DAFTAR PUSTAKA. 1. Cabellero, Benjamin (2003), Encyclopedia of Food Sciences and Nutrition, Elsevier Sciences.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR PUSTAKA. 1. Cabellero, Benjamin (2003), Encyclopedia of Food Sciences and Nutrition, Elsevier Sciences."

Transkripsi

1 DAFTAR PUSTAKA 1. Cabellero, Benjamin (2003), Encyclopedia of Food Sciences and Nutrition, Elsevier Sciences. 2. O Brien, D. Richard (1998), Fats and Oils, Formulating and Processing for Application, 2 th edition, New York, p , Lewis, Jacob (2002), Chemical process for the production in a packed bed bioreactor, US Patent no Thengumpillil (2002), Process for the preparation of a monoglyceride, US Patent no. 6,500, Sonntag, Norman O.V. (1982), Glycerolysis of Fats and Methyl Esters Status, Review and Critique, JAOCS, vol.59, no Watanabe, T. (2004), Diacylglycerol production in a packed bed bioreactor, Elsevier Sciences. 7. Soerawidjaja, Tatang H. (2005), Minyak-Minyak Dan Produk-Produk Kimia Lain Dari Kelapa, Bandung, Departemen Teknik Kimia ITB. 8. Soerawidjaja, Tatang H. (2005), Modul 7, Bahan-bahan Mentah Alami untuk Industri Kimia: lemak dan minyak lemak, Bandung, Departemen Teknik Kimia ITB. 9. Kennedy, J.P.(1991), Structured Lipids: Fats of the Future, Food Technology 45 (11) p-76,78,80, Perry, Robert H dan Don W. Green (1997), Perry s Chemical Engineer s Handbook, 7 th edition, New York, McGraw-Hill. 11. Boekenoogen, H.A. (1964), Analysis and Characterizitation of Oils, Fats and Fat Products, Volume 1, Interscience : New York. 12. Fessenden, Ralph J.(1990), Organic Chemistry, 4 th edition, California, Brooks/Cole Publishing Company. 13. Hudson, Fatty Acids, 1993, Encyclopedia of food Science and Nutrition, Academic Press. 14. Bailey (1996), Industrial Fat and Oil Products, vol 5, New York, John Wiley & Sons. 15. Kwon, Seok Joon (1995), Production and in situ separation of mono- or diacylglycerol catalyzed by lipases in n-hexane, Elsevier Science Inc. 52

2 16. Lange, Willy et al. (1953), Diglyceride Preparation, US. Patent no. 2,626, Anai, Toyoaki; et al. (2004), Methode of producing diacylglycerol and gene for inactivating function of gene which encodes diacylglycerol acyltransferase, US. Patent no

3 Lampiran A Analisis Angka Penyabunan dan Kadar Ester Biodiesel Ester Alkil (FBI-A03-03) Definisi Dokumen Metode Analisis Standar ini menguraikan prosedur untuk menentukan angka penyabunan biodiesel ester alkil dengan proses titrimetri. Angka penyabunan adalah banyak miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu (1) gram contoh biodiesel. Melalui kombinasi dengan hasil-hasil analisis angka asam (FBI-A01-03) dan gliserol total (FBI-A02-03), angka penyabunan yang diperoleh dengan metode standar ini dapat dipergunakan untuk menentukan kadar ester didalam biodiesel ester alkil Lingkup Dapat diterapkan untuk biodiesel yang berupa ester alkil (metil, etil, isopropil, dsj.) dari asam-asam lemak serta berwarna pucat Peralatan 1. Labu-labu Erlenmeyer tahan alkali (basa) 250 atau 350 ml, masing-masing berleher sambungan asah N/S 24/ Kondensor berpendingin udara dengan panjang minimum 65 cm dan ujung bawahnya bersambungan asah N/S 24/40 hingga cocok dengan labu erlenmeyer. 3. Bak pemanas air atau pelat pemanas yang temperatur atau laju pemanasannya dapat dikendalikan 4. Labu distilasi 2 liter yang mulutnya berupa sambungan asah N/S 24/40 dan lengkap dengan kondensor berpendingin air, untuk merefluks dan mendistilasi etanol 95 %-v seperti ditunjukkan pada no. 2 dalam bagian Reagen-reagen di bawah ini. 54

4 Reagen-reagen 1. Asam khlorida 0.5 N yang sudah terstandarkan (normalitas eksaknya diketahui). 2. Larutan kalium hidroksida (lihat Catatan peringatan) di dalam etanol 95 %-v. Refluks campuran 1,2 liter etanol 95 %-v (lihat Catatan peringatan) dengan 10 gram KOH dan 6 gram pelet alumunium (atau alumunium foil) selama 1 jam dan kemudian langsung distilasikan; buang 50 ml distilat awal dan selanjutnya tampung 1 liter alkohol distilat berikutnya dalam wadah bersih bertutup gelas. Larutkan 40 gram KOH berkarbonat rendah ke dalam 1 liter alkohol distilat tersebut sambil didinginkan (sebaiknya dibawah 15 o C); biarkan selama 5 hari untuk mengendapkan pengotor-pengotor dan kemudian dekantasikan larutan jernihnya ke dalam botol gelas coklat bertutup karet. 3. Larutan indikator fenolftalein. 10 gram fenolftalein dilarutkan ke dalam 1 liter etanol 95 %-v. Prosedur analisis 1. Timbang 4-5 gram ± 0,005 gram contoh biodiesel ester alkil ke dalam sebuah labu Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 50 ml larutan KOH alkoholik dengan pipet yang dibiarkan terkosongkan secara alami. 2. Siapkan dan lakukan analisis blanko secara serempak dengan analisis contoh biodiesel. Langkah-langkah analisisnya persis sama dengan yang tertulis untuk di dalam prosedur analisis ini, tetapi tidak mengikutsertakan contoh biodiesel. 3. Sambungkan labu Erlenmeyer dengan kondensor berpendingin udara dan didihkan perlahan tetapi mantap, sampai contoh tersabunkan sempurna. Ini biasanya membutuhkan waktu 1 jam. Larutan yang diperoleh pada akhir penyabunan harus jernih dan homogen; jika tidak perpanjang waktu penyabunannya. 4. Setelah labu dan kondenser cukup dingin (tetapi belum terlalu dingin hingga membentuk jeli), bilas dinding dalam kondensor dengan sejumlah kecil akuades. Lepaskan kondensor dari labu, tambahkan 1 ml larutan indikator fenolftalein ke dalam labu, dan titrasi isi labu dengan HCl 0,5 N sampai warna 55

5 merah jambu persis sirna. Catat volume asam khlorida 0,5 N yang dihabiskan dalam titrasi. Perhitungan Angka penyabunan (A s ) Dengan : ( B C) N 56,1 = mg KOH/g biodiesel. W B = volume HCl 0,5 N yang dihabiskan pada titrasi blanko, ml. C = volume HCL 0,5 N yang dihabiskan pada titrasi contoh, ml. N = normalitas eksak larutan HCL 0,5 N. m = berat contoh biodiesel ester alkil, g. Nilai angka penyabunan yang dilaporkan harus dibulatkan sampai dua desimal (dua angka di belakang koma). Kadar ester biodiesel ester alkil selanjutnya dapat dihitung dengan rumus berikut : ( As Aa ) Kadar ester (%-b) = 100 A Dengan : A s = angka penyabunan yang diperoleh di atas, mg KOH/g biodiesel. Aa = angka asam (prosedur FBI-A01-03), mg KOH/g biodiesel. G ttl = kadar gliserin total dalam biodiesel (prosedur FBI-A02-03), %-b. s Catatan peringatan Kalium hidroksida (KOH), seperti alkali-alkali lainnya, dapat membakar parahkulit, mata dan saluran pernafasan. Kenakan sarung tangan karet tebal dan pelindung muka untuk menangkal bahaya larutan alkali pekat. Gunakan peralatan penyingkir asap atau topeng gas untuk melindungi saluran pernafasan dari uap atau debu alkali. Pada waktu bekerja dengan bahan-bahan sangat basa seperti kalium hidroksida, tambahkan selalu pelet-pelet basa ke air/akuades dan bukan sebaliknya. Alkali bereaksi sangant eksoterm jika dicampur dengan air; persiapkan sarana untuk mengurung larutan basa kuat jika bejana pencampur sewaktu-waktu pecah/retak atau bocor akibat besarnya kalor pelarutan yang 56

6 dilepaskan. Etanol (etil alkohol) adalah mudah terbakar. Lakukan pemanasan atau penguapan pelarut ini di dalam lemari asam. 57

7 Lampiran B Analisis Angka Asam Biodiesel Ester Alkil (FBI-A01-03) Definisi Dokumen Metode Analisis Standar ini menguraikan prosedur untuk menentukan angka asam biodiesel dengan proses titrimetri. Angka asam adalah banyak miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam bebas didalam satu (1) gram contoh biodiesel; sekalipun terutama terdiri dari asam asam lemak bebas, sisa sisa asam mineral, jika ada, juga akan tercakup di dalam angka asam yang ditentukan dengan prosedur ini. Lingkup Dapat diterapkan untuk biodiesel yang berupa ester alkil (metil, etil, isopropil, dsj.) dari asam-asam lemak serta berwarna pucat. Peralatan 1. Labu-labu Erlenmeyer 250 atau 350 ml. 2. Buret mikro, 10 ml, dengan skala 0,02 atau 0,05 ml. 3. Neraca analitik dengan ketelitian ukur ± 0,05 gram atau lebih baik. Larutan-larutan 1. Larutan 0,1 N kalium hidroksida didalam etanol 95 %-v (atau jika tak tersedia etanol 95 %-v, isopropanol kering / absolut). Refluks campuran 1,2 liter etanol 95 %-v (lihat Catatan peringatan) dengan 10 gram KOH dan 6 gram pelet alumunium (atau alumunium foil) selama 1 jam dan kemudian langsung distilasikan; buang 50 ml distilat awal dan selanjutnya tampung 1 liter alkohol distilat berikutnya dalam wadah bersih bertutup gelas. Larutkan 7 gram KOH mutu reagen atau pro analisis ke dalam 1 liter alkohol distilat tersebut; biarkan selama 5 hari untuk mengendapkan pengotor-pengotor dan kemudian dekantasikan laruta jernihnya ke dalam botol gelas coklat bertutup karet. 58

8 Normalitas larutan ini harus diperiksa/distandarkan setiap akan digunakan (lihat Catatan no.1) 2. Larutan indikator fenolftalein. 10 gram fenolftalein dilarutkan ke dalam 1 liter etanol 95 %-v. 3. Campuran pelarut yang terdiri atas 50 %-v dietil eter dan 50 %-v etanol 95 %- v, atau 50 %-v toluen 50 %-v etanol 95%-v atau 50 %-v toluen 50 %-v isopropanol (lihat Catatan peringatan). Campuran pelarut ini harus dinetralkan dengan larutan KOH (larutan no. 1) dan indikator fenolftalein (larutan no. 2, 0,3 ml per 100 ml campuran pelarut, sesaat sebelum digunakan. Prosedur analisis 1. Timbang ± 0,05 gram contoh biodiesel ester alkil ke dalam sebuah labu erlenmeyer 250 ml. 2. Tambahkan 100 ml campuran pelarut yang telah dinetralkan ke dalam labu Erlenmeyer tersebut. 3. Dalam keadaan teraduk kuat, titrasi larutan isi labu Erlenmeyer dengan larutan KOH dalam alkohol sampai kembali berwarna merah jambu dengan intensitas yang sama seperti pada campuran pelarut yang telah dinetralkan diatas. Warna merah jambu ini harus bertahan paling sedikitnya 15 detik. Catat volume titran yang dibutuhkan (V ml) Perhitungan 56,1. VN. Angka asam (A a ) = mg KOH / g biodiesel m Dengan : V = volume larutan KOH dalam alkohol yang dibutuhkan pada titrasi, ml. N = normalitas eksak larutan KOH dalam alkohol. m = berat contoh biodiesel ester alkil, g. Nilai angka asam yang dilaporkan harus dibulatkan sampai dua desimal (dua angka di belakang koma). 59

9 Catatan peringatan Etanol (etil alkohol) adalah mudah terbakar. Lakukan pemanasan atau penguapan pelarut ini didalam lemari asam. Kalium hidroksida (KOH), seperti alkali-alkali lainnya, dapat membakar parahkulit, mata dan saluran pernafasan. Kenakan sarung tangan karet tebal dan pelindung muka untuk menangkal bahaya larutan alkali pekat. Gunakan peralatan penyingkir asap atau topeng gas untuk melindungi saluran pernafasan dari uap atau debu alkali. Pada waktu bekerja dengan bahan-bahan sangat basa seperti kalium hidroksida, tambahkan selalu pelet-pelet basa ke air/akuades dan bukan sebaliknya. Alkali bereaksi sangant eksoterm jika dicampur dengan air; persiapkan sarana untuk mengurung larutan basa kuat jika bejana pencampur sewaktu-waktu pecah/retak atau bocor akibat besarnya kalor pelarutan yang dilepaskan. Dietil eter sangat mudah menguap dan terbakar serta dapat membentuk peroksida yang eksplosif. Tangani dengan hati-hati. Toluen sangat mudah terbakar dan merupakan sumber risiko kebakaran. Batas eksplosifnya dalam udara adalah 1,27 7 %-v. Zat ini juga toksik jika termakan, terhisap atau terabsorpsi oleh kulit. Angka ambang kehadirannya di udara tempat kerja adalah 100 ppm-v. Karena ini, penanganannya harus dilakuan didalam lemari asam. Isopropanol ( atau isopropil alkohol atau propanol-2) adalah zat mudah terbakar. Batas eksplosifnya di dalam udara adalah 2 12 %-v. Zat ini toksik jika termakan dan terhisap. Angka ambang kehadirannya di udara tempat kerja adalah 400 ppmv. 60

10 Catatan bernomor 1. Standarisasi (penentuan normalitas) larutan KOH dalam alkohol ( 0,1 N). Prosedur A : dengan kalium hidrogen ftalat. Timbang seksama kira-kira 100 mg kalium hidrogen ftalat kering (KHC 8 H 4 O 4 ) dan larutkan dalam sebuah gelas piala ke dalam 100 ml akuades. Tambahkan 0,5 ml larutan indikator fenolftalein. Isi buret dengan larutan KOH dalam alkohol yang akan distandarkan. Atur posisi gelas piala pada pelat pengaduk sehingga ujung buret cukup dekat dengan permukaan cairan, untuk menjamin semua percikan jatuh ke dalam cairan dalam gelas piala tersebut. Sambil terus diaduk, titrasi isi gelas piala dengan larutan KOH beralkohol sampai ke titik akhir berjangkitnya warna merah jambu. Catat volume larutan KOH dalam alkohol yang dibutuhkan (V KOH, ml) dan hitung normalitasnya (N) dengan formula = WKHF ( VKOH 204,21) dengan W KHF = berat kalium hidrogen ftalat yang ditimbang di atas, mg, dan 204,21 = berat molekul kalium hidrogen ftalat. Prosedur B : dengan HCL. Pipet persis larutan HCl 0,1 ± 0,0005 N ke dalam sebuah gelas piala yang berisi 100 ml akuades. Tambahkan 0,5 ml larutan indicator fenolftalein. Isi buret dengan larutan KOH dalam alcohol yang akan distandarkan. Atur posisi gelas piala pada pelat pengaduk sehingga ujung buret cukup dekat dengan permukaan cairan, untuk menjamin semua percikan jatuh ke dalam cairan dalam gelas piala tersebut. Sambil terus diaduk, titrasi isi gelas piala dengan larutan KOH beralkohol sampai ke titik akhir berjangkitnya warna merah jambu. Catat volume larutan KOH dalam alcohol yang dibutuhkan (V KOH, ml) dan hitung normalitasnya dengan formula N = V 5. NHCl dengan N HCl = normalitas eksak (sampai empat angka di belakang koma) larutan HCl. KOH 61

11 Lampiran C Analisis Kadar Gliserol Total, Bebas, dan Terikat (AOCS Official Method Ca 14-56) Definisi Dokumen Metode Analisis Standar ini menguraikan prosedur untuk menentukan kadar gliserol total, gliserol bebas dan gliserol terikat di dalam biodiesel ester alkil. Gliserol bebas ditentukan langsung pada contoh yang dianalisis, gliserol total setelah contohnya disaponifikasi, dan gliserol terikat dari selisih antara gliserol total dengan gliserol bebas. Lingkup Dapat diterapkan untuk minyak dan lemak Peralatan 1. Buret 50 ml, telah dikalibrasi dengan baik. 2. Pembesar meniskus yang memungkinkan pembacaan buret sampai skala 0,01 ml. 3. Labu takar 1 liter bertutup gelas. 4. Pipet pipet volumetrik 10, 25, 50, dan 100 ml yang sudah dikalibrasi dengan baikl. 5. Gelas gelas piala 400 ml, masing masing dengan kaca arloji/masir untuk penutupnya. 6. Motor listrik berputaran variabel untuk pengadukan, dengan batang pengaduk gelas. 7. Gelas gelas ukur 100 dan 1000 ml. 8. Labu labu Erlenmeyer 250 ml dan 300 ml, serta kondensor berpendingin udara dengan panjang 65 cm. Labu labu dan kondensor harus memiliki sambungan asah N/S 24/40 62

12 Reagen reagen 1. Asam periodat ( HIO 4.2H 2 O ) mutu reagen atau p.a. ( lihat Catatan peringatan). 2. Natrium tiosulfat ( Na 2 S 2 O 3.5H 2 O ) mutu regen. 3. Kalium iodida ( KI ) mutu reagen. 4. Asam asetat glasial mutu reagen, 99,5%-berat ( lihat catatan peringatan ) 5. Larutan pati dibuat seperti diuraikan dalam bagian Larutan larutan dan diuji kepekaannya sebagai berikut : masukkan 5 ml larutan pati ke dalam 100 ml akuades dan tambahkan 0,05 ml larutan 0,1 N KI yang masih segar (yang baru dibuat) serta satu tetes larutan khlor ( dibuat dengan mengencerkan 1 ml larutan natrium hipoklorit [NaOCl] 5 %-b yang tersedia di perdagangan menjadi 1000 ml). Larutan harus menjadi berwarna biru pekat dan bisa dilunturkan dengan penambahan 0,05 ml larutan natrium tiosulfat 0,1 N. 6. Khloroform ( CHCl 3 ) mutu reagen ( lihat catatan pengeringan ). Uji blanko dengan asam periodat dengan dan tanpa khloroform harus tidak berbeda lebih dari 0,5 ml; jika tidak, khloroform harus diganti dengan pasokan baru. 7. Kalium dikromat mutu reagen. Sebelum digunakan harus digerus halus dan dikeringkan pada o C sampai berberat konstan. 8. Asam khlorida (HCl) mutu reagen, pekat, berat jenis 1,19 ( lihat Catatan peringatan ). 9. Kalium hidroksida (KOH) pelet pelet bermutu reagen (lihat Catatan peringatan). 10. Etanol (etil alkohol) 95 %-v mutu reagen ( lihat Catatan peringatan ). Larutan larutan. 1. Larutan asam periodat. Larutkan 5,4 gram asam periodat ke dalam 100 ml akuades dan kemudian tambahkan 1900 ml asam asetat glasial. Campurkan baik baik. Simpan larutan di dalam botol bertutup gelas yang berwarna gelap atau, jika botol berwarna terang, taruh ditempat gelap. Perhatian Hanya botol bertutup gelas yang boleh dipakai. Tutup gabus atau karet sama sekali tak boleh dipergunakan. 63

13 2. Larutan natrium tiosulfat 0,1 N. Dibuat dengan melarutkan 24,8 gram Na 2 S 2 O 3.5H 2 O ke dalam akuades dan kemudian diencerkan sampai 1 liter. Larutan ini harus distandarkan sebagai berikut: Pipet 25 ml larutan kalium dikhromat standar ( lihat no. 5 di bawah ) ke dalam gelas piala 400 ml. Tambahkan 5 ml HCl pekat, 10 ml larutan KI ( lihat no. 3 di bawah ) dan aduk baik baik dengan batang pengaduk atau pengaduk magnetik. Kemudian, biarkan tak teraduk selama 5 menit dan selanjutnya tambahkan 100 ml akuades. Titrasi dengan natrium tiosulfat sambil terus diaduk, sampai warna kuning hampir hilang. Tambahkan 1 2 ml larutan pati dan teruskan titrasi perlahan lahan sampai warna biru persis sirna. Maka: Normalitas lar. Na 2 S 2 O 3 = 2,5 ml.lar. Na2S2O3 yang dihabiskan pada titrasi 3. Larutan kalium iodida ( KI ) dibuat dengan melarutkan 150 gram KI ke dalam akuades, disusul dengan pengenceran hingga bervolume 1 liter. Larutan ini tidak boleh kena cahaya. 4. Larutan indikator pati dibuat dengan membuat pasta homogen 10 gram pati larut (lihat Catatan no.1) di dalam akuades dingin. Tambahkan pasta ini ke 1 liter akuades yang sedang mendidih kuat, aduk cepat cepat selama beberapa detik dan kemudian dinginkan. Asam salisilat ( 1,25 g/l ) boleh dibubuhkan untuk mengawetkan patinya. Jika sedang tidak digunakan, larutan ini harus disimpan di dalam ruang bertemperatur 4 10 o C. Larutan indikator yang baru harus dibuat jika titik akhir titrasi tidak lagi tajam, atau jika larutan indikator pati gagal dalam uji kepekaan yang telah diuraikan pada no.5 dalam bagian Reagen reagen. 5. Larutan standar 0,1 N kalium dikhromat dibuat dengan melarutkan 4,9035 gram kalium dikhromat kering dan tergerus halus ke dalam akuades di dalam labu takar 1 liter dan kemudian mengencerkannya samapai garis batas takar pada 25 o C. 6. Larutan KOH alkoholik dibuat dengan melarutkan 40 gram KOH dalam 1 liter etanol 95%-v. Jika ternyata agak keruh, saring larutan sebelum digunakan. 64

14 Prosedur analisis kadar gliserol total. 1. Timbang contoh minyak dengan ketelitian ±0,1 mg ke dalam sebuah labu Erlenmeyer. Berat sampel sesuai dengan petunjuk pada Tabel A Tambahkan sejumlah KOH alkoholik sesuai petunjuk pada Tabel A.1, sambungkan labu dengan kondensor berpendingin udara dan didihkan isi labu perlahan selama 30 menit untuk mensaponifikasi ester ester. 3. Tambahkan sejumlah khloroform ( lihat Catatan peringatan ) sesuai petunjuk pada Tabel A.1 dengan ketelitian ± 0,2 ml dari sebuah buret ke dalam labu takar 1 liter. Kemudian tambahkan 25 ml asam asetat glasial ( lihat catatan no. 2 ) dengan menggunakan gelas ukur. 4. Singkirkan labu saponifikasi dari pelat pemanas atau bak kukus, bilas dinding dalam kondensor dengan sedikit akuades. Lepaskan kondensor dan pindahkan isi labu saponifikasi secara kuantitatif ke dalam labu takar pada no. 3 dengan menggunakan 500 ml akuades sebagai pembilas. 5. Tutup rapat labu takar dan kocok isinya kuat kuat selama detik. 6. Tambahkan akuades sampai ke garis batas takar, tutup lagi labu rapat rapat dan campurkan baik baik isinya dengan membolak balikkan dan sesudah dipandang tercampur intim, biarkan tenang sampai lapisan khloroform dan lapisan akuatik memisah sempurna. 7. Pipet masing masing 50 ml larutan asam periodat ke dalam 2 atau 3 gelas piala ml dan siapkan dua blanko dengan mengisi masing masing 50 ml akuades ( sebagai pengganti larutan asam periodat ). 8. Pipet 50 ml lapisan akuatik yang diperoleh dalam langkah no. 6 ke dalam gelas piala berisi larutan asam periodat dan kemudian kocok gelas piala ini perlahan supaya isinya tercampur baik. Sesudahnya, tutup gelas piala dengan kaca arloji/masir dan biarkan selama 30 menit ( lihat catatan no. 2 ). Jika lapisan akuatik termaksud mengandung bahan tersuspensi, saring dahulu sebelum pemipetan dilakukan. 9. Tambahkan 20 ml larutan KI, campurkan dengan pengocokan perlahan dan kemudian biarkan selama sekitar 1 menit ( tetapi tak boleh lebih dari 5 menit ) sebelum dititrasi. Jangan tempatkan gelas piala yang isinya akan dititrasi ini di bawah cahaya terang atau terpaan langsung sinar matahari. 65

15 10. Titrasi isi gelas piala dengan larutan tiosulfat yang sudah distandarkan ( diketahui normalitasnya ). Teruskan titrasi sampai warna coklat iodium hampir hilang. Setelah ini tercapai, tambahakan 2 ml larutan indikator pati dan teruskan titrasi sampai warna biru kompleks iodium pati persis sirna. 11. Baca buret titran sampai ke ketelitian 0,01 ml dengan bantuan pembesar meniskus. 12. Lakukan analisis blanko dengan menerapkan langkah 9 s/d 11 pada dua gelas piala berisi larutan blanko ( yaitu akuades ) tersebut pada no Jika perbandingan jumlah titran sampel dan jumlah titran blangko lebih kecil dari 0,8 maka : a. Ulangi pengujian dengan jumlah sampel larutan akuatik yang lebih kecil (50, 25, 10 dan 5 ml) pada prosedur Gliserol Total, langkah 8, sampai perbandingan jumlah titran lebih besar dari 0,8, atau b. Jika jumlah sampel akuatik yang lebih kecilpun tidak dapat memenuhi syarat perbandingan jumlah titran, ulangi prosedur dari awal dengan jumlah sampel 2 gram. 14. Jika selisih jumlah titran blangko dengan jumlah titran sampel kurang dari 4 ml maka : a. Ulangi pengujian dengan jumlah sampel larutan akuatik sebesar 100 ml pada prosedur Gliserol Total, langkah 8, sampai perbandingan jumlah titran lebih besar dari 0,8. Jika jumlah sampel akuatik yang lebih kecilpun tidak dapat memenuhi syarat selisih jumlah titran, ulangi prosedur dari awal dengan jumlah sampel dua kali lebih besar, atau b. Jika penggandaan jumlah sampel lebih besar dari 10 gram, gunakan jumlah sampel sebesar 10 gram. 66

16 Tabel A.1 Berat sampel untuk tiap perkiraan kadar gliserol total Kadar Gliserol Total (%) Berat sampel (gr) Akurasi penimbangan (± g) Jumlah KOH alkoholik (ml) Jumlah Kloroform (ml) , ± 0, , ± 0, , ± 0,2 Prosedur analisis kadar gliserol bebas. a. Timbang 10 ± 0,01 gram contoh biodiesel ester alkil dalam sebuah botol timbang. b. Bilas contoh ini ke dalam labu takar 1 liter dengan menggunakan 90 ± 0,2 ml khloroform ( lihat Catatan peringatan ) yang diukur dengan buret. c. Tambahkan kira kira 500 ml akuades, tutup rapat labu dan kemudian kocok kuat kuat selama detik. d. Tambahkan akuades sampai ke garis batas takar, tutup lagi labu rapat rapat dan campurkan baik baik isinya dengan membolak balikkan dan sesudah dipandang tercampur intim, biarkan tenang sampai lapisan khloroform dan lapisan akuatik memisah sempurna. e. Pipet masing masing 50 ml larutan asam periodat ke dalam 2 atau 3 gelas piala ml dan siapkan dua blanko dengan mengisi masing masing 100 ml akuades ( sebagai pengganti larutan asam periodat ) f. Pipet 100 ml lapisan akuatik yang diperoleh dalam langkah no. (d) ke dalam gelas piala berisi larutan asam periodat dan kemudian kocok gelas piala ini perlahan supaya isinya tercampur baik. Sesudahnya, tutup gelas piala dengan kaca arloji/masir dan biarkan selama 30 menit ( lihat Catatan no. 2 ). Jika lapisan akuatik termaksud mengandung bahan tersuspensi, saring dahulu sebelum pemipetan dilakukan. g. Tambahkan 20 ml larutan KI, campurkan dengan pengocokan perlahan dan kemudian biarkan selama sekitar 1 menit ( tetapi tak boleh lebih dari 5 menit ) sebelum dititrasi. Jangan tempatkan gelas piala yang isinya akan dititrasi ini di bawah cahaya terang atau terpaan langsung sinar matahari. 67

17 h. Titrasi isi gelas piala dengan larutan tiosulfat yang sudah distandarkan ( diketahui normalitasnya ). Teruskan titrasi sampai warna coklat iodium hampir hilang. Setelah ini tercapai, tambahkan 2 ml larutan indikator pati dan teruskan titrasi sampai warna biru kompleks iodium pati persis sirna. i. Baca buret titran sampai ke ketelitian 0,01 ml dengan bantuan pembesar meniskus. j. Lakukan analisis blanko dengan menerapkan langkah (g) s/d (i) pada dua gelas piala berisi larutan blanko ( yaitu akuades ) tersebut pada no. (e). k. Jika perbandingan jumlah titran sampel dan jumlah titran blangko lebih kecil dari 0,8, ulangi pengujian dengan jumlah sampel yang lebih kecil. Perhitungan 1. hitung kadar gliserol total ( G ttl, %-b ) dengan rumus: G ttl ( %-b ) = ( B S) N 2, 302 W dengan: S = volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi sampel, ml B = volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi blanko,ml N = normalitas eksak larutan natrium tiosulfat W = berat eksak sampel, yakni : W = berat contoh * ml 900 sampel * * * Prosedur Gliserol Total no.1 ** Prosedur Gliserol Total no.8 2. Kadar gliserol bebas (G bbs, %-b ) dihitung dengan rumus serupa dengan di atas, tetapi menggunakan nilai nilai yang diperoleh pada pelaksanaan prosedur analisis kadar gliserol bebas. 3. Kadar gliserol terikat ( G ikt, %-b ) adalah selisih antara kadar gliserol total dengan kadar gliserol bebas: G ikt = G ttl - G bbs 68

18 Catatan Peringatan Asam periodat adalah oksidator dan berbahaya jika berkontak dengan bahan bahan organik. Zat ini menimbulkan iritasi kuat dan terdekomposisi pada 130 o C. Jangan gunakan tutup gabus atau karet pada botol botol penyimpannya. Kloroform diketahui bersifat karsinogen. Zat ini toksik jika terhisap dan memiliki daya bius. Cegah jangan sampai khloroform berkontak dengan kulit. Manusia yang sengaja atau tak sengaja menghisap atau meneguknya secara berkepanjangan dapat mengalami kerusakan lever dan ginjal yang fatal. Zat ini tidak mudah menyala, tetapi akan terbakar juga bila terus terusan terkena nyala api atau berada pada temperatur tinggi, serta menghasilkan fosgen ( bahan kimia berbahaya ) jika terpanaskan sampai temperatur dekomposisinya. Khloroform dapat bereaksi eksplosif dengan aluminium, kalium, litium, magnesium, natrium, disilan, N 2 O 4 dan campuran natrium hidroksida dengan metanol. Angka ambang kehadirannya di udara tempat kerja adalah 10 ppm-v. Karena ini, penanganannya harus dilakukan di dalam lemari asam. Asam khlorida ( HCl ) pekat adalah asam kuat dan akan menyebabkan kulit terbakar. Uapnya menyebabkan peracunan jika terhirup dan terhisap serta menimbulkan iritasi kuat pada mata dan kulit. Jas dan sarung tangan pelindung harus dipakai ketika bekerja dengan asam ini. Penanganannya disarankan dilakukan di dalam lemari asam yang beroperasi dengan benar. Pada pengenceran, asam harus selalu yang ditambahkan ke air/akudes dan bukan sebaliknya. Asam asetat murni ( glasial ) adalah zat yang cukup toksik jika terhisap atau terminum. Zat ini menimbulkan iritasi kuat pada kulit dan jaringan tubuh. Angka ambang kehadirannya di udara tempat kerja adalah 10 ppm-v. Kalium hidroksida ( KOH ), seperti alkali alkali lainya, dapat membakar parah kulit, mata dan saluran pernafasan. Kenakan sarung tangan karet tebal dan pelindung muka untuk menangkal bahaya larutan alkali pekat. Gunakan peralatan penyingkir asap atau topeng gas untuk melindungi saluran pernafasan dari uap 69

19 atau debu alkali. Pada waktu bekerja dengan bahan bahan sangat basa seperti kalium hidroksida, tambahkan selalu pelet pelet basa ke air/akuades dan bukan sebaliknya. Alkali bereaksi sangat eksoterm jika dicampur dengan air, persiapkan sarana untuk mengurung larutan basa kuat jika bejana pencampur sewaktu waktu pecah/retak atau bocor akibat besarnya kalor pelarutan yang dilepaskan. Etanol ( etil alkohol ) adalah mudah terbakar. Lakukan pemanasan atau penguapan pelarutan ini di dalam lemari asam. Catatan bernomor 1. Yang disarankan untuk digunakan adalah pati kentang untuk iodometri, karena pati ini menimbulkan warna biru pekat jika berada bersama ion iodonium. Pati larut saja tidak disarankan karena bisa tak membangkitkan warna biru pekat yang konsisten ketika berkontak dengan ion iodonium. Reagen reagen berikut diketahui cocok : Soluable starch for iodometry,j.t. Baker Pada temperatur kamar, tenggang waktu antara penyiapan contoh contoh dan pentitrasiannya tak boleh lebih dari 1,5 jam. Jangan tempatkan di bawah cahaya terang atau terpaan sinar matahari langsung. 70

20 Lampiran D Analisis untuk Kadar α-monogliserida di Dalam Minyak dan Lemak (AOCS Official Method Cd 11-57) Definisi Dokumen Metode Analisis Standar ini menguraikan prosedur untuk menentukan kandungan α-monogliserida melalui reaksi oksidasi asam periodat dengan gugus hidroksil yang berdekatan. β-monogliserida tidak teroksidasi oleh asam periodat karena gugus hidroksilnya tidak berdekatan. Lingkup Dapat diterapkan untuk minyak atau lemak, monogliserida dan campurannya. Metode analisa ini tidak dapat digunakan jika selain monogliserida, contoh yang dianalisa juga mengandung senyawa polihidrat yang larut di dalam kloroform yang memiliki dua atau lebih gugus hidroksil berdekatan. Peralatan 1. Buret, 50 dan 100 ml telah dikalibrasi dengan baik. 2. Pembesar meniskus, yang memungkinkan pembacaan buret sampai skala 0.01 ml. 3. Labu takar 1 Liter. 4. Labu takar 100 ml bertutup gelas. 5. Pipet-pipet volumetrik 10, 25, dan 50 ml yang sudah dikalibrasi dengan baik. 6. Gelas-gelas piala 400 ml masing-masing dengan kaca arloji/matsir untuk penutupnya. 7. Stirrer, variable speed electric stirrer dengan pengaduk kaca atau pengaduk magnet berlapis. 8. Gelas-gelas ukur 100 dan 1000 ml. 9. Labu-labu erlenmeyer 500 ml bertutup gelas. 71

21 Reagen reagen 1. Asam periodat ( HIO 4.2H 2 O ) mutu reagen atau p.a. ( lihat Catatan peringatan). 2. Natrium tiosulfat ( Na 2 S 2 O 3.5H 2 O ) mutu regen. 3. Kalium iodida ( KI ) mutu reagen. 4. Asam asetat glasial mutu reagen, 99,5%-berat ( lihat catatan peringatan ) 5. Larutan pati dibuat seperti diuraikan dalam bagian Larutan larutan dan diuji kepekaannya sebagai berikut : masukkan 5 ml larutan pati ke dalam 100 ml akuades dan tambahkan 0,05 ml larutan 0,1 N KI yang masih segar (yang baru dibuat) serta satu tetes larutan khlor ( dibuat dengan mengencerkan 1 ml larutan natrium hipoklorit [NaOCl] 5 %-b yang tersedia di perdagangan menjadi 1000 ml). Larutan harus menjadi berwarna biru pekat dan bisa dilunturkan dengan penambahan 0,05 ml larutan natrium tiosulfat 0,1 N. 6. Khloroform ( CHCl 3 ) mutu reagen ( lihat catatan pengeringan ). Uji blanko dengan asam periodat dengan dan tanpa khloroform harus tidak berbeda lebih dari 0,5 ml; jika tidak, khloroform harus diganti dengan pasokan baru. 7. Kalium dikromat mutu reagen. Sebelum digunakan harus digerus halus dan dikeringkan pada o C sampai berberat konstan. 8. Asam khlorida (HCl) mutu reagen, pekat, berat jenis 1,19 ( lihat Catatan peringatan ). Larutan larutan. 1. Larutan asam periodat. Larutkan 5,4 gram asam periodat ke dalam 100 ml akuades dan kemudian tambahkan 1900 ml asam asetat glasial. Campurkan baik baik. Simpan larutan di dalam botol bertutup gelas yang berwarna gelap atau, jika botol berwarna terang, taruh ditempat gelap. Perhatian Hanya botol bertutup gelas yang boleh dipakai. Tutup gabus atau karet sama sekali tak boleh dipergunakan. 2. Larutan natrium tiosulfat 0,1 N. Dibuat dengan melarutkan 24,8 gram Na 2 S 2 O 3.5H 2 O ke dalam akuades dan kemudian diencerkan sampai 1 liter. Larutan ini harus distandarkan sebagai berikut: Pipet 25 ml larutan kalium dikhromat standar ( lihat no. 5 di bawah ) ke dalam gelas piala 400 ml. 72

22 Tambahkan 5 ml HCl pekat, 10 ml larutan KI ( lihat no. 3 di bawah ) dan aduk baik baik dengan batang pengaduk atau pengaduk magnetik. Kemudian, biarkan tak teraduk selama 5 menit dan selanjutnya tambahkan 100 ml akuades. Titrasi dengan natrium tiosulfat sambil terus diaduk, sampai warna kuning hampir hilang. Tambahkan 1 2 ml larutan pati dan teruskan titrasi perlahan lahan sampai warna biru persis sirna. Maka: Normalitas lar. Na 2 S 2 O 3 = 2,5 ml.lar. Na2S2O3 yang dihabiskan pada titrasi 3. Larutan kalium iodida ( KI ) dibuat dengan melarutkan 150 gram KI ke dalam akuades, disusul dengan pengenceran hingga bervolume 1 liter. Larutan ini tidak boleh kena cahaya. 4. Larutan indikator pati dibuat dengan membuat pasta homogen 10 gram pati larut (lihat Catatan no.1) di dalam akuades dingin. Tambahkan pasta ini ke 1 liter akuades yang sedang mendidih kuat, aduk cepat cepat selama beberapa detik dan kemudian dinginkan. Asam salisilat ( 1,25 g/l ) boleh dibubuhkan untuk mengawetkan patinya. Jika sedang tidak digunakan, larutan ini harus disimpan di dalam ruang bertemperatur 4 10 o C. Larutan indikator yang baru harus dibuat jika titik akhir titrasi tidak lagi tajam, atau jika larutan indikator pati gagal dalam uji kepekaan yang telah diuraikan pada no.5 dalam bagian Reagen reagen. 5. Larutan standar 0,1 N kalium dikhromat dibuat dengan melarutkan 4,9035 gram kalium dikhromat kering dan tergerus halus ke dalam akuades di dalam labu takar 1 liter dan kemudian mengencerkannya samapai garis batas takar pada 25 o C. 6. Larutan asam asetat dibuat dengan mencampurkan 5 ml asam asetat glasial dengan 95 ml akuades. 73

23 Tabel A.2 Berat sampel monogliserida Kadar Monogliserida (%) Berat sampel (gr) Akurasi penimbangan (± g) 100 0,3 0, ,4 0, ,6 0, ,7 0, , ,5 0, ,5 0, , , ,01 Prosedur analisis kadar α-monogliserida. 1. Timbang sampel minyak/lemak dalam sebuah botol sesuai dengan Tabel A Bilas sampel ini dengan hati-hati ke dalam labu takar 100 ml bertutup gelas dengan menggunakan sedikit khloroform ( lihat Catatan peringatan ). 3. Tambahkan khloroform hingga volumenya tepat 100 ml lalu kocok. 4. Pindahkan ke dalam labu erlenmeyer 500 ml bertutup gelas. 5. Tambahkan 100 ml akuades secara bertahap. Jika terbentuk emulsi yang menyebabkan pemisahan yang kurang baik dalam langkah selanjutnya, gunakan 100 ml larutan asan asetat 5 % (Larutan 6) untuk menggantikan 100 ml akuades. 6. Tutup rapat labu takar dan kocok isinya kuat-kuat selama 1 menit.jika sudah dipandang tercampur intim, biarkan tenang sampai lapisan khloroform dan lapisan akuatik memisah sempurna dan lapisan khloroform jernihdan hanya sedikit berkabut. Ini biasanya memakan waktu 1-3 jam. 7. Pipet masing-masing 50 ml asam periodat kedalam 3 gelas piala 400 ml. Siapkan 2 blangko. Tambahkan 50 ml khloroform ke dalam salah satu 74

24 blangko dan 50 ml akuades ke dalam salah satu blangko. Titrasi blangko akuades dan khloroform bertujuan untuk menguji khloroform (lihat reagen 6). 8. Pipet 50 ml dari lapisan khloroform yang diperoleh dari langkah 7 ke dalam gelas piala berisi larutan asam periodat dan kemudian kocok gelas piala ini perlahan supaya isinya tercampur dengan baik. Sesudahnya tutup gelas piala dengan kaca arloji/matsir dan biarkan selama 30 menit. Catatan: Jika temperatur kamar melebihi 35 o C, reagen dan lapisan khloroform harus didinginkan hingga temperaturnya dibawah 35 o C sebelum dipipet. 9. Tambahkan 20 ml larutan KI, campurkan dengan pengocokan perlahan dan kemudian biarkan selama sekitar 1 menit (tetapi tidak boleh lebih dari 5 menit) sebelum dititrasi. Jangan tempatkan gelas piala yang isinya akan dititrasi ini dibawah cahaya terang atau terpaan langsung sinar matahari. 10. Tambahkan 100 ml akuades dan titrasi isi gelas piala dengan larutan natrium tiosulfat yang sudah distandarkan (diketahui normalitasnya). Gunakan pengaduk magnetik agar larutan tetap tercampur sempurna. Teruska titrasi sampai warna coklat iodium hampir hilang. Setelah ini tercapai, tambahkan 2 ml larutan indikator pati dan teruskan titrasi sampai warna biru kompleks iodium-pati persis sirna. Faktor pengadukan amat mempengaruhi penghilangan warna iodium dari lapisan khloroform. 11. Baca buret titran sampai ke ketelitian 0.01 ml dengan bantuan pembesar meniskus. 12. Lakukan analisis blangko dengan menerapkan langkah 9 s/d 11 pada 2 gelas piala berisi blangko akuades dan blangko khloroform. 13. Jika titrasi sampel (langkah 11) kurang dari 0.8 dari jumlah natrium tiosulfat untuk titrasi blangko khloroform (langkah 12): (a) Ulangi analisa dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih kecil (25, 10, atau 5 ml dalam langkah 8) hingga titrasi sampel lebih dari 0.8 kali titrasi blangko khloroform, atau (b) Jika dibutuhkan sampel yang kurang dari 10 ml agar titrasi sesuai dengan batasan yang disebutkan di langkah 13 (a), ulangi analisa mulai dari awal (langkah 1) menggunakan jumlah sampel yang lebih sedikit. 75

25 Catatan Titrasi sampel harus lebih dari 0.8 dari titrasi blangko untuk memastikan bahwa asam periodat yang digunakan sudah berlebih. 14. Jika titrasi blangko (langkah 12) dikurangi titrasi sampel berjumlah kurang dari 4 ml : (a) Ulangi analisa dengan tingkat ketelitian yang lebih baik dengan cara menggunakan sampel dua kali lebih banyak dari sebelumnya (langkah 1), atau (b) Jika menggandakan jumlah sampel di langkah 1 sudah melebihi 10 gr, maka hanya gunakan 10 gr. Perhitungan 1. Perhitungan berikut mengasumsikan bahwa monogliseridanya adalah monostearin Monogliserida ( %-b ) = ( B S) N W dengan: B = volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi blangko khloroform,ml S = volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi sampel,ml N = normalitas eksak larutan natrium tiosulfat. W = berat eksak sampel yang ditimbang untuk analisis,g = Berat molekul monostearin dibagi dengan Kadar monogliserida dapat dihitung dengan basis monoester selain dari monostearin dengan cara membagi berat molekul dari monogliserida dengan 20 dan mengganti angka dalam formula diatas dengan hasil tersebut. Catatan Peringatan Asam periodat adalah oksidator dan berbahaya jika berkontak dengan bahan bahan organik. Zat ini menimbulkan iritasi kuat dan terdekomposisi pada 130 o C. Jangan gunakan tutup gabus atau karet pada botol botol penyimpannya. 76

26 Kloroform diketahui bersifat karsinogen. Zat ini toksik jika terhisap dan memiliki daya bius. Cegah jangan sampai khloroform berkontak dengan kulit. Manusia yang sengaja atau tak sengaja menghisap atau meneguknya secara berkepanjangan dapat mengalami kerusakan lever dan ginjal yang fatal. Zat ini tidak mudah menyala, tetapi akan terbakar juga bila terus terusan terkena nyala api atau berada pada temperatur tinggi, serta menghasilkan fosgen ( bahan kimia berbahaya ) jika terpanaskan sampai temperatur dekomposisinya. Khloroform dapat bereaksi eksplosif dengan aluminium, kalium, litium, magnesium, natrium, disilan, N 2 O 4 dan campuran natrium hidroksida dengan metanol. Angka ambang kehadirannya di udara tempat kerja adalah 10 ppm-v. Karena ini, penanganannya harus dilakukan di dalam lemari asam. Asam khlorida ( HCl ) pekat adalah asam kuat dan akan menyebabkan kulit terbakar. Uapnya menyebabkan peracunan jika terhirup dan terhisap serta menimbulkan iritasi kuat pada mata dan kulit. Jas dan sarung tangan pelindung harus dipakai ketika bekerja dengan asam ini. Penanganannya disarankan dilakukan di dalam lemari asam yang beroperasi dengan benar. Pada pengenceran, asam harus selalu yang ditambahkan ke air/akudes dan bukan sebaliknya. Asam asetat murni ( glasial ) adalah zat yang cukup toksik jika terhisap atau terminum. Zat ini menimbulkan iritasi kuat pada kulit dan jaringan tubuh. Angka ambang kehadirannya di udara tempat kerja adalah 10 ppm-v. Catatan bernomor 1. Yang disarankan untuk digunakan adalah pati kentang untuk iodometri, karena pati ini menimbulkan warna biru pekat jika berada bersama ion iodonium. Pati larut saja tidak disarankan karena bisa tak membangkitkan warna biru pekat yang konsisten ketika berkontak dengan ion iodonium. Reagen reagen berikut diketahui cocok : Soluable starch for iodometry,j.t. Baker

27 2. Pada temperatur kamar, tenggang waktu antara penyiapan contoh contoh dan pentitrasiannya tak boleh lebih dari 1,5 jam. Jangan tempatkan di bawah cahaya terang atau terpaan sinar matahari langsung. 78

28 Lampiran E Determinasi Angka Hidroksil dalam Lemak dan Minyak Lemak Menggunakan Katalis Asam (Leopold Hartman and Regina C.A. Lago, 1986) Definisi Metode Analisis ini menguraikan prosedur untuk menentukan angka hidroksil pada lemak dan minyak lemak yang menunjukkan banyaknya gugus hidroksil pada sampel. Lingkup Dapat diterapkan untuk minyak dan lemak. Peralatan 1. Erlenmeyer 200 ml. 2. Labu takar 25 ml. 3. Gelas kimia. 4. Pipet volumetrik 10 ml. 5. Buret volumetrik 50 ml. 6. Neraca analitis. Reagen 1. Reagen asetilasi. Asam toluen-p-sulfonat, asetat anhidrat dan toluen dicampur dengan perbandingan 1 gram : 5 ml : 15 ml, atau kelipatannya. Reagen ini akan tahan selama 2 minggu jika disimpan dalam botol tertutup di kulkas. 2. Fenolftalein. 1% etanol. Larutan 1. Larutan NaOH. Bebas karbonat, ca. 1,3 M, mengandung 10% m/v Natrium sulfat. 2. HCl 0,5 M (standarisasi). 79

29 3. Toluen (mutu laboratorium). 4. tert-butanol. Prosedur analisis untuk blanko 1. Lima (5) ml reagen asetilasi dimasukkan ke dalam erlenmeyer 200 ml dengan bantuan pipet volumetrik. 2. NaOH (1,3 M, 25 ml) yang mengadung natrium sulfat dipipet dan dimasukkan ke dalam erlemeyer dan diaduk. 3. Sepuluh (10) ml tert-butanol ditambahkan ke dalam erlenmeyer menggunakan silinder ukuran. 4. Biarkan 1 menit. 5. * Lima (5) ml larutan sampel dalam toluen ditambahkan dan diaduk. 6. Titrasi dengan 0,5 M HCl dengan indikator fenolftalein sebanyak 0,5 ml. * Untuk sampel dengan HV di bawah 20, dapat digunakan 10 ml aliquot, bukan 5 ml. 80

30 Prosedur analisis untuk sampel terlarut dalam toluen 1. Timbang sampel, gunakan Tabel A.3. Tabel A.3 Berat sampel untuk analisis angka hidroksil Perkiraan Berat sampel dilarutkan Volume Volume HV dalam 25 ml toluen (gr) aliquot (ml) reagen (ml) , , , Sampel dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml dan tambahkan toluen sampai batas. 3. * Lima (5) ml aliquot diambil dari labu takar (2) dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 200 ml. 4. Tambahkan 5 ml reagen asetilasi dengan bantuan pipet volumetrik. Campuran di aduk dan dibiarkan 10 menit. 5. NaOH (1,3 M, 25 ml) yang mengadung natrium sulfat dipipet dan dimasukkan ke dalam erlemeyer dan diaduk. 6. Sepuluh (10) ml tert-butanol ditambahkan ke dalam erlenmeyer menggunakan silinder ukuran. 7. Biarkan 1 menit. 8. Kelebihan alkali dititrasi dengan 0,5 M HCl dengan indikator fenolftalein sebanyak 0,5 ml. * Untuk sampel dengan HV di bawah 20, dapat digunakan 10 ml aliquot, bukan 5 ml. Prosedur analisis untuk sampel tak terlarut dalam toluen 1. Timbang sampel, gunakan Tabel A Sampel dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml dan tambahkan 10 ml asam asetat glasial. Jika perlu dibantu dengan pemanasan. 81

31 3. Tambahkan toluen sampai batas. 4. * Lima (5) ml aliquot diambil dari labu takar (2) dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 200 ml. 5. Tambahkan 5 ml reagen asetilasi dengan bantuan pipet volumetrik. Campuran di aduk dan dibiarkan 10 menit. 6. NaOH (1,3 M, 50 ml) yang mengadung natrium sulfat dipipet dan dimasukkan ke dalam erlemeyer dan diaduk. 7. Duapuluh (20) ml tert-butanol ditambahkan ke dalam erlenmeyer menggunakan silinder ukuran. 8. Biarkan 1 menit. 9. Kelebihan alkali dititrasi dengan 0,5 M HCl dengan indikator fenolftalein sebanyak 0,5 ml. * Untuk sampel dengan HV di bawah 20, dapat digunakan 10 ml aliquot, bukan 5 ml. 82

32 Perhitungan 1. Perhitungan angka hidroksil dengan rumus: HV = ( S B ) M 56, 1 m dengan: S = volume larutan HCl yang habis dalam titrasi contoh,ml B = volume larutan HCl yang habis dalam titrasi blanko,ml M = molaritas larutan HCl m = berat contoh,g 83

33 Lampiran F Data Hasil Penelitian TG : gliserol t-reaksi (jam) angka asam (mg KOH/g) angka sabun (mg KOH/g) F.1. Data Hasil Penelitian Gttl (%-b) G -bebas (%-b) G terikat (%-b) α-monogliserida (%-b) 1: : : : : : : : : HV 84

34 Lampiran G Data Analisis Angka Asam, Angka Penyabunan, Gliserol Total dan Gliserol Bebas, α-monogliserida, Angka Hidroksil dan Konversi Gliserol TG : gliserol t-reaksi (jam) G.1. Data Analisis Angka Asam ANGKA ASAM angka asam (Aa) = 56,1 x v KOH x N KOH / W sampel W sampel v KOH N KOH (gr) (ml) (M) Angka asam (mg KOH/gr sampel) 1: : : : : : : : : TG : gliserol t-reaksi (jam) G.2. Data Analisis Angka Penyabunan ANGKA PENYABUNAN As = (B - S) x N HCl x 56,1 / W sampel W sampel (gr) v blanko (ml) v HCl (ml) v sample (ml) N HCl (M) As (mg KOH/gr sampel) 1: : : : : : : : :

35 TG : gliserol t-reaksi (jam) G.3. Data Analisis Kandungan Gliserol Total GLISEROL TOTAL G total (%-b) = 2,302 x ( B - S ) x N Na2S2O3 / W W = W sampel x v sampel / 900 W sample (gram) V sampel (ml) W v Na2S2O3 (ml) v v blanko sampel (ml) (ml) N Na2S2O3(M) G total (%-b) 1: : : : : : : : : TG : gliserol t-reaksi (jam) G.4. Data Analisis Kandungan Gliserol Bebas GLISEROL BEBAS G bebas (%-b) = 2,302 x ( B - S ) x N Na2S2O3 / W W = W sampel x v sampel / 900 W sampel V sampel v Na2S2O3 (ml) N Na2S2O3 (gram) (ml) W v blanko v sampel (ml) (ml) (M) G- bebas (%-b) 1: : : : : : : : :

36 TG : gliserol G.5. Data Analisis Kandungan α-monogliserida α-monolgiserida Monogliserida (%-b) = ( B - S ) x N Na2S2O3 x / W sampel t-reaksi (jam) W sampel (gram) v Na2S2O3 (ml) N Na2S2O3 α-monogliserida v blanko v sampel (ml) (ml) (M) (%-b) 1: : : : : : : : : TG : gliserol t-reaksi (jam) G.6. Data Analisis Angka Hidroksil ANGKA HIDROKSIL (HV) HV = ( S - B ) x N HCl x 56,1 / W sampel W sampel (gram) v blanko (ml) v HCL (ml) v sampel (ml) N HCl(M) angka hidroksil (HV) 1: : : : : : : : :

37 TG : gliserol G.7. Data Perhitungan Konversi Gliserol t-reaksi (jam) Katalis T ( C) G-total (%-berat) G-bebas (%-berat) konversi gliserol (%) 1:2 1 NaOH :3 1 NaOH :4 1 NaOH :2 3 NaOH :3 3 NaOH :4 3 NaOH :2 4 NaOH :3 4 NaOH :4 4 NaOH

38 LAMPIRAN D CONTOH PERHITUNGAN Berikut ini merupakan contoh pengolahan data hasil analisa Tempuhan 3 : Temperatur : 150 C Tekanan : 0,4 bar Waktu reaksi : 8 jam Katalis : Zn D.1 Penentuan Parameter-Parameter Analisa 1. Angka Asam 56,1 V N Angka asam (A a ) = mg KOH / g biodiesel W Berat sampel (W) = 3,045 gram Volume KOH alkoholik yang diperlukan dalam titrasi (V) = 35,2 ml Normalitas eksak larutan KOH dalam alkohol (N) = 0,1074 N Angka asam = (56,1 x 35,2 x 0,1074) / 3,045 = 69,65 mg KOH/gr minyak 2. Angka Sabun dan Kadar Ester Angka penyabunan (A s ) s ( B C) N 56,1 ( As Aa ) Kadar ester = 100 %-berat A = mg KOH/g biodiesel. W Volume HCl 0,5 N yang dihabiskan pada titrasi blanko (B) = 58,6 ml. Volume HCL 0,5 N yang dihabiskan pada titrasi sampel (C) = 10,4 ml. Normalitas eksak larutan HCL (N) = 0,486 N Berat sampel (W)= 4,006 g. Angka sabun = ((58,6 10,4) x 0, 486 x 56,1) / 4, 006 = 327,776 mg KOH/gr minyak Kadar ester = 100 x (327,776-69,65) / 327,776 = 78,75 %-berat 89

39 3. Kadar Gliserol Total G ttl ( %-b ) = ( B S) N 2, 302 W Volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi sampel (S) = 37,95 ml Volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi blanko (B) = 46,25 ml Normalitas eksak larutan natrium tiosulfat (N) = 0,1 N Berat sampel dinyatakan dengan aliquot (ml) yang diambil untuk analisa sampel (W): berat sampel x ml sampel W = 900 W = 2,001 x 50 / 900 = 0,1112 Kadar gliserol total = ((46,25 37,95) x 0,1 x 2,302) / 0,1112 = 17,187 %-berat 4. Kadar Gliserol Bebas G ttl ( %-b ) = ( B S) N 2, 302 W Volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi sampel (S) = 45,4 ml Volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi blanko (B) = 47 ml Normalitas eksak larutan natrium tiosulfat (N) = 0,1 N Berat sampel dinyatakan dengan aliquot (ml) yang diambil untuk analisa sampel (W), yaitu: berat sampel x ml sampel W = 900 W = 10,003 x 100 / 900 = 0,331 Kadar gliserol bebas = ((47 45,4) x 0,1 x 2,302) / 0,331 = 0,331 %-berat 5. Kadar Gliserol Terikat Kadar gliserol terikat = kadar gliserol total kadar gliserol bebas = 17,187 0,331 = 16,856 %-berat 90

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] Disusun oleh: Lia Priscilla Dr. Tirto Prakoso Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

a. Kadar Air (SNI) ), Metode Oven b. Kadar Abu (SNI ), Abu Total

a. Kadar Air (SNI) ), Metode Oven b. Kadar Abu (SNI ), Abu Total LAMPIRAN 35 Lampiran 1. Prosedur Analisis Biji Jarak Pagar a. Kadar Air (SNI) 01-2891-1992), Metode Oven Sampel ditimbang dengan seksama sebanyak 1-2 gram pada sebuah botol timbang bertutup yang sudah

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Proksimat Biji Jarak Pagar 100%

Lampiran 1. Prosedur Analisis Proksimat Biji Jarak Pagar 100% LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Proksimat Biji Jarak Pagar 1. Kadar Air (SNI 01-2891-1992), Metode Oven Sampel ditimbang dengan seksama sebanyak 1 2 gram pada sebuah botol timbang bertutup yang

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas transesterifikasi in situ pada ampas kelapa. Penelitian dilakukan 2 tahap terdiri dari penelitian pendahuluan dan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Banzon, J.A. dan J.R. Velasco, Coconut Production and Utilization, Phillipine Coconut Authority, Metro Manila, Filipina, 1982.

DAFTAR PUSTAKA. Banzon, J.A. dan J.R. Velasco, Coconut Production and Utilization, Phillipine Coconut Authority, Metro Manila, Filipina, 1982. DAFTAR PUSTAKA Banzon, J.A. dan J.R. Velasco, Coconut Production and Utilization, Phillipine Coconut Authority, Metro Manila, Filipina, 1982. Choo, Y.M., A.N. Ma, dan A.S.H. Ong, Biofuels, hal. 771 785

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit LAMPIRAN Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit 46 Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Metil Ester Olein Gas SO 3 7% Sulfonasi Laju alir ME 100 ml/menit,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. o C dan dinginkan lalu ditimbang. Labu lemak yang akan digunakan

LAMPIRAN. o C dan dinginkan lalu ditimbang. Labu lemak yang akan digunakan LAMPIRAN 63 LAMPIRAN Lampiran 1 Prosedur analisis proksimat biji karet dan biji jarak pagar 1. Kadar air ( AOAC 1999) Metode pengukuran kadar air menggunakan metode oven. Prinsip pengukuran kadar air ini

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif untuk mengetahui 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif untuk mengetahui kandungan minyak biji nyamplung (Callophyllum inophyllum L) dan kapuk randu (Ceiba

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Analisis Metil Ester Stearin

Lampiran 1 Prosedur Analisis Metil Ester Stearin Lampiran 1 Prosedur Analisis Metil Ester Stearin 1. Uji Standar untuk Bilangan Asam (SNI 04-7182-2006) Sampel alkil ester ditimbang 19 21 + 0,05 g ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Biji Jarak Pagar

Lampiran 1. Prosedur Analisis Biji Jarak Pagar LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Biji Jarak Pagar 1. Kadar Air (SNI 01-2891-1992), Metode Oven Sampel ditimbang dengan seksama sebanyak 1 2 gram pada sebuah botol timbang bertutup yang sudah diketahui

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pengujian Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Nabati dan Rempah- Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM No. 17 Kampung

Lebih terperinci

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Desikator Neraca analitik 4 desimal Lampiran 1. Prosedur Uji Kadar Air A. Prosedur Uji Kadar Air Bahan Anorganik (Horwitz, 2000) Haluskan sejumlah bahan sebanyak yang diperlukan agar cukup untuk analisis, atau giling sebanyak lebih dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisiko kimia tanah pemucat bekas. 1. Kadar Air (SNI )

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisiko kimia tanah pemucat bekas. 1. Kadar Air (SNI ) LMPIRN Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisiko kimia tanah pemucat bekas 1. Kadar ir (SNI 01-3555-1998) 38 Sebanyak 2-5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan dalam cawan aluminium yang telah dikeringkan.

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

PEMBUATAN REAGEN KIMIA PEMBUATAN REAGEN KIMIA 1. Larutan indikator Phenol Pthalein (PP) 0,05 % 0,05 % = 0,100 gram Ditimbang phenol pthalein sebanyak 100 mg dengan neraca kasar, kemudian dilarutkan dengan etanol 96 % 100 ml,

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen klorida encer, natrium tiosulfat 0,01 N, dan indikator amilum. Kalium hidroksida 0,1 N dibuat dengan melarutkan 6,8 g kalium hidroksida

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Merujuk pada hal yang telah dibahas dalam bab I, penelitian ini berbasis pada pembuatan metil ester, yakni reaksi transesterifikasi metanol. Dalam skala laboratorium,

Lebih terperinci

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi:

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi: SOP KL.21108.05 PROSEDUR PRAKTIKUM TEKNIK DASAR ANALISIS KIMIA DAN APLIKASINYA UNTUK PENENTUAN KADAR SUATU ZAT (IODOMETRI DAN PENENTUAN KADAR OKSIGEN TERLARUT/DO DALAM AIR) 1. TUJUAN 1.1 Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,

Lebih terperinci

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N. Lampiran 1 Prosedur uji asam basa dan Net Acid Generation (Badan Standardisasi Nasional, 2001) A. Prinsip kerja : Analisis perhitungan asam-basa meliputi penentuan potensi kemasaman maksimum (MPA) yakni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 I. Waktu / Tempat Praktikum : Rabu,15 Februari 2012 / Lab Kimia Jur. Analis

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan,

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Medan. Bahan Penelitian Bahan utama yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA LABORATORIUM TEKNOLOGI PANGAN PEMBUATAN GARAM ASAM LEMAK (PGA)

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA LABORATORIUM TEKNOLOGI PANGAN PEMBUATAN GARAM ASAM LEMAK (PGA) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA LABORATORIUM TEKNOLOGI PANGAN PEMBUATAN GARAM ASAM LEMAK (PGA) Disusun oleh : Dr. Dianika Lestari Listyaningrum, M.T. Valerie & Firdan Asisten Praktikum:

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN Terkadang ketika di laboratorium, ada rasa ingin tahu bagaimana cara membuat pereaksi molisch, barfoed, seliwanoff dan sebagainya. Nah, disini saya mencoba menyajikan bagaimana

Lebih terperinci

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN Tilupl Gambar A.1 Diagram Alir Metode Penelitian A-1 LAMPIRAN B PROSEDUR PEMBUATAN COCODIESEL MELALUI REAKSI METANOLISIS B.l Susunan Peralatan Reaksi metanolisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si DAFTAR HALAMAN Manual Prosedur Pengukuran Berat Jenis... 1 Manual Prosedur Pengukuran Indeks Bias... 2 Manual Prosedur Pengukuran kelarutan dalam Etanol... 3 Manual

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat alat 1. Neraca Analitik Metter Toledo 2. Oven pengering Celcius 3. Botol Timbang Iwaki 4. Desikator 5. Erlenmayer Iwaki 6. Buret Iwaki 7. Pipet Tetes 8. Erlenmayer Tutup

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan Peralatan yang diperlukan pada penelitian ini meliputi seperangkat alat gelas laboratorium kimia (botol semprot, gelas kimia, labu takar, erlenmeyer, corong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental. Sepuluh sampel mie basah diuji secara kualitatif untuk

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB III RENCANA PENELITIAN

BAB III RENCANA PENELITIAN BAB III RENCANA PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Untuk pembuatan MCT yang memenuhi kualitas pangan dari asam lemak dan gliserol maka perlu dilakukan : a. Penelitian keefektifan metode Hartman dkk tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup SNI 01-5009.12-2001 G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup Standar ini menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan gondorukem, sebagai pedoman pengujian gondorukem yang

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

PAKET KEAHLIAN TEKNIK ENERGI BIOMASSA

PAKET KEAHLIAN TEKNIK ENERGI BIOMASSA PAKET KEAHLIAN TEKNIK ENERGI BIOMASSA BAHAN AJAR SISWA PENGUJIAN BAHAN BAKAR NABATI (BBN) Disusun oleh: Niamul Huda, ST., M.Pd Linda Dwinanada, S.Pd., M.Si Didukungi oleh: TEACHING BIOMASS TECHNOLOGIES

Lebih terperinci

SINTESIS KLOROFORM. I. TUJUAN 1. Membuat kloroform dengan bahan dasar aseton dan kaporit. 2. Menghitung rendemen kloroform yang terbentuk.

SINTESIS KLOROFORM. I. TUJUAN 1. Membuat kloroform dengan bahan dasar aseton dan kaporit. 2. Menghitung rendemen kloroform yang terbentuk. SINTESIS KLOROFORM I. TUJUAN 1. Membuat kloroform dengan bahan dasar aseton dan kaporit. 2. Menghitung rendemen kloroform yang terbentuk. II. TEORI Kloroform merupakan senyawa turunan dari alkana yaitu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan Lampiran 2. Formula sabun transparan pada penelitian pendahuluan Bahan I () II () III () IV () V () Asam sterarat 7 7 7 7 7 Minyak kelapa 20

Lebih terperinci

Pupuk super fosfat tunggal

Pupuk super fosfat tunggal Standar Nasional Indonesia Pupuk super fosfat tunggal ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c. BAB 3 METODE PERCOBAAN Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa

Lebih terperinci

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas Standar Nasional Indonesia Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas ICS 79.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.

Lebih terperinci

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan

Lebih terperinci

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya Macam-macam titrasi redoks Permanganometri Dikromatometri Serimetri Iodo-iodimetri Bromatometri Permanganometri Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. 57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN L1.1 DATA HASIL ANALISIS BILANGAN ASAM MINYAK KELAPA Tabel L1.1 Data Hasil Analisis Bilangan Asam Kadar Flavonoid Total aktu Kontak (Hari) Volume KOH (ml) Bilangan Asam

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha Modul Praktikum Nama Pembimbing Nama Mahasiswa : Kimia Fisik : Bapak Drs.Budi Santoso, Apt.MT : 1. Azka Muhammad Syahida 2. Eveline Fauziah 3. Fadil Hardian 4. Fajar Nugraha Tanggal Praktek : 21 Semptember

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA B

DAFTAR PUSTAKA B DAFTAR PUSTAKA 1. ASTM D 97-87, Standard Test Method for Pour Point of Petroleum Oils. 2. ASTM D 2500-91, Standard Test Method for Cloud Point of Petroleum Product. 3. Choo, Yuen May.; Ong, Soon Hock.

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN Disusun oleh Nama : Cinderi Maura Restu NPM : 10060312009 Shift / kelompok : 1 / 2 Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2012 Tanggal Laporan :

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Prosedur pembuatan larutan dalam penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas. labu takar 250 ml x 0,056 = 14 gram maka

LAMPIRAN A. Prosedur pembuatan larutan dalam penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas. labu takar 250 ml x 0,056 = 14 gram maka LAMPIRAN A PROSEDUR PEMBUATAN LARUTAN Prosedur pembuatan larutan dalam penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas menjadi sabun cuci piring cair yaitu: 1. Pembuatan Larutan KOH 10% BM KOH = 56, -- 56 /

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Surfaktan methyl ester sulfonat (MES) dibuat melalui beberapa tahap. Tahapan pembuatan surfaktan MES adalah 1) Sulfonasi ester metil untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jenis penstabil katalis (K 3 PO 4, Na 3 PO 4, KOOCCH 3, NaOOCCH 3 ) yang

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini bertempat di laboratorium kimia kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci