Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di Pasar Kerja dengan memperkuat Tripartisme dan Dialog Sosial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di Pasar Kerja dengan memperkuat Tripartisme dan Dialog Sosial"

Transkripsi

1

2 Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai dokumen latar belakang tentang persoalan dan pilihan-pilihan kebijakan kunci yang sangat penting bagi pengentasan kemiskinan. Dan kedua, sebagai pondasi dalam penyusunan laporan komprehensif: "Terbebas dari Kemiskinan: Masukan ILO atas PRSP Indonesia". Paparan teknis ini membahas: Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di Pasar Kerja dengan memperkuat Tripartisme dan Dialog Sosial. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral Desentralisasi dan Pekerjaan yang Layak: Mengaitkannya dengan MDGs; Penciptaan Pekerjaan dan Pengembangan Usaha (Usaha Kecil, Menengah dan Ekonomi Lokal); Lapangan Kerja bagi Kaum Muda: Jalan Setapak dari Sekolah menuju Pekerjaan; Pembangunan Pedesaan: Akses, Ketenagakerjaan dan Peluang Meraih Pendapatan; Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan; Mempromosikan Deklarasi ILO mengenai Prinsipprinsip dan Hak-hak Dasar di Tempat Kerja; Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak; Perlidungan Sosial bagi Semua; Migrasi: Peluang dan Tantangan bagi Pengentasan Kemiskinan. Jender dan Kemiskinan

3 Hak Cipta Kantor Perburuhan Internasional 2004 Pertama terbit tahun 2004 Publikasi Kantor Perburuhan Internasional dilindungi oleh Protokol 2 dari Konvensi Hak Cipta Dunia (Universal Copyright Convention). Walaupun begitu, kutipan singkat yang diambil dari publikasi tersebut dapat diperbanyak tanpa otorisasi dengan syarat agar menyebutkan sumbernya. Untuk mendapatkan hak perbanyakan dan penerjemahan, surat lamaran harus dialamatkan kepada Publications Bureau (Rights and Permissions), International Labour Office, CH 1211 Geneva 22, Switzerland. Kantor Perburuhan Internasional akan menyambut baik lamaran tersebut. ILO Seri Rekomendasi Kebijakan: Kerja Layak dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 2004 ISBN Sesuai dengan tata cara Perserikatan Bangsa Bangsa, pencantuman informasi dalam publikasi publikasi ILO beserta sajian bahan tulisan yang terdapat di dalamnya sama sekali tidak mencerminkan opini apapun dari Kantor Perburuhan Internasional (International Labour Office) mengenai informasi yang berkenaan dengan status hukum suatu negara, daerah atau wilayah atau kekuasaan negara tersebut, atau status hukum pihak pihak yang berwenang dari negara tersebut, atau yang berkenaan dengan penentuan batas batas negara tersebut. Dalam publikasi publikasi ILO sebut, setiap opini yang berupa artikel, kajian dan bentuk kontribusi tertulis lainnya, yang telah diakui dan ditandatangani oleh masing masing penulisnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing masing penulis tersebut. Pemuatan atau publikasi opini tersebut tidak kemudian dapat ditafsirkan bahwa Kantor Perburuhan Internasional menyetujui atau menyarankan opini tersebut. Penyebutan nama perusahaan, produk dan proses yang bersifat komersil juga tidak berarti bahwa Kantor Perburuhan Internasional mengiklankan atau mendukung perusahaan, produk atau proses tersebut. Sebaliknya, tidak disebutnya suatu perusahaan, produk atau proses tertentu yang bersifat komersil juga tidak dapat dianggap sebagai tanda tidak adanya dukungan atau persetujuan dari Kantor Perburuhan Internasional. Publikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung melalui Kantor Pusat ILO dengan alamat ILO Publications, International Labour Office, CH 1211 Geneva 22, Switzerland atau melalui Kantor ILO di Jakarta dengan alamat Menara Thamrin, Lantai 22, Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta Katalog atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma cuma pada alamat tersebut, atau melalui e mail:pubvente@ilo.org ; jakarta@ilo.org. Kunjungi website kami: ; Dicetak di Jakarta, Indonesia

4 MENINGKATKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK DI PASAR KERJA DENGAN MEMPERKUAT TRIPARTISME DAN DIALOG SOSIAL Kami mendesak pemerintah untuk memberi prioritas pada praktek pemerintahan yang baik sebagai unsur penentu dalam strategi Indonesia mengatasi kemiskinan. Masalah-masalah tata pemerintahan yang belum dibenahi dengan baik akan menghambat masyarakat untuk mendapatkan peluang, keadilan, dan akses terhadap sumber daya penunjang kehidupan. Berbagai hambatan ini malah menciptakan dan melanggengkan kemiskinan. Tata pemerintahan yang lebih baik menjadi kunci dalam penyelesaian konflik, pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan 1 1 Setelah krisis keuangan yang cukup berat, Indonesia berhasil memulihkan stabilitas makronya inflasi menurun, nilai tukar menguat dan tingkat suku bunga menurun tajam. Selain itu, posisi anggaran negara berada pada jalur yang berkelanjutan, sistim perbankan telah stabil dan beberapa kemajuan telah dicapai dalam reformasi struktural. Dengan adanya landasan dasar untuk pemulihan ini, Indonesia harus mempercepat pertumbuhan agar dapat mengatasi tantangan untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan mencapai Sasaran Pembangunan Milenium. Penciptaan iklim investasi yang lebih mantap penting artinya dalam rangka mencapai pertumbuhan ini. Kebijakan yang menyangkut iklim investasi untuk menarik investor luar dan dalam negeri akan meningkatkan daya saing Indonesia dan mengembangkan kebijakan untuk mendapatkan manfaat dari pertumbuhan negara-negara lain (terutama negara-negara pesaing utama seperti Cina, Vietnam, Filipina dan Thailand). Pemerintahan yang baik diperlukan untuk meningkatkan daya saing dan investasi di Indonesia 2 Consultative Groups on Indonesia, Mid Year Review June 2002, Laporan oleh Kelompok Kerja Pengentasan Kemiskinan.

5 Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di Pasar Kerja dengan memperkuat Tripartisme dan Dialog Sosial Walaupun ada kemajuan hingga saat ini, iklim investasi masih tetap kurang baik. Meskipun kondisi pasar uang mengalami kemajuan berarti, beberapa kasus hukum yang menyangkut sejumlah pejabat menjadi perhatian para pengamat berkaitan dengan lambatnya reformasi di bidang hukum. Komisi Anti Korupsi yang dibentuk baru-baru ini disambut baik, tetapi semua tergantung pada pelaksanaan di lapangan (demikian pula halnya dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha). Desentralisasi, yang secara keseluruhan telah berjalan cukup baik, juga telah menimbulkan masalah bagi perusahaan-perusahaan yang ada dan para calon investor karena adanya peraturanperaturan baru dan peraturan perpajakan yang saling bertentangan. Para investor juga makin banyak menyampaikan keluhan mereka tentang kerangka peraturan perburuhan serta tren kenaikan upah minimum. 2 Serangan teroris baru-baru ini menambah keprihatinan terhadap keamanan dalam negeri. Ini semua berarti bahwa Pemerintah harus berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan iklim investasi, meningkatkan daya saing Indonesia dan membangun prospek pertumbuhan sebagai langkah ke depan. 2 Secara historis, kekuatan perekonomian Indonesia telah menjadi tujuan yang menarik untuk investasi modal asing: pasar dalam negeri dan tenaga kerja yang besar, sumber daya alam yang melimpah, prasarana yang baik, serta lokasi yang menarik di antara beberapa jalur perdagangan penting di dunia. Namun demikian, arus investasi asing ke Indonesia tinggal kurang dari separuh dari yang pernah dicapai sebelum krisis. Investasi dalam negeri juga tetap rendah, yang menyebabkan pembentukan modal tetap bruto pada tahun 2003 masih tetap di bawah yang dicapai pada tahun 1997 (sumbangan foreign direct investment/fdi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto menurun tajam dari 40,4 persen pada tahun 2000 menjadi 32,2% pada tahun ). Menurut Inward FDI 2 Studi yang baru-baru ini dilakukan SMERU menemukan bahwa tingkat pengangguran memburuk jika upah minimum dinaikkan. Setiap kenaikan upah minimum sebesar 10 persen, pekerjaan di sektor formal akan berkurang satu persen. Upah minimum pekerja di sektor formal telah bertambah 20 persen dalam nilai riil dibandingkan dengan posisi sebelum krisis pada (Dilaporkan dalam the Economist Intellegence Unit Indonesia Country Report September UNCTAD World Investment Report 2003

6 Performance Index terakhir dari UNCTAD 4, Indonesia berada di peringkat ke 138 (dari 196 negara). Dari segi persaingan, Indonesia mengalami penurunan dari urutan ke-25 pada tahun 2002 menjadi ke-28 pada tahun 2003 (dari 30 negara yang berpenduduk lebih dari 20 juta jiwa). Dalam tabel IMD World Competitiveness itu, Cina berada pada urutan ke- 12, Korea Selatan ke-15 dan Filipina ke-22. Dan dari segi efisiensi usaha, yang meliputi variabel indeks komposit pasar kerja, Indonesia ditempatkan sebagai negara yang rendah tingkat efisiensi-nya di antara 59 negara yang dicakup dalam survai. 5 3 Apa yang paling dibutuhkan untuk memulihkan kepercayaan pasar, meningkatkan daya saing dan mendukung investasi di Indonesia? Reformasi dalam sektor hukum dan peraturan perundang-undangan menjadi titik paling penting dalam strategi mencapai kemajuan berkelanjutan di bidang investasi. Upaya memperkuat Komisi Anti Korupsi yang baru dibentuk, perubahan atas undang-undang kepailitan, dan upaya terus-menerus untuk memperkuat pengadilan niaga merupakan prioritas khusus. Upaya berkelanjutan perlu ditempuh untuk memastikan bahwa desentralisasi tidak mengarah pada munculnya peraturan-peraturan yang tidak perlu, yang justru membuat para investor mundur dari niat mereka. Penanganan urusan pabean dan pajak, yang seringkali dilaporkan makin tidak transparan, makin sulit diprediksi, dan makin tidak fair, telah membuat investasi menjadi kurang menarik. Suatu kebijakan pasar kerja yang menyeimbangkan antara konteks perlindungan hakhak pekerja dan upaya mempertahankan pasar kerja yang fleksibel dalam konteks kebijakan hubungan industri yang baik juga penting artinya di tengah keprihatinan akhir-akhir ini sebagaimana yang sudah disuarakan. Hal-hal berikut ini juga membutuhkan komitmen pemerintah yang serius untuk menyelesaikannya yang pada gilirannya akan banyak mempengaruhi iklim investasi, yakni kebijakan hubungan industrial yang kuat yang menjadi komponen penting dan menjadi fokus dari Paparan Teknis Singkat ini. 4 Ibid, ranked for : rasio sumbangan Indonesia dalam indeks arus investasi (FDI) global terhadap sumbangannya pada GDP. 5 Lihat IMD World Competitiveness Yearbook 2003

7 Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di Pasar Kerja dengan memperkuat Tripartisme dan Dialog Sosial Apa yang dimaksud dengan tata pemerintahan yang baik? UNSUR-UNSUR PEMERINTAHAN YANG BAIK 1. Partisipasi Semua laki-laki dan perempuan harus mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga-lembaga perantara yang resmi yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi yang luas seperti itu dibangun atas dasar kebebasan berserikat dan kebebasan berbicara yang berarti perlunya untuk sepenuhnya melaksanakan ketentuan Konvensi ILO 87 dan juga kemampuan untuk berpartisipasi secara konstruktif. 2. Supremasi hukum Berbagai kerangka hukum harus bersifat adil dan diberlakukan tanpa memihak, terutama undangundang tentang hak asasi manusia. 3. Transparansi Transparansi berkembang dari arus informasi bebas. Semua proses, lembaga dan informasi langsung dapat diakses oleh mereka yang memerlukannya, dan ketersediaan informasi akan membantu mereka memahami dan melakukan pemantauan. Ini penting sekali untuk keberhasilan proses PRSP: informasi harus tersedia pada waktunya sehingga para mitra sosial (stakeholder) dapat berpartisipasi dan memberikan kontribusi sebagaimana mestinya. 4. Daya tanggap Semua lembaga dan proses berusaha melayani para stakeholder Orientasi pada konsensus Pemerintahan yang baik menengahi berbagai kepentingan untuk mencapai konsensus tentang apa yang paling dikehendaki oleh kelompok itu dan, dimana perlu, atas semua kebijakan dan prosedur. Ini menjadi tujuan utama dialog sosial dan suatu tantangan yang cukup penting untuk para mitra sosial mengingat basis keanggotaan mereka yang beragam. 6. Pemerataan Laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang sama untuk meningkatkan atau mempertahankan kesejahteraan mereka dan

8 semua berhak atas suara melalui keanggotaan mereka dalam organisasi perwakilan, seperti serikat pekerja dan asosiasi pengusaha. 7. Efektivitas dan efisiensi Semua proses dan lembaga menghasilkan sesuatu yang bisa memenuhi kebutuhan anggota dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya. 8. Tanggung jawab Para pembuat keputusan di pemerintahan, sektor swasta dan organisasi masyarakat madani termasuk serikat pekerja dan asosiasi pengusaha bertanggung jawab kepada publik serta kepada para stakeholder kelembagaan. Tanggung jawab ini berbeda satu dengan lainnya tergantung pada organisasi dan apakah keputusan itu bersifat internal atau eksternal bagi suatu organisasi. 9. Visi strategis Para pemimpin dan publik mempunyai perspektif yang luas dan berjangka-panjang tentang pemerintahan yang baik dan pengembangan manusia, bersama dengan pandangan tentang apa yang diperlukan untuk pengembangan seperti itu. Terdapat juga pemahaman atas kompleksitas historis, budaya dan sosial yang menjadi dasar perspektif itu. Sumber: Disarikan dari Good Governances for the People Involving the People Partnership for Governance Reform. Partnership for Governance Reform Secretariat, UNDP Indonesia. 5 Dialog sosial memainkan peran penting dalam pencapaian tujuan ILO untuk meningkatkan peluang bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif atas dasar kebebasan, kesetaraan, keamanan dan martabat. Dialog sosial sebagaimana didefinisikan oleh ILO mencakup semua jenis negosiasi, konsultasi atau sekedar pertukaran informasi antara, atau di antara sejumlah wakil pemerintah, pengusaha dan pekerja, tentang masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama dalam masalah-masalah kebijakan ekonomi dan sosial. Ini dapat berwujud Mengapa dialog sosial menjadi instrumen vital untuk peningkatan pemerintahan yang baik di pasar kerja

9 Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di Pasar Kerja dengan memperkuat Tripartisme dan Dialog Sosial proses tripartit, dengan pemerintah sebagai pihak resmi dalam dialog atau dapat berbentuk hubungan bipartit antara pekerja dan manajemen (atau serikat pekerja dan asosiasi pengusaha), dengan atau tanpa keterlibatan pemerintah. Konsultasi dapat dilaksanakan secara informal atau dilembagakan, dan seringkali sebagai gabungan antara keduanya. Ini dapat terbentuk pada tingkat pusat, daerah atau perusahaan. Bentuknya dapat berupa antar-profesi, sektor atau gabungan semua bentuk ini. Dalam banyak kasus, dialog sosial adalah suatu upaya membangun kepercayaan di antara para pihak yang berbeda kepentingannya dalam kegiatan ekonomi yang sama dan yang tidak memiliki akses informasi yang tidak seimbang (asimetris). Secara khusus, wadah utama untuk dialog sosial adalah komite bipartit dan tripartit. Undangundang Ketenagakerjaan yang baru yaitu UU No. 13 tahun 2003 menyatakan bahwa semua perusahaan dengan lebih dari 50 pegawai wajib membentuk komite kerjasama bipartit yang berfungsi sebagai forum untuk komunikasi, konsultasi dan musyawarah dalam upaya memecahkan masalah ketenagakerjaan pada tingkat perusahaan. Namun pada kenyataannya, kebanyakan perusahaan tidak mempunyai komite ini dan di antara sebagian besar dari mereka yang mempunyai komite, komite itu tampaknya kurang efektif. 6 Demikian pula, Dewan Tripartit Nasional perlu diperkuat melalui proses desentralisasi demikian pula halnya dengan komite tripartit tingkat daerah. Kondisi yang memungkinkan dialog sosial adalah sebagai berikut: 6 Organisasi pekerja dan asosiasi pengusaha yang kuat, independen dengan kemampuan teknis dan akses ke informasi yang relevan untuk berpartisipasi dalam dialog sosial. Kemauan dan komitmen semua pihak untuk ikut serta dalam dialog sosial. Penghargaan atas hak-hak kebebasan berserikat dan mengadakan perundingan bersama yang sangat fundamental. 6 ILO/USDOL membuka diri untuk riset

10 Lembaga-lembaga dialog sosial seringkali tampak pada komposisi masing-masing. Lembagalembaga ini dapat berupa bipartit, tripartit atau tripartit plus. Para aktor kunci dalam tripartit adalah wakil-wakil pemerintah, pengusaha dan pekerja. Kadang-kadang, dan tergantung pada konteks nasional yang khusus, para mitra tripartit memilih membuka dialog bagi para pelaku lain yang di masyarakat yang terkait dalam upaya memperoleh perspektif yang lebih luas, untuk menyertakan berbagai pandangan dari para pelaku sosial lainnya dan untuk membangun konsensus yang lebih luas. Ada berbagai macam bentuk dialog sosial, mulai dari kegiatan sederhana saling bertukar-informasi, sampai bentuk konsultasi yang cukup luas. Berikut ini adalah pilihan dari bentuk dialog sosial yang paling umum dilihat. Dukungan kelembagaan yang sesuai. Pertukaran-informasi adalah salah satu dari unsur yang paling mendasar dan penting untuk dialog sosial yang efektif. Dengan demikian, bentuk ini tidak mengandung diskusi atau tindakan nyata tentang berbagai masalah, namun ia merupakan bagian penting dari proses-proses dimana dialog dan keputusan diambil. Konsultasi membentang lebih jauh dari sekedar pertukaran informasi dan memerlukan keterikatan para pihak melalui pertukaran pandangan yang pada gilirannya dapat berkembang menjadi dialog yang lebih mendalam. 7 Badan-badan tripartit dan bipartit dapat mengikat diri dalam negosiasi dan penyusunan perjanjian. Walaupun banyak di antara lembaga jenis ini memanfaatkan kesempatan berkonsultasi dan bertukar-informasi, beberapa darinya diberi kuasa untuk membuat kesepakatan yang mengikat. Lembaga-lembaga dialog sosial yang tidak diberi mandat demikian biasanya bertindak sebagai penasehat kepada menteri, anggota badan legislatif, dan pembuat kebijakan serta pembuat keputusan lainnya. Perundingan bersama bukan hanya suatu bentuk dialog sosial yang terpadu dan paling banyak dikenal, melainkan dapat juga menjadi indikator mengenai kemampuan suatu negara untuk mengikat

11 Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di Pasar Kerja dengan memperkuat Tripartisme dan Dialog Sosial diri dalam tripartisme tingkat nasional. Para pihak dapat mengikat diri dalam perundingan bersama di tingkat perusahaan, sektor, wilayah dan nasional bahkan multinasional. Tujuan utama dialog sosial itu sendiri adalah untuk meningkatkan pengembangan konsensus dan keterikatan secara demokratis antara para stakeholder utama dalam hubungan kerja. Struktur dan proses dialog sosial yang berhasil mempunyai potensi memecahkan masalah ekonomi dan sosial yang penting, mendorong dijalankannya pemerintahan yang baik, meningkatkan ketenangan dan stabilitas sosial dan industrial serta mendorong kemajuan ekonomi. Oleh karena itu, dialog sosial menjadi cara dan tujuan dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Ini menjadi komponen penting dari proses partisipasi yang terkait dalam penyusunan PRSP yang mencakup semua masalah dan sarat makna, serta menjadi prinsip dasar yang menjadi landasan masyarakat yang terbuka, transparan dan demokratik. 8 Tantangan dialog sosial di Indonesia dan apa artinya bagi peningkatan investasi dan persaingan, serta pengentasan kemiskinan. Efektivitas struktur tripartit ILO tergantung pada kekuatan dan kemampuan para konstituen, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (DEPNAKERTRAS), asosiasi pengusaha (APINDO) dan berbagai serikat pekerja (Federasi Serikat Pekerja). Kekuatan dan kelemahan relatif dari organisasiorganisasi ini didokumentasikan dengan baik dan bukan menjadi tujuan dari Paparan Teknis Singkat ini untuk menilainya. Namun demikian, dapat dipastikan bahwa kedua mitra sosial ini menghadapi tantangan organisasi dan kelembagaan sebagai akibat proses demokratisasi dan desentralisasi yang membawa transformasi bagi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Dapat dipastikan juga bahwa Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 dan Undang-undang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh No. 21 tahun 2000 menyajikan banyak peluang untuk penguatan kerangka bagi hubungan industrial di Indonesia. 7 Yang disebut terakhir mewajibkan Indonesia menurut Konvensi 87 dan aturan sebelumnya untuk menyediakan kerangka hukum yang berkaitan dengan upah, jaminan sosial, 7 Lihat, sebagai contoh, Peggy Kelly Meningkatkan program untuk Memperkuat Dialog Sosial, ILO, Januari 2002.

12 keselamatan dan kesehatan kerja, jam kerja dan cuti. Ini juga mengatur hubungan industrial dan merinci prosedur tentang cara menangani kesepakatan kerja bersama dan peraturan perusahaan. Walaupun ada kepatuhan pada kebijakan hubungan industrial Pancasila, dasar yang sebenarnya melandasi kebijakan hubungan industrial sebelum tahun 1998 lebih banyak diatur oleh birokrasi, kurang transparan dan kurang terbuka serta cenderung otokratik dan kadangkadang bersifat menekan. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi banyak kemajuan, dan fakta bahwa Indonesia telah meratifikasi konvensi-konvensi inti ILO (negara pertama di Asia yang melakukannya) menjadi dasar yang kokoh untuk memperkuat dialog sosial dan pemerintahan yang baik dalam pasar kerja. Namun demikian, telah tersebar banyak publikasi negatif tentang Indonesia, sejumlah media pada beberapa tahun terakhir memberitakan banyak perusahaan keluar atau mengancam untuk keluar dari Indonesia karena negeri ini tidak lagi dilihat sebagai tempat yang baik untuk berbisnis. 9 Pemberitaan media ini menyebut kenaikan upah buruh, masalah perselisihan dan ketidakpastian lingkungan hubungan industrial membuat para investor berpikir-pikir untuk berbisnis di Indonesia. 8 Namun demikian, fakta dan apa yang dilihat sebagai fakta tidak harus selalu sama. Misalnya, secara keseluruhan, tidak ada bukti yang memperkuat kesan bahwa sengketa-sengketa perburuhan makin meningkat (data resmi menunjukkan bahwa dalam kurun waktu , jumlah pemogokan yang terjadi lebih sedikit dibandingkan periode ). Demikian pula, tidak ada kepastian bahwa kenaikan upah minimum telah membuat Indonesia kurang mampu bersaing dengan negara-negara tetangganya. Namun demikian, adalah kenyataan bahwa upah minimum di Indonesia masih berada di bawah Filipina dan Thailand dan agak lebih tinggi dibandingkan Vietnam, dan bila dibandingkan dengan GNP per kapita suatu indikator kasar untuk produktivitas upah minimum yang ditetapkan Indonesia 8 Patrick Quinn, Freedom of Association and Collective Bargaining: A Study of Indonesia Experience , ILO Declaration Working Paper Ibid

13 Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di Pasar Kerja dengan memperkuat Tripartisme dan Dialog Sosial tampaknya tidak berbeda jauh dengan beberapa pesaingnya. 10 Perlu diingat juga bahwa agak sulit membicarakan aturan tunggal upah minimum di Indonesia karena sebagai bagian dari proses desentralisasi, tanggung jawab menetapkan upah minimum telah diserahkan ke pemerintah propinsi dan kabupaten/kota. Ketimbang menyebut masalah pasar kerja, tampaknya yang lebih menjadi keprihatinan bagi kebanyakan perusahaan dan investor adalah ketidak-pastian, masalah keamanan dan korupsi. 10 Statistik resmi menunjukkan bahwa 27,3 juta orang Indonesia bekerja di sektor formal (dari 98 juta angkatan kerja) tetapi adalah salah bila mengatakan bahwa dialog sosial yang baik hanya menguntungkan sejumlah kecil dari mereka yang mempunyai hubungan kerja formal karena di antara alasan-alasan lain mereka yang mempunyai hubungan kerja formal cenderung mempunyai banyak tanggungan keluarga, yang berarti multiplier effects (efek ganda) yang signifikan dari semua kebijakan yang menyangkut pasar kerja formal. Sifat alami yang sulit digambarkan dari pasar kerja di negara-negara berpenghasilan rendah memiliki implikasi bahwa manfaat moneter yang diperoleh pekerja yang terorganisasi kemungkinan akan diteruskan kepada yang lainnya melalui, misalnya, kiriman uang ke daerah pedesaan, modal untuk kegiatan usaha mikro, pemberian subsidi dari anggota-anggota keluarga besar, investasi dalam modal sosial, dsb. Bila dampak yang lebih luas seperti ini diperhitungkan, dapat dikemukakan argumentasi bahwa suatu komponen yang seringkali tidak ada dalam strategi pengentasan kemiskinan adalah pengaturan pasar kerja. Sebenarnya, faktor utama yang membedakan antara negara-negara yang berhasil mengentaskan kemiskinan dan negaranegara yang tidak berhasil dalam hal ini adalah pengaturan (governance) pasar kerja. Dengan demikian, investasi dalam dialog sosial menjadi unsur utama dalam meningkatkan proses perubahan kelembagaan untuk meningkatkan kinerja pasar kerja dan dengan demikian menghasilkan pertumbuhan yang memihak pada kaum miskin. 10 World Bank Brief for Consultative Group on Indonesia: Mainitaining Stability, Deepening Reforms, Jan 2003.

14 Pandangan konvensional (The Conventional Wisdom) yang mengatakan bahwa dialog sosial (dan, bila diperluas, Standar Inti Perburuhan) cenderung menaikkan biaya tenaga kerja (lebih tinggi dari produktivitas) dan secara otomatis menurunkan daya saing, tidak dilandasi bukti-bukti. Dalam soal Standar Utama Perburuhan, suatu studi yang baru-baru ini dilaksanakan menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang kuat yang mendukung pandangan konvensional bahwa investor asing lebih menghendaki negara-negara dengan standar perburuhan yang lebih rendah, dan bukti-bukti statistik malah menunjukkan kenyataan yang sebaliknya. 11 Lebih dari itu, dikemukakan argumentasi bahwa PRSP Indonesia perlu menekankan pada pentingnya peningkatan investasi dan persaingan melalui hubungan industrial yang kuat karena dengan memperkuat dialog sosial dan tripartisme, Pemerintah akan: Membantu meningkatkan stabilitas sosial dan ekonomi (investor asing sangat mengutamakan kondisi yang dapat diprediksi dan stabil karena keduanya memperkecil risiko) Membuat pasar bekerja lebih baik dengan meningkatkan transparansi, arus informasi dan check and balances kelembagaan Mengurangi pemborosan keterampilan dan kemampuan karena terjadinya gangguan, besarnya arus keluar masuk tenaga kerja (labour turn-over) dan diskriminasi di tempat kerja Meningkatkan pembentukan modal manusia dengan mengeliminasi bentuk-bentuk tekanan pada pekerja (buruh anak, buruh kerja paksa, dan sebagainya. 11 Selain itu, bila hubungan industrial yang kuat membantu menghapus diskriminasi di tempat kerja, ini akan dapat menciptakan peluang-peluang baru untuk kelompok-kelompok yang terpinggirkan termasuk perempuan dan penduduk asli sehingga meningkatkan partisipasi pasar kerja secara keseluruhan. 11 David Kucera, Effects of Labor Standards on Labor Costs and FDI Flows, International Institute for Labour Studies.

15 Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di Pasar Kerja dengan memperkuat Tripartisme dan Dialog Sosial Rekomendasi kebijakan Pemerintah Indonesia telah mengembangkan proses yang melibatkan dan mengikutsertakan banyak pihak untuk memperkuat pengembangan PRSP dan diharapkan hal itu akan berlanjut sampai tahap akhir penyusunan PRSP dan, setelah itu diwujudkan dalam pelaksanaan. Serikat-serikat pekerja, asosiasi pengusaha (APINDO) dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) bersama Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sama-sama mempunyai peranan penting. Pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah langkah besar dalam memberlakukan undang-undang untuk memperkuat kebijakan hubungan industrial yang sehat dan telah meratifikasi semua standar peraturan perburuhan serta Konvensi 144 tentang Konsultasi Tripartit. Ada dasar yang kuat untuk mengintegrasikan dialog sosial ke dalam strategi pengentasan kemiskinan dan dengan demikian menggalakkan suatu lingkungan yang lebih baik untuk menarik investasi dan mempertajam persaingan di bidang ekonomi. Dalam konteks PRSP, ILO mendesak Pemerintah untuk: 1. Memperkuat Dewan Tripartit Nasional dengan memastikan bahwa lembaga ini akan menjadi perwakilan para pihak yang terlibat (sesuai dengan rumusan yang disepakati pada akhir tahun 2002 di mana keterwakilan akan diperluas yang mencakup serikat pekerja di luar KSPI/FSPI) sekaligus bekerja secara reguler dengan mandat yang jelas. Komite-komite tripartit juga berfungsi di tingkat propinsi dan kabupaten dan sesuai dengan kebijakan desentralisasi Indonesia, penting artinya struktur tripartit di tingkat propinsi dan kabupaten Melaksanakan reformasi perburuhan yang sudah berjalan dan yang diusulkan, Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 memerlukan peraturan pelaksanaannya seperti Keputusan Presiden dan peraturan yang lain. Lebih banyak lagi pekerjaan yang diperlukan untuk mengembangkan infrastruktur untuk mediasi, konsiliasi dan arbitrasi sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Undang-undang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Pemantauan pelaksanaan dan dampak dari undang-undang

16 baru penting artinya untuk dapat menilai sampai sejauh mana dukungan atas perluasan standar perburuhan dan meningkatkan lingkungan hubungan industrial. 3. Memasukkan sejumlah indikator untuk mengukur berapa luas dan dalamnya partisipasi dalam soal penyusunan PRSP dan dalam pelaksanaannya. Semua ini perlu dipadukan ke dalam mekanisme/ metodologi yang ditentukan untuk memantau dan mengevaluasi seluruh proses pelaksanaan. 13

Pembangunan Pedesaan:: Akses, Ketenagakerjaan dan Peluang Meraih Pendapatan.

Pembangunan Pedesaan:: Akses, Ketenagakerjaan dan Peluang Meraih Pendapatan. Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

Paparan teknis ini membahas: Jender dan Kemiskinan. Tematema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi:

Paparan teknis ini membahas: Jender dan Kemiskinan. Tematema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

1. Dimensi Ketenagakerjaan Dalam Kebijakan Makro Dan Sektoral;

1. Dimensi Ketenagakerjaan Dalam Kebijakan Makro Dan Sektoral; Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua kegunaan. Pertama,

Lebih terperinci

Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan.

Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan. Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda: Jalan Setapak dari Sekolah menuju Pekerjaan

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda: Jalan Setapak dari Sekolah menuju Pekerjaan Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

Paparan teknis ini membahas: Jender dan Kemiskinan. Tematema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi:

Paparan teknis ini membahas: Jender dan Kemiskinan. Tematema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua kegunaan. Pertama,

Lebih terperinci

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai

Lebih terperinci

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri

Lebih terperinci

Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia

Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Sidang ke-92 2004 Laporan IV (1) Konperensi Perburuhan Internasional Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia pokok ke 4 dalam agenda Kantor Perburuhan Internasional Hak Cipta Kantor Perburuhan Internasional

Lebih terperinci

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K187 Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 K187 - Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISBN 978-92-2-xxxxxx-x Cetakan Pertama, 2010

Lebih terperinci

1. Dimensi Ketenagakerjaan Dalam Kebijakan Makro Dan Sektoral;

1. Dimensi Ketenagakerjaan Dalam Kebijakan Makro Dan Sektoral; Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua kegunaan. Pertama,

Lebih terperinci

Paparan teknis ini membahas: Perlidungan Sosial bagi Semua. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi:

Paparan teknis ini membahas: Perlidungan Sosial bagi Semua. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia Tujuan 8: Mempromosikan keberlajutan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan yang produktif dan menyeluruh, serta perkerja layak bagi semua Hak untuk Bekerja sebagai Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA 1 R-198 Rekomendasi Mengenai Hubungan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial K102 Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial 1 Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial Copyright Organisasi Perburuhan Internasional

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI 1 2012-2013 Kerugian terhadap lapangan kerja akibat krisis finansial dan ekonomi telah menyebabkan kesulitan hidup bagi pekerja perempuan dan laki-laki, keluarga dan komunitas,

Lebih terperinci

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.

Lebih terperinci

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 2 R-111 Rekomendasi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

Standar Perburuhan Internasional yang mendukung kebebasan berserikat, dialog sosial tripartit, perundingan bersama dan SDG

Standar Perburuhan Internasional yang mendukung kebebasan berserikat, dialog sosial tripartit, perundingan bersama dan SDG Standar Perburuhan Internasional yang mendukung kebebasan berserikat, dialog sosial tripartit, perundingan bersama dan SDG Karen Curtis Kepala Bidang Kebebasan Berserikat Kebebasan berserikat dan perundingan

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUMEDANG BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA 1 K 105 - Penghapusan Kerja Paksa 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan

Lebih terperinci

PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K

PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K TOPIK BAHASAN Apa itu perundingan bersama? Mengapa berunding tentang upah dan kondisi kerja lainnya?

Lebih terperinci

Penciptaan Pekerjaan dan Pengembangan Usaha (Usaha Kecil, Menengah dan Ekonomi Lokal)

Penciptaan Pekerjaan dan Pengembangan Usaha (Usaha Kecil, Menengah dan Ekonomi Lokal) Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Sambutan Pembukaan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Pada Sustainable Development Goals (SDGs) Conference Indonesia s Agenda for SDGs toward Decent Work for All Hotel Borobudur Jakarta, 17 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh membutuhkan suatu wadah yang kuat untuk memperjuangkan kepentingan mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah adanya pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Diskriminasi dan kesetaraan: 4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Mengidentifikasi kebijakan dan tindakan

Lebih terperinci

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER Kami meyakini bahwa bisnis hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kami sadar bahwa bisnis memiliki tanggung

Lebih terperinci

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/ AIDS DI TEMPAT KERJA Tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

Perdamaian yang universal dan abadi hanya dapat diwujudkan bila didasari pada keadilan sosial. Konstitusi ILO, 1919

Perdamaian yang universal dan abadi hanya dapat diwujudkan bila didasari pada keadilan sosial. Konstitusi ILO, 1919 Perdamaian yang universal dan abadi hanya dapat diwujudkan bila didasari pada keadilan sosial. Konstitusi ILO, 1919 SEKILAS TENTANG ILO Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO adalah badan Perserikatan

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Makro Ekonomi Disusun oleh: Nama : Nida Usanah Prodi : Pendidikan Akuntansi B NIM : 7101413170 JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Paparan teknis ini membahas: Dimensi Ketenagakerjaan Dalam Kebijakan Makro Dan Sektoral. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi:

Paparan teknis ini membahas: Dimensi Ketenagakerjaan Dalam Kebijakan Makro Dan Sektoral. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua kegunaan. Pertama,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG 2010 NO: 27 SERI: E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 27 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK DI KABUPATEN KARAWANG

Lebih terperinci

Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan integrasi ASEAN yang lebih dalam

Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan integrasi ASEAN yang lebih dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Mengelola integrasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama International Labour Organization Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui

Lebih terperinci

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 1 K177 - Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembanguanan nasional merupakan salah satu usaha peningkatan kwalitas sumber daya manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan didasari oleh kemampuan dan memenfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi

Lebih terperinci

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Organisasi Perburuhan Internasional Lapangan Kerja bagi Kaum Muda SEBUAH TUJUAN NASIONAL SEKILAS tentang Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda di Indonesia: Sekitar 57 persen dari angkatan kerja muda Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 1 R-197 Rekomendasi Mengenai Kerangka Promotional Untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0. 177 A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keadaan pasar kerja yang dualistik dengan kelebihan penawaran tenaga kerja dan

PENDAHULUAN. Keadaan pasar kerja yang dualistik dengan kelebihan penawaran tenaga kerja dan I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam situasi perburuhan yang sifat dan dinamikanya semakin kompleks, upah masih tetap menjadi persoalan utama di negara berkembang seperti Indonesia. Keadaan pasar kerja

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

Organisasi Perburuhan Internasional

Organisasi Perburuhan Internasional Organisasi Perburuhan Internasional Kesimpulan tentang Pengembangan Perusahaan yang Berkesinambungan Konferensi ILO, Juni 2007 Organisasi Perburuhan Internasional Pengembangan Perusahaan yang Berkesinambungan

Lebih terperinci

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian Presented by: M Anang Firmansyah IMF Dana Moneter Internasional adalah Salah satu badan khusus dalam system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

BAB 22 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 22 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 22 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN A. KONDISI UMUM Perkembangan ekonomi Indonesia telah menunjukkan kemajuan diberbagai bidang pembangunan. Tetapi kemajuan ini masih belum dapat menangani masalah pengangguran

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 2 R-90 Rekomendasi Pengupahan Setara, 1951 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia. Major Labour Laws of Indonesia

Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia. Major Labour Laws of Indonesia Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia Undang-undang No. 21/2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh Undang-undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan (sesuai dengan Putusan Makhkamah Konstitusi No.

Lebih terperinci

K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH

K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH 1 K-45 Mengenai Kerja Wanita dalam Segala Macam Tambang Dibawah Tanah 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan

Lebih terperinci

Pedoman bagi Rekomendasi ILO No. 189

Pedoman bagi Rekomendasi ILO No. 189 PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA DALAM USAHA KECIL DAN MENENGAH Pedoman bagi Rekomendasi ILO No. 189 Disahkan oleh Konperensi Perburuhan Internasional (ILC) pada tanggal 2-18 Juni 1998 Program InFocus mengenai

Lebih terperinci

Pakta Lapangan Kerja Global

Pakta Lapangan Kerja Global Organisasi Perburuhan Internasional Pulih dari Krisis: Pakta Lapangan Kerja Global Pulih dari Krisis: Pakta Lapangan Kerja Global Diadopsi oleh Konferensi Perburuhan Internasional Sesi ke-98, Jenewa, 19

Lebih terperinci

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV.1 Agenda Pembangunan Berdasarkan visi, misi, dan strategi pembangunan, serta permasalahan pembangunan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disusun sembilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN -62- BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2005-2025 4.1. Visi Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi Kabupaten Bangkalan sampai saat ini, isuisu strategis dan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah China (RRC), India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2010, sebanyak 237.641.326

Lebih terperinci

TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA

TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA Ir. Djuharsa M.D, MM KEPALA BADAN LITBANG DAN INFOMASI A G E N D A I. PROFIL PEKERJAAN LAYAK INDONESIA II. PERBANDINGAN RTKN DAN PROFIL DW INDONESIA

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA UU No 21/2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh UU No 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan UU No 2/2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial UNTUK

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto // SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto PADA RAPAT KONSOLIDASI PEMERINTAHAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, {6 Mei 2001 Pendahuluan Setelah hampir 5 (lima) bulan sejak dicanangkannya

Lebih terperinci

6HUL'HEDW 3HPEDQJXQDQ Kasus Indonesia

6HUL'HEDW 3HPEDQJXQDQ Kasus Indonesia Laporan Lokakarya LPEM-FEUI 6HUL'HEDW 3HPEDQJXQDQ Kasus Indonesia Laporan Lokakarya dari Lembaga Penelitian SMERU, Dengan dukungan dari AusAID Dan Ford Foundation. Jakarta, Juli 2001 Temuan, pandangan

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU

Lebih terperinci

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB

Lebih terperinci

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR 1 K-106 Istirahat Mingguan Dalam Perdagangan dan Kantor-Kantor 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci