BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kompetensi Konselor. Tabel 2.1. KOMPETENSI KONSELOR
|
|
- Harjanti Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kompetensi Konselor Pengertian Kompetensi Konselor Menurut Permendiknas No. 27/2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK), menjelaskanbahwa ada tujuh belas kompetensi inti yang disebut sebagai Kompetensi Pola 17 yang lebih jauh dirinci menjadi 76 kompetensi. Ketujuhbelas kompetens iinti tersebut adalah: Tabel 2.1. KOMPETENSI KONSELOR KOMPETENSI INTI KOMPETENSI A. KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praktik 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuan 1.2 Mengimplementasikan prinsipprinsip pendidikan dan proses pembelajaran 1.3 Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan 2. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli 2.1 Mengaplikasikan kaidah-kaidah perilaku manusia, perkembangan fisik dan psikologis individu terhadap sasaran pelayanan dalam upaya pendidikan 2.2 Mengaplikasikan kaidah-kaidah 1
2 3. Menguasai esensi pelayanan dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan kepribadian, individualitas dan perbedaan konseli terhadap sasaran pelayanan dan konseling dalam upaya pendidikan 2.3 Mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran pelayanan dalam upaya pendididkan 2.4 Mengaplikasikan kaidah-kaidah keberbakatan terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan 2.5 Mengaplikasikan kaidah-kaidah kesehatan mental terhadap sasaran pelayanan bembingan dan konseling dalam upaya pendidikan 3.1 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal, nonformal dan informal 3.2 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus 3.3 Menguasai esensi bembingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah, serta tinggi 2
3 B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN 4. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 5. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dam kebebasan memilih 6. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat 4.1 Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 4.2 Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain 4.3 Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur 5.1 Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi 5.2 Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya 5.3 Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya 5.4 Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya 5.5 Toleran terhadap permasalahan konseli 5.6 Bersikap demokratis 6.1 Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti jujur, sabar, ramah, dan konsisten) 3
4 7. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi 6.2 Menampilkan emosi yang stabil 6.3 Peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan 6.4 Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan frustasi 7.1 Menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif 7.2 Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri 7.3 Berpenampilan menarik dan menyenangkan 7.4 Berkomunikasi secara efektif C. KOMPETENSI SOSIAL 8. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja 8.1 Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak lain (guru, wali kelas, pimpinan sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah) di tempat bekerja 8.2 Mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak lain di tempat bekerja 8.3 Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja (seperti guru, orang tua, tenaga administrasi) 4
5 9. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi 10. Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi 9.1 Memahami dasar tujuan dan AD/ART organisasi profesi untuk pengembangan diri dan profesi 9.2 Menaati kode etik profesi 9.3 Aktif dalam organisasi profesi untuk pengembangan diri dan profesi 10.1 Mengkomunikasikan aspek-aspek profesional bimbinga dan konseling kepada organisasi profesi lain 10.2 Memahami peran organisasi profesi lain dan memanfaatkannya untuk suksesnya pelayanan bimbingan dan konseling 10.3 Bekerja dalam tim bersama tenaga para profesional dan profesional profesi lain 10.4 Melaksanakan referal kepada ahli profesi lain sesuai dengan keperluan D. KOMPETENSI PROFESIONAL 11. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli 11.1 Menguasai hakikat asesmen 11.2 Memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan pelayanan 11.3 Menyususn dan mengembangkan instrumen asesmen untuk keperluan 5
6 12. Menguasai kerangka teoretik dan praksisi bimbingan dan konseling 11.4 Mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalahmasalah konseli 11.5 Memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen pengungkapan kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi konseli 11.6 Memilih dan mengadministrasikan instumen untuk mengungkapkan kondisi aktual konseli berkaitan dengan lingkungan 11.7 Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan 11.8 Menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan bimbingan dan konseling dengan tepat 11.9 Menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik asesmen 12.1 Mengaplikasikan hakikat pelayanan 12.2 Mengaplikasikan arah profesi 12.3 Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling 12.4 Mengaplikasikan pelayanana sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja 12.5 Mengaplikasikan pendekatan / 6
7 13. Merancang program 14. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif 15. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling 12.6 Mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan bimbingan dan konseling 13.1 Menganalisis kebutuhan konseli 13.2 Menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasarkan kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan 13.3 Menyusun rencana pelaksanaan program 13.4 Merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program 14.1 Melaksanakan program bimbingan dan konseling 14.2 Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanaan 14.3 Memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli 14.4 Mengelola sarana dan biaya program 15.1 Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling 7
8 16. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesi 15.2 Melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling 15.3 Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan kepada pihak terkait 15.4 Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program 16.1 Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan pribadi dan profesional 16.2 Menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik profesional konselor 16.3 Mempertahankan objektifitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah konseli 16.4 Melaksanakan referal sesuai dengan keperluan 16.5 Peduli terhadap identitas profesional dan pengembangan profesi 16.6 Mendahulukan kepentingan konseli dari pada kepentingan pribadi konselor 16.7 Menjaga kerahasiaan konseli 8
9 17. Menguasai konsep dan praksisi penelitian dalam 17.1 Memahami berbagai jenis dan metode penelitian 17.2 Mampu merancang penelitian 17.3 Melaksanakan penelitian 17.4 Memanfaatkan hasil penelitian dalam dengan mengakses jurnal pendididkan dan bimbingan dan konseling Sosok Utuh Kompetensi Konselor Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008), sosok utuh kompetensi konselor terdiri atas 2 komponen yang berbeda namun terintegrasi dalam praksis sehingga tidak bisa dipisahkan yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional. 1. Kompetensi Akademik Konselor Kompetensi akademik konselor yang utuh diperoleh melalui program S-1 Pendidikan Profesional Konselor Terintegritas (Engels, D.W dan J.D. Dameron, (Eds.), (1990). Ini berarti untuk menjadi pengampu pelayanan di bidang, tidak dikenal adanya pendidikan profesional konsekutif sebagaimana yang berlaku di bidang pendidikan profesional guru. Kompetensi akademik seorang konselor profesional terdiri atas kemampuan: a. Mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani. Sosok kepribadian serta dunia konseling yang perlu didalami oleh konselor meliputi bukan saja kemampuan akademik yang selama ini dikenal sebagai inteligensi yang hanya mencakup kemampuan kebahasaan dan 9
10 kemampuan numerikal-matematik yang lazim dinyatakan sebagai IQ yang mengedepankan kemampuan berpikir analitik, melainkan juga seyogyanya melebar kesegenap spektrum kemampuan intelektual manusia sebagaimana dipaparkan dalam gagasan inteligensi multipel (Gardner, 1993), selain juga menghormati keberadaan kemampuan berpikir sistetik dan kemampuan berpikir praktikal disamping kemampuan berpikir analitik yang telah dikenal luas selama ini (Sternberg, 2003), motivasi dan keuletannya dalam belajar atau bekerja ( Perseverance, Marzano, 1992), yang diharapkan akan menerus sebagai keuletan dalam bekerja, kreativitas yang disandingkan dengan kearifan (a.l. Sternberg, 2003) serta kepemimpinan, yang dibingkai dengan kerangka pikir yang memperhadapkan karakteristik konseli yang telah bertumbuh dalam latar belakang keluarga dan lingkungan budaya tertentu sebagai rujukan normatif beserta berbagai permasalahan serta solusi yang harus dipilihnya, dalam rangka memetakkan lintasan perkembangan kepribadian (developmental trajectory) konseli dari keadaannya sekarang kearah yang dikehendaki. Selain itu, sesuai dengan panggilan hidupnya sebagai pekerja di bidang profesi perbantuan atau pemfasilitasian (helping professions), dalam upayanya mengenal secara mendalam konseli yang dilayaninya itu, konselor selalu menggunakan penyikapan yang empatik, menghormati keragamaan, serta mengedepankan kemaslahatan konseli dalam pelaksanaan layanan ahlinya. b. Menguasai khasanah teoritik dan prosedural termasuk teknologi dalam. (Van Zandt, Z dan J. Hayslip, 2001) mencakup kemampuan: 1. Menguasai secara akademik teori, prinsip, teknik, prosedur dan sarana yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. 10
11 2. Mengemas teori, prinsip dan prosedur serta sarana bimbingan dan konseling sebagai pendekatan, prinsip, teknik dan prosedur dalam penyelenggaraan pelayanan yang memandirikan. 3. Menyelenggarakan layanan ahli yang memandirikan. Untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan (Gysbers, N. C. dan P. Henderson, 2006), seorang konselor harus mampu: a. Merancang kegiatan pelayanan. b. Mengimplementasikan kegiatan pelayanan. c.menilai proses dan hasil kegiatan pelayanan serta melakukan penyesuaian-penyesuaian sambil jalan (mid-course adjustments) berdasarkan keputusan transaksional selama rentang proses dalam rangka memandirikan konseli (mind competence). d. Mengembangkan profesionalitas sebagai konselor secara berkelanjutan. Upaya peningkatan diri dapat dilakukan secara lebih sistematis dengan melakukan Penelitian Tindakan (Action Research), dengan mengakses berbagai sumber informasi termasuk yang tersedia di dunia maya, selain melalui interaksi kesejawatan baik yang terjadi secara spontan-informal maupun yang diacarakan secara lebih formal, sampai dengan mengikuti pelatihan serta pendidikan lanjut. 2. Kompetensi Profesional Konselor Penguasaan kompetensi profesional konselor terbentuk melalui latihan menerapkan kompetensi akademik dalam bidang yang telah dikuasai itu dalam konteks otentik di sekolah atau arena terapan layanan ahli lain yang relevan melalui program pendidikan profesi konselor. 11
12 Karakter atau Sifat yang harus di miliki oleh Guru BK Menurut S. A. Harmin dan B. P. Paulson (Sukardi, 1983) mengenai karakter atau sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru pembimbing, yaitu : penuh pemahaman, sikap bersimpati, ramah-tamah, memiliki rasa humor (Sense of Humor), stabil, sabar, objektif, tulus ikhlas, bijaksana, jujur, berpandangan luas, baik hati, menyenangkan, tanggap terhadap situasi sosial dan bersikap tenang. Menurut Carleghuff (dalam Sutrinah, 2004) menyebutkan juga bahwa ada 9 sifat kepribadian dalam sikap konselor yang dapat mengembangkan orang lain yaitu : 1. Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk merasakan secara tepat apa yang dirasakan dan dialami oleh orang lain dan mengkomunikasikan persepsinya. 2. Respek, yaitu menunjukkan secara tidak langsung bahwa konselor menghargai martabat dan nilai konseli sebagai manusia. Artinya konselor menerima bahwa setiap konseli memiliki hak memilih, memiliki kebiasaan kemauan, dan, mampu membuat keputusan sendiri. 3. Keaslian(Genuinness), yaitu kemampuan konselor menyatakan dirinya secara bebas dan mendalam, tanpa ragu-ragu, tidak memainkan peranan, tidak mempertahankan diri, dan tidak ada pertentangan antara apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan. 4. Konkrit (Concretnass), yaitu pernyataan ekspresi khusus mengenai perasaan dan pengalaman orang lain. Konselor akan selalu memelihara keserasian dalam hubungan dengan orang lain dan mencegah konseli untuk melarikan diri masalah yang ia hadapi. 5. Kofrontaasi (Confrontation), yaitu dapat dilakukan jika terdapat kesenjangan antara apa yang dikatakan dengan apa yang dialami, atau antara apa yang ia katakan pada suatu saat dengan apa yang ia katakan sebelumnya. 6. Membuka diri, adalah penampilan perasaan, sikap, pendapat, dan, pengalamanpengalaman pribadi konselor untuk kebaikan konseli. Pembukaan diri hendaknya dilaksanakan dalam waktu yang tepat dan pantas. 12
13 7. Kesanggupan (Potency), merupakan suatu kharisma, suatu kekuatan yang dinamis dan magnetis dari kekuatan pribadi konselor. Konselor yang memiliki potensi ini selalu menampakkan kekuatannya dalam penampilan pribadi, mampu menguasai diri dan mampu menyalurkan patensinya dan memberi rasa aman pada konseli. 8. Kesiapan (Immediacy), adalah suatu hubungan perasaan antara konseli dan konselor pada waktu ini dan saat ini. Tingkat Immediacy yang tinggi terjadi pada saat diskusi dan analisis yang terbuka mengenai hubungan antara konseli dan konselor dalam situasi konseling. 9. Aktualisasi diri (Self actualization), memiliki korelasi yang tinggi terhadap keberhasilan konseling. Aktualisasi diri menunjukkan secara tak langsung bahwa orang dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya secara langsung, karena ia mempunyai kekuatan untuk mencapai tujuan hidupnya. Tetapi dalam kenyataan di lapangan, tidak sedikit para siswa yang tidak mau datang ke ruang, bukan karena guru BKnya yang kurang keilmuannya dalam bidang bimbingan, tetapi karena mereka memiliki kesan bahwa pembimbing tersebut bersifat kaku atau kurang ramah sehingga siswa merasa tidak dekat dengan guru BK. Terkadang muncul beberapa konsep negatif tentang ciri-ciri kepribadian guru BK di sekolah. Hal ini diungkapkan oleh Mapiare (1984) sebagai berikut : 1. Bimbingan merupakan bantuan kepada murid yang salah suai. Akibatnya bimbingan cenderung hanya bersifat penyembuhan saja dan mengabaikan sifat pencegahan dan pengembangan. 2. Bimbingan sama dengan pemberian nasehat. Pemberian nasehat berasal dari satu pihak saja, pelaksanaannya didominasi oleh pemberi nasehat dan terdapat unsur penghargaan langsung yang cenderung bersifat paksaan. Di dalam bimbingan ada teknik pemberian nasehat tetapi porsinya sangat kecil. 3. Pembimbingan bukanlah obat mujarap bagi segala masalah pendidikan. Guru mengirim siswa kepada konselor karena sering beranggapan bahwa pembimbing dapat memecahkan semua persoalan yang dialami oleh siswa. 13
14 4. Pembimbing dicap sebagai hakim karena selalu memberikan sanksi terhadap kesalahan siswa. 5. Pembimbing dianggap sebagai pengawas karena pembimbing diberi beban untuk mendisiplinkan siswa. Hal ini jika dilakukan oleh guru pembimbing maka akan mengurangi keakraban murid dengan guru pembimbing dan mengaburkan peranan pembimbing dimata siswa. 6. Pembimbing menuntut kepatuhan pihak yang dibimbing. 7. Pembimbing dicap sebagai orang yang suka marah karena tak jarang dalam memberikan bimbingan selalu marah-marah terhadap siswa. 8. Pembimbing di pandang sebagai usaha penyembuhan penyakit jiwa Sikap-sikap yang Mesti Dimiliki Konselor Sekolah Menurut Endang Ertiati Suhesti (2012), ada beberapa sikap yang mesti diinternalisasikan ke dalam diri seorang konselor sekolah, yaitu sebagai berikut: 1. Sikap percaya diri Ach Syaifullah (2010:49), mengemukakan bahwa sikap percaya diri adalah sikap yang mencerminkan keyakinan dalam diri seseorang untuk dapat menangani segala sesuatu yang ada dihadapannya dengan tenang.kepercayaan diri sebagai modal dasar untuk menghadapi anak sehingga anak merasa lebih aman dan nyaman berhadapan dengan konselor sekolah yang memancarkan rasa percaya diri. 2. Sikap ramah dan tersenyum Sikap ramah adalah sikap yang menghargai orang lain dengan berperilaku murah senyum ataupun menyapa orang lain. Bisa menumbuhkan rasa dekat antara peserta didik dengan konselor sekolah. 3. Sikap disiplin Yaitu sikap yang mencerminkan kekonsistenan dalam berperilaku, sikap yang menghormati waktu. Seorang konselor sekolah tidak boleh menunda-nunda untuk menyelesaikan masalah peserta didik. 14
15 4. Sikap kreatif Sri Nawanti (2011:6) menjelaskan bahwa kunci dari kreatif adalah baru. Sikap kreatif disini lebih pada seorang konselor sekolah harus bisa kreatif dalam membawakan suasana dan menciptakan suasana. 5. Sikap up to date Dengan mengikuti perkembangan zaman, seorang konselor sekolah tidak kaget dengan kondisi peserta didiknya yang berbeda dari waktu ke waktu. 6. Sikap nara sumber Seorang konselor sekolah juga perlu berupaya layaknya seorang nara sumber, tahu banyak informasi yang diperlukan oleh konseli. 7. Sikap tegas Sikap tegas mutlak diperlukan bagi seorang konselor sekolah, karena sikap tegas ini sangat membantu membentuk karakter remaja untuk disiplin dan tahu aturan. 8. Sikap humoris yang terkontrol Sebagai konselor sekolah mau tidak mau mesti memiliki rasa humor, sebagai modal untuk menghadapi peserta didik yang terlihat tegang atau tekanan. 9. Sikap welcome Disela-sela kesibukan seorang konselor sekolah mengerjakan administrasi maupun kerjaan lain yang menyita perhatian, jangan lupa menyisihkan waktu untuk peserta didik. 10. Sikap pelayan Tugas seorang konselor sekolah adalah melayani peserta didik, sehingga ia harus siap siaga kapanpun untuk mereka. 11. Sikap penyadar siswa Dengan memiliki sikap penyadar peserta didik ini maka seorang konselor sekolah bisa menjadi benteng dan pengontrol bagi mereka agar perilakunya tetap terarah baik dan benar. 15
16 12. Sikap penyejuk hati siswa Sikap memberikan kesejukan kepada siswa akan menambah motivasi dan semangat juga kepercayaan diri, yang pada akhirnya akan memberikan kenyamanan dalam hal belajar. 13. Sikap dapat dipercaya Sikap yang memegang teguh pada hal-hal yang telah berada di pundaknya. Konseli mempercayai konselor sekolah sehingga ia dapat menuangkan seluruh isi hatinya dengan nyaman tanpa ada rasa curiga. 14. Sikap penjaga rahasia Sikap penjaga rahasia salah satu implementasi dari sikap dapat dipercaya dalam menjaga kerahasiaan. Konselor harus dapat mengontrol dan memilah mana yang menjadi rahasia dan hal-hal mana yang dapat didiskusikan dengan teman sejawat. 15. Sikap mau mendengarkan konseli dengan tulus Sikap mau mendengarkan konseli dengan tulus sangat perlu dimiliki konselor sekolah, agar pelaksanaan konseling dapat berjalan dengan optimal dalam menggali sebab-sebab yang menjadi permasalah konseli 16. Sikap menyayangi Dengan memberikan kasih sayang, dalam diri siswa akan tumbuh perasaan nyaman dandapat tempat yang aman untuk mengadu semua yang mereka resahkan. 17. Sikap peka dan cepat tanggap Sikap yang memperhatikan dan peduli kepada keadaan sekitar. Jika melihat keadaan di sekolah kurang kondusif, seorang konselor perlu peka untuk mengambil tindakan danperlu selalu mengamati perubahan-perubahan dan perkembangan yang terjadi pada setiap konselinya. 18. Sikap tekun dan ulet Saat menghadapi masalah konselinya, seorang konselor sekolah harus tekun dalam mengurai benang-benang yang menjadi penyebab masalah sehingga 16
17 akan mempermudahuntuk konselor dalam membantu mengatasi masalah konseli secara tepat dan akurat. 19. Sikap tenang Dengan sikap tenang yang dipancarkan oleh konselor, minimal akan membantu konseli merasa lebih tenang untuk mengahadapi masalah yang sedang merisaukan hatinya. 20. Sikap sabar Ketika menghadapi konseli, konselor jangan sampai terbawa emosi karena hal ini akan mempengaruhi cara menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh konseli. Sikap sabar ditandai dengan sikap yang tenang, kepala tetap dingin dan tidak terbawa emosi. 21. Sikap motivator Sikap yang selalu mencerminkan aura semangat baik gesture, ekspresi wajah maupun dari bahasa verbal. Seorang konselor adalah motivator yang baik, seorang yang selalu memberikan motivasi kepada setiap konselinya agar selalu bersemangat menghadapi kehidupan disetiap harinya. 22. Sikap inspiratif Sikap yang menonjolkan tentang perilaku-perilaku dan pemikiran positif, segar serta baru, kepercayaan diri yang penuh dan selalu diliputi aura semangat tinggi, sehingga siapapun yang melihat akan merasa tertarik dan tertantang untuk mengikutinya. Dengan sikap inspiratif yang selalu dipancarkan secara tidak langsung dapat memberi kekuatan kepercayaan diri kepada diri konseli. 23. Sikap tauladan Sikap yang bisa ditiru segala tindak tanduk dan tutur katanya. Sikap tauladan ini jika dipraktekkan konselor akan menjadi contoh langsung bagi para konseli, apa yang diperlihatkan oleh seorang konselor sekolah dan secara tidak langsung dapat membantu menyelesaikan masalah konseli. Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda, namun setidaknyauntuk menjadi seorang konselor sekolah tidak hanya diperlukan orang yang cerdas pemikirannya, tetapi perlu didukung oleh sikap-sikap efektif 17
18 seperti yang sudah dijelaskan diatas yang dibutuhkan konselor sekolah dalam melaksanakan praktik BK Kualitas Pribadi Konselor Menurut Cavanagh (dalam Syamsu Yusuf, LN dan A. Juntika Nurihsan, 2006), mengemukakan bahwa kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut: pemahaman diri (self-knowledge), kompeten, memiliki kesehatan psikologis yang baik, dapat dipercaya, jujur, kekuatan, bersikap hangat, responsif, sabar, kepekaan/sensitif, dan memiliki kesadaran yang holistik. Menurut Sukiman (2011:12), menambahkan bahwa ada tiga hal yang mempengaruhi kesuksesan seorang konselor sekolah dalam melaksanakan tanggungjawabnya yaitu kepribadian konselor sekolah, pengetahuan konselor tentang tingkah laku, dan keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran dalam layanan.lebih lanjut, Sukiman (2011), menjelaskan bahwa ada tujuh kompetensi pribadi yang mesti dimiliki konselor dalam mencapai kesuksesannya, yaitu: 1. Keterampilan interpersonal yang mumpuni. 2. Keyakinan dan sikap personal yang terpuji. 3. Kemampuan konseptual, meliputi kemampuan untuk memahami dan menilai masalah konseli, mengantisipasi konsekuensi tindakan di masa depan. 4. Ketegaran personal yaitu dengan membangun hubungan yang harmonis antara konselor dan konseli dalam batasan yang aman dan berusaha untuk tidak mempunyai prasangka sosial. 5. Menguasai teknik dalam menghadapi konseli. 6. Kemampuan untuk paham dan bekerja dalam sistem sosial. 18
19 7. Kemampuan terbuka untuk belajar dan bertanya terhadap latar belakang dan masalah konseli juga terbuka dalam pengetahuan baru. Jadi kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif, di samping faktor pengetahuan tentang dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik atau konseling. Seorang konselor sekolah perlu mawas diri pada sikapsikap dan sifat yang seharusnya diiternalisasikan kedalam dirinya ataupun membuang sikap dan sifat yang sekiranya tidak membantu dalam melaksanakan tanggungjawabnya Penelitian yang Relevan Penelitian ini mengacu pada penelitian Damsus (2007), dalam penelitiannya yang berjudul Ciri-Ciri Kepribadian Guru Pembimbing Yang Dinginkan Siswa Kelas X Dan XI SMA Negeri 1 Waingapu, dapat diberikan kesimpulan bahwa: Ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang diinginkan siswa sesuai dengan yang ideal mengenai ciri-ciri kepribadian guru pembimbing. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase alternatif jawaban perlu dan sangat perlu yang diperoleh. Analisis data menunjukkan hasil sebagai berikut: 1) Kemampuan memberikan dukungan (94%). 2) Kemampuan menghargai pribadi (93,1%). 3) Kemampuan menjalin relasi dengan orang lain (92,7%). 4) Kemampuan menjalin komunikasi (91,2%). 5) Kemampuan berempati (91,2%). 6) Kepribadian yang hangat dan terbuka (90,4%). 7) Kepribadian yang dewasa (90%). 8) Wawasan yang luas (87,9%). 9) Sikap objektif dan fleksibel (86,7%). 10) Bebas dari kecenderungan menguasai siswa (86%). Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Feni Ariyati (2012), dalam penelitian yang berjudul Karakterstik Kepribadian Guru Pembimbing Yang Diinginkan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Salatiga. Dapat diberikan kesimpulan bahwa: Karakteristik kepribadian guru pembimbing yang diinginkan oleh siswa, yaitu : 1) Kemampuan memberikan dukungan (94,00%). 2) Memiliki sikap 19
20 obyektif dan fleksibel (93,33%). 3) Bebas dari kecenderungan menguasai siswa (89,01%). 4) Berwawasan luas (86,06%). 5) Kepribadian yang hangat dan terbuka (85,97%). 6) Bersikap dewasa (85,26%). 7) Mampu menghargai siswa (84,86%). 8) Menjalin komunikasi dengan siswa (77,55%). 9) Empati terhadap siswa (76,89%). 10) Menjalin relasi terhadap siswa (70,98%). 20
KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani
KOMPETENSI KONSELOR Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani 1. Menghargai dan menjunjung tinggi 1.1. Mengaplikasikan pandangan positif nilai-nilai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Lebih terperinciMENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd
MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan
Lebih terperinciPemetaan kompetensi dan sub kompetensi guru secara fomal seperti. berikut: SUB KOMPETENSI. PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan
Kompetensi utuh guru meliputi kemampuan: 1. Mengenal secara mendalam peserta didik yang akan dilayani, meliputi ragam perkembangan dan perbedaan individual peserta didik, 2. Mengusai bidang studi yang
Lebih terperinciARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK)
ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) PENGANTAR Perkembangan dunia di tanah air mendapat momentum yang amat menentukan, yaitu
Lebih terperinciKISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR
KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR No 1. Pedagogik 1 Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya 1.1.1 Guru BK atau konselor dapat mengaplikasikan ilmu
Lebih terperinciISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah)
ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah) Petunjuk Pengisian : 1. Setiap Pertanyaan hanya bisa diisi satu pilihan 2. Pilihan ditandai dengan Membubuhkan tanda centang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. industri. Istilah kinerja berasal dari kata Job performance (prestasi kerja). Kinerja
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kinerja Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja berarti hasil yang dicapai melebihi ketentuan. Konsep kinerja awalnya sering dibahas dalam konteks
Lebih terperinciLAMPIRAN 2 INSTRUMEN PK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR
LAMPIRAN INSTRUMEN PK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR 90 Lampiran B LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR Nama Guru NIP/Nomor Seri Karpeg Pangkat /Golongan
Lebih terperinciKISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Standar Kompetensi Konselor
KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN : BIMBINGAN DAN KONSELING JENJANG PENDIDIKAN : SMP/SMA/SMK Kompetensi Kopetensi Pedagogik 1. Menguasahi teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasahi ilmu
Lebih terperinciKISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1.1 Menguasahi ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya
KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN : BIMBINGAN DAN KONSELING JENJANG PENDIDIKAN : SMP/SMA/SMK Standar Kopetensi Pedagogik 1. Menguasahi teori dan praksis pendidikan 2. Mengaplikasikan
Lebih terperinciKISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1.1 Menguasahi ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya
KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN : BIMBINGAN DAN KONSELING JENJANG PENDIDIKAN : SMP/SMA/SMK Standar Kopetensi Pedagogik 1. Menguasahi teori dan praksis pendidikan 2. Mengaplikasikan
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015
KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015 Standar Inti Pedagogik 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya
Lebih terperinciPERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN
PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN FORMAL RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. menjadi petugas pelaksana pelayanan konseling. Sebutan pelaksana pelayanan ini
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Teacher Counsellor 1. Pengertian Teacher Counsellor Kata teacher counsellor menegaskan seorang guru bidang studi yang merangkap menjadi petugas pelaksana pelayanan
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI KONSELOR
STANDAR KOMPETENSI KONSELOR A. Kerangka Pikir Dasar Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai teori 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan praksis
Lebih terperinciPERAN PENDIDIKAN PROFESI GURU BK/ KONSELOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI KONSELOR DI INDONESIA
PERAN PENDIDIKAN PROFESI GURU BK/ KONSELOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI KONSELOR DI INDONESIA Siti Fitriana, S.Pd.,M.Pd Dosen PPB/BK IKIP PGRI Semarang fitrifitriana26@yahoo.co.id Abstrak: Konselor atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling di Indonesia, secara legal tercantum dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai teori 1.1 Menguasai ilmu pendidikan 1.1.1. Menguraikan
Lebih terperinciSasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar
Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja
Lebih terperinciSTANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR PADA KURSUS DAN PELATIHAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Kompetensi Profesional guru pembimbing berdasarkan SKAKK
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kompetensi Profesional guru pembimbing berdasarkan SKAKK 2.1.1. Pengertian Kompetensi Kompetensi mengandung pengertian pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
Lebih terperinci2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2014 KEMENDIKBUD. Instruktur. Kursus Dan Pelatihan. Kompetensi. Kualifikasi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga pendidikan (sekolah) bantuan bagi peserta didik (klien) sering
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam lembaga pendidikan (sekolah) bantuan bagi peserta didik (klien) sering disebut bimbingan. Bimbingan mempunyai fungsi yang efektif karena bimbingan tidak
Lebih terperinciAPA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata
APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata 1 1. Standar Kompetensi Dosen yang diangkat dari
Lebih terperinciSasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar
Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja
Lebih terperinciA. KUALIFIKASI PEMBIMBING
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 41 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 A. KUALIFIKASI PEMBIMBING STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN Standar kualifikasi pembimbing pada kursus
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KEPRIBADIAN IDEAL KONSELOR (STUDI HERMENEUTIKA GADAMERIAN)
Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 11 Bulan November Tahun 2016 Halaman: 2113 2117 KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN IDEAL KONSELOR
Lebih terperinciKODE ETIK GURU INDONESIA
KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam
15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang
Lebih terperinciKOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU
Lebih terperinciPEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina.
PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina Email:sinthia.rita@yahoo.com Dosen Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciBIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013
BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013 Hak Cipta 2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Simpulan Agustinus Tanggu Daga, 2014
BAB V PENUTUP Bagian ini mengemukakan dua pokok pembahasan yaitu simpulan hasil penelitian, dan saran kepada pihak-pihak terkait. A. Simpulan Mengacu pada hasil evaluasi kurikulum mata kuliah Pendidikan
Lebih terperinciTANTANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MUTU
TANTANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia MUTU PENDIDIKAN PROSES DAN HASIL PENDIDIKAN PROSES HASIL PRODUK EFEK DAMPAK Pendidikan
Lebih terperinciASSALAMU ALAIKUM WR.WB.
ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional
Lebih terperinciPROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI ERA DISRUPSI: PELUANG DAN TANTANGAN
PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI ERA DISRUPSI: PELUANG DAN TANTANGAN Oleh Dr. Hartono, M.Si. Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas PGRI Adi Buana Surabaya E-mail: hartono@unipasby.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,
Lebih terperinciKajian Bimbingan dan Konseling di SD. Khairul Fahmi Hadi Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling : Arie Rakhmat Riyadi M.
Kajian Bimbingan dan Konseling di SD Khairul Fahmi Hadi 1603397 Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling : Arie Rakhmat Riyadi M.Pd #1. Apa yang membedakan istilah Bimbingan dan Konseling? Pertama-tama
Lebih terperinciKOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BK (Survei pada Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama dan Sederajat Se-Kecamatan Citeureup)
si Kepribadian Guru BK (Survei Pada Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah 27 KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BK (Survei pada Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama dan Sederajat Se-Kecamatan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI GURU
PENGEMBANGAN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI GURU HO - 7 A. Tujuan Penyusunan Instrumen Tes Uji Kompetensi Guru Penyusunan instrumen tes Uji Kompetensi Guru bertujuan untuk menghasilkan seperangkat alat ukur
Lebih terperinciOleh: DR.DADANG JUANDI, S.Pd.,M.Si. PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UPI
Oleh: DR.DADANG JUANDI, S.Pd.,M.Si. PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UPI GURU PROFESIONAL Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing 2.1.1. Pengertian Kepribadian Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal
Lebih terperinciSALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 58 TAHUN 2009 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2009 STANDAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 58 TAHUN 2009 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2009 STANDAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI III. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Pendidik anak usia dini
Lebih terperinciPosisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd
Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Pendahuluan Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup peserta didik. Melalui pendidikan, peserta
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BIMBINGAN KONSELING
10 KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BIMBINGAN KONSELING Kompetensi Utama PEDAGOGIK Kompetensi Inti Kompetensi Guru BK STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR ESENSIAL Menghubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai
Lebih terperinciKODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN
KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk
Lebih terperinciJENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK
JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR 1. Kompetensi a. Memahami wawasan dan landasan 1) Mengetahui wawasan kependidikan TK Pedagogik kependidikan. 2) Mengetahui landasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam dunia pendidikan, karena tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu untuk mengembangkan diri secara
Lebih terperinciBAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar
Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai
Lebih terperinciLampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara
L A M P I R A N Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara Berikut ini kisi-kisi instrumen pedoman wawancara tentang Kompetensi Konselor Guru BK, yang diajukan kepada 3 ( tiga ) guru BK di SMA Kristen
Lebih terperinciPROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI
PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling Layanan bimbingan dan konseling komprehensif pencapaian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Menurut Arikunto (1998) penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pertama kompetensi paedagogik yaitu menguasai karakteristik peserta didik
Lebih terperinciBagian Tiga Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional Pasal 5
PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
Lebih terperinciPermendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru
Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah
Lebih terperinciTINGKAT PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
Tingkat Penguasaan Kompetensi... (Epi Kurniasari) 38 TINGKAT PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING THE LEVEL OF PEDAGOGICAL AND PROFESIONAL COMPETENCE MASTERY OF
Lebih terperinciDEVELOPPING OF TEACHERS HP
DEVELOPPING OF TEACHERS PROFESSIONALLITY By R. Gunawan S. Drs., S.E., M.M. M HP 08127922967 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pengertian guru, profesional, kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA MADRASAH IBTIDAIYAH AL-FALAHIYYAH Nomor : b / MAF / HK-2 / I / 14
YAYASAN BPI AL FALAHIYYAH Jalan Kebalen II No. 1 Blok S III Telp. 7262108, Kebayoran Baru Jakarta 12180 E.mail : bpi_alfalahiyyah@yahoo.co.id / Website : alfalahiyyah.org PERATURAN KEPALA MADRASAH IBTIDAIYAH
Lebih terperinciKOMPETENSI KONSELOR DALAM MEMBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR KEPADA PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
KOMPETENSI KONSELOR DALAM MEMBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR KEPADA PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Andika Ari Saputra 1), Agus Saputra 2), Indah Permatasari 3) Program Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan model konseling kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Secara uji statistik
Lebih terperinciPENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR
PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR THE INFLUENCE OF TRAINING ON BASIC COMMUNICATION SKILL OF
Lebih terperinciA. Identitas Program Studi
II. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA A. Identitas Program Studi 1. NamaProgram Studi : Pendidikan Teknik Informatika 2. Izin Pendirian : 163/DIKTI/Kep/2007 3. Status Akreditasi : B 4. Visi
Lebih terperincisaaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN
saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROFESIONALISME
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU BK Oleh Amin Budiamin JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI Disajikan dalam Diklat Profesi Guru Bimbingan dan Konseling Rayon 10 Jawa
Lebih terperinciKemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k
FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah
Lebih terperinciBUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN
Kode Dokumen Nama Dokumen Edisi Disahkan Tanggal Disimpan di- KETK-AAYKPN Buku Kode Etik Tenaga Kependidikan 01-Tanpa Revisi 31 Agustus 2010 UPM-AAYKPN BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN AKADEMI AKUNTANSI
Lebih terperinciIndonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application
IJGC 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk PERSEPSI GURU BK TENTANG KOMPETENSI KONSELOR DI SEKOLAH DASAR SWASTA
Lebih terperinciKOMPETENSI AKADEMIK MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
KOMPETENSI AKADEMIK MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA Caraka Putra Bhakti 1), Ariadi Nugraha 2), Hartono 3) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Melalui pendidikan diharapkan peserta didik
Lebih terperinciKODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH
KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat
Lebih terperinciEKSISTENSI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI BALIK UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
EKSISTENSI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI BALIK UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL (Telaah Yuridis-Akademik Dalam Penegasan Kebijakan Dasar Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling) Sunaryo Kartadinata
Lebih terperinciOleh : Sugiyatno, M.Pd
Oleh : Sugiyatno, M.Pd Dosen PPB/BK- FIP- UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA sugiyatno@uny.ac.id Sugiyatno. MPd Jln. Kaliurang 17 Ds. Balong, Pakembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Hp. 08156009227 Beriman
Lebih terperinci2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1507, 2017 KEMENKUMHAM. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG KODE
Lebih terperinciPEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER
PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER Pengertian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang guru TK yang profesional diharapkan memahami dan menguasai kompetensi yang menjadi tuntutan profesi yang dijalaninya, sehingga dengan kompetensi yang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Kode Etik. PNS. Pembinaan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI
Lebih terperincikompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
Lebih terperinciKemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens
BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI LAYANAN PENGEMBANGAN PRIBADI MAHASISWA Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang
Lebih terperinciI. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia
I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciSALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana
Lebih terperinciKODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA
KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinci2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengacu pada berbagai macam aktifitas, mulai dari yang sifatnya produktif-material sampai kreatif-spiritual, mulai dari proses peningkatan kemampuan
Lebih terperinci