A. Gambaran Wilayah. Kabupaten TANAH LAUT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Gambaran Wilayah. Kabupaten TANAH LAUT"

Transkripsi

1 A. Gambaran Wilayah A.1 Letak Geografis Kabupaten Tanah Laut dengan ibukota Pelaihari memiliki wilayah seluas 3.361,35 km². Luas kabupaten ini merupakan 9,71% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Geografis kabupaten Tanah Laut terletak diantara dan Bujur Timur, serta diantara dan Lintang Selatan. Kabupaten Tanah Laut memiliki batas administrasi sebagai berikut: Batas Utara adalah Kabupaten Banjar, Batas Timur adalah Kabupaten Tanah Bumbu, Batas Selatan adalah Laut Jawa, Batas Barat adalah Laut Jawa. A.2 Topografi Topografi Kabupaten Tanah Laut umumnya merupakan daerah dataran tinggi dan bergunung-gunung yang terdapat dibagian Utara dan Timur, yaitu tersebar di Kecamatan Pelaihari, Jorong, Batu Ampar, Tambang Ulang dan Kintap. Sedangkan dibagian Selatan dan Barat merupakan daerah dataran rendah, pantai, dan rawa-rawa yaitu terdapat di Kecamatan Kurau, Takisung dan Panyipatan. Daerah pasang surut terdapat dipesisir pantai sepanjang 200 km yang merupakan hutan api-api, dan hutan bakau. Tingkat kelerengan tanah umumnya berkisar antara 0 sampai 2 % dan rata-rata ketinggian tanah berkisar antara 0 sampai 7 m di atas permukaan laut. Kemiringan Tanah di Kabupaten Tanah Laut sangat bervariasi yaitu berkisar antara kurang dari 2% hingga lebih dari 40%. Wilayah dengan kelerengan lebih dari Peluang Investasi Daerah 1

2 40% merupakan wilayah yang dilindungi dengan penyebaran di sekitar Gunung Paikat, Gunung Damar Gusang, Pegunungan Kemuning, dan Batumandi. A.3 Iklim dan Cuaca Beriklim tropis yang dipengaruhi musim hujan dan kemarau.temperatur suatu tempat bergantung pada tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2010 temperatur berkisar antara 20,0 35,2 [ 0 C], kelembaban udara berkisar antara 77,1 85,2 [%], jumlah curah hujan 2.445,6 mm, dan jumlah hari hujan 117 hari. A.4 Pemerintahan Kabupaten Tanah Laut dikepalai oleh seorang bupati. Mulai dari tahun 1966 sampai dengan tahun 2010 telah terjadi sepuluh kali pergantian pemegang jabatan bupati. Bupati dalam melaksanankan tugasnya dibantu oleh 3 (tiga) organisasi perangkat staf pemerintah daerah, yaitu Sektretaris Daerah (Sekda), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Inspektorat. Bappeda disamping bertugas secara teknis juga mengkoordinasi dan mengintegrasikan usaha penyusunan rencana dan program kerja.inspektorat merupakan unsur pengawasan dengan tugas pokok melakukan pengawasan umum atas jalannya roda pemerintahan daerah sesuai dengan rencana dan peraturan yang berlaku. Daerah Kabupaten Tanah Laut terdiri dari 11 (sebelas) kecamatan, yaitu Panyipatan, Takisung, Kurau, Bumi Makmur, Bati-Bati, Tambang Ulang, Pelaihari, Bajuin, Batu Ampar, Jorong dan Kintap. Jumlah desa yang tersebar di semua kecamatan adalah 135 desa. Tabel A-1 Pembagian Wilayah Kabupaten Tanah Laut No Kecamatan Ibu Kota Luas Wilayah Jumlah [km²] Desa/Kelurahan 1 Panyipatan Panyipatan 336, Takisung Gunung Makmur 343, Kurau Padang Luas 127, Bumi Makmur Handil Babirik 141, Bati-bati Padang 234, Tambang Ulang Tambang Ulang 160, Pelaihari Sarang Halang 379, Bajuin Bajuin 196, Batu Ampar Batu Ampar 548, Jorong Jorong 628, Kintap Kintapura 537,00 14 Kabupaten Tanah Laut Pelaihari 3.631, Sumber: 20 Juli. Peluang Investasi Daerah 2

3 B. Potensi Wilayah B.1 Perekonomian Perekonomian Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2010 tumbuh sebesar 5,98% (berdasarkan estimasi). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 5,77%. PDRB per kapita tahun 2010 atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp sedangkan jika dilihat atas dasar harga konstan adalah sebesar Rp PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Tanah Laut selama periode tumbuh rata-rata sebesar 8,06%, sedangkan pertumbuhan rata-rata PDRB atas dasar harga konstan dalam periode yang sama hanya sebesar 3,70%. Tabel B-1 Pendapatan Regional Kabupaten Tanah Laut, Rincian * PDRB atas Dasar Harga Berlaku (Ribu Rupiah) PDRB atas Dasar Harga Konstan Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,40 5,77 5,98 PDRB Per Kapita atas Dasar Harga Berlaku (Rupiah) Indeks Perkembangan PDRB per Kapita atas Dasar Harga Berlaku (%) Laju pertumbuhan PDRB per Kapita atas Dasar Harga Berlaku (%) PDRB per Kapita atas Dasar Harga Konstan 200 (Rupiah) Indeks Perkembangan PDRB per Kapita atas Dasar Harga Konstan (%) Laju Pertumbuhan per Kapita atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) Sumber: Tanah Laut Dalam Angka 2011 Keterangan: r ) : Angka diperbaiki *) : Angka sementara B.2 Kependudukan dan Tenaga Kerja ,62 212,21 229,31 107,81 109,60 108, ,78 126,79 131,48 102,88 103,26 103,70 Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 sebesar jiwa. Dari rasio jenis kelaminnya dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin Kabupaten tanah laut adalah sebesar 106. Nilai rasio jenis kelamin yang melebihi 100 tersebut dapat juga memberikan gambaran bahwa Kabupaten Tanah Laut merupakan daerah penerima migran, yang artinya bahwa kabupaten ini merupakan daerah yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar sehingga menjadi daerah tujuan migrasi. Peluang Investasi Daerah 3

4 Tabel B-2 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Berdasarkan Kecamatan, Tahun 2010 No Kecamatan Penduduk [jiwa] Jumlah Rumah Tangga Sex Ratio 1 Panyipatan ,46 2 Takisung ,20 3 Kurau ,31 4 Bumi Makmur ,10 5 Bati-bati ,72 6 Tambang Ulang ,87 7 Pelaihari ,55 8 Bajuin ,99 9 Batu Ampar ,92 10 Jorong ,89 11 Kintap ,83 Total ,66 Sumber: Tanah Laut Dalam Angka 2011 Berdasarkan data Tanah Laut Dalam Angka 2011 yang diterbitkan oleh BPS, jumlah pencari kerja di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2010 adalah sebesar orang. Latar belakang pendidikan dari pencari kerja ini sebagian besar adalah lulusan SLTA yaitu sekitar 56,91%, lulusan D3/S1/S2 sekitar 36,65%, sisanya berpendidikan SLTP kebawah. Tabel B-3 Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 No Tingkat Pendidikan Jumlah 1 SD dan sederajat 33 2 SLTP / sederajat SLTA/ sederajat Sarjana Muda Sarjana Total Sumber: Tanah Laut Dalam Angka 2011 B.3 Upah Minimum Kabupaten Upah Minimum Kabupaten (UMP) Tanah Laut, tahun 2007 berjumlah Rp , tahun 2008 berjumlah Rp , tahun 2009 berjumlah Rp , tahun 2010 berjumlah Rp dan tahun 2011 berjumlah Rp Tabel B-4 Upah Minimum Kabupaten Tanah Laut Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Peluang Investasi Daerah 4

5 B.4 Prasarana wilayah Kelistrikan Sebagian besar kebutuhan tenaga listrik di Tanah Laut dipenuhi oleh Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah VI Banjarmasin.Pembangkit listrik yang berada di Kabupaten Tanah Laut terletak di desa Asam-Asam, adalah pembangkit listrik tenaga uap yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar dengan kapasitas terpasang sebesar 2 x 65 MW.Jumlah kwh yang dibangkitkan, kwh yang terjual dan jumlah pelanggan listrik terus meningkat setiap tahun. Berikut dibawah ini kondisi kelistrikan Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2010: Tabel B-5 Jumlah Pelanggan Listrik, VA Terpasang, kwh Dibangkitkan, kwh Terjual dan Beban Puncak Menurut Kecamatan Tahun 2010 No PLN Ranting Jumlah VA Jumlah kwh Pelanggan Terpasang Dibangkitkan Terjual 1 Pelaihari, termasuk Batu Ampar & Bajuin Bati-Bati, termasuk Tambang Ulang Kurau, termasuk Bumi Makmur Gunung Makmur/ Takisung Panyipatan Sumber: Tanah Laut Dalam Angka 2011 Air bersih Total Penjualan air minum kepada pelanggan di Kabupaten Tanah Laut tahun 2009 adalah m 3.Penjualan tersebut mengali penurunan pada tahun 2010 menjadi m 3. Tabel B-6 Jumlah Pelanggan, Produksi dan Penggunaan Air Minum yang terjual Menurut Kecamatan Tahun 2010 Jumlah Produksi Penggunaan Terjual No Kecamatan Pelanggan [m 3 ] [m 3 ] [m 3 ] 1 Panyipatan Takisung Kurau Bumi Makmur Bati-Bati Tambang Ulang Pelaihari Bajuin Batu Ampar Jorong Kintap Jumlah Sumber: Tanah Laut Dalam Angka 2011 Peluang Investasi Daerah 5

6 Jalan raya Jalan raya merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Kondisi jalan di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2010 adalah: No Jenis Permukaan Tabel B-7 Panjang Jalan Menurut Permukaan, Tahun 2010 Jalan Negara [km] Jalan Provinsi [km] Jalan Kabupaten [km] Jumlah [km] 1 Aspal 140,76 104,91 435,48 681,15 2 Kerikil ,53 257,53 3 Tanah ,64 153,64 4 Tidak Dirinci ,39 56,39 Total 140,76 104,91 903, ,71 Sumber: Tanah Laut Dalam Angka 2011 Terdapatnya potensi sumberdaya alam yang dapat dikembangkan: Sumber daya lahan: Luas lahan di Kabupaten Tanah Laut berjumlah Ha terdiri dari pemukiman/kampung Ha (1,38 %), persawahan 40, 786 (10,94 %), tegalan Ha (2,77 %), Kebun campuran Ha (7, 04 %), perkebunan Ha (12,18 %), Alang alang / semak Ha (21, 52 %), hutan sejenis Ha (10,70 %), hutan belukar Ha (14, 32 %),Hutan Lebat Ha (17,45 %), rawa / danau Ha (1,35 %), dan lain lain Ha (0,40 %). Sumber daya Pantai dan Kelautan: Potensi sumber daya pantai, dan kelautan di Kabupaten Tanah Laut saat ini dimanfaatkan untuk usaha perikanan, dan obyek wisata. Potensi penangkapan ikan di laut sebanyak ton, perairan umum ton, budidaya tambak 16,4 Ha, budidaya kolam 10 Ha, keramba 16,4 Ha dan budidaya mina padi 15,6 Ha. Garis pantai sepanjang kurang lebih 200 Km sangat potensial dimanfaatkan sebagai areal budidaya tambak baik untuk komoditas ikan maupun udang. Disamping itu juga sebagai Obyek wisata seperti Pantai Takisung, Batulima, Batakan, Swarangan, dan lain-lain. Sedangkan untuk kedepan pantai di Kabupaten Tanah Laut cukup prospektif untuk dikembangkan sebagai pelabuhan laut seperti pantai Swarangan, Muara kintap, Asam Asam maupun Muara Sabuhur (Sanipah). Sementara itu dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Kabupaten Tanah Laut memiliki wilayah teritori di laut seluas 960 Km2. Kondisi ini tentunya sangat potensial untuk dikembangkan baik sebagai area budidaya perikanan, penangkapan ikan, pemasaran maupun ke pelabuhan. Peluang Investasi Daerah 6

7 Pelabuhan laut No Perusahaan Bidang Usaha Tabel B-8 Data Pelabuhan Khusus Regional Di Kabupaten Tanah Laut Tahun 2009 Desa Kecamatan Lokasi 1 PT.Restu Mulia Kencana Batubara Pandan Sari Kintap ' 55,3" 2 PT.Astana Karya Batubara Pandan Sari Kintap ' 41,2" 3 PT. Alkatara Batubara Sungai Cuka Kintap ' 31,9" 4 PT. Mandiri Citra Batubara Pandan Sari Kintap ' 34,7" Bersama 5 PT. Dewata Utama Batubara Pandan Sari Kintap ' 0" 6 PT. Surya Sakti Dharma Kencana Sumber: Bidang LLAJ Batubara Kintap Kecil Kintap ' 52,2" BT Koordinat LS 03 55' 54,1" 03 57' 11,1" 03 52' 51,9" 03 56' 19,4" 03 57' 40" 03 52' 33,4" Tabel B-9 Data Pelabuhan Khusus Nasional Di Kabupaten Tanah Laut Tahun 2009 No Perusahaan Lokasi Bidang Koordinat Usaha Desa Kecamatan BT LS 1 PT.Restu Mulia Kencana Batubara Pandan Sari Kintap ' 55,3" 03 55' 54,1" 2 PT.Astana Karya Batubara Pandan Sari Kintap ' 41,2" 03 57' 11,1" 3 PT. Alkatara Batubara Sungai Cuka Kintap ' 31,9" 03 52' 51,9" 4 PT. Mandiri Citra Batubara Kintap ' 34,7" Bersama Pandan Sari 03 56' 19,4" 5 PT. Dewata Utama Batubara Pandan Sari Kintap ' 0" 03 57' 40" 6 PT. Surya Sakti Dharma Batubara Kintap ' 52,2" Kintap Kecil Kencana 03 52' 33,4" Sumber: Bidang LLAJ Pola ruang wilayah kabupaten Tanah Laut menurut draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanah Laut Tahun adalah sebagai berikut: B.5 Kawasan lindung Kawasan lindung yang dimaksud adalah kawasan hutan lindung yang terdiri dari: kawasan perlindungan setempat; kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan kawasan rawan bencana alam. Peruntukan dan luas dan kawasan hutan lindung Kabupaten Tanah Laut adalah seperti tabel berikut: Peluang Investasi Daerah 7

8 Tabel B-10 Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Tanah Laut No Peruntukan Luas [ha] 1 Kawasan Suaka Alam (KSA) Hutan Lindung (HL) Hutan Produksi Terbatas (HPT) Hutan Produksi Tetap (HP) Hutan Produksi Konservasi (HK) Sumber: Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut Tahun Hutan lindung (HL) Kabupaten Tanah Laut tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Bajuin, Kecamatan Bati-Bati, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Kurau, Kecamatan Panyipatan, Kecamatan Pelaihari, Kecamatan Takisung dan Kecamatan Tambang Ulang. Kawasan perlindungan setempat terdiri atas: - Kawasan sempadan pantai; berada pada sepanjang pantai Kabupaten Tanah Laut meliputi pantai di Kecamatan Bumi Makmur, Kecamatan Kurau, Kecamatan Takisung, Kecamatan Panyipatan, Kecamatan Jorong dan Kecamatan Kintap dengan ketentuan sebagai berikut a) daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 m dari titik pasang air laut tertinggi ke darat; b) daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi pantai; C) mempertahankan kelestarian ekosistem pantai (mangrove dan terumbu karang) dengan memperkecil penggunaan/ alih fungsi pantai dari berbagai kegiatan yang menggunakan sempadan pantai. - Kawasan sempadan sungai; direncanakan sebesar kurang lebih 3.737,8 ha terdapat dikawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting melestarikan fungsi sungai dengan ketentuan yang diatur dalam RTRW. - Kawasan sempadan irigasi. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya adalah kawasan yang meliputi kawasan wisata alam (Kecamatan Pelaihari, Kecamatan Batakan), suaka alam (Kecamatan Batakan, Kecamatan Bajuin), kebudayaan dan situs sejarah (Kecamatan Takisung, Kecamatan bajuin). Kawasan rawan bencana alam meliputi: a) kawasan rawan banjir, adanya luapan banjir yang sering terjadi selama musim hujan dalam wilayah DAS yaitu semua kecamatan Bati-Bati; b) kawasan kebakaran, ditetapkan dengan kriteria lahan kritis pada bahan gambut yang telah mengalami proses pengeringan dimusim kemarauakan mudah terbakar dan menghasilkan kabut asap yang lama. Wilayah yang termasuk dalam kawasan ini adalah semua Kecamatan Bati-Bati. Peluang Investasi Daerah 8

9 B.6 Kawasan budidaya Kawasan budidaya yang dimaksud adalah kawasan yang digunakan sebagai tempat kegiatan untuk melakukan/memenuhi suatu kegiatan ekonomi.pada tabel berikut dijelaskan lebih detail mengenai kawasan peruntukan dan lokasinya di Kabupaten Tanah Laut. Tabel B-11 Kawasan Budidaya Kabupaten Tanah Laut Tahun No Kawasan Peruntukan Lokasi Luas [ha] Keterangan 1 Permukiman Seluruh kecamatan 6.131,30 Dikembangkan pada pusat-pusat fasilitas umum yang terletak di pusat-pusat pertumbuhan 2 Industri Industri Sedang Kec. Bati-Bati Industri pengolahan, pertanian dan pengolahan hasil laut sebagai penunjang minapolitan Industri Besar 3 Pertanian Tanaman Pangan Kec. Jorong dan Kec. Kintap lahan basah Seluruh kecamatan ,14 lahan kering Seluruh kecamatan ,14 Pertanian pangan berkelanjutan Hortikultura Kec. Pelaihari 41 Kec. Bajuin 352 Kec. Kintap 132 Kec. Bati-Bati 13 Kec. Batu Ampar 56 Kec. Panyipatan 54 Kec. Takisung 12 Kec. Tambang Ulang 66 Kec. Kurau 24 Kec. Jorong Industri pertambangan dan perkebunan Kec. Pelaihari, Batu Ampar, Batu Ampar, Panyipatan dan Kurau Pengembangan pusat agropolitan Peluang Investasi Daerah 9

10 4 Perkebunan Perkebunan rakyat seluruh kecamatan Perkebunan negara seluruh kecamatan Kawasan pengolahan besar suasta 5 Perikanan seluruh kecamatan Perikanan tangkap seluruh kecamatan 6.582,55 Perikanan budidaya Kec. Kintap, Kurau Budidaya air tawar Pengolahan industri ikan 6 Pertambangan Gas metan batubara (GMB) Mineral logam Batubara Mineral bukan logam Batuan Kec. Kintap, Jorong, Panyipatan, Takisung dan Kurau (air laut) Kec. Bati-Bati, Kintap, Jorong, Kurau dan Panyipatan Kec. Bumi Makmur, Kurau, Bati-Bati, Tambang Ulang, Pelaihari, Panyipatan, Jorong, Batu Ampar, Kintap, dan 5 (lima) kilometer lepas pantai selatan Kecamatan Panyipatan, Jorong, dan Kintap Kecamatan Bati-Bati, Tambang Ulang, Pelaihari, Takisung, Panyipatan, Batu Ampar, dan Kintap Kecamatan Bati-Bati, Jorong, Kintap, Penyipatan dan Batu Ampar seluruh kecamatan seluruh kecamatan Budidaya air laut Meliputi industri kecil rumah tangga berbasis minapolitan Peluang Investasi Daerah 10

11 7 Pariwisata Budaya Alam 8 Lainnya Pesisir dan pulau-pulau kecil Pertahanan dan keamanan kawasan peruntukan dengan menjaga kelestarian dan penghijauan lingkungan dengan menunjang agrobisnis perikanan Kec. Batakan, Takisung, Bajuin Kec. Pelaihari, Takisung situs sejarah Taman wisata alam Sumber: Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut Tahun C. Peluang Investasi Peluang investasi yang diunggulkan pada saat ini di Kabupaten Tanah Laut adalah hilirisasi pengolahan bijih besi sesuai dengan yang telah dicanangkan sebagai program nasional MP3EI. C.1 Profil Peluang Investasi Hilirisasi Pengolahan Bijih Besi Beberapa profil investasi hilirisasi bijih besi yang menjadi informasi penting bagi calon investor adalah sebagai berikut: a. Membutuhkan energi yang besar untukmelakukan peleburan. Peleburan bijih besi membutuhkan energi yang relatif besar, sehingga wilayah yang memiliki energi yang besar dan relatif murah akan menjadi ekonomis bagi industri pengolahan bijih besi. Kabupaten Tanah Laut memiliki pembangkit listrik tenaga uap dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya.pembangkit listrik tersebut berada di desa Asam-Asam dan memiliki kapasitas terpasang sebesar 2 x 65 [MW].Batubara di kabupaten Tanah Laut maupun di provinsi Kalimantan Selatan cukup banyak.sehingga investor yang ingin membangun pembangkit listrik sendiri dapat membelinya dari perusahaan-perusahaan penambang batubara yang telah beroperasi (eksis) di Provinsi Kalimantan Selatan maupun di provinsi lainnya di pulau Kalimantan.Berikut sumberdaya dan cadangan batubara setiap Provinsi di Kalimantan. Peluang Investasi Daerah 11

12 Tabel C-1 Sumber Daya dan Cadangan Batubara Kalimantan, Tahun 2005 No Provinsi Kualitas (Kal/gr, adb) Sumberdaya [Juta Ton] Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah Cadangan [Juta Ton] 1. Kalimantan Barat 2. Kalimantan Tengah ,12 378, ,72 0 > ,00 1,32 1,48 106, ,12 482,60 1,32 1,48 527,52 0 < , , ,75 5,08 44,36 354,80 4, ,11 262, ,64 449,47 0 > , ,02 324,64 44,54 114, ,01 5,08 194, ,83 48,59 3. Kalimantan Selatan < , ,99 971,86 536, ,13 301, , , , ,19 33,12 109,64 478,95 44,36 > , ,00 29,62 0,14 4. Kalimantan Timur ,81 334, , , ,84 < ,93 13,76 89,83 305, , ,35 121, , ,72 941, , ,07 191, , , ,82 > ,11 60,84 4,48 14,40 169,82 65, , ,19 331, , , ,68 Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi, 2006 b. Kadar kandungan Fe bijih besi di Kabupaten Tanah Laut dibawah 65%. Menurut bulletin sumber daya geologi tahun 2009, hasil analisis komposisi kimia bijih besi Kalimantan Selatan menunjukkan kadar Fe tidak lebih dari 65%, baik pada laterit maupun metasomatik (magnetit dan hematit). Tabel C-2 Komposisi Kimia [%] Bijih Besi di Kalimantan Selatan Tipe Bijih Fe SiO 2 CaO MgO Al 2 O 3 Cr 2 O 3 P S Ni LOI Laterit ,5-2 0, ,5 0,05-0,1 0,05-0,1 0,015 0, Peluang Investasi Daerah 12

13 Metasomatik (Magnetit & Hematit) ,5-2 0, < 0,1 < 0,1 < 0,1 --- < 2 Sumber: Buletin Sumber Daya Geologi, Volume 4, No. 2, 2009 c. Industri hilirisasi pengolahan bijih besi bukan merupakan daftar negatif investasi menurut Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Dibidang Penanaman Modal. d. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 7 Tahun tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral, melarang ekspor bijih besi mentah (sebagai raw material atau ore) melainkan harus diolah terlebih dahulu. Tabel berikut menerangkan batasan minimum pengolahan dan pemurnian komoditas tambang mineral logam yang diambil dari Lampiran I Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun. Tabel C-3 Batasan Minimum Pengolahan dan Pemurnian Komoditas Tambang Mineral Logam No Bijih/ore Komoditas Mineral Produk Samping/ Sisa Hasil/ Mineral Ikutan Batasan Produk Minimum Untuk Dijual ke Luar Negeri 1 Bijih Besi Hematit Ilmenit Pirit Geotit/ laterit 2 Pasir besi Titanomagnetit Ilmetit Rutil Sumber: Peraturan Menteri ESDM No. 7, Tahun Sponge iron > 85% Fe Pig iron > 94% Fe Sponge iron > 80% Fe Logam paduan (alloy) > 88% Fe Pig Iron > 98% Fe Terak TiO 2 > 98% Logam paduan (alloy) > 65% Ti V 2 O 5 > 14,0% Logam paduan (alloy) > 65% V e. Pelarangan penggunaan jalan umum bagi kendaraan berat industri Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan No. 3 Tahun 2008 tentang Pengaturan Penggunaan Jalan Umum dan Jalan Khusus untuk Angkutan Hasil Tambang dan Hasil Perusahaan Perkebunan, melarang kendaraan berat industri menggunakan jalan umum. Sehingga kendaraan pembawa bahan baku bijih besi harus menggunakan jalan khusus yang telah ditetapkan oleh Gubernur.Hanya hasil tambang yang sudah berupa kemasan dan ditujukan untuk keperluan rumah tangga yang dapat diangkut melalui jalan umum Peluang Investasi Daerah 13

14 dengan pembatasan tonase sesuai dengan kelas jalan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. C.2 Peluang Pasar Pada saat ini konsumsi baja Indonesia adalah sekitar 37 kg/kapita. Dalam jangka menengah dan panjang, konsumsi baja di Indonesia pada tahun 2015 akan mencapai 43 kg/kapita dan pada tahun 2025 mencapai 100 kg/kapita, maka dibutuhkan pembangunan beberapa industri baja yang tersebar di seluruh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk mencapai konsumsi baja pada tahun 2025, maka terbuka peluang pasar sebesar 17,972 juta ton, dengan rincian sebagai berikut: Konsumsi besi baja Indonesia saat ini () adalah 37 kg/kapita dan pada tahun 2025 adalah 100 kg/kapita. Dengan mengasumsikan jumlah penduduk Indonesia pada tahun adalah 244 juta jiwa, maka jumlah besi yang dimiliki/dikonsumsi adalah 244 juta jiwa x 37 kg/kapita = juta kilogram = 9,028 juta ton. Dengan mengasumsikan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 adalah 270 juta jiwa, maka total besi yang dikonsumsi adalah 270 juta jiwa x 100 kg/kapita = juta kilogram = 27 juta ton. Maka dari tahun hingga 2025 akan terjadi penambahan konsumsi besi sebesar: 27 juta ton 9,028 juta ton = 17,972 juta ton. Adanya rencanajangka panjang konsumsi baja seperti yang diuraikan di atasdalam MP3EI , maka peluang pasar dalam negeri untuk hasil produk industri baja akan semakin besar. Tabel C-4 Rencana Pengembangan Industri Baja No Lokasi Industri Kapasitas Produksi [Juta Ton/Tahun] 1 Cilegon 4,5 2 Kalimantan 15 3 Lampung 5 4 Tersebar di Sulawesi, Sumatera, Maluku 5 Sumber: MP3EI Disamping pangsa pasar yang besar, rantai nilai pada industri baja masih sangat menarik.hal ini terlihat pada perbedaan harga jual produk dan biaya operasional (profit) rata-rata industri melebihi 100%. No Tabel C-5 Rantai Nilai Industri Besi Baja Industri Biaya Operasional [USD/Ton] Harga Jual [USD/Ton] 1 Bijih Besi Peluang Investasi Daerah 14

15 2 Konsentrat Aglomerasi Pembuatan besi (peleburan) Pembuatan Baja ± 700 Sumber: MP3EI Berdasarkan pohon industri besi/baja yang diterbitkan oleh Kementerian Perindustrian tahun 2011, masih ada 12 (dua belas) jenis industri besi/baja yang belum ada di Indonesia dan tidak dilarang/dibatasi untuk melakukan ekspor, bahkan 7 (tujuh) jenis industri diantaranya mendapatkan insentif dari pemerintah berupa tax holiday dan tax allowance. Tabel C-6 Jenis Industri Besi/Baja yang Belum Ada di Indonesia No Produk Jenis Proses Insentif dan Disinsentif Pemerintah 1 Iron Ore Concentrate Ore Processing Pelarangan/ pembatasan ekspor 2 Pellet Aglomeration Pelarangan/ pembatasan ekspor 3 Sinter Aglomeration Pelarangan/ pembatasan ekspor 4 Iron Sand Concentrate Ore Processing Pelarangan/ pembatasan ekspor 5 Fe-Chrome & Alloys Iron Making Pelarangan/ pembatasan ekspor 6 Hot Bricket Iron Iron Making Tax holiday, tax allowance 7 Hot Metal Iron Making Tax holiday, tax allowance 8 Pig Iron Iron Making Tax holiday, tax allowance 9 Direct Reduced Iron Iron Making Tax holiday, tax allowance 10 Bloom Steel Making & Casting Tax holiday, tax allowance 11 Stainless Steel Slab Steel Making & Casting Tax holiday, tax allowance 12 Stainless Steel Billet Steel Making & Casting Tax holiday, tax allowance 13 Round Billet Hot Forming Stainless Steel HRC Hot Forming Stainless Steel Rod/Bar Hot Forming Heavy Profile, Rail Finished Product Stainless Steel Rod, Shaft Bar Finished Product --- Sumber: Kementerian Perindustrian Peluang Investasi Daerah 15

16 Gambar C-1 Pohon Industri Besi/Baja Disinsentif Insentif Sumber: Kementerian Perindustrian Tahun 2011 (pelarangan/pembatasan ekspor) (tax holiday, tax allowance) Bloom Heavy Profile, Rail Iron Ore Iron Ore Concentrate Pellet Sponge Iron Round Billet Seamless Pipe Construction Hot Bricket Iron Billet Wire Rod Wire PC-Wire, Wire Rope, Electrode Wire Building Oil & Gas Trans. Rod, Bold, Nut Automotive Sinter Hot Metal Profile, Deformed Bar Ship Pig Iron Bar Shaft Bar Railway Iron Sand Iron Sand Concentrate Direct Reduced Iron Slab Hot Rod Coil Cold Rolled Coil GI-Sheet, Galvanized-Aluminized- Coated-Sheet Tin Plate Agriculture Electronic Casing Plate, Welded-Pipe, Welded- Profile Defense Sudah ada industrinya Scrap Iron/Steel Cast Plate Plate, Heavy-Plate, Welded Pipe, Welded Profile Hosehold Belum ada industrinya Sebagian diimpor Penggunaan akhir Fe-Nickel Alloys Fe-Chrome & Alloys Stainless Steel Slab Stainless Steel Billet Stainless Steel HRC Stainless Steel Rod/Bar Stainless Steel CRC Stainless Steel Sheet Stainless Steel Rod, Shaft Bar Health Food Packaging Mining Ore Processing Aglomeration Iron Making Steel Making & Casting Hot Forming Cold Forming Finished Products Applications/ Industries Peluang Investasi Daerah 16

17 C.3 Ketersediaan Lahan Ketersediaan lahan bagi calon investor hilirisasi pengolahan bijih besi terdapat di Kecamatan Jorong dan Kintap, sesuai dengan draft Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut Tahun , bahwa peruntukan lahan bagi industri besar pengolahan hasil perkebunan dan pertambangan ditempatkan di kecamatan Jorong dan Kintap seluas ha (lihat gambar Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanah Laut). Kawasan yang ditunjuk oleh pemerintah daerah tersebut tidak dibebaskan (dibeli) oleh pemerintah,tetapi pada kawasan tersebut pemerintah mengijinkan konversi peruntukan lahan menjadi lahan industri besar.pada saat ini lahan-lahan pada kawasan tersebut dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tanah Laut, suasta dan masyarakat.dengan demikian calon investor diharapkan langsung melakukan negosiasi pembebasan tanah pada pemiliknya jika ingin melakukan investasi industri hilir besi. Gambar C-2 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanah Laut Tahun C.4 Ketersediaan Bahan Baku Berdasarkan data yang didapat dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2008, bijih besi sebagai bahan baku industri hilir besi/baja di kabupaten tanah laut tersebar dibeberapa tempat. Tempat yang memiliki cadangan terkira (probable) besi primer (bijih dan logam) yang besar di Peluang Investasi Daerah 17

18 Kabupaten Tanah Laut adalah Riampinang, Gunung Tembaga dan Tanjung.Sumber daya besi primer terukur (measured) jumlahnya melebihi 1,5 juta ton, berada di daerah Pontain dan Tebing Siring. Sedangkan sumber daya besi primer tereka (inferred) lebih dari seratus tujuh puluh ribu ton. Tabel C-7 Sumber Daya dan Cadangan Besi Primer di Kabupaten Tanah Laut Tahun 2008 Sumber Daya [Ton] Cadangan [Ton] No Lokasi Tereka Terukur Terkira Bijih Logam Bijih Logam Bijih Logam 1 Pontain Tebing Siring , Riampinang Tanah , Ambungan 5 Tanjung Gg. Tembaga ,30 7 Melati ,48 8 Batukora ,67 9 Ulin ,07 10 Koratein ,97 Jumlah , Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2008 Menurut penggolongan/ metode Mc. Kelvy, penghitungan cadanganbesi primer Kabupaten Tanah laut: ketelitiannya tinggi, layak dan ekonomis untuk dieksploitasi. Sehingga calon investor mendapat kepastian akan adanya ketersediaan bahan baku bijih besi di kabupaten tersebut. Tabel C-8 Penggolongan Sumber Daya dan Cadangan (Mc. Kelvy, 1973) Kelayaka Ekonomis n Marginal Penemuan Sumberdaya Sumberdaya Umum (Measured) Cadangan Mungkin (Possible) Sumberdaya Tereka (Infered) Cadangan Terkira (Probable) Sumberdaya Terunjuk (Indicated) Cadangan Terbukti (Proved) Sumberdaya Terukur (Measured) Tingkat Ketelitian Menurut data yang yang didapat dari Sekretaris Daerah Bidang Penenanaman Modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut pada tahun, penambang bijih besi yang dapat Peluang Investasi Daerah 18

19 menjadi pemasok bahan baku bagi calon investor industri hilir besi adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan produksi per bulan sebanyak ton dan masyarakat dengan luas tambang ± ha yang memiliki potensi bijih besi sebesar 50 juta ton. No Tabel C-9 Masyarakat Penambang Bijih Besi (Pemasok Bahan Baku), Tahun 2011 Alamat (Desa, Kecamatan) Koordinat 1 Tebing Siring, Kec. Bajuin , ,6 2 Sei Bakar Pemalongan, Kec. Bajuin , ,00 3 Pemalongan, Kec. Bajuin , ,76 4 Pemalongan, Kec. Bajuin , ,52 5 Ambungan, Kec. Pelaihari 6 Gn. Melati, Kec. Pelaihari 7 Tampang, Kec. Pelaihari 8 Sungai Riam, Kec. Pelaihari 9 Sumber Mulya, Kec. Pelaihari 10 Tanjung, Kec. Bajuin 11 Ketapang Kec. Bajuin 12 Bumi Jaya, Kec. Pelaihari , , , , , , , , , , , , , , ,28 Luas Lahan [Ha] 176,2 451,9 112, , ,8 91,7 Total Sumber: Sekretaris Daerah Bidang Penenanaman Modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut C.5 Besaran Investasi Tabel C-10 Besaran Investasi Berdasarkan Jenis Industri No Industri Kondisi Investasi Operasional/Ton [USD] Harga Jual/Ton [USD] Keuntungan/Ton [USD] 1. Bijih Besi Minimum Maksimum Peluang Investasi Daerah 19

20 2. Konsentrat Minimum Maksimum Aglomerasi Minimum Maksimum Pembuatan Besi (peleburan) 5. Pembuatan Baja Minimum Maksimum Minimum Maksimum Jika investor mampu mendapatkan bahan baku sebanyak 1 juta ton dari penambang di Kabupaten Tanah Laut, maka nilai investasi yang dibutuhkan yang dibutuhkan berkisar antara [juta USD]. C.6 Ketentuan Investasi di Provinsi, Hukum dan Peraturan Terkait Beberapa hukum dan peraturan yang terkait dengan investasi hilirisasi pengolahan bijih besi adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. 2. Peraturan Menteri Keuangan No. 75/PMK.011/ tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. 3. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 34 Tahun 2009 tentang Pengutamaan Pemasokan Kebutuhan Mineral dan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri. 4. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 07 Tahun tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melaui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral. 5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 11 Tahun tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 07 Tahun tentangpeningkatan Nilai Tambah Mineral Melaui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral. 6. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan No. 3 Tahun 2008 tentang Pengaturan Penggunaan Jalan Umum dan Jalan Khusus untuk Angkutan Hasil Tambang dan Hasil Perusahaan Perkebunan. Peluang Investasi Daerah 20

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

INVENTARISASI CEBAKAN BIJIH BESI PRIMER DI KABUPATEN TANAH BUMBU DAN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN

INVENTARISASI CEBAKAN BIJIH BESI PRIMER DI KABUPATEN TANAH BUMBU DAN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN INVENTARISASI CEBAKAN BIJIH BESI PRIMER DI KABUPATEN TANAH BUMBU DAN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN oleh: Asep Sofyan, dkk Kelompok Kerja Mineral Pusat Sumber Daya Geologi Latar Belakang Peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa, industri pertambangan juga

Lebih terperinci

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 21 TAHUN 2015

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 21 TAHUN 2015 B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa 3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA 1 GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal kentang, kubis, tomat, wortel, bawang merah dan cabe merah. Kondisi budidaya hortikultura di kawasan Tegal bagian Selatan walaupun telah mempunyai tujuan pemasaran yang jelas, tetapi masih dirasakan belum

Lebih terperinci

Disampaikan Pada: FGD Penyelarasan Road Map Industri & Pasar Baja Nasional Komunitas Teknik Industri Indonesia PII LPPI Kemang, 21 Januari 2015

Disampaikan Pada: FGD Penyelarasan Road Map Industri & Pasar Baja Nasional Komunitas Teknik Industri Indonesia PII LPPI Kemang, 21 Januari 2015 PERANAN DAN PROSPEK INDUSTRI BAJA NASIONAL Disampaikan Pada: FGD Penyelarasan Road Map Industri & Pasar Baja Nasional Komunitas Teknik Industri Indonesia PII LPPI Kemang, 21 Januari 2015 1 Peranan Industri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan telah berkembang hingga saat ini adalah batubara. Semakin menurunnya tren produksi minyak dan gas saat ini membuat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2004 NOMOR 1 SERI E NO. SERI 1 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT 4.1 Wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukota Liwa terbentuk pada tanggal 24 September 1991 berdasarkan Undang-undang Nomor 06 tahun 1991. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci