BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang timbul bilamana jaringan dirusak dan
|
|
- Ade Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan (Tjay dan Rahardja, 2007). Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang timbul bilamana jaringan dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan nyeri tersebut (Guyton dan Hall, 2006). Nyeri merupakan hal yang umum terjadi sebab kerusakan jaringan sangat mudah terjadi kapan saja meskipun seseorang sedang melakukan kegiatan yang ringan, sebagai contoh nyeri dapat timbul ketika seseorang duduk terlalu lama. Timbulnya rasa nyeri ini disebabkan oleh kerusakan jaringan akibat aliran darah yang kurang lancar karena pembuluh darah tertekan oleh berat tubuh (Guyton dan Hall, 2006). Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam tumbuhan yang di antaranya mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi obat. Perubahan pola pikir sebagian besar masyarakat Indonesia ke arah back to nature membuat perkembangan dan pemanfaatan tanaman obat di Indonesia semakin meningkat, apalagi dengan adanya program saintifikasi jamu yang merupakan suatu program dari Kementrian Kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan jamu di kalangan medis terutama dokter (Pramono, 2011). Oleh karena itu, banyak tanaman di Indonesia yang dapat dimanfaatkan 1
2 2 sebagai analgetik untuk meredam rasa nyeri. Contohnya adalah cabe jawa, kulit buah manggis, bunga cengkeh, dan lain-lain. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai analgetik adalah manggis. Kulit buah manggis banyak mengandung xanthone yang memiliki efek analgetik. Kulit buah manggis biasa digunakan oleh orang-orang Asia Tenggara seperti Indonesia, Thailand, Vietnam sebagai obat tradisional untuk pengobatan sakit perut, disentri, infeksi luka, nanah, dan maag kronis (Cui dkk., 2009). Saat ini, masyarakat Indonesia telah sering memanfaatkan ekstrak kulit buah manggis untuk bahan pengobatan. Publikasi yang beredar melalui media juga membantu masyarakat lebih sering memanfaatkan ekstrak kulit buah manggis. Namun demikian, masyarakat lebih mengenal penggunaan ekstrak kulit buah manggis sebagai bahan antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dan mempercantik kulit. Pemanfaatan ekstrak kulit buah manggis sebagai tanaman herbal masih kurang dipahami secara pasti oleh masyarakat luas. Masyarakat seringkali tidak mengetahui secara pasti khasiat-khasiat tertentu dari ekstrak kulit buah manggis. Mereka hanya mengikuti orang lain dan percaya secara empiris tentang penggunaan ekstrak kulit buah manggis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian apakah ekstrak kulit buah manggis benar-benar memiliki khasiat analgetik. Pengujian ekstrak kulit buah manggis sebagai analgetik pernah dilakukan sebelumnya. Pengujian juga dilakukan pada penelitian ini dengan dosis yang lebih rendah dan lebih tinggi dari dosis sebelumnya yang pernah diteliti, yaitu 50 mg/20 g BB dengan pembawanya adalah aquades. Penelitian sebelumnya menguji
3 3 ekstrak kulit buah manggis hanya menggunakan metode hot plate (Ponggele dkk, 2013). Oleh sebab itu, peneliti mengangkat permasalahan ini untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode geliat dan metode hot plate. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Apakah ekstrak etanol 95% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) memiliki efek analgetik? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya analgetik perifer dari ekstrak kulit buah manggis dengan menggunakan metode geliat dan mengetahui daya analgetik sentral dari ekstrak kulit buah manggis dengan menggunakan metode hot plate. D. Tinjauan Pustaka 1. Nyeri Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan (Tjay dan Rahardja, 2007). Nyeri melibatkan jaringan saraf yang kompleks di otak yang disebabkan oleh stimulus aferen (Baumann dan Strickland, 2008). Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif. Nyeri terjadi ketika ada jaringan yang rusak, dan ini
4 4 menyebabkan terjadinya reaksi yang berbeda pada tiap orangnya untuk menghilangkan stimulus nyeri (Guyton dan Hall, 2006). Mediator nyeri penting adalah histamin yang bertanggungjawab untuk kebanyakan reaksi alergi (bronkokonstriksi, pengembangan mukosa, pruritus) dan nyeri. Bradikinin adalah polipeptida yang dibentuk dari protein plasma. Prostaglandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arakhidonat. Menurut perkiraan zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujungujung saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator lainnya. Zat-zat ini berkhasiat vasodilatasi kuat dan meningkatkan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan udema. Kerja dan inaktivasi dari mediator-mediator ini bersifat lokal sehingga disebut juga sebagai hormon lokal (Tjay dan Rahardja, 2007). Berdasarkan penyebab terjadinya nyeri, nyeri dapat dibedakan menjadi 2, yaitu nociceptive pain dan neurophatic pain/functional pain. a. Nociceptive pain Nyeri termasuk dalam kategori nociceptive pain jika berasal dari kulit, tulang, persendian, otot, atau jaringan ikat (daerah somatik) atau berasal dari daerah visceral (dari organ dalam seperti usus besar atau pankreas). Stimulasi pada nyeri ini diterima oleh ujung saraf yang disebut nociceptor. Reseptor ini dapat ditemukan baik pada struktur somatik maupun visceral. Reseptor ini sensitif terhadap impuls mekanis, suhu, dan kimiawi (Baumann dan Strickland, 2008).
5 5 b. Neurophatic pain / functional pain Neuorophatic pain dan functional pain sering disebut sebagai nyeri kronis. Neurophatic pain merupakan akibat dari kerusakan saraf, sedangkan functional pain karena abnormalitas dari sistem saraf. Nyeri ini seringkali tidak mudah dikenali (susah jika melalui pemeriksaan fisik) dan sulit untuk diobati (Baumann dan Strickland, 2008). Nyeri secara garis besar terbagi menjadi 2 yaitu nyeri cepat (nyeri akut) dan nyeri lambat (nyeri kronis). Nyeri akut terjadi ± 0,1 detik setelah stimulus nyeri dipaparkan sedangkan nyeri kronis terjadi setelah 1 detik atau lebih dari waktu pemamaparan nyeri dan meningkat selama beberapa detik sampai beberapa menit. Nyeri akut dan nyeri kronis memiliki mekanisme yang berbeda (Guyton, 2006). Nyeri dapat juga digolongkan menjadi 3, yaitu nyeri akut, nyeri kronik, dan nyeri kanker. a. Nyeri akut Nyeri akut dapat menjadi peringatan fisiologi yang berguna jika terjadi suatu penyakit dan ada situasi berbahaya. Nyeri akut pada umumnya merupakan nociceptive pain, meskipun dapat pula merupakan neurophatic pain. Penyebab umum terjadinya nyeri akut adalah pembedahan, penyakit akut, dan trauma (Baumann dan Strickland, 2008). Jalur nyeri akut dipengaruhi oleh stimulus mekanik dan thermal. Stimulus ini ditransmisikan melalui saraf perifer ke saraf tulang belakang oleh serabut Aδ dengan kecepatan antara 6 sampai 30 m/s (Guyton dan Hall, 2006).
6 6 b. Nyeri kronik Pada kondisi normal, nyeri akut akan sembuh dalam waktu yang cepat. Namun, pada beberapa kasus, nyeri dapat bertahan dalam hitungan bulan sampai tahun. Tipe nyeri kronik dapat berupa nociceptive, neurophatic, atau keduanya (Baumann dan Strickland, 2008). Jalur nyeri kronik sebagian besar dipengaruhi oleh stimulus kimiawi namun terkadang dipengaruhi oleh stimulus mekanik dan thermal. Nyeri kronik ini di transmisikan ke saraf tulang belakang oleh serabut C dengan kecepatan antara 0,5 sampai 2 m/s (Guyton dan Hall, 2006). c. Nyeri kanker Nyeri ini dihubungkan dengan kondisi yang sering disebut sebagai nyeri malignant atau simply cancer pain. Nyeri kanker termasuk dalam nyeri akut dan nyeri kronik yang memiliki berbagai macam penyebab. Nyeri ini dapat disebabkan oleh penyakit itu sendiri (misal invasi tumor, obstruksi organ), pengobatan (misal kemoterapi, radiasi, pembedahan) atau prosedur diagnosis (misal biopsi) (Baumann dan Strickland, 2008). Rasa nyeri terjadi sebagai akibat adanya rangsang mekanis atau kimiawi berupa rangsang kalor atau listrik. Rangsang-rangsang ini dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan kemudian melepaskan zat-zat tertentu yang kemudian disebut mediator-mediator nyeri antara lain adalah histamin, serotonin, prostaglandin. Senyawa nyeri atau mediator nyeri setelah menimbulkan kerusakan jaringan dapat digambarkan sebagai berikut:
7 7 Noksius Kerusakan jaringan Pembebasan asetilkolin Serotonin, histamin Pembentukan kinin prostaglandin Nyeri pertama Sensibilisasi reseptor Nyeri lama (Mutschler, 1991) Gambar 1. Mekanisme nyeri 2. Analgetik Analgetik adalah obat atau suatu senyawa kimia yang dalam dosis terapeutik dapat menekan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa menimbulkan kerja anestesi umum (tanpa menghilangkan kesadaran). Analgetik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang batas persepsi rasa sakit (Mutschler, 1991). Berdasarkan mekanisme kerjanya pada tingkat molekul, analgetik dibagi menjadi dua golongan yaitu analgetik opioid dan analgetik non narkotik.
8 8 a. Analgetik Opioid Analgetik opioid merupakan kelompok obat yang menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat dengan titik kerja yang terletak pada susunan saraf pusat. Telaah tentang ikatan opioid dan peptida dengan tempat yang spesifik di otak dan organ tubuh menunjukan adanya 4 jenis reseptor opioid. Telah terbukti adanya 4 kategori di SSP, yaitu μ (mu), κ (kappa), δ (delta), σ (sigma). Efek farmakologik tertentu terjadi akibat interaksi opioid dengan reseptorreseptor ini. Misalnya, efek analgetik dihubungkan dengan reseptor μ dan κ, sedangkan disforia atau efek psikotomimetik dikaitkan dengan reseptor σ; terutama atas dasar lokasinya di daerah limbik otak (Gan dkk, 1987). Umumnya, analgetik opioid dapat mengurangi kesadaran dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Analgetik opioid ini merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif untuk mengatasi nyeri yang hebat. Obat ini termasuk golongan obat narkotik. Analgetik opioid memiliki aktivitas yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan golongan analgetik non opioid, sehingga disebut pula analgetik kuat. Semua obat golongan opioid menimbulkan adiksi sehingga obat golongan ini sering disalahgunakan. Mekanisme umumnya adalah terikatnya opioid pada reseptor menghasilkan pengurangan masuknya ion Ca 2+ ke dalam sel. Hal tersebut mengakibatkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan masuknya ion K + ke dalam sel serta pengurangan terlepasnya dopamin, serotonin, dan peptida
9 9 penghantar nyeri (Sinatra dkk, 2011). Golongan obat opioid dimaksudkan untuk obat yang berasal dari opium-morfin, senyawa semisintetik morfin, dan senyawa sintetik yang berefek seperti morfin (Gan dkk, 1987). b. Analgetik non-opioid Golongan analgetik non opioid ini bekerja pada perifer dan tidak mempengaruhi sistem susunan saraf pusat. Obat-obat golongan ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim COX (siklooksigenase). Mekanisme umum dari obat-obat golongan ini adalah dengan cara mengeblok biosintesis prostaglandin dengan cara menginhibisi enzim COX sehingga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit. Mekanisme kerja senyawa analgetik secara umum adalah bekerja dengan mempengaruhi proses sintesis prostaglandin. Menghambat proses pembentukan prostaglandin dapat dilakukan dengan menghambat enzim COX atau pembentukan asam arakhidonat yang pada akhirnya nanti dapat mempengaruhi sintesis prostaglandin sebagai mediator rasa nyeri dan inflamasi (Sinatra dkk, 2011). 3. Manggis a. Klasifikasi botani pohon manggis adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas Ordo : Dicotyledonae : Theales
10 10 Keluarga Genus : Guttiferae : Garcinia Spesies : Garcinia mangostana L. (Backer dan van den Brink, 1965) b. Karakterisasi/morfologi tanaman manggis adalah: 1) Pohon Pohon manggis mencapai tinggi meter. Diameter batang cm dan kulit batang biasanya berwarna coklat gelap atau hampir hitam, kasar, dan cenderung mengelupas. Getah manggis berwarna kuning dan terdapat pada semua jaringan utama tanaman (Shabella, 2011). 2) Daun Daun manggis merupakan daun tunggal, lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, pertunlangan menirip, panjang cm, lebar 6-9 cm, tebal, tangkai silindris, hijau (Hutapea, 1994). 3) Buah Buah manggis berbentuk bulat atau agak pipih dengan diameter 3,5-8 cm. Berat buah bervariasi sekitar gram, tergantung pada umur pohon dan daerah geografisnya. Tebal kulit buah berkisar antara 0,8-1 cm, berwarna keunguan dan biasanya mengandung cairan kuning yang rasanya pahit (Shabella, 2011). 4) Biji Berat biji bervariasi antara 0,1-2,2 gram (Shabella, 2011).
11 11 5) Bunga Bunga manggis tunggal, berkelamin dua, tangkai silindris, panjang 1-2 cm, benang sari kuning, putik satu. Akarnya tunggang, putih kecoklatan (Hutapea, 1994). c. Kandungan Kulit Buah Manggis 1) Xanthone Antioksidan yang terdapat dalam kulit buah manggis dengan kadar yang tinggi memiliki sifat yang baik dan bermanfaat bagi tubuh. Manfaatnya antara lain sebagai antinyeri, antiperadangan, antidiabetes, antikanker, antibakteri, antijamur, antiplasmodial, mampu meningkatkan kekebalan tubuh, dan hepatoprotektif. Dalam kulit buah manggis banyak terkandung alfa-mangostin dan gamma-mangostin yang merupakan xanthone (Pedraza-Chaverri, 2008). a) Alfa-mangostin (1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil) -9H-xanten-9-on) Alfa-mangostin adalah senyawa yang sangat berkhasiat dalam menekan pembentukan senyawa karsinogen pada kolon. Selain itu, alfa-mangostin juga mampu menghambat proses oksidasi lipoprotein densitas rendah (LDL) yang sangat berperan dalam aterosklerosis. Alfa-mangostin juga menunjukkan aktivitas sebagai antagonis reseptor histamine H 1 dan reseptor histamin H 2 (Cui dkk., 2009; Pedraza-Chaverri dkk., 2008).
12 12 Gambar 2. Struktur α-mangostin b) Gamma-mangostin (1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)- 9H-xanten-9-on) Gamma-mangostin adalah senyawa yang dapat digunakan sebagai antioksidan, antitumor, antiinflamasi. Gamma-mangostin bekerja sebagai antagonis reseptor serotonin. Oleh karena itu, gammamangostin dapat bekerja sebagai senyawa analgetik karena menghambat impuls mencapai reseptor di sistem saraf pusat (Cui dkk., 2009). Gambar 3. Struktur γ-mangostin 2) Antosianin Antosianin pada kulit buah manggis bertanggungjawab terhadap tingginya tingkat aktivitas antioksidan (Farida dan Nisa, 2015). Mekanisme penghambatan aktivitas radikal bebas DPPH oleh antosianin adalah dengan mendonorkan atom hidrogen dari sebagian gugus
13 13 hidroksilnya ke senyawa radikal bebas DPPH sehingga membentuk senyawa radikal bebas DPPH lebih stabil (DPPH-H) (Prior, 2003). 4. Metode dan Penetapan Daya Analgetik Dalam pengujian efek analgetik, ada beberapa metode analgetik yang cukup dikenal antara lain : a. Metode Induksi Cara Kimia (Metode Writhing / Metode Geliat) Prinsip metode dari uji ini adalah obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri pada mencit diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan geliat. Frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya (Anonim, 1991). b. Metode Induksi Nyeri Cara Panas Prinsip metode ini adalah hewan percobaan yang ditempatkan di atas plat panas dengan suhu tetap sebagai stimulus nyeri akan memberikan respon dalam bentuk mengangkat atau menjilat telapak kaki depan, atau meloncat. Selang waktu antara pemberian stimulus nyeri dan terjadinya respon, yang disebut waktu latensi ini selanjutnya dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas analgetik (Anonim, 1991). 5. Parasetamol (Asetaminofen) Parasetamol adalah para-asetilaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Sunaryo, 1995). Parasetamol mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung (Sartono,1993). Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti
14 14 nyeri kepala, mialgia, nyeri pasca melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 1992). Parasetamol bekerja sebagai penghambat pembentukan prostaglandin dengan cara berkompetisi dengan asam arakhidonat pada sisi aktif dari enzim COX. Parasetamol mereduksi metabolit prostaglandin di urin tetapi tidak mereduksi sintesis prostaglandin oleh platelet dan mukosa lambung. Parasetamol diduga bekerja pada COX-3 sehingga efek antiinflamasinya sangat kecil (Botting, 2000). Gambar 4. Struktur parasetamol 6. Ekstrak dan Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995). Terdapat bermacam-macam metode ekstraksi, yaitu:
15 15 a. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut 1) Cara dingin a) Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu. Remaserasi berarti penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Anonim, 2000). b) Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Anonim, 2000). 2) Cara panas a) Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didinya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan
16 16 proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna (Anonim, 2000). b) Metode Soxhlet Metode Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Anonim, 2000). c) Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur C (Anonim, 2000). d) Infundasi Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur ) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Anonim, 2000). e) Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( 30 menit) dan temperatur sampai titik didih air (Anonim, 2000). b. Destilasi uap Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari
17 17 kental secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian. Bahan (simplisia) pada destilasi uap tidak tercelup ke air yang mendidih, namun dilewati uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi. Pada metode ini, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebagian dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut terdestilasi (Anonim, 2000). c. Cara ekstraksi lainnya, seperti ekstraksi berkesinambungan, superkritikal karbondioksida, ekstraksi ultrasonik, dan esktraksi energi listrik (Anonim, 2000). Pemilihan pelarut sangatlah penting dan perlu memperhatikan beberapa persyaratan pada metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut. Persyaratan tersebut antara lain adalah selekstivitas, sifat pelarut, kemampuan untuk mengekstraksi, tidak bersifat racun, kemudahan untuk diuapkan, dan harganya relatif murah (Gamse, 2002). E. Landasan Teori Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif. Nyeri terjadi ketika ada jaringan yang rusak, dan ini menyebabkan terjadinya reaksi yang berbeda pada tiap orangnya untuk menghilangkan stimulus nyeri (Guyton dan Hall, 2006). Nyeri diinduksi oleh mediator nyeri seperti bradikinin, prostaglandin, histamin,
18 18 serotonin. Pelepasan mediator ini dapat disebabkan karena adanya rangsang thermal atau kimiawi sehingga menyebabkan respon nyeri. Kulit buah manggis diketahui memiliki efek analgetik sentral pada dosis 50 mg/20 g BB. Selain itu, penilitian yang dilakukan oleh Cui dkk. menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak kulit buah manggis yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9 % dengan dosis 1 g/kg BB dan 3 g/kg BB memberikan peningkatan waktu latensi mencit di atas alat hot plate. Penelitian tersebut juga menujukkan bahwa terdapat penurunan jumlah geliat pada mencit dengan dosis pemberian ekstrak kulit buah manggis dalam larutan NaCl 0,9% 0,5 g/kg BB, 1 g/kg BB, dan 3 g/kg BB. Efek ini diperoleh dari zat aktifnya, yaitu xanthone (α-mangostin dan γ-mangostin). Gamma-mangostin bekerja sebagai antagonis reseptor serotonin, sedangkan alfa-mangostin bekerja sebagai antagonis reseptor histamin H 1 dan reseptor histamin H 2. Oleh karena adanya mekanisme kerja ini, ekstrak kulit buah manggis berpotensi memiliki efek analgetik sentral dan perifer yang ditunjukkan dengan penurunan respon menjilat dan melompat serta penurunan respon geliat pada mencit. F. Hipotesis Ekstrak kulit buah manggis memiliki daya analgetik sentral dan daya analgetik perifer pada mencit betina galur Balb/C sehingga dapat menekan rasa nyeri akibat stimulus thermal dan stimulus senyawa kimia.
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analgetika adalah zat yang bisa mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2015). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang mengganggu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, pekerjaan semakin sibuk dan berat. Kadang beberapa aktivitas dari pekerjaan memberikan resiko seperti rematik dan nyeri. Nyeri adalah mekanisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman herbal yang biasanya dijadikan sebagai menjadi tanaman hias. Tanaman patah tulang selain tanaman
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan
Lebih terperinciMetoda-Metoda Ekstraksi
METODE EKSTRAKSI Pendahuluan Ekstraksi proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada periode perkembangan obat telah banyak diberikan perhatian untuk mencari kemungkinan adanya hubungan antara struktur kimia, sifat-sifat kimia fisika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) a. Klasifikasi bunga rosela Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Dycotyledone Ordo : Malvales Famili : Malvaceae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering terjadi. Nyeri timbul jika terdapat rangsang mekanik, termal, kimia, atau listrik yang melampaui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin,
Lebih terperincimenghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non
BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap peradaban manusia. Hal ini, menuntut manusia untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran bahwa telah terjadi kerusakan jaringan (Guyton dan Hall, 2000). Nyeri merupakan salah satu keluhan
Lebih terperincimengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan
BAB 1 PEDAHULUA Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap peradaban manusia. Kemajuan di setiap aspek kehidupan menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Prevalensi penyakit terkait inflamasi di Indonesia, seperti rematik (radang sendi) tergolong cukup tinggi, yakni sekitar 32,2% (Nainggolan, 2009). Inflamasi
Lebih terperinciPiroksikam merupakan salah satu derivat oksikam, dan merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang berkhasiat sebagai antiinflamasi,
BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta pola penyakit di dunia menyebabkan semakin perlunya pengembangan obat baru, di mana obat baru tersebut bertujuan untuk mengurangi rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nyeri didefinisikan oleh International Association for Study of Pain (IASP) sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prostaglandin, bradykinin, dan adrenaline. Mediator-mediator inilah yang akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nyeri adalah sensasi emosional berupa perasaan tidak nyaman pada daerah tertentu. Hal tersebut terjadi akibat adanya suatu kerusakan jaringan. Kerusakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman berkaitan dengan kerusakan jaringan (Tan dan Rahardja, 2007). Rasa nyeri merupakan suatu
Lebih terperinciAKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus)
AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus) Novita Sari, Islamudin Ahmad, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Biji Orok-orok Tanaman orok-orok merupakan tanaman semak tegak, tinggi 0,6-2,5 m. Ujung batang berambut pendek. Daun penumpu bentuk paku, rontok. Tangkai daun berukuran 4-8 cm.
Lebih terperinciBAB 4. SEDIAAN GALENIK
BAB 4. SEDIAAN GALENIK Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu : a. Menjelaskan definisi sediaan galenik b. Menjelaskan jenis jenis sediaan galenik c. Menjelaskan teknologi ekstraksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, sebagian besar penyakit seringkali menimbulkan rasa nyeri. Walaupun nyeri ini sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi serta memudahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri erat kaitannya dengan inflamasi atau radang
Lebih terperinciBanyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,
BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan perasaan bahwa dia pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Nyeri adalah mekanisme protektif untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki begitu banyak plasma nuftah tanaman berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat terdapat di negara ini. Menurut Taslim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan modalitas sensorik yang memperingatkan tentang suatu tanda trauma atau pun cedera yang terjadi dalam tubuh. Nyeri juga merupakan sensasi enteroceptive
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien
Lebih terperinciturunan oksikam adalah piroksikam (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang kuat.
BAB 1 PENDAHULUAN Nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi tubuh yang timbul apabila jaringan mengalami kerusakan. Rasa nyeri sering disertai oleh respon emosional dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasa nyeri merupakan masalah yang umum terjadi di masyarakat dan salah satu penyebab paling sering pasien datang berobat ke dokter karena rasa nyeri mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri menjadi masalah umum yang sering dikeluhkan masyarakat. Secara global, diperkirakan 1 dari 5 orang dewasa menderita nyeri dan 1 dari 10 orang dewasa didiagnosis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit rongga mulut dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006, prevalensi penyakit periodontal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Nyeri merupakan salah satu aspek yang penting dalam bidang medis, dan menjadi penyebab tersering yang mendorong seseorang untuk mencari pengobatan (Hartwig&Wilson,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman saat ini, dimana kehidupan masyarakat semakin dimudahkan dengan perkembangan teknologi, secara tidak langsung mempengaruhi gaya hidup yang serba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya kelainan pada tubuh manusia menimbulkan nyeri. Rasa nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Rasa nyeri timbul bila ada kerusakan jaringan, dan hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi
Lebih terperinciNONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)
NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan salah satu gangguan yang sering dialami oleh banyak orang didunia. Sekitar 50 juta orang Amerika terganggu aktivitasnya karena nyeri (Dipiro et al.,2005).
Lebih terperinciMETODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan
METODE EKSTRAKSI Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat, menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berkembangnya kemajuan di Indonesia saat ini, menyebabkan berbagai macam dampak yang mempengaruhi kehidupan dan tingkah laku yang kemudian akan mengarah pada
Lebih terperinciMANFAAT KULIT MANGGIS. OKTOBER 2013 Abdul Malik
MANFAAT KULIT MANGGIS OKTOBER 2013 Abdul Malik - 649226 Manggis (Garcinia mangostana) adalah tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara. Buah manggis adalah buah musiman dengan kulitnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Analgetik merupakan obat yang sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit atau dapat disebut pula sebagai obat penghalang rasa nyeri, misalnya sakit kepala, otot,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan bagian tubuh manusia yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Saluran pencernaan yang bekerja dengan baik senantiasa dapat menyediakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Udema (Inflamasi) Inflamasi merupakan respon pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing, kerusakan jaringan. Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)
IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PEDAULUA 1.1 Latar Belakang Masalah yeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan, subjektif dan manifestasi dari kerusakan jaringan atau gejala akan terjadinya kerusakan jaringan (Dipiro et
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan salah satu keluhan yang paling sering dijumpai dalam praktik dokter sehari-hari. Nyeri juga dapat diderita semua orang tanpa memandang jenis kelamin,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Nilai Rendemen Ekstrak Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). 2. Deskripsi Organoleptik Ekstrak Ekstrak berbentuk kental, berasa pahit, berwarna hitam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Berenuk (Crescentia cujete L). a. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionata Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, berbagai penyakit menimbulkan rasa nyeri dan hal inilah yang seringkali dikeluhkan oleh seseorang ketika merasa sakit. Kemampuan untuk mendiagnosis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakkan jaringan untuk menghancurkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Analgetika adalah zat-zat yang memiliki efek mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih terdapat dalam produk ruahan (Siregar,2010).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Baku Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat (zat aktif) maupun tidak berkhasiat (zat Nonaktif/eksipien), yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri erat kaitannya dengan inflamasi atau radang karena nyeri merupakan respon pertama munculnya peradangan. Nyeri sering terjadi di masyarakat. Nyeri merupakan
Lebih terperinciABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL BATANG BRATAWALI (Tinospora crispa (L) Miers) SEBAGAI ANALGETIKA TERHADAP MENCIT BETINA GALUR Swiss Webster
ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL BATANG BRATAWALI (Tinospora crispa (L) Miers) SEBAGAI ANALGETIKA TERHADAP MENCIT BETINA GALUR Swiss Webster Elsa Anugerah,2007, Pembimbing I : Kartika Dewi,dr.,M Kes Pembimbing
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Determinasi Bahan Deteminasi dilakukan untuk memastikan kebenaran dari bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.). Determinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman. Pada umumnya nyeri berkaitan dengan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI J
UJI EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA BUAH SEMU JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) TERHADAP EDEMA PADA TELAPAK KAKI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI KARAGENIN SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cedera pulpa dapat menyebabkan inflamasi pulpa. Tanda inflamasi secara makroskopis diantaranya tumor (pembengkakan), rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri).
Lebih terperincihepatotoksisitas bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama atau tidak sesuai aturan, misalnya asetosal dan paracetamol
BAB 1 PENDAHULUAN Demam merupakan suatu gejala adanya gangguan kesehatan, terjadi kelainan pada sistem pengaturan suhu tubuh, sehingga suhu tubuh meningkat melebihi batas normal. Peningkatan suhu tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflamasi terjadi di dalam tubuh dimediasi oleh berbagai macam mekanisme molekular. Salah satunya yang sangat popular adalah karena produksi nitrit oksida (NO) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuester)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,
Lebih terperinciAKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Pengujian aktivitas analgetika infusa daun alpukat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, selain menimbulkan penderitaan, nyeri sebenarnya merupakan respon pertahanan. Menurut International
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas fisik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena adanya kontraksi otot
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperincipada penderita tukak lambung dan penderita yang sedang minum antikoagulan (Martindale, 1982). Pada penelitian ini digunakan piroksikam sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN Kemajuan penelitian beberapa tahun terakhir dalam bidang farmasi maupun kedokteran telah banyak menghasilkan obat baru dengan efek terapi yang lebih baik dan efek samping yang minimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunitas merupakan suatu mekanisme untuk mengenal suatu zat atau bahan yang dianggap sebagai benda asing terhadap dirinya, selanjutnya tubuh akan mengadakan tanggapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam adalah kenaikan suhu diatas normal. bila diukur pada rectal lebih dari 37,8 C (100,4 F), diukur pada oral lebih dari 37,8 C, dan bila diukur melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan tersebut yang secara
Lebih terperinciN N. Gambar 1.1. Struktur molekul piroksikam dan O-(3,4- diklorobenzoil)piroksikam.
BAB 1 PEDAHULUA Rasa nyeri merupakan perasaan tidak nyaman yang menyertai kerusakan jaringan dan timbul apabila rangsangan mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui nilai ambang nyeri. Rasa nyeri dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) sampai saat ini masih menjadi suatu masalah, baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan penyebab kematian nomor satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut sangat rentan dengan terjadinya perlukaan, termasuk gingiva.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga mulut sangat rentan dengan terjadinya perlukaan, termasuk gingiva. Gingiva merupakan membran mukosa yang melekat erat pada periosteum tulang maksila dan mandibula
Lebih terperinciUJI DAYA ANALGETIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN BINAHONG [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus L.) JANTAN
UJI DAYA ANALGETIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN BINAHONG [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus L.) JANTAN Eka Siswanto Syamsul, Windy Ana Lestiani, Yullia Sukawaty, Supomo Bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan
Lebih terperinciUJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI
UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) Progam Studi Ilmu Farmasi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman
Lebih terperincipengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor
BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman akan alamnya. Keanekaragaman alam tersebut meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Negara berkembang termasuk indonesia banyak
Lebih terperincimemodifikasi struktur senyawa obat dengan penambahan gugus yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan gugus tersebut dalam meningkatkan
BAB 1 PEDAULUA aat ini perkembangan obat sangat dibutuhkan oleh masyarakat. bat yang tersedia saat ini, terutama obat-obat analgesik sangat umum dan banyak digunakan. ebagian besar penyakit yang timbul
Lebih terperinciIndonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dan tidak dapat dipungkiri bahwa banyak masalah kesehatan yang sering terjadi salah satunya adalah diare. Angka kesakitan
Lebih terperincidapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan memiliki senyawa bioaktif metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa diantaranya memiliki sifat antibakteri
Lebih terperinciMenurut Hansch, penambahan gugus 4-tersier-butilbenzoil dapat mempengaruhi sifat lipofilisitas, elektronik dan sterik suatu senyawa.
BAB 1 PEDAHULUA Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Perkembangan ini terjadi di segala bidang, termasuk bidang farmasi. Hal ini tampak dengan munculnya berbagai produk obat yang digunakan
Lebih terperinciPenyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nyeri, demam dan radang merupakan gejala penyakit yang sering dialami manusia. Adanya rasa nyeri merupakan pertanda dimana terjadi kerusakan jaringan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah (daerah) yang beriklim panas (tropis) di dunia memiliki keragaman sumberdaya tanaman buah-buahan cukup banyak untuk digali dan didayagunakan potensinya. Potensi
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN PUSTAKA
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 007 tahun 2012 obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan telepon seluler atau biasa disebut handphone hampir
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penggunaan telepon seluler atau biasa disebut handphone hampir menjadi kebutuhan primer setelah kebutuhan pangan, papan dan sandang. Handphone tidak hanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. piperaceae. Sirih memiliki jenis yang beragam, seperti sirih hijau, sirih hitam,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tanaman Sirih (Piper betle L.) merupakan tumbuhan terna yang termasuk famili piperaceae. Sirih memiliki jenis yang beragam, seperti sirih hijau, sirih hitam, sirih kuning
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radang (Inflamasi) adalah suatu mekanisme proteksi dari dalam tubuh terhadap gangguan luar atau infeksi (Wibowo & Gofir, 2001). Pada keadaan inflamasi jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya permasalahan yang ada pada masyarakat modern menjadi salah satu penyebab timbulnya keluhan sakit kepala atau nyeri. Rasa sakit atau nyeri adalah perasaan
Lebih terperinciUJI EFEK ANALGETIK REBUSAN DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) Hilda Wiryanthi Suprio *) ABSTRAK
UJI EFEK ANALGETIK REBUSAN DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) Hilda Wiryanthi Suprio *) *) Program Studi DIII STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Telah dilakukan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Analgetika, didefinisikan menurut Purwanto dan Susilowati (2000) adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif untuk mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara optimal, contohnya adalah tanaman Muntingia calabura L atau talok.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang belum dimanfaatkan secara optimal, contohnya adalah tanaman Muntingia calabura L atau talok. Talok atau Muntingia calabura
Lebih terperincibanyak digunakan tanpa resep dokter. Obat obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi. Walaupun demikian obatobat ini
BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, perkembangan modifikasi molekul obat di dunia kefarmasian telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh obat atau senyawa baru yang lebih
Lebih terperinci