PERPUSTAKAAN STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERPUSTAKAAN STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TENTANG PERAWATAN KAKI DENGAN KLASIFIKASI RISIKO ULKUS DIABETIK DI POLIKLINIK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta LALU MUHAMMAD ARSIL AZIM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2016

2 ii

3 HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini : Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang Perawatan Kaki Dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul, tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Yogyakarta, Agustus 2016 Lalu Muhammad Arsil Azim iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Rahman dan Rahim, karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Tentang Perawatan Kaki Dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul. Tidak lupa pula shalawat serta salam selalu bermuara kepada junjungan umat Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan para tabiin yang telah mempelopori zaman jahiliyah menuju zaman addin yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang. Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghormatan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada: 1. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes, selaku Ketua Stikes A.Yani Yogyakarta. 2. Tetra Saktika Adinugraha., M.Kep., Ns. Sp.Kep.MB, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan selaku Dosen Pembimbing I yang dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 3. Dwi Kartika Rukmi, M.Kep., Ns. Sp.Kep.MB, selaku Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi dan memberikan saran serta masukan terhadap penyusunan skripsi ini. 4. Adi Sucipto., M.Kep, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 5. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. iv

5 6. Semua pihak yang sudah ikut serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya. 7. Teman-teman Kelas C dan teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012/2013 Penulis menyadari atas keterbatasan dan kemampuan dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga penelitian ini berguna bagi semua pihak. Yogyakarta, Juni 2016 Penulis v

6 DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii INTISARI. xiii ABSTRACT.. xiv BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian... 5 E. Keaslian Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 8 A. Pengetahuan... 8 B. Diabetes Mellitus C. Ulkus Diabetik D. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN 31 A. Jenis dan Rancangan Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Alat dan Metode Pengumpulan Data G. Validitas dan Reliabilitas H. Metode Pengolahan dan Analisis Data I. Etika Penelitian J. Pelaksanaan Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian.. 44 B. Pembahasan 48 vi

7 C. Keterbatasan Penelitian.. 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 57 A. Kesimpulan. 57 B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

8 DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1. Definisi Operasional Tabel 3.2. Kisi-Kisi Pertanyaan Perawatan Kaki Tabel 3.3. Format Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus tipe 2 tentang Perawatan Kaki di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun Tabel 4.3. Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun Tabel 4.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang Perawatan Kaki dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun viii

9 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1. Kerangka Teori Gambar 2.2. Kerangka Konsep xi

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Penelitian Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 4 Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Perawatan Kaki Lampiran 5 Kunci Jawaban Kuesioner Tingkat Pengetahuan Lampiran 6 Lembar Observasi Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Lampiran 7 Gambar Perubahan-Perubahan Pada Kaki Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 9 Data Karakteristik Responden Lampiran 10 Hasil Analisa Data Lampiran 11 Hasil Analisa Tabulasi Silang Lampiran 12 Surat Pengantar Izin Studi Pendahuluan Lampiran 13 Surat Pengantar Izin Uji Validitas Lampiran 14 Surat Pengantar Izin Penelitian Lampiran 15 Lembar Kegiatan Bimbingan xii

11 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TENTANG PERAWATAN KAKI DENGAN KLASIFIKASI RISIKO ULKUS DIABETIK DI POLIKLINIK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Lalu Muhammad Arsil Azim 1, Tetra Saktika Adinugraha 2, Adi Sucipto 3 INTISARI Latar Belakang : Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin. Ulkus diabetik adalah salah satu komplikasi DM yang paling serius dan melumpuhkan. Prevalensi kejadian ulkus diabetikum di Indonesia sebesar 15% dari total pasien DM. Pencegahan terhadap terjadinya ulkus diabetik, salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh pasien DM dengan melakukan perawatan kaki. Pasien DM perlu mengetahui perawatan kaki diabetik dengan baik sehingga kejadian ulkus gangrene dan amputasi dapat dihindarkan. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan deskriptif korelasional, dengan rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel dalam penelitian ini 60 pasien DM tipe 2 tanpa ulkus diabetikum. Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar pasien DM mempunyai tingkat pengetahuan tentang perawatan kaki dengan kategori kurang sebanyak 24 orang (40,0%) dan memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi sebanyak 25 orang (41,7%). Hasil uji Korelasi Spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (p<0,1) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul. Kata Kunci : Pengetahuan, Perawatan kaki DM, Risiko ulkus diabetik xiii

12 THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE LEVEL OF TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS ABOUT FOOT CARE AND DIABETIC ULCER RISK CLASSIFICATION AT POLYCLINIC PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL HOSPITAL Lalu Muhammad Arsil Azim 1, Tetra Saktika Adinugraha 2, Adi Sucipto 3 ABSTRACT Background : Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with hyperglycemia characteristic that occurs due to abnormal insulin secrection. Diabetic ulcer is the most serious complication of diabetic mellitus and disabling. The prevalence of diabetic ulcers in Indonesia is amounted 15% from the total of diabetic mellitus patients. The prevention of diabetic ulcers that can be done by the patients is foot care. Diabetes mellitus patients need to know about foot care appropriately so that the incidence of gangrene and amputation can be avoided. Objective : To find out the correlation between knowledge level of type 2 diabetes mellitus patients about foot care and diabetic ulcer risk classification at Polyclinic Panembahan Senopati Bantul hospital. Method : This study is qualitative descriptive correlational with cross sectional research design. The sampling technique used was purposive sampling and the total of samples in this research were 60 patients of diabetes mellitus without diabetic ulcers. Results : The study result confirmed that the majority of DM patients had knowledge level about foot treatment in poor category as many as 24 respondents (40,0%) and had high diabetic ulcer risk as many as 25 respondents (41,7%). The result of Spearman correlational test figured out p value of 0,000 (p<0,1) which indicated that there was a significant correlation between knowledge level of type 2 diabetes mellitus patients about foot care and diabetic ulcer risk classification Conclusion : There is a significant correlation between knowledge level of type 2 diabetes mellitus patients about foot care and diabetic ulcer risk classification at Polyclinic Panembahan Senopati Bantul Hospital. Keywords : Knowledge, Foot care of Diabetes Mellitus, Diabetic Ulcer Risk xiv

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi apabila pankreas tidak memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh yang tidak efektif menggunakan hormon insulin yang sudah dihasilkan (WHO, 2014). Menurut American Diabetes Association (ADA), DM merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin (PERKENI, 2006). Ada beberapa macam tipe DM salah satunya DM tipe 2, yaitu: terjadi resistensi insulin atau penurunan produksi insulin dalam tubuh sehingga fungsinya tidak maksimal atau tubuh kurang peka terhadap insulin (ADA, 2011). DM dengan tatalaksana yang tidak benar akan mengakibatkan komplikasi yaitu terjadinya luka terbuka pada kaki atau sering disebut sebagai ulkus diabetik. Prevalensi kejadian ulkus diabetikum di Indonesia sebesar 15% dari total pasien DM. Sebagian besar perawatan DM selalu terkait dengan ulkus diabetik (Utami dkk, 2014). Menurut data dari Perkumpulan Endokrin Indonesia (PERKENI) (2008), di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, hampir 70% dari pasien DM dirawat dengan diagnosis ulkus diabetes. Ulkus diabetik adalah kerusakan atau infeksi luka pada permukaan kulit yang dapat meluas ke jaringan bawah kulit, tendon, otot, dan tulang. Faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus pada kaki pasien DM diantaranya adalah neuropati, lama menderita DM, peripheral artery disease (penyumbatan arteri pada ekstremitas bawah), perawatan kaki tidak teratur, dan penggunaan alas kaki tidak tepat (Edward dkk, 2015). Berdasarkan penelitian Yekta et al (2011), ulkus diabetik merupakan penyebab paling umum amputasi kaki nontraumatik diseluruh dunia. Pasien diabetes dari 15 sampai 20 kali lebih mungkin memerlukan amputasi daripada mereka yang tidak menderita DM. Hampir 14% -24% pasien dengan ulkus diabetik memerlukan amputasi, yang 1

14 2 berarti bahwa setiap 30 detik ekstremitas bawah seseorang hilang karena diabetes. The Global Lower Extremity Amputation Study Group memperkirakan bahwa 25%-90% dari semua amputasi dikaitkan dengan diabetes (Davis, 2006 cit. Yekta et al, 2011). Peran perawat atau tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya ulkus diabetik dan amputasi maka perlu mengetahui dan melakukan identifikasi terhadap risiko ulkus diabetikum (PERKENI, 2006). Identifikasi dan klasifikasi terhadap risiko ulkus diabetik meliputi; adanya riwayat ulkus dan amputasi, penyakit vaskular dan neuropati, deformitas kaki, dan insfeksi terhadap kondisi kaki (Boulton et al, 2008). National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) dalam Bilous dan Donelly (2014), telah merekomendasikan sistem klasifikasi risiko ulkus diabetik, yaitu: risiko rendah apabila sensasi normal atau nadi teraba, berisiko apabila terdapat bukti neuropati atau nadi tidak teraba, dan risiko tinggi apabila neuropati atau nadi tidak teraba dan deformitas atau perubahan bentuk kaki serta adanya riwayat ulkus. Sementara Diabetes Care Program of Nova Scotia dalam Ariyanti (2012), risiko rendah apabila tidak ditemukan tanda dan gejala apapun, risiko sedang jika terdapat salah satu dari: deformitas, gangguan mobilisasi, dan gangguan vaskular, sedangkan risiko tinggi jika terdapat luka, riwayat ulkus dan riwayat amputasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ariyanti (2012), tentang resiko ulkus kaki diabetes, didapatkan 35 orang (77,8%) dengan risiko ulkus rendah dan 10 orang (22,2%) dengan risiko ulkus tinggi. Pencegahan terhadap terjadinya ulkus diabetik, salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh pasien DM dengan melakukan perawatan kaki. Tindakan perawatan kaki meliputi: memeriksa kondisi kaki setiap hari, memotong kuku yang benar untuk mengurangi risiko terjadinya pertumbuhan kuku kedalam, pemakain alas kaki yang yang baik, menjaga kebersihan kaki dan senam kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah mengatasi sendiri bila ada masalah pada kaki atau dengan penggunaan alat-alat atau benda yang tajam (Tambunan, 2011).

15 3 Penelitian yang dilakukan Desalu et al., (2011), tentang praktek perawatan kaki diabetes dengan jumlah responden 352 orang mendapatkan hasil hanya 36 (10,2%) memiliki praktek perawatan kaki yang baik, 142 (40,3%) memiliki nilai sedang dan 174 (49,4%) memiliki praktek yang buruk tentang perawatan kaki diabetes. Sementara hasil penelitian Noordiani (2013), didapatkan sebanyak 59 orang (55,7%) memiliki praktek perawatan kaki yang baik dan 47 orang (44,3%) memiliki praktek kurang tentang perawatan kaki. Berdasarkan penelitian Desalu dan Noordiani disimpulkan bahwa perawatan kaki DM tergolong rendah, hal ini dimungkinkan terdapat faktor yang mempengaruhi salah satunya pengetahuan. Ketidaktahuan masyarakat terutama pasien DM mengenai ulkus diabetik masih tergolong rendah (Waspadji, 2009 & Misnadiarly, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Noordiani (2013), tentang pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien Diabetes Mellitus di Kalimantan Selatan, didapatkan sebanyak 58 orang (54,7%) yang memiliki pengetahuan baik tentang perawatan kaki dan 48 orang (45,3%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan kaki DM. Berdasarkan penelitian tentang perawatan kaki pasien DM tipe 2 dengan kejadian ulkus diabetik dari total responden sebanyak 54 orang, didapatkan bahwa terdapat 10 responden yang mendapatkan nilai perawatan kaki baik, 21 responden dengan nilai sedang, dan 23 responden yang mendapat nilai buruk dalam melakukan perawatan kaki (Mahfud, 2012). Pengetahuan atau kognitif merupakan aspek yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif perilaku tersebut akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan pasien tentang diabetes melitus merupakan sarana atau solusi yang dapat membantu pasien menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga semakin banyak dan semakin baik pasien mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan (Waspadji, 2009).

16 4 Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada tanggal 12 Desember 2015, didapatkan hasil bahwa jumlah pasien rawat jalan dengan DM tipe 2 tanpa ulkus dari bulan Januari sampai Oktober 2015 sebanyak orang. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 14 Desember 2015 dengan kepala ruang dan beberapa perawat mengatakan bahwa perawat atau tenaga medis lain yang ada di RSUD Panembahan Senopati Bantul jarang atau bahkan tidak pernah memberikan edukasi atau penyuluhan tentang perawatan kaki yang baik kepada pasien DM. Sementara dari hasil wawancara peneliti dengan 5 pasien DM, menjelaskan bahwa 5 pasien DM tersebut mengatakan tidak tahu bagaimana cara melakukan perawatan kaki yang baik dan tidak pernah mendapatkan penyuluhan dari petugas kesehatan tentang cara melakukan perawatan kaki, baik saat berada di rumah maupun saat dirawat di rumah sakit. Sementara insfeksi bentuk kaki dari 5 pasien DM tanpa ulkus, yaitu 1 pasien mempunyai riwayat amputasi, 1 pasien mengalami deformitas kaki, dan 3 pasien tidak ditemukan gajala apapun. Berdasarkan uraian latar belakang atau permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana Hubungan Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Tentang Perawatan Kaki Dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah dalam latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut: Apakah Terdapat Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Tentang Perawatan Kaki Dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul?.

17 5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya karakteristik responden tentang pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul b. Diketahuinya tingkat pengetahuan responden tentang perawatan kaki diabetes di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul. c. Diketahuinya klasifikasi risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah kajian mengenai tingkat pengetahuan pasien DM terhadap perawatan kaki dan risiko ulkus diabetik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit Sebagai sumber atau landasan dalam membuat pengelolaan atau intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya risiko ulkus diabetik. b. Bagi Responden Sebagai informasi kategori risiko ulkus diabetik sehingga mampu melakukan pencegahan sedini mungkin. c. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman dalam menyusun karya tulis atau riset yang baik dan melakukan penelitian yang nyata sesuai prosedur akademik, sehingga dapat memotivasi peneliti yang lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

18 6 E. Keaslian Penelitian 1. Miftakhul Ulum Mahfud, 2012 dengan judul Hubungan Perawatan Kaki Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Di RSUD Dr. Moewardi. Pada penelitian ini metode yang dilakukan adalah analitik cross sectional, yang dilaksanakan pada sampel menggunakan Convenience sampling pada pasien DM tipe 2 dengan ulkus diabetik maupun tanpa ulkus yang melakukan perawatan di bagian Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi. Hasil penelitian adalah terdapat hubungan bermakna antara perawatan kaki pasien DM tipe 2 dengan kejadian ulkus diabetik di RSUD Dr. Moewardi dengan kolerasi yang sedang. Hasil uji statistik menggunakan uji T Tidak Berpasangan didapatkan hasil nilai probabilitasnya (p) = 0,001. Hasil uji kolerasi dengan uji Spearman, diperoleh r = 0,441. Perbedaan pada penelitian ini adalah pada variabel pengatahuan dan variabel risiko, serta pada sampel yang digunakan. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang perawatan kaki diabetik dan teknik sampling yang digunakan. 2. Noordiani, 2013 dengan judul Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Mellitus di Kalimantan Selatan. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif korelational dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan praktik pelaksanaan perawatan kaki dengan hasil uji statistik chi square nilai p = 0,040. Perbedaan pada penelitian ini adalah pada variabel praktik dan variabel risiko, serta pada sampel dan besar sampel yang digunakan. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pengetahuan perawatan kaki DM. 3. Ariyanti, 2012 dengan judul Hubungan Perawatan Kaki dengan Resiko Ulkus Kaki Diabetes Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah non eksperimen-korelational dengan desain cross sectional mengunakan teknik sampling dengan

19 7 consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perawatan kaki dengan resiko ulkus kaki diabetes dengan nilai p 0.05 (p=0.013). Perbedaan pada penelitian ini adalah pada variabel bebas tingkat pengetahuan tentang perawatan kaki DM dan pada teknik sampling yang digunakan serta besar sampel yang digunakan. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang perawatan kaki dengan risiko ulkus diabetik dan pada desain penelitian.

20 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pelayanan yang tersedia di RSUD Panembahan Senopati Bantul khusus untuk rawat jalan atau poliklinik, terdapat 15 poliklinik di RSUD Panembahan Senopati Bantul yaitu poli penyakit dalam, poli penyalit anak, poli tumbuh kembang, poli penyakit bedah, poli bedah ortopedi, poli kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana, poli penyakit mata, poli penyakit THT, poli penyakit saraf dan elektromedik, poli penyakit kulit kelamin dan kosmetik medik, poli jiwa, poli gigi spesialis orthodonsi dan bedah mulut, poli rehabilitasi medik/fisioterapi, poli umum dan poli paru. Salah satu poliklinik tempat penelitian ini yaitu poliklinik penyakit dalam. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama melakukan penelitian dan wawancara dengan perawat di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul, penanganan pasien diabetes mellitus di poliklinik penyakit dalam dilakukan oleh tiga Dokter spesialis dan 5 Perawat. Pelayanan yang diberikan kepada pasien diabetes mellitus meliputi pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan penujang laboratorium rutin serta apabila ada luka atau ulkus akan diusulkan untuk dilakukan perawatan luka ke poli bedah. Di poli penyakit dalam, tidak ada program atau hari khusus untuk pelayanan kesehatan kepada pasien diabetes mellitus dan tidak ada Standar Operasional Prosedur (SOP) pendidikan atau penyuluhan kesehatan tentang perawatan kaki pada pasien diabetes mellitus.

21 45 2. Analisa Univariat 1) Karakteristik Responden Pada penelitian ini hasil analisa univariat menggambarkan karakteristik responden yang terdiri dari usia, lama menderita DM, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun 2016 Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%) Usia tahun 12 20, tahun 48 80,0 Total Lama DM <10 tahun 40 66,7 10 tahun 20 33,3 Total Jenis kelamin Laki-laki 29 48,3 Perempuan 31 51,7 Total Pendidikan SD/MI 14 23,3 SMP/MTs 12 20,0 SMA/MA 25 41,7 Perguruan Tinggi 9 15,0 Total Pekerjaan Tidak bekerja 20 33,3 Buruh - Petani 8 13,3 - Kuli bangunan 4 6,7 Wiraswasta 19 31,7 PNS 9 15,0 Total

22 46 Berdasarkan tabel 4.1. di atas diketahui bahwa sebagian besar dengan usia tahun sebanyak 48 orang (80,0%). Dengan lama menderita DM <10 tahun sebanyak 40 orang (66,7%). Dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 31 orang (51,7%). Dengan tingkat pendidikan SMA/MA sebanyak 25 orang (41,7%). Dan dengan status tidak bekerja sebanyak 20 orang (33,3%). 2) Tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 tentang perawatan kaki Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 tentang perawatan kaki dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Hasil analisa distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dapat dilihat dalam tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus tipe 2 tentang Perawatan Kaki di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun 2016 Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%) Baik 16 26,7 Cukup 20 33,3 Kurang 24 40,0 Total ,0 Berdasarkan tabel 4.2. diketahui bahwa tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 tentang perawatan kaki paling banyak dengan kategori kurang sebanyak 24 orang (40,0%) dan tingkat pengetahuan paling sedikit dengan kategori baik sebanyak 16 orang (26,7%). 3) Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Hasil analisa distribusi frekuensi klasifikasi risiko ulkus diabetik yang dikategorikan ke dalam 3 kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Dapat dilihat pada tabel 4.3.

23 47 Tabel 4.3. Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun 2016 Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Frekuensi (f) Persentase (%) Rendah 15 25,0 Sedang 20 33,3 Tinggi 25 41,7 Total ,0 Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa klasifikasi risiko ulkus diabetik paling banyak dengan kategori tinggi sebanyak 25 orang (41,7%). Dan klasifikasi risiko ulkus diabetik paling sedikit dengan kategori rendah sebanyak 15 orang (25,0%). 3. Analisa Bivariat Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Tentang Perawatan Kaki dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Analisa bivariat digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik menggunakan uji Korelasi Spearman dengan α=10%. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang Perawatan Kaki dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun 2016 Tingkat Pengetahuan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik r p value Rendah Sedang Tinggi Total N % N % n % n % Baik 9 15,0 7 11,7 0 0, ,7 0,643 0,000 Cukup 5 8,3 8 13,3 7 11, ,3 Kurang 1 1,7 5 8, , ,0 Total 15 25, , ,

24 48 Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa sebagian besar pasien dengan tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 9 orang (15,0%) memiliki risiko ulkus diabetik kategori rendah. Pasien dengan tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 8 orang (13,3%) memiliki risiko ulkus diabetik kategori sedang dan pasien dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 18 orang (30,0%) memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi. Hasil uji Korelasi Spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (p<0,1) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik. B. Pembahasan 1. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Karakteristik pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar dengan usia tahun sebanyak 48 orang (80,0%). Karena menurut Smeltzer (2008), diabetes mellitus tipe 2 muncul setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun. Usia sangat erat kaitannya dengan terjadinya peningkatan kadar gula darah, sehingga pada golongan usia yang semakin tua prevalensi gangguan toleransi glukosa akan meningkat dan demikian pula prevalensi DM (Rochmah, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desalu et al (2011) menunjukkan bahwa rata-rata usia responden paling banyak adalah diatas 50 tahun. Lama menderita DM terbanyak < 10 tahun yaitu 40 orang (66,7%). DM tipe 2 adalah penyakit yang bersifat genetik dan menahun. Pasien DM umumnya menjelaskan lama menderita DM berdasarkan saat didiagnosa. Kenyataannya bahwa lama menderita DM kurang menggambarkan kondisi penyakit yang sesungguhnya karena biasanya klien terdiagnosa setelah mengalami komplikasi. Padahal sebenarnya proses penyakit sudah terjadi

25 49 antara 5 sampai 10 tahun sebelumnya (Smeltzer, 2008). Pasien yang mengalami DM lebih lama memiliki perawatan kesehatan diri lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang memiliki lama DM lebih pendek. Sehingga pasien dengan lama DM lebih lama dapat mempelajari perilaku berdasarkan pengalaman yang diperolehnya sehingga pasien mampu melakukan hal-hal yang harus dilakukan dengan baik dalam mengontrol kadar gula darah (Bai et al, 2009). Pada penelitian ini responden terbanyak adalah dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 31 orang (51,7%). Perempuan lebih berisiko terjadinya DM karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga perempuan berisiko memiliki diabetes mellitus (Irawan, 2010). Tingginya angka kejadian DM tipe 2 pada perempuan salah satunya dihubungkan dengan faktor kegemukan yang merupakan faktor pencetus DM tipe 2 (Soegondo, 2009). Penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Mahfud (2012) menunjukkan bahwa frekuensi jenis kelamin yaitu sebagian besar dari responden berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan, dalam penelitian ini sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan SMA/MA sebanyak 25 orang (41,7%). Tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian DM, akan tetapi tingkat pendidikan lebih mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang kesehatan sehingga orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki pengetahuan tentang kesehatan sehingga orang akan memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya (Irawan, 2010). Klien tidak hanya mengerti tentang merawat diri guna menghindari peningkatan kadar glukoasa darah atau faktor risiko terjadinya DM, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi DM jangka panjang (Smeltzer, 2008).

26 50 Berdasarkan status pekerjaan, sebagian besar tidak bekerja sebanyak 20 orang (33,3%). Hal ini dikaitkan dengan aktivitas fisik yang dilakukan klien dalam kehidupan sehari-hari, karena dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko terjadinya komplikasi DM (ADA, 2011). Pada pasien DM, latihan atau aktivitas fisik berguna untuk pengaturan kadar glukosa darah. Pada saat beraktivitas resistensi insulin akan berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin meningkat, hal ini yang menyebabkan kebutuhan insulin pada pasien DM akan berkurang. Respon ini hanya terjadi setiap kali melakukan aktivitas fisik dan bukan merupakan efek yang menetap dan berlangsung lama, oleh karena itu latihan atau aktivitas fisik harus tetap dilakukan dengan teratur (Ilyas, 2009). Penelitian yang dilakukan Herwanto (2016) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh aktivitas fisik berlari terhadap penurunan kadar gula darah. Pekerjaan atau aktivitas fisik tidak harus berat tetapi aktivitas apapun yang memadai seperti berkebun, membersihkan rumah, mencuci, mengepel, bersepeda, berjalan atau berlari dan lain-lain asalkan dikerjakan dengan teratur (Waspadji, 2009). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Noordiani (2013) berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan hasil sebagian besar responden bekerja. 2. Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang Perawatan Kaki Di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Berdasarkan tabel 4.2. diketahui tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 tentang perawatan kaki paling banyak dengan kategori kurang sebanyak 24 orang (40,0%) dan tingkat pengetahuan paling sedikit dengan kategori baik sebanyak 16 orang (26,7%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan kaki dalam kategori kurang. Berdasarkan analisis tabulasi silang dengan karakteristik responden diperoleh hasil bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan SMA/MA yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.

27 51 Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, diharapkan bahwa dengan dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan usia diperoleh hasil bahwa responden dengan usia tahun sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan kurang, hal ini menunjukkan bahwa semakin cukup usia, tidak menjamin kematangan dan kekuatan seseorang menuju kematangan dalam berfikir, termasuk juga tingkat pengetahuan seseorang dikarenakan pada usia-usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Ahmadi, 2001). Berdasarkan pekerjaan diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden tidak bekerja memiliki tingkat pengetahuan kurang, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan dapat memberikan dan meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mahfud (2012) yang menyatakan sebanyak 23 orang (42,6%) dari 54 responden yang memiliki nilai buruk dalam melakukan perawatan kaki. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan tidak adanya informasi atau penyuluhan kesehatan tentang perawatan kaki yang diberikan kepada responden. Adanya informasi kesehatan atau penyuluhan kesehatan yang memadai bagi pasien DM dari tenaga kesehatan, pengetahuan pasien DM mengenai penyakitnya diharapkan akan semakin meningkat. Dengan pengetahuan yang baik akan dapat diperoleh kepatuhan yang lebih besar terhadap pengelolaan kesehatan bagi pasien DM terutama perawatan kaki

28 52 dan selanjutnya dapat mengurangi pencegahan terjadinya komplikasi kronik DM (Waspadji, 2009) 3. Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa klasifikasi risiko ulkus diabetik paling banyak dengan kategori tinggi sebanyak 25 orang (41,7%). Dan klasifikasi risiko ulkus diabetik paling sedikit dengan kategori rendah sebanyak 15 orang (25,0%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi. Berdasarkan analisis tabulasi silang dengan karakteristik responden diperoleh hasil bahwa responden dengan usia tahun sebagian besar memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa menurut Smeltzer (2008) seiring dengan bertambahnya usia pasien DM, maka akan terjadi proses degeneratif yang aka mengakibatkan penurunan fungsi organ-organ vital tubuh. Pada pasien DM proses degeneratif ini ditambah sindrome resistensi insulin yang semakin menambah risiko terjadinya komplikasi DM. Adanya neuropati atau hilangnya sensasi pada kaki merupakan salah satu faktor risiko terjadinya ulkus diabetik, terdapat beberapa faktor risiko lain yang juga turut berperan yaitu keadaan hiperglikemia yang tidak terkontrol, usia pasien yang lebih dari 40 tahun, adanya riwayat ulkus atau riwayat amputasi, penurunan denyut nadi perifer, deformitas pada kaki atau bagian yang menonjol seperti bunion dan kalus (Waspadji, 2009). Berdasarkan lama menderita DM diperoleh hasil bahwa sebagian besar lama menderita DM 10 tahun memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa terjadinya komplikasi jangka panjang pada pasien DM biasanya tidak terjadi dalam 5 sampai 10 tahun pertama. Prevalensi komplikasi DM terjadi bersamaan dengan bertambahnya usia dan lama menderita DM, angka prevalensi meningkat

29 53 50% pada pasien yang sudah menderita DM selama 25 tahun (Smeltzer, 2008) Berdasarkan Frykberg (2006) lama menderita DM 5 tahun merupakan faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum karena neuropati cenderung terjadi sekitar 5 tahun lebih. Gejala neuropati menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi pada kaki sehingga tidak bisa merasakan adanya injuri pada kaki. Hal tersebut dikarenakan semakin lama menderita DM maka kemungkinan terjadinya hiperglikemia kronik semakin besar yang dapat menyebabkan komplikasi DM, salah satunya ulkus diabetik. Ulkus diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Tambunan, 2011). Ulkus diabetik dapat melebar dan cenderung lama sembuh akibat adanya infeksi. Kadar gula dalam darah yang tinggi merupakan makanan bagi kuman untuk berkembang biak dan mengakibatkan infeksi bertambah buruk. Infeksi yang semakin memburuk dan tidak segera ditangani dapat menimbulkan gangren. Amputasi diperlukan untuk mencegah gangren tidak meluas (Smeltzer, 2008). 4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang Perawatan Kaki Dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa sebagian besar pasien dengan tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 9 orang (15,0%) memiliki risiko ulkus diabetik kategori rendah. Pasien dengan tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 8 orang (13,3%) memiliki risiko ulkus diabetik kategori

30 54 sedang dan pasien dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 18 orang (30,0%) memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi. Hasil uji Korelasi Spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (p<0,1) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang perawatan kaki maka semakin rendah risiko terjadinya ulkus diabetik. Dalam penelitian yang telah dilakukan Begum et al., (2010) telah meneliti hubungan pengetahuan tentang perawatan kaki diabetes dan perawatan kaki dengan kejadian ulkus diabetik, adanya pengetahuan yang baik tentang risiko komplikasi suatu penyakit tersebut secara umum, maka akan merubah perilaku penderita DM menjadi perilaku yang sehat dan dapat mencegah terjadinya komplikasi kaki diabetes. Peningkatan pengetahuan penderita diabetes melitus tentang penyakit dan pengelolaannya mempunyai tujuan penderita diabetes melitus dapat merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut (Mansjoer, 2001). Strine et al., (2005) melaporkan bahwa 50-80% orang dengan diabetes di seluruh dunia mempunyai pengetahuan yang rendah dan kurang dalam kaitannya dengan penyakit, komplikasi serta pengelolaan penyakit mereka. Untuk mengontrol komplikasi DM, pengetahuan pasien DM mengenai penyakit serta komplikasinya dapat berkontribusi untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya komplikasi DM salah satunya ulkus diabetik. Jika pasien memiliki pengetahuan yang memadai mereka akan dapat berlatih untuk mencegah ulkus diabetik (Begum et al., 2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ariyanti (2012) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara perawatan kaki dengan risiko ulkus diabetik. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Mahfud (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perawatan kaki pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kejadian ulkus

31 55 diabetik. Sekitar 15% penderita diabetes melitus dalam perjalanan penyakitnya akan mengalami komplikasi ulkus diabetik terutama ulkus di kaki (American Diabetes Association, dalam Cahyono, 2007). Ulkus diabetik yang terjadi pada pasien DM diawali adanya hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan neuropati atau hilangnya sensasi pada kaki sehingga tidak dapat merasakan luka yang terjadi pada kaki. Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat dan cenderung lama sembuh akibat adanya infeksi. Hal ini terjadi disebabkan karena tatalaksana yang tidak baik terutama perawatan kaki (Bilous & Donelly, 2014). Edukasi yang tepat mengenai perawatan kaki, diharapkan mampu mencegah terjadinya risiko ulkus diabetik. Dalam hal ini peran perawat atau tenaga kesehatan lain dalam pengelolaan pasien DM, meliputi pengkajian DM, pendidikan dan perawatan langsung. Perawat diharapkan mampu memandu, mengarahkan, dan mengajarkan tentang perawatan kaki yang baik bagi pasien DM. Evaluasi terhadap pengetahuan, kemampuan perawatan diri, status fisik dan kebutuhan klien bisa dilakukan diawal kontak dengan pasien. Sehingga mampu mengurangi risiko terjadinya komplikasi DM salah satunya ulkus diabetic (Black & Hawk, 2009). Pencegahan terhadap terjadinya ulkus diabetik, salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh pasien DM dengan melakukan perawatan kaki. Tindakan perawatan kaki meliputi: memeriksa kondisi kaki setiap hari, memotong kuku yang benar untuk mengurangi risiko terjadinya pertumbuhan kuku kedalam, pemakain alas kaki yang yang baik, menjaga kebersihan kaki dan senam kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah mengatasi sendiri bila ada masalah pada kaki atau dengan penggunaan alat-alat atau benda yang tajam (Tambunan, 2011) Perawatan kaki seharusnya dilakukan oleh setiap orang, terutama juga hasus dilakukan oleh pasien DM. Hal ini dikarenakan pasien DM sangatlah rentan terkena luka pada kaki, dimana proses penyembuhan luka

32 56 tersebut membutuhkan waktu yang lama. Apabila setiap pasien DM mau melakukan perawatan kaki dengan baik, akan mengurangi risiko terjadinya komplikasi pada kaki. Oleh karena itu perawatan kaki yang baik dapat mencegah terjadinya ulkus diabetik, karena perawatan kaki merupakan salah satu faktor penanggulangan cepat untuk mencegah terjadinya masalah pada kaki dalam hal ini ulkus diabetik (Waspadji, 2009). C. Keterbatasan Penelitian Peneliti dalam melakukan penelitian telah berusaha secara maksimal, namun tentunya penelitian ini masih belum sempurna karena dalam penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan penelitian. Pada penelitian ini tidak semua faktor pengganggu dapat dikendalikan contohnya keragaman informasi kesehatan yang diterima oleh pasien atau tidak melihat informasi yang didapat pasien dari berbagai sumber.

33 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik responden tentang pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul diketahui bahwa sebagian besar dengan usia tahun sebanyak 48 orang (80,0%). Dengan lama menderita DM <10 tahun sebanyak 40 orang (66,7%). Dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 31 orang (51,7%). Dengan tingkat pendidikan SMA/MA sebanyak 25 orang (41,7%). Dan dengan status tidak bekerja sebanyak 20 orang (33,3%). 2. Tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul tentang perawatan kaki sebagian besar kategori kurang sebanyak 24 orang (40,0%). 3. Klasifikasi risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi sebanyak 25 orang (41,7%). 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan p value =0,000 (p 0,1) B. Saran 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumber atau landasan dalam membuat pengelolaan atau intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya risiko ulkus diabetik.

34 58 2. Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi kategori risiko ulkus diabetik sehingga mampu melakukan pencegahan sedini mungkin. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti lain untuk menambah wawasan dalam mengembangkan atau meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan yang berhubungan dengan pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus.

35 59 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. American Diabetes Association, Diagnosis And Classification Of Diabetes Mellitus. Diabetes Care Ariyanti Hubungan Perawatan Kaki dengan Risiko Ulkus Kaki Diabetes Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Tesis, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta Bai,Y.L. Chiou, C.P. & Chang, Y.Y Selft-Care Behaviour and Related Factors in Older People With Type 2 Diabetes. Journal Clinical Nursing, Vol 18 Begum, S. Wipawee, K. Jaruwan, M Knowledge and Practice of Prevention of Foot Ulcer Among Patients with Diabetes Mellitus. Diakses pada 29 Juni Bilous, R. Donelly, R Handbook of Diabetes, Dalam: Barrid, B. (ed), Buku Pegangan Diabetes, Edisi 4, Jakarta: Bumi Medika Black, J.M Hawks, J.H Medical Surgical Nursing: Clinical Management For Positive Outcome. Edisi 8. St. Louis. Boulton, A.J.M. Armstrong, D.G. Albert, S.F. Fryberg, R.G. Hellman, R. Kirkman, M.S Conprehensive Foot Examination And Risk Assessement, Diabetes Case Journal, Vol 31 (8) Davis W.A. Norman P.E. Bruce T.M.E Predictors, consequences and costs of diabetes-related lower extremity amputation complicating type 2 diabetes: The Fremantle Diabetes Study, Diabetologia Depkes RI Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana penyakit Diabetes Melitus, Catatan ke 2 Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

36 Pharmaceutical Care Untuk PenyakitDiabetes Melitus. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Desalu O. O, Salawu F. K, Jimoh A. K, Adekoya A. O, Busari O. A, Olokoba A. B, Diabetic Foot Care: Self Reported Knowledge And Practice Among Patients Attending Three Tertiary Hospital In Nigeria. Ghana Medical jurnal. Diakses pada 29 April Edward, Z. Roza, R. L. Afriant, R Faktor Resiko Terjadinya Ulkus Diabetikum pada Pasien Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan dan Inap di RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal kesehatan Andalas, Vol 4 (1) Frykberg, RG Diabetic Foot Disorders A Clinical Practice Guidline. The Journal of Foot an Ankle. Vol. 5 Herwanto, M.E Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pria Dewasa. Jurnal e-biomedik. Vol 4 Hurlock, E.B Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga Ilyas, E.I Manfaat Latihan Jasmani Bagi Penyandang Diabetes. Dalam : Soegondo, S., Soewondo,P., Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta FKUI Irawan, D Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia. Tesis. Universitas Indonesia Mahfud, M.U Hubungan Perawatan Kaki Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Di Rsud Dr. Moewardi, jurnal keperawatan, vol 2 Misnadiarly Ulcer, gangren, infeksi Diabetes Mellitus, Ed.1, Jakarta: Pustaka. Noordiani Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Mellitus di Kalimantan Selatan, Tesis, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

37 61 Notoatmodjo, S Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Nursalam Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Pandelaki, K Retinopati Diabetik. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V, Jakarta Perkumpulan Endokrin Indonesia (PERKENI) Konsensus: Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, Jakarta Peningkatan Kapasitas pelayanan Kaki Diabetes Di Indonesia, Jakarta Rochmah, W Diabetes Mellitus pada Usia Lanjut. Dalam Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V, Jakarta Smeltzer, S.C dan Bare, B.G Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddart. Jakarta: EGC Soegondo, S Prinsip Pengobatan Diabetes, Insulin dan Obat Hipoglikemik Oral. Dalam : Soegondo, S., Soewondo,P., Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta Subekti, I Neuropati Diabetik. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V, Jakarta Sugiyono Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung Sundari, A Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Ulkus Diabetik dan Perawatan Kaki Pada Pasien DM Tipe 2 Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DAN KADAR GULA DARAH DENGAN TERJADINYA ULKUS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Saifudin Zukhri* ABSTRAK Latar Belakang : Faktor-faktor

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN KAKI DENGAN RISIKO ULKUS KAKI DIABETES DI RUANG RAWAT INAP RSU KABUPATEN TANGERANG

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN KAKI DENGAN RISIKO ULKUS KAKI DIABETES DI RUANG RAWAT INAP RSU KABUPATEN TANGERANG HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN KAKI DENGAN RISIKO ULKUS KAKI DIABETES DI RUANG RAWAT INAP RSU KABUPATEN TANGERANG Imas Yoyoh 1, Imam Mutaqqijn 2, Nurjanah 3 1). Program Studi S1 Kep, Ners Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terjadi di seluruh dunia dan terus menerus mengalami peningkatan yang signifikan.menurut Berdasarkan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Ponorogo Oleh: MAYA FEBRIANI NIM: 13612565 PRODI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) adalah masalah kesehatan utama di dunia yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya hormon insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Hiperglikemia jangka panjang

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Saat ini Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan penanganan yang tepat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian secara global. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT GARIS KETURUNAN DENGAN WAKTU TERDIAGNOSIS DIABETES MELITUS DI RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

HUBUNGAN RIWAYAT GARIS KETURUNAN DENGAN WAKTU TERDIAGNOSIS DIABETES MELITUS DI RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO HUBUNGAN RIWAYAT GARIS KETURUNAN DENGAN WAKTU TERDIAGNOSIS DIABETES MELITUS DI RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Skripsi Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa memproduksi cukup insulin, hormon pengatur kadar gula darah atau tubuh tidak bisa menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai adanya hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang

Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang Irma Astuti Setyoningrum 1, Yunie Armiyati 2, Rahayu Astuti 3 1 Mahasiswa Progam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin ataupun tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAWATAN KAKI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KEJADIAN ULKUS DIABETIK DI RSUD DR. MOEWARDI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAWATAN KAKI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KEJADIAN ULKUS DIABETIK DI RSUD DR. MOEWARDI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAWATAN KAKI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KEJADIAN ULKUS DIABETIK DI RSUD DR. MOEWARDI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan dengan Penyakit Gula karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di dalam darah melebihi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 1 PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 Misdarina * Yesi Ariani ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Suyono, 2014 Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya dimasa datang. World

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan

Lebih terperinci

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS 51 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS Arif Nurma Etika 1, Via Monalisa 2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Kadiri e-mail: arif_etika@yahoo.com ABSTRACT Diabetes Mellitus

Lebih terperinci

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 I Made Mertha I Made Widastra I Gusti Ayu Ketut Purnamawati Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar Email: mertha_69@yahoo.co.id Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan

Lebih terperinci

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SELF- MONITORING BLOOD GLUKOSE PADA PASIEN DM TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Jurnal Kesehatan Kartika 7 HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi hormon insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Lebih terperinci

Vol. II Nomor 1 Maret 2015 Jurnal Keperawatan Respati ISSN :

Vol. II Nomor 1 Maret 2015 Jurnal Keperawatan Respati ISSN : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DALAM PENCEGAHAN ULKUS KAKI DIABETIK DI POLIKLINIK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Ni Putu Mirah Ayu KB 1, Santi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini gaya hidup modern dengan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga meyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit serius yang harus diatasi terutama di negara berkembang. Perubahan gaya hidup berdampak terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

PERILAKU PERAWATAN KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUD dr PIRNGADI MEDAN SKRIPSI. Oleh: Susi Roida Simanjuntak

PERILAKU PERAWATAN KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUD dr PIRNGADI MEDAN SKRIPSI. Oleh: Susi Roida Simanjuntak PERILAKU PERAWATAN KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUD dr PIRNGADI MEDAN SKRIPSI Oleh: Susi Roida Simanjuntak 091101031 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Lebih terperinci

Hubungan Lama Sakit Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Non Ulkus. (Studi Awal)

Hubungan Lama Sakit Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Non Ulkus. (Studi Awal) Hubungan Lama Sakit Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Non Ulkus (Studi Awal) Nuniek Nizmah Fajriyah1, Nurul Aktifa2, Firman Faradisi3 email : nuniek_pkj@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : ANGGIT YATAMA EMBUN PRIBADI

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : ANGGIT YATAMA EMBUN PRIBADI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA PASIEN DENGAN KEPATUHAN PENGENDALIAN GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH PUSKESMAS RAKIT 2 BANJARNEGARA TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU 1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO (2012) penderita DM dunia di tahun 2000 berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) merupakan yang tertinggi di dunia (Wild, et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) merupakan yang tertinggi di dunia (Wild, et al., 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang merupakan masalah kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) memperkirakan di Asia Tenggara ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013). Global Status Report

Lebih terperinci

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

*Korespondensi Penulis, Telp: ,   ABSTRAK PENGARUH EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KAKI DIABETIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Rina Al-Kahfi 1, Adriana Palimbo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) tipe 2 yang dahulu dikenal dengan nama non insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik

Lebih terperinci

ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (Hyperglikemia)

ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (Hyperglikemia) GAMBARAN PERAWATAN KAKI DAN SENSASI SENSORIK KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK DM RSUD Dhora Sihombing, 1 Nursiswati, 1 Ayu Prawesti 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu diantara lima negara dengan penderita Diabetes Melitus (DM) terbanyak di dunia dan menempati urutan ke empat setelah India, Cina dan Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. Dalam

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Mohamad Judha Staf pengajar Fakultas Ilmu kesehatan Universitas

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN TENTANG KOMPLIKASI AKUT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN TENTANG KOMPLIKASI AKUT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN TENTANG KOMPLIKASI AKUT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Hardjono Ponorogo OLEH : EKA SEPTIANA DEWI NIM: 11612017 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan

Lebih terperinci

: PAMBUDI EKO PRASETYO

: PAMBUDI EKO PRASETYO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO SKRIPSI Disusun Oleh : PAMBUDI EKO PRASETYO NIM

Lebih terperinci

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan perolehan

Lebih terperinci

AFAF NOVEL AININ ( S

AFAF NOVEL AININ ( S HUBUNGAN KEPATUHAN LIMA PILAR PENANGANAN DIABETES MELITUS DENGAN KEJADIAN KAKI DIABETIK PADA DIABETESI DI DESA TANGKIL KULON KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN SKRIPSI AFAF NOVEL AININ ( 08.0245.S

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD SKRIPSI BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PENCEGAHAN ULKUS DIABETIK Di PoliPenyakitDalamRumah Sakit Umum Daerah Dr.

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PENCEGAHAN ULKUS DIABETIK Di PoliPenyakitDalamRumah Sakit Umum Daerah Dr. TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PENCEGAHAN ULKUS DIABETIK Di PoliPenyakitDalamRumah Sakit Umum Daerah Dr. Hardjono Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH Diajukan kepada Program Studi D III Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

PERILAKU PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Ponorogo

PERILAKU PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Ponorogo PERILAKU PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH Diajukan kepada Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN TERJADINYA LUKA KAKI DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN TERJADINYA LUKA KAKI DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN TERJADINYA LUKA KAKI DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini telah terjadi transisi epidemiologi yaitu berubahnya pola penyebaran penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN MEKANISME KOPING TERHADAP MOTIVASI KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS I RAKIT TAHUN 2016

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN MEKANISME KOPING TERHADAP MOTIVASI KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS I RAKIT TAHUN 2016 HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN MEKANISME KOPING TERHADAP MOTIVASI KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS I RAKIT TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta atau Rumah Sakit Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota

Lebih terperinci

Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi Ereksi

Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi Ereksi Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi 1 Rian Panelewen 2 Janette M. Rumbajan 2 Lusiana Satiawati 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes Mellitus (DM) merupakan permasalahan yang besar di masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF), Negara Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang akan menimbulkan perubahan yang permanen pada kehidupan setiap individu (Stuart & Sundeen, 2005). Diabetes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus atau kencing manis salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan K.H. Ahmad Dahlan No. 20, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelayanan

Lebih terperinci

MUHAMMAD IBNU ABIDDUNYA NIM : S

MUHAMMAD IBNU ABIDDUNYA NIM : S PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN KAKI DIABETIK NON ULKUS TERHADAP KEMAMPUAN DIABETISI DALAM MELAKUKAN PERAWATAN KAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN 1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Sylfia Pernanda INTISARI Latar Belakang : Diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak bisa secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya Yessy Mardianti Sulistria Farmasi /Universitas Surabaya yessy.mardianti@yahoo.co.id Abstrak Diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan teknologi di dunia kesehatan, telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan teknologi di dunia kesehatan, telah terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi di dunia kesehatan, telah terjadi pola pergeseran penyakit di dunia. Salah satunya adalah jumlah penyakit yang diakibatkan pola hidup

Lebih terperinci

Kata Kunci : Motivasi, Dukungan Keluarga, Diabetes mellitus

Kata Kunci : Motivasi, Dukungan Keluarga, Diabetes mellitus HUBUNGAN MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERAWATAN KAKI MANDIRI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Sefrita Mailangkay Mario Katuuk Michael Karundeng Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM DIABETIK TERHADAP PENURUNAN RESIKO ULKUS KAKI DIABETIK PADA PASIEN DM TIPE 2 DI PERKUMPULAN DIABETIK

PENGARUH SENAM DIABETIK TERHADAP PENURUNAN RESIKO ULKUS KAKI DIABETIK PADA PASIEN DM TIPE 2 DI PERKUMPULAN DIABETIK PENGARUH SENAM DIABETIK TERHADAP PENURUNAN RESIKO ULKUS KAKI DIABETIK PADA PASIEN DM TIPE 2 DI PERKUMPULAN DIABETIK Tri Sunaryo, Sudiro Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International of Diabetic Federation (IDF, 2015) menyatakan bahwa tingkat prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki visi menciptakan masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya tiap tahun semakin meningkat. Di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena keturunan dan/atau disebabkan karena kekurangan produksi insulin oleh pankreas, atau oleh tidak efektifnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan kesehatan yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Chang, Daly,

Lebih terperinci