolaan bersama antara BKSDA dan masyarakat berdasarkan kesepakatan bersama di Kemukiman Kuala Baru (4 desa) 2. Pada akhir kampanye, pengetahuan masyarakat mengenai status dan fungsi kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil meningkat sehingga setidaknya 50% masyarakat di Kecamatan Kuala Baru dan 40% masyarakat di Kecamatan Rundeng dapat menyebutkan status kawasan dengan benar (dari sebelumnya 0%) 3. Pada akhir kampanye, masyarakat di minimal 2 desa di Kecamatan Rundeng memulai inisiatif untuk menyelesaikan permasalahan tata batas kawasan SM Rawa Singkil bersama-sama dengan BKSDA 4. Pada akhir kampanye, sikap masyarakat di Kecamatan Kuala Baru dan Rundeng terhadap fungsi kawasan SM Rawa Singkil berubah sehingga orang yang setuju untuk membuka lahan baru dalam kawasan lindung secara kesuluruhan menurun sebesar setidaknya 25% Berdasarkan keempat sasaran antara diatas, dibuatlah rangkaian kegiatan yang secara ringkas tercermin dalam tabel berikut: Kegiatan Sasaran Antara 1 Sasaran Antara 2 Sasaran Antara 3 Sasaran Antara 4 Factsheet X X X X Poster X X X X Pin X X X X Booklet hukum adat X Billboard X X X X Penjangkauan masyarakat X X X X Booklet perundang-undangan X Lagu konservasi X X Lembar dakwah X X X X Journalist trip X X Panggung boneka X X X X Kostum X X X X Kunjungan sekolah X X X X Press release X Sticker X X X X Pemetaan partisipatif X Identifikasi pola pemanfaatan SDA X X Diskusi dengan pemangku kepentingan di Singkil Seminar kawasan konservasi X X X 5

7 Kegiatan Sasaran Antara 1 Sasaran Antara 2 Sasaran Antara 3 Sasaran Antara 4 Komik konservasi X X X X Booklet flora fauna X X Film konservasi X X Lagu konservasi anak-anak X X X X Berkaitan dengan program lainnya di YEL, Program Kampanye Bangga ini pada dasarnya merupakan bagian dari Swamp Project yang sedang dilaksanakan YEL di pantai barat Aceh yang mencakup lima kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Nagan Raya. Swamp project adalah program YEL PanEco yang bertujuan untuk penyelamatan tiga kawasan rawa di pantai barat Aceh yang merupakan habitat penting orangutan sumatera. Kawasan rawa yang dimaksud adalah Rawa Tripa (Aceh Barat Daya dan Nagan Raya), Rawa Kluet (Aceh Selatan), dan Rawa Singkil (Aceh Singkil). Dengan demikian pencapaian sasaran Kampanye Bangga di Aceh Singkil dapat mendukung keberhasilan Swamp Project secara keseluruhan. Bahkan diharapkan program kampanye di Aceh Singkil ini dapat dijadikan pilot project untuk program program pendidikan dan penyadaran YEL yang dilaksanakan di daerah lain baik di kawasan pantai barat Aceh maupun di Sumatera Utara. Untuk lebih memperkuat pesan yang ingin disampaikan, program Kampanye Bangga di Kabupaten Aceh Singkil menggunakan satwa endemik setempat sebagai ikon atau maskot kampanye. Berdasarkan hasil FGD dan survei, maka satwa endemik yang terlpilih untuk menjadi maskot kampanye adalah orangutan sumatera (Pongo abelii). Sedangkan slogan kampanyenya adalah Melindungi hutan Rawa Singkil untuk masa depan anak cucu kita 6

8 1 DESKRIPSI UMUM 1.1 Pendahuluan Kabupaten Aceh Singkil berada di ujung barat daya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan, Singkil berada di jalur barat Sumatera yang menghubungkan Banda Aceh-Medan dan Sibolga. Kabupaten Aceh Singkil terletak pada LU dan BT dan memiliki luas km 2 (BPS, 2000 dalam ). Secara administratif, kabupaten Aceh Singkil berbatasan dengan kabupaten Aceh Tenggara di sebelah utara, Samudera Indonesia di sebelah selatan, propinsi Sumatera Utara di sebelah timur dan Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh Selatan di sebelah barat (BPS Aceh Singkil, 2004). Gambar 1. Kawasan Aceh Singkil Sumber: YEL,

9 Kabupaten Aceh Singkil memiliki topografi bergunung-gunung dan dataran rendah. Akibatnya, jenis ekosistem yang terdapat di daerah ini pun cukup beragam yang berakibat kepada nilai keanekaragaman hayati yang tinggi. Salah satu area dengan nilai keanekaragaman hayati penting di kabupaten ini adalah Rawa Singkil, area lahan basah di Daerah Aliran Sungai Alas. Sayangnya, saat ini kawasan Rawa Singkil tengah menghadapi banyak ancaman yang dapat mempengaruhi kelestariannya terutama. Ancaman-ancaman tersebut diantaranya illegal logging, konversi lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan areal pertanian, dan rencana pembangunan jalan yang akan melewati kawasan. Selain permasalahan konservasi, daerah di sekitar Rawa Singkil kerap kali mengalami bencana lingkungan seperti banjir (Dinas Sosial Kabupaten Aceh Singkil, 2004). Yayasan Ekosistem Lestari adalah sebuah LSM yang berbasis di Medan dan memiliki misi bekerja untuk kelestarian lingkungan hidup dengan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat. Bersama-sama dengan counterpart (mitra) YEL: PanEco Swiss, YEL telah melakukan berbagai program lingkungan hidup dan kemanusiaan di propinsi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Program-program tersebut mencakup anatara lain: program konservasi orangutan sumatera, pusat pendidikan lingkungan hidup di Bahorok, program pendidikan dan penyadaran lingkungan hidup, pengembangan ekowisata (Ecolodge Bukit Lawang), dan program kemanusiaan di Nias dan Aceh. Saat ini YEL sedang mengembangkan program Swamp Project di kawasan pantai barat Aceh yang mencakup lima kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya dan Aceh Barat. Program ini bertujuan untuk rehabilitasi dan pelestarian tiga rawa di pantai barat Aceh yang merupakan habitat penting orangutan sumatera yaitu Rawa Singkil, Rawa Kluet dan Rawa Tripa. Sebagai bagian penting dari Swamp Project juga dilaksanakan program pendidikan dan penyadaran bagi komunitas masyarakat yang tinggal di sekitar ketiga rawa ini. Program pendidikan yang dimaksud adalah program Mobil Unit Kesehatan dan Lingkungan serta program Kampanye Bangga (Pride campaign). Program Mobil Unit Kesehatan dan Lingkungan mencakup keseluruhan kawasan target (lima kabupaten) sedangkan program Kampanye Bangga dilakukan khusus di kabupaten Aceh Singkil. Program Kampanye Bangga di kabupaten Aceh Singkil adalah suatu program kampanye konservasi dengan pendekatan sosial marketing. Kawasan yang menjadi target kegiatan ini adalah Suaka Margasatwa Rawa Singkil DAS Alas. Program kampanye ini secara khusus bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan konservasi/lingkungan yang terjadi serta berupaya untuk melestarikan kawasan dengan berbasis pada partisipasi masyaraka lokal. Selain itu, secara umum program Kampanye Bangga di Kabupaten Aceh Singkil diharapkan dapat mendukung Swamp Project secara keseluruhan dan menjadi pilot project untuk program serupa di daerah lain. 8

10 1.2 Kawasan Target Gambaran Umum Kabupaten Aceh Singkil memiliki 15 kecamatan yaitu kecamatan Pulau Banyak, Singkil, Singkil Utara, Kuala Baru, Simpang Kanan, Simpang Kiri, Gunung Meriah, Danau Paris, Suro Makmur, Penanggalan, Singkohor, Kota Baharu, Rundeng, Sultan Daulat, dan Longkip. Dari sekian kecamatan hanya beberapa kecamatan yang dipilih menjadi sasaran kegiatan Kampanye Bangga, yaitu Kecamatan Kuala Baru, Rundeng, dan Singkil. Ketiga kecamatan ini dipilih terutama karena berada di sekitar kawasan atau berbatasan dengan kawasan Suaka Margasatwa (SM) Rawa Singkil DAS Alas. Khusus kecamatan Singkil, selain letaknya dekat kawasan, kecamatan ini juga dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa pusat pemerintahan kabupaten Aceh Singkil berada di kecamatan ini. Sehingga program kampanye yang dilaksakan diharapkan dapat juga menjangkau para pengambil keputusan di tingkat pemerintah kabupaten Batasan Kawasan Target Bila ditinjau dari posisi SM Rawa Singkil yang merupakan kawasan target, Kecamatan Rundeng terletak di sebelah timur kawasan (Gambar 2). Sebagian besar desa-desa di kecamatan Rundeng terletak di sepanjang sungai Alas yang juga merupakan batas timur kawasan SM Rawa Singkil. Kecamatan Kuala Baru terletak di sebelah barat daya dari kawasan SM Rawa Singkil dan berada di bagian hilir (muara) DAS Alas. Seperti halnya Kuala Baru, Kecamatan Singkil juga terletak di daerah hilir DAS Alas dan berada di sebelah selatan kawasan SM Rawa Singkil. Dahulu sebagian besar desa-desa kecamatan Singkil berada di pinggiran sungai Alas. Namun sebagian desa-desa tersebut kemudian secara bertahap dipindahkan oleh pemerintah ke sebelah timur, menjauh dari sungai Alas. Hal ini dikarenakan desa-desa tersebut rawan banjir tahunan. Selain itu, pasca gempa Nias banyak desa-desa di kecamatan Singkil yang mengalami penurunan permukaan tanah sehingga terendam air Topografi Secara umum, kabupaten Aceh Singkil memiliki topografi dataran rendah terutama di wilayah bagian barat dan relatif bergunung-gunung di wilayah bagian timur, terutama yang berbatasan dengan Kabupaten Phakpak Barat, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Aceh Tenggara. Secara khusus, kecamatan Kuala Baru, Singkil dan Rundeng terletak di dataran rendah, dengan Kuala Baru Baru dan Singkil berada di daerah pantai sedangkan kecamatan Rundeng terletak di bagian hilir Sungai Alas dan di beberapa tempat memiliki topografi yang sedikit berbukit-bukit. 9

11 Gambar 2: Kawasan Suaka Marga Satwa Rawa Singkil Sumber: YEL, Iklim Suhu udara rata rata di wilayah Aceh Singkil adalah C, dengan kelembaban tropikal basah ( option=com_content&task=view&id=1242&itemid=37, 2006). 1.3 Hutan Rawa Singkil Status Kawasan Kawasan hutan Rawa Singkil memiliki fungsi konservasi yang sangat penting. Hal ini karena kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang beragam dan 10

12 bernilai tinggi. Satwa endemik Sumatera seperti orangutan dan harimau Sumatera terdapat dalam kawasan hutan Rawa Singkil. Karena itu pada tanggal 26 Februari 1998, area hutan yang berada di Rawa Singkil ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa berdasarkan SK Menhut No. 166/Kpts II/1998, dengan luas kawasan ha. Selain itu, Rawa Singkil juga merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser, berdasarkan Keppres No. 33 tahun Dari aspek hidrologis, Rawa Singkil memiliki fungsi yang penting karena merupakan bagian dari DAS Alas yang menunjang kehidupan komunitas lokal dalam hal ketersediaan air, irigasi, pertanian dan sumber protein (Unit Manajemen Leuser, 2002) Nilai Keanekaragama eanekaragaman Hayati Hingga saat ini belum banyak studi dilakukan mengenai keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Namun berdasarkan studi pustaka dari berbagai sumber tentang kawasan rawa di pantai barat Aceh, dan pengamatan langsung di sekitar kawasan, dapat disimpulkan bahwa nilai keanekaragaman hayati yang ada di Rawa Singkil cukup tinggi. Hutan Rawa Singkil memiliki kekayaan flora yang bernilai biologis dan ekonomis tinggi. Data Dinas Kehutanan Kabupaten Singkil tahun 2004 menunjukkan bahwa jenis kayu meranti, damar laut/semantok, kapur, keruing, lesilesi/medang adalah jenis-jenis kayu yang bernilai ekonomis tinggi, dan sebagian besar kayu-kayu ini berasal dari hutan di sekitar Rawa Singkil. Hal ini diperkuat juga oleh hasil diskusi (FGD) dengan staf Pemda yang menyatakan bahwa Singkil dahulu dikenal sebagai penyuplai kayu bernilai ekonomis tinggi dan kini saat luasan hutan di daerah ini semakin berkurang, suplai kayu yang bisa diharapkan adalah dari hutan Rawa Singkil (FGD Pemda, 19 September 2006). Soerianegara (1996) juga menegaskan bahwa hutan rawa juga kaya akan jenis-jenis pohon bernilai ekonomi tinggi seperti Alstonia pneumatophora, Campnosperma macrophylla, Dyera lowii, Pentaspadon motleyi, Elaeocarpus littoralis, Palaquium leicarpum, Shorea balangeran, Lophopethalum multinervium, dan lain lain. Selain kekayaan floranya, jenis-jenis fauna yang terdapat di kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil cukup beragam. Setidaknya tiga spesies satwa Sumatera endemik dan terancam punah dapat ditemukan di kawasan ini, yaitu orangutan sumatera (Pongo abelii), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) (van Schaik, 1999) (Whitten et al., 2000). Khusus orangutan sumatera (Pongo abelii), hasil analisis PHVA (Population and Habitat Viability Assessment) menunjukkan bahwa Rawa Trumon-Singkil memiliki populasi orangutan sebanyak 1500 ekor dan merupakan satu dari tiga habitat orangutan di Sumatera Utara dan Aceh yang memiliki populasi lebih dari 1000 ekor (Singleton et al., 2004). Selain orangutan sumatera (Pongo abelii), primata lain yang dapat ditemui di kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil antara lain: beruk (Macaca nemestrina), monyet ekor panjang (Macaca fasicularis), gibbon (Hylobates sp.) dan siamang (Symphalangus sp.). Sedangkan jenis mamalia lainnya yang juga 11

13 dapat ditemui di kawasan hutan rawa antara lain rusa (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), dan babi hutan (Sus scrofa). Beruang madu juga mungkin masih dapat ditemui di beberapa hutan rawa, meskipun mungkin populasinya tidak sepadat dulu lagi (van Schaik, 1999). Sementara itu, hasil penelitian Wetland International Indonesian Program menunjukkan bahwa Rawa Singkil merupakan habitat bagi ± 40 spesies burung. Beberapa spesies burung tersebut memiliki nilai konservasi tinggi seperti sandanglawa (Ciconia stormi) yang tergolong satwa langka, itik sayap putih (Cairina scutulata) dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) yang tergolong satwa terancam menurut IUCN Red List (1994). Daftar jenis-jenis burung yang terdapat dalam kawasan Rawa Singkil dapat dilihat pada Lampiran Gambaran Ekosistem Sebagai suatu kawasan lahan basah, Rawa Singkil sangatlah unik karena memiliki berbagai tipe ekosistem yang berbeda, diawali dari ekosistem hutan pantai yang berlanjut dengan ekosistem hutan rawa (Wetland International Database). Berdasarkan tipe vegetasi, Rawa Singkil dapat dibedakan menjadi beberapa tipe ekosistem yaitu ekosistem pantai, ekosistem hutan rawa, ekosistem sungai dan ekosistem buatan. 1. Ekosistem hutan pantai dan terumbu karang Ekosistem ini terdapat di sepanjang sisi sebelah barat kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil, tepatnya di Kecamatan Kuala Baharu. Karakteristik dari ekosistem ini adalah pantai berpasir yang relatif landai dengan vegetasi pes caprae dan cemara pantai (Casuarina equisetifolia) (Whitten et al., 2000). Ekosistem ini sangat penting karena merupakan tempat mencari ikan bagi masyarakat nelayan yang bermukim di sepanjang garis pantai, terutama masyarakat di kecamatan Singkil, Singkil Utara dan Kuala Baru. Selain penduduk lokal dari kabupaten Aceh Singkil, nelayan dari daerah lain seperti Sibolga maupun nelayan asing dari Thailand juga sering menangkap ikan di daerah perairan laut kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil (hasil FGD dengan nelayan Kuala Baru, 14 Oktober 2006). Keberadaan nelayan-nelayan dari luar Singkil dengan peralatan menangkap ikan yang modern dan cenderung merusak (misalnya pukat harimau ataupun bom dan racun potasium) mengancam keberadaan ekosistem ini dan pada akhirnya dapat mengancam keberlanjutan sumber ekonomi masyarakat nelayan di Singkil. Untungnya saat ini nelayan nelayan lokal yang berasal dari Singkil memahami betul dampak kerusakan dari metode penangkapan yang merusak (destructive fishing) dan menghindari penggunaan metode ini (hasil FGD dengan kelompok nelayan Kuala Baru, 14 Oktober 2006). Mereka juga menyadari pentingnya keberadaan Rawa Singkil bagi hasil perikanan mereka, seperti yang diungkapkan dalam diskusi mereka,... saat musim hujan, air dari gunung mengganti air rawa sehingga lebih manis, akibatnya udang makanan ikan menjadi banyak... (hasil FGD dengan kelompok nelayan, 14 Oktober 2006). 12

14 2. Ekosistem hutan rawa Untuk Suaka Margasatwa Rawa Singkil, tipe ekosistem ini dapat dijumpai di sepanjang sungai utama yang melintasi kawasan ini, yaitu Sungai Alas dan sungai-sungai kecil yang berhulu di sungai ini. Sebagian besar desa-desa yang menjadi sasaran dalam kegiatan Kampanye Bangga Aceh Singkil, memiliki tipe ekosistem ini, terutama masyarakat kecamatan Kuala Baru dan Rundeng. Hutan rawa memiliki fungsi yang penting tidak hanya bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya namun juga bagi masyarakat Aceh Singkil pada umumnya. Beberapa jenis tumbuhan kayu dengan nilai ekonomi tinggi yang dapat ditemukan dalam ekosistem hutan rawa di kawasan Rawa Singkil antara lain kayu meranti, kayu kapur, keruing, damar laut, dan medang. Masyarakat lokal memanfaatkan hutan rawa untuk berbagai keperluan, kayunya untuk membuat perahu, rumah, dan kayu bakar, sebagai sumber tanaman obat dan lain lain. Selain dalam bentuk hasil kayu dan non kayu, hutan rawa Singkil juga memiliki manfaat lain seperti: Sebagai pengendali banjir dan kekeringan Jalur transportasi (misalnya di kecamatan Kuala Baru dan Rundeng) Pengaman garis pantai dari abrasi/erosi dan badai Permasalahan lingkungan yang saat ini sedang mengancam kelestarian hutan rawa Singkil antara lain permasalahan penebangan kayu liar dan konversi lahan terutama untuk perkebunan kelapa sawit. 3. Ekosistem sungai Ekosistem ini terdapat di semua kecamatan target (Kuala Baharu, Rundeng dan Singkil) dan berperan penting bagi kehidupan masyarakat. Hal ini karena sungai merupakan jalur transportasi, sumber air baku, perikanan, sumber mata pencaharian, untuk pengairan dan lain-lain. 4. Ekosistem buatan Ekosistem buatan yang terdapat dalam kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil terdiri dari ekosistem pertanian dan ekosistem perkebunan. Ekosistem pertanian yang dimaksud adalah ladang/kebun penduduk dan sawah. Sedangkan ekosistem perkebunan adalah perkebunan kelapa sawit baik yang dikelola oleh perusahaan dalam skala besar maupun perkebunan penduduk. Kecamatan Rundeng merupakan salah satu sentra perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Aceh Singkil ( 2006). 13

15 Gambar 3: Lahan Kelapa Sawit yang Baru Dibuka Penduduk di Kecamatan Rundeng Sumber: YEL, Penduduk Populasi Penduduk Secara keseluruhan Kabupaten Aceh Singkil memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa. Sementara jumlah penduduk yang menjadi sasaran kegiatan Kampanye Bangga ini adalah jiwa (data BPS Aceh Singkil, 2005) yang tersebar pada 22 desa di 3 kecamatan. Adapun desa-desa yang menjadi sasaran kegiatan Kampanye Melestarikan Alam Dengan Rasa Bangga dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. 14

16 Tabel 1: Desa-desa Sasaran Kegiatan Kampanye Bangga (Pride Campaign) No. Kecamatan Nama Desa Jumlah Penduduk 1. Kuala Baru Kuala Baru Sungai 636 jiwa 2. Kuala Baru Kuala Baru Laut 896 jiwa 3. Kuala Baru Suka Jaya 396 jiwa 4. Kuala Baru Kayu Menang 223 jiwa 5. Singkil Pulo Sarok jiwa 6. Singkil Siti Ambia jiwa 7. Singkil Suka Makmur 871 jiwa 8. Singkil Kilangan 898 jiwa 9. Singkil Rantau Gedang 571 jiwa 10. Singkil Ujung jiwa 11. Singkil Suka Damai 861 jiwa 12. Rundeng Sibungke 454 jiwa 13. Rundeng Panglima Sahman 340 jiwa 14. Rundeng Muara Batu-batu 813 jiwa 15. Rundeng Pasar Rundeng 902 jiwa 16. Rundeng Binanga 381 jiwa 17. Rundeng Oboh 334 jiwa 18. Rundeng Dah 571 jiwa 19. Rundeng Siberkas 338 jiwa 20. Rundeng Kuta Beringin 128 jiwa 21. Rundeng Belukar Makmur 874 jiwa 22. Rundeng Lae Pamualan 514 jiwa Sumber: BPS, 2005 Sedangkan desa yang mewakili kelompok kontrol adalah Desa Cingkam yang terletak di Kecamatan Gunung Meriah. Jumlah penduduk di desa Cingkam adalah 603 jiwa Gambaran Sosial-Ekonomi Suku-suku yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil cukup beragam mulai dari suku Pakpak, Jawa, Aceh, Karo, Alas, Nias, Jame dan lain lain. Namun mayoritas penduduk adalah suku Pakpak. Data dari Badan Pusat Statistik Aceh Singkil menunjukkan bahwa mata pencaharian utama penduduk Aceh Singkil adalah bidang pertanian, perkebunan, perikanan, perdagangan dan jasa (BPS Aceh Singkil, 2004). Sebagaimana daerah lainnya di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, lembaga adat yang diwakili kemukiman masih ada (BPS Aceh Singkil 2004). Secara 15

17 struktural lembaga mukim terdiri dari kepala mukim dan panglima-panglimanya, yaitu panglima uteun (membawahi permasalahan hutan), panglima laot (membawahi permasalahan di laut), panglima krueng (bertanggung jawab pada permasalahan sungai) dan panglima belang (mengurus permasalahan yang berkaitan dengan sawah). Namun di beberapa tempat peran lembaga adat kemukiman perlahan-lahan semakin berkurang, tergantikan oleh dominansi pemerintahan administratif. Hanya di daerah-daerah tertentu di mana lembaga kemukiman mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat, peran lembaga adat cukup besar Kecamatan Kuala Baru Sedikit berbeda dengan kecamatan lainnya di kabupaten Aceh Singkil, penduduk Kuala Baru didominasi oleh suku Jamu dengan sejumlah kecil penduduk berasal dari Nias, Aceh dan Jawa. Bahasa yang digunakan adalah terutama bahasa Jamu. Sebagai kecamatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, mata pencaharian sebagian besar penduduk (tiga desa) adalah nelayan, dan hanya satu desa yang mata pencaharian penduduknya adalah petani. Untuk wilayah Kabupaten Aceh Singkil, produksi perikanan dari kecamatan Kuala Baru adalah terbesar kedua setelah kecamatan Kepulauan Banyak. Mengingat sebagian besar penduduknya adalah nelayan, maka ketergantungan penduduk Kuala Baru terhadap hutan Rawa Singkil relatif kecil bila dilihat dari segi manfaat langsungnya. Bentuk pemanfaatan yang biasa dilakukan oleh penduduk yaitu pengambilan kayu untuk kebutuhan rumah dan perahu (robin) serta pengambilan hasil hutan non-kayu dalam skala kecil, seperti penangkapan ikan lele lembat, pengumpulan madu dan lain lain. Selain itu pula masyarakat di kecamatan ini memiliki ketergantungan tidak langsung kepada hutan Rawa Singkil. Ketergantungan itu terutama berkaitan dengan ketersediaan sumberdaya ikan dan hubungannya dengan aliran nutrien dari hutan Rawa Singkil. Hasil FGD menunjukkan bahwa, nelayan dari Kuala Baru sedikit banyak telah mengerti adanya keterkaitan antara keberadaan rawa terhadap hasil perikanan mereka. Selain sektor perikanan, sumber pendapatan lainnya bagi penduduk Kuala Baru adalah kerajinan kasep. Kasep adalah perlengkapan perkawinan tradisional mulai dari pelaminan, asesoris hantaran (hadiah pernikahan), pakaian pengantin, hingga perlengkapan kamar tidur (bed cover dan pelengkapnya). Usaha ini biasa dikerjakan oleh ibu ibu dan kaum remaja putri. Kecamatan Kuala Baru terdiri dari satu kemukiman. Luas wilayah kemukiman sama dengan luas wilayah administratif kecamatan. Saat ini luas wilayah kecamatan/kemukiman adalah ± 900 ha. Dari luasan tersebut, 500 ha adalah kawasan hutan yang selama ini berada dalam pengelolaan kemukiman dengan penanggung jawabnya adalah panglima uteun 1. Peran lembaga adat (mukim) di kecamatan Kuala Baru relatif besar dan keberadaannya didukung oleh lembaga pemerintah (Camat). Hasil diskusi lebih 1 Komunikasi langsung dengan Camat Kuala Baru, Kepala Mukim dan Panglima Uteun, 22 Februari

18 lanjut dengan Camat, Kepala Mukim dan Panglima Uteun memperlihatkan bahwa lembaga adat masih menjalankan tugasnya dengan aktif. Peraturan-peraturan adat yang berkaitan dengan pemanfaatan hasil hutan masih diterapkan dan pelaksanaannya dikontrol oleh panglima uteun dan kepala mukim. Namun peraturan-peraturan adat tersebut belum terdokumentasikan dengan baik dan hal ini dalam beberapa hal mempengaruhi pelaksanaan peraturan di lapangan. Gambar 4: Kerajinan Kasep dari Kecamatan Kuala Baru Sumber: YEL, Kecamatan Rundeng Di Kecamatan Rundeng, sebagian besar penduduk adalah suku Pakpak. Di beberapa desa, terutama daerah bekas lokasi transmigrasi, penduduknya berasal dari pulau Jawa. Dalam persentase yang lebih sedikit terdapat juga suku Alas dan suku Aceh, terutama di daerah yang berdekatan dengan kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Selatan. Bahasa yang digunakan di daerah Rundeng kebanyakan adalah bahasa Pakpak. Berbeda dengan Kuala Baru, sumber pendapatan sebagian besar penduduk Rundeng adalah sektor pertanian dan hasil hutan (kayu). Sehingga tingkat ketergantungan penduduk terhadap Rawa Singkil relatif besar, baik sebagai sumber kayu maupun sebagai penyedia areal pertanian. 17

19 Dahulu, Rundeng cukup dikenal sebagai salah satu penghasil kayu di Kabupaten Aceh Singkil, dengan tingkat pembalakan liar (illegal logging) yang cukup tinggi. Namun semenjak operasi illegal logging giat dilaksanakan, aktifitas pengambilan kayu menurun drastis dan penduduk kini lebih banyak menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan perkebunan (kelapa sawit). Dalam persentase yang lebih kecil, sektor perikanan terutama ikan air tawar dari sungai dan rawa menjadi alternatif sumber pendapatan bagi penduduk Rundeng. Berdasarkan catatan BPS Aceh Singkil tahun 2004, sebelum kecamatan Rundeng dimekarkan menjadi dua kecamatan, yaitu kecamatan Rundeng dan kecamatan Longkip, terdapat 3 kemukiman di wilayah ini. Namun berdasarkan informasi dari sekretaris kecamatan (Bapak Junifar, S.Sos) dan pengamatan di lapang, peran lembaga adat dalam pengambilan keputusan ataupun pengelolaan sumberdaya alam tidak sebesar dan seaktif kemukiman Kuala Baru. Dalam banyak hal pemangku kepentingan administratif (kepala desa/keuchik) lebih memegang peranan Kecamatan Singkil Suku-suku yang terdapat di kecamatan Singkil sedikit lebih bervariasi dibanding kecamatan lainnya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pusat pemerintahan terletak di kecamatan ini, sehingga terdapat cukup banyak pendatang baik dari kecamatan lain maupun dari luar kabupaten Aceh Singkil. Namun suku terbanyak adalah suku Pakpak. Sumber matapencaharian penduduk pun bervariasi, mulai dari nelayan, petani, wiraswasta hingga pegawai negeri. Data BPS Aceh Singkil tahun 2004 menunjukkan bahwa kecamatan Singkil termasuk salah satu kecamatan dengan produksi perikanan (baik laut maupun air tawar) tertinggi, bersama-sama dengan kecamatan Kepulauan Banyak, Kuala Baru dan Singkil Utara. Kecamatan Singkil memiliki 4 kemukiman. Walaupun peran lembaga adat dalam pengambilan keputusan tidak terlalu jelas, namun keberadaan lembaga adat ini masih bisa dirasakan. Hal ini terlihat saat terjadi konflik manusia-satwa pada bulan Januari lalu, di mana ada penduduk yang menjadi korban buaya yang hidup di DAS Alas. Selain BKSDA dan pemerintah setempat, panglima uteun juga terlibat dalam pencarian dan penangkapan buaya. Namun sejauh mana penerapan aturan adat serta pelaksanaan tugas-tugas adat oleh lembaga adat yang ada, masih perlu penggalian lebih lanjut Situasi Politik ik Masyarakat di Aceh Singkil sedikit berbeda dengan masyarakat Aceh pada umumnya. Meskipun mereka juga mengalami kondisi yang sulit yang diakibatkan oleh konflik horisontal dan vertikal yang berkepanjangan beberapa waktu yang lalu, dampak penandatanganan perjanjian damai di Helsinki pada tahun 2005 belum terlalu membawa perubahan sosial ekonomi. Secara budaya masyarakat di Aceh Singkil merupakan campuran dari berbagai macam 18

20 kelompok suku, mulai dari Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa dan kaum pendatang lainnya. Hal ini juga mungkin yang mengakibatkan ikatan kepada daerah tidak terlalu kuat. Selain itu, perbedaan yang cukup mencolok antara masyarakat di Aceh Singkil dan masyarakat Aceh pada umumnya adalah dalam penerapan undang-undang syariah (hukum Islam). Sementara di tempat lain penerapannya sudah dijalankan, di Aceh Singkil undang-undang syariah belum secara kuat ditegakkan. Secara umum sistem politik yang ada di kabupaten Aceh Singkil sama dengan daerah daerah lainnya. Sistem demokrasi digunakan untuk memilih pemimpin daerah dan wakil-wakil rakyat. Sementara itu pemangku kepentingan tingkat kecamatan dan desa cenderung masih menggunakan sistem penunjukan dari level yang lebih tinggi. Peran lembaga adat dalam pengambilan keputusan secara umum terlihat tidak terlalu dominan walaupun di beberapa tempat seperti kecamatan Kuala Baru, kemukiman juga berperan dalam pengambilan keputusan. Sebagaimana daerah-daerah lainnya di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, kabupaten Aceh Singkil juga baru melaksanakan pemilihan kepala daerah. Walaupun hasil pemilihan telah resmi dipublikasikan sejak bulan Januari 2006, namun proses pengesahan dan pelantikan bupati terpilih masih terhambat. Hal ini dikarenakan masih adanya gugatan dari calon bupati lainnya mengenai hasil pemungutan survei. Situasi ini sedikit banyak dapat mempengaruhi pelaksanaan program program konservasi di wilayah ini termasuk program Kampanye Bangga Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil Status Kawasan dan Luasnya Suaka Margasatwa Rawa Singkil ditetapkan pada tanggal 26 Februari 1998 berdasarkan SK Menhut No. 166/Kpts II/1998, dengan luas kawasan ha. Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil terdiri dari hutan produksi yang berubah status seluas ha dan hutan rawa seluas ha. Hutan produksi yang mengalami perubahan status menjadi kawasan suaka tersebut adalah areal HPH PT. Lembah Bakti seluas ha dan PT Alas Aceh Perkasa Timber seluas ha, yang telah berakhir masa hak gunanya. Selain sebagai kawasan suaka alam, berdasarkan Keppres No. 33 tahun 1998, Rawa Singkil juga ditetapkan sebagai bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser Sejarah Pengelolaan Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil Sebagai suatu kawasan konservasi, secara hukum Suaka Margasatwa Rawa Singkil berada di bawah pengelolaan BKSDA, dalam hal ini BKSDA Seksi Wilayah II Aceh Singkil. Sementara secara administratif, kawasan Suaka Margasatwa 19

21 Rawa Singkil berada di bawah dua kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Singkil (bagian utara) dan Kabupaten Aceh Selatan (bagian selatan). Dalam pelaksanaan teknis di lapangan, antara tahun , kawasan ini berada dibawah tanggung jawab Resort Aceh Selatan yang merupakan bagian dari BKSDA Seksi Wilayah II Aceh. Hal ini dikarenakan pada saat itu kantor BKSDA Seksi Wilayah II Aceh masih berlokasi di Banda Aceh. Setelah kantor BKSDA Seksi Wilayah II Aceh dipindahkan ke Aceh Singkil pada tahun 2003, maka pengelolaan SM Rawa Singkil langsung berada di bawah kepala seksi. Sebagai bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser, SM Rawa Singkil juga termasuk dalam pengelolaan Yayasan Leuser Internasional (dahulu dikenal sebagai Unit Manajemen Leuser UML). Sejak ditetapkan hingga saat ini, belum ada pengelolaan yang baik terhadap kawasan baik dari BKSDA maupun Yayasan Leuser Internasional (YLI). Bentuk pengelolaan yang sejauh ini telah dilaksanakan oleh BKSDA adalah penetapan tata batas kawasan sepanjang m di kecamatan Trumon Aceh Selatan, dan penanganan konflik satwa manusia (misalnya pengusiran gajah di Trumon dan penangkapan buaya di Singkil). Namun sosialisasi mengenai status dan fungsi kawasan sejauh ini masih sangat kurang, sebagaimana diperkuat oleh hasil survei. Bentuk pengelolaan kawasan KEL yang telah dilaksanakan YLI/UML antara lain pembentukan koridor Singkil Bengkung. Koridor ini dimaksudkan untuk menghubungkan SM Rawa Singkil dengan Taman Nasional Gunung Leuser dan merupakan jalur migrasi satwa seperti gajah. Namun pembentukan koridor ini sempat menimbulkan permasalahan karena berkonsekuensi pada pembebasan lahan dan pemindahan pemukiman penduduk. UML juga pernah melakukan tata batas kawasan KEL dan memasang tonggaktonggak batas kawasan di beberapa desa di Kecamatan Rundeng. Hal ini juga menimbulkan permasalahan dengan penduduk karena tidak ada proses sosialisasi mengenai pemasangan batas KEL tersebut. Akibatnya penduduk merasa seolah-olah tanah mereka telah diambil oleh UML/YLI. Selain pembentukan koridor Singkil Bengkung dan pemasangan tonggak batas KEL, tidak ada bentuk pengelolaan lainnya yang dilakukan oleh UML/YLI hingga saat ini. Walaupun kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan suaka margasatwa sejak tahun 1998, namun penetapan tapal batas kawasan belum terlaksana sepenuhnya. Seperti telah dijelaskan di atas, batas kawasan yang telah dipetakan baru m, sementara sebagaian besar kawasan masih belum terpetakan dengan jelas. Hal ini sedikit banyak menyumbang kepada permasalahan ketidakjelasan status lahan di kawasan ini, terutama yang berbatasan dengan pemukiman ataupun areal pertanian penduduk Gambaran Umum Permasalahan di Kawasan Target Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, hingga saat ini penetapan batas kawasan belum terlaksana sepenuhnya. Ketidakjelasan batas kawasan ini menyebabkan munculnya berbagai permasalahan dengan penduduk yang 20

22 bermukim di sekitar kawasan, seperti ketidakjelasan kepemilikan lahan, munculnya konflik rencana pengembangan lahan pertanian penduduk dan keberadaan kawasan SM Rawa Singkil, overlapping lahan penduduk kawasan dan lain lain. Di kecamatan Kuala Baru, seperti telah disebutkan sebelumnya, sekitar 500 ha kawasan hutan yang berada di daerah ini berada dalam pengelolaan kemukiman Kuala Baru. Namun sebagaimana diungkapkan oleh Camat Kuala Baru, ada keraguan di antara mereka, apakah kawasan yang mereka kelola itu sebagian juga masuk dalam kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Hal ini secara hukum hingga kini belum dapat dijelaskan, bahkan oleh pihak BKSDA sebagai pengelola kawasan. Selain itu, saat ini ada upaya pengembangan kawasan kecamatan dengan membangun pemukiman dan kompleks perkantoran kecamatan yang terletak di seberang sungai dari pemukiman yang ada saat ini. Kemungkinan areal pengembangan ini termasuk dalam kawasan SM Rawa Singkil, namun karena tata batas belum jelas, hal ini sulit untuk dicegah. Namun hal ini belum menjadi permasalahan yang menimbulkan konflik di Kecamatan Kuala Baru. Sementara itu di kecamatan Rundeng, ketidak jelasan tata batas juga menyebabkan munculnya konflik antara rencana pengembangan lahan pertanian penduduk dan keberadaan kawasan SM Rawa Singkil. Hal ini berawal dari kenginan masyarakat yang ingin meningkatkan perekonomian mereka dengan membuka areal perkebunan kelapa sawit menggunakan dana bantuan PPK (Program Pengembangan Kecamatan). Namun saat program tersebut akan direalisasikan, ternyata kawasan tersebut teridentifikasi sebagai bagian dari SM Rawa Singkil. Akibatnya rencana proyek ini pun ditolak oleh PPK dan menimbulkan kekecewaan masyarakat Rundeng terhadap pengelola kawasan dalam hal ini BKSDA. Konflik yang muncul akibat tata batas yang belum jelas diperparah dengan kurangnya sosialisasi oleh pihak yang berwenang mengenai keberadaan kawasan. Selain permasalahan yang berkaitan dengan tata batas, SM Rawa Singkil juga mengalami berbagai permasalahan lainnya seperti: 1. Pembalakan liar (illegal logging) Ilegal logging merupakan salah satu permasalahan lingkungan serius di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kabupaten Aceh Singkil merupakan salah satu kabupaten dimana kegiatan perambahan hutan cenderung meningkat (Serambi Online, 11 Juni 2006). Untuk menangani kasus pembalakan liar, sekitar bulan Februari Maret 2006 dilaksanakan investigasi dan proses penegakan hukum terhadap pelaku-pelaku illegal logging di kabupaten Aceh Singkil (Data primer, 2006). Namun rupanya tindakan ini kurang efektif dan tidak membuat jera para pelaku pembalakan liar ini seperti diungkapkan oleh Kepala BKSDA Propinsi Naggroe Aceh Darussalam, Drs. Andi Basrul (Serambi Online, 11 Juni 2006). Kerusakan hutan akibat perambahan liar dan aktivitas HPH telah mengakibatkan banjir yang terjadi beberapa kali di wilayah Singkil dan Trumon (Ahmad, 1999). Informasi dari masyarakat setempat seperti dari desa Oboh, Kecamatan Rundeng memperkuat kenyataan bahwa banjir kini merupakan permasalahan rutin di daerah sekitar Rawa Singkil (pers. comm. dengan masyarakat desa, Maret 2006). Data Bappedalda Kabupaten Aceh Singkil tahun 2004 juga 21

23 menunjukkan bahwa Kecamatan Kuala Baru dan Rundeng yang terletak dekat Suaka Margasatwa Rawa Singkil dan berada di DAS Alas termasuk daerah rawan banjir. 2. Konflik manusia-satwa Kegiatan perambahan hutan di Aceh Singkil yang semakin meningkat juga menyebabkan rusaknya habitat satwa liar. Akibatnya konflik manusia dan satwa liar semakin sering terjadi. Serambi Online (2006) melaporkan bahwa gangguan gajah liar yang belakangan sering terjadi di beberapa daerah pedalaman Aceh, erat kaitannya dengan aksi penebangan yang dilakukan di daerah tersebut. Misalnya, di Suaka Margasatwa Rawa Singkil (Kabupaten Aceh Singkil), masyarakat melaporkan bahwa penebangan hutan masih berlangsung setiap hari (Serambi Online, 11 Juni 2006). 3. Konversi kawasan hutan untuk areal pertanian Konversi kawasan hutan untuk dijadikan lahan pertanian juga terjadi di Suaka Margasatwa Rawa Singkil, hal ini dapat mengancam kelestarian keanekaragaman hayati di daerah tersebut. Misalnya konversi hutan untuk lahan pertanian yang terjadi di beberapa desa di Kecamatan Rundeng. Hal ini terjadi karena luasan daratan yang selama ini digunakan untuk pemukiman penduduk setempat mengalami degradasi akibat abrasi dan banjir. Akibatnya mereka terpaksa memindahkan pemukiman mereka lebih menjorok ke daratan yang berakibat kepada lahan pertanian mereka yang terletak di belakang kampung pun harus dipindahkan. Selain itu, masyarakat mengaku melakukan konversi lahan ini karena mereka tidak tahu bahwa areal hutan tersebut merupakan bagian dari kawasan konservasi. Selain itu, sebagai bagian dari program pengembangan kecamatan, di beberapa desa di kecamatan Rundeng rencananya akan dikembangkan perkebunan kelapa sawit masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, ada kemungkinan areal yang akan dikonversi merupakan bagian dari kawasan suaka margasatwa Rawa Singkil. Ahmad (1999) melaporkan bahwa perubahan fungsi hutan di kawasan Lawe Bengkung (ujung koridor Singkil-Bengkung) sebagai tempat pemukiman dan pertanian bagi transmigran mengganggu distribusi dan pengendalian air dari sungai Alas. Permasalahan lainnya yang mungkin timbul akibat perubahan fungsi ini antara lain: terganggunya jalur lintasan satwa Singkil-Bengkung, musnahnya keanekaragaman hayati dan plasma nutfah sekaligus mengancam kesinambungan pemanfaatan lahan dan air terutama untuk kabupaten Aceh Tenggara, Dairi dan Aceh Selatan (Ahmad, 1999). 4. Perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi unggulan kabupaten Aceh Singkil. Sentra perkebunan kelapa sawit terdapat di Kecamatan Gunung Meriah, Simpang Kanan, dan Rundeng (Kompas Online, 30 September 2006). 22

24 Perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit membawa dampak hilangnya habitat satwa liar. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi populasi satwa yang berada di kawasan Rawa Singkil. Van Schaik et al. (2001) menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab menurunnya populasi orangutan sumatera (Pongo abelii), selain illegal logging, perburuan dan perdagangan serta pemeliharaan untuk kesenangan atau hobi, adalah konversi hutan menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Konversi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit yang monokultur juga membawa konsekuensi lain karena tanaman monokultur rentan terhadap hama dan penyakit tanaman. 5. Pembangunan jalan Saat ini ada rencana pembangunan jalan yang akan menghubungkan desa-desa yang ada di sekitar kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil (Kuala Baru Rundeng). Di satu sisi, rencana ini bermanfaat bagi masyarakat setempat karena dapat membuka akses ke desa-desa terisolir dan dengan demikian dapat meningkatkan perekonomian mereka. Di sisi lain, rencana pembangunan jalan yang melintasi Suaka Margasatwa Rawa Singkil dapat mengancam kelestarian sumberdaya alam hayati yang ada di dalam kawasan. Hasil penelitian Dessy (1996) menunjukkan bahwa pembangunan jalan yang memotong wilayah hutan menghilangkan habitat satwa secara langsung, mengakibatkan perbedaan kondisi lingkungan dan iklim mikro antara daerah tepi jalan dengan bagian tengah hutan. Selain itu, dampak ekologis yang terjadi akibat pembangunan jalan raya tidak hanya seluas areal hutan yang ditebang, tetapi ditambah dengan 40 m di sepanjang sisi kiri dan kanan jalan Lembaga Lain yang Pernah/Sedang Bekerja di Kawasan Target Sebagaimana disebutkan di atas lembaga-lembaga yang pernah bekerja di kawasan Rawa Singkil termasuk komunitas masyarakat yang berada di sekitar kawasan adalah YLI/UML dan BKSDA. Selain kedua lembaga ini, ada beberapa lembaga lainnya baik pemerintah maupun non pemerintah yang bekerja di wilayah ini Lembaga pemerintah Lembaga pemerintah yang pernah bekerja di sekitar kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil adalah BRR Wilayah Aceh Singkil. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah pembangunan infra struktur seperti pembangunan rumah penduduk, puskesmas dan kantor Camat di Kuala Baru, termasuk merintis pembangunan jalan yang menghubungkan desa-desa di sekitar kawasan. Namun aktifitas pembangunan jalan ini kemudian terhenti karena bertentangan dengan peraturan perundangan mengenai kawasan suaka margasatwa. 23

25 Lembaga Non Pemerintah Selain lembaga pemerintah, terdapat sejumlah lembaga non pemerintah yang bekerja di Kabupaten Aceh Singkil termasuk di daerah sasaran kampanye. Lembaga-lembaga tersebut umumnya adalah LSM baik internasional maupun lokal serta lembaga pendidikan. Lembaga internasional yang pernah atau sedang bekerja di Kabupaten Aceh Singkil antara lain Caritas Swiss, IOM (International Organsization for Migration), CRS (Chatolic Relief Service), Pompiers Sans Frontieres, dan UNDP. Caritas Swiss dan IOM lebih banyak bekerja di bidang pembangunan rumah untuk korban gempa Nias. Selain pembangunan infrastruktur, IOM juga mulai terlibat dalam bidang advokasi terutama menyangkut penegakan human rights di kalangan aparat militer. CRS memfokuskan diri pada bidang kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak. Sedangkan UNDP selama ini lebih banyak bergerak di bidang pengembangan ekonomi mikro. Bentuk bantuan yang pernah diberikan oleh UNDP antara lain sarana untuk usaha kecil (warung makan/kafe) seperti tenda dan rak untuk berjualan. Pompiers San Frontieres adalah organisasi pemadam kebakaran Perancis yang banyak terlibat dalam kegiatan kemanusiaan lintas batas. Adapun program Pompiers di Aceh Singkil adalah program pelatihan penanggulangan kecelakaan dan bencana. Dalam melaksanakan program ini, Pompiers bekerja sama dengan YEL PanEco. Selain LSM internasional ada beberapa LSM lokal yang juga pernah bekerja di Kabupaten Aceh Singkil, antara lain Yayasan Bangkaru, WWG (Wetland Watching Group), Yayasan Daun, Wanahydro dan YEL. Didirikan oleh Mahmud Bangkaru, seorang warga negara asing, Yayasan Bangkaru merupakan salah satu LSM perintis di Kabupaten Aceh Singkil. Lembaga yang berpusat di Pulau Banyak banyak bergerak di bidang ekowisata dan pengembangan masyarakat. Namun saat ini, aktifitas lembaga ini telah terhenti dan staf lokalnya banyak yang kemudian bergabung dengan LSM-LSM lainnya di Aceh Singkil ataupun membentuk LSM sendiri. WWG adalah sebuah LSM lokal yang didirikan oleh alumni STIK Banda Aceh asal Aceh Singkil. Lembaga ini bergerak di bidang konservasi dan lingkungan hidup. Walau tidak terlalu aktif namun lembaga ini masih eksis dan masih melakukan beberapa kegiatan seperti terlibat dalam program GERHAN di Kecamatan Rundeng. Selain itu, beberapa staf lembaga ini pernah terlibat dalam kegiatan Kampanye Bangga di Aceh Singkil, baik sebagai peserta pertemuan stakeholder maupun sebagai fasilitator dalam kegiatan FGD di Kuala Baru. Yayasan Daun juga adalah sebuah LSM lokal dan bergerak di bidang lingkungan hidup dan advokasi. Untuk bidang lingkungan hidup, LSM ini melakukan kegiatan rehabilitasi/reboisasi serta pendidikan lingkungan di sekolah. Sedangkan untuk bidang kesehatan, Yayasan Daun dengan dukungan dari WHO melakukan program advokasi untuk pelayanan kesehatan, baik melalui puskesmas maupun dari tenaga medis. 24

26 Seperti halnya WWG, Yayasan Wanahydro juga didirikan oleh alumnus STIK Banda Aceh. Saat ini, banyak aktifis WWG yang juga terlibat dalam lembaga ini. Yayasan Wanahydro memfokuskan diri pada bidang konservasi perairan dan pesisir serta pengembangan masyarakat. Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) pertama kali hadir di kabupaten Aceh Singkil melalui program Mobil Unit Pendidikan Konservasi Orangutan. Setelah beberapa kunjungan non-reguler pada tahun akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006, maka sejak bulan September 2006, YEL mulai aktif melaksanakan programprogramnya di kabupaten Aceh Singkil. Program program YEL di Aceh Singkil antara lain program Mobile Unit Pendidikan Konservasi Orangutan, Mobil Unit Kesehatan dan Lingkungan dan program Kampanye Bangga. Kegiatan yang dilaksanakan Mobil Unit Pendidikan Konservasi Orangutan di Kabupaten Aceh Singkil antara lain penyuluhan konservasi di sekolah dan masyarakat, pemutaran film konservasi, dan program pelatihan pendidikan lingkungan di sekolah untuk guru-guru biologi dan geografi SMP dan SMA. Mobil Unit Kesehatan dan Lingkungan sejauh ini telah melakukan dua macam kegiatan yaitu pendidikan lingkungan untuk siswa-siswi sekolah dasar dan program pelatihan penanggulangan kecelakaan dan bencana bersama-sama dengan Pompiers. Program Kampanye Bangga merupakan program kolaboratif antara YEL PanEco, RARE dan ESP USAID. Kegiatan ini difokuskan pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Singkil, Kuala Baru dan Rundeng. Selain LSM, ada juga lembaga pendidikan yang terlibat langsung dengan program-program pengembangan masyarakat. Salah satu lembaga pendidikan tersebut adalah Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Aceh Singkil. Dosen-dosen yang mengajar di lembaga ini umumnya aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan sebagai narasumber ataupun fasilitator dalam berbagai kegiatan pelatihan, misalnya pelatihan pengolahan hasil pertanian. Selain itu para mahasiswa juga cukup terlibat dalam kegiatan pengembangan masyarakat. Salah satunya adalah dengan menjadi volunteer pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh YEL di kabupaten Aceh Singkil. 25

27 2 STAKEHOLDER MEETING Suatu upaya perlindungan dan pelestarian alam suatu kawasan tidak dapat berhasil tanpa dukungan dari masyarakat, terutama yang berdiam di sekitar kawasan. Pelibatan langsung masyarakat dilakukan melalui pertemuan stakeholder yang dilakukan di awal dan akhir proses. Tujuan utama dari pertemuan stakeholder yang pertama adalah untuk mengumpulkan informasi dari masyarakat mengenai faktor faktor yang mempengaruhi keberadaan hutan Rawa Singkil. Sedangkan tujuan utama pertemuan stakeholder kedua adalah untuk membangun konsensus dan dukungan terhadap rangkaian kegiatan yang telah dirancang. Pertemuan stakeholder yang pertama dihadiri oleh 35 orang yang mewakili berbagai kelompok masyarakat dan instansi pemerintah dan berlangsung di Gedung Serbaguna Kabupaten Aceh Singkil. Sedangkan pertemuan stakeholder yang kedua dihadiri oleh 23 orang. Tabel 2 berikut adalah matriks yang menggambarkan motif dan kepentingan kelompok masyarakat dalam pertemuan stakeholder pertama dan kedua. Tabel 2: Matriks Stakeholder untuk Pertemuan Stakeholder Pertama dan Kedua No. Peserta/Organisasi Isu Kunci Minat/motif Potensi Kontribusi Konsekuensi 1 Camat Kuala Baru Dukungan Pemerintah, program Pemerintah, potensial konflik antara keberadaan kawasan SM Rawa Singkil dengan program pemerintah potensi dukungan terhadap program pemerintah, link program ide-ide untuk pengembangan program pembangunan di daerah tersebut, dukungan terhadap program pemerintah Jaminan dukungan dan keterlibatan pemerintah lokal, masuknya ide dan pandangan pemerintah dalam program PRIDE 2 Camat Rundeng Dukungan Pemerintah, program Pemerintah, potensial konflik antara keberadaan kawasan SM Rawa Singkil dengan program pemerintah potensi dukungan terhadap program pemerintah, link program ide-ide untuk pengembangan program pembangunan di daerah tersebut, dukungan terhadap program pemerintah Jaminan dukungan dan keterlibatan pemerintah lokal, masuknya ide dan pandangan pemerintah dalam program PRIDE 26

28 No. Peserta/Organisasi Isu Kunci Minat/motif Potensi Kontribusi Konsekuensi 3 Mukim Kuala Baru Pengetahuan tradisional dan kebiasaan setempat dalam pengelolaan sumberdaya alam Potensi untuk kearifan tradisional, pengelolaan sumber daya alam dan keterlibatan dalam program Dapat mengangkat kearifan lokal Keterlibatan lembaga adat dalam program, keseimbangan perspektif antara pemerintah dan masyarakat 4 Mukim Rundeng Pengetahuan tradisional dan kebiasaan setempat dalam pengelolaan sumberdaya alam Potensi untuk kearifan tradisional, pengelolaan sumber daya alam dan keterlibatan dalam program Dapat mengangkat kearifan lokal Keterlibatan lembaga adat dalam program, keseimbangan perspektif antara pemerintah dan masyarakat 5 BKSDA Nilai penting kawasan SM Rawa Singkil, tata batas kawasan, konflik antara kepentingan perlindungan kawasan dan kebutuhan masyarakat lokal, dan masalahmasalah konservasi lainnya Perlindungan kawasan SM Rawa Singkil Dukungan terhadap kawasan SM Rawa Singki Keterlibatan dalam program, kebijakan konservasi yang kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat 6 Bapedalda Pengelolaan sumberdaya alam kaitannya dengan dampak lingkungan ide-ide untuk pengembangan program pembangunan di daerah tersebut, dukungan terhadap program potensi dukungan terhadap program pemerintah, link program Jaminan dukungan dan keterlibatan pemerintah lokal, masuknya ide dan pandangan pemerintah dalam program PRIDE 7 Dinas Pendidikan Pengembangan Pendidikan, kurikulum sekolah, dukungan instansi pendidikan pengembangan pendidikan konservasi dan lingkungan hidup dukungan material dan peningkatan kapasitas integrasi dengan kurikulum, pelatihan guru, keterlibatan langsung 8 Tokoh agama Nilai-nilai keislaman dan etika program PRIDE dapat dilakukan lewat kegiatan keagamaan Dukungan dan Kerjasama dari Komunitas Islam Ceramah Konservasi, studi tentang kaitan Islam dengan konservasi 27

29 No. Peserta/Organisasi Isu Kunci Minat/motif Potensi Kontribusi Konsekuensi 9 Tokoh pemuda Pengembangan Kapasitas, Organisasi Pemuda, Kesenian Daerah Dukungan dan Kerjasama: peningkatan kapasitas dan keterampilan program PRIDE dapat mengembangkan potensi pemuda Keterlibatan pemuda secara penuh:perspektif pemuda dalam pengelolaan sumber daya alam, posisi dan perspektif pemuda mengenai konflik yang ada di kawasan SM Rawa Singkil 10 Perwakilan PPK (Program Pengembangan Kecamatan) Rencana pengembangan program, kejelasan status perlindungan kawasan SM Rawa Singkil ide-ide untuk pengembangan program pembangunan di daerah tersebut, dukungan terhadap program dukungan terhadap program, kerjasama dan kejelasan keberadaan kawasan dan rencana program konservasi Jaminan dukungan dan keterlibatan pemerintah lokal, masuknya ide dan pandangan pemerintah dalam program PRIDE 11 Ikatan wanita pengusaha Kuala Baru peran wanita dalam ekonomi keluarga dan pengelolaan SDA eksistensi perempuan dukungan dan kerjasama kelompok perempuan untuk konservasi Keterlibatan perempuan dalam program 12 PKK Pengaruh keluarga dalam pemanfaatan SDA, gender eksistensi perempuan dukungan dan kerjasama kelompok perempuan untuk konservasi Keterlibatan perempuan dalam program 13 Wetland Watching Group Pengelolaan SDA yang kolaboratif ketertarikan terhadap program integrasi program keterlibatan dalam program 14 Polisi keamanan, masyarakat mendukung polisi pengamanan dukungan keamanan dan kerjasama di lapangan penegakan hokum 15 Kepala Desa (Keuchik) Peran rakyat dalam pengelolaan SDA dampak program terhadap pengelolaan SDA oleh masyarakat pengelolaan SDA yang kolaboratif, tersampaikannya aspirasi masyarakat dukungan dan keterlibatan dalam program 28

30 No. Peserta/Organisasi Isu Kunci Minat/motif Potensi Kontribusi Konsekuensi 16 Dinas Perkebunan Rencana pengembangan program perkebunan keterkaitan dengan rencana pengembangan perkebunan rakyat (kelapa sawit) link program, peta permasalahan pengelolaan sumberdaya alam dukungan dan keterlibatan dalam program, masuknya ide dari pemerintah daerah dalam program 17 Dinas Kehutanan Program DisHut, dukungan Dishut, dan pengelolaan SDH potensi dukungan terhadap program pemerintah, link program link program, model konseptual ancaman dan peluang pengelolaan sumberdaya alam di target site dukungan dan keterlibatan dalam program, masuknya ide dari pemerintah daerah dalam program 18 BAPPEDA Rencana pengembangan dan pembangunan daerah keterkaitan dengan program pemerintah daerah link program dukungan dan keterlibatan dalam program, masuknya ide dari pemerintah daerah dalam program 19 Guru Pengembangan Pendidikan, kurikulum sekolah, dukungan instansi pendidikan pengembangan pendidikan konservasi dan lingkungan hidup dukungan material dan peningkatan kapasitas integrasi dengan kurikulum, pelatihan guru, keterlibatan langsung 29

31 3 MODEL PEMIKIRAN AWAL HUTAN RAWA SINGKIL Para peserta yang hadir dalam pertemuan stakeholder secara kolektif membangun suatu model pemikiran awal hutan Rawa Singkil 2. Model pemikiran ini sebenarnya menggambarkan faktor-faktor yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hutan Rawa Singkil. Selain itu, model pemikiran ini menggambarkan hubungan sebab akibat dari faktor-faktor tersebut. Keterlibatan (perwakilan) masyarakat dalam mengembangkan model pemikiran ini adalah untuk mendapatkan kesepahaman mengenai target kondisi yang ditinjau (hutan Rawa Singkil) dan semua faktor yang mempengaruhinya. Dengan kata lain, keterlibatan para peserta workshop adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang ada di kawasan target berdasarkan sudut pandang masyarakat setempat. Kondisi target adalah ekosistem hutan Rawa Singkil, dan secara lebih khusus Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Saat ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan dan kelestarian ekosistem Rawa Singkil. Faktorfaktor tersebut adalah pembukaan hutan untuk pemukiman, pembukaan jalan aspal/ besar, penebangan kayu secara liar, ladang berpindah, pembakaran hutan, pembukaan hutan untuk lahan pertanian non kelapa sawit, berburu satwa, pembuatan kanal-kanal baru, dan perkebunan kelapa sawit yang tidak ramah lingkungan yang disebabkan oleh alam di dalam maupun disekitar kawasan Suaka Margasatwa Singkil. Pembukaan lahan untuk pemukiman yang dapat mengancam keberadaan hutan rawa Singkil adalah kegiatan pembukaan lahan di kecamatan Rundeng dan Kuala Baru. Sebagai akibat situasi keamanan di masa konflik banyak perkampungan dan pemukiman penduduk di Rundeng yang harus dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Untuk mengatasi keterbatasan lahan yang ada perlu dilakukan pembukaan areal hutan. Sementara itu di Kuala Baru, rencana pengembangan wilayah dapat mengancam keberadaan hutan Rawa Singkil. Observasi lapang mengindikasikan adanya kemungkinan bahwa pemukiman penduduk dan infrastruktur pemerintah yang baru dibangun overlapping dengan kawasan SM Rawa Singkil. Pembangunan pemukiman penduduk ini dilakukan selain sebagai bagian pengembangan wilayah juga untuk mengatasi permasalahan pemukiman penduduk yang mengalami penurunan akibat gempa. Pembukaan jalan aspal/ besar saat ini menjadi keinginan sebagian besar masyarakat terutama di Kecamatan Kuala Baru dan Rundeng. Kebutuhan ini muncul karena adanya kebutuhan untuk akses keluar dan untuk pengembangan perekonomian Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan lahan sebagai tempat pemukiman, apalagi didukung tidak adanya sistem/ kebijakan pengelolaan kawasan dan kurangnya pengetahuan tentang fungsi kawasan, mengakibatkan adanya kegiatan pembukaan lahan untuk pemukiman secara terus menerus. 2 Dalam pertemuan stakeholder istilah yang digunakan adalah hutan Rawa Singkil karena masyarakat setempat lebih familiar dengan istilah ini dibandingkan dengan istilah Suaka Margasatwa Rawa Singkil 30

32 Kebutuhan ekonomi merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi kelestarian ekosistem rawa Singkil, dan memicu terjadinya penebangan kayu secara liar, ladang berpindah, pembakaran hutan, dan pembukaan lahan untuk pertanian. Pembukaan hutan untuk lahan pertanian yang dilakukan masyarakat karena alasan ekonomi berkaitan erat juga dengan kegiatan perladangan berpindah dan pembakaran hutan. Hal ini karena kedua praktek kegiatan pertanian ini yang juga dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan SM Rawa Singkil. Masih berlangsungnya praktek perladangan berpindah diakui oleh masyarakat diakibatkan kegagalan panen, sehingga masyarakat mencari lahan lain sebagai lahan pengganti. Dan dalam upaya pembukaan lahan baru ini, salah satu metode yang umum digunakan adalah dengan pembakaran hutan. Kegiatan perburuan satwa yang terjadi di dalam kawasan ekosistem Rawa Singkil disebabkan terutama karena alasan ekonomi. Hal ini terutama berkaitan erat dengan datangnya orang-orang kota yang mempunyai kekuasan dan uang, untuk melakukan ekploitasi SDA secara berlebihan khususnya perburuan satwa. Banjir musiman adalah salah satu faktor alam yang dirasa dapat mempengaruhi ekosistem Rawa Singkil. Curah hujan yang relatif tinggi pada bulan-bulan tertentu serta terjadinya sedimentasi pada daerah aliran sungai di dalam dan sekitar kawasan merupakan penyebab terjadinya banjir musiman ini. Banjir musiman ini secara langung juga mendorong adanya pembuatan kanal-kanal di sekitar dan dalam kawasan Rawa Singkil. Kanal kanal ini terutama ditujukan untuk pengendalian banjir musiman dan untuk keperluan irigasi lahan pertanian masyarakat. Namun demikian keberadaan kanal-kanal ini secara langsung maupun tidak langsung juga mempengaruhi ekosistem Rawa Singkil. Akhirnya, bila ditelusuri lebih lanjut, berbagai faktor langsung maupun tidak langsung yang mengancam keberadaan dan kelestarian ekosistem hutan Rawa Singkil berhubungan erat dengan kurangnya informasi yang diberikan oleh pihak pemerintah tentang status dan fungsi kawasan serta sistem/kebijakan pengelolaan kawasan yang masih belum berjalan dengan baik. Akibat kurangnya sosialisasi tentang status dan fungsi kawasan ini, masyarakat pun cenderung untuk melakukan kegiatan eksploitasi di kawasan SM Rawa Singkil yang pada akhirnya dapat mengancam kelestarian kawasan itu sendiri. Diagram 1 berikut menggambarkan model pemikiran yang dikembangkan bersama-sama para peserta pertemuan stakeholder beberapa waktu yang lalu. 31

33 Diagram 1: Model Pemikiran Awal Suaka Margasatwa Rawa Singkil Pemukiman Pembukaan lahan untuk pemukiman Kebutuhan penelitian Kebutuhan akses keluar Pembukaan jalan (aspal/besar) Sistem pengelolaan kawasan (Kebijakan) Kebutuhan ekonomi Karena terjadi gagal panen Penebangan liar Ladang berpindah Hilangnya kearifan tradisional Kebutuhan lahan (usaha) Pembakaran hutan Hutan Rawa Singkil Kurangnya pengetahuan tentang fungsi kawasan Pembukaan hutan untuk lahan pertanian Orang kaya yang melakukan eksploitasi SDA berlebihan/tidak bijaksana Irigasi Berburu margasatwa Pembuatan kanal-kanal baru Lemahnya penegakan hukum Pembentukan sedimensedimen pada DAS Banjir musiman Penangkapan ikan dengan peledak di rawa Curah hujan 32

34 4 FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Secara umum Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu metoda penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Pemilihan peserta dilakukan berdasarkan analisa faktor-faktor langsung yang tergambar dalam konseptual model, diskusi-diskusi yang berkembang dalam stakeholder meeting, dan diskusi-diskusi dengan masyarakat. Dari hasil analisa permasalahan yang terjadi, maka diperoleh 5 kelompok FGD dengan karakteristik peserta sebagai berikut: a. Kecamatan Kuala Baru Kelompok 1: Petani laki-laki umur tahun, isu yang didiskusikan: Pembukaan hutan untuk areal pertanian Kelompok 2: Nelayan laki-laki, umur tahun, isu yang didiskusikan: pemahaman tentang keterkaitan hutan rawa singkil dan hasil perikanan b. Kecamatan Rundeng Kelompok 1: Petani laki-laki umur tahun, isu yang didiskusikan: Pembukaan hutan untuk areal pertanian Kelompok 2: Petani, umur tahun, isu yang didiskusikan: penebangan liar c. Kecamatan Singkil (Pemda Kabupaten Aceh Singkil) Terdiri dari 1 kelompok dengan karakteristik peserta adalah perwakilan dari lembaga/instansi pemerintah yang berkaitan dengan pengambilan keputusan mengenai pembuatan jalan di hutan Rawa Singkil, Kabupaten Aceh Singkil. Lembaga-lembaga yang dimaksud adalah: BKSDA Seksi Wilayah II Aceh Singkil, Bapedalda, BAPPEDA, Dinas Kehutanan dan Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Persiapan pelaksanaan FGD di kecamatan Rundeng melibatkan keuchik Panglima Sahman, keuchik Sibungke dan keuchik Dah sebagai penghubung peserta dan pengurus logistik (transportasi), dengan fasilitator dari staf YEL. Sedangkan untuk FGD di kecamatan Kuala Baru, semua persiapan (penghubung peserta, fasilitator dan logistik) dipercayakan kepada rekan-rekan dari LSM lokal yaitu Wetland Watching Group (WWG). Keseluruan proses FGD dilaksanakan pada minggu kedua sampai ketiga bulan Oktober 2006, tepatnya antara tanggal Oktober Banyak temuan dan informasi menarik yang dapat diangkat disini (transkripsi lengkapnya menjadi lampiran dokumen perencanaan ini), diantaranya adalah: Apresiasi masyarakat pada umumnya terhadap upaa konservasi masih rendah, sedangkan upaya pembangunan ekonomi secara fisik dilihat sebagai salah satu 33

35 cara mengejar ketertinggalan. Akibatnya, penebangan hutan untuk pembukaan jalan dipandang sebagai sesuatu yang perlu dan nilai manfaatnya lebih besar daripada kerugian yang mungkin ditimbulkan. Seperti diungkapkan oleh salah seorang peserta FGD dari pemerintah daerah... jalan ini kan urat nadi ekonomi... mau buka (akses) Aceh Singkil... makanya kita buka jalan... Tidaklah mengherankan juga menemukan bahwa sebagain besar staf pemerintah daerah juga melihat bahwa kondisi alam di Aceh Singkil tidak membawa keuntungan kepada mereka:... kita lihat satu sisi dulu ya, karena kalau jalannya dibuka menguntungkan, maksudnya begini, kalo dari segi lingkungan, memang lingkungan di Aceh Singkil ini memang sudah rusak dari dulu, jadi tidak ada alasan dibuka jalan lingkungan jadi rusak. Masyarakat nelayan di kecamatan Kuala Baru sudah memiliki pemahaman mengenai pengaruh keberadaan Rawa Singkil terhadap hasil perikanan mereka, seperti yang mereka ungkapkan... pada musim hujan... air rawa bertukar... udang menjadi banyak (berarti makanan ikan pun banyak)... Meskipun demikian mereka merasakan bahwa pendapatan ikan saat ini berkurang;... pendapatan sekarang mungkin tidak sampai 10 ton sebulan, kalau dulu dapat mencapai leboh 10 ton... Bahkan masyarakat di sini sudah cukup paham akibat dari penangkapan ikan yang merusak;... orang itu menyelam pake potas, racun... ada pengaruhnya, dengan bom kalau meledak dibawah habislah semua ikan, mati... Bahkan sebagian mereka menyatakan bahwa mereka akan mencegah orang lain untuk berbuat seperti itu;... memang itu (penangkapan ikan yang merusak) tidak kami sukai, bahkan dulu pernah ada kejadian, kami tangkap, kami bakar, kami usir dari sini... karena kami cari makan dilaut untuk berkepanjangan, secara alami dan benar... Konsep mereka mengenai konservasi sudah cukup baik, seperti yang diungkapkan oleh seorang peserta diskusi;... supaya tetap ada keseimbangan hidup antara alam dengan manusia,... lingkungan punya alam sendiri, manusia punya alam sendiri, laut punya alam sendiri, kita mencoba menyandingkan atau saling memahami diantara tiga sisi ini... Sebagain dari mereka juga sudah memiliki inisiatif konservasi di lingkungan sekitar mereka, misalnya dengan merehabilitasi hutan bakau;... saya lakukan secara pribadi, saya lakukan penghijauan... karena kita punya lahan yg tidak kita manfaatkan... Sementara itu, masyarakat di Rundeng menyadari bahwa hutan Rawa Singkil sudah mengalami degradasi, terutama karena kebutuhan ekonomi masyarakat;... memang kalau 10 tahun yang lalu itu kayunya masih padat,... sekarang sudah berkurang... diambil oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari,... karena pendapatan dari bertani tidak cukup... Mereka lebih lanjut menceritakan bahwa tuntutan ekonomilah yang menyebabkan mereka akhirnya tidak punya pilihan lain selain menebang pohon di hutan Rawa Singkil, bahkan yang sudah langka sekalipun;... kalo 10 tahun yang lalu hutan Rawa Singkil itu masih baik, terutama dari sumber kayu... hewan-hewan liar juga masih banyak, termasuk tumbuhtumbuhan yang bermanfaat yang bisa digunakan masyakat... namun sekarang masyarakat dalam keadaan kesulitan ekonomi, sehingga kayu yang sebenarnya sudah langka terpaksa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan seharihari sehingga kayu dihutan itu sekarang bisa dikatakan punah... Sebenarnya mereka sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai jasa-jasa lingkungan yang diberikan oleh hutan misalnya dalam mengatur siklus hidrologi 34

36 dan mencegah bencana (longsor);... karna hutan secara alami dapat menyimpan air... dan atau untuk mengurangi bencana... Akan tetapi permasalahan tata batas dan kejelasan kepemilikan lahan sepertinya memang yang menjadi kendala utama. Dalam diskusi terunngkap bahwa jika ada kejelasan tata batas, masyarakat tentunya dapat terlibat dalam menjaga hutan;... kalau (hutan) ditentukan batasnya, pemeliharaannya dapat bersama-sama masyarakat... hutan harusnya dijaga, dipelihara.... Cukup menarik juga untuk menyimak bahwa sebagian dari peserta diskusi melihat pentingnya peran penyuluhan pertanian, pendidikan dan program penyadaran lingkungan kepada masyarakat. Seperti apa yang diungkapkan oleh sebagain dari mereka yang ada di Rundeng;... saya harapkan jika mungkin ada tim khusu yang dapat mendidik ataupun memberikan penyuluhan tentang pertanian... agar masyarakat dapat berkembang perekonomianya dan sejahtera... Juga sebagian dari mereka di Kuala Baru;... sebenarnya penyuluhan itu penting untuk petani, supaya tahu bagaimana cara produksi yang baik, bagaimana cara pengolahan yang baik, cara penanaman yang baik... jadi kami membutuhkan penyuluhanpenyuluhan Kurangnya sosialisasi dalam bentuk penyuluhan dan pemasangan papan pengumuman penanda kawasan lindung diakui pihak yang berwenang dalam hal ini BKSDA turut mempengaruhi kelestarian hutan Rawa Singkil seperti terungkap dalam FGD Pemda berikut:...cuman kendala saya...penyuluhan juga pak, pamfletnya ga ada, di mana batas-batasnya... yang juga dibenarkan oleh peserta lainnya:...iya, kalo bisa ya, baik di Kuala Baru, pasang pamflet. Larangan macam itu, ada kata-katanya...perlu kali. Karena dengan adanya pamflet itu nanti..orang-orang akan tahu... Hal menarik dan menggembirakan yang muncul dalam diskusi ini juga adalah adanya inisiatif antar lembaga (Bapedalda dan BKSDA) untuk bersama-sama membuat pamflet penanda batas kawasan:...mungkin nanti bisa Bapak (dari BKSDA) koordinasi, nanti kami (dari Bapedalda) arahkan ke sana (kawasan SM Rawa Singkil) pamfletnya 35

37 5 SURVEI MASYARAKAT Survei bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai KAP (knowledge, attitude and practice) serta informasi kuantitatif mengenai kawasan dari masyarakat di kawasan target. Data KAP sangat penting untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat, sikap dan perilaku saat ini yang berguna untuk menentukan sejauh apa perubahan yang diinginkan melalui program kampanye nanti. Oleh karena itu, survei ini juga bertujuan untuk menentukan data awal (baseline data) yang akan digunakan sebagai pembanding pada akhir kegiatan kampanye nanti. Survei dilakukan di 22 desa dengan jumlah responden yang akan didata sebanyak 380 orang (LOC 95%, interval level 5%). Meskipun demikian, dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya kuisioner yang tidak lengkap terisi sehingga mengurangi keabsahan pengisian data, maka jumlah total kuisioner yang disebarkan ke responden berjumlah 451 kuisioner. Satu lembar kuesioner terdiri dari 9 halaman dan secara keseluruhan terdapat 37 pertanyaan. Secara umum pertanyaan ini terdiri dari pertanyaan demografi seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan utama, dan tingkat pendidikan. Kemudian ada kelompok pertanyaan yang berhubungan dengan pilihan media seperti jenis koran dan radio favorit responden, jenis artikel yang sering dibaca atau acara radio yang sering didengar dan lain lain. Selanjutnya ada pula kelompok pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan seperti pengetahuan masyarakat mengenai status kawasan, pengetahuan mengenai fungsi rawa, pengetahuan mengenai hubungan hutan dan ketersediaan air dan sebagainya. Kelompok pertanyaan mengenai sikap seperti misalnya sikap terhadap kegiatan membakar hutan untuk lahan pertanian, sikap terhadap penguatan hukum adat untuk menjaga kelestarian alam, sikap terhadap kegiatan penangkapan satwa liar untuk tujuan komersil dan lain lain. Pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku juga dimasukkan seperti contohnya pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tindakan responden terhadap kegiatan-kegiatan yang mengancam kelestarian alam seperti penebangan pohon dalam kawasan lindung, pengambilan hasil hutan non kayu dan sebagainya. Disamping itu, dimasukkan juga pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan misi umum ESP yaitu kesehatan dan pola penggunaan air. Bentuk pertanyaan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Survei ini dilakukan selama 5 hari dengan melibatkan 20 enumerator, yang kesemuanya adalah penduduk lokal. Enumerator yang bertugas di kecamatan Singkil berjumlah 8 orang dan merupakan mahasiswa dari Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Aceh Singkil. Enumerator untuk kecamatan Kuala Baru berjumlah 5 orang berasal dari penduduk setempat. Sedangkan enumerator untuk kecamatan Rundeng berjumlah 5 orang, terdiri dari guru-guru, keuchik dan penyuluh pertanian setempat. Sebelum pelaksanaan survei, dilakukan pelatihan/training terhadap enumerator, bertempat di masing-masing kecamatan sasaran. Dalam training, enumerator diberi penjelasan mengenai teknis wawancara yang baik dan dilakukan role play wawancara. Dari 451 kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat target, 451 kuisioner kembali dan dari yang kembali 380 kuisioner valid untuk dimasukkan datanya. 36

38 Jumlah kuesioner yang dimasukkan (data entry) adalah sejumlah yang sama dengan perhitungan sample populasi sebesar jiwa dengan tingkat keyakinan dan interval level seperti di atas. Kelompok kontrol adalah Desa Cingkam yang terletak di Kecamatan Gunung Meriah. Jumlah responden yang diambil dari desa yang berpenduduk 603 jiwa ini adalah 100 orang. 5.1 Informasi Umum Responden Jumlah responden di setiap desa sasaran ditentukan secara proporsional berdasarkan populasi penduduk per desa. Perincian jumlah responden di tiap desa dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3: Jumlah Responden Untuk Setiap Desa Target No. Nama Desa Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Responden 1. Kuala Baru Sungai Kuala Baru 636 jiwa Kuala Baru Laut Kuala Baru 896 jiwa Suka Jaya Kuala Baru 396 jiwa Kayu Menang Kuala Baru 223 jiwa 6 5. Pulo Sarok Singkil 2806 jiwa Siti Ambia Singkil 1062 jiwa Suka Makmur Singkil 871 jiwa Kilangan Singkil 898 jiwa Ujung Singkil 2211 jiwa Rantau Gedang Singkil 571 jiwa Suka Damai Singkil 861 jiwa Sibungke Rundeng 454 jiwa Panglima Sahman Rundeng 340 jiwa Muara batu-batu Rundeng 813 jiwa Pasar Rundeng Rundeng 902 jiwa Binanga Rundeng 381 jiwa Oboh Rundeng 334 jiwa Dah Rundeng 571 jiwa Siberkas Rundeng 338 jiwa Belukar Makmur Rundeng 128 jiwa Kuta Beringin Rundeng 874 jiwa Lae Pamualan Rundeng 514 jiwa 14 37

39 5.1.1 Desa Target Dari 380 data yang dimasukkan, responden yang berjenis kelamin laki-laki terjaring sebanyak 229 atau sama dengan 60,3% sedangkan yang perempuan sebanyak 151 atau sebanding dengan 39,7%. Hampir disetiap masyarakat dengan struktur sosial patriarki, peran wanita memang tidak sedominan pria. Grafik 1: Jenis Kelamin Responden Desa Target per Kecamatan (N=380) Tingkat pendidikan responden pada umumnya relatif rendah, survei masyarakat ini mendapatkan bahwa 166 responden (43,7%) tamat atau pernah ada di tingkat Sekolah Dasar, dan 46 responden (12,1%) tidak pernah mengenyam bangku pendidikan Sekolah Dasar. Tingkat pendidikan yang rendah ini yang menjadi satu alasan mengapa sebagian besar mereka tidak bisa bekerja disektor lain dan hanya 38

40 menggantungkan hidupnya kepada sumberdaya alam dengan pola pemanfaatan yang sangat sederhana kalau boleh dikatakan tidak berkelanjutan. Grafik 2: Tingkat Pendidikan Responden Desa Target per Kecamatan (N=380) Mata pencaharian utama sebagian besar responden adalah petani sebanyak 97 responden (25,5%), wiraswasta (pedagang, dan sebagainya) sebanyak 87 responden (22,9%) dan nelayan sebanyak 51 responden (13,4%). Kecamatan Singkil memiliki persentase wiraswasta yang paling tinggi dibandingkan dengan dua kecamatan yang lain. Di Kecamatan Kuala Baru tentunya nelayan adalah pekerjaan utama masyarakatnya dan di Rundeng sebagian besar menjadi petani. 39

41 Grafik 3: Pekerjaan Responden Desa Target per Kecamatan (N=380) Kelompok Kontrol Survei yang dilakukan di kelompok kontrol menyasar 56 (56%) responden laki-laki dan 44% responden perempuan. Tingkat pendidikan kelompok kontrol juga rendah; 52% pernah ada di atau tamat Skolah Dasar, sedangkan 16% lainnya tidak pernah mengenyam bangku sekolah sama sekali. Pekerjaan utama responden kelompok 40

42 kontrol adalah sebagai petani (33%), diikuti dengan sebagai wiraswasta (26%) dan ibu rumah tangga (14%). 5.2 Pilihan Media dan Tingkat Kepercayaan Kepada Sumber Informasi Desa Target Survei menunjukkan bahwa penggunaan media cetak sebagai sumber informasi di kalangan masyarakat sasaran relatif kecil. Dari 380 responden yang terjaring, hanya 102 (26,8%) yang membaca koran. Waspada dan Serambi adalah dua media cetak lokal yang menjadi pilihan responden. Tingkat baca yang rendah ini tentunya akan menjadi satu pertimbangan dalam merancang kegiatan dan penggunaan materi cetak kampanye. Grafik 4: Koran yang Dibaca Responden Desa Target (N=106) Sedangkan penggunaan radio sebagai sumber informasi nampaknya masih menjadi plihan responden walaupun proporsinya hampir seimbang antara responden yang mendengarkan radio dan yang tidak yaitu 189 (49,7%) dan 177 (46,6%). Cukup menarik untuk mengetahui bahwa pola mendengarkan responden desa target adalah antara jam , jam dan jam dengan jumlah responden masing-masingnya 61,1%, 46,1% dan 15,5%. Sedangkan musik dangdut (51,3%), berita (43,5%) dan musik pop (29,8%) adalah tiga acara radio yang disukai oleh responden. Walaupun secara umum masyarakat desa target adalah masyarakat beragama, akan tetapi acara keagamaan di radio tidak mendapatkan pendengar yang cukup banyak. 41

43 Tabel 4: Program Radio yang Digemari Responden Desa Target per Jam Mendengarkan (N=193) Acara radio apa yang paling sering Bapak/Ibu/Sdr/i dengarkan (PILIH 2 JAWABAN) (B) Pada jam berapa Bapak/Ibu/Sdr/i sering mendengarkan siaran radio? (PILIH 2 JAWABAN) Musik dangdut Berita Musik pop Other WIB 61.2% 66.3% 66.7% 65.3% WIB 39.8% 47.0% 38.6% 62.7% WIB 18.4% 18.1% 19.3% 13.3% Other 17.3% 13.3% 15.8% 5.3% Berkenaan dengan sumber informasi, cukup menarik untuk disimak bahwa responden melihat tokoh adat (86,3%), guru (87,1%) dan pemuka agama (92,3%) sebagai sumber informasi yang dapat dipercayai dibandingkan dengan sumber yang lainnya. Tiga kelompok ini selayaknya mendapatkan porsi yang cukup banyak dalam perancangan dan pengembangan kegiatan. Tabel 5: Sumber Informasi vs Tingkat Kepercayaan per Kecamatan Desa Target (N=380) KECAMATAN Singkil Rundeng Kuala Baru Informasi dari radio-tingkat kepercayaan Dapat dipercaya 39.2% 59.2% 40.0% Agak dapat dipercaya 25.4% 13.1% 37.5% Informasi dari televisi-tingkat kepercayaan Dapat dipercaya 56.5% 60.0% 62.5% Agak dapat dipercaya 19.6% 9.2% 17.5% Informasi di surat kabar-tingkat kepercayaan Dapat dipercaya 29.0% 52.3% 52.5% Agak dapat dipercaya 23.7% 11.5% 25.0% 42

44 Aparat desa-tingkat kepercayaan Dapat dipercaya 42.0% 76.2% 70.7% Agak dapat dipercaya 30.9% 4.6% 22.0% Kepala desa-tingkat kepercayaan Dapat dipercaya 47.4% 78.5% 73.2% Agak dapat dipercaya 23.9% 4.6% 14.6% Petugas pemerintah (Kecamatan/kabupaten)-Tingkat kepercayaan Dapat dipercaya 39.7% 82.3% 70.0% Agak dapat dipercaya 30.1% 3.1% 7.5% Pemuka agama-tingkat kepercayaan Sangat dapat dipercaya 30.9% 40.0% 46.3% Dapat dipercaya 58.0% 58.5% 43.9% Teman atau anggota keluarga-tingkat kepercayaan Dapat dipercaya 73.1% 70.8% 56.1% Agak dapat dipercaya 12.5% 18.5% 22.0% Guru-Tingkat kepercayaan Sangat dapat dipercaya 12.0% 20.8% 24.4% Dapat dipercaya 69.4% 73.8% 68.3% Tokoh adat-tingkat kepercayaan Sangat dapat dipercaya 16.7% 31.5% 4.9% Dapat dipercaya 62.7% 63.8% 87.8% Kelompok Kontrol Untuk kelompok kontrol, sama dengan di desa target, hanya 27% responden yang membaca koran. Sedangkan untuk radio, 55% responden mendengarkan radio dengan pola mendengarkan radio (tiga terbesar) antara jam (44,8%), jam (31%) dan sebanyak 15,5% tidak mempunyai pola mendengarkan yang tetap. Musik dangdut (68,4%), musik daerah (35,1%) dan berita (28,1%) adalah tiga acara terfavorit pilihan responden. Hampir sama dengan repsonden desa target, responden kelompok kontrol melihat pemuka agama (91%), teman dan anggota keluarga (74%), guru (84%) dan tokoh adat (885) sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya. 5.3 Pengetahuan Desa Target Secara umum, pengetahuan masyarakat desa target mengenai Suaka Margasatwa Rawa Singkil masih rendah. Setidaknya, hanya 28,2% responden yang menyebutkan bahwa kawasan disekitarnya adalah kawasan yang memiliki status dari pemerintah untuk dilindungi. 43

45 Tabel 6: Pengetahuan Responden Desa Target Mengenai Status Hutan Rawa Singkil (N=379) (27) Menurut pengetahuan Bapak/Ibu/Sdr/i, apakah status hutan di kawasan Rawa Singkil? (HANYA 1 JAWABAN) Kecamatan Singkil Rundeng Kuala Baru 55% 34,2% 10,8% Tidak ada status apa-apa 17.3% 3.1% 7.3% Cagar Alam 5.8% 0.0% 24.4% Kawasan yang dilindungi pemerintah 25.5% 34.6% 22.0% Taman Nasional 1.9% 0.0% 0.0% Hutan milik masyarakat 6.7% 20.8% 0.0% Tidak tahu 42.8% 40.8% 46.3% Other 0.0% 0.8% 0.0% Responden desa target juga belum bisa melihat kaitan antara kawasan lindung dengan perlindungan sumberdaya air, setidaknya hanya 26,4% saja yang menyatakan tahu kaitannya. Disisi lain, pengetahuan masyarakat mengenai manfaat hutan bakau juga masih terbatas. Responden dari Kecamatan Singkil secara umum memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dua kecamatan lainnya. Satu hal yang menarik adalah responden dari Kecamatan Kuala Baru, meskipun mengenal kawasan hutan bakau atau berinterkasi langsung dengan hutan bakau, tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai manfaat hutan bakau. Grafik 5: Pengetahuan Responden Desa Target Mengenai Manfaat Hutan Bakau (N=378) 44

46 5.3.2 Kelompok Kontrol Tingkat pengetahuan responden di kelompok kontrol bahkan lebih rendah dibandingkan dengan di desa target. Sebanyak 57% menyatakan tidak tahu status Suaka Margasatwa Rawa Singkil, sekitar 15% lainnya menyatakan sebagai hutan milik rakyat dan 14% menyatakan tidak memilik status apa-apa. Demikian pula dengan pengetahuan mengenai kaitan kawasan lindung perlindungan sumberdaya air, hanya 16,2% yang menyatakan tahu kaitannya sedangkan sisanya menyatakan tidak tahu atau tidak ada kaitannya. Sebanyak 64% responden menyatakan tidak tahu manfaat hutan bakau dan hanya 27%-nya saja yang menyebutkan fungsinya sebagai tempat berpijahnya ikan. 5.4 Sikap Desa Target Responden desa target belum memberikan sikap yang positif terhadap upaya-upaya konservasi SM Rawa Singkil. Hal ini terlihat dari pernyataan sebagian mereka bahwa membuka hutan untuk permukiman, berburu satwa liar, pembukaan hutan untuk jalan, dan pembakaran hutan untuk mebuka lahan pertanian, tidak membawa kerugian. Tabel 7: Sikap Responden Desa Target Terhadap Pembukaan Hutan Rawa Singkil per Kecamatan (N=378) Kecamatan Singkil Rundeng Kuala Baru (A) Kegiatan perladangan berpindah di dalam kawasan hutan/lindung Merugikan 42.5% 53.1% 39.0% Tidak merugikan 22.7% 16.2% 29.3% (B) Kegiatan penebangan pohon di dalam kawasan lindung Merugikan 45.7% 51.2% 46.3% Sangat merugikan 25.5% 14.0% 41.5% (C) Membuka hutan untuk perumahan/pemukiman penduduk Tidak merugikan 64.3% 64.6% 87.8% Merugikan 11.6% 21.5% 4.9% (D) Membuka hutan untuk berkebun/bertani Tidak merugikan 64.3% 75.4% 95.1% Merugikan 12.6% 16.2% 2.4% (E) Berburu satwa di dalam kawasan lindung Merugikan 41.7% 54.6% 51.2% Tidak merugikan 23.3% 13.8% 12.2% 45

47 (F) Membuka hutan untuk pembuatan jalan Tidak merugikan 66.0% 67.7% 73.2% Merugikan 9.7% 20.0% 9.8% (G) Menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak/bius Sangat merugikan 53.8% 55.4% 75.6% Merugikan 39.4% 42.3% 19.5% (H) Pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian baru Tidak merugikan 44.2% 26.9% 41.5% Merugikan 30.1% 42.3% 46.3% (I) Membuat kanal atau saluran-saluran air dalam hutan rawa Tidak merugikan 51.4% 56.6% 75.6% Tidak tahu 31.3% 27.9% 12.2% Sikap yang sama juag tercermin dari beberapa pertanyaan lainnya di dalam survei. Walaupun responden desa target menginginkan keseimbangan antara alam dan kehidupan manusia, akan tetapi secara umum mereka lebih mengedepankan kepada upaya-upaya perbaikan ekonomi atau kepentingan manusia diletakkan lebih dahulu. Tabel 8: Sikap Umum Responden Desa Target Terhadap Perlindungan Alam per Kecamatan (N=378) Kecamatan Singkil Rundeng Kuala Baru (A) Menangkap satwa liar dalam kawasan lindung untuk diperjualbelikan tidak melanggar hukum Tidak setuju 40.9% 58.5% 51.2% Netral atau tidak punya pendapat 21.2% 22.3% 17.1% (B) Hukum adat atau hukum tradisional harus dikuatkan untuk menjaga kelestarian hutan dan satwa di dalam kawasan Setuju 60.1% 59.2% 75.6% Netral atau tidak punya pendapat 21.2% 18.5% 4.9% (C) Membakar hutan untuk menambah luasan areal pertanian boleh dilakukan Tidak setuju 35.0% 45.4% 36.6% Setuju 40.8% 26.2% 39.0% (D) Masyarakat diperbolehkan membuka lahan baru di dalam hutan lindung Setuju 42.2% 24.6% 46.3% Tidak setuju 29.1% 38.5% 24.4% 46

48 (E) Menjaga keseimbangan alam dan kehidupan manusia Setuju 54.1% 50.8% 65.9% Sangat setuju 27.1% 36.2% 34.1% Sebagian responden desa target juga melihat bahwa menebang pohon di dalam hutan lindung bukanlah suatu kesalahan. Ketidaktahuan akan denda dan peraturan mengenai larangan penebangan kayu di dalam hutan lindung menjadi alasan utama mengapa mereka memiliki sikap seperti ini. Bahkan sikap responden yang menyatakan bahwa menebang kayu di dalam hutan lindung dilarang tidak didasari oleh pengetahuan yang memadai mengenai sanksi atau denda yang diberikan (74,1%). Grafik 6: Alasan Responden Desa Target Menebang Kayu di Hutan Lindung (N=65) Kelompok Kontrol Sama dengan responden desa target, responden kelompok kontrol juga belum menunjukkan sikap yang positif terhadap upaya-upaya konservasi SM Rawa Singkil. Hal ini terlihat dari pernyataan sebagian mereka bahwa membuka hutan untuk permukiman, mengambil kayu, berburu satwa liar, pembukaan hutan untuk jalan, dan pembakaran hutan untuk mebuka lahan pertanian, tidak membawa kerugian. Sikap responden kelompok kontrol juga lebih mengedepankan kepentingan perbaikan ekonomi di atas kepentingan konservasi. Ketidaktahuan akan alasan penetapan kawasan menjadi hutan lindung, denda dan peraturan mengenai larangan penebangan kayu di dalam hutan lindung juga menjadi alasan utama mengapa mereka memiliki sikap seperti ini. 47

49 5.5 Perilaku Desa Terget Perilaku responden di desa target, khususnya yang perilaku konservasi, masih belum terlihat kalau boleh dikatakan belum terbentuk. Setidaknya 88,9% responden menyatakan tidak pernah melaporkan pelanggaran seperti penebangan pohon di hutan lindung. Secara rata-rata, dalam enam bulan terakhir, 76% lebih reponden belum pernah membicarakan upaya-upaya konservasi hutan Rawa Singkil dengan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa responden dan masyarakat desa target umumnya belum terpapar (exposed) kepada informasi mengenai konservasi dan segala macam bentuk kegiatan yang mengarah kepada perlindungan hutan Rawa Singkil. Tabel 9: Perilaku Konservasi Responden Desa Target dalam Enam Bulan Terakhir per Kecamatan (N=379) Kecamatan Singkil Rundeng Kuala Baru (17) Dalam enam bulan terakhir ini, apakah Bapak/Ibu/Sdr/i pernah membicarakan dengan orang lain mengenai pengambilan hasil hutan non kayu (contohnya tumbuhan obat) dari dalam hutan Rawa Singkil? Belum membicarakannya dengan siapa pun 76.9% 78.5% 80.5% Membicarakannya dengan kawan/tetangga 8.7% 4.6% 9.8% Tidak Pernah 6.3% 0.0% 0.0% Lainnya 8.2% 16.9% 9.8% (18) Dalam enam bulan terakhir ini, apakah Bapak/Ibu/Sdr/i pernah membicarakan dengan orang lain mengenai dampak menebang pohon di dalam kawasan hutan lindung? Belum membicarakannya dengan siapa pun 72.6% 84.6% 75.6% Membicarakannya dengan kawan/tetangga 12.5% 4.6% 9.8% Tidak pernah 7.2% 0.0% 0.0% Lainnya 7.7% 10.8% 14.6% (19) Dalam enam bulan terakhir ini, apakah Anda pernah membicarakan dengan orang lain mengenai bagaimana cara-cara memenuhi kebutuhan air untuk pertanian? Belum membicarakannya dengan siapa pun 80.8% 76.9% 75.6% Membicarakannya dengan kawan/tetangga 6.3% 6.2% 14.6% Tidak pernah 5.8% 0.8% 0.0% Lainnya 7.2% 16.2% 9.8% Responden desa target juga belum memiliki keyakinan untuk mulai merubah perilakunya. Dengan kata lain, melihat tingkat pemahaman konservasi yang juga 48

50 masih rendah, responden desa target masih berada pada tahapan dasar suatu perubahan perilaku. Masih ada kendala, baik itu kurangnya pengetahuan ataupun kendala yang lain seperti misalnya ketidakjelasan peraturan dan sebagainya, yang menghambat individu untuk mengambil keputusan. Tabel 10: Keputusan Pribadi Responden Desa Target yang Berkenaan dengan Perilaku Konservasi per Kecamatan (N=379) Kecamatan Singkil Rundeng Kuala Baru (A) Melaporkan kepada penegak hukum pihak yang Anda ketahui menebang pohon dalam kawasan lindung Sulit 62.5% 69.2% 65.9% Tidak yakin 15.4% 18.5% 7.3% (B) Menyarankan pemburu agar tidak lagi berburu dalam kawasan lindung Sulit 63.0% 65.4% 75.6% Tidak yakin 18.3% 26.2% 4.9% (C) Mulai memanfatkan hasil hutan non kayu untuk menambah penghasilan keluarga Sulit 44.2% 52.3% 46.3% Tidak yakin 25.5% 25.4% 19.5% (D) Menjaga kelestarian hutan bersama-sama masyarakat desa untuk menjamin ketersediaan air bersih Sulit 39.9% 51.5% 22.0% Mudah 30.3% 20.8% 68.3% (E) Mengajak anggota keluarga untuk menjaga dan melindungi alam Mudah 56.3% 62.3% 87.8% Sulit 23.1% 26.2% 9.8% Kelompok Kontrol Tidak berbeda dengan responden desa target, responden kelompok kontrol (92%) juga tidak pernah melaporkan pelanggaran seperti penebangan pohon di hutan lindung. Selama enam bulan terakhir, lebih dari 82% responden belum pernah membicarakan upaya-upaya konservasi hutan Rawa Singkil dengan orang lain. Responden kelompok kontrol pun masih belum memiliki keyakinan untuk melakukan suatu keputusan atau perubahan perilaku. Umumnya mereka (lebih dari 70%) masih mengatakan sulit untuk mengajak orang lain untuk melakukan upaya konservasi. Meskipun demikian, 57% responden berpikir bahwa jauh lebih mudah untuk mengajak anggota keluarganya untuk melindungi alam. 49

51 5.6 Maskot dan Slogan kampanye Desa Target Hasil survei memperlihatkan bahwa tiga jenis satwa yang paling banyak dipilih oleh responden desa target untuk menjadi maskot kampanye bangga (Pride) yaitu: monyet (22,4%), orangutan (13,07%), dan murai batu (12,80%). Dari ketiga jenis satwa tersebut, hanya orangutan yang memiliki nilai kelangkaan dan kekhasan kawasan (endimicity) yang kuat. Ditambah dengan pertimbangan status konservasi dan nilai biologis yang dimiliki maka, orangutan sumatera (Pongo abelii) yang menempati urutan kedua pilihan responden menjadi maskot kampanye bangga di Aceh Singkil. Grafik 7: Maskot Kampanye Bangga (Pride) Pilihan Responden Desa Target (N=375) Selain maskot, kampanye bangga juga mengusung slogan yang nantinya akan menjadi motto yang akan muncul (bersama-sama dengan maskot) diseluruh materi kampanye bangga di Aceh Singkil ini. Berdasarkan survei ini, slogan yang dipilih oleh responden desa target yang dapat menggambarkan visi masyarakat adalah: Melindungi Huran Rawa Singkil untuk Masa Depan Anak Cucu Kita, yang dipilih oleh 53,17% responden. 50

LAPORAN AKHIR KAMPANYE PRIDE

LAPORAN AKHIR KAMPANYE PRIDE PERANAN PENDIDIKAN KONSERVASI DALAM PENYELAMATAN KAWASAN SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL LAPORAN AKHIR KAMPANYE PRIDE Dokumen laporan akhir ini disusun oleh: Fransisca Ariantiningsih/Manajer Kampanye Yayasan

Lebih terperinci

Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya

Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya Latar Belakang Tripa merupakan hutan rawa gambut yang luasnya sekitar 61.000 ha, terletak di pantai barat

Lebih terperinci

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya Latar Belakang Tripa merupakan hutan rawa gambut yang luasnya sekitar 61.000 ha, terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBEBASAN FRAGMENTASI HABITAT ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI HUTAN RAWA TRIPA Wardatul Hayuni 1), Samsul

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan di Sumatera Utara memiliki luas sekitar 3.742.120 ha atau sekitar 52,20% dari seluruh luas provinsi, luasan kawasan hutan ini sesuai dengan yang termaktub

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam 2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, di kawasan mangrove terjadi interaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan erat dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara, yang pada masa lalu didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menyandang predikat mega biodiversity didukung oleh kondisi fisik wilayah yang beragam mulai dari pegunungan hingga dataran rendah serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi terdiri dari kawasan suaka alam termasuk cagar alam dan suaka margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, dan taman

Lebih terperinci

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ... itj). tt'ii;,i)ifir.l flni:l l,*:rr:tililiiii; i:.l'11, l,.,it: I lrl : SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI DAFTAR SINGKATAN viii tx xt xii... xviii BAB

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup memiliki fungsi yang sangat besar, yang meliputi fungsi fisik dan biologi. Secara fisik ekosistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional Gunung Leuser Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ditetapkan sebagai kawasan strategis karena kawasan penyangga ini memiliki peranan yang sangat besar dalam melindungi dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Riau dengan luas 94.560 km persegi merupakan Provinsi terluas di pulau Sumatra. Dari proporsi potensi lahan kering di provinsi ini dengan luas sebesar 9.260.421

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial) UU No 5 tahun 1990 (KSDAE) termasuk konsep revisi UU No 41 tahun 1999 (Kehutanan) UU 32 tahun 2009 (LH) UU 23 tahun 2014 (Otonomi Daerah) PP No 28 tahun 2011 (KSA KPA) PP No. 18 tahun 2016 (Perangkat Daerah)

Lebih terperinci

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat hutan pegunungan sangat rentan terhadap gangguan, terutama yang berasal dari kegiatan pengelolaan yang dilakukan manusia seperti pengambilan hasil hutan berupa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo Sejarah Kawasan

IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo Sejarah Kawasan 18 IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo 4.1.1. Sejarah Kawasan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo mulanya dikenal sebagai kawasan hutan langgam yang difungsikan sebagai Hutan Produksi terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara OPINI MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI HUTAN DI HULU DAS KELARA Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut : a) Hutan

I. PENDAHULUAN. dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut : a) Hutan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 o LU - 11 o LS, dan 97 o BT - 141 o BT. Secara geografis

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS KEHUTANAN ACEH GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar hutan yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis, yang tidak saja mengandung kekayaan hayati flora yang beranekaragam, tetapi juga termasuk ekosistem terkaya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat dalam pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luas hutan Indonesia sebesar 137.090.468 hektar. Hutan terluas berada di Kalimantan (36 juta hektar), Papua (32 juta hektar), Sulawesi (10 juta hektar) Sumatera (22 juta

Lebih terperinci

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar? Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? Ekologi Hidupan Liar http://staff.unila.ac.id/janter/ 1 2 Hidupan liar? Mencakup satwa dan tumbuhan Pengelolaan hidupan liar PENGERTIAN perlindungan populasi satwa untuk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove yang ada di Indonesia makin lama makin berkurang akibat perubahan bentuk menjadi kawasan pemukiman, pertanian maupun tambak atau mendapat tekanan yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM I. UMUM Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dikaruniai oleh Allah Yang Maha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS TROPICAL FOREST CONSERVATION ACTION FOR SUMATERA RENCANA STRATEGIS 2010-2015 A. LATAR BELAKANG Pulau Sumatera merupakan salah kawasan prioritas konservasi keanekaragaman hayati Paparan Sunda dan salah

Lebih terperinci

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI Oleh Ir. H. BUDIDAYA, M.For.Sc. (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi) Disampaikan pada Focus Group

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan suatu bentang alam yang memiliki keunikan karena merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan ekosistem udara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan primer (primary forest) adalah hutan yang telah mencapai umur lanjut dan ciri struktural tertentu yang sesuai dengan kematangannya serta memiliki sifat-sifat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konversi hutan di Pulau Sumatera merupakan ancaman terbesar bagi satwa liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, tidak kurang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Marga Satwa melalui Besluit Van

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks

Lebih terperinci

QANUN MUKIM LANGO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN MUKIM LANGO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA QANUN MUKIM LANGO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA IMUEM MUKIM LANGO Menimbang: a. Bahwa hutan adat mukim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan mungkin paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti rawa,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut TINJAUAN PUSTAKA Hutan Manggrove Hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut Kusmana dkk (2003) Hutan mangrove

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA Jito Sugardjito Fauna & Flora International-IP Empat species Great Apes di dunia 1. Gorilla 2. Chimpanzee 3. Bonobo 4. Orangutan Species no.1 sampai

Lebih terperinci

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur Program Skala Kecil ICCTF Tahun 2016 Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Mitigasi Berbasis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebakaran hutan di Jambi telah menjadi suatu fenomena yang terjadi setiap tahun, baik dalam cakupan luasan yang besar maupun kecil. Kejadian kebakaran tersebut tersebar dan melanda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas. Hutan

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suaka Alam Pulau Bawean ditunjuk dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 76/Kpts/Um/12/1979 tanggal 5 Desember 1979 meliputi Cagar Alam (CA) seluas 725 ha dan Suaka

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam Banyak sekali ulah manusia yang dapat menyebabkan kepunahan terhadap Flora dan Fauna di Indonesia juga di seluruh dunia.tetapi,bukan hanya ulah manusia saja,berikut beberapa penyebab kepunahan flora dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 95.181 km terdiri dari sumber daya alam laut dan pantai yang beragam. Dengan kondisi iklim dan substrat

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis berbentuk kepulauan dengan 17.500 pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan kawasan tempat tumbuh hutan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam 11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan basah memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia dan lingkungan. Fungsi lahan basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara langsung seperti

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup seperti untuk membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung merupakan salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Keberadaan pakan, tempat bersarang merupakan faktor yang mempengaruhi kekayaan spesies burung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup

BAB I PENDAHULUAN. daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa juta tahun yang lalu, jauh sebelum keberadaan manusia di daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup nenek moyang kera besar

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada 104 27-104 55 BT dan 05 48 -

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada 104 27-104 55 BT dan 05 48 - 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada 104 27-104 55 BT dan 05 48-5 22 LS. Secara administrasif KPHL Batutegi, berada di empat Kabupaten,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti gelombang tsunami yang melanda sebagian besar kawasan pesisir Aceh dan Nias pada hari Minggu tanggal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian muncul sejak manusia mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu kelompok manusia untuk bergantung dan

Lebih terperinci