BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perdagangan Internasional Definisi Perdagangan Internasional Setiap negara memiliki karakteristik, sumber daya, ekonomi, dan sosial yang berbeda dengan negara lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadikan komoditas yang dihasilkan di tiap-tiap negarapun berbeda. Suatu negara mungkin membutuhkan komoditas yang tidak mampu diproduksi sendiri di negaranya namun dimiliki oleh negara lain. Oleh sebab itu, setiap negara tidak mampu berdiri sendiri namun membutuhkan negara lain. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional (Yani, 2014). Menurut Joseph Eby Ruin (2008), perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa yang terjadi diantara negara yang berbeda. Pengertian ini hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh Belay Seyoum (2014), yaitu pertukaran barang dan jasa yang melewati perbatasan negara. Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perdagangan internasional adalah transaksi pertukaran barang dan jasa melewati batas-batas wilayah negara yang berbeda Alasan Negara Melakukan Perdagangan Internasional Steve Suranovic (2010) menyebutkan ada lima dasar negara melakukan perdagangan internasional, yaitu : 1. Perbedaan Teknologi Perdagangan menguntungkan dapat terjadi diantara negara jika negara-negara memiliki kemampuan teknologi yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa. Teknologi mengacu pada teknik yang digunakan untuk mengubah sumber daya (tenaga kerja, modal, tanah) menjadi output. 2. Perbedaan Sumber Daya Perdagangan menguntungkan dapat terjadi antara negara jika negara-negara memiliki perbedaan sumber daya, baik sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya modal (mesin, infrastruktur, sistem komunikasi). 15

2 16 3. Perbedaan Dalam Permintaan Perdagangan menguntungkan dapat terjadi antara negara jika terdapat perbedaan tuntutan atau preferensi terhadap suatu produk. 4. Adanya Skala Ekonomis di Produksi Adanya skala ekonomi dalam produksi cukup memadai untuk menghasilkan perdagangan yang menguntungkan antara kedua negara. Skala ekonomi mengacu pada proses produksi di mana biaya produksi yang lebih rendah dan skala produksi yang lebih tinggi. 5. Adanya Kebijakan Pemerintah Program pajak dan subsidi pemerintah bisa cukup memadai untuk menghasilkan keuntungan dalam produksi produk tertentu. Dalam keadaan ini, perdagangan yang menguntungkan mungkin timbul semata-mata karena perbedaan dalam kebijakan pemerintah di seluruh negara Ekspor Salah satu media transaksi bisnis lintas negara dalam perdagangan internasional adalah ekspor. Ekspor artinya menjual barang/jasa dari dalam negeri ke negara asing (Kumar, 2007). Berdasarkan Undang-Undang nomor 2 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan jasa dari kawasan pabean Indonesia (Adrian Sutedi, 2014). Daerah Pabean adalah wilayah negara Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang kepabeanan (Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, 2015). Dari definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah penjualan barang atau jasa dari dalam negeri melewati daerah pabean atau batas negara ke negara lain. Siswanto Sutojo menyimpulkan ciri-ciri khusus dari kegiatan ekspor (Sutojo, 2014), antara lain : 1. Adanya perbedaan batas wilayah negara diantara penjual (eksportir) dan pembeli (importir). 2. Negara penjual (eksportir) dan negara pembeli (importir) memiliki mata uang yang berbeda dan kedua pihak memakai mata uang asing yang disepakati bersama untuk transaksinya.

3 17 3. Masing-masing pihak belum terlalu mengenal satu sama lain 4. Kebijakan di negara eksportir maupun importir berbeda. 5. Praktik dan istilah-istilah dalam melakukan perdagangan internasional diantara negara eksportir dan importir mungkin berbeda. 2.2 Daya Saing Definisi Daya Saing Daya saing suatu negara adalah suatu topik yang menarik. Daya saing suatu negara dianggap dapat menjadi sumber suatu negara membangun perekonomian yang kuat (Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral - PKRB, 2014). Pengertian daya saing juga mengacu pada kemampuan pemasaran produk suatu negara bila dibandingkan dengan negara lain (Bappenas, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa daya saing adalah kemampuan suatu negara yang lebih unggul dalam memasarkan produk guna membangun perekonomian negaranya Keunggulan Komparatif Konsep keunggulan komparatif dikemukakan pertama kali oleh David Ricardo pada abad ke-19 yang menyatakan bahwa suatu negara akan menikmati manfaat ekonomi jika melakukan spesialisasi (Sherlock, 2011). Sebuah negara dikatakan memiliki keunggulan komparatif jika dapat menghasilkan produk yang baik dengan biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain (Suranovic, 2010). Keunggulan komparatif didasarkan pada biaya peluang yang lebih rendah dalam kegiatan tertentu. Setiap negara hanya menghabiskan waktu dan sumber daya pada kegiatan yang memiliki biaya kesempatan yang lebih rendah. Total output untuk dunia akan meningkat bila setiap negara mengkhususkan diri pada suatu barang atau komoditas. Negara mungkin memiliki keunggulan mutlak dalam beberapa barang, sebagian besar barang, atau bahkan tidak ada sama sekali. Namun setiap negara harus mengkhususkan diri sesuai dengan keunggulan komparatifnya (Thompson, 2006). Konsep keunggulan komparatif Ricardo dibangun atas sejumlah asumsi (Zhang, 2008), antara lain : 1. Dua negara masing-masing memproduksi komoditas yang bersifat homogen 2. Kondisi persaingan sempurna

4 18 3. Terdapat mobilitas faktor produksi yang sempurna di dalam negara namun mobilitas di antara dua negara tidak lancar 4. Hanya ada satu faktor produksi, tenaga kerja dan nilai relatif komoditas hanya disasarkan pada konten tenaga kerja 5. Teknologi yang mapan, serta kemungkinan adanya perbedaan tingkat teknologi diantara negara yang berbeda 6. Biaya produksi komoditas konstan 7. Faktor produksi sepenuhnya digunakan 8. Tidak ada hambatan perdagangan, seperti biaya transportasi, atau hambatan ekonomi dari pemerintah Teori keunggulan komparatif yang lebih modern adalah teori Hecksher-Ohlin pada tahun Teori Heckscher-Ohlin menunjukkan bahwa perdagangan komoditas secara internasional bisa meringankan ketidaksesuaian faktor sumber daya relatif antara negara-negara. Ini mengambil tempat secara tidak langsung ketika negara mengekspor komoditas yang menggunakan faktor yang relatif melimpah secara intensif. Inti dari teori Heckscher-Ohlin adalah sebuah negara akan akan mengkhususkan diri dalam mengekspor komoditas yang produksinya lebih banyak menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara tersebut, serta akan mengimpor komoditas yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara tersebut (Zhang, 2008) Revealed Comparative Advantage (RCA) Keunggulan komparatif dapat diukur dengan membandingkan pangsa pasar ekspor komoditas tertentu suatu negara di pasar dunia menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA). Dengan menggunakan RCA maka dapat diketahui posisi komparatif kopi Indonesia diantara negara-negara produsen kopi lainnya di pasar kopi internasional, dalam penelitian ini di pasar ASEAN. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk (kopi) terhadap total ekspor suatu wilayah (Indonesia) yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor kopi dunia terhadap total nilai ekspor dunia (Nalurita, Asmarantaka,R,W, & Jahroh, 2014). RCA dirumuskan sebagai berikut

5 19 Dimana : RCAij = Keunggulan komparatif kopi Indonesia Xij = Nilai ekspor komoditas i (kopi) negara j tahun ke t Σi Xij = Total nilai ekspor seluruh komoditas negara j Σj Xij = Total nilai ekspor komoditas i (kopi) dunia ΣiΣi Xij = Total nilai ekspor untuk seluruh komoditas dunia Apabila nilai RCA lebih besar dari satu maka berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas kopi dan mempunyai daya saing yang kuat. Apabila nilai RCA kurang dari satu maka artinya Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif atau komoditas kopi tersebut daya saingnya lemah. Semakin tinggi nilai RCA-nya, semakin kuat daya saingnya (Nalurita, et al., 2014) Keunggulan Kompetitif Porter s Diamond Theory Porter membedakan empat faktor dasar yang saling terkait dan dapat mendorong atau menghambat daya saing suatu negara, yang kemudian dikenal dengan Porter s Diamond Theory (Ediana, et al., 2007), antara lain :

6 20 Gambar 2. 1 Porter s Diamond Theory Sumber : Abbey, Faktor Kondisi Faktor kondisi adalah kekuatan suatu negara yang dilihat berdasarkan faktor-faktor produksi yang dimiliki negara tersebut. Faktor-faktor produksi tersebut terdiri atas sumber daya alam, sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, modal, dan infrastruktur. 2. Faktor Permintaan Faktor permintaan berkaitan dengan permintaan akan barang dan jasa oleh konsumen yang berada dalam suatu negara, dimana permintaan tersebut dipengaruhi oleh komposisi keinginan dan kebutuhan konsumen, jangkauan pasar dan tingkat pertumbuhan pasar, mekanisme penyaluran kebutuhan dan keinginan konsumen domestik ke pasar luar negeri. 3. Faktor Industri Pendukung Faktor industri pendukung berkaitan dengan ketersediaan industri yang dapat memasok dan mendukung persaingan internasional. 4. Faktor Strategi, Struktur, dan Persaingan Faktor strategi, struktur, dan persaingan mengacu pada bagaimana suatu perusahaan dijalankan, diorganisasikan, bagaimana struktur manajemen yang ada, serta bagaimana kondisi persaingan di pasar.

7 21 Dalam skala nasional, pemerintah juga berperan untuk memperkuat daya saing suatu negara di luar negeri, misalnya melalui standarisasi mutu produk dan mendorong kerjasama antara pemasok dan pembeli Porter s Five Forces Model Analisis Porter s Five Forces Model bertujuan untuk menentukan keunggulan bersaing dan keunggulan kompetitif suatu perusahaan atau industri. Porter membuat kombinasi dari lima kekuatan, yaitu persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar-menawar pemasok, kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen (Mustamu, et al., 2015). Gambar 2.2 Porter s Five Forces Model Sumber : Magretta, Persaingan Antar Perusahaan Sejenis Suatu perusahaan dapat berhasil jika perusahaan tersebut memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan perusahaan pesaing. Bertambahnya jumlah pesaing yang menyediakan produk yang sama sehingga konsumen bisa mudah untuk berganti merek serta harga yang lebih kompetitif mengakibatkan meningkatnya intensitas persaingan. Persaingan diantara perusahaan juga akan

8 22 semakin meningkat jika jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang bersaing sama banyaknya dalam hal ukuran dan kemampuan, permintaan produk industri dapat menurun, dan pemberian potongan harga sudah menjadi hal yang biasa. 2. Masuknya Pesaing Baru Porter menyatakan bahwa ancaman pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri tergantung pada hambatan untuk memasuki pasar yang ada tersebut, serta perkiraan tentang bagaimana respon dari pesaing-pesaing yang sudah ada. Semakin besar hambatan masuk, maka ancaman masuknya pendatang baru akan rendah. Ada enam sumber utama hambatan masuk yaitu : skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya berganti pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tak menguntungkan. 3. Ancaman Produk Substitusi Produk subtitusi (pengganti) adalah produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri. Produk pengganti membatasi laba potensial yang diterima oleh suatu perusahaan dengan menetapkan harga yang dapat diberikan oleh perusahaan dalam suatu industri. Semakin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, maka perusahaan akan semakin ketat dalam membatasi laba. Kekuatan persaingan dari produk pengganti paling baik jika diukur dengan membandingkan pangsa pasar yang dimiliki oleh suatu perusahaan dengan pesaingnya. 4. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok Daya tawar-menawar pemasok (bargaining power of supplier) dapat menjadi sebuah ancaman bagi perusahaan yang selama ini memperoleh bahan baku dari pemasok apabila suatu perusahaan hanya bergantung pada satu pemasok. Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-menawarnya dengan mengancam untuk menaikkan harga jual bahan bakunya atau bisa juga dengan menurunkan kualitas bahan baku produk yang dibeli. Pemasok yang kuat dapat membatasi atau bahkan menekan kesempatan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba maksimal. 5. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli / Konsumen Kekuatan tawar-menawar konsumen juga lebih tinggi ketika produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan adalah produk standar atau tidak berbeda dengan produk lainnya. Dengan kondisi seperti ini, konsumen biasanya dapat

9 23 bernegosiasi mengenai harga jual, garansi produk, paket aksesori, hingga ke tingkat yang lebih tinggi. Jika kekuatan menawar dari konsumen sangat besar, maka kemungkinan perusahaan pesaing akan menawarkan waktu garansi yang lebih panjang atau pelayanan khusus untuk memperoleh loyalitas pelanggan Teori Daya Saing Tree Five Soetriono menggabungkan beberapa teori daya saing terdahulu dan kemudian menyempurnakannya menjadi suatu konsep daya saing bagi komoditas pertanian, yang kemudian dikenal sebagai konsep daya saing Tree Five (Soetriono, 2010). Konsep daya saing Tree Five dapat diilustrasikan pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Daya Saing Tree Five Sumber : Soetriono, 2010 Dari Gambar 2.3 dapat dilihat bahwa daya saing pertanian dipengaruhi oleh faktor internal dari komoditas itu sendiri maupun faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi daya saing komoditas pertanian yaitu : 1. Kegiatan Usaha Tani Pengertian pertanian memiliki dua arti, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam,

10 24 Sedangkan dalam arti luas, pertanian adalah tumbuhan maupun hewan yang dihasilkan, diperbanyak, dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia serta sebagai sarana kegiatan pengembangan ekonomi (Ken Suratiyah, 2015). Usaha tani terdiri atas pemberian pupuk, benih/bibit, modal, sumber daya manusia, dan teknologi yang digunakan (Soetriono, 2010). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pupuk adalah bahan yang mengandung senyawa unsur yang dibutuhkan oleh tanaman agar dapat tumbuh subur. Pemupukan yang memadai dapat mencegah terjadinya kerusakan dan berkurangnya kesuburan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010). Berdasarkan Undang undang RI No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman BAB I ketentuan umum Pasal 1 (a) 4, benih merupakan tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan untuk memperbanyak tanaman tersebut. Benih tanaman dapat berupa biji ataupun bibit. (Saragih, 2013). Modal merupakan syarat untuk menjalankan suatu usaha, termasuk usaha pertanian. Vink mendefinisikan modal sebagai segala sesuatu yang dapat menghasilkan pendapatan dari kegiatan usaha. Sedangkan Koens mendefinisikan modal hanya sebatas pada uang tunai yang dikeluarkan untuk membiayai usaha tani (Ken Suratiyah, 2015). Sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu organisasi. Oleh sebab itu, diperlukan pengelolaan sumber daya manusia yang lebih baik dan terstruktur agar pemanfaatan sumber daya manusia dapat maksimal dan tujuan organisasi dapat tercapai. Melalui pengelolaan dan pengembangan SDM yang baik, maka akan mampu menghasilkan tenaga kerja yang lebih terampil dan mampu bersaing bahkan dalam skala internasional. Hasibuan mendefinisikan pengembangan sumber daya manusia sebagai suatu usaha melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia secara teknis, teori, konsep, dan moral (Hamid S., 2014) Teknologi bukan hanya mengacu pada mesin, namun juga pada proses, mekanisme, sistem, dan manajemen manusia dan bukan manusia (Saetiles, 2014). Teknologi menjadi syarat utama dalam menentukan daya saing ekonomi suatu negara dan produk ekspornya. Sekarang dunia telah memasuki era perkembangan teknologi informasi, sehingga teknologi dapat mempengaruhi pola dan struktur perdagangan dunia (Indonesian Institute of Sciences (LIPI),

11 ). Dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat, distribusi barang dan jasa menjadi lebih baik. Demikian pula dengan adanya peningkatan kebutuhan manusia, maka membutuhkan produktivitas barang dan jasa yang lebih tinggi. Beberapa kebutuhan mungkin tidak tersedia di dalam negeri sehingga terjadi perkembangan perdagangan antar negara (Adrian Sutedi, 2014). 2. Permintaan Permintaan merupakan total komoditas yang diminta oleh konsumen yang berada dalam suatu pasar dengan memperhatikan tingkat harga komoditas tersebut dan pendapatan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan (Putong, 2013) adalah : 1. Harga komoditas tersebut 2. Tingkat pendapatan rata-rata 3. Jumlah populasi 4. Komoditas substitusi dan harganya 5. Distribusi produk 6. Estimasi 7. Selera/gengsi 8. Non fungsional 3. Lingkungan Lingkungan agroekologi di Indonesia dibedakan menjadi dataran rendah (ketinggian dari 0m 400m dpl) dan dataran tinggi (ketinggian lebih dari 700m dpl), dengan tipe iklim sangat basah (curah hujan mm/tahun), basah (curah hujan mm/tahun), dan kering (curah hujan kurang dari 2000 mm/tahun) (Rukmana, 2011). Penanaman suatu varietas pada lokasi yang berbeda akan menghasilkan rasa, ukuran, jumlah, dan warna yang berbeda. Varietas yang unggul jika ditanam pada lingkungan agroekologi yang sesuai maka akan memberikan hasil yang unggul juga (Rukmana, 2011) Untuk faktor eksternal yang mempengaruhinya adalah : 1. Kebijakan Internasional Kebijakan perdagangan berhubungan dengan dampak dari ekonomi secara langsung maupun tidak langsung yang mengubah lingkungan di mana transaksi perdagangan internasional berlangsung (Gaisford, 2007). Kebijakan

12 26 internasional terdiri dari kondisi perekonomian, pasar kopi internasional, kesepakatan internasional, dan situasi politik negara pengimpor. Perdagangan kopi dunia diatur dalam Perjanjian Kopi Internasional (International Coffee Agreement ICA) oleh International Coffee Organization. Sejak pemberlakuan kuota oleh ICO pada bulan juli 1989 dan ICA pada tanggal 1 Oktober 1994, maka perdagangan kopi dibebaskan dari ketentuan ekonomi. Sehingga ICO hanya sebagai administrasi saja (Amir, 2003). Inovasi penting yang termasuk Bab baru Perjanjian Kopi Internasional pada tahun 2007 terletak pada pengembangan dan pendanaan proyek-proyek pembangunan kopi, dan pembentukan Forum Konsultasi Sektor keuangan kopi, manajemen risiko di sektor kopi, dengan fokus juga pada kebutuhan produsen skala kecil dan menengah. Meningkatkan transparansi pasar dan membentuk Komite Pengembangan Pasar yang akan mengawasi kegiatan termasuk penyebaran informasi, penelitian, pengembangan kapasitas dan studi yang berkaitan dengan produksi dan konsumsi kopi (International Coffee Organization, 2007). 2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Kopi Dukungan pemerintah dalam memberikan penyuluhan dan peraturan perdagangan dirasa belum memadai. Selain itu asosiasi petani atau komunitas petani-petani juga masih sedikit. Beberapa hal ini menyebabkan harga jual kopi masih rendah serta belum banyaknya produksi hasil perkebunan rakyat yang diekspor. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi petani kopi di Indonesia (Panggabean E., 2011). 3. Potensi Pasar Potensi pasar memberikan gambaran tentang produk apa yang sudah pernah eksis di pasar dan yang sudah diekspor, serta produk apa saja yang memiliki peluang untuk diekspor (Kusrianto, 2010). 4. Kebijakan Domestik Kopi adalah salah satu komoditas yang diatur ekspornya, dan termasuk dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia dengan HS Nomor dan (Gabungan Asosiasi Eksportir Indonesia, 2015). Ketentuan dalam ekpor kopi revisi terakhir adalah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10/M- DAG/PER/5/2011.

13 27 Syarat Ekspor Kopi : 1. Ekspor kopi hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah diakui sebagai Eksportir Terdaftar Kopi (ETK) dan Eksportir Kopi Sementara (EKS) oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan. 2. Dalam setiap ekspor kopi juga harus dilengkapi dengan Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK). SPEK adalah surat persetujuan pelaksanaan ekspor kopi ke seluruh negara tujuan yang dikeluarkan oleh Dinas yang bertanggungjawab di bidang perdagangan di Propinsi/Kabupaten/Kota. SPEK juga dapat digunakan untuk pengapalan dari pelabuhan ekspor di seluruh Indonesia 3. Kopi yang diekspor wajib sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan dan harus disertai dengan Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) SKA Form ICO, yaitu surat keterangan yang digunakan sebagai dokumen penyerta barang (kopi) yang diekspor dari seluruh Indonesia, yang membuktikan bahwa barang (kopi) tersebut berasal, dihasilkan dan/atau diolah di Indonesia. 5. Kondisi Perekonomian Domestik Pertumbuhan ekonomi merupakan proses bertumbuhnya pendapatan rata-rata suatu negara sehingga konsumsi barang dan jasa serta daya beli masyarakat di negara tersebut juga semakin meningkat (Husen, 2011). Komoditas kopi sebagai salah satu komoditas perdagangan strategis memegang peran yang penting bagi perekonomian nasional dimana komoditas kopi merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar indonesia dan menyediakan lapangan kerja di berbagai sektor (Hidayat& Soetriono, 2010) Daya Saing Komoditas Ekspor Amir (2004) memaparkan beberapa faktor yang menentukan daya saing ekspor, antara lain : 1. Faktor langsung, terdiri dari : a. Mutu Komoditas b. Biaya produksi dan penentuan harga jual c. Ketepatan waktu penyerahan

14 28 d. Intensitas promosi e. Penentuan saluran pemasaran f. Layanan setelah penjualan 2. Faktor tidak langsung, terdiri dari : a. Kondisi sarana pendukung ekspor b. Insentif atau subsidi pemerintah untuk ekspor c. Kendala tarif dan non tarif d. Tingkat efisiensi dan disiplin nasional e. Kondisi ekonomi global Faktor Penentu Ekspor Kopi Indonesia I Gusti Ayu Made Dian Rianita (2014) menyatakan bahwa ekspor kopi Indonesia dipengaruhi oleh total produksi kopi, harga kopi,dan PDB perkapita dunia. Lebih lanjut, Bismo Tri Raharjo (2013) menambahkan bahwa nilai tukar rupiah juga mempengaruhi ekspor kopi Indonesia. Volume/kapasitas produksi merupakan salah satu faktor yang menentukan ekspor suatu komoditas(tambunan, 2001). Kemampuan memproduksi juga di pengaruhi oleh luasnya lahan areal tanam. Dimana semakin luas lahan, maka tingkat produksi komoditas tersebut akan semakin tinggi sehingga akibatnya negara tersebut akan mampu mengekspor lebih banyak (Rianita, 2014). Kotler mendefinisikan harga sebagai salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan dan menghasilkan biaya serta mampu mengkomunikasikan nilai produk dan mereknya kepada pelanggan (Rianita, 2014). Pendapatan per kapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk pada suatu periode tertentu. Untuk menghitung pendapatan per kapita maka dilakukan dengan cara membagi pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk di negara tersebut pada tahun tertentu. Pendapatan nasional yang tinggi mengartikan bahwa pendapatan perkapita masyarakat negara tersebut juga tinggi. Meningkatnya pendapatan per kapita dunia akan meningkatkan nilai tukar (kurs) sehingga permintaan impor terhadap produk kopi juga akan meningkat (Rianita, 2014).. Nilai tukar mata uang merupakan hal yang penting dan sangat dibutuhkan dalam pembayaran internasional. Nilai tukar atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (Krugman, 2012). Penawaran terhadap

15 valuta asing bisa terjadi melalui hubungan internasional dalam perdagangan barang, jasa, dan modal (Rianita, 2014) Life Style William Lazer memperkenalkan konsep life style dan hubungannya dengan pemasaran, pada tahun Life style mengacu pada cara/karakteristik khusus dalam menjalankan kehidupan seluruh masyarakat atau segmen. prilaku pembelian konsumen, dan cara mengkonsumsinya mencerminkan life style masyarakat atau konsumen. Moore (1963) mendefinisikan gaya hidup dimana istilah " life style " menunjukkan pola cara hidup dimana seseorang yang disesuaikan dengan berbagai produk, event, atau sumber daya (Krishnan, 2011). Dari penelitian Krishnan(2011) dapat disimpulkan bahwa karakteristik life style memiliki dampak yang besar pada perilaku pembelian konsumen. Dalam lingkungan konsumsi, seseorang memilih produk atau merek, yang mampu mencerminkan identitas gaya hidupnya. Alternatif lainnya, seseorang membuat pilihan dalam lingkungan konsumsi dalam rangka untuk menentukan atau mengaktualisasikan gaya hidupnya, yang bisa dilihat melalui produk atau merek yang dipilih. Gagasan ini mendukung proposisi bahwa ada pengaruh dari gaya hidup individu terhadap perilaku konsumsi seseorang.

16 Kerangka Pemikiran Analisis Daya Saing Komoditas Kopi Indonesia Keunggulan Komparatif Keunggulan Kompetitif Dianalisis Dengan : Revealed Comparative Advantage Porter s Diamond Theory, Teori Daya Saing Tree Five, Teori Daya Saing Komoditas, Porter s Five Forces Model Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Daya Saing Ekspor Kopi Gambaran Daya Saing Ekspor Komoditas Kopi Indonesia Gambar 2. 4 Kerangka Pemikiran Sumber : Penulis, 2016

17 31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan mengenai daya saing ekspor komoditas kopi di Indonesia dan faktor-faktor pendorong dan penghambatnya, maka dapat

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi dalam perdagangan dan investasi menawarkan banyak peluang dan tantangan bagi agribisnis perkebunan di Indonesia. Kopi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Modern (H-O) Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini diambil dari kedua pencetusnya yang berasal dari

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Menurut penelitian Fery (2013) tentang analisis daya saing usahatani kopi Robusta di kabupaten Rejang Lebong dengan menggunakan metode Policy Analiysis

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional bukan hal baru bagi Indonesia, perdangangan internasional menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hidayat (2013) dengan judul Analisis Daya Saing Produk Ekspor Provinsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hidayat (2013) dengan judul Analisis Daya Saing Produk Ekspor Provinsi BAB II A. Penelitian Terdahulu KAJIAN PUSTAKA Hidayat (2013) dengan judul Analisis Daya Saing Produk Ekspor Provinsi Sumatera Utara. Analisis yang digunakan yaitu Analisis Revealed Comparative Advantage

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003) TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan dengan

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

Organizational Theory & Design

Organizational Theory & Design Modul ke: Organizational Theory & Design Memasuki Pasar Global Fakultas PASCA FEB Dr. Adi Nurmahdi MBA Program Studi MM www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Berlakunya pasar bebas dan AFTA seolah menjadi momok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Suatu perusahaan yang bergerak dalam sebuah industri hampir tidak ada yang bisa terhindar dari persaingan. Setiap perusahaan harus memiliki suatu keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta berdiri sejak tahun 1950, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5768 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEPABEANAN. Perdagangan. Ekspor. Impor. Kawasan Berikat. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 279). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 01 Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-DAG/PER/7/2008

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-DAG/PER/7/2008 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-DAG/PER/7/2008 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara negara di dunia bertujuan mensejahterakan penduduknya, begitu juga di Indonesia pemerintah telah berusaha maksimal agar dapat mensejahterakan penduduk.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 41/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 41/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 41/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Daya Saing Perdagangan Internasional pada dasarnya merupakan perdagangan yang terjadi antara suatu negara tertentu dengan negara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk menerangkan pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), kurs, cadangan devisa, tingkat suku bunga riil, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.279, 2015 KEPABEANAN. Perdagangan. Ekspor. Impor. Kawasan Berikat. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5768). PERATURAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 10/M-DAG/PER/5/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 41/M-DAG/PER/9/2009

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN Agar pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat ditingkatkan maka masalah-masalah di atas perlu ditanggulangi dengan baik. Revolusi putih harus dilaksanakan sejak

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini terdapat berbagai hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti lain, baik itu dalam penelitian pada umumnya maupun penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas semua kegiatan ekonomi pemerintah suatu negara yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi,

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil yang tercantum pada Tabel 6.1. Koefisien determinan (R 2 ) sebesar

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.395, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ketentuan Umum. Bidang Ekspor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/M-DAG/PER/3/2012 TENTANG KETENTUAN UMUM DI

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berjalan lancar dan terkoodinir sehingga dapat mencapai hasil yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berjalan lancar dan terkoodinir sehingga dapat mencapai hasil yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Sistem Setiap sistem akan lebih dapat dipahami jika sebagai suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Dengan adanya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing

Lebih terperinci

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

VIII. SIMPULAN DAN SARAN VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor ini terhadap PDB menujukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci