a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Definisi Puskesmas Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004) Visi dan Misi Puskesmas 1. Visi Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya. 2. Misi Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah: a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.

2 c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya (Depkes RI, 2004) Tujuan Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat (Depkes RI, 2004) Fungsi Puskesmas Terdapat tiga fungsi puskesmas, yaitu: a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. b. Pusat pemberdayaan masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dan memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

3 c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi: 1. Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. 2. Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004) Upaya dan Azas Penyelenggaraan Upaya 1. Upaya Kesehatan Wajib Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi

4 untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: a. Upaya promosi kesehatan b. Upaya kesehatan lingkungan c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana d. Upaya perbaikan gizi masyarakat e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f. Upaya pengobatan 2. Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni: a. Upaya kesehatan sekolah b. Upaya kesehatan olah raga c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat d. Upaya kesehatan kerja e. Upaya kesehatan gigi dan mulut f. Upaya kesehatan jiwa g. Upaya kesehatan mata h. Upaya kesehatan usia lanjut i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional (Depkes RI, 2004).

5 Azas Penyelenggaraan 1. Azas pertanggungjawaban wilayah Azas pertanggungjawaban wilayah mengandung arti puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk itu puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut: a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan. b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. c. Membina setiap usaha kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya. d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya. 2. Azas pemberdayaan masyarakat Azas pemberdayaan masyarakat mengandung arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain: a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita (BKB). b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD) c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemuliaan gizi, Keluarga sadar gizi (Sadarzi)

6 d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos kesehatan pesantren (Poskestren) e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok pemakai air (Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL) f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga (TOGA), pembinaan pengobatan tradisional (Battra) 3. Azas keterpaduan Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang harus diperhatikan, yakni: a. Keterpaduan lintas program Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas, antara lain: 1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan dan pengobatan. 2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.

7 3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan dan kesehatan gigi. 4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, Kesehatan jiwa dan promosi kesehatan. b. Keterpaduan lintas sektor Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha, antara lain: 1) Upaya kesehatan sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan dan agama. 2) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, agama dan pertanian. 3) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB. 4) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha, PKK dan PLKB. 5) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha dan organisasi kemasyarakatan.

8 4. Azas rujukan Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni: a. Rujukan upaya kesehatan perorangan Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam: 1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (misal operasi) dan lain-lain. 2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. 3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medik spesialis di puskesmas. b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana. Rujukan juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan

9 upaya kesehatan wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam: 1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan. 2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan dan penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam. 3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain usaha kesehatan sekolah, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Depkes RI, 2004) Pengembangan Fungsi Puskesmas di Perkotaan Secara konseptual puskesmas didaerah perkotaan tidak beda dengan puskesmas lain di Indonesia, yaitu sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama baik aspek upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan (Kepmenkes No 128/MENKES/KEP/II/2004). Konsep dasar puskesmas tersebut meliputi pengertian, visi, misi, fungsi, upaya dan azas penyelenggaraan (Depkes RI, 2005). Perbedaannya terletak pada upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang lebih kompleks mencakup aspek lingkungan, perilaku, dan akses

10 pelayanan kesehatan. Kebutuhan masyarakat akan jenis pelayanan diperkotaan berbeda sesuai karakteristik masyarakat. Pengembangan fungsi puskesmas antara lain: 1. Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja Melalui fungsi ini puskesmas diharapkan dapat menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk yang dilakukan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, agar kegiatan yang dilaksanakan berwawasan kesehatan. Kegiatan fungsi pertama ini dilaksanakan dalam bentuk: a. Surveilans Surveilans yang dilakukan oleh puskesmas perkotaan tidak hanya surveilans yang bersifat rutin seperti surveilans penyakit menular, penyakit tidak menular, surveilans faktor risiko, surveilans hidup bersih dan sehat, dan surveilans gizi. b. Penyuluhan kesehatan Sasaran penyuluhan adalah masyarakat/institusi yang ada di wilayah kerja dalam upaya promosi dan pencegahan terhadap berbagai masalah kesehatan yang mungkin muncul akibat dampak negatif pembangunan di wilayah tersebut. c. Kerja sama lintas sektoral Kerja sama lintas sektoral dilakukan melalui lokakarya mini triwulan dengan instansi yang setingkat kecamatan termasuk dengan LSM, Ormas. Melalui pertemuan tersebut puskesmas menyampaikan hasil-hasil temuan masalah kesehatan di wilayah kerja dari hasil surveilans yang dilakukan, untuk mendapatkan kesepakatan dan komitmen penyelesaian.

11 2. Fungsi pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. Kegiatan fungsi kedua ini meliputi: a. Pemberdayaan perorangan Bentuk pemberdayaan perorangan diperkotaan dapat diwujudkan dalam bentuk (1) peran serta menjadi kader kesehatan dalam tatanan keluarga, dan masyarakat melalui kegiatan posyandu, gerakan sehat, kader mengamat jentik dan lain-lain. (2) penggalangan dana maupun sumbangan pemikiran disesuaikan dengan kondisi setempat untuk kepentingan kesehatan. b. Pemberdayaan kelompok Pemberdayaan kelompok dimaksudkan agar kelompok masyarakat dapat ikut memperjuangkan kepentingan kesehatan di wilayah yang masih menemui berbagai masalah kesehatan dimana masyarakat setempat tidak mampu mengatasi masalah tersebut secara mandiri. c. Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan agar masyarakat di wilayah kerja puskesmas dapat membentuk suatu Badan Penyantun Puskesmas (BPP)/ konsil kesehatan atau forum yang peduli kesehatan sebagai mitra kerja puskesmas yang berperan membantu keberhasilan pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan tersebut.

12 3. Fungsi pusat pelayanan kesehatan strata pertama Pengembangan yang dapat dilakukan antara lain: a. Jenis pelayanan kesehatan Untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan, puskesmas dapat mengembangkan jenis pelayanan yang telah ada dengan kegiatan baru seperti Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), pelayanan Santun Usia Lanjut, pelayanan pencegahan penyalahgunaan Napza, penanganan masalah kesehatan dan seksual, pelayanan konsultasi kesehatan, pelayanan HIV/AIDS, ruang rehidrasi, ruang rawat inap dan lain-lain. b. Pengembangan tata cara pelayanan Mengingat tuntutan dan kebutuhan masyarakat perkotaan akan pelayanan yang komperhensif, maka perlu dipikirkan untuk mengembangkan tata cara pelayanan seperti: 1) Pelayanan 24 jam/gawat darurat 2) Pelayanan sore hari 3) Pelayanan dengan sarana penunjang lengkap 4) Pelayanan konsultasi/konseling 5) Pelayanan on call/konsultasi via telepon 6) Posyandu sore hari 7) Penyuluhan kesehatan sore/malam hari 8) Kunjungan rumah sesuai kebutuhan 9) Pelayanan rujukan dokter spesialis di puskesmas (Depkes RI, 2005).

13 2.1.7 Sasaran Upaya Kesehatan Puskesmas di Perkotaan Berdasarkan pada Tatanan/Kawasan Tatanan Pemukiman/Rumah Tangga di Kawasan Kumuh Penduduk di kawasan kumuh perkotaan merupakan masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan perorangan maupun masalah kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan di kawasan kumuh perkotaan antara lain: segi epidemiologis, lingkungan pemukiman, demografi, perilaku dan pengetahuan penduduk, dan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2005) Tatanan Tempat Kerja Industri/Kawasan Industri Tatanan tempat kerja yang perlu mendapat perhatian salah satunya adalah kawasan industri. Hal tersebut berkaitan dengan dampak kegiatan industri yang dapat menimbulkan berbagai pencemaran lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan. Dampak ini dapat terjadi pada pekerja maupun masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri (Depkes RI, 2005) Tatanan Tempat-Tempat Umum Beberapa tempat-tempat umum yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan antara lain: a. Tatanan pasar Khususnya pasar tradisional memerlukan perhatian aspek kesehatan. Hal tersebut terkait dengan kondisi pasar. Khususnya dalam pengelolaan pasar yang belum memerhatikan higiene dan sanitasi lingkungan, higiene dan sanitasi makanan yang diperjualbelikan.

14 b. Tatanan tempat pariwisata Dunia pariwisata dan hiburan merupakan salah satu faktor makin meningkatnya masalah kesehatan, mengingat berbagai kegiatan yang dilakukan baik oleh wisatawan maupun masyarakat di lingkungan tersebut. c. Tatanan terminal/stasiun/pelabuhan Terminal/stasiun/pelabuhan adalah tempat umum yang berpotensi terhadap penularan berbagai penyakit, mengingat tingginya mobilitas dan interaksi antar manusia (Depkes RI, 2005) Tatanan Institusi Pendidikan Tatanan institusi pendidikan/sekolah sebagai suatu institusi tempat berkumpulnya banyak orang dalam waktu yang cukup lama, dari aspek kesehatan perlu mendapat perhatian. Khususnya kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat sekolah. Siswa sekolah merupakan kelompok rawan yang sangat mudah terpengaruh gaya hidup tidak sehat di sekitarnya. Namun melalui tatanan sekolah, siswa dapat dijadikan kader-kader kesehatan (Depkes RI, 2005). 2.2 Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) merupakan salah satu wujud pemberdayaan masyarakat, yang tumbuh dari masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan untuk kepentingan masyarakat dalam upaya menanggulangi permasalahan kesehatan yang dihadapi dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki masyarakat setempat.

15 UKBM adalah salah satu wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainya seperti Polindes, POD (pos obat desa), Pos UKK (pos upaya kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat, dan lain sebagainya Sasaran Sasaran UKBM adalah: 1. Individu/Toma berpengaruh 2. Keluarga dan perpuluhan keluarga 3. Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok wanita, angkatan kerja, dll 4. Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll 5. Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus 2.3 Keputusan Bersama Tiga Menteri Tentang Peningkatan Kesehatan Pada Pondok Pesantren dan Institusi Keagamaan Lainnya Keputusan tiga menteri yaiu Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1067 Tahun 2002, Nomor 385 Tahun 2002, dan Nomor 37 Tahun 2002 menjelaskan tentang peningkatan kesehatan pada pondok pesantren dan institusi keagamaan lainnya. Mengingat bahwa institusi keagamaan mempunyai peranan yang strategis dalam upaya pembinaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, serta pola hidup sehat yang dinamis. Selanjutnya bahwa pondok pesantren atau institusi keagamaan lainnya merupakan wadah yang potensial dalam meningkatkan sumber

16 daya manusia, untuk itu perlu didukung dengan berbagai program di bidang kesehatan Keputusan Bersama tiga menteri ini mengatur berbagai hal, diantaranya: 1. Kerjasama dalam upaya peningkatan kesehatan pada pondok pesantren dan institusi keagamaan lainnya. Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan Departemen dalam Negeri melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Pengembangan sistem pelayanan kesehatan pada pondok pesantren dan institusi keagamaan lainnya yang meliputi: bentuk pelayanan kesehatan, cara pembiayaan kesehatan, dan cara pengelolaan kesehatan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien. b. Pengangkatan tenaga kesehatan oleh pondok pesantren dan institusi keagamaan lainnya atas persetujuan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dan diakui sebagai pelaksanaan Masa Bakti. c. Pendirian dan pengembangan Klinik Kesehatan atau institusi pelayanan kesehatan yang sesuai dengan keadaan setempat. d. Penyusunan pedoman-pedoman yang diperlukan. 2. Untuk teknis pelaksanaan amar kedua Keputusan Bersama ini dibentuk kelompok kerja di lingkungan Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan Departemen Dalam Negeri, yang ditetapkan secara bersama-sama atau sendirisendiri oleh masing-masing departemen. 3. Segala pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan kerjasama ini menjadi tanggung jawab masing-masing departemen sesuai dengan tugas dan fungsinya.

17 2.4 Pesantren Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Agama Islam yang dalam kegiatannya mengembangkan fungsi peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT; pengembangan keilmuan yang bermanfaat; dan pengabdian terhadap Agama Islam masyarakat dan negara. Selain itu pengertian sederhana lainnya tentang pesantren adalah tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan Agama Islam di bawah bimbingan seorang kyai/ustadz/guru dengan tujuan untuk menyiapkan para santri sebagai kader dakwah Islamiah, yang menguasai ilmu Agama Islam dan siap menyebarkan Agama Islam di pelbagai lapisan masyarakat (Depkes RI, 2006). Warga pondok pesantren adalah kyai atau sebutan lain (dan keluarga), santri, ustadz/ustadzah (dan keluarga), serta pengelola (dan keluarga). Sesuai dengan tujuan utamanya, maka materi yang diajarkan di pondok pesantren pada umumnya terdiri dari materi agama yang digali langsung dari kitabkitab klasik berbahasa Arab yang ditulis oleh para ulama yang hidup pada masa pertengahan. Semenjak perang kemerdekaan, terjadi perubahan mendasar dalam sistem pendidikan pondok pesantren. Perubahan tersebut di antaranya dengan diperkenalkannya sistem madrasah dalam proses belajar-mengajar, yang kemudian mulai diajarkannya materi umum. Dengan demikian pondok pesantren tidak lagi sepenuhnya tergolong pendidikan jalur luar sekolah, tetapi juga masuk jalur sekolah. Selanjutnya dalam dua dasawarsa terakhir, di dalam lingkungan pondok pesantren tidak hanya menyelenggarakan sistem madrasah, namun juga diselenggarakan sekolah-sekolah umum, perguruan tinggi dan juga program

18 pengembangan masyarakat. Masuknya program pengembangan masyarakat, keterampilan, pendidikan umum termasuk kesehatan, dianggap sebagai pelengkap dari pendidikan di pondok pesantren. Secara garis besar, pondok pesantren dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: 1. Pondok Pesantren Salafi/Salafiah (Tradisional) Pondok pesantren salafiah merupakan pondok pesantren yang hanya menyelenggarakan pengajaran kitab klasik dan pengajaran Agama Islam. Umumnya, lebih mendahulukan dan mempertahankan hal-hal yang bersifat tradisional dalam sistem pendidikan maupun perilaku kehidupannya, serta sangat selektif terhadap segala bentuk pembaharuan, termasuk kurikulum pengajarannya. 2. Pondok Pesantren Khalafi/Khalafiah (Modern) Pondok pesantren khalafi/khalafiah adalah pondok pesantren yang selain menyelenggarakan kegiatan sebagaimana pada pondok pesantren salafiah, juga menyelenggarakan jalur sekolah atau formal, baik sekolah umum (SD, SMP, SMA, dan SMK) maupun sekolah bercirikan Agama Islam (MI, MTs, MA atau MAK). Dalam implementasi proses belajar-mengajar, akomodatif terhadap perkembangan modern, metodologi penerapan kurikulum melibatkan perangkat modern, mengajarkan sejumlah keterampilan pengetahuan umum lainnya termasuk kesehatan.

19 3. Pondok Pesantren Salafi-Khalafi (Perpaduan Tradisional dan Modern) Pondok pesantren salafi-khalafi merupakan perpaduan pondok pesantren yang dalam kegiatannya memadukan metode salafi dan khalafi, memelihara nilai tradisional yang baik dan akomodatif terhadap perkembangan yang bersifat modern. 2.5 Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) merupakan salah satu UKBM di lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga pondok pesantren, yang mengupayakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan), dengan binaan puskesmas setempat (Depkes RI, 2006) Tujuan Poskestren Tujuan Umum: Terwujudnya kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Tujuan Khusus: 1. Meningkatnya pengetahuan warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang kesehatan 2. Meningkatnya sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. 3. Meningkatnya peran serta aktif warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam upaya penyelenggaraan kesehatan.

20 4. Terpenuhinya pelayanan kesehatan dasar bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya (Depkes RI, 2006) Sasaran Poskestren Sasaran Poskestren adalah sebagai berikut: 1. Warga pondok pesantren: santri, kyai, pimpinan, pengelola, dan para pengajar di pondok pesantren termasuk wali santri. 2. Masyarakat di lingkungan pondok pesantren. 3. Tokoh masyarakat: tokoh Agama Islam, pimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pimpinan organisasi kemasyarakatan lainnya di lingkungan pondok pesantren. 4. Petugas kesehatan dan stakeholders lainnya (Depkes RI, 2006) Ruang Lingkup Kegiatan Poskestren Ruang lingkup kegiatan poskestren meliputi pelayanan kesehatan dasar secara komperhensif, yaitu upaya promotif, preventif, tanpa meninggalkan upaya rehabilitatif dan kuratif, serta upaya pemberdayaan warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2006) Fungsi Poskestren 1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dalam alih informasi, pengetahuan dan keterampilan, dari petugas kepada warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya, dan antara sesama warga pondok pesantren dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat.

21 2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan desa kepada warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya (Depkes RI, 2006) Manfaat Poskestren 1. Bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi, pengetahuan dan pelayanan kesehatan dasar. b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan. c. Mendapatkan informasi awal tentang kesehatan. d. Dapat mewujudkan kondisi kesehatan yang lebih baik bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. 2. Bagi kader poskestren a. Mendapatkan informasi lebih awal tentang kesehatan. b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya untuk membantu warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. 3. Bagi puskesmas a. Dapat mengoptimalkan fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama. b. Dapat memfasilitasi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai dengan kondisi setempat.

22 c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga, dan dana melalui pemberian pelayanann kesehatan secara terpadu. 4. Bagi sektor lainnya a. Dapat memfasilitasi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam pemecahan masalah sektor terkait. b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor (Depkes RI, 2006). 2.6 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Poskestren Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 867 Tahun 2006 ini merupakan peraturan yang membahas tentang pedoman penyelenggaraan dan pembinaan poskestren. Mengingat adanya Keputusan Bersama Tiga Menteri (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia) Nomor 1067/Menkes/SKB/VIII/2002 Nomor 385 Tahun 2002 Nomor 37 Tahun 2002, untuk itu Keputusan Menteri Kesehatan ini merupakan peraturan yang bersifat operasional. Keputusan menteri Kesehatan ini mengatur beberapa hal, antara lain: 1. Pengorganisasian a. Kedudukan dan hubungan kerja secara teknis medis, poskestren dibina oleh puskesmas. Secara kelembagaan, poskestren dibina oleh pemerintah desa/ kelurahan/kecamatan. Selanjutnya terhadap pelbagai UKBM yang ada adalah sebagai mitra.

23 b. Pengelola poskestren Struktur organisasi poskestren ditetapkan melalui musyawarah warga pondok pesantren pada saat pembentukan poskestren. Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan, dan kemampuan sumber daya yang ada. Struktur organisasi minimal terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Kader poskestren yang merangkap sebagai anggota. Kriteria pengelola poskestren antara lain sebagai berikut: 1) Diutamakan berasal dari warga pondok pesantren dan tokoh masyarakat setempat. 2) Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat. 3) Bersedia bekerja sukarela bersama masyarakat. c. Kader poskestren dipilih oleh pengurus poskestren dan santri pondok pesantren yang bersedia secara sukarela, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan poskestren. Kriteria kader poskestren antara lain sebagai berikut: 1. Berasal dari santri pondok pesantren. 2. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat. 3. Bersedia bekerja secara sukarela. 2. Kegiatan Pelayanan yang disediakan oleh poskestren adalah pelayanan kesehatan dasar, yang meliputi promotif, preventiv, rehabilitatif dan kuratif. Khusus untuk

24 pelayanan kuratif dan beberapa pelayanan preventif tertentu seperti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan berkala dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut, secara rinci sebagai berikut: a. Upaya promotif, antara lain: 1) Konseling kesehatan 2) Penyuluhan kesehatan, antara lain: PHBS, penyehatan lingkungan, gizi, penyakit menular, TOGA. 3) Olah raga teratur b. Upaya preventif, antara lain: 1) Pemeriksaan kesehatan berkala 2) Penjaringan kesehatan santri 3) Imunisasi 4) Kesehatan lingkungan dan kebersihan diri 5) Pemberantasan nyamuk dan sarangnya c. Upaya kuratif, antara lain: 1) Pengobatan terbatas 2) Rujukan kasus d. Upaya rehabilitatif, antara lain: Membantu petugas puskesmas untuk mengunjungi dan menindaklanjuti perawatan pasien pasca perawatan di puskesmas/rumah sakit.

25 3. Waktu Penyelenggaraan Penyelenggaraan poskestren pada dasarnya dapat dilaksanakan secara rutin setiap hari atau ditetapkan sesuai kesepakatan bersama. 4. Tempat Penyelenggaraan Tempat Penyelenggaraan kegiatan promotif dan preventif dapat dilaksanakan di lingkungan pondok pesantren dan sekitarnya. Adapun untuk pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan di ruang tersendiri, baik menggunakan salah satu ruangan pondok pesantren atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar. Tempat penyelenggaraan sekurang-kurangnya dilengkapi dengan: 1) Tempat pemeriksaan 2) Tempat konsultasi (gizi, sanitasi, dll) 3) Tempat penyimpanan obat 4) Ruang tunggu Selain sarana tersebut diatas, poskestren perlu dilengkapi dengan: a. Peralatan 1) Peralatan medis yang disesuaikan dengan jenis pelayanan yang disediakan 2) Peralatan non medis seperti: pencatatan, meja, kursi, tempat tidur, lemari, dan lain-lain sesuai kebutuhan. b. Obat-obatan Jenis dan jumlah obat-obatan yang perlu disediakan di poskestren sesuai dengan petunjuk kepala puskesmas setempat.

26 5. Tugas dan Tanggung Jawab Para Pelaksana Terselenggaranya pelayanan poskestren melibatkan banyak pihak. Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan poskestren adalah sebagai berikut: a. Kader poskestren (Santri Husada) Kader poskestren merupakan ujung tombak di poskestren. Selain sebagai pelaksana, para kader poskestren diharapkan dapat berfungsi antara lain sebagai: penggerak masyarakat, pemberi semangat, penggagas kegiatan, maupun suri tauladan. Jumlah kader untuk setiap poskestren minimal 3% dari jumlah santri atau disesuaikan dengan kebutuhan dan kegiatan yang dikembangkan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader poskestren antara lain: 1) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kewenangannya, misalnya memberikan vitamin, tablet besi (Fe) dan oralit. 2) Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi. 3) Mengukur tinggi dan berat badan. 4) Memeriksa tajam penglihatan. 5) Melakukan pencatatan pada buku catatan poskestren. 6) Mengadakan pemutakhiran data sasaran poskestren. 7) Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan. b. Pengelola poskestren 1) Bertanggung jawab terhadap keberlangsungan poskestren. 2) Memantau kegiatan poskestren

27 3) Menggalang dukungan dana dan menjalin kemitraan 4) Menyediakan kebutuhan poskestren c. Petugas puskesmas Poskestren merupakan salah satu UKBM binaan puskesmas. Kehadiran tenaga kesehatan puskesmas yang diwajibkan dalam pembinaan di poskestren hanya satu kali dalam sebulan. Peran petugas puskesmas antara lain sebagai berikut: 1) Membimbing dan membina kader dalam pengelolaan poskestren termasuk melakukan orientasi dan pelatihan. 2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan kehadiran wajib puskesmas, pelayanan kesehatan oleh petugas puskesmas hanya dilakukan satu kali dalam sebulan. 3) Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan masyarakat dan gizi kepada pengunjung poskestren dan masyarakat sekitarnya. 4) Menganalisis hasil kegiatan poskestren, menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan poskestren. 5) Menerima konsultasi atau rujukan dalam menangani berbagai kasus kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi oleh kader poskestren. 6) Membantu pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan yang dibutuhkan poskestren.

28 6. Pembiayaan a. Sumber biaya Pembiayaan berasal dari berbagai sumber, antara lain: 1) Masyarakat a. Iuran pengguna/pengunjung poskestren b. Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat c. Sumbangan/donatur dari perorangan atau kelompok masyarakat, termasuk dari alumni pondok pesantren dan wali murid/santri d. Dana sosial keagamaan, misalnya: zakat, infak, dan sedekah 2) Swasta/Dunia Usaha Peran aktif swasta/dunia usaha juga diharapkan dapat menunjang pembiayaan poskestren. Bantuan yang diberikan dapat berupa dana, sarana, prasarana, atau tenaga yang dapat bertindak sebagai sukarelawan poskestren. 3) Hasil Usaha Pengelola dan kader poskestren dapat melakukan usaha mandiri, yang hasilnya disumbangkan untuk biaya pengelolaan poskestren. Contoh usaha mandiri yang dapat dilakukan adalah Kelompok Usaha Bersama (KUB), dan hasil karya kader poskestren, seperti: ternak ayam, kolam ikan, kerajinan, budi daya Taman Obat Keluarga (TOGA) dan lain sebagainya.

29 4) Pemerintah Bantuan dari pemerintah terutama pada tahap awal pembentukan, yakni berupa dana stimulan atau bantuan lainnya, baik dalam bentuk sarana maupun prasarana poskestren. b. Pemanfaatan dan Pengelolaan Dana Dana yang diperoleh poskestren digunakan untuk membiayai kegiatan poskestren, antara lain untuk: (1) Biaya operasional poskestren, (2) bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan, dan (3) modal usaha. Sedangkan pengelolaan dana dilakukan oleh pengelola dan kader poskestren. Dana harus disimpan di tempat yang aman dan jika mungkin dapat mendatangkan hasil. Untuk keperluan biaya rutin disediakan kas kecil yang dipegang oleh kader yang ditunjuk. Setiap pemasukan dan pengeluaran harus dicatat dan dikelola secara bertanggung jawab. 7. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan dilaksanakan. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan format yang ada, antara lain a. Buku catatan sasaran poskestren, yang mencatat jumlah seluruh warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. b. Buku catatan rekapitulasi kegiatan pelayanan poskestren. c. Buku catatan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan oleh poskestren. d. Buku catatan kegiatan usaha, apabila poskestren menyelenggarakan kegiatan usaha. e. Buku pengelolaan keuangan.

30 f. Dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan poskestren yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pelaporan, poskestren tidak berkewajiban melaporkan kegiatannya kepada puskesmas ataupun kepada sektor lainnya. akan tetapi, jika puskesmas atau sektor lainnya membutuhkan data maka mereka harus mengambilnya langsung ke poskestren. Untuk itu harus ada petugas khusus yang bertanggung jawab untuk mengambil data hasil kegiatan poskestren. 8. Pembinaan dan Pengembangan Poskestren Pembinaan Poskestren dilaksanakan secara terpadu oleh puskesmas dan stakeholders terkait lainnya yang dilakukan secara berkala, baik langsung maupun tidak langsung. Pembinaan yang dilakukan adalah Peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi pengelola dan kader poskestren serta pembinaan administrasi, termasuk pengelolaan keuangan. Hal ini dilakukan demi memelihara kelangsungan hidup dari poskestren. Komponen terpenting dalam pengelolaan poskestren adalah sumber daya manusia (SDM) dan pendanaan. Maka dalam proses pembinaan lebih difokuskan pada dua hal tersebut. Fenomena ketidakberlanjutan sebuah poskestren terjadi dikarenakan kurangnya pembinaan dari puskesmas. Salah satu penyebab kurangnya pembinaan tersebut adalah tidak tersedianya dana operasional untuk melakukan pembinaan di luar gedung untuk memberikan bantuan teknis. Selanjutnya, kalaupun dana memadai kendala lainnya adalah terbatasnya tenaga untuk melakukan supervisi dan bantuan teknis. Namun pada hakekatnya, kelangsungan hidup poskestren tidak terlalu bergantung pada puskesmas jika

31 poskestren tersebut memang lahir dari prakarsa masyarakat sekitar dan warga pondok pesantren. Dukungan pemerintah antara lain dapat berupa fasilitas, bimbingan teknis, dan obat-obatan. Dengan demikian, fungsi pembinaan dari pemerintah terhadap poskestren pada hakekatnya tetap ada. Selanjutnya, fungsi pembinaan dari pemerintah tersebut perlu dikoordinasikan dan diorganisasikan. Unsur-unsur yang berperan dalam pembinaan poskestren tidak terbatas pada komponen instansi pemerintah saja, tetapi juga dapat melibatkan unsur-unsur lainnya, seperti: Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), swasta/dunia usaha, tokoh masyarakat, dan sebagainya. Poskestren yang sudah berjalan dengan baik, seyogyanya segera diarahkan untuk meningkatkan pelayanannya. Terutama jika sumber daya manusia dan dana yang ada cukup atau memadai untuk meningkatkan pelayanan poskestren. Peningkatan pelayanan ini harus dilandasi oleh kebutuhan kesehatan dari warga pondok pesantren. setelah itu, baru didukung oleh ketersediaan dan keterampilan sumber dayanya. Oleh karena itu, upaya peningkatan pelayanan poskestren ini harus mencakup langkah-langkah berikut: a. Bersama kader poskestren mengidentifikasi kebutuhan tambahan bagi kesehatan warga pondok pesantren. Hal ini dapat dilaksanakan melalui survei ataupun observasi untuk mengetahui perlunya perluasan pelayanan. Misalnya, jika selama ini poskestren baru bergerak di bidang pengobatan, maka penjajakan dapat dilakukan di bidang gizi, kesehatan lingkungan, atau perilaku sehat para santri.

32 b. Bersama kader poskestren menetapkan pilihan pelayanan tambahan dan menyusun prioritas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dana serta tenaga yang ada. Dari kegiatan ini kemudian dapat ditetapkan satu atau beberapa pelayanan kesehatan tambahan dalam rangka meningkatkan pelayanan poskestren. c. Menyediakan tenaga dan dana puskesmas untuk dapat memberikan tambahan bantuan teknis kepada poskestren. d. Melatih kader poskestren dalam pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan tambahan. e. Bersama kader poskestren menyempurnakan sistem pencatatan dan pelaporan sehingga mencakup pelayanan kesehatan tambahan. Jika hal-hal tersebut di atas telah dilaksanakan, maka puskesmas kembali kepada jalur semula, yaitu melanjutkan kegiatan pembinaan. Hanya saja, cakupan dari upaya pembinaan itu, kini bertambah luas (Depkes RI, 2006). 2.7 Fokus Penelitian Pada prinsipnya keberhasilan program poskestren dapat diukur melalui indikator masukan (input), proses (process), dan luaran (output). Oleh karena itu fokus penelitian dapat disusun sebagai berikut:

33 Input: 1. Kader 2. Sarana Poskestren 3. Dukungan pendanaan Proses: 1. Frekuensi penyuluhan 2. Frekuensi pertemuan 3. Frekuensi pembinaan Gambar 2.1 Fokus Penelitian Output: 1. Gerakan Jumat Bersih 2. Kawasan bebas rokok 3. Kebersihan perorangan 4. Adanya dana sehat 5. Sampah tidak berserakan 6. Jumlah rujukan santri/santri wati Berdasarkan gambar di atas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian sebagai berikut: 1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan program poskestren dengan baik, meliputi: kader, sarana poskestren, dan dukungan pendanaan, dengan definisi sebagai berikut: a. Kader adalah santri-santri yang berada di pondok pesantren yang akan membantu kegiatan pelayanan kesehatan di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah yang dalam hal ini telah mendapatkan pelatihan dari petugas puskesmas. b. Sarana poskestren adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan dalam program poskestren di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah bagi warga pondok pesantren.

34 c. Dukungan pendanaan adalah dukungan uang yang digunakan dalam pelaksanaan program poskestren di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah bagi warga pondok pesantren. 2. Proses (process) adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, meliputi: frekuensi penyuluhan, frekuensi pertemuan, serta frekuensi pembinaan, dengan defenisi sebagai berikut: a. Frekuensi penyuluhan adalah seberapa sering penyampaian pesan-pesan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan pihak pondok pesantren guna meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku santri dan masyarakat pondok pesantren mengenai kesehatan jasmani, mental dan sosial. b. Frekuensi pertemuan adalah seberapa sering kegiatan koordinasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan pihak pondok pesantren bertujuan untuk membahas berbagai hal yang berhubungan dengan program poskestren seperti: saling tukar informasi tentang poskestren, pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi, dan evaluasi program. c. Frekuensi pembinaan adalah seberapa sering kegiatan yang bertujuan untuk memelihara kelangsungan hidup poskestren yang dilaksanakan secara terpadu oleh puskesmas dan stakeholders lainnya. kegiatan pembinaan tersebut meliputi: peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi pengelola dan kader poskestren serta pembinaan administrasi, termasuk pengelolaan keuangan.

35 3. Keluaran (output) adalah hasil dari suatu program poskestren dengan adanya pelayanan kesehatan, baik kesehatan masyarakat maupun kesehatan perorangan, meliputi: Gerakan jumat bersih, kawasan bebas rokok, kebersihan perorangan, adanya dana sehat, sampah tidak berserakan, dan jumlah rujukan santri/santriwati, dengan defenisi sebagai berikut: a. Gerakan Jumat Bersih yaitu kegiatan membersihkan lingkungan pesantren oleh warga pondok pesantren yang dilakukan pada setiap hari Jumat. b. Kawasan bebas rokok adalah adanya penetapan daerah-daerah yang tidak boleh ada warga pesantren ataupun pengunjung yang melakukan aktivitas merokok di lingkungan pesantren. c. Kebersihan perorangan adalah tindakan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisiknya dan psikisnya, misal: kebersihan tangan, kebersihan rambut, kebersihan kuku, kebersihan pakaian, dan kebersihan mulut dan gigi. d. Dana sehat adalah iuran yang dikeluarkan oleh warga pesantren untuk pelaksanaan poskestren. e. Sampah tidak berserakan berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana agar sampah yang ada tidak dibuang sembarangan yaitu dengan cara menyediakan tempat sampah. f. Jumlah rujukan santri/santriwati adalah banyaknya kegiatan merujuk santri dan mayarakat pondok pesantren yang mengidap penyakit tertentu ke fasilitas rujukan untuk mencegah penyakit berkembang lebih lanjut.

UPAYA dan AZAS PENYELENGGARAAN PUSKESMAS ERNAWATY AKK 2011

UPAYA dan AZAS PENYELENGGARAAN PUSKESMAS ERNAWATY AKK 2011 UPAYA dan AZAS PENYELENGGARAAN PUSKESMAS ERNAWATY AKK 2011 UPAYA 1. UPAYA KESEHATAN WAJIB: ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekalipun berbagai hasil telah banyak dicapai, namun dalam pelaksanaannya puskesmas masih menghadapi berbagai masalah antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Sekalipun berbagai hasil telah banyak dicapai, namun dalam pelaksanaannya puskesmas masih menghadapi berbagai masalah antara lain: BAB I PENDAHULUAN Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 45 alenia 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi setiap penduduk. Selain sebagai hak asasi, kesehatan juga merupakan investasi, untuk itu

Lebih terperinci

PUSKESMAS 3 April 2009

PUSKESMAS 3 April 2009 PUSKESMAS 3 April 2009 By Ns. Eka M. HISTORY Thn 1925 Thn 1951 Thn 1956 Thn 1967 Hydrich Patah- Leimena Y. Sulianti Ah.Dipodilogo > Morbiditas & Mortalitas Bandung Plan Yankes kuratif & preventif Proyek

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PUSKESMAS. VISI Tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2010

PUSKESMAS. VISI Tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2010 PUSKESMAS VISI Tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2010 Masyarakat yang hidup dlm lingk dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau yankes yang bermutu secara adil

Lebih terperinci

2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan ERNAWATY - 2011 Pengertian: Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja 1. Unit Pelaksana Teknis

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) KEBJK DSR PUSK

KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) KEBJK DSR PUSK KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) KEBJK DSR PUSK 280507 1 PEMBANGUNAN KESEHATAN MEMPUNYAI VISI INDONESIA/ MASYARAKAT SEHAT, DIANTARANYA DILAKSANAKAN MELALUI PELAYANAN KESEHATAN OLEH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004 TENTANG KEBIJAKAN DASAR PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004 TENTANG KEBIJAKAN DASAR PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004 TENTANG KEBIJAKAN DASAR PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, telah ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.5. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Jaminan kesehatan menurut Soekamto 2006 adalah sebuah sistem yang memungkinkan seseorang terbebas dari beban biaya berobat yang relatif mahal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Sejarah Puskesmas Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN POS KESEHATAN PESANTREN (POSKESTREN) 2017 PUSKESMAS BREBES. Jl. Tritura No. 22 Telp. ( 0283 ) Brebes 52212

KERANGKA ACUAN POS KESEHATAN PESANTREN (POSKESTREN) 2017 PUSKESMAS BREBES. Jl. Tritura No. 22 Telp. ( 0283 ) Brebes 52212 KERANGKA ACUAN POS KESEHATAN PESANTREN (POSKESTREN) 2017 PUSKESMAS BREBES Jl. Tritura No. 22 Telp. ( 0283 ) 371523 Brebes 52212 PEMERINTAH KABUPATEN BREBES DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BREBES Jl. Tritura

Lebih terperinci

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan. Skenario Kepala Puskesmas Melati adalah sarjana Kesehatan Masyarakat, dan baru menjabat sebagai kepala Puskesmas sekitar 6 bulan. Ibu Ani, berumur 25 tahun, yang mempunyai anak perempuan balita, berumur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito (2007), SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting bagi manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera

Lebih terperinci

Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact: Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: /

Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact:   Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: / Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat Oleh : Suyatno, Ir. MKes Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: 08122815730 / 024-70251915 Upaya Kesehatan ( Menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang No.78, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kesehatan Kerja. Pos. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2015 TENTANG POS UPAYA KESEHATAN KERJA TERINTEGRASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 7.1. Prinsip Dasar Pembangunan Kesehatan Pembangunan Bidang Kesehatan Banyuwangi merupakan bagian dari kebijakan dan program pembangunan kesehatan naional serta sistem kesehatan nasional (SKN). Oleh karena

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CIKAMPAK JLN. Lintas Sumatera-Riau kode Pos 21465

PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CIKAMPAK JLN. Lintas Sumatera-Riau kode Pos 21465 PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CIKAMPAK JLN. Lintas Sumatera-Riau kode Pos 21465 ANALISIS DAN TINDAK LANJUT TERHADAP ASUPAN A. LATAR BELAKANG Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Definisi Posyandu Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat serta yang dibimbing petugas terkait (Depkes, 2006.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan UUD 1945, mencantumkan tujuan nasional bangsa Indonesia yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2007 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN RW SIAGA KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan melalui perencanaan yang baik dan efektif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan melalui perencanaan yang baik dan efektif. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan adalah suatu proses untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang bersifat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang bersifat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pelayanan Kesehatan 1.1. Defenisi Pelayanan Kesehatan Pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba), yang terjadi

Lebih terperinci

Manajemen Pelayanan di Puskesmas

Manajemen Pelayanan di Puskesmas Manajemen Pelayanan di Puskesmas Hartoyo, dr., M.Kes Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) Latar belakang

KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) Latar belakang KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) Dr. BENNY SOEGIANTO, MPH 28 Maret 2007 Latar belakang 1. Puskesmas telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1968. Hasil yang dicapai cukup memuaskan,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan. menyediakan pengalaman jasa yang memuaskan selama periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan. menyediakan pengalaman jasa yang memuaskan selama periode BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan adalah persepsi pelanggan mengenai superioritas jasa pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN POS KESEHATAN PESANTREN

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN POS KESEHATAN PESANTREN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN POS KESEHATAN PESANTREN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN POS KESEHATAN PESANTREN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014 PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KOTA MAKASSAR DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAMAMAUNG DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN...... 2 BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS...

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

URAIAN PROGRAM PUSKESMAS

URAIAN PROGRAM PUSKESMAS URAIAN PROGRAM PUSKESMAS Program Puskesmas Uraian 1 Manajemen Pelayanan Kesehatan Sistem kesehatan Nasional (SKN) sebagai acuan pelayanan kesehatan Penerapan fungsi manajemen di puskesmas Upaya pelayanan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy, BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Posbindu 1. Definisi Posbindu Posbindu adalah suatu forum komunikasi alih tehnologi dan pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan I. Latar Belakang Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pembangunan desentralisasi yang membutuhkan kemandirian. daerah. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada pembangunan desentralisasi yang membutuhkan kemandirian. daerah. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perkembangan kesehatan masyarakat saat ini mengarah pada pembangunan desentralisasi yang membutuhkan kemandirian daerah. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DAN PROGRAM DI PUSKESMAS ANDALAS. SUKHVINDER SINGH PERSEPTOR : DR.dr.Rosfita Rasyid,MKes

STRUKTUR ORGANISASI DAN PROGRAM DI PUSKESMAS ANDALAS. SUKHVINDER SINGH PERSEPTOR : DR.dr.Rosfita Rasyid,MKes STRUKTUR ORGANISASI DAN PROGRAM DI PUSKESMAS ANDALAS SUKHVINDER SINGH PERSEPTOR : DR.dr.Rosfita Rasyid,MKes LATAR BELAKANG Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai

Lebih terperinci

2.1.2 URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN

2.1.2 URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN 2.1.2 URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN KEPALA PUSKESMAS I.Tugas Pokok Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik. 1. Sebagai seorang Dokter 2. Sebagai Manajer III. Kegiatan pokok

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

Deskripsi: Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas merupakan bagian dari sumber data dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

Deskripsi: Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas merupakan bagian dari sumber data dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). Deskripsi: Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas merupakan bagian dari sumber data dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). SIK di puskesmas dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) sebagai organisasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah dalam bidang kesehatan. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Dalam Buku Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (2014) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif diartikan sebagai bentuk pengembangan

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di

Lebih terperinci

1. Pengertian Organisasi Organisasai adalah suatu sistem kerjasama daripada sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Struktur

1. Pengertian Organisasi Organisasai adalah suatu sistem kerjasama daripada sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Struktur 1. Pengertian Organisasi Organisasai adalah suatu sistem kerjasama daripada sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawat 1. Pengertian Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Perawatan Kesehatan Masyarakat Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Pembinaan dan Pengembangan UKS

Pembinaan dan Pengembangan UKS Pembinaan dan Pengembangan UKS Disampaikan oleh : Kepala Puskesmas Cibadak Cibadak, 5 April 2010 Pendahuluan Salah satu upaya yg strategis untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia adalah upaya pendidikan

Lebih terperinci

UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)

UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) 1 pemberdayaan secara umum merupakan suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, serta kemampuan masyarakat dalam rangka mengenal, mengatasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fasilitas pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam Undang-Undang No. 36 tahun

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS A. PENDAHULUAN Desa siaga kesehatan adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT 1. Pendahuluan Dalam rangka mengoptimalkan fungsi Pusat Kesehatan Masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 128/Menkes/Sk/II/2004 tentang. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 128/Menkes/Sk/II/2004 tentang. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Menteri Kesehatan RI, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 128/Menkes/Sk/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Menteri Kesehatan RI, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

A. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PENGGUNA (SANTRI/WATI, USTADZ/AH, KARYAWAN) POSKESTREN

A. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PENGGUNA (SANTRI/WATI, USTADZ/AH, KARYAWAN) POSKESTREN PEDOMAN WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR DAN OBSERVASI KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM POS KESEHATAN PESANTREN (POSKESTREN) DI PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA A. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal (Nursalam, 2013). Keperawatan merupakan indikator dari kualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal (Nursalam, 2013). Keperawatan merupakan indikator dari kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keperawatan merupakan pelayanan profesional dalam memenuhi kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis,

Lebih terperinci

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI Adalah : Upaya kesehatan yang memanfaatkan latihan fisik atau

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG BHINNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS DTP GUNUNGKENCANA JL. Gunungkencana- Bojongmanik Kode pos Telp

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS DTP GUNUNGKENCANA JL. Gunungkencana- Bojongmanik Kode pos Telp PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DINAS KESEHATAN PUSKESMAS DTP GUNUNGKENCANA JL. Gunungkencana- Bojongmanik Kode pos 42354 Telp.083872509051 TUGAS PKK DAN FUNGSI DALAM STRUKTUR RGANISASI DI UPT PUSKESMAS DTP

Lebih terperinci

BAB III OBYEK LAPORAN KKL. 3.1 Gambaran Umum Puskesmas Cimahi Utara Keadaan Geografis Puskesmas Cimahi Utara

BAB III OBYEK LAPORAN KKL. 3.1 Gambaran Umum Puskesmas Cimahi Utara Keadaan Geografis Puskesmas Cimahi Utara BAB III OBYEK LAPORAN KKL 3.1 Gambaran Umum Puskesmas Cimahi Utara 3.1.1 Keadaan Geografis Puskesmas Cimahi Utara Puskesmas Cimahi Utara berada di Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi dan mendapat curah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat dituntut untuk melayani dengan cepat dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat dituntut untuk melayani dengan cepat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia saat ini sudah memasuki era globalisasi. Setiap aspek kehidupan dituntut untuk bekerja dengan cepat dan tepat. Begitu juga dengan dunia kesehatan, sebagai salah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang menjadi milik masyarakat dan menyatu dalam kehidupan dan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN POSBINDU PTM

KERANGKA ACUAN KEGIATAN POSBINDU PTM KERANGKA ACUAN KEGIATAN POSBINDU PTM A. Pendahuluan Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/rw.

Lebih terperinci