Pengaturan Impedansi Input pada Antena UWB
|
|
- Johan Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pengaturan Impedansi Input pada Antena UWB untuk Aplikasi SFCW-GPR Asep Sudrajat Program Studi Teknik Elektro Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Abstrak Antena biasanya diletakkan sangat dekat dengan permukaan tanah. Oleh karena itu, karakteristik antena sangat dipengaruhi oleh jenis tanah. Antena dengan karakteristik yang stabil dibutuhkan untuk memperoleh hasil deteksi yang baik. Impedansi input antena juga berubah-ubah sesuai dengan perubahan jenis tanah. Variasi impedansi input ini merupakan suatu masalah yang harus diatasi karena hal ini menyulitkan dalam menjaga kondisi matching pada terminal antena. Oleh karena itu, suatu metode yang dapat mengatasi variasi impedansi input tersebut sangat dibutuhkan sehingga kondisi matching dapat dicapai untuk setiap jenis tanah yang berbeda. Metode yang diajukan untuk mengatur impedansi input antena adalah pengaturan pembebanan resistif. Dengan mengubah-ubah besarnya hambatan yang digunakan, impedansi input antena dapat diatur sehingga kondisi matching dapat diperoleh untuk setiap jenis tanah yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap kinerja pengaturan impedansi input antena dengan melakukan perubahan pembebanan resistif. Kata Kunci Ground penetrating radar, impedansi input, kondisi matching, return loss, pembebanan resistif I. PENDAHULUAN Antena adalah salah satu bagian terpenting dari Ground Penetrating Radar (GPR). Untuk antena GPR, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Pertama, antena GPR harus dapat melakukan transmisi dalam ultra-wide bandwidth. Kedua, antena GPR biasanya beroperasi dekat permukaan tanah sehingga antena harus mentransmisikan medan elektromagnetik melalui interface udara-tanah secara efektif. Ketiga, parameter medan jauh tidak dianggap sebagai isu penting karena target biasanya berada pada dekat dengan antena atau pada zona intermediate antena. Aspek-aspek di atas membatasi pilihan jenis antena yang sesuai untuk GPR. Kemampuan antena dipengaruhi oleh keberadaan tanah di sekitar antena. Untuk antena GPR, keadaannya menjadi lebih sulit karena antena GPR biasanya diletakkan pada jarak yang dekat dengan tanah. Karena karakteristik elektrik (konstanta dielektrik dan konduktivitas) dari berbagai macam jenis tanah berbeda-beda, masalah yang dihadapi adalah bagaimana merancang antena yang memiliki karakteristik yang stabil pada berbagai macam jenis tanah. Misalnya, antena yang dirancang untuk dapat bekerja secara optimal pada pasir dapat menurun kemampuannya ketika dioperasikan di atas tanah liat, demikian pula sebaliknnya. Oleh karena itu, pada praktiknya diperlukan suatu antena yang adaptif terhadap semua jenis tanah yang dapat diatur untuk memperoleh kinerja yang optimal. Antena dengan karakteristik yang stabil diperlukan untuk memperoleh hasil deteksi yang baik. Impedansi input antena dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan jenis tanah. Perubahan impedansi input antena ini merupakan masalah yang harus diatasi. Karena hal ini akan menyulitkan dalam menjaga kondisi matching pada terminal antena. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode untuk mengatur besarnya impedansi input antena sehingga kondisi matching pada terminal antena dapat dipenuhi untuk berbagai macam kondisi tanah yang berbeda. Pengaturan pembebanan resistif pada ujung antena strip monopol dapat digunakan untuk mengatur impedansi input antena. Pada penelitian ini, dilakukan evaluasi metode pengaturan impedansi input antena dengan pengaturan pembebanan resistif untuk memperoleh kinerja antena GPR yang optimal pada berbagai jenis tanah dengan sifat elektromagnetis yang berbeda. Pengaruh perubahan pembebanan resistif terhadap kondisi matching untuk beberapa sampel tanah diinvestigasi menggunakan simulasi komputer. Kemudian antena direalisasikan dan dilakukan pengukuran di lapangan dengan menggunakan beberapa sampel tanah dengan sifat-sifat elektromagnetis yang berbeda. II. DESAIN ANTENA Untuk dapat digunakan pada aplikasi SFCW-GPR, antena yang diusulkan harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut. - Antena harus memiliki bandwidth yang sangat lebar (ultra wideband) yakni pada rentang frekuensi 100 MHz 1 GHz. - Pada rentang frekuensi 100 MHz 1 GHz antena harus memiliki parameter VSWR < 2 atau return loss < db. - Kondisi matching antena harus dapat dipertahankan pada setiap jenis tanah dengan sifat elektromagnetis yang berbeda. Bandwidth antena yang harus dipenuhi harus memiliki rentang frekuensi antara 100 MHz 1 GHz. Hal ini dikarenakan sinyal yang akan digunakan adalah pulsa monocycle 4 ns. Jika sinyal ini ditransformasikan ke dalam domain frekuensi, sinyal ini akan memiliki rentang frekuensi dari 100 MHz 1 GHz. Pulsa monocycle 4 ns merupakan pulsa yang optimal yang dapat disintesis oleh sistem SFCW- GPR dengan rentang frekuensi 100 MHz 1 GHz [6]. Oleh karena itu, pada rentang frekuensi tersebut antena harus memiliki nilai VSWR lebih kecil dari 2 agar sinyal monocycle dapat ditransmisikan dengan sempurna. Bandwidth antena didefinisikan sebagai rentang frekuensi di mana nilai VSWR < 2. Hal ini setara dengan nilai return loss < db. Nilai VSWR < 2 dianggap cukup memadai untuk sistem SFCW-GPR yang digunakan dimana daya yang dipantulkan kurang dari 10 %. Antena GPR akan digunakan pada jarak yang sangat dekat dengan tanah. Hal ini menyebabkan parameter antena akan dipengaruhi oleh sifat-sifat elektromagnetis tanah yang
2 meliputi antena. Salah satu parameter antena yang dipengaruhi oleh sifat-sifat elektromagnetis tanah yang melingkupi antena adalah impedansi input antena. Agar kondisi matching antena tetap dipertahankan, impedansi input antena harus selalu sesuai dengan impedansi karakterisik saluran transmisi. Oleh karena itu, diperlukan suatu mekanisme yang dapat mempertahankan kondisi matching antena untuk setiap jenis tanah yang berbeda. Antena yang diusulkan pada tugas akhir ini memiliki gambaran fisik seperti ditunjukkan pada gambar 1. Antena ini merupakan antena strip monopol yang pada bagian ujung patch-nya dihubungkan ke suatu resistor dengan nilai hambatan tertentu yang sesuai. Pada antena ini digunakan beberapa resistor yang dapat di-switch penggunaanya. Resistor ini digunakan untuk mempertahankan kondisi matching antena pada berbagai kondisi tanah yang berbeda. Pendimensian antena dilakukan dengan metode trial and error berdasarkan kecendrungan perubahan nilai parameter antena terhadap perubahan dimensi antena sehingga diperoleh dimensi antena yang optimal. Parameter yang dilihat untuk pendimensian antena di sini adalah parameter S11. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh dimensi optimal antena seperti pada gambar 1. Antena diprint pada board dengan ukuran 188 x 60 mm 2 dengan bahan dilektrik FR-4. Tebal dielektrik yang digunakan sebesar 0.8 mm. disimpulkan bahwa impedansi input antena sangat dipengaruhi oleh besarnya pembebanan resistif dan frekuensi yang digunakan. Pengaturan pembebanan resistif dapat diimplementasikan untuk mengatur impedansi input antena sehingga diperoleh kondisi matching pada berbagai kondisi tanah yang berbeda. Gambar 2 Pengaruh pembebanan resistif terhadap impedansi input antena Gambar 1 Dimensi antena UWB GPR Penambahan resistor pada bagian ujung antena digunakan untuk memperoleh bandwidth antena yang lebar. Slot pada bagian ground plane digunakan untuk memperbaiki parameter scattering antena pada frekuensi rendah. Slot berfungsi sebagai resonator pada frekuensi yang lebih rendah [6] III. SIMULASI ANTENA Pada bagian ini, disajikan data parameter antena untuk beberapa nilai hambatan yang berbeda. Pengaruh perubahan pembebanan resistif terhadap parameter antena ditunjukkan pada gambar 2 dan gambar 3. Pembebanan resistif pada kedua ujung antena diubah-ubah pada rentang 30 ohm sampai 80 ohm. Hasil simulasi untuk impedansi input antena diplot menghasilkan grafik seperti pada gambar 2. Simulasi dilakukan dengan asumsi bahwa antena diletakkan pada kondisi freespace. Pada gambar 2 tampak bahwa perubahan pembebanan resistif pada bagian ujung antena strip monopol menyebabkan impedansi input antena juga berubah. Impedansi input antena merupakan fungsi dari frekuensi dan nilainya flukutatif. Pada range frekuensi tertentu semakin besar nilai pembebanan resistif menyebabkan impedansi input juga semakin besar. Selain itu, terdapat pula range frekuensi di mana peningkatan nilai pembebanan resistif menyebabkan impedansi input antena menurun. Hal ini dapat terlihat baik pada impedansi real maupun impedansi imajiner antena. Jadi, dapat Gambar 3 Pengaruh pembebanan resistif terhadap parameter S11 antena Gambar 3 menunjukkan kurva parameter S11 sebagai fungsi frekuensi untuk beberapa nilai hambatan yang berbeda. Perubahan pembebanan resistif memberikan pengaruh terhadap kondisi matching antena terhadap saluran transmisi. Hal dapat dilihat dari parameter S11 yang diperoleh. Parameter S11 menunjukkan kondisi matching antara antena dengan saluran transmisi. Parameter S11 pada gambar di atas menunjukkan return loss antena. Semakin kecil return loss berarti semakin sedikit daya yang dipantulkan kembali. Hal ini menunjukkan kondisi matching yang semakin baik pada teminal antena. Berdasarkan gambar 3, return loss antena secara umum mengalami penurunan pada rentang hambatan 30 ohm sampai 50 ohm dan mengalami peningkatan pada rentang hambatan 50 ohm sampai 80 ohm. Pada kondisi freespace nilai pembebanan resistif yang memberikan kondisi matching yang optimal sebesar 50 ohm. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa nilai pembebanan resistif berpengaruh terhadap besarnya impedansi input antena dan kondisi matching antena. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengkompensasi pengaruh jenis tanah terhadap karakteristik antena sehingga kondisi matching dapat dipertahankan untuk jenis tanah yang berbeda-beda. Antena GPR harus memiliki kemampuan adaptif terhadap jenis tanah. Kemampuan adaptif ini salah satunya yaitu
3 kemampuan antena untuk mempertahankan kondisi matching pada berbagai jenis tanah yang memiliki sifat elektromagnetis yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengaturan impedansi input antena. Pengaturan impedansi input antena dilakukan dengan melakukan perubahan pembebanan resistif pada bagian ujung antena strip monopol. Antena yang diusulkan akan menggunakan beberapa resistor dengan nilai hambatan yang berbeda dan dapat di-switch penggunaannya sesuai dengan kebutuhan dan jenis tanah pada medan pengukuran. Pada bagian ini akan disimulasikan pengaruh berbagai jenis tanah terhadap kinerja antena GPR yang diusulkan. Berikut ini merupakan data sifat elektromagnetis tanah yang disimulasikan. TABEL 1 DATA SIFAT ELEKTROMAGNETIS TANAH Jenis Tanah σ (S/m) ε r µ r Pasir Tanah liat basah Tanah lumpur Untuk melihat pengaruh tanah, pada model antena yang disimulasikan pada simulator ditambahkan suatu dielektrik dengan data sifat elektromagnetis seperti pada tabel 1. Dielektrik ditambahkan di atas layer logam antena. Untuk simulasi pengaruh tanah ini, tanah diasumsikan sebagai suatu dielektrik homogen yang memiliki permitivitas relatif yang seragam. Pada simulasi, antena diasumsikan menempel pada tanah atau ketinggiannya 0 m terhadap tanah. Pengaruh ketinggian (elevasi) antena tidak dapat disimulasikan karena keterbatasan perangkat lunak yang digunakan. Berikut ini disajikan hasil simulasi berupa parameter S11 untuk berbagai macam jenis tanah yang digunakan. Parameter S11 disimulasikan untuk beberapa nilai hambatan yang berbeda sehingga dapat diketahui nilai hambatan yang memberikan hasil yang optimal untuk setiap jenis tanah. A. Simulasi untuk Pasir Pada pasir, parameter S11 yang diperoleh tampak pada gambar 4. rentang frekuensi yang lebar dari 100 MHz sampai 1 GHz. Return loss yang optimal pada pasir dicapai untuk hambatan sebesar 50 ohm. Jadi, pada pasir nilai hambatan yang optimal sama dengan nilai hambatan yang diperoleh pada kondisi freespace. Hal ini disebabkan pasir bukan merupakan lingkungan dengan kondisi yang berat. B. Simulasi untuk Tanah Liat Basah Bedasarkan data, tanah liat basah memiliki nilai permitivitas relatif dan bulk conductivity yang lebih besar daripada pasir. Perbedaan sifat dielektrik ini menyebabkan respon antena yang berbeda. Gambar 5 menunjukkan besarnya return loss antena pada rentang frekuensi 100 MHz sampai 1 GHz pada tanah liat basah. Pada tanah liat basah, tampak bahwa return loss antena memiliki nilai dibawah db untuk hambatan dengan nilai 30 ohm dan 40 ohm. Return loss yang optimal dicapai untuk hambatan sebesar 30 ohm. Jadi, kondisi matching antena akan mengalami perbaikan jika pembebanan resistif pada kedua ujung antena strip monopol diganti ke nilai hambatan 30 ohm. Gambar 5 Scattering matrix untuk beberapa nilai R pada tanah liat basah C. Simulasi untuk Tanah Lumpur Gambar 6 menunujukkan return loss antena pada rentang frekuensi 100 MHz sampai 1 GHz jika antena diletakkan pada tanah lumpur. Pada tanah lumpur, tampak bahwa return loss memiliki nilai dibawah db untuk hambatan dengan nilai 20 ohm, 30 ohm, dan 40 ohm. Return loss yang optimal dicapai untuk hambatan sebesar 30 ohm. Jadi, pada tanah lumpur besarnya pembebanan resistif pada kedua ujung antena strip monopol harus di-switch ke nilai hambatan 30 ohm agar diperoleh kondisi matching yang optimal. Gambar 4 Scattering matrix untuk beberapa nilai R pada pasir Gambar 4 menggambarkan besarnya return loss untuk setiap komponen frekuensi mulai dari 100 MHz sampai 1 GHz. Antena memiliki respon yang berbeda untuk setiap komponen frekuensi yang dikirimkan. Besarnya nilai pembebanan resistif mempengaruhi besarnya return loss yang didapatkan. Pada pasir, tampak bahwa return loss memiliki nilai dibawah db untuk hambatan dengan nilai 40 ohm, 50 ohm, 60 ohm, dan 70 ohm. Return loss yang optimal adalah return loss yang memiliki nilai yang paling kecil untuk Gambar 6 Scattering matrix untuk beberapa nilai R pada tanah lumpur
4 Magnitude of Scattering Matrix Berdasarkan simulasi pada ketiga jenis tanah di atas, tampak bahwa antena memiliki respon yang berbeda untuk setiap jenis tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan setiap tanah memiliki sifat elektromagnetis yang berbeda. Karena antena diletakkan sangat dekat dengan tanah, sifat elektromagnetis tanah ini akan mempengaruhi parameterparameter antena. Untuk setiap jenis tanah dapat ditentukan nilai hambatan yang memberikan kinerja antena yang paling optimal dilihat dari parameter return loss pada range bandwidth antena yang diinginkan yaitu dari 100 MHz sampai 1 GHz. Pengaturan pembebanan resistif dapat dilakukan untuk mengkompensasi pengaruh sifat elektromagnetis tanah tersebut sehingga pada ketiga jenis tanah yang disimulasikan dapat diperoleh kondisi matching yang paling optimal. Pada pasir, return loss antena mencapai nilai yang optimal pada nilai hambatan 50 ohm. Namun, jika nilai hambatan ini dipertahankan untuk tanah liat basah dan tanah lumpur, nilai return loss yang diperoleh akan menjadi tidak optimal pada kedua jenis tanah tersebut. Untuk mengatasi hal ini, nilai hambatan harus dapat diganti ke nilai hambatan yang optimal untuk masing-masing jenis tanah. Untuk simulasi di atas, nilai hambatan yang optimal untuk tanah liat basah dan tanah lumpur sebesar 30 ohm. Pengaturan pembebanan resistif cukup efektif dalam memperbaiki kondisi matching antena jika antena diletakkan pada jenis tanah yang berbeda. Pengaruh sifat elektromagnetis tanah terhadap antena dapat dikompensasi dengan pengaturan pembebanan resistif sehingga kondisi matching yang optimal dapat dipertahankan. gambar 9. Ketiga sampel tanah ini tidak dapat ditentukan secara pasti konstanta dielektrik dan konduktivitas-nya karena tidak adanya alat ukur yang dapat digunakan di lab. Oleh karena itu, hasil pengukuran di lapangan sulit untuk dijadikan verifikasi terhadap hasil simulasi yang telah dilakukan sebelumnya. Gambar 9 Sampel tanah yang digunakan pada pengukuran Parameter S11 diukur pada freespace dan tiga macam jenis tanah yang berbeda. Untuk setiap jenis tanah, dilakukan pengukuran parameter S11 untuk beberapa nilai pembebanan resistif. Berikut ini merupakan hasil yang diperoleh pada pengukuran di lapangan. IV. HASIL PENGUKURAN 0 Untuk mendapatkan data yang memadai terhadap kondisi sebenarnya di lapangan, dibuat realisasi antena yang telah dirancang sebelumnya. Dimensi antena dibuat sesuai dengan data optimal yang diperoleh pada simulasi. Layer logam antena strip monopol menggunakan bahan tembaga. Sedangkan untuk leyer dielektrik antena strip monopol digunakan bahan FR-4 dengan ketebalan 0.8 mm. Untuk feedpoint digunakan SMA connector. Realisasi antena ditunjukkan pada gambar 7 dan 8. Gambar 7 Antena monopol UWB yang diukur tampak atas Gambar 8 Antena monopol UWB yang diukur tampak bawah Pada pengukuran digunakan tiga jenis sampel tanah, yaitu pasir, tanah liat basah, dan tanah lumpur seperti tampak pada 5 Gambar 10 Koefisien refleksi S11 antena pada freespace Gambar 10 menunjukkan parameter S11 yang diperoleh pada pengukuran dalam kondisi freespace. Sedangkan gambar 11, gambar 12, dan gambar 13 menunjukkan parameter S11 yang diperoleh pada pengukuran pada kondisi tanah yang berbeda. Berdasarkan hasil-hasil di atas, tampak bahwa jenis tanah cukup mempengaruhi nilai parameter S11 antena. Pada freespace parameter S11 mencapai nilai optimal pada nilai hambatan 80 ohm. Namun, jika nilai hambatan ini digunakan di atas permukaan tanah, parameter S11 akan mengalami kenaikan pada frekuensi tinggi seperti tampak pada gambar 14. Pada jenis tanah yang kondisinya lebih berat, seperti tanah lumpur, kenaikan parameter S11 ini lebih besar dibandingkan jenis tanah lainnya. Apabila antena diletakkan di atas ketiga jenis sampel tanah tanah, nilai hambatan yang memberikan parameter S11 optimal sama yaitu sebesar 75 ohm. Berdasarkan hasil pengukuran juga tampak bahwa karakteristik antena cukup stabil untuk ketiga jenis sampel tanah yang digunakan. Pengaruh tanah terhadap karakteristik antena tidak signifikan. Untuk ketiga jenis tanah yang digunakan pada pengukuran, antena dengan pembebanan resistif yang konstan sebesar 75 ohm memberikan return loss yang baik dan stabil pada ketiga jenis tanah tersebut. Pengaturan pembebanan resistif tidak memberikan perbaikan yang signifikan terhadap kinerja antena.
5 Magnitude of Scattering Matrix Magnitude of Scattering Matrix freespace ketinggian 0 cm dari permukaan pasir ketinggian 0 cm dari permukaan tanah liat basah ketinggian 0 cm dari permukaan tanah lumpur 0 5 Gambar 11 Koefisien refleksi S11 antena pada jarak 0 cm dari permukaan pasir 0 Gambar 12 Koefisien refleksi S11 antena pada jarak 0 cm dari permukaan tanah liat basah Gambar 13 Koefisien refleksi S11 antena pada jarak 0 cm dari permukaan tanah lumpur Apabila dibandingkan dengan hasil simulasi, pengukuran pada kondisi freespace dan pengukuran pada pasir menunjukkan hasil yang mirip untuk frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Pada rentang frekuensi 200 MHz 400 MHz dan rentang frekuensi 900 MHz 1 GHz nilai hambatan yang memberikan kondisi matching yang optimal sebesar 50 ohm 55 ohm. Namun, pada range frekuensi 500 MHz 800 MHz, return loss yang dihasilkan lebih besar dari db. Hal ini tidak sesuai dengan spesifikasi antena yang disyaratkan sebelumnya. Oleh karena itu, diambil nilai hambatan optimal sebesar 80 ohm yang memiliki return loss < db untuk range frekuensi 100 MHz 1 GHz pada freespace. Gambar 14 Perbandingan kofisien refleksi antena S11 pada tiap jenis tanah yang berbeda Pengaruh tanah berdasarkan pengukuran tidak terlalu signifikan seperti pada hasil simulasi. Selain itu, nilai hambatan optimal yang diperoleh dari pengukuran dan simulasi untuk ketiga sampel tanah yang digunakan pun berbeda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut. - Pada saat simulasi, tanah diasumsikan sebagai dielektrik homogen dengan nilai konstanta dielektrik tertentu. Namun pada kenyataanya tanah tidak bersifat homogen, melainkan terdiri dari gabungan beberapa material yang ada di dalamnya sehingga nilai konstanta dielektriknya tidak seragam. - Konstanta dielektrik dan konduktivitas tanah yang digunakan pada pengukuran belum tentu sama dengan konstanta dielektrik dan konduktivitas tanah yang digunakan saat simulasi. Konstanta dielektrik tanah tidak dapat diukur karena keterbatasan alat yang tersedia di lab. - Ketelitian dalam pembuatan dimensi antena dan karakteristik bahan dielektrik FR-4 yang tersedia di pasaran juga berpengaruh terhadap hasil pengukuran yang diperolah di lapangan. Pada saat simulasi, bahan FR-4 dianggap memiliki nilai permitivitas relatif yang seragam. Namun, pada kenyataannya bahan FR-4 yang tersedia di pasaran memiliki tingkat homogenitas yang lebih rendah - Kemampuan resistor yang digunakan pada pengukuran juga turut mempengaruhi hasil pengukuran yang diperoleh. Berdasarkan alasan tersebut, hasil pengukuran tidak dapat dijadikan verifikasi terhadap hasil simulasi yang telah dilakukan. Pengukuran dilakukan untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya di lapangan dan evaluasi terhadap kinerja metode pengaturan impedansi input terhadap kondisi matching antena. Pengaruh ketinggian terhadap parameter S11 antena dapat dilihat pada gambar 15, gambar 16, dan gambar 17. Pengukuran dilakukan pada ketinggian 0 cm, 1 cm, 5 cm, dan 10 cm di atas perumukaan tanah. Gambar 15, gambar 16, dan gambar 17 menunjukkan pengaruh ketinggian antena di atas permukaan tanah terhadap parameter S11 yang diperoleh. Berdasarkan hasil pengukuran pada ketiga jenis tanah, tampak bahwa pengaruh tanah hanya terlihat jika antena ditempelkan di atas tanah. Namun, jika diberi jarak sebesar 1 cm saja, pengaruh tanah tidak terlalu signifikan. Dengan memberikan jarak antara antena dengan tanah, parameter S11 yang diperoleh mendekati kondisi freespace.
6 Gambar 15 Pengaruh ketinggian antena pada pasir terhadap koefisien refleksi S11 antena h = 0 cm h = 1 cm h = 5 cm h = 10 cm Gambar 16 Pengaruh ketinggian antena pada tanah liat basah terhadap koefisien refleksi S11 antena h = 0 cm h = 1 cm h = 5 cm h = 10 cm h = 0 cm h = 1 cm h = 5 cm h = 10 cm Gambar 17 Pengaruh ketinggian antena pada tanah lumpur terhadap koefisien refleksi S11 antena Jadi, untuk menghindari pengaruh coupling tanah terhadap antena yang digunakan pada pengukuran ini, antena harus diberi jarak terhadap tanah. Namun, pada kondisi ekstrim di mana dibutuhkan penetrasi yang besar ke dalam tanah sehingga antena harus ditempelkan ke permukaan tanah, metode pengaturan impedansi input yang dijelaskan pada tugas akhir ini dapat digunakan. V. KESIMPULAN Besarnya pembebanan resistif memberikan pengaruh terhadap impedansi input antena dan kondisi matching antena. Dengan mengubah-ubah pembebanan resistif dapat ditemukan nilai hambatan yang memberikan kondisi matching yang optimal. Berdasarkan pengukuran di lapangan, ditemukan bahwa jenis tanah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik antena yang diusulkan. Karakteristik antena yang diukur relatif stabil pada beberapa sampel tanah yang digunakan. Pengaturan pembebanan resistif dapat memperbaiki kondisi matching antena ketika antena diletakkan pada jenis tanah yang berbeda dan pada jarak yang sangat dekat dengan tanah, tapi tidak secara signifikan. Dengan memberikan jarak antara antena dengan tanah, parameter S11 yang diperoleh mendekati kondisi freespace dan pengaruh tanah relatif kecil terhadap karakteristik antena. Penelitian ini hanya merupakan langkah awal dalam studi tentang pembuatan antena GPR yang adaptif terhadap lingkungannya dan masih memerlukan studi lebih lanjut. Untuk penelitian selanjutnya, ada beberapa hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan, yaitu: 1. Bahan dielektrik yang digunakan dapat diganti dengan material yang memiliki tingkat homogenitas yang lebih tinggi daripada FR-4 sehingga diperoleh kinerja antena yang lebih optimal 2. Efisiensi antena perlu dikaji lebih lanjut karena penggunaan pembebanan resistif sangat berpengaruh terhadap efisiensi antena. 3. Penelitian tugas akhir ini belum memperhatikan footprint dari antena. Untuk penelitian selanjutnya footprint antena perlu dikaji lebih mendalam. 4. Bentuk pulsa sinyal yang ditransmisikan maupun pulsa sinyal yang diterima pada antena penerima setelah melalui medium tanah yang berbeda perlu diteliti lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA [1] H. Judawisastra, Catatan Kuliah EL366, Penerbit ITB [2] A.A. Lestari, Antennas For Improved Ground Penetratimg Radar: Modeling, Tools, Analisys And Design, Ph.D.Dissertation, ISBN , Delft University of Technology, The Netherlands, [3] C.A. Balanis, Antenna Theory: Analysis and Design 2 nd Edition, John Wiley & Sons, Inc, 1997 [4] D.J. Daniel, Ground Penetrating Radar 2 nd Edition, IEE Radar Sonar, Navigation and Avionics Series 15, [5] A. Adya Pramudita, A. Andaya Lestari, A. Kurniawan, A. Bayu Suksmono, Footprint Adjustment on SFCW-GPR With Modified Dipole Array. IRCTR-IB STEI-ITB. [6] A. Adya Pramudita, A. Kurniawan, A. Bayu Suksmono, Input Impedance Adjustment on UWB Antenna For SFCW GPR Application. IRCTR-IB STEI-ITB. [7] M.F. Iskander, Electromagnetic Fields and Waves, Waveland Press, Inc, [8] A.A. Lestari, A.G. Yarovoy, L.P. Ligthart, Adaptive Antenna for Ground Penetrating Radar, IRCTR-IB Delf University of Technology.
KEYWORDS Array, Return Loss, Coupling Level, Standing Wave Ratio, Resistive Loading
REDUKSI COUPLING LEVEL ANTAR ELEMEN PADA ARRAY GPR DENGAN RESISTIVE LOADING Richard Martinus Halim 13204043/Teknik Telekomunikasi Pembimbing : Dr. Ir. Adit Kurniawan M.Eng Sekolah Teknik Elektro Informatika
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN SIMULASI SISTEM ANTENA GPR YANG ADAPTIF TERHADAP FOOTPRINT DENGAN METODE FDTD
PERANCANGAN DAN SIMULASI SISTEM ANTENA GPR YANG ADAPTIF TERHADAP FOOTPRINT DENGAN METODE FDTD Swardiman Esron W Nainggolan (13204214/ Teknik Telekomunikasi) Program Studi Teknik Elektro Sekolah Teknik
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA ROLLED DIPOLE UNTUK KEPERLUAN GPR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FDTD
PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA ROLLED DIPOLE UNTUK KEPERLUAN GPR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FDTD Gerry Roy M.S.(13204228) Jalur Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang GPR merupakan sistem yang sangat berguna untuk proses pendeteksian benda-benda yang berada atau terkubur di dalam tanah dengan kedalaman tertentu tanpa harus menggali
Lebih terperinciPerancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Egg Dengan Slot Rugby Ball yang Bekerja pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)
Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Egg Dengan Slot Rugby Ball yang Bekerja pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB) Fredrick Yohanes, Rudy Yuwono, ST.,MSc, Sigit Kusmaryanto,Ir, M. Eng. Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi radar pada awalnya dikembangkan untuk mendeteksi target dilangit, maupun benda-benda diatas permukaan tanah atau dilaut. Radar itu sendiri pada prinsip dasarnya
Lebih terperinciPerancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)
Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB) Fitria Kumala Trisna, Rudy Yuwono, ST.,MSc, Erfan Achmad Dahlan,Ir, MT Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciStudi Parametrik Antena Vivaldi Slot dengan Pencatuan Mikrostrip
Studi Parametrik Antena Vivaldi Slot dengan Pencatuan Mikrostrip Tommi Hariyadi, Mukhidin Departemen Pendidikan Teknik Elektro Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung e-mail:
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. (0341) 554 166 Malang-65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBILKASI HASIL PENELITIAN
Lebih terperinciMahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)
24 Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band) Rudy Yuwono,ST.,MSc. Abstrak -Kemajuan teknologi komunikasi menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, khususnya komunikasi
Lebih terperinciPERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX Eva Smitha Sinaga, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater,
Lebih terperinciSeminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 Id paper: SM142
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 335 Desain Antena Mikrostrip Omnidireksional menggunakan Material Polimida untuk Komunikasi Video pada PUNA (Pesawat Udara Nir
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ)
STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ) Franky, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY
BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY 3.1 UMUM Pada Tesis ini akan merancang dan fabrikasi antena mikrostrip array linier 4 elemen dengan pencatu berbentuk T untuk aplikasi WiMAX yang beroperasi di
Lebih terperinciDESAIN ANTENA MIKROSTRIP RECTANGULAR GERIGI UNTUK RADAR ALTIMETER
DESAIN ANTENA MIKROSTRIP RECTANGULAR GERIGI UNTUK RADAR ALTIMETER Aries Asrianto Ramadian 1) 1) Magister Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti, Jakarta 1) aries.asrianto@gmail.com
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. perancangan sampai merealisasikan antenna UWB mikrostrip dengan
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan membahas mengenai metodologi yang dilakukan dalam perancangan sampai merealisasikan antenna UWB mikrostrip dengan memperhatikan parameter faktor S 11 dan VSWR
Lebih terperinciSINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014
ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK LINEAR ARRAY Muhammad Ihsan, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas teknik Universitas Sumatera
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. (0341) 554 166 Malang-65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBILKASI HASIL PENELITIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan sistem yang saat ini marak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan sistem yang saat ini marak dikembangkan baik dari sisi teknologi maupun segi bisnis. GPR adalah sistem radar yang digunakan
Lebih terperinciBab IV Pemodelan, Simulasi dan Realisasi
BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1 Hasil Simulasi Setelah dilakukan proses simulasi pada Ansoft HFSS 13 maka diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1 SWR dan Bandwidth a. State 1 (switch 1,
Lebih terperinciBAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA ULTRAWIDEBAND
BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA ULTRAWIDEBAND Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi antena ultrawideband dengan desain elips pada frekuensi 1 GHz 15 GHz dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1. Hasil Pengukuran Parameter Antena Dari simulasi desain antena menggunakan Ansoft HFSS v11.1, didapatkan nilai parameter antena yang diinginkan, yang selanjutnya difabrikasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN
BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN 4.1. HASIL PENGUKURAN PARAMETER ANTENA Pada proses simulasi dengan menggunakan perangkat lunak AWR Microwave Office 24, yang dibahas pada bab tiga
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz)
STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz) Apli Nardo Sinaga, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENGGUNAAN STUB
RANCANG BANGUN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENGGUNAAN STUB Hadratul Hendra, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY
ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY Maria Natalia Silalahi, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinci: Widi Pramudito NPM :
SIMULASI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BERBENTUK SEGIEMPAT DAN LINGKARAN PADA FREKUENSI 1800 MHZ UNTUK APLIKASI LTE MENGGUNAKAN SOFTWARE ZELAND IE3D V12 Nama : Widi Pramudito NPM : 18410009 Jurusan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP SLOT RECTANGULAR DUAL-BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED
RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP SLOT RECTANGULAR DUAL-BAND (2, GHz DAN, GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED Chandra Elia Agustin Tarigan, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP ULTRA WIDEBAND UNTUK DETEKSI KANKER PAYUDARA
PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP ULTRA WIDEBAND UNTUK DETEKSI KANKER PAYUDARA Maulida Yumnisari 1), Bambang Setia Nugroho 2), Pamungkas Daud 3) 1),2) Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas
Lebih terperinciKata Kunci: Antena, CCTV, Crown Patch, Slot Lingkaran II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN. 2.1 Antena Mikrostrip
Perancangan Antena Mikrostrip Crown Patch Dengan Slot Lingkaran Untuk Aplikasi Cctv New 3000 Microwave Image Transmission System Dengan Frekuensi Kerja 2,4 GHz Feby Setyaji Saputro, Dwi Fadilla K., ST.,MT,
Lebih terperinciPERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP WIDEBAND H-SHAPED PADA FREKUENSI GHz
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP WIDEBAND H-SHAPED PADA FREKUENSI 2.3-2.8 GHz Harry Natanael Mountana 1, Bambang Setia Nugroho 2, Yuyu Wahyu 3 Fakultas Teknik Elektro,Universitas Telkom Bandung Harrynael@yahoo.com
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA PLANAR MONOPOLE MIKROSTRIP UNTUK APLIKASI ULTRA WIDEBAND (UWB)
ISSN 1412 3762 http://jurnal.upi.edu/electrans ELECTRANS, VOL.13, NO.2, SEPTEMBER 2014, 139-146 RANCANG BANGUN ANTENA PLANAR MONOPOLE MIKROSTRIP UNTUK Indra Kusuma, Tommi Hariyadi, Mukhidin Departemen
Lebih terperinciPerancangan Antena Mikrostrip Planar Monopole dengan Pencatuan Coplanar Waveguide untuk Antena ESM
Perancangan Antena Mikrostrip Planar Monopole dengan Pencatuan Coplanar Waveguide untuk Antena ESM Adhie Surya Ruswanditya 1), Heroe Wijanto 2), Yuyu Wahyu 3) 1),2) Fakultas Teknik Elektro, Universitas
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ANTENA DAN SIMULASI
BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN SIMULASI 3.1. UMUM Antena yang akan dibuat pada penelitian adalah antena biquad dengan pencatuan aperture coupled. Ada beberapa tahapan dalam perancangan dan simulasi antena
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH UKURAN GROUND PLANE TERHADAP KINERJA ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2.45 GHz
ANALISIS PENGARUH UKURAN GROUND PLANE TERHADAP KINERJA ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2.45 GHz Haditia Pramuda Hrp, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS PENGUKURAN
BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS PENGUKURAN 4.1. HASIL PENGUKURAN PARAMETER COUPLER Pada proses simulasi dengan menggunakan perangkat lunak AWR Microwave Office 2009, yang dibahas pada bab tiga sebelumnya,
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ANTENA ARRAY FRACTAL MIKROSTRIP
BAB III PERANCANGAN ANTENA ARRAY FRACTAL MIKROSTRIP 3.1. Pendahuluan Pada penelitian ini akan dirancang dan analisa antena mikrostrip array fractal dengan teknik pencatuan secara tidak langsung yaitu menggunakan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH
PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH SEGI EMPAT MENGGUNAKAN TEKNIK DGS (DEFECTED GROUND STRUCTURE) DAN TANPA DGS BERBENTUK SEGITIGA SAMA SISI Meinarty Sinurat, Ali Hanafiah Rambe
Lebih terperinciSimulasi Pengaruh Kombinasi Slot Horisontal dan Slot Vertikal Pada Antena Microstrip 2.4 GHz
Simulasi Pengaruh Kombinasi Slot Horisontal dan Slot Vertikal Pada Antena Microstrip 2.4 GHz Jeffri Parrangan1,a), Yono Hadi Pramono1,b), Wahyu Hendra Gunawan1,c) 1 Laboratorium Optoelektronika dan EM
Lebih terperinciBAB III PERHITUNGAN, SIMULASI DAN PERANCANGAN
BAB III PERHITUNGAN, SIMULASI DAN PERANCANGAN 3.1. Pendahuluan Perancangan antena mikrostrip yang berbentuk patch circular ring dengan metode experimental. Antena tersebut akan disimulasikan dengan mengubah
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2,3 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED
RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2,3 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED Fellix Deriko, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen
Lebih terperinciDESAIN ANTENA TEKNOLOGI ULTRA WIDEBAND
DESAIN ANTENA TEKNOLOGI ULTRA WIDEBAND PADA FREKUENSI 5.6 GHz Jodistya Wardhianto 1, Tito Yuwono 2 Fakultas Teknik Elektro, Universitas Islam Indonesia Jl Kaliurang KM 14.5 Yogyakarta, Indonesia 1 12524058@students.uii.ac.id
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)
STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ) Nevia Sihombing, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen
Lebih terperinciDesain Antena Array Mikrostrip Tapered Peripheral Slits Pada Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Satelit Nano
Seminar Tugas Akhir Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia 25 JUNI 2012 Desain Antena Array Mikrostrip Tapered Peripheral Slits Pada Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Satelit Nano Oleh Widyanto Dwiputra Pradipta
Lebih terperinciKarakterisasi Antena Mikrostrip dengan Metode FDTD dalam Substrat FR4 untuk Frekuensi Kerja 2,4 GHz
Karakterisasi Antena Mikrostrip dengan Metode FDTD dalam Substrat FR4 untuk Frekuensi Kerja 2,4 GHz Nurma Sari dan Tetti Novalina Manik Abstrak: Sistem komunikasi memerlukan media transmisi untuk mengirimkan
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP DOUBEL BIQUAD PADA FREKUENSI
PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP DOUBEL BIQUAD PADA FREKUENSI 2,4 Ghz Dafi Dzulfikar a), Noor Suryaningsih b), Wisnu Broto c) Prodi Elektro Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Srengseng Sawah,
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN ANTENA SEGITIGA
BAB 3 PERANCANGAN ANTENA SEGITIGA 3.1 PERANCANGAN ANTENA Pada perancangan antena ini sudah sesuai dengan standar industri 82.11 dan variasi revisinya. Termasuk didalamnya standarnya versi 82.11b dan 82.11g.
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN FABRIKASI ANTENA WIDEBAND MIKROSTRIP SLOT BOWTIE GANDA DUA LAPIS SUBSTRATE UNTUK KOMUNIKASI WIRELESS ABSTRAK
PERANCANGAN DAN FABRIKASI ANTENA WIDEBAND MIKROSTRIP SLOT BOWTIE GANDA DUA LAPIS SUBSTRATE UNTUK KOMUNIKASI WIRELESS Bualkar Abdullah 1,2), Yono H Pramono 1), dan Eddy Yahya 1) 1) Fisika FMIPA - ITS Surabaya,
Lebih terperinciBAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND
BAB 4 PENERAPAN PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND 4.1 ANTENA SINGLE ELEMENT MULTIBAND Perancangan antena single element multiband melalui beberapa tahap penelitian. Pertama dilakukan penelitian single element
Lebih terperinciSTUDI PENYESUAIAN IMPEDANSI PADA ANTENA ULTRA WIDEBAND
National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 16 Oktober 216 ISSN:2541-111x STUDI PENYESUAIAN IMPEDANSI PADA ANTENA ULTRA WIDEBAND
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons Analysis And Design Antena Theory Third Edition.
DAFTAR PUSTAKA 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons.2005. Analysis And Design Antena Theory Third Edition. 2. Pozar,DM. Mikrostrip Antenna. Proceeding of the IEEE,Vol 80.No : 1, January 1992 3.
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz
RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz Ramli Qadar, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA CO-PLANAR DENGAN METODE BAND GAP UNTUK PENINGKATAN BANDWIDTH PADA FREKUENSI S-BAND
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.5, No.1 Maret 2018 Page 699 PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA CO-PLANAR DENGAN METODE BAND GAP UNTUK PENINGKATAN BANDWIDTH PADA FREKUENSI S-BAND DESIGN
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN
BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN 3.1. UMUM Pada bagian ini akan dirancang antena mikrostrip patch segiempat planar array 4 elemen dengan pencatuan aperture coupled, yang dapat beroperasi
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP. bahan substrat yang digunakan. Kemudian, menentukan bentuk patch yang
BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP 3.1 Pendahuluan Perancangan antena mikrostrip sangat bergantung pada spesifikasi antena yang di buat dan bahan atau substrat yang digunakan. Langkah awal
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PERSEGI PANJANG 2,4 GHZ UNTUK APLIKASI WIRELESS FIDELITY (WI-FI)
RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PERSEGI PANJANG 2,4 GHZ UNTUK APLIKASI WIRELESS FIDELITY (WI-FI) Eva Yovita Dwi Utami *, F. Dalu Setiaji, Daniel Pebrianto Program Studi Teknik Elektro, Universitas Kristen
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz
RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz Iswandi, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl.
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN, SIMULASI dan PABRIKASI ANTENA
BAB 3 PERANCANGAN, SIMULASI dan PABRIKASI ANTENA 3.1 Bahan dan Spesifikasi Antena Rancangan Antena mikrostrip segiempat susun empat elemen pada tesis ini dirancang untuk beroperasi pada frekuensi kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem perangkat pemancar saat ini membutuhkan mekanisme pembagi daya untuk merealisasikannya. Pembagi daya ini digunakan untuk membagi daya pancar yang berasal
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA MICROSTRIP PATCH SEGITIGA MIMO 2x2 pada FREKUENSI 2,3 GHz UNTUK APLIKASI LTE
PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA MICROSTRIP PATCH SEGITIGA MIMO 2x2 pada FREKUENSI 2,3 GHz UNTUK APLIKASI LTE DESIGN AND REALIZATION OF TRIANGLE PATCH microstrip antenna on a 2x2 MIMO 2.3 GHz FREQUENCY
Lebih terperinciBAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT
BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT 3.1. Pendahuluan Antena slot mikrostrip menggunakan slot berbentuk persegi panjang ini merupakan modifikasi dari desain-desain
Lebih terperinciANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT
ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT Rinesia Citra Amalia Bangun (1), Ali Hanafiah Rambe (2) Departemen Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN SALURAN PENCATU UNTUK ANTENA MIKROSTRIP ARRAY ELEMEN 2X2 DENGAN PENCATUAN APERTURE COUPLED
STUDI PERANCANGAN SALURAN PENCATU UNTUK ANTENA MIKROSTRIP ARRAY ELEMEN 2X2 DENGAN PENCATUAN APERTURE COUPLED Pindo Ahmad Alfadil (1), Ali Hanafiah Rambe (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2,4 GHz DENGAN METODE PENCATUAN INSET
RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2,4 GHz DENGAN METODE PENCATUAN INSET Denny Pasaribu (1), Ali Hanafiah Rambe (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciPerancangan Antena Mikrostrip Patch Circular menggunakan metode Array 1x8 untuk Aplikasi Radar Maritim Frekuensi 3,2 GHz
Perancangan Antena Mikrostrip Patch Circular menggunakan metode Array 1x8 untuk Aplikasi Radar Maritim Frekuensi 3,2 GHz Jonifan 1), Wahyu Supriyatin 2), Yenniwarti Rafsyam 3), Teguh Firmansyah 4), Herudin
Lebih terperinciPemanen Energi RF 900 MHz menggunakan Antena Mikrostrip Circular Patch
12 Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol.1, No.1, April 2013, 12-17 Pemanen Energi RF 900 MHz menggunakan Antena Mikrostrip Circular Patch Chyntya Rahma Ningsih 1, Siska Novita Posma 2, Wahyuni Khabzli
Lebih terperinciSKRIPSI. PERANCANGAN ANTENA BOW-TIE MIKROSTRIP PADA FREKUENSI 1.6 GHz UNTUK SISTEM GROUND PENETRATING RADAR (GPR) ALFIN HIDAYAT
SKRIPSI PERANCANGAN ANTENA BOW-TIE MIKROSTRIP PADA FREKUENSI 1.6 GHz UNTUK SISTEM GROUND PENETRATING RADAR (GPR) Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1)
Lebih terperinciBAB IV PENGUKURAN ANTENA
BAB IV PENGUKURAN ANTENA 4.1 METODOLOGI PENGUKURAN PARAMETER ANTENA Parameter antena yang diukur pada skripsi ini adalah return loss, VSWR, diagram pola radiasi, dan gain. Ke-empat parameter antena yang
Lebih terperinciPERANCANGAN PEMBANGKITAN FREKUENSI GANDA ANTENA MIKROSTRIP SEGITIGA SAMA SISI MENGGUNAKAN TEKNIK SAMBATAN ELEKTROMAGNETIK
78 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 9, NO. 2, NOPEMBER 25: 786 PERANCANGAN PEMBANGKITAN FREKUENSI GANDA ANTENA MIKROSTRIP SEGITIGA SAMA SISI MENGGUNAKAN TEKNIK SAMBATAN ELEKTROMAGNETIK Indra Surjati 1, Eko Tjipto
Lebih terperinciFABRIKASI DAN KARAKTERISASI ANTENA MIKROSTRIP OMNI DIRECTIONAL BERSTRUKTUR LARIK GAP FOLDED DIPOLE
FABRIKASI DAN KARAKTERISASI ANTENA MIKROSTRIP OMNI DIRECTIONAL BERSTRUKTUR LARIK GAP FOLDED DIPOLE Yulia Dyah R 1), Yono Hadi P 2) Jurusan Fisika Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi tanpa kabel (wireless) menyebakan para perancang antena agar merancang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Majunya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi khususnya teknologi tanpa kabel (wireless) menyebakan para perancang antena agar merancang suatu antena yang
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA
BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA Pengukuran terhadap antena dilakukan setelah antena dirancang. Pengukuran dilakukan untuk dua buah antena yaitu antena mikrostrip array elemen dan antena mikrostrip
Lebih terperinciBAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena
Lebih terperinciDESAIN CAVITY PADA ANTENA CETAK UWB MHZ UNTUK APLIKASI GPR
DESAIN CAVITY PADA ANTENA CETAK UWB 50-5000 MHZ UNTUK APLIKASI GPR Roy B. V. B. Simorangkir Departemen Teknik Elektro, Institut Teknologi Harapan Bangsa Jl. Dipatiukur No. 80-84, Bandung 40132 - Indonesia
Lebih terperinciAntena Array Mikrostrip Slot Dengan Tuning-Stubs Untuk Ku-Band Electronic Support Measure (ESM)
Antena Array Mikrostrip Slot Dengan Tuning-Stubs Untuk Ku-Band Electronic Support Measure (ESM) Retno Tri Cahyanti 1, Bambang Setia Nugroho 2, Yuyu Wahyu 3 1,2 Prodi Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik
Lebih terperinciSIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0
SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0 Hermanto Siambaton, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik
Lebih terperinciBAB II ANTENA MIKROSTRIP
BAB II ANTENA MIKROSTRIP 2.1 Pengertian Antena Antena merupakan elemen penting yang terdapat dalam sistem telekomunikasi tanpa kabel (wireless). Pemilihan antena yang tepat, perancangan yang baik dan pemasangan
Lebih terperinciBroadband Metamaterial Microstrip Filter
Broadband Metamaterial Microstrip Filter Triprijooetomo 1, Toto Supriyanto 2 1 Teknik Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Jakarta, Depok 16425, Telepon : 021-7270036, 021-7270044.
Lebih terperinciPERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL- BAND ( 2,4 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN STUB PADA SALURAN PENCATU
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUA- BAND ( 2,4 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN STUB PADA SAURAN PENCATU Eden Herdani, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN DIELEKTRIKA EKSPONENSIAL ANTENA DWITUNGGAL UNIDIREKSIONAL 100 MHz KEATAS DENGAN VSWR 1,5 UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KOMUNIKASI DATA
PEMBUATAN BAHAN DIELEKTRIKA EKSPONENSIAL ANTENA DWITUNGGAL UNIDIREKSIONAL 100 MHz KEATAS DENGAN VSWR 1,5 UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KOMUNIKASI DATA Laurentius Aditya HW, Soetamso 1), Mamat Rokhmat 2) 1)
Lebih terperinciPerancangan Filter Bandpass Ultra Wideband (UWB) Berbasis Metamaterial Menggunakan Teknik Stepped Impedance Resonator (SIR)
Perancangan Filter Bandpass Ultra Wideband (UWB) Berbasis Metamaterial Menggunakan Teknik Stepped Impedance Resonator (SIR) B O B Y H A R N AWA N ( 2 2 1 0 1 0 0 0 9 2 ) D O S E N P E M B I M B I N G :
Lebih terperinciTUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.
TUGAS AKHIR TE 091399 Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz. Tara Aga Puspita NRP 2207100070 Dosen Pembimbing Eko Setijadi,ST.,MT.,Ph.D Ir.Aries
Lebih terperinciBab III Pemodelan, Simulasi dan Realisasi
BAB III PEMODELAN, SIMULASI DAN PERANCANGAN ANTENA 3.1 Pendahuluan Langkah awal yang dilakukan pada Tugas Akhir ini adalah mensimulasikan antena referensi yang sudah diuji, diteliti, dan dibuat oleh pihak
Lebih terperinciSIMULASI MODEL ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT DENGAN PENCATUAN APERTURE COUPLED UNTUK APLIKASI WIMAX 2,35 GHz
SIMULASI MODEL ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT DENGAN PENCATUAN APERTURE COUPLED UNTUK APLIKASI WIMAX 2,35 Giat Fransisco Batubara, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik
Lebih terperinciPERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MEANDER LINE UNTUK SISTEM TELEMETRI ROKET UJI MUATAN
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MEANDER LINE UNTUK SISTEM TELEMETRI ROKET UJI MUATAN Muhammad Harry Bintang Pratama * danwahyul Amien Syafei ** Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis,
BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Antena adalah elemen penting yang ada pada sistem telekomunikasi tanpa kabel (nirkabel/wireless), tidak ada sistem telekomunikasi wireless yang tidak memiliki antena. Pemilihan
Lebih terperinciRancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP
Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP Fandy Himawan [1], Aad Hariyadi [2], Moch.Taufik [3] Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital,
Lebih terperinciBAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER
BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER Pada bab ini akan dibahas mengenai bagaimana proses perancangan dan realisasi band pass filter square open-loop, mulai dari perhitungan matematis, perancangan ukuran,
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TIPE POLARISASI MELINGKAR MENGGUNAKAN ANSOFT
STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TIPE POLARISASI MELINGKAR MENGGUNAKAN ANSOFT Denny Osmond Pelawi, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciDesain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Desain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz Tara Aga Puspita [1], Eko Setijadi [2], M. Aries Purnomo
Lebih terperinciAnalisis Perubahan Fasa Terhadap Pola Radiasi untuk Pengarahan Berkas Antena Stasiun Bumi
Analisis Perubahan Fasa Terhadap Pola Radiasi untuk Pengarahan Berkas Antena Stasiun Bumi Christian Mahardhika, Kevin Jones Sinaga 2, Muhammad Arsyad 3, Bambang Setia Nugroho 4, Budi Syihabuddin 5 Fakultas
Lebih terperinciPERANCANGAN FILTER SQUARE LOOP RESONATOR PADA FREKUENSI 2350 MHZ UNTUK APLIKASI SATELIT NANO
PERANCANGAN FILTER SQUARE LOOP RESONATOR PADA FREKUENSI 2350 MHZ UNTUK APLIKASI SATELIT NANO DESIGN OF SQUARE LOOP RESONATOR FILTER IN FREQUENCY 2350MHZ FOR NANOSATELLITE M. Purwa Manggala 1, Heroe Wijanto
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ANTENA. kerja, menentukan krakteristik substrat dan ukuran patch untuk mendapatkan
BAB III PERANCANGAN ANTENA 3.1 Gambaran Umum Perancangan Perancangan antenna mikrostrip dimulai dengan menentukan frekuensi kerja, menentukan krakteristik substrat dan ukuran patch untuk mendapatkan bandwidth
Lebih terperinciBAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER
BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER Pada bab ini akan dibahas proses perancangan dan realisasi Bandstop filter dengan metode L resonator, yaitu mulai dari perhitungan matematis, perancangan ukuran,
Lebih terperinciAntena Mikrostrip Slot Double Bowtie Satu Larik Dengan Pandu Gelombang Coplanar Untuk Komunikasi Wireless Pada Frekuensi 2.4 GHz
Antena Mikrostrip Slot Double Bowtie Satu Larik Dengan Pandu Gelombang Coplanar Untuk Komunikasi Wireless Pada Frekuensi.4 GHz Megastin Massang Lumembang 1), Bualkar Abdullah ) dan Bidayatul Armynah )
Lebih terperinciANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010
ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010 Muhammad Rumi Ramadhan (1), Arman Sani (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi,
Lebih terperinci[Type the document title]
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem perangkat pemancar dan penerima saat ini memiliki kendala yaitu banyaknya multipath fading. Multipath fading adalah suatu fluktuasi daya atau naik turun nya
Lebih terperinciPERANCANGAN ANTENA DUAL BAND BERBASIS METAMATERIAL PADA FREKUENSI 2.3/3.3 GHz
PERANCANGAN ANTENA DUAL BAND BERBASIS METAMATERIAL PADA FREKUENSI 2.3/3.3 GHz Nancy Ardelina 2210100188 Dosen Pembimbing: Eko Setijadi, S.T.,M.T.,Ph.D. Prasetiyono Hari Mukti, S.T., M.T., M.Sc LATAR BELAKANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi semakin cepat dan beragam, sehingga muncul standar teknologi yang baru dan semakin canggih. Di dalam suatu komunikasi umumnya terdapat
Lebih terperinciRancang Bangun Antena Unidirectional Ultra- Wideband dengan Desain Fork-Shaped Tuning Stub menggunakan Bahan Dielektrik Fr-4
Rancang Bangun Antena Unidirectional Ultra- Wideband dengan Desain Fork-Shaped Tuning Stub menggunakan Bahan Dielektrik Fr-4 Yusron Tri Huda, Tommi Hariyadi, Budi Mulyanti Program Studi Pendidikan Teknik
Lebih terperinci