UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG"

Transkripsi

1 PEMBELAJARAN MODEL ARIAS DENGAN TIM AHLI PADA MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA N 2 KEBUMEN skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Fisika Oleh Fatchun Alim JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 ii

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto:...sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Q. S. Ar ra d : 11) Barang siapa menenmpuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahkannya jalan menuju surga (HR. Muslim) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Al Insyirah : 6) Meski setiap hari diwarnai cobaan, aku telah buktikan, bahwa kesabaran membawa kita pada akhir yang menyenangkan (Dr. Aidh al-qarni) Jayane kangrat, swuh brasto tekabing ulah dharmastuti (Peribahasa Jawa) Persembahan: Skripsi ini saya persembahkan: 1. Untuk Ayah, Ibu, dan Adik, 2. Untuk saudara saudaraku, 3. Untuk bapak Hadi Wahono 4. Untuk teman teman kos, v

6 5. Untuk Unaisatuz Zahroh, Isnaeni Nur Charomah, Rini Imroatin Wijayanti, Isnaeni Anjarwati, Siti Zulaikhah, Ristya Yuliana, Maya Damayanti, dan Uswatun Khasanah, 6. Untuk teman-teman Prodi Pendidikan Fisika dan Fisika 2010, 7. Untuk adik-adik Pendidikan Fisika , 8. Untuk teman teman mahasiswa bidikmisi Universitas Negeri Semarang, dan 9. Untuk Almamaterku. vi

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillah atas ridha Allah, kesabaran pembimbing, serta semangat dan antusias saya dalam melakukan penelitian maupun menyusun skripsi, akhirnya saya mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Pembelajaran Model Arias dengan Tim Ahli pada Materi Alat-Alat Optik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMA N 2 Kebumen. Semoga skripsi ini menjadi ladang amal ibadah bagi saya, ayah, ibu, adik, dosen pembimbing, serta semua pihak yang telah membantu saya dalam menyusun skripsi ini. Secara khusus, saya mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor UNNES, 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., selaku Dekan FMIPA UNNES, 3. Dr. Khumaedi, M.Si., selaku Kepala Jurusan Fisika FMIPA UNNES sekaligus sebagai dosen pembimbing yang selalu sabar dan semangat dalam memberikan saran, masukan, serta kritik selama proses penyusunan skripsi ini, 4. Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D., dosen jurusan fisika, FMIPA, UNNES, 5. Dr. Sarwi, M.Si., selaku dosen wali, 6. Drs. Pamungkas T. Wasana, M.Si., selaku Kabid Litbang, S-P, a.n. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan izin penelitian di SMA Negeri 2 Kebumen, 7. Kepala SMA Negeri 2 Kebumen yang telah memberikan ijin penelitian, 8. Bapak Hadi Wahono selaku guru mata pelajaran Fisika kelas X MIA 2 SMA Negeri 2 Kebumen yang selalu memberikan saran dan kritik membangun sehingga sangat membantu saya ketika penelitian, vii

8 9. Bapak dan Ibu guru serta siswa - siswi kelas X MIA 2 SMA Negeri 2 Kebumen yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian, 10. Mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Fisika 2010 yang selalu membantu dan memberi semangat selama proses penyusunan skripsi, 11. Mahasiswa dan mahasiswi jurusan fisika 2012 yang selalu memberi semangat, 12. Isnaeni Nur Charomah, Isnaeni Anjarwati, Siti Zulaikhah, Ristya Yuliana, Rini Imroatin Wijayanti, Maya Damayanti, dan Uswatun Khasanah yang telah membantu penelitian dari awal sampai akhir, dan 13. Semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya skripsi ini. Semoga amal tenaga, pikiran, dan semangat dari semua pihak yang sudah membantu saya, mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah S.W.T. Semarang, 28 Agustus 2014 Fatchun Alim viii

9 ABSTRAK Fatchun, A. 2014: Pembelajaran Model ARIAS dengan Tim Ahli pada Materi Alat Alat Optik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 2 Kebumen. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Khumaedi, M.Si. Kata Kunci : Diskusi, Alat Alat Optik, Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction) dengan Tim Ahli, PTK. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa hasil belajar fisika aspek kognitif siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 2 Kebumen kurang maksimal atau rendah. Banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Ketuntasan klasikal aspek kognitif sebesar 60,55% menunjukkan bahwa hasil belajar belum tuntas dan termasuk dalam kategori rendah. Hasil angket observasi menyatakan bahwa kurangnya kegiatan memotivasi, siswa kurang latihan soal, siswa kurang percaya diri dalam mengerjakan soal fisika, siswa kurang tahu manfaat mempelajari ilmu fisika untuk masa depan, model pembelajaran kurang menarik, dan siswa kurang berminat pada kegiatan diskusi, merupakan beberapa faktor yang sangat dimungkinkan menyebabkan hasil belajar fisika aspek kognitif kurang maksimal/rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika pokok bahasan alat alat optik siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 2 Kebumen. Model pembelajaran yang digunakan adalah ARIAS dengan Tim Ahli. Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli terdiri dari lima kategori, yaitu assurance, relevance, interest, assessment, and satisfaction. Kelima kategori tersebut mempunyai langkah pembelajaran masing masing, sehingga kegiatan pembelajaran lebih rinci dan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian di kelas X MIA 2 merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Hasil penelitian menunjukkan, persentase siswa yang berminat diskusi pada pelajaran fisika pada siklus I sebesar 91%, siklus II 100%, dan siklus III 100%. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif pada siklus I 62,5%, siklus II 75,0%, dan siklus III 87,5%. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar afektif pada siklus I 75%, siklus II 84,38%, dan siklus III 90,63%, sedangkan untuk hasil belajar psikomotorik, pada siklus I 71,88%, siklus II 81.25% dan siklus III 90,63%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 2 Kebumen. Oleh karena itu, pembelajaran model ARIAS dengan Tim Ahli sebaiknya dikembangkan pada pembelajaran materi selanjutnya sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa. ix

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN KOSONG... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vii ix x xiii xiv xvi BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Tindakan Manfaat Penelitian Penegasan Istilah Sistematika Skripsi TINJAUAN PUSTAKA x

11 2.1 Model Pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli Karakteristik Model ARIAS Assurance (yakin/percaya diri) Relevance (relevansi) Interest (perhatian) Assessment (evaluasi) Satisfaction (kepuasan) Tim Ahli Materi Alat Alat Optik Kerangka Berfikir METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Langkah Penelitian Subjek Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Variabel Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Indikator Keberhasilan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sintaks Pra-penelitian Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian xi

12 4.3 Sintaks Pembelajaran Paparan Hasil Tindakan Hasil Penelitian Hasil Belajar Kognitif Hasil Belajar Psikomotor Hasil Belajar Afektif Hasil Kuesioner/Angket Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pembahasan Pembahasan Hasil Belajar Kognitif Pembahasan Hasil Belajar Afektif Pembahasan Hasil Belajar Psikomotor Pembahasan Minat Diskusi Siswa PENUTUP Simpulan Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Perbedaan Kamera dan Lup Kategori Minat Proses Pembelajaran Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Peningkatan Minat Diskusi Siswa Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Diagram Mata Manusia Lensa Negatif/Divergen/Cekung Membantu Rabun Jauh Lensa Positif/Konvergen/Cembung Membantu Rabun Dekat Lensa Silindris untuk Mata Astigmatisma Skema Kamera Secara Umum Pengamatan Tanpa Lup dan Menggunakan Lup Pengamatan Menggunakan Lup dengan Mata Tak Berakomodasi Mikroskop dan Diagram Berkas Cahaya pada Mikroskop Pembentukan Bayangan oleh Teropong Bintang Pembentukan Bayangan oleh Teropong Bumi Pembentukan Bayangan oleh Teropong Panggung Skema Pembentukan Cahaya oleh Teropong Spyglass Pantulan Cahaya Internal Sempurna oleh Teropong Prisma Pembentukan Bayangan pada Teropong Pantul Skema Hubungan Permasalahan Siswa dan Hasil Belajar Ketika Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Konvensional Skema Hubungan Permasalahan Siswa dan Target Hasil Belajar Ketika Pembelajaran Fisika Menggunakan Model ARIAS dengan Tim Ahli Siklus Penelitian Tindakan Kelas Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa Grafik Hasil Belajar Psikomotor Siswa Grafik Rata-Rata Peningkatan Minat Diskusi Siswa xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman aftar Nama Kelas Uji Coba aftar Nama Siswa Kelas X MIA aftar Pembagian Kelompok embar Angket Masalah Siswa ilabus PP isi Soal Uji Coba Siklus I oal Uji Coba Siklus I unci Jawaban Soal Uji Coba Siklus I isi Soal Uji Coba Siklus II oal Uji Coba Siklus II unci Jawaban Soal Siklus II isi Soal Uji Coba Siklus III... 5 xv

16 oal Uji Coba Siklus III unci Jawaban Soal Siklus III embar Penilaian Afektif embar Penilaian Psikomotor DS Siklus I DS Siklus II DS Siklus III ata Uji Validitas Soal ata Uji Taraf Kesukaran Soal ata Uji Daya Beda Soal ata Uji Reliabilitas Soal ata Instrumen Soal Yang Dipakai ontoh Perhitungan Reliabilitas ontoh Perhitungan Validitas ontoh Perhitungan Daya Pembeda Soal xvi

17 ontoh Perhitungan Tingkat Kesukaran asil Belajar Kognitif asil Belajar Afektif asil Belajar Psikomotor isi Uji Coba Angket ngket Uji Coba nalisis Uji Coba Angket ontoh Perhitungan Validitas Angket ontoh Perhitungan Reliabilitas Angket isi Angket Minat ngket Minat Diskusi nalisis Data Awal Minat Diskusi Siswa nalisis Minat Diskusi Siklus I nalisis Minat Diskusi Siklus II nalisis Minat Diskusi Siklus III abel Minat Diskusi Siswa... 2 xvii

18 ata Uji Gain ontoh Perhitungan Uji Gain oto Foto xviii

19 xix

20 xx

21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelajaran fisika masih menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar siswa. Mereka beranggapan bahwa mempelajari fisika terlalu sulit dikarenakan harus memahami ilmu matematika dan ilmu fisika itu sendiri. Anggapan siswa tersebut tidak hanya pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), tetapi juga siswa SMA. Dampak yang terjadi adalah hasil belajar sebagian besar siswa pada mata pelajaran fisika kurang maksimal atau dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Masyarakat umum memiliki interpretasi yang sama dengan siswa terhadap mata pelajaran fisika (Samudra et al., 2014: 1). Wiyanto (2004) menilai, proses pembelajaran ilmu fisika yang berlangsung di sekolah-sekolah hingga saat ini cenderung terjebak pada rutinitas. Rutinitas yang dimaksud adalah guru memberi rumus, contoh soal, dan latihan-latihan yang dikerjakan siswa, sehingga siswa akan cepat bosan. Berkaitan dengan keluhan bahwa mempelajari fisika sangat sulit, ia mengatakan, mempelajari fisika memang sulit, karena itu rasa kegemaran dan kecintaan siswa untuk mempelajari fisika harus ditumbuhkan dengan menghindari rutinitas yang membosankan. Maharta, sebagaimana yang dikutip oleh Arista et al. (2012: 2), menyatakan bahwa kondisi buku pelajaran, pola pembinaan calon guru yang ada sekarang ini, serta kemampuan dan cara mengajar guru ditengarai sebagai penyebab tidak berpengaruhnya pemahaman fisika siswa. 1

22 2 Junaedi (2012) juga menjelaskan bahwa cara penyampaian mata pelajaran fisika bersifat langsung ke sasaran atau lebih berorientasi pada inti materi saja, serta masih terbelenggu dengan model pembelajaran klasik. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika kurang maksimal terjadi di kelas X MIA 2 SMA Negeri 2 Kebumen. Berdasarkan observasi awal, diketahui bahwa ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif sebesar 60,55%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif belum tercapai dan termasuk dalam kategori rendah. Menurut Mulyasa (2002: 99) ketuntasan klasikal aspek kognitif tercapai apabila lebih dari 85% siswa mendapatkan nilai minimal 75. Berdasarkan hal tersebut, perlu diteliti lebih lanjut tentang faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Telah dilaksanakan observasi dengan cara mengikuti pembelajaran di kelas X MIA 2 sebanyak dua kali, serta diberikan angket observasi kepada seluruh siswa untuk mengetahui permasalahan permasalahan siswa yang sangat dimungkinkan sebagai penyebab rendahnya hasil belajar. Berdasarkan observasi langsung di kelas dan hasil angket, diketahui bahwa penyebab hasil belajar fisika siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 2 Kebumen yang kurang maksimal bersumber dari adanya beberapa faktor yang sangat dimungkinkan sebagai penyebab kesulitan belajar siswa. Menurut Zakir, seperti yang dikutip oleh Samudra et al. (2014: 1), kesulitan belajar merupakan salah satu gejala dalam proses belajar yang ditandai dengan berbagai tingkah laku yang berlatarbelakang dalam diri maupun di luar diri si pebelajar (dalam hal ini siswa).

23 3 Faktor pertama yang sangat dimungkinkan menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan belajar adalah kurangnya kegiatan memotivasi. Hal tersebut didukung oleh Ahmadi dan Supriyono (2004: 83) yang menyatakan bahwa sebab sebab kesulitan belajar salah satunya adalah kurangnya motivasi, dikarenakan motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Kemp (1994: 143) juga menjelaskan bahwa keinginan untuk belajar mempersyaratkan adanya motivasi. Purwanto (2004: ) juga menyatakan bahwa berhasil dan tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor, yaitu: 1. Faktor individual, yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri. 2. Faktor sosial, yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor sosial mempunyai beberapa jenis, antara lain: Kematangan/pertumbuhan Kecerdasan/intelejensi Latihan dan ulangan Motivasi Sifat sifat pribasi seseorang Keadaan keluarga Guru dan cara mengajar Alat alat pelajaran Motivasi sosial Sardiman, seperti yang dikutip oleh Mawarsih et al. (2013: 3) menyatakan bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam

24 4 diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri dan dari luar diri seseorang. Menurut Dimyati dan Mudjiono, seperti yang dikutip oleh Mawarsih et al. (2013: 3-4), motivasi seseorang dapat berupa motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang dan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang. Motivasi belajar yang dimiliki peserta didik pada setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Peserta didik akan berhasil dalam belajar apabila dalam dirinya ada keinginan untuk belajar. Peserta didik yang memiliki keinginan belajar atau motivasi belajar akan berpengaruh pada kegiatan belajar di sekolah sehingga peserta didik lebih aktif dalam proses belajar di kelas, keinginan tersebut disebut juga motivasi intrinsik. Pelbagai penjelasan para ahli tersebut semakin menguatkan bahwa motivasi sangat diperlukan siswa untuk mengurangi kesulitan belajar, sehingga hasil belajar pun menjadi lebih baik. Faktor kedua yang sangat dimungkinkan sebagai penyebab kesulitan siswa dalam mempelajari fisika adalah model pembelajaran yang membosankan dan pasif. Guru mengajarkan fisika menggunakan model ceramah atau konvensional yang hanya menjelaskan materi, sehingga siswa cukup mendengarkan saja. Model pembelajaran seperti itu memungkinkan siswa untuk mengantuk dan merasa bosan pada proses belajar mengajar, sehingga mengakibatkan menurunnya

25 5 antusias belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Jika antusias siswa menurun, kemungkinan fokus siswa dalam mengikuti pembelajaran juga menurun. Menurut aliran pragmatisme, pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan metode mengajar yang penting adalah metode pemecahan masalah. Progresivisme menentang pendidikan tradisional serta mengembangkan teori pendidikan (Sulo & Tirtarahardja, 2005: 87). Amri (2012: 99) menyatakan bahwa pembelajaran fisika kebanyakan masih didominasi oleh penggunaan metode caramah yang kegiatannya berpusat pada guru. Sebagian besar guru juga mengajarkan fisika hanya sebatas produk dan sangat sedikit proses. Berdasarkan hal tersebut, sudah saatnya model pembelajaran di kelas dirubah dengan model model yang lebih baik. Model pembelajaran yang baik, tidak hanya merubah proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, tetapi juga diharapkan dapat merubah perilaku maupun pemikiran siswa, sehingga permasalahan permasalahan individu siswa yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar, juga terpecahkan. Permasalahan umum yang sering terjadi di kelas adalah siswa selalu terbiasa dengan pembelajaran yang individual dan kompetitif. Guru merancang program supaya siswa belajar sendiri dalam tempo yang relatif lama dan suasana pembelajaran kelas yang penuh kompetisi. Situasi pembelajaran tersebut tidak akan menyelesaikan masalah ketika siswa dihadapkan pada permasalahan kompleks di dalam kehidupan siswa seharihari. Faktor ketiga adalah siswa kurang percaya diri ketika mengerjakan soal soal fisika, sehingga mengakibatkan siswa tidak semangat ketika mengerjakan tes

26 6 evaluasi. Maka dari itu perlu motivasi dari pendidik untuk membangkitkan rasa percaya diri siswa sehingga kesan jenuh dan tidak semangat dapat teratasi. Hal tersebut penting dikarenakan setiap siswa mempunyai harapan masa depan yang berhasil dan sukses. Harapan tersebut sangat berhubungan dengan adanya sikap percaya pada kemampuan diri siswa. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986: 218). Menurut Hakim, seperti yang dikutip oleh Rifki (2008: 5), sikap percaya diri merupakan hal utama yang harus dimiliki oleh seorang siswa dalam belajar juga dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan sikap percaya diri akan ada suatu keyakinan dalam diri individu terhadap segala aspek kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya dan dengan keyakinannya tersebut membuatnya mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Mereka yang memiliki perasaan tidak percaya diri akan selalu takut dan ragu untuk melangkah dan bertindak, berpendapat maupun berinteraksi baik dalam lingkungan sosial maupun dalam akademiknya. Hasil penelitian Rifki (2008: 78) menyatakan bahwa ada pengaruh antara percaya diri terhadap prestasi belajar, artinya semakin kuat atau tinggi rasa percaya diri siswa maka akan semakin ringgi prestasi belajarnya. Faktor keempat yang sangat dimungkinkan sebagai penyebab rendahnya hasil belajar adalah sebagian besar siswa masih belum paham tentang kemanfaatan mempelajari fisika. Siswa selalu berfikiran bahwa mempelajari fisika mempunyai kegunaan yang minim untuk masa depan mereka. Padahal mempelajari fisika tidak hanya berkaitan dengan rumus-rumus, tetapi juga proses

27 7 pemecahan masalah yang akan berguna untuk siswa di masa mendatang. Pembelajaran yang aktif, kerjasama belajar antar siswa yang baik, dan pengembangan keterampilan proses sangat diperlukan supaya siswa memahami arti penting mempelajari fisika. Menurut Arista (2013: 2), pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangannya adalah, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika juga dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan kelima yang dihadapi siswa adalah kurangnya kegiatan eveluasi berupa latihan soal soal fisika. Kegiatan tersebut sangat penting untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa serta melatih peserta didik supaya terampil dalam mengerjakan soal soal fisika. Tyler seperti yang dikutip oleh Arikunto (2010a: 3) menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Cronbach dan Stufflebeam sebagaimana yang dikutip oleh Arikunto (2010a: 3) juga menyatakan bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Kebosanan juga merupakan kendala siswa ketika mempelajari fisika. Siswa merasa bosan dikarenakan tidak tertarik pada kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Salah satu cara supaya siswa tertarik mempelajari fisika adalah dengan media pembelajaran yang menarik, informatif, kreatif, dan

28 8 inspiratif. Selain hal tersebut, kegiatan diskusi dan bertukar pendapat antar siswa juga harus ditingkatkan, karena sebagian besar siswa beranggapan bahwa akan lebih paham dijelaskan oleh temannya sendiri daripada oleh gurunya. Suatu saat seorang anak menjadi anggota kelompok sebaya di kampungnya, di organisasi pemuda, dan atau sekolah. Seorang anak mempunyai status tertentu didalam masing masing kelompok dan dituntut dari kelompok sebaya, serta adanya kecenderungan setiap kelompok untuk memenuhi eksplorasi itu, maka dirasakan pengaruh kelompok sebaya menjadi semakin penting (Sulo & Tirtarahardja, 2005: 97). Maka dari itu, pembelajaran kelompok sebaya menjadi sangat penting dilakukan siswa ketika masih belajar di sekolah. Pembelajaran kelompok sebaya di sekolah dapat dilakukan dengan kegiatan diskusi. Berdasarkan data angket awal tentang minat siswa terhadap kegiatan diskusi, skor rata rata yang diperoleh sebesar 50,47. Menurut Suyitno (2004: 73), nilai tersebut termasuk kategori kurang berminat, sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa kurang berminat terhadap kegiatan diskusi. Siswa beranggapan bahwa kegiatan diskusi hanya membuang waktu dan tidak begitu berpengaruh terhadap hasil belajar. Maka dari itu, diperlukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan diskusi fisika. Berbagai macam permasalahan seperti yang sudah dijelaskan, sangat dimungkinkan sebagai penyebab hasil belajar siswa kelas X MIA 2 kurang maksimal dan cenderung rendah. Permasalahan yang dihadapi siswa harus diselesaikan terlebih dahulu jika ingin berupaya meningkatkan hasil belajarnya. Saya mencoba melaksanakan penelitian dengan mengenalkan model pembelajaran

29 9 yang bernama ARIAS dengan Tim Ahli. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian mengarah pada peningkatan rasa percaya diri siswa dalam mengerjakan soal soal fisika (assurance), pembelajaran yang dilakukan ada hubungan dengan masa depan siswa (relevance), pembelajaran yang menarik (interest), melakukan evaluasi berupa latihan soal soal untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa (assessment), perasaan bangga terhadap prestasi belajar siswa (satisfaction), dan meningkatkan minat diskusi. Proses peningkatkan minat diskusi siswa pada penelitian ini menggunakan model diskusi Sundicate Group, yaitu suatu kelompok dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 siswa (Moedjiono & Hasibuan, 2006: 21). Dalam penelitian tindakan kelas ini, model diskusi tersebut dinamakan model diskusi Tim Ahli. Seperti nama modelnya, dalam diskusi ini terdapat kelompok ahli yang akan melaksanakan diskusi dan presentasi di depan kelas, sehingga diharapkan minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika dapat meningkat. Model diskusi Tim Ahli merupakan pembelajaran diskusi yang menekankan pada kemampuan komunikasi dan pemahaman siswa. Penggunaan diskusi yang bebas dan terbuka dengan para siswa akan sangat menolong, sehingga apabila dapat diselenggarakan, diskusi semacam itu dapat memberikan kesempatan yang baik bagi siswa siswanya untuk menyampaikan keluhan keluhan mereka (James & Baker, 2008: 108). Melalui model pembelajaran yang menarik diharapkan tingkat pemahaman siswa menjadi lebih baik. Pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli adalah

30 10 penelitian tindakan kelas berupa pelaksanaan variasi model pembelajaran sebagai salah satu solusi untuk memecahkan permalahan pendidikan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, psikomotor, dan minat diskusi siswa. 1.2 Masalah Berdasarkan paparan latar belakang, secara umum masalah penelitian tindakan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah pembelajaran model ARIAS dengan Tim Ahli pada materi alat-alat optik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-MIA 2 SMA Negeri 2 Kebumen? Secara khusus permasalahan dalam penelitian tindakan ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi alat-alat optik? (2) Apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa? (3) Apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik siswa? (4) Apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakan penelitian tindakan ini secara umum adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli

31 11 pada materi alat-alat optik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-MIA 2 semester II SMA Negeri 2 Kebumen. Secara khusus tujuan dilaksanakannya penelitian tindakan ini sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi alat-alat optik. (2) Untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa. (3) Untuk mengetaui apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik siswa. (4) Untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika. 1.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis yang digunakan pada penelitian deskriptif ini adalah hipotesis tindakan. Menurut Mulyasa (2011: ) hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK. Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbandingan atau perbedaan, bukan hipotesis kontribusi atau pengaruh, dan bukan hipotesis hubungan, tetapi hipotesis tindakan.

32 12 Secara umum hipotesis tindakan penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli pada materi alat-alat optik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-MIA 2 semster II di SMA Negeri 2 Kebumen. Secara khusus hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi alat-alat optik. (2) Pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa. (3) Pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik siswa. (4) Pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika. 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan diatas, hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: a) Bagi Sekolah Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi tentang model-model pembelajaran fisika yang atraktif dan komunikatif untuk meningkatkan hasil belajar dan minat diskusi siswa.

33 13 b) Bagi Guru Bagi guru, model pembelajaran dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam melaksanakan kegiatan mengajar di kelas. c) Bagi Siswa Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan untuk membantu proses pemahaman materi pelajaran, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar. d) Bagi Peneliti Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa pada pelajaran fisika khususnya materi alat-alat optik melalui model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli, serta menambah pengalaman mengajar. 1.6 Penegasan Istilah ARIAS ARIAS adalah nama model pembelajaran dan akronim dari Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction. Model pembelajaran ARIAS merupakan pengembangan dari model pembelajaran ARCS karya John M. Keller. ARCS merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada konsep dan karakteristik motivasional (Keller, 2000: 2) Tim Ahli Tim Ahli merupakan model diskusi tipe sundicate group yang mewajibkan siswa melakukan presentasi di depan kelas, sehingga diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa dan minat diskusi siswa.

34 14 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan pencapaian siswa setelah melakukan proses pengajaran. Bloom, sebagaimana dikutip oleh Sudjana (2009: 45), membedakan tipe hasil belajar menjadi tiga bidang, yaitu (a) bidang kognitif, (b) bidang afektif, dan (c) bidang psikomotor. Hasil belajar lainnya yang diteliti adalah minat diskusi siswa. Hasil belajar kognitif diukur menggunakan tes, hasil belajar afektif dan psikomotorik diukur menggunakan lembar observasi, sedangkan minat diskusi siswa diukur menggunakan angket. Cara untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yaitu dengan memaksimalkan model pembelajaran yang berlangsung, sehingga siswa lebih mudah paham terhadap materi yang diajarkan. Supaya lebih mudah, untuk meningkatkan hasil belajar afektif, psikomotorik, dan minat diskusi siswa dilakukan bersamaan dengan aspek kognitif, yaitu dengan memaksimalkan kegiatan diskusi berkelompok dan presentasi. Materi Alat Alat Optik Materi alat alat optik merupakan salah satu bab mata pelajaran Fisika tingkat SMA di semester II. Materi alat optik meliputi pembahasan tentang mata, cacat mata, penyakit mata, kamera, lup, mikroskop, dan teropong Sistematika Skripsi Sistematika dalam skripsi ini disusun dengan tujuan agar pokok pokok permasalahan dapat dibahas dengan teratur, mendetail, dan terarah. Sistematika skripsi ini tersusun atas tiga bagian utama, yaitu bagian awal (prawacana), bagian pokok (struktur skripsi), dan bagian akhir.

35 Prawacana Prawacana terdiri atas judul, halaman kosong, pernyataan keaslian penulisan, pengesahan, persembahan, motto, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran Struktur skripsi Struktur skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu: pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan, dan penutup. Penjelasan masing-masing bab sebagai berikut: BAB 1 : Pendahuluan Menyajikan gagasan pokok yang terdiri atas empat bagian: (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) sistematika skripsi. BAB 2 : Tinjauan Pustaka Berisi kajian teori dan hasil - hasil penelitian terdahulu yang menjadi kerangka pikir penyelesaian masalah penelitian. BAB 3 : Metode Penelitian Menyajikan gagasan pokok yang terdiri atas: desain penelitian, subjek (sampel dan populasi) dan lokasi penelitian, variabel penelitian dan indikatornya, pengambilan data (bahan, alat atau instrumen, teknik pengambilan data penelitian), dan analisis data penelitian.

36 16 BAB 4 : Hasil dan Pembahasan Berisi hasil analisis data dan pembahasaannya yang disajikan dalam rangka menjawab permasalahan penelitian. BAB 5 : Penutup Berisi kesimpulan dan saran Bagian Akhir Bagian akhir dari skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran.

37 17

38 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode belajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa (Sudjana, 2009:76). Menurut Rifa i dan Anni (2009: 82), belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting didalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang. Oleh karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis. Kegiatan memotivasi siswa didalam proses belajar sangat penting dilakukan guru untuk meningkatkan semangat siswa. Cara memotivasi siswa mempunyai banyak variasi. Crookes and Schmidt sebagaimana yang dikutip oleh Chang dan Lehman (2002: 83) menyatakan bahwa:...more and more research findings strongly favored intrinsic motivation. How the teacher or instructional designer can motivate nonintrinsically motivated learners and help them learn better is an issue to be resolved. 17

39 Model Pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli merupakan model pembelajaran yang diharapkan mampu menemukan solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi guru seperti yang sudah dijelaskan pada bagian latar belakang. ARIAS merupakan akronim dari Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction yang merupakan pengembangan dari ARCS karya John M. Keller. Model pembelajaran ARCS mempunyai beberapa karakteristik dan kategori sebagai berikut:...attention (A), relevance (R), confidence (C), and satisfaction (S). These four categories represent sets of conditions that are necessary for a person to be fully motivated, and each of these four categories has component parts, or subcategories (Table 1), that represent specific aspects of motivation (Keller, 2000: 2). Menurut Sopah (2007) modifikasi model ARCS menjadi model pembelajaran ARIAS memuat lima komponen, yaitu: (1) attention (minat/perhatian), (2) relevance (relevansi), (3) confidence (percaya/yakin), (4) satisfaction (kepuasan/bangga), dan (5) assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence. Walaupun berubah menjadi ARIAS, tetapi konsep model pembelajarannya masih sama dengan ARCS. Makna modifikasi ARCS menjadi ARIAS adalah yang pertama untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa ada relevansinya dengan kehidupan siswa, baik untuk masa

40 19 sekarang atau masa depan. Proses pembelajaran juga harus menarik untuk memelihara minat/perhatian siswa, kemudian diadakan evaluasi untuk menumbuhkan rasa bangga dan puas dengan memberikan reinforcement (penguatan) Karakteristik model ARIAS Siahaan et al. (2010: 23) menyatakan lima komponen ARIAS adalah : 1. Assurance, (percaya diri), yang berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. 2. Relevance, berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. 3. Interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. 4. Assessment, yaitu yang berhubungan dengan penilaian terhadap siswa. Penilaian merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid. 5. Satisfaction adalah reinforcement (penguatan) dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa yang penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Sopah (2007) juga menyatakan bahwa model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assesment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen dalam pembelajaran ARIAS merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Lima komponen model ARIAS sebagai berikut:

41 Assurance (percaya diri/yakin) Assurance (percaya diri/yakin) yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Seseorang yang memiliki sikap percaya diri yang sangat tinggi cenderung akan berhasil bagaimanapun kemampuan yang ia miliki. Sikap dimana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian yang positif tentang dirinya. Sikap percaya diri agar dapat berhasil perlu ditanamkan pada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri, dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Menurut Sopah (2007), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri siswa, antara lain: (1) Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. (2) Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalkan dengan mengatakan kalau kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).

42 21 (3) Memberikan tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah sampai tugas yang sukar. Menyajikan materi bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukaran. Keller (1987: 5) menjelaskan tentang strategi untuk meningkatkan selfconfidence sebagai berikut: a) allow students opportunity to become independent in learning and practicing a skill. b) have students learn new skills under low risk conditions, but practice performance of well-learned tasks under realistic conditions. c) help students understand that the pursuit of excellence does not mean that anything short of perfection is failure, leardn to feel good about genuine accomplishment. Selain hal tersebut, memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan atau sesuai dengan kemampuan siswa juga mampu menanamkan rasa percaya diri pada siswa. Misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar (Keller & Suzuki, 2004: 179) Relevance (Relevansi) Relevansi berhubungan dengan kehidupan siswa, baik kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang. Konsep-konsep fisika tidak dapat diajarkan melalui defenisi, tetapi hendaknya melalui contoh-contoh yang relevan. Siswa kan terdorong mempelajari sesuatu yang akan dipelajari jika ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah, tujuan, sasaran yang jelas, ada manfaat, dan relevan dengan kehidupan akan

43 22 mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu memperhatikan unsur relevan ini. Menurut Keller (1987: 4), ada beberapa strategi untuk meningkatkan relevansi, yaitu: a) experience b) present worth c) future usefulness d) need matching e) modeling f) choice Sedangkan menurut Sopah (2007), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran, antara lain: (1) Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut. (2) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. (3) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa Interest (Perhatian) Interest berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai

44 23 dengan minat mereka. Membangkitkan dan memelihara minat merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Keller (1987: 3) menjelaskan tentang pentingnya perhatian siswa sebagai berikut:...attention, is an element of motivation and is also a prerequisite for learning. The motivational concern is for getting and sustaining attention. As an element of learning, the concern is for directing attentio to the appropriatestimuli. Atone level, it is fairly easy to gain attention. A dramatic statement, a sharp noise, a quite pause all of these and many other devices are used. Sopah (2007) menjelaskan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik, antara lain: (1) Menggunakan cerita atau analogi. (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, misalnya berdiskusi, mengajukan pertanyaan, atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan. (3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya dari variasi serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar. Keller seperti yang dikutip oleh Chang dan Lehman (2002: 83), menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, perhatian siswa tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk cara mengajar dan memfokuskan pada minat dan perhatian dalam kegiatan pembelajaran.

45 Assessment (Evaluasi) Komponen Assessment di dalam model pembelajaran ARIAS disebut evaluasi. Assesment berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Menurut Tyler, seperti yang dikutip oleh Arikunto (2010a: 3) menjelaskan bahwa evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Sedangkan menurut Hamalik (2002: 30) evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem mengajar/belajar sebagai keseluruhan atau proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seseorang siswa dengan kriteria yang telah ditetapkan. Manfaat evaluasi bagi guru adalah sebagai alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa, untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok, untuk merekam apa yang telah dicapai siswa, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Evaluasi diri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin dicapai. Model pembelajaran ARIAS memasukkan komponen assessment dikarenakan assessment merupakan salah satu bentuk motivasi. Menurut Mortimore dan Mortimore, seperti yang dikutip oleh Stobart dan Gipps (1998: 10) mengemukakan bahwa:

46 25 Examinations at secondary level are traditionally seen as having great motivating potential: they provide pupils with a powerfull incentive to work, just at the age when they are becoming resistant to parental and teacher control and more interested in the outside world. Selain hal tersebut, menurut Pasaribu dan Simanjuntak, seperti yang dikutip oleh Ahmadi dan Supriyono (2004: 200), menegaskan bahwa tujuan khusus dari evaluasi diantaranya adalah menemukan sebab sebab kemajuan atau kegagalan, dan memperbaiki mutu pelajaran/ cara bekerja dan metode belajar Satisfaction (Kepuasan) Menurut Francom dan Reeves (2010: 57), salah satu tindakan pada tahap satisfaction adalah obtaining student reactions to the new motivational design and determining student satisfaction level. Sedangkan menurut Siahaan et al., (2010: 23) menyatakan bahwa satisfaction adalah reinforcement (penguatan) yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan rasa puas siswa terhadap hasil belajar siswa, Keller (1987: 6) menjelaskan sebagai berikut: This category incorporates research and practices that help make people feel good about their accomplishments. According to reinforcement theory, people should be more motivated if the task and the reward are defined, and an appropriate reinforcement schedule is used. Generally this is true, but people sometimes become resentful and even angry when they are told what they have to do, and what they will be given as a reward.

47 26 Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun non verbal dari orang lain atau lingkungan. Dengan demikian, memberikan penguatan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, rasa bangga dan puas perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa. Menurut Sopah (2007) beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain: (1) Memberi penguatan, penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun non verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya. Ucapan guru: bagus kamu telah mengerjakannya dengan baik sekali, menganggukkan kepala sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu pertanyaan, merupakan suatu bentuk penguatan kepada siswa yang telah berhasil melakukan kegiatan. (2) Memperlihatkan perhatian yang besar pada siswa yang mengalami seperti membimbingnya sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh guru Tim Ahli Tim ahli merupakan model diskusi jenis sundicate group. Jenis diskusi ini terdiri dari 3-6 orang yang berasal dari kelompok utama dan mempunyai tugas membahas tentang materi tertentu (Moedjiono & Hasibuan, 2006: 21). Setelah melakukan diskusi, siswa wajib mempresentasikan pada anggota kelompok utama dan kepada semua siswa di depan kelas.

48 27 Model diskusi penting dilakukan siswa untuk melatih bekerjasama antar sesama teman. Diskusi merupakan kegiatan memecahkan sebuah permasalahan secara bersama-sama untuk mengambil kesimpulan dari permasalahan. Melalui diskusi, siswa berlatih untuk berkomunikasi dengan orang lain secara berkelompok. Siswa juga dituntut untuk aktif mengeluarkan ide/gagasan untuk memberikan pendapat tentang suatu permasalahan melalui kegiatan diskusi. Hal ini mampu merangsang kreativitas, keberanian, membangun kerjasama kelompok, dan melatih sikap saat berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Tarigan (2008: 40), diskusi pada hakikatnya merupakan suatu metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berpikir kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan suatu kegiatan kerjasama atau aktivitas koordinatif yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok. Bulatau, seperti yang dikutip oleh Mulawati (2011: 15), menyatakan bahwa manfaat diskusi ini adalah tentang pemikiran bersama yang mempunyai kemampuan kreatif, dalam artian realistis. Jika ada yang sejalan, maka hal ini dapat memicu seseorang untuk bertindak dengan daya dorong yang lebih kuat, berkat kerja sama dan keyakinan bersama. Berdasarkan penjelasan para ahli, model diskusi merupakan hal penting yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran. Menurut Dipodjojo (1984: 64), dalam sebuah dikusi kelompok, tiap anggota kelompok hendaknya menyadari tujuan yang hendak dicapai, adanya hormat - menghormati, dan menghargai pendapat orang lain, serta bersikap tertib dalam bersoal jawab.

49 28 Maka dari itu pembelajaran diskusi diharapkan mampu meningkatkan sikap positif siswa. Pada penelitian ini, model diskusi Tim Ahli digunakan untuk mendukung model utama ARIAS. Berbagai macam permasalahan siswa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, seperti sudah dijelaskan oleh peneliti pada latar belakang, dicoba diselesaikan menggunakan model pembelajaran ini. Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik berupa kognitif, afektif, dan psikomotor, serta minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika. 2.2 Materi Alat-alat Optik a. Mata Sistem optik yang paling penting adalah mata. Mata memiliki sebuah lensa cembung yang berfungsi untuk memfokuskan bayangan benda pada lapisan peka cahaya di bagian belakang bola mata yang disebut retina. Retina berisi struktur indra-cahaya yang sangat halus yang disebut batang dan kerucut yang menerima dan memancarkan informasi di sepanjang saraf optik ke otak. selaput pelangi retina pupil lensa mata kornea saraf optic otot siliari Gambar 2.1 Diagram mata manusia (Sumarsono, 2009: 112) Secara umum, bagian-bagian mata beserta fungsinya adalah sebagai berikut:

50 29 1. Kornea. Kornea merupakan bagian luar mata yang tipis, lunak, dan transparan. Kornea berfungsi menerima dan meneruskan cahaya yang masuk pada mata, serta melindungi bagian mata yang sensitif di bawahnya. 2. Pupil. Pupil merupakan celah sempit berbentuk lingkaran dan berfungsi agar cahaya dapat masuk ke dalam mata. 3. Iris. Iris adalah selaput berwarna hitam, biru, atau coklat yang berfungsi untuk mengatur besar kecilnya pupil. Warna yang disebabkan oleh iris merupakan warna mata seseorang. 4. Aquaeus Humour. Aquaeus humour merupakan cairan di depan lensa mata untuk membiaskan cahaya ke dalam mata. 5. Otot Akomodasi. Otot akomodasi adalah otot yang menempel pada lensa mata dan berfungsi untuk mengatur tebal dan tipisnya lensa mata. 6. Lensa Mata. Lensa mata berbentuk cembung, berserat, elastis, dan bening. Lensa ini berfungsi untuk membiaskan cahaya dari benda supaya terbentuk bayangan pada retina. 7. Retina. Retina adalah bagian belakang mata yang berfungsi sebagai tempat terbentuknya bayangan. 8. Vitreous Humour. Vitreous humour adalah cairan di dalam bola mata yang berfungsi untuk meneruskan cahaya dari lensa ke retina. 9. Bintik Kuning. Bintik kuning adalah bagian dari retina yang berfungsi sebagai tempat terbentuknya bayangan yang jelas. 10. Bintik Buta. Bintik buta adalah bagian dari retina yang apabila bayangan jatuh pada bagian ini, maka bayangan tampak tidak jelas atau kabur. 11. Saraf Mata. Saraf mata befungsi untuk meneruskan rangsangan bayangan dari retina menuju ke otak. Bentuk lensa kristal dapat diubah sedikit oleh kerja otot siliari. Apabila mata difokuskan pada benda yang jauh, otot akan mengendur dan sistem lensa mata berada pada panjang fokus maksimumnya, kira-kira 2,5 cm yang merupakam jarak dari lensa ke retina. Apabila benda di dekatkan, otot sililari akan meningkatkan kelengkungan lensa dan mengurangi panjang fokusnya, sehingga bayangan difokuskan ke retina. Proses ini disebut akomodasi. Bayangan yang jatuh di retina adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Mata Normal Jarak terdekat yang dapat difokuskan mata disebut titik dekat mata (PP = punctum proximum). Orang dewasa muda biasanya mempunyai titik dekat ±25 cm, walaupun anak-anak sering kali bisa memfokuskan benda pada jarak 10 cm. Selanjutnya, semakin tua usia seseorang, kemampuan berakomodasi makin kurang dan titik dekat bertambah. Adapun jarak terjauh di mana benda masih dapat terlihat jelas disebut titik jauh (PR = punctum remotum). Mata normal adalah mata yang memiliki titik dekat PP = ±25 cm dan titik jauh PR = tak

51 30 berhingga. Sebagian populasi manusia memiliki mata yang tidak berakomodasi dalam kisaran normal yaitu ±25 cm sampai tak berhingga, atau memiliki kelainan mata yang dikenal sebagai cacat mata. Rabun Jauh (Miopi) Miopi atau rabuh jauh disebut juga mata dekat karena hanya dapat melihat jelas benda-benda yang dekat. Mata ini tidak dapat berakomodasi minimum secara normal. Titik jauh matanya kurang dari jauh tak hingga (PR < ~). Sifat tersebut menyebabkan mata miopi yang digunakan untuk melihat benda jauh tak hingga akan membentuk bayangan di depan retina. Miopi biasanya disebabkan oleh bola mata yang terlalu lonjong atau kelengkungan lensa mata yang terlalu besar. Penderita miopi jika ingin melihat benda yang jauh jauh dapat dibantu dengan kacamata lensa negatif (lihat Gambar 2.2).Setelah menggunakan kacamata berlensa cekung ini, bayangan benda yang jauh akan jatuh tepat di retina. Gambar 2.2 Lensa negatif/divergen/cekung membantu rabun jauh (Handayani & Damari, 2009: 129) Rabun Dekat (Hipermetropi) Hipermetropi atau rabun dekat disebut juga mata jauh karena hanya dapat melihat jelas benda-benda yang jauh. Mata ini tidak dapat berakomodasi maksimum secara normal berarti titik dekatnya lebih besar dari 25 cm (PP > 25 cm). Karena sifat di atas maka setiap melihat benda pada titik baca normal (25 cm) bayangannya akan berada di belakang retina. Untuk mengatasinya diperlukan lensa positif (lihat Gambar 2.3). Bagaimana lensa kaca mata yang dibutuhkan? Jika ingin membaca normal maka benda harus berada pada jarak baca S = 25 cm dan bayangan lensa harus berada pada titik dekat mata S = - PP. Gambar 2.3 Lensa positif/konvergen/cembung membantu rabun dekat (Sumarsono: 2009: 114)

52 31 Hubungan posisi benda, bayangan yang terbentuk, dan panjang fokus suatu lensa tipis dapat ditulis dalam rumus matematik: dengan: s = jarak benda ke mata (m) f = panjang fokus lensa (m) s = jarak bayangan ke mata (m) Kemampuan suatu lensa positif untuk mengumpulkan cahaya atau kemampuan lensa negatif untuk menyebarkan cahaya dinyatakan dengan istilah kekuatan lensa (P) dapat dirumuskan sebagai berikut: dengan: P = kekuatan lensa (D = dioptri) f = panjang fokus lensa (m) Presbiopi Presbiopi disebut juga mata tua, yaitu mata yang titik dekat dan titik jauhnya telah berubah. Titik dekatnya menjauh dan titik jauhnya mendekat. Berarti mata presbiopi tidak bisa melihat benda dekat maupun jauh dengan jelas. Mata yang memiliki sifat seperti ini mengalami miopi maupun hipermetropi. Cara menanganinya adalah menggunakan kaca mata rangkap. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dituliskan sifat-sifat mata presbiopi sebagai berikut: (a) PP > 25 cm, (b) PR < ~, (c) tidak bisa melihat benda jauh maupun dekat, dan (d) penyelesaiannya merupakan gabungan miopi dan hipermetropi. Astigmatisma Astigmatisma biasanya disebabkan oleh kornea atau lensa yang kurang bundar sehingga benda titik difokuskan sebagai garis pendek, yang mengaburkan bayangan. Hal ini dikarenakan kornea berbentuk sferis dengan bagian silindrisnya bertumpuk. Gambar 2.4 menunjukkan bahwa lensa silindris memfokuskan titik menjadi garis yang paralel dengan sumbunya. Mata astigmatisma memfokuskan berkas pada bidang vertikal, katakanlah pada jarak yang lebih dekat dengan yang dilakukannya untuk berkas pada bidang horizontal. Kesimpulannya, cacat mata astigmatisma tidak dapat membedakan garis-garis tegak dengan garis-garis mendatar secara bersama-sama. Astigmatisma dapat ditolong menggunakan lensa silindris yang mengimbanginya.

53 32 Gambar 2.4 Lensa silindris untuk mata astigmatisma (Sumarsono: 2009: 114) Katarak Katarak adalah kondisi lensa mata yang terdapat bercak putih seperti awan. Kondisi ini membuat pandangan mata terganggu. Katarak dapat mempengaruhi jarak pandang mata dan mata silau. Katarak umumnya tidak menyebabkan iritasi atau rasa nyeri. Katarak biasanya tumbuh secara perlahan dan tidak menyebabkan rasa sakit. Pada tahap awal kondisi ini hanya akan mempengaruhi sebagian kecil bagian dari lensa mata anda dan mungkin saja tidak akan mempengaruhi pandangan anda. Saat katarak tumbuh lebih besar maka noda putih akan mulai menutupi lensa mata dan mengganggu masuknya cahaya ke mata. Pada akhirnya pandangan mata anda akan kabur dan mengalami distorsi. Tanda dan gejala katarak antara lain: (1) pandangan mata yang kabur, suram atau seperti ada bayangan awan atau asap, (2) sulit melihat pada malam hari, (3) sensitif pada cahaya, dan (4) terdapat lingkaran cahaya saat memandang sinar. Pengobatan katarak biasanya dengan melakukan operasi. Glaukoma Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat. Bola mata akan membesar dan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata. Oleh sebab itu, saraf mata tidak mendapatkan aliran darah dan mati. b. Kamera lensa pencari gambar diafragma shutter film Gambar 2.5 Skema kamera secara umum (Sumarsono: 2009: 125)

54 33 Kamera adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan bayangan fotografi pada film negatif. Kamera digunakan untuk mengabadikan kejadiankejadian penting. Kamera terdiri atas beberapa bagian, antara lain, sebagai berikut: 1. Lensa cembung, berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga terbentuk bayangan yang nyata, terbalik, dan diperkecil, 2. Diafragma, adalah lubang kecil yang dapat diatur lebarnya dan berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk melalui lensa, 3. Apertur, berfungsi untuk mengatur besar-kecilnya diafragma, 4. Pelat film, berfungsi sebagai tempat bayangan dan menghasilkan gambar negatif, yaitu gambar yang berwarna tidak sama dengan aslinya, tembus cahaya. Pelat film menggunakan pelat seluloid yang dilapisi dengan gelatin dan perak bromida untuk menghasilkan negatifnya. Setelah dicuci, negatif tersebut dipakai untuk menghasilkan gambar positif (gambar asli) pada kertas foto. Kertas foto merupakan kertas yang ditutup dengan lapisan tipis kolodium yang dicampuri dengan perak klorida. Gambar yang ditimbulkan pada bidang transparan disebut gambar diapositif. Perbedaan mata dengan kamera ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 2.1 Perbedaan kamera dan mata No Pembeda Kamera Mata 1. tempat bayangan film retina 2. pengatur cahaya diafragma iris 3. jarak bayangan berubah, sesuai tetap dengan jarak benda 4. jarak fokus tetap berubah, sesuai dengan jarak benda Sedangkan persamaannya adalah: Kamera dan mata sama sama memiliki jenis lensa cembung, Kamera dan mata sama sama mempunyai sifat bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil. c. Lup Lup atau yang diberi nama kaca pembesar merupakan alat optik yang berupa lensa cembung. Alat optik ini digunakan untuk memperbesar benda-benda kecil, biasanya tulisan kecil atau komponen-komponen kecil. Jika ingin memanfaatkan lensa cembung sebagai lup, maka benda harus diletakkan di ruang I lensa ( 0 < S < f ) sehingga sifat bayangannya adalah maya, tegak, dan diperbesar. Penggunaan lup dapat menentukan perbesaran bayangannya.

55 34 Perbesarannya sering digunakan perbesaran sudut (anguler). Persamaannya memenuhi: dengan: M = perbesaran anguler β = sudut penglihatan setelah ada lup α = sudut penglihatan awal Pengamatan dengan mata berakomodasi maksimum h h α β S n S = -S n Gambar 2.6 Pengamatan tanpa lup dan menggunakan lup (Handayani & Damari, 2009: ) Pengamatan akomodasi maksimum dengan lup berarti bayangan oleh lensa lup harus berada pada titik dekat mata. Titik dekat normal di sini selalu S n. Berarti berlaku: S = - S n Benda harus diletakkan dari lup sejauh S. Berdasarkan persamaan pada lensa cembung, nilai S dapat dicari yang menghasilkan rumusan: Sudah diketahui bahwa perbesaran sudut (anguler) lup adalah: Berdasarkan gambar 2.6, persamaan tersebut menjadi: Substitusikan nilai S dan S sehingga dapat diperoleh perbesaran anguler lup ketika mata berakomodasi maksimum seperti di bawah ini: Tanda negatif berarti bayangannya bersifat maya. Sedangkan persamaan tersebut dapat dituliskan:

56 35 dengan M = perbesaran anguler S n = jarak baca normal f = jarak fokus lup Pengamatan dengan mata tak berakomodasi Gambar 2.7 Pengamatan menggunakan lup dengan mata tak berakomodasi (Handayani & Damari, 2009: 132) Pengamatan dengan mata tak berakomodasi berarti bayangan oleh lup harus di jauh tak hingga. Bayangan ini terjadi jika benda ditempatkan pada fokus lensa (S = f ). Perhatikan pembentukan bayangan tersebut pada Gambar 2.7. Dari gambar terlihat nilai tg β memenuhi: Menggunakan nilai tg β, maka dapat diperoleh perbesaran anguler lup untuk pengamatan dengan mata tak berakomodasi sebagai berikut: d. Mikroskop Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar tampak jelas dan besar. Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung. Lensa yang dekat dengan benda yang diamati (objek) disebut lensa objektif dan lensa yang dekat dengan pengamat disebut lensa okuler. Mikroskop yang memiliki dua lensa disebut mikroskop cahaya lensa ganda. Karena mikroskop terdiri atas dua lensa positif, maka lensa objektifnya dibuat lebih kuat daripada

57 36 lensa okuler (fokus lensa objektif lebih pendek daripada fokus lensa okuler). Hal ini dimaksudkan agar benda yang diamati kelihatan sangat besar dan mikroskop dapat dibuat lebih praktis (lebih pendek). Benda yang akan amati diletakkan pada sebuah kaca preparat di depan lensa objektif dan berada di ruang II lensa objektif (f obj < s < 2 f obj ). Hal ini menyebabkan bayangan yang terbentuk bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler. (a) (b) Gambar 2.8 (a) Mikroskop dan (b) diagram berkas cahaya pada mikroskop (Sumarsono, 2009: ) Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada mikroskop sebagai berikut. 1. Bayangan yang dibentuk lensa objektif adalah nyata, terbalik, dan diperbesar, 2. Bayangan yang dibentuk lensa okuler adalah maya, tegak, dan diperbesar, 3. Bayangan yang dibentuk mikroskop adalah maya, terbalik, dan diperbesar terhadap bendanya. Penggunaan mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum Pada mikroskop, lensa okuler berfungsi sebagai lup. Pengamatan dengan mata berakomodasi maksimum menyebabkan bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif harus terletak di ruang I lensa okuler. Hal ini bertujuan agar bayangan akhir yang dibentuk lensa okuler tepat pada titik dekat mata pengamat. Secara matematis perbesaran bayangan untuk mata berakomodasi maksimum dapat ditulis sebagai berikut: Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum dirumuskan: Lensa okuler pada mikroskop berfungsi sebagai lup, sehingga perbesarannya mengikuti rumus perbesaran lup. Perbesaran total mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum dirumuskan:

58 37 sedangkan panjang mikroskop adalah: Penggunaan mikroskop dengan mata tak berakomodasi Mata pengamat dalam menggunakan mikroskop menginginkan tidak berakomodasi, maka lensa okuler harus diatur/digeser supaya bayangan yang diambil oleh lensa objektif tepat jatuh pada fokus lensa okuler atau bayangan lensa okuler di jauh tak hingga (S ok = ~). Berarti jarak benda memenuhi S ok = f ok. Perbesaran bayangan pada mata tak berakomodasi dapat ditulis sebagai berikut: Perbesaran lup untuk mata tak berakomodasi dirumuskan: Lensa okuler pada mikroskop berfungsi sebagai lup, sehingga perbesarannya mengikuti rumus perbesaran lup. Perbesaran total mikroskop untuk mata tak berakomodasi dirumuskan: sedangkan panjang mikroskop adalah: atau e. Teleskop/Teropong Teropong disebut juga dengan nama teleskop. Teropong merupakan alat optik yang dapat digunakan untuk membantu melihat benda-benda jauh. Teropong tersusun oleh dua lensa utama seperti mikroskop. Lensa yang dekat objek juga diberi nama lensa objektif dan yang dekat mata lensa okuler. Lensa okuler pun punya sifat yang sama yaitu berfungsi sebagai lup. Teropong bintang Dasar dari semua jenis teropong adalah teropong bintang yaitu teropong yang digunakan untuk melihat benda-benda di langit. Setiap teropong diharapkan dapat digunakan untuk melihat bayangan dengan cara berakomodasi minimum, sehingga pembentukan bayangan oleh teropong bintang dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini: objektif okuler

59 38 Berdasarkan Gambar 2.9 gambar Pembentukan tersebut, sinar bayangan dari benda oleh teropong (bintang) bintang di jauh (Handayani tak hingga akan & dibiaskan menuju Damari, fokus lensa 2009: objektif. 137) Kemudian oleh lensa okuler akan dibentuk bayangan di jauh tak hingga lagi (akomodasi minimum) yang memiliki sifat : maya, terbalik, diperbesar. Gambar 2.9 juga memperlihatkan bahwa panjang teropong atau jarak antara dua lensanya memenuhi: sedangkan perbesaran teropong ketika mata berakomodasi minimum adalah: Teropong Bumi Teropong bumi adalah teropong yang digunakan untuk melihat bendabenda jauh di bumi. Supaya bayangan tegak maka teropong bumi dapat dirancang dari teropong bintang dengan menambahkan lensa pembalik. Perbesaran yang terjadi sama dengan persamaan pada teropong bintang, tetapi panjang teropongnya memenuhi persamaan berikut: Gambar 2.10 Pembentukan bayangan oleh teropong bumi (Handayani & Damari, 2009: 138) Teropong Panggung Teropong panggung memiliki fungsi yang sama dengan teropong bumi. Tetapi untuk membalik bayangannya (supaya tegak) digunakan lensa negatif (cekung) pada lensa okuler.

60 39 Spyglass Gambar & 2.11 Teropong Pembentukan Prisma bayangan oleh teropong panggung (Handayani & Spyglass dan teropong Damari, prisma 2009: 138) Jenis teropong spyglass ini menggunakan lensa ketiga ( lensa medan ) yang berfungsi untuk membuat bayangan tegak seperti digambarkan pada Gambar Spyglass harus cukup panjang, sehingga sangat kurang praktis. Rancangan yang paling praktis sekarang ini adalah teropong prisma yang diperlihatkan pada Gambar Objektif dan okuler merupakan lensa konvergen. Prisma memantulkan berkas dengan pantulan internal sempurna dan memendekkan ukuran fisik alat tersebut, dan juga berfungsi untuk menghasilkan bayangan tegak. Satu prisma membalikkan kembali bayangan pada bidang vertikal, yang lainnya pada bidang horizontal. Gambar 2.12 Skema pembentukan cahaya oleh teropong spyglass (Sumarsono, 2009: 125) Gambar 2.13 Pantulan cahaya internal sempurna oleh teropong prisma (Sumarsono, 2009: 125) Teropong Pantul Teropong jenis ini disebut teropong pantul karena jalannya sinar di dalam teropong dengan cara memantul. Pembentukan bayangan pada teropong pantul terlihat seperti pada Gambar Pada teropong pantul, cahaya yang datang dikumpulkan oleh sebuah cermin melengkung yang besar. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan ke mata pengamat oleh satu atau lebih cermin yang lebih kecil. cahaya datang cermin datar

61 40 cermin objektif cekung cermin pengamat datar sekunder pengamat 2.3 Kerangka Berfikir Gambar 2.14 Pembentukan bayangan pada teropong pantul (Nurachmandani, 2009: 139) Berdasarkan data observasi, kami menemukan beberapa permasalahan yang dihadapi siswa sehingga menyebabkan hasil belajar kurang maksimal. Permasalahan tersebut adalah: a) Kurangnya rasa percaya diri siswa dalam mengerjakan soal fisika, b) Model yang digunakan dalam pembelajaran fisika kurang menarik, c) Siswa merasa kurang mendapatkan motivasi supaya selalu semangat dan antusias ketika menerima pelajaran Fisika, d) Sebagian besar siswa tidak memahami manfaat ilmu fisika untuk masa depan mereka, e) Siswa sering merasa bosan pada kegiatan pembelajaran fisika, f) Siswa kurang mendapatkan latihan soal dan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan, g) Siswa masih jarang melakukan kegiatan diskusi sehingga minat siswa terhadap kegiatan diskusi kurang. Sebagian besar guru masih menggunakan model konvensional yang menempatkan siswa cukup mendengarkan saja pada penjelasan guru. Kegiatan pembelajaran seperti itu tidak memecahkan permasalahan siswa, sehingga

62 41 menyebabkan hasil belajar rendah atau kurang maksimal. Hubungan permasalahan siswa terhadap hasil belajar ditampilkan pada skema berikut ini: Masalah Belajar Kurang percaya diri Model pembelajaran kurang menarik Kurangnya motivasi Tidak paham kemanfaatan fisika Bosan Kurang minat diskusi Kurangnya evaluasi, d.l.l. Model Konvensional/ Pembelajaran Pasif Hasil Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotorik, Minat diskusi Kurang Maksimal/Rendah Gambar 2.15 Skema hubungan permasalahan siswa dan hasil belajar ketika pembelajaran Berdasarkan fisika berbagai menggunakan permasalahan model konvensional siswa, saya mencoba menggunakan Berdasarkan berbagai permasalahan siswa, saya mencoba menggunakan model pembelajaran nonkonvensional yang lebih mengutamakan kegiatan diskusi dan motivasi siswa. Model pembelajaran yang dimaksud adalah ARIAS dengan Tim Ahli. Model ini mencakup solusi untuk sebagian besar permasalahan siswa. Skema ditampilkan seperti gambar berikut ini: Masalah Belajar Kurang percaya diri Model pembelajaran kurang menarik Kurangnya motivasi Tidak paham kemanfaatan fisika Bosan Kurang minat diskusi Kurangnya evaluasi, Model ARIAS dengan Tim Ahli Target Hasil Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotorik, Minat diskusi.

63 42 Maksimal/Naik Gambar 2.16 Skema hubungan permasalahan siswa dan target hasil belajar BAB 3 ketika pembelajaran fisika menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli.

64 42 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research (CAR). Saat ini penelitian tindakan kelas sangat dianjurkan untuk dilaksanakan di semua jenjang dan jenis sekolah (Arikunto, 2010b: 132). Terdapat satu pendekatan pembelajaran populer di Jepang yang dikenal dengan nama Lesson Study. Terkenalnya Lesson Study hampir bersamaan dengan Peneltian Tindakan Kelas (PTK), sehingga dapat dikatakan bahwa Lesson Study dan PTK merupakan saudara sekandung. Perbedaannya terletak pada pengamat, jika dalam PTK pengamatnya satu orang, sedangkan pada Lesson Study pengamatnya merupakan kelompok (Arikunto, 2010b: 136). Menurut Kemmis dan Mc. Taggart, seperti yang dikutip oleh Muslich (2012: 8), PTK adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri. Sedangkan menurut Hopkins, yang juga dikutip oleh Muslich (2012: 8), menjelaskan bahwa PTK adalah bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dan praktik pembelajaran.

65 43 Ada beberapa ahli yang menekuni penelitian tindakan, salah satunya adalah Kurt Lewin. Menurut Arikunto (2010b: ), model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: (a) (b) (c) (d) Perencanaan atau planning, Tindakan atau acting, Pengamatan atau observing, dan Refleksi atau reflecting. Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. Siklus inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi saja. Apabila digambarkan dalam bentuk visualisasi, maka model siklus penelitian tindakan kelas secara umum digambarkan sebagai berikut: 1. Rencana 1. Rencana Siklus II 4. Refleksi Siklus I 2. Tindakan 4. Refleksi 2. Tindakan 3. Observasi 3. Observasi Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Mulyasa, 2011: 73)

66 44 Identifikasi masalah Pengajaran sains masih berfokus pada guru dan ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Sehingga siswa hanya menerima fakta-fakta yang harus dihafal dan aplikasi dalam kehidupan seharihari kurang diperhatikan Perencanaan I Melakukan observasi awal dan Menyiapkan perangkat pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli. Tindakan I Melaksanakan kegiatan pembelajaran model ARIAS dengan Tim Ahli SIKLUS I Refleksi II Dilakukan analisis mengenai proses, hasil dan hambatan yang dijumpai Observasi I Melakukan pengamatan terhadap aktivitas dan hasil pengajaran. Belum terselesaikan Perencanaan II Menyempurnakan model pembelajaran dan menyiapkan perangkat pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli. Tindakan II Melaksanakan kegiatan pembelajaran model ARIAS dengan Tim Ahli SIKLUS II Refleksi II Dilakukan analisis mengenai proses, hasil dan hambatan selama proses pembelajaran. Observasi II Melakukan pengamatan terhadap aktivitas dan hasil pengajaran. Belum terselesaikan Perencanaan III Menyempurnakan lagi perangkat pembelajaran. Tindakan III Melaksanakan kegiatan pembelajaran model ARIAS dengan Tim Ahli. SIKLUS III Refleksi III Menganalisis dan menarik kesimpulan terhadap pelaksanaan pembelajaran Observasi III Melakukan pengamatan terhadap aktivitas dan hasil pengajaran. Sudah terselesaikan? Gambar 3.2 Skema prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

67 45 Adapun penjelasan masing-masing tahap dari setiap siklus penelitian tindakan kelas ini, dijelaskan sebagai berikut: 1. Perencanaan Pada tahap ini peneliti secara kolaboratif mengadakan kegiatan setiap siklusnya sebagai berikut : 1) Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan guru, 2) Mengamati teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran fisika sebelumnya, 3) Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran fisika sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, 4) Menyusun skenario proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli, 5) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi alat-alat optik sesuai silabus SMA/MA dan menyiapkan perlengakapan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli, 6) Menyusun Lembar Diskusi Siswa (LDS) materi alat-alat optik, 7) Menyusun tes evaluasi, 8) Menyiapkan angket untuk mengetahui minat diskusi siswa, 9) Menyusun lembar observasi berupa lembar afektif dan psikomotorik yang digunakan untuk menilai kegiatan siswa dalam proses pembelajaran, 10) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran,

68 46 11) Berkonsultasi dengan guru tentang pelaksanaan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli, 12) Memberi tahu siswa bahwa akan dilaksanakan pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli, dan 13) Membuat nomor undi untuk pembentukan kelompok. 2. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pada tahap ini untuk setiap siklus adalah melaksanakan skenario pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli sesuai rencana. Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program pembelajaran, pengambilan atau pengumpulan data hasil angket, lembar observasi, dan hasil test. Secara kolaboratif, peran saya pada pada tahap pelaksanaan tindakan adalah: 1) Sebelum pembelajaran dimulai, mempersiapkan kelengkapan pembelajaran berupa ruang kelas yang rapi, buku pelajaran, dan piranti LCD, 2) Melaksanakan pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dengan penuh semangat dan tanggung jawab, 3) Melaksanakan pembelajaran sekaligus mengamati proses pembelajaran di kelas secara langsung, 4) Menerima pertanyaan/konsultasi guru terhadap model pembelajaran yang berlangsung, 5) Mengendalikan siswa dalam proses pembentukan kelompok, 6) Memberikan motivasi motivasi terhadap siswa secara langsung maupun dengan media gambar dan video yang ditampilkan melalui LCD, 7) Memberikan tes formatif tentang materi yang diajarkan diakhir siklus,

69 47 8) Menyebarkan lembar angket yang harus diisi siswa dan dikumpulkan pada waktu istirahat kedua, dan 9) Menutup pembelajaran dan berkonsultasi dengan siswa tentang kekurangan kekurangan dalam pembelajaran. Sedangkan peran guru dan pengamat pada pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut: 1) Mengamati proses pembelajaran di kelas, 2) Melakukan penilaian aspek afektif dan psikomotorik, 3) Mencatat kekurangan kekurangan peneliti ketika melaksanakan pembelajaran, dan 4) Ikut mengendalikan kelas, Peran siswa dalam pelaksanaan tindakan ini adalah: 1) Menerima pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli secara cermat, aktif, dan kreatif, 2) Membentuk kelompok besar dan kecil, 3) Melakukan diskusi kelas, 4) Melaksanakan presentasi di depan teman teman anggota kelompoknya dan di depan kelas, 5) Mengerjakan soal soal formatif yang diberikan guru di akhir setiap siklus, 6) Mengisi angket dengan sungguh-sungguh, dan 7) Memberi masukan, kritikan, ataupun saran terhadap pelaksanaan pembelajaraan, guru mata pelajaran, peneliti, atau model pembelajaran yang sudah diterima siswa,

70 48 3. Observasi Kegiatan yang dilaksanakan setiap siklus pada tahap ini adalah melihat pelaksanaan apakah semua rencana yang telah dibuat dengan baik tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan hasil kurang maksimal. Observasi dilakukan oleh pengamat dengan membentuk satu tim. Observasi yang dilakukan setiap siklusnya bertujuan untuk: 1) Mengamati proses pembelajaran di kelas apakah sesuai dengan skenario atau tidak, 2) Mengamati perilaku dan kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran yang ditulis melalui lembar observasi, 3) Mengumpulkan data tentang kekurangan kekurangan pelaksanaan model pembelajaran, 4) Ikut mengawasi siswa ketika mengerjakan tes formatif, dan 5) Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, sehingga hasil observasi lebih akurat, 4. Refleksi Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan dan hasil tes. Pada akhir setiap siklus diadakan diskusi tentang kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung. Secara kolaboratif kegiatan refleksi yang dilakukan guru, siswa, dan pengamat adalah sebagai berikut: 1) Menganalisis tentang kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung berdasarkan data data yang diperoleh selama proses pengamatan,

71 49 2) Mendengarkan aspirasi siswa tentang kekurangan dalam proses pembelajaran, 3) Menerima masukan guru tentang kesulitan kesulitan dalam pelaksanaan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli, dan 4) Merencanakan pembelajaran pada siklus berikutnya berdasarkan analisis pembelajaran sebelumnya, sehingga diharapkan pembelajaran di siklus selanjutnya menjadi lebih baik. 3.2 Langkah penelitian Tahapan kegiatan pembelajaran ARIAS secara umum adalah sebagai berikut: a) Tahap motivasi (tahap Assurance) Menanamkan pada siswa tentang gambaran diri positif terhadap diri sendiri, Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri (menumbuhkan rasa percaya diri), Memperlihatkan pada siswa video motivasi berdurasi dua menit, Memperlihatkan pada siswa foto foto ilmuwan fisika dan dijelaskan sekilas tentang riwayat hidupnya serta sumbangannya pada bidang fisika, Menjelaskan pada siswa tentang pentingnya mempelajari alat optik. b) Tahap Relevance Mengemukakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut,

72 50 Mengemukakan manfaat pelajaran fisika bagi kehidupan siswa, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang, Memperlihatkan foto bidang industri ataupun bidang lain yang dalam proses pengembangnnya sangat membutuhkan ilmu ilmu fisika, Menjelaskan pada siswa tentang manfaat dan pentingnya mempelajari materi alat alat optik untuk masa depan siswa. c) Tahap Interest Siswa disuruh menjawab teka teki silang sederhana secara bersama sama untuk memberikan gambaran pada materi yang akan dijelaskan pada siswa, Selama proses menjelaskan materi, guru menggunakan gambar, animasi, video, dan model powerpoint supaya siswa lebih cepat paham, Pembentukan kelompok secara acak setiap siklusnya tanpa membedakan kepandaian, jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, d.l.l., Siswa berlatih menjelaskan materi fisika pada temannya sendiri, sehingga siswa lebih tertarik dan antusias untuk mendengarkan. d) Tahap Assessment Setiap siklusnya, guru memilih siswa secara acak untuk mengerjakan soal pemahaman di papan tulis, Setiap selesai pembelajaran, guru memberikan soal Pekerjaan Rumah (PR), Memberikan tes evaluasi di akhir pembelajaran. e) Tahap Satisfaction Setiap siklusnya, guru memberikan pujian pada kelompok terbaik dan siswa teraktif selama proses pembelajaran,

73 51 Guru memberi pujian pada siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar maupun yang mendekati benar, dan memberikan semangat pada siswa yang masih menjawab salah, Memberikan pengumuman bahwa hasil evaluasi tiap siklus akan dimasukkan guru sebagai tambahan nilai raport, sehingga siswa yang sudah mendapat nilai baik merasa puas dan yang masih mendapatkan nilai jelek akan terpacu untuk memperbaikinya. 3.3 Subjek Penelitian Subjek penelitian model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli adalah siswa kelas X MIA 2 semester II 3.4 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di SMA Negeri 2 Kebumen, Jalan Cincin Kota, Karangsari, Kebumen. 3.5 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan setiap hari sabtu, jam ke-3 (pukul WIB) sampai jam ke-5 (pukul WIB) pada rentang tanggal 19 Februari s/d 19 Maret Variabel Penelitian Menurut Hatch dan Farhady, seperti yang dikutip oleh Sugiyono (2011: 38), secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau

74 52 objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Dalam penelitian ini, variabel yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas X-MIA 2 SMA Negeri 2 Kebumen menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli pada materi alat alat optik. Selain variabel tersebut, masih ada beberapa variabel yang lain, yaitu: (1) input: model pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan prosedur evaluasi. (2) KBM: interaksi belajar, gaya guru mengajar, dan model pembelajaran. (3) Output: hasil belajar siswa. 3.7 Metode Pengumpulan Data berikut : Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai Metode Dokumentasi Metode ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa, nilai ulangan harian siswa, dan sistem pembelajaran di kelas X MIA Metode Observasi Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan bahan keterangan (= data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan (Sudijono, 2009: 76). Metode ini digunakan untuk mengetahui aktivitas dan keaktifan siswa atau hasil belajar afektif dan psikomotorik selama dilaksanakan pengajaran ARIAS dengan Tim Ahli.

75 Metode Tes Metode ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif pokok bahasan alat-alat optik. Tes evaluasi diberikan pada siswa saat pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli sudah selesai. Metode tes sangat penting dilaksanakan sebagai proses evaluasi. Instrumen tes disusun untuk mengetahui hasil belajar siswa. Sebelum instrumen digunakan untuk mengambil data, terlebih dahulu dianalisis validitasnya, reliabilitasnya, tingkat kesukaran, dan daya beda soal. Validitas butir soal tes Menurut Arikunto (2010b: 72), untuk mengetahui validitas suatu soal digunakan korelasi point biserial : r xy { N X 2 N XY ( X )( Y) 2 ( X ) }{ N Y 2 ( Y) 2 } r xy N X Y = koefisien korelasi product moment = jumlah subyek = skor tiap butir soal yang diraih tiap siswa = skor total yang diraih tiap siswa X = jumlah skor per butir soal dari seluruh siswa Y = jumlah skor total siswa seluruhnya. Harga r xy yang diperoleh dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikan 5%. Jika harga r r, maka item soal yang diuji bersifat valid. hitung tabel

76 54 Reliabilitas soal Arikunto (2010b: 100) menuliskan bahwa reliabilitas dapat dihitung dengan korelasi KR-20 yang rumusnya adalah: r 11 = n n 1 s 2 s 2 pq Keterangan : r 11 n p = indeks korelasi (harga reliabilitas) = banyaknya butir item = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah, (q = 1 p) s 2 = standar deviasi (standar deviasi adalah akar varians). Harga r 11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika harga r 11 rtabel product moment, maka instrumen yang diuji bersifat reliabel. Taraf kesukaran Menurut Arikunto (2010a: 208), indeks kesukaran butir soal dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : P B JS Keterangan : P B JS = indeks kesukaran soal = banyaknya siswa yang menjawab benar = jumlah seluruh siswa peserta tes

77 55 Arikunto (2010b: 210) juga mengklasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut : Soal dengan P = 0,00 adalah soal terlalu sukar Soal dengan 0,00 P 0, 3 adalah soal sukar Soal dengan 0,3 P 0, 7 adalah soal sedang Soal dengan 0,7 P 1, 00 adalah soal mudah Soal dengan P = 1,00 adalah soal terlalu mudah. Daya pembeda Sesuai penjelasan Arikunto (2010a: 213), untuk menentukan daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut: D BA JA BB JB PA PB Keterangan : JA JB BA = banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar BA PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar JA BB PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar JB

78 56 berikut : Menurut Arikunto (2010a: 218), daya pembeda diklasifikasikan sebagai Soal dengan D 0, 00adalah soal sangat jelek Soal dengan 0,00 D 0, 20adalah soal jelek Soal dengan 0,2 D 0, 4 adalah soal cukup Soal dengan 0,4 D 0, 70 adalah soal baik Soal dengan 0,7 D 1, 00 adalah soal sangat baik Jika D = negatif, maka butir soal semuanya tidak baik. Jadi, semua butir soal yang mempunyai D negatif sebaiknya dibuang Lembar Angket Proses penelitian di kelas X MIA 2, lembar kuesioner ada dua jenis. Lembar kuesioner pertama untuk mengetahui permasalahan permasalahan siswa ketika menerima pembelajaran fisika. Lember kuesioner ini diberikan pada saat peneliti melakukan observasi. Lembar kuesioner kedua atau disebut dengan angket utama, disusun untuk mengetahui peningkatan minat siswa terhadap kegiatan diskusi mata pelajaran fisika untuk setiap siklusnya. Sebelum angket utama digunakan untuk mengambil data, terlebih dahulu dianalisis validitas dan reliabilitasnya. 1. Validitas Menurut Arikunto (2010b: 72), salah satu cara untuk mengetahui validitas instrumen adalah dengan rumus korelasi point biserial sebagai berikut: r xy { N X 2 N XY ( X )( Y) 2 ( X ) }{ N Y 2 ( Y) 2 }

79 57 Keterangan : r xy N X Y = koefisien korelasi product moment = jumlah subyek = skor tiap butir soal yang diraih tiap siswa = skor total yang diraih tiap siswa X = jumlah skor per butir soal dari seluruh siswa Y = jumlah skor total siswa seluruhnya Jika r x hitung > r tabel maka soal tersebut valid Butir angket dikatakan valid jika harga r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 5%. Hasil analisis uji coba butir angket didapatkan bahwa butir angket yang valid adalah butir nomor 1, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, dan 30, sedangkan soal yang tidak valid adalah nomor 2, 4, 5, dan Reliabilitas Menurut Arikunto (2010b: 239), untuk menentukan reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian, digunakan rumus Alpha sebagai berikut: 2 k b k 1 t r Keterangan : r 11 k = reliabilitas instrumen = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

80 58 b = jumlah varians butir t = varians total Jika r 11 hitung > r tabel berarti tes tersebut reliabel. Harga r 11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika harga r 11 rtabel product moment maka instumen yang diuji bersifat reliabel. Dari hasil analisis data, hasil uji coba butir soal didapatkan harga reliabilitas ( r 11 ) sebesar 0,913 dan jika diambil tingkat kesalahan (α) = 5 % dengan banyaknya peserta uji coba (N) = 14 siswa, maka diperoleh r tabel = 0,532. Karena r 11 rtabel adalah reliabel., maka dapat disimpulkan bahwa soal yang diujicoba 3.8 Metode Analisis Data Ranah Afektif Sistem penskoran yang digunakan adalah skala Likert. Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2011: 93). Skor yang diperoleh masing masing siswa dihitung dengan menjumlahkan skor yang diperoleh siswa untuk setiap item. Sedangkan untuk menghitung persentase ranah afektif menggunakan rumus dari Arikunto (2010a: 236), yaitu: Persentase Nilai Akhir =

81 Ranah Psikomotorik Pengukuran ranah psikomotorik biasanya berupa matrik (Arikunto, 2010a: 182). Ke bawah menyatakan perperincian aspek (bagian keterampilan) yang akan diukur, kekanan menunjukkan besarnya skor yang dapat dicapai. Keseluruhan hasil sesuai dengan skor yang diperoleh. Skor yang diperoleh masing masing siswa dihitung dengan menjumlahkan skor yang diperoleh siswa untuk setiap item. Sedangkan untuk menghitung persentase ranah psikomotorik menggunakan rumus dari Arikunto (2010a: 236) yaitu: Persentase Nilai Akhir = Ranah Kognitif Data hasil belajar kognitif diperoleh dari hasil tes yang mempunyai sistem penskoran yang dirumuskan oleh Sudijono (2009: 303), yaitu: S = R dengan S R = skor yang diperoleh (Raw Score) = jawaban yang betul Sedangkan untuk memberikan nilai tes siswa, Arikunto (2010a: 236) menuliskan rumusnya sebagai berikut: N =

82 Menentukan Nilai Rata Rata Kelas Penguasaan materi oleh siswa di kelas diukur dari pencapaian rata rata nilai yang didapatkan. Menurut Sudjana (2002: 184), untuk mengetahui besarnya nilai tes rata-rata siswa, digunakan rumus: Keterangan: = jumlah nilai siswa N = jumlah siswa Menentukan Ketuntasan Belajar Klasikal Banyaknya siswa yang telah mengusai materi diukur dari pencapaian ketuntasan klasikal. Sudjana (2002: 186) menuliskan rumus untuk mengetahui pencapaian ketuntasan klasikal sebagai berikut: Keterangan : P = persentase ketuntasan klasikal = jumlah siswa = jumlah siswa yang tuntas secara individual Metode Analisis Lembar Angket Data hasil lembar kuesioner minat awal dan akhir siklus dihitung dengan langkah-langkah :

83 61 1. Sistem penskoran yang digunakan adalah skala likert, untuk pernyataan positif (favorable) sangat setuju (SS) diberi skor 4, begitu secara berturutturut sampai sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1, sebaliknya untuk pernyataan negatif (unfavorable) sangat setuju (SS) diberi skor 1, begitu secara berturut-turut sampai sangat tidak setuju (STS) diberi skor Merekapitulasi skor hasil pengisian lembar kuesioner awal dan akhir siklus kemudian memasukkannya dalam kategori minat siswa seperti yang dirumuskan oleh Suyitno (2004: 73) sebagai berikut : Tabel 3.1 Kategori minat No Skor Siswa Kategori siswa Tidak berminat Kurang berminat Berminat Sangat berminat Peningkatan Hasil Belajar Penelitian ini perlu melihat bagaimana kriteria peningkatan hasil belajar dan keterampilan sosial siswa. Peningkatan hasil belajar dihitung menggunakan rumus modifikasi gain rata rata ternormalisasi, pre test, post test yang dikembangkan oleh Savinainen dan Scott, seperti yang dikutip oleh Wiyanto (2008: 86). Gain rata rata peningkatan hasil belajar merupakan perbandingan gain rata rata aktual (siklus I ke siklus II) dengan selisih skor rata rata siklus II terhadap skor rata rata siklus I.

84 62 Simbol dan masing-masing menyatakan skor rata rata Siklus I dan skor rata rata Siklus II maupun skor rata rata Siklus II dan skor rata rata Siklus III yang dinyatakan dalam persen. Besarnya faktor g dikategorikan sebagai berikut: Tinggi : (<g>) > 0,7 atau jika dinyatakan dalam persen (<g>) > 70% Sedang: 0,3 (< g>) 0,7 atau jika dinyatakan dalam persen 30% (<g>) 70% Rendah: (<g>) < 0,3 atau jika dinyatakan dalam persen (<g>) < 30% 3.9 Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari adanya peningkatan prestasi belajar dari hasil belajar siswa tiap siklusnya. Keberhasilan belajar kognitif dapat dilihat dari hasil tes tiap akhir siklus. Ketuntasan belajar individu tercapai apabila siswa mampu menguasai kompetensi atau tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila 85% siswa mendapatkan nilai minimal 75 (Mulyasa, 2002 : 99). Nilai minimal 75 merupakan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) SMA Negeri 2 Kebumen. Sedangkan untuk hasil belajar afektif, ketuntasan belajar individu tercapai apabila telah mencapai 70% dengan ketuntasan klasikal sebesar 75% (Mulyasa, 2002 : 102) dan untuk hasil

85 63 belajar psikomotorik, seorang siswa dikatakan tuntas bila telah mencapai 75% dengan ketuntasan klasikal sebesar 75% (Mulyasa, 2002 : 102).

86 64

87 63 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintaks Pra-penelitian Sebelum melaksanakan penelitian, telah dilaksanakan observasi di SMA Negeri 2 Kebumen. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui permasalahan siswa terkait dengan hasil belajar fisika dan sistem pembelajaran fisika secara umum. Informasi yang didapat adalah hasil belajar fisika di kelas X MIA 2 kurang maksimal. Mengetahui hal tersebut, saya melakukan observasi awal dengan mengikuti pembelajaran di kelas X MIA 2 sebanyak dua pertemuan. Secara umum, kegiatan observasi ini dilakukan dengan beberapa tindakan sebagai berikut: Meminta rekapitulasi hasil tes formatif dan tes somatif siswa kelas X MIA 2 semester I, Memberikan angket awal ke siswa X MIA 2 untuk mengetahui permasalahan permasalahan siswa ketika menerima pelajaran fisika, Melakukan wawancara dengan guru dan beberapa siswa terkait pelaksanaan pembelajaran Fisika di kelas X MIA 2, Meminjam buku mata pelajaran fisika kelas X MIA 2 yang digunakan guru untuk mengajar, dan Memeriksa sarana dan prasarana pendukung pembelajaran di kelas. Hasil observasi yang didapatkan, kemudian didiskusikan bersama salah satu guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri 2 Kebumen untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi siswa ketika menerima pelajaran Fisika. Setelah 17

88 64 melakukan diskusi, beberapa hari kemudian peneliti mengenalkan model pembelajaran nonkonvensional sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah melaksanakan kegiatan observasi, kegiatan selanjutnya adalah menyerahkan proposal penelitian di SMA Negeri 2 Kebumen sekaligus melaksanakan uji coba angket minat diskusi. Sebelum penelitian, saya melaksanakan uji coba tes evaluasi di SMA Negeri Mirit. Data hasil uji coba kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal. Dalam pelaksanaan uji coba soal, peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran fisika kelas XI dan salah satu siswa kelas XII SMA Negeri Mirit. Langkah terakhir sebelum penelitian adalah memberikan angket minat diskusi ke siswa kelas X MIA Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Uji coba instrumen soal evaluasi dilakukan tiga kali, yaitu untuk uji coba soal siklus I, siklus II, dan siklus III Siklus I (1) Validitas soal Berdasarkan perhitungan dengan rumus korelasi product moment, maka diperoleh soal yang valid adalah soal nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 23, 24, dan 25. Adapun soal yang tidak valid adalah soal nomor: 9, 12, 16, 19, dan 22. Data lengkap dan contoh perhitungannya terdapat pada lampiran 21 dan 27.

89 65 (2) Reliabilitas Setelah dilakukan peritungan dengan rumus KR-20 terhadap hasil uji coba tes diperoleh r 11 = 0,833 dan jika diambil tingkat kesalahan (α) = 5% dengan banyaknya peserta uji coba (N) = 38 siswa, maka diperoleh r tabel = 0,320. Karena r 11 >r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tes tersebut adalah reliabel. Berdasarkan perhitungan, soal dengan nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 23, 24, dan 25 adalah reliabel. Data lengkap dan contoh perhitungannya terdapat pada lampiran 24 dan 26. (3) Taraf kesukaran Setelah dilakukan analisis taraf kesukaran pada uji coba siklus I diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Butir soal dengan kriteria mudah yaitu soal nomor: 2, 18, 23 Butir soal dengan kriteria sedang yaitu soal nomor: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 20, 21, 24, dan 25. Butir soal dengan kriteria sukar yaitu soal nomor: 16, 19, dan 22. Data lengkap dan contoh perhitungannya terdapat pada lampiran 22 dan 29. (4) Daya pembeda soal Berdasarkan hasil uji coba diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Butir soal dengan daya pembeda baik yaitu soal nomor: 3, 4, 6, 11, 13, 18, 21, dan 25. Butir soal dengan daya pembeda cukup yaitu soal nomor: 1, 2, 5, 7, 8, 10, 12, 14, 15, 17, 20, 23, dan 24.

90 66 Butir soal dengan daya pembeda jelek yaitu soal nomor: 9, 16, 19, dan 22. Data lengkap dan contoh perhitungannya terdapat pada lampiran 23 dan 28. (5) Penentuan instrumen Berdasarkan hasil perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal, maka item soal uji coba siklus I yang dipilih sebagai instrumen tes pemahaman sebanyak 20 buah item soal, yaitu soal nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 23, 24, dan Siklus II (1) Validitas soal Berdasarkan perhitungan dengan rumus korelasi product moment, maka diperoleh soal yang valid adalah soal nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, dan 24. Adapun soal yang tidak valid adalah soal nomor: 11, 12, dan 25. Data lengkap dan contoh perhitungannya terdapat pada lampiran 21 dan 27. (2) Reliabilitas Setelah dilakukan peritungan dengan rumus KR-20 terhadap hasil uji coba tes diperoleh r 11 = 0,861 dan jika diambil tingkat kesalahan (α) = 5% dengan banyaknya peserta uji coba (N) = 38 siswa, maka diperoleh r tabel = 0,320. Karena r 11 >r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tes tersebut adalah reliabel.

91 67 Berdasarkan perhitungan, soal dengan nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, dan 23 adalah reliabel. Data lengkap dan contoh perhitungannya terdapat pada lampiran 24 dan 26. (3) Taraf kesukaran Setelah dilakukan analisis taraf kesukaran pada uji coba siklus I diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Butir soal dengan kriteria mudah yaitu soal nomor: 1, 4, 11, 17, 18, dan 21. b. Butir soal dengan kriteria sedang yaitu soal nomor: 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 22, 23, 24, dan 25. c. Butir soal dengan kriteria sukar yaitu soal nomor: 9. Data lengkap dan contoh perhitungannya terdapat pada lampiran 22 dan 29. (4) Daya pembeda soal Berdasarkan hasil uji coba diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Butir soal dengan daya pembeda baik yaitu soal nomor: 2, 3, 7, 10, 14, 19, 22, dan 23. b. Butir soal dengan daya pembeda cukup yaitu soal nomor: 1, 4, 5, 6, 8, 9, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, dan 24. c. Butir soal dengan daya pembeda jelek yaitu soal nomor: 11, 12, dan 25. Data lengkap dan contoh perhitungannya terdapat pada lampiran 23 dan 28.

92 68 (5) Penentuan Instrumen Berdasarkan hasil perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda soal, maka item soal uji coba siklus I yang dipilih sebagai instrumen tes pemahaman sebanyak 20 buah item soal, yaitu soal nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, dan Siklus III (1) Validitas soal Berdasarkan perhitungan dengan rumus korelasi product moment, maka diperoleh soal yang valid adalah soal nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, dan 25. Adapun soal yang tidak valid adalah soal nomor: 6, 9, 12, 15, 17, dan 24. Data lengkap dan contoh perhitungannya terdapat pada lampiran 21 dan 27. (2) Reliabilitas Setelah dilakukan peritungan dengan rumus KR-20 terhadap hasil uji coba tes diperoleh r 11 = 0,798 dan jika diambil tingkat kesalahan (α) = 5% dengan banyaknya peserta uji coba (N) = 38 siswa, maka diperoleh r tabel = 0,320. Karena r 11 >r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tes tersebut adalah reliabel. Berdasarkan perhitungan, soal dengan nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, dan 25 adalah reliabel. Data lengkap dan contoh perhitungannya terdapat pada lampiran 24 dan 26. (3) Taraf kesukaran Setelah dilakukan analisis taraf kesukaran pada uji coba siklus I diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

93 69 Butir soal dengan kriteria mudah yaitu soal nomor: 2, 4, 5, 10, 11, 12, 14, dan 17. Butir soal dengan kriteria sedang yaitu soal nomor: 1, 3, 6, 7, 8, 9, 13, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25. Butir soal dengan kriteria sukar yaitu soal nomor: 15. Data lengkap dan contoh perhitungannya terdapat pada lampiran 22 dan 29. (4) Daya pembeda soal Berdasarkan hasil uji coba diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Butir soal dengan daya pembeda baik yaitu soal nomor: 1, 3, 7, 13, 16, 17, dan 20. Butir soal dengan daya pembeda cukup yaitu soal nomor: 2, 4, 5, 8, 10, 11, 14, 18, 19, 21, 22, 23, dan 25. Butir soal dengan daya pembeda jelek yaitu soal nomor: 6, 9, 12, 15, dan 24. Data lengkap dan contoh perhitungannya terdapat pada lampiran 23 dan 28. (5) Penentuan instrumen Berdasarkan hasil perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda soal, maka item soal uji coba siklus I yang dipilih sebagai instrumen tes pemahaman sebanyak 20 buah item soal, yaitu soal nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, dan 25.

94 Sintaks Pembelajaran Proses pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli di kelas X MIA 2 SMA Negeri 2 Kebumen setiap siklusnya sebagai berikut: Proses Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Guru masuk kelas Siswa masuk kelas dan duduk sesuai kelompoknya Membimbing siswa Siswa dengan untuk menjelaskan sukarela materi sebelumnya menjelaskan yang sudah materi secara dipelajari secara singkat singkat Menanyakan manfaat mempelajari fisika secara umum dalam kehidupan Memperlihatkan video tentang manfaat dan pentingnya mempelajari materi alat alat optik Memperlihatkan foto ilmuwan fisika yang berkaitan dengan materi alat alat optik dan menjelaskan riwayat hidupnya Menanyakan manfaat dan pentingnya mempelajari materi Tabel 4.1 Proses pembelajaran Siswa menyampaikan pendapatnya tentang manfaat mempelajari fisika Siswa memperhatikan dan menyampaikan tanggapan Siswa memperhatikan dengan seksama Siswa menyampaikan pendapatnya Kategori Assurance Satisfaction Assurance Relevance Interest Assurance Interest Relevance Keterangan Siswa masuk kelas dengan tertib dan disiplin Kegiatan ini bertujuan untuk membina kepercayaan diri siswa. Siswa dengan percaya diri mampu menjelaskan materi secara singkat. Siswa juga mendapat dorongan dari guru jika penjelasan masih salah dan mendapat pujian jika penjelasan sudah benar, sehingga muncul kepuasan pada diri siswa Kegiatan ini bertujuan untuk membina kepercayaan diri siswa. Siswa dengan percaya diri mampu menyampaikan pendapatnya. Siswa juga mampu mengaitkan ilmu fisika dengan kehidupan sehari hari, sehingga dapat disimpulkan sikap percaya diri siswa meningkat Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan ketertarikan siswa pada proses pembelajaran, serta membina kepercayaan diri siswa. Minat, ketertarikan siswa, dan sikap percaya diri meningkat, ditunjukkan dengan sikap siswa yang sangat antusias dan tertarik memperhatikan video. Siswa juga dengan percaya diri menyampaikan tanggapannya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan ketertarikan siswa pada proses pembelajaran. Minat pada kegiatan pembelajaran meningkat, ditunjukkan dengan sikap siswa yang tertarik dan antusias mendengarkan penjelasan guru. Kegiatan ini bertujuan untuk membimbing siswa menemukan manfaat mempelajari materi yang akan diajarkan dan relevansinya dalam kehidupan. Siswa mampu mengetahui manfaat

95 71 yang akan diajarkan dalam kehidupan Membimbing siswa menjawab teka teki silang tentang materi yang akan diajarkan Guru membagikan LDS Membimbing siswa membentuk tim ahli dan langsung mengerjakan LDS Membimbing siswa presentasi hasil diskusi di depan teman satu kelompok dan di depan kelas Membimbing siswa menyimpulkan materi yang dipresentasikan Memberikan latihan soal tentang materi yang dipresentasikan Menyimpulkan pembelajaran menggunakan video, gambar, dan animasi Memberikan penghargaan pada siswa dan kelompok terbaik Memberikan tes evaluasi dan angket minat diskusi Siswa secara sukarela menjawab teka teki silang Siswa menerima LDS Siswa membentuk tim ahli dan diskusi mengerjakan LDS dengan bahan belajar dari buku paket Siswa presentasi hasil diskusi di depan teman satu kelompok dan di depan kelas Siswa menyampaikan pendapatnya Siswa mengerjakan latihan soal Siswa memperhatikan dengan seksama Siswa menerima penghargaan Siswa mengerjakan tes evaluasi Interest Interest Assurance Assurance Assurance Assessment Interest Satisfaction Assessment dan relevansinya antara materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari hari. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan ketertarikan siswa pada proses pembelajaran. Minat dan ketertarikan siswa pada proses pembelajaran meningkat, hal ini ditunjukkan dengan antusias siswa ketika menjawab TTS. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan minat siswa pada kegiatan diskusi dan proses pembelajaran. Siswa sangat tertarik melaksanakan model diskusi baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya, ditunjukkan dengan keseriusan mengerjakan LDS dan keaktifan dalam diskusi Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa ketika berbicara di depan siswa lain. Sikap percaya diri siswa meningkat. Ditunjukkan dengan lancarnya proses persentasi, keaktifan siswa, dan kemampuan dalam mempengaruhi siswa lain untuk bertanya Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan kesimpulan. Siswa dengan percaya diri mampu menyampaikan pendapatnya Kegiatan ini bertujuan untuk melatih siswa supaya percaya diri dalam mengerjakan fisika, serta untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang sedang diajarkan. Siswa antusias mengerjakan soal sebagai evaluasi tentang materi yang telah diajarkan Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa. Siswa sangat tertarik pada proses pembelajaran dikarenakan terdapat media yang berguna dalam peningkatan pemahaman siswa Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan rasa bangga dan puas pada siswa. Siswa merasa puas terhadap kinerja dalam pembelajaran. Ditunjukkan dengan sikap bangga dan antusias ketika menerima reward/hadiah Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa dan sebagai alat evaluasi. Siswa mengerjakan tes dengan tertib dan tenang.

96 Paparan Hasil Tindakan Siklus Pertama a) Perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus I meliputi pembuatan skenario pembelajaran dan LDS, membuat format pembelajaran, membuat nomor undian untuk membentuk kelompok, menyiapkan LCD, melakukan diskusi singkat bersama guru dan pengamat, dan mempersiapkan alat/bahan yang diperlukan selama proses pembelajaran berlangsung. Selain hal tersebut, saya juga membuat perangkat pembelajaran berupa media presentasi yang berisi materi alat alat optik dan gambar atau kalimat yang dapat meningkatkan motivasi siswa. Pada tahap ini, peran guru adalah memberikan arahan kepada saya dan pengamat tentang perlengkapan pembelajaran. Hal ini sangat penting demi kelancaran pelaksanaan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan perencanaan tindakan siklus I berlangsung dari tanggal Februari b) Tindakan Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah: (1) merancang teknik yang digunakan dalam pembelajaran, (2) bekerja sama dengan guru dalam pelaksanaan tindakan, dan (3) melaksanakan pembelajaran dengan model ARIAS dengan Tim Ahli dengan penuh semangat dan tanggung jawab. Tindakan yang dilakukan peneliti pada siklus I ini adalah melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai skenario yang telah didiskusikan bersama. Materi yang diajarkan pada tahap tindakan siklus I adalah alat optik mata, cacat mata, dan penyakit mata.

97 73 Teknik pengajarannya menggunakan teknik diskusi dan tanya jawab, sedangkan media pembelajarannya adalah video, gambar, dan materi tentang alat alat optik dalam bentuk presentasi power point yang ditampilkan pada layar melalui LCD. Setelah semua perangkat pembelajaran sudah lengkap, siswa membentuk kelompok, melakukan diskusi, dan presentasi di depan kelas. Pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung cukup baik, walaupun kegiatan diskusi masih ada kelemahan, terutama pada kesiapan siswa dalam mempelajari materi dan jalannya diskusi yang masih agak gaduh. Siswa sangat antusias ketika saya memberikan motivasi dalam bentuk ucapan maupun melalui media gambar dan video. Latihan soal pada tindakan siklus I masih sedikit karena waktunya banyak yang tersita pada saat siswa presentasi. Secara umum, pelaksanaan rencana pada siklus I berlangsung cukup baik, walaupun belum sempurna. Pelaksanaan tindakan tahap akhir adalah tes evaluasi yang diberikan pada siswa selama 20 menit. Tindakan pada siklus I ini berlangsung pada hari sabtu, 22 Februari c) Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Pelaksanaan observasi ini melibatkan teman sejawat. Pengamat bertugas untuk mengamati kegiatan pembelajaran apakah berlangsung sesuai skenario atau tidak, serta melakukan penilaian aspek afektif dan psikomotorik pada lembar observasi yang telah disediakan. Selain hal tersebut, kegiatan observasi juga melakukan identifikasi faktor faktor hambatan dan kemudahan

98 74 pengajar dalam pembelajaran sehingga lebih mudah dalam membuat alternatif tindakan yang dilaksanakan pada siklus selanjutnya. d) Refleksi Tahap refleksi berlangsung setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Kegiatan refleksi pada siklus I dilakukan oleh peneliti dan pengamat dikarenakan guru tidak berada di kelas ketika pembelajaran selesai, sehingga kegiatan refleksi bersama guru dilaksanakan pada hari pertama minggu berikutnya. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I, diketahui aspek yang harus diperbaiki berdasarkan hasil refleksi yaitu: 1) Video dan gambar gambar tentang materi pembelajaran kurang banyak. 2) Siswa kesulitan melakukan diskusi dikarenakan ada beberapa siswa yang tidak siap menerima materi alat alat optik. 3) Kurang latihan soal soal. 4) Materi yang diajarkan tidak urut sesuai buku pegangan peserta didik, sehingga dalam mengerjakan soal soal LDS, siswa agak kebingungan ketika mencari sumber materi. Berdasarkan masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus I berjalan lancar dan cukup baik, tetapi belum maksimal sehingga perlu dilanjutkan ke siklus II. Siklus Kedua a) Perencanaan Berdasarkan analisis hasil refleksi pada siklus pertama yang menyimpulkan bahwa pembelajaran belum maksimal, maka diperlukan kegiatan

99 75 belajar mengajar siklus selanjutnya. Tahap perencanaan siklus kedua ini meliputi: (1) pembuatan RPP, LDS, media pembelajaran, dan mempersiapkan alat pembelajaran berupa lup, (2) membuat nomor undi untuk membentuk kelompok, (3) memperbanyak video, animasi, dan gambar gambar tentang materi pembelajaran maupun motivasi, (4) memperbanyak diskusi bersama guru dan pengamat, dan (5) menyiapkan lembar tes dan observasi. Kegiatan perencanaan tindakan siklus II berlangsung dari tanggal Februari b) Tindakan Pembelajaran siklus II dimulai dengan kegiatan motivasi dan pendahuluan tentang materi pelajaran. Materi pembelajaran pada siklus II adalah kamera dan lup. Tahap tindakan pada siklus II ini masih sama, yaitu menggunakan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli. Siswa membentuk kelompok, melakukan diskusi, dan presentasi. Berbeda dari sebelumnya, pada kegiatan presentasi siklus II ini, siswa menggunakan alat demonstrasi berupa lup dan gambar kamera. Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak sepenuhnya didampingi oleh guru, dikarenakan pada waktu yang bersamaan, guru menjadi panitia rapat wali murid yang mendapatkan bantuan BOS, sehingga pada pertengahan jam pelajaran kedua guru meninggalkan kelas. Pelaksanaan tindakan tahap akhir adalah tes evaluasi yang diberikan pada siswa selama 20 menit. Secara umum, pelaksanaan tindakan pada siklus II lebih kondusif dan lancar dibandingkan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Kegiatan tindakan siklus II berlangsung pada hari sabtu, 1 Maret 2014.

100 76 c) Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan ketika kegiatan belajar mengajar siklus II sedang berlangsung. Pelaksanaan observasi ini melibatkan pengamat dan peneliti. Pengamat dan peneliti bertugas untuk mengamati kegiatan pembelajaran apakah berlangsung sesuai skenario atau tidak, serta melakukan penilaian aspek afektif dan psikomotorik pada lembar observasi yang telah disediakan. Selain hal tersebut, kegiatan observasi juga melakukan identifikasi faktor faktor hambatan dan kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat menyimpulkan apakah perlu dilaksanakan siklus selanjutnya atau tidak. d) Refleksi Tahap refleksi berlangsung setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dan pengamat dikarenakan pada akhir pembelajaran, guru tidak berada di kelas, sehingga kegiatan refleksi bersama guru dilaksanakan pada pukul WIB. Guru menyimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus II sudah berjalan cukup baik, tetapi masih ada beberapa kendala yang perlu diperbaiki lagi. Setelah dilakukan tindakan siklus II, diketahui aspek yang harus diperbaiki berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi adalah: 1) Siswa masih kesulitan dalam melakukan demonstrasi alat. 2) Siswa antusias ketika melakukan kegiatan diskusi dan presentasi, tetapi keadaan kelas masih gaduh, sehingga pengamat ikut terlibat dalam mengatur keadaan kelas. 3) Beberapa siswa kesulitan melakukan diskusi dikarenakan ada beberapa pertanyaan diskusi yang sulit ditemukan di buku pegangan siswa.

101 77 4) Sebagian siswa hanya mengandalkan teman satu kelompoknya ketika mengerjakan lembar diskusi. Secara umum pelaksanaan pembelajaran siklus II lebih lancar dan cukup baik dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Walaupun begitu, masih ada beberapa kendala ketika proses pembelajaran berlangsung, sehingga diperlukan siklus selanjutnya supaya penggunaan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli dapat lebih maksimal dan kedepannya model tersebut diharapkan bisa diterapkan pada kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 2 Kebumen. Siklus Ketiga a. Perencanaan Kegiatan perencanaan pada siklus III berlangsung lebih lama daripada dua siklus sebelumnya karena pada minggu setelah pelaksanaan siklus II, SMA Negeri 2 Kebumen mengadakan MID semester. Waktu yang lama tersebut saya gunakan untuk mempersiapkan pembelajaran semaksimal mungkin sehingga kegiatan siklus ketiga dapat berjalan jauh lebih baik dibandingkan dua siklus sebelumnya. Tahap perencanaan siklus ketiga ini meliputi: (1) pembuatan RPP, LDS, media pembelajaran, dan mempersiapkan alat pembelajaran berupa mikroskop dan gambar teropong, (2) membuat nomor undi untuk membentuk kelompok, (3) memperbanyak video, animasi, dan gambar gambar tentang materi pembelajaran, (4) memperbanyak diskusi bersama guru dan pengamat, (5) menyiapkan lembar tes dan observasi, dan (6) menyiapkan strategi khusus supaya siswa tidak gaduh ketika melakukan diskusi dan presentasi. Kegiatan perencanaan tindakan siklus III berlangsung dari tanggal 2 14 Maret 2014.

102 78 a) Tindakan Materi yang diajarkan pada tahap tindakan siklus III ini adalah mikroskop dan teropong. Seperti dua siklus sebelumnya, kegiatan pendahuluan adalah memberikan motivasi dan bercerita tentang kemanfaatan mempelajari fisika, baik dalam bentuk ucapan, gambar, video, dan bercerita. Setelah itu, siswa membentuk kelompok, melakukan diskusi, dan presentasi di depan kelas. Pelaksanaan diskusi dan presentasi jauh lebih tertib dan kondusif dibandingkan dua siklus sebelumnya. Latihan soal soal juga lumayan banyak, sehingga diharapkan siswa sudah terampil dan lebih percaya diri dalam mengerjakan soal fisika. Pelaksanaan tindakan tahap akhir adalah tes evaluasi yang diberikan pada siswa selama 20 menit. Secara umum, pelaksanaan tindakan pada siklus III lebih maksimal, kondusif, dan lancar dibandingkan pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II. Kegiatan tindakan siklus III berlangsung pada hari sabtu, 15 Maret b) Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan ketika kegiatan belajar mengajar siklus III sedang berlangsung. Pelaksanaan observasi ini melibatkan pengamat dan peneliti. Pengamat dan peneliti bertugas untuk mengamati kegiatan pembelajaran apakah berlangsung sesuai skenario atau tidak, serta melakukan penilaian aspek afektif dan psikomotorik pada lembar observasi yang telah disediakan. Selain hal tersebut, kegiatan observasi juga melakukan identifikasi faktor faktor hambatan dalam pembelajaran sehingga dapat menyimpulkan apakah perlu dilaksanakan siklus selanjutnya atau tidak.

103 79 c) Refleksi Tahap refleksi berlangsung setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Kegiatan refleksi siklus III dilakukan oleh saya, pengamat, dan guru. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus III, siswa terlihat lebih aktif, kreatif, penuh percaya diri, dan semangat dalam menerima pelajaran. Selain hal tersebut, siswa juga sudah dapat melaksanakan kegiatan diskusi dan presentasi dengan baik. Guru menyimpulkan jika siklus III sudah berjalan sesuai rencana dan maksimal. Maka dari itu, kegiatan penelitian model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli pada materi alat alat optik dapat terselesaikan pada siklus III. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis data yang menyatakan bahwa belajar kognitif, afektif, maupun psikomotor pada siklus III sudah melebihi target ketuntasan klasikal sesuai indikator masing masing. 4.5 Hasil Penelitian Hasil Belajar Kognitif Hasil belajar kognitif siswa disajikan pada Tabel 4.2, sedangkan perhitungan selengkapnya ditampilkan pada lampiran 30. Tabel 4.2 Hasil belajar kognitif siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III Keterangan Siklus I Siklus II Siklus III Nilai Rata-Rata 75,5 78,1 82,2 Nilai Tertinggi Nilai Terendah Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Ketuntasan klasikal 62,5% 75% 87,5%

104 Hasil Belajar Psikomotorik Hasil belajar psikomotorik siswa disajikan pada Tabel 4.3, sedangkan perhitungan selengkapnya ditampilkan pada lampiran 32. Tabel 4.3 Hasil belajar psikomotorik siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III Keterangan Siklus I Siklus II Siklus III Skor Tertinggi Jumlah skor maksimum Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Ketuntasan klasikal 71,88% 81,25% 90,63% Hasil Belajar Afektif Hasil belajar afektif siswa disajikan pada Tabel 4.4, sedangkan perhitungan selengkapnya ditampilkan pada lampiran 31. Tabel 4.4 Hasil belajar afektif siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III Keterangan Siklus I Siklus II Siklus III Skor Tertinggi Jumlah skor maksimum Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Ketuntasan klasikal 75% 84,38% 90,63% Hasil Kuesioner/Angket Gambaran peningkatan minat diskusi siswa disajikan pada Tabel 4.5. berikut ini. Perhitungan selengkapnya ditampilkan pada lampiran

105 81 Tabel 4.5 Peningkatan minat diskusi siswa Keterangan Kondisi Awal Siklus I Siklus II Siklus III Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-Rata 50,47 60,41 78,25 80,84 Persentase yang Berminat 37,5% 91% 100% 100% Kategori kurang berminat berminat sangat berminat sangat berminat 4.6 Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa Terdapat peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya. Perhitungan peningkatan hasil belajar kognitif, afektif, psikomotor, dan minat diskusi siswa dari siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke siklus III setelah diterapkan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli menggunakan rumus gain terdapat pada lampiran 45 dan 46, sedangkan hasil perhitungan ditampilkan dalam tabel 4.6 di bawah ini: Tabel 4.6 Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa No Aspek yang diteliti gain (dari gain (dari Kategori Kategori siklus I ke siklus II ke gain gain siklus II) siklus III) 1 Hasil belajar kognitif 11 % rendah 20 % rendah 2 Hasil belajar afektif 10 % rendah 30 % sedang 3 Hasil belajar 32 % sedang 38 % sedang psikomotor 4 Minat diskusi siswa 41 % sedang 13 % rendah

106 Pembahasan Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh nilai rata-rata tes evaluasi siklus I sebesar 75,5 dengan ketuntasan klasikal 62,5%. Hasil ini diperoleh setelah pelaksanaan tes evaluasi selesai. Pada siklus I siswa yang dikatakan tuntas sejumlah 20 siswa dari 32 siswa, sehingga ketuntasan klasikal yang didapat pada siklus I adalah 62,5%. Berdasarkan data tersebut, hasil belajar kognitif pada siklus I belum memenuhi indikator yang ditentukan karena hasil belajar secara klasikal belum tuntas. Hal itu disebabkan beberapa faktor, yaitu: (1) siswa kurang siap karena baru pertama kali menerima pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli, (2) siswa memerlukan banyak waktu untuk memahami model ARIAS dengan Tim Ahli karena model diskusi ini sangat memerlukan kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa, (3) siswa masih malu malu ketika menyampaikan materi ke teman temannya sehingga materi sulit dipahami siswa lain, (4) sebagian siswa masih belum paham dalam menentukan titik terdekat dan titik terjauh mata manusia yang menderita cacat mata, (5) sebagian siswa belum paham tentang pengertian bayangan maya dan nyata. Permasalahan-permasalahan tersebut kemudian didiskusikan bersama guru dan pengamat pada proses refleksi siklus I untuk mencari solusi yang tepat, sehingga pembelajaran pada siklus II dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Permasalahan siswa yang terkait dengan materi yang diajarkan, diselesaikan dengan memberi

107 83 pekerjaan rumah (PR) dan dikumpulkan pada minggu berikutnya. Berdasarkan hasil pekerjaan rumah, hampir semua siswa menjawab betul, sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa sudah paham tentang materi yang diajarkan pada siklus pertama. Pada siklus II, siswa yang dikatakan tuntas belajar kognitif sejumlah 24 siswa dari 32 siswa dan nilai rata-rata tes evaluasi siswa meningkat menjadi 78,1 dengan ketuntasan klasikal mencapai 75%. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II lebih baik dari sebelumnya karena sebagian besar siswa sudah mulai mengenal model pembelajaran yang saya kenalkan, sehingga siswa sudah lebih siap dan lebih antusias. Terdapat peningkatan nilai kognitif siswa pada siklus II jika dibandingkan dengan siklus I. Siswa lebih tertib dalam melaksanakan diskusi dan antusias ketika disuruh mengerjakan soal di depan. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal dapat terlatih, sehingga ketika diberikan tes evaluasi, siswa dapat mengerjakan dengan tenang dan semangat. Terkait materi yang diajarkan, sebagian siswa masih belum paham bagaimana melukiskan pembentukan bayangan pada lensa, sehingga kesulitan ketika melukiskan pembentukan bayangan pada lup maupun kamera. Seperti siklus pertama, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, siswa diberi pekerjaan rumah supaya dikerjakan dengan sungguh sungguh. Hasil pekerjaan rumah menunjukkan bahwa siswa sudah memahami materi. Peneliti menyimpulkan proses pembelajaran siklus II lebih baik dari siklus sebelumnya. Walaupun begitu, ketuntasan klasikal pada siklus II yang hanya mencapai 75%

108 84 belum mencapai target. Maka dari itu, diperlukan siklus selanjutnya supaya ketuntasan klasikal siswa mampu mencapai lebih dari 85%. Pada siklus III, siswa yang dikatakan tuntas sejumlah 28 siswa dari 32 siswa dan nilai rata-rata tes evaluasi siswa meningkat menjadi 82,2 dengan ketuntasan klasikal mencapai 87,5%. Adanya peningkatan ini menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli dapat mempengaruhi hasil belajar kognitif secara positif. Hal ini sesuai dengan penelitian Devi (2012: 8) yang menyatakan bahwa model pembelajaran ARIAS mampu meningkatkan hasil belajar aspek kognitif siswa karena model pembelajaran ini disajikan secara menarik dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri sehingga siswa bersemangat dalam belajar. Terdapat peningkatan nilai kognitif siswa pada siklus III jika dibandingkan dengan siklus I maupun siklus II. Selain disebabkan karena siswa lebih tertib dalam melaksanakan diskusi dan antusias ketika disuruh mengerjakan soal di depan, siswa juga aktif untuk menolong teman sebaya yang belum paham tentang materi yang diajarkan. Maka dari itu, seluruh siswa dapat memahami materi. Hal ini tidak terjadi pada siklus I maupun II. Pada siklus I dan II, guru agak kesulitan untuk mengetahui siswa yang sudah paham tentang materi yang diajarkan dan yang belum paham. Hal ini dikarenakan siswa yang belum paham hanya diam dan cenderung masih malu untuk bertanya. Faktor kemampuan bertanya, berlatih mengerjakan soal di depan kelas, dan saling membantu siswa lain inilah yang menyebabkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal dapat lebih terlatih, sehingga persentase hasil belajar kognitif pada siklus III merupakan yang tertinggi

109 85 dibandingkan dua siklus sebelumnya. Ketuntasan klasikal aspek kognitif siklus III sudah mencapai lebih dari 85%, sehingga sudah cukup dalam melakukan penelitian. Nilai rata rata dan ketuntasan klasikal dari siklus pertama sampai siklus ketiga memang terjadi peningkatan. Walaupun begitu, berdasarkan uji gain, besar peningkatan aspek kognitif dari siklus I dan siklus II hanya sebesar 11%. Nilai tersebut masih tergolong rendah. Keadaan yang hampir sama juga berlaku pada hasil belajar kognitif siswa dari siklus II ke siklus III. Berdasarkan nilai uji gain, peningkatan aspek kognitif sebesar 20%. Walaupun harga peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan harga peningkatan dari siklus I ke siklus II, tetapi nilai 20% juga masih termasuk kategori rendah. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan hasil belajar aspek kognitif. Hal ini sesuai penelitian Nurhaeni (2011: 88) yang menjelaskan bahwa pembelajaran yang disertai aspek pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan pemahaman siswa, sehingga hasil belajar mampu meningkat. Peningkatan hasil belajar kognitif di kelas X MIA 2 termasuk kategori rendah. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor, yaitu: (1) waktu 20 menit dianggap kurang untuk siswa mengerjakan tes evaluasi di setiap akhir siklus, (2) siswa terlalu fokus mencari materi di buku untuk mengisi soal soal LDS tanpa memahami lebih lanjut, (3) ada beberapa siswa yang belum paham tentang materi, tetapi tidak mau menanyakan pada teman atau guru, (4) beberapa siswa tidak fokus pada kegiatan presentasi di depan

110 86 kelas maupun ketika dijelaskan guru, dan (5) siswa baru pertama kali melakukan model diskusi sundicate group. Setiap akhir siklus siswa selalu ditanya tentang tes evaluasi, apakah soal yang dikerjakan termasuk kategori sulit atau mudah. Jawaban bervariasi, ada yang menjawab mudah, sedang, dan sulit. Ketika ditanya tentang alasannya, siswa yang menjawab mudah beranggapan bahwa soal yang diberikan saat evaluasi hampir mirip dengan soal soal yang dikerjakan pada latihan soal pemahaman, hanya angka dan bentuk soalnya saja yang berbeda. Hal ini dapat disimpulkan bahwa rata rata siswa yang beranggapan tes evaluasi mudah dikarenakan mereka melaksanakan kegiatan diskusi dan memperhatikan persentasi dengan sungguh sungguh. Sedangkan siswa yang beranggapan bahwa tes evaluasi sulit, dikarenakan mereka masih belum paham tentang materi yang diajarkan. Ketika diberikan latihan soal, hampir semua siswa mampu mengerjakan, tetapi ketika diberikan tes evaluasi dengan tipe soal yang berbeda, mereka masih kesulitan. Walaupun pendapat siswa tentang tes evaluasi berbeda beda, tetapi rata rata nilai siswa dari siklus I sampai siklus III mengalami peningkatan. Hasil belajar kognitif siswa setiap siklus jika ditampilkan dalam grafik seperti gambar dibawah ini: Gambar 4.1. Grafik hasil belajar kognitif

111 Hasil Belajar Afektif Indikator keberhasilan untuk aspek afektif dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan pengamat terhadap kegiatan pembelajaran. Jika hasil tersebut mencapai 70% secara individual dan 75% secara klasikal, maka hasil belajar dikatakan tuntas. Proses penilaian observasi tersebut dilakukan ketika proses kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Kegiatan observasi aspek afektif pada penelitian di SMA Negeri 2 Kebumen ini, peneliti dibantu oleh dua teman kerja sejawat, yaitu: (1) Siti Zulaikhah (Mahasiswi Politeknik Dharma Patria Kebumen), (2) Isnaeni Nur Charomah (Alumni Poltekkes), dan Uswatun Khasanah (Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Purworejo). Pada siklus I, ketuntasan klasikal hasil belajar afektif sebesar 75%. Nilai prosentase tersebut sudah memenuhi target ketuntasan klasikal, yaitu 75%, tetapi sangat perlu dilakukan siklus selanjutnya untuk mengetahui apakah model pembelajaran yang digunakan mampu meningkatkan hasil belajar afektif atau tidak. Pengamat melakukan observasi untuk memberikan penilaian terhadap masing masing siswa sesuai indikator yang telah dibuat. Proses penilaian ini dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Ketuntasan klasikal hasil belajar afektif siklus I sudah tuntas, tetapi berada pada persentase yang minim. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu: 1. Siswa baru pertama kali melakukan diskusi tipe sundicate group, sehingga saya dibantu guru harus menjelaskan terlebih dahulu apa pengertiannya.

112 88 2. Pada penelitian ini, pembentukkan anggota kelompok secara acak dan bebas. Hal ini tidak biasa dilakukan oleh siswa. Siswa lebih suka memilih anggota kelompok sendiri. 3. Waktu untuk melakukan diskusi tidak terlalu banyak dikarenakan sebagian waktu diskusi digunakan untuk menjelaskan prosedur dan langkah langkah diskusi. Pada proses refleksi siklus I, permasalahan tersebut kemudian didiskusikan bersama guru dan pengamat untuk mencari solusi, sehingga pembelajaran pada siklus II dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Proses penilaian hasil belajar afektif pada siklus II berlangsung lebih lancar dan kondusif. Siswa sudah tidak perlu dijelaskan lagi tentang langkah langkah diskusi. Para siswa juga sudah tidak mempermasalahkan tentang pembagian anggota kelompok secara acak dan bebas. Kegiatan diskusi yang mulai baik ini menyebabkan ketuntasan klasikal meningkat sebesar 9,38%, yaitu menjadi 84,38%. Ketuntasan klasikal ini sudah melampaui target, tetapi dikarenakan hasil belajar kognitif yang belum mencapai target dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar afektif, maka proses penilaian afektif juga dilanjutkan ke siklus III. Pelaksanaan diskusi pada siklus III berjalan dengan sangat baik. Siswa menjadi lebih aktif, kritis, semangat, dan kondusif, sehingga hasil belajar afektif pada siklus III mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I dan siklus II. Hal ini dibuktikan dengan ketuntasan klasikal mengalami peningkatan 6,25%, yaitu menjadi 90,63%.

113 89 Nilai rata rata dan ketuntasan klasikal dari siklus pertama sampai siklus ketiga terjadi peningkatan. Berdasarkan uji gain, besar peningkatan aspek afektif dari siklus I dan siklus II sebesar 10%. Hampir sama dengan hasil belajar kognitif, nilai tersebut termasuk kategori rendah. Keadaan berbeda terlihat pada hasil belajar afektif siswa dari siklus II ke siklus III. Berdasarkan nilai uji gain, peningkatan hasil belajar aspek afektif sebesar 30%. Nilai peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan harga peningkatan dari siklus I ke siklus II. Nilai 30% juga sudah termasuk kategori sedang. Siklus I sampai siklus III, kehadiran siswa masuk kelas untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran sudah baik. Sebagian besar siswa langsung masuk kelas ketika kegiatan pembelajaran mata pelajaran sebelumnya sudah usai. Hanya sebagian kecil siswa yang tidak langsung masuk kelas dikarenakan ada urusan dengan guru tertentu atau mengembalikan alat ke laboratorium. Walaupun begitu, kegiatan pembelajaran dengan model ARIAS dengan Tim Ahli dari siklus I sampai siklus III berjalan dengan baik dan lancar. Kegiatan pembelajaran siklus I, rata rata siswa masih pasif terhadap kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa masih belum mengenal tentang model yang baru dan merasa diawasi, sehingga tingkah laku siswa menjadi kaku. Setelah dilaksanakan refleksi bersama guru dan pengamat, ada beberapa bagian yang diperbaiki seperti yang sudah dijelaskan di subbab 4.5 (Hasil Penelitian), sehingga pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dan siklus III, siswa sudah lebih aktif, baik melakukan diskusi, bertanya, menanggapi, mengeluarkan pendapat, dan sebagainya.

114 90 Sebelum dilaksanakan pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli, siswa disuruh mengisi angket untuk mengetahui minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika. Berdasarkan data awal, siswa kurang berminat terhadap kegiatan diskusi, hal ini yang juga menyebabkan siswa pasif ketika melaksanakan diskusi pada siklus pertama. Setelah siswa dijelaskan tentang manfaat diskusi dan kegiatan presentasi, pada bagian akhir siklus pertama siswa sudah mulai berminat pada kegiatan diskusi, sehingga pelaksanaan pembelajaran pada dua siklus selanjutnya semakin lancar. Hasil penelitian tentang minat diskusi siswa dijelaskan lebih lanjut pada sub-subbab (Peningkatan Minat Siswa). Secara umum dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan hasil belajar afektif. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Husna (2010: 17) yang menyatakan bahwa model ARIAS dapat meningkatkan hasil belajar belajar aspek afektif yang ditunjukkan dengan perbedaan hasil belajar afektif antara kelas yang menggunakan model ARIAS dengan kelas yang menggunakan model konvensional. Hasil belajar afektif siswa ditampilkan dalam grafik seperti gambar dibawah ini: Gambar 4.2. Grafik hasil belajar afektif

115 Hasil Belajar Psikomotor Indikator keberhasilan untuk aspek psikomotor dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan pengamat terhadap kegiatan pembelajaran. Jika hasil tersebut mencapai 75% secara individual dan 75% secara klasikal, maka hasil belajar dikatakan tuntas. Seperti halnya proses penilaian afektif, penilaian psikomotor juga melalui proses observasi yang dilakukan ketika proses kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Kegiatan observasi aspek psikomotor pada penelitian di SMA Negeri 2 Kebumen dibantu oleh dua teman kerja sejawat, yaitu: (1) Isnaeni Anjarwati (Mahasiswi Politeknik Dharma Patria Kebumen), (2) Rini Imroatin Wijayanti (Mahasiswi STAINU Kebumen), dan Ristya Yuliana. Ketuntasan klasikal hasil belajar psikomotorik pada siklus I sebesar 71,88%. Nilai tersebut belum mencapai target, yaitu sebesar 75%, sehingga perlu dilanjutkan ke siklus II. Hasil belajar psikomotor pada siklus I belum mencapai target dikarenakan beberapa faktor, yaitu: 1. Ada dua kelompok yang belum selesai mengerjakan LDS, sehingga kesulitan ketika melakukan presentasi di depan kelas, 2. Kegiatan presentasi tidak maksimal dikarenakan waktu diskusi yang lama, 3. Sebagian siswa tidak menguasai materi yang dipresentasikan, 4. Kemampuan komunikasi siswa di depan kelas masih rendah, Selain hal tersebut, masih banyak siswa yang masih gaduh ketika kegiatan presentasi berlangsung. Setelah kegiatan belajar mengajar pada siklus I selesai, guru mata pelajaran dan pengamat melakukan diskusi untuk merencanakan siklus II supaya kegiatan presentasi menjadi lebih baik lagi.

116 92 Pelaksanaan presentasi pada siklus II lebih baik dibandingkan sebelumnya, sehingga menyebabkan hasil belajar psikomotorik pada siklus II juga mengalami peningkatan. Ketuntasan klasikal aspek psikomotor pada siklus II sebesar 81.25%. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan diskusi yang sudah baik, sehingga kegiatan presentasi juga lebih lancar, aktif, dan siswa lebih siap materi yang disampaikan. Walaupun ketuntasan klasikal sudah melebihi target, tetapi hal yang masih kurang adalah kemampuan komunikasi siswa dalam menyampaikan materi masih rendah dan suasana kelas yang masih gaduh, sehingga perlu dilanjutkan ke siklus III. Setelah pelaksanaan pembelajaran siklus II selesai, guru dan pengamat melakukan diskusi untuk rencana pembelajaran pada siklus III. Ketuntasan klasikal aspek psikomotorik pada siklus III sebesar 87,50%. Nilai tersebut meningkat dari siklus II. Hal ini dikarenakan semua siswa sudah bisa menyampaikan materi di depan kelas dengan baik dan suasana kelas juga lebih kondusif. Nilai rata rata dan ketuntasan klasikal dari siklus pertama sampai siklus ketiga terjadi peningkatan. Berdasarkan uji gain, besar peningkatan aspek psikomotor dari siklus I dan siklus II sebesar 32%. Seperti halnya pada hasil belajar afektif, nilai tersebut juga sudah termasuk kategori sedang. Keadaan yang hampir sama juga berlaku pada hasil belajar psikomotor siswa dari siklus II ke siklus III. Berdasarkan nilai uji gain, peningkatan hasil belajar aspek psikomotor sebesar 38%. Nilai peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan harga peningkatan dari siklus I ke siklus II. Nilai 38% juga sudah termasuk kategori sedang.

117 93 Kemampuan siswa dalam menyiapkan materi/bahan presentasi dari siklus pertama sampai siklus ketiga sudah cukup baik dan mengalami peningkatan. Pada siklus pertama, masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam mencari materi di buku sumber, sehingga ketika melakukan presentasi menjadi kurang maksimal. Selama proses presentasi, siswa mampu berkomunikasi dengan peserta diskusi dengan cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya sikap aktif siswa dari siklus pertama sampai siklus ketiga. Selain hal tersebut, kemampuan siswa untuk mengajak siswa lain supaya berpartisipasi dalam diskusi juga sudah lumayan baik. Siswa yang melakukan presentasi mampu mengajak siswa lain supaya memperhatikan dan aktif mengeluarkan pendapat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan hasil belajar aspek psikomotor siswa. Hal ini sesuai penelitian Devi (2012: 97) yang menyatakan bahwa model pembelajaran ARIAS dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang meningkatkan semangat belajar siswa, sehingga hasil belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotor meningkat. Hasil belajar psikomotorik ditampilkan dalam grafik seperti gambar dibawah ini: Gambar 4.3. Grafik hasil belajar psikomotor

118 94 Hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor pada siklus III sudah melampaui target ketuntasan klasikal, sehingga peneliti tidak melanjutkan ke siklus IV. Selain hal tersebut, selama proses pembelajaran berlangsung, terkadang guru keluar dari skenario pembelajaran yang disusun. Hal ini wajar, karena bertujuan supaya siswa tidak bosan dan pembelajaran tidak terkesan kaku. Kegiatan pembelajaran juga kadangkala berubah, sehingga perilaku guru menyesuaikan keadaan kelas yang sedang berlangsung. Skenario yang disusun di RPP merupakan sumber kegiatan guru di kelas. Walaupun terkadang guru keluar dari skenario, tetapi dasar kegiatan di kelas sebagian besar masih bersumber pada RPP Peningkatan Minat Diskusi Siswa Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika mengalami peningkatan untuk setiap siklus. Meningkatnya minat siswa terhadap kegiatan diskusi disebabkan karena penerapan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli dapat mengajak siswa untuk belajar bersama teman teman sebayanya dan dengan suasana yang menyenangkan. Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan diperlukan adanya media maupun model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dengan demikian siswa merasa senang, tidak tertekan, dan tanpa disadari mereka sudah banyak belajar. Selama proses pembelajaran, pengenalan konsep - konsep dilakukan dengan cara berdiskusi yang didasarkan pada Lembar Diskusi Siswa (LDS). Berdasarkan uraian-uraian di atas, menunjukkan bahwa siswa sangat berminat belajar dengan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli karena

119 95 model ini tidak hanya dapat mengaktifkan siswa tetapi juga membuat siswa merasa senang. Siswa disuruh untuk mengisi angket minat diskusi pada akhir pembelajaran. Tujuan utama dari angket ini adalah untuk mengetahui minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran Fisika. Analisis data angket menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus pertama, mayoritas siswa berminat jika pada pembelajaran fisika selalu dilaksanakan kegiatan diskusi. Walaupun sebagian besar siswa berminat, tetapi ada siswa yang kurang berminat, sehingga sangat perlu dilaksanakan evaluasi. Hasil angket siklus kedua menunjukkan bahwa semua siswa menyatakan berminat terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika. Sedangkan pada siklus ketiga, semua siswa menyatakan sangat berminat. Hal tersebut merupakan usaha keras dari peneliti dan guru untuk merencanakan kegiatan diskusi dengan baik dan maksimal, sehingga siswa tidak hanya paham pada materi yang diajarkan, tetapi juga merasa senang. Satu hal yang tidak diketahui dari siswa adalah peneliti tidak mengetahui apakah siswa hanya sangat berminat pada model diskusi dalam pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli, atau sangat berminat pada semua jenis model diskusi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan minat diskusi siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ifadloh et al. (2012: 7) yang menyatakan bahwa model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, akan mampu meningkatkan minat diskusi siswa terhadap proses pembelajaran.

120 96 Peningkatan minat siswa terhadap kegiatan diskusi jika ditampilkan dalam bentuk gambar seperti dibawah ini: Gambar 4.4. Grafik rata rata peningkatan minat diskusi siswa Adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dan siklus II ke siklus III menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli berkontribusi positif dalam memecahkan berbagai permasalahan siswa yang mengakibatkan hasil belajar kurang maksimal, walaupun berdasarkan uji gain, peningkatan hasil belajar kognitif hanya masuk dalam kategori rendah. Hal ini sesuai hasil penelitian Siahaan et al. (2010:30) yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih baik daripada hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran konvensional. Sthyawati (2011: 84) juga menyatakan bahwa berdasarkan hasil pengamatan pada tiap siklus penelitiannya, nilai rata rata hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkan model pembelajaran ARIAS. Sama halnya dengan hasil penelitian Husna (2010: 18) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang

121 97 berarti antara pembelajaran ARIAS dengan hasil belajar fisika, terutama pada aspek kognitif dan afektif. Siswa sangat antusias ketika peneliti memberikan motivasi dan penjelasan manfaat ilmu fisika melalui cerita, gambar, maupun video. Cara tersebut mampu meningkatkan semangat siswa. Hal ini dibuktikan dari banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan ke peneliti terkait dengan kemanfaatan ilmu fisika. Sifat semangat yang ada pada siswa sangat berkontribusi positif ketika menerima pelajaran fisika. Siswa lebih antusias dan cepat paham tentang materi yang diajarkan. Selain itu, kepercayaan diri siswa juga meningkat. Dibuktikan dengan meningkatnya antusias siswa ketika mengerjakan latihan soal di papan tulis. Meningkatnya rasa percaya diri siswa menyebabkan hasil belajar siswa meningkat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rifki (2008: 95) yang menunjukkan bahwa semakin kuat atau tinggi rasa percaya diri siswa maka akan semakin tinggi prestasi belajarnya. Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada kegiatan motivasi. Kegiatan motivasi yang dilakukan peneliti terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIA 2. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Inayah et al. (2012: 9) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung yang positif antara kegiatan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar. Model ARIAS dengan Tim Ahli ini juga mampu meningkatkan sikap kerjasama antar siswa, sehingga pemahaman siswa meningkat. Sama halnya dengan hasil penelitian Amri (2011: ) yang menyatakan bahwa kerja sama siswa mempengaruhi keberhasilan belajar fisika..

122 98 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab 4, dapat disimpulkan sebagai berikut: Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan hasil belajar kognitif pada pokok bahasan alat alat optik, walaupun berdasarkan uji gain, peningkatan yang terjadi termasuk kategori rendah. Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa, terutama pada aspek kehadiran di kelas, keaktifan, minat terhadap pembelajaran, sebagai pendengar yang baik, dan kedisiplinan mengumpulkan tugas. Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli mampu meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, terutama pada aspek kemampuan siswa dalam menyiapkan materi/bahan presentasi dan demonstrasi, melakukan presentasi dan demonstrasi, berkomunikasi dengan peserta diskusi, mengajak siswa lain supaya berpartisipasi dalam diskusi, dan bekerjasama dalam kelompok. Setelah melaksanakan pembelajaran dengan model ARIAS dengan Tim Ahli, minat siswa terhadap kegiatan diskusi mengalami peningkatan. Hal tersebut dibuktikan dari hasil angket yang menunjukkan bahwa siswa sangat berminat melakukan diskusi pada pembelajaran fisika. 17

123 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli dapat selalu digunakan pada pembelajaran fisika karena berdasarkan hasil penelitian, model ini mampu meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, psikomotor, dan minat diskusi siswa. 2. Kegiatan diskusi dalam pembelajaran fisika menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli harus dilaksanakan sesuai waktu yang ditentukan supaya kegiatan presentasi dapat maksimal dan sesuai tujuan pembelajaran. 3. Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran fisika menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli, minat siswa terhadap kegiatan diskusi sangat tinggi, sehingga kegiatan diskusi bisa dilanjutkan pada pembelajaran berikutnya. 4. Kegiatan memotivasi harus selalu diberikan supaya siswa selalu semangat dan antusias ketika menerima pelajaran fisika. 5. Latihan soal soal fisika harus diberikan kepada siswa secara rutin, supaya siswa lebih terampil dalam mengerjakan soal soal fisika pada saat tes.

124 100

125 100 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. & W. Supriyono Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Amri, S. M Peningkatan Hasil Belajar Fisika Melalui Penerapan Model Bakorusiru Siswa Kelas X-TKR3 SMK Negeri 1 Semarang. Laporan Penelitian. Semarang: SMK Negeri 1 Semarang. Arikunto, S. 2010a. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (13 th ed.). Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, S. 2010b. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik (10 th ed.). Jakarta: Rineka Cipta. Arista, F. S., M. Nasir, & Azhar Analisis Kesulitan Belajar Fisika Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Pekanbaru. Laporan Penelitian. Pekanbaru: FMIPA Universitas Riau. Chang, M. M., & J. D. Lehman Learning Foreign Language Through an Interactive Mulimedia Program: An Experimen Study on The Effects of the Relevance Component of the ARCS Model. CALICO Journal, 20(1), Tersedia di [diakses ]. Devi, F. R Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction). Laporan Penelitian. Demak: SMA Islamic Centre. Dipodjoyo, A. S Komunikasi Lisan. Yogyakarta: Penerbit Lukman. Fracom G. & T. C. Reeves Significant Contributor to the Field of Educational Technology. Educational Technology Article. Hamalik, O Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Handayani, S. & A. Damari Fisika 1: untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Husna Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARIAS disertai Tugas Awal Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN 8 Padang. Laporan Penelitian. STKIP PGRI Sumbar. Ifadloh, V. N., N. B. Santoso, & K. I. Supardi Metode Diskusi dengan Pendekatan Science, Environment, Technology, Society dan Media Question Card. Unnes Science Education Journal, 1(2):

126 101 Inayah, R., T. Martono, & H. Sawiji Pengaruh Kompetensi Guru, Motivasi Belajar Sains, dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lasem Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012. Surakarta: Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. James, P. & E. L. Baker Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: PT Rineka Cipta. Junaedi, J Fisika Dianggap Sulit dalam UN karena Siswa Tidak Produktif. Online. Tersedia di [diakses ] Keller, J. M Development and Use of the ARCS Model of Motivational Design. Journal of Instructional Development, 10(3): Keller, J. M How to integrate learner motivation planning into lesson planning: The ARCS model approach. Paper presented at VII Semanario, Santiago, Cuba, February. Keller, J. M. & Suzuki, K Learner Motivation and e-learning Design: A Multinationally Validated Process. Journal of Education Media, 29 (3): Tersedia di http// [diakses 12 Maret 2014]. Kemp, D Proses Perancangan Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB. Mawarsih, S. E., Susilaningsih, & N. Hamidi Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri Jumapolo. JUPE UNS, 1(3): Moedjiono & J. J. Hasibuan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulawati, T. R Peningkatan Keterampilan Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pleret Bantul Melalui Model Pembelajaran Two Say Two Stray. Skripsi. Yogyakarta: UNY. Mulyana, A Pengertian Hasil Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Online. Tersedia di [diakses ]. Mulyasa Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muslich, M Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Nurachmandani, S Fisika 1: untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Nurhaeni, Y Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Listrik Melalui Pembelajaran Koopeatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IX SMPN 43 Bandung. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12(1):

127 102 Petri, H. L Motivation: theory and research. Belmot: Wadsworth Publishing Company. Purwanto, M Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rifa i, A. & T. C. Anni Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS. Rifki, M Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA Islam Al-Ma arif Singosari Malang. Skripsi. Malang: FT UIN Malang. Samudra, G. B., I. W. Suastra, & K. Suma Permasalahan Permasalahan yang Dihadapi Siswa SMA dalam Mempelajari Fisika. e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, 4 : Siahaan, P., W. Setiawan, & Sa adah Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) dalam Pembelajaran TIK (teknologi, Informasi dan Komunikasi. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), 3(1): Sopah, J Model Pembelajaran ARIAS. Online. Tersedia di [diakses 1 Februari 2014]. Sthyawati, P Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction) untuk Meningkatkan Akivitas Belajar Matematika Siswa. Jakarta: FMIPA UIN Syarif Hidayatullah. Stobart, C. & G. Gipps Assessment, A Teachers Guide to the Issues. British Library Cataloguing in Publication Data. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sudijono, A Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo. Sudjana Metoda Statistika (6 th ed.). Bandung: Tarsito. Sudjana, N Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sulo & Tirtarahardja Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sumarsono Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Suyitno Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: UNNES Targan, H. G Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wiyanto Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: Unnes Press. Wiyanto Terjebak Rutinitas Fisika Jadi Membosankan. Online. Tersedia di [diakses )

128 103

129 LAMPIRAN 103

130 LAMPIRAN DAFTAR SISWA KELAS UJI COBA INSTRUMEN SOAL EVALUASI No Kode Jenis Kelamin 1 UC-01 L 3 UC-02 L 4 UC-03 P 5 UC-04 P 6 UC-05 P 7 UC-06 P 8 UC-07 P 9 UC-08 P 10 UC-09 P 11 UC-10 P 12 UC-11 P 35 UC-12 P 27 UC-13 L 33 UC-14 L 13 UC-15 L 31 UC-16 P 14 UC-17 L 36 UC-18 P 32 UC-19 L 15 UC-20 L 29 UC-21 P 2 UC-22 P 16 UC-23 P 17 UC-24 P 34 UC-25 L 21 UC-26 P 38 UC-27 L 18 UC-28 P 19 UC-29 P 20 UC-30 P 30 UC-31 P 28 UC-32 P 22 UC-33 P 23 UC-34 P 24 UC-35 L 25 UC-36 L 26 UC-37 P 37 UC-38 P

131 105 DAFTAR SISWA UJI COBA ANGKET MINAT DISKUSI No Kode Jenis Kelamin 1 UJC-1 P 2 UJC-2 L 3 UJC-3 P 4 UJC-4 L 5 UJC-5 P 6 UJC-6 L 7 UJC-7 P 8 UJC-8 P 9 UJC-9 L 10 UJC-10 P 11 UJC-11 P 12 UJC-12 P 13 UJC-13 L 14 UJC-14 P

132 LAMPIRAN DAFTAR PESERTA DIDIK PEMINATAN MATEMATIKA DAN SAINS SMA NEGERI 2 KEBUMEN TAHUN PELAJARAN: 2013/2014 Kelas: X MIPA 2 Wali Kelas: Drs. Bambang Wahyono No Kode Jenis Kelamin 1 A-01 L 2 A-02 L 3 A-03 L 4 A-04 P 5 A-05 P 6 A-06 P 7 A-07 L 8 A-08 P 9 A-09 L 10 A-10 L 11 A-11 P 12 A-12 L 13 A-13 P 14 A-14 P 15 A-15 L 16 A-16 P 17 A-17 P 18 A-18 P 19 A-19 L 20 A-20 L 21 A-21 P 22 A-22 P 23 A-23 P 24 A-24 P 25 A-25 P 26 A-26 P 27 A-27 P 28 A-28 L 29 A-29 L 30 A-30 P 31 A-31 P 32 A-32 L

133 107 LAMPIRAN 3 DAFTAR KELOMPOK

134 LAMPIRAN 3a 108 DAFTAR PEMBAGIAN KELOMPOK UTAMA SISWA KELAS X MIPA 2 SIKLUS I NO KELOMPOK KODE NAMA JENIS KELAMIN MATERI 1 A-01 L 2 2 A-02 L 5 3 A-03 L 7 4 A-07 L 6 Faraday 5 A-09 L 3 6 A-17 P 1 7 A-18 P 4 8 A-19 L 1 1 A-30 P 6 2 A-08 P 2 3 A-11 P 2 4 A-16 P 5 Pascal 5 A-28 L 7 6 A-12 L 4 7 A-29 L 1 8 A-15 L 3 1 A-05 P 3 2 A-10 L 1 3 A-21 P 2 4 A-22 P 4 Newton 5 A-23 P 6 6 A-25 P 7 7 A-27 P 5 8 A-31 P 3 1 A-04 P 6 2 A-24 P 4 3 A-26 P 4 4 A-32 L 7 Maxwell 5 A-13 P 2 6 A-20 L 3 7 A-14 P 5 8 A-06 P 1 Keterangan: Materi 1 : Mata Materi 6 : Katarak Materi 2 : Miopi Materi 7 : Penyakit Mata Lainnya Materi 3 : Hipermetropi Materi 4 : Presbiopi Materi 5 : Astigmatisma

135 LAMPIRAN 3b 109 DAFTAR NAMA SISWA KELOMPOK AHLI SIKLUS I NO MATERI KODE NAMA JENIS KELAMIN 1 A-10 L 2 A-29 L 3 Mata A-06 P 4 A-17 P 5 A-19 L 1 A-21 P 2 A-11 P Cacat Mata 3 A-13 P Miopi 4 A-02 L 5 A-08 P 1 A-31 P 2 A-15 L Cacat Mata 3 A-20 L Hipermetropi 4 A-09 L 5 A-24 P 1 A-22 P 2 A-12 L Cacat Mata 3 A-26 P Presbiopi 4 A-18 P 5 A-05 P 1 A-27 P 2 Cacat Mata A-16 P 3 Astigmatisma A-14 P 4 A-02 L 1 A-23 P 2 Penyakit Mata A-30 P 3 Katarak A-04 P 4 A-07 L 1 A-25 P 2 Penyakit Mata A-28 L 3 Lainnya A-32 L 4 A-03 L

136 LAMPIRAN 3c DAFTAR PEMBAGIAN KELOMPOK UTAMA SISWA KELAS X MIPA 2 SIKLUS II 110 NO KELOMPOK KODE NAMA JENIS KELAMIN MATERI 1 A-02 L 1 2 A-04 P 2 3 A-14 P 3 4 A-19 L 4 Ohm 5 A-29 L 5 6 A-06 P 6 7 A-28 L 7 8 A-16 P 3 1 A-03 L 1 2 A-08 P 2 3 A-13 P 3 4 A-17 P 4 Ampere 5 A-23 P 5 6 A-32 L 6 7 A-31 P 7 8 A-20 L 4 1 A-10 L 1 2 A-15 L 2 3 A-21 P 3 4 A-22 P 4 Dioptri 5 A-30 P 5 6 A-12 L 6 7 A-05 P 7 8 A-26 P 6 1 A-01 L 1 2 A-11 P 2 3 A-24 P 3 4 A-25 P 4 Farad 5 A-27 P 5 6 A-18 P 6 7 A-09 L 7 8 A-07 L 7 Keterangan: Materi 1: Pengertian, fungsi, dan jenis-jenis kamera Materi 2: Bagian-bagian kamera beserta fungsinya Materi 3: Proses pembentukan bayangan pada kamera Materi 4: Perbedaan dan persamaan antara kerja kamera dan kerja mata Materi 5: Pengertian dan fungsi lup, serta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari Materi 6: Menemukan rumus perbesaran lup Materi 7: Proses pembentukan bayangan pada lup

137 LAMPIRAN 3d 111 DAFTAR NAMA SISWA KELOMPOK AHLI SIKLUS II NO MATERI KODE NAMA JENIS KELAMIN 1 Pengertian, A-02 L 2 fungsi, dan A-03 L 3 jenis-jenis A-10 L 4 kamera A-01 L 1 Bagian-bagian A-04 P 2 kamera A-08 P 3 beserta A-15 L 4 fungsinya A-11 P 1 A-14 P Proses 2 A-13 P pembentukan 3 A-21 P bayangan pada 4 A-24 P kamera 5 A-16 P 1 Perbedaan dan A-19 L 2 persamaan A-17 P 3 antara kerja A-22 P 4 kamera dan A-25 P 5 kerja mata A-20 L 1 Pengertian dan A-29 L 2 fungsi lup, serta A-23 P aplikasi dalam 3 A-30 P kehidupan sehari- 4 A-27 P hari 1 A-06 P 2 Menemukan A-32 L 3 rumus A-12 L 4 perbesaran lup A-18 P 5 A-26 P 1 A-28 L 2 Proses A-31 P 3 pembentukan A-05 P bayangan pada 4 lup A-09 L 5 A-07 L

138 LAMPIRAN 3e 112 DAFTAR PEMBAGIAN KELOMPOK UTAMA SISWA KELAS X MIPA 2 SIKLUS III NO KELOMPOK KODE NAMA JENIS KELAMIN MATERI 1 A-01 L 2 2 A-02 L 1 3 A-03 L 5 4 A-04 P 6 Optika 5 A-05 P 4 6 A-06 P 7 7 A-07 P 3 8 A-08 P 8 1 A-09 L 5 2 A-10 L 3 3 A-11 P 2 4 A-12 L 6 Termodinamika 5 A-13 P 4 6 A-14 P 7 7 A-15 L 8 8 A-16 P 1 1 A-17 P 5 2 A-18 P 6 3 A-19 L 8 4 A-20 L 4 Elektronika 5 A-21 P 1 6 A-22 P 3 7 A-23 P 2 8 A-24 P 7 1 A-25 P 8 2 A-26 L 4 3 A-27 P 1 4 A-28 L 5 Kinematika 5 A-29 L 6 6 A-30 P 2 7 A-31 P 3 8 A-32 L 7 Keterangan: Materi 1: Pengertian, fungsi, dan jenis dari mikroskop dan teleskop, beserta proses pembentukan bayangannya Materi 2: Menemukan rumus perbesaran pada mikroskop Materi 3: Menemukan rumus perbesaran pada teleskop Materi 4: Teropong bintang Materi 5: Teropong pantul Materi 6: Teropong bumi Materi 7: Teropong panggung Materi 8: Teropong prisma

139 LAMPIRAN 3f 113 DAFTAR NAMA SISWA KELOMPOK AHLI SIKLUS III JENIS NO MATERI KODE NAMA KELAMIN 1 Pengertian, fungsi, A-02 L dan jenis dari 2 A-16 P mikroskop dan 3 teleskop, beserta A-21 P A-27 4 P proses pembentukan bayangannya 1 Menemukan A-01 L 2 rumus A-11 P 3 perbesaran pada A-23 P 4 mikroskop A-30 P 1 Menemukan A-26 P 2 rumus A-10 L 3 perbesaran A-22 P 4 pada teleskop A-31 P 1 A-05 P 2 Teropong A-13 P 3 bintang A-20 L 4 A-07 L 1 A-03 L 2 Teropong A-09 L 3 pantul A-17 P 4 A-28 L 1 A-04 P 2 Teropong A-12 L 3 bumi A-18 P 4 A-29 L 1 A-06 P 2 Teropong A-14 P 3 panggung A-24 P 4 A-32 L 1 A-08 P 2 Teropong A-15 L 3 prisma A-19 L 4 A-25 P

140 LAMPIRAN ANGKET MASALAH SISWA 1. Tulislah berbagai permasalahan anda ketika menerima pelajaran fisika pada tabel di bawah ini! No. Masalah Penjelasan Bagaimana tanggapan anda tentang kegiatan diskusi ketika menerima pelajaran fisika?

141 LAMPIRAN Silabus Siklus I Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X MIA 2/II Standar Kompetensi : Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik. Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (135 menit) Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis alat alat optik secara kualitatif dan kuantitatif Materi Pembelajaran - Mata - Cacat mata - Penyakit mata Kegiatan Pembelajaran Melakukan kegiatan motivasi, demonstrasi, berdiskusi, dan presentasi tentang materi alat alat optik menggunakan model diskusi Tim Ahli. Indikator - Mendeskripsikan bagian bagian mata dan fungsinya - Mendeskripsikan berbagai cacat mata dan penyakit mata - Menjelaskan pengertian daya akomodasi - Menentukan pembentukan bayangan dan sifat - sifatnya yang dibentuk pada mata - Menentukan jangkauan penglihatan mata normal dan penderita cacat mata - Merumuskankekuatan lensa kacamata yang dipakai penderita cacat mata miopi dan hipermetropi Penilaian Pengamatan tes tertulis angket lembar observasi Alokasi Sumber Belajar Waktu 135 menit Buku Fisika untuk SMA/MA kelas X karya: - Supiyanto - Joko Sumarsono - Setya Nurachmandani - Sri Handayani & A. Damari Gambar Animasi Video Autobiografi

142 116 Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Kebumen Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X MIA 2/II Standar Kompetensi : Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik. Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (135 menit) Silabus Siklus II Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis alat alat optik secara kualitatif dan kuantitatif Materi Pembelajaran - Kamera - Lup Kegiatan Pembelajaran Melakukan kegiatan motivasi, demonstrasi, berdiskusi, dan presentasi tentang materi alat alat optik menggunakan model diskusi Tim Ahli. Indikator - Mendeskripsikan pengertian lup sebagai alat optik - Menentukan sifat bayangan yang dibentuk oleh lup - Menghitung perbesaran bayangan pada lup ketika pengamatan berakomodasi maksimum - Menghitung perbesaran bayangan pada lup ketika pengamatan tanpa berakomodasi - Mendeskripsikan bagian bagian kamera dan fungsinya serta sifat bayangan yang dibentuk - Mengaplikasikan persamaan umum lensa tipis pada kamera - Membandingkan persamaan dan perbedaan kamera dengan mata Penilaian Pengamatan tes tertulis angket lembar observasi Alokasi Sumber Belajar Waktu 135 menit Buku Fisika untuk SMA/MA kelas X karya: - Supiyanto - Joko Sumarsono - Setya Nurachmandani - Sri Handayani & A. Damari Gambar Animasi Video Autobiografi

143 117 Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Kebumen Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X MIA 2/II Standar Kompetensi : Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik. Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (135 menit) Silabus Siklus III Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis alat alat optik secara kualitatif dan kuantitatif Materi Pembelajaran - Mikroskop - Teleskop Kegiatan Pembelajaran Melakukan kegiatan motivasi, demonstrasi, berdiskusi, dan presentasi tentang materi alat alat optik menggunakan model diskusi Tim Ahli. Indikator - Mendeskripsikan pengertian mikroskop dan teleskop sebagai alat optik serta jenis jenisnya. - Mendeskripsikan bagian bagian mikroskop dan teleskop beserta fungsinya - Mendeskripsikan sifat bayangan yang dibentuk oleh mikroskop dan teleskop - Menghitung panjang dan perbesaran mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum dan tidak berakomodasi - Menghitung panjang dan perbesaran pada teleskop Penilaian Pengamatan tes tertulis angket lembar observasi Alokasi Sumber Belajar Waktu 135 menit Buku Fisika untuk SMA/MA kelas X karya: - Supiyanto - Joko Sumarsono - Setya Nurachmandani - Sri Handayani & A. Damari Gambar Animasi Video Autobiografi

144 LAMPIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS I Sekolah : SMA N 2 Kebumen Kelas/Semester : X MIA 2/II Mata Pelajaran : Fisika Alokasi waktu : 3 X 45 ( 1x pertemuan ) A. Standar Kompetensi 3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik. B. Kompetensi Dasar 3. 1 Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif. C. Indikator 1. Kognitif - Mendeskripsikan bagian bagian mata dan fungsinya - Mendeskripsikan berbagai cacat mata dan penyakit mata - Menjelaskan pengertian daya akomodasi - Menentukan pembentukan bayangan dan sifat - sifatnya yang dibentuk pada mata - Menentukan jangkauan penglihatan mata normal dan penderita cacat mata - Merumuskan kekuatan lensa kacamata yang dipakai penderita cacat mata miopi dan hipermetropi 2. Psikomotor - Menyiapkan materi/bahan presentasi dan demonstrasi. - Melakukan presentasi dan demonstrasi. - Berkomunikasi dengan peserta diskusi - Mengajak siswa lain supaya berpartisipasi dalam diskusi - Bekerjasama dalam kelompok 3. Afektif Karakter: keaktifan dan kedisiplinan Keterampilan sosial: menjadi pendengar yang baik dan antusias terhadap kegiatan pembelajaran

145 119 D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif - Dengan kalimat sendiri siswa dapat mendeskripsikan bagian bagian mata dan fungsinya. - Dengan kalimat sendiri siswa mampu mendeskripsikan berbagai cacat mata dan penyakit mata - Dengan kalimat sendiri siswa dapat menjelaskan pengertian daya akomodasi - Siswa mampu menentukan pembentukan bayangan dan sifat - sifatnya yang dibentuk pada mata - Siswa mampu menentukan jangkauan penglihatan mata normal dan penderita cacat mata - Siswa mampu merumuskan kekuatan lensa kacamata yang dipakai penderita cacat mata miopi dan hipermetropi 2. Psikomotorik - Siswa mampu menyiapkan materi/bahan presentasi dan demonstrasi dengan aktif dan disiplin - Siswa mampu melakukan presentasi dan demonstrasi dengan aktif dan disiplin - Siswa mampu berkomunikasi dengan peserta diskusi - Siswa mampu mengajak siswa lain supaya berpartisipasi dalam diskusi - Siswa dapat bekerjasama dalam kelompok dengan baik 3. Afektif a. Terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter kedisiplinan b. Bekerjasama dalam kegiatan diskusi kelompok untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dalam LDS. Keterampilan sosial : menjadi pendengar yang baik dan antusias terhadap kegiatan pembelajaran. E. Materi Pembelajaran Mata Cacat mata Penyakit mata F. Metode pembelajaran Model Metode : ARIAS dengan Tim Ahli. : Diskusi kelompok, Diskusi kelas, Demonstrasi, Ceramah, dan Tanya jawab.

146 120 G. Materi Pembelajaran b. Mata Sistem optik yang paling penting adalah mata. Mata memiliki sebuah lensa cembung yang berfungsi untuk memfokuskan bayangan benda pada lapisan peka cahaya di bagian belakang bola mata yang disebut retina. Retina berisi struktur indra-cahaya yang sangat halus yang disebut batang dan kerucut yang menerima dan memancarkan informasi di sepanjang saraf optik ke otak. selaput pelangi retina pupil lensa mata kornea otot siliari Gambar 2.1 Diagram mata manusia saraf optik Secara umum, bagian-bagian mata beserta fungsinya adalah sebagai berikut: 1. Kornea. Kornea merupakan bagian luar mata yang tipis, lunak, dan transparan. Kornea berfungsi menerima dan meneruskan cahaya yang masuk pada mata, serta melindungi bagian mata yang sensitif di bawahnya. 2. Pupil. Pupil merupakan celah sempit berbentuk lingkaran dan berfungsi agar cahaya dapat masuk ke dalam mata. 3. Iris. Iris adalah selaput berwarna hitam, biru, atau coklat yang berfungsi untuk mengatur besar kecilnya pupil. Warna inilah yang dilihat sebagai warna mata seseorang. 4. Aquaeus Humour. Aquaeus humour merupakan cairan di depan lensa mata untuk membiaskan cahaya ke dalam mata. 5. Otot Akomodasi. Otot akomodasi adalah otot yang menempel pada lensa mata dan berfungsi untuk mengatur tebal dan tipisnya lensa mata. 6. Lensa Mata. Lensa mata berbentuk cembung, berserat, elastis, dan bening. Lensa ini berfungsi untuk membiaskan cahaya dari benda supaya terbentuk bayangan pada retina. 7. Retina. Retina adalah bagian belakang mata yang berfungsi sebagai tempat terbentuknya bayangan. 8. Vitreous Humour. Vitreous humour adalah cairan di dalam bola mata yang berfungsi untuk meneruskan cahaya dari lensa ke retina. 9. Bintik Kuning. Bintik kuning adalah bagian dari retina yang berfungsi sebagai tempat terbentuknya bayangan yang jelas. 10. Saraf Mata. Saraf mata befungsi untuk meneruskan rangsangan bayangan dari retina menuju ke otak. Bentuk lensa kristal dapat diubah sedikit oleh kerja otot siliari. Apabila mata difokuskan pada benda yang jauh, otot akan mengendur dan sistem lensa mata berada pada panjang fokus maksimumnya, kira-kira 2,5 cm yang merupakan jarak dari lensa ke retina. Apabila benda di dekatkan, otot sililari akan meningkatkan

147 121 kelengkungan lensa dan mengurangi panjang fokusnya sehingga, bayangan difokuskan ke retina. Proses ini disebut akomodasi. Bayangan yang di retina adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Rabun Jauh (Miopi) Miopi atau rabuh jauh disebut juga mata dekat karena hanya dapat melihat jelas benda-benda yang dekat. Mata ini tidak dapat berakomodasi minimum secara normal. Titik jauh matanya kurang dari jauh tak hingga (PR < ~). Sifat tersebut menyebabkan maka mata miopi yang digunakan untuk melihat benda jauh tak hingga akan membentuk bayangan di depan retina.miopi biasanya disebabkan oleh bola mata yang terlalu lonjong atau kelengkungan lensa mata yang terlalu besar. Penderita miopi jika ingin melihat benda jauh tak hingga dapat dibantu dengan kacamata berlensa negatif (lihat gambar 2.2). setelah menggunakan kacamata berlensa cekung ini, bayangan benda akan jatuh tepat di retina. Gambar 2.2 Lensa negatif/divergen/cekung membantu rabun jauh Rabun Dekat (Hipermetropi) Hipermetropi atau rabun dekat disebut juga mata jauh karena hanya dapat melihat jelas benda-benda yang jauh. Mata ini tidak dapat berakomodasi maksimum secara normal berarti titik dekatnya lebih besar dari 25 cm (PP > 25 cm). Karena sifat di atas maka setiap melihat benda pada titik baca normal (25 cm) bayangannya akan berada di belakang retina. Untuk mengatasinya diperlukan lensa positif (lihat Gambar 2.3). Bagaimana lensa kaca mata yang dibutuhkan? Jika ingin membaca normal maka benda harus berada pada jarak baca S = 25 cm dan bayangan lensa harus berada pada titik dekat mata S = - PP. Gambar 2.3 Lensa positif/konvergen/cembung membantu rabun dekat Hubungan posisi benda, bayangan yang terbentuk, dan panjang fokus suatu lensa tipis dapat ditulis dalam rumus matematik: Kemampuan suatu lensa positif untuk mengumpulkan cahaya atau kemampuan lensa negatif untuk menyebarkan cahaya dinyatakan dengan istilah kekuatan lensa (P) dapat dirumuskan sebagai berikut: dengan: P = kekuatan lensa (D = dioptri) f = panjang fokus lensa (m)

148 122 Presbiopi Presbiopi disebut juga mata tua, yaitu mata yang titik dekat dan titik jauhnya telah berubah. Titik dekatnya menjauh dan titik jauhnya mendekat. Berarti mata presbiopi tidak bisa melihat benda dekat maupun jauh dengan jelas. Mata yang memiliki sifat seperti ini mengalami miopi maupun hipermetropi. Cara menanganinya adalah menggunakan kaca mata rangkap. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dituliskan sifat-sifat mata presbiopi sebagai berikut: (a) PP > 25 cm, (b) PR < ~, (c) tidak bisa melihat benda jauh maupun dekat, dan (d) penyelesaiannya merupakan gabungan miopi dan hipermetropi. Astigmatisma Astigmatisma biasanya disebabkan oleh kornea atau lensa yang kurang bundar sehingga benda titik difokuskan sebagai garis pendek, yang mengaburkan bayangan. Hal ini dikarenakan kornea berbentuk sferis dengan bagian silindrisnya bertumpuk. Gambar 2.4 menunjukkan bahwa lensa silindris memfokuskan titik menjadi garis yang paralel dengan sumbunya. Mata astigmatisma memfokuskan berkas pada bidang vertikal, katakanlah pada jarak yang lebih dekat dengan yang dilakukannya untuk berkas pada bidang horizontal. Kesimpulannya, cacat mata astigmatisma tidak dapat membedakan garis-garis tegak dengan garis-garis mendatar secara bersama-sama. Astigmatisma dapat ditolong menggunakan lensa silindris yang mengimbanginya. Gambar 2.4 Lensa silindris untuk mata astigmatisma Katarak Katarak adalah kondisi lensa mata yang terdapat bercak putih seperti awan. Kondisi ini membuat pandangan mata terganggu. Katarak dapat mempengaruhi jarak pandang mata dan mata silau. Katarak umumnya tidak menyebabkan iritasi atau rasa nyeri. Katarak biasanya tumbuh secara perlahan dan tidak menyebabkan rasa sakit. Pada tahap awal kondisi ini hanya akan mempengaruhi sebagian kecil bagian dari lensa mata anda dan mungkin saja tidak akan mempengaruhi pandangan anda. Saat katarak tumbuh lebih besar maka noda putih akan mulai menutupi lensa mata dan mengganggu masuknya cahaya ke mata. Pada akhirnya pandangan mata anda akan kabur dan mengalami distorsi. Tanda dan gejala katarak antara lain: (1) pandangan mata yang kabur, suram atau seperti ada bayangan awan atau asap, (2) sulit melihat pada malam hari, (3) sensitif pada cahaya, dan (4) terdapat lingkaran cahaya saat memandang sinar. Pengobatan katarak biasanya dengan melakukan operasi. Glaukoma Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan

149 123 semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat. Bola mata akan membesar dan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata. Oleh sebab itu, saraf mata tidak mendapatkan aliran darah dan mati. H. Kegiatan Pembelajaran Alokasi No. Kegiatan Peneliti 1 Pendahuluan (Sebelum pembelajaran dimulai, siswa sudah mengetahui kelompoknya dan duduk berkelompok sesuai kelompoknya masing masing) a. Membimbing siswa untuk menjelaskan materi pembiasan pada lensa tipis yang sudah dipelajari sebelumnya, kemudian menuliskan di papan tulis judul materi selanjutnya yang akan dipelajari. b. Menanyakan pada siswa tentang manfaat mempelajari fisika secara umum dalam kehidupan sehari - hari c. Memperlihatkan video tentang manfaat dan pentingnya mempelajari materi alat alat optik. d. Memperlihatkan foto Snellius dan menjelaskan riwayat hidup serta sumbangannya dalam bidang fisika. e. Menanyakan pada siswa tentang manfaat mempelajari mata, sehingga siswa dilatih untuk percaya diri mengeluarkan pendapatnya. f. Memberikan apersepsi: Siswa diberi cerita yang berhubungan dengan pentingnya mempelajari mata. Guru juga mengemukakan manfaat mempelajari mata bagi kehidupan siswa, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. g. Membimbing siswa menjawab teka teki silang tentang mata. 2 Kegiatan Inti Pertama (Eksplorasi dan siswa melaksanakan diskusi Tim Ahli) 1. Memberikan tujuh jenis LDS tentang materi mata, cacat mata, dan penyakit mata ke setiap siswa di masing - masing kelompok utama. 2. Menyuruh siswa yang mendapatkan materi sama dari setiap kelompok berkumpul menjadi satu dengan membentuk kelompok baru yang dinamakan tim ahli 3. Menyuruh semua siswa mengerjakan LDS dengan cara berdiskusi dengan sesama anggota tim ahli. 4. Berkeliling untuk sekedar menerima pertanyaan siswa atau mengamati jalannya diskusi. Kegiatan Inti Kedua Langkah pertama 1. Setelah waktu diskusi sudah selesai, kemudian menyuruh semua siswa berkumpul lagi sesuai kelompok utama masing masing. 2. Menyuruh masing masing siswa yang mendapat sub waktu 15 menit 100 menit

150 124 materi mata menjelaskan materi tersebut secara singkat di depan teman - teman kelompok utama. 3. Membimbing semua anggota tim ahli materi mata presentasi di depan kelas untuk menjelaskan materi tersebut ke semua siswa. 4. Siswa melakukan tanya jawab singkat. 5. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang dipresentasikan menggunakan media gambar, animasi, video, dan powerpoint. 6. Memberikan latihan soal tentang materi yang dipresentasikan. Langkah kedua 1. Membimbing siswa yang mendapat sub materi miopi menjelaskan materi tersebut secara singkat di depan teman - teman kelompok utama. 2. Membimbing semua anggota tim ahli materi miopi presentasi di depan kelas untuk menjelaskan materi tersebut ke semua siswa. 3. Siswa melakukan tanya jawab singkat. 4. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang dipresentasikan menggunakan media gambar, animasi, video, dan powerpoint. 5. Memberikan latihan soal tentang materi miopi (Keterangan: Penjelasan materi selanjutnya mempunyai langkah yang sama seperti langkah pertama dan kedua, hanya materinya saja yang berbeda) Elaborasi Setelah semua tim ahli sudah presentasi, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil presentasi dan memberikan tambahan jika terdapat materi yang masih kurang jelas atau belum tersampaikan. Proses ini menggunakan media gambar, dan animasi flash. 3 Kegiatan Penutup 1. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 2. Memberikan penghargaan kepada siswa dan kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik 3. Memberikan tugas rumah berupa latihan soal 4. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya atau menyampaikan usulan agar pembelajaran berikutnya lebih baik. 5. Guru memberikan tes evaluasi dan angket untuk diisi siswa 20 menit

151 125

152 126 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS II Sekolah : SMA N 2 Kebumen Kelas/Semester : X MIA 2/II Mata Pelajaran : Fisika Alokasi waktu : 3 X 45 ( 1x pertemuan ) A. Standar Kompetensi 3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik. B. Kompetensi Dasar 3. 1 Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif. C. Indikator 1. Kognitif - Mendeskripsikan pengertian lup sebagai alat optik - Menentukan sifat bayangan yang dibentuk oleh lup - Menghitung perbesaran bayangan pada lup ketika pengamatan berakomodasi maksimum - Menghitung perbesaran bayangan pada lup ketika pengamatan tanpa berakomodasi - Mendeskripsikan bagian bagian kamera dan fungsinya serta sifat bayangan yang dibentuk - Mengaplikasikan persamaan umum lensa tipis pada kamera - Membandingkan persamaan dan perbedaan kamera dengan mata 2. Psikomotor - Menyiapkan materi/bahan presentasi dan demonstrasi. - Melakukan presentasi dan demonstrasi. - Berkomunikasi dengan peserta diskusi - Mengajak siswa lain supaya berpartisipasi dalam diskusi - Bekerjasama dalam kelompok 3. Afektif a. Karakter: keaktifan dan kedisiplinan b. Keterampilan sosial: menjadi pendengar yang baik dan antusias terhadap kegiatan pembelajaran

153 127 D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif - Dengan kalimat sendiri siswa mampu mendeskripsikan pengertian lup sebagai alat optik - Siswa dapat menentukan sifat bayangan yang dibentuk oleh lup - Siswa dapat menghitung perbesaran bayangan pada lup ketika pengamatan berakomodasi maksimum - Siswa mampu menghitung perbesaran bayangan pada lup ketika pengamatan tanpa berakomodasi - Dengan kalimat sendiri siswa dapat mendeskripsikan bagian bagian kamera dan fungsinya serta sifat bayangan yang dibentuk - Siswa mampu mengaplikasikan persamaan umum lensa tipis pada kamera - Dengan kalimat sendiri, siswa dapat membandingkan persamaan dan perbedaan kamera dengan mata 2. Psikomotorik - Siswa mampu menyiapkan materi/bahan presentasi dan demonstrasi dengan aktif dan disiplin - Siswa mampu melakukan presentasi dan demonstrasi dengan aktif dan disiplin - Siswa mampu berkomunikasi dengan peserta diskusi - Siswa mampu mengajak siswa lain supaya berpartisipasi dalam diskusi - Siswa dapat bekerjasama dalam kelompok dengan baik 3. Afektif a. Terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter kedisiplinan b. Bekerjasama dalam kegiatan diskusi kelompok untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dalam LDS. Keterampilan sosial : menjadi pendengar yang baik dan antusias terhadap kegiatan pembelajaran. E. Materi Pembelajaran Lup Kamera F. Metode pembelajaran Model Metode : ARIAS dengan Tim Ahli. : Diskusi kelompok, Diskusi kelas, Demonstrasi, Ceramah, dan Tanya jawab.

154 128 G. Materi Pembelajaran a. Kamera Kamera adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan bayangan fotografi pada film negatif. Kamera digunakan untuk mengabadikan kejadian-kejadian penting. Kamera terdiri atas beberapa bagian, antara lain, sebagai berikut: pencari gambar lensa diafragma shutter film Gambar 2.5 Skema kamera secara umum 1. Lensa cembung, berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga terbentuk bayangan yang nyata, terbalik, dan diperkecil, 5. Diafragma, adalah lubang kecil yang dapat diatur lebarnya dan berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk melalui lensa, 6. Apertur, berfungsi untuk mengatur besar-kecilnya diafragma, 7. Pelat film, berfungsi sebagai tempat bayangan dan menghasilkan gambar negatif, yaitu gambar yang berwarna tidak sama dengan aslinya, tembus cahaya. Pelat film menggunakan pelat seluloid yang dilapisi dengan gelatin dan perak bromida untuk menghasilkan negatifnya. Setelah dicuci, negatif tersebut dipakai untuk menghasilkan gambar positif (gambar asli) pada kertas foto. Kertas foto merupakan kertas yang ditutup dengan lapisan tipis kolodium yang dicampuri dengan perak klorida. Gambar yang ditimbulkan pada bidang transparan disebut gambar diapositif. Perbedaan mata dengan kamera ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 2.1 Perbedaan kamera dan mata No Pembeda Kamera Mata 1. tempat bayangan film retina 2. pengatur cahaya diafragma iris 3. jarak bayangan berubah, sesuai tetap dengan jarak benda 4. jarak fokus tetap berubah, sesuai dengan jarak benda Sedangkan persamaannya adalah: Kamera dan mata sama sama memiliki jenis lensa cembung, Kamera dan mata sama sama mempunyai sifat bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil. b. Lup Lup atau yang diberi nama kaca pembesar merupakan alat optik yang berupa lensa cembung. Alat optik ini digunakan untuk memperbesar benda-benda kecil,

155 129 biasanya tulisan kecil atau komponen-komponen kecil. Jika ingin memanfaatkan lensa cembung sebagai lup, maka benda harus diletakkan di ruang I lensa, sehingga sifat bayangannya adalah maya, tegak, dan diperbesar. Penggunaan lup dapat menentukan perbesaran bayangannya. Perbesarannya sering digunakan perbesaran sudut (anguler). Persamaannya memenuhi: dengan: M = perbesaran anguler β = sudut penglihatan setelah ada lup α = sudut penglihatan awal Pengamatan dengan mata berakomodasi maksimum h α β h S n S = -S n Gambar 2.6 Pengamatan tanpa lup dan menggunakan lup Pengamatan akomodasi maksimum dengan lup berarti bayangan oleh lensa lup harus berada pada titik dekat mata. Titik dekat normal di sini selalu S n. Berarti berlaku: S = - S n Benda harus diletakkan dari lup sejauh S. Berdasarkan persamaan pada lensa cembung, nilai S dapat dicari yang menghasilkan rumusan: Sudah diketahui bahwa perbesaran sudut (anguler) lup adalah: Berdasarkan gambar 2.6, persamaan tersebut menjadi: Substitusikan nilai S dan S sehingga dapat diperoleh perbesaran anguler lup ketika mata berakomodasi maksimum seperti di bawah ini:

156 130 Tanda negatif berarti bayangannya bersifat maya. Sedangkan persamaan tersebut dapat dituliskan: Dengan M = perbesaran anguler S n = jarak baca normal f = jarak fokus lup Pengamatan dengan mata tak berakomodasi Gambar 2.7 pengamatan menggunakan lup dengan mata tak berakomodasi Pengamatan dengan mata tak berakomodasi berarti bayangan oleh lup harus di jauh tak hingga. Bayangan ini terjadi jika benda ditempatkan pada fokus lensa (S = f ). Perhatikan pembentukan bayangan tersebut pada Gambar 2.7. Dari gambar terlihat nilai tg β memenuhi: Menggunakan nilai tg β, maka dapat diperoleh perbesaran anguler lup untuk pengamatan dengan mata tak berakomodasi sebagai berikut: H. Kegiatan Pembelajaran No. Kegiatan Peneliti Alokasi waktu

157 131 1 Pendahuluan (Sebelum pembelajaran dimulai, siswa sudah mengetahui kelompoknya dan duduk berkelompok sesuai kelompoknya masing masing) a. Membimbing siswa untuk menjelaskan materi mata dan cacat mata yang sudah dipelajari sebelumnya, kemudian menuliskan di papan tulis judul materi selanjutnya yang akan dipelajari. b. Menanyakan pada siswa tentang manfaat mempelajari fisika secara umum dalam kehidupan sehari - hari c. Memperlihatkan video tentang manfaat dan pentingnya mempelajari materi alat alat optik. d. Memperlihatkan foto Michelson dan menjelaskan riwayat hidup serta sumbangannya dalam bidang fisika. e. Menanyakan pada siswa tentang manfaat mempelajari lup dan kamera, sehingga siswa dilatih untuk percaya diri mengeluarkan pendapatnya. f. Memberikan apersepsi: Siswa diberi cerita yang berhubungan dengan pentingnya mempelajari lup dan kamera. Guru juga mengemukakan manfaat mempelajari lup dan kamera bagi kehidupan siswa, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. g. Membimbing siswa menjawab teka teki silang tentang lup dan kamera. 2 Kegiatan Inti Pertama (Eksplorasi dan siswa melaksanakan diskusi Tim Ahli) 1. Memberikan tujuh jenis LDS tentang materi lup dan kamera ke setiap siswa di masing - masing kelompok utama. 2. Menyuruh siswa yang mendapatkan materi sama dari setiap kelompok berkumpul menjadi satu dengan membentuk kelompok baru yang dinamakan tim ahli 3. Menyuruh semua siswa mengerjakan LDS dengan cara berdiskusi dengan sesama anggota tim ahli. 4. Berkeliling untuk sekedar menerima pertanyaan siswa atau mengamati jalannya diskusi. Kegiatan Inti Kedua Langkah pertama 1. Setelah waktu diskusi sudah selesai, kemudian menyuruh semua siswa berkumpul lagi sesuai kelompok utama masing masing. 2. Menyuruh masing masing siswa yang mendapat sub materi 1 (pengertian, fungsi, dan jenis jenis kamera) menjelaskan materi tersebut secara singkat di depan teman - teman kelompok utama. 3. Membimbing semua anggota tim ahli materi 1 presentasi di depan kelas untuk menjelaskan materi tersebut ke 15 menit 100 menit

158 132 semua siswa. 4. Siswa melakukan tanya jawab singkat. 5. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang dipresentasikan menggunakan media gambar, animasi, video, dan powerpoint. 6. Memberikan latihan soal tentang materi yang dipresentasikan. Langkah kedua 1. Membimbing siswa yang mendapat sub materi 2 (bagian bagian kamera beserta fungsinya) menjelaskan materi tersebut secara singkat di depan teman - teman kelompok utama. 2. Membimbing semua anggota tim ahli materi 2 presentasi di depan kelas untuk menjelaskan materi tersebut ke semua siswa. 3. Siswa melakukan tanya jawab singkat. 4. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang dipresentasikan menggunakan media gambar, animasi, video, dan powerpoint. 5. Memberikan latihan soal tentang materi yang dipresentasikan (Keterangan: Penjelasan materi selanjutnya mempunyai langkah yang sama seperti langkah pertama dan kedua, hanya materinya saja yang berbeda). Elaborasi Setelah semua tim ahli sudah presentasi, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil presentasi dan memberikan tambahan jika terdapat materi yang masih kurang jelas atau belum tersampaikan. Proses ini menggunakan media gambar, animasi flash, dan alat optik sesungguhnya 3 Kegiatan Penutup 1. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 2. Memberikan penghargaan kepada siswa dan kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik 3. Memberikan tugas rumah berupa latihan soal 4. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya atau menyampaikan usulan agar pembelajaran berikutnya lebih baik. 5. Guru memberikan tes evaluasi dan angket untuk diisi siswa 20 menit

159 133 I. Alat dan Media Pembelajaran Alat : Laptop, LCD, angket minat diskusi, lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, dan lembar tes evaluasi Media : Power point, Video, Gambar, Animasi, Bahan Ajar, LDS, dan Lingkungan. J. Sumber Belajar 1. Buku Fisika SMA kelas X karya S. Nurachmandani, J. Sumarsono, S. Handayani & A. Damari, dan Supiyanto.

160 134 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS III Sekolah : SMA N 2 Kebumen Kelas/Semester : X MIA 2/II Mata Pelajaran : Fisika Alokasi waktu : 3 X 45 ( 1x pertemuan ) A. Standar Kompetensi 3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik. B. Kompetensi Dasar 3. 1 Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif. C. Indikator 1. Kognitif - Mendeskripsikan pengertian mikroskop dan teleskop sebagai alat optik serta jenis jenisnya. - Mendeskripsikan bagian bagian mikroskop dan teleskop beserta fungsinya - Mendeskripsikan sifat bayangan yang dibentuk oleh mikroskop dan teleskop - Menghitung panjang dan perbesaran mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum dan tidak berakomodasi - Menghitung panjang dan perbesaran pada teleskop 2. Psikomotor - Menyiapkan materi/bahan presentasi dan demonstrasi. - Melakukan presentasi dan demonstrasi. - Berkomunikasi dengan peserta diskusi - Mengajak siswa lain supaya berpartisipasi dalam diskusi - Bekerjasama dalam kelompok

161 Afektif a. Karakter: keaktifan dan kedisiplinan b. Keterampilan sosial: menjadi pendengar yang baik dan antusias terhadap kegiatan pembelajaran D. Tujuan Pembelajaran 2. Kognitif - Dengan kalimat sendiri siswa dapat mendeskripsikan pengertian mikroskop dan teleskop sebagai alat optik serta jenis jenisnya. - Dengan kalimat sendiri siswa mampu mendeskripsikan bagian bagian mikroskop dan teleskop beserta fungsinya - Dengan kalimat sendiri siswa dapat mendeskripsikan sifat bayangan yang dibentuk oleh mikroskop dan teleskop - Siswa mampu menghitung panjang dan perbesaran mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum dan tidak berakomodasi - Siswa dapat menghitung panjang dan perbesaran pada teleskop 3. Psikomotorik - Siswa mampu menyiapkan materi/bahan presentasi dan demonstrasi dengan aktif dan disiplin - Siswa mampu melakukan presentasi dan demonstrasi dengan aktif dan disiplin - Siswa mampu berkomunikasi dengan peserta diskusi - Siswa mampu mengajak siswa lain supaya berpartisipasi dalam diskusi - Siswa dapat bekerjasama dalam kelompok dengan baik 4. Afektif a. Terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter kedisiplinan b. Bekerjasama dalam kegiatan diskusi kelompok untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dalam LDS. Keterampilan sosial : menjadi pendengar yang baik dan antusias terhadap kegiatan pembelajaran. E. Materi Pembelajaran Mikroskop Teleskop F. Metode pembelajaran Model : ARIAS dengan Tim Ahli.

162 136 Metode : Diskusi kelompok, Diskusi kelas, Demonstrasi, Ceramah, dan Tanya jawab. G. Materi Pembelajaran a. Mikroskop Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar tampak jelas dan besar. Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung. Lensa yang dekat dengan benda yang diamati (objek) disebut lensa objektif dan lensa yang dekat dengan pengamat disebut lensa okuler. Mikroskop yang memiliki dua lensa disebut mikroskop cahaya lensa ganda. Karena mikroskop terdiri atas dua lensa positif, maka lensa objektifnya dibuat lebih kuat daripada lensa okuler (fokus lensa objektif lebih pendek daripada fokus lensa okuler). Hal ini dimaksudkan agar benda yang diamati kelihatan sangat besar dan mikroskop dapat dibuat lebih praktis (lebih pendek). Benda yang akan amati diletakkan pada sebuah kaca preparat di depan lensa objektif dan berada di ruang II lensa objektif (f obj < s < 2 f obj ). Hal ini menyebabkan bayangan yang terbentuk bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler. (a) (b) Gambar 2.8 (a) Mikroskop dan (b) diagram berkas cahaya pada mikroskop Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada mikroskop sebagai berikut. 1. Bayangan yang dibentuk lensa objektif adalah nyata, terbalik, dan diperbesar, 2. Bayangan yang dibentuk lensa okuler adalah maya, tegak, dan diperbesar, 3. Bayangan yang dibentuk mikroskop adalah maya, terbalik, dan diperbesar terhadap bendanya. Penggunaan mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum Pada mikroskop, lensa okuler berfungsi sebagai lup. Pengamatan dengan mata berakomodasi maksimum menyebabkan bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif harus terletak di ruang I lensa okuler. Hal ini bertujuan agar bayangan akhir yang dibentuk lensa okuler tepat pada titik dekat mata pengamat. Secara matematis perbesaran bayangan untuk mata berakomodasi maksimum dapat ditulis sebagai berikut: Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum dirumuskan:

163 137 Lensa okuler pada mikroskop berfungsi sebagai lup, sehingga perbesarannya mengikuti rumus perbesaran lup. Perbesaran total mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum dirumuskan: sedangkan panjang mikroskop adalah: Penggunaan mikroskop dengan mata tak berakomodasi Mata pengamat dalam menggunakan mikroskop menginginkan tidak berakomodasi, maka lensa okuler harus diatur/digeser supaya bayangan yang diambil oleh lensa objektif tepat jatuh pada fokus lensa okuler atau bayangan lensa okuler di jauh tak hingga (S ok = ~). Berarti jarak benda memenuhi S ok = f ok. Perbesaran bayangan pada mata tak berakomodasi dapat ditulis sebagai berikut: Perbesaran lup untuk mata tak berakomodasi dirumuskan: Lensa okuler pada mikroskop berfungsi sebagai lup, sehingga perbesarannya mengikuti rumus perbesaran lup. Perbesaran total mikroskop untuk mata tak berakomodasi dirumuskan: sedangkan panjang mikroskop adalah: atau b. Teleskop/Teropong Teropong disebut juga dengan nama teleskop. Teropong merupakan alat optik yang dapat digunakan untuk membantu melihat benda-benda jauh. Teropong tersusun oleh dua lensa utama seperti mikroskop. Lensa yang dekat objek juga diberi nama lensa objektif dan yang dekat mata lensa okuler. Lensa okuler pun punya sifat yang sama yaitu berfungsi sebagai lup. Teropong bintang Dasar dari semua jenis teropong adalah teropong bintang yaitu teropong yang digunakan untuk melihat benda-benda di langit. Setiap teropong diharapkan dapat digunakan untuk melihat bayangan dengan cara berakomodasi minimum, sehingga pembentukan bayangan oleh teropong bintang dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini: objektif okuler

164 138 Gambar 2.9 Pembentukan bayangan oleh teropong bintang Berdasarkan gambar tersebut, sinar dari benda (bintang) di jauh tak hingga akan dibiaskan menuju fokus lensa objektif. Kemudian oleh lensa okuler akan dibentuk bayangan di jauh tak hingga lagi (akomodasi minimum) yang memiliki sifat : maya, terbalik, diperbesar. Gambar 2.9 juga memperlihatkan bahwa panjang teropong atau jarak antara dua lensanya memenuhi: sedangkan perbesaran teropong ketika mata berakomodasi minimum adalah: Teropong Bumi Teropong bumi adalah teropong yang digunakan untuk melihat benda-benda jauh di bumi. Supaya bayangan tegak maka teropong bumi dapat dirancang dari teropong bintang dengan menambahkan lensa pembalik. Perbesaran yang terjadi sama dengan persamaan pada teropong bintang, tetapi panjang teropongnya memenuhi persamaan berikut: Gambar 2.10 Pembentukan bayangan oleh teropong bumi Teropong Panggung Teropong panggung memiliki fungsi yang sama dengan teropong bumi. Tetapi untuk membalik bayangannya (supaya tegak) digunakan lensa negatif (cekung) pada lensa okuler.

165 139 Gambar 2.11 Pembentukan bayangan oleh teropong panggung Spyglass & Teropong Prisma Jenis teropong spyglass ini menggunakan lensa ketiga ( lensa medan ) yang berfungsi untuk membuat bayangan tegak seperti digambarkan pada Gambar Spyglass harus cukup panjang, sehingga sangat kurang praktis. Rancangan yang paling praktis sekarang ini adalah teropong prisma yang diperlihatkan pada Gambar Objektif dan okuler merupakan lensa konvergen. Prisma memantulkan berkas dengan pantulan internal sempurna dan memendekkan ukuran fisik alat tersebut, dan juga berfungsi untuk menghasilkan bayangan tegak. Satu prisma membalikkan kembali bayangan pada bidang vertikal, yang lainnya pada bidang horizontal. Gambar 2.12 Skema pembentukan cahaya oleh teropong spyglass Gambar 2.13 Pantulan cahaya internal sempurna oleh teropong prisma Teropong Pantul Teropong jenis ini disebut teropong pantul karena jalannya sinar di dalam teropong dengan cara memantul. Pembentukan bayangan pada teropong pantul terlihat seperti pada Gambar Pada teropong pantul, cahaya yang datang dikumpulkan oleh sebuah cermin melengkung yang besar. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan ke mata pengamat oleh satu atau lebih cermin yang lebih kecil. cahaya datang cermin datar cermin objektif cekung cermin pengamat datar sekunder pengamat Gambar 2.14 Pembentukan bayangan pada teropong pantul

166 140 H. Kegiatan Pembelajaran No. Kegiatan Peneliti 1 Pendahuluan (Sebelum pembelajaran dimulai, siswa sudah mengetahui kelompoknya dan duduk berkelompok sesuai kelompoknya masing masing) a. Membimbing siswa untuk menjelaskan materi lup dan kamera yang sudah dipelajari sebelumnya, kemudian menuliskan di papan tulis judul materi selanjutnya yang akan dipelajari. Alokasi waktu 15 menit b. Menanyakan pada siswa tentang manfaat mempelajari fisika secara umum dalam kehidupan sehari - hari c. Memperlihatkan video tentang manfaat dan pentingnya mempelajari materi alat alat optik. d. Memperlihatkan foto Galileo dan menjelaskan riwayat hidup serta sumbangannya dalam bidang fisika. e. Menanyakan pada siswa tentang manfaat mempelajari mikroskop dan teleskop, sehingga siswa dilatih untuk percaya diri mengeluarkan pendapatnya. f. Memberikan apersepsi: Siswa diberi cerita yang berhubungan dengan pentingnya mempelajari mikroskop dan teleskop. Guru juga mengemukakan manfaat mempelajari mikroskop dan teleskop bagi kehidupan siswa, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. g. Membimbing siswa menjawab teka teki silang tentang mikroskop dan teleskop. 2 Kegiatan Inti Pertama (Eksplorasi dan siswa melaksanakan diskusi Tim Ahli) 1. Memberikan tujuh jenis LDS tentang materi mikroskop dan teleskop ke setiap siswa di masing - masing kelompok utama. 2. Menyuruh siswa yang mendapatkan materi sama dari setiap kelompok berkumpul menjadi satu dengan membentuk kelompok baru yang dinamakan tim ahli 3. Menyuruh semua siswa mengerjakan LDS dengan cara berdiskusi dengan sesama anggota tim ahli. 4. Berkeliling untuk sekedar menerima pertanyaan siswa atau mengamati jalannya diskusi. Kegiatan Inti Kedua Langkah pertama 1. Setelah waktu diskusi sudah selesai, kemudian menyuruh semua siswa berkumpul lagi sesuai kelompok utama masing masing. 2. Menyuruh masing masing siswa yang mendapat sub materi 1 (pengertian, fungsi, dan jenis dari mikroskop 100 menit

167 141 dan teleskop, beserta proses pembentukan bayangannya) menjelaskan materi tersebut secara singkat di depan teman - teman kelompok utama. 3. Membimbing semua anggota tim ahli materi 1 presentasi di depan kelas untuk menjelaskan materi tersebut ke semua siswa. 4. Siswa melakukan tanya jawab singkat. 5. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang dipresentasikan menggunakan media gambar, animasi, video, dan powerpoint. 6. Memberikan latihan soal tentang materi yang dipresentasikan Langkah kedua 1. Membimbing siswa yang mendapat sub materi 2 (menemukan rumus perbesaran pada mikroskop) menjelaskan materi tersebut secara singkat di depan teman - teman kelompok utama. 2. Membimbing semua anggota tim ahli materi 2 presentasi di depan kelas untuk menjelaskan materi tersebut ke semua siswa. 3. Siswa melakukan tanya jawab singkat. 4. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang dipresentasikan menggunakan media gambar, animasi, video, dan powerpoint. 6. Memberikan latihan soal tentang materi yang dipresentasikan (Keterangan: Penjelasan materi selanjutnya mempunyai langkah yang sama seperti langkah pertama dan kedua, hanya materinya saja yang berbeda). Elaborasi Setelah semua tim ahli sudah presentasi, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil presentasi dan memberikan tambahan jika terdapat materi yang masih kurang jelas atau belum tersampaikan. Proses ini menggunakan media gambar, animasi flash, dan alat optik sesungguhnya 3 Kegiatan Penutup 1. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 2. Memberikan penghargaan kepada siswa dan kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik 3. Memberikan tugas rumah berupa latihan soal 4. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya atau menyampaikan usulan agar pembelajaran berikutnya lebih baik. 5. Guru memberikan tes evaluasi dan angket untuk diisi siswa 20 menit

168 142 I. Alat dan Media Pembelajaran Alat : Laptop, LCD, angket minat diskusi, lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, dan lembar tes evaluasi. Media : Power point, Video, Gambar, Animasi, Bahan Ajar, LDS, dan Lingkungan. J. Sumber Belajar 1. Buku Fisika SMA kelas X karya S. Nurachmandani, J. Sumarsono, S. Handayani & A. Damari, dan Supiyanto.

169 143

170 LAMPIRAN KISI-KISI SOAL UJI COBA SIKLUS I Mata Pelajaran Kelas Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Fisika : X : Alat Alat Optik : Mata, Cacat Mata, dan Penyakit Mata No Indikator 1 Mendeskripsikan bagian bagian mata 2 Mendeskripsikan berbagai cacat mata dan penyakit mata 3 Menjelaskan pengertian daya akomodasi 4 Menentukan sifat bayangan yang dibentuk pada mata 5 Menentukan jangkauan penglihatan mata normal dan penderita cacat mata Tipe Soal C1 C2 C3 C4 C5 C ,23 3,4,5 6 11, ,14 6 Merumuskan kekuatan lensa kacamata yang dipakai penderita cacat mata miopi dan hipermetropi 15,16,2 4,25 17,20,2 1 19,22 Jumlah

171 LAMPIRAN SOAL UJI COBA SIKLUS I Mata Pelajaran : Fisika Kelas : X Pokok Bahasan : Alat Alat Optik Sub Pokok Bahasan : Mata, Cacat Mata, dan Penyakit Mata Pilihlah jawaban yang benar dan tepat dengan memberi tanda silang (x) untuk jawaban a, b, c, d, atau e pada lembar jawab yang sudah tersedia! 1. Perhatikan skema mata dibawah ini! Bagian mata nomor 2 berfungsi untuk... a. memberi warna pada mata b. mengatur intensitas cahaya yang masuk ke mata c. membiaskan cahaya dari benda supaya terbentuk bayangan di retina d. sebagai tempat terbentuknya bayangan pada mata e. mengatur tebal dan tipisnya lensa mata 2. Bagian mata yang berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk ke dalam mata adalah... a. pupil d. retina b. kornea e. lensa mata c. iris 3. Perhatikan gambar dibawah ini!

172 145 Seseorang yang mempunyai cacat mata seperti yang digambarkan pada skema diatas, bisa melihat benda dengan jelas jika dibantu dengan kacamata yang berlensa... a. negatif b. silindris c. positif dan negatif d. bifokal e. positif 4. Pernyataan berikut ini salah, kecuali... a. rabuh jauh sebaiknya memakai kacamata silindris b. rabun dekat dapat ditolong menggunakan kacamata negatif c. rabun jauh dapat ditolong menggunakan kacamata positif d. rabun dekat dapat ditolong menggunakan kacamata positif e. rabun jauh dapat ditolong menggunakan kacamata bifokal 5. Pernyataan berikut ini yang benar mengenai cacat mata adalah a. pada mata miopi, bayangan jatuh di belakang retina b. pada mata hipermetropi, dapat melihat jelas benda jauh c. mata hipermetropi dapat melihat dengan jelas bila memakai kacamata negatif d. mata hipermetropi dapat membaca jelas pada jarak baca normal e. mata miopi dinormalkan dengan memakai kacamata positif 6. Penderita astigmatisma perlu memakai kacamata berlensa silinder dikarenakan... a. sudah lanjut usia b. tidak dapat membedakan garis tegak dan garis mendatar secara bersamaan c. bayangan jatuh sangat jauh di belakang retina d. tidak mampu melihat benda dekat dan benda jauh e. tidak mampu membedakan warna 7. Kemampuan mata untuk mengubah ketebalan lensa mata disebut... a. titik dekat mata d. akomodasi maksimum b. titik jauh mata e. daya akomodasi c. otot akomodasi 8. Perhatikan kedua gambar di bawah ini! Gambar 1 Gambar 2

173 146 Berdasarkan kedua gambar diatas, pernyataan berikut ini benar, kecuali... a. gambar 1 skema mata melihat benda jauh, gambar 2 skema mata melihat benda dekat b. gambar 1 skema mata melihat benda dekat, gambar 2 skema mata melihat benda jauh c. gambar 1 skema mata sedang berakomodasi maksimum, gambar 2 skema mata sedang berakomodasi minimum d. gambar bagian mata yang diarsir adalah lensa mata e. kedua skema mata tersebut adalah mata dalam keadaan normal 9. Pernyataan berikut ini salah, kecuali... a. pupil disebut juga dengan celah lingkaran yang berfungsi untuk meneruskan cahaya dari lensa ke retina b. cairan aqueous berfungsi untuk membiaskan cahaya ke dalam mata c. iris berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke dalam mata d. kornea mampu memberi warna pada mata e. bagian terluar dari mata manusia adalah kelopak mata 10. Perhatikan gambar berikut ini! Sifat bayangan yang dibentuk oleh mata tersebut adalah... a. nyata, terbalik, dan tepat di retina b. nyata, tegak, dan tepat di retina c. maya, tegak, dan tepat di retina d. maya, terbalik, dan tepat di retina e. nyata, diperbesar, dan tepat di retina 11. Mata rabun dekat memiliki ciri-ciri: (1) Bayangan benda pada titik dekat normal berada di depan retina. (2) Titik dekatnya lebih dari 25 cm (3) Dapat ditolong dengan lensa bikonkav (4) Lensa mata tidak dapat berakomodasi sekuat-kuatnya pada titik dekat 25 cm. Pernyataan yang benar adalah... a. (1), (2) dan (3) b. (1) dan (3) c. (2) dan (4) d. (4) saja e. semua

174 Berikut ini adalah sifat sifat mata seseorang yang menderita presbiopi, kecuali... a. punctum proximum lebih besar dari 25 cm b. punctum remotum lebih kecil dari jarak tak hingga ( ~ ) c. bayangan pada mata jatuh didepan dan dibelakang retina secara bersamaan d. tidak mampu melihat benda jauh maupun benda dekat e. dapat dibantu dengan kacamata berlensa bifokal Perhatikan gambar berikut untuk mengerjakan soal nomor 13 dan 14! Gambar 1 Gambar Berdasarkan gambar 1, pernyataan berikut ini yang benar adalah... a. PP < ± 25 cm d. disebut cacat mata miopi b. PP > ± 25 cm e. dapat ditolong dengan lensa c. PR < ~ cekung 14. Berdasarkan gambar 2, pernyataan berikut ini benar, kecuali... a. PR < ~ b. disebut cacat mata hipermetropi c. disebut cacat mata miopi d. dapat dibantu dengan lensa cekung e. tidak dapat berakomodasi minimum secara normal 15. Seseorang yang mempunyai titik dekat 120 cm ingin melihat sebuah benda yang terletak 30 cm di depan mata. Kekuatan lensa kacamata yang harus digunakan adalah. a. -2,5 D b. -4,16 D c. -5 D d. 2,5 D e. 4,16 D

175 Pada saat membaca, jarak terdekat yang dapat dilihat seorang kakek rabun dekat adalah 40 cm. Kekuatan lensa kacamata yang diperlukan adalah... a. dioptri d. dioptri b. dioptri e. dioptri c. dioptri 17. Badrun memiliki titik dekat 2,5 m. Kuat kaca mata yang sebaiknya dipakai Badrun agar dapat melihat pada jarak normal adalah... a. + 3,59 dioptri d. + 2,44 dioptri b. + 3,88 dioptri e. + 4,80 dioptri c. + 2,99 dioptri 18. Mata yang tidak dapat melihat benda benda jauh disebut... a. miopi d. stigmatisma b. presbiopi e. mata juling c. hipermetropi 19. Penderita miopi menggunakan kacamata -2 D agar penglihatannya menjadi normal. Apabila orang tersebut tanpa kacamata, titik jauhnya sebesar... a. 50 cm d. 125 cm b. 75 cm e. 150 cm c. 100 cm 20. Pak Natasik membaca koran pada jarak tidak kurang dari 50 cm agar terlihat jelas. Jika jarak baca normal 25 cm, kuat lensa kaca mata yang harus ia gunakan agar dapat melihat seperti mata normal adalah... a. 1 dioptri b. 3 dioptri c. 5 dioptri d. 2 dioptri e. 7 dioptri 21. Seorang penderita miopi tidak dapat melihat secara jelas benda yang letaknya lebih dari 50 cm di depan mata. Kacamata untuk melihat benda yang jauh harus memiliki kekuatan sebesar... a. +2 dioptri b. +5 dioptri c. +4 dioptri d. -2 dioptri e. -4 dioptri 22. Seseorang ingin melihat suatu benda yang berada di depan mata pada jarak 25 cm. Jika jarak kornea mata ke retina adalah 2,5 cm, panjang fokus sistem lensa-kornea agar benda terlihat paling jelas oleh mata orang tersebut adalah...

176 a. 3,40 cm b. 2,20 cm c. 1,50 cm d. 2,24 cm e. 3,00 cm 149

177 Penyakit mata katarak biasanya dapat dibantu atau disembuhkan melalui... a. menggunakan kacamata b. operasi c. obat tetes mata d. menggunakan kontak lensa e. sinar laser 24. Reni yang menderita rabun dekat, mempunyai titik dekat 50 cm. Jika ingin membaca dengan jarak normal, maka kekuatan lensa kacamata yang harus dipakai reni adalah... a. 3 dioptri b. 5 dioptri c. 2 dioptri d. 6 dioptri e. 4 dioptri 25. Seorang penderita miopi mempunyai titik jauh 100 cm. Berapakah kekuatan lensa kacamata yang harus dipakai orang tersebut agar dapat melihat benda jauh dengan normal? a. -2 D b. -3 D c. -6 D d. -1 D e. -5 D

178 LAMPIRAN Membiaskan cahaya dari benda supaya terbentuk bayangan di retina. Jawaban: C 2. Pupil Jawaban: A 3. Kacamata berlensa positif Jawaban: E 4. Rabun dekat dapat ditolong menggunakan kacamat berlensa positif. Jawaban: D 5. Mata hipermetropi dapat melihat jelas benda yang jauh. Jawaban: B 6. Penderita astigmatisma tidak dapat membedakan garis tegak dan garis mendatar secara bersamaan. Jawaban: B 7. Kemampuan mata untuk mengubah ketebalan lensa disebut daya akomodasi. Jawaban: E 8. Gambar 1 skema mata melihat benda jauh dan gambar dua skema mata melihat benda dekat. Jawaban: A 9. Cairan aqueous berfungsi untuk membiaskan cahaya ke dalam mata. Jawaban: B 10. Nyata, terbalik, dan tepat di retina Jawaban: A 11. Pernyataan yang benar nomor (2) dan (4). Jawaban: C 12. Mata penderita presbiopi, bayangan pada mata tidak jatuh di depan dan di belakang retina secara bersamaan. Jawaban: C 13. Gambar 1 merupakan skema mata penderita hipermetropi, PP > ±25 cm Jawaban: B 14. Gambar 2 merupakan skema mata penderita miopi. Jawaban: B 15. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 2,5 D. Jawaban: D 16. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 1,5 D. Jawaban: A 17. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: +3,59 dioptri.. Jawaban: A 18. Mata yang tidak dapat melihat benda benda jauh disebut miopi. Jawaban: A 19. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 50 cm. Jawaban: A 20. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 2 dioptri.. Jawaban: D 21. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: -2 dioptri.. Jawaban: D 22. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 2,24 cm. Jawaban: D 23. Penyakit mata katarak biasanya dapat dibantu atau disembuhkan melalui operasi. Jawaban: B 24. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 2 dioptri. Jawaban: C 25. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: -1 D. Jawaban: D

179 LAMPIRAN KISI-KISI SOAL UJI COBA SIKLUS II Mata Pelajaran Kelas Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Fisika : X : Alat Alat Optik : Lup dan Kamera No Indikator 1 Mendeskripsikan pengertian lup sebagai alat optik 2 Menentukan sifat bayangan yang dibentuk oleh lup 3 Menghitung perbesaran bayangan pada lup ketika pengamatan berakomodasi maksimum 4 Menghitung perbesaran bayangan pada lup ketika pengamatan tanpa berakomodasi 5 Mendeskripsikan bagian bagian kamera dan fungsinya serta sifat bayangan yang dibentuk 6 Mengaplikasikan persamaan umum lensa tipis pada kamera 7 Membandingkan persamaan dan perbedaan kamera dengan mata Tipe Soal C1 C2 C3 C4 C5 C ,20 6,17, 18 5, ,19,2 3 7,12, 24, Jumlah

180 LAMPIRAN SOAL UJI COBA SIKLUS II Mata Pelajaran : Fisika Kelas : X Pokok Bahasan : Alat Alat Optik Sub Pokok Bahasan : Lup dan Kamera Pilihlah jawaban yang benar dan tepat dengan memberi tanda silang (x) untuk jawaban a, b, c, d, atau e pada lembar jawab yang sudah tersedia! 1. Sifat bayangan yang dibentuk oleh lup adalah... a. nyata, terbalik, dan diperbesar b. nyata, tegak, dan diperbesar c. maya, tegak, dan diperbesar d. maya, terbalik, dan diperbesar e. nyata, tegak, dan dapat ditangkap layar 2. Berikut pernyataan yang benar tentang lup, kecuali... a. lup merupakan alat optik yang berupa lensa cembung b. digunakan untuk melihat dengan jelas benda yang berukuran kecil c. untuk mata normal dan berakomodasi maksimum, bayangan yang terbentuk berada pada jarak baca normal d. untuk memanfaatkan lup, benda harus diletakkan di ruang II lensa e. untuk memanfaatkan lup, benda harus diletakkan di ruang I lensa (0 < S < f ) 3. Seorang petugas pemilu mengamati kejadian kartu suara dengan menggunakan lup berkekuatan 10 dioptri. Apabila orang itu memiliki titik dekat mata 30 cm dan ingin memperoleh pembesaran anguler maksimum, kartu suara ditempatkan di depan lup pada jarak... a. 5,5 cm b. 6,5 cm c. 7,5 cm d. 8,5 cm e. 9,5 cm 4. Kamera dan mata memiliki beberapa perbedaan, tetapi mempunyai persamaan prinsip kerja. Berikut ini yang bukan termasuk persamaan yang dimaksud yaitu... a. lensa kamera dan lensa mata b. lubang diafragma dan pupil c. shutter dan kelopak mata d. lensa dan iris e. film dan retina

181 Pada kamera, gambar yang ditimbulkan pada bidang transparan disebut... a. kertas foto d. gambar asli b. diapositif e. shutter c. kolodium 6. Griftin menggunakan sebuah lup, menghasilkan pembesaran 6,25 kali dan bayangan yang dihasilkan berada jauh tak hingga. Jarak fokus lup adalah... a. 6,5 cm d. 4 cm b. 5,5 cm e. 4,5 cm c. 3 cm 7. Sebuah lup berfokus 5 cm digunakan untuk mengamati benda yang panjangnya 2 mm. Panjang bayangan benda apabila mata tak berakomodasi adalah... a. 1 cm d. 2 cm b. 4 cm e. 5 cm c. 3 cm 8. Panjang fokus suatu lensa kamera adalah 80 mm dan kamera ini diatur untuk memotret benda yang jauh. Jika kita ingin menggunakan kamera ini untuk memotret benda yang jaraknya 2 m dari kamera, maka jarak lensa dan film agar bayangan tetap terbentuk pada film tersebut adalah... a. 73,9 mm b. 83,3 mm c. 65,3 mm d. 56,7 mm e. 87,4 mm 9. Panjang fokus lensa kamera adalah 60 mm dan kamera ini diatur untuk memotret benda yang jauh. Jarak lensa dan film agar bayangan terbentuk pada film tersebut adalah... a. 20 mm b. 30 mm c. 40 mm d. 50 mm e. 60 mm 10. Kamera dan mata mempunyai persamaan, yaitu jika dipandang dari... a. tempat bayangan d. sifat bayangan yang dibentuk b. pengatur cahaya e. jarak fokus c. jarak bayangan 11. Sifat bayangan yang dibentuk oleh kamera adalah... a. nyata, tegak, diperkecil b. maya, terbalik, diperkecil c. nyata, terbalik, diperbesar d. maya, tegak, diperkecil e. nyata, terbalik, diperkecil

182 Sebuah lensa berjarak fokus 4 cm digunakan sebagai lup. Agar mata melihat tanpa berakomodasi, maka letak benda tersebut dari lup adalah... a. 2 cm d. 6 cm b. 3 cm e. 8 cm c. 4 cm 13. Perhatikan gambar dibawah ini! Bagian kamera yang ditunjukkan oleh nomor 1 dan 5 adalah... a. cermin dan film b. lubang pengintai dan film c. diafragma dan lubang pengintai d. lubang pengintai dan prisma e. cermin dan prisma 14. Perhatikan tabel dibawah ini! Pernyataan Pembeda Kamera Mata (1) sifat bayangan nyata, tegak, dan nyata, terbalik, diperkecil dan diperkecil (2) tempat bayangan apertur retina (3) pengatur cahaya diafragma lensa mata (4) jarak bayangan berubah tetap (5) jarak fokus tetap tetap Pernyataan yang benar adalah... a. (1) dan (2) b. (1), (3) dan (4) c. (2) dan (5) d. (4) saja e. semua benar

183 Lup mempunyai ciri ciri sebagai berikut: (a) bayangan yang dihasilkan lup terletak pada titik dekat mata pengamat (s' = s n ) (b) perbesaran bayangan pada lup dapat dituliskan (c) persamaan umum pada lup sama dengan persamaan umum yang berlaku pada lensa cembung (d) pengamatan akomodasi minimum dengan lup berarti bayangan oleh lup harus di jauh tak hingga Pernyataan yang benar adalah... a. (a), (b), dan (c) b. (a), (c), dan (d) c. (b) dan (c) d. (a) dan (d) e. semua benar 16. Sebuah Lup dengan jarak fokus 5 cm digunakan untuk mengamati sebuah sekrup berdiameter 2 mm. Jika PP = 25 cm. Diameter sekrup jika pengamat berakomodasi maksimum adalah... a. 12 mm b. 13 mm c. 11 mm d. 14 mm e. 16 mm 17. Seseorang yang bermata normal mengamati dengan lup berkekuatan 20 D. Jika benda diletakkan 5 cm di depan lup, perbesaran yang terjadi adalah. a. 3 kali d. 5,2 kali b. 4 kali e. 10 kali c. 5 kali 18. Perbesaran anguler lup yang memiliki fokus 8 cm dengan mata tak berakomodasi adalah... a. 3,125 d. 2,509 b. 4,678 e. 5,661 c. 3, Seorang tukang arloji bermata normal menggunakan lup yang berkekuatan 10 dioptri dengan mata berakomodasi maksimum. Jarak benda ke lup adalah... a. b.

184 156 c. d. e. 20. Sebuah lup mempunyai jarak fokus 5 cm. Jika orang dengan mata normal menggunakan lup tersebut dengan mata berakomodasi maksimum, perbesaran lup yang dihasilkan adalah... a. 3 kali b. 4 kali c. 5 kali d. 6 kali e. 7 kali 21. Bagian dari kamera yang berfungsi untuk mengatur besar kecilnya diafragma adalah... a. pelat film d. lubang pengintai b. apertur e. cermin putar c. lensa cembung 22. Muna mempunyai titik dekat mata 25 cm ingin melihat sebuah sekrup handphone menggunakan lup. Apabila dia saat berakomodasi maksimum menginginkan terjadinya perbesaran 5 kali, jarak fokus lup yang harus digunakan Muna adalah... a. 6,25 cm b. 5,50 cm c. 4,60 cm d. 7,20 cm e. 3,60 cm 23. Seseorang yang mempunyai titik dekat 25 cm ingin melihat sebuah benda dengan lup. Apabila orang tersebut saat berakomodasi maksimum menginginkan terjadinya perbesaran sebesar 6 kali, jarak fokus lup yang harus digunakan ialah... (dalam cm). a. 25 b. 20 c. 15 d. 10 e Sebuah lup yang berkekuatan 20 dioptri dipakai oleh pengamat yang bermata normal untuk mengamati sebuah benda. Perbesaran yang terjadi adalah... a. 2 kali d. 7 kali b. 5 kali e. 8 kali c. 6 kali

185 Benda dengan tinggi 2 mm berada di depan lup yang memiliki kekuatan 50 dioptri sehingga dapat diamati oleh mata secara jelas tanpa berakomodasi. Tinggi benda tersebut menurut pengamat yaitu... a. 3,2 cm b. 7,5 cm c. 2,6 cm d. 2,5 cm e. 9,5 cm

186 LAMPIRAN KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA (SIKLUS II) 1. Sifat bayangan yang dibentuk oleh lup adalah maya, tegak, dan diperbesar Jawaban: C 2. Cara memanfaatkan lup, benda harus diletakkan di ruang I lensa, bukan di ruang II lensa. Jawaban: D 3. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 7,5 cm. Jawaban: C 4. Prinsip kerja shutter dan kelopak mata bukan salah satu persamaan kamera dan mata. Jawaban: C 5. Pada kamera, gambar yang ditimbulkan pada bidang transparan disebut gambar diapositif. Jawaban: B 6. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 4 cm. Jawaban: D 7. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 3 cm. Jawaban: C 8. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 83,3 mm. Jawaban: B 9. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 60 mm. Jawaban: E 10. Kamera dan mata mempunyai persamaan, salah satunya jika dipandang dari sifat bayangan yang dibentuk Jawaban: D 11. Sifat bayangan yang dibentuk oleh kamera adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Jawaban: E 12. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 2 cm. Jawaban: A 13. Berdasarkan gambar, bagian kamera yang ditunjuk oleh nomor 1 dan 5 adalah lubang pengintai dan prisma. Jawaban: D 14. Pernyataan yang benar hanya nomor (4) Jawaban: D 15. Berdasarkan soal, semua pernyataan merupakan penjelasan ciri ciri lup. Jawaban: E 16. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 12 mm. Jawaban: A 17. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 10 kali. Jawaban: E

187 Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 3,125 Jawaban: A 19. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 7,143 cm. Jawaban: E 20. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 6 kali. Jawaban: D 21. Bagian kamera yang berfungsi untuk mengatur besar kecilnya diafragma adalah apertur. Jawaban: B 22. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 6,25 cm. Jawaban: A 23. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 5 cm. Jawaban: E 24. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 6 kali. Jawaban: C 25. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 2,5 cm. Jawaban: D

188 LAMPIRAN KISI-KISI SOAL UJI COBA SIKLUS III Mata Pelajaran Kelas Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Fisika : X : Alat Alat Optik : Mikroskop dan Teleskop No Indikator Mendeskripsikan pengertian mikroskop dan teleskop sebagai alat optik serta jenis jenisnya. Mendeskripsikan bagian bagian mikroskop dan teleskop beserta fungsinya Mendeskripsikan sifat bayangan yang dibentuk oleh mikroskop dan teleskop Menghitung panjang dan perbesaran mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum dan tidak berakomodasi Menghitung panjang dan perbesaran pada teleskop Tipe Soal C1 C2 C3 C4 C5 C ,11, 14 2,4 3, ,9,18 8,12, ,21,2 4,25 22,23 15 Jumlah

189 LAMPIRAN SOAL UJI COBA SIKLUS III Mata Pelajaran : Fisika Kelas : X Pokok Bahasan : Alat Alat Optik Sub Pokok Bahasan : Mikroskop dan Teleskop Pilihlah jawaban yang benar dan tepat dengan memberi tanda silang (x) untuk jawaban a, b, c, d, atau e pada lembar jawab yang sudah tersedia! 1. Mikroskop mempunyai ciri ciri sebagai berikut: (i) merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang sangat kecil supaya tampak lebih jelas (ii) mikroskop terdiri dari dua lensa, yaitu lensa cembung dan lensa cekung (iii) lensa okuler pada mikroskop berfungsi sebagai lup (iv) panjang mikroskop merupakan jarak antara lensa objektif dan lensa okuler (v) pengamatan dengan mata berakomodasi maksimum menyebabkan bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif harus terletak di ruang II lensa okuler Pernyataan yang benar adalah... a. (i), (ii), (iv), (v) b. (ii), (iii), (v) c. (i), (iii), (iv) d. (iv) dan (v) e. semua benar 2. Pada mikroskop, sifat bayangan akhir yang terbentuk adalah... a. maya, terbalik, diperbesar b. nyata, terbalik, dan diperbesar c. nyata, tegak, dan diperbesar d. maya, tegak, dan diperbesar e. nyata, terbalik, dan mampu ditangkap layar 3. Keadaan jarak fokus dari kedua lensa pada mikroskop adalah... a. fokus lensa okuler lebih pendek daripada fokus lensa objektif b. fokus lensa okuler sama dengan fokus lensa objektif c. fokus lensa objektif lebih pendek daripada fokus lensa okuler d. fokus lensa objektif dua kali fokus lensa okuler e. fokus lensa objektif empat kali fokus lensa okuler

190 Sifat bayangan akhir yang dibentuk oleh teleskop adalah... a. nyata, tegak, dan diperbesar b. nyata, terbalik, dan diperbesar c. maya, terbalik, diperbesar d. maya, tegak, dan diperbesar e. nyata, terbalik, dan mampu ditangkap layar 5. Perhatikan gambar berikut ini! Sifat bayangan yang dibentuk oleh bagian mikroskop yang ditunjuk oleh anak panah adalah... a. maya, terbalik, dan diperbesar b. nyata, terbalik, dan diperbesar c. nyata, tegak, dan diperbesar d. maya, tegak, dan diperbesar e. nyata, terbalik, dan mampu ditangkap layar 6. Sebuah mikroskop memiliki okuler dengan panjang fokus 1,8 cm dan objkektif dengan panjang fokus 0,80 cm. Posisi benda jika jarak antar lensa 16 cm adalah... a. 0,75 cm b. 0,80 cm c. 0,85 cm d. 0,90 cm e. 1,00 cm 7. Perbesaran total sebuah mikroskop adalah 100, jika perbesaran yang dibentuk lensa objektif 5, perbesaran lensa okulernya adalah... a. 5 kali b. 10 kali c. 12 kali d. 15 kali e. 20 kali

191 Teropong bumi dipakai untuk mengamati seseorang yang berada pada jarak 1 km. Teropong tersebut mempunyai jarak fokus lensa objektif, pembalik, dan okuler berturut turut 25 cm, 0,5 cm, dan 0,25 cm. Jika pengamatan dilakukan dengan mata tidak berakomodasi, panjang teropong tersebut adalah... a. 24,65 cm b. 23,55 cm c. 27,25 cm d. 33,77 cm e. 45,00 cm 9. Sebuah benda berada pada jarak 2,5 cm di depan lensa objektif yang berfokus 2 cm. Bila fokus lensa okuler 10 cm dan jarak antara lensa objektif dan lensa okuler 14 cm, maka perbesaran mikroskop jika mata berakomodasi maksimum adalah... a. 10 kali b. 11 kali c. 13 kali d. 14 kali e. 16 kali 10. Teropong yang terdiri atas beberapa cermin dan lensa disebut... a. teropong biasa b. teropong pantul c. teropong panggung d. teropong galileo e. teropong bias 11. Pada mikroskop, terdiri dari dua lensa, yaitu... a. lensa negatif lensa negatif b. lensa positif lensa positif c. lensa negatif lensa positif d. lensa okuler lensa okuler e. lensa konvergen lensa divergen 12. Jarak titik api objektif dan okuler sebuah mikroskop berturut turut adalah 1,7 cm dan 5 cm. Pada pengamatan mikro-organisme dengan menggunakan mikroskop ini oleh mata normal tidak berakomodasi, jarak antara objektif dengan okuler 22 cm. Dalam hal ini mikroorganisme terletak di muka objektif sejauh (dalam cm)... a. 1,54 b. 2,07 c. 2,27 d. 2,48 e. 2,59

192 Perhatikan gambar dibawah ini! Berdasarkan gambar tersebut, lensa yang berfungsi sebagai lup ditunjukkan oleh nomor... a. 1 b. 2 c Perhatikan skema teropong berikut ini! d. 4 e Lensa yang ditunjukkan oleh nomor 2 berfungsi untuk... a. meneruskan cahaya d. membalikkan bayangan b. mengumpulkan cahaya e. mengubah bayangan c. menghamburkan cahaya 15. Perhatikan gambar dibawah ini!

193 164 Jika jarak lensa obyektif dengan lensa okuler (d) besarnya 11 kali jarak fokus lensa okuler maka perbesaran yang dihasilkan teropong untuk mata tidak berakomodasi adalah a. 10 kali b. 16 kali c. 21 kali d. 30 kali e. 50 kali 16. Pada teropong bumi, jika kita mengamati benda benda di bumi, bayangan akhir harus tegak terhadap arah benda semula, hal ini didapat dengan cara... a. menggunakan lensa cekung ketiga yang disisipkan diantara lensa objektif dan lensa okuler b. menggunakan lensa cekung kedua yang disisipkan diantara lensa objektif dan lensa okuler c. menggunakan lensa cembung pertama yang disisipkan diantara lensa objektif dan lensa okuler d. membalikkan lensa okuler e. menggunakan lensa cembung ketiga yang disisipkan diantara lensa objektif dan lensa okuler 17. Pernyataan berikut ini benar, kecuali... a. teleskop terdiri atas dua lensa positif b. pada teropong, bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif berada pada titik fokus lensa tersebut c. panjang teropong merupakan penjumlahan jarak fokus lensa objektif dan jarak fokus lensa okuler d. sama seperti mikroskop, lensa objektif pada teropong berfungsi sebagai lup e. pada teropong bumi, supaya bayangan tegak maka teropong ditambahkan lensa pembalik 18. Sebuah mikroskop memiliki lensa okuler dengan jarak fokus 2,5 cm dan lensa objektif dengan jarak fokus 1,2 cm. Jika jarak lensa objektif dan okuler adalah 23 cm, perbesaran total mikroskop ketika mata berakamodasi maksimum adalah... a. 180 kali b kali c kali d. 90 kali e kali

194 Jarak titik api lensa objektif okuler sebuah mikroskop berturut turut adalah 1,8 cm dan 6 cm. Pada pengamatan mikroorganisme, mikroskop digunakan oleh mata normal dengan titik dekat 24 cm tanpa berakomodasi. Jika jarak antara lensa objektif dan lensa okuler 24 cm, perbesaran mikroskop tersebut adalah... a. 10 b. 12 c Perhatikan gambar berikut ini! d. 24 e. 36 Jarak lensa obyektif dan lensa okuler dari mikroskop tersebut adalah a. 20 cm d. 27 cm b. 24 cm e. 29 cm c. 25 cm 21. Perhatikan berikut ini! Perbesaran teropong untuk mata tidak berakomodasi berdasarkan gambar di atas adalah a. 14,5 kali b. 12,5 kali c. 11,5 kali d. 10,5 kali e. 9,5 kali

195 Perhatikan gambar berikut ini! Berdasarkan gambar di atas, perbesaran bayangan untuk mata tidak berakomodasi adalah a. 60 kali d. 40 kali b. 50 kali e. 35 kali c. 45 kali 23. Sebuah teropong bintang dipakai untuk mengamati bintang dengan perbesaran 8 kali untuk mata tidak berakomodasi. Jika jarak lensa objektif dengan lensa okuler sama dengan 45 cm, jarak fokus lensa okulernya adalah... a. 6 cm b. 7 cm c. 2 cm d. 9 cm e. 5 cm 24. Sebuah teropong bintang memiliki perbesaran 40 kali saat digunakan dengan mata tak berakomodasi. Jika panjang teropong saat itu sebesar 20,5 cm maka titik fokus lensa objektifnya adalah... a. 1 cm b. 1,5 cm c. 2 cm d. 0,5 cm e. 3 cm 25. Sebuah teropong yang dipakai untuk melihat bintang menghasilkan perbesaran 9 kali. Jarak lensa objektif dan okuler 50 cm. Jika mata pengamat tidak berakomodasi, maka jarak fokus okulernya adalah... a. 4 cm b. 4,5 cm c. 5 cm d. 5,5 cm e. 6 cm

196 LAMPIRAN KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA (SIKLUS III) 1. Berdasarkan soal, pernyataan yang benar tentang ciri ciri mikroskop adalah nomor (i), (iii), dan (iv). Jawaban: C 2. Sifat bayangan akhir yang dibentuk oleh mikroskop adalah maya, terbalik, dan diperbesar. Jawaban: A 3. Pada mikroskop, fokus lensa objektif lebih pendek daripada fokus lensa okuler. Jawaban: C 4. Sifat bayangan akhir yang dibentuk oleh teleskop adalah maya, terbalik, dan diperbesar. Jawaban: C 5. Berdasarkan soal, bagian mikroskop yang ditunjuk adalah lensa okuler. Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa tersebut adalah maya, tegak,dan diperbesar. Jawaban: D 6. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 0,85 cm. Jawaban: C 7. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 20 kali. Jawaban: E 8. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 27,25 cm. Jawaban: C 9. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 14 kali. Jawaban: D 10. Teropong yang terdiri atas beberapa cermin dan lensa disebut teropong pantul. Jawaban: B 11. Mikroskop terdiri dari dua lensa, yaitu dua lensa positif. Jawaban: B 12. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 1,54 cm. Jawaban: A 13. Lensa pada mikroskop yang berfungsi sebagai lup adalah lensa okuler. Berdasarkan gambar, lensa okuler ditunjuk oleh nomor 1 Jawaban: A 14. Berdasarkan gambar, lensa yang ditunjuk oleh nomor dua adalah lensa cekung yang berfungsi untuk membalikkan bayangan Jawaban: D 15. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 10 kali. Jawaban: A 16. Pada teropong bumi, jika kita mengamati benda benda di

197 168 bumi, bayangan akhir harus tegak terhadap arah benda semula, hal ini didapat dengan cara menggunakan lensa cembung ketiga yang disisipkan diantara lensa objektif dan lensa okuler. Jawaban: E 17. Supaya mudah dipahami, pada teropong dan mikroskop, lensa yang berfungsi sebagai lup adalah lensa okuler. Jawaban: D 18. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: -179 kali. Jawaban: C 19. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 36. Jawaban: E 20. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 24 cm. Jawaban: B 21. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 12,5 kali. Jawaban: B 22. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 40 kali. Jawaban: D 23. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 5 cm. Jawaban: E 24. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 0,5 cm. Jawaban: D 25. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil akhir: 5 cm. Jawaban: C

198 LAMPIRAN LEMBAR OBSERVASI SISWA Jenis Penilaian : Afektif Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : X MIA 2 / II No Nama 1 Achmad Ryan Fauzi 2 Akhmad Darobi Aziz 3 Among Sri Widodo 4 Anggie Priscilia Koeswardhani 5 Anisa Ikrimatun Nikmah 6 Apri Nur Listiani 7 Budi Widi Setyanto 8 Eti Musyarofah 9 Fatkhah Muflikh Mubarok 10 Fayadh Abiyyi 11 Hanifah 12 Helmi Dhia Al Ghalib 13 Indah Restuningsih 14 Kurniasari 15 M. Haqi Nur Fadly 16 Nareswari Nur Agami 17 Novita Nafiatul Azhima 18 Pembayun Ari Ratri 19 Rafi Amrullah 20 Rakhmadi Wibowo 21 Rizky Larasati 22 Rizqi Riyadlotul Ma rifah 23 Salma Pratiwi 24 Septi Lutfiatun Nafiah 25 Siti Musyafa ah 26 Siti Zaenatun Khamidah 27 Solikhatun Diniah 28 Stephanus Sedah Gusmar 29 Triadi Singgih Pamungkas 30 Ulfa Fitriani 31 Yulia Afriani 32 Zaenal Abidin Skor Aspek A B C D E Jumlah Skor

199 170 Keterangan Aspek yang dinilai: A B C D E = Kehadiran di kelas = Keaktifan siswa = Minat terhadap pembelajaran = Pendengar yang baik = Kedisiplinan mengumpulkan LDS Aspek yang diamati Kehadiran di kelas Keaktifan siswa Minat terhadap pembelajaran Kriteria Penilaian Afektif Skor Kriteria Cara Peningkatan Hadir di dalam kelas sebelum guru masuk ke kelas. Hadir di dalam kelas setelah < 5 menit guru masuk di kelas. Hadir di dalam kelas setelah 5 s.d. 10 menit guru masuk di kelas. Hadir di dalam kelas setelah 10 s.d. 15 menit guru masuk di kelas. Hadir di dalam kelas setelah > 15 menit guru masuk di kelas. Bila siswa berperan aktif dalam diskusi baik bertanya maupun menjawab dan mampu mengajukan pertanyaan dengan ide/gagasan baru. Siswa aktif dalam diskusi baik bertanya maupun menjawab, tetapi tidak mampu mengajukan pertanyaan dengan ide/gagasan baru. Siswa aktif dalam diskusi, tetapi tidak pernah mengajukan gagasan/ide baru. Siswa pasif dalam diskusi, tetapi sesekali mampu mengajukan gagasan/ide baru. Siswa pasif dan tidak pernah mengajukan pertanyaan maupun memberikan pertanyaan dengan ide/gagasan yang baru. Merasa senang dan antusias saat pembelajaran berlangsung Merasa senang dan antusias saat pembelajaran berlangsung, tetapi tidak fokus pada pelajaran Tidak antusias saat pembelajaran Peraturan sekolah mewajibkan semua siswa untuk masuk kelas setelah bel tanda masuk dibunyikan. Kegiatan pembelajaran didahului dengan menampilkan video atau gambar motivasi, sehingga siswa lebih antusias untuk masuk kelas. Peneliti mengenalkan dan mengajarkan model diskusi baru yang disebut model diskusi Tim Ahli. Model diskusi ini baru pertama kali dilakukan siswa, sehingga diharapkan siswa lebih aktif dan berminat terhadap kegiatan diskusi Setiap siswa diberi panduan lengkap dalam melakukan diskusi, berupa Lembar Diskusi Siswa (LDS). Proses pembelajaran merupakan kerjasama kelompok dan saling bertukar pendapat. Penjelasan materi

200 171 Pendengar yang baik Kedisiplinan mengumpulkan LDS berlangsung tetapi duduk dengan tenang Tidak antusias saat pembelajaran berlangsung dan bermain sendiri. Tidak antusias saat pembelajaran berlangsung dan mengganggu teman lainnya. Siswa fokus mendengarkan pendapat atau jawaban dari siswa lain dengan tenang. Siswa fokus mendengarkan pendapat atau jawaban dari siswa lain dengan saling mengobrol dengan teman satu kelompoknya. Siswa fokus mendengarkan pendapat atau jawaban dari siswa lain dengan saling mengobrol dengan teman lain kelompok. Siswa tidak fokus mendengarkan pendapat atau jawaban dari siswa lain, tetapi duduk dengan tenang Siswa tidak fokus mendengarkan pendapat atau jawaban dari siswa lain dan saling mengobrol dengan siswa lainnya. Mengumpulkan LDS tepat waktu dan sesuai prosedur. Mengumpulkan LDS tepat waktu dan tidak sesuai prosedur. Mengumpulkan LDS tidak tepat waktu dan sesuai prosedur Mengumpulkan LDS tidak tepat waktu dan tidak sesuai prosedur Tidak mengumpulkan LDS menggunakan media gambar, video, animasi, dan permainan. Ketika presentasi, siswa menggunakan alat peraga tentang materi yang sedang dijelaskan. Peneliti melakukan pengamatan dengan cara berkeliling, sekaligus mengontrol siswa supaya fokus mendengarkan presentasi. Peneliti menjelaskan materi menggunakan media video, gambar, animasi, dan permainan. Peneliti mengumumkan jika ketepatan waktu mengumpulkan LDS, merupakan nilai tambahan dalam menentukan siapa kelompok terbaik Waktu untuk diskusi dibuat efektif dan efisien Siswa boleh mencari sumber materi dari selain buku pelajaran.

201 LAMPIRAN LEMBAR OBSERVASI SISWA Jenis Penilaian : Psikomotor Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : X MIA 2 / II No. Nama 1 Achmad Ryan Fauzi 2 Akhmad Darobi Aziz 3 Among Sri Widodo 4 Anggie Priscilia Koeswardhani 5 Anisa Ikrimatun Nikmah 6 Apri Nur Listiani 7 Budi Widi Setyanto 8 Eti Musyarofah 9 Fatkhah Muflikh Mubarok 10 Fayadh Abiyyi 11 Hanifah 12 Helmi Dhia Al Ghalib 13 Indah Restuningsih 14 Kurniasari 15 M. Haqi Nur Fadly 16 Nareswari Nur Agami 17 Novita Nafiatul Azhima 18 Pembayun Ari Ratri 19 Rafi Amrullah 20 Rakhmadi Wibowo 21 Rizky Larasati 22 Rizqi Riyadlotul Ma rifah 23 Salma Pratiwi 24 Septi Lutfiatun Nafiah 25 Siti Musyafa ah 26 Siti Zaenatun Khamidah 27 Solikhatun Diniah 28 Stephanus Sedah Gusmar 29 Triadi Singgih Pamungkas 30 Ulfa Fitriani 31 Yulia Afriani 32 Zaenal Abidin Skor Aspek A B C D E Jumlah Skor

202 Melakukan presentasi 173 Keterangan : Aspek yang dinilai : A = Kemampuan siswa untuk menyiapkan materi/bahan presentasi dan demonstrasi. B = Kemampuan siswa untuk melakukan presentasi dan demonstrasi. C = Kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan peserta diskusi D = Kemampuan siswa untuk mengajak siswa lain supaya berpartisipasi dalam diskusi E = Kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok Kriteria Penilaian Psikomotorik Siswa Aspek yang diamati Skor Kriteria Cara Peningkatan Menyiapkan materi Melakukan Diskusi Menyiapkan materi dengan lengkap tanpa memerlukan bantuan guru. Menyiapkan materi dengan lengkap dan memerlukan bantuan guru Menyiapkan materi dengan lengkap dan lebih dari 50% memerlukan bantuan guru. Menyiapkan materi kurang lengkap walaupun sudah memerlukan bantuan guru. Tidak mampu menyiapkan materi walaupun sudah memerlukan bantuan guru. Melakukan presentasi dengan benar dan sesuai petunjuk LDS. Melakukan presentasi dengan benar tetapi tidak sesuai petunjuk LDS Melakukan presentasi sampai dengan 50% benar dan sesuai petunjuk LDS. Melakukan presentasi kurang benar, tetapi sesuai petunjuk LDS Tidak dapat melakukan presentasi. Siswa diberi panduan LDS yang disediakan peneliti Siswa boleh mencari sumber materi dari berbagai buku dan media Siswa boleh bertanya pada siswa lain tentang materi yang sedang didiskusikan Siswa presentasi menggunakan alat peraga dan gambar. Siswa presentasi dengan LDS yang telah diisi dan didiskusikan bersama anggota kelompoknya.

203 Mengajak siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi Berkomunikasi dengan peserta diskusi Menyampaikan materi alat alat optik sesuai dengan tugas yang diberikan secara jelas Menyampaikan materi alat alat optik sesuai dengan tugas yang diberikan tetapi tidak secara jelas Menyampaikan materi materi alat - alat optik tidak sesuai dengan tugas yang diberikan tetapi disampaikan secara jelas. Menyampaikan materi materi alat - alat optik tidak sesuai dengan tugas yang diberikan dan tidak disampaikan secara jelas Tidak dapat menyampaikan materi alat optik sesuai dengan tugas yang diberikan. Siswa menyampaikan materi dengan bergantian, tidak diwakilkan. Siswa diberi waktu untuk saling bertanya jawab dan memberikan pendapat atau masukan. Peneliti menjelaskan pertanyaan dari peserta diskusi yang belum bisa dijawab, menggunakan media gambar, video, dan animasi Mampu mempengaruhi siswa lain untuk bertanya sehingga banyak siswa yang terlibat dalam kegiatan diskusi. Mampu mempengaruhi siswa lain untuk bertanya namun hanya setengah dari jumlah siswa yang terlibat dalam kegiatan diskusi. Mampu mempengaruhi siswa lain untuk bertanya namun hanya sebagian kecil jumlah siswa yang terlibat dalam diskusi. Mempunyai kemampuan mempengaruhi siswa lain untuk bertanya, tetapi tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan. Tidak dapat mempengaruhi siswa untuk bertanya dalam kegiatan diskusi. Peneliti menyediakan waktu untuk saling bertukar pendapat antar siswa. Peneliti mengumumkan jika keaktifan siswa juga sebagai tambahan untuk menentukan siswa teraktif. Bekerjasama dalam kelompok Bekerjasama dengan semua anggota Bekerjasama dengan 6 5 orang anggota kelompok. Bekerja sama dengan 4 3 orang anggota kelompok. Bekerja sama dengan 3 2 orang anggota kelompok. Tidak bekerjasama dengan kelompoknya Setiap siswa diberi LDS, sehingga diharapkan semua siswa mampu bekerjasama dengan baik Anggota kelompok tidak terlalu banyak, sehingga kegiatan diskusi lebih maksimal.

204 LAMPIRAN LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mata dan cacat mata. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi 1. Gambarkan diagram mata manusia pada kolom di bawah ini! Jawab :

205 Tuliskanlah bagian-bagian mata dan jelaskan fungsi masing-masing bagian pada tabel berikut ini! Jawab : Tabel bagian-bagian mata dan fungsinya No Nama bagian mata Fungsi Gambar berikut ini adalah bagan mata normal. Amatilah dengan seksama bagan tersebut, kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini! Gambar 1. Mata normal (emetropi) : (a) titik dekat mata sejauh 25 cm, (b) titik jauh mata di tak berhingga 1. Pada Gambar 1(a) dan 1(b), dimanakah jatuhnya bayangan benda yang dibentuk oleh lensa pada mata normal? Jawab : Dimanakah titik terdekat yang dapat dilihat oleh mata normal pada saat mata berakomodasi maksimum? Jawab :...

206 Dimanakah titik terjauh yang dapat dilihat oleh mata pada saat mata tak berakomodasi? Jawab: Jelaskan apa yang disebut dengan daya akomodasi mata?. Jawab : Jelaskan bagaimana jangkauan penglihatan mata normal? Jawab :

207 178 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mata dan cacat mata. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi Gambar berikut ini adalah diagram mata miopi (rabun jauh) Gambar 2. Mata miopi (rabun jauh): (a) titik dekat mata, (b) titik jauh mata telah bergeser, (c) keadaan mata penderita miopi setelah ditolong dengan kacamata (c) 1. Pada Gambar 2 (a), benda berada pada jarak dekat, dimanakah letak bayangan yang dibentuk oleh lensa mata? Jawab :...

208 Pada Gambar 2 (b), Benda berada di jauh tak hingga, dimanakah bayangan yang dibentuk oleh lensa mata? Jawab : Jelaskan mengapa seseorang dapat memiliki cacat mata miopi? Jawab : Bagaimanakah jangkauan penglihatan mata miopi?. Jawab : Agar dapat melihat benda-benda pada jarak tak hingga, penderita rabun jauh menggunakan kacamata, dimanakah letak bayangan benda yang dibentuk oleh kacamata tersebut? Jawab : Turunkan rumus kekuatan lensa kacamata yang dipakai oleh penderita rabun jauh! Jawab :

209 180 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mata dan cacat mata. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi Gambar berikut ini adalah diagram mata hipermetropi (rabun dekat) Gambar 3. Mata hipermetropi (rabun dekat): (a) titik dekat mata telah bergeser menjauh, (b) titik jauh mata normal, (c) keadaan mata penderita hipermetropi setelah ditolong dengan kacamata (c) 1. Pada Gambar 3 (a), benda berada pada titik dekat, dimanakah bayangan yang dibentuk oleh lensa mata? Jawab:...

210 Pada Gambar 3 (b), benda berada di jauh tak hingga, dimanakah bayangan yang dibentuk oleh lensa mata? Jawab : Jelaskan mengapa seseorang dapat memiliki cacat mata hipermetropi? Jawab : Bagaimanakah jangkauan penglihatan mata hipermetropi?. Jawab : Agar dapat melihat benda-benda pada jarak dekat, penderita rabun dekat menggunakan kacamata, dimanakah letak bayangan benda yang dibentuk oleh kacamata tersebut? Jawab : Turunkan rumus kekuatan lensa kacamata yang dipakai oleh penderita rabun dekat! Jawab :

211 182 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mata dan cacat mata. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi Gambar berikut ini adalah diagram mata presbiopi (mata tua) (a) (b) Gambar 4. Mata presbopi (mata tua): (a) titik jauh mata bergeser mendekat, (b) titik dekat mata telah bergeser menjauh 1. Pada Gambar 4 (a) benda berada di tempat jauh, dimanakah bayangan yang dibentuk oleh lensa mata? Jawab :...

212 Pada Gambar 4 (b) benda berada pada jarak baca (25 cm), dimanakah bayangan yang dibentuk oleh lensa mata? Jawab : Penderita cacat mata presbiopi ini, mata tidak jelas melihat benda yang letaknya... dan Cacat mata presbiopi terjadi karena : Bagaimanakah jangkauan seorang cacat mata presbiopi? Jawab : Cacat mata presbiopi dapat ditolong menggunakan kacamata :......

213 184 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mata dan cacat mata. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi 1. Astigmatisma adalah Cacat mata astigmatisma tidak dapat membedakan Cacat mata ini dapat ditolong dengan kaca mata berlensa...

214 Berikan contoh tindakan/perilaku yang dapat menyebabkan mata terkena cacat astigmatisme! Gambarkan diagram mata yang terkena astigmatisme pada kolom dibawah ini!

215 186 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mata dan cacat mata. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi 1. Katarak adalah Penyakit katarak biasanya disebabkan oleh Penyakit mata ini dapat ditolong melalui......

216 Berikan contoh tindakan/perilaku yang dapat menyebabkan mata terkena penyakit mata katarak! Jawab: Berikan gambaran program-program yang harus dimaksimalkan oleh pemerintah Indonesia untuk mencegah penyakit katarak pada anak sampai orang lanjut usia! Jawab:

217 188 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mata dan cacat mata. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi 1. Selain penyakit mata katarak, tuliskan contoh penyakit mata yang lain pada tabel berikut ini beserta penjelasannya! No Nama penyakit mata Penjelasan

218 Tuliskan langkah-langkah efektif supaya kita tidak terkena penyakit mata pada kolom di bawah ini!

219 LAMPIRAN LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Kamera. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi 1. Tuliskan pengertian kamera secara jelas dan tepat! Jawab : Pengertian kamera: Apa fungsi kamera secara umum? Jawab: Ada tiga penyetelan utama pada kamera dengan kualitas yang baik, yaitu: No Penyetelan pada kamera Penjelasan Tuliskan jenis-jenis kamera yang kalian ketahui pada tabel di bawah ini! Tabel jenis-jenis kamera No Jenis Kamera Keterangan

220 191 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Kamera. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi 3. Tuliskan bagian-bagian kamera serta jelaskan fungsi masing-masing bagian! Tabel bagian-bagian kamera dan fungsinya No Nama Bagian Kamera Fungsi

221 Tuliskan proses kamera dari memotret sampai tahap pencetakan sehingga terlihat gambar yang bagus di kolom di bawah ini! Jawab:

222 193 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Kamera 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi 1. Gambarkan proses pembentukan bayangan pada kamera serta berilah penjelasan! Jawab :

223 194 Penjelasan:

224 195 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mata dan Kamera 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi 1. Tuliskan secara singkat prinsip kerja mata! Tuliskan secara singkat prinsip kerja kamera!

225 Tuliskan persamaan dan perbedaan mata dengan kamera pada tabel berikut ini! No Mata Kamera

226 197 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Lup 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi 1. Tuliskan pengertian lup secara jelas dan tepat! Jawab : Pengertian lup: Apa fungsi lup secara umum? Jawab: Sebutkan contoh aplikasi/kegunaan lup pada kehidupan sehari-hari!

227 198 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Lup 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Petunjuk: Bacalah buku tentang lup, kemudian jawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini! Untuk memanfaatkan lensa cembung sebagai lup, maka benda harus diletakkan di...( 0 < S < f ) sehingga sifat bayangannya adalah... Pada penggunaan lup dapat ditentukan perbesaran bayangannya. Perbesarannya sering digunakan perbesaran sudut (anguler). Persamaannya memenuhi:... Pengamatan dengan lup memiliki dua keadaan akomodasi yang penting yaitu... dan... Pengamatan akomodasi maksimum dengan lup berarti bayangan oleh lensa lup harus berada pada... Rumus perbesaran anguler lup untuk pada akomodasi maksimum dapat dituliskan...

228 199 Pengamatan akomodasi minimum dengan lup berarti bayangan oleh lup harus di... Bayangan ini terjadi jika benda ditempatkan pada... Rumus perbesaran anguler lup untuk mata berakomodasi minimum adalah... Sedangkan rumus perbesaran anguler lup pada jarak tertentu dapat dituliskan... Berikanlah dua contoh soal beserta pembahasannya tentang materi lup pada kolom di bawah ini!

229 200 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Lup 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi 1. Gambarkan proses pembentukan bayangan pada lup serta beri penjelasan untuk mata berakomodasi maksimum! Jawab :

230 201 Penjelasan: Gambarkan proses pembentukan bayangan pada lup serta beri penjelasan untuk mata berakomodasi minimum! Jawab : Penjelasan:

231 LAMPIRAN LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : MASALAH 1 : - Bagaimanakah kita dapat melihat suatu benda yang sangat kecil/mikro? - Apakah fungsi dari mikroskop dan teleskop? Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mikroskop dan Teleskop. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi I 1. Tuliskan pengertian mikroskop secara jelas dan tepat! Jawab : Pengertian mikroskop: Apa fungsi mikroskop secara umum? Jawab:...

232 Tuliskan bagian-bagian mikroskop serta jelaskan fungsi masing-masing bagian! Tabel bagian-bagian mikroskop dan fungsinya No Nama Bagian Mikroskop Fungsi Tuliskan jenis-jenis mikroskop yang kalian ketahui! Jawab: Tuliskan pengertian mikroskop secara jelas dan tepat! Jawab : Apa fungsi teleskop secara umum? Jawab: Tuliskan bagian-bagian teleskop secara umum serta jelaskan fungsi masingmasing bagian! Tabel bagian-bagian teleskop dan fungsinya No Nama Bagian Mikroskop Fungsi Tuliskan jenis-jenis teropong/teleskop yang kalian ketahui! Jawab:...

233 204 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok : Nama Anggota : MASALAH 1 : - Bagaimanakah kita dapat melihat suatu benda yang sangat kecil/mikro? - Apakah fungsi dari mikroskop dan teleskop? Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mikroskop dan Teleskop. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Petunjuk: Bacalah buku tentang mikroskop, kemudian jawab pertanyaanpertanyaan dibawah ini! Pada mikroskop, lensa cembung yang dekat dengan benda disebut... sedangkan lensa cembung yang dekat dengan mata disebut... Jarak fokus lensa... lebih besar dartipada jarak fokus lensa... Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif bersifat... Lensa okuler berfungsi seperti..., membentuk bayangan yang bersifat...

234 205 Tuliskan persamaan perbesaran lensa objektif!... Tuliskan persamaan perbesaran pada lensa okuler jika: Mata berakomodasi maksimum... Mata tidak berakomodasi... Sedangkan persamaan perbesaran total mikroskop adalah... Panjang mikroskop merupakan yang dirumuskan... Panjang mikroskop ketika mata tidak berakomodasi dirumuskan... Gambarkan diagram sinar pembentukan bayangan pada mikroskop optik! (jangan lupa pakai penggaris). Jawab:...

235 206 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok: Anggota: Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mikroskop dan Teleskop. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi I 1. Tuliskan pengertian dan jenis utama teropong! a. Pengertian teleskop/teropong adalah b. Ada dua jenis utama teropong, yaitu:... yang terdiri atas......yang terdiri atas Jenis teropong ini disebut dengan teropong bias dikarenakan Ada empat macam teropong bias, yaitu: Tuliskan rumus perbesaran teropong untuk: a. Mata berakomodasi maksimum: b. mata tidak berakomodasi: 5. Tuliskan rumus untuk menentukan panjang teropong! 6. Gambarkan proses pembentukan bayangan pada teropong secara umum!

236 207 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok: Anggota: Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mikroskop dan Teleskop. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi I 1. Tuliskan pengertian dan jenis utama teropong! a. Pengertian teleskop/teropong adalah b. Ada dua jenis utama teropong, yaitu:... yang terdiri atas......yang terdiri atas Jenis teropong ini disebut dengan teropong bias dikarenakan Ada empat macam teropong bias, yaitu: Gambarkan pembentukan bayangan pada teropong bintang!

237 Mengapa pengamatan bintang di langit dilakukan dengan mata tidak berakomodasi? Jawab Jarak antara kedua lensa (d) pada teropong bintang dirumuskan Tuliskan urutan proses untuk mendapatkan rumus perbesaran teropong! Jawab: 8. Tuliskan persamaan panjang teropong dan perbesaran teropong ketika akomodasi maksmum. Bagaimana mencari S ok pada kasus ini?

238 209 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok: Anggota: Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mikroskop dan Teleskop. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi I 1. Tuliskan pengertian dan jenis utama teropong! a. Pengertian teleskop/teropong adalah b. Ada dua jenis utama teropong, yaitu:... yang terdiri atas......yang terdiri atas Jenis teropong ini disebut dengan teropong bias dikarenakan Ada empat macam teropong bias, yaitu: Gambarkan pembentukan bayangan pada teropong bumi!

239 Mengapa pengamatan bintang di langit dilakukan dengan mata tidak berakomodasi? Jawab Jarak antara kedua lensa (d) pada teropong bintang dirumuskan Tuliskan urutan proses untuk mendapatkan rumus perbesaran teropong! Jawab: 8. Tuliskan persamaan panjang teropong dan perbesaran teropong ketika akomodasi maksmum. Bagaimana mencari S ok pada kasus ini?

240 211 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok: Anggota: Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mikroskop dan Teleskop. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi I 1. Tuliskan pengertian dan jenis utama teropong! a. Pengertian teleskop/teropong adalah b. Ada dua jenis utama teropong, yaitu:... yang terdiri atas......yang terdiri atas Jenis teropong ini disebut dengan teropong bias dikarenakan Ada empat macam teropong bias, yaitu: Gambar dan jelaskan diagram arah bayangan pada teropong panggung!

241 Pada teropong panggung, pembalikan bayangan menggunakan Tuliskan persamaan panjang dan perbesaran angular pada teropong panggung! Jawab:

242 213 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok: Anggota: Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mikroskop dan Teleskop. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban Diskusi I pada tempat yang disediakan! 1. Tuliskan pengertian dan jenis utama teropong! a. Pengertian teleskop/teropong adalah b. Ada dua jenis utama teropong, yaitu:... yang terdiri atas......yang terdiri atas Jenis teropong ini disebut dengan teropong bias dikarenakan Ada empat macam teropong bias, yaitu: Gambar dan jelaskan diagram arah bayangan pada teropong pantul astronomi beserta penjelasannya!

243 Jenis teropong ini disebut teropong pantul dikarenakan Ada beberapa alasan kenapa cermin digunakan sebagai pengganti lensa objektif, yaitu:... Jawab:

244 215 LEMBAR DISKUSI SISWA Kelompok: Anggota: Langkah Diskusi 1. Pelajarilah buku pelajaran FISIKA untuk SMA kelas X pada pokok bahasan Optika Geometris, sub pokok bahasan Alat-alat Optik, materi : Mikroskop dan Teleskop. 2. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan menuliskan jawaban pada tempat yang disediakan! Diskusi I 1. Tuliskan pengertian dan jenis utama teropong! a. Pengertian teleskop/teropong adalah b. Ada dua jenis utama teropong, yaitu:... yang terdiri atas......yang terdiri atas Jenis teropong ini disebut dengan teropong bias dikarenakan Ada empat macam teropong bias, yaitu: Gambar dan jelaskan diagram teropong prisma atau binokuler!

245 5. Pada teropong prisma, untuk membalik bayangan menggunakan

246 217

247 LAMPIRAN Siklus I PENYAJIAN DATA UJI VALIDITAS SOAL Nama Nomor Soal Skor Total B

248 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 1 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 2 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 3 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 4 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,427 rxy= 0,3385 rxy= 0,417 rxy= 0,

249 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 5 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 6 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 7 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 8 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,39 rxy= 0,5517 rxy= 0,342 rxy= 0,

250 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 9 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 10 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 11 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 12 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,3105 rxy= 0,5091 rxy= 0,342 rxy= 0,

251 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 13 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 14 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 15 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 16 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,4962 rxy= 0,495 rxy= 0,572 rxy= 0,

252 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 17 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 18 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 19 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 20 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,3291 rxy= 0,5089 rxy= -0,25 rxy= 0,

253 223 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 21 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 22 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 23 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 24 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,4876 rxy= -0,32 rxy= 0,445 rxy= 0,497 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 25 N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah rxy= 0,47

254 224 Siklus II Nama Nomor Soal skor total B

255 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 1 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 2 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 3 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 4 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,464 rxy= 0,6495 rxy= 0,678 rxy= 0,

256 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 5 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 6 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 7 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 8 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,4713 rxy= 0,5166 rxy= 0,623 rxy= 0,

257 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 9 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 10 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 11 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 12 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,383 rxy= 0,6439 rxy= 0,204 rxy= 0,

258 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 13 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 14 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 15 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 16 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,4974 rxy= 0,4749 rxy= 0,166 rxy= 0,

259 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 17 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 18 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 19 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 20 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,3678 rxy= 0,5216 rxy= 0,47 rxy= 0,

260 230 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 21 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 22 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 23 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 24 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,3766 rxy= 0,589 rxy= 0,428 rxy= 0,3055 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 25 N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah rxy= -0,176

261 231 Siklus III Nama Nomor Soal skor total B

262 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 1 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 2 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 3 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 4 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,392 rxy= 0,4501 rxy= 0,425 rxy= 0,

263 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 5 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 6 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 7 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 8 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,4209 rxy= 0,0727 rxy= 0,388 rxy= 0,

264 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 9 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 10 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 11 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 12 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,3625 rxy= 0,4209 rxy= 0,494 rxy= 0,

265 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 13 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 14 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 15 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 16 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,4396 rxy= 0,4209 rxy= 0,177 rxy= 0,

266 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 17 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 18 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 19 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 20 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,311 rxy= 0,4129 rxy= 0,388 rxy= 0,

267 237 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 21 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 22 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 23 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 24 N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah rxy= 0,4209 rxy= 0,346 rxy= 0,36 rxy= 0,2538 ANALYSIS BUTIR SOAL NO 25 N0 x y x^2 y^2 xy Jumlah rxy= 0,4005

268 LAMPIRAN Siklus I PENYAJIAN DATA UJI TARAF KESUKARAN SOAL Nama Nomor Soal skor total B P 0,553 0,763 0,421 0,632 0,368 0,395 0,316 0,553 0,342 0,553 0,526 0,474 0,447 0,526 0,658 0,237 0,316 0,711 0,289 0,421 0,421 0,289 0,711 0,553 0,5

269 239 Siklus II Nama Nomor Soal skor total B P 0,868 0,632 0,658 0,842 0,605 0,632 0,579 0,605 0,263 0,658 0,763 0,632 0,658 0,658 0,526 0,421 0,711 0,789 0,5 0,658 0,816 0,421 0,579 0,421 0,553

270 240 Siklus III Nama Nomor Soal skor total B P 0,684 0,789 0,632 0,711 0,763 0,658 0,632 0,605 0,5 0,789 0,789 0,737 0,526 0,789 0,289 0,421 0,763 0,684 0,632 0,684 0,605 0,579 0,605 0,605 0,632

271 LAMPIRAN Siklus I Nomor Soal skor Nama total BA BA/JA 0,74 0,89 0,68 0,84 0,53 0,63 0,47 0,74 0,42 0,74 0,79 0,58 0,68 0,68 0,84 0,21 0,42 0,947 0,211 0,53 0,63 0,21 0,89 0,68 0,79 Jumlah sisw a kelompok atas ( JA ) = BB BB/JB 0,42 0,63 0,21 0,42 0,21 0,16 0,16 0,37 0,26 0,37 0,26 0,37 0,21 0,32 0,47 0,26 0,16 0,474 0,368 0,26 0,21 0,37 0,53 0,42 0,26 D 0,32 0,26 0,47 0,42 0,32 0,47 0,32 0,37 0,16 0,37 0,53 0,21 0,47 0,37 0,37-0,1 0,26 0,474-0,16 0,26 0,42-0,16 0,37 0,26 0,53 Jumlah sisw a kelompok baw ah ( JB ) = 19 PENYAJIAN DATA UJI DAYA BEDA SOAL

272 242 Siklus II Nama Nomor Soal skor total BA BA/JA 1 0,95 0,89 1 0,74 0,79 0,79 0,79 0,32 0,79 0,89 0,68 0,79 0,89 0,63 0,58 0,79 0,947 0,842 0,84 0,95 0,68 0,79 0,78 0,47 Jumlah sisw a kelompok atas ( JA ) = BB BB/JB 0,74 0,32 0,42 0,68 0,47 0,47 0,37 0,42 0,21 0,37 0,63 0,58 0,53 0,42 0,42 0,26 0,4 0,632 0,158 0,53 0,68 0,16 0,37 0,42 0,63 D 0,26 0,63 0,47 0,32 0,26 0,32 0,42 0,37 0,33 0,42 0,19 0,11 0,26 0,47 0,21 0,32 0,39 0,316 0,684 0,32 0,26 0,53 0,42 0,36-0,16 Jumlah sisw a kelompok baw ah ( JB ) = 19

273 243 Siklus III Nama Nomor Soal skor total BA BA/JA 0,89 0,89 0,89 0,89 0,95 0,74 0,84 0,74 0,58 0,89 0,95 0,79 0,74 0,95 0,32 0,63 0,84 0,842 0,789 0,89 0,79 0,74 0,79 0,78 0,79 Jumlah sisw a kelompok atas ( JA ) = BB BB/JB 0,47 0,68 0,37 0,53 0,58 0,58 0,42 0,47 0,42 0,68 0,63 0,68 0,32 0,63 0,26 0,21 0,4 0,526 0,474 0,47 0,42 0,42 0,42 0,58 0,47 D 0,42 0,21 0,53 0,37 0,37 0,16 0,42 0,26 0,16 0,21 0,32 0,11 0,42 0,32 0,05 0,42 0,44 0,316 0,316 0,42 0,37 0,32 0,37 0,2 0,32 Jumlah sisw a kelompok baw ah ( JB ) = 19

274 LAMPIRAN 24 Siklus I PENYAJIAN DATA UJI RELIABILITAS SOAL No Nomor Soal X X² B P 0,55 0,76 0,42 0,63 0,4 0,39 0,3 0,6 0,55 0,53 0,45 0,53 0,66 0,76 0,71 0,42 0,42 0,71 0,55 0, q 0,45 0,24 0,58 0,37 0,6 0,61 0,7 0,4 0,45 0,47 0,55 0,47 0,34 0,24 0,29 0,58 0,58 0,29 0,45 0,5 pq 0,25 0,18 0,24 0,23 0,2 0,24 0,2 0,2 0,25 0,25 0,25 0,25 0,23 0,18 0,21 0,24 0,24 0,21 0,25 0,3 4, Jumlah butir soal (n) Jumlah siswa Jumlah skor total Jumlah kuadrat skor total Jumlah pq 4,634 Standar deviasi 4,709 r hitung 0,833 Status Reliabel 244

275 245 Siklus II No Nomor Soal X X² B P 0,87 0,63 0,66 0,84 0,6 0,63 0,6 0,6 0,26 0,66 0,66 0,66 0,42 1,16 0,79 0,5 0,66 0,82 0,42 0, q 0,13 0,37 0,34 0,16 0,4 0,37 0,4 0,4 0,74 0,34 0,34 0,34 0,58-0,2 0,21 0,5 0,34 0,18 0,58 0,4 pq 0,11 0,23 0,23 0,13 0,2 0,23 0,2 0,2 0,19 0,23 0,23 0,23 0,24-0,2 0,17 0,25 0,23 0,15 0,24 0,2 3, Jumlah butir soal (n) 20 Jumlah siswa 38 Jumlah skor total 477 Jumlah kuadrat skor total 6773 Jumlah pq 3,868 Standar deviasi 4,607 r hitung 0,861 Status Reliabel

276 246 Siklus III No Nomor Soal X X² B P 0,68 0,79 0,63 0,71 0,8 0,63 0,6 0,8 0,79 0,53 0,79 0,42 0,76 1,16 0,63 0,68 0,61 0,58 0,61 0, q 0,32 0,21 0,37 0,29 0,2 0,37 0,4 0,2 0,21 0,47 0,21 0,58 0,24-0,2 0,37 0,32 0,39 0,42 0,39 0,4 pq 0,22 0,17 0,23 0,21 0,2 0,23 0,2 0,2 0,17 0,25 0,17 0,24 0,18-0,2 0,23 0,22 0,24 0,24 0,24 0,2 3, Jumlah butir soal (n) 20 Jumlah siswa 38 Jumlah skor total 506 Jumlah kuadrat skor total 7330 Jumlah pq 3,866 Standar deviasi 4,001 r hitung 0,798 Status Reliabel

277 LAMPIRAN DATA INSTRUMEN SOAL YANG DIPAKAI BERDASARKAN UJI RELIABILITAS, VALIDITAS, DAYA BEDA, DAN TARAF KESUKARAN Nomor Soal Uji Reliabilitas Uji Validitas Tingkat Kesukaran Daya Beda Siklus I Siklus II Siklus III Siklus I Siklus II Siklus III Siklus I Siklus II Siklus III Siklus I Siklus II Siklus III Siklus I Siklus II Siklus III Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Mudah Sedang baik cukup baik Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Mudah Sedang Mudah cukup baik cukup Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Sedang cukup baik baik Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Mudah Mudah baik cukup cukup Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Mudah cukup cukup cukup Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Sedang baik cukup baik Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Sedang cukup baik cukup Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Mudah cukup cukup cukup Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sukar Mudah cukup cukup cukup Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Sedang baik baik baik Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Mudah cukup cukup cukup Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Sedang cukup baik baik Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Mudah baik cukup baik Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Mudah Sedang cukup cukup cukup Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Mudah Mudah Sedang cukup cukup cukup Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Sedang cukup baik baik Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Sedang baik cukup cukup Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Mudah Mudah Sedang cukup cukup cukup Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Sedang cukup baik cukup Reliabel Reliabel Reliabel Valid Valid Valid Sedang Sedang Sedang cukup baik cukup

278 LAMPIRAN CONTOH PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN Rumus yang digunakan: r 11 Keterangan: r 11 n p = indeks korelasi = banyaknya item = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p) = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) Untuk semua varians rumusnya adalah: (Arikunto, 2010: 227) Kriteria: Jika harga r 11 yang diperoleh dan dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika harga r 11 > r tabel product moment, maka instrumen yang diuji bersifat reliabel. Perhitungan: Pada tabel uji reliabilitas siklus I, diketahui data-data sebagai berikut: = 393 = 4884 = 38 = 20 = 0,25 + 0,18 + 0, ,21 + 0,25 + 0,3 = 4,

279 249 Menghitung Varians S 2 = = = Menghitung reliabilitas dengan KR-20 r 11 r 11 = = 1, 0526 ( ) = Pada α = 5% dengan n = 38, diperoleh r tabel = 0,320 Karena r 11 > r tabel, dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.

280 250 LAMPIRAN 27 PERHITUNGAN VALIDITAS INSTRUMEN Rumus yang digunakan: r xy { N X N 2 XY ( X )( Y) 2 ( X ) }{ N Y 2 ( 2 Y) } Keterangan : r xy N X Y = koefisien korelasi variabel X dan Y = jumlah subyek = skor tiap butir soal = skor total yang benar dari tiap subyek Kriteria: Jika harga yang diperoleh dan dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikansi 5%. Jika harga > r tabel, maka instrumen yang diuji bersifat reliabel. Perhitungan: Berikut perhitungan validitas butir untuk soal nomor 1 pada Siklus I, butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama. N0 X Y X 2 Y 2 XY

281 Jumlah r xy { N X N 2 XY ( X )( Y) 2 ( X ) }{ N Y 2 ( 2 Y) } Pada α = 5% dengan n = 38, diperoleh r tabel = 0,320

282 252 Karena r 11 > r tabel, dapat disimpulkan bahwa soal nomor 1 adalah valid. LAMPIRAN 28 PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA SOAL Rumus yang digunakan: D Keterangan : JA JB BA BB BA JA BB JB = banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Diketahui bahwa: PA PB BA PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar JA BB PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar JB Daya pembeda diklasifikasikan sebagai berikut : Soal dengan D 0, 00adalah soal sangat jelek Soal dengan 0,00 D 0, 20adalah soal jelek Soal dengan 0,2 D 0, 4 adalah soal cukup Soal dengan 0,4 D 0, 70adalah soal baik Soal dengan 0,7 D 1, 00 adalah soal sangat baik

283 253 Jika D = negatif, maka butir soal semuanya tidak baik. Jadi, semua butir soal yang mempunyai D negatif sebaiknya dibuang (Arikunto 2010: 218) Perhitungan: Berikut ini adalah perhitungan untuk mengetahui daya pembeda soal pada butir nomor 1 untuk siklus I, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama. Kelompok Atas Kelompok Bawah No Kode Skor No Kode Skor 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC-11 0 Jumlah 14 Jumlah 8

284 254 Berdasarkan kriteria, dapat disimpulkan bahwa soal nomor satu mempunyai daya pembeda yang cukup. LAMPIRAN 29 PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN SOAL Rumus yang digunakan: Keterangan : P B JS = indeks kesukaran soal = banyaknya siswa yang menjawab benar = jumlah seluruh siswa peserta tes Indeks kesukaran soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Soal dengan P = 0,00 adalah soal terlalu sukar Soal dengan 0,00 P 0, 3 adalah soal sukar Soal dengan 0,3 P 0, 7 adalah soal sedang Soal dengan 0,7 P 1, 00 adalah soal mudah Soal dengan P = 1,00 adalah soal terlalu mudah (Arikunto, 2010: 210) Perhitungan:

285 255 Berikut ini adalah perhitungan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal pada butir nomor 1 untuk Siklus I, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama. No Kode Skor 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC-36 1

286 UC UC-38 1 Jumlah 21 Dari nilai P diatas dan didasarkan pada kriteria, dapat disimpulkan bahwa soal nomor satu mempunyai tingkat kesukaran sedang.

287 LAMPIRAN Siklus I No Kode Skor Persentase (S = R) (%) Nilai Keterangan 1 A Tuntas 2 A Tuntas 3 A Tidak Tuntas 4 A Tuntas 5 A Tuntas 6 A Tuntas 7 A Tidak Tuntas 8 A Tidak Tuntas 9 A Tidak Tuntas 10 A Tidak Tuntas 11 A Tuntas 12 A Tidak Tuntas 13 A Tuntas 14 A Tidak Tuntas 15 A Tuntas 16 A Tidak Tuntas 17 A Tuntas 18 A Tuntas 19 A Tuntas 20 A Tuntas 21 A Tuntas 22 A Tidak Tuntas 23 A Tidak Tuntas 24 A Tuntas 25 A Tuntas 26 A Tuntas 27 A Tuntas 28 A Tuntas 29 A Tuntas 30 A Tuntas 31 A Tidak Tuntas 32 A Tidak Tuntas Nilai Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah 75, Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Ketuntasan klasikal (%): ,50% DAFTAR NILAI MATA PELAJARAN FISIKA MATERI ALAT ALAT OPTIK KELAS X MIA 2 Siklus II Siklus III Skor Persentase No Kode (S = R) (%) Nilai Keterangan Skor Persentase Skor Persentase No Kode (S Skor = R) Persentase (%) Nilai Keterangan No 1 A- Kode 01 (S 16= Nilai Keterangan Tuntas No 1 Kode A- 01 (S 16= 80 Nilai 80 Keterangan Tuntas 2 A R) 85 (%) 85 Tuntas 2 A- 02 R) 14 (%) Tidak Tuntas 3 A Tuntas 3 A Tuntas 4 A- A- A Tidak Tuntas 14 A Tuntas 5 A Tidak Tuntas 5 A Tuntas 6 A- A Tuntas Tidak 6 A- A Tuntas Tidak 27 A Tuntas 7 A Tuntas 8 A- A Tidak Tuntas 8 A- A Tidak Tuntas 39 A Tidak Tuntas 39 A Tuntas 10 A Tuntas 10 A Tuntas 11 A- A Tidak Tuntas 11 A- A Tuntas Tuntas Tuntas 12 A Tuntas 12 A Tuntas 13 A- A Tuntas 13 A- A Tuntas 14 5 A Tidak Tuntas 14 5 A Tuntas A Tuntas 15 A Tuntas 16 A- A Tuntas 16 A- A Tuntas Tuntas 17 A Tuntas 17 A Tuntas 18 A- A Tidak Tuntas 18 A- A Tuntas 19 7 A Tuntas Tuntas 19 7 A Tuntas Tuntas A Tuntas 20 A Tuntas 21 A- A Tuntas Tidak 21 A- A Tuntas Tidak A Tuntas Tuntas 22 A Tuntas Tuntas 23 A- A Tidak Tuntas 23 A- A Tidak Tuntas 24 9 A Tuntas Tuntas 24 9 A Tuntas Tuntas A Tuntas 25 A Tuntas A- A A Tuntas A Tuntas 27 A Tuntas 27 A Tuntas 28 A- A Tuntas 28 A- A Tuntas Tuntas Tuntas 29 A Tuntas 29 A Tuntas 30 A- A Tuntas 30 A- A Tidak Tuntas A Tuntas A Tuntas A Tuntas 32 A Tuntas Nilai 13 Rata-rata A ,1 Tuntas Nilai Rata-rata A ,2 Tuntas Nilai Tertinggi Nilai Tertinggi Nilai Terendah A- 60 Nilai Terendah A- 60 Jumlah 14 siswa 14 yang 18 tuntas Tuntas Jumlah 14 siswa yang 18 tuntas Tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas 8 Jumlah siswa yang tidak tuntas 4 Ketuntasan A- 15 klasikal 17 (%): % Tuntas Ketuntasan A- 15 klasikal 17 (%): ,50% Tuntas 15 15

288 LAMPIRAN DAFTAR HASIL BELAJAR ASPEK AFEKTIF NO KODE SISWA SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III NILAI (%) KET. NILAI (%) KET. NILAI (%) KET. 1 A Tuntas 84 Tuntas 56 Tdk. Tuntas 2 A Tdk. Tuntas 84 Tuntas 80 Tuntas 3 A Tuntas 84 Tuntas 92 Tuntas 4 A Tuntas 80 Tuntas 96 Tuntas 5 A Tuntas 92 Tuntas 88 Tuntas 6 A Tdk. Tuntas 84 Tuntas 88 Tuntas 7 A Tuntas 80 Tuntas 84 Tuntas 8 A Tuntas 76 Tuntas 88 Tuntas 9 A Tuntas 76 Tuntas 88 Tuntas 10 A Tuntas 80 Tuntas 52 Tdk. Tuntas 11 A Tdk. Tuntas 56 Tdk. Tuntas 80 Tuntas 12 A Tuntas 76 Tuntas 84 Tuntas 13 A Tuntas 84 Tuntas 84 Tuntas 14 A Tuntas 88 Tuntas 76 Tuntas 15 A Tuntas 80 Tuntas 88 Tuntas 16 A Tuntas 80 Tuntas 92 Tuntas 17 A Tuntas 84 Tuntas 76 Tuntas 18 A Tuntas 84 Tuntas 92 Tuntas 19 A Tdk. Tuntas 88 Tuntas 88 Tuntas 20 A Tuntas 88 Tuntas 92 Tuntas 21 A Tdk. Tuntas 84 Tuntas 88 Tuntas 22 A Tuntas 80 Tuntas 84 Tuntas 23 A Tuntas 92 Tuntas 88 Tuntas 24 A Tuntas 76 Tuntas 76 Tuntas 25 A Tuntas 80 Tuntas 88 Tuntas 26 A Tdk. Tuntas 84 Tuntas 92 Tuntas 27 A Tuntas 56 Tdk. Tuntas 80 Tuntas 28 A Tdk. Tuntas 80 Tuntas 92 Tuntas 29 A Tuntas 56 Tdk. Tuntas 68 Tdk. Tuntas 30 A Tuntas 56 Tdk. Tuntas 92 Tuntas 31 A Tuntas 80 Tuntas 80 Tuntas 32 A Tdk. Tuntas 56 Tdk. Tuntas 88 Tuntas Rata - Rata 76,38 78,38 83,75 Ketuntasan Klasikal (%) 75 84,38 90,63 Nilai Tertinggi Nilai Terendah

289 LAMPIRAN DAFTAR HASIL BELAJAR ASPEK PSIKOMOTOR NO KODE SISWA SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III NILAI (%) KET. NILAI (%) KET. NILAI (%) KET. 1 A Tuntas 92 Tuntas 92 Tuntas 2 A Tdk. Tuntas 64 Tdk. Tuntas 96 Tuntas 3 A Tdk. Tuntas 88 Tuntas 96 Tuntas 4 A Tuntas 96 Tuntas 96 Tuntas 5 A Tuntas 96 Tuntas 88 Tuntas 6 A Tdk. Tuntas 92 Tuntas 92 Tuntas 7 A Tuntas 72 Tdk. Tuntas 84 Tuntas 8 A Tuntas 76 Tuntas 72 Tdk. Tuntas 9 A Tuntas 88 Tuntas 88 Tuntas 10 A Tuntas 84 Tuntas 68 Tdk. Tuntas 11 A Tuntas 72 Tdk. Tuntas 80 Tuntas 12 A Tuntas 96 Tuntas 88 Tuntas 13 A Tuntas 96 Tuntas 88 Tuntas 14 A Tdk. Tuntas 84 Tuntas 88 Tuntas 15 A Tuntas 92 Tuntas 88 Tuntas 16 A Tdk. Tuntas 92 Tuntas 88 Tuntas 17 A Tuntas 80 Tuntas 76 Tuntas 18 A Tuntas 76 Tuntas 88 Tuntas 19 A Tuntas 96 Tuntas 88 Tuntas 20 A Tdk. Tuntas 88 Tuntas 96 Tuntas 21 A Tuntas 72 Tdk. Tuntas 96 Tuntas 22 A Tuntas 92 Tuntas 88 Tuntas 23 A Tuntas 88 Tuntas 84 Tuntas 24 A Tuntas 80 Tuntas 88 Tuntas 25 A Tdk. Tuntas 76 Tuntas 84 Tuntas 26 A Tuntas 80 Tuntas 72 Tdk. Tuntas 27 A Tdk. Tuntas 72 Tdk. Tuntas 80 Tuntas 28 A Tuntas 84 Tuntas 80 Tuntas 29 A Tdk. Tuntas 80 Tuntas 88 Tuntas 30 A Tuntas 80 Tuntas 84 Tuntas 31 A Tuntas 68 Tdk. Tuntas 76 Tuntas 32 A Tuntas 84 Tuntas 80 Tuntas Rata - Rata 82,00 83,63 85,63 Ketuntasan Klasikal (%) 71,88 81,25 90,63 Nilai Tertinggi Nilai Terendah

290 LAMPIRAN KISI KISI UJI COBA ANGKET MINAT DISKUSI No Indikator Sub Indikator Perhatian siswa Penilaian terhadap siswa - Kehadiran dikelas - Kerapian buku catatan - Persiapan menjelang pelajaran atau ulangan - Usaha yang dilakukan siswa ketika nilai ulangan jelek - Usaha untuk mendalami pelajaran fisika - Tanggapan tentang mata pelajaran fisika - Tanggapan tentang cara guru mengajar fisika Soal No favorable unfavorable Jumlah Partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar dan kegiatan diskusi Sikap siswa terhadap tugas guru - Keaktifan siswa - Kesediaan siswa dalam mendengarkan pelajaran - Tanggapan tentang minat siswa terhadap kegiatan berkelompok - Kesediaan siswa dalam melakukan kegiatan diskusi - Minat siswa untuk selalu melakukan diskusi pada mata pelajaran fisika - Bertanya - Menyimak - Menanggapi pendapat - Soal latihan - Kesediaan mengerjakan tugas diskusi - Ketepatan waktu mengumpulkan tugas ,16 18,20, ,17 19,

291 LAMPIRAN UJICOBA ANGKET MINAT DISKUSI SISWA Mata Pelajaran : Fisika Pokok Bahasan : Alat Alat Optik Kelas/Semester : X MIA 2/II Petunjuk : 1. Nyatakan jawaban yang sesuai dengan keadaanmu dengan menulis tanda cek ( ) pada kolom yang tersedia, langsung pada lembar pertanyaan. SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju 2. Jawablah dengan sejujurnya karena jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai raport. No Pernyataan SS S TS STS Saya selalu hadir setiap kali ada pelajaran fisika Saya selalu menjaga buku catatan fisika agar tetap rapi, sehingga mudah dibaca kembali Bila keesokan harinya ada pelajaran fisika, saya selalu membaca buku catatan maupun buku materi pada malam hari Saya hanya akan belajar fisika dengan sungguhsungguh ketika akan ulangan Saya semakin malas belajar fisika ketika mendapat nilai jelek pada saat ulangan Segera setelah pulang sekolah, saya beristirahat sambil mempelajari dan memahami pelajaran fisika yang telah diajarkan guru Pelajaran fisika adalah pelajaran yang menarik Bagi saya, fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dan saya sering merasa tertekan jika menerima pelajaran

292 Guru saya dalam menjelaskan pelajaran fisika dengan runtut dan sesuai kompetensi dasar Saya selalu aktif dan bersemangat jika menerima pelajaran fisika Saya cukup memperhatikan guru mengajar fisika dengan santai dan berdiam diri Saya selalu mendengarkan pada waktu guru menjelaskan materi fisika Saya suka pada kegiatan berkelompok bersama teman teman, baik didalam sekolah maupun diluar sekolah Saya suka melakukan diskusi dikarenakan dengan diskusi membuat saya lebih paham terhadap materi pelajaran Dalam proses pembelajaran, saya lebih suka cukup memperhatikan guru saja daripada melakukan diskusi dikarenakan hanya membuang waktu saja Setelah pembelajaran selesai, saya selalu berdiskusi dengan teman teman tentang materi yang baru saja dijelaskan Setelah pembelajaran selesai, saya lebih suka bersantai dan duduk duduk saja Saya senang jika setiap ada pembelajaran fisika selalu diadakan diskusi Setiap ada pembelajaran fisika, saya lebih suka mendengarkan saja terhadap penjelasan guru Kegiatan diskusi mampu meningkatkan pemahaman saya terhadap materi fisika Saya sulit memahami materi fisika jika melakukan pembelajaran diskusi

293 Kegiatan diskusi dalam pembelajaran fisika mampu meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dan mempererat hubungan persahabaan dengan teman - teman Saya selalu bertanya pada guru maupun rekan diskusi jika belum ada materi yang belum dipahami Saya selalu menyimak dan memperhatikan jika ada teman yang menyampaikan hasil diskusi Dalam kegiatan diskusi, saya selalu menyampaikan pendapat jika ada permasalahan tertentu Dalam kegiatan diskusi, saya lebih suka berdiam diri dan cukup memperhatikan saja Saya selalu menyelesaikan soal-soal latihan fisika yang diberikan guru maupun rekan diskusi. Saya selalu antusias jika mengerjakan persoalan persoalan yang muncul dalam diskusi Saya lebih suka mengandalkan teman yang lebih pandai untuk mengerjakan persoalan persoalan yang muncul dalam diskusi Saya selalu mengumpulkan hasil diskusi dengan tepat waktu dan sesuai arahan guru.

294 Reliabilitas Validitas LAMPIRAN ANALISIS VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET No Kode BUTIR TOTAL Y (Y) 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC x x xy r xy 0,755 0,447 0,598-0,182-0,404 0,707 0,612 0,600 0,617 0,623 0,590 0,767 0,863 0,603 0,541 0,699 0,707 0,584 0,755 0,689 0,655 0,567 0,665 0,582 0,576 0,564 0,592 0,616 0,016 0,644 r tabel 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 0,532 Kriteria valid tidak valid tidak tidak valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid tidak valid Keterangan Dipakai Tidak Dipakai Tidak Tidak Dipakai Dipakai Dipakai DipakaiDipakaiDipakaiDipakai Dipakai Dipakai Dipakai DipakaiDipakaiDipakai Dipakai Dipakai DipakaiDipakai Dipakai DipakaiDipakaiDipakaiDipakaiDipakai Tidak Dipakai k ,959 2 total b 0,168 0,694 0,571 0,694 0,168 0,168 0,781 0,454 0,837 0,352 0,245 0,230 0,230 0,515 0,694 0,230 0,245 0,551 0,311 0,597 0,408 0,515 0,740 0,495 0,204 0,801 0,551 0,551 0,551 0,408 2 b 13,959 r 11 0,913 Kriteria Reliabel

295 LAMPIRAN CONTOH PERHITUNGAN VALIDITAS SOAL Rumus : N XY X Y r xy N X 2 X 2 N Y 2 Y 2 Kriteria : Jika r xy > r tabel maka butir angket dapat dikatakan valid. Berikut perhitungan validitas butir untuk soal no. 1, untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama. No Kode X Y X 2 Y 2 XY 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC Jumlah r xy r xy Pada á = 5% dengan n=14, diperoleh r tabel = 0,532 Karena r xy > r tabel, maka butir soal angket no. 1 adalah valid

296 LAMPIRAN Rumus : CONTOH PERHITUNGAN RELIABILITAS ANGKET 2 k b k 1 t r Kriteria : Apabila r 11 rtabel maka angket tersebut reliabel Perhitungan : 1. Varians total 2 t Y 2 N Y 2 N , Varians butir 2 b 2 b 1 2 b 2 2 b 3 x N x dan seterusnya 2 b 0, ,694 2 N 0,168 0,694 0,571 0, n 13, Koefisien reliabilitas 30 13,959 r ,959 0,9131 Pada 5 % dengan N 14 diperoleh r 0, 532. karena tabel r 11 rtabel maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel

297 LAMPIRAN KISI KISI ANGKET MINAT DISKUSI No Indikator Sub Indikator favorable Soal No unfavorable Jumlah Perhatian siswa Penilaian terhadap siswa - Kehadiran dikelas - Persiapan menjelang pelajaran atau ulangan - Usaha untuk mendalami pelajaran fisika - Tanggapan tentang mata pelajaran fisika - Tanggapan tentang cara guru mengajar fisika Partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar dan kegiatan diskusi Sikap siswa terhadap tugas guru - Keaktifan siswa - Kesediaan siswa dalam mendengarkan pelajaran - Tanggapan tentang minat siswa terhadap kegiatan berkelompok - Kesediaan siswa dalam melakukan kegiatan diskusi - Minat siswa untuk selalu melakukan diskusi pada mata pelajaran fisika - Bertanya - Menyimak - Menanggapi pendapat - Soal latihan - Kesediaan mengerjakan tugas diskusi - Ketepatan waktu mengumpulkan tugas ,13 15,17, ,14 16,

298 LAMPIRAN ANGKET MINAT DISKUSI SISWA Mata Pelajaran Pokok Bahasan Kelas/Semester : Fisika : Alat Alat Optik : X MIA 2/II Petunjuk : 3. Nyatakan jawaban yang sesuai dengan keadaanmu dengan menulis tanda cek ( ) pada kolom yang tersedia, langsung pada lembar pertanyaan. SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju 4. Jawablah dengan sejujurnya karena jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai raport. No Pernyataan SS S TS STS Saya selalu hadir setiap kali ada pelajaran fisika Bila keesokan harinya ada pelajaran fisika, saya selalu membaca buku catatan maupun buku materi pada malam hari Segera setelah pulang sekolah, saya beristirahat sambil mempelajari dan memahami pelajaran fisika yang telah diajarkan guru Pelajaran fisika adalah pelajaran yang menarik Bagi saya, fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dan saya sering merasa tertekan jika menerima pelajaran Guru saya dalam menjelaskan pelajaran fisika dengan runtut dan sesuai kompetensi dasar Saya selalu aktif dan bersemangat jika menerima pelajaran fisika Saya cukup memperhatikan guru mengajar fisika dengan santai dan berdiam diri Saya selalu mendengarkan pada waktu guru menjelaskan materi fisika

299 Saya suka pada kegiatan berkelompok bersama teman teman, baik didalam sekolah maupun diluar sekolah Saya suka melakukan diskusi dikarenakan dengan diskusi membuat saya lebih paham terhadap materi pelajaran Dalam proses pembelajaran, saya lebih suka cukup memperhatikan guru saja daripada melakukan diskusi dikarenakan hanya membuang waktu saja Setelah pembelajaran selesai, saya selalu berdiskusi dengan teman teman tentang materi yang baru saja dijelaskan Setelah pembelajaran selesai, saya lebih suka bersantai dan duduk duduk saja Saya senang jika setiap ada pembelajaran fisika selalu diadakan diskusi Setiap ada pembelajaran fisika, saya lebih suka mendengarkan saja terhadap penjelasan guru Kegiatan diskusi mampu meningkatkan pemahaman saya terhadap materi fisika Saya sulit memahami materi fisika jika melakukan pembelajaran diskusi Kegiatan diskusi dalam pembelajaran fisika mampu meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dan mempererat hubungan persahabaan dengan teman - teman Saya selalu bertanya pada guru maupun rekan diskusi jika belum ada materi yang belum dipahami Saya selalu menyimak dan memperhatikan jika ada teman yang menyampaikan hasil diskusi

300 Dalam kegiatan diskusi, saya selalu menyampaikan pendapat jika ada permasalahan tertentu Dalam kegiatan diskusi, saya lebih suka berdiam diri dan cukup memperhatikan saja Saya selalu menyelesaikan soal-soal latihan fisika yang diberikan guru maupun rekan diskusi. Saya selalu antusias jika mengerjakan persoalan persoalan yang muncul dalam diskusi Saya selalu mengumpulkan hasil diskusi dengan tepat waktu dan sesuai arahan guru.

301 LAMPIRAN DATA AWAL MINAT DISKUSI SISWA KELAS X MIA 2 No Kode BUTIR Siswa TOTAL KATEGORI 1 A kurang berminat 2 A kurang berminat 3 A kurang berminat 4 A berminat 5 A berminat 6 A kurang berminat 7 A kurang berminat 8 A kurang berminat 9 A berminat 10 A kurang berminat 11 A kurang berminat 12 A kurang berminat 13 A tidak berminat 14 A kurang berminat 15 A berminat 16 A berminat 17 A berminat 18 A berminat 19 A tidak berminat 20 A kurang berminat 21 A berminat 22 A kurang berminat 23 A sangat berminat 24 A kurang berminat 25 A kurang berminat 26 A berminat 27 A kurang berminat 28 A berminat 29 A kurang berminat 30 A kurang berminat 31 A sangat berminat 32 A kurang berminat

302 LAMPIRAN DATA MINAT DISKUSI SISWA KELAS X MIA 2 SIKLUS I No Kode BUTIR Siswa TOTAL KATEGORI 1 A berminat 2 A berminat 3 A berminat 4 A sangat berminat 5 A sangat berminat 6 A berminat 7 A berminat 8 A kurang berminat 9 A berminat 10 A berminat 11 A berminat 12 A berminat 13 A berminat 14 A kurang berminat 15 A sangat berminat 16 A berminat 17 A sangat berminat 18 A berminat 19 A sangat berminat 20 A berminat 21 A sangat berminat 22 A kurang berminat 23 A sangat berminat 24 A berminat 25 A berminat 26 A sangat berminat 27 A sangat berminat 28 A berminat 29 A berminat 30 A berminat 31 A sangat berminat 32 A berminat

303 LAMPIRAN DATA MINAT DISKUSI SISWA KELAS X MIA 2 SIKLUS II No Kode BUTIR Siswa TOTAL KATEGORI 1 A sangat berminat 2 A sangat berminat 3 A berminat 4 A berminat 5 A sangat berminat 6 A sangat berminat 7 A sangat berminat 8 A sangat berminat 9 A sangat berminat 10 A sangat berminat 11 A sangat berminat 12 A sangat berminat 13 A sangat berminat 14 A sangat berminat 15 A sangat berminat 16 A sangat berminat 17 A sangat berminat 18 A sangat berminat 19 A sangat berminat 20 A sangat berminat 21 A sangat berminat 22 A sangat berminat 23 A kurang berminat 24 A berminat 25 A sangat berminat 26 A sangat berminat 27 A sangat berminat 28 A sangat berminat 29 A sangat berminat 30 A sangat berminat 31 A sangat berminat 32 A sangat berminat

304 LAMPIRAN DATA MINAT DISKUSI SISWA KELAS X MIA 2 SIKLUS III No Kode BUTIR Siswa TOTAL KATEGORI 1 A sangat berminat 2 A sangat berminat 3 A sangat berminat 4 A sangat berminat 5 A sangat berminat 6 A sangat berminat 7 A sangat berminat 8 A sangat berminat 9 A sangat berminat 10 A sangat berminat 11 A sangat berminat 12 A sangat berminat 13 A sangat berminat 14 A sangat berminat 15 A sangat berminat 16 A sangat berminat 17 A sangat berminat 18 A sangat berminat 19 A sangat berminat 20 A sangat berminat 21 A sangat berminat 22 A sangat berminat 23 A sangat berminat 24 A sangat berminat 25 A sangat berminat 26 A sangat berminat 27 A sangat berminat 28 A sangat berminat 29 A sangat berminat 30 A sangat berminat 31 A sangat berminat 32 A sangat berminat

305 LAMPIRAN TABEL MINAT DISKUSI SISWA KELAS X MIA 2 No Nama Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III 1 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-Rata Prosentase yang Berminat Kategori , ,41 78,25 80,84 37,50% 91% 100% 100% Kurang Berminat berminat sangat berminat sangat berminat

306 LAMPIRAN DATA PENINGKATAN HASIL BELAJAR A. Peningkatan Hasil Belajar Siklus I ke Siklus II Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II dihitung menggunakan rumus gain. Hasil perhitungan ditampilkan pada tabel berikut ini: No Hasil Belajar Nilai Rata - Rata Siklus I Siklus II Angka % Angka % Nilai gain Kategori 1 Kognitif 75,5 75,5 78,1 78,1 11 % Rendah 2 Afektif 19, ,6 78,4 10 % Rendah 3 Psikomotor 20,3 81,2 21,8 87,2 32 % Sedang 4 Minat Diskusi 60,41 58,1 78,25 75,24 41 % Sedang B. Peningkatan Hasil Belajar Siklus II ke Siklus III Peningkatan hasil belajar dari siklus II ke siklus III dihitung menggunakan rumus gain. Hasil perhitungan ditampilkan pada tabel berikut ini: No Hasil Belajar Nilai Rata - Rata Siklus II Siklus III Angka % Angka % Nilai gain Kategori 1 Kognitif 78,1 78,1 82,2 82,2 20 % Rendah 2 Afektif 19,6 78,4 20, % Sedang 3 Psikomotor 21,8 87, % Sedang 4 Minat Diskusi 78,25 75,2 80,84 77,8 13 % Rendah

307 LAMPIRAN CONTOH PERHITUNGAN UJI GAIN Rumus yang digunakan: Kriteria: Simbol dan masing-masing menyatakan skor rata rata Siklus I dan skor rata rata Siklus II maupun skor rata rata Siklus II dan skor rata rata Siklus III yang dinyatakan dalam persen. Besarnya faktor g dikategorikan sebagai berikut: Tinggi : (<g>) > 0,7 atau jika dinyatakan dalam persen (<g>) > 70% Sedang: 0,3 (< g>) 0,7 atau jika dinyatakan dalam persen 30% (<g>) 70% Rendah: (<g>) < 0,3 atau jika dinyatakan dalam persen (<g>) < 30% Perhitungan: Berikut perhitungan uji gain untuk peningkatan hasil belajar kognitif siklus I ke siklus II. Perhitungan hasil belajar yang lain dihitung dengan cara yang sama. Diketahui hasil belajar kognitif siswa siklus I sebagai berikut: No Kode Skor Persentase (S = R) (%) Nilai 1 A A A A A A A A A A A A A A A

308 A A A A A A A A A A A A A A A A A Rata - Rata 75,5 75,5 Sedangkan hasil belajar kognitif siswa siklus II sebagai berikut: No Kode Skor Persentase (S = R) (%) Nilai 1 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

309 A A A A A A A A A A A A Nilai Rata - Rata 78,1 78,1 Berdasarkan kriteria, nilai <g> tersebut menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif dari siklus I ke siklus II termasuk dalam kategori rendah.

310 279

311 LAMPIRAN FOTO FOTO Siswa kelas X MIA 2 mengisi angket masalah Siswa kelas X MIA 2 mengisi angket masalah Mengikuti pembelajaran di kelas X MIA 2 Mengikuti pembelajaran di kelas X MIA 2 Kegiatan uji coba soal di SMA Negeri Mirit Kegiatan uji coba soal di SMA Negeri Mirit

312 280 Siswa mengisi angket minat diskusi untuk Mengetahui minat diskusi awal Kegiatan memotivasi Kegiatan memotivasi Mengamati siswa berdiskusi Peneliti memberikan kesimpulan Siswa melakukan presentasi

313 281 Observer mengamati kegiatan siswa Membagikan tes evaluasi dan angket di akhir pembelajaran Kelompok Tim Ahli melakukan presentasi dan tanya jawab Kegiatan pembelajaran Observer mengamati siswa dan mengisi lembar observasi Tim penelitian foto bersama siswa

314 282

315 283

316 284

317 285

318 286

319 287

320 288

Website: ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/pelangi. Husna STKIP PGRI Sumatera Barat

Website: ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/pelangi. Husna STKIP PGRI Sumatera Barat Vol. 3 No.2 Juni 2011 (187-200) http://dx.doi.org/10.22202/jp.2011.v3i2.30 Website: ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/pelangi PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DISERTAI TUGAS AWAL TERHADAP

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DISERTAI TUGAS AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 8 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DISERTAI TUGAS AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 8 PADANG PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DISERTAI TUGAS AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 8 PADANG HUSNA* ABSTRACT The problems in this research is the students Physic learning

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Wardah Rahmawati

SKRIPSI. Oleh: Wardah Rahmawati PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SPICS (STUDENT CENTERED, PROBLEM BASED, INTEREST, CONFIDENT AND SATISFACTION) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA (KELAS X D SMA NEGERI 2 TANGGUL JEMBER) SKRIPSI

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS dengan Pendekatan CTL terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMPN 1 Padang

Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS dengan Pendekatan CTL terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMPN 1 Padang Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS dengan Pendekatan CTL terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMPN 1 Padang Ardi *), Ramadhan Sumarmin *), Friska

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Kebutuhan itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Kebutuhan itu 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Kebutuhan itu sendiri ialah segala sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia dan apabila tidak terpenuhi maka

Lebih terperinci

SISWA KELAS III SDN LENGKONG 04 JEMBER SKRIPSI

SISWA KELAS III SDN LENGKONG 04 JEMBER SKRIPSI MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN UANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT AND SATISFACTION) SISWA KELAS III SDN LENGKONG 04 JEMBER

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DISERTAI TEHNIK PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS DI KELAS

Lebih terperinci

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN PADA MATERI AJAR KONSEP ZAT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, DAN SATISFACTION) Noorhidayati,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

Novi Arrum Mustika SMP Negeri 2 Bungkal. Erika Eka Santi M.Si Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Novi Arrum Mustika SMP Negeri 2 Bungkal. Erika Eka Santi M.Si Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERAPAN MODEL ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION (ARIAS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BUNGKAL Novi

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION Fatma Rahma Devi SMA Islamic Centre Demak Email : d_phisycs@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan seseorang akan terhindar

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, AND SATISFACTION)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, AND SATISFACTION) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, AND SATISFACTION) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA 4 MAN 1 JEMBER Nur Amida Kriana

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DALAM UPAYA DALAM MATERI AJAR PENGGABUNGAN FOTOGRAFI DIGITAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DALAM UPAYA DALAM MATERI AJAR PENGGABUNGAN FOTOGRAFI DIGITAL Dinamika Vol. 5, No. 1, Juli 2014 ISSN 0854-2172 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DALAM UPAYA DALAM MATERI AJAR PENGGABUNGAN FOTOGRAFI DIGITAL Uthiya Rahma Mardlatika 1, Sutarno 2, Rahmawan Hatmantrika

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

Kata Kunci: model pembelajaran ARIAS, aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa

Kata Kunci: model pembelajaran ARIAS, aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa 31 Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas III B SDN Patrang 02 Jember pada Pokok Bahasan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATON

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATON UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATON (GI) PADA MATERI HIDROLISIS KELAS XI MIA 1 SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERINTEGRASI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERINTEGRASI 30 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2 No.1 Januari 2017, 30-35 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERINTEGRASI Nafilah Risha,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DALAM MATERI HIMPUNAN. 1. Asal mula dan pengertian model ARIAS

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DALAM MATERI HIMPUNAN. 1. Asal mula dan pengertian model ARIAS BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DALAM MATERI HIMPUNAN A. Model Pembelajaran ARIAS 1. Asal mula dan pengertian model ARIAS Model ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS (Suryati dkk, 2013:

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin. Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran ARIAS, konsep zat.

Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin. Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran ARIAS, konsep zat. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN PADA MATERI AJAR KONSEP ZAT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, DAN SATISFACTION) Noorhidayati,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN METAKOGNISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X-MIA 2 SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN METAKOGNISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X-MIA 2 SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN METAKOGNISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X-MIA 2 SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: ANGGRAENI ROSITA DAMAYANTI K4311009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah, I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Untuk memberikan arah pembahasan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asesmen adalah aspek yang sangat penting dalam pembelajaran. Asesmen

BAB I PENDAHULUAN. Asesmen adalah aspek yang sangat penting dalam pembelajaran. Asesmen 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asesmen adalah aspek yang sangat penting dalam pembelajaran. Asesmen merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan

Lebih terperinci

PENINGKATAN ACADEMIC SKILL

PENINGKATAN ACADEMIC SKILL PENINGKATAN ACADEMIC SKILL DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, AND SATISFACTION) SISWA KELAS VII SMP ISLAM AL-MA ARIF REJOAGUNG SRONO

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT DAN SATISFACTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR JURNAL.

PENERAPAN MODEL ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT DAN SATISFACTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR JURNAL. PENERAPAN MODEL ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT DAN SATISFACTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR JURNAL Oleh OKTAVI WINATA SARI A. SUDIRMAN SISWANTORO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA Skripsi Oleh: Gilang Ramadhan K 2310046 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN MEDIA MOVIE MAKER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 18 BANDA ACEH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN MEDIA MOVIE MAKER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 18 BANDA ACEH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN MEDIA MOVIE MAKER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 18 BANDA ACEH Musfadli Ridha 1, A. Wahab Abdi 2, Amsal Amri 3 1 Email:

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Azmy Juhayla NIM

SKRIPSI. Oleh: Azmy Juhayla NIM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESMENT, SATISFACTION) UNTUK MENGURANGI KESALAHAN MENYELESAIKANSOAL KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 JEMBER

Lebih terperinci

Ismul Mauludin Al Habib Dosen Prodi Pendidikan Biologi IKIP PGRI Jember Yuni Indrawati Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi IKIP PGRI Jember

Ismul Mauludin Al Habib Dosen Prodi Pendidikan Biologi IKIP PGRI Jember Yuni Indrawati Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi IKIP PGRI Jember MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ARIAS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-C KOMPETENSI DASAR MENGIDENTIFIKASI CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP DI SMP NEGERI 1 MANGA- RAN TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING REALITAS UNTUK MENGATASI RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII B SMP 3 BAE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING REALITAS UNTUK MENGATASI RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII B SMP 3 BAE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING REALITAS UNTUK MENGATASI RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII B SMP 3 BAE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh YENI VERAYANTI NIM. 200831091 PROGRAM STUDI BIMBINGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses yang komplek yang

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN RASA TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO DI KELAS V SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Cicik Indrayati NIM

SKRIPSI. Oleh Cicik Indrayati NIM P E N I N G K A T A N A K T I V I T A S D A N H A S I L B E L A J A R IPA POKOK BAHASAN GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KALIREJO KECAMATAN SUMBERMALANG

Lebih terperinci

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung PENERAPAN MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN KENDALREJO 01 KECAMATAN TALUN KABUPATEN BLITAR Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI

Lebih terperinci

Rosita et al., Implementasi Model Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction... ABSTRAK ABSTRACT

Rosita et al., Implementasi Model Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction... ABSTRAK ABSTRACT 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION (ARCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH PESERTA DIDIK KELAS XI IPS 3 DI SMAN AMBULU SEMESTER GENAP TAHUN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SEJARAH PESERTA DIDIK KELAS XH MAN 2 JEMBER TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh Alfianita Imansari NIM 100210302076

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Benni Hartati NIM

SKRIPSI. Oleh Benni Hartati NIM KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

Lukluk Ibana 1, Pujiastuti 2, Iis Nur Asyiah 3 PENDAHULUAN

Lukluk Ibana 1, Pujiastuti 2, Iis Nur Asyiah 3 PENDAHULUAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 4 JEMBER TAHUN AJARAN 2012/2013 Lukluk Ibana 1, Pujiastuti

Lebih terperinci

REMIDIASI PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL TALKING CHIP

REMIDIASI PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL TALKING CHIP REMIDIASI PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL TALKING CHIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA KELAS X-MIA MATERI ALAT OPTIK SMA NEGERI 2 SURAKARTA Skripsi Oleh: Yosan Setyo Utomo K2311087 FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KAUMAN LOR 01 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION (ARIAS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BUNGKAL TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

JPF Volume 2 Nomor 2 ISSN: ABSTRAK

JPF Volume 2 Nomor 2 ISSN: ABSTRAK JPF Volume 2 Nomor 2 ISSN: 2302-8939 147 Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevan, Interest, Assessment, Satisfaction) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas VII

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP SIKAP RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI 3 TIPARKIDUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Seting dan Karateristik Subjek Penelitian 4.1.1 Seting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV pada Semester I tahun 2012/2013 SDN Sukoharjo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER (LT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK LEMBAGA SOSIAL KELAS XII IPS 2 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DENGAN MEDIA FLASHCARD UNTUK MENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 PURWOHARJO- BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 (Pokok Bahasan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY DENGAN KARTU KONSEP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY DENGAN KARTU KONSEP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY DENGAN KARTU KONSEP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI (Siswa Kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA Negeri 1 Sampang Tahun Ajaran 2009/2010)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan Undang Undang nomor 20 tahun

Lebih terperinci

Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Motivasi di MAN Blangpidie

Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Motivasi di MAN Blangpidie Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Motivasi di MAN Blangpidie The Use of Problem Based Learning (PBL) Model to Improve The Motivation in MAN Blangpidie Samsulimi

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS (Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi di Indonesia Pada Siswa Kelas V Semester Ganjil SDN Rambipuji

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan oleh : NOVIANA RAHMAWATI A

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan oleh : NOVIANA RAHMAWATI A PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INSTRUKSI LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA (PTK bagi Siswa Kelas VIII Semester Genap di SMP IT Nur Hidayah Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS. ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS. ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Baik itu pendidikan formal yang biasa dilakukan oleh lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Baik itu pendidikan formal yang biasa dilakukan oleh lembagalembaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan siswa, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi

Lebih terperinci

Oleh : RISKA DWI JAYANTI Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : RISKA DWI JAYANTI Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 1 BADEGAN Oleh : RISKA DWI JAYANTI 12321545 Skripsi ini

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Isnaeni Rahayu NIM

SKRIPSI. Oleh Isnaeni Rahayu NIM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN PERUBAHAN BENDA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI DI SDN TEGALGEDE 02 JEMBER SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Lebih terperinci

Lutfi Nur Zakyah 1, Herawati Susilo 2, Triastono Imam Prasetyo 3 Universitas Negeri Malang

Lutfi Nur Zakyah 1, Herawati Susilo 2, Triastono Imam Prasetyo 3 Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING (PP) DIPADU PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X IPA 5 SMAN 7 MALANG Lutfi

Lebih terperinci

REMEDIASI DENGAN METODE PEER TUTORING

REMEDIASI DENGAN METODE PEER TUTORING REMEDIASI DENGAN METODE PEER TUTORING BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA ASPEK KOGNITIF MATERI SUHU DAN KALOR KELAS X SMA NEGERI 3 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: Maida Khoirina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu sosial, ekonomi, budaya, bisnis, bahkan pendidikan. Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. baik itu sosial, ekonomi, budaya, bisnis, bahkan pendidikan. Pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan kehidupan modern saat ini. Teknologi informasi dan komunikasi

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 KARANGANYAR SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Diantara banyak siswa menganggap mata pelajaran fisika adalah satu bidang

1. PENDAHULUAN. Diantara banyak siswa menganggap mata pelajaran fisika adalah satu bidang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah mata pelajaran yang di anggap sulit oleh siswa, kebanyakan dari mereka memperoleh hasil belajar yang rendah untuk mata pelajaran ini. Diantara banyak

Lebih terperinci

SKRIPSI SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

SKRIPSI SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. PENINGKATAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI 1 PANUNGGALAN SKRIPSI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI GAYA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN (JOYFULL LEARNING) PADA SISWA KELAS VIII B SMPLB YPSLB-C KERTEN SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyenangkan dan berpusat pada siswa semestinya harus selalu dilakukan seorang guru. Siswa antusias mengacungkan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PERBANDINGAN ANTARA METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN AJAR DIGITAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN BAHAN AJAR DIGITAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PENGGUNAAN BAHAN AJAR DIGITAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kasus Pada Siswa Kelas X-E Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Tindakan Ekonomi

Lebih terperinci

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) DENGAN METODE PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh Siti Istiqomah NIM SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh Siti Istiqomah NIM SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS V SD N KRANDON LOR 02 KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2011-2012 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY DENGAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI-IIS 6 SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP DENGAN AUTHENTIC ASSESSMENT TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI (Siswa kelas X semester genap SMA Negeri 5 Jember tahun ajaran 2011/2012) SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA REMEDIASI PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN ASPEK KOGNITIF SISWA PADA MATERI POKOK ELASTISITAS KELAS X SMAN 8 SURAKARTA Skripsi Oleh: Bariqul Amalia Nisa K2311011

Lebih terperinci

CHANDRA SETIAWAN NIM.

CHANDRA SETIAWAN NIM. PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN DALAM MEMENUHI TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB SEBAGAI SISWA DI SMA 1 JEKULO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Muria

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Nur Farida Ulfa NIM

SKRIPSI. Oleh Nur Farida Ulfa NIM PENGARUH PENGGUNAAN RANGKUMAN MATERI SEBAGAI LIRIK LAGU PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 CLURING BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Nur Farida Ulfa NIM 060210103298

Lebih terperinci

SKRIPSI. diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh APRILIA DWI PUTRI

SKRIPSI. diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh APRILIA DWI PUTRI PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION) PADA KELAS IV SDN MANGUNSARI 07 KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Miyas Septi Adi Asri NIM

SKRIPSI. Oleh Miyas Septi Adi Asri NIM PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN PENGOLAHAN DATA SISWA KELAS VI B SDN BANGSALSARI 03 SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN HADIAH (REWARD)

PENGARUH PEMBERIAN HADIAH (REWARD) PENGARUH PEMBERIAN HADIAH (REWARD) TERHADAP KEAKTIFAN SISWA MENJAWAB PERTANYAAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 NGRANDAH KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER GENAP TAHUN

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMAN 1 KENCONG SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan sebagai tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Program Studi Pendidikan Matematika.

SKRIPSI Diajukan sebagai tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Program Studi Pendidikan Matematika. PEMBELAJARAN MODEL ARIAS DENGAN AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR OPERASI BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL DI MTs NEGERI GENTENG SKRIPSI Diajukan sebagai tugas akhir

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPE CIRC (COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPE CIRC (COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION) PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPE CIRC (COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 5 SD NEGERI SURUH 02 KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SMP NEGERI 1 PAKUSARI JEMBER SKRIPSI Oleh Candra

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : NURUL AZIZAH NIM : Drs. Alex Harijanto, M.Si

SKRIPSI. Oleh : NURUL AZIZAH NIM : Drs. Alex Harijanto, M.Si PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X.C DI MAN 2 JEMBER TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : NURUL AZIZAH NIM.080210192018

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEAKTIFAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, DAN SATISFACTION)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, DAN SATISFACTION) MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, DAN SATISFACTION) Nurfitri Purnamasari, Zainuddin, dan Suyidno Pendidikan Fisika FKIP Unlam,

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai tempat, waktu dan subjek penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun mengenai hal tersebut

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) MATERI PROGRAM LINEAR SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBASIS TIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS II SD NEGERI 1 KARANGTANJUNG Syifa Khoerunnisa, Susilailiy Rahmawati, Muhamad Chamdani Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TERHADAP SIKAP RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KEBANGGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat. Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : AJENG DEWI WULANDARI ( )

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat. Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : AJENG DEWI WULANDARI ( ) UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THE POWER OF TWO PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI PATIKRAJA SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci