KELAYAKAN USAHA BIOETANOL UBI KAYU DAN MOLASES DI KECAMATAN CICURUG SUKABUMI (Kasus : PT. Panca Jaya Raharja) Oleh : FRANSISKA EKA DAMAYATI A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KELAYAKAN USAHA BIOETANOL UBI KAYU DAN MOLASES DI KECAMATAN CICURUG SUKABUMI (Kasus : PT. Panca Jaya Raharja) Oleh : FRANSISKA EKA DAMAYATI A"

Transkripsi

1 KELAYAKAN USAHA BIOETANOL UBI KAYU DAN MOLASES DI KECAMATAN CICURUG SUKABUMI (Kasus : PT. Panca Jaya Raharja) Oleh : FRANSISKA EKA DAMAYATI A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN FRANSISKA EKA DAMAYATI. Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu Dan Molases Di Kecamatan Cicurug Sukabumi (Kasus PT Panca Jaya Raharja) di bawah bimbingan RITA NURMALINA. Sektor industri dan transportasi merupakan sektor yang menggunakan energi untuk menjalankan aktivitasnya. Seiring berjalannya waktu, kedua sektor ini terus mengalami perkembangan. Di sisi lain, perkembangan sektor industri dan transportasi memberikan dampak yang negatif atau buruk bagi lingkungan. Sisa pembakaran dari kedua aktivitas tersebut telah membuat sebagian lingkungan menjadi tercemar oleh polutan yang dihasilkan. Polutan ini timbul karena proses pembakaran yang tidak sempurna. Keberadaan polutan semakin hari terus terakumulasi di atmosfer sehingga dapat mengganggu kesehatan manusia. Bapedalda Jawa Barat menemukan bahwa konsentrasi hidrokarbon di atmosfer mencapai 4,57 ppm (baku mutu PP 41/1999 : 0,24 ppm), NO x mencapai 0,076 ppm (baku mutu : 0,05 ppm) dan debu mencapai 172 mg/m 3 (baku mutu : 150 mg/m 3 ). Global warming (pemanasan global) merupakan salah satu konsekuensi yang terjadi akibat pembakaran yang kurang sempurna dari aktivitas transportasi. Hal ini dapat diketahui dengan terhentinya pendinginan udara di belahan bumi bagian Utara sehingga suhu di bumi menjadi meningkat. Fenomena ini menyebabkan sebagian es di kutub Utara dan kutub Selatan mencair sehingga menenggelamkan beberapa daratan. Pemanasan global (global warming) merupakan masalah yang harus ditanggapi dan diselesaikan karena terkait dengan keberlangsungan hidup generasi berikutnya. Dengan mengetahui begitu besar dampak yang timbul maka salah satu upaya yang dapat dilakukan supaya pencemaran udara dapat ditekan adalah penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan. Bioetanol merupakan inovasi baru dalam mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor. Pemerintah melalui PP Nomor 5 Tahun 2006 tentang penggunaan bahan bakar nabati, turut ambil bagian dalam usaha mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor. Hal ini memberikan respon yang positif dari masyarakat yang terlihat dengan adanya peningkatan konsumsi bioetanol sebesar kilo liter pada tahun Hal ini akan meningkat seiring dengan menipisnya cadangan bahan bakar minyak (BBM) dan dapat menjadi peluang usaha baru yang dapat dikembangkan. PT Panca Jaya Raharja adalah salah satu perusahaan agribisnis yang peka terhadap kondisi ini. Melihat begitu besar peluang usaha bioetanol maka hal ini mendorong PT PJR untuk mengembangkan usaha bioetanol. Bioetanol yang akan dihasilkan direncanakan berasal dari ubi kayu dan molases (tetes tebu). Rencana pengembangan usaha bioetanol memerlukan perencanaan yang matang karena pengembangan usaha bioetanol membutuhkan modal yang relatif besar sehingga memerlukan suatu analisis kelayakan usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan dari usaha bioetanol ubi kayu dan molases. (2) Menganalisis kelayakan aspek finansial dari usaha bioetanol ubi kayu dan molases. (3) Menganalisis kepekaan dari kelayakan finansial berdasarkan anilisis switching value dari usaha bioetanol ubi kayu dan molases.

3 Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha bioetanol ubi kayu dan molases, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, sosial, lingkungan dan finansial. Aspek finansial yang dianalisis meliputi : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Pay Back Period (PbP) dan analisis switching value. Berdasarkan analisis aspek pasar, bahwa permintaan dan potensi pasar dari bioetanol di PT PJR dalam kondisi yang baik dan menguntungkan bagi usaha bioetanol. Hal ini dikarenakan jumlah permintaan akan bioetanol melebihi kapasitas produksi yang ada. Berdasarkan analisis aspek teknis, bahwa letak atau lokasi dari usaha ini sangat strategis karena didukung dengan sarana dan prasarana yang menunjang, terutama sarana transportasi yang memadai. Selain itu, ketersediaan bahan baku yang melimpah dan tenaga kerja yang memadai. PT PJR memiliki struktur organisasi yang sederhana sehingga membantu dalam pengorganisasian tugas, wewenang dan tanggung jawab. Berdasarkan analisis aspek sosial dan lingkungan, bahwa usaha ini telah membawa dampak yang positif bagi lingkungan masyarakat, terutama dalam penyerapan tenaga kerja yang masih menganggur. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial dapat diketahui bahwa usaha bioetanol ubi kayu dan molasses layak untuk dijalankan. Pada usaha bioetanol ubi kayu diperoleh nilai NPV sebesar Rp ,32; IRR sebesar 29 persen; Net B/C sebesar 1,89 serta Pay back Period sebesar 3,22 tahun. Pada usaha bioetanol molasses diperoleh nilai NPV sebesar Rp ,77; IRR sebesar 79 persen; Net B/C sebesar 4,46 serta Pay Back Period sebesar 1,26 tahun. Jika dilakukan perbandingan maka uasaha bioetanol molasses akan lebih layak untuk direkomendasi dalam pengembangan usaha karena nilai yang diperoleh pada usaha tersebut lebih besar dibanding uasaha bioetanol ubi kayu. Analisis switching value dilakukan dengan menganalisis perubahan dua variabel, yaitu kenaikan harga bahan baku dan penurunan volume produksi. Pada usaha bioetanol ubi kayu layak untuk dilaksanakan sampai kenaikan harga ubi kayu sebesar 53,54 persen serta penurunan produki sebesar 20,88 persen. Pada usaha bioetanol molasses layak untuk dilaksanakan sampai kenaikan harga molases sebesar 64,54 persen serta penurunan volume produksi sebesar 33,56 persen. Dari hasil analisis switching value dapat diketahui bahwa usaha bioetanol ubi kayu lebih peka terhadap variabel perubahan dibandingkan dengan usaha bioetanol molases..

4 KELAYAKAN USAHA BIOETANOL UBI KAYU DAN MOLASES DI KECAMATAN CICURUG SUKABUMI (Kasus : PT Panca Jaya Raharja) Oleh FRANSISKA EKA DAMAYATI A Skripsi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Judul Skripsi : Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu dan Molases di Kecamatan Cicurug (Kasus : PT Panca Jaya Raharja) Nama NRP : Fransiska Eka Damayati : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP Tanggal lulus :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL KELAYAKAN USAHA BIOETANOL UBI KAYU DAN MOLASES DI KECAMATAN CICURUG (KASUS : PT PANCA JAYA RAHARJA) BENAR BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, November 2008 FRANSISKA EKA DAMAYATI A

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 16 Juli 1984 dari pasangan Leonardo Sumarto dan Martina Sukaryani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak kanak Xaverius Pringsewu pada tahun Pendidikan sekolah dasar di SD Xaverius Pringsewu pada tahun 1990 sampai dengan tahun Pendidikan tingkat menengah pertama dilalui di SLTP Xaverius Pringsewu pada tahun 1996 sampai dengan tahun Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Xaverius Pringsewu. Pada tahun 2002 penulis diterima di Program Studi Teknologi Industri Pakan, Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studi di program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis selama kuliah menjadi tenaga pengajar (les privat) bidang studi matematika. Selain itu, penulis aktif pada kelompok Paduan Suara St. Raphael BMV Bogor.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang berjudul Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu dan Molases di Kecamatan Cicurug (Kasus : PT Panca Jaya Raharja) berisikan mengenai kriteria yang mendukung layak atau tidaknya proyek untuk dilaksanakan. Skripsi ini memuat serangkaian aspek aspek penunjang kelayakan, seperti aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan finansial. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Bogor, November 2008 Penulis

9 UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa karena segala rahmat dan berkat-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah memberikan dukungan moril maupun materil, dorongan semangat, bimbingan, sumbangan pemikiran dan lain lain. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM sebagai dosen penguji utama yang telah memberi masukan dan saran. 3. Tintin Sarianti, SP MM sebagai dosen penguji dari Komisi Pendidikan yang telah memberi masukan dan saran. 4. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang telah memberi masukan dan arahan dalam penulisan proposal penelitian. 5. Bapak Soekaeni, SE yang telah memberikan informasi mengenai kondisi di lapangan. 6. Siti Ade Fatimah selaku pembahas pada saat seminar hasil penelitian yang telah memberi saran dan kritik dalam penyempurnaan hasil penelitian. 7. Kedua orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doa. 8. Teman teman TIP : Cici, Nova, Nde, Wawan, Jam an, Yoga dan Mas Zayin yang selalu memberi motivasi dalam penulisan skripsi ini.

10 9. Teman teman seperjuangan di Ekstensi MAB : Ubay, Arif, Restu, Heda, Maria, Mba Wilis, Eva, Frida. 10. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis.

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xii xiv xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu dan Molases Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Penelitian Terdahulu Evaluasi Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kalayakan Proyek Analisis Kelayakan Finansial Biaya dan Manfaat Analisis Switching Value Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Aspek Pasar Analisis Aspek Teknis Analisis Aspek Sosial Analisis Aspek Manajemen Analisis Aspek Finansial Net Present Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) Net B/C Pay Back Period (PbP) Analisis Switching Value Asumsi Dasar V. GAMBARAN UMUM PT PANCA JAYA RAHARJA... 39

12 VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK TEKNIS, ASPEK PASAR, ASPEK MANAJEMEN, ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI Aspek Teknis Sumberdaya Produksi Fasilitas Produksi Teknik Produksi Aspek Pasar Aspek Manajemen Aspek Sosial dan Lingkungan VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I) Arus Manfaat (Inflow) Arus Biaya (Outflow) Biaya Investasi Biaya Operasional Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Ubi Kayu Analisis Kelayakan Usaha Bioetanol Molases (Skenario II) Arus Manfaat (Inflow) Arus Biaya (Outflow) Biaya Investasi Biaya Operasional Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Molases Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial Bioetanol Kedua Skenario Analisis Switching Value Analisis Switching Value Pada Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I) Analisis Switching Value Pada Usaha Bioetanol Molases (Skenario II) Perbandingan Analisis Switching Value dari Kedua Skenario VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 73

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Komposisi Gas-gas di Atmosfer (%) Jumlah Emisi Gas Buang Kendaraan Buang Kendaraan Bermotor di Indonesia Menurut Jenis Kendaraan Pada Tahun (ton per tahun) Dampak Pencemaran Udara Bagi Kesehatan Manusia Proyeksi Penggunaan Bioetanol pada Tahun (juta kilo liter) Potensi Beberapa Biomassa Sebagai Bahan Baku Etanol Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Indonesia Tahun Sifat Kimia Ubi Kayu dan Tepung Ubi Kayu (%) Perkembangan Perkebunan Tebu di Indonesia Tahun Data Pengujian, Konsumsi, BBM dan Uji Tenaga pada gasohol E Hasil Uji Emisi Dalam Penggunaan Gasohol E-10 Dibandingkan Dengan Premium Menggunakan Metode Uji NN-ECE (EURO-2) Nilai Sisa Pada Investasi Bioetanol Ubi Kayu Rincian Biaya Investasi Usaha Bioetanol Ubi Kayu Rincian Biaya Tetap Usaha Bioetanol Ubi Kayu Rincian Biaya Variabel Usaha Bioetanol Ubi Kayu Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Dengan Discount Rate 12 Persen Nilai Sisa Pada Investasi Bioetanol Molases Rincian Biaya Investasi Usaha Bioetanol Molases Rincian Biaya Tetap Pada Usaha Bioetanol Molases Selama Satu Tahun... 62

14 19. Rincian Biaya Variabel Usaha Bioetanol Molases Selama Satu Tahun Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Molases Perbandingan Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Pada Kedua Skenario Switching Value Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I) Switching Value Usaha Bioetanol Molases (Skenario II) Perbandingan Switching Value Usaha Bioetanol Pada Kedua Skenario... 68

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Bioetanol, Molases dan Ubi Kayu Kerangka Pemikiran Operasional Diagram Alir Proses Pembuatan Bioetanol Dari Bahan Baku Berpati dan Bergula Rantai Pemasaran Bioetanol di PT Panca Jaya Raharja Struktur Organisasi PT Panca Jaya Raharja... 50

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jadwal Perencanaan Produksi Bioetanol Ubi Kayu Pada Tahun Jadwal Perencanaan Produksi Bioetanol Molases Pada Tahun Laporan Rugi Laba Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I) Laporan Rugi Laba Usaha Bioetanol Molases (Skenario II) Analisis Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I) Analisis Kelayakan Usaha Bioetanol Molases (Skenario II) Analisis Switching Value Pada Penurunan Produksi Bioetanol Ubi Kayu Sebesar 28,55 Persen (Skenario I) Analisis Switching Value Pada Kenaikan Harga Ubi Kayu Sebesar 66,04 Persen (Skenario I) Analisis Switching Value Pada Penurunan Produksi Bioetanol Molases Sebesar 22,56 Persen (Skenario II) Analisis Switching Value Pada Kenaikan Harga Molases Sebesar 39,26 Persen (Skenario II)... 87

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang kaya akan keanekaragaman sumber daya yang potensial untuk dikembangkan, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Pada era pembangunan ini, Indonesia sedang membangun perekonomian yang mapan. Semua sektor pembangunan difokuskan dan ditata kembali untuk membangun perekonomian yang lebih baik. Krisis ekonomi pada tahun 1998 yang lalu membuat kondisi perekonomian menjadi terpuruk tetapi lambat laun kondisi tersebut dapat diadaptasi dan dilalui oleh bangsa yang besar ini. Pembangunan di segala bidang dilaksanakan untuk mencapai kondisi perekonomian yang lebih baik dan stabil. Sektor industri merupakan salah satu motor penggerak perekonomian negara serta peran sarana transportasi yang menunjang. Perkembangan sektor industri telah memberikan manfaat yang besar bagi negara, yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaan serta sarana transportasi yang semakin canggih juga mengalami kemajuan pesat. Setiap aktivitas dari kedua sektor tersebut bukan hanya memberi dampak yang positif tapi juga dampak yang negatif. Hampir semua alat transportasi menggunakan bahan bakar fosil untuk menjalankan mesin. Alat transportasi berbahan bakar fosil akan menghasilkan sisa pembakaran berupa gas gas buang yang dapat mencemari udara. Udara merupakan campuran dari gas yang terdiri dari nitrogen, oksigen, argon, karbondioksida, neon, metan dan hidrogen. Campuran gas tersebut mengisi

18 atmosfer bumi dengan komposisi yang berbeda beda dan proporsional. Komposisi gas gas tersebut dapat terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Gas- Gas di Atmosfer Gas Simbol Komposisi (%) Nitrogen N 78 Oksigen O 2 20 Argon Ar 0,93 Karbondioksida CO2 0,03 Lain lain : Neon, Helium, Hidrogen Ne, He, H 2 0,04 Sumber : Handoko, 1995 Komposisi pada Tabel 1. merupakan kondisi yang normal. Sisa pembakaran alat transportasi berbahan bakar fosil yang telah mencemari udara juga memicu perubahan komposisi tersebut. Perubahan komposisi tersebut dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen yang terkandung dalam udara. Hal ini disebut sebagai pencemaran udara atau polusi udara. Pencemaran udara yang diakibatkan oleh gas buang kendaraan bermotor sudah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan dan memberikan andil yang besar dalam pencemaran udara secara total terutama di kota kota besar negara berkembang. Salah satu polutan gas buang kendaraan bermotor yang ikut berpartisipasi dalam pencemaran udara adalah hidrokarbon. Akumulasi gas gas buang kendaraan bermotor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 2. Dari berbagai jenis kendaraan yang ada, sepeda motor memberikan kontribusi yang terbesar di antara yang lainnya.

19 Tabel 2. Jumlah Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Indonesia Menurut Jenis Kendaraan Pada Tahun (ton per tahun) SO x Gas Buang Jenis Kendaraan Mobil Penumpang , , ,8 Hidrokarbon Mobil Bis , , ,3 Mobil Truk , , ,8 Sepeda Motor , ,263, ,0 Mobil Penumpang , , ,0 NOx Mobil Bis , , ,4 Mobil Truk , , ,9 Sepeda Motor , ,0 Mobil Penumpang , , ,5 Mobil Bis 2.404, , ,3 Mobil Truk 5.963, , ,1 Sepeda Motor , , ,4 Mobil Penumpang , , ,7 CO Mobil Bis , , ,3 Mobil Truk , , ,0 Sepeda Motor , , ,1 Sumber : BPS (2007) Bensin atau premium yang digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor merupakan campuran komplek antara hidrokarbon sederhana. Di Indonesia, kurang lebih 70 persen pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Proses pembakaran pada kendaraan bermotor menghasilkan zat zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan. Zat zat berbahaya yang dihasilkan oleh proses pembakaran kendaraan bermotor adalah timbal atau timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO 2 ) dan oksida fotokimia (O x ). Menurut Bapedalda Jawa Barat, kosentrasi hidrokarbon di atmosfer mencapai 4,57 ppm (baku mutu PP 41/1999 : 0,24 ppm), NO x mencapai 0,076 ppm (baku mutu : 0,05 ppm), dan debu mencapai 172 mg/m 3 (baku mutu : 150 mg/m 3 ) 1. Zat 1 (2 April 2008)

20 zat berbahaya tersebut memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Hal ini terlihat pada Tabel 2 2. Tabel 3. Dampak Pencemaran Udara Bagi Kesehatan Manusia No. Bahan Pencemar Sumber Dampak 1. Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon (HC) 2. Nitrogen Oksida (N 2 O), Nitrogen Monoksida (NO), Nitogen Dioksida (NO2) 3. Sulfur Dioksida (SO 2 ) Semua hasil pembakaran kendaraan bermotor dan proses industri Berbagai jenis pembakaran, gas buang kendaraan bermotor, pabrik pupuk Bahan bakar yang mengandung sulfur, proses dalam industri Menimbulkan efek sistematik, karena meracuni tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang sangat vital bagi oksigenasi jaringan tubuh sehingga apabila otak kekurangan oksigen dapat menimbulkan kematian. Mengganggu sistem pernapasan. Menimbulkan efek iritasi pada saluran pernapasan sehingga menimbulkan gejala batuk dan sesak napas. Pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya suhu rata rata atmosfer, laut dan daratan bumi akibat aktivitas manusia termasuk penggunaan alat transportasi. Sisa pembakaran dari bahan bakar kendaraan bermotor mampu meningkatkan gas rumah kaca (greenhouse effect) di atmosfer. Seiring berjalannya waktu, jumlah gas rumah kaca terakumulasi sehingga memicu terjadinya pemanasan global. Pada dekade 1960-an sampai 1970-an, fenomena pemanasan global telah terjadi dan disadari oleh para ahli. Hal ini ditandai dengan terhentinya pendinginan udara di belahan bumi bagian Utara. Kondisi ini berlanjut dengan pemanasan global yang menjurus kepada peningkatan suhu udara. Dalam kurun waktu seabad terakhir peningkatan suhu bumi kira kira 0,6 0 C. Fenomena 2 no-no (2 April 2008)

21 ini memberikan dampak yang buruk bagi bumi, yaitu pencairan gunung gunung es di kutub Utara dan kutub Selatan sehingga volume air laut menjadi bertambah dan mampu menenggelamkan beberapa daratan di bumi 3. Dampak pemanasan global juga telah mengganggu keseimbangan sistem iklim di dunia yang berpengaruh pada kelangsungan hidup generasi berikutnya. Pemanasan global bukan lagi menjadi masalah beberapa negara saja tetapi merupakan masalah semua negara karena berpengaruh pada kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Lingkungan sebagai tempat hidup semua makhluk hidup harus tetap dijaga dari pencemaran dan dilestarikan. Emisi gas yang berasal dari sisa pembakaran kendaraan bermotor merupakan konsekuensi kehidupan sehari hari di bumi. Hal ini dapat dicegah atau dikurangi dengan melakukan pencampuran bahan bakar kendaraan bermotor (bensin atau premium) dengan bioetanol. Campuran antara bensin dan bioetanol disebut dengan gasohol. Bioetanol merupakan inovasi baru dalam mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor. Pemerintah melalui PP Nomor 5 Tahun 2006 tentang penggunaan bahan bakar nabati, turut ambil bagian dalam usaha mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor. Melalui peraturan tersebut, mampu mendorong peningkatan konsumsi bioetanol pada tahun 2007 yaitu sebesar kilo liter (1,71 juta kilo liter menjadi 1,75 juta kilo liter). Peningkatan konsumsi tersebut menunjukkan respon positif yang diberikan oleh masyarakat. Hal tersebut dapat berguna untuk memproyeksi penggunaan bioetanol di tahun berikutnya. Proyeksi penggunaan bioetanol di Indonesia dapat dilihat pada Tabel (2 April 2008)

22 Tabel 4. Proyeksi Penggunaan Bioetanol Pada Tahun Tahun Jumlah Bioetanol (Juta kilo Liter) , , , , ,85 Sumber : BPS (2007) Bioetanol merupakan produk rekayasa biomassa (tanaman) yang berpati, bergula dan berselulosa. Potensi biomassa untuk menghasilkan bioetanol sangat beragam dikarenakan kandungan pati, gula dan selulosa yang terdapat dalam biomassapun berbeda beda. Hal ini terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Potensi Beberapa Biomassa Sebagai Bahan Baku Etanol Biomassa Hasil Panen (Ton/Ha/Tahun) Etanol (L/Ha/Tahun) Jagung Ubi Kayu Molasses Ubi Jalar Sorgum Sweet Sorgum Kentang Beet Sumber : Prihandana (2007) Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan molases sebagai penghasil etanol dengan produktivitas tertinggi dan disusul ubi kayu, karena beet tidak dapat berproduksi optimal di Indonesia. Melihat kondisi ini maka hal tersebut akan mendukung adanya usaha bioetanol. Bioetanol bukan hanya digunakan sebagai campuran bensin atau premium saja tetapi juga digunakan sebagai baham baku di beberapa kegiatan industri, seperti : industri makanan, industri farmasi dan industri kosmetika 4. 4 Sardi Daryatmo. Metamorfosis Limbah Tetes Tebu. Trubus. April 2007.

23 1.2 Perumusan Masalah Usaha bioetanol merupakan salah satu unit bisnis dari PT Panca Jaya Raharja yang sedang direncanakan kegiatan usahanya. Pengusahaan bioetanol dinilai prospektif karena sebagian masyarakat mulai sadar akan pentingnya penggunaan bahan bakar nabati, seperti bioetanol. PT Panca Jaya Raharja sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, saat ini menghadapi kelebihan permintaan bioetanol. Fenomena ini yang mendorong PT Panca Jaya Raharja untuk melakukan usaha bioetanol. Usaha ini direncanakan akan berjalan dengan kapasitas 2000 liter per siklus produksi. Untuk menjalankan usaha ini, PT Panca Jaya Raharja akan melakukan kerjasama dengan investor sebagai penanam modal. Hal ini dilakukan karena kebutuhan untuk biaya investasi dan biaya operasional pada usaha bioetanol adalah cukup besar sehingga PT Panca Jaya Raharja melakukan kerjasama dengan investor. Modal yang ditanamkan oleh investor akan digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional usaha bioetanol. Dari kerjasama tersebut, ivestor akan mendapatkan laba bersih sebesar 92 persen sedangkan sisanya, yaitu delapan persen diperuntukkan bagi PT Panca Jaya Raharja sebagai pihakpelaksana kegiatan operasional. Kegiatan investasi dalam pengembangan bioetanol diperlukan perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut dimaksudkan supaya investasi yang akan ditanamkan dapat memberikan hasil yang baik. Sebelum pelaksanaan usaha bioetanol maka sangat perlu dilakukan perhitungan dengan cara menghitung biaya dan manfaat yang akan diperoleh. Melalui perhitungan tersebut maka dapat

24 diketahui layak atau tidak layak proyek tersebut untuk dikembangkan. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah waktu pengembalian investasi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan diantaranya : 1. Bagaimana kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan dari pengusahaan bioetanol berbahan baku ubi kayu dan molases? 2. Bagaimana kelayakan aspek finansial dari pengusahaan bioetanol berbahan baku ubi kayu dan molases? 3. Bagaimana kepekaan dari kelayakan finansial berdasarkan analisis switching value dari pengusahaan bioetanol berbahan baku ubi kayu dan molases? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan dari pengusahaan bioetanol berbahan baku ubi kayu dan molases. 2. Menganalisis kelayakan aspek finansial dari pengusahaan bioetanol berbahan baku ubi kayu dan molases. 3. Menganalisis kepekaan dari kelayakan finansial berdasarkan analisis switching value dari pengusahaan bioetanol berbahan baku ubi kayu dan molases. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh pada saat kuliah serta melatih kemampuan analisis suatu masalah yang dijadikan sebagai pengalaman belajar guna

25 menambah pengetahuan di bidang sosial ekonomi pertanian. Selain itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi yang berkepentingan. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya akan membahas prospek pengembangan bioetanol di Kecamatan Cicurug, Sukabumi dengan melakukan analisis kelayakan. Analisis kelayakan yang dilakukan meliputi aspek pasar, teknis, manajemen, sosial, lingkungan, finansial dan analisis switching value.

26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ubi Kayu dan Molases Ubi kayu (Manihot utilissima pohl) merupakan tanaman pangan dengan nama lain singkong atau kasape. Banyak kegunaan dari tanaman ini, baik daun dan ubinya. Ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol memiliki kelebihan yaitu dapat tumbuh di tanah yang kurang subur, memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan dapat diatur waktu panennya. Potensi ubi kayu di Indonesia sangat besar. Pada Tabel 6. dapat dilihat produksi ubi kayu di Indonesia yang mengalami peningkatan. Tabel 6. Perkembangan Produksi Ubi Kayu Indonesia Tahun Tahun Luas areal (Ha) Produksi (Ton) Sumber : Departmen Pertanian (2006) dalam Hambali (2007) Ubi kayu sebagai bahan baku energi alternatif hanya memiliki kadar karbohidrat sekitar persen dan kadar pati sekitar 83,8 persen setelah diproses menjadi tepung. Sifat kimia ubi kayu dan tepung ubi kayu disajikan pada Tabel 7.

27 Tabel 7. Sifat Kimia Ubi Kayu dan Tepung Ubi Kayu Komponen Jumlah (%) Ubi Kayu (a) Tepung Ubi Kayu (b) Air ,5 Karbohidrat ,8 * Protein 0,7 2,6 1,0 Lemak 0,2 0,5 0,9 Serat 0,8 1,3 2,1 Abu 0,3 1,3 0,7 Sumber : (a). Kay (1973), (b). Deprin (1989) dalam Hambali (2007) Keterangan : * = terukur sebagai pati Molases adalah hasil sampingan yang berasal dari proses pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum). Molases berupa cairan kental dan diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula yang tidak dapat dibentuk lagi menjadi sukrosa namun masih mengandung gula dengan kadar tinggi (50 60 persen), asam amino dan mineral. Tingginya kandungan gula dalam bentuk molases sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol. Molases dapat juga digunakan secara langsung atau bahan baku pembuatan produk produk yang bernilai ekonomis, misalnya kecap, pupuk, pakan ternak ataupun industri fermentasi (Paturau, (1982) dalam Martanto, (2004)). Ketersediaan molases sebagai bahan baku bioetanol di Indonsia cukup banyak. Ketersediaan molases berkorelasi dengan luas perkebunan tebu yang semakin meningkat. Perkebunan tebu di Indonesia banyak ditemukan di Pulau Jawa baik Jawa Barat, Jawa Tengah, maupun Jawa Timur, Aceh dan Sulawesi. Gambar 1. Bioetanol, Molases dan Ubi kayu

28 Tabel 8. Perkembangan Perkebunan Tebu di Indonesia Tahun Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) PR PBN PBS Total PR PBN PBS Total Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia dalam Hambali (2007) Keterangan : PR : Perkebunan Rakyat PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta 2.2 Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Alkohol berasal dari bahasa Arab, yakni al-kuhl yang berarti senyawa yang mudah menguap. Bahan kimia organik ini adalah salah satu senyawa kimia tertua yang telah dikenal. Alkohol berupa larutan jernih tak berwarna, beraroma khas yang dapat diterima, berfasa cair pada temperatur kamar dan mudah terbakar. Alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hydroxyl (-OH) dengan dua atom karbon (C). Spesies alkohol yang banyak digunakan adalah CH 3 CH 2 OH yang disebut metil alkohol (metanol) dan C2H5OH yang diberi nama etil alkohol (etanol) dan C 3 H 7 OH yang disebut iso propil alkohol (IPA) atau propanol-2. Dalam dunia perdagangan yang disebut alkohol adalah etanol atau metil alkohol atau metil karbonil dengan rumus C 2 H 5 OH. Terdapat dua jenis etanol, yaitu ; etanol sintetis dan etanol rekayasa. Etanol sintetis merupakan hasil dari proses kimia yang disebut hidrasi dan terbuat dari etilen (salah satu derivat minyak bumi). Etanol sintetis lazim disebut metanol atau metil alkohol. Etanol rekayasa merupakan rekayasa biomassa

29 (tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi) dan hasilnya disebut sebagai bioetanol. Bioetanol merupakan produk yang dapat dihasilkan oleh beberapa tanaman, yaitu : Bahan berpati, seperti: ubi kayu atau singkong, tepung sagu, biji jagung, biji shorgum, kentang, ganyong, garut, umbi dahlia. Bahan bergula, seperti : molases (tetes tebu), nira tebu, nira kelapa, nira batang sorghum manis, nira aren (enau), nira nipah, gewang, nira lontar. Bahan berselulosa, seperti : limbah logging, limbah pertanian (jerami padi, ampas tebu, tongkol jagung, onggok), batang pisang, serbuk gergaji (Prihandana, 2007). Bioetanol merupakan bahan bakar nabati yang saat ini sedang marak digunakan sebagai campuran bahan bakar (premium). Pertama kali penggunaan alkohol sebagai bahan bakar kendaraan dimulai dari Samuel Morey pada tahun Samuel Morey telah mengembangkan mesin dengan bahan bakar alkohol. Pada tahun 1860 Nicholas Otto mempergunakan alkohol sebagai salah satu bahan bakar mesin serta sangat dikenal dengan pengembangan mesin pembakaran internal (Otto Cycles) di tahun Herry Ford memproduksi model T dimana mobil mempergunakan bahan bakar alkohol atau bensin atau kombinasi keduanya. Beberapa negara yang telah menggunakan dan mengembangkan program bioetanol adalah Brazil, Amerika Serikat, Cina dan Kolumbia. Penggunaan bioetanol di Brazil dimulai sejak tahun 1980-an selanjutnya melalui kebijakan pemerintah, mobil mobil baru di Brazil dapat dijalankan apabila bahan bakarnya merupakan campuran bensin dengan bioetanol atau

30 bioetanol murni. Kebijakan ini mampu mengurangi ketergantungan negara pada minyak bumi, memperbaiki kualitas udara dan memberikan hasil samping listrik. Program bahan bakar alkohol di Kolombia dimulai sejak tahun 2002 ketika pemerintah menetapkan undang undang peningkatan kadar oksigen (O 2 ) dalam bahan bakar 5. Pada awalnya kebijakan ini untuk mengurangi emisi gas karbondioksida (CO 2 ) dari kendaraan. Regulasi selanjutnya adalah pengurangan pajak etanol sehingga lebih murah dari bensin. Hal yang serupa juga telah dilakukan oleh dua negara besar lainnya, yaitu Amerika Serikat dan Cina. Beberapa keunggulan bioetanol dibanding dengan bensin adalah sebagai berikut : 1. Penambahan bioetanol dalam bensin dapat menekan terjadinya pencemaran udara karena bilangan oktan akan meningkat serta membentuk oxygenated atau bahan bakar dengan ikatan karbon-hidrogen-oksigen yang mengurangi pencemaran udara terutama emisi karbon monoksida. 2. Peningkatan bilangan oktan bahan bakar yang membuat bahan bakar semakin tahan untuk tidak terbakar sehingga terjadi kestabilan proses pembakaran untuk memperoleh daya yang lebih stabil. 3. Bioetanol mengandung 35 persen oksigen sehingga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengurangi emisi gas rumah kaca. 4. Bioetanol mudah terurai dan aman karena tidak mencemari lingkungan. 5. Bioetanol memiliki nilai oktan yang lebih tinggi sehingga dapat menggantikan fungsi bahan aditif seperti metil tertiary butyl ether (MTBE) dan tetra ethyl lead (TEL) pada bensin (Hambali, 2007). 5

31 2.3 Penelitian Terdahulu Nursari (2006) meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial Proyek Biodiesel Kelapa Sawit pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Medan. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji keragaan tingkat kelayakan usaha proyek biodiesel serta menganalisis kembali kelayakan apabila terjadi perubahan perubahan pada manfaat dan biaya. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kegiatan pengembangan pabrik biodiesel kelapa sawit dengan kapasitas olah satu ton per jam dinyatakan layak dari semua kriteria investasi. Hasil kriteria investasi yang digunakan berturut turut adalah sebagai berikut : NPV = Rp ; IRR = 30 persen; Net B/C = 1,57 dan PbP = 3,4 tahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan harga output sebesar 2,2 persen menurut kriteria investasi dinyatakan layak. Harga pokok terendah yang harus diperoleh Rp 5380/liter biodiesel kelapa sawit (caterius paribus) dan kenaikan harga bahan baku (CPO+KOH+Methanol) tertinggi yang masih dapat ditanggung adalah sebesar Rp (cateris paribus). Wulandari (2007) meneliti tentang Analisis Kelayakan Proyek Instalasi Biogas dalam Mengelola Limbah Ternak Sapi Perah. Tujuan penelitian tersebut adalah : (1) mengkaji keragaan pengelolaan limbah ternak dengan instalasi biogas, (2) menganalisis kelayakan proyek instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak, (3) menganalisis nilai pengganti (switching value) terhadap kelayakan proyek biogas jika terjadi perubahan dalam komponen biaya dan manfaat. Analisis kelayakan finansial proyek instalasi biogas kapasitas 3,5 m 3 dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp ,96; Net B/C sebesar 1,41; IRR = 24,17 persen dan PBP = 10,5 tahun.

32 Hasil tersebut membuktikan proyek instalasi layak untuk dijalankan dengan tingkat diskonto yang ada. Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan bahwa proyek tidak layak pada penurunan penjualan sebesar tiga persen dan peningkatan biaya variabel sebesar lima persen. Disimpulkan bahwa proyek instalasi biogas dalam mengolah limbah ternak sangat peka terhadap penurunan harga penjualan dan kenaikan biaya variabel. Maryanto (2006) meneliti tentang Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan Pabril Biodiesel Berbahan Baku CPO di Desa Pangkalan Baru. Tujuan penelitian tersebut adalah : (1) menganalisis kelayakan investasi pembangunan pabrik biodiesel, (2) mengkaji jangka waktu pengembalian investasi usaha tersebut dan (3) menganalisa sensitivitas kondisi kelayakan investasi usaha tersebut. Hasil analisis finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp (untuk bahan baku CPO parit) dan Rp (untuk bahan baku CPO murni); nilai IRR = 110 persen (untuk CPO parit); Net B/C = 5,98 (untuk CPO parit) dan Net B/C = 0,07 (untuk CPO murni); PBP = 1 tahun 1 bulan (untuk CPO parit ) dan PbP = 10 tahun (untuk CPO murni). Secara finansial investasi pengembangan biodiesel dari CPO parit dinilai layak untuk dilaksanakan walaupun biaya untuk pembuatan pabrik ini cukup besar (94,6 persen dari total investasi). Pengembangan biodiesel menggunakan CPO murni dengan harga jual di pasar (PERTAMINA) tidak layak untuk dilaksanakan. Analisis switching value menunjukkan proyek tersebut tidak layak pada penurunan harga output sebesar 38,26 persen (untuk bahan baku CPO parit) dan kenaikan biaya operasional sebesar 70,77 persen ( untuk CPO parit).

33 Apriana (1995) meneliti tentang Perencanaan Pendirian Industri Aseton- Butanol-Etanol di Pabrik Kelapa Sawit Bekri PT Perkebunan X Lampung. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengkaji kemungkinan pendirian indusrri asetonbutanol-etanol menggunakan bahan baku TKKS serta industri menganalisa kelayakannya sebagai dasar pertimbangan bagi pihak pengambil keputusan untuk melakukan investasi maupun pihak pemberi kredit sebagai acuan untuk menilai kelayakan investasi industri tersebut. Hasil analisis finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp pada tingkat suku bunga pinjaman 18 persen, IRR sebesar 24,72 persen, Net B/C 1,30, pay back period 4 tahun 2 bulan 28 hari dan titik impas (BEP) Rp atau 37 persen dari nilai penjualan total pada tahun yang bersangkutan. Rinaldy (1997) meneliti tentang Pemanfaatan Onggok Singkong (Manihot esculenta crantz) Sebagai Bahan Pembuatan Etanol. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan onggok singkong sebagai bahan pembuatan etanol dengan memakai proses hidrolisis asam dan menjadikan Schizosaccaromyces sp. sebagai alternatif khamir yang digunakan selain Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoides dalam fermentasi etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa onggok singkong dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan etanol. Proses hidrolisis terbaik dengan HCl 0,2 N, menghasilkan konsentrasi sirop glukosa 4,2 persen TSS dengan netralisasi Ca(OH)2. Schizosaccharomyces sp. bisa merupakan alternatif khamir selain Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoides yang digunakan dalam fermentasi etanol.

34 2.4 Evaluasi Studi Terdahulu Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan memiliki persamaan dengan penelitian terdahulu (kecuali penelitian Rinaldy tahun 1997) adalah dalam hal topik yang dikaji serta alat analisis yang digunakan. Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian Rinaldy (1997) adalah dalam hal komoditi yang diteliti yaitu etanol. Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan kelima penelitian terdahulu (kecuali penelitian Rinaldy tahun 1997) adalah dalam hal perbedaan komoditi yang diteliti. Perbedaan dengan penelitian Rinaldy adalah bahwa penelitian Rinaldy membahas dari segi teknis pembuatan etanol sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah membahas kelayakan usahanya.

35 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan yang dapat direncanakan berarti bahwa biaya maupun hasil hasil pokok dari proyek dapat dihitung serta dapat disusun sedemikian rupa sehingga dengan penggunaan sumber sumber yang terbatas dapat diperoleh benefit yang sebesar mungkin. Benefit tersebut dapat berupa tingkat konsumsi yang lebih besar, penambahan tenaga kerja atau perbaikan mutu sistem (Gray, 1993). Menurut Soeharto (1999), proyek diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber sumber daya untuk memperoleh keuntungan. Untuk mendapatkan dan menganalisis proyek yang efektif maka harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Aspek aspek tersebut adalah :

36 1. Aspek Pasar (komersil) Aspek aspek komersial dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. Dari sudut pandang output, analisa aspek pasar untuk hasil proyek adalah sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan. Misalnya, kemana produk akan dijual, apakah pasar cukup luas untuk menampung produksi baru tanpa mempengaruhi harga, apakah produk dimaksudkan untuk konsumsi domestik atau untuk ekspor dan apakah proyek menghasilkan kualifikasi atau kualitas yang diminta oleh pasar. Dari sudut pandang input, rencana rencana yang cocok harus dibuat untuk meyakinkan tersedianya input input yang diperlukan untuk dapat menggunakan teknologi baru. Aspek pasar dari suatu proyek juga termasuk masalh pengaturan usaha usaha untuk memperoleh peralatan dan pembekalan proyek. (Gittinger, 1986). Aspek pasar mempunyai prioritas utama dari studi kelayakan proyek. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan baru muncul dan memproduksi produk yang sama. Oleh karena itu analisis pasar mutlak perlu dilakukan supaya tidak menghasilkan kegagalan apabila akan menjalankan usaha. 2. Aspek Teknis Analisa secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang - barang nyata dan jasa jasa. Hal itu sangat penting dan kerangka kerja proyek harus dibuat secara jelas agar analisa secara teknis dapat dilakukan dengan teliti. Aspek aspek lain dari analisa

37 proyek mungkin sekali perlu direvisi sebagaimana aspek aspek lain diteliti secara terperinci. Staf teknis yang baik sangat diperlukan untuk pekerjaan ini, mereka dapat diperoleh dari perusahaan perusahaan konsultan atau badan badan bantuan teknis. Analisa secara teknis akan menguji hubungan hubungan terknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang diusulkan, misalnya keadaan tanah di daerah proyek dan potensi bagi pembangunan pertanian, varietas benih tanaman. Atas dasar hal inidan pertimbangan pertimbangan yang sama, analisia teknis akan dapat menentukan hasil hasil yang potensial. Analisa ini dapat mengidentifikasi perbedaan perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau pada tahap awal pelaksanaan sehingga bila dimungkinkan dapat dilakukan survei. Bila analisa secara teknis telah dilakukan analisa proyek harus terus - menerus dilakukan untuk memastikan bahwa pekerjaan secara teknis berjalan dengan lancar dan tepat. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek selesai dibangun. Aspek teknis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai lokasi proyek, besar skala operasi atau luas produksi, criteria pemilihan mesin dan peralatan yang digunakan, proses produksi yang dilakukan dan jenis teknologi yang digunakan. 3. Aspek Sosial Analisis aspek sosial proyek dilakukan untuk meneliti secara cermat mengenai implikasi sosial yang lebih luas dari kegiatan investasi yang

38 diusulkan. Pertimbangan - pertimbangan sosial lain harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial tersebut sebab tidak ada proyek yang akan bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan. Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja, kualitas hidup masyarakat, kontribusi proyek dan dampak lingkungan yang merugikan dari keberadaan proyek. Daerah proyek harus dipih melalui peninjauan secara langsung adar dapat menjaga kelestarian daya tarik alam. Oleh karena itu, rancangan proyek perlu dilakukanguna menghindari penegluaran biaya untuk penggunaan teknologi yang kurang tepat atau biaya penggantian tanah tetapi proyek tidak memberikan pengaruh baik terhadap lingkungan (Gittinger, 1986). 4. Aspek Finansial Aspek aspek finansial dari persiapan dan analisa proyek menerangkan pengaruh pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap para peserta yang tergabung didalamnya. Tujuan utama analisa aspek finansial terhadap usaha pertanian adalah untuk menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupan mereka kepada usaha pertanian tersebut. Analisis tersebut perlu untuk memproyeksi anggaran yang akan mengestimasi penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan datang setiap tahun (Gittinger, 1986). 5. Aspek Manajemen Masalah masalah dalam persiapan proyek berkisar di antara aspek manajemen yang tumpang tindih (overlapping) yang secara jelas mempunyai

39 pengaruh yang penting terhadap pelaksanaan proyek. Untuk dapat dilaksanakan, suatu proyek harus dihubungkan secara tepat dengan stuktur kelembagaan di suatu daerah. Seringkali suatu organisasi proyek membuat lembaga lembaga lain menjadi lawannya (oposisi). Stuktur organisasi harus membuat semua lembaga yang berkepentingan mempunyai kesempatan untuk memberikan komentar organisasi proyek yang diusulkan dan memastikan bahwa pendapat mereka telah dipertimbangkan dalam proyek. Masalah masalah manajemen merupakan hal yang menentukan untuk rancangan dan pelaksanaan proyek yang baik (Gittinger, 1986). 6. Aspek Ekonomi Aspek ekonomi diperhatikan dalam rangka menentukan apakah proyek yang dilaksanakan akan memberikan sumbangan atau mempunyai peranan yang positif dalam pembangunan ekonomi seluruhnya. Selain itu, apakah peranannya itu cukup besar untuk men-justify penggunaan sumber sumber langka yang dibutuhkan. Sudut pandang yang diambil adalah masyarakat secara keseluruhan (Gittinger, 1986) Analisis Kelayakan Finansial Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya biaya dengan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek. Mengingat waktu mempengaruhi nilai uang, maka untuk membandingkan nilai uang yang berada waktu keluarannya dan penerimaannya perlu dilakukan penyamaan nilai uang melalui pemotongan (discounting). Menurut Gittinger (1986), diskonto merupakan suatu teknik yang

40 dapat menurunkan manfaat yang diperoleh di masa akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang. Analisis kelayakan finansial memiliki beberapa kriteria penilaian suatu investasi, yaitu : 1. Net Present Value (NPV) merupakan nilai sekarang dari arus tambahan manfaat bagi pelaksanaan proyek yang ditimbulkan oleh penanaman investasi, dihitung berdasarkan tingkat diskonto (Gittinger, 1986).proyek akan menguntukan jika NPV bernilai positif. Jika NPV bernilai negatif, maka akan timbul masalah, dimana pada tingkat diskonto yang diasumsikan manfaat sekarang arus manfaat menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya. 2. Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat suku bunga yang menjadikan manfaat bersih sekarang sama dengan nol. Tingkat suku bunga tersebut merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittiner, 1986). Kriteria fomal pemilihan ukuran tingkat pengembalian internal dari manfaat proyek adalah menerima semua proyek yang bebas yang mempunyai tingkat pengembalian internal sama dengan atau lebih besar dari biaya oportunitas kapital. 3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria formal yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C dari dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang bebas dengan B/C rasio sebesar satu atau

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT Oleh : SUHENDRI A 14105610 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, kehidupan sebagian besar masyarakatnya adalah ditopang oleh hasil-hasil pertanian dan pembangunan disegala bidang industri jasa

Lebih terperinci

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi permintaan. Artinya, kebijakan energi tidak lagi mengandalkan pada ketersediaan pasokan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat. mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus

I. PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat. mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus pemasok energi nasional. Bioetanol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik sumber energi yang terbarukan (renewable erergy) ataupun tidak terbarukan (unrenewable energy). Pemenuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di beberapa tempat terpencil mengalami kelangkaan pasokan. Oleh karena itu sudah saatnya Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4 ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Jumlah energi yang dibutuhkan akan meningkat seiring berjalannya waktu dan meningkatnya jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini sudah memasuki tahapan yang sangat serius dan memprihatinkan sehingga harus segera dicari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber energi semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman. Namun hal tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber energi yang ada. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penggunaan energi oleh manusia yang berasal dari bahan bakar fosil semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan penduduk di dunia.menurut laporan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK KETELA POHON (Manihot Utilissima, Pohl) VARIETAS MUKIBAT PADA DOSIS RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya semakin meningkat. Hal ini disebabkan kerena pertambahan jumlah penduduk serta meningkatnya penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi otomotif sebagai alat transportasi, baik di darat maupun di laut, sangat memudahkan manusia dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Selain mempercepat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengolahan limbah tapioka berupa onggok menjadi bioetanol merupakan alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran lingkungan serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Energi fosil khususnya minyak bumi merupakan sumber energi utama dan sumber devisa negara bagi Indonesia. Kenyataan menunjukan bahwa cadangan energi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A 1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A 14105576 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

NURUL FATIMAH A

NURUL FATIMAH A KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG GANYONG (Canna edulis Kerr) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S - 1 Program

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA. Oleh :

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA. Oleh : EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK BIOETANOL DARI TANAMAN SORGUM DENGAN KAPASITAS 324.000 kl/tahun Oleh : RIKY YONAS NIM. 21030110151003 URAY IRZANDI NIM. 21030110151004

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tongkol jagung merupakan limbah tanaman yang setelah diambil bijinya tongkol jagung tersebut umumnya dibuang begitu saja, sehingga hanya akan meningkatkan jumlah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dijelaskan mulai dari pengumpulan data hingga pengolahan data. Pengumpulan data dimulai dengan menentukan lokasi penelitian, pasar produk yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi berupa bahan bakar minyak (BBM) berbasis fosil seperti solar, bensin dan minyak tanah pada berbagai sektor ekonomi makin meningkat, sedangkan ketersediaan

Lebih terperinci

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T. ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL Hasbullah, S.Pd, M.T. Biomassa Biomassa : Suatu bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari makhluk hidup (tumbuhan). Contoh : kayu, limbah pertanian, alkohol,sampah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi berbasis fosil (bahan bakar minyak) di Indonesia diperkirakan hanya cukup untuk 23 tahun lagi dengan cadangan yang ada sekitar 9.1 milyar barel (ESDM 2006),

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.1. Kerangka Teoritis 3.1.2. Studi Kelayakan Proyek Gittinger (1986) mendefinisikan proyek pertanian sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber energi utama umat manusia saat ini diperoleh dari bahan bakar fosil yang salah satunya yaitu bahan bakar minyak (BBM) yang merupakan cairan yang sangat penting,

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK DAN FERMENTASI MENGGUNAKAN Sacharomyces cerevisiae Skripsi Sarjana Kimia Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli 07 132 018 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto BIOETHANOL Kelompok 12 Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto PENGERTIAN Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia Prarancangan Pabrik Etil Alkohol dari Molase BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Harga minyak dunia yang melambung, sudah lama diprediksi. Logikanya, minyak bumi (fossil fuel) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol digunakan pada etanol yang dihasilkan dari bahan baku tumbuhan melalui proses fermentasi.

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhui sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Krisis energi yang terjadi di dunia dan peningkatan populasi manusia sangat kontradiktif dengan kebutuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, disebabkan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan cadangan BBM semakin berkurang, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi di dunia, maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya kelangkaan bahan bakar minyak yang disebabkan oleh ketidakstabilan harga minyak dunia, maka pemerintah mengajak masyarakat untuk mengatasi masalah energi

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOETANOL DARI FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Manihot glaziovii Muell) DENGAN MENGGUNAKAN RAGI

PEMBUATAN BIOETANOL DARI FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Manihot glaziovii Muell) DENGAN MENGGUNAKAN RAGI PEMBUATAN BIOETANOL DARI FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Manihot glaziovii Muell) DENGAN MENGGUNAKAN RAGI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat dimana terjadi perubahan cuaca dan iklim lingkungan yang mempengaruhi suhu bumi dan berbagai pengaruh

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-34 Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin Andre Dwiky Kurniawan, Semin, dan Tjoek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK GANYONG (Canna edulis Kerr.) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK GANYONG (Canna edulis Kerr.) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK GANYONG (Canna edulis Kerr.) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL

VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL Penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) secara terus menerus menimbulkan dua ancaman serius: (1) faktor ekonomi, berupa jaminan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang kaya akan sumber sumber energi terbarukan yang potensial, namun pengembangannya belum cukup optimal. Sebenarnya kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sorgum merupakan tanaman asli dari wilayah- wilayah tropis dan subtropis di bagian Pasifik tenggara dan Australasia, wilayah yang meliputi Australia, Selandia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. Dewasa ini, penurunan kualitas lingkungan menjadi bahan petimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang UKDW. minyak semakin meningkat, sedangkan cadangan energi minyak bumi (fosil)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang UKDW. minyak semakin meningkat, sedangkan cadangan energi minyak bumi (fosil) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir, kebutuhan manusia terhadap bahan bakar minyak semakin meningkat, sedangkan cadangan energi minyak bumi (fosil) setiap harinya semakin berkurang.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KECIL BIOETANOL BERBAHAN BAKU MOLASES DI JAWA TENGAH ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KECIL BIOETANOL BERBAHAN BAKU MOLASES DI JAWA TENGAH ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KECIL BIOETANOL BERBAHAN BAKU MOLASES DI JAWA TENGAH Rita Nurmalina Suryana *)1, Tintin Sarianti *), dan Feryanto *) *) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

Peran Bioteknologi Dalam Mendukung Energi Berkelanjutan

Peran Bioteknologi Dalam Mendukung Energi Berkelanjutan Peran Bioteknologi Dalam Mendukung Energi Berkelanjutan Siswa Setyahadi Pusat Teknologi Bioindustri Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT 2

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis bahan bakar minyak merupakan salah satu tanda bahwa cadangan energi fosil sudah menipis. Sumber energi fosil yang terbatas ini menyebabkan perlunya pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan produksi minyak bumi nasional yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan minyak bumi di Indonesia. Cadangan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring prediksi peningkatan jumlah penduduk tahun 2023 sebayak 400 juta orang, maka kebutuhan sandang papan, pangan dan enegi juga meningkat. Disisi lain terjadi

Lebih terperinci

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang bersifat non renewable disebabkan dari semakin menipisnya cadangan minyak bumi. Saat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan suatu negara, bangsa, daerah atau wilayah yang sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi, akan mendorong meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak bumi, salah satunya dengan menerapkan teknologi Enhanched Oil Recovery (EOR) pada lapangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren Djeni Hendra, M.Si. Pusat Litbang Hasil Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, 11-12 Mei 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi tiap tahunnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan ketersediaan akan sumber

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

SKRIPSI PEMANFAATAN LIMBAH BIJI JAGUNG DARI INDUSTRI PEMBIBITAN BENIH JAGUNG MENJADI BIOETHANOL

SKRIPSI PEMANFAATAN LIMBAH BIJI JAGUNG DARI INDUSTRI PEMBIBITAN BENIH JAGUNG MENJADI BIOETHANOL SKRIPSI PEMANFAATAN LIMBAH BIJI JAGUNG DARI INDUSTRI PEMBIBITAN BENIH JAGUNG MENJADI BIOETHANOL Oleh : Adinda Gitawati NPM : 0831010054 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci