RANGKUMAN MATERI PELATIHAN DI JEPANG (SUMMARY OF JAPAN TRAINING RESULT) A. ASURANSI KESEHATAN DI JEPANG (HEALTH INSURANCE IN JAPAN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANGKUMAN MATERI PELATIHAN DI JEPANG (SUMMARY OF JAPAN TRAINING RESULT) A. ASURANSI KESEHATAN DI JEPANG (HEALTH INSURANCE IN JAPAN)"

Transkripsi

1 RANGKUMAN MATERI PELATIHAN DI JEPANG (SUMMARY OF JAPAN TRAINING RESULT) A. ASURANSI KESEHATAN DI JEPANG (HEALTH INSURANCE IN JAPAN) Di Jepang, asuransi kesehatan sudah dimulai sejak tahun Dalam proses perkembangannya terjadi beberapa kali perubahan kebijakan. Tahun 1982 pemerintah mengesahkan Undang-Undang tentang Penduduk Usia Lanjut dimana dimana negara wajib memberikan pelayanan kesehatan kepada warganya yang memasuki masa usia lanjut (69 tahun) lebih. Dalam sistem asuransi Jepang, biaya pengobatan dan perawatan tidak ditanggung sepenuhnya oleh Pihak Asuransi tetapi ditanggung bersama antara Pihak Asuransi dan pasien. Tahun 1984 pemerintah mengeluarkan kebijakan pasien wajib membayar 10 % dari seluruh biaya pengobatan dan perawatan. Namun tahun 1997 berubah menjadi 20 % dan di tahun 2003 sampai sekarang berubah menjadi 30 %. Namun sharing cost 30 % tidak diberlakukan untuk seluruh pasien. Ketentuan sharing cost untuk asuransi saat ini adalah : 1. Umur 75 tahun atau lebih Peserta membayar 10 % dari biaya tetapi bila dia memiliki penghasilan sebesar income yang diperoleh oleh angkatan kerja maka dia wajib membayar 30 %. 2. Umur 70 sampai 75 tahun Peserta membayar 20 % dari biaya tetapi bila dia memiliki penghasilan sebesar income yang diperoleh oleh angkatan kerja maka dia wajib membayar 30 %. 3. Mulai wajib belajar sampai umur 70 tahun Peserta membayar 30 % dari biaya 4. Anak belum sekolah Peserta membayar 30 % dari biaya Di Jepang ada beberapa Asuransi Kesehatan yaitu : 1. National Health insurance Asuransi ini dikelola oleh pemerintah. Asuransi ini dikhususkan untuk orang yang sudah pensiun, orang usia lanjut < 75 tahun, orang yang tidak mampu, orang yang menganggur atau orang yang bekerja sendiri. Besarnya asuransi 9.7 % dari gaji bila punya penghasilan. Setiap Pemda wajib membayar 50 % dari premi asuransi. Rata-rata besarnya asuransi per tahun 2. Japan Health Insurance Asuransi ini dikelola oleh pemerintah. Asuransi ini diperuntukkan untuk karyawan yang bekerja pada perusahaan kecil (karyawan < 7000 orang). Besarnya asuransi 7.2 % dari gaji karyawan. Setiap Pemda wajib membayar

2 16.4 % dari premi asuransi. Rata-rata besarnya asuransi per tahun 3. Association/Union Administered Health Insurance Asuransi ini dikelola oleh swasta. Asuransi ini diperuntukkan untuk karyawan yang bekerja pada perusahaan besar (karyawan > 7000 orang). Besarnya asuransi 5 % dari gaji karyawan. Pemda memberikan subsidi bila ada kesulitan finansial. Rata-rata besarnya asuransi per tahun 4. Mutual Aid Insurance Asuransi ini dikelola oleh pemerintah. Asuransi ini diperuntukkan untuk pegawai negeri. Besarnya asuransi 4.9 % dari gaji karyawan. Tidak ada subsisdi dari pemerintah daerah. 5. Advanced Eldery Medical Service System Asuransi ini diperuntukkan bagi orang usia lanjut > 75 tahun. Besarnya asuransi 7.9 % dari penghasilan. Pemda memberikan subsidi sebesar 50 % dari besarnya premi asuransi. Karena asuransi dikelola oleh asuransi yang berbeda maka bila seorang pegawai negeri berhenti dan pindah bekerja ke perusahaan swasta maka dia juga harus pindah ke asuransi yang mengelola pegawai swasta. Demikian juga saat seseorang umurnya menjadi 75 tahun maka asuransinya akan dikelola oleh Advanced Eldery Medical Service System Setiap fasilitas kesehatan di Jepang harus ikut asuransi. Setiap orang dapat memilih fasilitas kesehatan dimanapun baik pemerintah maupun swasta hanya dengan menunnjukkan kartu peserta asuransi. Peserta dapat memilih berobat ke klinik atau ke rumah sakit dimanapun bahkan di luar wilayah tempat tinggal karena pemerintah berprinsip saat seseorang sudah mau berobat ke pelayanan kesehatan kenapa harus ditolak. Besarnya biaya pengobatan dan perawatan sama saja baik di fasilitas pemerintah ataupun swasta. Pihak asuransi dan pemda akan melakukan audit secara ketat untuk setiap klaim asuransi karena mereka harus memastikan bahwa peserta asuransi menerima pelayanan sesuai standar nasional yang tercantum juga dalam pedoman asuransi kesehatan. Standar tersebut mencakup tenaga kesehatan, alat-alat kesehatan dan obat-obatan. Biaya yang tidak tercantum dalam kalaim asuransi akan ditanggung oleh pasien. Bila pasien tidak mampu menanggung biaya tersebut maka pemerintah wajib menanggung biaya tersebut. Seorang dokter yang ingin meresepkan obat di luar yang tercantum dalam pedoman asuransi harus mendapat persetujuan dari komite medik karena semua alat dan obat yang masuk di pedoman asuransi Jepang merupakan alat dan obat yang berkualitas tinggi.

3 Besarnya klaim asuransi ditentukan berdasarkan penyakit yang diderita oleh pasien dan juga kelengkapan fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan terlatih di fasilitas tersebut. Rumah sakit atau klinik yang memiliki jumlah perawat, bidan atau dokter yang terlatih dapat mengklaim biaya asuransi yang lebih besar dibandingkan yang tidak. Pelatihan yang dimaksud disini adalah pelatihan yang telah ditentukan standarnya oleh organisasi profesi dan bukan pelatihan yang dilakukan internal oleh rumah sakit. Umumnya kegiatan pelatihan yang tersertifikasi di Jepang rata-rata diselenggarakan 1 bulan sampai 1 tahun. Misalnya pelatihan untuk manajer perawat tingkat I dan II dilaksanakan selama 1 tahun oleh organisasi profesi. Pembayaran premi asuransi dilakukan melalui pemotongan gaji bagi pegawai pemerintah atau perusahaan swasta, sedangkan bagi pensiunan atau bekerja mandiri dilakukan melalui pemotongan rekening tabungan atau pembayaran langsung. Pembayaran cost sharing yang harus dibayar pasien dibayarkan langsung ke rumah sakit melalui ATM yang tersedia di rumah sakit. Gambar 1. ATM untuk pembayaran biaya pengobatan/perawatan di RS Namun tidak semua biaya pelayanan kesehatan ditanggung oleh asuransi. Beberapa jasa pelayanan yang tidak ditanggung oleh asuransi adalah : 1. Pemeriksaan kesehatan

4 Pemeriksaan kesehatan seperti ANC, PNC, pemeriksaan anak bayi, usia sekolah, dewasa dan orang tua tidak ditanggung oleh asuransi namun pemerintah daerah memberikan voucher untuk pemeriksaan kesehatan satu kali selama satu tahun. Sedangkan untuk ANC, pemerintah daerah memberikan voucher sebanyak 14 buah untuk ibu hamil. Di sampin itu, bila ibu bersalin dan segera lapor ke pemerintah daerah maka pemerintah daerah akan memberikan uang sebagai ucapan selamat sebesar Imunisasi Imunisasi tidak ditanggung oleh pemerintah daerah tetapi ditanggung oleh pemerintah daerah kecuali untuk imunisasi di luar standar nasional. 2. Persalinan Normal Persalinan Normal tidak ditanggung oleh asuransi karena bukan merupakan penyakit. Bila ibu lapor ke pemerintah daerah segera setelah melahirkan maka biaya persalinan akan dibayarkan langsung ke rumah sakit yang berkisar Bila biayanya kurang dari maka sisanya akan dikembalikan ke ibu. 3. Pelayanan Kosmetik 4. Kecelakaan di sekolah Biaya pengobatan dan perawatan akibat kecelakaan yang terjadi di sekolah ditanggung oleh asuransi kesehatan sekolah dengan premi 250 per bulan yang dibayar oleh orang tua murid. 5. Kecelakaan lalu lintas Biaya pengobatan dan perawatan akibat kecelakaan lalu lintas ditanggung oleh pihak yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas. 6. Inseminasi Buatan Program untuk memperoleh atau menambah anak tidak ditanggung oleh asuransi namun bagi pasangan yang kesulitan untuk memperoleh anak pemerintah menawarkan bantuan biaya untuk mengikuti program tersebut dengan dibiayai oleh pemerintah daerah. Setiap pasangan diberikan kesempatan 3 kali untuk mengikuti program tersebut. Setiap peserta asuransi akan memperoleh kartu asuransi yang dapat digunakan di seluruh Jepang. Di kartu yang diberikan terdapat voucer untuk pemeriksaan kesehatan lengkap yang dibiayai oleh pemerintah daerah. Di samping itu, terdapat juga voucher bagi peserta asuransi yang ingin mendonasikan bagian tubuhnya bila mereka meninggal.

5 Gambar 1.2 Kartu Asuransi Gambar 1.3 Voucer Periksa Kesehatan Gratis Gambar 1.3 Formulir persetujuan untuk mendonorkan anggota tubuh. Untuk pembiayaan kesehatan, di samping asuransi kesehatan pemerintah juga menyediakan beberapa bantuan seperti : 1. Bantuan untuk keluarga yang memiliki bayi dengan berat lahir rendah < 2000 gram 2. Bantuan untuk anak yang dioperasi 3. Bantuan untuk anak dengan penyakit kronis

6 4. Bantuan untuk anak dengan gangguan mental (intelektual) 5. Bantuan untuk anak dengan gangguan mental (gangguan mental selain intelektual) 6. Bantuan sosial untuk anak cacat 7. Bantuan keluarga untuk perawatan anak cacat Untuk mendapatkan bantuan tersebut, pasien harus mendapatkan certificate of disability (sertifkat kecacatan) yang dikeluarkan oleh pemda atas rekomendasi dari rumah sakit. Besarnya bantuan tergantung jenis penyakit dan jenis kecacatan yang dialami. B. STRUKTUR ORGANISASI BIDANG KESEHATAN DI JEPANG (THE STRUCTURE OF HEALTH SERVICE IN JAPAN) Jepang menganut sistem desentralisasi termasuk juga di bidang kesehatan. Sistem pemerintahan terdiri dari : 1. Pemerintah Pusat Dipimpin oleh seorang perdana menteri yang dipilih secara langsung setiap dua tahun sekali. Untuk urusan di bidang kesehatan, buruh dan sosial diserahkan kepada Menteri Kesehatan, Buruh dan Sosial 2. Pemerintah Provinsi Dipimpin oleh seorang gubernur yang dipiih secara langsung setiap 4 tahun. Dalam mengelola bidang kesehatan dibantu oleh seorang Direktur. Karena banyaknya wilayah Kota di satu provinsi maka biasanya wilayah-wilayah tersebut dikelompokkan dalam satu regional (setingkat kabupaten) namun tidak ada Kepala Pemerintahan untuk wilayah tersebut. Di setiap regional pemerintah membangun Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sosial Provinsi dan Rumah Sakit Provinsi. Di samping itu untuk wilayah pulau terpencil pemerintah provinsi membangun klinik yang pengelolaannya diatur oleh rumah sakit. 3. Pemerintah Kota (berdasarkan luas wilayah setingkat kecamatan) Pemerintah Kota dipimpin oleh seorang walikota yang juga dipilih secara langsung setiap 4 tahun. Setiap Kota memiliki Pusat Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit Kota. Dengan sistem desentralisasi, kota diberikan kewenangan penuh untuk melaksanakan tugas pemerintahan termasuk juga dalam merekrut pegawai. Jumlah pegawai di setiap kota dibatasi oleh Undang-Undang. Pegawai di satu wilayah kota hanya dapat pindah di wilayah tersebut dan bila ingin pindah ke wilayah lain maka dia harus berhenti. Bila suatu kota tidak dapat melaksanakan tugas pemerintahan karena keterbatasan sumber daya maka kota tersebut dapat meminta bantuan provinsi atau kota tersebut dapat bergabung (merger) dengan kota lain.

7 C. PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT DI JEPANG (PUBLIC HEALTH NURSING IN JAPAN) Setelah perang dunia ke II dimana Jepang mengalami kekalahan, banyak tenaga kesehatan yang meninggal. Saat itu Jepang mengalami kesulitan karena penyakit menular menyebar kemana-mana sedangkan jumlah tenaga kesehatan sangat terbatas. Wilayah yang mengalami kehancuran total pada waktu itu adalah Okinawa. Oleh karena itu Provinsi Ryuksu (Okinawa) mulai mengembangkan sistem penempatan perawat kesehatan masyarakat. Alasan dipilihnya sistem ini karena jumlah dokter sangat terbatas dan tidak mungkin menghasilkan dokter dalam waktu yang singkat. Di samping itu dokter juga sebagian besar enggan ditempatkan di daerah terpencil. Dengan sistem ini di setiap wilayah kecamatan, pemerintah menempatkan perawat kesehatan masyarakat. Tugas dari perawat kesehatan masyarakat adalah 1. Mengkaji masalah kesehatan yang ada di masyarakat 2. Mengkaji sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk membantu mereka mmenyelsaikan masalah kesehatannya 3. Mengkaji sumber daya di luar masyarakat untuk membantu mereka mmenyelsaikan masalah kesehatannya 4. Menyusun diagnosis kesehatan masyarakat 5. Memfasilitasi masyarakat dalam menyusun rencana tindak lanjut untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami 6. Berkoordinasi dengan stake holder di luar masyarakat yang dibutuhkan dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat 7. Berpartisipasi dan terlibat aktif dalam melaksanakan intervensi yang telah disusun oleh masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat 8. Melaporkan secara rutin perkembangan kesehatan masyarakat dan aktivitasnya kepada pemerintah provinsi. Untuk melaksanakan tugas tersebut maka perawat kesehatan masyarakat harus menjadi bagian dari masyarakat yaitu dengan cara tinggal di masyarakat. Karena keterbatasan jumlah dokter maka negara juga menugaskan medical officer di beberapa wilayah. Medical officer adalah lulusan SMA yang telah diberikan pendidikan dan pelatihan selama 3 tahun dalam bidang kedokteran sebelum ditempatkan di masyarakat. Untuk wilayah-wilayah yang tidak ada medical officer, pemerintah memberikan kewenangan kepada perawat kesehatan masyarakat untuk memberikan pengobatan terbatas.

8 Dalam pelaksanaannya perawat kesehatan masyarakat memegang peranan yang sangat penting di Jepang dalam pemberantasan penyakit menular dan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat termasuk kesehatan ibu dan anak sehingga kebijakan penempatan perawat kesehatan masyarakat di setiap kecamatan diberlakukan di seluruh Jepang sampai saat ini. Di Jepang perawat terdiri dari tiga jenis yaitu : 1. Perawat Klinis Umumnya bekerja di rumah sakit atau klinik setelah mengikuti pendidikan 3 tahun ditambah 1 tahun untuk menjadi perawat klinik. 2. Perawat Kesehatan Masyarakat Umumnya bekerja di pusat kesehatan masyarakat. Untuk menjadi perawat kesehatan masyarakat, seseorang harus mengikuti pendidikan perawat selama 3 tahun ditambah 1 tahun pendidikan untuk menjadi perawat kesehatan masyarakat. Di setiap kecamatan ditempatkan minimal satu orang perawat kesehatan masyarakat, namun jumlah perawat kesehatan masyarakat tergantung jumlah penduduk seperti di Kota Naha dengan jumlah penduduk , pemerintah merekrut 16 orang perawat kesetan masyarakat. 3. Bidan Umumnya bekerja di rumah sakit atau membuka praktik klinik kebidanan. Untuk menjadi bidan, seseorang harus mengikuti pendidikan perawat selama 3 tahun ditambah dengan pendidikan kebidanan satu tahun. Sebelum seseorang mulai bekerja sebagai tenaga kesehatan di suatu wilayah, pemerintah biasanya melakukan pelatihan kepada tenaga tersebut selama 3 bulan sampai satu tahun tergantung pada pekerjaan yang akan dilaksanakan di wilayah tersebut. Selanjutnya selama satu tahun dia harus bekerja di bawah pengawasan seorang pembimbing di institusi dimana dia bekerja dengan target pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang harus dicapai selama 1 tahun. 4 tahun selanjutnya, dia bekerja dibawah pengawasan pembiimbing secara tidak langsung dan melaporkan hasil kegiatannya. Khusus untuk tenaga dokter karena jumlahnya terbatas maka sebelum bekerja di klinik atau pulau terpencil, dia harus bekerja paling sedikit 3 tahun di rumah sakit. Untuk perawat kesehatan masyarakat, pemerintah provinsi melatih dan mengembangan pembimbing di setiap Puskesmas Provinsi dan Rumah sakit sehingga apabila ada tenaga baru yang direkrut oleh provinsi atau kota maka tenaga tersebut akan mengikuti on the job training dibawah bimbingan pembimbing yang ada di fasilitas tersebut. Pembimbing akan menyusun target kinerja yang harus dicapai dalam satu tahun ke depan mencakup : 1. Kemampuan dasar

9 2. Kemampuan administratif 3. Ketrampilan klinis dalam pemberian pelayanan Selama satu tahun bekerja, mereka akan mendapatkan pengawasan langsung dari pembimbing saat bekerja. Setelah melewati masa tersebut, pembimbing akan menyusun target kinerja yang harus dicapai setiap tahun selama 4 tahun ke depan, namun mereka sudah dapat bekerja mandiri tanpa pengawasan. Dengan sistem ini, pemerintah dapat menghemat anggaran untuk pelatihan. Di Jepang, yang mengatur penempatan tenaga dokter dan tenaga kesehatan yang lain selain perawat di klinik pemerintah adalah direktur rumah sakit, sedangkan yang mengatur penempatan perawat di klinik adalah direktur keperawatan. Di rumah sakit direkturnya harus seorang dokter sedangkan wakil direktur harus seorang perawat karena hampir sebanyak 60 % pegawai adalah perawat maka yang mengatur haruslah perawat. Sedangkan di Puskesmas tidak ada tenaga dokter kecuali kepala puskesmas karena di Puskesmas tidak ada kegiatan pengobatan. Semua pasien yang sakit harus berobat ke rumah sakit atau klinik pemerintah atau swasta. Walaupun lulusan pendidikan kedokteran dan keperawatan cukup banyak di Jepang, namun mereka masih kesulitan untuk merekrut tenaga dokter atau perawat untuk ditempatkan di pulau terpencil terutama untuk wilayah Kota karena pegawai di tingkat kota tidak dapat pindah ke tempat kerja lain di luar wilayah Kota. Untuk itu pemerintah Kota biasanya meminta bantuan dari provinsi untuk mengamankan ketersediaan tenaga kesehatan di wilayah terpencil. Untuk pemerintah provinsi merekrut tenaga dokter dan perawat guna ditempatkan di wilayah terpencil tidak terlalu sulit apalagi yang bersangkutan biasanya sudah mengetahui berapa lama mereka akan ditempatkan di wilayah tersebut (Biasanya selama 3 5 tahun). Kesulitan yang dihadapi oleh provinsi adalah saat tenaga di wilayah tersebut harus cuti atau izin. Dahulu mereka mengirimkan tenaga dokter dan perawat di rumah sakit untuk menggantikan tenaga kesehatan yang cuti namun ini menyebabkan rumah sakit juga kekurangan tenaga. Oleh karena itu pemerintah mengembangkan program Dokter/Perawat Pulau. Mereka bertugas menggantikan tenaga kesehatan yang cuti atau izin terutama wilayah kepualauan atau terpencil. Sebagaimana di negara berkembang, Jepang juga mengalami kekurangan tenaga Spesialis Kebidanan. Ini bukan disebabkan karena Total Fertility Rate (TFR) yang rendah sehingga banyak mahasiswa kedokteran yang tidak mau mengambil jurusan spesialis Kebidanan tetapi karena bekerja sebagai Dokter Spesialis Kandungan merupakan pekerjaan yang sangat beresiko tinggi dan rentan terhadap tuntutan hukum. Mengingat TFR yang sangat rendah maka pemerintah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap ibu hamil sehingga mereka harus memastikan bahwa seorang ibu hamil harus menjalani kehamilannya secara sehat dan melahirkan secara aman agar bayi dan ibunya selamat. Oleh karena itu pemeriksaan kehamilan hanya dapat

10 dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan atau klinik kebidanan yang bekerjasama dengan dokter spesialis kebidanan. Untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga tersebut terutama untuk wilayah terpencil, pemerintah menawarkan berbagai macam manfaat dan fasilitas kepada tenaga yang bekerja di wilayah terpencil. Pemerintah juga memberikan beasiswa kepada lulusan SMA yang akan melanjutkan pendidikan ke Fakultas Kedokteran dengan syarat mereka harus bekerja di rumah sakit dan klinik milik pemerintah selama 9 tahun. Jenis fasilitas kesehatan dan tenaga yang ada di Jepang untuk memberikan pelayanan kesehatan yaitu : 1. Rumah Sakit dan Rumah Sakit Khusus (Seperti RS Anak, Jantung, dll) Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan secara langsung : 1) Dokter spesialis (Termasuk Psikiater) 2) Dokter Umum 3) Dokter Gigi 4) Perawat 5) Apoteker 6) Laboratorist 7) Fisiotherapist 8) Bidan 9) Ahli Gizi 10) Medical Sosial Worker 11) Psikolog Pelayanan yang diberikan adalah : 1) Pemeriksaan Kesehatan termasuk pemeriksaan kehamilan 2) Pengobatan 3) Perawatan 4) Imunisasi 2. Pusat Kesehatan Masyarakat Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Provinsi: 1) Dokter 2) Perawat 3) Clerk Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Kota : 1) Perawat 2) Ahli Gizi 3) Clerk

11 Pelayanan yang diberikan : 1) Imunisasi 2) Konseling Kesehatan 3) Pemeriksaan Kesehatan 4) Pencegahan Penyakit 3. Klinik Tenaga kesehatan yang bertugas : 1) Dokter 2) Perawat Pelayanan Kesehatan yang diberikan : 1) Kegawatdaruratan 2) Pengobatan Tenaga kesehatan yang bertugas di klinik dibawah dan diatur oleh rumah sakit termasuk juga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana. D. KESEHATAN SEKOLAH (SCHOOL HEALTH IN JAPAN) Pemerintah Jepang menyadari bahwa pendidikan bagi warganya merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu pemerintah harus memastikan bahwa setiap anak dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Untuk itu pemerintah membangun sekolah di seluruh penjuru Jepang termasuk di daerah atau pulau terpencil. Mereka membangun sekolah sesuai standar tanpa memandang jumlah penduduk atau anak usia sekolah yang ada di wilayah tersebut. Sebagai contoh di wilayah kota Ishigaki tepatnya di pulau Yeyama, pemerintah membangun sekolah walaupun jumlah muridnya dari kelas 1 6 hanya 46 orang. Yang lebih ekstrim lagi, di wilayah yang tidak jauh dari sekolah tersebut juga dibangun sekolah walaupun muridnya hanya 14 orang. Pemerintah berprinsip bahwa dimanapun rakyatnya berada mereka mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan.

12 Di samping membangun fasilitas belajar, pemerintah juga menyediakan tenaga pengajar sesuai dengan standar pendidikan yang diperlukan tanpa memandang berapa jumlah murid yang ada di wilayah tersebut. Di wilayah kota Ishigaki, ada beberapa sekolah yang jumlah muridnya hanya 46 tapi jumlah gurunya 13 orang, ada juga yang jumlah muridnya 14 jumlah gurunya 11 orang dan ada juga sekolah yang jumlah muridnya 11 orang tetapi jumlah gurunya 13 orang. Ruang kelas di sekolah Jepang biasanya terbuka di salah satu sisinya agar ruangan menjadi segar sehingga anak-anak bisa belajar dengan baik. Gambar 1.1 Ruang kelas biasanya terbuka di salah satu sisinya Guru tidak perlu khawatir anak-anak akan melihat orang yang lalu lalang karena setiap kelas akan belajar dan istirahat pada waktu yang sama. Di samping itu salah satu hal

13 yang dibiasakan di sekolah adalah anak akan selalu mendengar dan memperhatikan saat guru sedang berbicara. Saat membangun sekolah, pemerintah juga biasanya membangun dapur di sekolah karena sekolah harus menyiapkan makan siang untuk anak sekolah untuk memastikan bahwa anak sekolah mengkonsumsi makanan yang sehat dan sesuai dengan standar karena dibawah pengawasan ahli gizi. Anak sekolah khususnya anak SD dan SMP tidak boleh membeli atau membawa makanan dari luar sekolah untuk mencegah keracunan karena setiap peristiwa yang terjadi di sekolah akan menjadi tanggungjawab sekolah. Sedangkan anak SMA diperbolehkan membeli makanan tambahan lain di luar sekolah bila merasa tidak cukup tetapi dengan waktu makan yang hanya 20 menit, jarang ditemukan anak yang membeli makanan di luar sekolah apalagi makanan yang diberikan mengandung cukup kalori (600 kkal untuk anak SD, untuk anak SMP dan SMA disesuaikan dengan umur). Di samping itu, tidak semua sekolah dekat dengan rumah makan atau tempat perbelanjaan. Pada anak tertentu dengan kebutuhan makanan khusus seperti pada anak yang alergi akan makanan tertentu, anak tersebut dapat menyampaikan kepada sekolah apa saja yang tidak boleh dimakan sehingga anak akan menyiapkan makanan khusus untuk anak tersebut. Gambar 1.2 Anak-anak SD Nakaima sedang makan siang di sekolah Di samping itu, Undang-Undang di Jepang juga mewajibkan setiap sekolah memiliki guru perawat sekolah (school nurse teacher) dan juga ruang pelayanan kesehatan sekolah. Ruang pelayanan kesehatan sekolah dilengkapi dengan beberapa alat pemeriksaan kesehatan dan juga 5 tempat tidur untuk perawatan sementara anak akibat kelelahan atau kepanasan (heat stroke). Bila anak mengalami sakit yang

14 memerlukan perawatan, anak akan dirujuk ke rumah sakit atau guru akan memanggil orang tua untuk membawa anaknya ke rumah sakit. Gambar 1.3 Ruang Kesehatan Sekolah di Sekolah Hanakimura di Jepang Keberadaan school nurse teacher di setiap sekolah wajib sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang tanpa memandang berapa jumlah murid yang ada di sekolah tersebut. Tujuan utama ditempatkannya school nurse teacher adalah untuk memberikan pertolongan pertama saat anak mengalami kecelakaan atau sakit serta memastikan bahwa ada selalu sehat agar dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Di Jepang, untuk menjadi school nurse teacher seseorang harus mengikuti pendidikan perawat selama 4 tahun atau pendidikan guru selama 4 tahun dan mengikuti pendidikan school nurse teacher selama 1 tahun di universitas yang ada di Jepang. Setelah lulus pendidikan, mereka harus mengikuti ujian yang diselenggarakan pemerintah untuk direkrut menjadi school nurse teacher yang akan ditempatkan di sekolah-sekolah yang ada di Jepang. Untuk sekolah yang memiliki anak dengan perawatan kesehatan khusus seperti di SLB maka school nurse teacher yang akan dipilih adalah mereka yang berlatar belakang perawat murni. Di samping mengelola ruang kesehatan sekolah, school nurse teacher juga bertugas mengajar sebagaimana guru-guru yang lain. Mata ajaran yang diajarkan adalah kesehatan sekolah yang akan diajarkan mulai dari kelas 1 SD sampai kelas 12 SMA. Materi yang diajarkan meliputi: 1. Hidup sehat 2. Tubuh yang berkembang dan saya 3. Kesehatan Mental 4. Pencegahan Kecelakaan 5. Pencegahan Penyakit

15 Materi tersebut disampaikan di setiap kelas tetapi disesuaikan dengan tingkat pendidikan anak. Seperti pada materi tentang Tubuh yang berkembang dan saya, guru hanya mengajarkan proses perubahan yang terjadi pada tubuh seorang laki-laki dan perempuan pada anak kelas I tetapi tidak menjelaskan proses perubahannya. Sebenarnya di dalam materi tersebut sudah mencakup materi sex education tetapi masih bersifat pengetahun dasar. Materi tentang proses reproduksi baru akan diajarkan pada anak di Sekolah Menengah Pertama. Beberapa sekolah yang menganggap bahwa pendidikan kesehatan sangat penting mengundang beberapa tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan untuk menyampaikan materi kesehatan yang tidak ada di dalam kurikulum. Saat menyampaikan materi tentang kesehatan, biasanya school nurse teacher akan didampingi oleh wali kelas masing-masing. Tujuannya agar wali kelas dapat membantu mengawasi anak untuk mempraktekkan perilaku hidup sehat dalam kegiatan seharihari seperti mencuci tangan sebelum makan, membuang sampah pada tempatnya dan bergaul secara wajar. Di samping itu setiap sekolah mempunyai Komite Kesehatan yang bertugas menyusun rencana kesehatan sekolah setiap tahun. Rencana kesehatan sekolah akan disampaikan oleh Komite Kesehatan Sekolah ke Dewan Pendidikan untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan dana dalam pelaksanaannya. Komite ini diketuai oleh guru terpilih dari sekolah tersebut yang dipilih secara bergantian setiap satu atau dua tahun tergantung kebijakan dari Kepala Sekolah. Dengan melibatkan guru selain school nurse teacher sebagai ketua dan anggota Tim Komite Kesehatan akan mendorong mereka untuk belajar tentang kesehatan sehingga setiap guru akan memahami tentang pentingnya kesehatan. Anggota Komite Kesehatan sekolah juga melibatkan profesi kesehatan lainnya seperti dokter, dokter gigi, perawat, petugas lab, ahli gizi yang telah dikontrak oleh pemerintah dengan honor sebesar /bulan. Mereka akan melakukan supervisi secara rutin ke sekolah untuk melihat kondisi kesehatan sekolah termasuk anak didik. Di samping itu mereka akan melakukan pemeriksaan kesehatan anak sekolah setahun sekali secara bersamaan dan juga pendidikan dan konseling kesehatan kepada siswa. Dalam pelaksanaan upaya kesehatan sekolah, peran guru sangat penting. Guru akan memantau kehadiran siswa setiap hari dan bila ada siswa yang masuk maka guru akan melaporkan ke school nurse teacher. School nurse teacher akan memantau kehadiran setiap siswa di seluruh sekolah. Apabila banyak siswa yang tidak hadir karena sakit maka dia akan mencari penyebabnya dan bila dianggap perlu dia akan mengusulkan kepada Kepala Sekolah agar sekolah diliburkan selama beberapa hari untuk mencegah terjadinya wabah penyakit. Di Jepang, sekolah diberikan kewenangan untuk menolak atau memulangkan anak yang kena influenza.

16 School nurse teacher juga akan mengecek kebersihan sekolah. Di semua sekolah yang ada di Jepang, semua anak dilibatkan di dalam menjadi kebersihan kelas dan lingkungannya. Mereka bersama-sama akan menyapu, mengepel lantai, membersihkan toilet dan membersihkan lingkungan sebelum pulang sekolah. Semua alat-alat kebersihan disediakan oleh sekolah. Kotak sampah juga disediakan di setiap ruangan. Kotak sampah dipisahkan menjadi dua jenis yaitu kotak sampah untuk bahan yang dapat dibakar, tempat sampah untuk botol dan plastik serta kotak sampah untuk bahan yang tidak bisa dibakar seperti gelas dan besi. Mereka juga dibiasakan meletakkan piring, gelas, sumpit dan alas makan serta membuang sisa makanan pada tempatnya. Sebenarnya kebiasaan ini tidak hanya dilakukan di rumah tetapi juga dilakukan oleh semua orang di Jepang pada saat mereka makan di tempat umum. Gambar 1.4 Anak dibiasakan meletakkan alat makan sesuai dengan tempatnya setelah selesai makan Di dinding sekolah akan banyak dijumpai poster-poster yang akan mengingatkan anak tentang cara hidup sehat termasuk juga apa yang harus dilakukan dalam kondisi kejadian bencana seperti Tsunami atau Gempa. Poster-poster tersebut didesain dan dibuat oleh school nurse teacher karena sekolah tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli alat atau bahan kesehatan yang dibutuhkan tetapi sekolah menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat alat-alat pendidikan termasuk poster. School nurse teacher juga akan membuat dan membagikan leaflet tentang cara pencegahan influenza bila saat itu banyak terjadi influenza di masyarakat. School nurse teacher akan selalu memantau perkembangan kesehatan di masyarakat dan melakukan tindakan pencegahan di sekolah supaya anak tetap sehat dan bisa belajar.

17 Dengan terlaksananya kegiatan kesehatan sekolah seperti di SD Nakaima, ketidakhadiran siswa karena sakit sangat rendah. Kebiasaan hidup sehat, makanan yang sehat dan lingkungan yang sehat akan membuat anak didik sehat sehingga mereka bisa mengikuti proses belajar mengajar. Bagi tenaga kesehatan, hal yang perlu diingat dalam pelayanan kesehatan sekolah adalah bahwa kesehatan masyarakat dalam hal ini anak didik bukan menjadi tujuan utama sekolah tetapi tujuan utamanya adalah proses belajar mengajar berjalan lancar. Oleh karena itu setiap upaya yang mendukung terlaksananya kegiatan belajar belajar akan didukung oleh pihak sekolah. E. PEMERIKSAAN KESEHATAN DI JEPANG (HEALTH CHECKUP IN JAPAN) Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu upaya preventif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian. Namun sistem asuransi kesehatan tidak menanggung biaya pemeriksaan kesehatan. Oleh karena itu sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang, pemerintah akan memberikan pemeriksaan kesehatan kepada : 1. Anak usia 3-4 bulan 2. Anak usia 9-10 bulan 3. Anak usia 18 bulan 4. Anak usia 3 tahun Untuk warganya yang berumur lebih dari tiga tahun, pemerintah juga menyediakan voucher pemeriksaan kesehatan gratis pada seluruh warganya dimana voucher tersebut dilampirkan di kartu asuransi. Pemerintah juga melaksanakan pemeriksaan kesehatan bagi anak sebelum masuk sekolah. Orang tua wajib membawa anaknya untuk pemeriksaan kesehatan baik yang dilakukan oleh pemerintah daerah ataupun ke rumah sakit sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Pemeriksaan kesehatan pada anak usia kurang dari tiga tahun dan sebelum sekolah di Provinsi Okinawa tidak dilakukan oleh Puskesmas tetapi diserahkan oleh Pemda kepada OSPH/Okinawan Society for Public Health (Masyarakat Okinawa untuk Kesehatan Masyarakat). OSPH merupakan Non Profit organisasi yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat di provinsi Okinawa. Kelompok ini beranggotakan beberapa profesi kesehatan dan masyarakat umum peduli kesehatan. Untuk menjalankan organisasi ini setiap anggota membayar iuran anggota sebesar /bulan. Organisasi ini akan mengkoordinir pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi anak dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah (Puskesmas Kota) untuk menyusun jadwal. 2. Menyusun dan mengatur jadwal tim kesehatan yang akan melaksanakan pemeriksaan kesehatan. Tim tersebut terdiri dari : 1. Petugas Administrasi (Pendaftaran) 2. PHN (Pemeriksaan Perkembangan)

18 3. Petugas Lab (Pemeriksaan darah dan urine lengkap) 4. Health Volunteer (Penimbangan) 5. Dr. Anak ((Pemeriksaan Fisik) 6. Dr. Gigi (Pemeriksaan Gigi) 7. Dental Hygeines (Konsultasi Kesehatan Gigi) 8. Ahli Gizi (Konsultasi) 9. PHN (Menyampaikan Hasil Lengkap Pemeriksaan Kesehatan) 3. Menyiapkan alat kesehatan dan bahan habis pakai yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan. 4. Menentukan target anak yang akan dilakukan pemeriksaan kesehatan 5. Mengirimkan surat kepada orang tua anak tentang waktu pelaksanaan pemeriksaan kesehatan. Untuk anak yang tidak dibawa pada pemeriksaan sebelumnya, juga akan diundang untuk memeriksakan anaknya. 6. Berkoordinasi dengan Pusat Kesehatan masyarakat untuk menyebarluaskan jadwal pemeriksaan kesehatan kepada masyarakat. 7. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan sesuai jadwal. 8. Mengirimkan surat kepada orang tua yang tidak membawa anaknya ke Puskesmas dan bila perlu akan bekerjasama dengan perawat kesehatan masyarakat untuk melakukan kunjungan rumah pada anak yang tidak datang setelah menerima undangan sebanyak 3 kali. 9. Melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan kepada Pemerintah Kota 10. Melakukan klaim biaya pemeriksaan kesehatan kepada pemerintah daerah sesuai dengan jumlah anak yang datang. Dengan menyerahkan pemeriksaan kesehatan kepada OSCH, pemerintah dapat menghemat biaya karena tidak perlu merekrut seluruh tenaga yang akan melakukan pemeriksaan menjadi pegawai negeri serta tidak perlu membeli alat kesehatan yang diperlukan. Bagi pemerintah daerah dengan jumlah anak yang sedikit, merekrut tenaga dan membeli alat akan menjadi beban pemerintah daerah. Pemeriksaan kesehatan dilakukan berdasarkan jumlah target anak yang ada di wilayah kota. Untuk wilayah Kota dengan jumlah anak yang sedikit, pemeriksaan kesehatan dilakukan satu kali dalam setahun sedangkan untuk wilayah dengan anak yang banyak, pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan satu bulan sekali. Saat pemeriksaan apabila ditemukan anak yang menderita suatu penyakit atau gangguan maka akan dirujuk ke rumah sakit. OSCH akan meminta hasil pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan rumah sakit untuk memastikan bahwa anak tersebut mendapatkan pelayanan sesuai standar. Untuk anak usia sekolah, pemeriksaan kesehatan akan dikoordinir oleh Komite Kesehatan Sekolah. Biaya pemeriksaan akan ditanggung oleh Dewan Pendidikan. Untuk pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil karena tidak ditanggung oleh asuransi maka pemeriksaan kesehatan ditanggung oleh pemda dengan memberikan buku KIA yang didalamnya ada voucher pemeriksaan gratis kehamilan selama 14 kali.

19 Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan dimanapun baik rumah sakit pemerintah ataupun swasta. Standar pemeriksaan kehamilan mencakup pemeriksaan USG, pemeriksaan darah dan pemeriksaan rutin. Bila ibu mengalami komplikasi selama kehamilan maka secara otomatis biayanya ditanggung oleh asuransi. Dengan adanya voucher tersebut secara otomatis ibu akan melaporkan setiap kehamilan ke pemerintah daerah untuk mendapatkan buku KIA karena yang akan menyerahkan buku KIA adalah petugas di pemda dan bukan petugas kesehatan. Di Jepang persalinan dapat dilakukan di rumah sakit atau bidan praktik yang sudah bekerjasama dengan rumah sakit pengampu. Jepang mewajibkan setiap persalinan untuk dirawat selama 7 hari di rumah sakit kecuali bila ibu menolak. Saat bersalin, biaya persalinan tidak ditanggung oleh asuransi tetapi bila ibu melaporkan persalinannya ke pemda maka dia akan mendapatkan bantuan biaya dari pemda untuk mengganti biaya persalinan tersebut. Di samping itu dengan melaporkan persalinannya dan bayinya maka bayi tersebut akan mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara seperti imunisasi, pelayanan pemeriksaan kesehatan di rumah oleh perawat kesehatan masyarakat, dll. Demikian juga bila ibu atau bayinya meninggal pemerintah juga akan memberikan bantuan biaya pemakan mereka melapor ke pemda. Dengan sistem ini maka pemerintah akan mengetahui jumlah penduduk setiap saat. Siklus Hamil Bayi Umur < 3 Usia Sekolah Pubertas Remaja Pemeriksaan kesehatan ANC Health check up Imunisasi Kelas ortu dan bayi Kelas memasak Health check up Imunisasi Kelas ortu dan bayi Kelas memasak Imunisasi Kelas kesehatan mental Kelas kesehatan mental Kelas promkes, pencegahan penyakit Program bantuan pemerintah Notifikasi kehamilan Buku KIA Tes Hepatitis B Pembiayaan ANC Subsidi pengobatan keracunan kehamilan Notifikasi kelahiran Subsidi perawatan bayi Subsisdi perawatan BBLR Check up kelainan Skreening neoroblastomi Subsidi anak dg penyakit kronis Tes kelainan kongenital Subsidi anak dg penyakit kronis Subsidi pengobatan anak Sertifikat kecacatan Biaya pengobatan TB Biaya pengobatan gangguan mental Sertifikat kecacatan Biaya pengobatan TB Biaya pengobatan gangguan mental Sertifikat kecacatan Biaya pengobatan TB Biaya pengobatan gangguan mental Standar pemeriksaan ibu hamil di Jepang : Wawancara dan pemeriksaan Tiap ANC Petunjuk kehamilan Tiap ANC

20 Instruksi diet gizi Tiap ANC Urine analysis Tiap ANC Tes darah (HB / Platelet0 Awal, mg Tes gula darah Awal, mg Tes tipe darah (ABO/Rh) Awal Tes antibody Awal Tes serologis syphilis Awal Tes antibody Hep C Awal Tes antybody Hep B Awal Skreening kanker servik Awal Pemeriksaan USG Tiap ANC Tes streptokokus B 34 minggu Tes Antobody HIV Segera Tes antibody virus rubella segera Tes antigen chlamydial segera Tes antibody HTLV-1 30 minggu Tes GOT 34 minggu Tes GPT 34 minggu

DINAS KESEHATAN Jalan Dr. Susilo No 44 Telp. (0721) , Fax. (0721) BANDAR LAMPUNG 35213

DINAS KESEHATAN Jalan Dr. Susilo No 44 Telp. (0721) , Fax. (0721) BANDAR LAMPUNG 35213 PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG DINAS KESEHATAN Jalan Dr. Susilo No 44 Telp. (0721) 252412, Fax. (0721) 252412 BANDAR LAMPUNG 35213 OFFICIAL REPORT TRAINING ON STRENGTHENING HEALTH SYSTEM FOR MATERNAL AND

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 69 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 69 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI LUAR JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS 1. Apa itu JKN dan BPJS Kesehatan dan apa bedanya? JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

Ⅵ Mengandung Melahirkan Penitipan Anak Pendidikan

Ⅵ Mengandung Melahirkan Penitipan Anak Pendidikan Ⅵ Mengandung Melahirkan Penitipan Anak Pendidikan Ⅵ-1 Mengandung dan Melahirkan 1. Saat Mengandung Bila Anda mengandung dan akan melahirkan, laporkan dan mintalah Buku Saku Kesehatan Ibu dan Anak di kantor

Lebih terperinci

Ⅵ Mengandung / Melahirkan / Penitipan Anak / Pendidikan

Ⅵ Mengandung / Melahirkan / Penitipan Anak / Pendidikan Ⅵ Mengandung / Melahirkan / Penitipan Anak / Pendidikan Ⅵ-1 Mengandung dan Melahirkan 1. Saat Mengandung Bila Anda mengandung dan akan melahirkan, laporkan dan mintalah Buku Saku Kesehatan Ibu dan Anak

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS/DOKTER /DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAIPEGAWAI TIDAK TETAP

PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS/DOKTER /DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAIPEGAWAI TIDAK TETAP PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS/DOKTER /DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAIPEGAWAI TIDAK TETAP RIATI ANGGRIANI,SH,MARS,MHum KEPALA BAGIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Bab III Sistem Kesehatan

Bab III Sistem Kesehatan Bab III Sistem Kesehatan Sistem Kesehatan Bagaimana mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik? Apabila Anda membutuhkan pelayanan rumah sakit Berjuang untuk perubahan 45 Ketika petugas kesehatan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 17 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51.A TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG, PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG Jl. Lintas Malindo Entikong (78557) Telepon (0564) 31294 Email : puskesmasentikong46@gmail.com KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG NOMOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

Ⅱ-1 Berobat (Menggunakan Fasilitas Pengobatan )

Ⅱ-1 Berobat (Menggunakan Fasilitas Pengobatan ) Ⅱ-1 Berobat (Menggunakan Fasilitas Pengobatan ) 1. Pengobatan di Jepang Teknologi Kedokteran Jepang mempunyai tingkat teknologi yang tinggi, akan tetapi pada umumnya dokter tidak menjelaskan secara rinci

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DASAR PENDUDUK KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN 2016 016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2017 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS T E N T A N G PEMBEBASAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN KELAS III DI RUMAH SAKIT BAGI PENDUDUK KABUPATEN KUDUS

BUPATI KUDUS T E N T A N G PEMBEBASAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN KELAS III DI RUMAH SAKIT BAGI PENDUDUK KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBEBASAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN KELAS III DI RUMAH SAKIT BAGI PENDUDUK KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

Lebih terperinci

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg No.226, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Wajib Kerja Dokter Spesialis. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR Menimbang GUBERNUR JAWA TIMUR, : a. bahwa guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian No.169, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBEBASAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BAGI PENDUDUK KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMANFAATAN DANA PENDAPATAN BERSUMBER DARI JASA LAYANAN PADA PUSKESMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAJUAN DAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1406 TAHUN 2015 TANGGAL 31-12 - 2015 INDIKATOR DAN TARGET SPM 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Masyarakat Esensial dan Keperawatan Masyarakat 1 Pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN BERGERAK PEMERIKSAAN KEHAMILAN (MOBILE ANTENATAL CARE) PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. b. c. Mengingat :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA KLINIK, IZIN USAHA RUMAH BERSALIN, DAN IZIN USAHA LABORATORIUM KLINIK SWASTA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA FASILITAS

Lebih terperinci

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di

Lebih terperinci

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan. Skenario Kepala Puskesmas Melati adalah sarjana Kesehatan Masyarakat, dan baru menjabat sebagai kepala Puskesmas sekitar 6 bulan. Ibu Ani, berumur 25 tahun, yang mempunyai anak perempuan balita, berumur

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 57

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 57 DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 57 Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam pelaksanaan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2010 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN POSBINDU PTM

KERANGKA ACUAN KEGIATAN POSBINDU PTM KERANGKA ACUAN KEGIATAN POSBINDU PTM A. Pendahuluan Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016

LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016 LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016 Nama : dr. Adinda Ferinawati Tanggal Orientasi : 16 Januari 2017-23 Januari 2017 Tempat Orientasi : Puskesmas Sidorejo

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT =========================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT WALIKOTA TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS KESEHATAN KOTA PUSKESMAS PEKAUMAN Jl. KS. Tubun No. 1 Banjarmasin Telp (0511)

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS KESEHATAN KOTA PUSKESMAS PEKAUMAN Jl. KS. Tubun No. 1 Banjarmasin Telp (0511) PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS KESEHATAN KOTA PUSKESMAS PEKAUMAN Jl. KS. Tubun No. 1 Banjarmasin Telp (0511) 3272105 HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN HAMBATAN PELAKSANAAN KEGIATAN UKM KEGIATAN PHN No

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

HEALTH RECORDS IN LONG TERM CARE AND REHABILITATION FACILITIES

HEALTH RECORDS IN LONG TERM CARE AND REHABILITATION FACILITIES HEALTH RECORDS IN LONG TERM CARE AND REHABILITATION FACILITIES Isi RK pada Acute care berbeda dengan asuhan jangka panjang ( Long term care dan Rehabilitation care). Pemeliharrannya tidak berbeda Asuhan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN

PEDOMAN PELAYANAN KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN PEDOMAN PELAYANAN KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN 1. PENDAHULUAN Tujuan utama rumah sakit adalah memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien. Agar dapat memberikan dukungan dan respon yang baik sesuai dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANNIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH,

BISMILLAHIRRAHMANNIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH, PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR: 15 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANNIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal 05 02 panduan praktis Kebidanan & Neonatal Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk implementasi pengaturan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci