EKSTERNALITAS NEGATIF DARI PENCEMARAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG TERHADAP MASYARAKAT AKIBAT KEGIATAN INDUSTRI TANTRI NOVA SIANTURI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSTERNALITAS NEGATIF DARI PENCEMARAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG TERHADAP MASYARAKAT AKIBAT KEGIATAN INDUSTRI TANTRI NOVA SIANTURI"

Transkripsi

1 EKSTERNALITAS NEGATIF DARI PENCEMARAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG TERHADAP MASYARAKAT AKIBAT KEGIATAN INDUSTRI TANTRI NOVA SIANTURI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 RINGKASAN TANTRI NOVA SIANTURI. Eksternalitas Negatif dari Pencemaran Sungai Musi Palembang terhadap Masyarakat Akibat Kegiatan Industri. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI Pencemaran Sungai Musi menimbulkan eksternalitas berupa penurunan kualitas dan kuantitas air bersih, kehilangan keanekaragaman hayati, pencemaran udara, dan penurunan tingkat kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengkaji eksternalitas negatif dan kesediaan menerima dana kompensasi masyarakat melalui pendekatan ekonomi sumberdaya dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah : (1) mendeskripsikan eksternalitas negatif akibat pencemaran Sungai Musi karena kegiatan industri; (2) mengkaji peluang kesediaan masyarakat di sekitar Sungai Musi dalam menerima dana kompensasi akibat pencemaran industri; (3) menghitung besarnya nilai kesediaan menerima kompensasi (WTA) masyarakat akibat eksternalitas negatif yang ditimbulkan dari pencemaran Sungai Musi oleh aktivitas industri; (4) mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya nilai kompensasi masyarakat yang terkena dampak pencemaran industri sekitar kawasan Sungai Musi. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, Palembang. Pengambilan data dilakukan selama bulan Februari sampai Maret Eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif. Analisis mengenai nilai kompensasi (WTA) dilakukan menggunakan tahapan-tahapan dalam pendekatan CVM. Peluang kesediaan menerima WTA dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA akan dianalisis dengan regresi logistik dan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksternalitas negatif dari pencemaran Sungai Musi yang ditimbulkan akibat kegiatan industri di Palembang dirasakan oleh seluruh responden. Bentuk perubahan lingkungan yang paling dirasakan responden akibat eksternalitas negatif yaitu perubahan kualitas dan kuantitas air Sungai Musi, dimana kuantitas air kurang dan kualitas air buruk. Mayoritas responden bersedia menerima dana kompensasi sebagai ganti rugi atas pencemaran Sungai Musi akibat kegiatan industri. Besarnya nilai ratarata WTA yang diinginkan responden adalah Rp ,3 per bulan per rumahtangga, sedangkan nilai total WTA responden yaitu sebesar Rp ,00 per bulan. Nilai total WTA masyarakat diduga sebesar Rp. Rp ,00 per bulan. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap besarnya nilai WTA responden yaitu jarak tempat tinggal, biaya pengeluaran air bersih dan biaya kesehatan. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh negatif terhadap besarnya nilai WTA responden yaitu usia, pekerjaan wiraswasta, tingkat pendidikan dan pendapatan. ii

3 EKSTERNALITAS NEGATIF DARI PENCEMARAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG TERHADAP MASYARAKAT AKIBAT KEGIATAN INDUSTRI TANTRI NOVA SIANTURI H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 iii

4 Judul Skripsi : Eksternalitas Negatif Dari Pencemaran Sungai Musi - Palembang akibat kegiatan Industri Nama : Tantri Nova Sianturi NIM : H Disetujui, Pembimbing Dr.Ir.Eka Intan Kumala Putri, MS NIP Diketahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr.Ir.Aceng Hidayat, MT. NIP Tanggal Lulus : iv

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL EKSTERNALITAS NEGATIF DARI PENCEMARAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG TERHADAP MASYARAKAT AKIBAT KEGIATAN INDUSTRI BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH INI. Bogor, Mei 2012 TANTRI NOVA SIANTURI H i

6 UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orangtua tercinta yaitu Mama Rosaida br.sihombing dan Bapak Bangun Sianturi beserta ketujuh saudara saya, Tohom, Tiur, Thamrin, Tuti, Theresia, Triboy, dan si pudan Tora. Skripsi ini saya persembahkan untuk kalian. 2. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS. selaku dosen pembimbing, terimakasih atas arahan, dukungan, waktu, kesabaran, ilmu dan pengalaman yang sangat berharga yang telah diberikan. 3. Ir. Nindyantoro MSP selaku dosen penguji utama dan Bapak Rizal Bahtiar, SPi, MSi selaku dosen penguji wakil departemen, terimakasih atas saran untuk perbaikan skripsi ini. 4. Kantor Kesbang, BLH, Dinas kesehatan, BPS, Kelurahan, kepala RT/RW yang telah banyak membantu pengumpulan data dan informasi untuk skripsi ini. 5. Keluarga di Palembang dan Dedi Hasiholan Silaban yang telah membantu selama proses penelitian. Terimakasih atas bantuan dan kasih sayangnya. 6. Pihak Karya Salemba Empat, terimakasih atas ilmu, pengalaman dan beasiswa yang diberikan sebagai penunjang untuk perkuliahan di IPB. 7. Seluruh keluarga besar ESL 45, terkhusus Ria Siregar, Septi Sitorus, Dyah, Pebri Sagala. 8. Sahabat - sahabat (Noviaer s), Tika, Gina, Hera, Voni, Rani, Dian, Sarah, Angin, Ida, Patric, Peput, Kak Natal, dan keluargaku punguan GAMASINTAN v

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunianya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Eksternalitas Negatif dari Pencemaran Sungai Musi - Palembang akibat kegiatan Industri. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Skripsi ini dilatarbelakangi oleh penurunan kualitas Sungai Musi akibat kegiatan industri. Masyarakat merasakan eksternalitas negatif atas pencemaran ini sehingga perlu dilakukan analisis Willingness to Accept (WTA) dengan menggunakan pendekatan Contingen Valuation Method (CVM) untuk mengetahui ganti rugi yang diinginkan masyarakat. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr.Ir.Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masa yang akan datang. Bogor, Mei 2012 Penulis vi

8 DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN. RINGKASAN.. HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN. UCAPAN TERIMA KASIH... KATA PENGANTAR DAFTAR ISI.... DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN.... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Air Limbah Industri Eksternalitas Negatif Penelitian Terdahulu. 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis WTA Model Regresi Logistik Kerangka Operasional IV. METODE PENELITIAN Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pemilihan Responden Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Identifikasi Dampak Pencemaran Sungai Musi Analisis Kesediaan Menerima WTA 35 i ii iii iv v vi vii ix x xi vii

9 Analisis Nilai WTA Analisis Fungsi WTA Pengujian Parameter Regresi V. GAMBARAN UMUM Keadaan Umum Kota Palembang Kondisi Sungai Musi Karakteristik Responden Jenis Kelamin Usia Pendidikan Formal Pekerjaan Tingkat Pendapatan Jumlah Tanggungan Keluarga Lama Tinggal Jarak Tempat Tinggal dari Industri Kenyamanan Tempat Tinggal Jenis Penyakit Biaya Pengeluaran untuk Memperoleh Air Bersih Biaya Kesehatan. 55 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Pencemaran Sungai Musi Akibat Kegiatan Industri Analisis Kesediaan Menerima Responden Terhadap Dana Kompensasi Akibat Pencemaran Sungai Musi Analisis Willingness to Accept (WTA) Responden Terhadap dana Kompensasi Akibat Eksternalitas Negatif Pencemaran Sungai Musi Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTA Responden VII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran. 77 VIII. DAFTAR PUSTAKA. 78 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP 96 viii

10 DAFTAR TABEL No Halaman 1 Luas Wilayah dan Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kota Palembang Hubungan antara sumber limbah Dan karakteristiknya Matriks Metode Analisis Data Luas Daerah dan Pembagian Wilayah Administrasi Menurut Kecamatan di Kota Palembang Tahun Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Tenaga Kerja Menurut Kecamatan di Kota Palembang Tahun Nilai Observasi dan Harapan Terhadap Peluang Kesediaan Rumahtangga Hasil Logit Kesediaan Rumahtangga Menerima dana kompensasi pencemaran Sungai Musi 62 8 Distribusi WTA Rumahtangga di Sungai Musi Total WTA Rumahtangga Hasil Estimasi Model Regresi Linear Berganda Terhadap Besarnya Nilai WTA Rumahtangga ix

11 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1 Kurva Eksternalitas Negatif Gambaran Transformasi Logit, dengan Asumsi Peubah X Berskala Interval Diagram Alur Kerangka Berpikir Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Sebaran Responden Menurut Umur 49 6 Sebaran Responden Menurut Pendidikan Sebaran responden menurut jenis pekerjaan Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Sebaran Responden Menurut Lama Tinggal Sebaran Responden Menurut Jarak Tempat Tinggal dari Industri Terdekat Sebaran Responden Menurut Kenyamanan Tempat Tinggal Sebaran Responden Menurut Jenis Penyakit yang Sering Dialami Eksternalitas Negatif dari Pencemaran Sungai Musi Akibat Kegiatan Industri Persentase Dampak Perubahan Kuantitas dan Kualitas Air yang Dirasakan Responden Persentase Kesediaan Rumahtangga dalam Menerima Dana Kompensasi Rencana Alokasi Penggunaan Dana Kompensasi oleh Rumahtangga Sebaran Keinginan Bentuk Kompensasi Rumahtangga Selain Dana Dugaan Kurva Tawaran WTA Rumahtangga Scatterplot pada WTA Responden.. 68 x

12 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1 Status Mutu Air untuk Berbagai Sungai Penting di Indonesia tahun Hasil Pemeriksaan Laboratorium Sampel Air Badan Air Sungai Musi di Kota Palembang Daftar Kasus Dugaan Pencemaran Sepanjang Tahun Peta Lokasi Penelitian 84 5 Industri di Pinggiran Sungai Musi Hasil Model Regresi Logistik Dischotomous Choice Hasil Model Regresi Linear Berganda Kuesioner Penelitian Dokumentasi.. 95 xi

13 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang di hilir. Pencemaran di hulu sungai akan menimbulkan biaya sosial di hilir (extematily effect) dan pelestarian di hulu memberikan manfaat di hilir (Azwir, 2006). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan jumlah kebutuhan air baku bagi rumah tangga, permukiman, pertanian maupun industri semakin meningkat. Meskipun 2/3 dari luas bumi adalah air, namun tidak semua jenis air dapat digunakan secara langsung. Oleh karena itu persediaan air bersih yang terbatas dapat menimbulkan masalah yang cukup serius. Air bersih dibutuhkan oleh berbagai macam industri, memenuhi kebutuhan penduduk, irigasi, ternak, dan sebagainya. Jumlah penduduk yang meningkat juga mempengaruhi peningkatan jumlah industri untuk pemenuhan kebutuhan penduduk. Peningkatan jumlah penduduk dan industri akan berdampak semakin banyaknya sampah atau limbah yang dihasilkan. Hal ini akan berpengaruh pada daya tampung lingkungan. Daya tampung lingkungan yang terbatas menyebabkan terjadinya kelangkaan sumber daya alam, terjadinya pencemaran, dan timbulnya persaingan untuk mendapatkan sumber daya alam. Sungai Musi merupakan sumberdaya alam yang menjadi salah satu jalur utama perdagangan dan pemasok air terbesar bagi penduduk Sumatera Selatan. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi Palembang memanfaatkan 1

14 Sungai Musi sebagai sumber bahan baku air untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk. Tabel 1. Kepadatan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Menurut Kecamatan di Kota Palembang Tahun 2010 No Kecamatan Luas Jumlah Kepadatan Penduduk RumahTangga Penduduk 1 Ilir Barat II 6, ,80 2 Gandus 68, ,94 3 Seberang Ulu I 17, ,65 4 Kertapati 42, ,01 5 Seberang Ulu II 10, ,99 6 Plaju 15, ,97 7 Ilir Barat I 19, ,36 8 Bukit Kecil 9, ,43 9 Ilir Timur I 6, ,85 10 Kemuning 9, ,56 11 Ilir Timur II 25, ,74 12 Kalidoni 27, ,28 13 Sako 18, ,10 14 Sematang Borang 51, ,88 15 Sukarami 36, ,44 16 Alang-alang Lebar 34, ,64 Jumlah/Total 400, ,67 Sumber : BPS Kota Palembang, Angka Sensus Penduduk 2010 Indonesia memiliki sekitar sungai utama dan sekitar anak sungai dimana 600 sungai diantaranya berpotensi menimbulkan banjir. Panjang total sungai utama mencapai km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS). Kondisi sungai yang menurun kualitas maupun kuantitasnya dapat dilihat dari jumlah DAS kritisnya yang semakin bertambah, pada tahun 1984 tercatat sebanyak 22 DAS dalam kondisi kritis, kemudian bertambah menjadi 39 pada tahun 1992, pada tahun 1998 menjadi 59 DAS, dan 62 DAS pada tahun 2003 yang mencapai km 2 (Depkimpraswil 2003 dalam Murdiono 2008). Bahkan 2

15 pada tahun 2005 DAS yang mengalami kerusakan diperkirakan sudah mencapai 282 DAS (Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2005). Tingginya laju peningkatan DAS kritis tidak terlepas dari pengelolaan dari hulu hingga ke hilir. Data dampak ekonomi dari sanitasi di Asia Tenggara tahun 2008 menyatakan bahwa sekitar 70 persen sungai di Indonesia telah mengalami pencemaran. Beberapa sungai yang tercemar adalah Sungai Deli, Sungai Batanghari, Sungai Musi, Sungai Air Bengkulu, Sungai Ciliwung, Sungai Citarum, dan Sungai Brantas. 1 Beberapa sungai penting di Indonesia telah mengalami pencemaran dan tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Hal ini dapat dilihat pada status mutu air untuk berbagai sungai penting di Indonesia pada tahun 2004 yang menunjukkan bahwa Sungai Musi masuk dalam kategori tercemar ringan (Lampiran 1). Saat ini kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi semakin mengalami penurunan karena pengaruh banyaknya limbah industri yang dibuang langsung ke sungai. Pada daerah hulu Sungai Musi terjadi aktivitas konversi lahan hutan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit dan kuasa pertambangan yang membabat hutan lindung, tercatat dari sekitar 7,7 juta hektar DAS yang ada, hanya 800 hektar saja lahan yang masih dalam keadaan baik. Penyebab utamanya adalah alih fungsi hutan alam dan lahan alami (rawa) oleh berbagai aktifitas pembalakan liar dan industri. Lahan kritis pada wilayah DAS di Sumsel terbagi dalam empat kategori diantaranya kategori agak kritis seluas 1,7 juta ha, kategori kritis 3,5 juta ha, potensial kritis 1,5 juta ha dan sangat kritis 784 ha. Proyek perkebunan skala besar seperti kelapa sawit ataupun Hutan Tanaman Industri (HTI) hingga saat ini 1 Persen Sungai Indonesia Tercemar. Diakses tanggal 28 Januari

16 semakin berpengaruh dalam menghancurkan wilayah DAS, hutan gambut dan kawasan suaka alam lainnya (Hadi 2011). 2 Pencemaran di hulu juga diakibatkan kebakaran hutan dan kegiatan industri yang membuang limbah produksi yang sebenarnya belum memenuhi baku mutu untuk dilepas secara langsung ke sungai. Sementara, di bagian hilir selain disebabkan rumahtangga yang membuang sisa-sisa makanan, sampah, kotoran atau tinja baik manusia maupun hewan yang mengandung bakteri Fecal coli ke sungai, pencemaran juga diakibatkan oleh kegiatan perdagangan, domestik, maupun transportasi sungai, dan terutama oleh aktivitas industri. Pencemaran ini membuat kualitas air semakin menurun dan biaya produksi untuk pengolahan air semakin tinggi. Pencemaran ini juga berpengaruh terhadap penurunan ekonomi di daerah Sungai Musi karena banyaknya warga yang menggantungkan diri dari pemanfaatan Sungai Musi seperti objek wisata, transportasi, bekerja sebagai nelayan, dan banyaknya tempat-tempat makan dan hotel di pinggiran sungai. Dalam rangka pengendalian pencemaran air, pemerintah telah membuat beberapa peraturan antara lain UU.No.23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup, UU.No.7 tahun 2004 tentang Sumberdaya air dan PP.No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta lainnya. Penetapan baku mutu air (stream standard) dari sungai sebagai badan air penampung perlu memperhatikan daya tampung beban pencemarannya pada ruas sungai tersebut. Pengendalian polusi dengan baku mutu lingkungan beroperasi dengan memaksa pencemar untuk menjaga pembuangan limbahnya dibawah batas 2 DAS Musi Mengkhawatirkan. Diakses tanggal 28 Januari

17 tertentu. Baku mutu ini ditujukan untuk menjaga taraf polutan dalam lingkungan tetap berada dibawah baku mutu ambien. Widyastuti (2001) memperoleh hasil analisis untuk parameter COD dan minyak di wilayah pengamatan Sungai Musi ternyata telah melewati ambang batas seperti yang telah ditetapkan dalam PP No.20 tahun Tingginya nilai COD pada semua stasiun pengamatan di Sungai Musi, menunjukkan sungai ini telah mengalami pencemaran yang berasal dari bahan organik yang tidak dapat diuraikan secara biologi. Air Sungai Musi bagian hilir termasuk kategori tercemar sedang - berat (kisaran ) berdasarkan nilai indeks keanekaragaman Shanon - Wiener. Baku mutu limbah yang dibuang ke Sungai Musi tidak sesuai dengan baku mutu standar yang ditetapkan pemerintah. Dari pemeriksaan laboratorium Dinas Kesehatan Kota Palembang untuk sampel air Sungai Musi Kota Palembang pada tahun 2010 yang dilakukan di sepuluh kelurahan, diperoleh hasil bahwa mutu air di sepuluh titik tersebut sudah tidak memenuhi syarat baik dari hasil pemeriksaan bakteriologis, fisika dan kimia (Lampiran 2). Kegiatan industri dapat memberi dampak berupa dampak positif maupun dampak negatif. Banyak industri skala besar yang secara geografis berbatasan langsung dengan Sungai Musi dan sangat rentan dengan masalah lingkungan. Salah satu masalah yang timbul yaitu pencemaran limbah, sementara Sungai Musi merupakan salah satu sungai yang selama ini dimanfaatkan warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Pada kegiatan operasional produksinya industri menghasilkan limbah pencemaran yang mengandung ammonia dan sangat beracun bagi biota air, 5

18 terutama ikan dan pencemaran tersebut berdampak negatif bagi masyarakat. Limbah cair adalah salah satu limbah yang dibuang industri ke Sungai Musi, yang mengandung bahan-bahan organik maupun anorganik. Banyak warga yang mengeluh setiap kali pabrik mengeluarkan limbah, karena menimbulkan bau yang tidak sedap, sesak napas dan kadang mengakibatkan mual jika mengkonsumsi air yang diambil dari Sungai Musi. Penelitian ini perlu dilakukan untuk memperbaharui informasi dari telaah sebelumnya, karena kondisi Sungai Musi saat ini semakin mengalami penurunan. Penilaian atas dampak sosial dan ekonomi perlu dilakukan untuk mengetahui berapa sebenarnya nilai yang diinginkan masyarakat sebagai ganti rugi atas turunnya kualitas lingkungan akibat kegiatan industri. Hal inilah yang menjadi dasar bagi penulis mengambil judul Eksternalitas Negatif dari Pencemaran Sungai Musi - Palembang Akibat Kegiatan Industri Perumusan Masalah Sungai Musi memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat Palembang, khususnya bagi warga di sekitar sungai, baik dari segi ekologis dan ekonominya. Namun saat ini kualitas sungai tersebut mengalami penurunan karena banyaknya pencemaran industri yang memberikan dampak negatif. Banyak kasus pencemaran industri mulai dari tumpahan minyak di Sungai Musi dan pencemaran udara yang menimbulkan masalah lingkungan (Lampiran 3). Pencemaran sungai dapat terjadi karena pengaruh kualitas air limbah yang melebihi baku mutu air limbah, di samping itu juga ditentukan oleh debit air limbah yang dihasilkan. Pencemaran ini terjadi oleh bahan kimia berbahaya termasuk beberapa logam berat pada tanah, air permukaan dan juga pada udara. 6

19 Penduduk yang mempergunakan air minum yang bersumber dari air tanah atau pun air permukaan terutama yang berdekatan dengan kegiatan industri mempunyai resiko yang lebih tinggi terkena dampak dari bahan-bahan berbahaya. Kerugian yang dirasakan masyarakat dapat dihitung baik dari sisi ekonomi dan sosial, oleh karena itu masyarakat yang menerima eksternalitas negatif dari pencemaran ini layak untuk menerima ganti rugi atau kompensasi. Berdasarkan atas pemikiran tersebut maka masalah yang dapat dirumuskan adalah : 1. Bagaimana eksternalitas negatif yang diterima masyarakat atas pencemaran Sungai Musi oleh aktivitas industri? 2. Bagaimana peluang kesediaan masyarakat di sekitar Sungai Musi dalam menerima dana kompensasi akibat pencemaran industri? 3. Berapa besar nilai kompensasi yang bersedia diterima masyarakat (WTA) atas pencemaran Sungai Musi akibat aktivitas industri? 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai kompensasi masyarakat yang terkena dampak pencemaran industri di sekitar kawasan Sungai Musi? 1.3. Tujuan Berdasarkan permasalahan yang ada, maka diperoleh tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Mendeskripsikan eksternalitas negatif akibat pencemaran Sungai Musi karena kegiatan industri. 2. Mengkaji peluang kesediaan masyarakat di sekitar Sungai Musi dalam menerima dana kompensasi akibat pencemaran industri. 7

20 3. Menghitung besarnya nilai kesediaan menerima kompensasi (WTA) masyarakat akibat eksternalitas negatif yang ditimbulkan dari pencemaran Sungai Musi oleh aktivitas industri. 4. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya nilai kompensasi masyarakat yang terkena dampak pencemaran industri sekitar kawasan Sungai Musi Manfaat penelitian a. Bagi Penulis Sebagai alat untuk mempraktekkan teori-teori yang selama ini diperoleh selama kuliah, sehingga penulis dapat menambah ilmu secara praktis tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, serta pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya menjaga sumberdaya lingkungan yang tersedia sehingga dapat terus dimanfaatkan tanpa mengurangi kualitasnya. b. Instansi/Perusahaan Sebagai pertimbangan untuk penentuan besarnya dana kompensasi yang pantas diberikan kepada masyarakat yang terkena dampak negatif atas pencemaran akibat kegiatan produksinya. c. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan terkait masalah pencemaran Sungai Musi yang telah melibatkan banyak perusahaan dan mengorbankan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada Sungai Musi. d. Bagi Masyarakat Masyarakat lebih memahami betapa pentingnya menjaga kualitas sungai baik dari hulu hingga ke hilir. Akibatnya masyarakat mengetahui dampak apa saja 8

21 yang ditimbulkan oleh pencemaran Sungai Musi, baik secara sosial dan ekonomi, dan itu mendorong masyarakat untuk lebih menjaga lingkungan dan turut berpartisipasi dalam perbaikan Sungai Musi yang telah tercemar Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dan batasan-batasan dalam penelitian yang dilakukan yaitu : 1. Objek penelitian adalah warga sekitar Sungai Musi yang memanfaatkan air Sungai Musi dan merasakan kerugian dari dampak pencemaran oleh limbah industri. 2. Responden penelitian adalah bapak atau ibu dalam rumahtangga dan pihakpihak yang terkena dampak pencemaran dan kerugian ekonomi. 3. Dampak dalam penelitian ini adalah dampak sosial dan ekonomi yang dirasakan masyarakat. 4. Penelitian dibatasi hanya pada pencemaran air akibat kegiatan industri 5. Willingness To Accept adalah nilai yang bersedia diterima oleh masyarakat sebagai kompensasi atas penurunan kualitas air Sungai Musi. 9

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi mahluk hidup dan tanpa air maka tidak akan ada kehidupan. Dalam Pasal 5 UU No.7 tahun 2004 tentang sumberdaya air dinyatakan, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan sehari-hari, industri, pertanian, sanitasi kota dan lain sebagainya. Belakangan ini air menjadi masalah yang cukup rentan di beberapa wilayah di Indonesia, untuk memperoleh air yang bersih dan sehat menjadi kondisi yang sulit dan memerlukan biaya yang mahal karena air telah tercemari oleh limbah dari hasil kegiatan manusia baik dari limbah rumah tangga, industri, pertanian dan kegiatan lainnya (Wardhana, 2001). Dewasa ini perkembangan sektor industri dan transportasi semakin meningkat, baik industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam dasar, industri jasa dan jenis aktivitas manusia lainnya, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan, udara dan tanah akibat berbagai kegiatan tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.02/MENKLH/1998, yang dimaksud dengan pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara/air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Kristanto, 2004). 10

23 Dalam rangka mencegah terjadinya pencemaran oleh akibat kegiatan tersebut maka ditetapkan baku mutu lingkungan termasuk baku mutu air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambient, baku mutu udara emisi, dan sebagainya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air pada Pasal 1 Peraturan Pemerintah ini yang dimaksudkan yaitu : 1. Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber air, dan terdapat diatas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan air laut. 2. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. 3. Pengendalian adalah upaya pencegahan dan atau penanggulangan dan atau pemulihan. 4. Baku mutu air adalah batas atau kadar makluk hidup, zat, energi, atau komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam air pada sumber air tertentu sesuai dengan peruntukannya. 5. Beban pencemaran adalah jumlah suatu parameter pencemaran yang terkandung dalam sejumlah air atau limbah. 6. Daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada sumber air menerima beban pencemaran limbah tanpa mengakibatkan turunnya kualitas 11

24 air sehingga melewati baku mutu air yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya. 7. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar dan jumlah unsur pencemaran yang ditenggang adanya dalam limbah cair untuk dibuang dari suatu jenis kegiatan tertentu 8. Menteri adalah Menteri yang ditugasi mengelola lingkungan hidup. Dalam pasal 7 penggolongan air menurut peruntukannya ditetapkan sebagai berikut : Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. Golongan B Golongan C : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan,industri, pembangkit listrik tenaga air. Sifat-sifat kimia air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air adalah nilai ph, keasaman dan alkalinitas, suhu, oksigen terlarut, karbondioksida bebas, warna dan kekeruhan, jumlah padatan, nitrat, amoniak, fosfat, daya hantar listrik dan klorida. Nilai ph air yang normal untuk suatu kehidupan yaitu berkisar antara 6,5 sampai 7,5. Sedangkan ph air tercemar seperti air limbah (buangan) berbeda-beda tergantung pada jenis limbah dan karakteristiknya. Pada Tabel 2 ditunjukkan hubungan antara sumber limbah dan karakteristiknya. 12

25 Tabel 2. Hubungan antara sumber limbah dan karakteristiknya. Karakteristik Sumber Limbah Fisika : Warna Bau Padatan Suhu Bahan organik, limbah industri dan domestik Penguraian limbah industri Sumber air, limbah industri dan domestik limbah industri dan domestik Kimia : Organik Karbohidrat Minyak dan Lemak Pestisida Penol Anorganik Alkali Klorida Logam Berat Nitrogen ph Posfor Sulfur Bahan beracun Biologi : Virus Sumber : Kristanto, 2004 Limbah industri, perdagangan dan domestik Limbah industri, perdagangan dan domestik Limbah hasil pertanian Limbah industri Sumber air, limbah domestik, infiltrasi air tanah, buangan air ketel Sumber air, limbah industri, pelemahan air Limbah industri Limbah industri, domestik Limbah industri Limbah industri, domestik dan alamiah Limbah industri, domestik Perdagangan, Limbah industri Limbah domestik 2.2. Limbah Industri Peningkatan kualitas hidup dicapai oleh manusia dengan cara mengolah dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada demi tercapainya kesejahteraan. Pengolahan sumberdaya tersebut memerlukan alat-alat bantu berupa mesin-mesin yang berteknologi tinggi untuk memperoleh produk yang melimpah dalam waktu yang lebih singkat. Kegiatan eksploitasi besar-besaran terjadi pada kekayaan alam, seolah-olah peningkatan kualitas hidup menjadi sasaran utama. Namun pada kenyataannya kesejahteraan hidup yang diharapkan sulit untuk dicapai, karena disamping memperoleh keuntungan, industri dan teknologi justru memberi dampak yang negatif terhadap lingkungan dan kehidupan manusia (Wardhana, 2001). 13

26 Industri dalam kaitannya dengan lingkungan untuk memperoleh suatu produk jadi selalu menimbulkan produk lain yang kurang bermanfaat atau lebih rendah nilai ekonominya, yang biasanya disebut sebagai limbah. Pencemaran yang ditimbulkan oleh industri diakibatkan adanya limbah yang keluar dari pabrik dan mengandung bahan beracun dan berbahaya (B-3). Limbah B-3 dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya. Beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat masuknya limbah kedalam lingkungan : Lingkungan tidak mengalami perubahan yang berarti. Hal ini disebabkan karena volume limbah kecil, parameter pencemaran yang terdapat dalam limbah sedikit dengan konsentrasi yang kecil. Ada pengaruh perubahan lingkungan, tetapi tidak sampai mengakibatkan pencemaran. Memberikan perubahan bagi lingkungan dan menimbulkan pencemaran. Limbah yang dilepas ke sungai dapat merusak bahkan mematikan habitat sungai dan juga mengakibatkan gangguan kesehatan bagi manusia, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai dan memanfaatkan air sungai untuk keperluan MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Selain mencemari sungai, zat-zat kimia akan mengendap ke dasar sungai yang kemudian akan mencemari air bawah tanah. Masyarakat di sekitar sungai yang melakukan pengeboran untuk memperoleh air bersih seringkali mendapatkan air bawah tanah yang keruh, berbau bahkan berlendir. Jika masyarakat memaksakan diri untuk menggunakan air yang telah tercemar ini untuk keperluan sehari-hari, maka akan menimbulkan berbagai macam penyakit dan gatal-gatal pada kulit. Pada beberapa kota besar 14

27 hasil pembakaran dari kegiatan industri juga menimbulkan perubahan kualitas udara, yang mengorbankan masyarakat melalui penyakit Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) akibat pencemaran udara Eksternalitas Negatif Eksternalitas terjadi ketika kegiatan konsumsi atau produksi dari suatu individu atau perusahaan mempunyai dampak yang tidak diinginkan terhadap utilitas atau fungsi produksi inividu atau perusahaan lain (Mueller, 1989). Eksternalitas dapat juga diartikan sebagai dampak yang diterima oleh pihak ketiga yang diakibatkan oleh suatu kegiatan transaksi atau kegiatan ekonomi tertentu. Pada banyak kasus, baik dampak negatif dan dampak positif bisa terjadi secara bersamaan. Dampak yang menguntungkan misalnya kejadian pada industri pupuk dimana perusahaan ini memproduksi dan memasaran pupuk untuk mendukung ketahanan pangan nasional (swasembada pangan), mengurangi pengangguran, meningkatkan perekonomian bagi masyarakat sekitar, daerah setempat dan nasional. Sedangkan dampak negatif misalnya polusi udara, air dan suara yang mengganggu kenyamanan dan kesejahteraan warga sekitarnya. Hartwick dan Olewiler (1998) dalam Fauzi 2006 menggunakan terminologi lain untuk menggambarkan eksternalitas yaitu eksternalitas privat dan eksternalitas publik. Eksternalitas privat hanya melibatkan beberapa pihak (individu), bahkan bisa juga bersifat bilateral dan tidak menimbulkan spill over (limpahan) kepada pihak lain. Sedangkan, eksternalitas publik terjadi apabila barang publik dikonsumsi dengan pembayaran yang tidak tepat. 15

28 Kemungkinan eksternalitas yang dapat terjadi dalam interaksi ekonomi, yaitu : 1. Dampak Suatu Produsen Terhadap Produsen Lain Tindakan produsen dimana kegiatannya itu mengakibatkan terjadinya perubahan atau penggeseran fungsi produksi dari produsen lain. Contohnya sebuah pabrik yang menimbulkan polusi air, akan mengakibatkan peningkatan biaya produksi perusahaan lain yang juga memanfaatkan air tersebut dalam proses produksinya. 2. Dampak Produsen Terhadap Konsumen Aktivitas produsen yang merubah atau menggeser fungsi utilitas rumah tangga (konsumen). Contohnya, pencemaran sungai yang diakibatkan limbah suatu pabrik akan mengganggu kesejahteraan masyarakat yang memanfaatkan air sungai tersebut. 3. Dampak Konsumen Terhadap Konsumen Lain Aktivitas seseorang atau kelompok tertentu mempengaruhi atau mengganggu fungsi utilitas konsumen yang lain. Contohnya yaitu seseorang yang merokok dalam angkot akan mengganggu kenyamanan penumpang lainnya. 4. Dampak Konsumen Terhadap Produsen Dampak konsumen terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen mengganggu fungsi produksi suatu produsen atau kelompok produsen tertentu. Adanya eksternalitas tidak akan mengganggu tercapainya efisiensi masyarakat jika semua dampak negatif maupun dampak positif dimasukkan dalam perhitungan produsen dalam menetapkan jumlah barang yang diproduksi. Efisiensi akan tercapai apabila : MSC = MSB MSC = PMC + MEC MSB = MPB + MEB 16

29 Dimana : MSC = Marginal Social Cost MSB = Marginal Social Benefit PMC = Marginal Private Cost MEC = Marginal External Cost MPB = Marginal Private Benefit MEB = Marginal External Benefit Pada kasus eksternalitas negatif, produsen tidak memperhitungkan MEB dan MEC dalam penentuan harga dan jumlah barang yang dihasilkan, sehingga ada kecenderungan produksi pada tingkat yang terlalu besar karena perhitungan biaya menjadi terlalu murah dibandingkan dengan biaya yang harus dipikul oleh seluruh masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa dalam eksternalitas negatif MSC = PMC + MEC > MSB, sehingga produksi harus dikurangi agar efisien produksi optimum dapat dicapai ditinjau dari seluruh masyarakat. MSC = PMC + MEC e Rp d PMC H1 MEC H MSB 0 Q1 Q2 Jumlah Produksi Sumber : Mangkoesoebroto (1993) Gambar 1. Kurva Eksternalitas Negatif 2.4. Penelitian Terdahulu Banyak penelitian terdahulu yang telah membahas tentang masalah pencemaran sungai, tetapi kurang menilai dari aspek lingkungan dan ekonominya. Dalam penelitian kali ini akan dibahas juga dampak kerugian ekonomi dan nilai 17

30 kompensasi (WTA) yang diinginkan oleh masyarakat atas pencemaran Sungai Musi oleh akibat kegiatan industri. Salah satu penelitian yang membahas tentang kesediaan menerima dana kompensasi yaitu Bahroin Idris Tampubolon dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Tampubolon (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis Willingness To Accept Masyarakat akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian tersebut adalah mengidentifikasi eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat akibat dari aktivitas penambangan batu gamping, mengkaji peluang kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi, mengkuantifikasi besarnya nilai kesediaan menerima dana kompensasi, serta mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh pada besarnya nilai dana kompensasi masyarakat sekitar penambangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, sebagian besar masyarakat menyatakan eksternalitas negatif yang dirasakan adalah kebisingan dan getaran, perubahan kualitas udara serta perubahan kualitas dan kuantitas air. Hanya sebagian kecil responden yang menyatakan kehilangan keanekaragaman hayati. Mayoritas responden menyatakan bersedia menerima dana kompensasi atas eksternalitas negatif yang timbul. Nilai dugaan rataan WTA responden adalah sebesar Rp per bulan per kepala keluarga dan nilai total WTA responden sebesar Rp per bulan. Nilai total WTA masyarakat adalah sebesar Rp per bulan. Faktor-faktor yang berpengaruh pada besarnya nilai 18

31 WTA responden adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dummy wiraswasta dan pegawai swasta. Antika (2011) dengan judul Analisis Willingness to Accept Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Brantas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, Contingen Valuation Method (CVM), dan analisis regresi. Analisis deskriptif kualitatif digunakan dalam menganalisis persepsi masyarakat terhadap program pembayaran jasa lingkungan. CVM digunakan untuk mengestimasi nilai WTA masyarakat terhadap program pembayaran jasa lingkungan, sedangkan analisis regresi digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA. Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi sebagian responden menilai baik terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang pernah berjalan. Responden juga merasa puas dikarenakan perubahan kualitas lingkungan yang semakin baik. Udara yang lebih sejuk serta kuantitas air yang melimpah baik di musim kemarau maupun musim hujan. Berdasarkan hasil analisis CVM diperoleh nilai dugaan rataan WTA responden adalah Rp ,00 per pohon per tahun. Evaluasi CVM dilakukan dengan melihat nilai R 2 analisis berganda yaitu sebesar 43,6%. Nilai R 2 yang kecil ini disebabkan oleh pengambilan data primer cross section yang dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan untuk populasi belum dapat menangkap keragaman yang ada secara keseluruhan. Sementara itu, faktorfaktor yang diduga mempengaruhi nilai WTA responden adalah jumlah pohon yang diikutkan dalam program PJL, tingkat pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, lama tinggal, kepuasan responden terhadap besarnya nilai kompensasi. 19

32 Widiastuty (2001) dari Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor melakukan penelitian dengan judul Dampak Pengolahan Limbah Cair PT. Pupuk Sriwidjaja terhadap Kualitas Sungai Musi Kotamadya Palembang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui teknologi pengolahan limbah pabrik PT. Pupuk Sriwidjaja serta perubahan kualitas air baik dari segi fisik, kimia dan biologi (hewan makrobentos) akibat adanya kegiatan pabrik terhadap perairan Sungai Musi di Kotamadya Palembang, Provinsi Sumatera Selatan selaku pengambil kebijakan dalam pengelolaan lingkungan tentang kondisi kualitas air Sungai Musi. Hasil analisis menunjukkan secara umum kualitas fisik air Sungai Musi (suhu, DLH, muatan padatan tersuspensi dan kekeruhan) dari sembilan stasiun pengamatan yang dianalisa masih menunjukkan keadaan yang relatif baik untuk berbagai peruntukkan. Derajat keasaman dan kandungan oksigen terlarut pada sembilan stasiun pengamatan masih pada tingkat normal. Kandungan ammonia dan padatan tersuspensi di sembilan stasiun pengamatan masih tergolong rendah. Hasil analisis untuk parameter COD dan minyak di sembilan stasiun pengamatan ternyata telah melewati ambang batas seperti yang telah ditetapkan dalam PP No.20 tahun Tingginya nilai COD pada semua stasiun pengamatan di Sungai Musi, menunjukkan sungai ini telah mengalami pencemaran yang berasal dari bahan organik yang tidak dapat diuraikan secara biologi. Air Sungai Musi bagian hilir termasuk kategori tercemar sedang - berat (kisaran ) berdasarkan nilai indeks keanekaragaman Shanon - Wiener. Penelitian tersebut pada intinya membahas hal yang sama dengan yang dilakukan oleh penulis. Namun peneliti tersebut lebih bersifat teknik, sedangkan penulis melakukan survei ke masyarakat, serta menganalisis pencemaran baik dari segi sosial dan ekonomi. 20

33 Penelitian mengenai kesediaan menerima dana kompensasi kepada masyarakat sudah cukup banyak dilakukan. Banyak kesamaan antara penelitianpenelitian tersebut dengan penelitian ini, namun terdapat juga beberapa perbedaan. Perbedaannya antara lain yaitu dari segi lokasi, tujuan, jenis kegiatan yang melatarbelakangi pencemaran, serta perbedaan persepsi masyarakat. Penelitian ini menganalisis dampak pencemaran dari aspek sosial dan ekonomi, dan fokus penelitian yaitu dampak atas pencemaran air sungai. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk menentukan nilai kompensasi akibat pencemaran Sungai Musi adalah dengan tahapan Contingent Valuation Method (CVM). 21

34 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept yaitu nilai yang bersedia diterima oleh masyarakat sebagai kompensasi atas penurunan kualitas sumberdaya alam. Metode Valuasi Kontingen (Contingent Valuation Method) adalah metode teknik survei untuk menyatakan keinginan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki nilai pasar seperti barang lingkungan. WTA merupakan bagian dari metode CVM yang akan digunakan dalam penelitian ini. Melalui tahapan dalam CVM akan diperoleh nilai WTA sebagai ganti rugi atas pencemaran Sungai Musi terhadap masyarakat. Penilaian akan dilakukan melalui tahapan-tahapan tersebut sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian dan juga menghindari bias yang terjadi dalam penelitian. A. Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept (WTA) Masyarakat Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai Willingness to Accept (WTA) dari setiap responden adalah : a. Responden merupakan warga sekitar Sungai Musi yang merasakan kerugian dari dampak pencemaran limbah industri dan bersedia menerima dana kompensasi. b. Nilai WTA yang diberikan merupakan nilai minimum yang bersedia diterima responden jika kompensasi yang diberi benar-benar dilaksanakan. c. Industri bersedia memberikan dana kompensasi atas penurunan kualitas Sungai Musi 22

35 d. Responden dipilih secara acak dari populasi yang terkena dampak penurunan kualitas Sungai Musi. B. Metode Mempertanyakan Nilai Willingness to Accept Metode yang dapat digunakan untuk memperoleh besarnya penawaran nilai WTA/WTP responden (Hanley dan Spash,1993) adalah : 1. Bidding Game (Metode tawar-menawar) Metode yang digunakan dengan menanyakan kepada responden tentang sejumlah nilai tertentu yang diajukan sebagai titik awal. Jika Ya, maka besarnya nilai uang dinaikan sampai titik maksimum yang telah disepakati. 2. Open-ended Question (Metode pertanyaan terbuka) Metode yang digunakan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah uang maksimum yang ingin dibayarkan atau jumlah uang minimum yang ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Metode ini mempunyai kelebihan dimana responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan menimbulkan bias titik awal. Kelemahan metode ini yaitu kurangnya akurasi nilai serta terlalu besar variasinya, selain itu sering ditemui responden yang kesulitan dalam menjawab pertanyaan karena tidak biasa dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner. 3. Closed-ended Question (Metode Pertanyaan tertutup) Metode ini hampir sama dengan metode Open-ended Question, yang membedakannya yaitu bentuk pertanyaannya tertutup. Responden diberikan beberapa nilai WTA/WTP yang disarankan kepada mereka dan kemudian akan dipilih, sehingga responden dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan keinginan dan kemampuannya masing-masing. 23

36 4. Payment Card (Metode kartu pembayaran) Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan menerima, sehingga responden dapat memilih nilai maksimal/minimal sesuai dengan preferensinya. Keunggulan metode ini adalah memberikan stimulant untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai maksimum atau minimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi dengan nilai tertentu, sepert pada metode tawarmenawar. Penggunaan metode ini memerlukan pengetahuan statistik yang baik. C. Langkah-langkah untuk Mengetahui Nilai Willingness to Accept Masyarakat Nilai WTA masyarakat dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Ada enam tahapan dalam CVM (Hanley and Spash, 1993), yaitu : 1. Membangun Pasar Hipotetik (Setting Up to the Hypotetical Market) Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan pertanyaan mengenai nilai barang atau jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya menerima dana kompensasi atas barang atau jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang atau jasa lingkungan tersebut. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTA Setelah membuat instrumen survei, kemudian membuat administrasi survei. Tahapan ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, surat, atau perantara telepon mengenai besarnya nilai WTA minimum yang bersedia diterima. Wawancara dengan teknik-teknik tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya bias yang dilakukan oleh petugas pada saat melakukannya. 24

37 3. Memperkirakan Nilai Rata-rata WTA Nilai WTA masyarakat telah terkumpul, kemudian menghitung nilai tengah dan nilai rata-rata dari WTA. Nilai tengah dihitung apabila terdapat rentang nilai penawaran yang terlalu jauh. Jika perhitungan nilai penawaran menggunakan rata-rata, maka nilai yang diperoleh akan lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya. Nilai tengah penawaran tidak dipengaruhi oleh rentang yang cukup besar dan selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata. 4. Memperkirakan Kurva WTA Kurva penawaran dapat diperkirakan dari nilai WTA sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independennya. Kurva penawaran berfungsi untuk memperkirakan perubahan nilai WTA karena perubahan sejumlah variabel independen, dan untuk menguji sensitivitas jumlah WTA terhadap variasi perubahan mutu lingkungan. 5. Menjumlahkan Data Proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksudkan. 6. Mengevaluasi Penggunaan CVM Menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilaksanakan. Penilaian dilakukan dengan cara melihat tingkat keandalan (reability) fungsi WTA R-Square (R 2 ) dari model regresi berganda WTA. 25

38 D. Organisasi dari Pengoperasian CVM 1. Pasar hipotetik yang digunakan harus memiliki kredibilitas dan realitas. 2. Alat pembayaran yang digunakan dan/atau ukuran kesejahteraan (WTP/WTA) sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. 3. Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang publik yang dimaksud dalam kuisioner dan alat pembayaran untuk penawaran mereka. 4. Jika memungkinkan, ukuran WTA sebaiknya dicari, karena responden sering kesulitan dengan nilai minimal yang ingin mereka terima. 5. Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah perolehan selang kepercayaan dan reabilitas. 6. Pengujian kebiasaan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi untuk memperkecil strategi bias secara khusus. 7. Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi. 8. Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dan penyesuaian diperlukan. 9. Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali jika mereka setuju dengan harapan yang tepat. Nilai minimum dari 15% untuk Radjusted, direkomendasikan oleh Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993). 26

39 3.1.2 Model Regresi Logistik Analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui pengaruh satu variable independen atau lebih (X) terhadap satu variable dependen (Y), dengan syarat: 1. Variabel dependent harus merupakan variable dummy yang hanya punya dua alternatif. Misalnya Puas/tidak puas, suka/tidak suka, atau ya/tidak, dimana jika responden menjawab puas maka kita beri skor 1 dan jika menjawab tidak puas kita beri skor Variabel independent mempunyai skala data interval atau rasio. Model Logit menggunakan peubah penjelasnya baik itu peubah kategorik maupun peubah numerik untuk menduga peluang kejadian tertentu dari peubah respon kategori. Analisis pemodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi logit (Juanda, 2009). Peluang kejadian tertentu dari peubah respons kategori (pi), ditransformasi sehingga : i pi log = indeks semua kasus (observasi 1,2,..,n). = peluang kejadian (misalnya, membeli) terjadi untuk kasus ke-i. = adalah natural log (bilangan dasar e). 27

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi mahluk hidup dan tanpa air maka tidak akan ada kehidupan. Dalam Pasal 5 UU No.7 tahun 2004 tentang sumberdaya air

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept merupakan salah satu bagian dari metode CVM dan akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu:

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Pencemaran Sungai Musi Akibat Kegiatan Industri Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang terletak di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karst adalah istilah bagi sebuah bentang alam yang secara khusus

TINJAUAN PUSTAKA. Karst adalah istilah bagi sebuah bentang alam yang secara khusus II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Kawasan Karst Karst adalah istilah bagi sebuah bentang alam yang secara khusus berkembang pada batuan karbonat (batu gamping dan dolomit), dimana bentang alam tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan

I. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan kualitas penduduk merupakan tujuan pembangunan dan sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan kualitas penduduk berarti peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Secara alamiah, hubungan timbal balik tersebut terdapat antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden 6.1.1 Penilaian Responden terhadap Kebersihan Desa Galuga Lingkungan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market)

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market) EKSTERNALITAS EKSTERNALITAS Manfaat (Benefit) dan/atau Biaya (Cost) yang tidak dapat diperhitungkan secara langsung dalam proses produksi barang/jasa. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan

Lebih terperinci

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Makalah Baku Mutu Lingkungan Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam yang mutlak diperlukan untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya diantaranya adalah air. Selain itu, air merupakan komponen penyusun terbesar

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan. VI. IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN C 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan Pertambangann Banyaknya industri tambang di berbagai skala menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK Dr. RAMLAWATI, M.Si. Drs. H. HAMKA L., M.S. SITTI SAENAB, S.Pd., M.Pd. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar, jika pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia.

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam baik sumber daya alam terbaharukan maupun tidak. Udara, lahan, air, minyak bumi, hutan dan lain-lain merupakan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemukiman sering menjadi masalah bagi setiap individu karena individu membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan pemberi ketentraman hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang keberadaannya sangat

Lebih terperinci

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) Oleh : Natalia A14304070 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam dan jasa lingkungan merupakan aset yang menghasilkan arus barang dan jasa, baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi berperan penting dalam pembangunan di Indonesia sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan kemajuan teknologi. Dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu senggangnya (leisure time), dengan melakukan aktifitas wisata (Mulyaningrum, 2005). Lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga kualitas airnya harus tetap terjaga. Menurut Widianto

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapannya sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan

Lebih terperinci

masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.

masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia. 2.1 Pengertian Baku Mutu Lingkungan Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Air 2.1.1 Karakteristik Sumber Daya Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk di bumi ini. Sumber daya air merupakan sumber daya

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya

Lebih terperinci

Air bagi Kehidupan Manusia

Air bagi Kehidupan Manusia Air bagi Kehidupan Manusia Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Manfaat Air Kehidupan manusia tidak lepas dari tanah, air dan udara, tanah merupakan tempat berpijak dan sumber dari segala bahan makanan yang ditanam

Lebih terperinci

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat. 37 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu daerah tersebut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan asset multi guna yang tidak saja menghasilkan produk seperti kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga kebersihan daerah aliran sungai. Membuang limbah padat dan cair dengan tidak memperhitungkan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CISADANE. Oleh NURLEYLA HATALA F

MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CISADANE. Oleh NURLEYLA HATALA F MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CISADANE Oleh NURLEYLA HATALA F14103004 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan

mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan oleh perusahaan sebelum adanya upaya dalam proses pengolahan air limbah. Hal ini berarti tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Kesediaan untuk Menerima (Willingness to Accept/WTA)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Kesediaan untuk Menerima (Willingness to Accept/WTA) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Kesediaan untuk Menerima (Willingness to Accept/WTA) Willingness to Accept (WTA) menunjukkan seberapa kemampuan individu menerima kerusakan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama

Lebih terperinci

BAKU MUTU LINGKUNGAN. Untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar dipakai mutu baku lingkungan.

BAKU MUTU LINGKUNGAN. Untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar dipakai mutu baku lingkungan. 1 A. PENGERTIAN BAKU MUTU LINGKUNGAN 1. Fungsi Baku Mutu Lingkungan Untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar dipakai mutu baku lingkungan. Kemampuan lingkungan sering diistilahkan

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK. Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK. Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KARTIKA NUGRAH PRAKITRI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa adanya (langsung tanpa pengolahan tertentu), dengan begitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa adanya (langsung tanpa pengolahan tertentu), dengan begitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bagi manusia, air sangat esensial untuk proses pencernaan, absorpsi dan ekskresi, tetapi air juga rentan terhadap kontaminasi dan pencemaran. Kebanyakan manusia memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup, karena selain dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, juga dibutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Northeast Georgia Regional Development Center (1999) menjelaskan beberapa. indikator pencemaran sungai sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Northeast Georgia Regional Development Center (1999) menjelaskan beberapa. indikator pencemaran sungai sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Indikator Kerusakan Lingkungan Sungai Kualitas air sungai tergantung pada komponen penyusun sungai dan komponen yang berasal luar, seperti pemukiman dan industri. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan industri di Indonesia semakin pesat, terlebih industri yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan industri di Indonesia semakin pesat, terlebih industri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan industri di Indonesia semakin pesat, terlebih industri yang mengelola hasil pertanian dan perkebunan. Pesatnya perkembangan industri tersebut mampu meningkatkan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN 7.1. Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman Variabel terikat dalam analisis kesediaan rumahtangga menerima

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada lingkungan dan reaksi manusia terhadap efek fisik. Efek fisik dapat biologis

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada lingkungan dan reaksi manusia terhadap efek fisik. Efek fisik dapat biologis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Pencemaran Definisi ekonomi pencemaran tergantung pada beberapa efek fisik limbah pada lingkungan dan reaksi manusia terhadap efek fisik. Efek fisik dapat biologis (misalnya

Lebih terperinci

EKSTERNALITAS POSITIF DAN NEGATIF PRODUSEN L Suparto LM

EKSTERNALITAS POSITIF DAN NEGATIF PRODUSEN L Suparto LM EKSTERNALITAS POSITIF DAN NEGATIF PRODUSEN L Suparto LM PENGANTAR Dalam suatu perekonomian modern, setiap aktivitas mempunyai keterkaitan antara aktifitas satu dengan aktivitas lainnya. Keterkaitan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama bagi setiap insan dipermukaan bumi baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Setiap kegiatan mereka tidak lepas dari kebutuhan akan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DAN PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG KAMILA HAQQ

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DAN PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG KAMILA HAQQ ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DAN PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG KAMILA HAQQ DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini. Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian 28 III.2 Waktu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci