ROADMAP BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ROADMAP BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH TAHUN"

Transkripsi

1

2 ROADMAP BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH TAHUN Penanggung Jawab : Ir. Abd. Rahman, MT (Kepala Baristand Industri Banda Aceh) ( ) Tim Penyusun : 1. Amir Fuadi, S.Tp ( ) (Kepala Sub. Bagian Tata Usaha) 2. Drs. Yusaini ( ) (Kepala Seksi Program dan Pengembangan Kompetensi) 3. Ruslan, ST, MT ( ) (Kepala Seksi Teknologi Industri) 4. Nurlaila, ST, MT ( ) (Kepala Seksi Standardisasi dan Sertifikasi) 5. Nurbaiti, SE ( ) (Kepala Seksi Pengembangan Jasa Teknik) 6. Abdul Thalib, S.Tp ( ) (Pejabat Fungsional Perekayasa) 7. Fitriana Djafar, S.SI, MT ( ) (Pejabat Fungsional Peneliti) Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. i

3 KATA PENGANTAR Roadmap Baristand Industri Banda Aceh disusun untuk jangka waktu menengah (5 tahun) selama periode , mengacu kepada visi dan misi Kabinet Kerja Jokowi-JK dengan sembilan agenda prioritas presiden (Nawacita) yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ; Undang-undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian; Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun ; Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN); Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian; Rancangan Teknokratik Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun ; Peraturan presiden No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ; Peraturan Menteri Perindustrian No. 49 Tahun 2006 tentang Tata Kerja Balai Riset dan Standardisasi Industri; Hasil Trilateral Meeting Tahun 2014 antara Bappenas Kementerian Keuangan Kemenperin; Pedoman Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ lembaga (RKA-K/L) yang disusun oleh Kementerian Keuangan Tahun 2014; dan Rencana Strategis Baristand Industri Banda Aceh Tahun Selain itu, penyusunan Roadmap Baristand Industri Banda Aceh ini merujuk kepada latar belakang tugas pokok dan fungsi Balai, diselaraskan dengan visi, misi, arah kebijakan dan strategi yang akan dirincikan dalam Renstra Baristand Industri Banda Aceh Tahun Roadmap Baristand Industri Banda Aceh secara umum disusun sebagai pedoman umum dalam mensinergikan program dan rencana aksi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Baristand Industri Banda Aceh. Dengan adanya Roadmap Baristand Industri Banda Aceh diharapkan adanya peningkatan komitmen pimpinan dan kepatuhan atau kesadaran seluruh staf Baristand Industri Banda Aceh terhadap setiap upaya melaksanakan tugas pokok dan fungsinya; serta peningkatan dalam pengelolaan program dan kegiatan Baristand Industri Banda Aceh selama periode BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH K e p a l a, Ir. Abd. Rahman, MT NIP Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. ii

4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ii iii iv v BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sasaran Pendekatan... 5 BAB II. VISI, MISI DAN TUJUAN BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH... 7 BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGIS DAN KERANGKA KELEMBAGAAN BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH A. Arah Kebijakan dan Sasaran Strategis Peran Strategis Baristand Industri Banda Aceh dalam Pembangunan Industri Nasional Peran Strategis Baristand Industri Banda Aceh dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Industri Berdasarkan Undang-Undang Perindustrian B. Kerangka Kelembagaan BAB IV. RENCANA AKSI PROGRAM DAN KINERJA BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH BAB V. TARGET KINERJA DAN PENDANAAN BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH Indikator Keberhasilan BAB VI. FOKUS AREA ROADMAP BAB VII. GRAND STRATEGY BAB VIII. PENUTUP Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. iii

5 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Visi dan Misi Pembangunan Industri Kemenperin Tabel 2. Renstra BPPI Tahun terkait Tujuan Pembangunan Industri Jangka Panjang dan Menengah Tabel 3. Pengembangan Kelembagaan Baristand Industri Banda Aceh Tahun Tabel 4. Rincian Anggaran Pengembangan Kelembagaan Baristand Industri Banda Aceh Tahun Tabel 5. Proyeksi Belanja Baristand Industri Banda Aceh Tahun Tabel 6. Proyeksi Anggaran Baristand Industri Banda Aceh Tahun Tabel 7. Proyeksi Target Penerimaan PNBP Baristand Industri Banda Aceh Tahun Tabel 8. Matriks Indikator Keberhasilan Program/ Kegiatan Prioritas Baristand Industri Banda Aceh Tahun Tabel 9. Fokus Area Baristand Industri Banda Aceh Tahun Tabel 10. Grand Strategy Program/ Kegiatan Prioritas Baristand Industri Banda Aceh Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. iv

6 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Peta Strategis Kementerian Perindustrian Tahun Gambar 2. Kerangka Analisis Penyusunan RoadMap Baristand Industri Banda Aceh Tahun Gambar 2. Program Layanan BPKIMI Gambar 3. Peran BPPIdalam Peningkatan Daya Saing berdasarkan UU Perindustrian Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. v

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi di masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, maka pemerintah mengharuskan setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk menyusun roadmap reformasi birokrasi. Roadmap reformasi birokrasi akan menjadi alat bantu bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk mencapai tujuan penyelesaian kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Roadmap merupakan prasyarat utama bagi semua Kementerian/lembaga dalam melaksanakan reformasi birokrasi yang berisi penjelasan mengenai program dan kegiatan reformasi birokrasi yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan. Selain rencana pelaksanaan kegiatan, roadmap menjelaskan informasi penting lain yang mencakup: penanggungjawab, pelaksana, dukungan anggaran yang diperlukan serta target atau indikator pencapaiannya. Secara umum Roadmap bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi birokrasi agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsistensi, terintegrasi dan berkelanjutan. Penetapan dan penyusunan Roadmap Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh (Baristand Industri Banda Aceh) dipandang perlu sebagaimana dijabarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 9 Tahun 2011 sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Roadmap Baristand Industri Banda Aceh merupakan panduan, tujuan, sasaran, strategi, dan kebijakan dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi yang disusun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun periode dan dapat ditinjau kembali setiap 1 (satu) tahun sesuai dengan kebutuhan organisasi. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 1

8 Roadmap memandu Baristand Industri Banda Aceh menjalankan strategi dan program-program aksi secara terarah, sistematis, terintegrasi, termonitor, dan terukur dengan baik. Roadmap dapat diibaratkan sebagai sebuah peta jalan dalam satu perjalanan, agar perjalanan tersebut dapat efektif dan efisien. Penyusunan Roadmap dimulai dengan identifikasi dan pemetaan terhadap kondisi serta permasalahan selanjutnya ditetapkan fokus strategis yang akan melandasi strategi dan kebijakan Baristand Industri Banda Aceh dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh disusun mengacu kepada visi dan misi Kabinet Kerja Jokowi-JK dengan sembilan agenda prioritas presiden (Nawacita) yang tertuang dalam Peraturan Presiden RI No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ; Undang-undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian; Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun ; Peraturan Presiden RI No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN); Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian; Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 31.1/M-IND/PER/3/2015 Tanggal 13 Maret 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun ; Peraturan Presiden RI No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ; Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 49 Tahun 2006 tentang Tata Kerja Balai Riset dan Standardisasi Industri; Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 58 Tahun 2015 Tanggal 12 Juni 2015 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Balai Besar dan Balai Riset dan Standardisasi Industri di lingkungan Kementerian Perindustrian; Hasil Trilateral Meeting Tahun 2014 antara Bappenas Kementerian Keuangan Kemenperin; Pedoman Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ lembaga (RKA-K/L) yang disusun oleh Kementerian Keuangan Tahun 2014; dan Rencana Strategis Baristand Industri Banda Aceh Tahun Penyusunan Roadmap Baristand Industri Banda Aceh ini juga merujuk kepada latar belakang tugas pokok dan fungsi Balai, diselaraskan dengan visi, Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 2

9 misi, arah kebijakan dan strategi yang akan dirincikan dalam Renstra Baristand Industri Banda Aceh Tahun Dalam kerangka operasional, rencana aksi kegiatan direncanakan untuk periode dan diimplementasikan pada setiap periode RPJM (Rencana Program Jangka Menengah) dan atau Rencana Kinerja (Renkin) per tahun. Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 58 Tahun 2015 tanggal 12 Juni 2015 tentang Kedudukan, tugas, dan fungsi Balai Besar dan Balai Riset dan Standardisasi Industri di lingkungan Kementerian Perindustrian, maka tugas Balai Riset dan Standardisasi Industri masih mengacu pada Peraturan Menteri Perindustrian No. 49/M-IND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Riset dan Standardisasi Industri. Adapun tugas Balai Riset dan Standardisasi Industri yaitu melaksanakan riset dan standardisasi serta sertifikasi dibidang industri. Dalam melaksanakan tugas tersebut Balai Riset dan Standardisasi Industri melaksanakan fungsi yaitu : Pelaksanaan penelitian dan pengembangan teknologi industri di bidang bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan/mesin, dan hasil produk, serta pencemaran industri; Penyusunan program dan pengembangan kompetensi dibidang jasa riset/litbang; Perumusan dan penerapan standar, pengujian dan sertifikasi dalam bidang bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan/mesin, dan hasil produk; Pemasaran, kerjasama, promosi, pelayanan informasi, penyebarluasan dan pendayagunaan hasil riset/penelitian dan pengembangan; dan Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata persuratan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, koordinasi penyusunan bahan rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan Balai Riset dan Standardisasi Industri. Pada dasarnya Roadmap ini akan membantu pencapaian target Rencana Strategis (Renstra) Baristand Industri Banda Aceh yaitu: 1. Terwujudnya peningkatan kompetensi SDM yang profesional dalam rangka mendukung riset dan standardisasi. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 3

10 2. Dikuasai dan teraplikasinya paket teknologi ekstraksi, fraksinasi, purifikasi, dan pengembangan teknologi atsiri dan rempah serta komoditi inti/unggulan daerah. 3. Tercapainya pelayanan jasa teknis yang bermutu dalam pengujian, rancang bangun, konsultasi, pelatihan, sertifikasi serta informasi sesuai dengan standar pelayanan publik yang prima dalam rangka pengembangan industri. 4. Meningkatkan kemampuan Laboratorium penguji dan LSPro untuk mendukung SNI wajib. 5. Meningkatkan peran Sentra HKI dalam memfasilitasi perolehan perlindungan HKI. Tujuan strategis yang akan dirincikan dalam Renstra pada yaitu untuk meningkatkan peranan riset Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh dalam pengembangan industri atsiri, rempah dan komoditi unggulan/kompetensi inti daerah, serta peningkatan pelayanan jasa teknis melalui: 1. Meningkatkan peranan riset Baristand Industri Banda Aceh dalam pengembangan Industri atsiri, rempah dan komoditi inti /unggulan daerah di bidang: a. Pengembangan teknologi proses (kimia, fisika, ekstraksi, nano teknologi dan bioteknologi); b. Diversifikasi produk; c. Peningkatan mutu dan keamanan produk; d. Rancang bangun dan perekayasaan peralatan industri; e. Standardisasi dan Sertifikasi; f. Energi dan lingkungan; g. Pelayanan jasa teknis yang terpadu dan berkualitas. 2. Produk yang akan dikembangkan dari atsiri, rempah dan komoditi inti/ unggulan daerah, antara lain : a. Produk toiletteris dan kosmetik berbasis atsiri dan rempah; b. Produk pangan (perisa/flavouring, minuman dan makanan) c. Produk pangan fungsional; d. Produk pertanian dan perikanan; e. Produk hasil galian, mineral, hasil tambang dan bahan bangunan Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 4

11 3. Pengembangan kompetensi SDM difokuskan pada : a. Penguasaan karakterisasi bahan dan produk; b. Penguasaan teknologi ekstraksi, fraksinasi dan purifikasi; c. Penguasaan teknologi formulasi, proses dan diversifikasi TUJUAN Secara umum Roadmap bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi birokrasi agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi dan berkelanjutan. Adapun penyusunan Roadmap Baristand Industri Banda Aceh dimaksudkan untuk dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penyusunan roadmap ini adalah sebagai pedoman umum dalam mensinergikan program dan rencana aksi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi dan berkelanjutan. Sedangkan tujuan khusus dari penyusunan Roadmap ini adalah untuk: a. Menginformasikan arah kebijakan umum dan strategi sektor perindustrian; b. Menjadi panduan bagi Baristand Industri Banda Aceh dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya; c. Memberi gambaran, arah, strategi, dan tahapan dalam perencanaan dan pengelolaan program dan kegiatan yang akan dikembangkan; d. Menyiapkan program dan rencana aksi dalam melaksanakan tupoksi Balai; e. Menentukan sasaran dan waktu pencapaian masing-masing program dan rencana aksi SASARAN a. Peningkatan komitmen pimpinan dan kepatuhan atau kesadaran seluruh staf Baristand Industri Banda Aceh terhadap setiap upaya melaksanakan tugas pokok dan fungsinya; b. Peningkatan mutu dan kualitas pengelolaan program dan kegiatan Baristand Industri Banda Aceh. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 5

12 1.4. PENDEKATAN Beberapa dokumen yang menjadi sumber penyusunan Roadmap ini antara lain adalah: 1. Visi dan Misi Jokowi-JK; 2. Agenda Prioritas Presiden (NAWACITA); 3. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ; 4. Undang-undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian; 5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun ; 6. Peraturan Presiden RI No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN); 7. Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian; 8. Peraturan Presiden RI No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ; 9. Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 49 Tahun 2006 tentang Tata Kerja Balai Riset dan Standardisasi Industri; 10. Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 31.1/M-IND/PER/3/2015 Tanggal 13 Maret 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun ; 11. Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 58 Tahun 2015 Tanggal 12 Juni 2015 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Balai Besar dan Balai Riset dan Standardisasi Industri di lingkungan Kementerian Perindustrian; 12. Hasil Trilateral Meeting Tahun 2014 antara Bappenas Kementerian Keuangan Kemenperin; 13. Pedoman Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ lembaga (RKA-K/L) Tahun 2014; dan 14. Rencana Strategis Baristand Industri Banda Aceh Tahun Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 6

13 BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI 2.1. VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI Visi pembangunan industri nasional pada tahun 2035 adalah menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan: 1. Struktur industri nasional yang kuat, sehat dan berkeadilan; 2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global; 3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi. Dalam rangka mewujudkan visi tahun 2035 tersebut di atas, pembangunan industri nasional mengemban misi sebagai berikut: 1. Mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional; 2. Mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri; 3. Mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau; 4. Mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat; 5. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja; 6. Mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan 7. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan. Strategi yang ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan industri nasional adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan industri hulu dan antara berbasis sumber daya alam; 2. Pengendalian Ekspor Bahan Mentah dan Sumber Energi; 3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas SDM industri; 4. Mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Menengah; Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 7

14 5. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas; 6. Pembangunan sarana dan prasarana Industri; 7. Pembangunan industri hijau; 8. Pembangunan industri strategis; 9. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri; 10. Kerjasama internasional bidang industri VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Kementerian Perindustrian sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Perindustrian dituntut untuk melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan perindustrian sebagaimana diamanatkan pada RPJMN , serta mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara sesuai dengan amanat UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Untuk itu, maka disusunlah visi dan misi Pembangunan Industri yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan, sasaran strategis, dan pelaksanaan program dan kegiatan utama maupun kegiatan pendukung sebagaimana digambarkan pada Peta strategis Kementerian Perindustrian pada Gambar 1. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 8

15 Gambar 1. Peta Strategis Kementerian Perindustrian Tahun Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 9

16 Visi Kementerian Perindustrian tahun adalah: Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh Pada Tahun Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk 3 (tiga) Misi sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Perindustrian sebagai berikut: 1. Mengembangkan Perwilayahan Industri guna Penyebaran dan Pemerataan Industri; 2. Meningkatkan nilai tambah didalam negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan; 3. Meningkatkan daya saing dan Produktivitas. Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi Pembangunan Industri, Kementerian Perindustrian menetapkan tujuan pembangunan industri untuk 5 (lima) tahun ke depan yaitu Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing. Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya sistematis yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi Perspektif Pemangku kepentingan, Perspektif Proses Internal, dan Perspektif Pembelajaran Organisasi. Sasaran strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian untuk periode tahun akan dijelaskan berikut ini. Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian terkait dengan perspektif pemangku kepentingan adalah: Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional. Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri; Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri. Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya peran IKM dalam perekonomian nasional. Sasaran Strategis 5 : Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi. Sasaran Strategis 6 : Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri. Sasaran Strategis 7 : Menguatnya struktur industri. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 10

17 Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian terkait dengan perspektif proses internal sebagai berikut : Sasaran Strategis 1 : Tersusunnya kebijakan pembangunan industri searah dengan ideologi TRISAKTI dan Agenda Prioritas Presiden (NAWA CITA). Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standardisasi industri. Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal. Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri. Sasaran Strategis 5 : Meningkatnya kualitas pelayanan dan informasi publik. Sasaran Strategis 6 : Meningkatnya ketahanan industri melalui pemberian fasilitasi. Sasaran Strategis 7 : Meningkatnya ketersediaan infrastruktur industri untuk mendukung pertumbuhan industri nasional. Sasaran Strategis 8 : Tumbuhnya industri strategis berbasis sumber daya alam (nikel,tembaga, migas). Sasaran Strategis 9 : Meningkatnya kompetensi tenaga kerja industri melalui pendidikan dan pelatihan. Sasaran Strategis 10 : Meningkatnya ketersediaan lembaga pendidikan dan pelatihan bagi SDM industri. Sasaran Strategis 11 : Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional. Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian terkait dengan perspektif pembelajaran organisasi adalah sebagai berikut : Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya penerapan sistem informasi dan teknologi dalam pelaksanaan tugas. Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi. Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran. Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan Anggaran. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 11

18 Sasaran Strategis 5 : Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola Keuangan. Sasaran Strategis 6 : Meningkatnya efektivitas penerapan sistem pengendalian internal. Sasaran Strategis 7 : Meningkatnya implementasi kebijakan industri melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan. Adapun dalam upaya melaksanakan program pembangunan industri nasional maka Kementerian Perindustrian telah menetapkan visi dan misi pembangunan industri jangka panjang (20 tahun) dan jangka menengah (5 tahun) pada rencana strategis Kemenperin tahun , sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Visi dan Misi Pembangunan Industri Kemenperin VISI PEMBANGUNAN INDUSTRI JANGKA PANJANG (20 TAHUN) MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI JANGKA PANJANG (20 TAHUN) VISI PEMBANGUNAN INDUSTRI JANGKA MENENGAH (5 TAHUN) Menurut RIPIN: Indonesia menjadi negara industri tangguh pada tahun 2025 Menurut RIPIN: 1. Meningkatkan daya saing internasional; 2. Memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan struktur industri; 3. Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi impor; 4. Meningkatkan nilai tambah di dalam negeri melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan; 5. Membangun iklim usaha industri yang kondusif; 6. Mempercepat penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah NKRI; 7. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan tenaga kerja; 8. Meningkatkan kemampuan riset untuk pengembangan dan inovasi serta mendorong aplikasi teknologi; 9. Menciptakan wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat serta menjaga keutuhan NKRI. Indonesia menjadi negara industri tangguh pada tahun 2025 Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 12

19 MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI JANGKA MENENGAH (5 TAHUN) 1. Mengembangkan Perwilayahan Industri guna Penyebaran dan Pemerataan Industri; 2. Meningkatkan nilai tambah didalam negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan; 3. Meningkatkan daya saing dan Produktivitas VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI (BPPI) Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI) yang berdasarkan Peraturan Presiden RI No. 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Prerindustrian telah berubah menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI). BPPI mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang perindustrian. Dalam melaksanakan tugas tersebut BPPI menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang teknologi industri, jasa industri, standardisasi industri, konservasi, diversifikasi energi, industri hijau, iklim usaha dan kebijakan makro industri jangka menengah dan jangka panjang, serta promosi dan perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang industri; b. pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang teknologi industri, jasa industri, standardisasi industri, konservasi, diversifikasi energi, industri hijau, iklim usaha dan kebijakan makro industri jangka menengah dan jangka panjang, serta promosi dan perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang industri; c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang teknologi industri, jasa industri, standardisasi industri, konservasi, diversifikasi energi, industri hijau, iklim usaha dan kebijakan makro industri jangka menengah dan jangka panjang, serta promosi dan perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang industri; d. pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri; dan e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 13

20 Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Tahun adalah: Menjadi lembaga penyedia rumusan kebijakan yang visioner dan pelayanan teknis teknologis terkini yang mampu menjadi katalis peningkatan produktivitas dan daya saing sektor industri di tingkat nasional maupun global. Untuk mendukung visi tersebut di atas, tindakan nyata yang akan dilakukan BPPI dalam bentuk 5 (lima) Misi sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai berikut: 1. Mengembangkan kebijakan dan iklim usaha industri yang kondusif; 2. Meningkatkan peran standardisasi sebagai referensi pasar; 3. Mendorong pengembangan teknologi industri yang maju dan berdaya saing termasuk di dalamnya perlindungan HKI; 4. Mendorong pengembangan industri yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (industri hijau); 5. Meningkatkan penguasaan teknologi dan penggunaan SDA lokal melalui kegiatan litbang dan pelayanan jasa teknis. Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi di atas, BPPI menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam lima tahun ke depan sesuai dengan Peta Strategis Kementerian Perindustrian yaitu Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing. Adapun tujuan Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) yaitu: 1. Mewujudkan kebijakan di bidang inovasi teknologi, standardisasi, iklim usaha, industri hijau dan kelitbangan dalam rangka mendorong daya saing industri nasional; 2. Mendorong peningkatan pelayanan teknis teknologis dan fokus pada pemecahan masalah yang dihadapi sektor industri; 3. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi maju dalam rangka meningkatkan produktivitas dan daya saing industri. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) memiliki Sasaran Strategis sebagai berikut: Sasaran Strategis 1: Meningkatnya investasi di sektor industri, dengan indikator kinerja sasaran strategis yaitu: Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 14

21 Sasaran Strategis 2: 1) Meningkatnya investasi di sektor industri Kuatnya Struktur Industri, dengan indikator kinerja sasaran strategis yaitu: 1) Peningkatan penguasaan teknologi industri; 2) Laju pertumbuhan industri yang menerapkan prinsipprinsip industri hijau; 3) Penurunan impor produk industri yang SNI, ST dan/atau PTC diberlakukan secara wajib. Peta strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) sebagaimana terdapat pada Gambar 2. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 15

22 Gambar 2. Peta strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Tahun Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 16

23 2.4. VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANDA ACEH (BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH) Baristand Industri Banda Aceh merupakan bagian integral dari Kementerian Perindustrian khususnya BPPI. Visi, Misi dan tujuan Baristand Industri Banda Aceh tidak terlepas dari visi, misi dan tujuan Kementerian Perindustrian dan BPPI. Visi dan Misi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh disusun berdasarkan pada tugas pokok dan fungsi yang merupakan pedoman untuk menentukan arah, tujuan dan sasaran pengembangan lembaga dimasa yang akan datang. Adapun Visi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh tahun adalah : Menjadi lembaga yang unggul dalam riset khususnya atsiri, rempah dan komoditi inti/unggulan daerah serta mapan dalam standardisasi dan sertifikasi di bidang industri. Untuk mendukung Visi tersebut, maka ditetapan Misi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh tahun yaitu : 1. Memberikan layanan jasa riset dan standardisasi untuk mengembangkan industri berbasis Atsiri dan Rempah. 2. Melaksanakan Litbang dan Standardisasi berbasis komoditi inti/unggulan daerah yang ramah lingkungan. 3. Memberikan jasa layanan teknis yang bermutu dalam pengujian, rancang bangun, alih teknologi, konsultasi, pelatihan, pengelolaan lingkungan industri, sertifikasi serta informasi dalam rangka pengembangan industri. Untuk mencapai Visi dan Misi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh, yaitu menjadi lembaga yang unggul dalam riset khususnya atsiri dan rempah serta komoditi inti/unggulan daerah serta mapan dalam standardisasi industri, maka ditetapkan 5 (lima) Sasaran Strategis yang akan dicapai Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh dalam kurun waktu adalah : 1. Terwujudnya peningkatan kompetensi SDM yang profesional dalam rangka mendukung riset dan standardisasi. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 17

24 2. Dikuasai dan teraplikasinya paket teknologi ekstraksi, fraksinasi, purifikasi, dan pengembangan teknologi atsiri dan rempah serta komoditi inti/unggulan daerah; serta teknologi penanggulangan pencemaran lingkungan. 3. Tercapainya pelayanan jasa teknis yang bermutu dalam pengujian, rancang bangun, konsultasi, pelatihan, sertifikasi serta informasi sesuai dengan standar pelayanan publik yang prima dalam rangka pengembangan industri. 4. Meningkatkan peran Sentra HKI dalam memfasilitasi perolehan perlindungan HKI 5. Meningkatkan kemampuan Lab. Uji dan LSPro untuk mendukung penerapan SNI wajib. Tujuan strategis yang ingin dicapai Baristand Industri Banda Aceh adalah meningkatkan peranan riset dalam pengembangan industri atsiri, rempah dan komoditi unggulan/inti daerah dengan cara : 1. Memberikan layanan jasa riset dan standardisasi untuk mengembangkan industri berbasis atsiri dan rempah. 2. Melaksanakan litbang dan standardisasi berbasis komoditi inti/produk unggulan daerah yang ramah lingkungan. 3. Memberikan jasa layanan teknis yang bermutu dalam pengujian, rancang bangun, alih teknologi, konsultasi, pelatihan, pengelolaan lingkungan, standardisasi, sertifikasi serta informasi dalam rangka pengembangan industri. Berdasarkan latar belakang, visi, misi dan tujuan, maka kerangka analisis penyusunan Roadmap Baristand Industri Banda Aceh Tahun dijelaskan dalam Peta strategis Baristand Industri Banda Aceh Tahun sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 18

25 Gambar 3. Peta Strategis Baristand Industri Banda Aceh Tahun Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 19

26 BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN 3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI A. Arah Kebijakan Pembangunan Industri Dalam rangka memperkuat daya saing perekonomian secara global, sektor industri perlu dibangun guna menciptakan lingkungan usaha mikro (lokal) yang dapat merangsang tumbuhnya rumpun industri yang sehat dan kuat melalui: 1. Pengembangan rantai pertambahan nilai melalui diversifikasi produk (pengembangan ke hilir), pendalaman struktur ke hulunya, atau pengembangan secara menyeluruh (hulu-hilir); 2. Penguatan hubungan antarindustri yang terkait secara horizontal termasuk industri pendukung dan industri komplemen, termasuk dengan jaringan perusahaan multinasional terkait, serta penguatan hubungan dengan kegiatan sektor primer dan jasa yang mendukungnya; dan 3. Penyediaan berbagai infrastruktur bagi peningkatan kapasitas kolektif yang, antara lain, meliputi sarana dan prasarana fisik (transportasi, komunikasi, energi, serta sarana dan prasarana teknologi; prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas; serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri). Dengan demikian, mengacu pada arah kebijakan RPJMN maka arah kebijakan dan strategi pembangunan industri nasional untuk periode tahun adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Perwilayahan Industri, Khususnya di luar Pulau Jawa dengan mengembangkan: (1) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (2) Kawasan Peruntukan Industri; (3) Kawasan Industri; (4) Sentra IKM; (5) Kawasan Ekonomi Khusus; (6) Kawasan Berikat/ Export Processing Zone (EPZ); (7) Kawasan Perdagangan Bebas (FTZ). 2. Penumbuhan Populasi Industri melalui investasi untuk menambah populasi industri paling tidak sekitar 8 ribu usaha industri berskala besar dan sedang Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 20

27 dimana 50% tumbuh di luar jawa, serta tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu unit usaha. 3. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas dengan: (1) Meningkatkan efisiensi teknis; (2) Mengembangkan industri dengan kandungan teknologi yang lebih tinggi; (3) Meningkatkan kemampuan industri mengembangkan produk baru (New Product Development, NPD); dan (4) Perluasan Pasar dalam negeri dan ekspor. B. Strategi Pembangunan Industri Strategi Pembangunan Industri yaitu sebagai berikut: 1. Mengembangkan industri hulu dan antara berbasis sumber daya alam 2. Pengendalian Ekspor Bahan Mentah dan Sumber Energi 3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas SDM industri. 4. Mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Menengah. 5. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas. 6. Pembangunan sarana dan prasarana Industri 7. Pembangunan industri hijau 8. Pembangunan industri strategis 9. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri 10. Kerjasama internasional bidang industri. C. Tahapan Pembangunan Industri Prioritas Pentahapan pembangunan industri prioritas dilakukan dalam jangka menengah (sesuai periode perencanaan pemerintah) dan jangka panjang (sesuai dengan periode berlakunya U/ndang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian). Secara ringkas tahapan pembangunan industri digambarkan pada Gambar 4. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 21

28 Gambar 4. Tahapan Pembangunan Industri Nasional Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), tahapan dan arah rencana pembangunan industri nasional diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap I ( ) Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini dimaksudkan untuk "meningkatkan nilai tambah sumber daya alam pada industri hulu berbasis agro, mineral dan migas, yang diikuti dengan pembangunan industri pendukung dan andalan secara selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan kompeten di bidang industri, serta meningkatkan penguasaan teknologi." 2. Tahap II ( ) Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini dimaksudkan untuk "mencapai keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan melalui penguatan struktur industri dan penguasaan teknologi, serta didukung oleh SDM yang berkualitas." 3. Tahap III ( ) Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini dimaksudkan untuk "menjadikan Indonesia sebagai Negara Industri Tangguh yang bercirikan struktur industri nasional yang kuat dan dalam, berdaya saing tinggi di tingkat global, serta berbasis inovasi dan teknologi." Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 22

29 D. Industri Prioritas Dengan memperhatikan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009 ditentukan 10 industri prioritas yang akan dikembangkan tahun Kesepuluh industri prioritas tersebut dikelompokkan kedalam 6 (enam) industri andalan, 1(satu) industri pendukung, dan 3 (tiga) industri hulu dengan rincian sebagai berikut: 1. Industri Pangan 2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan 3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka 4. Industri Alat Transportasi Industri Andalan 5. Industri Elektronika dan Telematika (ICT) 6. Industri Pembangkit Energi 7. Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan Penolong Industri 8. Industri Hulu Agro Pendukung 9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam 10. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara) Industri Hulu E. Bangun Industri Nasional Bangun industri nasional berisikan industri andalan masa depan, industri pendukung, dan industri hulu, dimana ketiga kelompok industri tersebut memerlukan moda//l dasar berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, serta teknologi, inovasi dan kreativitas. Pembangunan industri di masa depan tersebut juga memerlukan prasyarat berupa ketersediaan infrastruktur dan pembiayaan yang memadai, serta didukung oleh kebijakan dan regulasi yang efektif. Kerangka Pikir Bangun Industri Nasional tahun 2035 mencakup: 1. Industri Andalan, yaitu industri prioritas yang akan berperan besar sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian di masa yang akan datang. Selain memperhatikan potensi sumber daya alam sebagai sumber keunggulan komparatif, industri andalan tersebut memiliki keunggulan kompetitif yang Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 23

30 mengandalkan sumber daya manusia yang berpengetahuan dan terampil, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Industri Pendukung, yaitu industri prioritas yang akan berperan sebagai faktor pemungkin (enabler) bagi pengembangan industri andalan secara efektif, efisien, integratif dan komprehensif. 3. Industri Hulu, yaitu industri prioritas yang bersifat sebagai basis industri manufaktur yang menghasilkan bahan baku yang dapat disertai perbaikan spesifikasi tertentu yang digunakan untuk industri hilirnya. 4. Modal Dasar, yaitu faktor-faktor sumber daya yang digunakan dalam kegiatan industri untuk menghasilkan barang serta dalam penciptaan nilai tambah atau manfaat yang tinggi. Modal dasar yang diperlukan dan digunakan dalam kegiatan industri adalah: a. Sumber daya alam yang diolah dan dimanfaatkan secara efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, sebagai bahan baku maupun sumber energi bagi kegiatan industri; b. Sumber daya manusia yang memiliki kompetensi kerja (pengetahuan, ketrampilan dan sikap) yang sesuai di bidang industri; c. Pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi industri, kreativitas serta inovasi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing, dan kemandirian sektor industri nasional. 5. Prasyarat, yaitu kondisi ideal yang dibutuhkan sebagai syarat agar tujuan pembangunan industri dapat tercapai. Prasyarat yang dibutuhkan untuk mewujudkan industri andalan, pendukung dan hulu, serta dalam pemanfaatan sumber daya di masa yang akan datang adalah: a. Penyediaan infrastruktur industri di dalam dan di luar kawasan industri dan/atau di dalam kawasan peruntukan Industri; b. Penetapan kebijakan dan regulasi yang mendukung iklim usaha yang kondusif bagi sektor industri; c. Penyediaan alokasi dan kemudahan pembiayaan yang kompetitif untuk pembangunan industri nasional. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 24

31 Bangun Industri Nasional ditetapkan berdasarkan penetapan industri prioritas, sebagaimana tercantum pada Gambar 5. Gambar 5. Bangun Industri Nasional Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 25

32 F. Jenis Industri dalam Pembangunan Industri Prioritas Tabel 2. Jenis Industri dalam Pembangunan Industri Prioritas No Industri Prioritas Jenis Industri 1. Industri Pangan 1) Industri pengolahan ikan 2) Industri pengolahan susu 3) Industri bahan penyegar (coklat, kopi, kakao, teh) 4) Industri pengolahan minyak nabati 5) Industri pengolahan buah-buahan dan sayuran 6) Industri tepung 7) Industri gula berbasis tebu 2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan 3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka 1) Industri farmasi dan kosmetik 2) Industri alat kesehatan 1) Industri tekstil 2) Industri kulit dan alas kaki 3) Industri furniture dan barang lainnya dari kayu 4) Industri plastik, pengolahan karet, dan barang dari karet 4. Industri Alat transportasi 1) Industri kendaraan bermotor 2) Industri kereta api 3) Industri perkapalan 4) Industri kedirgantaraan 5. Industri Elektronika dan Telematika/ ICT 1) Industri elektronika 2) Industri komputer 3) Industri peralatan komunikasi 6. Industri Pembangkit Energi 1) Industri alat kelistrikan 7. Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong, dan Jasa Industri 1) Indutri mesin dan perlengkapan 2) Industri komponen 3) Industri bahan penolong 4) Jasa industri 8. Industri Hulu Agro 1) Industri oleofood 2) Industri oleokimia (minyak atsiri) 3) Industri kemurgi 4) Industri pakan 5) Industri barang dari kayu 6) Industri pulp dan kertas Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 26

33 9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam 10. Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan Batubara 1) Industri pengolahan dan pemurnian besi dan baja dasar 2) Industri pengolahan dan pemurnian logam dasar bukan besi 3) Industri logam mulia, tanah jarang (rare earth), dan bahan bakar nuklir 4) Industri bahan galian non logam 1) Industri petrokimia hulu 2) Industri kimia organik 3) Industri pupuk 4) Industri karet alam dan sintetik 5) Industri barang kimia lainnya 3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Sesuai dengan visi pembangunan Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong, maka pembangunan nasional akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup: 1) Sasaran makro; 2) Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat; 3) Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan; 4) Sasaran Dimensi Pemerataan; 5) Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah; 6) Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan. Sasaran-sasaran pokok pembangunan nasional yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian antara lain adalah yang terkait dengan Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan dimana pada tahun 2019 pertumbuhan sektor industri ditargetkan mencapai 8,6 persen, kontribusi sektor industri terhadap PDB mencapai 21,6%, dan penambahan jumlah industri berskala menengah dan besar selama 5 tahun sebanyak unit. Kementerian Perindustrian juga berkontribusi terhadap Sasaran Pembangunan Kewilayahan dan Antarwilayah yaitu sampai dengan tahun 2019 terbangun sebanyak 14 kawasan industri. Secara umum Kementerian Perindustrian memiliki Sasaran Strategis sebagai berikut : Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 27

34 1. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Pertumbuhan ndustri; 2. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri; 3. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya investasi di sektor industri; 4. Sasaran Strategis 4: Meningkatnya Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor industri 5. Sasaran Strategis 5: Meningkatnya Penyebaran dan Pemerataan Industri; 6. Sasaran Strategis 6: Kuatnya Struktur Industri; A. Industri Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan Rencana aksi pembangunan yang akan dilakukan untuk masing-masing industri prioritas adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Industri Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan Industri Prioritas Tahun No Industri Prioritas Rencana Aksi 1. INDUSTRI PANGAN a. Industri Pengolahan Ikan: Ikan awet (beku, kering, asap) dan fillet, Aneka olahan ikan, rumput laut dan hasil laut lainnya (termasuk carrageenan, minyak ikan, suplemen dan pangan fungsional lainnya). b. Industri Bahan Penyegar: bubuk cokelat, lemak cokelat, makanan dan minuman dari cokelat, suplemen dan pangan fungsional berbasis kakao. c. Industri Pengolahan Minyak Nabati: Fortified cooking oil (natural dan nonnatural), pangan fungsional berbasis minyak nabati. 1. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) melalui koordinasi dengan instansi terkait dan kemitraan serta integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir didukung oleh infrastruktur yang memadai. 2. Menyiapkan SDM yang ahli dan berkompeten di bidang industri pangan melalui diklat industri dan pendampingan 3.Meningkatkan kemampuan penguasaan dan pengembangan inovasi teknologi industri pangan melalui penelitian dan pengembangan yang terintegrasi. 4. Meningkatkan efisiensi proses pengolahan dan penjaminan mutu produk melalui penerapan GHP, GMP dan HACCP, sertifikasi SNI dan halal, sertifikasi mutu lainnya, serta bantuan mesin/peralatan pengolahan produk pangan dan peningkatan kapasitas laboratorium uji mutu; 5. Mengkoordinasikan pengembangan sistem logistik untuk meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi produk pangan. 6. Memfasilitasi pembebasan PPN atas proses pengolahan pangan dengan nilai tambah kecil. 7. Menfasilitasi akses terhadap pembiayaan yang kompetitif bagi industri pangan skala kecil dan menengah. 8. Meningkatkan kerjasama industri internasional untuk alih teknologi, peningkatan investasi dan penguasaan pasar ekspor. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 28

35 d. Industri Pengolahan Buah- Buahan dan Sayur-sayuran: Buah/sayuran dalam kaleng, fruit/vegetable layer, suplemen dan pangan fungsional berbasis limbah industri pengolahan buah. 9. Promosi dan perluasan pasar produk industri pangan di dalam dan luar negeri. e. Industri Tepung: Pati dari biomassa limbah pertanian, Pangan darurat f. Industri Gula Berbasis Tebu: Gula pasir, Gula cair, dan asam organik dari limbah industri gula. 2. INDUSTRI FARMASI, KOSMETIK DAN ALAT KESEHATAN a. Industri Farmasi dan Kosmetik: Sediaan herbal, Garam farmasi, Golongan Cefalosporin, Amlodipine, Glucose Parmaceutical Grade (for infusion), Amoxicillin, Glimepiride, Parasetamol, Produk Kosmetik, Bahan baku tambahan pembuatan obat (excipient) b. Industri Alat Uji dan Kedokteran: Produk disposable and consumables, Hospital Furniture, Implan Ortopedi, Electromedical devices, Diagnostic instrument, PACS (Picture Archiving and Communication System), Software & IT, Diagnostics reagents Industri Farmasi dan Kosmetik 1. Meningkatkan penguasaan teknologi proses dan rekayasa produk industri farmasi dan kosmetik melalui penelitian dan pengembangan yang terintegrasi; 2. Memfasilitasi pengembangan dan pembangunan industri bahan baku farmasi dan kosmetik untuk substitusi impor; 3. Mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri, termasuk meningkatkan keterkaitan antara industri besar dan industri kecil dan menengah; 4. Memperkuat infrastruktur dalam rangka penerapan Standar Farmakope Indonesia bagi industri farmasi dan kosmetik; 5. Mengembangkan sektor petrokimia hulu untuk mengurangi ketergantungan bahan baku; 6. Mengembangkan riset dan manufaktur produk bioteknologi dan herbal yang terstandar dan terintegrasi; 7. Membangun kompetensi dan kapabilitas riset farmasi untuk produk bioteknologi dan herbal; 8. Melakukan penguasaan teknologi dan membangun kemampuan manufaktur berstandar internasional; 9. Meningkatkan kemampuan uji klinik. Industri Alat Kesehatan 1. Mengembangkan kebijakan yang mengkaitkan industri alat kesehatan masal dengan pembiayaan layanan kesehatan sebagai bentuk subsidi silang; 2. Mengembangkan kebijakan penggunaan produk alat kesehatan produk dalam negeri pada fasilitas dan layanan kesehatan yang didanai Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN); 3. Memfasilitasi promosi penggunaan alat kesehatan buatan dalam negeri termasuk pelatihan dan jaminan suku cadang/pemeliharaan; Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 29

36 3. INDUSTRI TEKSTIL, KULIT, ALAS KAKI DAN ANEKA a. Industri Tekstil: Serat tekstil, Rajut, Garmen fashion, Tekstil Khusus. b. Industri Kulit dan Alas Kaki: Alas kaki, Produk kulit khusus, Kulit sintetis, bahan kulit non-konvensional. c. Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu: Kerajinan, ukirukiran dari kayu, Furniture kayu dan rotan d. Industri Plastik, Pengolahan Karet dan Barang dari Karet: Plastik untuk keperluan umum, karet untuk keperluan umum, dan karet untuk keperluan khusus (antara lain: untuk kesehatan, otomotif, dan elektronik) 4. Mengembangkan road map industri alat kesehatan dan teknologi terkait secara terintegrasi termasuk komponen, bahan baku, dan bahan penolong; 5. Mendirikan center of excellent yang mencakup litbang dan produksi alat kesehatan dasar masal untuk keperluan dalam negeri; 6. Mengembangkan SDM dengan kompetensi tinggi pada design engineering produk alat kesehatan, termasuk pengukuran dan pengujian; 7. Memfasilitasi pembiyaan untuk peningkatan kapasitas industri alat kesehatan dasar masal melalui revitalisasi pemesinan dan alat pengukuran; 8. Mengembangakn standardisasi dan dukungan Hak atas kekayaan intelektual atas produk alat kesehatan di dalam negeri; 9. Mengembangkan dan penguatan IKM modern penghasil komponen alat kesehatan melalui bantuan teknis dan peralatan uji. Industri Tekstil 1. Pendirian pabrik serat sintetik yang berorientasi pasar domestik & eskpor (dengan pengutamaan kebutuhan domestik; 2. Pengembangan industri pewarna tekstil dan aksesoris; 3. Perumusan kebijakan Pemerintah untuk industri garmen agar dipersyaratkan menggunakan kain dalam negeri secara bertahap; 4. Pengembangan kompetensi kerja SDM industri tekstil sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia 5. Penguatan tempat uji kompetensi (TUK) dan lembaga sertifikasi SDM industri tekstil; 6. Peningkatan kemampuan, kualitas & efisiensi industri TPT termasuk IKM melalui pelatihan desain dan teknologi proses termasuk untuk mewujudkan industri hijau; 7. Pendirian pusat desain dan pusat inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing industri tekstil; 8. Melanjutkan Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan ITPT untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi; 9. Pemberian insentif bagi investor industri tekstil khusus berteknologi tinggi; 10. Harmonisasi sistem perpajakan antara pajak keluaran dan pajak masukan dikaitkan dengan jangka waktu restitusi; 11. Pengembangan kebijakan sistem agunan mesin tekstil untuk pembiayaan industri; Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 30

37 12. Pengembangan kebijakan pengamanan industri dalam negeri melalui safeguards dan tindakan pengamanan lainnya; 13. Pengembangan standardisasi & perlindungan terhadap Hak atas kekayaanintelektual design produk tekstil; 14. Peningkatan peran asosiasi untuk memperkuat kolaborasi antar pelaku industri sepanjang rantai pasok industri tekstil dan produk tekstil. Industri Kulit dan Alas Kaki 1. Pengembangan industri bahan baku kulit sintetis dalam negeri; 2. Standarisasi bahan baku untuk industri kulit dan alas kaki untuk mencegah barang impor berkualitas rendah; 3. Pemetaan potensi industri kulit dan alas kaki nasional; 4. Penguatan sentra IKM melalui penguatan kelembagaan dan teknologi; 5. Peningkatan kemampuan (terutama ergonomical design) industri alas kaki yang telah memiliki pangsa pasar tinggi untuk bersaing secara global; 6. Perlindungan hak atas kekayaan intelektual design produk alas kaki yang dihasilkan di dalam negeri; 7. Peningkatan promosi industri alas kaki customized secara ekslusif pada forum resmi nasional dan internasional untuk memunculkan industri kelas dunia; 8. Peninjauan kebijakan ekspor bahan baku kulit mentah (wet blue); 9. Koordinasi dengan sektor peternakan untuk mengatasi hambatan kualitas bahan baku terkait persyaratan kesehatan hewan; 10. Pengembangan teknologi pengolahan limbah penyamakan kulit; 11. Penyebaran industri kulit dan alas kaki dengan memperhatikan potensi sumber daya wilayah termasuk kewajiban pemenuhan UMR; 12. Pendirian pusat desain dan pusat inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing industri kulit dan alas kaki; 13. Melanjutkan Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan IAK dan IPK untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi; 14. Harmonisasi sistem perpajakan antara pajak keluaran dan pajak masukan dikaitkan dengan jangka waktu restitusi; 15. Peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan industri kulit khusus untuk penggunaan di sektor industri lainnya. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 31

38 Industri Furnitur dan Barang Lainnya Dari Kayu 1. Melakukan pendampingan dan mentoring terhadap IKM dalam rangka mendapatkan sertifikat legalitas kayu (SVLK) 2. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) melalui koordinasi dengan instansi terkait dan kemitraan serta integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir. 3. Meningkatkan kemampuan SDM dalam penguasaan teknik produksi dan desain untuk meningkatkan daya saing dan kualitas produk 4. Pembangunan pendidikan kejuruan dan vokasi bidang pengolahan kayu, rotan dan furniture. 5. Penerapan teknologi pemanfaatan bahan baku alternatif dari (kayu sawit, kayu karet, dsb) 6. Fasilitas akses terhadap sumber pembiayaan yang kompetitif untuk meningkatkan kinerja ekspor furnitur 7. Meningkatkan promosi dan perluasan pasar guna mendorong tumbuhnya industri furniture rotan dalam negeri 4. INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI a. Industri Kendaraan Bermotor: Komponen otomotif, Penggerak mula (engine) BBM, gas dan Listrik, erangkat transmisi (power train), Alat berat. b. Industri kereta api: Kereta diesel dan listrik Industri Plastik, Pengolahan Karet dan barang dari karet 1. Memfasilitasi pengembangan industri plastik, pengolahan karet dan barang dari karet untuk produk keperluan umum. 2. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan terintegrasi sebagai upaya penguasaan teknologi proses dan rekayasa produk industri plastik, pengolahan karet dan barang dari karet 3. Memperkuat kemampuan nasional untuk memproduksi mesin dan peralatan produksi dari industri plastik dan karet hilir 4. Mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri, termasuk meningkatkan keterkaitan antara industri besar dan industri kecil dan menengah. 5. Memperkuat infrastruktur dalam rangka pemberlakuan SNI wajib 6. Pengembangan sektor plastik hulu untuk mengurangi ketergantungan bahan baku 7. Peningkatan kompetensi SDM. 1. Pengembangan road map industri alat tarnsportasi secara komprehensif yang bersifat antar moda dengan memperhatikan kapasitas, kualitas, teknologi, dan karakteristik kebutuhan transportasi/ konektivitas di dalam negeri, serta kaitannya dengan jaringan transportasi global yang memperhatikan posisi geostrategis Indonesia; 2. Penguatan sub sektor industri pemesinan melalui revitalisasi mesin dan peralatan presisi pada industri perkapalan, kereta api dan pesawat terbang; Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 32

39 c. Industri perkapalan: Kapal laut, Komponen kapal (mekanikal & elektronik), Perawatan kapal d. Industri kedirgantaraan: Pesawat terbang propeler, Komponen pesawat, Perawatan pesawat. 3. Penyediaan bahan baja dan non baja serta paduannya, dan bahan pendukung (komposit, keramik plastik dan karet) yang memenuhi kebutuhan spesifik bagi industri alat transportasi; 4. Pengembangan regulasi melalui koordinasi dengan instansi terkait tentang ijin transportasi darat, laut dan udara; 5. Pengembangan kebijakan penggunaan produk dalam negeri yang memiliki daya saing melalui perjanjian secara bertahap dengan pihak principal; 6. Pengembangan sistem untuk status legal kepemilikan mesin yang diperlukan bagi penjaminan pinjaman ; 7. Pengembangan kebijakan tahapan penguasaan teknologi pada bahan bakar (fosil & non fosil) untuk penggerak mula ; 8. Pengembangan standardisasi produk, proses, manajemen (ISO9000, ISO14000, dan ISO 26000), dan industri hijau, serta spesifikasi teknis, dan pedoman tata cara di industri transportasi; 9. Pengembangan pasar domestik melalui pengembangan infrastruktur transportasi yang terintegrasi dengan pengembangan perwilayahan industri (penyebaran dan konektivitas); 10. Pengembang an kawasan industri dan sentra IKM khusus industri alat transportasi; 11. Penguatan sentra IKM modern (logam, karet, plastik, kulit) pendukung industri transportasi secara umum yang dilengkapi dengan UPT proses dan pengukuran presisi; 12. Pengembangan kapasitas industri pemesinan melalui upaya efisiensi produksi termasuk penghematan penggunaan energi; 13. Pengembangan komponen logam terstandar untuk efisiensi industri alat transportasi; 14. Penyediaan dan peningkatan kemampuan SDM dengan kompetensi pada design engineering, proses presisi, pengukuran presisi, dan mekatronika/robotika melalui pelatihan, dan bimbingan teknis; 15. Pengembangan regulasi alih daya yang memadai untuk pembentukan iklim usaha agar dapat memberikan jaminan pasokan melalui kegiatan alih daya (outsourcing) proses, produk dan SDM; 16. Pengembangan jumlah dan kompetensi konsultan IKM pada sentra khusus IKM industri alat transportasi; 17. Penguasaan teknologi sistem manufaktur bagi industri alat transportasi yang efisien ; 18. Penguatan balai melalui kerjasama penelitian tentang paduan logam bernilai tambah tinggi, serta Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 33

40 5. INDUSTRI ELEKTRONIKA DAN TELEMATIKA (ICT) a. Industri Elektronika: Smart home appliances, Komponen elektronika (tanpa komponen fabrikasi/ fabless) b. Industri Komputer: Komputer c. Industri Peralatan Komunikasi: Transmisi telekomunikasi, Smart mobile phone. 6. INDUSTRI PEMBANGKIT ENERGI Industri Alat Kelistrikan: Motor/generator kolaborasi penelitian dan pengembangan teknologi dan aplikasinya, termasuk untuk alat transportasi hemat energi, serta pengembangan infrastruktur lab uji kendaraan bermotor. 19. Pengembangan design center industri alat transportasi. 1. Membangun sistem monitoring secara kritis perkembangan kebutuhan dan teknologi terkait dengan kegiatan competitive intelligence di negara maju; 2. Pengembangan program penyediaan bahan baku logam, paduan logam, plastik dan komposit untuk industri komponen ICT; 3. Pengembangan standardisasi produk ICT untuk mengurangi variasi sehingga diperoleh volume total yang semakin besar dan efisien; 4. Pengembangan riset untuk perancangan produk ICT yang efisien, tepat guna (sesuai user), cerdas (smart) dan yang mengintegrasikan berbagai fungsi kehidupan; 5. Pengembangan center of excellent industri ICT milik pemerintah termasuk untuk kebutuhan hankam; 6. Pengembangan riset material untuk baterai ukuran kecil dan berdaya tinggi; 7. Fasilitasi alih teknologi industri baterai untuk keperluan elektronika melalui akuisisi industri baterai yang memiliki teknologi maju; 8. Mengkoordinasikan penelitian dan pengembangan sistem (konten) elektronika dan telematika untuk keperluan komersial dan pertahanan; 9. Pengembangan industri radar dan satelit, termasuk stasiun relay; 10. Fasilitasi pendirian pabrik komponen mikro-nano elektronika (tidak termasuk foundry); 11. Pengembangan kawasan industri dan/atau sentra khusus (techno-park) mikroelektronika dan telematika yang diisi oleh industri ICT; 12. Peningkatan kemampuan dan peran IKM penghasil komponen untuk industri elektronika melalui pengembangan sentra khusus dengan UPT yang dilengkapi alat ukur dan alat uji mekanis dan kelistrikan yang presisi; 13. Fasilitasi untuk penguasaan teknologi dan produksi melalui akuisisi industri alat uji dan pengukuran maju; 14. Pemetaan dan pengembangan potensi rare earth material yg berpotensi utk dikembangkan mjd material nano-bio ICT. 15. Pengembangan industri pemesinan mikro. 1. Pengembangan kebijakan pemetaan kebutuhan dan penggunaan sumber energi dari migas dan batubara (energy balance); Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 34

41 listrik, Baterai, Solar cell. 2. Pemetaan proses dan teknologi industri yang lahap energi untuk implementasi manajemen energi dan penyusunan kebijakan industri yang hemat energi; 3. Pengembangan roadmap secara komprehensif melalui analisis keekonomian sumber energi terbarukan serta penyusunan jadwal konversi energi secara terencana dalam jangka panjang; 4. Pengembangan kebijakan energi terbarukan termasuk insentif, penyediaan infrastruktur dan pelestarian/keseimbangan sumber; 5. Penelitian dan pengembangan potensi rare earth elements (REE) sebagai bahan paduan dan bahan baku nuklir; 6. Fasilitasi pendirian pabrik/ pusat pengolahan bahan baku pembuat magnet; 7. Fasilitasi pendirian pabrik yang mengolah material menjadi komponen pembangkit listrik tenaga surya; 8. Fasilitasi alih teknologi industri sel surya melalui pendirian atau akuisisi; 9. Falisitasi Penelitian dan pengembangan produk solar cell untuk implementasi di industri dan masyarakat; 10. Pengembangan kebijakan pemanfaatan listrik perumahan dari solar cell untuk menambah kapasitas daya listrik nasional; 11. Fasilitasi pendirian pabrik/pusat pengolahan lanjut REE produk bahan baku nuklir sebagai bahan bakar pembangkit listrik atau bahan penolong beradiasi di industri; 12. Pengembangan rancang bangun fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir efisien dgn tingkat keselamatan yg tinggi; 13. Pengembangan riset manajemen energi dan pengembangan metoda atau komponen utk penghematan energi; 14. Pengembangan riset kabel konduktor khusus dan logam magnet berdaya tinggi untuk menghasilkan motor/generator listrik yang efisien; 15. Pengembangan dan penguasaan teknologi design dan engineering untuk pembangkit listrik yang efisien termasuk penguasaan HKI dan penjaminan resiko teknologi; 16. Penguasaan teknologi dan produksi melalui akuisisi industri alat uji dan pengukuran yang sudah maju; 17. Pengembangan teknologi produksi hidrogen dan fuel cell untuk penggerak mula di produk alat transportasi. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 35

42 7. INDUSTRI BARANG MODAL, KOMPONEN, BAHAN PENOLONG DAN JASA INDUSTRI a. Industri Mesin dan Perlengkapan: Mesin CNC, Industrial tools, Otomasi proses produksi untuk elektronika dan pengolahan pangan b. Industri Komponen: Packaging (basis karton dan plastik), Pengolahan karet dan barang dari karet : Ban pnumatic, Ban luar dan ban dalam dll, Ban vulkanisir ukuran besar (Giant vulcanised tyre) (untuk pesawat dan offroad), Barang karet untuk keperluan industri dan komponen otomotif, Zat Additive, Zat pewarna tekstil (Dye stuff), plastik dan karet (pigmen), Bahan kimia anorganik. c. Industri Bahan Penolong: Katalis, Solvent d. Jasa Industri: Perancangan pabrik, Jasa proses industri, Pemeliharaan mesin/ peralatan industri. Industri Mesin dan Perlengkapan 1. Kajian menyeluruh (integrated supply chain mulai dari bahan baku sampai penguasaan teknologi) terhadap industri pemesinan sebagai industri yang berperan vital dan menjadi tulang punggung pembangunan industri pada banyak sektor; 2. Penguatan sub sektor industri pembuat mesin, komponen pendukung dan bahan baku (baja, dan paduan) bagi industri pemesinan melalui revitalisasi mesin dan peralatan presisi, termasuk pada sentra IKM logam secara terintegrasi; 3. Pengembangan kap asitas industri pemesinan melalui upaya efisiensi produksi termasuk penghematan penggunaan energi; 4. Penyediaan bahan baja dan non baja serta paduannya yang memenuhi kebutuhan spesifik bagi industri pemesinan; 5. Pengembangan dan penyediaan bahan pendukung (komposit dan keramik) dengan spesifikasi yang sesuai bagi industri tools; 6. Penyediaan dan peningkatan kemampuan SDM dengan kompetensi pada design engineering, proses presisi, pengukuran presisi, dan mekatronika/robotika; 7. Peningkatan peran industri kecil dan menengah (IKM) dalam rantai pasok komponen industri pemesinan melalui pengembangan sentra industri pembuatan tools dan komponen presisi yang dilengkapi dengan UPT proses dan pengukuran presisi; 8. Pengembangan komponen logam & bukan logam terstandar untuk efisiensi industri pemesinan dan industri lainnya; 9. Pengembangan sistem untuk status legal kepemilikan mesin yang diperlukan bagi penjaminan pinjaman dan/atau pemberian leasing; Industri Komponen dan Bahan Penolong 1. Memfasilitasi R&D untuk pembuatan produk plastik & karet engineering, katalis, zat aditif, pewarna tekstil (dyes) dan pewarna plastik dan karet (pigment), serta bahan kimia anorganik. 2. Peningkatan kerjasama penelitian dan pengembangan antara balai, perguruan tinggi, dan industri untuk pengembangan produk plastik & karet engineering, katalis, zat aditif dan pewarna (dyes & pigment), serta bahan kimia anorganik. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 36

43 8. INDUSTRI HULU AGRO a. Industri Oleofood: Olein, stearin, gliserol, Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), coco butter substitute, margarin, shortening, other specialty fats. b. Industri Oleokimia: Asam lemak nabati, fatty alcohols fatty amine, methyl ester sulfonat (biosurfactant), biolubricant (rolling oils), gliserin yang berbasis kimia (glycerine based chemicals), Minyak atsiri, Isopropil palmitat (IPP), dan Isopropil Miristat (IPM), Asam stearat (stearic acid) c. Industri Kemurgi: Biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester/ FAME), Bioavtur (Bio jet fuel). d. Industri Pakan: Ransum dan suplemen pakan ternak dan quaculture. e. Industri Barang dari Kayu: Komponen berbasis kayu (wood working, laminated & finger joint). f. Industri Pulp dan Kertas: Long fiber, Dissolving pulp. 9. INDUSTRI LOGAM DASAR DAN BAHAN GALIAN BUKAN LOGAM a. Industri Pengolahan dan Pemurnian Besi dan Baja Dasar: Iron ore pellet, Lumps, Fines, Sponge iron, Pig iron dan besi cor, Nickel Pig Iron, Ferronickel, Paduan besi (ferro alloy), Baja untuk keperluan khusus (special steel). 3. Memfasilitasi pengembangan dan pendirian industri Packaging (berbasis karton dan plastik), plastik & karet engineering, zat aditif, dye stuff, pigment, katalis dan solvent, serta bahan kimia anorganik. 4. Memfasilitasi pengembangan dan pendirian industri bahan kimia anorganik (asam sulfat, asam fospat, copper sulfat, Kalium hidroksida, sodium bisulfit, grade chemical alumina, zinc oksida, zinc khlorida, kalsium karbonat, natrium karbonat, natrium khlorida) 5. Menyiapkan SDM lokal yang berkompeten di bidang industri komponen dan bahan penolong 1. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) melalui koordinasi dengan instansi terkait didukung oleh infrastruktur yang memadai. 2. Menyiapkan SDM yang ahli dan berkompeten di bidang industri hulu agro melalui diklat industri. 3. Meningkatkan kemampuan penguasaan dan pengembangan inovasi teknologi industri hulu agro melalui penelitian dan pengembangan yang terintegrasi 4. Pembangunan pendidikan kejuruan dan vokasi bidang pengolahan kayu, rotan dan furniture, perlindungan HKI. 5. Meningkatkan efisiensi proses pengolahan dan penjaminan mutu produk melalui penerapan GHP, GMP, sertifikasi SNI dan industri hijau dan peningkatan kapasitas laboratorium uji mutu 6. Mengkoordinasikan pengembangan sistem logistik untuk meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi produk. 7. Memfasilitasi penerapan harga keekonomian produk bioenergi. 8. Memberikan insentif khusus untuk industri bioenergi 9. Promosi dan perluasan pasar produk industri hulu agro berwawasan lingkungan di dalam dan luar negeri. 10. Meningkatkan kapasitas produksi pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) terintegrasi dgn Pabrik Kelapa Sawit utk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK), dan mendorong penerapan industri hijau pd industri pulp dan kertas. 1. Memfasilitasi pembangunan pabrik iron ore pellet 2. Meningkatkan kapasitas produksi (termasuk pembuatan pabrik baru) kapur bakar dan cooking coal serta briket semi kokas 3. Meningkatkan jumlah atau kapasitas blast furnace 4. Meningkatkan kapasitas produksi bijih/pasir besi dalam negeri sebagai bahan baku direct reduction furnace dan blast furnace Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 37

44 b. Industri pengolahan dan emurnian logam dasar bukan besi: Alumina SGA dan Alumina CGA, Alumunium, Alumunium alloy, billet dan slab, Nickel matte, Tembaga katoda, Copper/Brass Sheet, Nickel Hydroxide, Fe Ni Sponge, Luppen Fe Ni, Nugget Fe Ni. c. Industri logam mulia, tanah jarang (rare earth), dan bahan nuklir: logam mulia, konsentrat, logam tanah jarang. d. Industri bahan galian nonlogam: 1. Semen, Keramik, Kaca/gelas, Kaca/gelas Pharmaceutical Grade, Refractory, Zirkonia, zirkon silikat, bahan kimia zirkon, Zirkon Opacifier 10 INDUSTRI KIMIA DASAR BERBASIS MIGAS DAN BATUBARA 5. Revitalisasi industri baja untuk efisiensi konsumsi energi dan ramah lingkungan 6. Memfasilitasi pembangunan smelter pengolahan bauksit menjadi alumina 7. Memfasilitasi pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel menjadi nikel pig iron, ferronikel atau nikel matte, 8. Memfasilitasi peningkatan kapasitas produksi smelter tembaga dan smelter aluminium. 9. Memfasilitasi pembangunan smelter tembaga tambahan dari yang sudah ada 10. Meningkatkan kapasitas produksi semen atau mendirikan pabrik baru dengan memanfaatkan terak tembaga yang dihasilkan smelter tembaga 11. Meningkatkan kapasitas produksi industri steel making (slab, billet, HRC, CRC, besi beton, wire rod) 12. Peningkatan kapasitas produksi Pengecoran (casting), Ekstrusi (extrusion), Penempaan (forging), Penarikan (wire drawing), Penggilingan (rolling) besi dan paduannya serta bukan besi dan paduannya 13. Memfasilitasi pembangunan industri baja untuk keperluan khusus (special steel) termasuk baja paduan untuk industri permesinan, otomotif dan alat berat 14. Memfasilitasi pembangunan pabrik besi/baja dan bukan besi/baja untuk mendukung agroindustri 15. Memfasilitasi pembangunan pabrik besi/baja dan bukan besi/baja untuk mendukung industri petrokimia 16. Meningkatkan penerapan dan pengawasan SNI wajib, serta penguatan infrastruktur standardisasi. 17. Penerapan industri hijau 18. Peningkatan penggunaan produksi dalam negeri 19. Penguatan balai melalui kerjasama penelitian tentang paduan logam bernilai tambah tinggi 20. Memfasilitasi pembangunan pabrik konsentrasi logam tanah jarang 21. Memfasilitasi pembangunan pabrik penghasil logam mulia dari lumpur anoda maupun bahan baku lainnya 22. Fasilitasi penyediaan lahan dan konsesi penambangan untuk investasi baru, khususnya di luar Pulau Jawa. 23. Menjamin pasokan batubara dan mendorong produsen semen untuk melakukan efisiensi dan diversifikasi energi. 24. Menyiapkan SDM lokal yang kompeten. 25. Menyusun SKKNI bidang industri logam dan semen 1. Memfasilitasi pendirian pabrik petrokimia hulu dengan bahan baku gas di Teluk Bintuni, bahan baku CBM di SumSel dan KalSel, bahan baku shale gas di SumUt, dan b ahan baku batubara di KalTim dan Sumatera Selatan. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 38

45 a. Industri Petrokimia Hulu: Etilena, Propilena, Butadiene, P-xylena, etanol, Ammonia. b. Industri Kimia organik: Carbon black, Asam Tereftalat, Asam Asetat, Akrilonitril, Bis Fenol A. c. Industri Pupuk: Pupuk tunggal (basis nitrogen), pupuk majemuk. d. Industri Resin Sintetik dan Bahan Plastik: Low-density polyethylene (LDPE), High-density polyethylene (HDPE), Polypropylene (PP), Nilon, Polyethylene terephthalate (PET), Akrilik, Polyvinyl Chloride (PVC) e. Industri Karet Alam dan Sintetik: Butadiene Rubber (BR), Styrene Butadiene Rubber (SBR), Engineering natural rubber compound f. Industri Barang Kimia lainnya: Propela 2. Pengembangan produk aromatik di Tuban dan Cilacap 3. Mendorong produsen petrokimia hulu untuk melakukan efisiensi dan diversifikasi energi. 4. Melalukan revitalisasi industri petrokimia eksisting yang mengalami permasalahan pasokan bahan baku dan/atau administrasi. 5. Memfasilitasi calon investor dalam mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam pendirian pabrik petrokimia hulu (penyediaan lahan, jaminan bahan baku, perizinan, infrastruktur, Amdal, dll) 6. Menyiapkan SDM lokal yang kompeten. 7. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi proses dan rekayasa produk industri petrokimia melalui penelitian dan pengembangan yang terintegrasi 8. Fasilitasi kerjasama teknologi untuk pengembangan bahan baku alternatif industri petrokimia (teknologi gasifikasi batubara, methanol to olefin) 9. Optimalisasi penggunaan kondensat untuk bahan baku industri petrokimia nasional 10. Mendorong hilirisasi industri petrokimia hulu melalui kerjasama dengan industri petrokimia antara dan hilir dalam rangka penguatan dan pendalaman struktur industri petrokimia. 11. Memfasilitasi pendirian pabrik industri kimia organik 12. Memfasilitasi ketersediaan bahan baku dan pasar bagi pendirian pabrik industri kimia organik melalui kerjasama hulu-hilir. 13. Mendorong adanya revitalisasi pabrik pupuk urea untuk menurunkan konsumsi gas bumi sebagai bahan baku. 14. Mendorong pengembangan industri intermediate untuk bahan baku industri pupuk (Asam Phosphate) 15. Fasilitasi kerjasama teknologi untuk pengembangan bahan baku alternatif industri pupuk (teknologi gasifikasi batubara) 16. Memfasilitasi pendirian industri resin sintetik dan bahan plastik 17. Memfasilitasi terbukanya pasar industri resin sintetik dan bahan plastik melalui kerjasama hulu-hilir (petrokimia hulu dan industri barang plastik) 18. Memfasilitasi pendirian pabrik industri BR, SBR, IR, ABS, dan EPDM di Cilegon, Banten. 19. Memfasilitasi terbukanya pasar industri Karet Sintetik melalui kerjasama hulu-hilir Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 39

46 20. Memfasilitasi pembangunan industri propelan kapasitas 800 ton/tahun di Energetic Material Centre, Subang, Jawa Barat. 21. Memastikan terjadinya transfer teknologi dan adanya jaminan kesinambungan suplai bahan baku industri propelan 22. Mendorong pemakaian teknologi dan produk dalam negeri dalam pembangunan dan pengembangan industri propelan B. Perwilayahan Industri Undang-Undang No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian mengamanatkan bahwa pembangunan industri dilakukan dengan pendekatan sektoral yang terencana dan pendekatan spasial yang terintegrasi. Pendekatan sektoral yang terencana dilaksanakan melalui rencana pembangunan industri nasional, sedangkan pendekatan spasial dilaksanakan melalui pengembangan perwilayahan industri. Cakupan pelaksanaan pengembangan perwilayahan industri adalah Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Peruntukan Industri (KPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM). Perwilayahan Industri dilakukan melalui percepatan penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia. Percepatan penyebaran industri dapat dilakukan dengan pembangunan industri di luar Jawa, atau melakukan relokasi industri eksisting di Jawa ke luar Jawa. Sedangkan, pemerataan pembangunan industri dapat diperoleh melalui penyebaran industri yang berdampak pada peningkatan PDRB sektor industri dan penyerapan tenaga kerja secara berimbang antara Jawa dan luar Jawa, termasuk pada daerah tertinggal. Upaya pemerataan ini erat kaitannya dengan pembangunan pusatpusat pertumbuhan industri yang akan menjadi penggerak utama (prime mover) yang akan membawa kemajuan atau peningkatan bagi daerah sekitarnya. Untuk itu perlu dilakukan : 1. Penetapan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) Program pengembangan WPPI tahun adalah sebagai berikut: 1) Penetapan WPPI sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN); Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 40

47 2) Survey dan pemetaan potensi pengembangan sumber daya industri dalam WPPI; 3) Koordinasi antar Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota yang daerahnya masuk dalam WPPI dengan Kementerian/Lembaga terkait dalam penyusunan Rencana Pembangunan Industri Provinsi/ Kabupaten/Kota; 4) Penyusunan Master Plan pengembangan WPPI; 5) Penyusunan Rencana Aksi pengembangan WPPI; 6) Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyusunan rencana pembangunan infrastruktur untuk mendukung WPPI; 7) Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyelesaian aspekaspek yang terkait pertanahan; 8) Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyusunan rencana penyediaan energi untuk mendukung WPPI; 9) Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyusunan rencana penyediaan SDM dan teknologi untuk mendukung WPPI; 10) Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyediaan bahan baku industri; 11) Koordinasi antar Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan kelembagaan; 12) Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam perumusan pemberian insentif fiskal dalam mendukung WPPI; 13) Pembangunan infrastruktur untuk mendukung WPPI (jalan, kereta api, pelabuhan, bandara); 14) Pembangunan infrastruktur energi untuk mendukung WPPI; 15) Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan SDM; 16) Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan riset dan teknologi 17) Penguatan kerjasama antar WPPI; 18) Promosi investasi industri untuk masuk dalam WPPI; 19) Pemberian insentif bagi investasi bidang industri yang masuk dalam WPPI, terutama di luar Pulau Jawa; 20) Penguatan konektivitas antar WPPI. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 41

48 2. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri Program pengembangan kawasan peruntukan industri tahun adalah sebagai berikut: 1) Koordinasi antar Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dengan kementerian/lembaga terkait untuk penetapan kawasan peruntukan industri dalam RTRW Kabupaten /Kota; 2) Melakukan review terhadap pengembangan KPI; 3) Pembangunan infrastruktur, penyediaan energi, sarana dan prasarana dalam mendukung pengembangan kawasan peruntukan industri. 3. Pembangunan Kawasan Industri Program pembangunan kawasan industri tahun adalah sebagai berikut: 1) SDM dan teknologi untuk mendukung kawasan industri 2) Pembangunan kawasan industri 3) Pengoperasian bank tanah (Land Bank) untuk pembangunan kawasan industri 4) Pembangunan infrastruktur untuk mendukung kawasan industri (jalan, kereta api, pelabuhan, bandara) 5) Pembangunan infrastruktur energi untuk mendukung kawasan industri 6) Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan SDM 7) Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan Riset, Teknologi dan Inovasi (RISTEKIN) 8) Revitalisasi kawasan industri yang sudah beroperasi, khususnya yang berada di luar Pulau Jawa 9) Pembentukan kelembagaan pengelolaan kawasan industri (Pemerintah melakukan investasi langsung) 4. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Menengah Program pengembangan sentra IKM tahun adalah sebagai berikut: 1) Survey dan pemetaan potensi pembangunan sentra IKM; 2) Penyusunan rencana pembangunan sentra IKM; Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 42

49 3) Pembentukan kelembagaan sentra IKM oleh pemerintah kabupaten/kota; 4) Pengadaan tanah oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk pembangunan sentra IKM; 5) Pembangunan infrastrastruktur untuk mendukung sentra IKM; 6) Pembangunan sentra IKM; 7) Pembinaan dan pengembangan sentra IKM. C. Pembangunan Sumber Daya Industri Sumber daya industri adalah sumber daya yang digunakan untuk melakukan pembangunan industri yang meliputi: (a) pembangunan sumber daya manusia; (b) pemanfaatan sumber daya alam; (c) pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Industri; (d) pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi; dan (e) penyediaan sumber pembiayaan. D. Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri Dalam rangka mewujudkan pembangunan industri nasional yang berdaya saing perlu didukung melalui penyediaan sarana dan prasarana industri yang memadai meliputi: (a) Standardisasi Industri, Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor. Standardisasi industri juga dapat dimanfaatkan untuk melindungi keamanan, kesehatan, dan keselamatan manusia, hewan, dan tumbuhan, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pengembangan produk industri hijau serta mewujudkan persaingan usaha yang sehat. Pengembangan Standardisasi industri meliputi perencanaan, pembinaan, pengembangan dan Pengawasan untuk Standar Nasional Indonesia (SNI), Spesifikasi Teknis (ST) dan Pedoman Tata Cara (PTC). Pengembangan standardisasi industri yang akan dilakukan meliputi: 1) Pengembangan standardisasi industri dalam rangka peningkatan kemampuan daya saing industri melalui: Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 43

50 a. Perumusan standar; b. Penerapan standar; c. Pengembangan standar; d. Pemberlakuan standar; e. Pemberian fasilitas bagi perusahaan Industri kecil dan Industri menengah baik fiskal maupun non fiskal. 2) Pengembangan infrastruktur untuk menjamin kesesuaian mutu produk industri dengan kebutuhan dan permintaan pasar meliputi : a. Pengembangan Lembaga Penilai Kesesuaian; b. Pengembangan pengawasan standar; c. Penyediaan dan pengembangan laboratorium pengujian standar Industri di wilayah pusat pertumbuhan Industri; d. Peningkatan kompetensi komite teknis, auditor/asesor, petugas penguji, petugas inspeksi, petugas kalibrasi, PPSI dan PPNS-I; e. Peningkatan kerjasama antarnegara dalam rangka saling pengakuan terhadap hasil pengujian laboratorium dan sertifikasi produk. (b) Infrastruktur Industri (kawasan industri) Pembangunan infrastruktur industri dimaksudkan untuk menjamin tersedianya sarana dan prasarana pendukung kegiatan industri yang efisien dan efektif. Infrastruktur yang diperlukan oleh industri, baik yang berada di dalam dan/atau di luar Kawasan Peruntukan Industri, meliputi energi dan lahan kawasan industri. (c) Sistem Informasi Industri. Pembangunan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS) bertujuan untuk: 1) Menjamin ketersediaan, kualitas, kerahasiaan dan akses terhadap data dan/atau informasi; 2) Mempercepat pengumpulan, penyampaian/pengadaan, pengolahan/ pemrosesan, analisis, penyimpanan, dan penyajian, termasuk penyebarluasan data dan/atau informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu; Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 44

51 3) Mewujudkan penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas, inovasi, dan pelayanan publik, dalam mendukung pembangunan Industri nasional. Sasaran penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional meliputi: 1) Terlaksananya penyampaian data industri dan data kawasan industri secara online. 2) Tersedianya data perkembangan dan peluang pasar, serta data perkembangan teknologi industri. 3) Tersedianya sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders. 4) Tersedianya infrastruktur teknologi informasi dan tata kelola yang handal. 5) Terkoneksinya Sistem Informasi Industri Nasional dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan asosiasi serta Kamar Dagang dan Industri (KADIN) dan Kamar dan Industri Daerah (KADINDA) dalam rangka pertukaran data. 6) Tersedianya model sistem industri sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan nasional. 7) Tersosialisasikannya Sistem Informasi Industri Nasional kepada seluruh stakeholders. 8) Terpublikasikannya laporan hasil analisis data industri secara berkala. Pembangunan SIINAS dilakukan secara bertahap, dimulai dari penyusunan rencana induk, penyiapan infrastruktur teknologi informasi, standardisasi format data, pengembangan sistem informasi, sosialisasi kepada seluruh stakeholders, serta kerjasama interkoneksi dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh instansi eksternal. E. Pembangunan Industri Hijau Pembangunan Industri Hijau bertujuan untuk mewujudkan Industri yang berkelanjutan dalam rangka efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelangsungan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 45

52 memberikan manfaat bagi masyarakat. Industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Lingkup pembangunan industri hijau meliputi standarisasi industri hijau dan pemberian fasilitas untuk industri hijau. F. Pengembangan IKM Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan industri nasional, upaya pengembangan IKM perlu terus dilakukan melalui strategi pembangunan berikut: 1) Pemanfaatan potensi bahan baku Indonesia memiliki sumber bahan baku nasional yang sangat potensial, namun secara alamiah berada pada lokasi yang tersebar. Pemanfaatan sumber daya tersebut akan efisien jika dilakukan pada skala ekonomi tertentu (umumnya skala menengah dan besar) yang seringkali memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Seiring dengan pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan, sesuai dengan skala operasinya, IKM dapat berperan signifikan sebagai pionir dengan melakukan pengolahan yang memberikan nilai tambah pada bahan baku tersebut. 2) Penyerapan tenaga kerja Dibalik keterbatasan IKM dalam permodalan, IKM memiliki potensi penyerapan tenaga kerja pada industri padat karya. Melalui dukungan sederhana pada sentra IKM, penyiapan operasi IKM baru dan pengembagan IKM yang ada dapat dilakukan relatif lebih mudah dibanding industri besar sehingga berpotensi membuka lapangan kerja yang lebih luas dalam waktu yang relatif singkat. Namun, upaya ini perlu diikuti dengan peningkatan kompetensi tenaga kerja IKM secara langsung melalui berlatih sambil bekerja (on the job training), baik dalam aspek manajerial maupun aspek teknis, yang akan berpengaruh terhadap peningkatan daya saing IKM. 3) Pemanfaatan teknologi, inovasi dan kreativitas Teknologi dikembangkan dalam berbagai tingkatan, dari yang sederhana sampai yang canggih. Berbagai teknologi sederhana, terbukti mampu Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 46

53 memberikan manfaat yang besar pada aplikasi di industri yang memiliki sumber daya (bahan baku, pemodalan, dan tenaga kerja) yang terbatas namun memiliki tingkat inovasi dan kreativitas yang tinggi. Pemanfaatan teknologi yang disertasi inovasi dan kreativitas sesuai dengan karakteristik IKM yang memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi. Dengan cara tersebut, IKM mampu menghasillkan produk dengan biaya yang relatif rendah namun dengan kualitas yang memadai sehingga dapat memperluas pasarnya. 4) Program Pengembangan IKM Program yang dilakukan dalam rangka mencapai sasaran tersebut diatas meliputi: 1. Pemberian insentif kepada industri besar yang melibatkan IKM dalam rantai nilai industrinya 2. Meningkatkan akses IKM terhadap pembiayaan, termasuk fasilitasi pembentukan Pembiayaan Bersama (Modal Ventura) IKM. 3. Mendorong tumbuhnya kekuatan bersama sehingga terbentuk kekuatan kolektif untuk menciptakan skala ekonomis melalui standardisasi, procurement dan pemasaran bersama. 4. Perlindungan dan fasilitasi terhadap inovasi baru dengan mempermudah pengurusan hak kekayaan intelektual bagi kreasi baru yang diciptakan IKM. 5. Diseminasi informasi dan fasilitasi promosi dan pemasaran di pasar domestik dan ekspor. 6. Menghilangkan bias kebijakan yang menghambat dan mengurangi daya saing industri kecil. 7. Peningkatan kemampuan kelembagaan Sentra IKM dan Sentra Industri Kreatif, serta UPT, TPL, dan Konsultan IKM; 8. Kerjasama kelembagaan dengan lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian dan pengembangan; 9. Kerjasama kelembagaan dengan Kamar Dagang dan Industri dan/atau asosiasi industri, serta asosiasi profesi. 10. Pemberian fasilitas bagi IKM yang mencakup: Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 47

54 a. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan sertifikasi kompetensi; b. Bantuan dan bimbingan teknis; c. Bantuan bahan baku dan bahan penolong, serta mesin atau peralatan; d. Pengembangan produk; e. Bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup untuk mewujudkan Industri Hijau; f. Bantuan informasi pasar, promosi, dan pemasaran; g. Penyediaan Kawasan Industri untuk IKM yang berpotensi mencemari lingkungan; dan/atau h. Pengembangan dan penguatan keterkaitan dan hubungan kemitraan ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPPI Arah kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) yaitu: 1. Peningkatan kemampuan penguasaan penerapan teknologi maju; 2. Peningkatan fasilitasi penerapan teknologi dan perlindungan HKI; 3. Peningkatan kualitas hasil litbang industri; 4. Peningkatan pengembangan kebijaka regulasi teknis dan kemampuan pelayanan teknis SNI lingkup industri; 5. Peningkatan pengembangan kebijakan menuju iklim usaha kondusif dan Kebijakan Industri Nasional (KIN) yang efektif; 6. Peningkatan fasilitasi pengembangan industri hijau; 7. Peningkatan pemanfaatan SDA lokal di industri. Peran BPPI dalam Peningkatan Daya Saing berdasarkan Undangundang Perindustrian, sebagaimana terlihat pada Gambar 4. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 48

55 Gambar 4. Peran BPPI dalam Peningkatan Daya Saing berdasarkan Undang-undang Perindustrian Program layanan teknologi BPPI yang ditetapkan sebagai upaya melaksanakan pembangunan industri nasional yaitu pengembangan teknologi dan kebijakan industri melalui program : 1. Peningkatan Kapasitas Layanan dan Revitalisasi Peralatan Laboratorium; 2. Peningkatan Kualitas dan Jumlah SDM. Secara ringkas Program layanan BPPI secara jelas dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Program layanan BPPI Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 49

56 Sasaran Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) : Sasaran Strategis 1: Meningkatnya investasi di sektor industri, dengan indikator kinerja sasaran strategis yaitu: a). Meningkatnya investasi di sektor industri Sasaran Strategis 2: Kuatnya Struktur Industri, dengan indikator kinerja sasaran strategis yaitu: a) Peningkatan penguasaan teknologi industri; b) Laju pertumbuhan industri yang menerapkan prinsipprinsip industri hijau; c) Penurunan impor produk industri yang SNI, ST dan/atau PTC diberlakukan secara wajib. Sasaran Strategis 3: Tersusunnya arah pembangunan Industri, dengan indikator kinerja sasaran strategis yaitu: a) Jumlah rencana pembangunan industri. Sasaran Strategis 4: Meningkatnya kualitas layanan publik kepada pelaku usaha industri dan masyarakat dengan indikator kinerja sasaran strategis yaitu: a) Indeks kepuasan pelanggan. Rencana strategis (Renstra) BPPI Tahun terkait Tujuan Pembangunan Industri Jangka Panjang dan Menengah sebagaimana dijelaskan pada Tabel 4. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 50

57 Tabel 4. Renstra BPPI Tahun terkait Tujuan Pembangunan Industri Jangka Panjang dan Menengah RENSTRA BPPI TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI JANGKA PANJANG (20 TAHUN) TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI JANGKA MENENGAH (5 TAHUN) Menurut UU No 3/2014 tentang Perindustrian: 1. Mewujudkan Industri Nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional; 2. Mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur industri; 3. Mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau; 4. Mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat; 5. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja; 6. Mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan 7. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan. Membangun industri yang tangguh dan berdaya saing berbasis sumber daya industri dan mempercepat penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah Indonesia Strategi yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) yaitu: 1. Mengembangkan jejaring dengan institusi kebijakan litbang dan teknologi terkemuka melalui organisasi internasional, kerangka kerjasama perdagangan bebas dan kemitraan dengan akademisi; 2. Mendorong pengembangan kerjasama dengan dunia usaha untuk mengembangkan teknolgi dan memanfaatkan potensi bahan baku lokal; Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 51

58 3. Mengembangkan bank data yan lengkap dan mutakhir; 4. Meningkatkan kompetensi SDM BPPI sesuai perkembangan IPTEK industri; 5. Mengembangkan kapasitas kelembagaan litbang dan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK). Kegiatan-kegiatan BPPI pada program pengembangan teknologi, standardisasi dan industri hijau dilaksanakan melalui: 1. Pengembangan kebijakan dan fasilitasi dalam meningkatkan iklim usaha industri. Sasaran kegiatan/ output yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain adalah: Tumbuhnya industri pionir maupun industri strategis; dan Harmonisasi kebijakan sektor industri. 2. Pengkajian dan pengembangan teknologi dan HKI. Sasaran kegiatan/ output yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain adalah: Pengembangan teknologi industri; Penerapan teknologi di industri; dan Penerapan HKI di Industri. 3. Pengembangan standardisasi industri Sasaran kegiatan/ output yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain adalah: Penurunan produk industri yang SNI, ST dan/ atau PTC diberlakukan secara wajib; 4. Pengembangan industri hijau Sasaran kegiatan/ output yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain adalah: Standar industri hijau; Lembaga sertifikasi industri hijau; dan Pelatihan-pelatihan bagi auditor industri hijau yang tersertifikasi. 5. Penyusunan dan evaluasi program pengembangan teknologi dan kebijakan industri Sasaran kegiatan/ output yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain adalah: Tersusunnya perencanaan program dan anggaran; Laporan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan; Pengembangan SDM; Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 52

59 Layanan manajemen dalam manajemen dalam mendukung pelaksanaan program pengembangan teknologi, standardisasi, dan industri hijau. 6. Penelitian, pengembangan teknologi dan perekayasaan industri Sasaran kegiatan/ output yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain adalah: Hasil penelitian dan rekayasa industri; dan Layanan jasa teknis industri 7. Riset dan standardisasi industri Sasaran kegiatan/ output yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain adalah: Hasil penelitian dan rekayasa industri; dan Layanan jasa teknis industri ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH Arah kebijakan dan strategi Baristand Industri Banda Aceh tidak terlepas dan saling terintegrasi dengan program Kementerian Perindustrian dan Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI). Peran strategis Baristand Industri Banda Aceh dalam pembangunan industri nasional mengacu pada programprogram serta visi misi yang telah ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian dan BPPI sebagai lembaga induk dari Baristand Industri Banda Aceh. Dari penjabaran visi misi Kemenperin dan program BPPI maka peran strategis Baristand Industri Banda Aceh dalam upaya pembangunan industri nasional adalah dengan melaksanakan program/ kegiatan prioritas, yaitu: 1. Penelitian dan pengembangan teknologi industri; 2. Pelayanan jasa teknis industri (sertifikasi dan pelatihan); 3. Peningkatan standardisasi industri daerah (layanan pengujian); 4. Peningkatan budaya pengawasan; 5. Pengembangan SDM (melalui pelatihan, pendidikan lanjut (S2 dan S3), dan pendidikan non gelar) 6. Peningkatan sarana dan prasarana (sarana litbang, SNI wajib dan laboratorium) 7. Peningkatan kualitas pelayanan publik dan Sistem informasi yang handal. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 53

60 Peran strategis Baristand Industri Banda Aceh dalam upaya peningkatan daya saing industri berdasarkan UU perindustrian yaitu: 1. Meningkatkan kajian, perekayasaan serta rancang bangun industri; 2. Meningkatkan litbang dan pemanfaatan teknologi; 3. Meningkatkan pemberdayaan industri dalam rangka industri hijau; 4. Meningkatkan pelayanan jasa teknis industri; 5. Meningkatkan layanan standardisasi dan sertifikasi industri; 6. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasana terutama bidang kelitbangan dan pemberlakuan SNI Wajib; 7. Meningkatkan kualitas pelayanan publik; A. Fokus Kajian Litbangayasa Teknologi Industri Dalam upaya mendukung pembangunan industri nasional tahun maka Baristand Industri Banda Aceh menetapkan fokus kajian litbangyasa teknologi industri agar kegatan program penelitian dan pengembangan teknologi industri lebih terarah dan konsisten. Adapun fokus kajian litbangyasa teknologi industri Baristand Industri Banda Aceh yaitu: minyak atsiri, rempah dan komoditi inti/ unggulan daerah. Potensi sumber daya alam yang menjadi proyeksi investasi 23 kabupaten/ kota di Provinsi Aceh secara umum adalah: 1. Minyak atsiri dan rempah (Nilam, Sereh wangi, Pala, Cengkeh, Jahe, Kayumanis Lada, Kemiri, Jahe, Kunyit, Jarak, Gambir) 2. Perkebunan (Kopi, Coklat, Kelapa, Kopi, Tembakau, Pinang, Kelapa sawit) 3. Perikanan dan budidaya (ikan tangkap, Ikan laut, Bandeng, udang, teripang, kepiting lunak, lobster), 4. Pertanian (Padi, Jagung, Cabe, Kentang, Tomat, Bawang Merah) 5. Mineral dan Bahan Tambang (Batubara, Bijih Besi, Emas, Pasir zikron, Galena, Batu Gamping, Bentonit, Dolomit, Bahan galian golongan C) 6. Minyak Bumi dan Gas alam, Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 54

61 Secara rinci peta potensi investasi terpilih di Provinsi Aceh sebagaimana terlihat pada Gambar 7. Gambar 7. Peta potensi investasi terpilih di Provinsi Aceh Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 55

62 B. Pengembangan Litbangyasa Teknologi Industri Pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi industri bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing dan kemandirian industri nasional. Penguasaan teknologi dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan industri dalam negeri agar dapat bersaing di pasar dalam negeri dan pasar global. Pengembangan litbangyasa teknologi industri yang dilakukan oleh Baristand Industri Banda Aceh dikelompokkan dalam 3 tahapan dengan 9 level teknometer sebagaimana terlihat pada Gambar 8. Gambar 8. Pengelompokkan pengembangan litbangyasa dan pemanfaatan teknologi industri Baristand Industri Banda Aceh Sasaran pengembangan litbangyasa teknologi industri Tahun adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya hasil litbang yang siap diterapkan. 2. Meningkatnya kerja sama riset. 3. Meningkatnya hasil riset yang menyelesaikan masalah industri. 4. Tersedianya desain atau prototype litbangyasa industri. 5. Tumbuhnya pusat-pusat inovasi (center of excellence). 6. Pengembangan teknologi baru melalui pilot plant, atau yang sejenis. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 56

63 Pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi industri dilakukan melalui: 1. Peningkatan sinergi program kerjasama litbang antara balai-balai industri dengan lembaga riset pemerintah, lembaga riset swasta, perguruan tinggi, dunia usaha dan untuk menghasilkan produk litbang yang aplikatif dan terintegrasi. 2. Implementasi pengembangan teknologi baru melalui pilot plant, atau yang sejenis. 3. Pemberian insentif kepada peneliti yang hasil litbang dan temuannya dimanfaatkan secara komersial di industri. 4. Peningkatan transfer teknologi kepada IKM dan kalangan industri. 5. Meningkatkan kontribusi hasil kekayaan intelektual berupa desain, paten dan merk dalam produk industri untuk meningkatkan nilai tambah. 6. Melakukan audit teknologi terhadap teknologi yang dinilai tidak layak untuk industri antara lain boros energi, beresiko pada keselamatan dan keamanan, serta berdampak negatif pada lingkungan. 7. Mendorong tumbuhnya pusat-pusat inovasi (center of excellence) pada wilayah pusat pertumbuhan industri. 8. Penyebarluasan hasil-hasil riset melalui kegiatan seminar, pameran, publikasi ilmiah, ujicoba ke industri atau yang sejenisnya. C. Jasa Pelayanan Teknis Industri (Layanan Standardisasi dan Sertifikasi) 1. Standardisasi Industri Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor. Standardisasi industri juga dapat dimanfaatkan untuk melindungi keamanan, kesehatan, dan keselamatan manusia, hewan, dan tumbuhan, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pengembangan produk industri hijau serta mewujudkan persaingan usaha yang sehat. Dalam hal standardisasi industri, Baristand Indutri Banda Aceh telah memiliki laboratorium penguji yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Layanan standardisasi/ pengujian bahan/produk industri meliputi Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 57

64 pengujian kimia, fisika dan mikrobiologi yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tehadap standar mutu dan/atau untuk mengetahui komposisi suatu bahan/produk. Adapun jenis-jenis bahan/produk yang dapat diuji antara lain: 1. Produk Makanan dan Minuman (AMDK, air isi ulang, sirup, limun, aneka kripik, nata de coco, minyak hewani dan minyak nabati) 2. Produk indutri kimia (pupuk padat, pupuk cair dan kompos) 3. Produk hasil pertanian (kopi, teh, kopra, VCO, minyak nilam, minyak pala dll) 4. Mineral hasil tambang dan batu-batuan 5. Produk indutri aneka (arang aktif, briket, batu bara, dll) Pengembangan Standardisasi industri yang dilakukan oleh Baristand Industri Banda Aceh meliputi perencanaan, pembinaan, pengembangan dan Pengawasan terhadap layanan laboratorium penguji guna meningkatkan kualitas jasa pelayanan teknis industri. Sasaran pengembangan standardisasi tahun adalah sebagai berikut: 1. Penambahan ruang lingkup parameter akreditasi. 2. Meningkatnya petugas penguji, petugas sampling dan petugas kalibrasi untuk pelaksanaan penilaian kesesuaian. 3. Peningkatan kompetensi layanan pengujian. 4. Peningkatan sarana dan prasarana bidang standardisasi industri. 5. Pelaksanaan kegiatan uji profisiensi dan uji banding. 6. Pelaksanaan kegiatan surveilence lembaga penguji. Pengembangan standardisasi industri yang akan dilakukan meliputi: 1. Perumusan, penyusunan dan penyempurnaan sistem dokumen mutu laboratorium penguji Baristand Industri Banda Aceh (LABBA). 2. Penerapan, pengembangan dan pemberlakuan sistem manajemen laboratorium. 3. Peningkatan kompetensi petugas penguji, petugas sampling dan petugas kalibrasi untuk pelaksanaan penilaian kesesuaian. 4. Peningkatan kerjasama antar laboratorium (lembaga/instansi lain) dalam rangka saling pengakuan terhadap hasil pengujian laboratorium dan sertifikasi produk. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 58

65 5. Pengembangan sarana, prasarana dan infrastruktur bidang standardisasi industri. 6. Ikut serta dalam kegiatan uji profisiensi dan uji banding. 7. Ikut serta dalam kegiatan surveilence lembaga penguji. 2. Sertifikasi Industri Sertifikasi industri bertujuan untuk meningkatkan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional, persaingan usaha yang sehat dan transparan dalam perdagangan, kepastian usaha, dan kemampuan pelaku usaha, serta kemampuan inovasi teknologi; meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya serta negara, baik dari aspek keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; serta meningkatkan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan barang dan/ atau jasa di dalam negeri dan luar negeri. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa tujuan sertifikasi industri adalah untuk menjamin keamanan, kesehatan, mutu produk, melindungi konsumen serta kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan meningkatkan pengakuan industri baik secara nasional maupun internasional. Sasaran pengembangan sertifikasi industri tahun adalah : 1. Penambahan ruang lingkup akreditasi. 2. Peningkatan kompetensi layanan sertifikasi. 3. Peningkatan kompetensi SDM bidang sertifikasi (asesor, tenaga ahli, petugas pengambil contoh (PPC)). 4. Peningkatan penerapan SNI secara wajib. 5. Ketersediaan standar, kesiapan produsen, kesiapan LPK, regulasi teknis 6. Koordinasi antar instansi terkait dan mekanisme pengawasan SNI 7. Peningkatan kapasitas industri 8. Perlindungan konsumen 9. Membantu regulator dalam kegiatan pengawasan produk yang beredar 10. Peningkatan akses pasar dan daya saing produk terhadap ketidaksesuaian integritas tanda SNI. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 59

66 Dengan meningkatkan kinerja sertifikasi produk dapat melindungi kepentingan publik dan lingkungan; produk bertanda SNI dapat menjamin keamanan, kesehatan, dan keselamatan penggunanya; produk bertanda SNI tidak mengganggu fungsi dan tidak mencemari lingkungan; dan apabila SNI diberlakukan wajib, tidak ada produk yang tidak memenuhi persyaratan SNI yang beredar di wilayah RI. Pengembangan sertifikasi industri yang akan dilakukan meliputi: 1. Perumusan, penyusunan dan penyempurnaan sistem dokumen mutu LSPro sesuai persyaratan yang berlaku. 2. Penerapan, pengembangan dan pemberlakuan sistem manajemen mutu. 3. Peningkatan kompetensi petugas audit, petugas sampling dan petugas kalibrasi untuk pelaksanaan penilaian kesesuaian. 4. Peningkatan kerjasama antar laboratorium (lembaga/instansi lain) dalam rangka sertifikasi produk. 5. Pengembangan sarana, prasarana dan infrastruktur bidang sertifikasi industri. 6. Ikut serta dalam kegiatan surveilance. D. Budaya Pengawasan Budaya pengawasan dalam rangka mendukung riset dan standardisasi industri bertujuan untuk menjamin terlaksananya penelitian/ riset dan standardisasi yang berkualitas. Kegiatan pengawasan yang dilakukan berupa kegiatan monitoring dan evaluasi mulai dari perencanaan riset, pelaksanaan kegiatan, pelaporan litbang, publikasi ilmiah serta aplikasi hasil-hasil riset. E. Pengembangan SDM (Pendidikan dan Pelatihan) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk mewujudkan visi pembangunan industri nasional tersebut, Baristand Industri Banda Aceh secara in/ternal harus didukung oleh ketersediaan SDM Aparatur yang profesional dan kompeten, baik dari segi kuantitas dan kualitas. Manajemen pengembangan SDM meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 60

67 kompetensi, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan perlindungan. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di lingkungan Baristand Industri Banda Aceh, masih terdapat beberapa kendala antara lain: a. Kurangnya jumlah SDM karena banyaknya pegawai yang menjelang usia pensiun (usia > 51 tahun) serta meningkatnya beban kerja organisasi. b. Belum tersedianya standar kompetensi SDM Aparatur yang baku untuk setiap jabatan, baik jabatan pimpinan, administrasi, pengawas, pelaksana, dan fungsional. c. Belum tersedianya analisis kebutuhan diklat SDM Aparatur sesuai dengan jabatan yang tersedia akibat belum tersedianya standar kompetensi jabatan itu sendiri. d. Belum sempurnanya penilaian kinerja individu, sehingga sulit mengukur target kinerja pegawai. e. Belum sempurnanya sistem informasi kepegawaian, sehingga pimpinan masih mengalami kesulitan memperoleh data yang akurat. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, maka sasaran pengembangan SDM tahun adalah sebagai berikut: 1. Penambahan pegawai baru, 2. Penyusunan analisis dan evaluasi jabatan, 3. Penyusunan standar kompetensi jabatan, 4. Penyempurnaan sasaran kinerja pegawai, 5. Pengembangan sistem informasi kepegawaian 6. Penyusunan analisis kebutuhan diklat. Program pengembangan kompetensi SDM yang akan dilakukan Baristand Industri Banda Aceh yaitu melalui : 1. Usulan penambahan pegawai baru. 2. Peningkatan kemampuan SDM Litbang dan pengujian melalui pelatihan. 3. Izin belajar untuk melanjutkan pendidikan non-gelar dan pendidikan lanjut (S1, S2 dan S3). 4. Penyusunan data analisis jabatan dan evaluasi jabatan. 5. Penyusunan standar kompetensi jabatan. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 61

68 6. Perumusan sasaran kinerja pegawai. 7. Keikutsertaan pada program pendidikan dan pelatihan teknis dibidangnya (baik di lingkungan internal maupun eksternal). 8. Alokasi kebutuhan anggaran untuk peningkatan kualitas dan jumlah SDM. F. Peningkatan Sarana dan Prasarana (sarana litbang, SNI wajib dan laboratorium) Dalam rangka mewujudkan pembangunan industri nasional yang berdaya saing perlu didukung melalui penyediaan sarana dan prasarana industri yang memadai meliputi sarana dan prasarana bidang standardisasi industri, sertifikasi industri, infrastruktur industri (kawasan industri) dan sistem informasi industri. Sasaran peningkatan sarana dan prasarana tahun adalah sebagai berikut: 1. Sarana dan prasarana litbang/ riset. 2. Sarana dan prasarana laboratorium. 3. Sarana dan prasarana mendukung penerapan SNI Wajib. 4. Sarana dan prasarana bidang standardisasi. 5. Sarana dan prasarana bidang sertifikasi. G. Pelayanan Publik dan Sistem Informasi Meningkatnya kualitas pelayanan publik dan sistem informasi publik diindikasikan melalui hasil survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap setiap satuan kerja yang memberikan pelayanan publik. Sasaran pengembangan pelayanan publik dan sistem informasi tahun adalah hasil penilaian kepuasan masyarakat melalui survey memberikan pelayanan publik dengan indeks kepuasan skala 4. Program pengembangan pelayanan publik dan sistem informasi tahun yang akan dilakukan Baristand Industri Banda Aceh adalah sebagai berikut: a) Peningkatan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). b) Peningkatan layanan informasi melalui website. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 62

69 c) Peningkatan layanan melalui . d) Pelaksanaan survey kepuasan pelanggan KERANGKA KELEMBAGAAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 58 Tahun 2015 tanggal 12 Juni 2015 tentang Kedudukan, tugas, dan fungsi Balai Besar dan Balai Riset dan Standardisasi Industri di lingkungan Kementerian Perindustrian, maka struktur organisasi Balai Riset dan Standardisasi Industri masih mengacu pada Peraturan Menteri Perindustrian No. 49/M-IND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 49/M-IND/ PER/6/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Riset dan Standardisasi Industri, struktur organisasi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh terdiri dari 1 pejabat eselon III dan 5 pejabat eselon IV serta didukung oleh pejabat fungsional (Peneliti, Perekayasa, Litkayasa, dll). Dalam melaksanakan tupoksi, organisasi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh dipimpin oleh satu orang Kepala Balai dan di bantu oleh 5 orang kepala seksi yaitu Seksi Teknologi Industri (TI), Seksi Program dan Pengembangan Kompetensi (PPK), Seksi Standardisasi dan Sertifikasi (SS), Seksi Pengembangan Jasa Teknik (PJT) satu orang kasubbag Tata Usaha (TU) serta dibantu kelompok jabatan fungsional. Adapun Struktur Organisasi Balai Riset dan Standardisasi Industri berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 49/M-IND/PER/6/2006 Tanggal 29 Juni 2006, disajikan pada Gambar 9. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 63

70 Gambar 9. Struktur Organisasi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Pengembangan kelembagaan Baristand Industri Banda Aceh yang direncanakan pada Tahun sebagaimana terlihat pada Tabel 5. Tahapan Pengembangan Penelitian, Kajian dan Perekayasaan Teknologi Industri Tahun sebagaimana terlihat pada Tabel 6. Rincian tahapan anggaran pengembangan kelembagaan Baristand Industri Banda Aceh yang direncanakan pada Tahun sebagaimana terlihat pada Tabel 7. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 64

71 Tabel 5. Pengembangan Kelembagaan Baristand Industri Banda Aceh Tahun Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 65

72 Tabel 6. Tahapan Pengembangan Penelitian, Kajian dan Perekayasaan Teknologi Industri Tahun Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 66

73 Tabel 7. Rincian Anggaran Pengembangan Kelembagaan Baristand Industri Banda Aceh Tahun No 1. Fokus Area Penelitian, kajian dan perekayasaan Anggaran (Rp) Th 2015 Th 2016 Th 2017 Th 2018 Th Pengujian Sertifikasi Pelatihan dan Bimbingan teknis Pengembangan SDM Promosi/ publikasi/ sosialisasi/ deseminasi Akreditasi/survailence/Reakreditasi Kerjasama Industri; Penguatan Infrastruktur litbang dan layanan jasa teknis; dan atau website/ SIL Perencanaan/ Penganggaran/Pelaporan/Monev Layanan Perkantoran Sarana dan Prasarana (sarana litbang dan sarana terkait SNI Wajib dan laboratorium) TOTAL Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 67

74 Proyeksi Belanja Baristand Industri Banda Aceh meliputi belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. Secara rinci proyeksi jumlah belanja Baristand Industri Banda Aceh pada Tahun dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Proyeksi Belanja Baristand Industri Banda Aceh Tahun Uraian Jenis Belanja Proyeksi Belanja (Rp) Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Jumlah Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 68

75 Proyeksi anggaran Baristand Industri Banda Aceh Tahun meliputi pendapatan dari Rupiah Murni (RM) dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Secara rinci proyeksi anggaran kantor Baristand Industri Banda Aceh pada Tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Sedangkan proyeksi target penerimaan PNBP kantor Baristand Industri Banda Aceh pada Tahun dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 9. Proyeksi Anggaran Baristand Industri Banda Aceh Tahun Belanja Proyeksi Anggaran (Rp) Rupiah Murni (RM) Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jumlah Tabel 10. Proyeksi Target Penerimaan PNBP Baristand Industri Banda Aceh Tahun URAIAN Proyeksi Target Penerimaan PNBP (Rp) target penerimaan PNBP (dtetapkan) % pertumbuhan 8, % izin penggunaan PNBP adalah sebesar :96,53% Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 69

76 BAB IV PROGRAM KERJA, TARGET KINERJA DAN PENDANAAN 1.1. PROGRAM KERJA KEMENPERIN Adapun program Kementerian Perindustrian secara umum adalah sebagai berikut : 1. Program pengembangan SDM dan dukungan manajemen Kemenperin; 2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kemenperin; 3. Program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kemenperin; 4. Program penumbuhan dan pengembangan industri logam, kimia, tekstil dan aneka; 5. Program penumbuhan dan pengembangan industri berbasis agro; 6. Program penumbuhan dan pengembangan industri alat transportasi, mesin, elektronika dan alat pertahanan; 7. Program penumbuhan dan pengembangan IKM; 8. Program penumbuhan dan pengembangan perwilayahan persebaran industri; 9. Prorgram pengamanan industri dan kerjasama internasional; 10. Program pengembangan teknologi dan kebijakan industri PROGRAM KERJA BPPI Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) yang merupakan organisasi induk dari Baristand Industri Banda Aceh mempunyai tugas dan wewenang dalam menjalankan salah satu dari sepuluh program Kementerian Perindustrian tersebut, yakni: program pengembangan teknologi dan kebijakan industri. Adapun program layanan teknologi yang menjadi prioritas program kerja BPPI untuk dikembangkan saat ini yaitu: 1. Program peningkatan kapasitas layanan dan revitalisasi peralatan laboratorium, meliputi: a) pemenuhan infrastruktur peralatan laboratorium litbang dan pengujian; b) pembangunan dan renovasi bangunan pendukung laboratorium, litbang dan pengujian; Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 70

77 c) alokasi kebutuhan anggaran layanan dan revitalisasi peralatan laboratorium. 2. Peningkatan kualitas dan jumlah SDM, meliputi: a) peningkatan kemampuan SDM Litbang dan pengujian melalui pelatihan; b) pendidikan non-gelar dan pendidikan lanjut (S2-S3); b) peningkatan kebutuhan SDM litbang dan pengujian; c) alokasi kebutuhan anggaran untuk peningkatan kualitas dan jumlah SDM PROGRAM KERJA BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH Secara garis besar program kerja yang akan dilaksanakan oleh Baristand Industri Banda Aceh pada tahun , yaitu: 1. Program litbang, perekayasaan, rancang bangun industri dan pemanfaatan teknologi; 2. Peningkatan pelayanan jasa teknis industri (konsultasi teknis, bimbingan teknis dan pelatihan); 3. Peningkatan layananan standardisasi industri (layanan pengujian); 4. Peningkatan layanan sertifikasi industri; 5. Peningkatan budaya pengawasan (monitoring dan evaluasi); 6. Pengembangan kompetensi SDM (melalui pelatihan, pendidikan lanjut (S2 dan S3), dan pendidikan non gelar) 7. Peningkatan sarana dan prasarana (litbang, SNI wajib dan laboratorium) 8. Peningkatan kualitas pelayanan publik; 9. Peningkatan sarana dan prasana terutama bidang kelitbangan dan pengujian/ laboratorium penguji dalam rangka pemberlakuan SNI Wajib; 10. Peningkatan penyebaran hasil-hasil litbang industri (pameran, publikasi ilmiah, seminar nasional). Secara umum program kinerja dan pendanaan Baristand Industri Banda Aceh tahun sebagaimana terlihat pada Tabel 10. Untuk lebih terarah maka dari matriks target kinerja akan diuraikan secara rinci menjadi program kegiatan per tahun sehingga Baristand Industri Banda Aceh lebih fokus dalam melaksanakan dan merealisasikan setiap program kegiatan yang telah dijadikan target kinerja program kegiatan setiap tahunnya. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 71

78 Tabel 10. Program kinerja dan Pendanaan Baristand Industri Banda Aceh Tahun Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 72

79 5.1. INDIKATOR KEBERHASILAN Indikator keberhasilan program/ kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan oleh Baristand Industri Banda Aceh dapat dilihat melalui ouput, outcame dan pencapaian target yang ditetapkan selama periode sebagaimana terlihat pada Tabel 12. Roadmap Baristand Industri Banda Aceh, Tahun Hal. 73

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 JAKARTA, 16 FEBRUARI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Pimpinan Komisi

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 250,0 275,0 320,0 360,0 1 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik 2 Pengembangan SDM Industri Tersebarnya informasi,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KATA PENGANTAR Sebagai salah satu unit Eselon

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp.

Lebih terperinci

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

Lebih terperinci

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH Jakarta, 2 Maret 2012 Rapat Kerja dengan tema Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, seluruh Pejabat Eselon II, Pejabat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 Kementerian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 BIRO PERENCANAAN 2017 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp. (024) 8316315,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014 RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN JAKARTA, APRIL DAFTAR ISI I. Laporan Rekapitulasi Rencana Kerja Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran II. Rekapitulasi Per Program Rincian kegiatan

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal

Lebih terperinci

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015

Lebih terperinci

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31.1/MIND/PER/3/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN TAHUN 2017 DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia BUTIR-BUTIR BICARA MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH, DAN BANK INDONESIA MEMPERCEPAT DAYA SAING INDUSTRI UNTUK

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN DALAM KULIAH UMUM UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI (UIGM) DI PALEMBANG MENGENAI GERAKAN NASIONAL DALAM RANGKA MEMASUKI ERA MASYARAKAT

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2015-2019 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2015 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO NOMOR : 20.1/IA/PER/3/2015

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian ini disusun

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 Jakarta, 5-7 Februari 2014 Rapat Kerja dengan tema Undang-Undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara

Lebih terperinci

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

!!!#$%! & ' ((( ( ( ) !"!"!#$%"! & ' ((( ( ( ) *(+(, ( -./ *0$" I. Pendahuluan A. Ciri Umum ILMTA B. Lingkup Industri Binaan Ditjen ILMTA C. Gambaran Umum Perkembangan Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Tahun 2005 s/d 2009

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN 2008 Makassar, 25-28 Maret 2008 Penjabat Gubernur Sulawesi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA TAHUN 2015-2019 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 52-53 Lantai 9 Jakarta 12950

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA MUSYAWARAH PROPINSI VI TAHUN 2015 KADIN DENGAN TEMA MEMBANGUN PROFESIONALISME DAN KEMANDIRIAN DALAM MENGHADAPI ERA

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Saudara Rektor Universitas Nusa

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF i Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA DIREKTORAT INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH LMEA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO BOGOR, 7 9 FEBRUARI 2013 PENDAHULUAN Pengembangan

Lebih terperinci

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006 DIISI OLEH KEPALA SKPD/KEPALA BAPPEDA/MENTERI/KEPALA LEMBAGA LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN TAHUN 2016 DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA Disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Dalam acara Rapat Kerja Kementerian Perindustrian tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017 SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telp.:

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

RENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI

RENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI RENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI 2010-2014 KATA PENGANTAR Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai peran dan tugas melaksanakan pengkajian, pengujian, pengembangan,

Lebih terperinci

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Kementerian Perindustrian pada Tahun Anggaran 2010 mendapat alokasi pagu definitif sebesar Rp.1.665.116.721.000. Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Pembangunan sektor industri tahun 2010 akan difokuskan pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

REVIU I RENCANAA STRATEGIS (RENSTRA)

REVIU I RENCANAA STRATEGIS (RENSTRA) REVIU I RENCANAA STRATEGIS (RENSTRA) 2015-2019 BALAI DIKLAT INDUSTRI YOGYAKARTA SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI BALAI DIKLAT INDUSTRI YOGYAKART TA Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Kebijakan Pengembangan Industri Alat Kesehatan Dalam Negeri. Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian

Kebijakan Pengembangan Industri Alat Kesehatan Dalam Negeri. Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian Kebijakan Pengembangan Industri Alat Kesehatan Dalam Negeri Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian 13 Juni 2017 Outline Paparan Koordinasi Pengembangan Industri

Lebih terperinci

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian Organisasi struktur Kementerian Perindustrian 2 3 Daftar Isi Kata Pengantar 3 4 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kata Pengantar Struktur Organisasi Kementrian Perindustrian Arah Kebijakan Pembangunan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENJELASAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG REALISASI ANGGARAN TAHUN 2014, REALISASI ANGGARAN TAHUN 2015 SAMPAI DENGAN BULAN APRIL TAHUN 2015, DAN RKA K/L TAHUN 2016

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Oleh: DR. Dedi Mulyadi, M.Si Jakarta, 1 Februari 2012 Rapat Kerja Kementerian Perindustrian OUTLINE I. PENDAHULUAN II.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2016 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 Ikhtisar Eksekutif KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

Assalamu'alaikum Wr.Wb. Yth. Para Peserta Seminar serta Saudarasaudara

Assalamu'alaikum Wr.Wb. Yth. Para Peserta Seminar serta Saudarasaudara POKOK-POKOK PIKIRAN MEN E PE INDUS IAN PA A "SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD" DENGAN TEMA : "MENUJU SWASEMBADA YANG KOMPETITIF DAN BERKELANJUTAN SERTA MENDORONG PRODUK-PRODUK UNGGULAN MENlADI PRIMADONA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

RENCANA KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 RENCANA KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2011 KATA PENGANTAR Tata kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan penyelenggaraan manajemen pemerintahan dan pembangunan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telp.: 021-5255509

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016 TAHUN ANGGARAN 6 () () (..) PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN KEBIJAKAN INDUSTRI SATUAN KERJA (43) Badan Penelitian dan Pengembangan Industri PROPINSI () DKI JAKARTA () KOTA JAKARTA PUSAT PERHITUNGAN TAHUN 6

Lebih terperinci

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA ARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Triwulan I Berdasarkan PP No. 39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2012 Laporan Konsolidasi Program Dirinci

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN BARAT INDONESIA TAHUN 2008 Surabaya,

Lebih terperinci

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan. BAB XX DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 400 Susunan organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1.

Lebih terperinci

BAB V RENCANA STRATEGIS BISNIS 5 TAHUN

BAB V RENCANA STRATEGIS BISNIS 5 TAHUN BAB V RENCANA STRATEGIS BISNIS 5 TAHUN A. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan Dalam upaya untuk mencapai Visi dan Misi Baristand Industri Bandar Lampung maka perlu disusun

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPIMNAS KADIN INDONESIA TAHUN 2014

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPIMNAS KADIN INDONESIA TAHUN 2014 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPIMNAS KADIN INDONESIA TAHUN 2014 JAKARTA, 8 DESEMBER 2014 PEMBAHASAN I. PENINGKATAN NILAI TAMBAH MELALUI HILIRISASI INDUSTRI

Lebih terperinci

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DAERAH URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 BIRO PERENCANAAN 2016 Ringkasan Eksekutif Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Daftar Isi Kata Pengantar Pembentukan struktur organisasi baru Kementerian Perindustrian yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perindustrian nomor 105/M-IND/

Lebih terperinci

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERSPEKTIF PEMERINTAHAN JOKOWI DAN JK 2015-2019 ( 9 AGENDA PRIORITAS ) Nomor PRIORITAS 1 Perlindungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH DAN TUGAS

BAHAN KULIAH DAN TUGAS BAHAN KULIAH DAN TUGAS SISTEM INDUSTRI KECIL MENENGAH MAGISTER TEKNIK SISTEM FAKULTAS TEKNIK UGM Ir. SUPRANTO, MSc., PhD. 3/13/2012 supranto@chemeng.ugm.ac.id. 1 PERANAN IKM DALAM MENOPANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016 KODE PROGRAM RUPIAH MURNI 19.1.2 19.2.7 19.3.6 19.4.8 19.5.9 19.6.3 19.7.12 19.8.1 19.9.11 Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian Program Peningkatan Sarana

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.183, 2012 PERTAHANAN. Industri. Kelembagaan. Penyelenggaraan. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5343) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 215 BERDASARKAN JENIS NO SUMBER ANGGARAN RINCIAN ANGGARAN TA 215 (dalam ribuan rupiah) BARANG MODAL JUMLAH 1 RUPIAH MURNI 629459711 1.468.836.8 42882193 2.527.117.694

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 7 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Dinas Perindustrian Kota Semarang Dinas Perindustrian Kota Semarang terletak di Jalan Pemuda No. 175 Gedung Pandanaran lantai 4 Semarang, sebelum menempati

Lebih terperinci

Contents

Contents Contents suhuindonesia.com Kementerian Perindustrian telah mengusulkan anggaran sebesar Rp800 miliar untuk tahun 2018 sebagai kebutuhan merevitalisasi sekitar 1.700 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL 2015-2040 Tim RIRN 2015-2040 Jakarta, 28 Januari 2016 1 1 Latar Belakang Penyusunan Evaluasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2015 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Ikhtisar Eksekutif KATA PENGANTAR Dalam UU. No. 25

Lebih terperinci

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA -------------------------------------------------------------------------------- I. Gambaran Umum

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI. rangka menyesuaikan misi organisasi Balai Riset dan Standardisasi Industri sesuai

BAB II PROFIL INSTANSI. rangka menyesuaikan misi organisasi Balai Riset dan Standardisasi Industri sesuai BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Singkat Baristand Industri Medan Dengan adanya pemisahan Departemen Perindustrian dan Perdagangan menjadi Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan serta dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci