2 Nasional tentang Tata Cara Peningkatan Kemampuan Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial Yang Diselenggarakan oleh Pemerintah/Pemerintah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 Nasional tentang Tata Cara Peningkatan Kemampuan Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial Yang Diselenggarakan oleh Pemerintah/Pemerintah"

Transkripsi

1 No.770, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis. Rehabilitasi Sosial. Pemerintah/Pemda. Masyarakat. Kemampuan. Peningkatan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : a. bahwa berdasarkan pasal 70 huruf d Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Badan Narkotika Nasional memiliki tugas meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat; b. bahwa dalam rangka efisiensi dan efektifitas pemberian peningkatan kemampuan terhadap lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial milik pemerintah dan masyarakat, perlu menyusun tata cara peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Narkotika

2 2 Nasional tentang Tata Cara Peningkatan Kemampuan Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial Yang Diselenggarakan oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah Maupun Masyarakat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5211); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

3 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5243); 10. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional; 11. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 12. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 13. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan ke 4 atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2415 Tahun 2011 tentang Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 825); 15. Peraturan Menteri Sosial Nomor 03 Tahun 2012 tentang Standar Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif Lainnya; 16. Peraturan Menteri Sosial Nomor 26 Tahun 2012 tentang Standar Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif Lainnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1218); 17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK/05/2012 tentang Perjalanan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara dan Pegawai Tidak Tetap (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 678); 18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK/05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pembayaran Anggaran Pendapatan Belanja Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191); 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 352);

4 4 20. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 11 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penanganan Tersangka Dan/Atau Terdakwa Pecandu Narkotika Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 844); 21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 415); 22. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2085); 23. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 493); 24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 421 Tahun 2010 tentang Standar Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penggunaan Napza; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala ini yang dimaksud dengan: 1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 2. Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan terapi secara terpadu untuk membebaskan Pecandu Narkotika dari ketergantungan Narkotika.

5 5 3. Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. 4. Pascarehabilitasi adalah bagian dari rehabilitasi sosial berupa pembinaan lanjut dalam bentuk pendampingan, peningkatan ketrampilan dan dukungan produktivitas agar mampu menjaga kepulihan serta beradaptasi dengan lingkungan sosial dan mandiri. 5. Penyalah Guna adalah adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum. 6. Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. 7. Korban Penyalahgunaan Narkotika adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan Narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/atau diancam untuk menggunakan Narkotika. 8. Peningkatan kemampuan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan seperti upaya memberikan penguatan, dorongan, atau fasilitasi kepada lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat agar terjaga keberlangsungannya. 9. Penguatan adalah proses memberikan bantuan berupa pembinaan dan peningkatan program kepada lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah/ pemerintah daerah maupun masyarakat. 10. Dorongan adalah serangkaian kegiatan dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi dalam rangka memotivasi lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat. 11. Fasilitasi adalah proses dalam memberikan kemudahan terhadap lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang dikelola pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat dalam bentuk pemberian rekomendasi dan upaya mengadvokasi pihak terkait dalam pemberian ijin. 12. Rehabilitasi rawat inap merupakan proses perawatan terhadap klien dimana klien diinapkan di lembaga rehabilitasi dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan rencana terapi untuk memulihkan kondisi fisik dan psikisnya akibat penyalahgunaan Narkotika. 13. Rehabilitasi rawat jalan merupakan proses perawatan terhadap klien dimana klien datang berkunjung ke lembaga rehabilitasi medis dan

6 6 rehabilitasi sosial sesuai jadwal dalam kurun waktu tertentu berdasarkan rencana terapi untuk memulihkan kondisi fisik dan psikisnya akibat penyalahgunaan Narkotika. 14. Lembaga rehabilitasi medis adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan rehabilitasi medis bagi Pecandu Korban Penyalahgunaan Narkotika dan Penyalah Guna Narkotika yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. 15. Lembaga rehabilitasi sosial adalah tempat atau panti yang melaksanakan rehabilitasi sosial bagi Pecandu Korban Penyalahgunaan dan Penyalah Guna Narkotika yang ditetapkan oleh Menteri Sosial. 16. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 18. Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disingkat BNN adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden yang mempunyai tugas di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika. Pasal 2 Maksud dan Tujuan peraturan ini adalah: 1. Maksud peraturan ini adalah memberikan pedoman bagi lingkungan BNN dalam peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat dan pedoman bagi lembaga dalam menerima peningkatan kemampuan. 2. Tujuan peraturan ini adalah agar pelaksanaan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial oleh pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien serta akuntabel. BAB II KEGIATAN DAN PROSES PENINGKATAN KEMAMPUAN Pasal 3 Peningkatan kemampuan yang dapat diberikan oleh BNN diantaranya sebagai berikut:

7 7 a. penguatan lembaga; b. dorongan lembaga; dan c. fasilitasi lembaga. Pasal 4 (1) Kegiatan penguatan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, diantaranya sebagai berikut : a. pembinaan dan bimbingan teknis; b. peningkatan keterampilan atau kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM); c. peningkatan kapasitas lembaga; d. magang; e. peningkatan mutu layanan; f. peningkatan sarana dan prasarana; dan g. pemberian dukungan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi. (2) Pemberian dukungan layanan rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi a. rawat inap; dan b. rawat jalan. (3) Pemberian dukungan layanan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi: a. layanan pendampingan; b. layanan bimbingan pengembangan diri; c. terapi kelompok; dan d. kelompok dukungan keluarga (family support group). Pasal 5 Kegiatan dorongan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, diantaranya sebagai berikut : a. seminar; b. koordinasi antar pemangku kepentingan; c. semiloka atau lokakarya; d. dukungan asistensi/konselor adiksi; dan e. pemberian motivasi penyediaan dan pengembangan program layanan.

8 8 Pasal 6 Kegiatan fasilitasi lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf c, diantaranya sebagai berikut: a. pemberian rekomendasi dalam pengurusan ijin penyelenggaraan rehabilitasi; dan b. mediasi antar pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan terkait rehabilitasi. Pasal 7 Peningkatan kemampuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan melalui proses : a. persiapan; b. pelaksanaan; c. pembiayaan; d. pelaporan; dan e. monitoring dan evaluasi. Pasal 8 (1) Persiapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf a dilaksanakan dalam bentuk antara lain: a. kegiatan pemetaan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial; b. penandatanganan perjanjian kerjasama; dan c. penerbitan keputusan oleh Kepala BNN; (2) Pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. lokasi lembaga; b. legalitas formal; c. layanan yang tersedia; d. sumber daya manusia; e. sarana dan prasarana; dan f. anggaran. (3) Pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan cara wawancara, observasi, kajian laporan dan/atau pengisian kuesioner. (4) Hasil pemetaan berupa kesimpulan kebutuhan dan kondisi lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang akan memperoleh

9 9 peningkatan kemampuan berdasarkan prioritas kebutuhan dan kondisi lembaga. Pasal 9 (1) Legalitas formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b merupakan keabsahan perizinan dalam penyelenggaraan rehabilitasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Legalitas formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi lembaga rehabilitasi milik pemerintah/pemerintah daerah antara lain : a. penetapan dari kementerian yang membidangi urusan kesehatan untuk penyelenggaraan rehabilitasi medis; dan b. penetapan dari kementerian yang membidangi urusan sosial dalam hal penyelenggaraan rehabilitasi sosial. (3) Legalitas formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi lembaga rehabilitasi milik masyarakat meliputi: a. akte notaris; b. ijin operasional dari dinas/instansi terkait; c. penetapan dari kementerian yang membidangi urusan kesehatan untuk penyelenggaraan rehabilitasi medis; dan/atau d. penetapan dari kementerian yang membidangi urusan sosial dalam hal penyelenggaraan rehabilitasi sosial. Pasal 10 Penandatanganan Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b ditandatangani oleh Deputi Rehabilitasi BNN dan pimpinan lembaga rehabilitasi. Pasal 11 Penerbitan Keputusan Kepala BNN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c ditandatangani oleh Kepala BNN atau Deputi Rehabilitasi BNN yang menerima pendelegasian wewenang dari Kepala BNN. Pasal 12 (1) Lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang dapat memperoleh peningkatan kemampuan adalah yang diselenggarakan oleh: a. pemerintah/pemerintah daerah; dan/atau b. masyarakat. (2) Lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, antara lain:

10 10 a. Rumah Sakit Umum; b. Rumah Sakit Khusus meliputi Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Ketergantungan Obat; c. Puskesmas; d. Klinik; e. Panti rehabilitasi; f. Balai atau loka rehabilitasi; dan/atau g. Lembaga Pemasyarakatan. (3) Lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain: a. Lembaga rehabilitasi sosial; b. Rumah sakit swasta; dan c. Klinik swasta; Pasal 13 (1) Pemberian peningkatan kemampuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat dapat pula dilakukan pada lembaga milik pemerintah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial, antara lain : a. Resimen Induk Militer Komando Daerah Militer; b. Sekolah Polisi Negara; c. Komando Pendidikan Angkatan Laut; dan d. Balai Pemasyarakatan. (2) Lembaga milik pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pula lembaga yang dimiliki oleh pemerintah daerah yaitu Balai Latihan Kerja. (3) Lembaga milik pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib mendapatkan persetujuan dari Kementerian yang membidangi urusan sosial setelah memperoleh rekomendasi dari BNN. Pasal 14 (1) Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah dilaksanakan oleh Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah BNN, Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Seksi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. (2) Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan oleh masyarakat dilaksanakan oleh Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat BNN dan Direktorat Pascarehabilitasi BNN, Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

11 11 Provinsi dan Seksi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. (3) Penyelenggaraan rehabilitasi pada lembaga milik pemerintah/ pemerintah daerah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial dilaksanakan oleh Deputi Bidang Rehabilitasi BNN. Pasal 15 (1) Layanan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan layanan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) dilakukan oleh lembaga rehabilitasi milik pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat. (2) Dalam hal klien telah menjalani layanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pada suatu lembaga dan diperlukan perawatan dalam bentuk lainnya dapat dilanjutkan pada lembaga yang sama atau dilakukan rujukan pada lembaga lain yang menyediakan layanan yang dibutuhkan oleh klien. Pasal 16 (1) Lembaga rehabilitasi milik pemerintah/pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f melaksanakan penyusunan rencana layanan rehabilitasi. (2) Lembaga rehabilitasi milik pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat huruf g melaksanakan penyusunan rencana layanan rehabilitasi bersama dengan Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah BNN. (3) Lembaga milik pemerintah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan milik pemerintah/pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) melaksanakan penyusunan rencana layanan rehabilitasi bersama dengan Deputi Bidang Rehabilitasi BNN. (4) Lembaga rehabilitasi milik masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) melaksanakan penyusunan rencana layanan rehabilitasi. Pasal 17 (1) Lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial melaksanakan pencatatan penyelenggaraan rehabilitasi sesuai peraturan perundangundangan. (2) Lembaga milik pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat huruf g dan lembaga milik pemerintah/pemerintah daerah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud Pasal 13 ayat (1) dan ayat melaksanakan pencatatan sesuai pedoman yang diterbitkan BNN.

12 12 BAB III PELAPORAN Pasal 18 (1) Lembaga rehabilitasi yang menerima peningkatan kemampuan wajib melakukan pelaporan sebagai berikut: a. pelaporan pelaksanaan kegiatan; dan b. pelaporan keuangan. (2) Pelaporan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a termasuk laporan rekapitulasi klien yang memperoleh layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi. (3) Laporan rekapitulasi klien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikirimkan kepada BNN Kabupaten/Kota atau BNN Provinsi sesuai ruang lingkup domisili lembaga rehabilitasi. (4) BNN Kabupaten/Kota wajib meneruskan laporan rekapitulasi klien yang diterimanya kepada BNN Provinsi. (5) BNN Kabupaten/Kota dan BNN Provinsi wajib meneruskan laporan rekapitulasi klien yang diterimanya kepada BNN. (6) Laporan rekapitulasi klien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk lembaga milik pemerintah/pemerintah daerah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) dikirimkan langsung kepada BNN. (7) Format laporan rekapitulasi klien terdapat dalam lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Kepala ini. Pasal 19 (1) Laporan keuangan terkait dukungan pembiayaan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat huruf b dilaksanakan secara berkala yang diatur lebih lanjut dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Kepala ini. (2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikirimkan kepada BNN. BAB IV MONITORING DAN EVALUASI Pasal 20 BNN, BNN Provinsi, dan BNN Kabupaten/Kota melakukan monitoring dan evaluasi secara berjenjang terhadap program dan kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi.

13 13 Pasal 21 Monitoring dan evaluasi peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi meliputi: a. pemantauan pelaksanaan rehabilitasi; b. pengumpulan data rekapitulasi klien; c. identifikasi dan inventarisasi permasalahan teknis maupun administratif; d. identifikasi dan inventarisasi solusi masalah yang dapat dilakukan; dan e. evaluasi pelaksanaan upaya peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi. Pasal 22 Dalam melakukan monitoring dan evaluasi, BNN, BNN Provinsi, dan BNN Kabupaten/Kota harus berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah atau Pemilik lembaga terkait sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Pasal 23 Pelaksanaan monitoring dan evaluasi peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Kepala ini. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 24 Pembiayaan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi yang diberikan oleh Badan Narkotika Nasional dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 25 (1) Dukungan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat dapat diwujudkan dalam bentuk antara lain: a. pembiayaan rehabilitasi rawat inap; b. pembiayaan rehabilitasi rawat jalan; c. pembiayaan program pendampingan; d. pembiayaan program pengembangan diri; e. pembiayaan terapi kelompok; dan

14 14 f. pembiayaan kelompok dukungan keluarga (family support group). (2) Pembiayaan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud ayat (1) hanya dapat diberikan pada klien yang belum memperoleh pembiayaan dari pihak lain, kecuali dilakukan pada periode perawatan yang berbeda. (3) Besaran dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud ayat (1) mengacu pada Satuan Biaya Khusus dan/atau Satuan Biaya Masukan yang berlaku pada tahun berjalan yang disahkan oleh Menteri Keuangan atau pola tarif yang disahkan oleh pemilik/ ketua lembaga. (4) Rincian besaran dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini. (5) Pembiayaan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara swakelola berdasarkan peraturan perundang-undangan. (6) Pembiayaan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan melalui mekanisme sebagaimana tercantum dalam lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini. (7) Dalam hal dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak memenuhi pola tarif resmi lembaga rehabilitasi yang memperoleh dukungan peningkatan kemampuan dari BNN, maka lembaga tersebut dapat membebankan selisih pembiayaan pada pasien dan/atau keluarganya. (8) Dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk pembiayaan apabila klien membutuhkan rujukan pada lembaga lain terkait dengan komplikasi fisik dan/atau komplikasi kejiwaannya. BAB VI LAIN-LAIN Pasal 26 Lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang memberikan layanan rehabilitasi dan belum memenuhi persyaratan legalitas formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diberikan jangka waktu paling lama satu tahun untuk mengurus persyaratan tersebut dalam tahun anggaran berjalan.

15 15 BAB VII PENUTUP Pasal 27 Peraturan Kepala BNN ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala ini dengan penempatan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan dijakarta pada tanggal 31 Maret 2015 KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, ANANG ISKANDAR Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Mei 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY

16 16 LAMPIAN I PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT FORMAT LAPORAN REKAPITULASI KLIEN REHABILITASI LAPORAN KEPADA BNN / BNNP / BNN KAB/KOTAA REKAPITULASI DATA KLIEN YANG DILAYANI BULAN LEMBAGA.. NO. IDENTITAS KLIEN (INISIAL / NO ID / RM) JENIS KELAMIN L P USIA JENIS ZAT PEMAKAIAN ZAT 1 TAHUN TERAKHIR CARA PAKAI KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, ANANG ISKANDAR

17 17 LAMPIAN II PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT LAPORAN TERKAIT DUKUNGAN PEMBIAYAAN REHABILITASI 1. Lembaga rehabilitasi yang menerima dukungan wajib mengirimkan laporan kegiatan secara periodik setiap bulan yang dilampiri bukti pertanggungjawaban keuangan atas penerimaan dukungan kepada Direktorat terkait. 2. Laporan pada bulan berjalan selambat-lambatnya diterima pada minggu pertama bulan berikutnya (contoh: layanan bulan April diterima pada minggu pertama bulan Mei). 3. Laporan lengkap (bukti pertanggungjawaban) dikirim ke BNN dengan alamat Deputi Bidang Rehabilitasi U.P. Direktorat Terkait, lantai 4 gedung Badan Narkotika Nasional, Jl. MT. Haryono No 11 Cawang, Jakarta Timur, Kode Pos Laporan rekapitulasi klien juga ditembuskan ke BNNP/BNNK/Kota dan dinas terkait pada wilayah masing-masing. 5. Apabila batas waktu penyampaian laporan berakhir (akhir tahun), lembagatidak dapat mengajukan klaim atas layanan rehabilitasi yang telah dilaksanakan. 6. Regulasi frekuensi laporan pada lembaga rehabilitasi milik pemerintah: a. Pelaporan mingguan: merupakan data klien yang mendapat layanan rehabilitasi dalam kurun waktu satu minggu. Dikirim setiap Kamis. b. Pelaporan bulanan: merupakan laporan kegiatan layanan yang dilakukan selama satu bulan sebagai hasil pencatatan dan pengolahan data klien selama satu bulan. Dikirim setiap tanggal 30. c. Pelaporan tiga bulanan

18 18 d. Pelaporan tahunan. Dikirim pada tanggal 20 bulan Desember tahun berjalan. 7. Regulasi frekuensi laporan pada lembaga rehabilitasi milik masyarakat: a. Laporan bulanan: berisi rekapitulasi klien. b. Laporan dikirimkan ke Kepala BNNKab/Kota, ditembuskan ke Kepala BNNP dan Deputi Rehabilitasi BNN. c. Laporan tahunan: berisi ringkasan program dan kegiatan layanan, rekapitulasi klien, dan beberapa foto kegiatan yang dikirim ke Deputi Rehabilitasi BNN melalui Direktur Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat. 8. Regulasi frekuensi laporan pada layanan pascarehabilitasi: a. Laporan bulanan: berisi rekapitulasi klien, kegiatan dan dokumentasi layanan. Laporan dikirimkan ke Deputi Rehabilitasi BNN melalui Direktur Pascarehabilitasi, untuk layanan di Rumah Damping dan Pascarehabilitasi Bapas ditembuskan ke Kepala BNNP/BNNK/Kab. b. Laporan tahunan: berisi ringkasan program layanan, rekapitulasi klien, dan beberapa foto kegiatan dikirim ke Deputi Rehabilitasi BNN melalui Direktur Pascarehabilitasi. KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, ANANG ISKANDAR

19 19 LAMPIAN III PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI 1. Kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi dan penyelenggara pascarehabilitasidilaksanakan secara berkala. Bentuk kegiatan monitoring dan evaluasi berupa : a. kunjungan lapangan; b. monitoring dilakukan terhadap penyelenggaraan rehabilitasi; dan c. evaluasi terhadap pemanfaatan dukungan penguatan yang diberikan kepada penyelenggara rehabilitasi untuk mengetahui ketepatan sasaran selama menjalankan program rehabilitasi dan/atau program pascarehabilitasi. 2. Selain monitoring dan evaluasi tersebut, juga dilakukan pengawasan oleh BNN dan berkoordinasi dengan Kementerian, Kantor Wilayah dan Dinas terkait. Bentuk pengawasan yang dilakukan berupa: a. Pengawasan internal yang dilaksanakan oleh tim verifikator yang bertanggung jawab melakukan verifikasi atas pemberian peningkatan kemampuan pada lembaga rehabilitasi b. Pengawasan eksternal dilakukan oleh BNN secara berkala. KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, ANANG ISKANDAR

20 20 LAMPIAN IV PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT RINCIAN BESARAN DUKUNGAN PEMBIAYAAN LAYANAN REHABILITASI DAN PASCAREHABILITASI 1. DUKUNGAN PEMBIAYAAN REHABILITASI RAWAT INAP 1.1. Milik Instansi Pemerintah Berbasis Rehabilitasi Medis dan Sosial Lama perawatan yang dapat ditagihkan pada layanan ini adalah maksimum 3 (tiga) bulan rawatan. Tindakan / Kegiatan A.Tim Asesmen Terpadu (TAT) Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 1) Biaya asesmen (maksimal 6 orang) 6 x Rp = Rp ,- 2) Transport petugas asesmen per orang 6 x Rp = Rp ,- (maksimal 6 orang) 3) Transport lokal pengantaran tersangka ke TAT (per orang) Rp ,- 4) Transport Pengantaran ke lembaga rehabilitasi (per orang) Rp ,- 5) Terapi simtomatik (per orang) Rp ,- 6) Pemeriksaan urin dengan rapid test (per orang) Rp ,- 7) Biaya verifikasi (per orang) Rp ,- 8) Honor petugas administrasi (orang/bulan) Rp ,- 9) Pertemuan Pembahasan Kasus (per bulan) Rp ,- 10) ATK (per bulan) Rp ,- 11) Honor ketua tim (per bulan) Rp ,-

21 21 B.Rehabilitasi Proses Hukum 1. Berbasis pelayanan rumah sakit maksimal sebesar Rp ,- (selama 3 bulan) dengan rincian: a. Asesmen maksimal 2 kali b. Paket rawat inap kelas 3 (tiga) sesuai pola tarif rumah sakit (maksimal Rp ) 2 x Rp = Rp ,- Rp ,- c. Obat-obatan maksimal Rp ,- d. Pemeriksaan urin dengan rapid test maksimal 3 kali e. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain (maksimal Rp Rp , ) 3 x Rp = Rp ,- 2. Berbasis panti dalam satu periode perawatan (selama 3 bulan) sebesar Rp ,- dengan rincian per bulan: a. Pemeliharaanfisik sebesar Rp ,- terdiri dari: 1) Permakanan 3 x Rp ,00 x 30 hr & snack Rp ,- 2) Pemeriksaan urin dengan rapid test Rp ,- 3) Pembelian sabun mandi, pasta gigi, shampoo, sabun cuci, Rp ,- pembalut, handuk 4) Transport Rujukan ke RS/Puskesmas Rp ,- 5) Pakaian (pakaian harian, pak. dalam, perlengkapan ibadah, Rp ,- handuk, sandal) b. Biaya rehabilitasi sosial sebesar Rp ,- terdiri dari: 1) Honor Tim Asesmen rehabilitasi social Rp ,- 2) Honor Konseling Rp ,- 3) Pembahasan Kasus (1 kali seminggu) Rp ,- 4) Case Record (dilaksanakan setiap hari) Rp ,- 5) Honor Terapi psikososial (4 kali seminggu) Rp ,- 6) Terapi kelompok (4 kali seminggu) Rp ,- 7) Pengisian waktu luang (musik/rekreasi) Rp ,- 8) Home visit, kunjungan peksos ke tempat tinggal klien (1 kali sebulan) Rp ,-

22 22 9) Honor pembimbing fisik (olah raga, dll) setiap hari Rp ,- 10) Honor pembimbing mental/rohani (bimbingan keagamaan, ceramah) setiap Rp ,- hari 11) Honor pembimbing vokasional Rp ,- 12) ATK Rp ,- 13) Bahan keterampilan Rp , Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi Medis Biaya yang dapat diklaim maksimum sebesar Rp yang terdiri dari beberapa tindakan antara lain: 1. Asesmen 2. Konseling 3. Pemeriksaan kesehatan 4. Obat-obatan 5. Kamar perawatan 6. Penggandaan dan penjilidan Besaran biaya disesuaikan dengan pola tarif resmi Rumah Sakit/Klinik Swasta fasilitas pelayanan kesehatan tersebut untuk kelas terendah yang melakukan klaim. Lamanya perawatan disesuaikan dengan rencana terapi berdasarkan hasil asesmen Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi Sosial Lama perawatan rehabilitasi rawat inap yang dapat ditagihkan adalah maksimum 3 (tiga) bulan rawatan. Tindakan / Kegiatan Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 1) Asesmen 1 kali x Rp = Rp ) Konseling 4 kali x Rp = Rp

23 23 3) Pemeriksaan kesehatan 1 paket x Rp = Rp ) Kamar perawatan (1 bulan) Rp ) Penggandaan dan penjilidan Rp JUMLAH Rp Lembaga Milik Pemerintah Yang Difungsikan Sebagai Tempat Rehabilitasi Sosial Lama perawatan yang dapat ditagihkan pada layanan ini adalah maksimum 3 (tiga) bulan rawatan. A. Lembaga Pemasyarakatan / Rumah Tahanan Tindakan / Kegiatan a. MPE (Medical, Physical Evaluation) 1) Obat-obatan simtomatik Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 1 x Rp = Rp ,- 2) Pemeriksaan Kesehatan 1 x Rp = Rp ,- 3) Konseling Individu 1 x Rp = Rp ,- 4) KIE 1 x Rp = Rp ,- 5) Pembahasan Kasus 1 x Rp = Rp ,- b. Primary : 1) Konseling Individu 4 x Rp = Rp ,- 2) Konseling Kelompok 4 x Rp = Rp ,- 3) Seminar 4 x Rp = Rp ,- 4) Terapi Kelompok 4 x Rp = Rp ,- 5) Terapi Keluarga 2 x Rp = Rp ,-

24 24 6) SNA (Saturday Night Activity) 6 x Rp = Rp ,- 7) Spiritualitas 6 x Rp = Rp ,- c. Re-Entry : 1) Vokasional 2 x Rp = Rp ,- 2) Seminar Pencegahan Kekambuhan (Relaps Prevention) 3) Terapi Keluarga/FSG (Family Support Group) 2 x Rp = Rp ,- 1 x Rp = Rp ,- 4) SNA (Saturday Night Activity) 2 x Rp = Rp ,- 5) Rujukan 2 x Rp = Rp ,- d. Rujukan 2 x Rp = Rp ,- e. Snack 90 x Rp = Rp ,- B. Sekolah Polisi Negara / Resimen Induk Infantri Komando Daerah Militer atau Lembaga Pendidikan TNI lainnya Tindakan / Kegiatan 1) Makan untuk 3 Rp ) Asesmen Lanjutan (awal & akhir program) maksimal 2 kali 3) Pemeriksaan urin narkoba maksimal 2 kali 4) Pemeriksaan Kesehatan maksimal 3 kali 5) Kaos dan perlengkapan pribadi klien 6) Obat-obat simtomatik Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 90 x Rp = Rp ,- 2 x Rp = Rp ,- 2 x Rp =Rp ,- 3 x Rp = Rp ,- Rp ,- 3 x Rp = Rp ,-

25 25 7) Program Rehabilitasi MPE (Medical, Physical Evaluation) a) Konseling Individu maksimal 2 kali b) Konseling Kelompok maksimal 1 kali c) KIE Kesehatan maksimal 1 kali d) Pembahasan Kasus maksimal 1 kali e) Bimbingan Rohani maksimal 1 kali Program Inti a) Konseling Individu maksimal 4 kali b) Konseling Kelompok maksimal 4 kali c) Edukasi/Seminar maksimal 4 kali d) Terapi Kelompok maksimal 4 kali e) Terapi Keluarga/FSG (Family Support Group) maksimal 1 kali f) SNA (Saturday Night Activity) maksimal 4 kali g) Rekreasional maksimal 1 kali h) Bimbingan Rohani maksimal 1 kali Persiapan pasca rehabilitasi selama 2 minggu a) Vokasional maksimal 2 kali b) Seminar Pencegahan Kekambuhan maksimal 2 kali 2 x Rp = Rp ,- 2 x Rp = Rp ,- 2 x Rp = Rp ,- 1 x Rp = Rp ,- 1 x Rp = Rp ,- 4 x Rp = Rp ,- 4 x Rp = Rp ,- 4 x Rp = Rp ,- 4 x Rp = Rp ,- 1 x Rp = Rp ,- 4 x Rp = Rp ,- 1 x Rp = Rp ,- 1 x Rp = Rp ,- 2 x Rp = Rp ,- 2 x Rp = Rp ,-

26 26 c) Terapi Keluarga/FSG (Family Support Group) maksimal 1 kali d) SNA (Saturday Night Activity) e) Bimbingan Rohani 8) Rujukan a) Rujukan Penyakit Penyerta maksimal 1 kali b) Rujukan mengantar ke BNNP (dikembalikan ke Dayamas) atau Pasca Rehabilitasi melalui BNNP (rawat inap/ rawat jalan) jika selesai program maksimal 1 kali 1 x Rp = Rp ,- 1 x Rp = Rp ,- 1 x Rp = Rp ,- 1 x Rp = Rp ,- 2. DUKUNGAN PEMBIAYAAN RAWAT JALAN 2.1. Milik Instansi Pemerintah Berbasis Rehabilitasi Medis Lama perawatan yang dapat ditagihkan pada layanan ini adalah maksimum 12 (dua belas) kali pertemuan. 1 x Rp = Rp ,- Tindakan / Kegiatan Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 1) Pemeriksaan kesehatan 1kali x Rp = Rp ,- 2) Asesmen 1 kalix Rp =Rp ,- 3) Konseling 8 kali x Rp =Rp ,- 4) Terapi Kelompok 2 kalix Rp = Rp ,- 5) Pemeriksaan urin (rapid test) 2 kali x Rp = Rp ,- 6) Transport Rujukan Rp ,- 7) ATK Rp ,-

27 Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi Medis Biaya yang dapat diklaim maksimum sebesar Rp yang terdiri dari beberapa tindakan antara lain : 1) Asesmen 2) Konseling 3) Obat-obatan 4) Pemeriksaan Kesehatan 5) Penggandaan dan penjilidan Besaran biaya disesuaikan dengan pola tarif resmi Rumah Sakit/Klinik Swasta fasilitas pelayanan kesehatan tersebut yang melakukan klaim. Lamanya perawatan disesuaikan dengan rencana terapi berdasarkan hasil asesmen Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi Sosial Lama perawatan yang dapat ditagihkan pada layanan ini adalah maksimum 10 (sepuluh) kali pertemuan. Tindakan / Kegiatan Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 1) Assesmen 1 kali x Rp = Rp ) Konseling 8 kali x Rp = Rp ) Pemeriksaan kesehatan 1 paket x Rp = Rp ) Penggandaan dan penjilidan Rp Jumlah Rp DUKUNGAN PEMBIAYAAN PASCAREHABILITASI 3.1. Layanan Pendampingan Tindakan / Kegiatan A. Penerimaan a.pemeriksaan urin (rapid test) Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 1 kl x = Rp

28 28 b. Rekam medis 1 pkt x = Rp B. Dukungan Operasional 1) Honor operasional a. PJ. Program b. Petugas Administrasi c. Pendamping d. Juru masak 2) Belanja Bahan a. Bahan makanan b. Obat-obatan c. Sertifikat d. Bahan Op.Rumah Tangga e. Bahan Pelatihan Vokasional 3) Belanja Barang Persediaan lainnya a. Pemeriksaan Urin dengan rapid test b. Komp.Supplies 4) Belanja Perjalanan Dinas Transport lokal kepulangan Residen 5) Belanja Jasa Profesi a. Instruktur b. Rujukan/konsultasi 1 org x 1 bln x = Rp org x 1 bln x = Rp org x 1 bln x = Rp org x 1 bln x = Rp org x 50hr x = Rp pkt x = Rp org x = Rp pkt x = Rp pkt x = Rp kl x = Rp pkt x = Rp org x = Rp org x 1 kl x = Rp kl x = Rp

29 Layanan Bimbingan Kelompok, Pengembangan Diri dan Terapi Keluarga di BNNP/BNNK/Kab atau Balai Pemasyarakatan (Bapas) Penerimaan Tindakan / Kegiatan Alokasi Tindakan & Besaran Biaya Rekam medis 1 org x = Rp Dukungan Operasional 1) Honor operasional a. PJ. Program b. Pendamping 1 org x 1 bln x = Rp org x 1 bln x = Rp ) Belanja Bahan a. Sertifikat 3) Belanja Barang Persediaan Lainnya a. Pemeriksaan urin dengan rapidtest 1 org x = Rp kl x = Rp ) Belanja Jasa Profesi a. Instruktur b. Rujukan/konsultasi 1 org x 1 kl x = Rp kl x = Rp ) Kegiatan a. Grup terapi Konsumsi Transport peserta Honor fasilitator Transport fasilitator 1 org x = Rp org x = Rp org x 1jam x = Rp kl x = Rp b. Seminar Pengembangan diri

30 30 Konsumsi Transport peserta Honor fasilitator Transport fasilitator c. Family Support Group (FSG) Konsumsi Transport peserta Honor fasilitator Transport fasilitator 1 org x = Rp org x = Rp org x 1jam x = Rp kl x = Rp org x = Rp org x = Rp org x 1 jam x = Rp kl x = Rp KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, ANANG ISKANDAR

31 31 LAMPIAN V PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT MEKANISME PEMBIAYAAN DUKUNGAN REHABILITASI DAN PASCAREHABILITASI 1. Penagihan dapat diajukan setiap bulan kepada masing-masing Direktorat dengan batas waktu klaim terakhir bulan Desember tahun berjalan. 2. Lembaga rehabilitasi milikpemerintah dan lembaga lainmilikpemerintah yang difungsikan sebagai tempatrehabilitasi sosial, pengiriman kelengkapan administrasi dan berkas tagihan ditujukan kepada Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah (Dit. PLRIP). 3. Lembaga rehabilitasi milik masyarakat dan swasta,pengiriman kelengkapan administrasi dan berkas tagihan ditujukan kepada Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat (Dit. PLRKM). 4. Lembaga penyelenggara pascarehabilitasi,pengiriman kelengkapan administrasi dan berkas tagihan ditujukan kepada Direktorat Pascarehabilitasi (Dit. Pascarehabilitasi). 5. Penagihanakan dibayarkan jika administrasi penagihan yang diajukan telah di verifikasi oleh Tim Verifikator. 6. Tim verifikator melampirkan surat hasil verifikasi yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen. 7. Pembayaran tagihan akan dilakukan oleh : a. Bendahara pengeluaran pembantu (BPP) Dit. PLRIP untuk lembaga rehabilitasi milik pemerintah dan lembaga lain milik pemerintah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial melalui transfer ke rekening atas nama Tim Asesmen Rehabilitasi atau bendahara penyelenggara rehabilitasi.

32 32 b. Bendahara pengeluaran pembantu (BPP) Dit. PLRKM untuk lembaga komponen masyarakat dan swasta melalui transfer ke rekening atas nama lembaga rehabilitasi yang bersangkutan. c. Bendahara pengeluaran pembantu (BPP) Dit. Pascarehabilitasi untuk lembaga penyelenggara pascarehabilitasi melalui transfer ke rekening atas nama lembaga penyelenggara pascarehabilitasi yang bersangkutan. 8. Bukti pembayaran penagihan (SP2D/copy transfer) yang telah dibayarkan akan dikirimkan oleh Direktorat terkait kepada penyelenggara rehabilitasi dan pascarehabilitasi melalui fax atau Alur Pembiayaan: Penyelenggara rehabilitasi Kelengkapan administrasi Ditujukan ke Deputi Bidang Rehabilitasi U.P. Direktorat terkait* setiap awal bulan thn berjalan Verifikasi oleh tim verifikator Proses Pembayaran oleh Bendahara Direktorat Terkait* ditujukan ke rekening bank instansi/lembaga/ penyelenggara pascarehabilitasi Persetujuan pembayaran oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan di ketahui oleh Direktur Direktorat Terkait 8. Dokumen Administrasi sesuai dengan Lampiran II mengenai Laporan Terkait Dukungan Pembiayaan Rehabilitasi. 9. Berkas Pertanggungjawaban untuk Lembaga Milik Pemerintah a. Layanan berbasis rehabilitasi rawat jalan 1) Asli surat permohonan pengajuan penagihan. 2) Rekapitulasi rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan. 3) Halaman depan rekening Tim Asesmen Rehabilitasi; 4) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan dan melampirkan bukti rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan:

33 33 a) asesmen; b) konseling; c) terapi kelompok meliputi psikososial, vokasional, olah raga, bimbingan rohani, FSG, dll; d) ATK; e) penggandaan berkas atau laporan; f) pemeriksaan medis (bila ada); g) transport rujukan (bila ada); h) pembelian alat tes urin narkoba; 5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. b. Layanan berbasis rehabilitasi rawat inap dalam proses hukum 1) Asli surat permohonan pengajuan penagihan. 2) Rekapitulasi rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan. 3) Halaman depan rekening Tim Asesmen Rehabilitasi. 4) Satu lembar Kwitansi yang menyebutkan dan melampirkan bukti rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) ATK; c) bahan keterampilan; d) konseling; e) terapi kelompok meliputi psikososial, vokasional, olah raga, bimbingan rohani, FSG dll; f) pemeriksaan kesehatan; g) fotokopi resep; h) rapid test urin narkoba; i) pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain; j) transport rujukan (jika ada); k) UPK (kebutuhan pribadi residen sehari-hari meliputi handuk, toilet kit, dll); dan l) Case conference (pembahasan kasus).

34 34 5) Kamar Perawatan (kelas yang paling rendah): satu lembar Kwitansi yang menjelaskan jumlah hari periode perawatan dan harga satuan kamar perawatan/hari (jika dilaksanakan di Rumah Sakit). 6) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. c. Layanan berbasis rehabilitasi rawat inap di SPN/Rindam 1) Asli surat permohonan pengajuan penagihan. 2) Rekapitulasi rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan 3) Halaman depan rekening Tim Asesmen Rehabilitasi. 4) Satu lembar Kwitansi yang menyebutkan dan melampirkan bukti rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) biaya makan dan snack; c) bahan keterampilan; d) konseling; e) terapi kelompok meliputi psikososial, vokasional, olah raga, bimbingan rohani, FSG; f) pemeriksaan kesehatan; g) fotocopy resep; h) rapid test urin narkoba; i) pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain; j) transport rujukan (jika ada); k) UPK (kebutuhan pribadi residen sehari-hari meliputi handuk, toilet kit, dll); dan l) case conference (pembahasan kasus). 5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. d. Layanan berbasis rehabilitasi rawat inap di Lapas/Rutan 1) Asli surat permohonan pengajuan penagihan. 2) Rekapitulasi rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan. 3) Halaman depan rekening Tim Asesmen Rehabilitasi.

35 35 4) Satu lembar Kwitansi yang menyebutkan dan melampirkan bukti rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) snack; c) bahan keterampilan; d) konseling; e) seminar kekambuhan; f) terapi kelompok meliputi psikososial, vokasional, olah raga, bimbingan rohani, FSG dll; g) pemeriksaan kesehatan; h) fotocopy resep; i) rapid test urin narkoba; j) pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain; k) transport rujukan (jika ada); l) UPK (kebutuhan pribadi residen sehari-hari meliputi handuk, toilet kit, dll); dan m) case conference (pembahasan kasus). 5) Surat PernyataanTanggung Jawab Mutlak. 12. Berkas Pertanggungjawaban untuk Lembaga Rehabilitasi Milik Masyarakat / Swasta a. Berbasis Rehabilitasi Medis Rawat Inap: 1) Surat Permohonan pengajuan tagihan 2) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) konseling; c) pemeriksaan kesehatan (termasuk tes urine jika di perlukan); d) obat-obatan; dan e) kamar perawatan 3) Lampiran atas kwitansi yang distempel Rumah Sakit/Klinik Swasta: a) fotokopiresume asesmen; b) fotokopi resume hasil konseling per pertemuan; c) fotokopi lembar pemeriksaan kesehatan dan resume hasil pemeriksaan kesehatan; dan d) fotokopi resep obat dan rincian pembelian obat

36 36 4) Kwitansi tanda terima biaya penggandaan dan penjilidan, disertai satu lembar faktur/nota fotokopi/penggandaan dan penjilidan berkas administasi pertanggung jawaban keuangan atau laporan. 5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. b. Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi SosialRawat Inap: 1) Surat permohonan pengajuan tagihan 2) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) konseling; c) pemeriksaan kesehatan (termasuk tes urine jika diperlukan); d) kamar perawatan; dan e) penggandaan dan penjilidan. 3) Lampiran atas kwitansi yang di stempel lembaga: a) fotokopi resume asesmen; b) fotokopi resume hasil konseling per pertemuan;dan c) fotokopi lembar pemeriksaan kesehatan danresume hasil pemeriksaan kesehatan; 4) Faktur/nota fotokopi/penggandaan dan penjilidan berkas administasi pertanggungjawaban keuangan atau laporan. 5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. c. Milik Masyarakat /Swasta Berbasis Rehabilitasi Medis Rawat Jalan : 1) Surat permohonan pengajuan tagihan 2) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) konseling; c) obat-obatan;dan d) pemeriksaan kesehatan (termasuk tes urine jika diperlukan); 3) Lampiran atas kwitansi yang di stempel Rumah Sakit/Klinik Swasta: a) fotocopy resume asesmen; b) fotocopy resume hasil konseling per pertemuan; c) fotocopy resep obat dan rincian pembelian obat; dan

37 37 d) fotocopy lembar pemeriksaan kesehatandan hasil pemeriksaan kesehatan; 4) Kwitansi tanda terima biaya penggandaan dan penjilidan, disertai satu lembar faktur/nota fotokopi/penggandaan dan penjilidan berkas administasi pertanggung jawaban keuangan atau laporan. 5) Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. d. Milik Masyarakat/Swasta Berbasis Rehabilitasi Sosial Rawat Jalan : 1) Surat permohonan pengajuan penagihan 2) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) konseling; c) pemeriksaan kesehatan (termasuk tes urine jika diperlukan)dan; d) penggandaan dan penjilidan 3) Lampiran atas kwitansi yang di stempel lembaga: a) fotokopiresume asesmen; b) fotokopiresume hasil konselingper pertemuan;dan c) fotokopilembar pemeriksaan kesehatandan resume hasil pemeriksaan kesehatan; 4) Faktur/nota fotokopi/penggandaan dan penjilidan berkas administasi pertanggung jawaban keuangan atau laporan. 5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. 13. Berkas Pertanggungjawaban untuk Penyelenggara Pascarehabilitasi a. Layanan Pascarehabilitasi Rumah Damping 1) Faktur/nota bahan makanan per tahap (diatas 1 juta, menggunakan materai sesuai ketentuan berlaku); 2) Faktur/nota bahan operasional per tahap (diatas 1 juta, menggunakan materai sesuai ketentuan berlaku); 3) Faktur/nota bahan pelatihan vokasional, bahan pendukung operasional kegiatan; 4) Nominatif honor pendamping; 5) Nominatif honor instruktur pelatihan layanan Pascarehabilitasi;

FORMAT LAPORAN REKAPITULASI KLIEN REHABILITASI LAPORAN KEPADA BNN / BNNP / BNN KAB/KOTA REKAPITULASI DATA KLIEN YANG DILAYANI BULAN LEMBAGA..

FORMAT LAPORAN REKAPITULASI KLIEN REHABILITASI LAPORAN KEPADA BNN / BNNP / BNN KAB/KOTA REKAPITULASI DATA KLIEN YANG DILAYANI BULAN LEMBAGA.. BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 4 TAHUN 2015 TANGGAL 31 MARET 2015 FORMAT LAPORAN REKAPITULASI KLIEN REHABILITASI LAPORAN KEPADA BNN / BNNP / BNN KAB/KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN LEMBAGA REHABILITASI SOSIAL BAGI PECANDU DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2 No.219, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN

Lebih terperinci

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2 No.1438, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan No.1942, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Standar Pelayanan Rehabilitasi. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN REHABILTASI BAGI

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.970, 2017 KEMENKUMHAM. Layanan Rehabilitasi Narkotika. Tahanan dan WBP. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.844, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Rehabilitasi. Penyalahgunaan. Pencandu. Narkotika. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.749, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Wajib Lapor. Pecandu Narkotika. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.465, 2014 PERATURAN BERSAMA. Penanganan. Pencandu. Penyalahgunaan. Narkotika. Lembaga Rehabilitasi. PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI

Lebih terperinci

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rehabilitasi Medis. Penyalahgunaan Narkotika. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2415/MENKES/PER/XII/2011 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN REHABILITASI SOSIAL PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Lebih terperinci

2012, No.1156

2012, No.1156 5 2012, No.1156 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN REHABILITASI MEDIS BAGI PECANDU, PENYALAHGUNA, DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA ATAU TERDAKWA PENYALAH GUNA, KORBAN PENYALAHGUNAAN, DAN PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.844, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Rehabilitasi. Penyalahgunaan. Pencandu. Narkotika. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

17. Keputusan Menteri...

17. Keputusan Menteri... Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.749 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA TATA CARA PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega No.303, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pelayanan. Lembaga Rehabilitasi Narkoba. Komponen Masyarakat. Pelaksanaan. Penelitian. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN BAHAN ADIKTIF

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PELAYANAN LEMBAGA REHABILITASI NARKOTIKA KOMPONEN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

2 Pecandu Narkotika dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 80 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu, Penyalahg

2 Pecandu Narkotika dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 80 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu, Penyalahg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1146, 2015 KEMENKES. Pecandu. Penyalahguna. Korban. Rehabilitasi Medis. Wajib Lapor. Petunjuk Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 2009 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 2009 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 2009 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN ANGGARAN BELANJA (RKAB) BNNK TANGERANG ALOKASI APBD TA. 2019

RENCANA KEGIATAN ANGGARAN BELANJA (RKAB) BNNK TANGERANG ALOKASI APBD TA. 2019 RENCANA KEGIATAN ANGGARAN BELANJA (RKAB) BNNK TANGERANG ALOKASI APBD TA. 209 KODE 066.0.0 3237.347.76.000,00 I KESEKTARIATAN 285.766.000,00 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR LEMBAGA REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :, a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.103, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Standar. Lembaga. Rehabilitasi Sosial. Narkotika. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR LEMBAGA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG REHABILITASI NARKOTIKA KOMPONEN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG REHABILITASI NARKOTIKA KOMPONEN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG REHABILITASI NARKOTIKA KOMPONEN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang: a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.493, 2015 BNN. Provinsi. Kabupaten/Kota. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.252, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Rehabilitasi. Narkotika. Komponen. Masyarakat. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG REHABILITASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1501, 2016 KEMENKES. Terapi Buprenorfina. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TERAPI BUPRENORFINA

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI BNNK SLEMAN

STRUKTUR ORGANISASI BNNK SLEMAN STRUKTUR ORGANISASI BNNK SLEMAN KEPALA Drs. Kuntadi, M.Si KEPALA SUBBAGIAN UMUM Dra Giyarni Perencana, Program, dan Anggaran Wasisno, S. Kom Pengadministrasi Umum Andree Kusuma Bendahara Pengeluaran Kabul

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BERITA NEGARA. No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. No.135, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LOKA REHABILITASI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN REHABILITASI MEDIS BAGI PECANDU, PENYALAHGUNA, DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG SEDANG DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 40 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU DAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL r PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang :

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. c. bahwa Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu, Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Yang Dalam Pr

2 Mengingat : 1. c. bahwa Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu, Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Yang Dalam Pr BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1753, 2014 KEMENKES. Rehabilitasi Medis Narkotika. Pelaksanaan. Pentunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke No.912, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Instansi Vertikal. Pembentukan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL YANG DAPAT DIDUDUKI OLEH PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

Kebijakan dan Program Kerja Deputi Rehabilitasi

Kebijakan dan Program Kerja Deputi Rehabilitasi Kebijakan dan Program Kerja Deputi Rehabilitasi Sasaran Stragetis Meningkatnya upaya pemulihan pecandu narkotika melalui layanan yang komprehensif dan berkesinambungan Jumlah fasilitas yang telah memenuhi

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang S

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang S No.923, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Standar Nasional Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 56 / HUK / 2009 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 56 / HUK / 2009 TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 56 / HUK / 2009 TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1961, 2015 KEJAGUNG. Lembaga Rehabilitasi. Pecandu. Korban. Narkoba. Penanganan. Juknis. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER- 029/A/JA/12/2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 207, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Jabatan Struktural Dan Fungsional. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2015 KEMENAKER. Izin Usaha. Pelatihan Kerja. Pelayanan Satu Pintu. BKPM. Standar Operasional Prosedur. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERBITAN

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1103, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Terapi. Rumatan Metadona. Program. Pedoman. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2013 enkes/tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 411, 2014 KEMENSOS. Sosial. Lembaga Kesejahteraan Sosial. Lanjut Usia. Asistensi. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG ASISTENSI

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2015 PIDANA. Diversi. Anak. Belum Berumur 12 Tahun. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5732). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx Nama Lembaga : (1) Unit Kerja : (2) Program : (3) Sasaran Program (Outcome) : (4) Kegiatan : (5) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 69 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 69 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI LUAR JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN KONSINYERING DI KEMENTERIAN RISET DAN

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pe

2015, No Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.928, 2015 KEMENSOS. Rehabilitasi Sosial Anak. Hukum. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN REHABILITASI SOSIAL ANAK

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT)

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT) FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT) Nama Lembaga : (1) Unit Kerja : (2) Program : (3) Sasaran Program (Outcome) : (4) Kegiatan : (5) Indikator Kinerja Kegiatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H No.790, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Standar Habilitasi dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sesuai dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.723, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Hibah. Uang. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH LANGSUNG DALAM NEGERI

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL 2 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Instansi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1860, 2015 KEMENKES. Wisata Medis. Pelayanan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN WISATA MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 17 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51.A TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1238, 2015 KEMENKES. Pengguna Napza Suntik. Dampak. Pengurangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PENGURANGAN DAMPAK

Lebih terperinci

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg No.226, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Wajib Kerja Dokter Spesialis. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 No. 1653, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. PSRSKP NAPZA Satria Baturaden. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.706, 2013 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha No.712, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. LPK. Perizinan. Pendaftaran. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PERIZINAN

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 25 TAHUN 2011

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 25 TAHUN 2011 WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN DANA BANTUAN SOSIAL JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.185, 2014 KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DAN PENANGANAN ANAK YANG BELUM BERUMUR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT Kamis, 11 September 2014 10:28:28 Medan (SIB)- Badan Narkotika Nasional Provinsi melakukan tes urine terhadap pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Sumatera Utara di kantor perwakilan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DAN SARANA PRASARANA LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DAN SARANA PRASARANA LINGKUNGAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DAN SARANA PRASARANA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012 PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 17 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DAN PENANGANAN ANAK YANG BELUM BERUMUR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERMAKANAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Narkotik

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Narkotik No.1904, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Kerjasama. Pencabutan. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci