Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini penulis akan menganalisis, konsep agama pada karate, khususnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini penulis akan menganalisis, konsep agama pada karate, khususnya"

Transkripsi

1 Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini penulis akan menganalisis, konsep agama pada karate, khususnya ajaran Budha, yakni jalan arya beruas delapan pada karate dan juga menganalisis konsep ritual pada karate. Sebelum menganalisis konsep ritual pada karate, penulis menganalisis konsep ajaran Budha pada karate, yang terbagi menjadi dua, yakni pada etika atau aturan dalam karate dan pada gerakan dalam karate. 3.1 Analisis Konsep Agama Pada Karate Donath (2005:5), mengatakan bahwa agama sebagai suatu bentuk kebudayaan yang istimewa, yang pengaruhnya meresapi tingkah laku manusia penganutnya baik tingkah laku lahiriah maupun batiniah sehingga sistem sosialnya untuk sebagian terdiri dari kaidah-kaidah yang dibentuk oleh agama. Menurut analisis penulis seseorang yang menjalani kehidupan sebagai seorang karateka harus memiliki jiwa sosial, yakni dilarang untuk menggunakan teknik karate yang diperoleh untuk melukai seseorang dengan sengaja, kecuali untuk mempertahankan nyawanya atau orang yang dikasihi dalam keadaan tertentu. Dalam agama Budha terdapat nilai-nilai yang terdapat juga di dalam karate yaitu sikap sosial yaitu tidak boleh menyakiti orang lain dengan teknik dan gerakan yang ada di dalam karate. Misalkan yang terdapat di dalam sumpah dojo (dojo kun) butir keempat dan kelima yakni : 29

2 1. Kami akan melatih jiwa dan raga kami untuk menciptakan semangat yang tak tergoyahkan. 2. Kami akan menjiwai arti yang sebenarnya dari beladiri, serta selalu waspada 3. Kami akan memelihara semangat percaya diri 4. Kami akan bersikap sopan santun, dan menjauhkan diri dari kekerasan 5. Kami akan bersikap rendah hati 6. Kami akan mendalami kebijakan dan kekuatan 7. Kami akan melaksanakan jalan kyokushin. Yakni jalan yang telah ditetapkan di dalam aturan perguruan kyokushin Analisis Konsep Ajaran Budha Pada Etika Atau Aturan Dalam Karate Di dalam olahraga karate itu terdapat beberapa unsur etika atau aturan yang harus dilakukan, yakni mengetahui kelebihan dan kekurangan kita terlebih dahulu, memfokuskan pada teknik-teknik latihan dan tidak membiarkan pikiran atau mata berkeliaran, bertingkah laku serta betutur kata yang baik dan sopan, atau dengan kata lain dilarang untuk menggunakan bahasa kotor baik di dalam lingkungan sekolah karate maupun di dojo itu sendiri, harus membantu membersihkan dojo setelah selesai latihan, dan dilarang memulai suatu perkelahian dengan menggunakan teknik karate. Dalam sub bab berikut ini, penulis akan menganalisis konsep ajaran Budha dalam jalan arya beruas delapan yakni, konsep pandangan benar, konsep konsentrasi benar, konsep perkataan benar, konsep kesadaran benar, konsep usaha benar pada etika atau aturan dalam karate, yang telah penulis sebutkan di atas. 30

3 Analisis Konsep Pandangan Benar Dalam Ajaran Budha Pada Etika atau Aturan Dalam Karate Menurut Oyama (2006:298), dalam mempelajari karate kita harus mengetahui kelebihan atau kekurangan diri sendiri terlebih dahulu, apakah kita sehat dan kuat bila melakukan latihan karate yang akan dilakukan. Seperti di dalam diri terdapat penyakit apa yang dapat membahayakan jiwa. Jika kita dapat mengetahuinya sedini mungkin sebelum memulai latihan, maka kita dapat menghindari dari hal hal yang membahayakan diri sendiri. Menurut Sudarman (1998:43), pandangan benar adalah pengetahuan mengenai usaha untuk memahami diri sendiri sebagaimana adanya. Pandangan benar sangat penting dan merupakan hal utama yang harus dipelajari terlebih dahulu sebelum kita lebih lanjut lagi mempelajari ajaran agama Budha. Oleh karena itu pandangan Benar dapat disebut sebagai tingkatan yang pertama dalam ajaran agama Budha. Menurut analisis penulis yang dimaksud pandangan benar dalam karate ialah kita harus lebih dalam lagi mengenal diri kita sendiri, seperti kita mempunyai sesuatu kelebihan yang dapat kita pergunakan dengan baik di dalam kehidupan sehari hari atau bahkan kita mempunyai kekurangan yang suatu saat nanti dapat merugikan diri sendiri. Jika kita dapat lebih dalam lagi mengetahui dan mengenal kelebihan maupun kekurangan yang terdapat dalam diri kita sendiri. Maka kita dapat mengatasi kekurangan kita itu dengan merubahnya, bukan untuk menjadikan alasan bahwa kekurangan kita itu membuat kita lemah. Oleh karena itu untuk merubah kekurangan tersebut kita harus melakukan latihan dengan sungguh sungguh dan teratur, sehingga seseorang secara bertahap akan 31

4 menjadi lebih kuat. Keinginan untuk mengalahkan semua kekurangan yang dimiliki sesorang akan mendapat kekuatan untuk mengubah kekurangan menjadi kekuatan itu sendiri. Dengan semua kekurangan yang dimilikinya, orang yang berlatih karate untuk menjadi sehat dan bertenaga. Dengan bersenjatakan kemauan yang kuat orang dapat merubah kekurangannya yang ada dengan latihan yang kuat dan benar serta memiliki ketetapan hati. Latihan karate yang dilakukan secara teratur dalam kehidupan sehari hari secara terperinci akan memberikan banyak manfaat yaitu, mengetahui batas kemampuan kita, mampu mempertahankan kebugaran tubuh, mampu lebih konsentrasi dan lebih tenang, dan tidak gampang lelah sehingga tidak menderita stress Analisis Konsep Konsentrasi Benar Dalam Ajaran Budha Pada Etika atau Aturan Dalam Karate Di dalam mempelajari seni bela diri karate diperlukan sebuah etika atau aturan yang ada di dalam dojo, yakni yang dijelaskan oleh Oyama (2006:200), bahwa selama dalam latihan karate para murid harus memfokuskan pada teknik-teknik latihan dan tidak membiarkan pikiran atau mata berkeliaran. Menurut Sudarman (1998:44), di dalam ajaran Budha konsentrasi berarti meditasi dengan cara memusatkan pikiran. Meditasi mempunyai arti proses yang dilakukan dengan memfokuskan obyek utama secara tetap. Menurut analisis penulis, terdapat konsep konsentrasi benar dalam ajaran Budha pada karate, yakni seseorang yang belajar karate diharuskan untuk memfokuskan diri dalam setiap melakukan latihan, tidak diperbolehkan bercanda yang akan 32

5 mengakibatkan kurang konsentrasi atau melakukan kesalahan gerakan karate. Oleh karena itu pada waktu latihan, para karateka harus tetap fokus sehingga akan cepat menghafal dan mempraktekan gerakan-gerakan yang dipelajari dengan baik dan benar. Menurut Oyama (2006:298), tujuan utama mempelajari karate adalah melatih diri guna menempa kematangan kepribadian dengan berkonsentrasi, mempertajam kepekaan sosial, meningkatan keberanian, menguasai teknik, dalam kesadaran dan keseimbangan jiwa. Lewat proses latihan itu dapat terwujud kepercayaan diri yang penuh etika moral dan semangat tinggi dalam menghadapi segala permasalahan hidup, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam diri. Ada ajaran beladiri lain yang sama pentingnya yang mengajarkan bahwa jika tidak mengenal diri kita sendiri terlebih dahulu, kita tidak akan dapat mengenali musuh kita. Untuk lebih meningkatkan kemampuan diri agar menjadi suatu hal yang mudah, sebaiknya secara rutin dan tekun kita berusaha melatih diri dengan cara mempertahankan ketenangan hati. Menurut analisis penulis selama dalam latihan karate ini harus selalu menjaga sikap tenang, dan jangan mengajak temannya berbicara karena dapat menggangu pengarahanpengarahan dari pelatih. Sehingga apa yang akan diajarkan tidak dapat tersampaikan atau tersalurkan dengan baik. Para karateka yang sedang berlatih dituntut untuk konsentrasi penuh dalam melakukan latihan, karena jika suatu gerakan dilakukan dengan baik dan penuh perhatian dengan apa yang diajarkan oleh pelatih, maka gerakan itu akan mampu diserapnya dengan baik. Jadi mengurangi kesalahan fatal yang mungkin saja terjadi. Kesusahaan hati dapat memberikan pengaruh buruk pada kestabilan mental. Keadaan ini dapat diatasi dengan memusatkan perhatian pada latihan. Untuk meningkatkan konsentrasi, kita perlu melakukan secara berulang ulang dengan 33

6 landasan rasa percaya diri, kemampuan menyesuaikan perilaku dengan kondisi, dan mencoba teknik kreatif tanpa takut gagal dan tanpa terpengaruh oleh kekecewaan yang diakibatkan oleh kegagalan masa lalu. Penguasaan teknik akan berpengaruh terhadap ciri khas hidup kita. Di antaranya, timbulnya kepercayaan diri dalam menghadapi permasalahan hidup dan terciptanya kematangan jiwa dalam memecahkan suatu permasalahan. Kepercayaan dan kematangan itulah yang akan membentuk kebijakan jiwa yang selalu tercemin dalam perilaku keseharian Analisis Konsep Perkataan Benar Dalam Ajaran Budha Pada Etika atau Aturan Dalam Karate Menurut Oyama (2006:208), dalam berlatih karate khususnya di dalam dojo para murid selain dituntut untuk penuh konsentrasi mereka juga dituntut untuk bertingkah laku serta betutur kata yang baik dan sopan. Secara tradisi dojo adalah suatu tempat yang dihormati, dianggap suci, oleh karena itu para murid seharusnya tidak mengenakan topi, sepatu atau sejenisnya di dalam dojo. Di dojo pun para murid dilarang untuk menggunakan bahasa kotor baik di dalam lingkungan sekolah karate maupun di dojo itu sendiri. Menurut analisa penulis dalam ajaran agama Budha juga melarang kita untuk bertutur kata yang kotor dan menghina. Semua yang berkaitan dengan mengatakan sesuatu yang tidak benar, mencaci maki, kata-kata yang kasar dan kotor. Ada pepatah umum mengatakan bahwa kuman masuk melalui mulut, bencana muncul melalui mulut juga. Pepatah tadi dapat diartikan dengan segala sesuatu berawal dari mulut, baik 34

7 sesuatu yang buruk maupun sesuatu yang baik, karena jika kita berkata sesuatu yang buruk tentang seseorang bukan hanya orang yang kita bicarakan yang merugi, namun kita juga bisa mendapat dampak dari itu semua. Oleh karena itu kita harus berbicara dengan baik serta hati-hati, karena hal tersebut merupakan suatu hal yang sangatlah penting. Untuk meningkatkan kemampuan teknik karate, dibutuhkan pengalaman dan pemikiran. Namun, hidup kita yang terbatas mengharuskan kita mendalami dan mempelajari apa yang diperoleh senior kita. Jika kita berlatih dengan seseorang, sopan santun merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki, dan secara langsung mempengaruhi kemampuan teknis dan mental kita dalam menerima pelajaran. Menurut Donath (2005:12), di dalam ajaran agama Budha pun dijelaskan perbuatan yang dilarang untuk dilakukan oleh ucapan yaitu suatu larangan perbuatan yang dilakukan melalui ucapan. Terdapat empat perbuatan yang dilarang yaitu, pertama tidak berdusta, tidak berdusta di sini mengajarkan agar kita senantiasa beterus terang dan bersikap konsekuen terhadap sesuatu yang diucapkan. Kedua, tidak menyebarkan isuisu yang tidak benar, ini mempunyai makna agar kita dapat memiliki rasa toleransi dan kesabaran yang tinggi. Ketiga, tidak mengucapkan kata-kata kotor, hal ini mengajarkan kita agar dapat bersikap sopan santun, sabar dan berwibawa. Keempat, tidak melakukan pembicaraan yang sia-sia, maksudnya ialah agar kita dapat bersikap dewasa dan penuh pengertian. Menurut analisis penulis walaupun seseorang itu adalah seorang karateka yang handal, dia tidak boleh sembarang bicara dan bersikap sombong serta tamak, sehingga mendorongnya untuk mengeluarkan perkataan yang kasar sehingga membuat seseorang 35

8 tersinggung. Karena hal demikian bukanlah mencerminkan sebagai seorang karateka yang baik Analisis Konsep Kesadaran Benar Dalam Ajaran Budha Pada Etika atau Aturan Dalam Karate Menurut Oyama ( 2006:308 ), dalam berlatih karate murid-murid yang berlatih harus membantu membersihkan dojo setelah selesai latihan. Secara umum para murid tersebut harus selalu ikut menjaga dojo mereka sebagai tempat yang khusus dan yang disayangi. Hal ini bertujuan untuk mendidik murid murid dalam menumbuhkan kepekaan dan kesadaraan tidak hanya tubuh yang harus bersih, tetapi juga pakaian yang dipakai serta kebersihan di dalam dojo. Di dalam konsep ajaran agama Budha kesadaran benar mempunyai arti yaitu kesadaran untuk menjaga agar kita memusatkan perhatian pada empat dasar kesadaran ( Sudarman,1998:45 ). Menurut penulis yang dianalisa di sini hanya pada butir pertama dari empat dasar kesadaran yang terdapat di dalam konsep kesadaran benar yakni tubuh kita yang kotor dan tidak murni. Kita harus selalu rajin membersihkan diri baik kebersihan luar maupun dalam. Karena semua ajaran agama tidak terkecuali Budha mengajarkan kita untuk hidup bersih. Semua orang dituntut untuk memiliki kesadaran yang tinggi dalam segala hal termasuk merawat diri dan sekitar. Karena jika tubuh dan hati bersih maka dalam menjalani kegiatan akan menjadi lebih baik. Sesuatu yang dimulai dengan yang bersihbersih maka akan menghasilkan hal yang bersih atau baik pula. Tidak hanya agama Budha yang mengajarkan hidup bersih, bahkan di semua agama pun mengajarkan hal 36

9 yang sama. Jelas sekali bahwa kebersihan sangat dianjurkan di dalam agama. Dengan kebersihan kita dapat menjalani sesuatu dengan tenang Analisis Konsep Usaha Benar Dalam Ajaran Budha Pada Etika atau Aturan Dalam Karate Usaha benar adalah suatu ajaran yang mengajarkan agar kita berusaha untuk tidak memulai suatu permasalahan yang tidak perlu (Sudarman, 1998:44 ). Usaha benar memilki empat ruas yaitu : pertama, untuk suatu kejahatan yang tidak muncul biarlah tidak muncul. Maksud dari kalimat tadi ialah agar kita jangan memulai suatu permasalahan yang sebelumnya tidak ada lalu menjadi ada. Sebisa mungkin janganlah memulai suatu permasalahan terlebih dahulu. Kedua, untuk kejahatan yang muncul biarlah lenyap. Maksud dari kalimat tersebut ialah, walaupun suatu masalah itu telah muncul sebisa mungkin kita untuk menghindarinya sehingga tidak menjadi suatu permasalahan yang besar. Ketiga, untuk kebaikan yang tidak muncul biarlah muncul. Maksudnya ialah kita harus memulai suatu perbuatan dengan perbuatan yang baik. Keempat, untuk kebaikan yang muncul biarlah berlanjut. Maksudnya ialah, kita harus melanjutkan perbuatan yang baik dan sebisa mungkin menghindari hal-hal yang buruk dari luar. Menurut Oyama ( 2006: 241 ). seseorang dapat menjalankan seluruh kehidupannya dengan tenteram dan damai serta tidak perlu menghadapi pertarungan yang tidak dapat dihindarkan. Seorang karateka harus sebisa mungkin menghindari diri dari sebuah pertarungan jika bisa diselesaikan tanpa kekerasan. Oleh karena itu, menurut analisis penulis seorang karateka dituntut untuk mampu mengontrol diri dengan baik. Namun 37

10 demikian, apabila perbuatan atau ucapan tersebut dapat melukai harga diri atau harga diri orang orang yang kita hormati dan sayangi, maka waktunya untuk kita mengambil sebuah tindakan seperti bertarung dengan orang yang melukai harga diri kita. Menghindari pertarungan pada situasi seperti itu sangat memalukan. Oyama ( 2006:241 ), juga menekankan aturan aturan di dalam dojo yakni, jangan menggunakan karate terlebih dahulu. Artinya ialah jangan memulai suatu perkelahian dengan menggunakan teknik karate Analisis Konsep Budha Pada Gerakan Kata Dalam Karate Menurut Oyama ( 2006:81), kata mempunyai arti yakni, jurus atau bentuk yang resmi, adalah perpaduan dari rangkaian gerak dasar, pukulan - tangkisan - tendangan, menjadi satu kesatuan bentuk yang pasti (resmi). Sehingga kata dapat disimpulkan sebagai satu kesatuan gerak dasar yang digabungkan agar tercipta suatu gerakan yang indah. Penguasaan gerak yang baik sangat menunjang dalam pelaksanaan kata. Dalam sub bab ini penulis akan menganalisis konsep ajaran agama Budha delapan ruas jalan kemuliaan, yang terdapat pada gerakan kata dalam karate, yakni pada gerakan yantsu, dan gerakan garyu Analisis Konsep Pikiran Benar Dalam Ajaran Budha Pada Gerakan Yantsu Menurut Oyama (2006) yantsu adalah nama atase militer China di Okinawa pada abad ke-19. Dengan kata lain dapat diterjemahkan sebagai mempertahankan kemurnian. Yantsu merupakan gerakan dengan macam variasi yang banyak digunakan di perguruan 38

11 ilmu beladiri kungfu. Yantsu merupakan salah satu kata yang istimewa serta terkenal di dalam karate. Nama itu menunjukkan keharusan untuk mengatasi semangat yang menurun, dan menahan setiap keinginan untuk menyerah ketika berhadapan dengan kehidupan yang menantang. Gambar 3.1 Gerakan Yantsu Sumber : Teknik Oyama (2006) Gambar di atas mempunyai arti, bahwa manusia harus berjuang setiap hari untuk mempertahankan hidup sehingga dapat mengatasi kelemahan diri dan tetap bersih dalam pikiran atau memiliki pikiran benar. Gerakan ke-1 sampai dengan ke-3 adalah pembukaan disertai dengan pernapasan. Gerakan ini adalah gerakan pembuka pada olahraga karate, biasanya setelah gerakan ke-1 sampai ke-3 dilakukan akan dilanjutkan gerakan ke-4 sampai ke-7 yaitu angkat kedua tangan ke atas dan langsung ditarik ke sisi dada kiri kanan dalam bentuk kepal dan lontarkan kepalan tengan ke arah depan atas lalu pukulan ke arah dada, segera ditarik kembali ke sisi dada, dan konsep ini dilakukan berdasarkan struktur struktur awal mulanya pembukaan dalam gerakan yantsu. 39

12 Gerakan selanjutnya adalah gerakan ke-8 sampai ke-11 melontarkan punggung kepal bagian atas, yang pada dasarnya dalam gerakan ini mementingkan tindakan dalam pertahanan. Gerakan ke-12 sampai gerakan ke-19 tendangan dengan kaki kiri ke depan dan diletakkan kembali ke belakang, bentuk berdiri dengan telapak kaki kiri ke luar, lakukan tangkisan punggung tangan ke tengah dari arah dalam, kemudian pergelangan tangan di putar dan di dorong ke depan dalam bentuk berdiri tegak dengan gerak lambat. Gerakan ke-20 sampai ke-24 putar 180 berlawanan arah jarum jam dengan poros kaki kiri, tarik kaki kanan mendekati kaki kiri, maju kiri menghadap condong ke kiri lakukan pukulan keatas, tengah, dan bawah disertai teriakan. Gerakan ke-25 sampai ke-27 tendang ke arah depan dengan kaki kanan, dan diletakan ke belakang membentuk sikap berdiri dengan kaki di depan lalu melakukan tangkisan. Gerakan gerakan tersebut terlihat lebih bersifat bertahan yang berguna untuk mempertahankan hidup. Dalam karate, kita selalu diingatkan bahwa musuh yang sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Maksudnya adalah musuh atau gangguan terbesar ialah hawa nafsu dari diri kita sendiri. Seperti nafsu ingin membunuh. Sesuai dalam konsep Budha yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya yakni konsep pikiran benar dengan latihan karate, kita dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan kita untuk berpikir secara benar. Berpikir benar ialah kita sebelum melakukan sesuatu seharusnya menjernihkan pikiran terlebih dahulu, sehingga dapat terhindar dari hal hal yang buruk yang dapat menimpa kita (Sudarman, 1998:43). Menurut analisis penulis berpikir secara benar di sini ialah kita dituntut untuk bisa berpikir dengan benar dalam menjalankan dan menyelesaikan masalah. Berpikir positif 40

13 dan jauh melihat ke depan, serta tidak terlalu cepat mengambil keputusan yang nantinya bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. Namun, harus bisa juga mengambil keputusan yang tepat tanpa menimbulkan rasa benci atau sakit hati terhadap diri orang lain. Mencoba untuk menghindar dari hal hal yang negatif, seperti sikap serakah serta ingin mendapatkan semua dengan segala cara. Dalam ajaran karate pun kita harus dapat mengambil keputusan secepat dan setepat mungkin, karena bila di dalam sebuah pertarungan kita tidak dapat cepat dalam mengambil keputusan besar kemungkinan kita dapat terluka ataupun terbunuh bila di dalam pertarungan yang sesungguhnya. Tujuan utama belajar karate adalah melatih jasmani dan rohani. Dengan latihan karate secara efektif, baik dengan teman maupun lawan. Diharapkan pikiran negatif yang ditimbulkan oleh ketidakstabilan jiwa dapat direduksi, sehingga bisa berkurang Analisis Konsep Perbuatan Benar Dalam Ajaran Budha Pada Gerakan Garyu Menurut Oyama (2006) garyu dapat diartikan sebagai seorang hebat yang tetap hidup dalam kesederhanaan dan tidak menonjolkan diri. Maksudnya adalah seseorang yang mempelajari gerakan garyu diharapkan dapat bersikap sederhana dalam kehidupan sehari hari maupun dalam kehidupan di dalam karate. Tidak boleh sombong walaupun dia sudah mempelajari karate pada tingkatan apapun. Gerakan garyu ini diciptakan sendiri oleh sosai Oyama, sedangkan garyu itu sendiri adalah nama julukan sosai Oyama. 41

14 Gambar 3.2 Gerakan Garyu Sumber : Teknik Oyama (2006) Gerakan dilihat dari kiri ke kanan lalu ke bawah kanan, begitu seterusnya. Gambar di atas mempunyai arti, gerakan ke-1 dan ke-2 melakukan tusukan dengan tusukan dengan lima jari ke depan kanan kiri. Gerakan ke-3 sampai ke-5 tarik kembali tangan ke sisi dada, lalu direntangkan ke samping kiri kanan tubuh, pandangan tajam ke depan. Gerakan ke-6 sampai ke-11 maju kanan berdiri condong ke depan kanan, kepalan tangan bagian depan ke tengah sambil berteriak, tarik kembali kaki kanan berdiri membentuk kaki kucing sambil telapak tangan kanan ditarik ke sisi dada dan meletakan tangan kebagian bawah. Gerakan ke-12 sampai ke-18 tarik kaki kanan berdiri membentuk telapak kaki mengarah keluar, kemudian maju kiri berdiri condong ke depan kiri mengepalkan tangan bagian depan ketengah sambil berteriak. Tarik kaki kiri membentuk telapak kucing. Gerakan ke-19 sampai ke-23 putar 90 searah jarum jam dengan poros kaki kanan, tarik kaki kiri mendekati kaki kanan membentuk telapak kaki, maju berdiri condong ke depan kanan, lakukan pukulan kombinasi atas, tengah, 42

15 bawah disertai teriakan. Gerakan ke-24 sampai dengan ke-28 tarik tangan ke dada lalu telapak tangan ke arah bagian bawah, lalu tekukan pergelangan tangan dan putar pergelangan tangan dan di dorong ke depan. Gerakan ke-29 sampai gerakan ke-33 putar 90 searah jarum jam dengan poros kanan, tarik kaki kiri membentuk telapak kaki mengarah keluar, lutut agak ditekuk, kedua telapak tangan ditempelkan dari atas dan diturunkan ke bawah dengan gerak lambat bersamaan luruskan lututnya. Buka kaki kanan sambil berdiri tegak selesai. Gerakan gerakan tersebut dapat dilihat sebagai gerakan yang tidak menunggu sambil melancarkan serangan balik, hal ini dapat diartikan bahwa seorang karateka mengembangkan semangat kerendahan hati dan bersikap menahan diri, walaupun memiliki tenaga yang besar tapi memilih tidak menggunakannya untuk berbuat hal yang negatif. Hal ini dapat dilihat pada gerakannya yang lebih menggunakan gerakan yang bersikap bertahan. Menurut analisis penulis di dalam ajaran karate kita dituntut untuk berkelakuan baik antar sesama, dan sebisa mungkin untuk menahan segala rasa amarah serta menyelesaikan masalah dengan cara yang baik. Seseorang yang belajar karate harus belajar lebih jauh mengenal teknik bertarung. Sekaligus dituntut berlaku sopan di dalam maupun di luar pertarungan. Menurut analisis penulis, ajaran karate tersebut terdapat dalam gerakan Garyu dan sesuai dengan konsep Budha yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya yakni perbuatan benar. Dimana seseorang dengan berlatih karate dapat menumbuhkan sikap rendah hati dan dapat melakukan perbuatan benar seperti membela yang lemah dan dapat menjaga diri (Sudarman,1998:44). Kita harus bisa menghormati lawan atau setiap orang yang kita jumpai dalam kapasitas keseharian dengan sikap ketulusan yang murni tumbuh dari lubuk hati kita. 43

16 Menurut Sudarman (1988:45), di dalam agama Budha terdapat juga perbuatan yang dilarang untuk dilakukan oleh badan, terdapat tiga larangan yang melarang tubuh kita yaitu, tidak membunuh, tidak mencuri, dan tidak berzinah. Karena ketiga hal tersebut sangat di benci dalam agama Budha. Tidak membunuh tersebut dapat dijabarkan dengan tidak membunuh ataupun menyiksa tubuh atau badan yang mengandung kehidupan, yang besar ataupun kecil, yang berdosa atau tidak berdosa, selama mahkluk itu masih hidup.hal ini mengajarkan kita untuk selalu berbelas kasih dan kasih sayang terhadap semua mahkluk hidup. Tidak mencuri di sini dapat diartikan kita tidak boleh mengambil atau memiliki sesuatu apakah berharga ataupun tidak berharga apabila tidak diijinkan oleh pemiliknya. Hal demikian mengajarkan kita untuk puas dengan apa yang sudah kita miliki selama ini. Tidak melakukan zinah di sini diartikan tidak melakukan persetubuhan dengan pasangan yang sah. Hal ini juga mengajarkan kita agar tidak terjerumus dalam hawa nafsu birahi. Ketiga larangan tersebut sedemikian mungkin harus dihindari oleh seorang karateka, karena dapat merusak nama baiknya sendiri dan juga dojo tempatnya berlatih. Karena perbuatan tersebut juga termasuk etika atau aturan larangan yang ada di dalam kehidupan serta filosofi di dalam karate. Nilai nilai kebajikan itulah yang diharapkan menjadi landasan hidup bagi setiap orang. 3.2 Analisis Konsep Ritual Pada Karate Karate termasuk dalam salah satu kebudayaan istimewa yang terdapat di Jepang. Teknik latihan karate yang membutuhkan latihan yang teratur dan terus menerus adalah 44

17 cerminan dari sikap disiplin. Latihan dalam karate yang membutuhkan kedisiplinan merupakan sebuah ritual untuk mencapai sesuatu yang belum pernah dialaminya dalam hidup. Menurut Bustanudin (2006:3), ritual adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencangkup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistik, kebiasaan, keahlian yang diperoleh bukan karena kretivitasnya sendiri melainkan warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan formal dan informal. Misalkan pada saat upacara pembukaan. Menurut Donath (2005:6) seorang penganut agama Budha dalam upacara sembahyang, mengangkat kedua tangannya yang dikatupkan ke kening, mulut, dan dada. Itu melambangkan pengabdian dari batin, ucapan, dan jasmaniah kepada Yang Maha Tunggal dan Tak Terbatas. Ritual adalah suatu konsep atau tatanan tertentu yang berupa warisan atau bawaan dari nenek moyang, yang harus ada di dalam suatu upacara baik yang mencangkup kepercayaan maupun adat istiadat. Menurut analisis penulis di dalam olahraga karate terdapat suatu ritual, yang di mana seorang yang ingin memulai latihan karate harus terlebih dahulu melakukan upacara ritual, yakni upacara pembukaan maupun penutupan latihan. Upacara tersebut ialah untuk menghormati senior senior yang ada di dojo serta teman teman seangkatan. Di dalam agama Budha pun sebelum melakukan suatu festival atau kebudayaan harus terlebih dahulu melakukan upacara atau sembahyang, yang bertujuan untuk meminta keselamatan serta penghormatan terhadap leluhur. Menurut Oyama (2006:310), pada waktu pembukaan latihan ada ritual upacara penghormatan yang harus dilakukan, yakni: 45

18 1. Para murid berbaris sesuai dengan tingkatan 2. Para murid berlutut dalam posisi duduk resmi setelah aba-aba dari pelatih 3. Pelatih memberi perintah untuk memberi hormat kepada leluhur sambil menundukan kepala dan mengucapkan os. 4. Pelatih memberikan aba-aba mokuso yakni, semua memejamkan mata dan mencoba membersihkan pikiran serta berkonsentrasi pada latihan. 5. Setelah aba-aba berhenti semua membuka matanya 6. Aba-aba memberikan hormat kepada pelatih kepala (shihan) 7. Pelatih dan seluruh murid berdiri, latihan dimulai. Dan adapun upacara penutupan latihan, yakni 1. Para murid siap dalam barisan 2. Pelatih memberikan aba-aba posisi duduk lutut dilipat. 3. Setelah itu memberikan hormat sambil duduk lutut dilipat. 4. Pelatih membacakan tujuh sumpah dojo, dan para murid mengulanginya 5. Pelatih memberikan aba-aba meditasi dimulai 6. Aba-aba Meditasi selesai 7. Selanjutnya aba-aba hormat kepada pelatih kepala 8. Pelatih menyuruh semua berdiri lalu kemudian para murid menyalami pelatih atau dengan berdiri di depan pelatih lalu sambil membungkuk mengucapkan osu. 9. Setelah upacara selesai para murid membantu membersihkan dojo. Menurut analisis penulis seseorang yang menjalani kehidupan sebagai seorang karateka harus memiliki jiwa sosial, yakni dilarang untuk menggunakan teknik karate yang diperolehnya untuk melukai seseorang dengan sengaja, kecuali untuk 46

19 mempertahankan nyawanya atau orang yang dikasihi dalam keadaan tertentu. Sama halnya dengan di dalam agama Budha, terdapat nilai-nilai yang terdapat juga di dalam karate yaitu sikap sosial yang tidak boleh menyakiti orang lain dengan teknik dan gerakan yang ada di dalam karate. 47

Bab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi.

Bab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi. Bab 5 Ringkasan Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju tetapi masyarakatnya tetap berpegang teguh pada tradisi budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka Prinsip utama aikidou adalah gi. Gi terdapat dalam diri aikidouka yaitu jasmani dan jiwa. Jiwa

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

: M. DEDY WIJAYA OPERASI : - SADAR RENCONG NAD TAHUN CINTA MEUNASAH NAD TAHUN HOBBY : OLAH RAGA MOTTO : IKHLAS SEMANGAT TUNTAS

: M. DEDY WIJAYA OPERASI : - SADAR RENCONG NAD TAHUN CINTA MEUNASAH NAD TAHUN HOBBY : OLAH RAGA MOTTO : IKHLAS SEMANGAT TUNTAS NAMA : M. DEDY WIJAYA TEMPAT LAHIR : PALEMBANG TANGGAL LAHIR : 29 DESEMBER 1977 ALAMAT : - JL. SRIJAYA NEGARA ASRAMA BRIMOB GANG MOUSER BLOK I NO. 5 BUKIT BESAR PALEMBANG - JL. MUSI RAYA BARAT LR.KETAPANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA BAHAN SHARING COOL PEMUDA Minggu I; Bulan: Februari 2011

DEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA BAHAN SHARING COOL PEMUDA Minggu I; Bulan: Februari 2011 DEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK Minggu I; Bulan: Februari 2011 BUAH ROH PENDAHULUAN Matius 12:33,35 :... a) Tuhan Yesus memberikan perumpamaan keberadaan manusia seperti sebuah pohon. Ada 2 jenis pohon yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karate merupakan olahraga bela diri yang mempunyai ciri khas yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Karate merupakan olahraga bela diri yang mempunyai ciri khas yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karate merupakan olahraga bela diri yang mempunyai ciri khas yang dapat dibedakan dari jenis olahraga bela diri lainnya seperti Silat, Judo, Kung Fu, Kempo dan bela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kihon (gerakan dasar) yang mencakup antara lain : a) Dachi (kudakuda) b) Uke (Tangkisan) c) Tsuki (pukulan) d) Geri (tendangan)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kihon (gerakan dasar) yang mencakup antara lain : a) Dachi (kudakuda) b) Uke (Tangkisan) c) Tsuki (pukulan) d) Geri (tendangan) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga telah menjadi salah satu kebutuhan hidup bagi manusia dalam mencapai kesehatan jasmani setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini di Indonesia karate berkembang dengan baik, bahkan merupakan salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap kejuaran ditingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dari zaman dahulu kala sudah mengenal berbagai macam seni beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah Pencak Silat.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis profil keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. AFIYATI SSi., MT. Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA

Modul ke: ETIK UMB. AFIYATI SSi., MT. Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA Modul ke: 11 ETIK UMB Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER AFIYATI SSi., MT. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA Materi 11 Etiket Pribadi ETIKA & ETIKET Pengertian ETIKA Dari segi etimologis, etika berasal dari

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS BERBARIS

PERATURAN BARIS BERBARIS PERATURAN BARIS BERBARIS 1. Pengertian Baris Berbaris Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup suatu organisasi masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

Rahasia dibalik keajaiban karate

Rahasia dibalik keajaiban karate Rahasia dibalik keajaiban karate Karateka pemegang sabuk hitam sering mendemonstrasikan kekuatan dan keahlian mereka dengan cara membelah dua tumpukan batu bata keras tanpa terluka sedikit pun. Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas, yaitu sebagai tindakan melindungi diri. Definisi yang kami gunakan lebih sempit

BAB I PENDAHULUAN. luas, yaitu sebagai tindakan melindungi diri. Definisi yang kami gunakan lebih sempit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kamus bahasa Inggris Webster mendefinisikan beladiri dalam batasan yang sangat luas, yaitu sebagai tindakan melindungi diri. Definisi yang kami gunakan lebih

Lebih terperinci

Peta Konsep GERAK RITMIK

Peta Konsep GERAK RITMIK Gerak Ritmik Apakah kamu tahu tentang senam aerobik? Senam aerobik termasuk salah satu senam ritmik. Senam aerobik biasanya diiringi dengan musik dan dipandu oleh instruktur. Mengapa banyak orang yang

Lebih terperinci

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Meditasi Oleh : Taridi (0104510015) KTP Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Kompetensi Dasar Mendeskripsikan meditasi sebagai bagian dari jalan mulia berunsur delapan.

Lebih terperinci

Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan...

Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan... Lesson 12 for December 23, 2017 ALLAH Roma 12:1-2 Roma 13:11-14 KEDATANGAN YESUS YANG KEDUA KALI HUKUM TAURAT Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan... GEREJA ORANG LAIN

Lebih terperinci

SARANA MENUJU INDONESIA ADIL & MAKMUR

SARANA MENUJU INDONESIA ADIL & MAKMUR MEMBANGUN MASYARAKAT MANDIRI YANG BERAKHLAK BAIK MELALUI MEMBANGUN EKONOMI BERDASARKAN SIKAP SEBAGAI KARYAWAN ALLAH SARANA MENUJU INDONESIA ADIL & MAKMUR LANDASAN BERFIKIR SERI : PERTAMA Antono Basuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMPN 43 BANDUNG Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : XII / 1 Pertemuan : 1 kali pertemuan (2,4,6,8,10,12) Alokasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP N 1 Klaten Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : VIII / 1 (Ganjil ) Materi Pokok : Renang Gaya Dada Alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB IX PERGAULAN SEHAT. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 169

BAB IX PERGAULAN SEHAT. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 169 BAB IX PERGAULAN SEHAT Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 169 Tahapan Belajar 1. Cari dan bacalah berbagai informasi tentang konsep dan prinsip pergaulan yang sehat antarremaja dan perlunya waspada

Lebih terperinci

Seni Menata Hati Dalam Bergaul

Seni Menata Hati Dalam Bergaul Seni Menata Hati Dalam Bergaul Oleh : Turmudi Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh

Lebih terperinci

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN BEKERJA UNTUK YANG KECANDUAN REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN Setiap reformasi yang benar mendapat tempat dalam pekerjaan keselamatan dan cenderung mengangkat jiwa kepada satu kehidupan yang baru

Lebih terperinci

2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah yang sering dibicarakan dalam masyarakat, mengingat remaja adalah calon pengganti pemimpin dan menjadi harapan bangsa.

Lebih terperinci

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom. *) ABSTRAK Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN BAB II A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini banyak sekali jenis-jenis olahraga yang ada di dunia ini, salah satunya adalah olahraga renang. Seperti yang telah diketahui, renang termasuk salahsatu cabang

Lebih terperinci

KODE ETIK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 12 KOTA SERANG

KODE ETIK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 12 KOTA SERANG KODE ETIK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 12 KOTA SERANG BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN UMUM Kode Etik [Standar Prilaku] Peserta didik SMP Negeri 12 Kota Serang adalah pedoman tertulis yang merupakan standar

Lebih terperinci

SIKAP HORMAT DAN TEGAK

SIKAP HORMAT DAN TEGAK SIKAP HORMAT DAN TEGAK Sikap tegak yang digunakan untuk menghormati kawan maupun lawan. Posisi sikap hormat adalah badan tegap, kaki rapat tangan di depan dada terbuka dan rapat dengan jari-jari tangan

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 4, 1988 (ADMINISTRASI. HANKAM. ABRI. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) : Teknik dasar passing atas dalam permainan Bola Voli

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) : Teknik dasar passing atas dalam permainan Bola Voli RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : SMP N 1 WATES Kelas / Semester : VIII / 1 Mata Pelajaran Materi Alokasi Waktu : PJOK : Teknik dasar passing atas dalam permainan Bola Voli :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Nama Kursus   : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab untuk Hidup Benar dan Menggunakan                 Karunia-karunia

Lebih terperinci

1. Mengapa bermeditasi?

1. Mengapa bermeditasi? CARA BERMEDITASI 1. Mengapa bermeditasi? Oleh: Venerable Piyananda Alih bahasa: Jinapiya Thera Dalam dunia ini, apakah yang dicari oleh kebanyakan orang dalam hidupnya? Sebenarnya, mereka ingin mencari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Disciplina yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Disciplina yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Disiplin Kerja Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti yang sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa kesimpulan sebagai 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

MELATIH SIKAP DAN GERAK DASAR PENCAK SILAT BAGI PESILAT PEMULA. Oleh: Agung Nugroho, A.M. Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan FIK UNY

MELATIH SIKAP DAN GERAK DASAR PENCAK SILAT BAGI PESILAT PEMULA. Oleh: Agung Nugroho, A.M. Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan FIK UNY MELATIH SIKAP DAN GERAK DASAR PENCAK SILAT BAGI PESILAT PEMULA Oleh: Agung Nugroho, A.M. Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan FIK UNY ABSTRAK Ajaran dalam pencak silat meliputi empat aspek, yaitu aspek

Lebih terperinci

ETIK UMB PENGEMBANGAN WAWASAN KEPRIBADIAN. Syahlan A. Sume, SE. MM. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN

ETIK UMB PENGEMBANGAN WAWASAN KEPRIBADIAN. Syahlan A. Sume, SE. MM. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN ETIK UMB Modul ke: PENGEMBANGAN WAWASAN KEPRIBADIAN Fakultas FEB Syahlan A. Sume, SE. MM Program Studi MANAJEMEN PENGEMBANGAN WAWASAN KEPRIBADIAN Hal-hal yang perlu diketahui dalam pengembangan wawasan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia; PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1949 TENTANG DISIPLIN TENTARA UNTUK SELURUHNYA ANGKATAN PERANG. PRESIDEN, Menimbang Mengingat : bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia; PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1949 NO. 24 (24/1949) TENTARA. DISIPLIN. Peraturan tentang Disiplin Tentara untuk seluruhnya Angkatan Perang Republik Indonesia. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. A. Standar Kompetensi B. Kompetensi dasar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. A. Standar Kompetensi B. Kompetensi dasar RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Topik Waktu : SMP N 2 PIYUNGAN : VIII / 1 (satu) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan : Pencak Silat : 2 x

Lebih terperinci

Fokus mendengar Firman menghasilkan keubahan

Fokus mendengar Firman menghasilkan keubahan Fokus mendengar Firman menghasilkan keubahan Orang sering menyepelekan jam-jam ibadah, ibadah dianggap tidak begitu penting, bukan yang nomor satu dalam hidupnya, saat ibadah berlangsung kita sibuk keluar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingkat konsentrasi yang tinggi pada atlet memiliki peranan penting untuk dilatihkan guna menunjang penampilan yang baik pada atlet serta dapat meningkatkan

Lebih terperinci

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. 1 Tesalonika Salam 1:1 1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. Kepada jemaah Tesalonika yang ada dalam Allah, Sang Bapa kita, dan dalam Isa Al Masih, Junjungan kita Yang Ilahi. Anugerah dan sejahtera menyertai

Lebih terperinci

TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA

TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) HAMZANWADI SELONG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1) Tata tertib kehidupan kampus bagi mahasiswa adalah ketentuan

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Tesalonika 1:1 1 1 Tesalonika 1:6 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN BITUNG DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #19 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2 1 Tesalonika 1 Salam 1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.

Lebih terperinci

Dalam Galatia 5: 13-15, Paulus memperingatkan orang-orang Galatia supaya mereka jangan menggunakan kemerdekaan di dalam Kristus dengan tidak sopan.

Dalam Galatia 5: 13-15, Paulus memperingatkan orang-orang Galatia supaya mereka jangan menggunakan kemerdekaan di dalam Kristus dengan tidak sopan. Lesson 12 for September 16, 2017 Dalam Galatia 5: 13-15, Paulus memperingatkan orang-orang Galatia supaya mereka jangan menggunakan kemerdekaan di dalam Kristus dengan tidak sopan. Persoalan itu mungkin

Lebih terperinci

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat; 02. Sabar apabila mendapat kesulitan; 03. Tawakal apabila mempunyai rencana/ rancangan;

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat; 02. Sabar apabila mendapat kesulitan; 03. Tawakal apabila mempunyai rencana/ rancangan; 01. Bersyukur apabila mendapat nikmat; 02. Sabar apabila mendapat kesulitan; 03. Tawakal apabila mempunyai rencana/ rancangan; 04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan; 05. Jangan membiarkan hati larut dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi bukan karena sendirinya, tetapi ciptaan Allah SWT. Allah menciptakan manusia untuk mengabdi

Lebih terperinci

REKREASI. "Segala sesuatu ada masanya. Page 1

REKREASI. Segala sesuatu ada masanya. Page 1 REKREASI "Segala sesuatu ada masanya. Page 1 Perbedaan Rekreasi & Hiburan Ada perbedaan yang nyata antara rekreasi dan hiburan. Bilamana sesuai dengan namanya, Rekreasi cenderung untuk menguatkan dan membangun

Lebih terperinci

MENGIKUTI HAWA NAFSU

MENGIKUTI HAWA NAFSU Bismillahirrahmaanirrahiim 60 Penyakit Hati : MENGIKUTI HAWA NAFSU Nafsu dengan syahwatnya merupakan bagian dari nikmat Allah bagi manusia. Secara alami, nafsu itu cenderung pada hal-hal yang tidak baik.

Lebih terperinci

Berdasarkan 10 Perintah Allah

Berdasarkan 10 Perintah Allah LEMBAR BANTUAN PENGAKUAN DOSA ~ Pemeriksaan Batin ~ Berdasarkan 10 Perintah Allah dan Persepsi Gereja Katolik Berdasarkan 10 Perintah Allah Perintah Pertama Aku adalah Tuhan Allahmu: Jangan ada padamu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga telah menjadi salah satu kebutuhan hidup bagi manusia dalam mencapai kesehatan jasmani. Setiap

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan

Lebih terperinci

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala 1. Tulislah terlebih dahulu identitas diri Anda. 2. Isilah kolom kolom yang tersedia dengan cara memberikan tanda silang ( X ) 3. Pilihan jawaban hendaknya disesuaikan

Lebih terperinci

SOEGIJA DI MATA SAYA. Seminar Mahasiswa Universitas Sanata Dharma 17 Nopember 2012

SOEGIJA DI MATA SAYA. Seminar Mahasiswa Universitas Sanata Dharma 17 Nopember 2012 SOEGIJA DI MATA SAYA Seminar Mahasiswa Universitas Sanata Dharma 17 Nopember 2012 Saya, orang Banyak (Anda-anda sekalian) Di mana Anda di tengah hiruk pikuk SOEGIJA? Sejauh mana Anda (pernah) mengenal

Lebih terperinci

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa 301 1 Tesalonika 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius untuk jemaat yang tinggal di Tesalonika, yang ada dalam Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Semoga Allah memberikan berkat dan damai sejahtera kepada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

Victorious Living #3 - Hidup Berkemenangan #3 MAKING A CHANGE IN YOUR LIFE MENGUBAH HIDUP ANDA

Victorious Living #3 - Hidup Berkemenangan #3 MAKING A CHANGE IN YOUR LIFE MENGUBAH HIDUP ANDA Victorious Living #3 - Hidup Berkemenangan #3 MAKING A CHANGE IN YOUR LIFE MENGUBAH HIDUP ANDA PEMBUKAAN: Hari ini kita akan melanjutkan seri khotbah Victorious Living bagian 3, yaitu: Making a Change

Lebih terperinci

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan hasil karya budaya bangsa Indonesia yang telah dikembangkan secara turun temurun hingga mencapai bentuknya seperti sekarang ini. Definisi Pencak

Lebih terperinci

TEKNIK DASAR DALAM GERAKAN PENCAK SILAT Disampaikan Sebagai Materi Muatan Lokal Pencak Silat SMA NEGERI ARJASA

TEKNIK DASAR DALAM GERAKAN PENCAK SILAT Disampaikan Sebagai Materi Muatan Lokal Pencak Silat SMA NEGERI ARJASA TEKNIK DASAR DALAM GERAKAN PENCAK SILAT Disampaikan Sebagai Materi Muatan Lokal Pencak Silat SMA NEGERI ARJASA Oleh: Muhammad Surur, S.Pd JEMBER 2012 TEKNIK DASAR DALAM GERAKAN PENCAK SILAT 1. KUDA-KUDA

Lebih terperinci

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK BAB IV BELA DIRI 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Pencak Silat Olahraga bela diri pencak silat merupakan salah satu alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya melestarikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian studi kasus yang telah dipaparkan pada bab-bab di atas, mengenai Pendidikan Kepribadian Dan Pembinaan Mental Spiritual Melalui Ilmu

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Pedoman Perilaku Mahasiswa Universitas Negeri Makassar Dokumen dihasilkan oleh:

Lebih terperinci

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan berolahraga. Olahraga yang dilakukanpun berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan berolahraga. Olahraga yang dilakukanpun berbeda-beda, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang menginginkan tubuh sehat dan bugar biasanya pasti melakukan kegiatan berolahraga. Olahraga yang dilakukanpun berbeda-beda, mulai dari jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI DAN FLEKSIBILITAS SENDI PANGGUL TERHADAP HASIL TENDANGAN USHIRO GERI DALAM KARATE

2015 KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI DAN FLEKSIBILITAS SENDI PANGGUL TERHADAP HASIL TENDANGAN USHIRO GERI DALAM KARATE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karate adalah seni beladiri yang berasal dari Jepang pada tahun 1869 di Okinawa yang pertama kalinya memperagakan Tea atau Okinawa-Te. Pada tahun 1929 banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat. berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat. berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan olahraga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat secara fisik dan psikis.

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang berkembang maupun negara maju sekalipun yaitu pencapaian kemajuan di bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal

Kecakapan Antar Personal Kecakapan Antar Personal Essay Sopan santun dalam Komunikasi Oleh : Andrian Ramadhan Febriana 10512318 Sistem Informasi 8 Berkomunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan kehidupan

Lebih terperinci

Langkah untuk Damai & Tenang

Langkah untuk Damai & Tenang Langkah untuk Damai & Tenang Langkah untuk Damai & Tenang - Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan; - Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan; - Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan; - Jangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan diri dari serangan luar. Oleh karena itu manusia perlu beladiri

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan diri dari serangan luar. Oleh karena itu manusia perlu beladiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kebutuhan yang sangat kompleks dalam kehidupannya. Pada dasarnya manusia mempunyai kelebihan dari mahkluk lain meliputi cipta, rasa dan karsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. norma yang berlaku di masyarakat ataukah tidak. faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Sebagai pengajar dan

I. PENDAHULUAN. norma yang berlaku di masyarakat ataukah tidak. faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Sebagai pengajar dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya para orang tua siswa sangat setuju dengan peran guru dalam menyisipkan pendidikan nilai, etika, moral dan sopan santun, tentunya orang tua siswa

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA NILAI KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG RELIGIUS DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia.

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Pemikiran kita tentang pendidikan terlalu sempit dan dangkal. Karena hanya mengejar suatu arah pelajaran

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) ( Bag. I )

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) ( Bag. I ) PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) ( Bag. I ) Peraturan Baris Berbaris yang digunakan di lingkungan Pramuka ada dua macam yakni Baris berbaris menggunakan tongkat dan tanpa tongkat. Untuk baris berbaris menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diingat bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diingat bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini tidak menutup kemungkinan anak akan dengan mudah mendapat informasi dari luar melalui media apapun. Hal yang penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas dikenal di berbagai Negara Asia, Malaysia, Brunei,

Lebih terperinci

PANCASILA 4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

PANCASILA 4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 PANCASILA 1. KETUHANA YANG MAHA ESA 2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAP 3. PERSATUAN INDONESIA 4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN 5. KEADILAN BAGI SELURUH RAKYAT

Lebih terperinci

Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang. Roma 8: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang. Roma 8: Pdt. Andi Halim, S.Th. Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang Roma 8:31-39 Pdt. Andi Halim, S.Th. Umumnya saat mendengar kata pemenang kita berpikir itu adalah orang yang hebat, yang berprestasi, dan yang luar biasa. Inilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Taekwondo merupakan olahraga beladiri yang berakar pada tradisi dan

I. PENDAHULUAN. Taekwondo merupakan olahraga beladiri yang berakar pada tradisi dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taekwondo merupakan olahraga beladiri yang berakar pada tradisi dan budaya Korea, yang meliputi tiga materi terpenting dalam berlatih yaitu jurus (Taegeuk), teknik

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan artikulasi aspirasi bangsa dalam menyikapi kegaulan seluruh komponen bangsa tentang kondisi bangsa yang dirasakan mengkhawatirkan

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci