BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gedung kampus merupakan salah satu kontruksi gedung negara yang termasuk dalam kategori bangunan tidak sederhana. Adanya kebijakan pemerintah terkait otonomi daerah menyebabkan diperlukan pemerataan segala bidang pembangunan termasuk kesetaraan pendidikan tinggi. Terlebih pemerintah telah mengalokasikan dana APBN sebesar 20% dalam sektor pendidikan. Salah satu peruntukkan dari alokasi dana `tersebut adalah digunakan untuk pembangunan gedung kampus baru guna memfasilitasi dan menanggulangi semakin bertambahnya mahasiswa akibat minat dan kesadaran masyarakat akan pendidikan tinggi yang semakin meningkat. Perencanaan yang matang disertai adanya dana yang cukup, tentu menjadi suatu pertimbangan yang penting di saat universitas akan membangun gedung kampus baru. Walaupun pada saat itu data yang dimiliki sangat minim dan belum memiliki desain serta detail lengkap, namun tetap diperlukan adanya suatu prakiraan biaya sehingga dapat diambil suatu keputusan terkait keberlangsungan pembangunan gedung tersebut. Prakiraan biaya pada umumnya diperlukan pada tahap persiapan dari suatu proyek yang diperinci lebih lanjut menjadi tahap konseptual dan tahap perencanaan & pemantapan. Prakiraan biaya secara kasar pada tahap konseptual disebut pula sebagai PBP (Prakiraan Biaya Pendahuluan) yang berguna untuk mengkaji kelayakan ekonomi dan finansial, menentukan urutan prioritas dari beberapa proyek, serta menentukan kelanjutan suatu proyek; Sedangkan prakiraan biaya pada tahap perencanaan & pemantapan disebut sebagai ABP (Anggaran Biaya Proyek) yang akan digunakan sebagai referensi dalam usaha mendapatkan dana proyek dan juga sebagai anggaran pengendalian pada tahap implementasi fisik sebelum anggaran biaya definitif /ABD diselesaikan. 1

2 2 Berbagai metode untuk membantu perhitungan prakiraan biaya telah diperkenalkan, salah satunya metode regresi linier. Namun fakta mengatakan bahwa kesalahan pada perhitungan prakiraan biaya tahap awal belum berkurang (Sodikov, 2005). Hal ini dikarenakan selain detail proyek yang belum terdefinisi secara jelas, juga karena faktor-faktor kualitatif yang dapat memengaruhi persamaan, sehingga keakurasian belum tercapai. Keakurasian dalam prakiraan biaya bergantung kepada informasi terbaru. Salah satu faktor yang dirasa memengaruhi harga prakiraan biaya suatu gedung adalah nilai IHPB konstruksi/bahan bangunan. IHPB konstruksi/bahan bangunan tersebut dapat menggambarkan tingkat harga bahan bangunan yang merupakan salah satu komponen dari biaya pembangunan suatu gedung. Besaran nilai IHPB konstruksi/bahan bangunan dikatakan dapat memengaruhi ekspektasi pergerakan harga di masa depan dan dapat dijadikan sebagai salah satu faktor penting untuk melakukan perhitungan prakiraan biaya konstruksi termasuk gedung kampus. Minimnya data, keterbatasan waktu, dan kekurangan sumber daya yang paham mengenai perhitungan prakiraan harga konstruksi merupakan masalah utama. Oleh karena itu perlu dilakukan peninjauan pada faktor yang memiliki korelasi erat terhadap biaya pembangunan gedung kampus selain faktor IHPB yang khususnya tersedia pada tahap persiapan, sehingga dapat tercipta suatu metode perhitungan prakiraan biaya menggunakan metode ANN yang lebih akurat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Faktor apa saja yang berpengaruh pada biaya pembangunan gedung kampus selain faktor IHPB? b. Bagaimana membuat rumus empiris dari faktor tersebut, yang dapat memprakirakan harga pembangunan gedung kampus?

3 3 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap biaya pembangunan gedung kampus selain IHPB; b. Membuat rumus empiris yang dapat memprakirakan biaya pembangunan gedung kampus pada tahap konseptual (Prakiraan Biaya pendahuluan) dengan metode ANN; c. Membuat rumus empiris yang dapat memprakirakan biaya pembangunan gedung kampus pada tahap perencanaan & pemantapan (Anggaran Biaya Proyek) dengan metode ANN; dan d. Membuat rumus empiris yang dapat memprakirakan harga pekerjaan struktur dan harga pekerjaan arsitektur dengan metode ANN. 1.4 Manfaat Penelitian Ke depannya diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum terkait penggunaan metode ANN dalam melakukan prakiraan biaya pembangunan gedung kampus ; b. Memberikan gambaran tentang faktor yang berhubungan dalam prakiraan biaya pembangunan gedung kampus; c. Sebagai bahan pembanding terhadap prakiraan biaya gedung kampus yang akan dibangun; dan d. Dapat melakukan prakiraan harga gedung kampus untuk beberapa tahun yang akan datang. 1.5 Batasan Penelitian Batasan-batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini agar penelitian lebih terarah dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan adalah sebagai berikut:

4 4 a. Data gedung kampus yang diolah adalah data pembangunan gedung kampus yang telah dilaksanakan di Universitas Gadjah Mada berlokasi di Yogyakarta ; b. Tahap persiapan yang dimaksud terdiri dari tahap konseptual dan tahap perencanaan & pemantapan; c. Faktor biaya persiapan konstruksi yang dimaksud di sini adalah faktor biaya dari bentuk fisik bangunan (total biaya konstruksi di luar biaya pembebasan lahan, perhitungan harga tanah, pemeliharaan, perbaikan gedung dan finansial lainnya, dan lain-lain); d. Prakiraan harga yang dimaksud adalah untuk prakiraan tahap persiapan; e. Faktor awal yang digunakan adalah faktor yang memberikan pengaruh langsung terhadap biaya konstruksi yang diambil berdasarkan penelitian terdahulu terkait prakiraan biaya konstruksi gedung yaitu terdiri dari 11 faktor awal antara lain lokasi, tipe pondasi, luas bangunan, tinggi bangunan, floor to floor, jumlah tingkat bangunan, struktur atap, bentang kolom rata-rata, volume basement, IHPB pada tahun pembangunan, dan finishing grade; f. Output yang dihasilkan terdiri dari 3 yaitu harga total kontrak, harga pekerjaan struktur dan harga pekerjaan arsitektur; g. Rentang prosentase pekerjaan struktur untuk data proyek sampel adalah sebesar 25,61% - 58,12%; rentang prosentase pekerjaan arsitektur untuk data proyek sampel adalah sebesar 30,14% - 48,13%; dan rentang prosentase pekerjaan ME untuk data proyek sampel adalah sebesar 4,96% - 35,78%. h. Harga kontrak yang digunakan sebagai output merupakan hasil dari pelelangan pengadaan yang kompetitif dan dianggap mewakili terhadap komponen harga pembangunan gedung tersebut; dan i. Perangkat lunak yang digunakan dalam analisis adalah MATLAB dengan model Artificial Neural Network menggunakan skema backpropagation.

5 5 1.6 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian sebelumnya yang terkait antara lain dilakukan oleh Wijiyanto (2012), Peramalan Nilai Kontrak Konstruksi PT X dengan Menggunakan Pendekatan Regresi Time Series dan ANFIS. Kesturi (2012) Estimasi Biaya Tahap Konseptual pada Konstruksi Gedung Perkantoran dengan Metode ANN. Roring (2014), Model Prakiraan Biaya Tahap Konseptual Konstruksi Bangunan Gedung dengan Metode Parametrik (Studi Kasus pada Banguan Gedung Publik di Wilayah Kota Manado dan Kabupaten/Kota Sekitarnya). Aptiyasa (2014), Cost Model Prakiraan Konseptual untuk Bangunan Gedung Rumah Sakit. Mučenski (2013), Estimation of Recycling Capacity of Multi-storey Building Structures Using ANN. Roxas (2014), An Artificial Neural Network Aproach to Structural Cost Estimation in Philippines. Kim (2004), Comparison of Construction Cost Estimating Models based on Regression Analysis, Neural Networks, and Case-based Reasoning. Elsawy (2011), A Neural Network Model for Construction Projects Site Overhead Cost Estimating in Egypt. Oleh karena itu penelitian tentang Prakiraan Harga pada Gedung Kampus dengan Menggunakan Pemodelan Artificial Neural Network (ANN) (Studi Kasus: Gedung UGM) ini bersifat asli.

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu berubah.peningkatan service level dan optimalisasi biaya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu berubah.peningkatan service level dan optimalisasi biaya merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu institusi yang komplek, dinamis, kompetitif, padat modal dan padat karya yang multidisiplin serta dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Purworejo adalah daerah agraris karena sebagian besar penggunaan lahannya adalah pertanian. Dalam struktur perekonomian daerah, potensi daya dukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas tersebut dalam satu periode tertentu. yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas tersebut dalam satu periode tertentu. yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan sebuah rencana yang sistematis dengan meliputi sumber dana dan pengalokasian dana keseluruhan kegiatan atau aktifitas dalam sebuah proyek

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 ( ) ISSN:

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 ( ) ISSN: MODEL ESTIMASI BIAYA TAHAP KONSEPTUAL KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DENGAN METODE PARAMETRIK (Studi Kasus pada Bangunan Gedung Publik di Wilayah Kota Manado dan Kabupaten/Kota sekitarnya) Hence S. D. Roring

Lebih terperinci

ABSTRAK ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI VILA DENGAN METODE COST SIGNIFICANT MODEL (STUDI KASUS: PROYEK KONSTRUKSI VILA DI KABUPATEN BADUNG)

ABSTRAK ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI VILA DENGAN METODE COST SIGNIFICANT MODEL (STUDI KASUS: PROYEK KONSTRUKSI VILA DI KABUPATEN BADUNG) ABSTRAK ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI VILA DENGAN METODE COST SIGNIFICANT MODEL (STUDI KASUS: PROYEK KONSTRUKSI VILA DI KABUPATEN BADUNG) Estimasi biaya proyek sering terkendala dengan kurangnya ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada

BAB I PENDAHULUAN. finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi pada hakikatnya merupakan komitmen terhadap sejumlah sumber daya pada saat ini dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan (Abdul halim,

Lebih terperinci

COST MODEL ESTIMASI KONSEPTUAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT

COST MODEL ESTIMASI KONSEPTUAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT COST MODEL ESTIMASI KONSEPTUAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT Oleh : Putu Agus Aprita Aptiyasa Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email : aptiyasa@gmail.com

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI 1. Pendahuluan adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan pada informasi yang tersedia pada waktu itu (Iman

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh positif pendapatan asli daerah, dana alokasi umum,

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI BANGUNAN JALAN LAYANG (FLYOVER) DENGAN MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI BANGUNAN JALAN LAYANG (FLYOVER) DENGAN MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI BANGUNAN JALAN LAYANG (FLYOVER) DENGAN MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Ganjar Giwangkoro, Yusuf Latief, Wisnu Isvara Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gane, V (2004) dalam tulisannya Parametrik Design a Paradigm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gane, V (2004) dalam tulisannya Parametrik Design a Paradigm BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Desain Parameter Gane, V (2004) dalam tulisannya Parametrik Design a Paradigm Shift? menjelaskan bahwa parameter berasal dari hubungan antar hasil rancangan manusia

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasar valuta asing telah mengalami perkembangan yang tak terduga selama beberapa dekade terakhir, dunia bergerak ke konsep "desa global" dan telah menjadi salah satu pasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian pada karya akhir ini membahas mengenai pengembangan model Artificial Neural Network serta menganalisa kemampuan Artificial Neural Network sebagai alat peramalan. Obyek yang

Lebih terperinci

BAB 1 - PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 - PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN Laporan Tugas Akhir 1.1 LATAR BELAKANG Proyek konstruksi merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara merealisasikan sebuah ide menjadi bangunan sipil dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI MODEL ESTIMASI DURASI KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

STUDI MENGENAI MODEL ESTIMASI DURASI KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 STUDI MENGENAI MODEL ESTIMASI DURASI KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Peter F. Kaming 1, F.. Junaedi

Lebih terperinci

Prediksi Inflasi dengan Neural Network Menggunakan Metode Backpropagation

Prediksi Inflasi dengan Neural Network Menggunakan Metode Backpropagation Prediksi Inflasi dengan Neural Network Menggunakan Metode Backpropagation Nama : Ayu Choirunisa NPM : 51412280 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik Informatika Pembimbing : Dr. Asep Juarna LATAR

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL PADA KONSTRUKSI GEDUNG PERKANTORAN DENGAN METODE FUZZY LOGIC SKRIPSI

ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL PADA KONSTRUKSI GEDUNG PERKANTORAN DENGAN METODE FUZZY LOGIC SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL PADA KONSTRUKSI GEDUNG PERKANTORAN DENGAN METODE FUZZY LOGIC SKRIPSI JENNYVERA 0806454310 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM SARJANA DEPOK JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA TAHAP KONSEPTUAL PADA KONSTRUKSI GEDUNG PERKANTORAN DENGAN METODE ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

ESTIMASI BIAYA TAHAP KONSEPTUAL PADA KONSTRUKSI GEDUNG PERKANTORAN DENGAN METODE ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ESTIMASI BIAYA TAHAP KONSEPTUAL PADA KONSTRUKSI GEDUNG PERKANTORAN DENGAN METODE ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI LUDYA KESTURI 0806321215 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM SARJANA DEPOK JUNI

Lebih terperinci

Kajian Teori Biaya Konstruksi

Kajian Teori Biaya Konstruksi 18 BAB II Kajian Teori Biaya Konstruksi II. 1 Pengertian Konstruksi Dalam tahapan suatu pelaksanaan proyek, terdapat suatu tahapan yang disebut proses konstruksi. Tahapan ini adalah suatu proses dimana

Lebih terperinci

PEMODELAN PROPORSI SUMBER DAYA PROYEK KONSTRUKSI

PEMODELAN PROPORSI SUMBER DAYA PROYEK KONSTRUKSI PEMODELAN PROPORSI SUMBER DAA PROEK KONSTRUKSI Kevinnoka Adi Prasanda 1), Sugiyarto 2), Setiono 3) 1)Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3)Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN COST SIGNIFICANT MODEL DENGAN METODE PARAMETRIK UNTUK ESTIMASI BIAYA GEDUNG BERTINGKAT 2 (DUA) DI PROVINSI SUMATERA BARAT TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN COST SIGNIFICANT MODEL DENGAN METODE PARAMETRIK UNTUK ESTIMASI BIAYA GEDUNG BERTINGKAT 2 (DUA) DI PROVINSI SUMATERA BARAT TUGAS AKHIR PERBANDINGAN COST SIGNIFICANT MODEL DENGAN METODE PARAMETRIK UNTUK ESTIMASI BIAYA GEDUNG BERTINGKAT 2 (DUA) DI PROVINSI SUMATERA BARAT TUGAS AKHIR Oleh : ANNE FADILLAH 1311061013 PROGRAM STUDI DIV MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern seperti saat ini, energi listrik menjadi salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan masyarakat. Berbagai peralatan rumah tangga maupun industri saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi perbandingan tingkat..., Firmansyah, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi perbandingan tingkat..., Firmansyah, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi yang berkembang cepat menuntut kita untuk dapat memahami dan menguasai aspek-aspek yang berhubungan dengan bidang konstruksi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

Estimasi biaya konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan fisik dilakukan dan memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen penawaran dan lainnya. E

Estimasi biaya konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan fisik dilakukan dan memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen penawaran dan lainnya. E BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PRINSIP DASAR TEORI Estimasi Biaya adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan pada informasi yang tersedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah satu sektor usaha yang mampu memberikan sumbangan yang cukup signifikan bagi pertumbuhan

Lebih terperinci

STUDI PRAKTEK ESTIMASI BIAYA TIDAK LANGSUNG PADA PROYEK KONSTRUKSI

STUDI PRAKTEK ESTIMASI BIAYA TIDAK LANGSUNG PADA PROYEK KONSTRUKSI Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 STUDI PRAKTEK ESTIMASI BIAYA TIDAK LANGSUNG PADA PROYEK KONSTRUKSI Biemo W. Soemardi 1 dan Rani G. Kusumawardani 2 1 Kelompok Keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini diamanatkan di dalam Undang Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan yang

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA PROYEK

PERKIRAAN BIAYA PROYEK Halaman 1 dari Pertemuan 5 Pertemuan 5 PERKIRAAN BIAYA PROYEK 5.1 KEGUNAAN a. Bagi Pemilik, menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan investasi. b. Bagi Konsultan, diajukan kepada pemilik

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN KHUSUS PROYEK

BAB III: TINJAUAN KHUSUS PROYEK BAB III: TINJAUAN KHUSUS PROYEK 3.1. Latar Belakang Proyek Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008, tentang Pembentukan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah

1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak

Lebih terperinci

Bab V KESIMPULAN DAN MASALAH TERBUKA

Bab V KESIMPULAN DAN MASALAH TERBUKA Bab V KESIMPULAN DAN MASALAH TERBUKA Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh berdasarkan pada pembahasan dalam Bab III dan IV. Kesimpulan ini sebagai jawaban dari permasalahan dan sekaligus hasil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan bangunan atau suatu Konstruksi adalah suatu proses interaksi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan bangunan atau suatu Konstruksi adalah suatu proses interaksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan bangunan atau suatu Konstruksi adalah suatu proses interaksi yang rumit dari segi segi yang menyangkut keahlian, pengetahuan, kelengkapan informasi, dana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan perdagangan mempunyai cakupan yang sangat luas, sehingga pengawasan pelaksanaannya harus dilakukan secara ketat, tanpa adanya pengawasan yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kegagalan Konstruksi Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan ini dapat disebabkan karena kegagalan pada proses pengadaan barang

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN INSTALASI PERCONTOHAN PENGOLANAN AIR LIMBAH GABUNGAN INDUSTRI

ANALISIS EKONOMI PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN INSTALASI PERCONTOHAN PENGOLANAN AIR LIMBAH GABUNGAN INDUSTRI ANALISIS EKONOMI PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN INSTALASI PERCONTOHAN PENGOLANAN AIR LIMBAH GABUNGAN INDUSTRI DI DAERAN BANDUNG SELATAN KAPASITAS TOTAL 600 LITER/DETIK DALAM UPAYA PENANGGULANGAN PENCEMARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari dunia kontruksi berkembang makin pesat. Kita sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari dunia kontruksi berkembang makin pesat. Kita sebagai pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin hari dunia kontruksi berkembang makin pesat. Kita sebagai pelaku konstruksi dituntut untuk mampu memahami dan menguasai setiap aspek yang berkembang

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015 ANALISIS KEUNTUNGAN KONTRAKTOR AKIBAT VARIASI SISTEM PEMBAYARAN DAN JADWAL PELAKSANAAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan tiga fungsi, yaitu pertama sebagai tempat berinteraksi pembeli

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga pendidikan tinggi di negara-negara berkembang harus berhadapan tuntutan terhadap pertumbuhan infrastruktur internet, khususnya apabila berada pada fase registrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ini membuat perkembangan atau permintaan akan perumahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ini membuat perkembangan atau permintaan akan perumahan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun yang semakin meningkat membuat perkembangan suatu kota meningkat pesat. Tingginya laju pertumbuhan ini membuat perkembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

Perencanaan proyek dengan metode network planning pada proyek tk model kabupaten Sragen BAB I PENDAHULUAN

Perencanaan proyek dengan metode network planning pada proyek tk model kabupaten Sragen BAB I PENDAHULUAN Perencanaan proyek dengan metode network planning pada proyek tk model kabupaten Sragen Disusun oleh: Roroningtyas Siti Zulaikha I 0302535 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Proyek adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi seringkali ditentukan oleh suatu keputusan penting dalam rangka mengambil peluang (opportunity) yang jarang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan manajer (agen) ketika para manajer telah dikontrak oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan manajer (agen) ketika para manajer telah dikontrak oleh pemilik BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) dalam Wirawan 2014 menjelaskan bahwa teori keagenan melukiskan hubungan antara kepentingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem perdagangan internasional, setiap negara mempunyai mata uangnya masing-masing sebagai alat tukar atau alat pembayaran yang sah, dalam melakukan pembayaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Pintu Sukses Lestari merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis pintu, kusen, dan jendela. Berdiri sejak tahun 2009. Perusahaan ini melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik. sistem e-procurement (pengadaan secara elektronik) yang dikembangkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik. sistem e-procurement (pengadaan secara elektronik) yang dikembangkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) pada awalnya merupakan sistem e-procurement (pengadaan secara elektronik) yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada akhir periode mempunyai kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada akhir periode mempunyai kewajiban untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada akhir periode mempunyai kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya selama periode tersebut kepada pihak yang berkepentingan melalui

Lebih terperinci

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN Pertemuan 6 AKURASI DAN MACAM ANGGARAN Halaman 1 dari Pertemuan 6 6.1 Ciri ciri dan Penyebab Perkiraan Biaya yang Kurang Akurat Anggaran pryek dihasilkan dari perkiraan biaya kmpnen-kmpnennya dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA

BAB III PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA BAB III PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA A. DATA PERENCANAAN Untuk menetukan besarnya jumlah tenaga kerja diperlukan input data: 1. Volume Pekerjaan Volume pekerjaan sering disebut juga Bill Of Quantity

Lebih terperinci

STUDI MEDAN POLITEK. Oleh

STUDI MEDAN POLITEK. Oleh STUDI PERBANDINGAN ANALISIS HARGAA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTUL LANG OLEH KONTRAKTOR DENGAN METODE LAPANGANN TERHADAP METODE SNI 2008 PADA BEBERAPA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI KOTAA MEDAN TUGAS AKHIR Ditulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi tentu akan dapat dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia mengacu pada Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah direvisi menjadi Undang-Undang

Lebih terperinci

APPROXIMATE COST ESTIMATE BERDASARKAN KANDUNGAN BESI DAN KEBUTUHAN BEKISTING PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN TINGGI

APPROXIMATE COST ESTIMATE BERDASARKAN KANDUNGAN BESI DAN KEBUTUHAN BEKISTING PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN TINGGI APPROXIMATE COST ESTIMATE BERDASARKAN KANDUNGAN BESI DAN KEBUTUHAN BEKISTING PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN TINGGI Hendra Kwandoko 1, Chaisen Nawir 2, Budiman Proboyo 3, dan Indriani Santoso 4

Lebih terperinci

PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN

PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN HYBRID AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE NEURAL NETWORK Disusun oleh : Berta Elvionita Fitriani 24010211120005

Lebih terperinci

PENGANTAR BANGUNAN BERTINGKAT

PENGANTAR BANGUNAN BERTINGKAT PENGANTAR BANGUNAN BERTINGKAT 1 PENDAHULUAN Perancangan struktur dan konstruksi bangunan bertingkat rendah adalah proses merancang bangunan yang tidak hanya berhubungan dengan permasalahan struktur saja

Lebih terperinci

PERBANDINGAN AKURASI ALGORITME PELATIHAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGGUNA KERETA API DI PULAU JAWA

PERBANDINGAN AKURASI ALGORITME PELATIHAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGGUNA KERETA API DI PULAU JAWA PERBANDINGAN AKURASI ALGORITME PELATIHAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGGUNA KERETA API DI PULAU JAWA Budho Setyonugroho 1), Adhistya Erna Permanasari 2), Sri Suning Kusumawardani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sesuai dengan tuntutan otonomi daerah, maka peranan pemerintah daerah dalam pelaksanaan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan menjadi semakin penting. Otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Produktivitas Produktivitas memiliki pengertian yang beraneka ragam berkaitan dengan aspek ekonomi, kesejahteraan, teknologi, dan sumber daya. Pembahasan mengenai

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO HELDY ISMAIL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri

Lebih terperinci

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) L K Widyapratiwi 1, I P A Mertasana 2, I G D Arjana 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat ini banyak sekali perubahan perkembangan yang telah terjadi untuk membantu kehidupan masyarakat. Dalam perkembangan

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN PERBANDINGAN APLIKASI METODE REGRESI LINIER BERGANDA DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PEMBUATAN PETA ZONA NILAI TANAH (StudiKasus: KecamatanRegol, Kota Bandung) TUGAS AKHIR Karyailmiah yang diajukansebagaisalahsatusyaratmemperolehgelarsarjana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian tentang Strategi dan Analisis Penetapan Harga Proyek oleh Kontraktor yang terdiri dari 30 pernyataan ditujukan untuk direktur, estimator, manajer

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1. Definisi Proyek Pengertian proyek secara umum adalah merupakan sebuah kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar permintaan dari seorang owner atau pemilik pekerjaan

Lebih terperinci

PREDIKSI LUAS PANEN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BANYUMAS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

PREDIKSI LUAS PANEN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BANYUMAS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) PREDIKSI LUAS PANEN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BANYUMAS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) Supriyanto 1, Sudjono 2, Desty Rakhmawati 3 ( 1,2. UNSOED Purwokerto, 3. STMIK

Lebih terperinci

PEMODELAN NEURO-ARIMA UNTUK CURAH HUJAN DI KOTA SURABAYA

PEMODELAN NEURO-ARIMA UNTUK CURAH HUJAN DI KOTA SURABAYA PEMODELAN NEURO-ARIMA UNTUK CURAH HUJAN DI KOTA SURABAYA Oleh: Wiwinta Sutrisno 22 08 203 009 Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng Hal 1 dari 28 Latar Belakang Curah Hujan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN. Dasar-dasar Konstruksi Bangunan dan Teknik Pengukuran Tanah

MATA PELAJARAN. Dasar-dasar Konstruksi Bangunan dan Teknik Pengukuran Tanah STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN Bidang Keahlian : Teknologi dan Rekayasa Program Keahlian : Teknik Konstruksi dan Properti Kompetensi Keahlian : Bisnis Konstruksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pada bab ini akan dipaparkan skema umum penelitian yang dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua tahapan

Lebih terperinci

2014 ESTIMASI BEBAN PUNCAK HARIAN BERDASARKAN KLUSTER TIPE HARI BERBASIS ALGORITMA HYBRID SWARM PARTICLE-ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

2014 ESTIMASI BEBAN PUNCAK HARIAN BERDASARKAN KLUSTER TIPE HARI BERBASIS ALGORITMA HYBRID SWARM PARTICLE-ARTIFICIAL NEURAL NETWORK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara yang memiliki jumlah populasi penduduknya besar dan perkembangan industrinya mengalami peningkatan, tentunya memiliki tingkat kebutuhan akan sumber

Lebih terperinci

Perbandingan Prediksi Durasi Proyek Antara Pendekatan Matematis dan Kumulatif

Perbandingan Prediksi Durasi Proyek Antara Pendekatan Matematis dan Kumulatif Perbandingan Prediksi Durasi Proyek Antara Pendekatan Matematis dan Kumulatif Rizka Chairunnisa 1, Roy Handyawan 2, Adi Kurniawan Parjono 3 dan Basuki Anondho 4 1 Alumni Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, pertambahan populasi menyebabkan kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang tetap dan terbatas.

Lebih terperinci

Peramalan Nilai Kontrak Konstruksi PT X dengan Menggunakan Pendekatan Regresi Time Series dan ANFIS

Peramalan Nilai Kontrak Konstruksi PT X dengan Menggunakan Pendekatan Regresi Time Series dan ANFIS JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-201 Peramalan Nilai Kontrak Konstruksi PT X dengan Menggunakan Pendekatan Regresi Time Series dan ANFIS Arif Nur Wijiyanto, Dwi Endah

Lebih terperinci

PERHITUNGAN RAB GEDUNG PERKANTORAN 5 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH SURAKARTA

PERHITUNGAN RAB GEDUNG PERKANTORAN 5 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH SURAKARTA PERHITUNGAN RAB GEDUNG PERKANTORAN 5 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasifik dan berada di atas lempeng aktif Hindia-Australia. Ini menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasifik dan berada di atas lempeng aktif Hindia-Australia. Ini menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi geografis, Indonesia terletak dijalur pegunungan sirkum pasifik dan berada di atas lempeng aktif Hindia-Australia. Ini menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proyek merupakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan yang harus dicapai dengan beberapa spesifikasi tertentu, memiliki awal dan akhir, dengan keterbatasan sumber

Lebih terperinci

Peramalan Nilai Kontrak Konstruksi PT X dengan Menggunakan Pendekatan Regresi Time Series dan ANFIS

Peramalan Nilai Kontrak Konstruksi PT X dengan Menggunakan Pendekatan Regresi Time Series dan ANFIS 1 Peramalan Nilai Kontrak Konstruksi PT X dengan Menggunakan Pendekatan Regresi Time Series dan ANFIS Arif Nur Wijiyanto, Dwi Endah Kusrini, dan Irhamah Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN PROYEK KONSTRUKSI

A. PENGERTIAN PROYEK KONSTRUKSI PROYEK KONSTRUKSI A. PENGERTIAN PROYEK KONSTRUKSI Suatu rangkaian kegiatan di bedakan atas dua jenis yaitu kegiatan rutin dan kegiatan proyek, yaitu : Kegiatan rutin adalah suatu kegiatan yang terus menerus

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Pendidikan dasar merupakan suatu proses transformasi yang terencana dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Pendidikan dasar merupakan suatu proses transformasi yang terencana dan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Pendidikan dasar merupakan suatu proses transformasi yang terencana dan membebaskan dalam rangka menghasilkan output yang diharapkan. Pendidikan dasar dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara vertikal yaitu Pembangunan gedung bertingkat. bangunan gedung yang tepat sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara vertikal yaitu Pembangunan gedung bertingkat. bangunan gedung yang tepat sangat diperlukan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin maju dan berkembangnya suatu negara tentunya akan sangat membutuhkan peningkatan dalam segala aspek, mulai dari kesehatan, pendidikan, sampai dengan fasilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMBIAYAAN SARANA DAN PRASARANA PERGURUAN TINGGI NEGERI

ALTERNATIF PEMBIAYAAN SARANA DAN PRASARANA PERGURUAN TINGGI NEGERI ALTERNATIF PEMBIAYAAN SARANA DAN PRASARANA PERGURUAN TINGGI NEGERI Batam, 16 Maret 2017 Hamir Hamzah Direktur Sarana dan Prasarana Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi DASAR HUKUM Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi yang saat ini sedang berada dalam tren positif. Listrik merupakan salah

Lebih terperinci

Disusun oleh : Nama : Ismy Chaerunissa Oktia NPM : Jurusan : Akuntansi / S1 Pembimbing : Supiningtyas P., SE., MM

Disusun oleh : Nama : Ismy Chaerunissa Oktia NPM : Jurusan : Akuntansi / S1 Pembimbing : Supiningtyas P., SE., MM Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Alokasi Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota Provinsi Wilayah Pulau Sumatera Periode 2009-2011 Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegagalan pada Proyek Konstruksi Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan nasional, jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis mengingat jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk

Lebih terperinci

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung 89 6 IMPLEMENTASI MODEL Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung ini dapat digunakan sebagai suatu model yang dapat menganalisis penyediaan tepung jagung

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN BIAYA

PERENCANAAN MANAJEMEN BIAYA L/O/G/O PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI Hendri Sopryadi,M.T.I PERTEMUAN- 6 PERENCANAAN MANAJEMEN BIAYA 2 9 BIDANG PENGETAHUAN YANG PERLU DIKUASAI MANAJER (SUMBER: SCHWALBE, I.T.PROJECT MANAGEMENT, THOMSON

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Teori yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen ini salah satunya berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang dihadapi seluruh Negara di dunia terutama Negara berkembang seperti Indonesia adalah kemiskinan. Kemiskinan atau tingkat kesejahteraan yang rendah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri. Kenapa sektor industri dituntut untuk selalu berkembang? Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. industri. Kenapa sektor industri dituntut untuk selalu berkembang? Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini, perkembangan dunia usaha semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Dimana perusahaan tidak hanya menghadapi persaingan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perkembangan teknologi dan otonomi daerah menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perkembangan teknologi dan otonomi daerah menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perkembangan teknologi dan otonomi daerah menuntut pemerintah daerah melakukan tugasnya dengan baik dan transparan. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan kepemimpinan nasional dari Orde Baru menuju Orde Reformasi, pola hubungan antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beberapa provinsi dan setiap provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing memiliki pemerintah

Lebih terperinci

Anggaran dan Borongan ( Rencana Anggaran Biaya Bangunan ), 1990

Anggaran dan Borongan ( Rencana Anggaran Biaya Bangunan ), 1990 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Rencana Anggaran Biaya 3.1.1 Definisi Menurut John W. Niron dalam buku yang berjudul Pedoman Praktis Anggaran dan Borongan ( Rencana Anggaran Biaya Bangunan ), 1990 Rencana Anggaran

Lebih terperinci

Nama Matakuliah STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN - 1

Nama Matakuliah STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN - 1 Nama Matakuliah STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN - 1 Kode/ sks : TKA 1116/ 3 sks (2 sks/ 2 jam Kuliah - 1 sks/ 3 jam Latihan) Prasyarat : Status Matakuliah : wajib Deskripsi singkat matakuliah: Matakuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009). untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009). untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Anggaran berisi estimasi

Lebih terperinci