UNIVERSITAS MERCU BUANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS MERCU BUANA"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM PENETAS (MESIN TETAS) TELUR DENGAN MEDIA PEMANAS LAMPU PIJAR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Disusun Oleh : Sugiyanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri UNIVERSITAS MERCU BUANA Jakarta 2008

2 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA LEMBAR PENGESAHAN Nama : Sugiyanto Nim : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Judul : Perancangan Sistem Penetas (Mesin Tetas) Telur Dengan Media Pemanas Lampu Pijar Telah diperiksa dan disahkan oleh : Koordinator dan Pembimbing Tugas Akhir (Nanang Ruhyat, ST., MT)

3 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda-tangan di bawah ini : Nama : Sugiyanto Nim : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Judul : Perancangan Sistem Penetas (Mesin Tetas) Telur Dengan Media Pemanas Lampu Pijar Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil pemikiran serta karya sendiri bukan salinan atau duplikat dari karya orang lain, kecuali dari kutipan-kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya. Jakarta, Agustus 2008 (Sugiyanto)

4 KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Dimana Tugas Akhir ini penulis sajikan dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun judul penulisan Tugas Akhir yang penulis ambil adalah : PERANCANGAN SISTEM PENETAS (MESIN TETAS) TELUR DENGAN MEDIA PEMANAS LAMPU PIJAR Tujuan penulisan Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Program Strata Satu (S1) Universitas Mercu Buana. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan hasil penelitian (experiment), observasi dan beberapa sumber literatur yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, penulisan Tugas Akhir ini tidak akan berjalan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Nanang Ruhyat, ST., MT, selaku dosen pembimbing dan koordinator Tugas Akhir. 2. Bapak Ir. Yuriadi Kusuma, M.Eng, selaku dekan Fakultas Teknologi Industri. 3. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana yang telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis dalam belajar. 4. Kedua orang tua serta keluarga besar penulis yang telah banyak membantu baik dalam bentuk dorongan moril maupun materil.

5 5. Teman-teman mahasiswa teknik mesin angkatan 01 yang secara langsung maupun tidak langsung turut membantu dalam penyusunan Tugas Akhir. 6. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Jakarta, Agustus 2008 (Sugiyanto)

6 ABSTRAK Untuk memperbanyak populasi ayam dibutuhkan cara penetasan telur yang tepat. Yaitu pengeraman telur dalam jumlah yang banyak. Mesin tetas telur pada dasarnya merupakan sebuah peti (box) yang didalamnya memiliki suhu panas buatan, dan suhu panas itu dapat dipertahankan di dalam mesin tetas sesuai dengan kebutuhan. Pada mesin tetas telur ini juga dilengkapi dengan sebuah Thermoregulator, yaitu sebuah alat yang berfungsi sebagai pengatur suhu (temperature) dalam mesin tetas agar tetap dalam kondisi stabil sesuai kebutuhan. Temperatur dan kelembaban merupakan 2 faktor utama (selain sirkulasi udara dan pemutar telur) yang menentukan keberhasilan penetasan telur. Berdasarkan referensi, temperature optimal suhu ruang penetasan (di dalam mesin) harus dipertahankan antara 37,5-39 C. Sebelum mesin penetas tersebut digunakan untuk menetaskan telur, mesin ini dipanaskan terlebih dahulu selama 6-12 jam. Bila keadaan suhunya sudah stabil dan tidak berubah-ubah, barulah alat tetas bisa digunakan. Sedangkan kelembaban yang optimal adalah 60% 70%. Untuk jumlah kalor (Q) yang terdapat di dalam ruangan mesin tetas, di pengaruhi oleh air yang terdapat di dalam mesin tetas. Seperti diketahui, air memiliki kalor jenis sebesar 4, J.kg -1.K -1. Untuk massa air yang terdapat dalam nampan diketahui seberat 0,25 kg. Sedangkan di dalam ruang mesin tetas terjadi perubahan suhu (? t) sebesar (t 1 t 0 ). Mesin tetas dalam keadaan kosong (tanpa telur) memiliki jumlah kalor (Q) antara 735 Joule sampai 1155 Joule, sedangkan mesin tetas yang telah diisi telur (kondisi penuh) memiliki jumlah kalor (Q) antara 1050 Joule sampai 1365 Joule.

7 DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI NOTASI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penulisan Sistematika Penulisan BAB II TEORI DASAR Pengertian Beberapa Jenis Alat Tetas Kalibrasi Penetasan Telur BAB III PROSES PERANCANGAN MESIN TETAS TELUR Spesifikasi Teknik (Data Perancangan) Tahap-Tahap Perancangan Perlengkapan Pendukung BAB IV ANALISIS UNJUK KERJA (PERFORMANCE) MESIN TETAS TELUR Prosedur Kerja Mesin Tetas Telur Hal. i ii iii iv v vii xi xiv xvi

8 4.2. Cara Pengoperasian Alat Tetas Lokasi Persiapan Pendahuluan Temperatur Kelembaban Mengatur Sirkulasi Udara Menyeleksi dan Memutar Telur Masa Transisi Beberapa Faktor yang Menentukan Keberhasilan Penetasan Syarat-Syarat Telur Tetas Pengoperasian Alat Tetas BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 NOTASI Simbol Satuan Keterangan A c air e m air H h k t 0 t 1 Q W?Wt tž m 2 J.kg -1.K -1 - kg J.s -1 J.s -1.m -2. C -1 J.s -1.m -1. C -1 C C Joule W.m -2 C W.m -2.K -4 Luas penampang Kalor jenis air Emisivitas Massa air Besar kalor yang merambat tiap satuan waktu Koefisien konveksi Koefisien konduksi thermal Suhu (temperatur) awal Suhu (temperatur) akhir Jumlah kalor Energi yang dipancarkan tiap satuan waktu dan luas Perubahan suhu (temperatur) Tetapan Boltzman (5, )

10 DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 3.1. Mesin Penetas Telur Gambar 3.2. Penampang Mesin Tetas Gambar 3.3. Penampang Rak Telur Gambar 3.4. Skema Pemasangan Lampu Pijar pada Mesin Tetas Gambar 3.5. Thermoregulator dan Posisi Sekrup Tombol Pengatur Gambar 3.6. Thermometer Gambar 3.7. Wadah Penampung Air Gambar 3.8. Rak Penampungan Anak Ayam

11 DAFTAR LAMPIRAN Gambar A1. Gambar A2. Gambar A3. Gambar A4. Gambar A5. Gambar A6. Gambar A7. Gambar A8. Gambar A9. Gambar A10. Gambar A11. Penampang Mesin Tetas Telur Tampak Depan Mesin Tetas Telur Ventilasi Mesin Tetas Telur (Tampak Atas) Nampan (Wadah Air) Penampang Nampan Plastik dan Seng Rak Telur Penampang Rak Telur Lampu Pijar (Bohlam) a., b., c., Kapsul Thermostat a. dan b. Penampang Kapsul Thermometer

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Penetaan telur dalam beternak ayam dapat dikatakan merupakan masalah penting. Sebab tujuan beternak ayam adalah untuk memproduksi telur dan daging. Semakin banyak populasi yang di miliki akan semakin banyak juga keuntungan yang bisa di dapat oleh peternak. Menetaskan telur berarti mengeramkan telur ayam agar menetas, yaitu kulitnya pecah dan terbuka serta benih yang telah menjadi anak ayam dan hidup dapat keluar. Dalam menetaskan telur ada dua cara yang bisa di lakukan, yaitu dengan mempergunakan induk ayam yang sedang mengeram. Tetapi banyak juga yang melakukannya dengan menggunakan mesin penetas, itu semua tergantung dari tujuan dalam beternak ayam. Untuk memperbanyak populasi ayam dibutuhkan cara penetasan telur yang tepat, yaitu penetasan telur ayam dalam jumlah yang banyak. Penetasan dengan menggunakan alat tetas (mesin penetas) baru dianjurkan bila jumlah telur yang akan ditetaskan itu banyak jumlahnya. Keuntungannya bisa menetaskan telur dengan jumlah yang banyak atau besar serta secara serempak. Dimana hal ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh seekor induk ayam. Penetasan telur dengan alat tetas buatan pada prinsipnya menirukan sifat-sifat alamiah ayam saat mengeram. Peniruan itu tidak hanya menirukan begitu saja, melainkan juga melakukan penyempurnaan sehingga nantinya juga bisa digunakan dalam menetaskan dengan jumlah yang banyak atau besar secara sekaligus. Prinsip peletakan pada alat tetas dan prosesnya merupakan kombinasi, yaitu menirukan

13 kondisi alamiah pada waktu ayam mengeram dan sekaligus disesuaikan dengan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang produksi unggas Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah merancang sebuah sistem penetas telur dengan menggunakan media pemanas lampu pijar. Secara garis besar, dalam Tugas Akhir ini penulis ingin mengetahui berapa besar suhu (temperatur) ruang yang dibutuhkan di dalam mesin tetas, jumlah kalor (Q) yang terdapat di dalam mesin tetas sebelum mesin tetas digunakan dan selama proses penetasan berlangsung. Serta mengenal dan memahami cara kerja, karakteristik, dan tahapantahapan dalam merancang sebuah sistem penetas telur Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis akan membahas tentang perancangan, pemilihan bahan, proses (tahap) pengerjaan dan perakitan, perhitungan, serta analisa unjuk kerja (performance) secara keseluruhan berdasarkan referensi dan data lapangan. Di dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis lebih menekankan pada perancangan sampai dengan analisa unjuk kerja dari sistem penetas telur tersebut Metode Penulisan Metode penulisan dalam perancangan mesin tetas ini dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu: a. Metode observasi, dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan (praktek) untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk perancangan mesin tetas ini. b. Metode tinjauan pustaka, dilakukan dengan cara membaca buku-buku referensi mengenai mesin penetas telur dan cara kerjanya, serta teori-teori yang di dapat

14 dalam perkuliahan yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penyusunan Tugas Akhir ini, penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II TEORI DASAR Bab ini berisi tentang teori-teori dasar dari mesin penetas telur yang mendasari perancangan sistem penetas telur dengan media pemanas lampu pijar. BAB III PROSES PERANCANGAN MESIN TETAS TELUR Bab ini berisi tentang tahapan-tahapan dalam perancangan mesin penetas telur, dari tahap pemilihan bahan hingga tahap perakitan. BAB IV ANALISIS UNJUK KERJA (PERFORMANCE) MESIN TETAS TELUR Bab ini berisi tentang analisis unjuk kerja dari sebuah mesin penetas telur hingga diperoleh hasil dari pengujian mesin tetas telur tersebut. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh proses perancangan serta analisa pengujian yang telah dilakukan dan saran-saran yang bermanfaat agar hasil perancangan sesuai dengan apa yang penulis harapkan.

15 BAB II TEORI DASAR Bertelur merupakan cara alami ayam untuk memperbanyak keturunannya. ayam betina rata-rata dapat menghasilkan sebutir telur seperti pagi, dan jumlah telur yang sudah di buahi dapat mencapai lima belas butir.ayam betina akan mengerami telurnya setelah telur terahir keluar dari badannya.telur akan menetas setelah di erami oleh ayam betina selama 21 hari. semakin baik kualitas telur, semakin besar prosentase penetasannya. baiknya kualitas telur itu sendiri ditentukan oleh pakan ayam betina semasa proses bertelur dengan kata lain, pakan dan perawatan ayam betina amat menentukan kualitas telurnya semakin baik pakan dan perawatannya, semakin baik pula mutu telur ayam tersebut. Bagi peternak ayam, membeli telur dan menetaskannya sendiri merupakan cara yang paling murah dalam menambah jumlah ayamnya. ada cara lain untuk menambah jumlah ayam adalah dengan membeli DOC (day old chick) yaitu ayam yang baru berusia beberapa hari atau dengan cara membeli ayam muda yang berusia kurang dari satu tahun. membeli anak ayam jelas sangat mahal dari pada menetaskan telur ayam, dan membeli ayam yang berusia muda itu akan membutuhkan biaya yang cukup besar dan mahal lagi bila di bandingkan dengan membeli anakkan ayam.semua itu sangat bergantung pada kebutuhan dan ketersediaan dana peternak itu sendiri. Mesin tetas tentunya memang diciptakan untuk mengambil alih tugas mengerami dari se-ekor induk ayam (atau bangsa unggas lainnya) dalam mengerami

16 telur-telur yang dibuahi dari hasil persilangan atau dari hasil perkawinan dengan pejantan. Pembuatan mesin penetas telur yang akan dijelaskan di sini bukanlah pembuatan mesin penetas telur sekala besar yang biasanya dipakai untuk kepentingan suatu usaha peternakan yang skalanya juga sangat besar.mesin alat penetas telur yang akan dijelaskan adalah suatu mesin tetas yang sangat sederhana sekali yang biasanya hanya di pakai para penggemar ayam ataupun peternak skala rumah tangga atau perorangan. Mesin ini hanya mampu secara efektif menetaskan sekitar 30 atu 40 butir kapasitas mesin ini sebetulnya dapat ditambah hingga 2 atau 3 kali lipat, tetapi itu berarti ruang penetasan juga harus diperluas semakin luas ruang penetasan, akan semakin sulit juga untuk mengontrol atau mengecek pemerataan panas di dalam ruangan penetasan karenanya resiko kegagalan penetasan akan semakin tinggi. Sampai saat ini belum ada mesin penetas telur yang paling canggih sekalipun (semuanya sudah dilakukan secara otomatis) yang dapat menetaskan telur 100 % telur yang ada didalamnya rata-rata mesin canggih itu hanya dapat menetaskan telur ayam di bawah 80 % namun, dengan tingkat pengelolaan yang sangat baik tingkat keberhasilannya akan mendekati 80 %. Beberapa jenis alat tetas Diketahui ada cukup banyak alat penetas telur atau mesin penetas telur yang dihasilkan oleh kreatifitas bangsa Indonesia sendiri. Ada pun beberapa alat tetas telur tersebut adalah: 1. Alat tetas telur dengan metode sekam dan sumber panas matahari 2. Mesin tetas telur dengan listrik atau lampu lampu bohlam sebagai alat pemanasnya

17 3. Mesin tetas telur dengan menggunakan lampu minyak tanah 4. Mesin penetas telur dengan menggunakan kawat nikelin 5. Mesin penetas telur dengan menggunakan kombinasi beberapa hasil diatas 6. Mesin penetas telur dengan otomatis KALIBRASI A. Wafel thermostat Wafel thermostat (standard yang dipakai oleh inkubator cemani) dan yang kami pakai pula, harus diatur agar mempunyai temperatur di dalam ruang inkubator senilai 37,5ºC dry bulb temperature, dengan range yang dapat diterima senilai 37,5-39ºC lihat manual dari inkubator yang dipakai mengenai aturan standar dan caranya dalam beroperasi thermostat akan bekerja berdasarkan kembang-kempisnya wafel yang berada di dalam ruangan inkubator, sehingga adalah normal jika ada siklus perbedaan temperatur yang terjadi dipembacaan pada termometer dan ini adalah hal yang normal yang harus kita lakukan adalah menjaga dan men-set thermostat agar selalu bekerja dalam kisaran angka 37,5-39ºC atau untuk mudahnya : pertama, perhatikan berapa range atas dan bawah temperatur yang terjadi, kemudian bagi 2 dan hasilnya tersebut tambahkan dengan standar yaitu 37,5ºC dengan demikian akan didapat range yang mempunyai temperatur tengah adalah tepat 38ºC. Bila temperatur lebih rendah atau lebih tinggi maka pengesetan thermostat diperlukan. Biasanya pengesetan seperti ini membutuhkan waktu beberapa jam dan dibiarkan atau dicoba selama semalam agar dapat diyakinkan sistem telah bekerja dengan baik dan sempurna. Wafel thermostat

18 B. Hygrometer Kelembaban udara yang diukur dengan Hygrometer di dalam ruang inkubator harusnya dijaga pada pembacaan menggunakan Hygrometer pada kisaran % untuk 18 hari pertama di inkubator, dan % untuk 3 hari berikutnya. Hal ini menjadi penting karena ketidak akuratan dalam penerapan kelembaban udara dapat mempengaruhi secara siknifikan keberhasilan dalam penetasan telur, bila kelembaban udara terlalu rendah maka akan terjadi peningkatan penguapan udara dari kulit telur yang kemudian dapat menyebabkan embrio ayam tidak kuat memecah kulit telur karena lapisan/selaput bagian dalam telur menjadi keras. dalam hal ini demikian maka penambahan sebuah nampan dan diberi isi air diperlukan mencapai kisaran angka yang diperlukan sebaiknya jika kelembaban udaranya terlalu tinggi maka penurunan kelembabannya dapat dengan cara mengganti nampan dengan yang lebih kecil atau menutupi sebagian permukaan nampan dengan kertas alumunium foil (sebagai contoh) atau tutup lainnya. Kalibrasi untuk mesin penetas telur (inkubator) pada perinsipnya adalah mengadakan pengetesan sebelum inkubator itu siap di pakai. dengan demikian maka pengenalan akan karakteristik mesin dan fungsi dari masing-masing alatnya dapat dipahami dengan baik, sehingga bila terjadi permasalahan-permasalahan yang terjadi di kemudian hari akan mudah dicari penyelesaiannya di samping hal ini akan meningkatkan keberhasilan di dalam penetasan yang menjadi tujuan utama. Jika inkubator telah terlebih dahulu dibersihkan, disuci-hamakan atau di disinfektan dan terakhir dikalibrasi terhadap temperatur dan kelembaban udara maka inkubator telah siap diuji coba atau dipakai. Bila hari pertama memasukan telur kedalam inkubator adalah hari sabtu sebagai contoh, karena tentunya mudah bagi kita yang bekerja mudah untuk

19 mengamati perubahan suhu dan kelembaban udaranya sepanjang akhir pekan yaitu hari sabtu dan hari minggu maka kita juga dapat mengharapkan bahwa penetasan akan terjadi pada hari sabtu juga pada hari minggu ke 3 ( 21 hari) setelahnya. Kemudian haruslah dibuatkan sebuah catatan mengenai semua kegiatan mengenai waktu memasukan telur (tanggal dan jam) serta jumlah telur yang dimasukan, kemudian waktu menetas dan 3 hari sebelum penetasan termasuk persentase hasil penetasan. tabel tersebut juga harus dilengkapi dengan catatan pemutaran telur minimal 3 kali sehari atau sebaiknya 5 kali sehari dengan waktu pemutaran dapat ditentukan sendiri dan sebagai contoh : jam 06.00, 10.00, 14.00, 18.00, Hygrometer PENETASAN TELUR Setelah inkubator selesai di kalibrasi dan anda sudah familier dengan pengoprasiannya,selanjutnya adalah memasukan telur kedalam inkubator. Ada lima poin yang harus diperhatikan dalam penetasan telur yaitu : 1. Suhu (Temperature) a. Suhu atau temperatur yang di ukur dengan termometer memang merupakan peranan yang sangat penting di dalam penetasan telur karena hal ini berhubungan dengan faktor perkembangan embrio di dalam telur. b. Suhu optimum di dalam inkubator tipe still-air adalah 37,5ºC dan untuk tipe forced-air adalah 39ºC.

20 c. Thermometer harus diletakan 2,5 cm (1 inch) di atas wire mesh (tray) inkubator atau setara dengan tinggi telur jika diletakan mendatar. hal berbeda untuk posisi thermometer pada inkubator forced-air yang mempunyai temperatur merata di dalam inkubator karena menggunakan fan sebagai sirkulasi udara panasnya. Hal yang harus diwaspadai terhadap ketidak-normalan temperatur : 1. Temperatur terlalu tinggi Embrio ayam yang masih muda sangat mudah terpengaruh dengan temperatur yang tinggi. Pengoperasian inkubator dengan temperatur setinggi 39ºC untuk 30 menit akan mempunyai efek yang sangat mematikan pada embrio ayam. Bila embrio tidak mati maka suhu yang tinggi tersebut dapat menimbulkan masalah di syaraf, hati, masalah di peredaran darah, ginjal, atau kecacatan pada tubuh ayam seperti cacat pada kaki ayam, kebutaan dan persoalan lainnya yang menjadikan anak ayam cacat, lemah dan kemudian akan menimbulkan kematian. 2. Temperatur terlalu rendah Temperatur yang sedikit lebih rendah untuk periode waktu yang tidak cukup lama tidak terlalu mempengaruhi di dalam embrio kecuali memperlambat perkembangan untuk embrio muda. hal yang sedikit berbeda jika hal ini terjadi pada embrio yang lebih tua karena pengaruhnya akan sedikit berkurang. Jika temperatur lebih rendah dari yang disyaratkan untuk waktu yang agak lama maka hal ini akan mempengaruhi embrio di dalam hal perkembangan organ-organnya yang berkembang tidak secara proporsional. jika hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan gangguan pada hati, peredaran darah, jantung

21 atau akan terjadi perkembangan yang sangat lamban (lambat) kalau pun menetas nantinya. Termometer Sederhana 2. Kelembaban udara (Humidity) Kelembaban udara (Humidity) adalah penting karena hal ini untuk menjaga telur dari kehilangan terlalu banyak atau terlalu sedikit kelembabannya selama proses penetasan telur. Kelambaban relative 55-60% untuk 18 hari penetasan telur dan 65-70% untuk 3 hari terakhir. a. Kelembaban diperoleh dari nampan yang berisi air, atau sponse yang basah dan sejenisnya yang diletakkan dibagian bawah atau dibagian atas tergantung tipe inkubator dan settingnya. Tingkat kelembaban udara tergantung dari banyaknya / lebar permukaan air yang ter-expose atau dipengaruhi oleh system inkubator itu. Semakin lebar luas permukaannya tentunya semakin tinggi kelembaban yang didapat atau sebaliknya. Dalam beberapa kasus, missal udara terlalu kering, kadang diperlukan menambahkan sponse (busa) pada nampan. Hal ini cukup untuk membantu menaikkan kelembaban udara seperti yang disyaratkan dalam penetasan telur. Bila terjadi hal kelembaban terlalu tinggi malah diharuskan memperkecil nampan, mengurangi luas permukaannya (misal ditutup dengan aluminium foil) atau malah mengeluarkan nampan air dari inkubator. Keadaan seperti ini malah sering kami lakukan di tempat kami terutama pada saat musim hujan

22 b. Dianjurkan untuk tidak atau sesedikit mungkin membuka tutup inkubator selama penetasan telur. Hal ini disebabkan karena kelembaban udara akan cepat hilang dengan dibukanya pintu inkubator. Bila ini terjadi maka dianjurkan untuk menambahkan air hangat pada nampan agar lebih cepat menguap dan mencapai titik kelembaban yang diperlukan c. Meneropong telur juga diperlukan dalam melihat dan mengukur perkembangan embrio dan tingkat kehilangan kadar air di dalam telur. Peneropongan sebaiknya dilakukan pada hari ke 7,14 dan 18. Teropong telor dapat dengan mudah dibuat sendiri dengan bahan bahan yang sederhana sejauh cukup sinar yang dihasilkan untuk melihat / menembus kulit telur dan mengintip dalamnya. d. Setelah hari ke 19, sedikit kondensasi diatas inkubator masih diijinkan atau lebuh akuratnya kami menyarankan untuk mengukurnya dengan menggunakan hygrometer. Karena keberadaan alat ini cukup vital dalam kesuksesan penetas telur. 3. Ventilasi (Ventilation) 4. Pemutaran telur (Egg Turning) 5. Kebersihan (Cleanliness)

23 BAB III PROSES PERANCANGAN MESIN TETAS TELUR 3.1. Spesifikasi Teknik (Data Perancangan) Sebelum masuk ke proses perancangan (pembuatan) mesin tetas telur, ada satu tahap yang harus diperhatikan, yaitu tahap pemilihan bahan (komponen). Ada beberapa komponen yang akan digunakan (lihat gambar 3.1), yaitu : 1. Dimensi (ukuran) : 50 x 30 x 32 cm (P x L x T) 2. Kapasitas : 42 butir telur ayam (posisi berdiri) 3. Daya listrik : 20 Watt 220 V 4. Efisiensi : 80 95% 5. Thermoregulator 6. Thermometer Gambar 3.1. Mesin Penetas Telur

24 1. Dimensi (ukuran) P P P P Gambar 3.2. Penampang Mesin Tetas Tampak pada gambar di atas, sebuah mesin tetas yang dibuat dengan menggunakan bahan baku Partikel Board, MDF (Medium Density Fiberboard), Multiplex (kayu lapis). Menggunakan bahan Multiplex dinilai mempunyai lapisan vinil yang ringan, kuat, awet dan tahan terhadap air, dan juga dapat menyimpan panas secara maksimal meskipun berharga sangat ekonomis. 2. Kapasitas Mesin tetas telur ini memiliki kapasitas muat telur sebanyak ± 42 butir. Rak tempat meletakkan telur tetas di dalam alat penetasan merupakan salah satu sarana yang ikut berperan dalam proses penetasan. Sebab rak yang tidak sempurna sehingga penempatan telur menjadi tidak teratur akan bias menyebabkan kegagalan dari proses penetasan walaupun alat tetas yang digunakan berkategori baik. Karena itu rak tempat penataan telur tetas harus memenuhi syarat sebagai rak telur yang baik. Diantaranya telur yang ditata mudah dibalik (diputar) dan di kontrol, selama penetasan berlangsung rak dapat menjamin telur-telur itu tidak terganggu (tidak

25 mudah goyah), panas yang diterima telur dapat merata, kondisi cukup longgar sehingga mudah di keluar-masukkan dari alat tetas. Seperti tampak pada gambar di bawah ini, rak penempatan telur-telur yang akan ditetaskan. a. b. Gambar 3.3. Penampang Rak Telur 3. Daya Listrik Dalam mesin tetas telur ini, daya listrik atau pemanas yang digunakan untuk menghangatkan suhu ruang dalam mesin tetas adalah menggunakan 2 buah lampu pijar (bohlam) berdaya 20 Watt/220V. Sebelum fiting dipasang sebaiknya diberi pengganjal sebagai alas fiting berupa kayu bundar dan agak pipih yang disebut roset. Kayu ini dipakukan lebih dulu pada dinding peti bagian dalam pada

26 kedudukan yang telah ditetapkan, setelah itu fiting dipasang dengan paku sekrup, cara pemasangan fiting tidak sulit. Salah satu kabel dihubungkan dengan thermoregulator, kemudian keluar dari thermoregulator mendapatkan salah satu terminal lampu sedangkan kabel yang lain dihubungkan dengan saklar dan keluar dari saklar mendapatkan terminal lain dari lampu. Salah satu kabel perlu dihubungkan dengan thermoregulator karena pada thermoregulator ini terdapat suatu peralatan yang dapat mengalirkan listrik, bila thermoregulator itu mengembang arus listrik akan terhenti, sedangkan jika mengempis arus akan terhubung kembali. Jadi fungsi dari thermoregulator adalah sebagai otomatisnya (pengatur lalu lintas arus listrik). Berikut ini skema pemasangan lampu pijar pada mesin tetas. Gambar 3.4. Skema Pemasangan Lampu Pijar pada Mesin Tetas. 4. Thermoregulator Thermoregulator ini berfungsi sebagai pengatur suhu panas dalam mesin tetas. Thermoregulator ini terdiri dari, kapsul, thermostat, baut pengatur, pipa thermoregulator, dan terminal listrik. Berikut ini contoh dari thermoregulator yang digunakan dalam perancangan mesin tetas telur.

27 Gambar 3.5. Thermoregulator dan Posisi Sekrup Tombol Pengatur Sebagai pengatur suhu panas pada mesin penetas ini diperlukan thermoregulator, untuk alat tetas dengan sumber panas lampu pijar ini thermoregulator yang digunakan juga jenis tunggal. Thermoregulator pada alat tetas lampu pijar tidak menggunakan tangki, melainkan diganti dengan Thermostat, fungsinya adalah untuk mengatur atau mengontrol jalannya arus listrik pada mesin bila tombol pada thermostat tertekan, dann secara otomatis akan menghentikan arus listrik. Kapsul pada thermoregulator ini berbeda dengan kapsul thermoregulator mesin tetas dengan lampu minyak, yaitu merupakan gabungan pelat kuningan tipis yang di dalamnya berisi larutan ether. Cara kerja dan fungsi dari kapsul ini juga tidak berbeda dengan kapsul yang lain.

28 Selanjutnya bagian thermostat adalah sarana pengontrol arus listrik, pada waktu kapsul yang berada di bawah thermostat mengembang, tombol yang ada pada thermostat akan terdorong sehingga arus terputus (berhenti mengalir). Sebaiknya bila kapsul mengempis arus akan kembali mengalir yang disebabkan tombol secara perlahan akan kembali ke posisi semula. Kemudian untuk baut pengatur adalah baut seperti yang digunakan sebagai pengatur thermoregulator, baut dan ulir ini berhubungan langsung dengan termostat dan bantuan tangki besi kecil yang dimasukan dalam sebuah pipa berlubang, tangki besi sudah lengkap dengan drat pasangan dari drat yang ada pada baut pengikat. Sedangkan adanya baut ini, maka kedudukan thermostat dapat diatur pada suhu yang sudah ditentukan. Bagian terminal listrik digunakan untuk menghubungkan antara jalur dari jala-jala PLN dengan lampu pijar, jadi salah satu kabel listrik yang dihubungkan dengan jala-jala PLN mendapatkan terminal listrik yang ada pada thermostat, kemudian dari thermostat dihubungkan dengan lampu pijar. Dalam merangkaikan hubungan tersebut, harus dilakukan secermat mungkin jangan sampai menimbulkan hubungan singkat. Sedangkan pipa thermoregulator digunakan untuk memasukkan tangki thermoregulator dan hubungan langsung dengan thermostat. Disamping itu juga sebagai penahan agar kedudukan thermoregulator kuat dan tidak goyang. Selanjutnya untuk bagian wadah atau bak air dan thermometer suhu. Untuk wadah air yang digunakan sebaiknya dari bahan plastik, selain ringan juga tidak menimbulkan karat.

29 5. Thermometer Thermometer ini digunakan untuk mengetahui derajat panas yang ada di dalam mesin tetas. Thermometer ini nantinya diletakkan tepat diatas susunan telur. Berikut ini contoh gambar dari thermometer yang digunakan dalam perancangan mesin tetas telur. Gambar 3.6. Thermometer 3.2. Tahap-Tahap Perancangan Ukuran dan kapasitas alat tetas bermacam-macam. Ada yang berukuran kecil, sedang dan kapasitas besar. Untuk alat tetas yang digunakan oleh perusahaan peternakan umumnya besar, sedangkan peternakan tradisional maupun perorangan, penetas dengan alat buatan cukup menggunakan dengan alat tetas tipe kecil atau sedang. Alat tetas lampu pijar yang disajikan kali ini sangat cocok untuk digunakan sebagai sarana penetasan bagi golongan peternak kecil, caranya tidak begitu sulit sebab alat tetas lampu pijar ini kontruksinya tidak jauh beda dengan sistem lampu minyak pembuatan rangka dan bentuk sama saja, hanya pada bagian dinding pemanas lampu pijar yang dipasang di dalam mesin, bahan bakunya juga tidak berbeda dengan alat tetas lampu minyak, yaitu berupa kayu kaso, kayu reng, papan lapis dan lain-lain. Tetapi di sini tidak diperlukan adanya seng karena tidak akan membuat pipa. Sebagai gantinya sediakan 2 buah fiting lampu beserta dudukannya.

30 Dalam setiap membuat alat tetas, bagian demi bagian harus dikerjakan sungguh-sungguh, pengukuran harus dilakukan secermat mungkin dan yang lebih penting kontruksinya harus kuat dan rapi, jangan sampai ada bagian yang bocor atau terbuka sehingga panas dalam mesin merembes keluar. Rangka mesin sampai membentuk sebuah peti harus kuat dan tidak boleh goyang begitu juga dengan perlengkapan lainnya, harus merupakan benar-benar konstruksi yang stabil dan kuat di dalam setiap kondisi, sebab keberhasilan dalam setiap membuat peralatan juga menunjang keberhasilan dalam setiap penetasan. Peti tetas yang mudah goyang karena senggolan atau sandaran atau rak telur dan rak penetasan yang tidak stabil dapat menurunkan prosentase penetasan telur. Karena itu dalam kondisi bagaimana pun juga, buatlah peti tetas beserta perlengkapannya menjadi sebuah alat yang sempurna dan mampu bertahan dalam segala kondisi dan keadaan. Selain itu sangat dianjurkan bahwa membuat alat tetas dengan sistem apapun juga, rangka peti sebaiknya menggunakan kayu kaso ukuran 5x7 cm sebagai tiang sekaligus kaki dan ukuran 4x6 cm sebagai palangannya. Sedangkan rangka atau bingkai dari kayu reng ukuran 3x5 cm. Tata cara membuat alat tetas sistem pemanas lampu pijar tidak jauh beda dengan lampu minyak namun untuk tidak terjadi kekeliruan, perhatikan beberapa petunjuk dibawah ini : Buatlah rangkanya lebih dulu dari kayu kaso dan kayu reng yang sebelumnya harus sudah dipasang dan diamplas sampai halus, untuk kemudian dipotong menurut ukuran yang ditentukan. Potong beberapa lembar papan lapis untuk dinding peti, namun perlu diperhatikan karena samping dinding kanan dan kiri masing-masing hanya

31 membutuhkan dua lembar berukuran 32 x 30 cm, 50 x 30 cm 1 lembar untuk tutup atas. Dinding bagian samping dibuat lubang ventilasi diameter 5 cm dan lengkapi dengan tutupnya, pembuatan lubang ventilasi sebaiknya tetap di atas lampu pijar sedangkan dinding atas (atap tepi) dibuat lubang untuk penempatan tangki Thermoregulator dan lubang satunya untuk ventilasi. Pada saat meletakan papan lapis pada rangkanya sebagai dinding dan alas, sebelum dipaku sebaiknya di beri lem kayu terlebih dahulu agar kuat dan rapat, kemudian dipaku dengan jarak antar-paku tidak terlalu jauh. Sebelum bagian triplek untuk bagian atas dipasang, sebaiknya fiting lampu beserta dengan kabelnya dipasang lebih dulu agar mudah dipasang, sebab bila bagian peti atas telah ditutup pemasangan fiting dengan kabelnya akan sulit di pasang. Setelah selesai dilanjutkan dibagian pintu. Untuk pintu diberi dua buah lubang dengan masing-masing diameter 6 cm Perlengkapan Pendukung Selain alat-alat atau perlengkapan yang telah disebutkan di atas, ada beberapa perlengkapan pendukung lain yang terdapat di dalam sebuah mesin tetas, diantaranya: 1. Bak penampung air Selama penetasan berlangsung diperlukan kelembaban yang sesuai dengan perkembangan embrio di dalam telur. Sebab kelembapan mempengaruhi proses metabolisme kalsium pada embrio. Karena itu untuk mendapatkan kelembaban yang sesuai, setiap mesin tetas selalu dilengkapi dengan bak air.

32 Gambar 3.7. Wadah Penampung Air Sebaiknya wadah penampungan air terbuat dari bahan plastik, sebab selain tahan karat juga lebih ringan. Seperti yang terlihat pada gambar di atas. 2. Rak penampungan anak ayam rak penampungan anak ayam yang baru menetas umunya diletakkan pada sap (baris) sesudah rak telur, jadi berada di bawah rak telur. Cara pembuatannya tidak berbeda dengan membuat rak telur. Bingkainya dibuat dari kayu reng dan alasnya di buat dari kawat kasa, ukurannya pun hampir sama dengan rak penempatan telur. Gambar 3.8. Rak Penampungan Anak Ayam

33 BAB IV ANALISIS UNJUK KERJA (PERFORMANCE) MESIN TETAS TELUR 4.1. Prosedur Kerja Mesin Tetas Telur Pada dasarnya proses penetasan dengan alat ini telah dilengkapi dengan sistem otomatis yang berguna untuk pengaturan suhu dalam ruang mesin. Dengan demikian tidak perlu lagi adanya pengontrolan suhu dalam mesin tetas. Mesin tetas telur sedarhana yang baru di rakit belum tentu dapat bekerja secara sempurna. Banyak komponen elektronik dan suku cadang yang belum tentu dapat berjalan dengan sempurna, tidak bekerjanya satu komponen dapat mempengaruhi kinerja komponen yang lainnya. Adalah sangat penting untuk melakukan uji coba terhadap mesin tetas telur untuk memastikan kelancaran oprasional kerjanya. Di samping itu pengguna juga belum tentu paham sepenuhnya dengan cara kerja serta kemampuan kerja dari setiap mesin tetas telur tersebut. Untuk memahami cara kerja suatu mesin tetas telur dengan baik di perlukan pengalaman kerja yang cukup panjang, kesalahan yang terjadi di tengah tengah proses penetasan telur yang sedang berlangsung (selama 21 hari) dapat mengakibatkan suatu kefatalan dalam suatu proses, yaitu kegagalan pada proses penetasan. Ada baiknya jika pengguna mencoba mesin tetas yang baru dengan memakai telur yang murah. Maksudnya untuk mencegah kerugian yang terlalu besar jika di bandingkan dengan menggunakan telur yang harganya mahal atau malah menggunakan telur dari jenis yang sudah langka, hal yang sama juga perlu dilakukan

34 bila pengguna adalah orang yang belum berpengalaman dalam mengelola mesin tetas, bagaimanapun pengalaman pengelola merupakan salah satu unsur yang sangat menunjang keberhasilan penetasan. Dilihat dari segi bentuk dan konstruksinya alat tetas ini cukup sederhana tetapi memiliki sistem yang baik sebagai sarana untuk melakukan proses penetasan, panas yang ada di dalam ruang mesin tetas berasal dari listrik melalui perantara 2 buah lampu pijar masing-masing dengan kapasitas 40 watt. Pada waktu pertama kali steker dihubungkan ke stop kontak dinding, lampu akan segera menyala dan memberikan suhu panas dalam ruang mesin, bila suhu sudah mencapai batas yang diinginkan maka lampu segera mati, hal ini dikarenakan ether menjadikan kapsul mendorong tombol thermostat sehingga memutuskan arus listrik yang menuju ke lampu pijar, setelah lampu padam suhu udara dalam mesin sedikit demi sedikit akan menurun, dan hal ini akan mejadi susutnya eter dalam kapsul, menyusutnya eter akan mengempiskan kapsul dengan begitu secara perlahan kapsul akan menjauhi tombol sehingga tombol terbuka kembali dan arus listrik mengalir ke lampu pijar. Dengan mengalirkan arus sudah pasti lampu akan menyala kembali, hal ini akan berlangsung terus menerus selama mesin digunakan. Pada waktu terjadi peningkatan suhu atau udara dalam mesin mulai hangat, maka air yang ada dalam nampan (wadah) akan menguap, dan uap air akan memberikan kelembaban ke seluruh ruang mesin. Kelembaban ini sangat diperlukan untuk proses penetasan menjadi sempurna asalkan pada batas yang ditentukan. Seandainya dalam mesin tidak ada kelembaban, telur bukan lagi di proses agar menetas melainkan dapat menjadikannya matang.

35 4.2. Cara Pengoperasian Alat Tetas Alat tetas yang menggunakan sumber pemanas lampu pijar atau kawat nekel, pengaturannya lebih mudah, setelah lampu dihidupkan dan suhu ruang mesin mencapai 37,5-39 C, thermoregulator di set pada suhu tersebut setelah kondisinya normal baru bisa dipakai. Sebelum mesin penetas tersebut digunakan untuk menetaskan telur, mesin ini dipanaskan terlebih dahulu selama 6-12 jam. Bila keadaan suhunya sudah stabil dan tidak berubah-ubah, barulah alat tetas bisa digunakan. Suhu ruang penetasan (di dalam mesin) harus dipertahankan antara 37,5-39 C, sedangkan kelembaban nisbinya adalah 60% 70%. Tabel 4.1 Temperatur di Dalam Mesin (Box) Tetas Telur No. 1. Kegiatan Temperatur normal. Temperatur ( C) 26 Keterangan 2. Temperatur untuk 1 jam pertama, mesin tetas dalam keadaan kosong (bagian atas). 37,5 3. Temperatur untuk 1 jam pertama, mesin tetas dalam keadaan kosong (bagian bawah) Temperatur untuk 1 jam pertama, mesin tetas dalam keadaan penuh (bagian atas) Temperatur untuk 1 jam pertama, mesin tetas dalam keadaan penuh (bagian bawah). 36 Untuk jumlah kalor (Q) yang terdapat di dalam ruangan mesin tetas, di pengaruhi oleh air yang terdapat di dalam mesin tetas. Seperti diketahui, air memiliki kalor jenis sebesar 4, J.kg -1.K -1. Untuk massa air yang terdapat dalam nampan diketahui seberat 0,25 kg. Sedangkan di dalam ruang mesin tetas terjadi perubahan suhu (?_t) sebesar (t 1 t 0 ).

36 Diketahui : c air = 4, J.kg -1.K -1 m air = 0,25 kg t 0 = 26 C = 299 K t 1 = 37 C = 310 K 1 C = 1 C + 273K Q = jumlah kalor (Joule) m = massa benda (kg) c = kalor jenis (J.kg -1.K -1 )?"t = perubahan suhu ( C) t = suhu (temperatur) ( C) Q = m. c.?et * Jumlah kalor dalam ruang mesin tetas (bagian atas) dalam keadaan kosong Q = m. c.? t = m. c. (t 1 t 0 ) = 0,25 (4, ) ( ) = 1155 Joule * Jumlah kalor dalam ruang mesin tetas (bagian bawah) dalam keadaan kosong Q = m. c.?¼t = m. c. (t 1 t 0 ) = 0,25 (4, ) ( ) = 735 Joule * Jumlah kalor dalam ruang mesin tetas (bagian atas) dalam keadaan penuh Q = m. c.?t = m. c. (t 1 t 0 ) = 0,25 (4, ) ( ) = 365 Joule * Jumlah kalor dalam ruang mesin tetas (bagian bawah) dalam keadaan penuh Q = m. c.?øt = m. c. (t 1 t 0 ) = 0,25 (4, ) ( ) = 1050 Joule

37 4.3. Lokasi Ruang yang sejuk, sirkulasi udara yang baik adalah kondisi yang sangat ideal untuk menempatkan suatu mesin tetas. Udara yang sejuk dengan temperatur ruangan yang bervariasi antara C, tingkat kelembaban tidak lebih dari 60% dan udara yang mengalir lancar dari jendela ruang akan meningkatkan prosentase keberhasilan penetasan. Temperatur udara ruang yang berubah-ubah sangat drastis akan mempengaruhi temperatur di dalam mesin tetas (selanjutnya disebut temperatur inkubator). Temperatur ruang yang dingin akan membuat temperatur inkubator cepat menjadi dingin, demikian juga sebaliknya temperatur ruang yang sangat panas akan membuat temperatur inkubator juga akan lebih cepat lagi panasnya. Keduanya (temperatur ruang dan temperatur inkubator) sangat berkaitan tingkat kelembaban yang normal dan aliran udara yang bagus akan menstabilkan temperatur inkubator secara lebih lama lagi. Peletakan mesin tetas telur dalam suatu ruang juga perlu mendapatkan perhatian jangan sampai mesin tetas telur langsung terkena sinar cahaya matahari, cahaya sinar matahari yang langsung mengenai mesin tetas telur akan mengakibatkan naiknya temperatur inkubator dengan sangat cepat. Apabila temperatur inkubator naik terlalu tinggi dalam tempo yang lama, telur akan gagal menetas. Mesin tetas telur yang peletakannya baik akan membantu pengguna di dalam mengontrol temperatur inkubator dengan lebih mudah Persiapan Pendahuluan Setelah menemukan lokasi penempatan yang paling ideal, langkah persiapan selanjutnya adalah mempersiapkan dan mengecek berfungsinya jendela pengontrol, alat pemanas, thermoregulator (thermostat), dan termometer dari tiga macam alat mesin tetas yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya, pengoperasiannya sudah

38 memakai micro-switch yang sudah memiliki termostat (dalam bentuk ether wafer) untuk mengatur temperatur di dalam ruangan inkubator. Bila ether wafer mengembang di karenakan panas, salah satu kepingnya akan menyentuh microswitch. Sentuhan itu akan mengakibatkan arus listrik terputus dan alat pemanas (kawat pemanas atau lampu pijar) tidak bekerja lagi (mati) inkubator akan turun. Turunnya inkubator akan mengakibatkan menyusutnya cairan ether dan membuat kepingnya tidak lagi bersentuhan dengan micro-switch. Tidak adanya persentuhan membuat arus listrik mengalir kembali dan alat pemanas kembali bekerja, begitu seterusnya. Alat ini perlu dicek dahulu ketetapan bekerjanya, jika memang sudah dapat bekerja pada temperatur yang diinginkan, pekerjaan dapat dilangsungkan. Bila tidak bekerja pada temperatur yang diinginkan perlu dilakukan penyesuaian atau perbaikan. Selain membuat micro-switch, dengan prinsip yang sama juga dapat dibuat juga suatu perangkat pengatur temperatur yang biasa di sebut juga thermoregulator rangkaian alat ini terdiri dari kepingan pengontrol (berfungsi seperti ether wafer pada micro-switch) rangka berdirinya keping pengontrol, thermostat, sekrup penyesuai, serta pipa dan piston Temperatur Temperatur ideal pada ruang inkubator berbeda-beda tergantung pada besar kecilnya telur yang akan ditetaskan dan tergantung pula pada rak telur yang digunakan, jika rak telur yang dipergunakan adalah rak telur manual, telur yang berukuran kecil seperti telur ayam kampung ditetaskan pada temperatur ideal sebesar 37,5 C, sementara itu telur yang berukuran besar seperti telur ayam negeri atau ayam

39 ras jenis rebode island red, rebode island white, atau jersey giant ditetaskan pada temperatur ideal 39 C. Jika rak telur yang dipergunakan adalah rak telur otomatis yang dapat berputar sendiri secara otomatis secara berkala, telur ayam yang berukuran kecil ditetaskan pada temperatur ideal 39 C. Telur ayam yang berukuran besar ditetaskan pada temperatur yang ideal yang lebih rendah lagi, yaitu 37,5 C. Pada pertengahan proses penetasan (antara hari hari ke 11 sampai hari ke 14) akan terlihat adanya peningkatan temperatur pada ruang inkubator, hal ini normal karena embrio di dalam telur sudah mulai membesar dan juga mulai memunculkan panas. Langkah yang harus dilakukan adalah menyesuaikan kembali micro-switch atau thermoregulator agar ruang inkubator masih tetap pada kondisi yang ideal. Temperatur wajib dikontrol setiap hari sejak telur dimasukan ke dalam mesin tetas telur sampai telur menetas. Aturlah temperatur ruang inkubator sampai sesuai dengan temperatur yang diinginkan, dan pastikan bahwa kondisi ini bisa dipertahankan dalam tempo dua atau tiga jam, jika sudah pasti barulah telur dimasukan ke dalam mesin tetas telur. Jika menggunakan rak telur yang secara otomatis dapat berputar sendiri, aturlah terlebih dahulu dan pastikan bahwa rak telur ini sudah dapat berfungsi dengan baik pada ruangan inkubator. Telur yang baru dimasukan ke dalam ruangan inkubator memerlukan waktu lebih dari tiga jam untuk menyesuaikan temperatur dirinya dengan temperatur ruang inkubator. Begitu juga dengan membuka jendela ruangan inkubator, diperlukan waktu sekitar dua jam (sejak jendela ditutup kembali) untuk menstabilkan temperatur ruangan inkubator pada temperatur yang ideal. Penyesuaian temperatur yang ideal juga dapat dilihat dari lamanya waktu penetasan. Penetasan sehari lebih cepat, berarti

40 temperatur ruang inkubator 0,5 C lebih panas dari pada seharusnya. Penetasan satu hari lebih lambat berarti ruang inkubator 0,5 C lebih rendah dari pada suhu seharusnya. Pelajaran ini bisa ditarik untuk menyesuaikan temperatur ruang inkubator pada periode penetasan berikutnya Kelembaban Kelembaban yang terjadi di dalam ruangan inkubator jelas sangat berbeda dengan kelembaban yang terjadi di sarang penetasan yang sebenarnya. Di ruang inkubator yang serba tertutup uap air dari luar akan sulit masuk dan membuat kadar kelembaban ruang menjadi sangat rendah. Kelembaban sangat diperlukan untuk membantu penyediaan udara ke dalam telur agar embrio dapat bernapas. Kadar kelembaban yang sangat rendah dapat dideteksi dari kantung udara yang ada di dalam telur jika telur diteropong dan terlihat bahwa kantung udaranya membesar, dan itu menandakan kelembabannya kurang. Untuk membantu meningkatkan kadar kelembaban di dalam ruang inkubator, biasanya digunakan air. Air yang diisi pada wadah cetakan kue (nampan) dan diletakan tepat di bawah rak telur akan sangat membantu di dalam meningkatkan kadar kelembaban. Isilah tempat atau wadah air ini setiap kali jumlah volume airnya terlihat berkurang. Periksalah sekurangnya dua kali per minggu untuk menjamin tetap tersedianya air. Kadar kelembaban sangat perlu ditingkatkan lebih tinggi dari pada biasanya menjelang menetasnya telur. Tingginya kelembaban air berfungsi untuk mencegah embrio yang sudah berubah menjadi anak ayam (tetapi masih di dalam telur) mati. Kekeringan pada saat-saat seperti ini jumlah volume air harus lebih ditingkatkan dari pada biasanya.

41 4.7. Mengatur Sirkulasi Udara Sirkulasi udara di dalam ruang inkubator (mesin tetas) dapat diatur seperti berikut: 1. Lubang sirkulasi sebelah bawah berfungsi untuk mengendalikan derajat kelembaban udara normal (tidak berlebihan), sedangkan lubang sirkulasi sebelah atas berfungsi untuk mengendalikan tingkat kelembaban udara yang sangat berlebihan. 2. Jika volume benda yang ada di dalam ruang inkubator sudah mencapai kira-kira 75% dari total ruang, bukalah tutup ventilasi sebelah bawah seminggu menjelang telur menetas (sejak hari ke-14). 3. Pada hari ke-21, disaat telur-telur menetas bukalah tutp ventilasi sebelah atas. 4. Jika volume benda yang ada di dalam ruang inkubator sudah mencapai kira-kira 90% dan inkubator sudah berisikan dengan anak ayam, tutup atau jendela inkubator perlu dibuka (dilonggarkan) sehingga ada celah sekitar 0,125 inci untuk membentuk anak ayam yang tidak terlalu basah. Pembukaan tutup atau jendela inkubator ini tidak boleh lebih lama dari 1 jam. 5. Jika volume benda yang ada di dalam ruang inkubator hanya 25-75%, bukalah tutup ventilasi sebelah bawah pada hari menetasnya anak ayam. 6. Bila ada uap air yang mengembun pada jendela mesin tetes, bukalah tutup ventilasi sebelah bawah untuk menghilangkannya. 7. Pasang kembali seluruh tutup jika mesin tetas sudah selesai dipergunakan. Anak ayam dapat segera langsung dipindahkan sehari setelah menetas, namun anak-anak ayam yang masih terlalu basah dapat tetap di dalam ruang inkubator bersama telur lainnya yang belum menetas agar segera kering. Periksa tingkat kekeringan anak ayam setiap hari dan segera pindahkan jika sudah kering.

42 Pastikan anak-anak ayam yang dipindahkan adalah yang benar-benar sudah kering, jangan sampai anak ayam yang masih basah terkena udara dingin, sebab udara dingin dapat membunuh anak ayam. Beberapa telur dapat saja terlambat menetas karenanya mesin tetas dapat dioperasikan sampai dengan hari ke-23 atau hari ke-24. Jika sudah tidak ada lagi yang menetas, singkirkan sisa telur yang ada. Mesin tetas wajib dibersihkan dengan menggunakan desinfektan setelah selesai dipergunakan. Pembersihan perlu dilakukan sekali lagi sebelum mesin tetas dipergunakan kembali untuk periode penetasan berikutnya Menyeleksi dan Memutar Telur Telur yang akan ditetaskan haruslah diseleksi dengan baik, telur yang sudah dibuahi bermutu baik, segar, dan berukuran seragam saja yang ditetaskan. Dibandingkan dengan telur yang segar (baru dikeluarkan oleh ayam betina), telur yang berusia satu minggu memiliki resiko tidak menetas lebih besar jika dimasukan ke dalam mesin tetas. Telur yang sudah berusia 15 hari sebaiknya tidak usah dipakai karena hampir dipastikan tidak akan menetas, singkirkan juga telur yang terlalu kecil, terlalu bundar, dan pecah atau keropos kulit telurnya. Hanya telur yang mulus kulitnya dan besarnya seragam yang digunakan. Seleksi telur sebagai tahap awal merupakan tahap yang paling penting untuk meningkatkan prosentase keberhasilan di dalam penetasan seleksi yang baik akan meningkatkan prosentase keberhasilan. Pada ruangan inkubator, telur perlu diputar sedikitnya tiga kali sehari di mulai sejak hari ke-1 peletakan telur sampai hari ke-18, jika telur ayam tidak pernah diputar sejak diletakan di dalam ruang inkubator, embrio yang ada di dalam telur akan mati pada hari ke-11.

43 Pemutaran telur diperlukan agar setiap bagian telur dapat menerima panas secara merata. Di alam sebenarnya induk ayam secara berkala memutar-mutar telur yang dieraminya, pemutaran ini dilakukan oleh induk ayam sekurang-kurangnya tiga kali sehari, karena itulah telur yang berada di dalam mesin tetas juga perlu di putarputar. Bagaimanapun kondisi mesin penetasan harus diupayakan semirip mungkin dengan kondisi sebenarnya. Dengan menggunakan pensil atau spidol, buatlah tanda X pada salah satu sisi kulit telur, lalu buatlah tanda O pada sisi lainnya. Tanda ini sangat membantu untuk memutar telur, tanda sebaiknya di buat seragam untuk satu barisan telur yang berada pada rak telur. Jika satu telur tanda X-nya ada disebelah kanan, seluruh telur lainnya harus sama. Jika satu telur tanda X-nya ada disebelah atas, seluruh telur lainnya harus sama Masa Transisi Masa transisis terjadi pada satu minggu pertama sejak anak ayam menetas. Pada masa ini diperlukan suatu penanganan khusus anak-anak ayam dapat hidup terus. Pada masa ini diperlukan suatu kandang anak ayam yang telah dilengkapi dengan pemanas (lampu pijar) yang tepat diletakkan tepat di tengah-tengahnya, temperatur yang diperlukan pada tempat pemeliharaan anak ayam yang baru menetas adalah sekitar 35 C setiap minggu temperatur ini berangsur-angsur dikurangi hingga mencapai temperatur suhu ruang yang normal sehingga anak-anak ayam dapat hidup sebagai ayam muda atau remaja. Bila anak-anak ayam mendekati lampu, artinya temperatur tempat perawatan anak ayam terlalu dingin, dan bila anak-anak ayam menjauh dari sinar lampu artinya temperatur di dalam ruangan terlalu panas. Temperatur dianggap ideal bila anak ayam tersebut merata di dalam kandang, serta makan dan minum secara biasa

44 seolah-olah tidak ada lampu pengatur panas. Sesuaikan jarak lampu dengan tempat perawatan untuk menentukan temperatur ideal yang dibutuhkan oleh anak ayam. Selain temperatur, anak ayam yang baru menetas juga membutuhkan makanan yang berprotein dan berkalori tinggi untuk mempercepat pertumbuhan badan dan menjaga kesehatannya Beberapa Faktor yang Menentukan Keberhasilan Penetasan Menetaskan telur dengan alat tetas merupakan suatu cara atau pilihan yang paling baik bila kita hendak menetaskan dalam jumlah banyak. Selain itu juga merupakan satu cara untuk meningkatkan populasi sehingga usaha yang tadinya hanya bertujuan sebagai sambilan bisa diarahkan pada bentuk usaha secara komersial dan besar. Tetapi usaha ini tidak akan berhasil tanpa adanya tekad yang kuat serta keahlian dalam memilih maupun menangani telur tetas. Untuk itu anda harus mengetahui beberapa faktor yang sangat menunjang dalam keberhasilan penetasan Syarat-Syarat Telur Tetas Semua telur yang telah dibuahi dan masih dalam kondisi baik akan dapat ditetaskan. Tetapi hasil tetasan itu belum tentu seperti yang diharapkan. Misalnya telur yang berasal dari induk ayam yang kecil dengan bentuk telur bundar. Bila ditetaskan tidak akan menghasilkan anak ayam yang kelak bisa dijadikan sebagai indukan. Paling tidak akan meniru induknya kecil dan prosentase bertelurnya rendah. Kalau pemeliharaan ayam buras hanya sebagai sambilan saja dengan cara memelihara dengan cara diumbar bebas, hal ini bukan menjadi masalah. Tetapi bila pemeliharaan menggunakan sistem semi intensif atau intensif dan bertujuan hendak memperluas usahanya dalam beternak ayam buras, sudah jelas ayam-ayam yang dipelihara harus merupakan ayam yang baik. Sebagai induk merupakan ayam yang

45 terpoduksi tinggi dan sebagai pejantannya merupakan jenis yang gagah dan tangguh, kokoh dan kuat. Bgitu juga telur-telur yang hendak ditetaskan dengan alat tetas harus merupakan telur pilihan tetapi untuk memeilih telur yang baik bukan pekerjaan yang mudah. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas telur tetas ayam buras adalah telur yang ditetaskan tidak memenuhi syarat sebagai telur tetas yang baik sehingga setelah menetas dan menjadi anak ayam untuk pengujian menjadi induk, induk itu pun akan berproduksi rendah serta telur yang ditetaskan kurang baik mutunya. Penyeleksian telur merupakan salah satu langkah mengatasi masalah itu dan tentunya harus dibarengi dengan cara penetasan yang baik sehingga nantinya bisa diperoleh hasil telur tetas yang tinggi prosentasenya serta anak-anak ayam hasil tetasan baik mutunya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan telur antara lain : a. Bobot Telur Dari penelitian telah menunjukkan adanya pengaruh antara gerak telur dengan prosentase daya tetas telur serta terhadap anak ayam yang dihasilkan. Bobot telur tetas yang baik untuk jenis ayam buras berkisar antara gram dan umumnya bisa didapatkan dari induk ayam yang sudah berumur lebih dari setahun. Bobot telur juga tidak boleh lebih dari 40 gram, sebab bobot yang terlalu berat akan dibarengi dengan ukuran telur yang terlalu besar. Telur yang terlalu besar dan berukuran besar untuk jenis ayam buras memiliki daya tetas rendah dan biasanya bibit akan mati sebelum keluar dari cangkangnya. Begitu juga telur yang bobotnya kurang dari 35 gram, ini juga tidak baik untuk ditetasikan karena akan menghasilkan anak ayam yang kecil ukurannya dan lambat pertumbuhannya.

46 b. Bentuk Telur Setiap telur terbagi atas 3 susunan utama, yaitu kerabang (kulit telur), albumen (putih telur) dan yolk (kuning telur). Unggas peliharaan yang biasa diternakan umumnya memiliki telur dengan perbandingan yang sama antara kerabang, elbumen, dan yolk. Dan telur yang baik sebagai telur tetas harus berbentuk normal bulat lonjong (bulat telur) dengan perbandingan lebar-panjang 3:4. Telur yang terlalu bulat atau terlalu lonjong seringkali gagal untuk ditetaskan karena prosentasenya hanya mencapai antara 30-35%. Hal ini karena isi bagian-bagian telur tidak seimbang. Sedangkan telur berbentuk bulat lonjong memiliki bagian isi yang seimbang sehingga prosentasenya mencapai 70-75%. c. Kondisi Kulit Telur Kulit telur terdiri atas kalsium (ca), fosfor (P) dan vitamin d. Ketiga bagian ini berperan penting dalam penetasan. Kulit telur merupakan bagian yang digunakan untuk menjaga isi telur dan sebagai pertukaran oksigen dan karbon-dioksida. Oksigen diperlukan embiro selama pores penetasan berlangsung, sedangkan karbondioksida dikeluarkan sebagai hasil proses pernafasan embrio. Pernafasan itu berlangsung melalui pori-pori yang ada pada kulit telur, dan malalui pori-pori ini jugalah bibit penyakit masuk yang dapat gagal menetas. Warna kulit telur juga mempengaruhi daya tetas telur. Telur yang berwarna coklat gelap lebih baik dibandingkan coklat muda (coklat terang). Sebab kulit yang berwarna coklat gelap lebih memiliki daya tahan panas sehingga menunjang pembentukan embrio. Telur tetas yang baik kondisinya harus bersih, licin dan tidak retak. Kulit kotor, kasar dan berbintik-bintik atau bahkan retak tidak layak dipakai untuk telur tetas. Begitu juga kulit yang terlalu tebal atau tipis seringkali gagal menetas. Bila ada kotoran yang melekat seperti kotoran ayam, tanah atau lainnya

47 (bukan merupakan kotoran asli kulit telur) dapat dibersihkan dengan jalan di lap menggunakan kain basah. Untuk membersihkan kulit telur bisa menggunakan air hangat atau alcohol 70%. Alkohol nantinya bisa membantu membunuh bibit penyakit yang mungkin menempel pada kulit telur. d. Ruang Udara Dalam Telur Ruang udara dibagian dalam telur harus berada dibagian yang tumpul, dan keadaannya masih utuh seperti semula waktu dikeluarkan dari induknya. Ruang udara tersebut dapat diperiksa dengan peneropongan telur menggunakan lampu 40 Watt atau dengan lampu senter. e. Umur Telur Tetas Telur tetas yang baik dapat disimpan selama 1-6 hari, lebih dari itu daya tetasnya berkurang. Tempat penyimpanan telur harus memiliki suhu yang sesuai sebagai tempat penyimpanan telur, yaitu antar 10-13ºC. Tempat yang tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin, tidak lembab terhindar dari terpaan angin. Telur yang disimpan selama 14 hari banyak yang menurun atau bahkan hilang daya tetasnya. Semua telur yang hendak ditetaskan harus berasal dari induk yang umumnya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda kondisinya sehat dan selalu mendapat makanan yang cukup dan baik mutunya. Sebagai pejantan yang mengawininya merupakan ayam yang tangkas sehat dan berumur antara 1-3 tahun Pengoperasian Alat Tetas Seperti yang telah disebutkan bahwa alat tetas merupakan induk buatan yang proses penetasannya dari awal sampai akhir meniru sifat-sifat induk ayam yang sesungguhnya. Dan penetasan dengan alat tetas dianjurkan bila telur yang hendak ditetaskan berjumlah banyak.

48 Dalam melaksanakan proses penetasan dengan alat tetas semua prosedur yang ditetapkan harus dilaksanakan sebagaimana mestinya. Bila salah satu ditinggalkan atau dalam penanganannya membuat suatu kesalahan dapat menggagalkan proses penetasan. Ingat menentukan telur berati kita melakukan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan mahluk hidup. Untuk itu kita harus melakukan sebaik mungkin dan jangan sampai menunda pekerjaan yang mesti harus dilakukan. Begitu juga setiap kali melakukan proses penetasan sebaiknya disediakan peralatan cadangan untuk mengantisipasi kalau terjadi hal-hal yang tidak dininginkan selama proses penetasan sedang berjalan, misalnya alat tetas lampu pijar ini memiliki cadangan sumber listrik lain misalnya dari aki (accu). Jadi sewaktu-waktu arus dari jaringan listrik PLN padam, proses penentasan tidak akan berhenti terlalu lama karena telah ada cadangan lampu dari baterai basah (akumulator). Untuk keberhasilan penetasan dengan mesin tetas sebaiknya mengikuti beberapa prosedur di bawah ini agar selama proses berlangsung, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat menggagalkan proses penetasan. a. Sumber Panas Alat Tetas Sumber panas yang dibutuhkan selama proses pengeraman sampai telur menetas yang terdapat pada mesin tetas dapat dari lampu minyak, lampu pijar, kawat nikelin atau dari panas matahari. Selama poses pengeraman berlangsung kehangatan dari sumber panas yang dibutuhkan untuk telur jangan sampai terganggu. Karena itu usahakan untuk memiliki sumber panas cadangan yang selalu siap bila sewaktuwaktu digunakan. Misalnya lampu minyak, diesel listrik dan lain-lain.

49 b. Air Pelembab Air walaupun kelihatan sepele tapi menunjang keberhasilan penetasan, karena dengan air inilah kelembaban udara dalam mesin dapat berlangsung. Bak air harus selalu penuh dan terisi dengan air bersih pada masa yang disebut kritis, yaitu saatsaat menjelang aksi penetasan dimana kita dapat diperkenankan lagi membuka pintu tetas untuk suatu keperluan maka air dalam bak harus tersedia dalam jumlah yang maksimal. Sebab masa kritis tidak mungkin lagi kita menambah air dalam bak. Untuk itu menjelang masa kritis air dalam bak harus tersedia lebih dari cukup dan bila perlu tambah lagi satu bak di dalamnya. c. Pelaksana Pelaksana merupakan orang yang bertugas menangani mesin tetas dan selama proses penetasan berlangsung dari awal hingga akhir. Pelaksana sering disebut sebagai operator. Orang yang bertugas melaksanakan pekerjaan ini harus benarbenar penuh dengan tanggung jawab serta mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Dari mulai pertama persiapan sampai dengan telur menetas harus benar-benar dilaksanakan sebaik mungkin. Sebab selama proses penetasan berlangsung pelaksanaannya harus seintensif mungkin seperti mengatur kelembaban, mengatur temperatur ruang mesin, mengatur ventilasi, melakukan pemutaran telur dan lainlain. Untuk itu setiap pelakanaan sebaiknya mempunyai catatan dan membuat catatan penting selama proses penetasan berlangsung dan sebagai bahan perbandingan proses penetasan yang akan datang. d. Pemutaran Telur Pemutaran telur dilakukan 3 kali sehari. Setiap pukul 07.00, 12.00, dan Pemutaran yang pertama dilakukan setelah telur berada dalam mesin tetas lebih dari

50 48 jam atau 3 hari sejak penentasan berlangsung. Sedangkan pemutaran terakhir 3 atau 4 hari sebelum telur menetas. Jadi selama 17 hari setiap hari telur diputar 3 kali. Pemutaran yang kedua bersamaan dengan waktu mendinginkan telur. Dan setiap memutar posisi telur dirubah. Pada waktu melakukan pemutaran telur tangan harus dalam keadaan bersih karena itu sebelum melakukan pemutaran cucilah tangan terlebih dahulu kemudian dilap sampai kering. Pemutaran berpengaruh terhadap daya tetas telur. Karena dengan pemutaran dan perubahan posisi kehangatan yang diterima akan merata keseluruh telur. e. Peneropongan Telur Selama proses penetasan berlangsung peneropongan dilakukan 3 kali untuk mengetahui kondisi telur. Peneropongan pertama dilakukan pada hari ke-6 atau ke-7 untuk menentukan vertilitas telur, yaitu menentukan apakah telur dalam keadaan kosong, telur dalam kondisi baik ataukah telur dalam kondisi mati. Telur yang kosong dan mati harus segera dikeluarkan dari rak dan bisa dijadikan sebagai telur konsumsi. Peneropongan yang ke-2 dilakukan pada hari ke-13 dan 14. Maksudnya untuk memastikan bahwa peneropongan yang pertama tidak terjadi kesalahan pada hari peneropongan ke-2 ini perkembangan embrio telah nampak dengan pasti. Bila ada yang rusak atau mati harus segera dipisahkan. Peneropongan yang ke-3 dilakukan pada hari ke-17 dan 18 untuk memastikan bahwa embrio dalam telur sudah aktif bekerja. Embrio yang mati akan mengeluarkan gas amoniak sehingga harus segera disingkirkan agar tidak mempengaruhi telur lain yang kondisinya baik. Dengan tata cara yang demikian maka prosedur pelaksanaan penetasan dengan alat tetas telah berjalan sebagaimana mestinya. Sekali lagi perlu diingat bahwa dalam pelaksanaannya dari mulai telur dimasukkan dalam alat tetas, pelaksanaan seharihari sampai dengan telur menetas harus dilakukan secara intensif.

51 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan data-data hasil perancangan dan pengujian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Sebelum mesin penetas tersebut digunakan, panaskan terlebih dahulu selama 6-12 jam. Setelah lampu dihidupkan dan suhu ruang mesin mencapai 39 C, thermoregulator di set pada suhu tersebut setelah kondisinya normal baru bisa dipakai. Suhu ruang penetasan (di dalam mesin) harus dipertahankan antara 38,5-39 C, sedangkan kelembaban nisbinya adalah 60% 70%. 2. Ruang yang sejuk, sirkulasi udara yang baik adalah kondisi yang sangat ideal untuk menempatkan suatu mesin tetas. Udara yang sejuk dengan temperatur ruangan yang bervariasi antara C, tingkat kelembaban tidak lebih dari 60% dan udara yang mengalir lancar dari jendela ruang akan meningkatkan prosentase keberhasilan penetasan. 3. Untuk telur ayam negeri atau ayam ras jenis rebode island red, rebode island white, atau jersey giant ditetaskan pada temperatur ideal 39 C. Jika rak telur yang dipergunakan adalah rak telur otomatis yang dapat berputar sendiri (otomatis) secara berkala, telur ayam yang berukuran kecil ditetaskan pada temperatur ideal 39 C. Telur ayam yang berukuran besar ditetaskan pada temperatur yang ideal yang lebih rendah lagi, yaitu 37,5 C.

52 4. Penetasan sehari lebih cepat, berarti temperatur ruang inkubator 0,5 C lebih panas dari pada seharusnya. Penetasan satu hari lebih lambat berarti ruang inkubator 0,5 C lebih rendah dari pada suhu seharusnya. 5. Kelembaban sangat diperlukan untuk membantu penyediaan udara ke dalam telur agar embrio dapat bernapas. Untuk membantu meningkatkan kadar kelembaban di dalam ruang inkubator, biasanya digunakan air. Air yang diisi pada wadah cetakan kue (nampan) dan diletakan tepat di bawah rak telur akan sangat membantu di dalam meningkatkan kadar kelembaban Saran Dalam merancang atau membuat mesin penetas telur ini, penulis menyarankan : 1. Untuk keberhasilan penetasan dengan mesin tetas sebaiknya mengikuti beberapa prosedur di bawah ini agar selama proses berlangsung, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat menggagalkan proses penetasan.

53 DAFTAR PUSTAKA 1. Agromedia, Redaksi, Sukses Beternak Puyuh, Agromedia Pustaka, Jakarta, Agromedia, Redaksi, Sukses Menetaskan Telur Ayam, Agromedia Pustaka, Jakarta, Irawan, Agus, et al, Mesin Modern Penetas Telur, Aneka, Jawa Tengah, Subekti, Markus, et al, Konsep-Konsep Fisika, Intan Pariwara, Jawa Tengah, Sujiono, Kliwon, at al, Ayam Kampung Petelur, Perencanaan Dan Pengelolaan Usaha Skala Rumah Tangga, Penebar Swadaya, Jawa Barat, 2000

54 L A M P I R A N

55 Gambar A1. Penampang Mesin Tetas Telur Gambar A2. Tampak Depan Mesin Tetas Telur

56 Gambar A3. Ventilasi Mesin Tetas Telur (Tampak Atas)

57 Gambar A4. Nampan (Wadah Air) Gambar A5. Penampang Nampan Plastik dan Seng

58 Gambar A6. Rak Telur Gambar A7. Penampang Rak Telur

59 Gambar A8. Lampu Pijar (Bohlam)

60 a. b.

61 c. Gambar A9. a., b., c., Kapsul Thermostat a.

62 b. Gambar A10. a. dan b. Penampang Kapsul Gambar A11. Thermometer

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan industri peternakan yang semakin pesat menuntut teknologi yang baik dan menunjang. Salah satu industri peternakan yang paling berkembang adalah industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas terutama ayam merupakan salah satu sumber protein utama bagi manusia walaupun sekarang banyak sumber protein selain daging ayam, namun masyarakat lebih memilih

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sedangkan dalam penetasan telur itu sendiri selama ini dikenal ada dua cara, yakni: Cara alami Cara buatan

BAB II DASAR TEORI. Sedangkan dalam penetasan telur itu sendiri selama ini dikenal ada dua cara, yakni: Cara alami Cara buatan BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin Tetas Prinsip kerja dari mesin tetas yang sederhana ini adalah menciptakan situasi dan kondisi yang sama pada saat telur dierami oleh induknya. Kondisi yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012, III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012, bertempat di Kelompok Tani Ternak Rahayu, Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS

1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS 1 Ari Rahayuningtyas, 2

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif karena satu induk ayam kampung hanya mampu mengerami maksimal

BAB I PENDAHULUAN. efektif karena satu induk ayam kampung hanya mampu mengerami maksimal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya di pedesaan ayam kampung dipelihara oleh masyarakat secara ala kadarnya yaitu telur dierami oleh induknya secara langsung sehingga perkembangbiakan ayam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan suatu proses perkembangan embrio di dalam telur hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan terbagi dua yaitu

Lebih terperinci

PEMBIBITAN DAN PENETASAN

PEMBIBITAN DAN PENETASAN PENUNTUN PRAKTIKUM PEMBIBITAN DAN PENETASAN DISUSUN OLEH : TIM PENGAJAR LABORATORIUM JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2015 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelompok Ternak Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya akan kebutuhan daging unggas maupun telur yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. khususnya akan kebutuhan daging unggas maupun telur yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di Indonesia ini berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat meningkat, pada khususnya akan kebutuhan

Lebih terperinci

THE EFFECTS OF THE BRANDS OF LAMPS ON THE RADIATION HEAT AS THE HEAT SOURCE OF POULTRY HATCHERIES

THE EFFECTS OF THE BRANDS OF LAMPS ON THE RADIATION HEAT AS THE HEAT SOURCE OF POULTRY HATCHERIES THE EFFECTS OF THE BRANDS OF LAMPS ON THE RADIATION HEAT AS THE HEAT SOURCE OF POULTRY HATCHERIES Lintang Griyanika, Indah Nurpriyanti, dkk. Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Abstract This

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kenaikan permintaan komoditas peternakan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berpacu dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, serta meningkatnya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan Kalkun Mitra Alam Pekon Sukoharjo I, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUNGKU PEMANGGANG (TOASTER OVEN) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten 30 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan pada April--Mei 2015. B. Alat dan Bahan 1) Alat yang digunakan

Lebih terperinci

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN TEMPAT AIR DAN LETAK TELUR DI DALAM MESIN TETAS YANG BERPEMANAS LISTRIK PADA PENETASAN ITIK TEGAL Subiharta dan Dian Maharsa Yuwana Assessment Institute for Agricultural Technology

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PETUNJUK PENGOPERASIAN PETUNJUK PENGOPERASIAN LEMARI PENDINGIN MINUMAN Untuk Kegunaan Komersial SC-178E SC-218E Harap baca Petunjuk Pengoperasian ini sebelum menggunakan. No. Pendaftaran : NAMA-NAMA BAGIAN 18 17 16 1. Lampu

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi

BAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembang pesatnya teknologi saat ini memberi peluang kepada peternak unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi belum seperti saat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan metode yang akan digunakan dalam Modifikasi, baik teknik dan tahap tahap yang dilakukan untuk memodifikasi. Pada bab ini juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat. Tipe ayam pembibit atau parent stock yang ada sekarang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN MESIN TETAS TELUR

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN MESIN TETAS TELUR TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN MESIN TETAS TELUR (Studi Kasus : Dukuh Bowan Desa Bowan Kecamatan Delanggu) Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI NOMOR : P.20.INDO3.00201.0212 DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI HAL. Kata Pengantar Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Bagian 5 Bagian 6 Bagian

Lebih terperinci

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. KAJIAN EKSPERIMEN ENERGI KALOR, LAJU KONVEKSI, dan PENGURANGAN KADAR AIR PADA ALAT PENGERING KERIPIK SINGKONG Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A413749 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Metode Demonstrasi Metode Demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan

Lebih terperinci

[Pemanenan Ternak Unggas]

[Pemanenan Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK SUGENG WIDODO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, BOGOR 16002 RINGKASAN Dengan melaksanakan tatalaksana penetasan telur itik secara baik akan didapatkan hasil yang maksimal.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Pirolisis Bahan yang di gunakan dalam pirolisis ini adalah kantong plastik es bening yang masuk dalam kategori LDPE (Low Density Polyethylene). Polietilena (PE)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT Diajukan sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE Setelah selesai pembuatan prototipe, maka dilakukan evaluasi prototipe, apakah prototipe tersebut telah sesuai dengan SNI atau tidak, setelah itu baru

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI digilib.uns.ac.id 8 BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Las listrik f. Palu b. Bor besi g. Obeng c. Kunci pas/ring h. Rol pipa d. Tang i. Gergaji besi e. Kunci L j. Alat pemotong

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENGERING KAYU PORTABEL DENGAN BAHAN BAKAR BRIKET GERGAJI UNTUK PENGRAJIN HANDICRAFT di SURAKARTA

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENGERING KAYU PORTABEL DENGAN BAHAN BAKAR BRIKET GERGAJI UNTUK PENGRAJIN HANDICRAFT di SURAKARTA TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENGERING KAYU PORTABEL DENGAN BAHAN BAKAR BRIKET GERGAJI UNTUK PENGRAJIN HANDICRAFT di SURAKARTA Disusun Sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin U N I V E R S I T A S MERCU BUANA Disusun oleh : Nama : Ari Siswoyo

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik AHMAD QURTHUBI ASHSHIDDIEQY

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

BAB IV MENGENAL FISIK LEMARI ES

BAB IV MENGENAL FISIK LEMARI ES BAB IV MENGENAL FISIK LEMARI ES Mengenal fisik lemari es sangat diperlukan baik oleh pemilik atau calon tukang servis. Pada saat melakukan pemeliharaan terkadang kita dituntut untuk bisa membuka bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Perancangan Perangkat Keras Hasil perancangan alat penetas telur berbasis Mikrokontroler ATMega8535 ini terbagi atas pabrikasi box rangkaian dan pabrikasi rangkaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA THERMAL ROOFING MENGGUNAKAN VARIASI MATERIAL ATAP DAN WARNA MATERIAL ATAP PADA SUDUT 45 KE ARAH TIMUR

TUGAS AKHIR ANALISA THERMAL ROOFING MENGGUNAKAN VARIASI MATERIAL ATAP DAN WARNA MATERIAL ATAP PADA SUDUT 45 KE ARAH TIMUR TUGAS AKHIR ANALISA THERMAL ROOFING MENGGUNAKAN VARIASI MATERIAL ATAP DAN WARNA MATERIAL ATAP PADA SUDUT 45 KE ARAH TIMUR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005). 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam ras merupakan ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

Lebih terperinci

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. BAB 5 PEMUAIAN Kompetensi Dasar: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. minyak air Standar Kompetensi: Memahami wujud zat dan perubahannya. Peta Konsep: Pemuaian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015, 23 III. BAHAN DAN MATERI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015, bertempat di peternakan ayam arab milik Bapak Ilham di Desa Tegal Rejo,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kasus hingga mengalami kebangkrutan. termometer. Dalam proses tersebut, seringkali operator melakukan kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kasus hingga mengalami kebangkrutan. termometer. Dalam proses tersebut, seringkali operator melakukan kesalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia peternakan terutama peternakan unggas sering kali ditemukan masalah pembusukan telur selama proses penetasan dalam inkubator. Hal tersebut dikarenakan

Lebih terperinci

ALAT PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN KAMERA PEMANTAU

ALAT PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN KAMERA PEMANTAU ALAT PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN KAMERA PEMANTAU Hendra Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Christianto Gunawan Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia dan Sindra Wijaya Kerry

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, pendapatan, serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat, maka permintaan komoditas peternakan

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN SETERIKA DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN SETERIKA DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN SETERIKA DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahuntahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan seksama,

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin.

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin. Mengenal Cara Kerja Mesin Pendingin MESIN PENDINGIN Mesin pendingin adalah suatu rangkaian rangkaian yang mampu bekerja untuk menghasilkan suhu atau temperature dingin. Mesin pendingin bisanya berupa kulkas,

Lebih terperinci

Malafungsi Kemungkinan penyebabnya Solusi

Malafungsi Kemungkinan penyebabnya Solusi BAHASA INDONESIA 61 PEMECAHAN MASALAH Sejumlah masalah terjadi akibat kurangnya pemeliharaan yang sederhana, atau tidak terperhatikan, yang sesungguhnya dapat dengan mudah diselesaikan tanpa memanggil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ELWINSYAH SITOMPUL

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013 bertempat di Peternakan Kalkun Mitra Alam, Pekon Sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo,

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan. No Nama Simbol Keterangan Meter analog. 1 Baterai Sumber arus

Tabel 4.1. Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan. No Nama Simbol Keterangan Meter analog. 1 Baterai Sumber arus BAB 4 RANGKAIAN LISTRIK DAN PERBAIKANNYA 4.1. Pendahuluan Rangkaian listrik merupakan satu sistem yang terdiri dari beberapa komponen kelistrikan dan kabel-kabel penghantar yang menghubungkan satu komponen

Lebih terperinci

AC (AIR CONDITIONER)

AC (AIR CONDITIONER) AC (AIR CONDITIONER) AC adalah suatu jenis mesin pendingin yang berfungsi sebagai penyejuk ruangan. Ditinjau dari konstruksi, AC bias dibagi menjadi dua bagian, yakni sisi luar dan sisi dalam. Sisi luar

Lebih terperinci

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 30 BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 4.1 UPAL-REK Hasil Rancangan Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia Aliran Kontinyu (UPAL - REK) adalah alat pengolah air limbah batik yang bekerja menggunakan proses

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

Para konsumen yang kami hormati, terima kasih telah memilih Mesin Pemeras Minyak kami.

Para konsumen yang kami hormati, terima kasih telah memilih Mesin Pemeras Minyak kami. Bahasa Indonesia Para konsumen yang kami hormati, terima kasih telah memilih Mesin Pemeras Minyak kami. Agar alat ini dapat berfungsi dengan baik, mohon baca dan simpan buku petunjuk penggunan ini dengan

Lebih terperinci

SAEI (Saba Auto Eggs Incubator (With Auto Rotating Eggs Mechanism))

SAEI (Saba Auto Eggs Incubator (With Auto Rotating Eggs Mechanism)) SAEI (Saba Auto Eggs Incubator (With Auto Rotating Eggs Mechanism)) Christianus Piguno Wardoyo 1, Sumarsih 2, Heribertus Sukarjo 3 SMA N 1 Bantul 1 pigun78@gmail.com SMA N 1 Bantul 2 Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kemajuan teknologi di dunia elektronika dan

I. PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kemajuan teknologi di dunia elektronika dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem kendali memegang peranan penting untuk membantu pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kemajuan teknologi di dunia elektronika dan pengendali

Lebih terperinci

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan alahan yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE

BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE 4.1 EVALUASI PROTOTYPE Setelah selesai pembuatan prototype, maka dilakukan evaluasi prototipe untuk mengetahui apakah prototipe tersebut telah memenuhi

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

Brooding Management. Danang Priyambodo

Brooding Management. Danang Priyambodo Brooding Management Danang Priyambodo Tujuan Brooding manajemen memiliki tujuan untuk menyediakan lingkungan pemeliharaan yang nyaman dan sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam agar pertumbuhannya

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Kegiatan penelitian ini mencakup perancangan dan pembuatan alat,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMIJAHAN, PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Pemijahan merupakan proses perkawinan antara induk jantan dengan induk betina. Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing

Lebih terperinci

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara bahan makanan kering dan basah serta mencatat serta pelaporannya. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima harus

Lebih terperinci

USER MANUAL M Last ref Nov 2015

USER MANUAL M Last ref Nov 2015 USER MANUAL M301 Last ref Nov 2015 www.advanceproduct.com 0804 1 98 98 98 Terima kasih telah membeli Power Relax. Mohon membaca dan memperhatikan buku manual ini tentang petunjuk keamanan sebelum menggunakan

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN CHEST FREEZER DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN CHEST FREEZER DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN CHEST FREEZER DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan

Lebih terperinci

11. PEMECAHAN MASALAH

11. PEMECAHAN MASALAH 11. PEMECAHAN MASALAH Sejumlah masalah terjadi akibat kurangnya pemeliharaan yang sederhana, atau tidak terperhatikan, yang sesungguhnya dapat dengan mudah diselesaikan tanpa memanggil teknisi. Sebelum

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN Lemari Pendingin 2 pintu Bebas Bunga Es (No Frost)

PETUNJUK PENGGUNAAN Lemari Pendingin 2 pintu Bebas Bunga Es (No Frost) PETUNJUK PENGGUNAAN Lemari Pendingin 2 pintu Bebas Bunga Es (No Frost) DAFTAR ISI FITUR 2 PEMASANGAN 5 PENGOPERASIAN 6 MEMBERSIHKAN 8 PERINGATAN 9 PEMECAHAN MASALAH 10 No. Pendaftaran: PEMECAHAN MASALAH

Lebih terperinci