BAB 4 PEMBAHASAN. dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi, pengajuan klaim dilakukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PEMBAHASAN. dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi, pengajuan klaim dilakukan"

Transkripsi

1 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Prosedur Pengajuan Klaim Pelaksanaan pengajuan klaim di PT Jasa Raharja berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi, pengajuan klaim dilakukan pertama kali dengan mengajukan berkas ke kantor Cabang atau kantor PT Jasa Raharja yang berada di Samsat (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap). Berkas pengajuan kemudian dapat diajukan di Cabang perusahaan atau petugas perusahaan yang berada di Samsat paling lambat 6 bulan sejak tanggal kecelakaan. Setiap berkas santunn yang diajukan, dalam keadaan lengkap atau tidak lengkap harus diterima oleh petugas dan dilakukan penanganan, sesuai kondisi kelengkapan berkas lalu kemudian diserahkan kepada sub bagian Administrasi/Kepala Unit Pelayan/Kepala Perwakilan. Tanda terima Berkas Santunan dicetak dalam 2 rangkap yaitu 1 lembar asli untuk korban/ahli waris korban dan 1 lembar lagi untuk arsip. Untuk pengajuan berkas yang diterima oleh petugas Sub Perwakilan/Samsat, maka petugas Sub Perwakilan/Samsat membuat Tanda Pemeriksaan Berkas secara manual. Khusus untuk berkas santunan korban kecelakaan tabrakan dua kendaraan bermotor atau lebih menggunakan dua tanda terima berkas. Setiap berkas santunan yang telah diterima, disertakan Lembar Disposisi Pengawal Berkas (LDPB). LDPB dimaksudkan sebagai lembar disposisi yang berisi catatan-catatan berupa pendapat, saran, petunjuk, dan juga sebagai Kartu Keluar 41

2 Surat Masuk serta berfungsi sebagai alat control dari masing-masing petugas yang terlibat dalam penanganan berkas tersebut. Setelah berkas santunan diterima dan diteliti, apabila ada keraguan terhadap satu atau beberapa permasalahan, langkah berikutnya adalah menyakini hasil penelitian tersebut melalui survey dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Petugas yang melaksanakan survey harus dilengkapi dengan surat perintah perjalanan dinas survey yang mengacu kepada ketentuan yang berlaku. 2. Petugas yang melaksanakan survey harus membuat laporan pelaksanaan survey secara tertulis dan dimasukkan kedalam Laporan Hasil Survey berdasarkan fakta yang ada. 3. Dalam melaksanakan survey pertama-tama harus membuat koordinasi dengan Instalasi yang terkait, yaitu Direktur Perusahaan, Unit Intern dan Kantor Cabang/Perwakilan lain, mengenai kebenaran peristiwa kecelakaan dan pelunasan Iuran Wajib dan Sumbangan Wajib. 4. Kemudian laporan hasil survey harus diketahui oleh Kepada Bagian/Kepala Unit Pelayanan Santunan/Kepala Perwakilan. Selanjutnya petugas dapat meminta jasa Dokter Perusahaan untuk menyakini suatu permasalahan yang terjadi. Tujuannya ialah untuk dapat memberikan saran dan meneliti tagihan biaya perawatan dan sifat cedera yang meragukan dan membantu perusahaan untuk menetapkan persentase dari korban cacat tetap. 42

3 Dari data yang telah diteliti yang dilakukan pada bagian pelayanan mengenai pengajuan klaim, terdapat beberapa prosedur yang masih perlu adanya perbaikan, antara lain: 1. Sebagian Lembar Disposisi Pengawal Berkas (LDPB) belum dibuat dengan sistem komputer sehingga manajmen tidak dapat mengukur tingkat kinerja pegawai yang ada di Perusahaan. 2. Masi terdapat tanda terima berkas yang belum dibuat oleh petugas Samsat sehingga dapat menyulitkan dalam mengukur tingkat kecepatan yang dilakukan oleh petugas sejak tanggal kecelakaan, diterima oleh petugas Samsat sampai dengan petugas mengirim berkas ke Kantor Cabang. Dari kondisi tersebut maka LDPB belum dilaksanakan dengan baik dan konsisten sehinggan LDPB tidap dapat dilihat kecepetan dari pada alur berkas klaim. Seharusnya perusahaan memberikan penjelasan kepada korban atau ahli waris yang mengajukan berkas klaim mengenai prosedur pengurusan santunan dan lampiran berkas klaim yang harus dipenuhi serta memberikan informasi bahwa tidak adanya pemotongan maupun biaya atas pengurusan pengajuan klaim baik dari pihak PT Jasa Raharja maupun oleh oknum-oknum yang ikut terkait dengan pengurusan PT Jasa Raharja. Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan pada petugas PT Jasa Raharja yang berada di Samsat dalam melakukan proses pengajuan klaim, yaitu sebagain berikut : 1. Petugas Samsat melakukan pengutipan data laka setiap hari dan mengirimkan ke Cabang paling lambat seminggu sekali, apabila klaimen telah mengajukan 43

4 lebih dahulu ke Samsat maka petugas Samsat akan melampirkn foto copy dari data laka tersebut. 2. Melakukan pengecekan ulang terhadap berkas yang diajukan oleh ahli waris maupun korban dengan distempel bahwa kasus tersebut tercatat di ahli waris. 3. Survey langsung pada kasus tabrak lari, berkas yang digunakan dan atas perintah cabang. 4. Melakukan jemput bola terhadap kasus kecelakaan korban meninggal dunia. 5. Menerima dan meneruskan berkas pengajuan klaim ke cabang untuk dilakukan proses lebih lanjut. Atas kondisi tersebut para petugas PT Jasa Raharja telah melakukan tugasnya sesuai dengan prosedur yang ada tetapi petugas PT Jasa Raharja belum melakukan pencatatan dengan baik dan masih kurangnya memberikan informasi kepada ahlis aris atau korban sehingga ahli waris yang tidak mengerti prosedur pengajuan klaim harus datang kembali berkali-kali dalam melakukan pengurusan klaim Prosedur Pembayaran Santunan Berkas pengajuan yang ada di Samsat akan diteliti kembali mana yang terjamin dan mana yang tidak terjamin. Data tersebut kemudian diteruskan ke Perwakilan. Diperwakilan berkas yang ada akan diproses dan diteliti kelengkapan dokumennya, lalu kemudian diberikan kepada Cabang. Dari cabang bagian pelayanan akan menerima data tersebut dan kembali melakukan pengecekan, memasukan data ke komputer dan membuat tanda terima berkas, lalu dilakukan 44

5 pengecekan. Berkas tersebut selanjutnya diterima oleh Kepala Sub Bagian Pelayanan, untuk meneliti keabsahan data. Sebagai alat pengendalian internal, pengembalian dana diutamakan korban sendiri atau dari pihak keluarga, dan dana dibayarkan melalui transfer bank. Lama proses pengajuan klaim sampai dengan pembayaran ditentukan oleh kantor pusat adalah paling lambat sekitar tujuh hari. Jika melewati tujuh hari setelah tanggal pengajuan, maka Kantor Cabang akan mendapatkan sanksi. Selanjutnya PT Jasa Raharja melakukan Jemput Bola bagi kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia. Setiap hari PT Jasa Raharja akan menerima berkas yang disebut Mutasi Laka. Di berkas tersebut terdapat data kecelakaan pada hari itu juga dan keadaan korban tersebut. Korban meninggal petugas PT Jasa Raharja akan langsung menuju tempat kediaman korban dan menawarkan penggantian kerugian oleh PT Jasa Raharja. Menurut penelitian yang dilakukan, petugas dari PT Jasa Raharja telah melakukan survey baik pada saat pengajuan klaim maupun setelah penerimaan dana santunan. Survey setelah penerimaan santunan dilakukan untuk mengetahui apakah dana santunan telah diterima dan untuk mengetahui diterima atau tidaknya dana santunan. Dari penelitian yang dilakukan, masih terdapat pembayaran yang dipotong oleh oknum polisi maupun orang yang tidak bertanggung jawab yaitu dengan cara kesepakatan antara ahli waris atau korban dengan oknum tersebut. Petugas PT Jasa Raharja juga belum sepenuhnya melakukan Jemput Bola untuk kasus meninggal dunia, sehingga peluang bagi oknum-oknum yang membantu pengurusan santunan dan meminta imbalan apabila telah mendapatkan santunan. Kondisi seperti ini 45

6 perusahaan kurang memberikan informasi yang lebih kepada ahli waris atau korban mengenai tata cara pembayaran santunan dan tidak adanya pemotongan dari pihak manapun. Adapun kecepatan untuk melakukan penyelesaikan santunan berdasarkan penelitian rata-rata berkas yang telah diselesaikan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kantor Pusat yaitu 7 hari setelah tanggal kecelakan. Atas kondisi tersebut, perusahaan sudah mencapai target yang ditentukan oleh Kantor Pusat Jaminan Pertanggungan Kecelakaan Diri bagi Penumpang 1. Setiap penumpang sah dari kendaraan bermotor umum, kereta api, pesawat terbang perusahaan penerbangan nasional dan kapal perusahaan perkapalan/pelayaran nasional di berikan jaminan pertanggungan kecelakaan diri selama penumpang itu berada didalam alat angkutan yang disediakan oleh pengangkut untuk jangka waktu antara saat-saat sebagai berikut : a. Dalam hal kendaraan bermotor umum : antara saat penumpang naik kendaraan yang bersangkutan di tempat berangkat dan saat turunnya dari kendaraan tersebut di tempat tujuan. b. Dalam kereta api : antara saat naik alat angkutan perusahaan kereta api di tempat berangkat dan saat turunnya dari alat angkutan perusahaan kereta api di tempat tujuan menurut karcis yang berlaku untuk perjalanan yang bersangkutan. c. Dalam hal pesawat terbang : antara saat naik alat angkutan perusahaan penerbangan yang bersangkutan atau agennya di tempat berangkat dan saat meninggalkan tangga pesawat terbang yang ditumpanginya 46

7 ditempat tujuan menurut ticketnya yang berlaku untuk penerbangan yang bersangkutan. d. Dalam hal kapal : antara saat naik alat angkutan perusahaan perkapalan/pelayaran yang bersangkutan ditempat berangkat dan saat turun di darat pelabuhan tujuan menurut ticket yang berlaku untuk perjalanan kapal yang bersangkutan. 2. Pembayaran ganti kerugian pertanggungan dalam hal-hal sebagai berikut : a. Dalam hal korban meninggal dunia karena akibat langsung dari kecelakaan dalam waktu 365 hari setelah terjadinya kecelakaan yang bersangkutan. b. Dalam hal korban mendapat cacat tetap karena akibat langsung dari kecelakaan yang demikian itu dalam waktu 365 hari setelah terjadinya kecelakaan yang bersangkutan. Yang diartikan dengan cacat tetap adalah bila sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat dipergunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh/pulih untuk selama lamanya. c. Terdapat biaya biaya perawatan dan pengobatan dokter yang diperlukan untuk korban karena akibat langsung dari kecelakaan yang demikian itu yang dikeluarkan dari hari pertama setelah terjadinya kecelakaan, selama waktu paling lama 365 hari. Biaya biaya perawatan dan pengobatan dokter tersebut meliputi semua biaya biaya pertolongan pertama pada kecelakaan, honorarium dokter, alat alat pembalut dan obat obatan atas resep dokter, perawatan rumah sakit, photo Rontgen, pembedahaan dan lain lain yang diperlukan 47

8 menurut pendapat dokter untuk penyembuhan korban, kecuali jumlah pembayaran untuk membeli anggota anggota badan buatan, seperti kaki/tangan buatan, gigi/mata palsu dan lain sebagainya. d. Korban meninggal dunia tidak mempunyai ahli waris, kepada yang menyelenggarakan penguburannya diberikan pengganti biaya biaya penguburan Prosedur Memperoleh Santunan 1. Santunan Bagi Masyarakkat Pemerintah menyediakan santunan bagi masyarakat yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas sesuai ketentuan yang berlaku. Adapun korban kecelakaan yang berhak santunan adalah : a. Penumpang kendaraan bermotor angkutan penumpang umum yang sah seperti bis, kereta api, kapal laut, pesawat udara, kapal angkutan sungai, danau dan ferry. b. Korban tertabrak kendaraan bermotor seperti pejalan kaki, penumpang kendaraan tertabrak kendaraan lain, tertabrak kereta api. 2. Cara Memperoleh Santunan a. Menghubungi kantor jasa raharja. b. Mengisi formulir pengajuan santunan dengan melampirkan. 48

9 a) Laporan kecelakaan dari polisi lalu lintas, syahbandar/pt. KAI atau instansi berwenang lainnya. b) Keterangan kesehatan dari dokter/rs yang merawat. c) Keterangan ahli waris dari pamongpraja (Lurah atau kepala desa), bagi korban meninggal dunia. Ketiga keterangan tersebut dapat diurus secara terpisah. Formulir pengajuan santunan keterangan kesehatan korban dan keterangan ahli waris diberikan secara Cuma-Cuma. 3. Bukti Lain Yang Diperlukan Dalam hal korban luka luka a. Kuitansi biaya rawatan dan pengobatan yang asli dan sah. Dalam hal korban meninggal dunia a. Foto copy kartu keluarga / foto copy surat nikah (bagi yang sudah menikah). b. Dokumen lainnya (sesuai ketentuan). Dalam hal cacat tetap a. Surat keterangan dokter yang merawat korban tentang presentase tingkat cacat tetap yang diderita korban. 4. Ketentuan Lain a. Ahli waris a) Janda atau dudanya yang sah. b) Anak anaknya yang sah. 49

10 c) Orangtuanya yang sah. b. Kadaluarsa Hak santunan menjadi gugur/kadaluarsa jika: a. Permintaan diajukan dalam waktu lebih dari 6 bulan setelah terjadinya kecelakaan. b. Tidak dilakukan penagihan dalam waktu 3 bulan setelah pengajuan santunan disetujui oleh Jasa Raharja. 4.2 Audit Operasional Atas Pengajuan Klaim Audit pengajuan klaim bertujuan untuk menilai kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku, menilai daya guna dan kehematan dalam pengguna sarana yang tersedia dan menilai hasil guna atas kegiatan atau program bidang pelayanan klaim Rencana Kerja Audit Operasional Pengajuan dan Pembayaran Santunan PT Jasa Raharja melakukan perencanaan audit yang dikerjakan oleh Kantor Pusat dan dilakukan di Kantor Cabang. Perencanaan audit dilakukan dalam setahun sekali yang disebut Rencana Kerja Audit Tahunan. Perencanaan kerja tersebut yaitu : 1. Tahap Persiapan Audit Setiap tahun seluruh kepala sub unit audit internal (setingkat kepala urusan) menyusun URKAT (Usulan Rencana Kegiatan Audit Tahunan) dan disampaikan kepada pemimpin unit audit interal. URKAT harus sudah diterima oleh pimpinan unit audit internal pada awal bulan oktober. 50

11 Pimpinan unit audit internal mempelajari atau menelaah dengan penekanan prioritas audit, sifat audit, jenis audit, sasaran audit, anggaran biaya audit, dan tumpang tindih audit, selambat-lambatnya sampai dengan akhir bulan oktober dan melakukan pembahasan URKAT dan penetapan RKAT yang dimulai sejak awal sampai dengan sebelum akhir bulan November. 2. Audit Pendahuluan Aspek aspek manajemen yang bertujuan adanya kelemahan yang harus diatasi. Kegiatan yang dilakukan seperti menelaah prosedur prosedur yang berlaku di PT Jasa Raharja. Terdapat beberapa langkah yang dilakukan dalam menelaah atau mereview prosedur kerja yaitu : 1. Review peraturan atau ketentuan yang menjadi landasan pada proses pengajuan klaim. 2. Identifikasi kelemahan peraturan atau ketentuan yang berlaku dan identifikasi pengaruh terhadap pelaksanaan proses pengajuan klaim. 3. Review prosedur kerja yang disusun secara tertulis maupun tidak tertulis. 4. Identifikasi kelemahan prosedur kerja yang diterapkan dan identifikasi pengaruhnya terhadap pelaksanaan pengajuan klaim. 5. Menguji dan mengevaluasi Informasi. 51

12 3. Tahap Pengujian Audit menguji terbatasnya pengendalian manajemen. Tahap ini auditor menelaah struktur organisasi dan uraian tugas untuk memastikan kelayakan pemisahan tugas dan tanggung jawab. Beberapa langkah yang diperlukan untuk melaksanakan pengujian terbatas atas pengendalian internal, adalah sebagai berikut: 1. Lakukan analisis secara teliti mengenai pemisahan tugas, wewenang, dan tanggung jawab dalam tahapan pengajuan klaim. 2. Lakukan analisis mengenai ketepatan penempatan personel dalam sub bagian penanganan pengajuan klaim. 3. Lakukan pengujian secara terbatas atas proses pelaksanaan suatu kegiatan dan atau program dari awal hingga akhir. 4. Susun simpulan hasil audit pendahuluan. 5. Susun program kerja audit lanjutan (tambahan). 4. Pelaksanaan Audit Operasional Atas Pengajuan Santunan Tahap ini adalah tahap penilaian tindak lanjut atas proses pengajuan klaim. Berikut adalah beberapa langkah yang diperlukan untuk pelaksanaan penilaian terhadap pengajuan santunan adalah sebagai berikut : 1. Pastikan kembali, jika terdapat ketentuan atau peraturan atau prosedur yang mengandung kelemahan dan yang tidak ditaati. 2. Dapatkan penyebab kelemahan dan ketidaktaatan tersebut. 52

13 3. Rumuskan akibat yang terdapat diderita perusahaan atas kelemahan dan tidak ditaati peraturan atau ketentuan atau prosedur yang berlaku. 4. Rumuskan akibat yang dapat diderita perusahaan atas kelemahan dan tidak ditaatinya peraturan atau ketentuan atau prosedur yang berlaku 5. Tindak Lanjut Selanjutnya auditor melaksanakan tindak lanjut temuan hasil audit dalam pelaksanaan pengajuan klaim, tahap ini auditor meneliti temuan dan saran hasil audit SPI (Satuan Pengendalian Internal) yang lalu telah ditindaklanjuti dengan cara: 1. Melakukan pemantauan terhadap tindakan yang dilakukan yang berhubungan dengan saran yang disampaikan untuk perbaikan prosedur pengajuan klaim. 2. Menyampaikan pernyataan tertulis mengenai tindakan yang dilakukan berdasarkan rekomendasi atau saran tersebut Audit Program Pengajuan Klaim Untuk mengetahui apakah prosedur pengajuan klaim telah dijalankan sesuai dengan kriteria yang ada dan megevaluasi hal tersebut. Dalam penyusunan pengajuan klaim, dilakukan beberapa langkah langkah audit, diantaranya yaitu : 1. Dapatkan tanggal pengiriman laporan bulanan klaim dan teliti kelengkapan dokumennya apakah sesuai dengan Manual Administrasi. 2. Dapatkan jadwal pengambilan data laka yang ditetapkan oleh Pimpinan Cabang dari polres/polsek. 53

14 3. Dapatkan berkas pengajuan klaim yang belum diselesaikan/diproses sampai saat audit. 4. Bandingkan pengajuan klaim dengan survey yang dilakukan, apakah cukup lama antara pengajuan dengan proses survey. 5. Dapatkan pengiriman berkas pengajuan klaim dari Samsat ke Perwakilan. 6. Susun simpulan hasil audit dan buat daftar temuan hasil audit dan dibicarakan untuk mendapatkan tanggapan dari pimpinan obyek yang di audit Pelaksanaan Audit Operasional Pengajuan Klaim Dalam pelaksanaan audit operasional pengajuan klaim penulis melakukan penelitian dalam periode berkas tahun Pelaksanaan tersebut antara lain : a. Kelengkapan Dokumen Berdasarkan data tahun 2013 triwulan I jumlah pengajuan klaim untuk semua jenis kecelakaan yaitu : Tabel 4.1 Pengajuan Klaim Tahun 2013 No Nomor Berkas Nama Korban Md/LL Maryam Md Prayitno Md Maryatun Md Nur Puji Rahayu Luka Berat 54

15 Sidianto Luka Berat Hardin Rahmadi Luka Berat Berdasarkan data diatas, penulis mengambil 6 sampel pengajuan klaim yang telah terjadi pada tahun Setelah melakukan penelitian, kelengkapan dokumen pada 6 sampel kasus diatas sudah di lengkapi dan telah sesuai dengan manual administrasi yang ada. Atas kondisi tersebut, maka berkas pengajuan tersebut dapat diproses lebih lanjut dan bisa segera dibayarkan kepada korban atau Ahli waris. b. Berkas yang belum diproses Dari hasil penelitian terhadap berkas klaim pelimpahan, penulis mengambil 3 berkas yang belum diproses, dengan tanggal waktu surat pengiriman sampai dengan pemeriksaan yang berkisar memakan waktu paling lama yaitu 64 hari dengan data sebagai berikut : Tabel 4.2 Berkas Yang Belum Diproses No Nama Korban Tgl Surat Pelimpahan Md/LL Lama berkas mengendap 1 Yahya Kristianto Luka Berat 41 2 Pantun H. Aritonang Luka Berat 50 3 Muhammad Iklas Md 64 55

16 Hal di atas bisa disebabkan oleh : a) Adanya kemungkinan surat pemberitahuan kepada ahli waris atau korban tidak sampai atau mungkin tidak diterima oleh klaimen. b) Apabila klaimen dalam beberapa hari tidak juga hadir maka petugas mengupayakan kembali untuk memberitahukan pengajuan berkas tersebut. Maka sebaikanya perusahaan dengan cepat melakukan pemberitahuan proses santunan kepada klaimen yang diabaikan dan cabang sebaikanya melakukan survey langsung ke alamat korban, hal ini dikhawatirkan bahwa alamat korban yang ada diberkas ternyata tidak sesuai dengan alamat yang sesungguhnya. 4.3 Audit Operasional Pembayaran Santunan Audit pembayaran klaim bertujuan untuk menilai kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku, menilai daya guna dan kehematan dalam penggunaan santunan yang tersedia dan menilai hasil guna atas kegiatan dan atas program bidang pelayanan klaim Audit Program Pembayaran Santunan Audit program pembayaran santunan bertujuan untuk memastikan apakah pembayaran atas santunan sudah berjalan sesuai dengan prosedur yang ada dan untuk memastikan apakah santunan sudah dibayarkan dan sampai kepada orang yang tepat menerima santunan. Dalam penyusunan pengajuan klaim, sebagaimana termuat dalam RKAT, dilakukan beberapa langkah langkah audit, diantaranya yaitu : 56

17 1. Dapatkan data realistis pembayaran santunan dan jumlah korban sesuai periode audit tahunan berjalan dengan tahun lalu. 2. Evaluasi nilai sasaran kecepatan penyelesaian santunan yang telah ditetepkan Kantor Pusat dan data kecepatan penyelesaian santunan yang diukur dari tanggal kecelakaan maupun dari tanggal pengajuan klaim. 3. Teliti secara sampling terhadap prosedur pengadminitrasian berkas klaim. 4. Dapatkan arsip berkas santunan yang telah diselesikan, untuk memastikan proses penyelesian santunan telah sesuai petunjuk kerja/peraturan perusahaan yang berlaku. 5. Lakukan survey setelah pembayaran santunan dilakukan secara sampling sesuai periode audit untuk mengatahui kebenaran pembayaran dana santunan. 6. Susun simpulan hasil audit dan buat daftar temuan hasil audit dan dibicarakan untuk mendapatkan tanggapan dari pimpinan obyek yang di Audit Audit Operasional Atas Jumlah Kecelakaan Data statistic angka proses klaim kecelakaan dapat dilihat pada table 4.3 berikut : Tabel 4.3 Data Jumlah Kecelakaan Periode 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 Tahun Belum ada pengajuan Dibayar Ditolak Dilimpahkan Penyelesaian pada (Bulan +1) Penyelesaian > (Bulan +1) Jumlah

18 Dari hasil peneliti periode 5 tahun di atas, yaitu : 1. Belum ada pengajuan dari para korban/ahli waris yang mungkin disebabkan oleh sudah berdamai dan juga di cover asuransi lain. 2. Berkas dilimpahkan di kirim kembali kepada ahli waris sesuai dengan domisili. Seperti waktu kecelakaan dan diajukannya klaim berbeda dengan alamat ahli waris sehingga berkas dilimpahkan di daerah ahli waris dan di bayarkan di kantor cabang PT Jasa Raharja. 3. Penolakan pembayaran dana santunan di lakukan oleh PT. Jasa Raharja. diakibatkan pemohon mengalami kecelakaan tunggal yang di akibatkan oleh kesalahan sendiri. Kesalahan dalam kecelakaan yang mengakibatkan korban tidak termasuk dimana kendaraan tersebut mengalami kecelakaan sendiri seperti menabrak pohon, menabrak trotoar. Sehingga pembayaran tidak bisa dilakukan oleh PT. Jasa Raharja. 4. Berkas klaim yang di ajukan dapat diselesaikan dalam periode bulan yang bersangkutan dan berkas yang di selesaikan di atas satu bulan. Persentase penyelesaian klaim yang melebihi standar waktu selama 7 hari meningkat, sebagai berikut : 58

19 Table 4.4 Persentase Penyelesaian Klaim Tahun Jatuh tepat Waktu (1) 1 bulan (2) > 1 bulan (3) Total Pembayaran (4 = 1+2+3) Total Keterlambatan (5 = 2+3) Persentase Keterlambatan (6 = 5/4) % % % % % Dari hasil analisa peneliti, kinerja PT Jasa Raharja dalam penyelesaikan pembayaran belum efektif dan efisien di karenakan perbedaan persentase dari tahun 2008 sampai tahun 2012 mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Dengan demikian di perlukan lagi perbaikan dalam pengerjain proses penyelesaian klaim demi meningkatkan kinerja perusahaan Pelaksanaan Audit Operasional Pembayaran Santunan Tabel 4.5 Dana Santunan yang Telah Diterima No No Berkas Nama Korban MD LL CT Santunan(Rp) Azmi Azizi X , Mulyono X , Rezfani Nurhadi X X ,- 59

20 Dedeh R X X , Yasin Yusuf X , Widi Sutisna X X , Erwanda R X , Prayogo X , Supendri X , Marzuki X ,- Pada korban yang meninggal dunia pembayaran santunan yang diberikan sebesar Rp , korban cacat maksimal pembayaran santunan sebesar Rp dan korban luka luka pembayaran santunan maksimal Rp Dengan dana tersebut pembayaran yang dilakukan pihak Jasa Raharja kepada korban/ahli waris dilakukan dengan cara melalui transfer sesuai jumlah di atas Rp dan di bawah bisa dilakukan dengan cara kas maupun transfer. Dari hasil survey klaim tersebut diketahui hal hal sebagai berikut : a. Tidak ditemukan adanya pembayaran klaim fiktif, rekayasa kasus kecelakaan, maupun ketidak absahan ahli waris. b. Kasus kecelakaan yang dialami oleh korban benar benar terjadi. c. Bahwa jumlah santunan yang diterima oleh ahli waris atau korban dari petugas PT Jasa Raharja dalam keadaan utuh, tidak ada yang melakukan pemotongan ataupun pemberian dari klaimen kepada petugas PT Jasa Raharja. 60

21 d. Dengan adanya santunan dari PT Jasa Raharja, korban maupun ahli waris sangat terbantu dalam hal financial terutama untuk menyelenggarakan acara selamatan korban maupun untuk meringankan biaya perawatan yang telah dikeluarkannya selama di rumah sakit. e. Ahli waris atau korban belum semua dapat mengetahui cara dalam mengurus berkas klaim, karena pengurusan tersebut tidak dilakukan sendiri akan tetapi dibantu oleh polisi atau orang orang yang memang mencari keuntungan pribadi. f. Sebagian informasi tentang santunan Jasa Raharja diperoleh dari Kepolisian, Rumah Sakit, dan tetangga yang pernah mengurus Jasa Raharja. g. Pada umumnya ahli waris maupun korban merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh petugas, dari segi penerimaan ahli waris/korban maupun dalam memberikan penjelasan kepada korban atau ahli waris. h. Masih dirasa perlu adanya sosialisasi yang terus menerus melalui berbagai media atau tatap muka dalam berbagai kesempatan, supaya masyarakat dapat mengerti serta memahami hak dan kewajiban tentang Jasa Raharja. Sehingga bisa lebih tahu langkah langkah yang harus dilakukan dalam mengurus santunan Jasa Raharja. i. Korban atau ahli waris belum semua mengetahui keberadaan petugas Jasa Raharja di Samsat sehingga dalam proses pengajuan klaim masih terdapat ahli waris atau korban yang langsung mengajukan ke Kantor Cabang. j. Belum semua kasus meninggal dunia dilakukan jemput bola sehingga ada peluang bagi oknum-oknum tertentu yang membantu pengurusan santunan 61

22 untuk membuat suatu kesepakatan meminta imbalan apabila telah menerima santunan PT Jasa Raharja. Dengan kondisi seperti itu sebaikanya perusahaan melakukan jemput bola dengan lebih efektif untuk menghindari adanya pemotongan dari pihak pihak lain. Perusahaan harus lebih intensif memberikan informasi mengenai prosedur pengajuan klaim berkas pada saat berkas pertama di ajukan di Cabang atau di Samsat. Jadi dapat disimpulkan perusahaan sudah melakukan pelayanan yang dinilai cukup baik oleh Ahli Waris maupun korban, sebaiknya perusahaan tetap mempertahankan prestasi yang sudah didapat. 62

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL MENGENAI PEMBAYARAN SANTUNAN ASURANSI KECELAKAAN PADA PT JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG DKI JAKARTA

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL MENGENAI PEMBAYARAN SANTUNAN ASURANSI KECELAKAAN PADA PT JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG DKI JAKARTA ANALISIS AUDIT OPERASIONAL MENGENAI PEMBAYARAN SANTUNAN ASURANSI KECELAKAAN PADA PT JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG DKI JAKARTA Findy Widya Lucznika Novianti Dosen Pembimbing : Ahmad Adri, Drs., Ak., MBA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas jalan yang tidak bertambah dan ketidak disiplinan para penggunanya

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas jalan yang tidak bertambah dan ketidak disiplinan para penggunanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor, fasilitas jalan yang tidak bertambah dan ketidak disiplinan para penggunanya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia di sektor produktif

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia di sektor produktif BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia di sektor produktif seperti akses dan infrastruktur jalan, berbanding lurus dengan tingkat pertumbuhan kendaraan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN. front office menjadi terhambat atau pun tidak efektif dan efisien, dan penulis

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN. front office menjadi terhambat atau pun tidak efektif dan efisien, dan penulis 32 BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN 4.1 Analisis Sistem yang Berjalan Dalam analisis sistem yang berjalan yaitu tentang prosedur pelayanan yang mana dalam prosedur tersebut yang mana PT. JasaRaharja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor,

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor, fasilitas jalan yang tidak bertambah dan ketidak disiplinan para penggunanya merupakan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola dasar pembangunan nasional meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga pembangunan seluruh rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DIVISI PELAYANAN KLAIM PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DIVISI PELAYANAN KLAIM PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008 APLIKASI PENGOLAHAN DATA DIVISI PELAYANAN KLAIM PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008 Yan Handel Jurusan Manajemen Informatika POLITEKNIK PalComTech

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG BESAR SANTUNAN DAN IURAN WAJIB DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG ALAT ANGKUTAN PENUMPANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance) adalah mengenai

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance) adalah mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance) adalah mengenai peningkatan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat ketempat lainnya dengan cepat. Hampir tidak ada lagi tempat-tempat yang

BAB I PENDAHULUAN. tempat ketempat lainnya dengan cepat. Hampir tidak ada lagi tempat-tempat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya perkembangan zaman, maka meningkat pula segala kegiatan manusia untuk memenuhi keperluannya. Salah satu diantaranya adalah kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, alat transportasi terdiri dari berbagai macam yaitu alat transportasi darat,

Lebih terperinci

Jurnal FASILKOM Vol.3 No.2, 1 Oktober 2005 ANALISA SISTEM INFORMASI PERMOHONAN DANA SANTUNAN. Riya Widayanti

Jurnal FASILKOM Vol.3 No.2, 1 Oktober 2005 ANALISA SISTEM INFORMASI PERMOHONAN DANA SANTUNAN. Riya Widayanti ANALISA SISTEM INFORMASI PERMOHONAN DANA SANTUNAN Riya Widayanti riyawidayanti@yahoo.com ABSTRAK Perkembangan jaman yang semakin meningkat akan berdampak pada naiknya segala kegiatan manusia, salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1965 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1965 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 17 TAHUN 1965 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG PRESIDEN, Menimbang : bahwa perlu segera mengadakan ketentuan-ketentuan pelaksanaan

Lebih terperinci

WEBSITE SAMSAT DIY PELAYANAN KAMI URUSAN KAMI PERPANJANGAN KBM (5 TAHUN) Kendaraan Mutasi dari Dalam Daerah. Penggantian BPKB Hilang

WEBSITE SAMSAT DIY PELAYANAN KAMI URUSAN KAMI PERPANJANGAN KBM (5 TAHUN) Kendaraan Mutasi dari Dalam Daerah. Penggantian BPKB Hilang WEBSITE DIY PELAYANAN KAMI KELILING/ SATLING = 5 GALERIA =1 E- Posti = 25 DESA= 9 ACARA TERTENTU URUSAN KAMI SEKATEN = 1 HUT KABUPATEN/ KOTA = 5 PERPANJANGAN KBM (1 TAHUN) PERPANJANGAN KBM (5 TAHUN) Persyaratan

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi Perkeretaapian UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 157 (1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, lukaluka, atau meninggal dunia

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang No.1510, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Peserta Penerima Upah. Jaminan Kecelakaan Kerja. Jaminan Kematian. Jaminan Hari Tua. Tata Cara Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II BAB II BENTUK DAN JENIS SANKSI YANG BISA DIKENAKAN TERHADAP PENGENDARA MOBIL TERSEBUT DAN TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH DALAM MENYELENGGARAKAN KESELAMATAN LALU LINTAS 1. Bentuk dan Jenis Sanksi yang Bisa Dikenakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ditegaskan bahwa salah satu tujuan yang harus diwujudkan oleh negara adalah meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK)

PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK) PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK) 1. Pengertian Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) adalah perlindungan atas risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja berupa perawatan, santunan, dan tunjangan

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

2015, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2076, 2015 KEMENAKER. Jaminan. Kecelakaan Kerja. Kematian. Usaha Jasa Kontruksi. Program Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.154, 2015 KESRA. Jaminan Sosial. Kecelakaan Kerja. Kematian. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5714). PERATURAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan pembahasan pada bab IV, maka penulis akan mencoba. menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan pembahasan pada bab IV, maka penulis akan mencoba. menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP 1.1. Kesimpulan Setelah menguraikan pembahasan pada bab IV, maka penulis akan mencoba menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Ketika mengalami kecelakaan dan ingin melakukan pengajuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 ABD. WAHID / D 101 10 633 ABSTRAK Perkembangan ilmu dan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 45 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil evaluasi audit operasional atas pembayaran klaim pada AJB Bumiputera 1912 yang merupakan salah satu perusahaan asuransi ternama. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sudah mengalami perkembangan yang begitu signifikan dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran Yunani kuno yang dipimpin

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1965 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1965 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1965 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG Presiden Republik Indonesia, Menimbang: bahwa perlu segera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia selalu berusaha untuk memperoleh kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN PERLINDUNGAN KESELAMATAN PENUMPANG UMUM KAPAL WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK

UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK M A K A L A H ASURANSI JASA RAHARJA TERHADAP KORBAN LALU LINTAS DI SUSUN OLEH : HARDIANTO H. SAMINA SEMESTER 1 UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2011 / 2012

Lebih terperinci

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SP...LINAN

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SP...LINAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SP...LINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PMK.010/2017 TENT ANG BESAR SANTUNAN DAN IURAN WAJIB DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek ini penulis melakukan kerja praktek di PT. JASARAHARJA PUTERA, dimana penulis ditempatkan dibagian

Lebih terperinci

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM (1). JENIS PRODUK JENIS KLAIM : MENINGGAL DUNIA AKIBAT SAKIT 1. Surat Pengajuan Klaim Oleh Pemegang Polis Dan Cabang dibubuhi cap / Stempel 2. Isi Formulir Klaim Kematian ( Sebab kematian,riwayat kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien yang berisi tentang keterangan kesehatan pasien. (2) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/2008,

BAB I PENDAHULUAN. pasien yang berisi tentang keterangan kesehatan pasien. (2) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/2008, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM (). JENIS PRODUK : PROTECTO MARINE (ABK) JENIS KLAIM : MENINGGAL DUNIA (Meninggal di Rumah) Surat Pengajuan Klaim oleh Pemegang Polis dan Cabang 5 Foto Copy KTP/SIM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a bahwa sebagai pelaksanaan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-11 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 01 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

LAMPIRAN. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 1947

LAMPIRAN. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 1947 - 2 - LAMPIRAN. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 1947 Pasal 1. Aturan Umum. 1. Biaya perjalanan dinas dibayar oleh Negeri dengan cara dan sebanyak jumlah-jumlah yang ditetapkan dalam peraturan ini.

Lebih terperinci

RINGKASAN INFORMASI PRODUK DAN/ATAU LAYANAN FAMILY IN CARE

RINGKASAN INFORMASI PRODUK DAN/ATAU LAYANAN FAMILY IN CARE Family In Care merupakan produk asuransi kecelakaan yang diterbitkan oleh PT AIA FINANCIAL. Berikut ini adalah ringkasan informasi mengenai produk dan/atau layanan Family In Care. Harap dibaca dan dipelajari

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Siklus penggajian merupakan salah satu aktivitas yang terdapat dalam fungsi Sumber Daya Manusia. Pengelolaan penggajian yang dilaksanakan dengan baik di perusahaan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG BESAR SANTUNAN DAN SUMBANGAN WAJIB DANA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG BESAR SANTUNAN DAN SUMBANGAN WAJIB DANA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG BESAR SANTUNAN DAN SUMBANGAN WAJIB DANA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 4 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai pertanggungjawaban Pemerintah Kota Bandung

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai pertanggungjawaban Pemerintah Kota Bandung BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini mengenai pertanggungjawaban Pemerintah Kota Bandung dalam penyediaan sarana dan prasarana lalu lintas jalan berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas jalan yang

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN TABUNGAN BERENCANA PADA BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG LUBUK SIKAPING

BAB IV PELAKSANAAN TABUNGAN BERENCANA PADA BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG LUBUK SIKAPING BAB IV PELAKSANAAN TABUNGAN BERENCANA PADA BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG LUBUK SIKAPING A. Persyaratan Pembukaan Rekening Tabungan Berencana pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Lubuk Sikaping

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.279, 2017 KEMENKEU. SWDKLLJ. Besar Santunan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.010/2017 TENTANG BESAR SANTUNAN DAN SUMBANGAN WAJIB

Lebih terperinci

Buku Panduan Klaim Asuransi Kecelakaan Kerja

Buku Panduan Klaim Asuransi Kecelakaan Kerja [Untuk Orang Asing yang Bekerja di Jepang] インドネシア 語 版 Buku Panduan Klaim Asuransi Kecelakaan Kerja Pembayaran Asuransi Yang Dapat Diklaim (Ditagihkan) Asuransi kecelakaan kerja juga diterapkan

Lebih terperinci

Lengan kiri mulai dari bahu : 56% (lima puluh enam persen) Uang Pertanggungan

Lengan kiri mulai dari bahu : 56% (lima puluh enam persen) Uang Pertanggungan FREQUENT ASKED QUESTIONS SIJI SECURE 3 1. Apa pengertian Produk SIJI Secure 3? Produk SIJI Secure 3 adalah Jenis asuransi yang memberikan manfaat apabila Tertanggung meninggal dunia karena kecelakaan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1947 NO. 13) (13/1947) PERATURAN TENTANG ONGKOS JALAN UNTUK PEGAWAI NEGERI, YANG MELAKSANAKAN PERJALANAN DINAS.

PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1947 NO. 13) (13/1947) PERATURAN TENTANG ONGKOS JALAN UNTUK PEGAWAI NEGERI, YANG MELAKSANAKAN PERJALANAN DINAS. PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1947 NO. 13) (13/1947) PERATURAN TENTANG ONGKOS JALAN UNTUK PEGAWAI NEGERI, YANG MELAKSANAKAN PERJALANAN DINAS. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang: bahwa "Peraturan tentang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 23/MEN/XII/2008 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 23/MEN/XII/2008 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA Hasil RR. Menteri Kamis 4 Des 08 EDIT I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 23/MEN/XII/2008 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa zat radioaktif mengandung bahaya radiasi, baik terhadap

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG . BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1965 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN DANA KECELAKAAN LALU- LINTAS JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1965 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN DANA KECELAKAAN LALU- LINTAS JALAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1965 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN DANA KECELAKAAN LALU- LINTAS JALAN PRESIDEN, Menimbang : perlu segera mengadakan ketentuan-ketentuan pelaksanaan dari Undangundang

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.1513, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Jaminan.Pensiun.Pembayaran.Penghentian.Kepesertaa n.pendaftaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 53 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 53 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BLITAR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2004 NOMOR : 30 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENGUKURAN KAPAL, SERTIFIKAT KESEMPURNAAN KAPAL, DISPENSASI PENUMPANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2004 NOMOR : 30 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG R E T R I B U S I P E L A Y A N A N P E N G U K U R A N K A P A L, S E R T I F I K A

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI IURAN WAJIB ASURANSI KENDARAAN UMUM PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008

SISTEM INFORMASI IURAN WAJIB ASURANSI KENDARAAN UMUM PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008 SISTEM INFORMASI IURAN WAJIB ASURANSI KENDARAAN UMUM PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008 Yebie Deftari Jurusan Sistem Informasi STMIK PalComTech

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN

Lebih terperinci

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM (1). JENIS PRODUK JENIS KLAIM : PROTECTO EDU DUO : MENINGGAL DUNIA SAKIT 3. Isi Formulir Klaim Kematian ( Sebab kematian,riwayat kesehatan, kronologis kematian dan pernyataan ahli waris tanda tangan diatas

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT MITRA MAKMURJAYA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT MITRA MAKMURJAYA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT MITRA MAKMURJAYA MANDIRI IV.1. Survey Pendahuluan Survey pendahuluan yang dilakukan adalah atas aktivitas yang berkaitan dengan prosedur

Lebih terperinci

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM Nama Perusahaan : (). JENIS PRODUK : PROTECTO EDU JENIS KLAIM : MENINGGAL DUNIA SAKIT (Meninggal di Rumah) Surat Pengajuan Klaim oleh Pemegang Polis dan Cabang dibubuhi

Lebih terperinci

PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS

PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS Pendahuluan Rumah Sakit yang salah satu pelayanannya adalah menyelenggarakan pelepasan informasi isi Rekam Medis pasien yang sesuai dengan standar yakni berisi informasi

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2017 HANKAM. Pencarian dan Operasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6061) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN. bermotor. Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan

BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN. bermotor. Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan perorangan Speed Power Racing adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan spare parts (perlengkapan) kendaraan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 55 TAHUN 2016

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 55 TAHUN 2016 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia meliputi berbagai bidang kehidupan diantaranya idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto Mandiri dibatasi pada hal-hal berikut ini: a. Mengidentifikasikan kelemahan sistem pengendalian

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Tentang TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA. Oktober 2011

Tentang TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA. Oktober 2011 Tentang TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA Oktober 2011 1 LATAR BELAKANG Memberikan pemahaman kepada penyedia dan pengguna jasa angkutan udara tentang arti sebuah tiket, surat muatan udara dan claim

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN PEMBUKAAN KANTOR CABANG, KANTOR CABANG PEMBANTU DAN KANTOR KAS KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KOTA SURABAYA

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN PEMBUKAAN KANTOR CABANG, KANTOR CABANG PEMBANTU DAN KANTOR KAS KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN PEMBUKAAN KANTOR CABANG, KANTOR CABANG PEMBANTU DAN KANTOR KAS KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Ta

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Ta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1045, 2017 KEMENAKER. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Indonesia. Program. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 35 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI DI

Lebih terperinci

GANTI RUGI DALAM ASURANSI KECELAKAAN PENUMPANG ANGKUTAN UDARA KOMERSIAL

GANTI RUGI DALAM ASURANSI KECELAKAAN PENUMPANG ANGKUTAN UDARA KOMERSIAL GANTI RUGI DALAM ASURANSI KECELAKAAN PENUMPANG ANGKUTAN UDARA KOMERSIAL Oleh : Luh Gde Lina Gustiari I Wayan Suarbha Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT: This writing shall

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENYEBERANGAN DI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GOWA RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GOWA RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 110

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI KEPEMERINTAHAN. Jaminan Kematian. Jaminan Kecelakaan. Aparatur Sipil Negara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2009

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2009 WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2009 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PT.JASA RAHARJA DAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN PO.SUMBER SEJAHTERA TERHADAP PENUMPANG KORBAN KECELAKAAN ARI PURNOMO ADJI / D

TANGGUNG JAWAB PT.JASA RAHARJA DAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN PO.SUMBER SEJAHTERA TERHADAP PENUMPANG KORBAN KECELAKAAN ARI PURNOMO ADJI / D TANGGUNG JAWAB PT.JASA RAHARJA DAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN PO.SUMBER SEJAHTERA TERHADAP PENUMPANG KORBAN KECELAKAAN ARI PURNOMO ADJI / D 101 10 218 ABSTRAK PO. Sumber Sejahtera merupakan salah satu perusahaan

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 No.1459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Status Gugur/Tewas. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STATUS GUGUR ATAU TEWAS BAGI PRAJURIT

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/K/X-XIII.2/2/2009 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/K/X-XIII.2/2/2009 TENTANG KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/K/X-XIII.2/2/2009 TENTANG MEKANISME KERJA TIM PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SEKRETARIS JENDERAL

Lebih terperinci