HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH DI RSUD SIDOARJO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH DI RSUD SIDOARJO"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH DI RSUD SIDOARJO Rizka Indrawati, Ns. Christina Yuliastuti, M.Kep., Ns. Dwi Ernawati, M.Kep., Ns. Ida Dwiningsih, M.Kep Mahasiswi Prodi S Keperawatan Tahun ajaran 25 Title : Relations Between The Level of Anxiety with increased Blood Pressure on Pre Lower Extremity Fractures Operation Patients atsidoarjo Hospital ABSTRACT Patient preoperative lower limb fractures generally experience psychological problems of anxiety, anxiety can cause increased blood pressure and thwart the operations management. This study aims to identify the relationship between the level of anxiety with increased blood pressure in patients with preoperative lower extremity fractures. Analytical study design using the design correlation with cross sectional approach. Samples obtained a total of patients with preoperative lower extremity fractures are taken with concecutive sampling techniques. The independent variable is the level of anxiety and the dependent variable is the increase in blood pressure. The research instrument used questionnaire (DASS 2) and Sphygnomanometer and Stetoscop. Data were analyzed with statistical test Pearson correlation (ρ =.5). The results showed there is a relationship between the level of anxiety with increased blood pressure patient preoperative lower extremity fractures at the Hospital Sidoarjo (ρ =.). respondents who experienced severe anxiety obtained respondents (9.%) experienced an increase in blood pressure. The implications of this study patient preoperative lower extremity fractures can control the anxiety to get closer to God in order to avoid an increase in blood pressure, because of increased blood pressure affects the operation process. Keywords: anxiety, blood pressure, Pre Lower Extremity Fractures Operations Page

2 Pendahuluan Cedera ekstremitas bawah merupakan suatu cidera yang terjadi pada bagian bawah oleh karena berbagai keadaan trauma dengan manifestasi cidera fraktur (Helmi, 22). Persiapan mental pre operasi juga harus dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan karena selalu ada kecemasan pasien terhadap penyuntikan, nyeri luka, anastesi, bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati (Sjamsuhidayat dkk, 2). Pasien yang akan menjalani pembedahan fraktur umumnya akan mengalami masalah psikososial yaitu perasaan cemas dan takut (Merdekawati, 2). Pasien pre operasi fraktur ekstremitas bawah yang peneliti lihat pada saat praktek di Ruang Rawat Inap Paviliun G-2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, 7% mengalami kecemasan dan peningkatan tekanan darah sebelum tindakan operasi. Ketakutan akan kematian yang ada di depan mata saat dioperasi membayangi pasien dan hal ini menyebabkan jantung bekerja menjadi lebih cepat kemudian menyebabkan timbulnya peningkatan tekanan darah pada pasien (Ikhsan, 22). Namun sejauh ini hubungan tingkat kecemasan dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi fraktur ekstremitas bawah ditempat penelitian secara terperinci belum dapat dijelaskan. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 29, terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni sekitar 6,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi (WHO, 29). Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 29 didapatkan sekitar 8 juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Hasil survey tim depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 5% mengalami cacat fisik, 5% mengalami stress psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan % mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI, 29). Pada hasil studi pendahuluan di RSUD Sidoarjo pada tanggal 2 Maret 25 data dari Instalasi Rekam Medik pada bulan Januari Desember 2 didapatkan pasien fraktur ekstremitas bawah sebanyak 5 pasien. fraktur femur %, fraktur bagian kaki bawah %, dan fraktur tidak spesifik lainya 2% dan diperoleh rata-rata 28 pasien per bulan. Pada survey yang dilakukan peneliti tanggal 27 Maret 25 di Ruang Rawat Inap Teratai RSUD Sidoarjo didapatkan data sebanyak 5 pasien pre operasi fraktur ekstremitas bawah % mengalami kecemasan dan % mengalami peningkatan tekanan darah ratarata 2mmHg. Data dari Ruang Bedah Sentral RSUD Sidoarjo pada bulan februari 25 didapatkan pasien kembali ke ruangan karena terjadi peningkatan tekanan darah sebanyak 2% dari total pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Faktor yang mempengaruhi kecemasan salah satunya adalah faktor presipitasi kecemasan yaitu ancaman terhadap integritas diri, terjadinya ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari, misalnya tindakan pembedahan yang akan dijalani (Jaya, 25). Kecemasan yang dialami pasien pre operasi fraktur ekstremitas bawah akan menimbulkan suatu stressor berupa kekhawatiran dalam penatalaksaan operasi kemudian merespon sistem saraf otonom. Peningkatan kelenjar adrenal melepas adrenalin, yang menyebabkan tubuh meningkatkan frekwensi jantung. Ansietas menyebabkan respon kognitif, psikomotor, dan fisiologi salah satunya adalah peningkatan tekanan darah. Meningkatnya tekanan darah akan mengganggu operasi fraktur karena bisa menyebabkan pendarahan dan bisa menggagalkan penatalaksanaan operasi (Videbeck, 28). Penelitian Merdekawati (2) mengemukakan bahwa ketakutan dan kecemasan yang sangat berlebihan, akan membuat klien menjadi tidak siap secara emosional untuk menghadapi pembedahan, dan akan menghadapi masalah praoperatif seperti tertundanya operasi karena tingginyadenyut nadi perifern dan Page 2

3 mempengaruhi palpasi jantung. Pasien akan mengalami tanda-tanda fisiologis seperti peningkatan tekanan darah. Ansietas menyebabkan respon kognitif, psikomotor dan fisiologis yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berfikir logis, peningkatan aktivitas motorik agitasi, dan peningkatan tanda-tanda vital. Individu dalam respons fisiologis untuk mengurangi perasaan tidak nyamannya, individu mencoba mengurangi tingkat ketidaknyamanan tersebut dengan melakukan perilaku adaptif dapat menjadi hal yang positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar (Videbeck, 28). Peran perawat disini sangatlah diperlukan untuk mempersiapkan pasien baik secara fisik maupun psikis untuk setiap tindakan pembedahan baik sebelum, selama maupun setelah operasi. Perawat juga harus memperhatikan lingkungan dan mengidentifikasi penyebab kecemasan yang terjadi pada pasien dengan cara pendekatan atau strategi koping. Upaya yang dapat dilakukan peneliti untuk membantu pasien yang mengalami kecemasan saat akan menghadapi operasi bisa dengan memberikan penyuluhan pendidikan kesehatan pada pasien, misal pendidikan preoperatif adalah memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang prosedur preoperatif, intraoperatif dan post operatif melalui percakapan, diskusi, audiovisual dan demonstrasi. Bahan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 25 sampai 2 Juni 25 di RSUD Sidoarjo. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien pre operasi fraktur ekstremitas bawah di RSUD Sidoarjo dengan rata-rata perbulan pasien. Besar sampel responden. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakannonprobabiliti sampling dengan pendekatan consecutive sampling. Dimana jumlah sampling ditentukan oleh lamanya waktu penelitian. Variabel Independen pada penelitian ini adalah tingkat kecemasan pasien pre operasi fraktur ekstremitas bawah di RSUD Sidoarjo. Variabel Dependenpenelitian ini adalah peningkatan tekanan darah pasien pre operasi fraktur ekstremitas bawah di RSUD Sidoarjo. Instrumen pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan : a. KuesionerDepression Anxiety Stres Scale (DASS) 2 menurut Lovibond (995), berisi 2 item yang termasuk tiga skala laporan diri yang dirancang untuk mengukur keadaan emosional negatif depresi, kecemasan dan stres. Kuesioner tingkat kecemasan menggunakan DASS 2 yang berfokus pada pertanyaan tentang kecemasan, pertanyaan kuesioner DASS 2 yang terdiri dari nomor 2,, 7, 9, 5, 9, 2, 2, 25, 28,, 6,,. Instrumen penelitian ini menggunakan skala data ratio dan setiap jawaban dari pertanyaan memiliki nilai hingga dimana : nilai berarti responden tidak pernah mengalami hal tersebut, nilai berarti sesuai yang dialami, nilai 2 berarti sering mengalami, nilai berarti hampir setiap hari mengalami hal tersebut b. Sphygnomanometer merk ABN serta stetoskop merk ABN. Data Umum. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin. 5. menunjukan bahwa dari responden didapatkan 8 responden (5,5%) berjenis kelamin laki-lakidan 5 responden (5,5%) berjenis kelamin perempuan. 2. Karakteristik Responden Berdasrkan Usia. 5.2 menunjukan bahwa dari responden didapatkan rata-rata berusia 7 th - th Page

4 sebanyak 5 responden (5,5%), responden (9,%) berusia th - th dan 5 responden (5,2)% berusia th - 5 th. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan. 5. menunjukan bahwa dari responden didapatkan rata-rata sebagai pekerja wiraswasta sebanyak 7 responden (5,5%), 6 responden (8,2%) memiliki pekerja lain, 5 responden (5,2%) bekerja sebagai PNS dan 5 responden (5,2%) sebagai ibu rumah tangga.. Karakteristik Responden Menurut Penyakit Penyerta. 5. menunjukan bahwa dari responden didapatkan rata-rata 7 responden (5,%) tidak memiliki penyakit penyerta, 7 responden (2,2%) memiliki penyakit penyerta asam urat, 6 responden (8,2%) memiliki penyakit penyerta diabetes melitus dan responden (9,%) memiliki penyakit penyerta lainya. 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendamping. 5.5 menunjukan bahwa dari responden didapatkan rata-rata saat dirumah sakit 9 responden (57,6%) didampingi suami atau istri, 7 responden (2,2%) didampingi oleh orang tua, 5 responden (5,2%) didampingi anak dan 2 responden (6,%) didampingi saudaranya. 6. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Terakhir 5.6 menunjukan bahwa dari responden didapatkan rata-rata responden (,%) berpendidikan terakir SMA, 7 responden (2,%) berpendidikan terakir SMP, 5 responden (5,2%) berpendidikan terakir sarjana, 5 responden (5,2%) berpendidikan terakir SD, responden (2,%) berpendidikan terakhir diploma dan responden (,%) tidak sekolah. 7. Karakteristik Responden Menurut Bagian Yang di Operasi di Rumah Sakit. 5.7 menunjukan bahwa dari responden didapatkan 7 responden (5,5%) mengalami fraktur femur, responden (,%) mengalami fraktur kruris, responden (2,%) mengalami fraktur tibia dan 2 responden (6,%) mengalami fraktur patella. 8. Karakteristik Responden Menurut Jenis Operasi. 5.8 menunjukan bahwa semua responden akan menghadapi tindakan operasi ORIF. Data Khusus. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Tabel 5.9 Karakteristik Responden Bersarkan Tingkat Kecemasan di RSUD Sidoarjo pada tanggal 2 Mei 2 Juni 25. Tingkat Frekuensi Persen Kecemasan Ringan 2 6,% Sedang 9 27,% Berat 9,% Sangat berat 9 27,% Total % Tabel 5.9 menunjukan bahwa dari responden didapatkan rata-rata responden (9,%) mengalami kecemasan berat, 9 responden (27,%) mengalami kecemasan sangat berat, 9 responden (27,%) mengalami kecemasan sedang dan 2 responden (6,%) mengalami kecemasan ringan. Page

5 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Selisih Peningkatan Tekanan Darah H- dan H-2jam Pre Operasi. Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Selisih Peningkatan Tekanan Darah H- dan H-2jam Pre Operasi di RSUD Sidoarjo pada tanggal 2 Mei 2 Juni 25. Selisih H- dan Frekuensi Persen H-2 jam Pre Operasi Tidak meningkat 2,% < mmhg 9,% -2 mmhg 2,% 2- mmhg % > mmhg % Total % Tabel 5. menunjukan bahwa dari responden didapatkan rata-rata responden (2,%) mengalami peningkatan -2 mmhg, responden (9,%) mengalami peningkatan < mmhg, responden (2,%) tidak mengalami peningkatan tekanan darah, responden (%) mengalami peningkatan 2- mmhg dan responden (%) mengalami peningkatan tekanan darah > mmhg.. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di RSUD Sidoarjo. Tabel 5.2 Tabulasi silang Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Peningkatan Tekanan darah Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di RSUD Sidoarjopada tanggal 2 Mei 2 Juni 25. Skor Kecemas an Menurut DASS 8-9 (ringan) - (Sedang) Tidak meningk at 5, 5-9 (Berat) >2 (Sangat Berat) 5 Total 2, < mmhg Peningkatan Tekanan Darah -2 mmhg 2- mmhg > mmhg Total F % F % F % F % f % 5 2, 22, 2 9 2, 8 55, 6 9, , 2 22, 2, Nilai uji statistik Korelasi Pearson ρ =, ( α,5) r =,92 2,,,, 9 Tabel 5.2 Menunjukan bahwa responden (5%) mengalami kecemasan ringan dan tidak mengalami peningkatan tekanan darah, responden (5%) mengalami kecemasan ringan dan mengalami peningkatan tekanan darah <mmhg, sedangkan dari 9 responden yang mengalami kecemasan sedang sebanyak responden (,%) tidak mengalami peningkatan, responden (,%) mengalami peningkatan tekanan darah <mmhg, 2 responden (22,2%) mengalami peningkatan tekanan darah - 2mmHg, sedangkan responden yang mengalami kecemasan berat sebanyak responden (,8%) mengalami peningkatan tekanan darah < mmhg, 9 responden (69,2%) mengalami peningkatan tekanan darah -2mmHg, sedangkan 9 responden yang mengalami kecemasan sangat berat sebanyak 5 responden (55,6%) mengalami peningkatan tekanan darah <mmhg, 2 responden (22,2%) mengalami peningkatan tekanan darah -2mmHg, responden (,%) mengalami peningkatan tekanan darah 2-mmHg dan responden (,%) mengalami penigkatan. > mmhg. Pembahasan. Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di RSUD Sidoarjo. Gangguan ansietas atau kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respons perilaku, emosional, dan fisiologis (Videbeck, 28). Kejadian fraktur merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki oleh setiap orang, selain dapat mengganggu stabilitas kesehatan juga dapat menimbulkan kecacatan yang berdampak pada respon psikologis seperti cemas pada tahap awal (Badar dkk, 22). Hasil penelitian menunjukan bahwa ratarata pasien pre operasi fraktur ekstremitas bawah di RSUD Sidoarjo mengalami kecemasan berat. Hal ini dibuktikan pada Tabel 5.9 didapatkan bahwa responden Page 5

6 (9,%) mengalami kecemasan berat, 9 responden (27,%) mengalami kecemasan sangat berat, 9 responden (27,%) mengalami kecemasan sedang dan 2 responden (6,%) mengalami kecemasan ringan. Kecemasan juga merupakan suatu kondisi emosional yang tidak menyenangkan yang datang dari dalam, bersifat meningkatkan, menggelisahkan, dan menakutkan yang dihubungkan dengan suatu ancaman bahaya yang tidak diketahui asalnya oleh individu (Jaya, 25). Respons fisiologis dan psikologis pasien yang mengalami kecemasan yaitu respons saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam pertahanan diri. Ansietas menyebabkan respons kognitif, psikomotor dan fisiologis yang tidak nyaman, misalnya respons fisiologis peningkatan ketegangan motorik, hiperaktifitas otonomik, peningkatan kewaspadaan kognitif (Videbeck, 28). Dalam penelitian ini didapatkan bahwa 8 responden laki-laki rata-rata responden (55,6%) mengalami kecemasan berat, sedangkan dari 5 responden perempuan didapatkan rata-rata 6 responden (%) mengalami kecemasan sedang. Hawari (2) menjelaskan jumlah orang yang menderita kecemasan baik akut maupun kronik dengan perbandingan antara perempuan dan laki-laki 2 banding. Peneliti berasumsi kecemasan laki-laki pada penelitian ini lebih besar karena mereka dalam keluarga mempunyai kedudukan sebagai kepala rumah tangga dibuktikan dalam penelitian ini responden (55,6%) pekerja wiraswasta, 2 responden (,%) bekerja PNS, 6 responden (,%) bekerja lainya, mereka menjadi tulang punggung keluarga, sehingga mereka mempunyai tanggung jawab besar atas kelangsungan hidup keluarganya, anak yang masih sekolah, istri yang tidak bekerja, proses penyembuhan post operasi fraktur yang cukup lama dan biaya operasi juga dapat menjadi salah satu pemicu timbulnya kecemasan. Usia juga merupakan salah satu penyebab kecemasan seperti yang dijelaskan oleh Haryanto (22) dikutip dalam Kuraesin (29) umur berkorelasi dengan pengalaman, pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Hal ini dibuktikan dalam penelitian didapatkan kategori usia 7th- th rata-rata 6 responden (66,7%) mengalami kecemasan sangat berat, sedangkan kategori usia th-th rata-rata responden (,%) mengalami kecemasan sangat berat dan th-5th tidak ada yang mengalami kecemasan snagat berat. Lukman (29) dikutip dalam Kuraesin (29) menjelaskan kematangan dalam proses berpikir pada individu yang berumur dewasa lebih memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok usia muda, ditemukan sebagian besar kelompok usia muda cenderung lebih mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur dewasa. Peneliti berpendapat bahwa usia semakin muda akan semakin meningkat kecemasanya dibanding usia yang sudah dewasa akhir, hal ini dikarenakan pengalaman hidup yang dimiliki responden dewasa akhir mempengaruhi respon tubuh terhadap tingkat kecemasan yang dimiliki, semakin besar tingkat kecemasan, pengalaman yang dialami dan mampu menhadapinya, maka kemampuan adaptif akan semakin baik, dan pemahan dan strategi koping dalam menghadapi suatu masalah lebih baik dibanding responden dengan usia muda. Berdasarkan Tabel 5. didapatkan 6 responden (6,2%) bekerja sebagai wiraswasta mengalami kecemasan berat, sedangkan responden (,8%) bekerja sebagai PNS rata-rata mengalami kecemasan berat dan pekerja lainya (2,%). Stuart (26) menjelaskan tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Peneliti berasumsi pekerjaan seseorang mempengaruhi status ekonomi seseorang, seorang pekerja yang belum tetap cenderung kecemasan meningkat dibanding seseorang yang sudah bekerja tetap, hal ini disebabkan pekerja Page 6

7 tidak tetap keadaan ekonomi yang rendah akan menyebabkan kecemasan meningkat karena dalam proses penyembuhan pasien tidak dapat bekerja dan pemasukan berkurang. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru,tingkat pengetahuan yang kurang kemudian menimbulkan kecemasan pada seseorang (Stuart, 26). Hal ini dibuktikan pada penelitian didapatkan bahwa responden yang tidak sekolah responden (%) mengalami kecemasan sangat berat, sedangkan responden dengan pendidikan terakhir SMA rata-rata 5 responden (5,5%) mengalami kecemasan sedang dan 5 responden berpendidikan terakhir sarjana sebagian besar responden (8%) mengalami kecemasan berat. Peneliti berasumsi tingkat pendidikan seseorang tidak menjamin seseorang untuk tidak mengalami kecemasan, ditemukan dalam penelitian ini pasien yang lulusan terakhir SMA lebih baik dalam menerima masukan dan mereka lebih memiliki koping individu yang baik, pasien yang berpendidikan terakhir sarjana sulit untuk menerima masukan karena merasa mampu memahami dan mencari tau mengenai kondisi yang dialami, hal itu menjadikan mereka sulit untuk menerima informasi dari orang lain. Sebagian besar pasien beranggapan bahwa operasi merupakan pengalaman yang menakutkan. Reaksi cemas ini akan berlanjut bila pasien tidak pernah atau kurang mendapat informasi yang berhubungan dengan penyakit dan tindakan yang dilakukan terhadap dirinya (Ikhsan dkk, 22). Hasil penelitian menunjukan bahwa 9 responden yang didampingi suami atau istri hanya pasien (5,8%) yang mengalami kecemasan sangat berat dan responden yang didampingi orang tua ratarata responden (57,%) mengalami kecemasan sangat berat, sedangkan 7 responden yang mengalami fraktur femur rata-rata 6 responden (5,%) mengalami kecemasan sangat berat dan responden operasi jenis ORIF 9 responden (27,%) mengalami kecemasan sangat berat. Dukungan yang diberikan keluarga dapat membantu pasien menurunkan tingkat kecemasannya, karena pasien dapat mengekspresikan ketakutan dan kecemasanya pada keluarga, ketakutan yang berlebihan dan tidak beralasan, dan akan mempersiapkan pasien secara emosional (Badar dkk, 22). Peneliti berasumsi pendidikan orang tua mempengaruhi tingkat kecemasan pasien karena jika orang tua cemas karena susah menerima informasi terkait kondisi pasien yang berkedudukan sebagai anaknya maka pasien akan merasa cemas juga, pasien juga perlu mendapatkan informasi terkait dengan tindakan pembedahan yang akan dijalaninya karena setiap pasien pernah mengalami periode cemas apalagi pasien yang akan menjalani operasi. 2. Peningkatan Tekanan Darah Pasien Pre Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di RSUD Sidoarjo. Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi (arteri). Ketika jantung kita berdetak, lazimnya 6 hingga 7 kali dalam menit pada kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa memuju dan melalui arteri. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung berdetak memompa darah, ini disebut tekanan sistolik dan tekanan darah menurun saat jantung rileks diantara dua denyut nadi, ini disebut tekanan diastolik. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik per tekanan diastolik (sebagai contoh, 2/8) (Kowalski, 2).Salah satu penyebab terhalangnya kegiatan operasi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah mendadak pada pasien yang akan memasuki kamar operasi (Ikhsan, 22). Tabel 5. menunjukan bahwa didapatkan hasil penelitian psien pre operasi fraktur ekstremitas bawah mengalami peningkatan tekanan darah rata-rata meningkat -2 mmhg. Hal ini dibuktikan Page 7

8 dalam penelitian didapatkan responden mengalami peningkatan -2 mmhg. Jenis kelamin seseorang juga dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah (Ikhsan dkk, 22). Hal ini dibuktikan bahwa pasien laki-laki berjumlah 8 pasien mengalami rata-rata peningkatan tekanan darah -2 mmhg sebanyak pasien (55,6%), sedangkan pada pasien perempuan didapatkan 5 pasien rata-rata meningkat < mmhg sebanyak 8 pasien (5,%). Peneliti berasumsi pasien laki-laki lebih besar peningkatan tekanan darahnya dikarenakan rasa takut akan kematian, kegagalan operasi dan tekanan psikologis karena mereka mempunyai kedudukan kepala rumah tangga dan punya tanggung jawab penuh atas kelangsungan hidup keluarganya. Ikhsan, dkk (22) menjelaskan bahwa pada dasarnya tekanan psikologis memberikan efek pada peningkatan tekanan darah. Pada orang yang mengalami tekanan psikologis maka pemompaan darah ke jantung menjadi lebih cepat, paru-paru bekerja lebih cepat dan ini juga menyebabkan timbulnya simptonsimpton pada aliran darah dan akhirnya tekanan darah mengalami peningkatan. Faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah tahanan perifer dan cairan intravaskular, keduanya ini dipengaruhi oleh faktor neural, hormonal dan renal (Bevers, 28), jadi pada usia -5th terdapat 5 pasien yang pasien (8%) mengalami peningkatan tekanan darah -2 mmhg. Akan tetapi hal ini akan memburuk jika tidak segera ditangani, karena jika tekanan darah pasien lebih dari 5/9mmHg maka tindakan operasi akan dibatalkan kecuali pasien tidak memiliki riwayat hipertensi mereka masih bisa menjalani operasi (Rofi i, 29). Peneliti berasumsi faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah pendamping pasien saat dirumah sakit, pasien akan lebih merasa aman dan tenang saat ada pendamping. Hal ini dibuktikan dalam hasil penelitian 9 responden yang didampingi oleh suami atau istri responden (2,%) tidak mengalami peningkatan teakanan darah dan 6 responden (,6%) mengalami peningkatan tekanan darah <mmhg. Resiko untuk mengalami peningkatan tekanan darah semakin meningkat, jika kondisi tersebut tidak diikuti dengan dukungan dari keluarga saat masih berada di ruang perawatan (Ikhsan dkk, 22). Peneliti berasumsi dukungan keluarga berperan besar dalam meningkatkan rasa nyaman pasien, ketika pasien mengalami kecemasan keluarga ataupun pasangan dapat memberikan ketenangan hati berupa verbal maupun non verbal, semangat,dan dorongan untuk cepat sembuh.. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Di RSUD Sidoarjo. Keterkaitan hubungan antara Tingkat Kecemasan Dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Di RSUD Sidoarjo seperti yang tampak pada tabel 5.2 menunjukan bahwa dari responden didapatkan responden yang mengalami kecemasan berat sebanyak responden (,8%) mengalami peningkatan tekanan darah < mmhg, 9 responden (69,2%) mengalami peningkatan tekanan darah - 2mmHg, 9 responden yang mengalami kecemasan sangat berat 5 responden (55,6%) mengalami peningkatan tekanan darah <mmhg, 2 responden (22,2%) mengalami peningkatan tekanan darah - 2mmHg, responden (,%) mengalami peningkatan tekanan darah 2-mmHg dan responden (,%) mengalami penigkatan. >mmhg, 9 responden yang mengalami kecemasan sedang responden (,%) tidak mengalami peningkatan, responden (,%) mengalami peningkatan tekanan darah <mmhg, 2 responden (22,2%) mengalami peningkatan tekanan darah - 2mmHg dan 2 responden yang mengalami kecemasan ringan 2 responden responden (5%) tidak mengalami peningkatan tekanan dan responden mengalami peningkatan tekanan darah -2 mmhg. Page 8

9 Kejadian fraktur dapat disebabkan oleh trauma langsung, trauma tidak langsung dan kejadian kronologis atau patologis. Akibat benturan hebat yang terjadi akan menyebabkan perubahan jaringan sekitar dan perubahan bentuk pada area sekitar fraktur sehingga pasien yang mengalami fraktur mendapatkan penatalaksanaan operasi fraktur untuk memperbaiki perubahan bentuk tulangnya, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa penatalaksanaan operasi tersebut dapat menyebabkan kecacatan fisik bahkan sampai kematian, sehingga menimbulkan kecemasan pada pasien yang akan mengalami penatalaksanaan operasi fraktur (Sjamsuhidayat, 2). Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi hal ini dapat menimbulkan berbagai respon fisiologi salah satunya adalah peningkatan tekanan darah. Meningkatnya tekanan darah akan mengganggu operasi karena bisa menyebabkan pendarahan dan bisa menggagalkan penatalaksanaan operasi (Videbeck, 28). Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi dan akan membahayakan bagi diri pasien, sehingga tidak heran jika sering kali pasien menunjukan sikapyang sedikit berlebihan dengan kecemasan yang dialami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang akan dijalani dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan. Kecemasan merupakan respon yang wajar terjadi apabila kita berhadapan dengan masalah atau sesuatu yang baru dan bersifat mengancam keamanan atau keselamatan diri. Beberapa orang kadang tidak mampu mengontrol kecemasan yang dihadapi, sehingga terjadi disharmoni dalam tubuh, hal ini akan beralkibat buruk, karena apabila tidak segera ditangani akan meningkatkan tekanan darah yang dapat menyebabkan perdarahan baik pada saat pembedahan atau pasca pembedahan (Sadock, 2). Merdekawati (2) mengemukakan bahwa ketakutan dan kecemasan yang sangat berlebihan, akan membuat klien menjadi tidak siap secara emosional untuk menghadapi pembedahan, dan akan menghadapi masalah praoperatif seperti tertundanya operasi karena tingginya denyut nadi perifer dan mempengaruhi palpasi jantung. Pasien akan mengalami tanda-tanda fisiologis seperti peningkatan tekanan darah. Jika tekanan darah yang meningkat tidak segera diatasi, itu bisa menjadi salah satu penyebab terhalangnya kegiatan operasi, tekanan darah standart yang bisa menjadi pedoman untuk pelaksanaan kegiatan di ruang premedikasi dan sebelum pasien diputuskan untuk dianastesi adalah dengan standart 5 hingga dengan 6 mmhg untuk sistolik dan 9- mmhg untuk diastolik (Ikhsan, 22). Sesuai hasil uji Korelasi Pearson didapatkan nilai ρ =, (α <,5), artinya secara statistik terdapat hubungan antara Tingkat Kecemasan Dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Di RSUD Sidoarjo. Keterbatasan Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian. Pada penelitian ini keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah beberapa pertanyaan kuesioner yang sulit dikendalikan, seperti pertanyaan no satu menyatakan mulut saya terasa kering dan pertanyaan no delapan menyatakan saya kesulitan dalam menelan karena keadaan pasien yang dipuasakn sebelum menjelang tindakan pembedahan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisa data dalam penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:. Pasien pre operasi fraktur ekstremitas bawah di RSUD Sidoarjo rata-rata mengalami kecemasan berat. 2. Pasien pre operasi fraktur ekstremitas bawah di RSUD Sidoarjo Page 9

10 rata-rata mengalami peningkatan tekanan darah -2mmHg.. Terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi fraktur ekstremitas bawah di RSUD Sidoarjo. Saran Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilakukan, makapenelitidapatmemberikanbeberapa saran yang dapatdisanpaikankepadapihak yang terkaitadalahsebagaiberikut :. Pasien sebaiknya dapat menimimalisir kecemasan yang dialami dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan lebih meningkatkan ibadahnya. 2. Dapatmenjadimasukanbagiparapera watdalamrangkameningkatkan pemberian intervensi Health Education kepada pasien untuk meminimalisir kecemasan dengan menyarankan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menjaga tekanan darahnya agar tetap normal dengan menenangkan diri lebih meningkatkan ibadahnya.. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneruskan dan melanjutkan penelitian hubungan antara tingkat kecemasan dengan peningkatan tekanan darah pada pasien yang akan diberikan tindakan invasif.. Daftar Pustaka 5. Amri, Khaerul dan Saefudin, Mukhammad. (22). Strategi Koping Pasien Dalam Menghadapi Kecemasan Pre Operasi Di Ruang Rawat Inap Rsud Kraton Kabupaten Pekalongan. Pekalongan: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan 6. Ardiansyah, Muhammad. (22).Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.Jogjakarta: Diva Press 7. Badar AR, Murtiani, dan Haskas Yasir. (22). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Fraktur Di Ruang Rawat Inap Lontara Ii Rsup Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Makasar: STIKES Nani Hasanuddin Makassar 8. Beevers, D.G. (22). Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah. Jakarta: PT. Dias Rakyat 9. Hawari, Dadang H. (2). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Helmi, Zairin N. (22). Buku Saku Kedaruratan Di Bidang Bedah Ortopedi. Jakarta Selatan: Salemba Medika. Ikhsan, M dan Asdar, F dkk. (22). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi Laparatomi Di Rumah Sakit Umum Islam Faisal Makassar. Makassar: STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. Jaya, Kusnadi. (25). Keperawatan Jiwa. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. Kuraesin, Nyai D. (29). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien Yang Akan Menghadapi Operasi Di RSUP Fatmawati. Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.. Kneale, Julia D. (2). Keperawatan Ortopedi dan Trauma. Jakarta: EGC 5. Kowalski, Robert, E. (2). Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu menurunkan tekanan darah tinggi dan mengurangi resiko serangan jantung dan stroke alami. Bandung: 6. Merdekawati, Diah dan Aguspairi dkk. (2). Efektivitas Terapi Page

11 Psikoedukasi Dan Terapi Murattal Terhadap Kecemasan Pasien Preoperasi Fraktur Di Ruang Perawatan Bedah Rsud Raden Mattaher Jambi. Jambi: Universitas Batanghari 7. Nursalam. (2). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi. Jakarta: Salemba Medika 8. Palmer, Anna dan Wiliams Bryan. (27). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: ERLANGGA 9. Perry, Anne, G dan Potter Patricia, A. (25). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi.Jakarta; EGC 2. Rofi i, Moch Chafit. (22). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi Katarak. Surabaya: STIKES Hang Tuah Surabaya 2. Sadock, Benjamin S dan Sadock Virgina A. (2). Kaplan & Sadock; Buku Ajar Psikiatri Klinis edisi ke-2. Jakarta: EGC 22. Sjamsuhidayat, R dan Karnadiharja, W dkk. (2). Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC 2. Stuart, Gail W. (26). Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 5. Jakarta: EGC 2. Udjianti, Wajan, J. (2). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika 25. Videbeck, Sheila L. (28). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Page

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH RELATIONSHIP BETWEEN ANXIETY RATE WITH THE IMPROVEMENT OF BLOOD PRESSURE IN PATIENTS OF ELEKTIF

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang ada di Wilayah Provinsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 33 HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI Kurniawati, Utomo Heri S, Abstrak Operasi merupakan tindakan medik

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi merupakan penyembuhan penyakit dengan jalan memotong dan mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, dirawat inap dan jenis operasi

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG Iis Sriningsih* ), Dhani Afriani** ) *) Dosen Prodi DIV Keperawatan Semarang, Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang, ditampilkan pada tabel dibawah ini: 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi

Lebih terperinci

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD MUNTILAN Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES

Lebih terperinci

Relationship Anxiety of Preoperative Patients and Increasing of Blood Pressure In Pajajaran RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari.

Relationship Anxiety of Preoperative Patients and Increasing of Blood Pressure In Pajajaran RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari. Relationship Anxiety of Preoperative Patients and Increasing of Blood Pressure In Pajajaran RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari Lutfi Wahyuni 1 1 STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto ltf.hidayat@gmail.com Abstract:

Lebih terperinci

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN OLEH : NOVANA AYU DWI PRIHWIDHIARTI 010214A102 PROGRAM

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF SELAMA MENUNGGU JAM OPERASI ANTARA RUANG RAWAT INAP DENGAN RUANG PERSIAPAN OPERASI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : PARYANTO J.210

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Pandeirot *, Fitria**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth

Lebih terperinci

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA Rina Budi Kristiani 1, Alfia Nafisak Dini 2 Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien karena akan muncul berbagai kemungkinan masalah dapat terjadi yang akan membahayakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Operasi adalah suatu bentuk tindakan invasif yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga profesional dan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan klien dan keluarganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat

Lebih terperinci

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015 GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015 Daniel¹ Warjiman² Siti Munawaroh³ Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan aniel.green8@gmail.com, warjiman99@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia. PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat mempunyai kontak paling lama dalam menangani persoalan pasien dan peran perawat dalam upaya penyembuhan pasien menjadi sangat penting. Seorang perawat dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE DI WILAYAH KERJA RUMAH SAKIT RAJAWALI CITRA BANGUNTAPAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : AYU PUTRI UTAMI NIM

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

FIRMAN FARADISI J

FIRMAN FARADISI J PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUROTAL DENGAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUMAH SAKIT Dr.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut hirarki Maslow tingkat yang paling dasar dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir ini menjadi salah satu faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan mental/spiritual

Lebih terperinci

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3 PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah suatu keadaan yang sangat serius pada pasien pre operasi yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan gelisah serta menggambarkan perasaan keraguraguan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan pengalaman yang biasa menimbulkan kecemasan, kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang dijalani pasien dan juga

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN Abdul Rokhman*, Edi Tulus Tiono** Dosen Prodi S1 Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN PENELITIAN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN I Wayan Darwane*, Idawati Manurung** Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus menjalani rawat inap adalah sesuatu yang membuat mereka cemas. Faktor kecemasan ini dipicu karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data statistik organisasi WHO tahun 2011 menyebutkan Indonesia menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak setelah Amerika Serikat, China, India.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, keperawatan telah memberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian 73 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan anggota keluarga pada pasien

Lebih terperinci

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: AGUNG SUPRASTYO 201210201150 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat 2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR 892 TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR * Yourisna Pasambo * Dosen Tetap Akademi Keperawatan Sandi Karsa

Lebih terperinci

Siti Fadlilah INTISARI

Siti Fadlilah INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS TANDA-TANDA VITAL PADA PASIEN PRE-OPERASI LAPAROTOMI DI RUANG MELATI III RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Siti Fadlilah INTISARI Latar Belakang: Pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang dalam kehidupan sehari-hari pernah mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan hal yang alamiah yang pernah dialami oleh setiap manusia dan sudah dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam segala proses kehidupan komunikasi merupakan hal paling pokok. HAM (Hubungan Antar Manusia) bisa terjadi tidak lain karena adanya sistem komunikasi. Berbagai

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Karya Tulis Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri. Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri. Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka sendiri karena kegagalan dan kekecewaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Lebih terperinci

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH (Games Therapy Towards to Psychologic Adaptation in School Age Children) Retno Twistiandayani*, Siti Mahmudah** * Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mata sangatlah penting karena penglihatan tidak dapat digantikan dengan apapun, maka mata memerlukan perawatan yang baik. Kebutaan yang diakibatkan karena

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU Diny Vellyana 1, Arena Lestari 2, Asri Rahmawati 3 1,2,3 STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Catharina Galuh Suryondari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Jalan

Lebih terperinci

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFORMED CONSENT DENGAN TINGKAT KECEMASAN BAGI KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU PURWODADI Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari hari yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Oleh: NAMA :Twenty

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

Efek Kecemasan terhadap Peningkatan Tekanan Darah Penderita Pre OP ORIF. The Effect Anxiety to Increased Blood Pressure in Patients with Pre Op ORIF

Efek Kecemasan terhadap Peningkatan Tekanan Darah Penderita Pre OP ORIF. The Effect Anxiety to Increased Blood Pressure in Patients with Pre Op ORIF Efek terhadap Peningkatan Tekanan Darah Penderita Pre OP ORIF The Effect Anxiety to Increased Blood Pressure in Patients with Pre Op ORIF Moh Alimansur*, Septinulalin Dwi Cahyaningrum Dosen Akper Dharma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, peningkatan kadar gula darah,

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI Dewi Utami, Annisa Andriyani, Siti Fatmawati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu, gelisah yang dapat menimbulkan ketegangan fisik yang tinggi. Hal ini ditimbulkan sebagai reaksi

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD 1* Bejo, 2 Wahyudin 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi *Korespondensi penulis : santosobejo43@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI THE OVERVIEW OF THE PARENTS ANXIETY LEVEL OF CHILDREN HOSPITALIZATION AT Dr. MOEWARDI HOSPITAL Sugihartiningsih STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia dengan prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih banyak dibandingkan pria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pasien pre operasi

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS 6 Arif Kurniawan*, Yunie Armiyati**, Rahayu Astuti*** ABSTRAK Kecemasan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan operasi merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN 2014 *Dewiyusrianti Lina ABSTRAK Stress merupakan hal yang dapat terjadi pada pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewaspadaan umum (universal precaution) merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah sakit yang oleh Departemen Kesehatan telah dikembangkan sejak tahun

Lebih terperinci

PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN

PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN Mega Arianti Putri, Ayu Tri Widarti Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Bhakti Husada Mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Sleman jumlah penduduk pra lansia (45-59 tahun) sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Sleman jumlah penduduk pra lansia (45-59 tahun) sejumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua tidak dapat dihindari dari kehidupan. Indonesia saat ini termasuk lima besar di dunia terbanyak jumlah penduduk lanjut usia (lansia), yaitu mencapai 18,04

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak jika anak di rawat dirumah sakit. Anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat ada beberapa kegiatan atau aktivitas fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE Jurnal Kesehatan Masyarakat HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE RITA YUSNITA Mahasiswi D-III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

Terapi Komplementer Massage Punggung untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan

Terapi Komplementer Massage Punggung untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Terapi Komplementer Massage Punggung untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Makalah Ini Digunakan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Holistik II Disusun oleh : Dahlia Budi Utami (22020112120004)

Lebih terperinci

HUBUNGAN MEKANISME KOPING KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

HUBUNGAN MEKANISME KOPING KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG HUBUNGAN MEKANISME KOPING KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG Ratna Yuanita S. 1), Ani Sutriningsih 2), Ragil Catur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti mengalami stres, stres normal dialami oleh setiap individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut Antonovsky & Burr

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan oleh berhentinya suplai darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci