Jurnal Gea Volume 14 Nomor 1, April 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Gea Volume 14 Nomor 1, April 2014"

Transkripsi

1 PENGARUH PENGGUNAAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Eksperimen padamata Pelajaran Geografi di Kelas X Ilmu-ilmu Sosial di SMAN 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat) Yayah Mardiyah ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh proses pembelajaran geografi saat ini, yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar. Peserta didik pada umumnya hanya mendengarkan, membaca, dan menghafal informasi yang diperoleh,sehingga hasil belajar tidak optimal. Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah metode investigasi kelompok.tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode investigasi kelompok terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran geografi di kelas X Ilmu-ilmu Sosial pada kompetensi dasar ruang lingkup dan pengetahuan dasar geografi.desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol acak tes awal-tes akhir ( the pretest - posttest control group design ). Instrumen penelitian yang digunakan adalah format observasi, tes dan tugas.berdasarkan hasil analisis data penggunaan metode investigasi kelompok memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif khususnya metode investigasi kelompok perlu dijadikan model alternatif dan direkomendasikan penggunaannya pada materi yang berbeda pada pelajaran geografi. Kata Kunci : metode investigasi kelompok, hasil belajar peserta didik 1. Pendahuluan Setiap bidang studi mempunyai karakteristik yang khas dan berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan mata pelajaran Geografi. Geografi merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan sosial yang mampu mengembangkan pemahaman peserta didik tentang muka bumi serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam kaitannya dengan keruangan, kelingkungan dan kewilayahan, serta mengembangkan sikap positif dan rasional dalam menghadapi permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh manusia terhadap lingkungannya. Selain itu pembelajaran Geografi bertujuan agar peserta didik mampu memahami gejala lingkungan alam dan kehidupan di muka bumi, ciri khas satuan wilayah serta permasalahan yang dihadapi sebagai akibat dari pengaruh antara manusia dengan lingkungannya. (Depdiknas, 2003 : 5). Sesuai dengan tuntutan jaman, maka sistem pendidikan di Indonesia memerlukan suatu perubahan strategi dan metode pembelajaran yang sedemikian rupa 82

2 sehingga dapat memberikan suatu nuansa baru yang menyenangkan bagi guru dan peserta didik. Khususnya bagi guru, mengingat guru masih sangat mendominasi di kelas, maka seorang guru dituntut bisa memaksimalkan keadaan dan suasana. Berdasarkan fakta awal tersebut maka harus dicari suatu metode pembelajaran yang bisa memunculkan suatu pengalaman belajar yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba sendiri mencapai tujuannya, mengingat penekanan pembelajaran Geografi tidak hanya melatih ketrampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep. Peserta didik harus lebih berani mencoba sendiri, mencari jawaban dan memecahkan masalah, baik dengan diskusi kelompok maupun penelusuran referensi. Salah satu model pembelajaran yang mampu menumbuhkan minat dan semangat peserta didik dalam mempelajari Geografi yang sedang dikembangkan sekarang adalah pendekatan kooperatif salah satunya model investigasi kelompok. Metode investigasi kelompok dalam penerapannya, mampu untuk melatih kerjasama antar siswa dalam kelompok. Jadi bukan hanya guru saja yang aktif tetapi dari siswanya juga. Sesuai dengan karakteristiknya bahwa metode investigasi kelompok dalam penerapannya dikembangkan dan disesuaikan untuk hampir seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas. Penggunaan pembelajaran kooperatif investigasi kelompok merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, tanggung jawab perorangan, komunikasi antaranggota dan evaluasi proses kelompok. Dengan metode investigasi kelompok siswa akan mengalami sendiri langkah-langkah ditemukannya suatu konsep. Dengan demikian hasil belajar tersebut akan lebih bermakna serta dapat diingat dalam jangka waktu yang lama, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. 2. Meteode Investigasi Kelompok Metode investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas. Tipe ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip belajar demokrasi. Tipe ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya. Tipe investigasi kelompok ini dikembangkan oleh Sharan & Sharan pada tahun Tipe ini merupakan pendekatan yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan, bila dibandingkan dengan STAD dan Jigsaw. Siswa dilibatkan dalam perencanaan baik pada topik yang akan dipelajari dan cara-cara untuk memulai investigasi mereka. Hal ini memerlukan norma-norma dan 83

3 struktur kelas yang lebih canggih bila dibandingkan dengan penggunaan metode lain. Metode ini juga menuntut siswa diajarkan keterampilan-keterampilan komunikasi dalam kelompok sebelum mereka menggunakan strategi ini (Killen, 1998 : 99). Guru yang menggunakan tipe investigasi kelompok biasanya membagi kelasnya ke dalam kelompok-kelompok yang heterogen yang terdiri lima hingga enam anggota. Kedudukan guru dalam metode pembelajaran ini, dijelaskan oleh Joyce & Weil (1980 : 240) bahwa guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan proses yang terjadi dalam kelompok (membantu siswa merumuskan rencana,melaksanakan, mengelola kelompok). Guru berfungsi sebagai pembimbing akademik. Di dalam kelas yang menerapkan tipe investigasi kelompok, guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat. Dalam rangka ini guru seyogyanya membimbing dan mengarahkan kelompok melalui tiga tahap (Suherman, 1992 : 162) : a. Tahap pemecahan masalah, b. Tahap pengelolaan kelas, c. Tahap pemaknaan secara perseorangan. Di dalam investigasi kelompok, enam tahap yang dikemukakan oleh Slavin (1995 : ) yaitu : 1) Identifikasi topik dan mengatur siswa kedalam kelompok. 2) Merencanakan tugas belajar. 3) Melaksanakan tugas investigasi. 4) Mempersiapkan laporan akhir. 5) Menyajikan laporan akhir. 6) Evaluasi. Sejalan dengan enam langkah yang dikemukakan Slavin di atas, Sharan (dalam Killen, 1998 : ) mendeskripsikan enam langkah dalam pendekatan investigasi kelompok : 1) Pemilihan topik 2) Perencanaan kooperatif 3) Penerapan 4) Analisis dan sintetis 5) Presentasi produk akhir 6) Evaluasi Tahapan atau langkah-langkah pembelajaran investigasi kelompok yang dikemukakan Slavin maupun Sharan pada dasarnya tidak terdapat perbedaan. Pada pembelajaran geografi dalam penelitian ini, metode investigasi kelompok yang diterapkan mengikuti langkah-langkah atau tahapan yang dikemukakan Sharan tersebut di atas, para murid bekerja melalui enam tahap. Tahaptahap ini dan komponennya dijabarkan dibawah ini : 84

4 Tahap 1 : Mengidentifikasi Topik dan Mengatur Murid ke dalam kelompok a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran- saran. b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. d. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari a. Para siswa merencanakan bersama mengenai : 1) Apa yang kita pelajari? 2) Bagaiman kita mempelajarinya? 3) Siapa yang melakukan apa?( pembagian tugas) 4) Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasikan topik? Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha- usaha yang dilakukan kelompoknya c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis semua gagasan Tahap 4 : Menyiapkan laporan akhir a. Anggota kelompok menentukan pesan- pesan esensial dari tugas mereka b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir a. Sebagian atau seluruh kelompok mempresentasikan topik-topik yang telah dipelajari b. Dengan melibatkan seluruh kelas, diharapkan semua kelompok memperoleh pandangan yang lebih luas akan topik yang dipelajari tersebut c. Guru mengkoordinasikan presentasi kelompok Tahap 6 : Evaluasi a. Para sis wa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalamanpengalaman mereka. b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi masing-masing kelompok terhadap pembelajaran siswa secara keseluruhan. 85

5 3. Hasil Belajar Pada hakekatnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu, dalam penilaian hasil belajar peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan tingkah laku yang ingin dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana (2004:22), Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Ruseffendi (1991:1) menyatakan: Perlu diingat bahwa berhasilnya seorang siswa belajar tidak hanya lulusannya ia dari suatu atau keseluruhan tes, tetapi juga terbentuknya sikap atau pribadi yang kita harapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan. Dengan merujuk pada berbagai pendapat para ahli pendidikan mengemukakan pendapatnya, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi hasil belajar siswa adalah suatu proses penilaian yang dicapai oleh seorang siswa berupa kemampuan- kemampuan yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor guna menghasilkan perubahan tingkah laku setelah melalui berbagai pengalaman belajarnya. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap. c. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar tiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembarlembar jawaban soal ulangan atau ujian, dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk perbaikan tindak mengajar dan evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut (Dimyati dan Mudjiono, 1994: ). Hakekat hasil belajar menurut Menurut Sudjana dalam Kunandar (2007:4) adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan Nasution dalam Kunandar (2007: 4) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian 86

6 terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Hasil belajar mempunyai beberapa fungsi, yaitu: (1) sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik, (2) sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu, (3) sebagai bahan informasi, (4) sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan, (5) sebagai indikator terhadap daya serap anak didik. Hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan intelektual (Jarolimek dan Foster dalam Dimyati dan Mudjiono, 1994 : 188). Menurut Bloom ada 6 tingkatan ranah kognitif yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tujuan ranah afektif berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi. Dan tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan koordinasi badan. 4. Metode Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol acak tes awal tes akhir (the pre test post test control goup design). Hal ini berarti bahwa untuk menentukan pembelajaran yang dieksperimenkan dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran dengan model grup investigasi benar-benar efektif perlu diadakan kelompok yang tidak diajar dengan model grup investigasi. Bentuk desain kuasi eksperimen yang digunakan, yakni Non equivalent Control Group Design dengan pola sebagai berikut: Tabel Desain Kuasi Eksperimen Non equivalent Control Group Design GRUP PRE TEST TREATMENT POST TEST A 0 1 X 0 2 B Keterangan: A : kelompok eksperimen B : kelompok kontrol X : dikenakan treatment atau perlakuan dengan model Group Investigation ( GI ) : tidak dikenakan treatment atau perlakuan dengan model Group Investigation ( GI ) 0 1 : pre test (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen 0 2 : post test (setelah perlakuan dengan Group Investigation /GI pada kelompok eksperimen 0 3 : pre test (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol 87

7 0 4 : post test (setelah perlakuan tanpa Group Investigation /GI ) pada kelompok kontrol Di dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini, dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: a. Tahap Persiapan Dilakukan dua kegiatan persiapan berupa penyusunan perangkat pembelajaran dan pengembangan instrumen penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun perangkat pembelajaran, yaitu penentuan materi pelajaran yang akan dikaji dan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Untuk itu, dilakukan studi literatur tentang: (a) Belajar dan pembelajaran, (b) Analisis indikator kemampuan berpikir rasional dikaitkan dengan materi yang diajarkan. (c) Analisis metode pembelajaran yang sesuai untuk penerapan model group investigation, untuk menentukan langkah-langkah pembelajaran. b.tahap Pelaksanaan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data melalui implementasi pembelajaran kooperatif model group investigation. Beberapa langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: 1) Pemberian tes awal untuk mengetahui kemampuan berpikir rasional siswa sebelum mengikuti pembelajaran. 2) Implementasi pembelajaran kooperatif model group investigation pada kelas eksperimen dan untuk kelas kontrol diterapkan metode saintifik. 3) Pemberian tes akhir, tugas dan presentasi untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah implementasi metode pembelajaran. b. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Pada tahap ini, peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai beriut: 1) Menskor tes awal dan tes akhir data hasil belajar. 2) Menghitung gain yang dinormalisasi data hasil belajar. 3) Mengolah data hasil belajar yang berupa tugas dan presentasi peserta didik. 5. Pembahasan Metode investigasi keompok merupakan salah satu pembelajaran kolaboratif yang melibatkan peran serta siswa sejak awal pembelajaran mulai dari menyeleksi topik, melakukan investigasi terhadap topik terpilih sampai pada tahap menyajikan hasil dan mengevaluasinya. Dalam pelaksanaannya, tahaptahap pembelajaran metode investigasi kelompok masuk kedalam kegiatan inti pembelajaran mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, mengkomunikasikan dan kegiatan akhir pembelajaran. Sedangkan pada kelas kontrol, pembelajaran yang dilakukan adalah dengan metode diskusi dan tanya jawab, baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Dari analisis data, diketahui rata-rata nilai pretes kelas eksperimen sebesar 47,7917; sedangkan rata-rata nilai pretest kelas kontrol adalah 47,1667 sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Melalui uji t kesamaan rata-rata nilai pretes pun 88

8 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,743 > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pretes kelas eksperimen dengan rata-rata pretes kelas kontrol. Hal ini terjadi karena kedua kelas masih mendapat perlakuan yang sama yaitu menggunakan metode pembelajaran biasa seperti ceramah, tanya jawab dan diskusi secara individu. Setelah diberikan perlakuan, rata-rata nilai postes kelas eksperimen sebesar 63,4583 dan untuk kelas kontrol adalah 60,4167. Terlihat ada perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Namun, setelah dilakukan uji t kesamaan dua rata-rata nilai postes diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,444 > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan rata-rata nilai postest yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari analisis data sampel berpasangan yaitu, uji t sampel berpasangan nilai pretes dan postes kelas eksperimen, uji t sampel berpasanagan nilai pretes dan postes kelas kontrol, keduanya memberikan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan baik di kelas eksperimen maupun dikelas kontrol. Hal ini dkarenakan kedua kelas sudah mendapatkan pembelajaran walaupun dengan perlakuan yang berbeda. Baik kelas eksperimen yang menggunakan metode investigasi kelompok maupun kelas kontrol yang tidak menggunakan metode investigasi kelompok menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan atau berarti. Analisis data hasil belajar siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen dengan hasil belajar kelas kontrol artinya pembelajaran dengan metode investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kelas eksperimen memiliki rata-rata lebih tinggi daripada kelas kontrol. Perbedaan ini lebih disebabkan karena dalam proses belajarnya, kelas eksperimen lebih terbuka dan dinamis. Siswa dalam kelompok memungkinkan memperoleh informasi yang lebih banyak ketika proses mengamati. Informasi yang diterima siswa di kelas eksperimen, selain datang dari buku sumber, internet dan guru, juga datang dari teman satu kelompok yang kondisinya heterogen. Hal ini juga disebabkan karena pada metode investigasi kelompok terdapat beberapa kelebihan, antara lain dengan metode investigasi kelompok siswa dituntut untuk mengalami, mengamati dan melakukan kegiatan secara langsung dan juga siswa berkelompok-kelompok, sedangkan pada pembelajaran dengan metode expository siswa hanya sekedar mendengarkan apa yang dilakukan oleh guru dan juga siswa tidak dikelompok-kelompokkan. Penggunaan metode investigasi kelompok ini sangat efektif bagi siswa karena selain siswa dikelompok-kelompokkan, siswa juga dituntut untuk selalu menjadi kelompok yang paling baik diantara yang lainnya, karena adanya kompetisi yang sehat. Sehingga apabila dalam kelompok mempunyai kemampuan dan aktivitas yang baik maka kelompok itu akan berhasil. Selain itu metode investigasi kelompok ini juga merupakan metode pembelajaran yang membantu peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan hasil belajar. Langkah-langkah pembelajaran investigasi kelompok secara 89

9 garis besar yaitu pertama guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajari, kemudian guru membagi siswa menjadi 5-6 orang dalam satu kelompok. Setelah itu siswa mencari sumber melakukan investigasi terhadap topik yang akan dipelajari, kemudian membahas topik yang akan dipresentasikan dan fungsi guru hanya membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi kelompok, sehingga peserta didik di tuntut untuk aktif dalam memahami konsep dan juga mengembangkannya sendiri. Tahap selanjutnya yaitu peserta didik merencanakan bersama materi yang akan dipelajari dan menentukan bagaimana belajar yang baik, serta menentukan tujuan yang akan dicapai setelah melaksanakan investigasi dari topik tersebut. Pada tahapan ini potensi siswa sangat digali karena pada tahapan ini adalah salah satu keberhasilan suatu kelompok untuk menjadi kelompok penyaji materi yang baik nantinya. Selanjutnya siswa mulai mencari informasi, menganalisis, berdiskusi dan mengolah ideide mereka kemudian menarik kesimpulan dari topik yang telah mereka investigasi tadi, masing-masing anggota memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan data yang diperoleh pada saat melakukan investigasi. Setelah mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari, kemudian anggota kelompok menyiapkan poin penting dari materi mereka kemudian merencanakan apa yang akan mereka laporkan atau bagaimana mereka akan membuat presentasi. Setelah itu anggota kelompok membagi tugas masing-masing untuk presentasi (seperti moderator, penyaji, dll). Kemudian mempresentasikan hasil akhir. Presentasi dilakukan di depan kelas dihadapan kelompok lain dan guru. Masing-masing kelompok berusaha mempresentasikan hasil investigasi dengan seakurat mungkin dan sejelas mungkin. Pada tahap ini terjadi diskusi dan evaluasi dimana tercipta suasana yang dinamis, karena pada tahap ini banyak bermunculan pertanyaan dari anggota kelompok lain dan kelompok yang melakukan presentasi berusaha menjawab pertanyaan sebaik mungkin. Berdasarkan hasil presentasi tadi kemudian dilakukan evaluasi. Penguatan dari evaluasi pembelajaran ini diharapkan peserta didik mampu menguasai semua indikator yang telah disajikan. Guru dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan hasil dari materi yang telah dipelajari, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya miskomunikasi/miskonsepsi antar kelompok. Peran atau posisi guru pada pembelajaran dengan metode investigasi kelompok berbeda dengan pembelajaran menggunakan metode expository. Pada pembelajaran dengan metode expository peserta didik cenderung pasif dalam proses belajar mengajar sehingga kurang efektif, sedang guru cenderung mendominasi dan memegang peran utama dalam menentukan metode dan isi pengajaran, sehingga kegiatan belajar cenderung sama yang diberikan oleh guru, karena dianggap cara itu paling mudah untuk mengontrol ketenangan dalam kelas. Akibatnya peserta didik cenderung mudah jenuh, kurang inisiatif, sangat bergantung pada guru dan tidak terlatih untuk belajar mandiri. Pemilihan metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, materi pelajaran serta bentuk pengajaran (kelompok atau individu). Pada dasarnya tidak ada metode mengajar yang dianggap paling baik dibandingkan metode mengajar yang lain. Setiap metode mengajar mempunyai karakteristik tertentu dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan memperhatikan hasil penelitian 90

10 yang telah dilakukan metode investigasi kelompok mempunyai beberapa kelebihan yaitu 1) Peserta didik menjadi lebih aktif, 2) Peserta didik mampu menguasai ketrampilan kooperatif, seperti saling bekerjasama, memupuk rasa tanggung jawab, dan bersaing secara sehat, 3) Peserta didik memiliki kemahiran dalam berkomunikasi hal ini dapat dilihat dari presentasi yang dilakukan. Beberapa kekurangan dari metode investigasi kelompok diantaranya yaitu : 1) Jika ada seorang peserta didik yang tidak aktif dalam kelompoknya maka akan menghambat tujuan pembelajaran, 2) Peserta didik yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi maupun dalam penyelesaian tugas, 3) Ada juga peserta didik yang kurang memanfaatkan waktu sebaikbaiknya dalam belajar kelompok. Siswa kelas kontrol, karena pembelajaran cenderung sendiri (tidak berkelompok), maka dalam proses menagamati hanya mendapat sumber dari buku sumber atau guru. Dalam proses menanya, siswa kelas eksperimen lebih memungkinkan untuk bertanya kepada teman satu kelompok selain kepada guru. Pada proses mencoba, siswa yang mendapat pembelajaran investigasi kelompok, melakukan proses investigasi terhadap topik atau materi yang sudah terpilih, sehingga mereka mempunyai kebebasan untuk mengeksplorasi pengetahuannya tentang topik terpilih. Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok. Sehingga akan terbentuk pengetahuan baru yang lebih kokoh dan komprehensif. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran geografi ternyata memberikan hasil yang baik terhadap kemampuan kognitif siswa. Selain itu proses belajar mengajar akan lebih efektif apabila ditunjang dengan materi pembelajaran yang sesuai dengan metode yang digunakan tersebut sehingga hasil belajar dapat tercapai secara optimal. Namun bukan berarti pembelajaran biasa tidak dapat meningkatkan hasil belajar, melainkan belum optimal. 6. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh penggunaan metode investigasi kelompok terhadap hasil belajar pesertra didik kelas X IIS di SMAN 1 Cisarua, didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar peserta didik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol pada pengukuran awal (pretest) yang dapat dilihat dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji t yang menunjukkan bahwa nilai ratarata pretest dari kedua kelas tersebut adalah tidak berbeda. Hal ini terjadi karena masing-masing kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol selama ini hanya mendapat perlakuan metode mengajar konvensional yang biasa digunakan oleh guru. Dengan demikian hasil belajar peserta didik dalam pengukuran awal di kedua kelas tidak terdapat perbedaan. 91

11 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir terhadap hasil belajar di kelas eksperimen yang di berikan perlakuan metode investigasi kelompok. Dari hasil penghitungan yang menggunakan paired sampel t-test dinyatakan bahwa nilai rata-rata postest lebih besar dari pretest, dimana rata-rata postestnya adalah 63,4375 sedangkan rata-rata pretestnya adalah 47,7917. Terjadi peningkatan hasil belajar di kelas eksperimen sebesar 15,6458. Hal ini menunjukkan bahwa setelah peserta didik di kelas eksperimen mendapat perlakuan metode investigasi kelompok selama pembelajaran maka terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran geografi. 3. Terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik di kelas kontrol dilihat dari hasil perhitungan nilai rata-rata pretest dan postest namun peningkatannya lebih kecil dibandingkan dengan kelas eksperimen, hal ini terjadi karena ketetapan siswa dalam menjawab soal berdasarkan suasana hati dan pemikiran saat itu. 4. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil belajar peserta didik di kelas eksperimen lebih tinggi karena diberikan perlakuan metode investigasi kelompok dibandingkan dengan kelas kontrol tanpa perlakuan. Aktivitas siswa dalam pembelajaran geografi yang dilakukan menggunakan metode investigasi kelompok sangat dominan jika dibandingakan dengan aktivitas guru. Siswa mengali informasi melalui internet yang ada di lingkungan sekolah, mencari dari beberapa sumber di perpustakaan untuk mengidentifikasi topik, berdiskusi/bertanya antar sesama peserta didik sampai dengan mengkomunikasikan hasil kerja kelompok mereka. Sedangkan aktivitas guru lebih banyak mengamati kegiatan siswa, memotivasi, dan memberi petunjuk atau membimbing kegiatan siswa. Daftar Pustaka Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Geografi Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta : Pustaka Kurikulum Balitbang Depdiknas. Dimyati & Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Rineka Cipta. Joyce, B. Dan Weil, M. (1980). Models of Teaching, Second Edition. New Jersey : Prentice- Hall 92

12 Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta : Raja Grafindo Persada.Lie, Anita Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. Masidjo, Ign Penilaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius. Ruseffendi, H. E. T. (1998). Statistika Dasar untuk Peneltian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press Slavin, RE Cooperative Learning Theory, Research and Practice. Boston: Allyn and Bacon. Sudjana, Nana Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya 93

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia pada umumnya dan pendidikan pada khususnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak guru yang telah melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak guru yang telah melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Banyak guru yang telah melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui kegiatan diskusi. Diskusi ini biasanya dibangun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION Rahayu Dwi Palupi, Penerapan Model Belajar Group Investigation... 85 PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS TENTANG DAYA TARIK, MOTIVASI, DAN AMBISI BANGSA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

PENGARUH JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA XI IPA MENGENAI FAKULTAS TEKNIK DI SMA 36 JAKARTA

PENGARUH JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA XI IPA MENGENAI FAKULTAS TEKNIK DI SMA 36 JAKARTA 19 PENGARUH JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA XI IPA MENGENAI FAKULTAS TEKNIK DI SMA 36 JAKARTA Oleh : Agustin Rachmawati Purlina 1 Gantina Komalasari 2 Aip Badrujaman 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X IIS di SMA Negeri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING 111 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM PENGATURAN REFRIGERASI Raden I. Saputra

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 RAMBAH HILIR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 RAMBAH HILIR PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 RAMBAH HILIR Elvita Yeni *), Hardianto 1), Suwandi 2) 1&2) Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Hasil Belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) A. Pengertian Group Investigation Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman karena adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar 2.1.1.1. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Leo Sutrisno (2008), mendefinisikan hasil belajar sebagai gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa. Bangsa yang mempunyai peradaban maju adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil, berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kalangan pelajar menganggap belajar fisika adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dengan pikiran pada suatu

Lebih terperinci

Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peta pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Madiun

Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peta pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Madiun Kusuma, Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan... 81 Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peta pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Madiun Nanin

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA UISU MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA UISU MEDAN p-issn 5-73X e-issn30-765 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA UISU MEDAN Asneli Lubis Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kelestarian dan kemajuan bangsa. Pada konteks ini, pendidikan bukan hanya sekedar media dalam menyampaikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS (Studi Eksperimen Pada Mata Kuliah Mikro Ekonomi Kompetensi Dasar Teori dan Biaya Produksi Mahasiswa Pendidikan

Lebih terperinci

M A K A L A H. Disusun oleh : WIWI WIYATI NIM

M A K A L A H. Disusun oleh : WIWI WIYATI NIM MODEL PEMBELAJARAN KALIMAT EFEKTIF DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TPS (THINK-PAIRS-SHARE) PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SINGAJAYA KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 M A K A L

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju pada keadaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi kurikulum, tetapi banyak juga yang mengemukakan bahwa pembelajaran itu sendiri merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI KELAS XI IIS 5 SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Reni Rasyita Sari Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1) 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan hasil-hasil penelitian pembelajaran beserta pembahasannya tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I. Oleh Wahyudi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I. Oleh Wahyudi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I Oleh Wahyudi Pendahuluan Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan pada pendidikan di sekolah. Didalam kurikulum

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia

Lebih terperinci

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN MODEL SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY PADA SISWA KELAS X MAN 1 MODEL KOTA BENGKULU Abas Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung. Pada SMA 12 ini proses belajar mengajar masih menggunakan metode pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama 9 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide Cooperative berarti bekerja sama dan learning yang berarti belajar, jadi belajar melalui kegiatan bersama.

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran di sekolah, siswa didorong untuk lebih aktif agar dapat menghubungkan konsep materi yang telah didapatkan dengan konsep yang baru sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi menurut Munif Chatid (Indah,2008). Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) Tadjuddin * Abstrak: Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Achmad Hasbi Ash Shiddiq. Program studi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan untuk generasi muda sangat menentukan masa depan bangsa. Namun, kenyataannya kualitas pendidikan sangat rendah, terutama pendidikan yang ada di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga pemahaman konsep matematis menjadi sangat penting. Belajar konsep merupakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba model, dan uji validasi model, serta pembahasan penelitian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut H. W. Fowler (Trianto 2010:136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa pendidikan dalam pembangunan nasional berupa. seutuhnya. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

I. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa pendidikan dalam pembangunan nasional berupa. seutuhnya. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan dalam pembangunan nasional berupa mencerdaskan kehidupan bangsa dan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Rudiansyah Pendidikan Matematika, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

*

* PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DI KELAS X SMA NEGERI 10 PEKANBARU Sulastri Sibarani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS masih dianggap

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Dwiyani Hegarwati Guru SMAN 6 Cirebon

Lebih terperinci

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif, Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu, sebagai akibat atau umpan balik dari proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut bukan terjadi hanya pada satu aspek saja, tetapi terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Cooperative Tipe Talking Stick dan CIRC a. Pengertian model pembelajaran Cooperative tipe Talking Stick Cooperative learning adalah belajar yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang kompleks yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang kompleks yang dengan sengaja diciptakan (Dimyati dan Mudjiono 2006). Seorang pengajar harus mampu menciptakan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT

ARTIKEL ILMIAH STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT ARTIKEL ILMIAH STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT DENGAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DI KELAS X SMA NEGERI 7 BATANGHARI OLEH WIDIA GAMA

Lebih terperinci

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu Kurikulum 2013 yang sekarang ini mulai digunakan yaitu pembelajaran tematik terpadu.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING (PjBL) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Kuliah Kewirausahaan Tingkat II Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Variabel Terikat a. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis menurut Ennis (1993) adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel :

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONSTRASI IRAMA PADA BIDANG STUDI SENI MUSIK DI KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memahami

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memahami 12 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Pengertian belajar Menurut Slameto ( 2010, h. 2 ) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

Lebih terperinci

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan

II. KAJIAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan II. KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan belajar manusia memperoleh pengetahuan yang berguna untuk kelangsungan hidupnya. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Pendidikan tidak boleh dianggap sepele, karena pendidikan akan meningkatkan harkat dan martabat

Lebih terperinci

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

Surakarta, Indonesia ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 2 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut

Lebih terperinci