AKULTURASI BUDAYA CINA DAN BETAWI DALAM BUSANA PENGANTIN WANITA BETAWI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKULTURASI BUDAYA CINA DAN BETAWI DALAM BUSANA PENGANTIN WANITA BETAWI"

Transkripsi

1 AKULTURASI BUDAYA CINA DAN BETAWI DALAM BUSANA PENGANTIN WANITA BETAWI Astrini, Tiara, YiYing Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, ABSTRACT From time to time, Betawi culture with it s unique characteristics keeps developing. Betawi culture grows spontaneously with all it s humbleness. Living in a city where local and foreign cultures meet, Betawi people has rich cultural variety. The melting pot creates a new culture which cannot be found in other places. According to Jakarta s long history, culture had the most influence to Betawi people. The mix between Betawi and Chinese cultures is shown in Betawi bridal costume. It s the result of acculturation between Betawi and Chinese cultures. Chinese people came to Indonesia, including Jakarta, to try make a living. And at the end it s costume became Betawi bridal costume. Key words: culture, acculturation, betawi, bridal costume ABSTRAK Dari masa ke masa, kebudayaan masyarakat betawi terus berkembang dengan ciri-ciri yang sangat mudah dibedakan dari kelompok etnis lain. Kebudayaan betawi tumbuh spontan dengan segala kesederhanaannya yang meriah. Tinggal di kota yang menjadi ajang pertemuan beberapa budaya lokal dengan budaya luar, tak heran jika masyarakat betawi memiliki keanekaragaman budaya yang begitu kaya. Pertemuan ini menghasilkan sebuah budaya baru yang tidak di miliki oleh daerah lain. Sejarah panjang kota jakarta mencatat bahwa budaya yang sangat kental mempengaruhi etnis betawi adalah kebudayaan china. Perpaduan kental antara kebudayaan betawi dengan kebudayaan china dapat dirasakan pada busana pernikahan pengantin wanita betawi. Pakaian adat pengantin wanita betawi adalah hasil dari akulturasi (hasil peleburan dua budaya) yaitu kebudayaan Cina dan kebudayaan betawi. Hal ini terjadi karena dahulu orang Cina sudah datang merantau nasib di berbagai wilayah Indonesia, salah satunya Jakarta. Dan pada akhirnya pakaian ini menjadi pakaian adat pengantin Betawi. Kata kunci: kebudayaan, akulturasi, betawi,busana pernikahan PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya. Terdiri dari berbagai suku dan bahasa. Termasuk di antaranya adalah masyarakat keturunan Tionghoa dan masyarakat Betawi. Masyarakat keturunan Tionghoa adalah

2 salah satu etnis di Indonesia. Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Masyarakat Betawi adalah berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makasar, Ambon, dan Melayu serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Cina, dan Eropa. Kata Betawi berasal dari kata "Batavia," yaitu nama lama Jakarta pada masa Hindia Belanda. Pakaian adat pengantin betawi adalah hasil dari akulturasi (hasil peleburan dua budaya) yaitu kebudayaan Cina (Tionghoa) dan kebudayaan Indonesia. Hal ini terjadi karena dahulu orang Cina sudah datang merantau nasib di berbagai wilayah Indonesia, salah satunya Jakarta. Dan pada akhirnya pakaian adat ini menjadi pakaian adat pengantin Betawi. Pakaian adat Pengantin Betawi disebut juga sebagai Putri Cina. Nama ini disematkan karena banyaknya kesamaan dengan pakaian pengantin yang dipakai oleh putri Dinasti Cina pada abad ke-7. Di Cina, pakaian ini hanya digunakan oleh para pengantin wanita yang berasal dari kaum bangsawan. Begitu kentalnya nuansa Budaya Cina dipakaian adat Pengantin Betawi membuat sang pengantin wanita yang mengenakan busana ini terlihat seperti Putri Cina dengan pakaian khas Kekaisaran Cina. Dalam kitab sejarah Sunda yang berjudul Tina Layang Parahyang (Catatan dari Parahyangan) diceritakan tentang kedatangan rombongan Tjen Tjie Lung di muara sungai Cisadane yang sekarang diberi nama Teluk Naga pada tahun Rombongan ini membawa tujuh kepala keluarga dan diantaranya terdapat sembilan orang gadis dan anak-anak kecil. Sejak itu, mereka tinggal dan berbaur dengan kebudayaan lokal dan terjadi perkawinan campur, antara dua kebudayaan yang berbeda, yaitu kebudayaan cina dan kebudayaan betawi. Dari perkawinan campur ini, masyarakat Betawi menggunakan symbol burung phoenix dan naga sebagai symbol dalam busana pengantin wanita Betawi. Berdasarkan penjelasan singkat di atas, kami tertarik untuk meneliti tentang unsur akulturasi Budaya Tionghoa dan Budaya Betawi dalam busana pernikahan pengantin wanita Betawi. METODE PENELITIAN Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan metode studi pustaka. Penulis mengumpulkan data melalui buku dan jurnal yang telah ditentukan selama 2 bulan, kemudian melakukan analisa tentang persamaan dan perbedaan busana pernikahan pengantin wanita betawi dengan busana pernikahan pengantin wanita china. Penelitian dilakukan sejak bulan oktober sampai bulan november HASIL DAN BAHASAN Teori Akulturasi Mengenai pengertian tentang akulturasi, Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (1979: ) mengemukakan bahwa: Akulturasi adalah Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Kamus Besar Bahasa Indonesia(1989),istilah akulturasi diartikan sebagai penyerapan yang terjadi oleh seorang individu atau sekelompok masyarakat, terhadap beberapa sifat tertentu dari kebudayaan kelompok lain sebagai akibat dari kontak atau interaksi dari kedua kelompok kebudayaan tersebut, sedangkan akulturasi budaya diartikan sebagai hasil interaksi manusia berupa pencampuran dari beberapa macam kebudayaan secara perlahan menuju bentuk budaya baru. Proses dari wujud akulturasi kebudayaan, terjadi ketika beberapa kebudayaan saling berhubungan secara intensif dalam jangka waktu yang cukup lama, kemudian masing-masing dari kebudayaan tersebut berubah saling menyesuaikan diri menjadi satu kebudayaan. Bentuk dari perwujudan akulturasi budaya, merupakan salah satu hasil aktivitas manusia dalam menjalankan proses perpaduan budaya. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya, yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda dan melebur

3 menjadi satu, sehingga menghasilkan adanya kontak kebudayaan baru atau sebuah akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru dan tidak melenyapkan kebudayaan aslinya. Akulturasi budaya ini juga terjadi karena adanya keterbukaan suatu kelompok masyarakat yang mengakibatkan kebudayaan yang mereka miliki akan terpengaruh dengan kebudayaan kelompok masyarakat lain. Selain keterbukaan masyarakatnya, perubahan kebudayaan juga disebabkan oleh perkawinan campur antara dua kelompok kebudayaan yang berbeda, misalnya perkawinan campur antara etnis Cina dan etnis betawi. Akulturasi budaya bisa juga terjadi karena adanya keinginan untuk maju serta sikap mudah menerima hal-hal baru dan toleransi terhadap perubahan. Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dari proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan keseluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi. Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi, yang dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu tempat ke tempat lain, tetapi oleh karena ada individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu. Mereka itu adalah terutama pedagang dan pelaut. Unsur-unsur kebudayaan asing dibawa oleh para pedagang masuk ke dalam kebudayaan penerima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan. (Koentjaraningrat,1979: ). Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk (multietnik), selalu menimbulkan perpaduan antara kebudayaan inti (kebudayaan asli) dengan kebudayaan luar lainnya. Konsep melting pot (tempat bertemunya berbagai suku,agama dan tempat persinggahan antar bangsa) merupakan salah satu hasil dari sebuah wujud akulturasi budaya, ketika unsur-unsur kebudayaan saling bertemu dan melebur menjadi satu kebudayaan. Proses perubahan kebudayaan tersebut terjadi dikarenakan adanya kontak langsung terus menerus dengan kebudayaan asing yang berbeda (ada unsur kebudayaan asing yang mudah diterima, ada juga yang sukar diterima bahkan ditolak). Unsur Budaya Cina Dalam Busana Pernikahan Pengantin Wanita Betawi Sejarah panjang kota jakarta mencatat bahwa budaya yang sangat kental mempengaruhi etnis betawi adalah kebudayaan china. Ini menunjukkan hubungan yang sangat baik, antar orang Cina dan Betawi yang sudah berlangsung sangat lama. Pengaruh budaya cina terhadap budaya Betawi, khususnya terasa dalam pakaian adat pengantin wanita betawi. Unsur-unsur kebudayaan China dibawa oleh para pedagang masuk ke dalam kebudayaan Betawi, tercermin dari busana pernikahan dan asesoris kepala pengantin wanita betawi. Busana Pengantin Wanita Betawi Busana pengantin wanita betawi mempunyai kemiripan dengan busana pengantin wanita cina selatan, yang disebut qun gua ( 群褂 ). Busana pengantin wanita betawi terdiri dari 2 bagian. Baju bagian atas disebut Tuaki.Tuaki adalah blus lengan panjang yang diberi benang karet pada pergelangan, bermodel kerah shanghai,dengan kerah tertutup dan memiliki kancing dari atas sampai bawah, yang dibuat dari bahan satin atau beludru yang gemerlapan.warna Tuaki disesuaikan dengan warna rok, Yang biasanya berwarna merah cerah.tinggi leher 3 cm dan panjang sebatas pinggul.tuaki dihiasi dengan motif yang khas, seperti naga, burung hong ( phoenix ), dan bunga peony. Motif motif ini merupakan ciri khas pakaian kekaisaran China. Burung hong, yang biasa disebut burung surga ini melambangkan kebahagiaan. Model baju yang sangat sederhana pada busana adat pengantin wanita betawi ini, tampil begitu meriah dengan perlengkapan yang serba unik. Teratai,yaitu hiasan penutup dada dan bahu yang dikenakan di atas Tuaki. Teratai terdiri atas 8 lembaran kecil daun yang dirangkai menjadi daun teratai bertahtakan manik manik. Teratai berfungsi sebagai tanda pengenal untuk mengetahui dari kerabat mana pengantin wanita berasal. Paduan tuaki adalah kun, yaitu rok melebar ke bawah dengan panjang sampai mata kaki. Rok nya terbuat dari bahan satin atau beludru yang berhiaskan manik-manik yang dibentuk menjadi motif burung hong(phoenix), naga atau bunga peony. Warna kun ini disesuaikan dengan warna tuaki. Warna- warna cerah yang dipilih, baik dari bahan satin ataupun beludru. Gemerlapan hiasan tuaki dan kun melambangkan suka cita dan keceriaan kedua pengantin dan seluruh keluarganya.

4 Keunikan lainnya terdapat pada tata rias di bagian kepala. Rambut disanggul tanpa sasakan, yang disebut sanggul buatun.letak sanggul di tengah tengah agak ke atas, yang memperlihatkan tengkuk pengantin. Caranya adalah dengan melilitkan secara berputar, sehingga membentuk tiga tingkat lingkaran, yang kemudian dipadatkan dengan tusuk konde. Tusuk konde berupa pasak berbentuk huruf leam(huruf arab) merupakan simbol pengakuan akan keesaan Allah yang ditusukkan diatas siangko kecil penutup simpul tali cadar. Ketiga tingkat lingkaran ini melambangkan siklus kehidupan yang dimulai dari kelahiran, kehidupan dan kematian. Hiasan kepala yang digunakan cukup kompleks. Diantaranya adalah siangko cadar besar yang menjuntai indah menutupi wajah,yang biasanya terbuat dari manik manik berbahan emas atau perak yang menunjukkan bahwa sang pengantin berasal dari kelompok menengah atas. Siangko bercadar ini melambangkan kesucian seorang gadis yang disimbolkan dengan tidak boleh dilihatnya wajah mempelai wanita oleh orang lain. Di atas siangko bercadar ini diletakkan sigar atau mahkota dengan motif bunga-bungaan yang dipenuhi permata. Hiasan rambut lainnya adalah tusuk paku atau kembang paku yang berjumlah 10 buah yang ditancapkan di sanggul, yang dimaksudkan sebagai lambing penangkal bahaya.. Tusuk bunga atau kembang tancep yang berjumlah 5 buah yang melambangkan 5 rukun islam sebagai pegangan hidup. Kembang goyang berjumlah 20 buah yang dipakai bersama dengan 2 buah kembang kelapa yang dipasang di kiri dan kanan sanggul. Kembang goyang melambangkan pengakuan terhadap 20 sifat kebesaran Allah yang wajib diturunkan dan diajarkan pada keturunannya. Kembang kelapa merupakan simbol pengharapan agar pernikahan yang dilakukan tetap kokoh dan kuat seperti pohon kelapa, sehingga akan menjadi pernikahan yang langgeng, sejahtera dan bahagia.kembang goyang adalah perhiasan yang dipasangkan di rambut atau sanggul (konde) dan dapat bergerak-gerak apabila digerakkan karena memiliki pegas yang dipasangkan pada kembang goyang tersebut. Hiasan kembang goyang dibuat dari logam (kuningan, tembaga, perak, atau emas) dan kadangkadang diberi hiasan batu permata.selain itu, ada tusuk lam, yang ditancapkan di sanggul sebagai lambing huruf Lam, yang digunakan untuk melambangkan keesaan Allah, Sang Pencipta. Hiasan burung hong adalah hiasan lain yang tidak boleh ketinggalan, yaitu hiasan berupa tusuk berukuran agak panjang, yang bagian ujungnya terdapat replika berbentuk Burung Hong, khas aksesoris dari China. Jumlahnya yang 4 buah melambangkan 4 sahabat Rasullullah, Nabi Besar Muhammad SAW. Burung hong sendiri dianggap sebagai simbol burung surga yang melambangkan kebahagiaan kedua pengantin. Letak burung hong ini juga memiliki arti tersendiri, yang berkaitan dengan kecocokan antara pihak keluarga kedua pengantin. Sebagai pelengkap yang menunjang keserasian, biasanya telinga pengantin dihias dengan sepasang kerabu. Kerabu ini merupakan perpaduan anting dan giwang yang dijadikan satu. Perhiasan ini dipercaya memiliki kekuatan magis, karena bila dipakai pengantin yang tidak perawan, maka si pemakai akan merasa pusing, bahkan pingsan. Pengantin wanita juga mengenakan perhiasan berupa kalung tebar, yang diletakkan di atas teratai betawi. Selain itu ada Gelang listring, yang dipakai di atas lengan tuaki, serta cincin emas yang berhiaskan permata yang dipakai di jari manis. Aslinya seluruh perhiasan yang dikenakan oleh pengantin wanita betawi terbuat dari emas dan dihiasi intan permata. Namun saat ini, umumnya hanya merupakan sepuhan warna emas, sedangkan hiasannya lebih banyak menggunakan manik-manik. Busana Pengantin Wanita Cina Selatan Busana pernikahan tradisional pengantin wanita Cina Selatan disebut dengan Qun Gua ( 群褂 ). Pengantin wanita Cina Selatan memakai busana 2 bagian, yaitu Qun ( 群 ) adalah rok panjang semata kaki, sedangkan Gua ( 褂 ) mengacu pada mantel bergaya Cina kalangan atas yang panjangnya sebatas pinggul,dengan model kerah tertutup sampai ke atas leher dan lengan panjang. Orang Cina yang memakai Qun Gua ( 群褂 ) melambangkan kelimpahan

5 anak ( 儿女成群 ). Dalam budaya china, adalah tradisi untuk pengantin wanita mengenakan pakaian dan rok berwarna merah cerah yang disulam dengan benang merah dan perak, dengan jahitan berbentuk bunga meihua, bunga lotus dan bunga peony. Selain motif tumbuhan, juga terdapat motif hewan. Hewan yang biasanya menjadi motif pada Qun Gua ( 群褂 ) adalah naga dan burung hong. Pengantin wanita juga memakai cadar yang menjuntai indah menutupi wajah, yang melambangkan kesucian seorang gadis yang disimbolkan dengan tidak boleh dilihatnya wajah mempelai wanita oleh orang lain. Di atas cadar ini diletakkan mahkota dengan motif bunga-bungaan atau burung hong. Pakaian dan rok tersebut juga disertai dengan motif - motif khas china seperti bunga peony yang menyimbolkan kemakmuran dan kecantikan wanita, bunga meihua yang menyimbolkan keberuntungan, serta bunga lotus yang menyimbolkan cinta,kesucian dan keharmonisan. Warna merah dipercaya akan mendatangkan kesejahteraan yang baik dan keberuntungan yang kuat untuk menjaga diri dari roh-roh jahat. Naga merupakan lambang kebesaran dalam kebudayaan china serta identik dengan kekuatan dan kehebatan. Naga juga dianggap sebagai sumber kebijaksanaan. Burung hong(phoenix) adalah untuk melambangkan penyatuan terhadap keluarga baru. Dahulu di Cina hanya Kaisar dan Permaisuri atau anggota keluarga kekaisaran yang dapat menggunakan motif naga dan burung hong ( phoenix ). Rakyat biasa tidak diperbolehkan menggunakan motif naga dan burung hong, kalau mereka memakainya, maka akan dianggap sebagai melakukan pengkhianatan. Dahulu di Cina, sesuai kebiasaan, warna dan kombinasi dari qun gua bervariasi, tergantung dari pangkat seseorang dan senioritas dalam keluarga. Hanya istri pertama yang dapat memakai qun gua berwarna merah, sedangkan para selir memakai warna merah muda.qun gua ( 裙褂 )terbuat dari sutra dan satin. Bahan-bahan tersebut akan membuat busana pengantin wanita ini tampak mewah dan menawan. Persamaan Busana Pengantin Wanita Betawi Dengan Cina Selatan Persamaan tata rias pengantin wanita Betawi dan Cina Selatan, salah satunya bisa dilihat dari busana pernikahan. Pengantin wanita Betawi, yaitu kun dan tuaki dan China Selatan memakai busana yang terbuat dari bahan satin, sutera atau beludru dan memakai warna warna cerah seperti merah terang, dengan busana yang terdiri dari 2 bagian,atasan dan bawahan, yang terdiri dari baju & rok, yang disebut qun gua ( 群褂 ). Pengantin wanita Betawi dan China Selatan memakai busana lengan panjang dan modelnya yang mengikuti bentuk badan si pemakai yang panjangnya sebatas pinggul, dengan ciri khas kerahnya yang tertutup sampai ke atas leher. Pakaian ini dihiasi dengan motif naga, burung hong ( phoenix ), dan bunga peony. Kedua pengantin wanita juga memakai rok yang terbuat dari bahan satin, sutera atau beludru dengan panjang sampai mata kaki, yang dihiasi dengan motif motif khas kekaisaran China, seperti burung hong ( phoenix ), naga, dan bunga peony. Dipakainya pakaian dan rok yang bermotif burung hong ( phoenix ), pada busana pengantin wanita Betawi dan China, juga memiliki arti yang sama, yaitu melambangkan penyatuan terhadap dua keluarga baru dan melambangkan kebahagiaan kedua mempelai dan keluarganya. Warna busana pengantin wanita Betawi dan China Selatan juga bisa dikombinasikan. Tidak harus warna pakaian dan rok memakai warna yang sama, tetapi bisa juga berbeda. Misalnya pakaian berwarna emas dikombinasikan dengan rok berwarna merah. Bisa juga pakaian berwarna hitam dikombinasikan dengan rok berwarna merah atau pakaian berwarna merah dikombinasikan dengan rok berwarna hitam. Dilihat dari tata rias kepala, kedua pengantin wanita menggunakan penutup wajah atau cadar yang terbuat dari manik manik berbahan emas atau perak, yang menjuntai indah menutupi wajah. Dari penggunaan cadar kedua pengantin wanita ini, memiliki arti yang sama, yaitu yang melambangkan kesucian seorang gadis yang disimbolkan dengan tidak boleh dilihatnya wajah mempelai wanita oleh orang lain. Kedua pengantin juga menggunakan hiasan kepala berbentuk burung hong ( phoenix ).Burung hong adalah lambang khas kekaisaran Cina. Perbedaan Busana Pengantin Wanita Betawi Dengan Cina Selatan Perbedaan tata rias pengantin wanita Betawi dan Cina Selatan, salah satunya bisa dilihat dari busana pengantin. Pada Pengantin wanita betawi terdapat pakaian yang polos ( tidak bermotif ), sedangkan pada pakaian pengantin wanita China selalu bermotif. Pengantin wanita betawi menggunakan hiasan kepala berupa tusuk yang

6 ditancapkan ke sanggul, sedangkan pengantin wanita China menggunakan hiasan kepala yang menyerupai mahkota. Kalau dilihat dari hiasan kepala. Tidak hanya pengantin wanita Cina Selatan yang menggunakan hiasan kepala yang menyerupai mahkota.hampir semua pengantin wanita Cina menggunakan hiasan kepala yang menyerupai mahkota. Selain itu, perbedaan juga terlihat dari alas kaki yang dipakai. Pengantin wanita Betawi memakai selop berbentuk seperti perahu kolek,dengan hiasan manik manik dengan ujungnya runcing dan melengkung ke atas, sedangkan pengantin wanita China, bisa memakai selop yang berhiaskan manik manik, bisa juga memakai sepatu yang bagian depan ujungnya agak bulat, dengan hiasan bermotif naga, burung hong ( phoenix ), dan bunga bunga. Selop pengantin wanita betawi tidak hanya berwarna merah, tetapi bisa juga berwarna lain, misalnya ungu dan emas. sedangkan sepatu dan selop pengantin wanita cina, identik dengan warna merah. SIMPULAN DAN SARAN Betawi adalah salah satu dari ribuan suku yang ada di Indonesia dan sangat kaya dengan kesenian dan budaya. Budaya Betawi dalam perkembangannya mengalami percampuran dengan budaya dari etnik pendatang, misalnya Cina. Unsur kebudayaan yang di bawa masyarakat pendatang, lama kelamaan bercampur dengan budaya lokal. Kata Betawi berasal dari kata Batavia, yaitu nama lama Jakarta pada masa Hindia Belanda. Dari masa ke masa, kebudayaan masyarakat betawi terus berkembang dengan ciri ciri yang sangat mudah dibedakan dari kelompok etnis lain. Kebudayaan betawi tumbuh spontan dengan segala kesederhanaannya yang meriah. Tinggal di kota yang menjadi ajang pertemuan beberapa budaya lokal dengan budaya luar, tak heran jika masyarakat betawi memiliki keanekaragaman budaya yang begitu kaya. Pertemuan ini menghasilkan sebuah budaya baru yang tidak di miliki oleh daerah lain. Sejarah panjang kota Jakarta mencatat bahwa budaya yang sangat kental mempengaruhi etnis Betawi adalah kebudayaan Cina. Pertemuan ini menghasilkan sebuah budaya baru yang tidak dimiliki daerah lain. Pengaruh budaya cina terhadap budaya Betawi, khususnya terasa dalam pakaian adat pengantin wanita betawi. Pakaian adat pengantin wanita betawi adalah hasil dari akulturasi budaya, yaitu budaya Cina dan budaya Betawi. Akulturasi budaya ini terjadi sejak ratusan tahun lalu, sejak orang Cina datang merantau nasib di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya Jakarta dan terus berkembang sampai saat ini. Pakaian Pengantin wanita Betawi disebut juga sebagai pakaian Putri Cina, karena begitu kentalnya nuansa budaya Cina di pakaian adat pengantin wanita Betawi. Dahulu, Di Cina, hanya wanita yang berasal dari keluarga kekaisaran dan keluarga bangsawan yang dapat memakai pakaian ini. Oleh karena itulah, pakaian adat pengantin wanita Betawi sering disebut dengan pakaian putrid Cina. Masyarakat betawi memahami dengan jelas tentang arti dari simbol simbol yang mereka pakai dalam busana pengantin wanita betawi. masyarakat betawi mempunyai petuah tentang ajaran, amanat dan nasihat supaya manusia dapat hidup selaras dengan alam. Petuah itu dikeluarkan oleh tetua masyarakat untuk menjadi pedoman dalam hidup sehari-hari. Legenda-legenda hewan juga telah menjadi bagian tak terpisahkan dari proses perjalanan hidup masyarakat betawi, sehingga mereka menggunakan symbol simbol hewan sebagai pedoman hidup mereka sehari hari, khususnya dalam busana pengantin wanita betawi, yang terdapat symbol khas kekaisaran cina, yaitu naga dan burung phoenix. Masyarakat betawi mempunyai pandangan dan kebanggaan tersendiri terhadap busana pengantin mereka, khususnya pada busana pengantin wanita betawi. Mereka mempunyai pandangan, bahwa seseorang yang memakai busana pengantin dengan symbol burung phoenix dan naga, akan menambah kewibawaan pada orang yang memakainya. Bagi masyarakat Betawi sendiri, segala yang tumbuh dan berkembang di tengah kehidupan seni budayanya dirasakan sebagai miliknya sendiri, tanpa mempermasalahkan dari mana asal unsur-unsur yang telah membentuk kebudayaannya itu. Para Pendatang dari Cina dan kebudayaannya berkembang pesat di Nusantara dan berakulturasi dengan kebudayaan lokal di Indonesia. Sejak itu, kebudayaan cina banyak bercampur dengan kebudayaan berbagai daerah di Indonesia, termasuk dengan budaya Betawi, dan masuk ke dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia. Bagi masyarakat Betawi sendiri, segala yang tumbuh dan berkembang di tengah kehidupan seni budayanya, dirasakan sebagai miliknya sendiri, tanpa mempermasalahkan dari mana asal unsur unsur yang telah membentuk kebudayaannya itu.

7 Para Pendatang dari Cina dan kebudayaannya berkembang pesat di Nusantara dan berakulturasi dengan kebudayaan lokal di Indonesia. Sejak itu, kebudayaan cina banyak bercampur dengan kebudayaan berbagai daerah di Indonesia, termasuk dengan budaya Betawi, dan masuk ke dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia. Bagi masyarakat Betawi sendiri, segala yang tumbuh dan berkembang di tengah kehidupan seni budayanya, dirasakan sebagai miliknya sendiri, tanpa mempermasalahkan dari mana asal unsur unsur yang telah membentuk kebudayaannya itu. REFERENSI [1] Koentjaraningrat. (1981). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. [2] Santoso, T. (2010). Tata Rias dan Busana Pengantin Seluruh Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. [3] Sung, V. (2002). Five-Fold Happiness. California : Chronicle Books LLC. [4] Rais, M. (2010). Tata Rias Pengantin Betawi Tradisional dan Modifikasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. [5] Adi, W. (2010). Menyisir Jejak Betawi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. [6] Junus, M. (1997). Sistem Budaya Indonesia. Jakarta: PT. Pamator. [7] Kong, Y. (2005). Silang Budaya Tiongkok Indonesia. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. [8] Tim Bina Karya Guru. (2008). Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta. Jakarta: Erlangga. [9] Wibisono, L. (2006). Etnik Tionghoa Indonesia. Jakarta: PT. Intisari Mediatama. [10] Tan, M. (2008). Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. [11] Hambali, M. (2012).Care None Pengantin Cine. Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, diakses 07 Januari 2013 dari budaya-indonesia.org [12] 华栂著 服饰与中国文化 [M] 北京 : 北京人民出版社, 2001 [13] 陈夏生 中国的服饰 [M] 台北 : 台湾正文府教育听儿读物出片部, 1991 [14] 高春明 中国服饰 [M] 上海 : 上海外语教育出版社, 2001 [15] http ://budaya-tionghoa.net/home/550-pengarruh-budaya-tionghoa-dalam-budaya- betawi [16] http ://qungua.com [17]

8

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengertiannya yang paling umum, pakaian dapat diartikan sebagai penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung tubuh terhadap hal-hal

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO Oleh Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI I. PRINSIP DASAR BUSANA

Lebih terperinci

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia 2017 kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia Sa j a ilust rasi oleh Cin dy K a l e n d e r g r a t i s. T i d a k u n t u k d i p e r j u a l b e l i k a n F r e e C a l e n d a r. N o t fo r s

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK Karakteristik busana etnik setiap daerah berbeda-beda. Karakterstik tersebut ditinjau dari model busananya, jenis dan corak kain yang dipergunakan, warna busana dan perlengkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Sebagai bahan kajian untuk memperoleh teori dasar yang relevan guna mendukung permasalahan yang diajukan dan bisa mencapai sasaran yang diharapkan. 1. Pengertian

Lebih terperinci

Oleh: Asi Tritanti, M.Pd dan Eni Juniastuti, S. Pd

Oleh: Asi Tritanti, M.Pd dan Eni Juniastuti, S. Pd Oleh: Asi Tritanti, M.Pd dan Eni Juniastuti, S. Pd Pengertian Sanggul daerah merupakan istilah yang menggambarkan penataan rambut dengan gaya dan bentuk-bentuk tertentu yang memberikan ciri khusus pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang

Lebih terperinci

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Pemakaian busana kini telah menjadi trend di dunia remaja, dengan

Lebih terperinci

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG Kegiatan menenun merupakan warisan ketrampilan turun temurun serta garis penghubung antar generasi yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan dan tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Dalam perancangan produk clothing ini penulis melakukan analisa pada masing-masing produk yang akan

Lebih terperinci

Gambar 3. 2 Pengantin Sunda Putri (Sumber : HARPI)

Gambar 3. 2 Pengantin Sunda Putri (Sumber : HARPI) BAB III ARTI SIMBOL PADA ATRIBUT PERNIKAHAN ADAT SUNDA Pada pernikahan adat Sunda, baik pengantin Sunda Putri maupun Sunda Siger, jenis simbol yang ada adalah jenis simbol presentasional. Dimana simbolsimbol

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi BAB 3 ANALISIS DATA Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi pada mode busana Gothic Lolita yang didasarkan pada jenis-jenis busana Gothic Lolita modern. 3.1 Westernisasi

Lebih terperinci

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN WALI KOTA BEKASI NOMOR : 556/KEP.357-Disparbud/VII/2017 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN PADA BIOSKOP, USAHA JASA MAKANAN DAN MINUMAN, SERTA HOTEL BINTANG DI

Lebih terperinci

BAHAN PERKULIAHAN BUSANA PENGANTIN (BU 474) BUSANA PENGANTIN KOREA. Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds NIP

BAHAN PERKULIAHAN BUSANA PENGANTIN (BU 474) BUSANA PENGANTIN KOREA. Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds NIP BAHAN PERKULIAHAN BUSANA PENGANTIN (BU 474) BUSANA PENGANTIN KOREA Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds NIP. 19720712 200112 2 001 PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Skripsi yang berjudul Makna Motif dan Warna Hollyebok ( 혼례복 ) dalam

BAB IV KESIMPULAN. Skripsi yang berjudul Makna Motif dan Warna Hollyebok ( 혼례복 ) dalam BAB IV KESIMPULAN Skripsi yang berjudul Makna Motif dan Warna Hollyebok ( 혼례복 ) dalam Pakaian pada Pernikahan Korea ini membahas mengenai pakaian pernikahan tradisional hollyebok yang dikenakan oleh keluarga

Lebih terperinci

CIREBON KERATON NO KEKKON SHIKI NO FUKU

CIREBON KERATON NO KEKKON SHIKI NO FUKU CIREBON KERATON NO KEKKON SHIKI NO FUKU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SEPRIYESTY NIM : 04 2203 081 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

TINJAUAN PAKAIAN ADAT SULAWESI SELATAN (Studi Komparatif Baju Bodo Suku Bugis-Makassar- Mandar)

TINJAUAN PAKAIAN ADAT SULAWESI SELATAN (Studi Komparatif Baju Bodo Suku Bugis-Makassar- Mandar) TINJAUAN PAKAIAN ADAT SULAWESI SELATAN (Studi Komparatif Baju Bodo Suku Bugis-Makassar- Mandar) Hariana (Dosen Jurusan Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo) Abstract One of the assets of various Indonesian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sanggul tersebut hanya dapat ditemui pada saat-saat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. ini sanggul tersebut hanya dapat ditemui pada saat-saat tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat istiadat yang ada disetiap suku di Indonesia merupakan warisan turun temurun yang patut dijaga kelestariannya. Salah satu bentuk kekayaan itu adalah tradisi penataan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

Pakaian tradisonal Iban

Pakaian tradisonal Iban Pakaian tradisonal Iban Tidak salah untuk kita mengenali serba banyak tentang warisan kepelbagaian budaya di negara kita yang tercinta. Saya berpeluang untuk mempelajari berkaitan dengan budaya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini telah memasuki setiap dimensi aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, organisasi,

Lebih terperinci

RIAS PENGANTIN MUSLIM

RIAS PENGANTIN MUSLIM RIAS PENGANTIN MUSLIM TATA UPACARA PENGANTIN MUSLIM TATA UPACARA PENGANTIN MUSLIM MELIPUTI : SUNGKEMAN PEMBACAAN AYAT SUCI AL QUR AN PELAKSANAAN IJAB KABUL SERAH TERIMA MAS KAWIN TUKAR CINCIN BERSANDING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS APARATUR SIPIL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 743/MENKES/PER/VI/2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN

Lebih terperinci

2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN 2014, No.313 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 743/MENKES/PER/VI/2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Ulasan Karya Sejenis a. Bohemian Style Produk 1 : Baju Blouse Lengan Kalong Gambar 2. 1 Baju Blouse (Sumber: www.pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM PAKAIAN TRADISIONAL DAERAH BANDUNG 2.1 Pengertian Pakaian Tradisional Pakaian tradisional adalah busana yang dipakai untuk menutup tubuh manusia dan dikenakan secara turun-temurun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyek-proyek perumahan, gedung-gedung bertingkat dan pembenahan

BAB I PENDAHULUAN. Proyek-proyek perumahan, gedung-gedung bertingkat dan pembenahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila kita memperhatikan kota metropolitan Jakarta akhir-akhir ini berkembang sedemikian rupa mengundang minat para investor pengembang. Proyek-proyek perumahan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO A. Akulturasi China dan Jawa di Masjid Cheng Hoo Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS BAGI APARATUR PEMERINTAH DESA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diolah secara fantasi, dengan menggunakan potongan three pieces menggunakan tiga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diolah secara fantasi, dengan menggunakan potongan three pieces menggunakan tiga 89 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kostum Kostum untuk Rampak Penari Putri mengambil tema dari penari kerajaan yang diolah secara fantasi, dengan menggunakan potongan three pieces menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keragaman budaya yang dapat dijadikan salah satu wisata budaya yang menarik. Dimana setiap budaya memiliki ciri khas dan keunikannya masingmasing.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS BUPATI, WAKIL BUPATI, DAN KEPALA DESA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain yaitu teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya yang melimpah. Kebudayaan ini diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN MAN YOGYAKARTA III TAHUN PELAJARAN 2014/2015. : Prakarya dan Kewirausahaan Kerajinan Tekstil

ULANGAN HARIAN MAN YOGYAKARTA III TAHUN PELAJARAN 2014/2015. : Prakarya dan Kewirausahaan Kerajinan Tekstil ULANGAN HARIAN MAN YOGYAKARTA III TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran Kelas/Semester Waktu : Prakarya dan Kewirausahaan Kerajinan Tekstil : XII/I : 45 menit A. Pilihlahlah jawaban di bawah ini yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

MODEL, BENTUK, PENGGUNAAN, UKURAN, ATRIBUT, DAN KELENGKAPAN PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

MODEL, BENTUK, PENGGUNAAN, UKURAN, ATRIBUT, DAN KELENGKAPAN PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL MODEL, BENTUK, PENGGUNAAN, UKURAN, ATRIBUT, DAN KELENGKAPAN I. PAKAIAN DINAS A. PDH PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL 1. PDH WARNA KHAKI a. PDH Warna Khaki Pria LAMPIRAN

Lebih terperinci

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA A. HARI PERTAMA WANITA TAMPAK DEPAN WANITA TAMPAK SAMPING 13 1 6 11 & 12 7 5 3 10 2 8 4 9 1. Menggunakan baju batik berkerah, warna cerah dominan

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pakaian Dinas Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan Kepala Desa; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG Menimbang : a. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Peony, bunga, sulam, Cina, feminin. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Peony, bunga, sulam, Cina, feminin. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Koleksi busana ready-to-wear deluxe berjudul Mudanin. Mudanin merupakan nama Cina dari bunga Peony. Peony adalah bunga nasional Cina yang melambangkan kecantikan dan feminin. Sebagian besar Peony

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA 1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan dengan segala macam kekayaan alam yang melimpah. Tidak hanya sumber daya alam yang melimpah, tetapi bangsa Indonesia memiliki berbagai

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 25 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Gambar dan Nama Pakaian Adat dari 33 Daerah Provinsi di Indonesia Lengkap

Gambar dan Nama Pakaian Adat dari 33 Daerah Provinsi di Indonesia Lengkap Gambar dan Nama Pakaian Adat dari 33 Daerah Provinsi di Indonesia Lengkap Posted by melody achmad Posted on 6:43 AM with No comments Pakaian Adat Tradisional Indonesia Indonesia merupakan negara yang sangat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55.

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55. Tata Rias dan Busana Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Tata rias dan busana dalam seni pertunjukan selain berfungsi memperindah, memperkuat karakter

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG - 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Setiap jenjang pendidikan formal memiliki tujuan yang berbeda-beda

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Setiap jenjang pendidikan formal memiliki tujuan yang berbeda-beda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peran dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Setiap jenjang pendidikan formal memiliki tujuan yang berbeda-beda berdasarkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN 3.1 Pengertian Pakaian Adat Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan kebudayaan suatu

Lebih terperinci

HASIL SURVEI LOKASI PREWEDDING ( Tmn. Wiladatika, Cibubur & Tmn. Bunga Nusantara, Puncak )

HASIL SURVEI LOKASI PREWEDDING ( Tmn. Wiladatika, Cibubur & Tmn. Bunga Nusantara, Puncak ) HASIL SURVEI LOKASI PREWEDDING ( Tmn. Wiladatika, Cibubur & Tmn. Bunga Nusantara, Puncak ) Ruko Ungu No. 6, Bundaran UI - HASIL SURVEI LOKASI PREWEDDING Hari / Tanggal : Rabu / 25 November 2009 Lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 0 TENTANG PAKAIAN DINAS WALIKOTA, WAKIL WALIKOTA DAN APARATUR SIPIL NEGARA DI PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01 DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

Oleh: Asi Tritanti Eni Juniastuti

Oleh: Asi Tritanti Eni Juniastuti Oleh: Asi Tritanti Eni Juniastuti Seni tata rias yang bertujuan membentuk kesan wajah model menjadi wujud khayalan yang di angan-angankan, tetapi segera dikenali oleh yang melihatnya (Martha Tilaar, 1997).

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 31.A 2016 SERI : E Menimbang PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 31.A TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada

Lebih terperinci

PERATURAN PSYCHE 2017

PERATURAN PSYCHE 2017 PERATURAN PSYCHE 2017 HIMPUNAN MAHASISWA PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017 TATA TERTIB PSYCHE 2017 A. Hak Peserta 1. Peserta berhak untuk mendapatkan perlakuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI dan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/V/2011 TENTANG PENGGUNAAN PAKAIAN DINAS BAGI PEJABAT FUNGSIONAL PENGANTAR KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 63 BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 5.1 Judul Seri Prangko Gambar 5.1 Judul Seri Prangko Font yang digunakan dalam judul seri prangko antara lain: Pada tulisan Kampung Betawi menggunakan font Aquiline

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul 153 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Cina Benteng di Tangerang Pada Masa Orde Baru (1966-1998) kesimpulan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Ayu Yunuarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Ayu Yunuarti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku bangsa, bahasa dan budaya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kesenian yang lahir dan berkembang di setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etika Profesi 2.1.1 Definisi Etika Etika menurut Rini dan Intan (2015:3), berasal dari kata Yunani Ethos (Ta Etha) berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

Ragam Hias Kain Sulam dan Terapan Lainnya

Ragam Hias Kain Sulam dan Terapan Lainnya BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA 71 Ragam Hias Kain Sulam dan Terapan Lainnya A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari asal usul kain yang ragam hiasnya dibentuk dengan cara teknik sulam. Di samping

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014 T E N T A N G STANDARISASI PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (PENGANTIN INDONESIA II) 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Basahan.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (PENGANTIN INDONESIA II) 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Basahan. Hal 1 dari 6 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Basahan Mahasiswa dapat : Melakukan diagnosa wajah a. Melakukan aplikasi make up dasar b. Melakukan aplikasi make up decorative c. Melakukan pembuatan

Lebih terperinci

NOMOR : 12 TAHUN 2010

NOMOR : 12 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 12 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam

Lebih terperinci