KHASIAT KLINIS SUPLEMENTASI VITAMIN C PADA ANAK PENDERITA PNEUMONIA BERAT
|
|
- Ida Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KHASIAT KLINIS SUPLEMENTASI VITAMIN C PADA ANAK PENDERITA PNEUMONIA BERAT CLINICAL EFFICACY OF VITAMIN C SUPPLEMENTATION IN CHILDREN WITH SEVERE PNEUMONIA Kwari Januar Satriono,Idham Jaya Ganda, Dasril Daud. Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Unhas, Makassar Alamat Korespondensi: Kwari Januar Satriono Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, HP: kwari_kaneshiro@yahoo.co.id 1
2 Abstrak Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak. Anak berada dalam keadaan lemah, sehingga membutuhkan suplementasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui khasiat klinis suplementasi vitamin C pada penderita pneumonia berat anak. Desain penelitian ini adalah uji klinis secara randomisasi buta ganda.data berasal dari pasien yang dirawat di RSUP dr Wahidin Sudirohusodo dan RSUD Labuang Baji dari bulan Januari 2013 sampai Juni 2013 dengan diagnosis pneumonia berat. Terbagi atas 2 kelompok yang mendapatkan terapi standar + plasebo dan terapi standar + suplementasi vitamin C. Dari 103 sampel pneumonia berat, 51 pasien mendapatkan terapi standar + suplementasi vitamin C dan 52 pasien mendapatkan terapi standar + plasebo.hasil penelitian menunjukkan suplementasi vitamin C tidak berperan pada penderita pneumonia berat anak. Perbaikan demam p=0,071(p>0,05), perbaikan frekuensi nafas p=0,098(p>0,05), retraksi subkostal p=0,085(p>0,05), dan pada ronkhi nyaring plasebo justru lebih bermakna dengan p=0,005(p<0,05). Kata Kunci : Pneumonia berat, suplementasi vitamin C. Abstract Pneumonia remains one of the most primary mortality cause in children. The children in weak condition, thus supplementation essentially needed. This study aimed to measure clinical efficacy of vitamin C supplementation in children with severe pneumonia.the study design was a double blind randomized clinical trial. Data achieved primary from patients hospitalized in Wahidin Sudirohusodo hospital and Labuang Baji Hospital with diagnosis severe pneumonia during January 2013 to April 2013 period. Samples were divided into 2 groups which received standar protocol + placebo and standar protocol + vitamin C supplementation. Among 103 severe pneumonia samples, 51 patients obtained standar protocol + vitamin C supplementation and 52 patients obtained standar protocol + placebo.the study reveals that vitamin C has no effect in severe pneumonia. Recovery of fever p=0.085(p>0,05), respiratory rate frequency p= 0,098(p>0,05), subcostal retraction p=0.098(p>0,05), and in fine crackles recovery, placebo surprisingly superior with p = 0.005(p<0,05). Keywords: severe pneumonia, vitamin C supplementation. 2
3 PENDAHULUAN Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak. Pakar klinis dan epidemiologi menyatakan terdapat berbagai kesulitan dalam pencegahan dan tata laksana penyakit ini, antara lain pengobatan antibiotik tidak efektif karena penderita biasanya dalam kondisi lemah akibat malnutrisi kronis dan infeksi parasit. Selain itu banyaknya jenis virus dan bakteri yang menginfeksi paru-paru, menyulitkan dalam pengidentifikasian penyebab spesifik pada setiap penderita.(abinash 2000, King BR 2009) Prevalensi pneumonia secara umum adalah 12 kasus/1000 orang/tahun. Insidens tertinggi dari pneumonia pada usia 0-4 tahun. Di Indonesia angka kematian pneumonia ialah 60/10000 bayi dan 10,6/1000 anak balita(dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 1995), sehingga pneumonia masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian dan harus ditanggulangi secara sungguh-sungguh.(hsiao et al 2009) Vitamin C atau L-ascorbic acid merupakan nutrisi esensial untuk manusia. Askorbat (ion dari asam askorbat) dibutuhkan dalam berbagai reaksi metabolik yang penting bagi hewan, tumbuhan dan manusia, disintesis oleh hampir semua organisme kecuali manusia dan monyet. Defisiensi menyebabkan skorbut pada manusia. Juga digunakan secara luas sebagai suplemen makanan. Komponen yang penting dari vitamin C adalah ion askorbatnya, karena berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi tubuh dari stres oksidasi, dan merupakan kofaktor dari berbagai reaksi enzimatik penting. (Anonymous 2009, Anonymous 2009). Salah satunya adalah aktivitas fagositosis yang tergantung dari jumlah asam aksorbat di dalam darah dan jaringan. Jika kadar asam askorbat terlalu rendah sel darah putih tidak akan menyerang bakteri yang menginvasi, hal ini terlihat jelas pada defisiensi asam askorbat(stone I 2009). Asam askorbat juga bersifat bakteriostatik dan bakterisid. Seperti yang diungkapkan pada penelitian tahun 1941 berbagai organisme dapat diinhibisi oleh asam askorbat 2 milligram percent (mg%) 2 bagian asam askorbat dalam bagian suspensi bakteri(staphylococcus aureus, B. typhosus, B. coli, B. subtilis). Pada dosis 5 3
4 mg % B diphtheriae dan juga Streptococcus hemolyticus aktivitasnya dihambat. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan efek bakteriostatik vitamin C terhadap mycobacterium tuberculosis. Berlandaskan konsep biologis tersebut vitamin C digunakan sebagai suplemen bahkan digunakan oleh sebagian pakar sebagai terapi tunggal terhadap berbagai penyakit infeksi termasuk ISPA dan juga pneumonia, mengingat pada pneumonia melibatkan imunitas dan proses inflamasi. Seperi Hochwald yang menginjeksikan 500 milligram setiap satu setengah jam sampai hilangnya demam, yang menemukan perbaikan lebih cepat terhadap demam dan gejalagejala lokal serta normalisasi darah rutin. Sebagai suplementasi vitamin C terbukti efektif dalam memperbaiki prognosis Pneumonia dan COPD pada orang dewasa perokok (Halsted CH 2006, Hemilia H 2009). Selain itu sumber vitamin C mudah didapatkan di mana-mana dengan harga murah dan dapat diberikan baik dalam bentuk tablet, puyer, kapsul maupun injeksi. Sehingga memudahkan untuk diteliti. Dan diberikan pada setiap orang yang memerlukannya. Namun sepanjang pengetahuan penulis peneltian mengenai suplementasi vitamin C pada pasien anak sangat jarang dilakukan, sementara penelitian mengenai khasiat klinis suplementasi vitamin C pada anak penderita pneumonia di Indonesia baru sekali dilakukan di Kebumen tahun 2006 namun vitamin C dikombinasi dengan Zink, Vitamin A dan zat besi. Sehingga penulis tertarik dalam meneliti topik ini. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai khasiat klinis suplementasi vitamin C pada anak penderita pneumonia berat, dalam hal berkurangnya lama demam, perbaikan frekuensi nafas per menit, menghilangnya retraksi subkostal dan menghilangnya ronkhi nyaring. 4
5 BAHAN DAN METODE Lokasi dan rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan di instalasi rawat inap RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD Labuang Baji dengan menggunakan data primer pasien anak yang dirawat dengan pneumonia berat. Jenis penelitian yang digunakan adalah double blind randomized clinical trial dengan menggunakan kontrol plasebo. Populasi dan sampel Populasi adalah semua penderita anak yang rawat inap di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD Labuang Baji mulai Januari 2013 hingga Juni Sampel sebanyak 103 anak yang menderita pneumonia berat yang dikelompokkan dalam dua kelompok yakni penderita pneumonia berat yang mendapatkan terapi standar + suplementasi vitamin C sebanyak 51 orang dan penderita pneumonia berat yang mendapatkan terapi standar + plasebo, kedua kelompok telah memenuhi kriteria inklusi yaitu penderita pneumonia konfirmasi radiologis, umur 2 tahun-18 tahun, bersedia ikut dalam penelitian dan tidak termasuk kriteria ekslusi yakni pneumonia dengan penyakit lain, pneumonia aspirasi, telah mendapat suplemen vitamin C dosis tinggi dalam 4 bulan terakhir dan telah mendapat terapi antimikroba dalam periode sakit pneumonia sekarang ini. Dan sudah mendapat persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Metode pengumpulan data Pengumpulan data yang berasal dari setiap pasien yang opname dicatat nama, nomor register, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, gizi, serta gejala-gejala klinis seperti frekuensi pernafasan per menit, melihat ada tidaknya retraksi subkostal, mendengar adanya ronkhi nyaring dan atau wheezing serta lama hilangnya demam. Serta dilakukan foto Thorax dan pemeriksaan penunjang. Analisis data Data biomedis umur, jenis kelamin, status gizi dan karakteristik sampel dengan analisis univariat diolah dengan menggunakan SPSS for windows 20 dan untuk menilai perbaikan gejala klinis pneumonia meliputi perbaikan frekuensi 5
6 nafas, menghilangnya retraksi subkostal, tidak terdengarnya ronkhi nyaring dan penurunan demam dilakukan analisis nonparametrik dengan metode Mann Whitney-U. HASIL Hasil evaluasi khasiat kilnis suplementasi vitamin C dibandingkan plasebo Tabel 1, memperlihatkan, 103 penderita pneumonia berat, kelompok yang mendapatkan suplementasi vitamin C laki-laki 29 orang (56,86%) dan perempuan 22 orang (43,14%), plasebo laki-laki 22 orang (42,3%) dan perempuan 30 orang (57,7%), mean umur kelompok vitamin C 4,91 tahun sementara untuk kelompok plasebo 4,38 tahun, gizi baik pada kelompok vitamin C 48 orang (94,1%) dan gizi kurang 3 orang (5,9%) sementara gizi baik pada kelompok plasebo 41 orang(78,4%) dan gizi kurang 11 orang(21,6%), lama demam sebelumnya pada kedua kelompk tidak terpaut jauh dengan selisih 0,23 hari juga dengan frekuensi pernafasan awal berkisar 50x/menit. Tabel 2, tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hal berkurangnya demam baik pada kelompok yang mendapatkan suplementasi vitamin C maupun plasebo (p=0,271). Nilai rata-rata kelompok vitamin C dan plasebo masingmasing 2,52 hari dan 2,92 hari. Tabel 3, tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hal perbaikan frekuensi nafas per menit baik pada kelompok yang mendapatkan suplementasi vitamin C maupun plasebo (p=0,098). Nilai rata-rata kelompok vitamin C dan plasebo masing-masing 2,76 hari dan 2,61 hari Tabel 4, tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hal menghilangnya retraksi subkostal pada kelompok yang mendapatkan suplementasi vitamin C maupun plasebo (p=0,855). Nilai rata-rata kelompok vitamin C dan plasebo masing-masing 3,68 hari dan 3,73 hari. Tabel 5, terlihat plasebo lebih bermakna dengan kelompok yang diberikan suplementasi vitamin C dengan nilai p=0.005(p<0,05). Terlihat plasebo lebih cepat menghilangkan ronkhi nyaring 0,78 hari. 6
7 PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata suplementasi vitamin C dibandingkan plasebo tidak berperan penting terhadap perbaikan gejala klinis pneumonia berat. Terbukti tidak ada perbedaan bermakna pada parameter klinis perbaikan demam, frekuensi pernafasan, retraksi subkostal. Dan pada parameter ronkhi nyaring kelompok plasebo justru lebih unggul dengan selisih 0,78 hari. Fenomena menghilangnya ronkhi nyaring yang lebih cepat pada kelompok plasebo sangat mengherankan penulis, mungkin hal ini dikaitkan dengan pada kelompok plasebo mungkin masih lebih sensitif terhadap antibiotik standar namun sayangnya tidak dapat dibuktikan. Kemungkinan juga pada kelompok vitamin C justru lebih rendah dibandingkan plasebo karena lebih didominasi oleh gizi baik, yakni 48 orang dari total 51 orang secara konsep biologis gizi baik kerapkali dihubungkan dengan kadar askorbat plasma yang normal, sementara vitamin C dosis besar apabila diberikan pada kadar plasma askorbat yang normal maka cenderung akan diekskresikan oleh tubuh melalui urin atau sama sekali tidak dipakai.(hemilia H 2009, McGregor et al 2006). Hal tersebut kemungkinan juga berpengaruh pada tiga parameter klinis lainnya sehingga menyebabkan tidak adanya kemaknaan. Namun sekali lagi hal ini tidak bisa dibuktikan karena tidak dilakukan pemeriksaan askorbat plasma awal pada kedua kelompok.(catchart RF 2009) Kekuatan pada penelitian ini adalah merupakan penelitian yang pertama mengenai suplementasi vitamin C pada pneumonia dengan desain Double Blind Randomized Clinical Trial. Keterbatasan dalam penelitian ini seperti tidak dilakukannya pemeriksaan penyebab dari pneumonia apakah karena kausa bakteri, virus, parasit, jamur atau campuran karena keterbatasan alat pemeriksaan. Dosis suplementasi vitamin C yang sebenarnya masih kontroversi di kalangan ahli, tidak diperiksakannya kadar asam askorbat plasma awal serta singkatnya masa penelitian. Idealnya dilakukan penelitian yang lebih lengkap dengan identifikasi penyebab dari pneumonia, pemeriksaan kadar askorbat serum dan dosis vitamin C yang lebih distandardisasi. 7
8 Dari keempat variabel yang diteliti dapat disimpulkan bahwa suplementasi vitamin C pada penderita pneumonia berat tidak berperan penting bila dibandingkan terapi standar. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian kami simpulkan bahwa vitamin C tidak berperan dalam memperbaiki gejala pneumonia berat pada anak. Sehingga untuk saat ini masih belum direkomendasikan sebagai suplementasi tambahan terhadap penderita pneumonia berat anak. 8
9 DAFTAR PUSTAKA Abinash V. (2000). Current diagnosis and treatment in infectious diseases,1st ed. New York: The McGraw-Hill Co. Anonymous. (2009). Vitamin C. Diakses 23 Maret Available from: Anonymous. (2009). Vitamin C. Diakses 23 Maret Available from: Catchart RF. Unique Function of Vitamin C. Diakses 24 Maret (2009). Available from: Dirjen pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan pemukiman.(1995). Pedoman program pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan akut untuk penanggulangan pneumonia pada balita dalam PELITA VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Halsted CH.(1993). Human Nutrition and Dietetics, 9th ed. New York: Churchill Livingstone, Hemilia H. et al.(2009). Vitamin C for Preventing And Treating Pneumonia: Cochrane Systematic Review. Diakses 27 Maret Available from: Hsiao G. et al.(2009). Pediatric Community Acquired Pneumonia. Diakses 27 Maret Available from: King BR. (2009). Pediatrics pneumonia. Diakses 29 Maret Available from: Stone I.(2009). The Healing Factor: Vitamin C. Diakses 23 Maret Available from: ( McGregor. et al.(2006). Megaascorbic Therapies Vitamin C. Journal of Medicine, 1(1):
10 Tabel 1. Karakteristik deskriptif dari sampel Vitamin C Plasebo Umur Mean 4,91 tahun 4,38 tahun Median 4,00 tahun 3,29 tahun Standar deviasi 3,04 tahun 2,96 tahun Rentangan 2,00-12,33 tahun 2,00-14,75 tahun Jenis Kelamin (n=51 orang) (n=52 orang) Laki-laki 29 orang(56,86%) 22 orang(42,3%) Perempuan 22 orang(43,14%) 30 orang(57,7%) Lama demam sebelumnya Mean 2,88 hari 2,65 hari Median 3,00 hari 3,00 hari Standar Deviasi 0,62 hari 0,68 hari Frekuensi nafas awal Mean 55,74 x/menit 54,98 x/menit Median 56 x/menit 55 x/menit Standar Deviasi 2,58 x/menit 2,70 x/menit Status Gizi (n=51 orang) (n=52 orang) Gizi Baik 48 orang(94,1%) 41 orang(78,4%) Gizi Kurang 3 orang(5,9%) 11 orang(21,6%) Tabel 2: Hubungan suplementasi vitamin C dengan lama demam Lamanya pencapaian hilangnya Kelompok Demam (hari) Vitamin C (n=51) Plasebo (n=52) Mean 2,52 2,92 Median 2,00 2,00 95% Confidence Interval 2,35-2,70 2,57-3,57 Standar Deviasi (SD) 0,61 1,25 Rentangan Mann-Whitney U =1140,500 Z = -1,101 p = 0,271 (p>0,05) Tabel 3. Lamanya pencapaian perbaikan frekuensi nafas pada masingmasing kelompok Lamanya pencapaian perbaikan frekuensi pernapasan per menit (hari) Vitamin C (n=51) Kelompok Plasebo (n=52) Mean 2,76 2,61 Median 3,00 2,00 95% Confidence Interval 2,59-2,93 2,38-2,84 Standar Deviasi (SD) 0,61 0,82 Rentangan Mann-Whitney U =1098,500 Z =-1,656 p = 0,098 (p>0,05) 10
11 Tabel 4 Lama pencapaian menghilangnya retraksi subkostal pada masingmasing kelompok Lamanya pencapaian menghilangnya Kelompok retraksi subkostal (hari) Vitamin C (n=51) Plasebo (n=52) Mean 3,68 3,73 Median 4,00 4,00 95% Confidence Interval 3,43-3,96 3,38-4,07 Standar Deviasi (SD) 0,90 1,23 Rentangan Mann-Whitney U = 1299,500 Z=-0,183 p= 0,855 (p>0,05) Tabel 5. Lamanya pencapaian berkurangnya frekuensi ronkhi nyaring pada masing-masing kelompok Kelompok Lamanya pencapaian menghilangnya ronki nyaring (hari) Vitamin C + Terapi Plasebo + Terapi Standar (n=52) Standar (n=51) Mean 7,03 6,25 Median 7,00 6,00 95% Confidence Interval 6,71-7,36 5,84-6,65 Standar Deviasi (SD) 1,16 1,45 Range Mann-Whitney U =907,00 Z =-2,835 p = 0,005 (p<0,01) 11
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian anak usia di bawah 5 tahun di negara berkembang pada tahun 2011 (Izadnegahdar dkk, 2013).
Lebih terperinciF. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kematian yang tersering pada anak-anak di negara yang sedang berkembang dan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare masih merupakan penyebab kematian paling utama pada anak-anak, dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun 1978, saat World
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk organ di sekitarnya seperti sinus, rongga
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebanyak 23 balita (44,2%).
Lebih terperinciPHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007
POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PNEUMONIA BALITA PADA RAWAT JALAN PUSKESMAS I PURWAREJA KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2004 Indri Hapsari dan Ika Wahyu Budi Astuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka
BAB I PENDAHULUAN Pneumonia 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan anak yang penting di dunia karena tingginya angka kesakitan dan angka kematiannya, terutama pada anak berumur kurang
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013 Melianti Mairi, 2014. Pembimbing 1 : dr. Dani, M.Kes Pembimbing 2 : dr. Budi Widyarto, M.H Pneumonia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai
Lebih terperinciINTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3
INTISARI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DAN PNEUMONIA SERTA TB PARU STUDI DESKRIPTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Lisa Ariani 1 ; Erna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).
Lebih terperincidalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.
BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,
Lebih terperinciINFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT Pendahuluan Sejarah; Thn 1984 ISPA Ringan ISPA Sedang ISPA Berat Thn 1990 Titik berat PNEUMONIA BALITA Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia Di Indonesia Kematian bayi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit inflamasi yang mengenai parenkim paru. 1 Penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh suatu mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit (PDPI,
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.
BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada subyek berumur 1-5 tahun. Pemilihan subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk pencegahan utama keracunan botulismus pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Balita Rawat Inap di RSUD Kab Bangka Tengah Periode 2015
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2014). Pneumonia pada geriatri sulit terdiagnosis karena sering. pneumonia bakterial yang didapat dari masyarakat (PDPI, 2014).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pemasaran, distribusi, resep, dan penggunaan obat-obatan dalam masyarakat, dengan penekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyebab kematian utama pada kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan dan dapat menimbulkan
Lebih terperinciSugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...
Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Sumbersari Periode 1 Januari-31 Maret 2014 (Study of Antibiotics Use on ARI Patients in Under
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada saluran pernapasan merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan pada lokasi infeksinya terbagi menjadi dua yaitu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. 1 Infeksi ini merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju seperti Amerika Serikat, angka harapan hidup meningkat dari 70,2 tahun pada 1965, menjadi 77,8 tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pneumonia adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang jaringan paru. Pneumonia dapat diagnosis secara pasti dengan x-photo thoraks dengan terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini angka kejadian beberapa penyakit non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang. Penyakit infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Penyebab
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengevaluasi tentang penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 79 rekam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 36 pasien yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan kelompok
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : RIRIN DYAH AYU APRILIA K 100080057 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria
Lebih terperinciPerbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU dr.
Sari Pediatri, Sari Vol. Pediatri, 8, No. Vol. 3, Desember 8, No. 3, 2006: Desember 226-2006 230 Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis adalah puncak interaksi kompleks mikroorganisme penyebab infeksi dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE, 2000).The American College
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji eksperimental klinis dengan randomized. + asam askorbat 200 mg intravena/hari selama 7 hari.
xlviii BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Penelitian ini merupakan uji eksperimental klinis dengan randomized control trial (RCT), menggunakan pembutaan ganda. Dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit ini merupakan infeksi serius yang dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang diteliti. Metode ini merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang bertujuan menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-59 bulan (Kemenkes RI, 2015: 121). Pada usia ini, balita masih sangat rentan terhadap berbagai
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik. 4.2. Tempat dan waktu penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah besar kesehatan masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah penyebab kematian karena infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru, dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari
1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya reversibel,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 oleh World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis malnutrisi dengan prevalensi tertinggi di dunia sehingga masuk dalam daftar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis
BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis kronik yang berobat di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL. Selama penelitian diambil sampel sebanyak 50 pasien
Lebih terperinciABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014
ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 Hemoptisis atau batuk darah merupakan darah atau dahak yang bercampur darah dan di batukkan dari saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan
Lebih terperinciAntibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013
Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Advisedly, Tarigan A, Masykur-Berawi M. Faculty of Medicine Lampung
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di sub bagian Pulmologi, bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan
BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh invasi organisme mikroskopik yang disebut patogen. Patogen adalah organisme atau substansi seperti bakteri, virus, atau parasit
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional mengenai hubungan karakteristik demografis dan profil keluarga dengan penyakit infeksi di Klinik Dokter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia tiap tahun dan menduduki peringkat nomor dua penyebab
Lebih terperinciPeresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat
Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat (Antibiotic prescription of children outpatient in BLUD RS Ratu Zalecha Martapura:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Balita 2.1.1 Definisi Balita Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian anak usia di bawah lima tahun (Muaris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Data
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit akut saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan spektrum penyakit yang berkisar
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular adalah salah satu permasalahan kesehatan yang masih sulit ditanggulangi, baik itu penyakit menular langsung maupun tidak langsung. Tuberkulosis (TB)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian dilakukan pada pasien pneumonia yang dirawat inap di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Selama bulan September 2015 hingga Oktober 2015 diambil
Lebih terperinciANALISIS BIAYA ANTIBIOTIK PADA TERAPI PNEUMONIA PASIEN BPJS ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN
ANALISIS BIAYA ANTIBIOTIK PADA TERAPI PNEUMONIA PASIEN BPJS ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014-2015 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh:
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita
Lebih terperinciPREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan bentuk dan konsistensi feses menjadi abnormal yang dihubungkan dengan peningkatan frekuensi defekasi menjadi 3 kali dalam sehari (Navaneethan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyebab utama kesakitan dan kematian didunia terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan
Lebih terperinciPneumonia tercatat sebagai masalah kesehatan. Efektivitas Suplemen Zink pada Pneumonia Anak
Artikel Asli Efektivitas Suplemen Zink pada Pneumonia Anak Audrey M. I. Wahani Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/RSU. Prof. Dr. R.D. Kandou, Manado Latar belakang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, yang menimbulkan konsolidasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang terutama menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Brunner & Suddarth,
Lebih terperinciINTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3
INTISARI GAMBARAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DENGAN DIAGNOSIS TB PARU DENGAN ATAU TANPA GEJALA HEMAPTO DI RSUD ULIN BANJARMASIN PADA TAHUN 2013 Ari Aulia Rahman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka prevalensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Diare adalah berak konsistensi lunak sampai cair sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari. 1,2 Angka kejadian diare pada anak usia balita masih cukup tinggi dan
Lebih terperinciKETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN
ABSTRAK KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN Riska Ramdaniyah 1 ; Ratih Pratiwi Sari 2 ; Erwin Fakhrani 3 Ketepatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel bebas
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK
ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK Andry Setiawan Lim, 2012, Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. Pembimbing II: Sijani
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya di lihat dari angka kematian dan kesakitan balita. Masa balita merupakan kelompok yang rawan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH. Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012
ARTIKEL ILMIAH Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012 KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Dimploma III
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan suplemen semakin meningkat, dan sepertinya akan terus menerus bertambah 1. Di Inggris, tidak kurang dari 40 persen penduduk mengkonsumsi suplemen secara teratur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, tetapi juga perkembangan kecerdasaanya. (Kurniasih,dkk, 2010). Namun, anak usia di bawah lima tahun (balita)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan anak di usia balita merupakan hal yang menentukan perkembangan fisik dan mental serta keberhasilan di usia selanjutnya. Pola makan bergizi seimbang pada
Lebih terperinciMEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014
RASIONALITAS PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI RSUD UNDATA PALU TAHUN 2012 Puspita Sari*, Oktoviandri Saputra** * Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Lebih terperinci