Komunikasi Instruksional Pengajar Dalam Membentuk Sikap Anggota Untuk Melestarikan Aksara Sunda Sebagai Budaya Sunda

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Komunikasi Instruksional Pengajar Dalam Membentuk Sikap Anggota Untuk Melestarikan Aksara Sunda Sebagai Budaya Sunda"

Transkripsi

1 Komunikasi Instruksional Pengajar Dalam Membentuk Sikap Anggota Untuk Melestarikan Aksara Sunda Sebagai Budaya Sunda Gita Tresna Sakti 1, Asep Suryana 2, Agus Setiaman 2 Jurusan Ilmu Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Corresponding Author : oby.asterix@gmail.com ABSTRAK Gita Tresna Sakti, , Komunikasi Instruksional Pengajar Dalam Membentuk Sikap Anggota Untuk Melestarikan Aksara Sunda Sebagai Budaya Sunda, dengan subjudul Studi Deskriptif Tentang Komunikasi Instruksional Pengajar Dalam Membentuk Sikap Anggota Untuk Melestarikan Aksara Sunda Sebagai Budaya Sunda Di Gedung Indonesia Menggugat Bandung. Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui kredibilitas pengajar, isi pesan, metode pengajaran, jenis media, metode pembelajaran dan lingkungan belajar dalam proses pembelajaran aksara Sunda dengan sikap anggota untuk pelestarian budaya Sunda. Metode yang digunakan oleh penulis adalah Metode Deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan, observasi & wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah 49 orang, peneliti menggunakan metode sensus & mengambil ukuran 49 sampel yang merupakan seluruh populasi yang akan diteliti. Hasil dari penelitian ini yaitu ada cenderung keterkaitan antara aspek kredibilitas pengajar, isi pesan, metode, media yang digunakan dan lingkungan belajar dengan sikap anggota untuk melestarikan aksara Sunda sebagai budaya Sunda baik dari sisi aspek kognitif afektif & konatif. Hal ini dapat dilihat dari kredibilitas pengajar, isi pesan, metode, media & lingkungan belajar berada pada kategori yang tinggi atau baik. Saran yang diberikan peneliti, secara keseluruhan sudah baik, sebaiknya dipertahankan dan perlu di eksplorasi lagi baik dari kredibilitas pengajar, isi pesan, metode, media yang digunakan & lingkungan belajar dalam kegiatan kelas aksara Sunda ini, agar anggota tidak merasa jenuh dengan kegiatan tersebut. Kata Kunci : Komunikasi Instruksional, Pengajar, Aksara Sunda, Budaya Sunda Page 1 of 16

2 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang digunakan untuk menanggapi lingkungannya. Kebudayaan, seperti halnya binatang menggunakan kemampuan organ tubuhnya dalam mempertahankan hidup, merupakan pengetahuan yang diperoleh manusia dari belajar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sangat erat dengan kebiasaan berpola (adat) dan melembaga yang pada gilirannya terangkum dalam sebutan kebudayaan. (Koentjaraningrat, 1980:3) Kebudayaan Sunda di era globalisasi ini semakin terkikis dengan kemajuan teknologi, bahkan seringkali orang mempertanyakaan keberadaan dan kelestarian kebudayaan daerah dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Pertanyaan itu mengandung kekhawatiran bahwa pengembangan kebudayaan nasional itu menyisihkan kebudayaan daerah dan karena itu dapat dimengerti kalau diingat bahwa selama ini orang kurang memperhatikan upaya pelestarian kebudayaan-kebudayaan daerah itu mengalami perkembangan pula. Dengan adanya PERDA Jawa Barat No.5 Tahun 2003 tentang pelestarian, pembinaan dan pengembangan bahasa, sastra dan aksara Sunda dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di Jawa Barat diharapkan bahasa, sastra, dan aksara Sunda mendapatkan perlakuan yang setara dengan bahasa dan sastra Nasional bahkan bahasa Asing. Page 2 of 16

3 Namun pada kenyataannya saat ini upaya pemerintah kurang mendapatkan respon yang memuaskan dari masyarakat, upaya pemerintah seperti menggelar festival kebudayaan hanya mendapatkan respon baik dari sebagian kecil masyarakat. Upaya lain untuk melestarikan bahasa Sunda ialah, melalui penggunaan aksara Sunda atau aksara tersebut adalah Hanacaraka yang merupakan sebutan bagi huruf kuno yang ada di Jawa. Nama Hanacaraka sendiri diambil dari lima huruf pembentuk pertama yang merupakan kelompok tulisan berkait rapat sekitar tahun 2007 aksara tersebut populer. Setidaknya, kini para wisatawan dari luar kota sedikit mengenal tentang aksara Hanacaraka yang merupakan identitas dari kebudayaan kota Bandung ini, pada tingkat SLTP dan SLTA saat ini sudah ada pelajaran yang memuat aksara Sunda, namun tidak cukup sampai disitu pemerintah mengupayakan untuk memperkenalkan aksara Sunda kepada sasaran masyarakat yang lebih luas lagi, yaitu melalui plang jalan dibeberapa jalan protokol di kota Bandung, pada plang tersebut tertera nama jalan dalam tulisan abjad sesuai ejaan yang disempurnakan disertai dengan aksara Sunda. Selain penempatan aksara Sunda di plang jalan protokol di kota Bandung, sebetulnya aksara Sunda juga sudah mulai diperkenalkan oleh salah satu komunitas musik underground seperti Jasad yang memperlihatkan di layar panggung ketika mereka tampil, akan tetapi masih saja tetap banyak sekali masyarakat Sunda sendiri tidak mengetahui atau bahkan tidak pernah mendengar mengenai aksara Sunda itu seperti apa. Terkadang seseorang lebih tertarik untuk Page 3 of 16

4 mempelajari budaya luar negeri yang dianggap keren, bahkan tak jarang menjadikannya kiblat. Budaya sendiri yang ibaratnya lebih dekat acapkali ditinggalkan atau dilupakan dan dianggap kampungan. Melihat hal tersebut, sudah saatnya aksara Sunda dikenal oleh masyarakat yang lebih luas dan khususnya lebih dijaga oleh masyarakat Sunda itu sendiri. Kenali Negerimu dan Cintai Negerimu taglin yang dicanangkan kementrian kebudayaan dan pariwisata beberapa tahun lalu. Sebuah ajakan agar kita bangsa Indonesia mengenal keanekaragaman budaya yang ada di negeri ini. Sebelum kita cinta akan negeri ini, tentunya kita harus kenal dulu siapa negeri ini. Akhir-akhir ini tepatnya sejak Oktober 2010 munculah seorang wanita muda Shinta Ridwan yang masih memiliki semangat dan motivasi untuk tetap melestarikan aksara Sunda tersebut dan bahkan mengajak orang-orang yang ingin belajar aksara Sunda secara gratis yang bertempat di Gedung Indonesia Menggugat Bandung, selain tempat yang strategis, tempat tersebut juga memang sengaja di fasilitasi oleh pemerintah untuk kegiatan-kegiatan positif dan tempat tersebut banyak dominan dipakai untuk kegiatan seni dan budaya. Berdasarkan permasalahan tersebut untuk melestarikan budaya Sunda, peneliti ingin mengkaji lebih dalam lagi mengenai Komunikasi Instruksional Pengajar Dalam Membentuk Sikap Anggota Untuk Melestarikan Aksara Sunda Sebagai Budaya Sunda Page 4 of 16

5 1. Komunikasi Instruksional 1.1 Komunikasi Instruksional pengajar Semua kegiatan tidak akan terlepas dari komunikasi termasuk pada kegiatan pengajaran dalam pendidikan yang biasa dikenal dengan sebutan komunikasi instruksional atau komunikasi edukatif, yaitu komunikasi yang dirancang khusus untuk tujuan perubahan perilaku pada pihak sasaran. Pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah atau instruksi. Dalam dunia pendidikan, kata instruksional tidak diartikan perintah, tetapi lebih mendekati kedua arti yang pertama yakni pengajaran dan pembelajaran. (Yusup, 1990;17) Kegiatan komunikasi instruksional berjalan efektif apabila setiap dimensi atau unsur komunikasi instruksional satu dengan yang lainnya saling menunjang. Dimensi dari komunikasi instruksional mencakup atas beberapa hal, yaitu : kredibilitas (k eahlian) pengajar, isi pesan atau materi pelajaran, metode pembelajaran, media. (Yusup, 1990:22) A. Kredibilitas pengajar. Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat yang dimiliki komunikator, seperti keahlian dan kepercayaan serta daya tarik. Dalam proses pembelajaran, guru lebih banyak menduduki posisi sebagai komunikator, oleh karena itu yang disebut dengan kredibilitas komunikator dalam penelitian ini adalah keahlian pengajar atau kemampuan pengajar dalam menyampaikan pesan atau materi pelajaran, Page 5 of 16

6 kepercayaan anggota terhadap pengajar atas materi yang disampaikan, serta daya tarik pengajar dalam proses pembelajaran. B. Isi pesan. Dalam komunikasi instruksional, isi pesan diartikan sebagai informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai, ataupun data, sedangkan isi pesan yang dimaksud penelitian ini adalah bahan materi pelajaran yang disampaikan oleh komunikator, seperti kejelasan isi pesan dan daya tarik pesan. C. Metode. Menurut Yusup, metode dalam proses pembelajaran mencakup atas sifat metode, dan ragam metode (Yusup, 1990:47), yang dimaksud dengan sifat metode, berkaitan dengan ketepatan metode dengan ranah yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran, sementara yang dimaksud dengan ragam metode adalah variasi penggunaan metode dalam proses pembelajaran. D. Kelengkapan media. Kelengkapan media pembelajaran juga menentukan keberhasilan komunikasi instruksional oleh karena itu dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan jenis media adalah kelengkapan media yang mencakup atas buku paket/modul, laboratorium, serta audio visual. Media yang digunakan dalam kegiatan belajar aksara Sunda di Gedung Indonesia Menggugat yaitu white board, overhead projector (OHP), dan infocus.(wawancara Sinta Ridwan pengajar ). Page 6 of 16

7 E. Lingkungan Belajar Proses belajar itu sebenarnya, dimulai dengan mendapat ransangan dari lingkungan melalui alat-alat indera dan berakhir dengan mendapat petunjuk dari lingkungan bahwa proses belajar telah berlangsung dengan baik (Winkel, 1996:311). Lingkungan belajar yang dimaksud yaitu suasana dalam kelas pada kegiatan belajar aksara Sunda dan lingkungan disekitar kelas atau praktek lapangan pada kegiatan ini. 1.2 Fungsi dan Manfaat Komunikasi Instruksional Menurut Pawit. M. Yusup (2010), dalam bukunya komunikasi pendidikan dan komunikasi instruksional. Komunikasi instruksional mempunyai fungsi edukatif dari fungsi komunikasi secara keseluruhannya. Namun bukan berarti fungsi yang lain terabaikan. Ia merupakan subset dari komunikasi pendidikan dan bersifat metodis-teoritis, yang artinya adalah kajian atau garapan-garapannya berpola tertentu sehingga artinya bisa diterapkan secara langsung untuk kepentingan lapangan. Adapun manfaat dari komunikasi instruksional antara lain adalah terjadinya perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil tindakan komunikasi instruksional yang bisa dikontrol dan dikendalikan dengan baik. Tentang hal ini yang menyangkut dengan hal pembelajaran aksara sunda adalah dengan komunikasi instruksional pengajaran aksara sunda dapat di kendalikan, dikontrol dan juga Page 7 of 16

8 dapat diterapkan dengan baik, sehingga melahirkan manfaat yang berguna bagi para murid, manfaat tersebut adalah mereka bisa membaca dan menulis huruf. Dengan demikian, karena komunikasi instruksional ini mempunyai tujuan yang harus dicapai, dalam pelaksanaan kegiatannya, ia mempunyai fungsi-fungsi teknis, antara lain fungsi manajemen instruksional dan fungsi pengelolaan organisasi. Adapun manfaat adanya komunikasi instruksional antara lain efek perubahan perilaku, yang terjadi sebagai hasil tindakan komunikasi instruksional, bisa dikontrol atau dikendalikan dengan baik. Berhasil tidaknya tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan paling tidak bisa dipantau melalui kegiatan evaluasi yang juga merupakan fungsi pengembangan. Page 8 of 16

9 METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Deskriptif Metode adalah sebuah cara untuk mengelola suatu teori dengan cara mengaplikasikannya ke dalam data-data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan hipotesis (Singarimbun, 1989: 4-5). Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rakhmat, 2005: 24), akan tetapi bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik, tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Metode deskriptif merupakan langkah-langkah melakukan repersentasi objektif tentang gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang diselidiki. Penelitian deskriptif ini ditujukan untuk : 1. Menggunakan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, 2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, 3. Membuat perbandingan atau evaluasi, dan 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Page 9 of 16

10 HASIL & KESIMPULAN Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan angket, wawancara, dan observasi dengan narasumber yaitu ketua yayasan Gedung Indonesia Menggugat dan anggota kelas aksara Sunda Kuna di GIM. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang positif antara komunikasi instruksional pengajar dengan sikap anggota untuk melestarikan Aksara Sunda sebagai budaya Sunda. Berdasarkan hasil pengujian, dapat dijelaskan peneliti antara variabel 1 dengan variabel 2, dengan menggunakan teori belajar behavior dengan asumsi dasar yaitu, teori ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Artinya, segala perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungan sekitarnya, dimana lingkungan tempat manusia tinggal, disanalah seluruh kepribadiannya akan terbentuk, ini dikemukakan oleh Thorndike, bahwa jika suatu tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan tindakan itu diulangi dalam situasi yang mirip akan meningkat. Akan tetapi, bila suatu perilaku diikuti oleh suatu yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi, konsekuensi perilaku atau sikap seseorang pada suatu waktu memegang peranan penting dalam menentukan perilaku atau sikap orang itu selanjutnya. Diperoleh hasil penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara komunikator (pengajar) dengan perubahan sikap anggota. Maka dapat disimpulkan, bahwa paling banyak responden yang menilai komunikasi Page 10 of 16

11 instruksional tinggi memiliki sikap kognitif yang tinggi atau positif. Anggota memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai Aksara Sunda. Hasil penelitian diperoleh, komunikasi instruksional pengajar dengan sikap afektif anggota tentang kegiatan rutin pembelajaran aksara sunda di GIM, dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang menilai komunikasi instruksional tinggi memiliki sikap afektif yang tinggi, dan sedikit responden menilai komunikasi instruksional rendah memiliki sikap afektif yang rendah, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang tinggi (positif) antara komunikator (pengajar) dengan anggota melalui kegiatan rutin kelas AKSAKUN. Pengajar dapat menimbulkan rasa suka dan tertarik anggota untuk mengikuti kelas AKSAKUN Hasil penelitian diperoleh, komunikasi instruksional pengajar dengan sikap konatif anggota tentang kegiatan rutin pembelajaran Aksara sunda di GIM. dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang menilai komunikasi instruksional tinggi memiliki sikap konatif yang tinggi dan sedikit yang menilai komunikasi instruksional pengajar yang tinggi memiliki sikap konatif yang sedang. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengajar dengan perubahan konatif anggota, artinya pengajar dapat mengubah tanggapan positif anggota mengenai kelas AKSAKUN ini sehingga anggota bersedia untuk ikut aktif dan mengajak orang lain untuk ikut kedalam kelas AKSAKUN. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang positif antara kredibilitas pengajar dengan sikap anggota untuk melestarikan Aksara Sunda Page 11 of 16

12 sebagai budaya Sunda baik dari aspek kognitif, afektif dan konatif. Derajat keeratan yang terjadi termasuk dalam kategori yang tinggi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengajar, dengan keahlian, kepercayaan, dan daya tariknya dapat dapat mengajak anggota untuk berpartisipasi, ikut serta dan bersedia mengajak rekan-rekannya untuk ikut kedalam kegiatan kelas Aksara Sunda kuna. Hasil keseluruhan terdapat hubungan yang signifikan antara pengajar sebagai komunikator dengan anggota sebagai komunikan baik dari aspek kognisi, afeksi dan konasi. Faktor kredibilitas pengajar berada dalam kategori yang tinggi atau positif, baik itu dari sisi keahlian, keterpercayaan dan daya tarik. Keterpercayaan dan keahlian mampu memberikan hasil yang nyata untuk penambahan pengetahuan dan pemahaman kepada anggota kelas AKSAKUN. Dalam komunikasi instruksional, komunikator dalam hal ini adalah pengajar memiliki kredibilitas tinggi akan lebih mudah untuk mempersuasi komunikan atau anggota. Komunikator yang dapat dipercaya (memiliki kredibilitas tinggi) cenderung lebih sukses dalam mengubah sikap penerima dari pada komunikator yang kurang dipercaya. Komponen keahlian adalah kesan yang dibentuk khalayak tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian dianggap cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, dan terlatih. Dan sebaliknya jika komunikator yang tidak berpengalaman, dan tidak tahu banyak tentang apa yang akan dibicarakan tentunya komunikan akan menilai rendah pada keahlian komunikator tersebut.(rakhmat, 2000:260). Page 12 of 16

13 Daya tarik dari pengajar juga menjadi hal yang menentukan karakteristik pengajar sebagai faktor sumber. Daya tarik pengajar dapat dilihat dari penampilan selama menyampaikan pesan dan keramahan pengajar ketika menjelaskan materi pengajaran. Kepercayaan anggota akan pengajar dapat lebih kuat lagi jika pengajar merupakan orang yang dikenal, memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, menarik, ramah dan sopan, kesukaan inilah yang mendorong anggota untuk menyukai komunikator, sehingga perubahan sikap akan lebihh cepat terlihat. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang positif antara faktor pesan komunikator dengan perubahan sikap anggota kelas AKSAKUN baik dilihat dari aspek kognitif, afektif dan konatif. Dalam komunikasi instruksional, isi pesan diartikan sebagai informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai, ataupun data, sedangkan isi pesan yang dimaksud penelitian ini adalah bahan materi pelajaran yang disampaikan oleh komunikator, seperti kejelasan isi pesan dan daya tarik pesan. Metode yang digunakan selama proses pembelajaran Aksara Sunda seperti tingkat kehumoran pengajar, belajar di luar kelas, mengulang kembali materi, diskusi kelompok, tanya jawab. Dengan metode belajar tersebut, materi yang diberikan agar siswa menjadi lebih mudah memahami serta menghindari kebosanan. Dilihat dari penelitian yang telah dilakukan, Metode pembelajaran pengajar menunjukan presentase yang cukup tinggi dilihat dari aspek kognitif, Page 13 of 16

14 afektif dan konatif, hal ini sangat menunjang proses belajar aksara Sunda untuk membuat anggota lebih berkeinginan melestarikannya karena dengan metode pembelajaran yang tidak membosankan. Kelengkapan media pembelajaran juga menentukan keberhasilan komunikasi instruksional oleh karena itu dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan jenis media adalah kelengkapan media yang mencakup atas buku paket/modul, laboratorium, serta audio visual. Media yang digunakan dalam kegiatan belajar aksara Sunda di Gedung Indonesia Menggugat yaitu white board, dan buku paket atau modul. Faktor media yang digunakan pengajar dalam kegiatan pembelajaran aksara Sunda ini cenderung memiliki presentase yang cukup tinggi, jenis media dengan kategori tinggi menunjukan, pengajar aksara Sunda memberikan modul atau buku penunjang serta pemberian materi dengan menggunakan white board yang ditampilkan secara jelas. Hubungan antara lingkungan belajar dengan proses pembelajaran aksara Sunda memiliki presentase tinggi (positif), hal ini menunjukan lingkungan belajar di GIM Bandung memiliki semua aspek yang menjadi komponen dalam lingkungan belajar, yaitu dari segi lingkungan di sekitar kelas, pada saat belajar tidak terjadi keributan di dalam kelas maupun di luar kelas, dan suasana dalam kelas nyaman untuk belajar. Page 14 of 16

15 Kesimpulan Berdasarkan analisis penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan & saran sebagai berikut : 1. Kredibilitas pengajar ada pada kategori tinggi atau positif, kredibilitas pengajar mencakup keahlian, kepercayaan, dan daya tarik pengajar. 2. Isi pesan yang disampaikan pengajar berada pada kategori baik, penggunaan bahasa yang baik, penyampaian materi yang lengkap dan memberikan contoh serta praktek sehingga dimengerti oleh anggota. 3. Metode pembelajaran berada pada kategori baik berupa pemberian kuis, tanya jawab serta penyampaian materi yang santai. 4. Media yang digunakan juga baik. Pengajar memberikan module dan penyampaian materi difasilitasi menggunakan whiteboard. 5. Lingkungan belajar dalam proses pembelajaran aksara Sunda berada pada kategori baik. SARAN 1. Kredibilitas pengajar perlu dipertahankan/ditingkatkan lagi. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pemberian apresiasi terhadap pengajar supaya merasa lebih dihargai dan memiliki semangat untuk mengajar. 2. Materi pelajaran hendaknya lebih dipersiapkan agar lebih terstruktur. 3. Metode belajar & media pengajaran harus lebih kreatif dan inovatif lagi agar tidak jenuh dalam kegiatan belajar mengajar ini. 4. Lingkungan belajar harus dalam suasana yang nyaman dan kondusif. Page 15 of 16

16 DAFTAR PUSTAKA Koentjaraningrat, 1980, Manusia dan Kebudayaan, Jakarta. Gramedia. Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya ,2000. Psikologi Komunikasi, Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya. Yusuf, Pawit, 1990, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, Bandung : Remaja Rosdakarya. Winkel, W.S, 1996, Psikologi Pengajaran, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Page 16 of 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, arus penyampaian informasi berkembang dengan cepat, apalagi didukung dengan teknologi canggih melalui berbagai media. Globalisasi

Lebih terperinci

Tayangan Iklan Ades Tiga Langkah Perubahan dalam Membentuk Sikap Green Living di Kalangan Mahasiswa

Tayangan Iklan Ades Tiga Langkah Perubahan dalam Membentuk Sikap Green Living di Kalangan Mahasiswa Tayangan Iklan Ades Tiga Langkah Perubahan dalam Membentuk Sikap Green Living di Kalangan Mahasiswa Adinda Fuadilla A 1, Suwandi Sumartias 2, Trie Damayanti 3 Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL DOSEN JURUSAN ILMU KOMUNIKASI DI MATA MAHASISWA JURUSAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN S.

KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL DOSEN JURUSAN ILMU KOMUNIKASI DI MATA MAHASISWA JURUSAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN S. KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL DOSEN JURUSAN ILMU KOMUNIKASI DI MATA MAHASISWA JURUSAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN S. Bekti Istiyanto, Nana Sutikna, Shinta Prastyanti, Edi Santosa Abstrak

Lebih terperinci

Iklim Komunikasi pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung

Iklim Komunikasi pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung Iklim Komunikasi pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung Gandyar Afriandi Hidayat 1, Asep Suryana 2, Teddy Kurnia Wirakusumah 3 Jurusan Ilmu Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting dalam suatu perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pola penyajian narasi, deskripsi, dan ekspositoris. Pola penyajian laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pola penyajian narasi, deskripsi, dan ekspositoris. Pola penyajian laporan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusun laporan, baik formal maupun informal disusun dengan menggunakan bahasa yang baku. Laporan yang telah disusun bisa juga disampaikan secara lisan. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan. Manfaat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu mengembangkan perubahan tingkah laku pada siswa. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa adalah efektivitas pembelajaran melalui kurikulum. Pengembangan

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Indonesia sebagai Negara Kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IPA merupakan satu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk. tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

BAB I PENDAHULUAN. IPA merupakan satu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk. tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan intelektual anak, begitu juga halnya dengan pelajaran IPA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan 220 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangatlah kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah di Indonesia memiliki keragaman tersendiri. Pada saat ini bahasa daerah menjadi pusat perhatian pemerintah dan masyarakat untuk melestarikannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri demikian pula halnya di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam lingkup kebahasaan, pada dasarnya siswa harus menguasai empat aspek keterampilan berbahasa. Empat aspek keterampilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator.

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Komunikasi adalah seni menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran-saluran dengan harapan mendapatkan umpan balik (feedback) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Huda (2012, hlm.3) merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Deklarasi Dakar berkenaan dengan pendidikan untuk semua (Education for All), semakin menguatkan dan memacu negara-negara berkembang untuk berbuat dan berusaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan hidup (life skills) yang harus dikuasai. Bahasa sebagai alat untuk dapat berinteraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan hidup (life skills) yang harus dikuasai. Bahasa sebagai alat untuk dapat berinteraksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi terpenting sekaligus merupakan salah satu keterampilan hidup (life skills) yang harus dikuasai. Bahasa sebagai alat untuk dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu (knowing) ataupun menghafal (memorizing) tetapi dituntut untuk memahami konsep biologi. Untuk kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir, serta keterampilan ekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV, Museum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa perlu memiliki kemahiran dan penguasaan yang baik, agar apa yang disampaikan melalui

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu merupakan pikiran bersama antara komunikator dan komunikan. 1

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu merupakan pikiran bersama antara komunikator dan komunikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterlampilan, dan lain-lain melalui penggunaan simbol kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. Untuk itu maka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu dimana si peneliti ingin mengetahui gambaran suatu hal, tidak menghubunghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat menetukan, bagi perkembangan individu maupun suatu

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat menetukan, bagi perkembangan individu maupun suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi peradaban manusia dan peradaban bangsa, oleh karena itu pendidikan perlu direkontruksi secara baik. Menurut Rahardja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus disiarkan kepada seluruh umat manusia. Nabi Muhammad SAW pernah

BAB I PENDAHULUAN. harus disiarkan kepada seluruh umat manusia. Nabi Muhammad SAW pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama dakwah, artinya Islam merupakan agama yang harus disiarkan kepada seluruh umat manusia. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, yang artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri, yang diarahkan dan bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Demikian pula halnya dengan kegiatan pendidikan yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling membantu dan mengadakan interaksi. berbagai sarana komunikasi salah satunya adalah Blackberry.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling membantu dan mengadakan interaksi. berbagai sarana komunikasi salah satunya adalah Blackberry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi memegang peranan penting bagi kehidupan suatu perusahaan, baik swasta maupun negeri. Komunikasi sangat penting untuk menjalin hubungan kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang asing bagi kita. Kita mengenal bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dalam kehidupan kita, seperti artikel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan kehidupan di masa datang. Untuk menyukseskan tujuan di atas, maka

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan kehidupan di masa datang. Untuk menyukseskan tujuan di atas, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatkan kualitas pendidikan harus selalu diusahakan dari waktu ke waktu baik dari segi sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing lainnya seperti bahasa Jerman. Dengan diajarkannya bahasa Jerman peserta

BAB I PENDAHULUAN. asing lainnya seperti bahasa Jerman. Dengan diajarkannya bahasa Jerman peserta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasyah Aliyah Negeri (MAN) selain bahasa Inggris diajarkan juga bahasa asing lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah suasana pembelajaran yang dianggap siswa membosankan. Selama ini guru hanya mengacu pada bagaimana materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Televisi menampilkan gambar yang menarik dan menghibur, gambar televisi terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tingkah laku, sikap, maupun pola pikir. Maka dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tingkah laku, sikap, maupun pola pikir. Maka dapat dikatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan paling penting atau vital 1. Belajar adalah proses seseorang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah alat komunikasi. Tarigan (2008 : 11) menjelaskan, bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Paramadina Program Studi Ilmu Komunikasi : Renisa Septia NIM :

ABSTRAK. Universitas Paramadina Program Studi Ilmu Komunikasi : Renisa Septia NIM : ABSTRAK Nama : Renisa Septia NIM : 209000268 Universitas Paramadina Program Studi Ilmu Komunikasi 2013 Judul Karya Ilmiah : Pengaruh Komunikasi Efektif antara Dosen Pembimbing Akademik dengan Mahasiswa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Tugas Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memperhatikan adalah mengarah kepada dan mempersiapkan diri untuk melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu perbuatan. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183) mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi yang saat ini tengah berlangsung, banyak sekali memunculkan masalah bagi manusia. Manusia dituntut untuk meningkatkan kualitas dirinya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sains sebagai salah satu kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai sifat-sifat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki segudang kesenian dan kebudayaan yang sangat menarik untuk kita gali. Banyak sekali kebudayaan serta kesenian Indonesia yang sudah mulai punah karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Hasilnya nanti diharapkan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN. Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun

STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN. Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun Strategi Pemanfaatan Media 29 STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun Email: nafiiwildan@gmail.com Abstrak Media pendidikan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal terhadap lingkungannya, baik sebagai makhluk individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal terhadap lingkungannya, baik sebagai makhluk individu maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah sebagai mahkluk yang sempurna. Allah memberikan kepada manusia berupa akal pikiran yang membedakannya dengan makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran bagi setiap individu yang bisa didapat dari pengajaran, pelatihan maupun pengalaman yang didapat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih perkembangannya dari masa ke masa sangat cepat. Hal ini mendorong dan menuntut siswa sekolah dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yakni membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi kepada muridnya. Karena seorang guru bahasa sunda harus menyampaikan pesan yang disengaja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, persaingan diberbagai bidang dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, persaingan diberbagai bidang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi seperti sekarang ini yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, persaingan diberbagai bidang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan merokok ini sudah menjadi kegiatan umum dan meluas dikalangan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan kepuasan pengguna (user oriented). pelayanan terbaik dan dapat memuaskan setiap pengunjung yang datang, dan

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan kepuasan pengguna (user oriented). pelayanan terbaik dan dapat memuaskan setiap pengunjung yang datang, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perpustakaan sebagai lembaga pelayanan publik yang melayani semua lapisan masyarakat pemakainya saat ini dituntut untuk mampu memberikan pelayanan terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu tingkatan kelas rendah yang terdiri dari kelas 1 sampai kelas III dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu tingkatan kelas rendah yang terdiri dari kelas 1 sampai kelas III dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sarana pembelajaran anak usia belajar. Pembelajaran merupakan proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. media pembelajaran dengan menggunakan model pengembangan media 4D

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. media pembelajaran dengan menggunakan model pengembangan media 4D 132 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan mencakup kegiatan pengembangan media pembelajaran dengan menggunakan model pengembangan

Lebih terperinci

GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI

GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI Gangguan dan rintangan komunikasi adalah intervensi dan hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung efektif sebagaimana harapan komunikator dan penerima.

Lebih terperinci

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MEDIA POSTER IKLAN BERTEMA LINGKUNGAN PADA SISWA

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MEDIA POSTER IKLAN BERTEMA LINGKUNGAN PADA SISWA 0 PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MEDIA POSTER IKLAN BERTEMA LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berlangsung dalam berbagai bentuk kegiatan, berbagai bentuk tindakan, dan berbagai peristiwa. Pendidikan berlangsung di berbagai tempat dan lingkungan,

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai kesamaan kata dari bahasa Inggris Instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripisi data hasil penelitian di bab sebelumnya, maka dari

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripisi data hasil penelitian di bab sebelumnya, maka dari BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan deskripisi data hasil penelitian di bab sebelumnya, maka dari itu ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang ditanamkan untuk siswa tidak hanya untuk mencapai nilai akademik yang tinggi saja. Tetapi perlu juga pendidikan untuk meningkatkan nilai-nilai

Lebih terperinci