PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI"

Transkripsi

1 1 TESIS PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI SAYU MADE PARWATI NIM. 1NI PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

2 2 TESIS PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI SAYU MADE PARWATI NIM NIM. 1NI PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

3 3 PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana SAYU MADE PARWATI NIM NIM. 1NI391661LEH 035 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii

4 4 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 25 MEI 2015 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, M.Si NIP Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, M.Si.,Ak. NIP Mengetahui Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. NIP Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP iii

5 5 Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 25 Mei 2015 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, Nomor :1452/UN14.4/HK/2015, Tanggal 21 Mei 2015 Ketua Sekretaris : Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, M.Si : Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, M.Si.,Ak. Anggota : 1. Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, SE, M.Si.Ak. 2. Dr. I Ketut Budiartha, SE, M.Si.Ak. 3. Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE, M.Si. Ak. iv

6 6 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH MAHASISWA Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Sayu Made Parwati NIM : Program Studi Judul Tesis : Magister Akuntansi : Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran di Kabupaten/Kota se-bali Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah saya merupakan hasil karya sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat plagiasi dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 25 Mei 2015 Mahasiswa Sayu Made Parwati NIM v

7 7 UCAPAN TERIMA KASIH Pertama tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kerta wara nugraha-nya, tesis ini yang berjudul Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran di Kabupaten/Kota se-bali dapat diselesaikan tepat waktu. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia c.q. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Bali yang telah memberikan bantuan finansial dalam bentuk beasiswa penuh melalui program STAR-BPKP. 2. Pemerintah Kabupaten Tabanan atas ijin dan dukungan material dalam bentuk dana penunjang penyusunan tesis sehingga meringankan beban penulis dalam menyelesaikan studi ini. 3. Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, M.Si, pembimbing utama yang dengan sabar memberikan motivasi, bimbingan dan saran selama persiapan dan pelaksanaan penelitian serta penyelesaian penyusunan tesis. 4. Dr. Ida Bagus Putra Astika, S.E., M.Si., Ak., pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah membimbing dan mengarahkan penulis. 5. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD., atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Akuntansi di Universitas Udayana. 6. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. vi

8 8 7. Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, S.E., M.S., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program Magister. 8. Dr. A.A.G.P. Widanaputra, S.E., M.Si., Ak., Ketua Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak., Ketua Program Studi Magister Akuntansi atas dukungan, arahan dan bimbingannya selama mengikuti perkuliahan. 9. Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, SE, M.Si.Ak., Dr. I Ketut Budiartha, SE, M.Si.Ak., dan Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE, M.Si. Ak., selaku penguji tesis yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. 10. Seluruh dosen yang telah membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan dan staf administrasi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan kuliah serta rekan-rekan mahasiswa MAKSI STAR-BPKP Angkatan I atas kebersamaan, kekeluargaan serta dukungannya selama perkuliahan. 11. Kedua orang tua yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, (alm) bapak mertua dan ibu mertua atas dukungan morilnya kepada penulis. 12. Suami tercinta I Made Ariono, S.Kom serta kedua putraku tersayang I Gede Krisnha Kusuma Mahayana dan I Made Pramana Adinata, yang dengan segala kesabaran, pengorbanan dan ketulusan serta dukungan sepenuh hati sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan kebahagiaan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. vii

9 9 ABSTRAK PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan proses politis yang melibatkan legislatif dan eksekutif. Fenomena perilaku penyusun anggaran yang memasukkan self-interest serta kepentingan kelompoknya dalam alokasi belanja APBD menjadi hal yang menarik untuk diteliti dari sudut pandang teori keagenan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh PAD, DAU dan SiLPA pada perilaku oportunistik penyusun anggaran di Kabupaten/Kota se-bali. Penelitian dilakukan di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota se -Bali dengan menggunakan data sekunder runtut waktu ( time series) dari APBD Kabupaten/Kota tahun 2010 sampai 2014 dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel PAD, DAU dan SiLPA berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Perubahan jumlah PAD, DAU dan SiLPA akan mempengaruhi peningkatan perilaku penyusun anggaran yang dilihat dari perubahan spread belanja sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur, hibah dan bansos. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah daerah untuk perbaikan dalam penyusunan anggaran. Selanjutnya disarankan bagi penelitian mendatang agar menambah variabel independen seperti pinjaman daerah yang belum dapat.dikembangkan pada penelitian ini karena keterbatasan data serta mengembangkan kuesioner untuk mendalami persepsi pihak yang terlibat pada penyusunan anggaran. Kata Kunci : PAD, DAU, SiLPA, Perilaku Oportunistik. viii

10 10 ABSTRACK OPORTUNISTIC BEHAVIOUR-BUDGETING IN THE REGENCY/MUNICIPAL IN BALI Preparation of APBD is a political process that involves legislative and executive. Budgeting behavioral phenomena that includes self-interest and group interest in the allocation of budget expenditures be an interesting to be examined from the perspective of agency theory. The objectives of this research are to get the empirical evidence related to the influence of PAD, DAU and SiLPA on opportunistic behavior of the budget framer in the Regency/Municipal of Bali. The research was conducted in 9 ( nine) Regency/Municipal in Bali by using time series data obtained from the Regency/Municipal APBD from 2010 to 2014, analyze by multiple linear regression. The research results shows that the variable PAD, DAU and SiLPA has positive influenced opportunistic behavior budgeting. Changes the amount of PAD, DAU and SiLPA influence increased budgeting behavior seen from a particular sector expenditure spread of education, health, infrastructure, grant and social assistance. This research suggested that local government can improve infrastructure of local financial management. It is suggested for subsequent researchers could add independent variables such as loan that cannot be explore in this research because the limited of data and use questionnaire to measure the perception of budgeting framer. Keyword : PAD, DAU, SiLPA and Opportunistic Behavior Budgeting, Agency Theory. ix

11 11 RINGKASAN PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE- BALI Proses penyusunan APBD merupakan tahapan politis yang melibatkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) selaku legislatif dan Kepala Daerah beserta jajarannya selaku eksekutif. Implikasi penerapan teori keagenan pada penyusunan anggaran dapat menimbulkan hal positif dalam bentuk efisiensi, tetapi lebih banyak yang menimbulkan hal negatif dalam bentuk perilaku opportunistik (Latifah, 2010). Permasalahan pada penyusunan anggaran timbul ketika pihak pihak yang terlibat berupaya untuk memanfaatkan peluang agar kepentingan pribadi dan kelompoknya dapat diakomodir dalam APBD. Kebijakan anggaran menjadi menjadi ajang perebutan kepentingan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, legislatif, partai politik, pengusaha, organisasi masyarakat, maupun rakyat kecil (Sujaie, 2013). Fenomena perilaku penyusun anggaran sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut, karena meskipun aturan formal tentang mekanisme penyusunan APBD telah dirancang sedemikian rupa, namun pada prakteknya masih terjadi beberapa penyimpangan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris terdapat pengaruh positif PAD, DAU dan SiLPA pada perilaku oportunistik penyusun anggaran di Kabupaten/Kota se-bali. Penelitian dilakukan di 9 (Sembilan) Kabupat en/kota se-bali dengan menggunakan data sekunder runtut waktu (time series) dari tahun yang bersumber dari Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS) Bali dan situs Direktorat Jendral Keuangan Daerah Kementerian Keuangan. Data tersebut meliputi PAD, DAU, SiLPA, belanja sektoral untuk belanja pendidikan, kesehatan, PU, hibah dan bansos. Adapun variabel penelitian terdiri dari PAD (X 1 ), DAU(X 2 ), SiLPA(X 3 ) dan Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (Y). Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan model Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e. Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala multikoloniearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi serta model regresi memiliki distribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji ketepatan model ( goodness of fit) dengan melihat nilai koefisien determinasi (R 2 ), hasil uji F dan uji t. Uji asumsi klasik menyatakan bahwa model regresi yang digunakan berdistribusi normal, tidak terjadi multikoloniearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil pengujian goodness of fit menunjukkan bahwa model sudah fit dilihat dari koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,834 yang berarti bahwa 83,4 % variasi OPA dijelaskan oleh variasi PAD, DAU dan SiLPA, sedangkan sisanya sebesar 16,6% dijelaskan faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Hasil uji F memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05, serta uji t pada nilai signifikansi dibawah α (0,05). Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = -4938, ,277 X 1 + 0,446 X 2 + 0,308 X 3, yang mempunyai makna: (1) x

12 12 konstanta sebesar -4938,880 berarti bahwa apabila variabel PAD (X 1 ), DAU (X 2 ) dan SiLPA (X 3 ) konstan maka OPA cenderung menurun sebesar nilai konstanta ,880; (2) koefisien X 1 sebesar 0,277 berarti bahwa apabila variabel PAD (X 1 ) meningkat sebesar satu satuan (dengan asumsi variabel lain konstan), maka OPA akan meningkat sebesar 0,277; (3) koefisien X 2 sebesar 0,446 berarti bahwa apabila variabel DAU (X 2 ) meningkat sebesar satu satuan (dengan asumsi variabel lain konstan), maka OPA akan meningkat sebesar 0,446; (4) koefisien X3 sebesar 0,308 berarti bahwa apabila variabel SiLPA (X3) meningkat sebesar satu satuan (dengan asumsi variabel lain konstan), maka OPA akan meningkat sebesar 0,308. Hipotesis pertama menguji pengaruh positif PAD pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Nilai koefisien beta (β 1 ) sebesar 0,277 dengan nilai signifikansi 0,000, menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan pada OPA. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H 1 tidak dapat ditolak yaitu PAD berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Pengujian hipotesis kedua yaitu terdapat pengaruh positif DAU pada perilaku oportunistik penyusun anggaran menunjukkan nilai koefisien beta (β 2 ) sebesar 0,446 dengan nilai signifikansi 0,000. Simpulan yang dapat diambil sesuai hasil analisis tersebut adalah H 2 tidak dapat ditolak yaitu DAU berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Hipotesis ketiga menguji pengaruh positif SiLPA pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Nilai koefisien beta (β 3 ) untuk variabel SiLPA sebesar 0,308 dengan nilai signifikansi 0,004. Nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga tidak dapat ditolak yaitu SiLPA berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa PAD, DAU dan SiLPA berpengaruh pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Pemerintah Daerah hendaknya lebih meningkatkan kualitas penyusunan anggaran dengan mengutamakan alokasi belanja sesuai kebutuhan masyarakat, transparansi anggaran serta menerapkan pengawasan mulai dari proses perencanaan anggaran. Disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang berpengaruh terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran, seperti pinjaman daerah yang belum dapat dikembangkan pada penelitian ini karena keterbatasan data yang tersedia serta mengembangkan suatu daftar pertanyaan lengkap (kuisioner) yang dapat mengukur persepsi pihak - pihak yang terlibat pada penyusunan anggaran. Memperbaiki pengukuran nilai OPA dengan lebih fokus pada sektor yang memiliki belanja langsung dengan nilai yang besar, mengingat kecenderungan OPA terjadi pada belanja langsung dibandingkan belanja tidak langsung. xi

13 13 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACK... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi viii ix x xii xiv xv xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan Keagenan Antara Eksekutif dan Legislatif Hubungan Keagenan Antara Legislatif dan Publik Problem Keagenan (Agency Problem) Aspek Keperilakuan dalam Penganggaran Perilaku Oportunistik pada Penyusunan Anggaran Konsep Anggaran Sektor Publik Penelitian Terdahulu BAB III RERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN Rerangka Berpikir Rerangka Konsep Penelitian Hipotesis Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Penentuan Sumber Data xii

14 Variabel Penelitian Variabel Dependen Variabel Independen Analisis Data Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas Residual Uji Multikoloniearitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Analisis Regresi Uji Goodness of fit dan Pengujian Hipotesis Uji Koefisien Determinasi Uji F Uji t BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum APBD Kabupaten/Kota se-bali Deskripsi Statistik Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Residual Uji Multikoloniearitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Uji Goodness of fit dan Pengujian Hipotesis Uji Koefisien Determinasi Uji F Uji t Persamaan Regresi Uji Hipotesis Pembahasan PAD Berpengaruh Positif pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran DAU Berpengaruh Positif pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran SiLPA Berpengaruh Positif pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

15 15 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Kolmogorov Smirnov Test Tabel 5.3 Hasil Uji Multikoloniearitas Tabel 5.4 Hasil Uji Glejser Tabel 5.5 Hasil Analisis Regresi xiv

16 16 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Halaman Fluktuasi Anggaran Hibah dan Bansos Kabupaten/Kota di Bali Tahun Gambar 3.1. Rerangka Berpikir Gambar 3.2 Rerangka Konsep Penelitian Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Peningkatan PAD, DAU dan SiLPA Kabupaten/Kota se- Bali Tahun Fluktuasi Rasio Belanja Pendidikan pada APBD Kabupaten/Kota se- Bali Tahun Fluktuasi Rasio Belanja Infrastruktur pada APBD Kabupaten/Kota se- Bali Tahun Gambar 5.4 Scaterplot xv

17 17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Lampiran 2 Lampiran 3 Data PAD, DAU dan SiLPA Kabupaten/Kota se-bali Tahun Data Belanja Sektor Pendidikan, Kesehatan, PU, Hibah dan Bansos Kabupaten/Kota se-bali Tahun Lampiran 4 Perhitungan Spread PAD, DAU, SiLPA dan OPA Lampiran 5 Data Rasio Belanja Kabupaten/Kota se-bali Tahun Lampiran 6 Data Spread APBD Kabupaten/Kota Tahun Lampiran 7 Statistik Deskriptif Lampiran 8 Hasil Uji Asumsi Klasik Lampiran 9 Hasil Analisis Regresi Lampiran 10 Tabel Durbin Watson xvi

18 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program program yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Anggaran merupakan alat utama bagi pemerintah untuk melaksanakan semua kewajiban dan kebijakannya yang dituangkan dalam bentuk rencana - rencana konkrit dan terintegrasi (Kamaliah dkk., 2010). Rencana kebutuhan yang harus diakomodir dalam APBD relatif banyak, sementara sumber daya yang tersedia relatif terbatas. Kondisi ini membutuhkan ketelitian dan ketepatan penyusun anggaran untuk memilih prioritas kebutuhan yang lebih mendesak untuk dianggarkan diantara sekian banyak kebutuhan yang ada. Mekanisme penyusunan APBD mengacu pada ketentuan perundangan yang telah ditetapkan pemerintah. Implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah membawa perubahan yang cukup besar pada tata kelola pemerintahan di daerah. Perubahan ini juga berimbas pada proses penyusunan anggaran daerah. Proses penyusunan APBD merupakan tahapan politis yang melibatkan DPRD selaku legislatif dan Kepala Daerah beserta jajarannya selaku eksekutif (Mardiasmo, 2005). 1

19 2 Ditinjau dari teori keagenan, proses penyusunan APBD merupakan tindak lanjut dari kontrak antara principal dan agents. DPRD selaku agen dari masyarakat yang telah memilih (voters), diberikan mandat untuk memperjuangkan kebutuhan masyarakat guna peningkatan kesejahteraan, agar dapat diakomodir dalam APBD (Lupia and McCubbins, 2000; Andvig et al., 2001, Hagen, 2002). Demikian pula eksekutif selaku agen dari legislatif diharapkan mengusulkan anggaran sesuai kebutuhan riil dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan tujuan akhir kesejahteraan rakyat (Halim dan Abdullah, 2006; Latifah, 2010; Abdullah, 2012). Implikasi penerapan teori keagenan pada penyusunan anggaran dapat menimbulkan hal positif dalam bentuk efisiensi, tetapi lebih banyak yang menimbulkan hal negatif dalam bentuk perilaku oportunistik (Latifah, 2010). Adanya asimetri informasi antara eksekutif dengan legislatif dan legislatif dengan pemilih menyebabkan terbukanya ruang bagi terjadinya perilaku oportunistik dalam proses penyusunan anggaran (Halim dan Abdullah, 2006; Bartolini and Santolini, 2009; Maria, 2009; Sularso dkk., 2014). Permasalahan pada penyusunan anggaran timbul ketika pihak pihak yang terlibat berupaya untuk memanfaatkan peluang agar kepentingan pribadi dan kelompoknya dapat diakomodir dalam APBD (Raghun andan et al., 2012; Suryarini, 2012; Radebe and Radebe, 2014). Kebijakan anggaran menjadi ajang perebutan kepentingan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, legislatif, partai politik, pengusaha, organisasi masyarakat, maupun rakyat kecil (Sujaie, 2013). Berbagai modus perilaku oportunistik yang sering terjadi seperti menetapkan

20 3 alokasi anggaran yang dimodifikasi untuk memenuhi kepentingan politik dan kepentingan individu, memasukkan usulan proyek-proyek besar yang menguntungkan salah satu pihak dalam perencanaan anggaran, serta sikap cenderung lebih memperjuangkan realisasi penetapan anggaran atas proyekproyek yang mudah dikorupsi dengan harapan mendapatkan kompensasi fee project yang cukup besar (Jumaidi, 2014). Penelitian Sujaie (2013) menunjukkan bahwa praktek perilaku oportunistik eksekutif dalam kebijakan anggaran terjadi karena dua faktor pendorong: Pertama, anggapan bahwa eksekutif merupakan pelaksana semua fungsi pemerintah daerah yang telah berhubungan langsung dengan masyarakat dalam waktu sangat lama; dan Kedua, eksekutif mempunyai akses informasi yang besar dalam konteks penyusunan anggaran. Sedangkan perilaku oportunistik legislatif didorong oleh adanya keunggulan kekuasaan (discretionary power) dalam konteks memutuskan anggaran. Faktor inilah yang mendorong legislatif untuk melakukan; Pertama, berusaha memengaruhi eksekutif untuk memaksimumkan anggaran pada program-program tertentu yang dapat memuluskan jalan bagi seorang legislator untuk dapat terpilih kembali dalam pemilu berikutnya; Kedua, mendorong eksekutif untuk mengajukan anggaran yang dapat dengan mudah diserap oleh konstituennya dan tidak melalui prosedur birokrasi yang rumit. Fenomena perilaku penyusun anggaran sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut, karena meskipun aturan formal tentang mekanisme penyusunan APBD telah dirancang sedemikian rupa, namun pada prakteknya masih terjadi beberapa penyimpangan. Meningkatnya kasus korupsi merupakan salah satu indikasi

21 4 terjadinya perilaku oportunistik yang dilakukan penyusun anggaran (Mauro, 1998). Sejalan dengan hal tersebut, Sujaie (2013) menegaskan bahwa peningkatan belanja hibah dan bantuan sosial juga menunjukkan telah terjadi perilaku oportunistik penyusun anggaran. Sumber : Data Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Bali (diolah), Gambar 1.1 Fluktuasi Anggaran Hibah dan Bansos Kabupaten/Kota di Bali Tahun Berdasarkan data keuangan Kabupaten/Kota di Bali pada kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1, terjadi fluktuasi perubahan jumlah anggaran hibah dan bansos yang cukup signifikan menjelang dan sesudah Pemilihan Umum (Pemilu). Anggaran belanja hibah dan bansos terbesar dialokasikan pada tahun 2010 sebesar Rp ,- (Empat ratus dua puluh enam milyar tujuh ratus delapan puluh dua juta rupiah), yang bertepatan dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif. Jumlah anggaran menurun pada tahun berikutnya, namun menjelang Pemilu Legislatif 2014, terjadi peningkatan jumlah anggaran belanja hibah dan bansos yang cukup signifikan.

22 5 Peningkatan belanja hibah yang terjadi pada tahun menjelang Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan kampanye (Ritonga da n Alam, 2010). Kondisi ini rentan menimbulkan kasus pidana apabila tidak dipergunakan sesuai ketentuan. Kasus penyalahgunaan dana hibah terjadi di beberapa daerah termasuk pada Kabupaten/Kota di Bali. Deretan panjang kasus korupsi APBD yang terjadi di Bali melibatkan anggota dan pimpinan DPRD sampai Kepala Daerah. Fakta ini menunjukkan bahwa political corruption terjadi ketika politisi atau birokrat tingkat atas memanfaatkan kedudukan mereka demi kepentingan pribadi atau kalangan dekat mereka (Martinez et al., 2004). Ditinjau dari perspektif teori keagenan, asimetri informasi serta besarnya kekuasaan yang dimiliki legislatif dalam pembahasan anggaran, telah menjadi pendorong terjadinya perilaku oportunistik penyusun anggaran yang akan memaksimalisasi kepentingan pribadi dan kelompoknya dengan mengesampingkan kepentingan publik ( Halim dan Abdullah, 2006; Faria and Silva, 2013). Hal ini menimbulkan korupsi dan rent-seeking activities di pemerintahan yang berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi pengeluaran pemerintah (Suryarini, 2012). Alokasi anggaran ditingkatkan untuk belanja infrastruktur (Abdullah dan Asmara, 2006) dan belanja hibah serta bansos (Ritonga dan Alam, 2010) sementara di sisi belanja kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan tidak terjadi peningkatan yang signifikan (Abdullah, 2012).

23 6 Pengeluaran daerah baik untuk belanja maupun pengeluaran pembiayaan didanai dari Pendapatan Daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Pendapatan Daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah serta penerimaan pembiayaan. Penelitian terdahulu (Abdullah dan Asmara, 2006; Abdullah, 2012; Maryono, 2013; Sularso dkk., 2014) menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan daerah berpengaruh terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran. PAD adalah salah satu sumber penerimaan daerah untuk membiayai pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat (Oktriniatmaja, 2011). Legislatif akan mendorong eksekutif untuk meningkatkan target pendapatan sehingga dapat meningkatkan alokasi anggaran untuk program yang mendukung kepentingannya (Sularso dkk., 2014). Peningkatan jumlah PAD akan memberi peluang bagi penyusun anggaran untuk mengalokasikan dana yang lebih besar untuk bidang bidang tertentu sesuai preferensinya. Sumber penerimaan lain untuk membiayai pengeluaran daerah adalah Dana Alokasi Umum ( DAU). Sesuai ketentuan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Penggunaan DAU cukup fleksibel dan tidak terikat dengan program pengeluaran tertentu, sehingga penyusun anggaran

24 7 memanfaatkan kondisi ini untuk mengusulkan kegiatan yang memberikan manfaat meningkatkan self-interest-nya (Maryono, 2013). SiLPA merupakan penerimaan pembiayaan yang dapat dipergunakan untuk menutup defisit anggaran dalam APBD. Besaran angka SiLPA tahun sebelumnya diketahui secara pasti setelah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun sebelumnya disahkan. Kondisi ini menjadi alasan bagi legislatif dan eksekutif untuk mengalokasikan kembali (rebudgeting) dana tersebut melalui mekanisme perubahan APBD (Asmara, 2010) serta memberi ruang bagi penyusun anggaran untuk melakukan perilaku oportunistik dalam mengalokasikan SiLPA tersebut (Sularso dkk., 2014). Penelitian sebelumnya (Abdullah dan Asmara, 2006; Abdullah, 2012; Oktririniatmaja, 2011; Suryarini, 2012; Sularso dkk., 2014) menunjukkan bahwa PAD, DAU dan SiLPA berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik penyusunan anggaran. Penelitian tentang perilaku oportunistik penyusun anggaran sebelumnya, lebih fokus pada perilaku legislatif yang cenderung mempengaruhi alokasi anggaran untuk kepentingan politik dengan meningkatkan anggaran untuk belanja infastruktur dan belanja DPRD. Namun mengamati fenomena yang terjadi terkait proses penyusunan APBD yang merupakan proses bersama antara legislatif dan eksekutif, peneliti tertarik untuk meneliti perilaku oportunistik yang terjadi akibat interaksi antara kedua pihak yang didasari adanya hubungan keagenan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya (Abdullah dan Asmara, 2006; Asmara,2010; Suryarini, 2012, Abdullah, 2012 dan Sularso dkk., 2014) dalam pengukuran perilaku oportunistik penyusun anggaran, dimana

25 8 peneliti memasukkan peningkatan belanja hibah dan bansos dari tahun sebelumnya ke tahun berjalan. Fenomena peningkatan alokasi belanja hibah dan bansos yang semakin meningkat menunjukkan perilaku oportunistik penyusun anggaran (Ritonga dan Alam, 2010). Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk diteliti pengaruh PAD, DAU dan SiLPA pada perilaku oportunistik penyusun anggaran di Kabupaten/Kota se-bali. 1.2 Rumusan Masalah Perilaku oportunistik penyusun anggaran dapat dilihat dari kecenderungan pengalokasian anggaran dalam jumlah besar untuk belanja daerah yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan tertentu yang bersifat pribadi atau kelompok. Peningkatan alokasi anggaran untuk belanja infrastruktur, belanja hibah dan bansos diduga menjadi alat pemenuhan janji janji politik serta kerap menjadi sasaran korupsi. Sumber sumber pendapatan daerah baik yang berasal dari pendapatan sendiri maupun dana transfer dan penerimaan pembiayaan diduga berpengaruh terhadap peningkatan alokasi belanja daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1) Apakah terdapat pengaruh positif PAD pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran? 2) Apakah terdapat pengaruh positif DAU pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran? 3) Apakah terdapat pengaruh positif SiLPA pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran?

26 9 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh PAD pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran. 2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh DAU pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran. 3) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh SiLPA pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk pengembangan teori keagenan dalam penganggaran sektor publik serta menjadi bahan bacaan bagi penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama Manfaat Praktis Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk menilai dan memahami perilaku penyusun anggaran dan selanjutnya informasi tersebut dapat menjadi rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk melakukan perbaikan dalam penyusunan anggaran.

27 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Penggunaan teori keagenan telah dipergunakan secara luas baik di sektor privat maupun sektor publik. Para ekonom menggunakan struktur hubungan prinsipal dan agen untuk menganalisis hubungan antara perusahaan dengan pekerja (Faria and Silva, 2013). Sementara di sektor publik, teori keagenan dipergunakan untuk menganalisis hubungan prinsipal-agen dalam kaitannya dengan penganggaran sektor publik (Latifah, 2010; Abdullah, 2012). Teori keagenan menganalisis susunan kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok atau organisasi. Salah satu pihak ( principal) membuat suatu kontrak, baik secara implisit maupun eksplisit dengan pihak lain ( agents) dengan harapan bahwa agen akan bertindak/melakukan pekerjaan seperti yang diinginkan principal (Jensen and Meckling, 1976). Eisenhardt ( 1989) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori keagenan yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri ( self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko ( risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak mengutamakan kepentingan pribadinya. Hal ini menimbulkan adanya konflik kepentingan antara principal dan agent. Principal memiliki kepentingan untuk 10

28 11 memaksimalkan keuntungan mereka sedangkan agent memiliki kepentingan untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya. Konflik akan terus meningkat karena principal tidak dapat mengawasi aktivitas agent sehari-hari untuk memastikan bahwa agent telah bekerja sesuai dengan keinginan dari principal. Permasalahan dalam hubungan antara prinsipal dan agen bersumber dari adanya perbedaan tujuan dan pilihan risiko yang dihadapi seperti regulasi dan kepemimpinan (Eisenhardt, 1989). Adanya asimetri informasi juga menyebabkan terjadinya persoalan dalam hubungan prinsipal-agen, bilamana agen memiliki informasi lebih tentang kinerja aktual, motivasi dan tujuan yang berpotensi menciptakan moral hazard dan adverse selection (Latifah, 2010). Adverse selection terjadi karena adanya perbedaan jumlah informasi yang dimiliki oleh principal dan agent sehingga principal tidak mampu membedakan apakah agen melakukan sesuatu yang baik atau tidak (Faria and Silva, 2013). Dalam konteks ini agen cenderung menyembunyikan informasi untuk memperoleh manfaat yang lebih demi keuntungan pribadi. Teori keagenan telah dipraktekkan pada sektor publik khususnya pemerintah pusat maupun daerah. Organisasi sektor publik bertujuan untuk memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat atas sumber daya yang digunakan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Pemerintah tidak dapat melakukan pengelolaan dan pengalokasian sumber daya secara sendirian, sehingga pemerintah memberikan wewenang kepada pihak lain untuk mengelola sumber daya. Pembuatan anggaran menjadi mekanisme yang penting untuk alokasi sumber daya karena adanya keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah.

29 12 Implikasi teori keagenan muncul dalam proses penyusunan anggaran dilihat dari dua perspektif yaitu hubungan antara rakyat dengan legislatif, dan legislatif dengan eksekutif. Ditinjau dari perspektif hubungan keagenan antara legislatif dengan eksekutif, eksekutif adalah agent dan legislatif adalah principal (Halim dan Abdullah, 2006). Apabila dilihat dari perspektif hubungan keagenan legislatif dengan rakyat, pihak legislatif adalah agent yang membela kepentingan rakyat ( principal), akan tetapi tidak ada kejelasan mekanisme dan pengaturan serta pengendalian dalam pendelegasian kewenangan rakyat terhadap legislatif. Hal inilah yang seringkali menyebabkan adanya distorsi anggaran yang disusun oleh legislatif sehingga anggaran tidak mencerminkan alokasi pemenuhan sumber daya kepada masyarakat, melainkan cenderung mengutamakan self-interest para pihak legislatif tersebut. Jika hal ini terjadi, besar kemungkinan anggaran yang disahkan adalah alat untuk melancarkan aksi pencurian hak rakyat atau sering dikenal dengan istilah korupsi (Mauro, 1998; Keefer and Khemani, 2003) Hubungan Keagenan Antara Eksekutif dan Legislatif Hubungan keagenan di pemerintahan antara legislatif dan eksekutif menunjukkan posisi legislatif sebagai prinsipal dan eksekutif adalah agen (Halim dan Abdullah, 2006; Latifah, 2010; Abdullah, 2012). Hubungan antara prinsipal dan agen senantiasa menimbulkan masalah keagenan yang disebut agency problems (Lupia and McCubbins, 2000). Johnson (1994) dalam Abdullah dan Asmara (2006) menyebut hubungan eksekutif atau birokrasi dengan legisl atif atau kongres dengan nama self-interest model. Dalam hal ini, legislators ingin dipilih

30 13 kembali, birokrat ingin memaksimumkan anggarannya, dan konstituen ingin memaksimumkan utilitasnya. Agar terpilih kembali, legislators mencari program dan proyek yang membuatnya populer di mata konstituen. Birokrat mengusulkan program-program baru karena ingin agency-nya berkembang dan konstituen percaya bahwa mereka menerima manfaat dari pemerintah tanpa harus membayar biayanya secara penuh. Hal ini menunjukkan bahwa baik eksekutif maupun legislatif berupaya untuk memaksimalkan dan memanfaatkan perannya dalam penyusunan anggaran demi memperoleh keuntungan individual maupun kepentingan kelompok yang cenderung akan menimbulkan kerugian bagi rakyat Hubungan Keagenan Antara Legislatif dan Publik (Voters) Lupia and McCubbins (2000) menyatakan bahwa warganegara adalah principal yang menunjuk perwakilannya untuk melayani mereka sebagai agen di parlemen, sementara Andvig et al. (2001) menyebutkan voters adalah prinsipal dari parlemen. Dalam hal pembuatan kebijakan, Hagen (2002) berpendapat bahwa hubungan prinsipal-agen yang terjadi antara pemilih (voters) dan legislatif pada dasarnya menunjukkan bagaimana voters memilih politisi untuk membuat keputusan-keputusan tentang belanja publik untuk mereka dan mereka memberikan dana dengan membayar pajak. Ketika legislatif kemudian terlibat dalam pembuatan keputusan atas pengalokasian belanja dalam anggaran, maka mereka diharapkan mewakili kepentingan atau preferensi prinsipal atau pemilihnya. Pada kenyataannya legislatif sebagai agen bagi publik tidak selalu memiliki kepentingan yang sama dengan publik (Abdullah dan Asmara, 2006).

31 14 Menurut Hagen (2002), politisi yang terpilih bisa saja berlaku oportunistik dan karenanya voters berkeinginan menghilangkan peluang untuk mendapat keuntungan pribadi dengan membuat politisi terikat pada suatu aturan yang menentukan apa yang dapat atau harus mereka lakukan pada kondisi tertentu. Akan tetapi, membuat aturan untuk sesuatu yang tidak jelas dan kompleksitas situasi yang dihadapi menyebabkan kontrak yang sempurna tidak mungkin dibuat. Politisi juga tidak akan dapat memenuhi semua janji yang dibuatnya selama kampanye pemilihan. Oleh karena itu, seperti halnya dalam bentuk hubungan keagenan yang lain, hubungan keagenan antara pemilih dengan politisi dapat dipandang sebagai incomplete contract (Seabright, 1996) Problem Keagenan (Agency Problem) Timbulnya problem keagenan berawal dari adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen, seperti yang terjadi pada hubungan keagenan antara pemerintah daerah (eksekutif) dengan DPRD (legislatif). Kewenangan yang dimiliki legislatif menyebabkan tekanan kepada eksekutif menjadi semakin besar. Posisi eksekutif yang sejajar dengan legislatif membuat eksekutif sulit menolak rekomendasi legislatif dalam pengalokasian sumber daya yang memberikan keuntungan kepada legislatif, sehingga menyebabkan outcome anggaran dalam bentuk pelayanan publik mengalami distorsi dan merugikan publik. Menurut Eisenhardt (1989), meskipun penganggaran merupakan bagian dari sistem informasi yang dapat digunakan untuk mengurangi oportunisme agen, kenyataannya dalam proses pengalokasian sumber daya selalu muncul konflik

32 15 kepentingan di antara pelaku (Abdullah dan Asmara, 2006 ). Permasalahan yang terjadi biasanya didasarkan atas kepentingan masing-masing pribadi yang berdampak pada timbulnya permasalahan keagenan antara pihak tersebut. 2.2 Aspek Keperilakuan dalam Penganggaran Aspek keperilakuan dalam penganggaran mengacu pada perilaku manusia yang muncul dalam proses penyusunan anggaran dan perilaku manusia yang didorong ketika manusia mencoba hidup dengan anggaran (Suartana, 2010). Aspek keperilakuan dalam penganggaran dibedakan atas dua unit analisis yaitu organisasi dan individu. Menurut Belkaoui (1989) dalam Suartana (2010) ada kecenderungan dari organisasi dan individu untuk tidak mengoptimalkan sumber daya yang tersedia dan tidak melakukan efisiensi yang sering disebut slack atau senjangan. Perilaku oportunistik penyusun anggaran dapat dilihat dari peningkatan alokasi belanja pada sektor tertentu yang termasuk perilaku disfungsional yang timbul pada penganggaran. Elias (2013) menyebutkan bahwa perilaku oportunistik akan mendorong individu berperilaku tidak etis untuk meningkatkan self interestnya. 2.3 Perilaku Oportunistik pada Penyusunan Anggaran Istilah oportunistik berasal dari kata opportunity yang berarti kesempatan. Perilaku oportunistik mengacu pada pribadi, sifat atau dinamika kelompok dalam menghadapi suatu kondisi dimana dalam posisi tertentu merasa mempunyai kesempatan atau peluang lebih untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan.

33 16 Perilaku oportunistik merupakan perilaku yang berusaha mencapai keinginan dengan segala cara bahkan cara ilegal sekalipun ( Maryono, 2013). Lebih jauh Maryono (2013) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku oportunistik adalah kekuatan (power) dan kemampuan (ability). Perilaku oportunistik anggaran ( fiscal opportunism), yaitu perilaku oportunistik dalam pembuatan keputusan alokasi belanja dan preferensi yang mengarah pada alokasi belanja yang dapat memberikan keuntungan pribadi juga keinginan untuk aman secara fiskal, yakni anggaran bisa terealisasi tepat waktu dan tepat jumlah, memiliki peluang untuk menambah alokasi saat perubahan APBD, dan kemungkinan variansi (selisih anggaran dan realisasi sampai akhir tahun) yang rendah (Romarina dan Makfatih, 2010). Perilaku oportunistik mengarah pada terjadinya adverse selection (menyembunyikan informasi) dan moral hazard (penyalahgunaan wewenang). Ada dua kondisi yang dimanfaatkan oleh eksekutif untuk merealisasi perilaku oportunistiknya dalam proses penyusunan anggaran. Pertama, secara eksplisit berhubungan dengan anggaran legislatif dan kedua, melalui anggaran untuk pelayanan publik dalam bentuk titipan. Pada kondisi pertama, legislatif mengusulkan anggaran yang meningkatkan penghasilannya sehingga dapat memenuhi self-interestnya dalam jangka pendek. Hal ini memunculkan political corruption atas anggaran (Garamfalvi, 1997), sementara pada kondisi kedua, selfinterest dalam jangka panjang ingin dicapai. Usulan anggaran yang diperjuangkan adalah yang mengharumkan nama politisi di wilayah tertentu, sehingga cenderung pada usulan yang targetable atau hasilnya kelihatan jelas oleh masyarakat.

34 17 Akibatnya, pembangunan cenderung lebih diarahkan pada daerah yang merupakan wilayah pemilihan politisi yang powerful di legislatif. Martinez et al. (2004) menyatakan bahwa political corruption terjadi ketika politisi atau birokrat tingkat atas memanfaatkan kedudukan mereka demi keuntungan pribadi ataupun kalangan dekat mereka. Menurut Mauro (1998) salah satu contohnya yaitu dengan mengalokasikan belanja untuk barang-barang khusus dan berteknologi tinggi karena merupakan belanja yang mudah dikorupsi sebab tidak banyak orang yang memahami barang tersebut. Insentif korupsi dalam sisi belanja anggaran pemerintah menurut Martinez et al. (2004) adalah kurangnya standar etika dan moral, kemungkinan terdeteksi yang rendah, pengawasan dan sanksi yang lemah, atau ketidakcukupan gaji dan insentif lainnya. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa pendidikan dan kesehatan merupakan bentuk pelayanan publik yang paling mendasar dan karenanya menjadi fokus utama pembelaan legislatif di pemerintahan. Namun, belanja untuk pendidikan dan kesehatan bukanlah area yang dapat memberikan peluang untuk korupsi sehingga anggaran pendidikan, kesehatan, dan sosial akan diperkecil (Mauro, 1998). Studi Mauro (1998) menunjukkan bahwa jenis-jenis belanja pemerintah membuka peluang terjadinya perilaku oportunistik, karena itu akan dipilih belanja barang atau pelayanan untuk program-program dan kegiatan yang sulit untuk dimonitor orang lain. Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Tanzi and Davoodi (2002) yang mengemukakan bahwa belanja investasi publik lebih disukai legislatif karena dapat memberikan komisi lebih besar daripada

35 18 belanja untuk pelayanan sosial, pendidikan, dan kesehatan. Dengan kata lain preferensi legislatif mengarah pada alokasi belanja yang dapat memberikan keuntungan pribadi lebih besar dan memiliki dampak politik jangka panjang. Keefer and Khemani (2003) juga menemukan bahwa pengalokasian anggaran akan lebih banyak diarahkan untuk proyek infrastruktur karena lebih mudah digunakan sebagai bentuk pemenuhan janji legislatif kepada pemilihnya. Legislatif akan merekomendasi eksekutif untuk menaikkan alokasi pada sektorsektor yang mendukung kepentingannya dan mengusulkan pengurangan alokasi anggaran untuk pendidikan, kesehatan, dan belanja publik lainya yang tidak bersifat job programs dan targetable. Preferensi legislatif ini memiliki tiga kemungkinan konsekuensi pada alokasi anggaran untuk sektor lain, yaitu : (1) mengurangi alokasi untuk belanja lain apabila jumlah belanja secara keseluruhan tidak bertambah, (2) tidak merubah alokasi sektor lain jika jumlah belanja bertambah, atau (3) kombinasi keduanya, yakni alokasi untuk sektor lain berkurang walaupun jumlah belanja secara keseluruhan bertambah (Abdullah dan Asmara, 2006). 2.4 Konsep Anggaran Sektor Publik Mardiasmo (2002) menyatakan anggaran merupakan pernyataan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial dan merupakan artikulasi dari perumusan strategi dan perencanaan strategik yang telah dibuat. Sementara Abdullah dan Asmara (2006) menyatakan bahwa anggaran yang ditetapkan dapat dipandang sebagai

36 19 suatu kontrak kinerja antara legislatif dan eksekutif. Terbatasnya dana yang dimiliki pemerintah menyebabkan penganggaran menjadi mekanisme terpenting dalam mengalokasikan sumber daya. Ada masalah politis ketika berbicara mengenai masalah prioritas alokasi atas sumber daya yang tersedia, dan ada masalah ekonomi ketika berbicara mengenai sumber pendanaannya. Konsekuensi yang muncul adalah penganggaran publik menjadi adu kekuatan relatif antara pihak- pihak yang terlibat dalam penganggaran, di mana semua pihak memiliki kepentingan berbeda terhadap outcome anggaran. Penganggaran menurut Hagen (2002) terbagi ke dalam empat tahapan, yaitu executive planning, legislative approval, executive implementation, dan ex post accountability. Tahapan executive planning dan legislative approval melibatkan interaksi antara eksekutif dan legislatif dimana politik anggaran paling mendominasi, sementara pada tahap ketiga dan keempat hanya melibatkan eksekutif sebagai agen. Aspek penganggaran bersifat prospective atau anticipatory (perencanaan di masa yang akan datang) sehingga manajer publik harus memahaminya sebagai isu sentral (Mardiasmo, 2005 : 69). APBD merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Proses penyusunan APBD melibatkan dua pihak yaitu eksekutif dan legislatif, masing-masing melalui sebuah tim atau panitia anggaran. Sebelum penyusunan APBD dilakukan, terlebih dahulu dibuat kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang Kebijakan Umum Anggaran (selanjutnya disebut KUA) dan prioritas anggaran, yang akan menjadi pedoman untuk penyusunan anggaran pendapatan dan anggaran belanja. Eksekutif membuat

37 20 rancangan APBD sesuai dengan KUA dan prioritas anggaran, yang kemudian diserahkan kepada legislatif untuk dipelajari dan dibahas bersama-sama sebelum ditetapkan sebagai Peraturan Daerah (Perd a). Dalam perspektif keagenan, hal ini merupakan bentuk kontrak, yang menjadi alat bagi legislatif untuk mengawasi pelaksanaan anggaran oleh eksekutif. 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian terkait perilaku oportunistik dalam penyusunan anggaran yang telah dilakukan selama ini lebih fokus pada peranan legislatif dalam proses penyusunan anggaran. Sementara di sisi lain penyusunan anggaran di Indonesia merupakan proses bersama antara eksekutif dan legislatif. Adanya asimetri informasi dalam hubungan keagenan antara legislatif dan eksekutif membuka peluang terjadinya perilaku oportunistik (Latifah, 2010). Abdullah dan Asmara (2006) meneliti perilaku oportunistik legislatif dalam pengalokasian sumberdaya dalam anggaran belanja. Penelitian ini menguji pengaruh pendapatan sendiri terhadap perilaku oportunistik legislatif (OL) dengan menggunakan jenis dan letak pemerintahan sebagai variabel kontrol. Perilaku oportunistik dihitung dengan menjumlahkan spread anggaran pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan anggaran legislatif yang merupakan selisih angka antara RAPBD dan APBD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan PAD berpengaruh terhadap perilaku oportunistik legislatif, sedangkan jenis dan letak pemerintahan tidak berpengaruh. Penelitian Maria (2009) juga menunjukkan bahwa PAD dan SiLPA berpengaruh signifikan terhadap perilaku oportunistik legislatif

38 21 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam pengalokasian anggaran daerah saat perubahan APBD. Penelitian Riharjo dan Isnadi (2010) menguji pengar uh perilaku oportunistik pejabat eksekutif atas penggunaan penerimaan sumber daya alam dalam penyusunan APBD. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data APBD dari 31 propinsi seluruh Indonesia dengan menggunakan teknik regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku oportunistik pejabat eksekutif mendorong pengaruh belanja pegawai langsung, belanja barang dan jasa, serta belanja modal terhadap meningkatnya slack anggaran dalam penetapan alokasi belanja untuk kemakmuran rakyat yang berasal dari pendapatan sumber daya alam. Oktririniatmaja (2011) meneliti pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap alokasi belanja modal dalam APBD Kabupaten/Kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk menguji pengaruh antar variabel serta uji beda untuk menilai perbedaan pengaruh antar wilayah. Data yang diteliti yaitu APBD Kabupaten/Kota sebanyak 147 dengan rentang waktu Hasil penelitian menemukan bahwa PAD, DAU dan DAK berpengaruh positif terhadap alokasi belanja modal, sedangkan uji beda menunjukkan bahwa belanja modal dan PAD di Pulau Jawa lebih tinggi dari daerah di luar Pulau Jawa. Penelitian Suryarini (2012) tentang pengaruh PAD terhadap perilaku oportunistik legislatif dengan menggunakan jenis pemerintahan dan letak pemerintahan sebagai variabel kontrol. Penelitian ini menggunakan teknik

39 22 analisis regresi dan hasilnya menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik legislatif, sedangkan jenis dan letak pemerintahan tidak berpengaruh. Lebih lanjut Sularso dkk. (2014) menguji pengaruh PAD, DAU dan SiLPA terhadap perilaku oportunistik penyusunan anggaran di Kabupaten/Kota se-jawa Tengah. Analisis dilakukan untuk data APBD Tahun dengan jumlah pengamatan sebanyak 135, menggunakan alat analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar PAD, DAU dan SiLPA maka semakin besar perilaku oportunistik penyusunan anggaran. Ringkasan penelitian terdahulu disajikan pada Lampiran 1.

40 23 BAB III RERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Rerangka Berpikir Proses penyusunan anggaran merupakan tahapan yang rumit dan penuh dengan nuansa politis. Proses penganggaran pada organisasi sektor publik khususnya pemerintah daerah adalah proses politik yang sangat didominasi oleh politik anggaran yang dilakukan oleh pihak pihak yang terlibat. Nuansa politik anggaran semakin menguat karena pemerintah memiliki sumber daya yang terbatas sementara rencana kebutuhan relatif banyak. Sumber pendapatan dalam APBD berasal dari PAD, Dana Perimbangan dan penerimaan pembiayaan yang dipergunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang telah direncanakan pada tahun bersangkutan. Secara konseptual perubahan pendapatan dalam APBD akan berpengaruh terhadap belanja. Perubahan PAD berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku oportunistik legislatif (Abdullah dan Asmara, 2006; Maria, 2009). Sumber pendapatan daerah berupa DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU memiliki proporsi yang paling besar pada penerimaan daerah, dimana seharusnya pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Keleluasaan tersebut berpotensi membuka ruang terjadinya perilaku oportunistik baik pada 23

41 24 legislatif maupun eksekutif. Maryono (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dana alokasi umum dengan perilaku oportunistik penyusun anggaran. SiLPA merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari sisa kas tahun anggaran sebelumnya untuk menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja. Penelitian Sularso dkk. (2014) menemukan bahwa SiLPA berpengaruh positif terhadap belanja modal pada periode anggaran selanjutnya, yang berarti dapat berpengaruh pada alokasi belanja tahun berikutnya sehingga hal ini memberi ruang bagi penyusun anggaran untuk mengalokasikan free cash flow tersebut untuk melakukan perilaku oportunistik. Perilaku oportunistik merupakan perilaku yang berusaha mencapai keinginan dengan segala cara bahkan cara ilegal sekalipun yang dipengaruhi oleh adanya kekuatan (power) dan kemampuan (ability) (Maryono, 2013). Perilaku oportunistik anggaran ( fiscal opportunism), yaitu perilaku oportunistik dalam pembuatan keputusan alokasi belanja dan preferensi yang mengarah pada alokasi belanja yang dapat memberikan keuntungan pribadi (Romarina dan Makfatih, 2010). Fenomena perilaku oportunistik penyusun anggaran dapat dilihat dari pengalokasian anggaran yang lebih mengarah pada preferensi yang menguntungkan pihak tertentu, sehingga kebutuhan masyarakat tidak menjadi prioritas utama. Berdasarkan hal tersebut, maka Rerangka Berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1.

42 25 Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran di Kabupaten / Kota se-bali Kajian Teoritis Teori Keagenan Aspek Keperilakuan dalam penganggaran Masalah Hipotesis Kajian Empiris Seabright (1996), Mauro (1998), Lupia and McCubbins (2000), Hagen (2002), Keefer and Khemani (2003), Abdullah dan Asmara (2006), Halim dan Abdullah (2006), Bartolini and Santolini (2007), Riharjo dan Isnadi (2010), Asmara (2010), Latifah (2010), Kamaliah dkk (2010), Oktririniatmaja (2011), Suryarini (2012), Faria and Silva (2013), Maryono (2013), Sujaie (2013), Sularso dkk (2014). Pengujian Statistik Hasil Penelitian Pembahasan Simpulan dan Saran Gambar 3.1 Rerangka Berpikir 3.2 Rerangka Konsep Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan rerangka berpikir diatas, maka dapat kami susun konsep penelitian seperti pada Gambar 3.2.

43 26 PAD (X 1 ) (+) DAU (X 2 ) SiLPA (X 3 ) (+) (+) Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (Y) Gambar 3.2 Rerangka Konsep Penelitian 3.3 Hipotesis Penelitian Penyusunan anggaran merupakan tahapan yang kompleks, dan perilaku menjadi salah satu faktor kunci di dalamnya (Raghunandan et al., 2012) Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dapat terwujud apabila pihak pihak yang terlibat pada penyusunan anggaran memberikan kontribusi maksimum. Sebaliknya, perilaku oportunistik terjadi ketika pihak-pihak yang terlibat pada penyusunan anggaran lebih mengutamakan self interest-nya sehingga menimbulkan korupsi yang merugikan kepentingan umum (Mauro, 1998; Martinez et al., 2004). Studi Abdullah (2012) menemukan adanya perbedaan preferensi antara eksekutif dan legislatif dalam pengalokasian spread PAD ke dalam belanja sektoral. Alokasi untuk infrastruktur dan DPRD mengalami kenaikan, tapi alokasi untuk pendidikan dan kesehatan justru mengalami penurunan. Abdullah (2012) menemukan bahwa power legislatif yang sangat besar menyebabkan diskresi atas penggunaan PAD tidak sesuai dengan preferensi publik. Penelitian Sularso dkk.

44 27 (2014) serta Abdullah dan Asmara (200 6) menunjukkan bahwa semakin besar PAD maka perilaku oportunistik penyusunan anggaran akan semakin besar. Berdasarkan kajian empiris di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H 1 : Terdapat pengaruh positif PAD pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran. Tujuan dari dana alokasi umum adalah untuk pemerataan keuangan antar daerah. Penerimaan DAU membuka ruang bagi legislatif untuk memaksimalkan utilitasnya dengan merekomendasikan eksekutif agar mengalokasikan anggaran untuk kegiatan atau proyek-proyek yang menguntungkan legislatif (Abdullah, 2012). Transfer dari pemerintah pusat memiliki keterkaitan sangat erat dengan belanja pemerintah daerah. Oktririniatmaja (2011) menyatakan bahwa DAU berpengaruh positif terhadap peningkatan alokasi belanja modal. Kecenderungan perilaku oportunistik yang dilakukan politisi pada level pemerintah daerah tidak dapat dilakukan pada sisi pendapatan, karena pendapatan daerah sebagian besar bersumber dari dana transfer pemerintah pusat (Bar tolini and Santolini, 2007). Lebih lanjut disebutkan bahwa kondisi ini menyebabkan perilaku oportunistik yang dilakukan politisi hanya dapat memengaruhi sisi belanja dalam APBD. DAU yang diterima daerah dapat mengakibatkan perubahan alokasi anggaran dalam APBD (Maryono, 2013). Berdasarkan kajian empiris di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H 2 : Terdapat pengaruh positif DAU pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

45 28 Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa pendidikan dan kesehatan merupakan bentuk pelayanan publik yang paling mendasar, namun jenis belanja tersebut tidak dapat memberikan peluang untuk korupsi, sehingga anggaran pendidikan, kesehatan, dan sosial akan diperkecil (Mauro, 1998). Studi Mauro (1998) menunjukkan bahwa jenis-jenis belanja pemerintah berupa belanja barang atau pelayanan untuk program-program dan kegiatan yang sulit untuk dimonitor orang lain, membuka peluang terjadinya perilaku oportunistik. Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Tanzi and Davoodi (2002) yang mengemukakan bahwa belanja investasi publik lebih disukai karena dapat memberikan komisi lebih besar daripada belanja untuk pelayanan sosial, pendidikan, dan kesehatan. SiLPA tahun anggaran sebelumnya memiliki pengaruh pada pengalokasian APBD periode selanjutnya (Sularso dkk., 2014). Lebih lanjut dijelaskan bahwa SiLPA berpengaruh positif pada alokasi belanja pada tahun berikutnya sehingga hal ini memberi peluang bagi penyusun anggaran untuk mengalokasikan free cash flow tersebut untuk berperilaku oportunistik. Berdasarkan kajian empiris di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H 3 : Terdapat pengaruh positif SiLPA pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran.

46 29 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penyusunan rancangan penelitian didasarkan pada fenomena atau topik penelitian dengan memperhatikan aktivitas serta waktu. Rancangan penelitian merupakan rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien dan efektif (Jogiyanto, 2004). Rancangan penelitian mengarahkan pada pemilihan sumber sumber daya dan tipe informasi yang diperlukan untuk menunjukkan hubungan antar variabel yang diteliti dan menggariskan langkah langkah dalam setiap aktivitas penelitian. Penelitian ini menguji pengaruh variabel independen yaitu PAD, DAU dan SiLPA terhadap variabel dependen yaitu perilaku oportunistik penyusun anggaran. Berdasarkan fenomena yang terjadi serta kajian teoritis dan empiris, maka dirumuskan masalah penelitian serta hipotesis. Pengujian dilakukan secara statistik dengan menggunakan data sekunder yang akan dianalisis dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil analisis kemudian akan diinterpretasikan untuk menjawab permasalahan penelitian sehingga diperoleh suatu simpulan penelitian. Rancangan penelitian dapat digambarkan seperti Gambar

47 30 Kajian Teoritis Kajian Empiris Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran di Kabupaten/Kota se- Bali Rumusan Masalah Hipotesis Variabel Penelitian Pengolahan dan Analisis Data Pembahasan Hasil Penelitian Simpulan dan Saran Gambar 4.1 Rancangan Penelitian 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota se-bali untuk menganalisis data APBD pada kurun waktu Penelitian dilaksanakan pada tahun Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah perilaku oportunistik penyusun anggaran yang dilihat dari alokasi anggaran yang disusun dalam APBD Kabupaten/Kota se-

48 31 Bali yang dipengaruhi oleh PAD, DAU dan SiLPA. Alokasi belanja yang diamati yaitu sektor pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, hibah dan bansos. 4.4 Penentuan Sumber Data Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah data sekunder berupa data APBD Kabupaten/Kota se-bali yang diperoleh dari Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS) Bali dan situs Direktorat Jendral Keuangan Daerah Kementerian Keuangan. Populasi yang digunakan adalah seluruh APBD Kabupaten/Kota se- Bali yang berjumlah 9 (sembilan) Kabupaten/Kota untuk kurun waktu Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh (sensus) dimana seluruh populasi akan dijadikan sampel. 4.5 Variabel Penelitian Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan cara mengubahnya menjadi variabel, yang berarti sesuatu yang mempunyai variasi nilai. Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu perilaku oportunistik penyusun anggaran dan variabel independen yaitu PAD, DAU dan SiLPA Variabel Dependen Variabel dependen pada penelitian ini adalah Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (OPA). OPA menunjukkan perubahan ( spread) alokasi

49 32 anggaran belanja tertentu dari APBD tahun sebelumnya ke APBD tahun berjalan. Spread terjadi karena perbedaan preferensi dalam pengalokasian sumberdaya antara principal dan agents (Abdullah, 2012). Nilai OPA menunjukkan adanya perilaku penyusun anggaran yang memanfaatkan kekuasaan dan kewenangannya untuk mempengaruhi kebijakan pengalokasian anggaran sesuai dengan preferensi diri atau kelompoknya, sehingga nilai OPA menggambarkan besaran self-interest penyusun anggaran (Abdullah, 2012). Pengukuran OPA dikembangkan dari penelitian Abdullah (2012), dengan tahap pengukuran sebagai berikut: 1) Menghitung spread alokasi anggaran belanja dari APBD tahun berjalan ke tahun sebelumnya. Perhitungan spread(δ) = APBD tahun berjalan (t) APBD tahun sebelumnya (t-1). Sektor yang diamati adalah pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, hibah dan bansos, yaitu : a) ΔPdk yaitu penurunan alokasi untuk belanja pendidikan b) ΔKes yaitu penurunan alokasi untuk belanja kesehatan c) ΔPU yaitu kenaikan alokasi untuk belanja PU d) ΔHibah yaitu kenaikan alokasi untuk belanja hibah e) ΔBansos yaitu kenaikan alokasi untuk belanja bansos Semua kenaikan dan penurunan alokasi tersebut dinyatakan dalam satuan rupiah dan bertanda positif, namun jika yang terjadi sebaliknya atau tidak terjadi perubahan seperti di atas maka diberi nilai 0 (nol). 2) Mengagregasi atau menggabungkan spread yang menunjukkan OPA secara keseluruhan. Perhitungan OPA= ΔPdk + ΔKes + ΔPU + ΔHibah + ΔBansos

50 Variabel Independen Variabel independen pada penelitian ini yang mempengaruhi OPA terdiri dari tiga variabel yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) PAD merupakan pendapatan daerah yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan dari Laba Perusahaan Daerah dan lain-lain. Pengukuran PAD menggunakan spread PAD (Δ PAD) adalah perubahan naik atau turunnya PAD dari APBD tahun berjalan (t) ke APBD tahun sebelumnya (t-1) (Abdullah, 2012). PAD = PAD APBD (t) APBD (t-1) 1) 2) Dana Alokasi Umum (DAU) DAU adalah transfer yang bersifat umum dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah untuk menunjang pelaksanaan desentraliasi (Halim, 2004). Jumlah keseluruhan DAU untuk masing-masing Kabupaten/Kota dapat dilihat dari pos dana perimbangan dalam APBD. Pengukuran DAU dengan menggunakan spread Dana Alokasi Umum (DAU) dari APBD tahun berjalan (t) ke APBD tahun sebelumnya (t-1) (Sularso dkk., 2014). DAU= DAU APBD (t) APBD (t-1) 2) 3) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) SiLPA mencakup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun terselesaikan dan sisa dana kegiatan

51 34 lanjutan, yang ditanggung dalam perubahan APBD. SiLPA diukur dengan spread SiLPA (ΔSiLPA) dari APBD tahun sebelumnya (t-1) ke APBD 2 tahun sebelumnya (t-2) (Sularso dkk., 2014) SiLPA = SiLPA APBD (t-1) APBD (t-2)..3) 4.6 Analisis Data Pengujian Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian supaya hasilnya BLUE atau Best Linear Unbiased Estimator (Ghozali, 2011) Uji Normalitas Residual Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011). Uji normalitas residual dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat signifikansi 5% Uji Multikoloniearitas Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2011). Multikoloniearitas terjadi dalam analisis regresi berganda apabila variabel-

52 35 variabel bebas saling berkorelasi yang dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran tersebut menunjukkan variabel independen mana yang dijelaskan oleh variabel independen yang lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoloniearitas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2011) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel bebas terhadap nilai residual mutlaknya dengan probabilitas signifikansi 5%. Suatu model regresi dikatakan tidak mengandung adanya heteroskedastisitas, jika tidak ada satu pun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2011).

53 Uji Autokorelasi Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series, sehingga menggunakan pengujian autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2011). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson pada output pengujian. Model regresi terbebas dari autokorelasi jika nila Durbin Watson hitung terletak di daerah no autocorrelation atau tidak terletak di daerah negative/positive autocorrelation. Penentuan letak tersebut dibantu dengan tabel dl dan du, sesuai nilai K yang merupakan jumlah variabel (Ghozali, 2011) Analisis Regresi Alat analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda untuk melihat ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Persamaan regresi yang digunakan adalah (Sularso dkk. 2014): Y= α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ε..4) Keterangan : Y X 1 X 2 X 3 α β ε : Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran : Pendapatan Asli Daerah : Dana Alokasi Umum : Sisa Lebih Perhitungan Anggaran : Konstanta. : Koefisien Regresi. : Error.

54 Uji Goodness of Fit dan Pengujian Hipotesis Ketepatan fungsi regresi suatu sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya (Ghozali, 2011). Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi (R 2 ), nilai statistik F dan nilai statistik t Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R 2 ) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Secara umum, koefisien determinasi untuk data runtut waktu ( time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi Uji F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2011). Uji F dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan Stastistical Package for Social Science (SPSS) dengan significance level 0,05 (5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak

55 38 (koefisien regresi tidak signifikan), yang berarti secara simultan variabel-variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis tidak dapat ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan variabel-variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat Uji t Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Dasar pengambilan keputusannya dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t masing masing variabel pada output hasil regresi dengan SPSS dengan tingkat signifikansi 0,05. Jika hasil regresi menunjukkan nilai signifikansi < 0,05, maka kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2011).

56 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum APBD Kabupaten/Kota se-bali APBD disusun setiap tahun untuk dijadikan dasar pedoman pengelolaan keuangan daerah selama 1 periode anggaran. Secara umum struktur APBD terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang Sah sedangkan Belanja Daerah terdiri Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. APBD Kabupaten/Kota di Bali menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Gambar 5.1 menunjukkan peningkatan PAD, DAU dan SiLPA dari tahun Sumber: Biro Keuangan Setda Prov. Bali, 2014 (diolah) Gambar 5.1 Peningkatan PAD, DAU dan SiLPA Kabupaten/Kota se-bali Tahun

57 40 Berdasarkan Gambar 5.1 diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan PAD yang cukup signifikan dari tahun ke tahun dengan rata rata peningkatan sebesar 29% (Lampiran 2). Besaran DAU juga memiliki proporsi yang cukup besar dalam APBD, dan mengalami peningkatan rata rata 15% setiap tahun. Besaran DAU akan berkurang apabila daerah telah mampu mewujudkan kemandirian dalam membiayai pembangunan daerah. Sedangkan untuk SiLPA mengalami fluktuasi peningkatan dan penurunan selama 5 tahun terakhir. Dilihat dari sisi belanja secara umum, terjadi fluktuasi alokasi belanja untuk bidang bidang tertentu. Gambar 5.2 menunjukkan perubahan rasio belanja sektor pendidikan terhadap alokasi belanja keseluruhan untuk 9 Kabupaten/Kota di Bali. Sumber: Biro Keuangan Setda Prov. Bali, 2014 (diolah) Gambar 5.2 Fluktuasi Rasio Belanja Pendidikan pada APBD Kabupaten/Kota se-bali Tahun

58 41 Gambar 5.2 menunjukkan terjadi kecenderungan fluktuasi penurunan alokasi belanja untuk sektor pendidikan pada APBD Kabupaten/Kota di Bali, namun tetap mengikuti standar minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat yaitu sebesar 20% dari total belanja dalam APBD. Kondisi yang berbeda terjadi pada alokasi belanja untuk bidang infrastruktur, dimana secara total menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Belanja infrastruktur menjadi fokus penting dalam APBD, karena ditengarai dapat dimanfaatkan oleh legislatif maupun eksekutif untuk memenuhi janji politik pada saat pemilihan umum (Abdullah, 2012). Gambar 5.3 menunjukkan perubahan alokasi belanja infrastruktur pada APBD Kabupaten/Kota se-bali untuk periode Sumber: Biro Keuangan Setda Prov. Bali, 2014 (diolah) Gambar 5.3 Fluktuasi Rasio Belanja Infrastruktur pada APBD Kabupaten/Kota se-bali Tahun

59 Deskripsi Statistik Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata rata ( mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2011:19). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data APBD dari 9 Kabupaten/Kota di Bali untuk kurun waktu dengan jumlah observasi sebanyak 36 (lihat data pada Lampiran 6). Hasil analisis data dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel. 5.1 Statistik Deskriptif Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi Standar PAD DAU SiLPA 36 ( ) OPA Sumber : Lampiran 7 Nilai maksimum PAD (X 1 ) adalah sebesar Rp ,- terjadi pada APBD Kabupaten Badung pada tahun , sedangkan untuk nilai minimum sebesar Rp ,- pada data APBD Kabupaten Klungkung periode Rata rata PAD sebesar Rp ,- (simpangan baku sebesar Rp ,-). Sedangkan nilai maksimum untuk data DAU (X 2 ) sebesar Rp ,- pada pengamatan APBD Kabupaten Badung Tahun , dengan nilai minimum sebesar Rp ,- pada periode pengamatan APBD Kabupaten Gianyar Tahun DAU yang dialokasikan untuk Kabupaten Gianyar pada periode ini mengalami peningkatan yang relatif kecil karena pada periode yang sama Pemerintah Kabupaten Gianyar berhasil

60 43 meningkatkan PAD dengan angka yang cukup signifikan. Rata - rata DAU sebesar Rp ,- dengan simpangan baku Rp ,- Hasil analisis untuk data SiLPA (X 3 ) menunjukkan nilai maksimum sebesar Rp ,- dan nilai minimum -Rp ,- dengan rata - rata Rp ( simpangan baku Rp ,-). SiLPA terbesar terjadi pada pengamatan APBD Kabupaten Buleleng untuk periode , sedangkan nilai minimum terjadi pada APBD Kabupaten Badung periode Analisis untuk variabel OPA (Y) menunjukkan nilai maksimum sebesar Rp dan nilai minimum Rp.0,00,- dengan rata-rata sebesar Rp ,- (simpangan baku Rp ,-). Nilai OPA minimum terjadi pada pengamatan APBD Kabupaten Jembrana pada periode , karena pada tahun yang bersangkutan terjadi peningkatan untuk belanja pada sektor pendidikan dan kesehatan sedangkan untuk sektor pekerjaan umum, hibah dan bansos terjadi penurunan, sehingga berdasarkan asumsi pengukuran variabel diberikan nilai nol Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Residual Uji normalitas residual pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa koefisien Asymp Sig (2- tailed) adalah 0,372, ini berarti residual data yang dipergunakan berdistribusi normal karena nilai koefisien Asymp Sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05.

61 44 Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Kolmogorov-Smirnov Test Unst. Residual N 36 Normal parameters a.b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute.153 Differences Positive.153 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.915 Asymp Sig (2-tailed).372 Sumber : Lampiran 8 Normalitas residual juga dapat diketahui dari kurva histogram serta kurva normal P-P Plot. Pada lampiran 8 terlihat kurva histogram memiliki kemiringan yang seimbang, baik pada sisi kiri maupun sisi kanan, dan kurva berbentuk menyerupai lonceng. Pada kurva P-P Plot terlihat titik titik data menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik titik data searah mengikuti garis diagonal, yang berarti bahwa data berdistribusi normal Uji Multikoloniearitas Uji multikoloniearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi diantara variabel independen yang satu dengan yang lainnya. Hasil uji multikoloniearitas dapat dilihat dari besarnya Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil pengujian multikoloniearitas dapat dilihat pada Lampiran 9 dan secara ringkas dapat ditunjukkan pada Tabel 5.3.

62 45 Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel Tolerance VIF Keterangan PAD Bebas multikolonieritas DAU Bebas multikolonieritas SiLPA Bebas multikolonieritas Sumber : Lampiran 9 Hasil perhitungan menunjukkan semua variabel bebas memiliki tolerance lebih dari 0,1 ( > 0,1) dan nilai VIF kurang dari 10 ( < 10), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolonieritas dalam model regresi (Ghozali, 2011) Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil uji Glejser sebagaimana tersaji pada Tabel 5.4 terlihat bahwa nilai sig. uji t lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. Tabel 5.4 Hasil Uji Glejser Model Unstandardized coefficient Standardized coeficient B Std. Error Beta t Sig (Constant) PAD DAU SiLPA Sumber : Lampiran 9 Selain itu pada Gambar 5.4 terlihat bahwa sebaran titik titik pada scatterplot menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

63 46 Gambar 5.4 Scaterplot Uji Autokorelasi Hasil pengolahan data dengan program SPSS versi 13.0 menunjukkan nilai Durbin Watson (DW) sebesar 2,099 (lihat lampiran 9). Setelah dibandingkan dengan nilai tabel dengan signifikansi 5%, jumlah sampel (T = 36) dan jumlah variabel independen (K=3), maka diperoleh nilai dl= 1,295; du= 1,654; 4-dL= 2,705 dan 4-dU = 2,346. Nilai dl dan du dapat dilihat pada Lampiran 10. Oleh karena nilai DW 2,099 lebih besar dari batas atas (du) 1,654 dan kurang dari 4-dU (2,346), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. 5.4 Uji Goodness of fit dan Pengujian Hipotesis Hipotesis diuji dengan model analisis regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel bebas (X) pada variabel

64 47 terikat (Y). Analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS, hasilnya seperti ditunjukkan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Hasil Analisis Regresi Model Variabel Unstandardized coefficient Standardized coefficient Beta t Sig B Std. Error (Constant) PAD DAU SiLPA Sumber : Lampiran 8 R 2 = F = Sig F = Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai R 2 sebesar 0,834 berarti bahwa 83,4 % variasi OPA dijelaskan oleh variasi PAD, DAU dan SiLPA, sedangkan sisanya sebesar 16,6 % dijelaskan faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model Uji F Hasil analisis dengan bantuan program SPSS seperti pada Tabel 5.5 menunjukkan nilai signifikansi uji F adalah 0,000. Hal ini berarti bahwa variabel PAD, DAU dan SiLPA berpengaruh secara serempak/bersama-sama terhadap OPA Uji t Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai uji t dapat dilihat dari p-value dari variabel independen. Tabel 5.5 menunjukkan bahwa masing masing variabel independen

65 48 berpengaruh signifikan pada variabel dependen, yang ditunjukkan dengan nilai p- value lebih kecil dari α = 0, Persamaan Regresi Berdasarkan hasil output SPSS seperti ditunjukkan pada Tabel 5.5 maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y = -4938, ,277 X 1 + 0,446 X 2 + 0,308X 3 Persamaan regresi tersebut mempunyai makna : 1) Konstanta sebesar -4938,880 berarti bahwa apabila variabel PAD ( X 1 ), DAU (X 2 ) dan SiLPA (X 3 ) konstan, maka OPA rata rata sebesar -4938,880. Apabila variabel PAD, DAU dan SiLPA bernilai nol, maka OPA cenderung menurun sebesar nilai konstanta. 2) Koefisien X 1 sebesar 0,277 berarti bahwa apabila variabel PAD (X 1 ) meningkat sebesar satu satuan (dengan asumsi variabel lain konstan), maka OPA akan meningkat sebesar 0,277. 3) Koefisien X 2 sebesar 0,446 berarti bahwa apabila variabel DAU (X 2 ) meningkat sebesar satu satuan (dengan asumsi variabel lain konstan), maka OPA akan meningkat sebesar 0,446. 4) Koefisien X 3 sebesar 0,308 berarti bahwa apabila variabel SiLPA (X 3 ) meningkat sebesar satu satuan (dengan asu msi variabel lain konstan), maka OPA akan meningkat sebesar 0,308.

66 Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t yaitu melihat nilai signifikansi dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan. Hipotesis pertama menguji pengaruh positif PAD pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Nilai koefisien beta (β 1 ) sebesar 0,277 dengan nilai signifikansi 0,000, menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan pada OPA. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H 1 tidak dapat ditolak yaitu PAD berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Pengujian hipotesis kedua yaitu terdapat pengaruh positif DAU pada perilaku oportunistik penyusun anggaran menunjukkan nilai koefisien beta (β 2 ) sebesar 0,446 dengan nilai signifikansi 0,000 (lihat Tabel 5.5). Simpulan yang dapat diambil sesuai hasil analisis tersebut adalah H 2 tidak dapat ditolak yaitu DAU berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Hipotesis ketiga menguji pengaruh positif SiLPA pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai koefisien beta (β 3 ) untuk variabel SiLPA sebesar 0,308 dengan nilai signifikansi 0,004. Nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga tidak dapat ditolak yaitu SiLPA berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran.

67 Pembahasan Pendapatan Asli Daerah Berpengaruh Positif pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran Berdasarkan data APBD Kabupaten/Kota se-bali Tahun 2014, PAD memiliki proporsi yang cukup signifikan dalam menunjang Pendapatan Daerah yakni sebesar 33,7% atau lebih besar dari rata rata nasional sebesar 23,75 % (DJPK, 2014). Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berada pada angka 31,4 %. Hipotesis 1 pada penelitian ini yaitu terdapat pengaruh positif PAD pada perilaku oportunistik penyusun anggaran terbukti signifikan setelah dianalisis secara statistik. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien beta (β 1 ) sebesar 0,277 serta nilai signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05. Peningkatan PAD dari tahun sebelumnya ke tahun berjalan mempengaruhi alokasi belanja sektor sektor tertentu yang dapat memberikan manfaat bagi penyusun anggaran. Hasil ini sejalan dengan penelitian Abdullah dan Asmara (2006) yang menemukan bahwa perubahan pendapatan sendiri berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik legislatif. PAD merupakan jalan bagi penyusun anggaran untuk melakukan political corruption dalam kerangka regulasi yang sah (legal corruption). Fenomena ini terlihat ketika perubahan atau kenaikan anggaran atau target PAD digunakan sebagai dasar untuk melakukan alokasi tambahan belanja (Sularso dkk., 2014). PAD sebagai komponen utama dari penerimaan daerah akan sangat menentukan besaran alokasi belanja. Beberapa studi terdahulu seperti Abdullah dan Asmara (2006), Oktririniatmaja (2011), Maryono (2013) dan Sularso dkk. (2014) membuktikan bahwa pendapatan berpengaruh terhadap belanja. Penerapan

68 51 desentraliasi fiskal telah memberi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola sendiri urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya termasuk keuangan daerah. Ketentuan pasal 19 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah secara tegas menyatakan bahwa dalam penyusunan APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Teori keagenan menjelaskan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran memiliki kecenderungan untuk memaksimalkan utilitasnya melalui pengalokasian sumberdaya dalam anggaran yang ditetapkan (Magner and Johnson, 1995). Eksekutif atau agency berperan sebagai pengusul anggaran sekaligus juga selaku pelaksana atau pengguna anggaran. Peran ganda ini mempengaruhi perilaku eksekutif untuk berupaya memaksimalkan jumlah anggaran yang diajukan (Smith and Bertozzi, 1998). Di sisi lain, legislatif yang dipilih publik untuk membuat keputusan tentang penggunaan sumberdaya bagi mereka di pemerintahan ternyata tidak melakukan perannya sesuai harapan publik. Padahal secara konsep belanja publik sesungguhnya adalah cerita tentang bagaimana politisi menghabiskan uang orang lain (publik) untuk kepentingan umum (Hagen, 2002). Martinez et al. (2004) memberikan argumen tentang motivasi/insentif dan peluang korupsi dalam sisi belanja anggaran pemerintah. Insentif korupsi adalah kurangnya standar etika dan moral, kemungkinan terdeteksi yang rendah, pengawasan dan sanksi yang lemah, atau ketidakcukupan gaji dan insentif

69 52 lainnya. Mereka menyatakan bahwa seorang politisi yang berpengaruh cenderung mendukung proyek tertentu bukan karena prioritas atas kegiatan tersebut, tetapi karena suap yang akan diperoleh atau keuntungan untuk dirinya sendiri. Sektor pendidikan dan kesehatan merupakan dua sektor pelayanan publik paling penting dipenuhi oleh pemerintah, sehingga alokasi anggaran untuk kedua sektor ini relatif besar dibanding sektor lain. Terjadinya alokasi dalam anggaran belanja pemerintah terkait dengan perilaku oportunistik politisi dan aparat pemerintah. Politisi memiliki preferensi atas alokasi yang mengandung lucrative opportunities dan memiliki dampak politik jangka panjang untuk merealisasikan kepentingan pribadinya. Legislatif akan merekomendasi eksekutif untuk menaikkan alokasi anggaran pada sektorsektor yang mendukung kepentingannya (Keefer and Khemani, 2003). Legislatif cenderung mengusulkan pengurangan atas alokasi untuk pendidikan, kesehatan, dan belanja publik lainnya yang tidak bersifat job programs dan targetable. Menurut Abdullah dan Asmara (2006), p referensi legislatif ini memiliki tiga kemungkinan konsekuensi pada belanja sektor lain, yakni: (1) mengurangi alokasi untuk belanja lain apabila jumlah belanja secara keseluruhan tidak bertambah; (2) tidak mengubah alokasi sektor lain jika jumlah belanja bertambah; atau (3) kombinasi keduanya, yakni alokasi untuk sektor lain berkurang walaupun jumlah belanja secara keseluruhan bertambah.

70 Dana Alokasi Umum Berpengaruh Positif pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran Pengujian terhadap hipotesis kedua menunjukkan bahwa DAU berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien beta (β 2 ) sebesar 0,446 dengan nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05. DAU memiliki proporsi yang cukup tinggi dalam APBD dengan rata rata 45,4% dari total pendapatan daerah. Besaran nilai DAU yang diterima masing masing daerah cenderung meningkat setiap tahun. Kondisi ini menjadi celah tersendiri bagi penyusun anggaran untuk mengalokasikan dana tersebut untuk membiayai belanja sesuai preferensi yang menguntungkan pihak tertentu. Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil yang ditemukan pada penelitian Maryono (2013) bahwa terdapat pengaruh DAU pada perilaku oportunistik legislatif dalam penganggaran daerah di Provinsi Sumatera Barat. Semakin besar DAU yang diterima kabupaten/kota maka akan semakin besar pula perilaku oportunistik legislatif dalam anggaran daerah. Penelitian Sularso dkk. (2014) juga menunjukkan hasil yang sama bahwa DAU memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku oportunistik penyusunan anggaran pada Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah. DAU memiliki proporsi terbesar dalam penerimaan daerah dan Pemerintah Daerah memiliki keleluasaan untuk menggunakan dana transfer tersebut guna membiayai kegiatan pelayanan kepada masyarakat atau untuk kegiatan lain sesuai kepentingan politik legislatif maupun eksekutif. Keleluasaan ini memberi peluang bagi penyusun anggaran untuk berperilaku oportunistinik (Latifah, 2010).

71 54 Sejalan dengan hal tersebut, Bartolini and Santolini (2007) menjelaskan bahwa incumbent politicians melakukan modifikasi belanja untuk meningkatkan peluang agar terpilih kembali. Kecenderungan perilaku oportunistik yang dilakukan politisi pada level pemerintah daerah tidak dapat dilakukan pada sisi pendapatan, karena pendapatan daerah sebagian besar bersumber dari dana transfer pemerintah pusat dan hanya sebagian kecil berasal dari pendapatan pajak daerah. Kondisi ini menyebabkan perilaku oportunistik yang dilakukan politisi hanya dapat memengaruhi sisi belanja dalam APBD. Penelitian Sujaie (2013) menegaskan bahwa perilaku oportunistik perumus kebijakan anggaran dalam penyusunan kebijakan APBD terjadi pada penetapan target pendapatan, belanja daerah maupun pembiayaan daerah. Perilaku oportunistik juga terjadi dalam belanja hibah, dimana perumus kebijakan memanfaatkan besarnya anggaran belanja hibah sebagai sarana kampanye untuk mendapatkan dukungan pada pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) kepala daerah dan Pemilu legislatif. Selain itu perumus kebijakan juga mengambil keuntungan ekonomi dalam pelaksanaan belanja hibah dengan melakukan pemotongan anggaran, jual beli kuota anggaran serta duplikasi anggaran. Dalam proses penyusunan kebijakan APBD terjadi bargaining antara eksekutif dan legislatif dengan model soft negotiation, melalui tiga fase berurutan yaitu pembahasan KUA-PPAS, penyampaian nota keuangan dan RAPBD, serta dalam persetujuan bersama terhadap RAPBD (Sujaie, 2013).

72 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Berpengaruh Positif pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SiLPA berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran yang ditunjukkan dengan nilai koefisien beta (β 3 ) untuk variabel SiLPA sebesar 0,308 dan nilai signifikansi 0,004. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Oktririniatmaja (2011), Maryono (2013), Suryarini (2013) dan Sularso dkk. (2014) yang menemukan bahwa SiLPA memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria (2009) yang menyatakan bahwa SiLPA berpengaruh negatif pada perilaku oportunistik legislatif. Di satu sisi, SiLPA merupakan indikator efisiensi apabila bersumber dari penghematan belanja. Namun kondisi yang terjadi, ada kecenderungan penyusun anggaran melakukan mark-up belanja dan mark-down pendapatan, sehingga efisiensi yang ditunjukkan dari besaran SiLPA hanya bersifat semu ketika output anggaran tidak tercapai (Sularso dkk., 2014). Komposisi SiLPA pada APBD Kabupaten/Kota di Bali tahun 2014 mencapai 99,7 % dari seluruh penerimaan pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup defisit anggaran. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai angka 93,7 %. Selisih pengurangan pendapatan terhadap belanja pada realisasi APBD merupakan sisa dana yang dapat bernilai minus ataupun positif. Apabila sisa dana tersebut bernilai minus disebut defisit, dan jika positif disebut surplus, yang dalam APBD dinamakan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). Besaran SiLPA yang tercantum dalam APBD tahun anggaran 2014 merupakan perkiraan besaran

73 56 SiLPA yang akan terjadi pada akhir tahun anggaran berkenaan. Apabila terdapat nilai SiLPA yang sangat besar, hal ini mengindikasikan adanya kekurangcermatan dalam penyusunan anggaran maupun terdapat kendala dalam pelaksanaannya, sehingga penyerapan anggaran belanja berpotensi kurang optimal. Penyerapan yang kurang optimal akan mengakibatkan adanya saldo (SiLPA) yang merupakan dana idle yang belum dimanfaatkan. Raghunandan et al. (2012) menyatakan bahwa penyusunan anggaran merupakan tahapan yang kompleks, dan perilaku menjadi salah satu faktor kunci di dalamnya. Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dapat terwujud apabila pihak pihak yang terlibat pada penyusunan anggaran memberikan kontribusi maksimum. Kondisi berbeda ditemukan pada penelitian Raghunandan et al. (2012) bahwa praktek perilaku disfungsional yang kerap terjadi pada penganggaran sektor publik yaitu spend it or lose it syndrome dimana agen akan berupaya memaksimalkan pengeluaran, agar realisasi pada akhir tahun terpenuhi. Perilaku ini terjadi karena ada ketakutan akan terjadi pengurangan anggaran di tahun berikutnya. Praktek seperti ini akan menunjukkan kinerja semu, dimana dari sisi anggaran akan terlihat baik, sementara outputnya kurang bermanfaat (Liza et al, 2013).

74 57 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang didahului uji asumsi klasik menyatakan bahwa model regresi yang digunakan berdistribusi normal, tidak terjadi multikoloniearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil pengujian goodness of fit menunjukkan model sudah fit dilihat dari nilai R 2, uji F dan uji t. Koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,834 berarti bahwa 83,4 % variasi OPA dijelaskan oleh variasi PAD, DAU dan SiLPA, sedangkan sisanya sebesar 16,6 % dijelaskan faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Hasil uji F memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05, serta uji t pada nilai signifikansi dibawah α (0,05). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Terdapat pengaruh positif PAD pada perilaku oportunistik penyusun anggaran di Kabupaten/Kota se-bali. Peningkatan PAD dari tahun sebelumnya ke tahun berjalan mempengaruhi alokasi belanja sektor sektor tertentu yang dapat memberikan manfaat bagi penyusun anggaran. 2) Terdapat pengaruh positif DAU pada perilaku oportunistik penyusun anggaran di Kabupaten/Kota se-bali. DAU memiliki proporsi yang cukup tinggi dalam APBD dengan rata rata 45,4% dari total pendapatan daerah. Besaran nilai DAU yang diterima masing masing daerah cenderung meningkat setiap tahun. Kondisi ini menjadi celah tersendiri bagi penyusun anggaran untuk 57

75 58 mengalokasikan dana tersebut untuk membiayai belanja sesuai preferensi yang menguntungkan pihak tertentu. 3) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SiLPA berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. SiLPA merupakan indikator efisiensi apabila bersumber dari penghematan belanja. Namun kondisi yang terjadi, ada kecenderungan penyusun anggaran melakukan mark-up belanja dan mark-down pendapatan, sehingga efisiensi yang ditunjukkan dari besaran SiLPA hanya bersifat semu ketika output anggaran tidak tercapai. 6.2 Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Pemerintah Daerah hendaknya lebih meningkatkan kualitas penyusunan anggaran dengan mengutamakan alokasi belanja sesuai kebutuhan masyarakat, transparansi anggaran serta menerapkan pengawasan mulai dari proses perencanaan anggaran. 2) Untuk menekan perilaku oportunistik pada belanja hibah dan bansos, disarankan agar mekanisme pengajuan diverifikasi lebih teliti dan pencairan dilakukan sesuai prosedur. 3) Berdasarkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,834, menunjukkan bahwa masih terdapat 16,6 % pengaruh variabel lain yang mampu menjelaskan variasi variabel perilaku oportunistik penyusun anggaran, maka disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang berpengaruh terhadap

76 59 perilaku oportunistik penyusun anggaran seperti pinjaman daerah yang belum dapat dikembangkan pada penelitian ini karena keterbatasan data yang tersedia. 4) Aspek metodologi pada penelitian ini belum mampu mengungkapkan sepenuhnya beberapa persoalan yang mungkin penting untuk menggambarkan perilaku penyusun anggaran, sehingga perlu dikembangkan suatu daftar pertanyaan lengkap (kuisioner) yang dapat meng ukur persepsi pihak - pihak yang terlibat pada penyusunan anggaran. 5) Penelitian selanjutnya dapat memperbaiki pengukuran nilai OPA dengan lebih fokus pada sektor yang memiliki belanja langsung dengan nilai yang besar, mengingat kecenderungan OPA terjadi pada belanja langsung dibandingkan belanja tidak langsung.

77 60 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S Perilaku Oportunistik Legislatif dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhinya: Bukti Empiris dari Penganggaran Pemerintah Daerah di Indonesia. Ringkasan Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Abdullah, S. dan Asmara, J.A Perilaku Oportunistik Legislatif Dalam Penganggaran Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang Agustus. Andvig, J.C., Fjeldstad, O.H., Amundsen,I., Sissener, T., and Søreide, T Corruption: A review of contemporary research. Chr. Michelsen Institute Development Studies and Human Rights Report R 2001: 7. Asmara, J.A Analisis Perubahan Alokasi Belanja Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBA) Provinsi Naggroe Aceh Darussalam. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol. 3. No. 2. Juli 2010 Hal Bartolini, D., and Santolini, R Fiscal Rules and The Opportunistic Behaviour of The Incumbent Politician: Evidence From Italian Municipalities. Working Paper. Institute of Local Public Finance February Cioffi, M., Messina, G., and Tommasino, P Parties, Institutions and Political Budget Cycles at Municipal Level: Evidence from Italy. Working paper at Meeting of the Public Choice Society Januari Eisenhardt, K.M Agency theory: An assessment and review. Academy of Management Review 14(1): Elias, R. Z The Impact of Machiavellianism and Opportunism on Business Students Love of Money. Southwestern Business Administration Journal (SBAJ) Volume 13 Issue 1&2, 2013, pp Faria, J.A., dan Silva, S.M.G The Effects of Information Asymmetry on Budget Slack: An Experimental Research. African Journal of Business Management vol 7(13),pp Garamfalvi, L Corruption in The Public Expenditure Management Process. Paper presented at 8 th International Anti-Corruption Conference, Peru 7-11 September. Ghozali, I Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS : Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

78 61 Gilardi, F Principal-agent models go to Europe: Independent regulatory agencies as ultimate step of delegation. Paper presented at the ECPR General Conference, Canterbury (UK), 6-8 September Hagen, J.V Fiscal rules, fiscal institutions, and fiscal performance. The Economic and Social review 33(3): Halim, A. dan Abdullah, S Hubungan dan Masalah Keagenan di Pemerintahan Daerah: Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintah 2(1): James, W A processual view of institutional change of the budget process within an Australian government owned electricity corporation. International Journal of Public Sector, 19(1), Jensen, M.C. and W.H. Meckling Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics.Vol.3.No.4.pp Jogiyanto Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Jumaidi, L.T Perilaku Legislatif dalam Praktik Penganggaran dengan Pendekatan Nilai Nilai Kearifan Lokal. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 17 Mataram Lombok September Kamaliah, D., Edfan dan Viorita, V Pengaruh Perilaku Oportunistik terhadap Hubungan Partisipasi Anggaran dengan Kinerja Manajerial (Studi Empiris pada Pegawai Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi di Provinsi Riau). Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 2 Juni Keefer, P. and Khemani, S The political economy of public expenditures. Background paper for WDR 2004: Making Service Work for Poor People. The World Bank. Latifah, N.P Adakah Perilaku Oportunistik dalam Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik?. Fokus Ekonomi Vol. 5 No. 2 Desember 2010 : Liza, N.B.A.Jamil. C.Z.M and Nor, N.A.M Ethical Antecedents of Dysfunctional Behaviour in Performance Measurement and Control System. Asian Social Science ( 9)1. Lupia, A. and McCubbins, M Representation or abdication? How citizens use institutions to help delegation succeed. European Journal of Political Research 37: Magner, N. and G.G. Johnson Municipal officials reactions to justice in budgetary resource allocation. Public Administration Quarterly:

79 62 Magner, N.R., Johnson, G.G., Little, H.T. Staley, A.B. and Welker, R.B The case of fair budgetary procedures. Managerial Auditing Journal, 21(4), Mardiasmo Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi. Maria, F.T Perilaku Oportunistik Legislatif Dalam Penganggaran Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik. E-Jurnal UGM. Martinez, J.V., Arze, J. and Boex, J Corruption, Fiscal Policy, and Fiscal Management. Working Paper. Georgia State University. Maryono, R Pengaruh Perubahan Dana Alokasi Umum TerhadapPerilaku Oportunistik Legislatif Dalam Penganggaran Daerah. E-Jurnal UNP. Mauro, P Corruption and the composition of government expenditure. Journal of Public Economics 69: Oktririniatmaja, R Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. E-Journal Universitas Sebelas Maret. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Radebe, L.Z and Radebe, P.Q Behavioural factors as determinants of effective budgeting process in public secondary schools. Mediterranian Journal of Social Science 5(23). Raghunandan, M. Ramgulam,N and Raghunandan, K Examining the behavioural aspects of budgeting with particular emphasis on public sector/ service budgets. International Journal of Business and Social Science 3(14). Riharjo, I.B. dan Isnadi Perilaku Oportunistik Pejabat Eksekutif dalam Penyusunan APBD ( Bukti Empiris atas Penggunaan Penerimaa n Sumber Daya Alam). Jurnal Ekuitas Vol.14 No. 3 September: Ritonga, I.T. dan M.I. Alam Apakah Incumbent Memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk Mencalonkan Kembali dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada). Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto. Romarina, A. dan A. Makfatih Faktor Faktor Risiko Fiskal dam Penganggaran Daerah. Jurnal BPPK Volume I.

80 63 Seabright, P Accountability and decentralisation in government: An incomplete contracts models. European Economic Review 40: Smith, R.W. and M. Bertozzi Principals and agents: An explanatory model of public budgeting. Journal of Public Budgeting, Accounting and Financial Management: Suartana, I.W Akuntansi Keperilakuan: Teori dan Implementasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Sujaie, A.F Oportunisme Perumus Kebijakan Anggaran dalam Penyusunan APBD Provinsi Jawa Timur Tahun 2013: Fenomena dalam Pelaksanaan Belanja Hibah dan Bansos. E-Journal UGM. Sularso, H., Restianto, Y.E. dan Istiqomah, A.E Determinan Perilaku Oportunistik Penyusunan Anggaran (Studi pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah). Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 17 Mataram Lombok September Suryarini, T Perilaku Oportunistk Legialtaif dalam Penganggaran Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik. Jurnal Review Akuntansi dan Keuangan Vol. 2 No. 1 April Tanzi, V. and Davoodi, H Corruption, public investment, and growth, Governance, Corruption, & Economic Performance. Washington, D.C.: International Monetary Fund. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).

81 64 Lampiran 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Penulis Judul Variabel Penelitian Hasil 1. Abdullah dan Asmara (2006) Perilaku Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah Var. Dependen Perilaku oportunistik Legislatif (OL) Var. Independen PAD. Variabel control Jenis Pemerintahan dan Letak Pemerintahan 1. Legislatif berperilaku oportunistik dalam pengalokasian sumberdaya di anggaran belanja 2. Perubahan pendapatan sendiri berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik legislative 3. Jenis pemerintah dan letak pemerintah tidak berpengaruh terhadap perilaku oportunistik legislatif 2. Riharjo dan Isnadi (2010) Perilaku Oportunistik Pejabat Eksekutif dalam Penyusunan APBD ( Bukti Empiris atas Penggunaan Penerimaan Sumber Daya Alam) Var. Dependen Slack Anggaran untuk belanja kemakmuran rakyat dari pendapatan SDA Var. Independen Belanja Pegawai, Belanja Barang Jasa, Belanja Modal Variabel Moderasi yaitu perilaku oportunistik 1. Belanja pegawai langsung dan belanja modal yang ditetapkan dalam APBD berpengaruh terhadap slack anggaran untuk kemakmuran rakyat yang berasal dari pendapatan sumber daya alam 2. Belanja barang dan jasa yang ditetapkan dalam APBD, tidak berpengaruh terhadap slack anggaran dalam penetapan alokasi belanja untuk kemakmuran rakyat yang berasal dari pendapatan sumber daya alam 3. Perilaku oportunistik pejabat eksekutif mendorong pengaruh belanja pegawai langsung dan belanja modal yang ditetapkan dalam APBD terhadap meningkatnya slack anggaran 4. Perilaku oportunistik pejabat eksekutif mendorong pengaruh belanja barang, jasa, modal yang ditetapkan dalam APBD terhadap meningkatnya slack anggaran 3. Asmara (2010) Analisis Perubahan Alokasi Belanja Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBA) Provinsi Naggroe Aceh Darussalam Belanja Pegawai, Belanja Barang Jasa, Belanja Modal dan Plafons SILPA 1.Perubahan Belanja Pegawai berkorelasi dengan Belanja Barang Jasa 2. Perubahan Belanja Pegawai dan Belanja Barang Jasa tidak berkorelasi dengan Belanja Modal 3.Pengaruh SILPA tahun sebelumnya terhadap Plafon SKPA dan Jenis Belanja SKPA tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Meskipun SILPA tahun sebelumnya merupakan alasan utama dilakukannya perubahan APBA, ternyata penelitian ini menemukan hasil yang berbeda

82 65 No Penulis Judul Variabel Penelitian Hasil 4. Latifah (2010) Adakah Perilaku Oportunistik dalam Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik? Adanya asimetri informasi di antara eksekutif-legislatif dan legislatifpemilih menyebabkan terbukanya ruang bagi terjadinya perilaku oportunistik dalam proses penyusunan anggaran. 5. Oktriniatmaja (2011) Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal dalam APBD Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Var. Dependen Alokasi Belanja Modal Var. Independen PAD, DAU dan DAK 1. PAD, DAU dan DAK berpengaruh positif terhadap alokasi belanja modal baik secara parsial maupun simultan. 2. Belanja modal dan PAD di Jawa lebih tinggi dari daerah di luar Pulau Jawa 6. Maryono (2013) 7 Sularso dkk. (2014) Pengaruh Perubahan Dana Alokasi Umum terhadap Perilaku Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah Determinan Perilaku Oportunistik Penyusunan Anggaran (Studi pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah) Var. Dependen Perilaku Oportunistik Legislatif dalam penganggaran daerah Var. Independen DAU Var. Dependen Perilaku Oportunistik Penyusunan Anggaran Var. Independen PAD, SILPA, DAU 1. Perubahan DAU berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku oportunistik legislative dalam penganggaran daerah 1. Semakin besar PAD maka semakin besar perilaku oportunistik penyusunan anggaran. 2. Semakin besar SILPA semakin besar OPA 3. Semakin besar DAU semakin besar OPA

83 66 Lampiran 2 Data PAD, DAU dan SiLPA Kabupaten/Kota se-bali Tahun (dalam jutaan rupiah) NO URAIAN BADUNG BANGLI BULELENG GIANYAR JEMBRANA KARANGASEM KLUNGKUNG TABANAN DENPASAR 1 PAD ,860 17,000 69, ,824 22,068 47,808 28,833 93, , ,000,811 22,000 94, ,348 40,074 55,630 32, , , ,320,910 31, , ,193 51, ,306 35, , , ,874,766 42, , ,559 54, ,991 48, , , ,197,959 55, , ,160 65, ,008 69, , ,267 2 DAU , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,962 3 SILPA ,918 43,000 47,000 7,770 45,142 52,272 51,828 48,492 90, ,609 49,847 90,380 64,836 40,100 61,672 57,304 57,099 90, ,082 30,000 55,158 35,000 32,100 48,168 37,535 42,000 71, ,097 35, ,378 50,000 29,483 46,046 37,535 37,000 89, ,922 63, , ,000 36,232 66,389 44,683 32, ,000

84 67 Lampiran 3 Data Belanja Sektor Pendidikan, Kesehatan, PU, Hibah dan Bansos Kabupaten/Kota se-bali Tahun (dalam jutaan rupiah) NO URAIAN BADUNG BANGLI BULELENG GIANYAR JEMBRANA KARANGASEM KLUNGKUNG TABANAN DENPASAR 1 PENDIDIKAN , , , ,562 94, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,883 2 KESEHATAN ,732 39,555 84,936 81,906 25,106 55,813 57, ,125 93, ,148 57, , ,192 62,777 60,837 61, , , ,214 72, , ,841 82, ,644 72, , , ,054 75, , ,317 89, ,684 84, , , ,094 51, , ,149 98, , , , ,613 3 PU ,664 58,449 32,377 62,242 32,812 48,336 30,438 18,392 37, ,542 84,728 36,137 51,502 25,682 22,966 45,352 27,157 53, ,498 90,691 42,297 81,203 37,030 45,279 62,725 85,755 98, ,920 73,401 85, ,994 52,459 63,611 59, , , ,640 94, , ,535 68, ,055 47, , ,206 4 HIBAH ,342 32,099 56,590 10,153 25,515 20,941 24,418 59,271 25, ,022 6,349 17,635 17,581 13,538 10,855 8,152 22,920 61, ,922 8,014 58,780 29,364 19,697 29,628 4,704 21,250 16, ,546 20,350 28,710 23,053 12,411 27,188 46,543 24,453 26, ,625 35,076 28,000 23,882 16,484 30,436 41,666 32,355 33,617

85 NO URAIAN BADUNG BANGLI BULELENG GIANYAR JEMBRANA KARANGASEM KLUNGKUNG TABANAN DENPASAR 5 BANSOS ,533 17,452 5,695 6,200 18,454 14,748 12,500 9,140 11, ,933 6,311 5,903 14,514 13,588 17,997 9,331 7,523 11, , , , ,002 5,036 4,915 8,475 3,410 2, , ,150 4,473 4,515 9,989 3,450 3,000 2,082 6, TOTAL BELANJA ,323, , , , , , , , , ,502, ,442 1,035, , , , , ,013 1,027, ,051, ,749 1,158,640 1,006, , , , ,252 1,218, ,859, ,479 1,401,594 1,156, ,055 1,049, ,135 1,142,531 1,353, ,269, ,774 1,605,092 1,285, ,332 1,155, ,072 1,287,757 1,552,521 68

86 69 Lampiran 4 Perhitungan Spread PAD, DAU, SILPA dan OPA (dalam jutaan rupiah) URAIAN BADUNG BANGLI BULELENG GIANYAR JEMBRANA KARANGASEM KLUNGKUNG TABANAN DENPASAR Δ PAD ,951 5,000 24,974 31,524 18,006 7,822 3,326 19,687 90, ,099 9,000 16,969 50,845 10,993 68,676 3,445 23,736 64, ,856 11,000 16,431 28,366 3,708 16,685 12,938 45, , ,193 13,200 48,134 73,602 10,905 19,017 21,208 30,132 97,205 ΔDAU ,007 28,883 55,655 47,610 31,154 35,500 34,152 33,375 45, ,142 75, ,295 97,780 57,041 92,992 67, , , ,557 53, ,722 76,410 54,157 60,953 56,834 88,810 68, (47,810) 35,568 58,113 17,381 33,906 50,812 30,254 56,465 35,154 ΔSILPA (45,310) 6,847 43,380 57,066 (5,042) 9,400 5,476 8, ,474 (19,847) (35,222) (29,836) (8,000) (13,504) (19,768) (15,099) (18,069) ,014 5,282 65,220 15,000 (2,617) (2,122) - (5,000) 18, (14,174) 28,357 24,622 55,000 6,749 20,343 7,147 (4,905) 10,020 Δ PENDIDIKAN , ,718-18, ,

87 URAIAN BADUNG BANGLI BULELENG GIANYAR JEMBRANA KARANGASEM KLUNGKUNG TABANAN DENPASAR Δ KESEHATAN , , , , Δ PU ,878 26,279 3, ,914 8,765 15, ,956 5,963 6,160 29,701 11,348 22,313 17,373 58,598 45, ,422-42,796 36,791 15,429 18,332-24,038 43, ,720 21,381 67,067 36,541 15,662 37,444-8,225 7,850 Δ HIBAH , , ,665 41,145 11,783 6,159 18, ,624 12, ,839 3,203 9, ,079 14, ,073 3,248-7,902 6,952 Δ BANSOS ,314-3, , ,639 4,268 2,745 7,808 3,350 2, , , OPA ,278 26,279 3,968 15,742-3,249 14,914 8,765 51, ,386 16,834 47,305 42,835 17,507 41,357 17,373 58,598 45, ,685 16,604 45,541 44,599 18,779 27,973 59,557 27,241 72, ,799 60,260 67,067 53,225 19,775 51,221 1,531 16,127 14,964 70

88 71 Lampiran 5 Data Rasio Belanja Kabupaten/Kota se-bali Tahun (dalam perseratus) NO URAIAN BDG BGL BLL GNR JBR KRG KLK TBN DPS 1 PENDIDIKAN KESEHATAN PU HIBAH BANSOS

89 72 Lampiran 6 Data Spread APBD Kabupaten/Kota Tahun NOMOR URAIAN X1 X2 X3 Y Δ PAD Δ DAU Δ SiLPA OPA 1 Badung 1 200, , , , Bangli 1 5, , , , Buleleng 1 68, , , , Gianyar 1 31, , , , Jembrana 1 18, , , Karangasem 1 7, , , , Klungkung 1 3, , , , Tabanan 1 19, , , , Denpasar 1 90, , , Badung 2 320, , , , Bangli 2 9, , , , Buleleng 2 16, , , , Gianyar 2 50, , , , Jembrana 2 10, , , , Karangasem 2 68, , , , Klungkung 2 3, , , , Tabanan 2 23, , , , Denpasar 2 68, , , , Badung 3 68, , , , Bangli 3 11, , , , Buleleng 3 16, , , , Gianyar 3 28, , , , Jembrana 3 3, , , , Karangasem 3 16, , , , Klungkung 3 12, , , Tabanan 3 45, , , , Denpasar 3 160, , , , Badung 4 68, , , , Bangli 4 68, , , , Buleleng 4 48, , , , Gianyar 4 73, , , , Jembrana 4 10, , , , Karangasem 4 19, , , , Klungkung 4 21, , , , Tabanan 4 30, , , , Denpasar 4 68, , , ,415.28

90 73 Lampiran 7 Statistik Deskriptif N Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum Valid Missing Statistics PAD DAU SiLPA OPA E+009 1E+009 6E+008 1E

91 74 Lampiran 8 NPar Tests-Uji Normalitas Hasil Uji Asumsi Klasik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Unst. Residual Regression-Uji Heteroskedastisitas Model 1 Variables Entered/Removed b Variables Variables Entered Removed Method SiLPA, DAU, PAD a. Enter a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Abs. Unst. Residual Model 1 (Constant) PAD DAU SiLPA Unstandardized Coefficients Coefficients a Standardized Coefficients B Std. Error Beta t Sig a. Dependent Variable: Abs. Unst. Residual

92 75

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prinsipal dan agen untuk menganalisis hubungan antara perusahaan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prinsipal dan agen untuk menganalisis hubungan antara perusahaan dengan 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Penggunaan teori keagenan telah dipergunakan secara luas baik di sektor privat maupun sektor publik. Para ekonom menggunakan struktur hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program program yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program program yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program program yang direncanakan pemerintah untuk

Lebih terperinci

PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI

PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI TESIS PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI SAYU MADE PARWATI NIM 1391661039 NIM. 1NI391661035 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendasar terhadap hubungan Pemerintah Daerah (eksekutif) dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendasar terhadap hubungan Pemerintah Daerah (eksekutif) dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah di Indonesia telah membawa perubahan yang sangat mendasar terhadap hubungan Pemerintah Daerah (eksekutif) dengan Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

7. Dr. Drs. I Dewa Gede Dharma Suputra, M.Si., Ak., Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, SE., M.Si., Ak. Dan Ni Luh Putu Sri Harta Mimba, SE., M.Si.

7. Dr. Drs. I Dewa Gede Dharma Suputra, M.Si., Ak., Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, SE., M.Si., Ak. Dan Ni Luh Putu Sri Harta Mimba, SE., M.Si. UCAPAN TERIMA KASIH Pertama tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kerta wara nugraha-nya, tesis ini yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), Sisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), Sisa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka, akan dibahas lebih lanjut mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), Sisa Lebih Perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah dikenal dengan Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN PADA KINERJA BENDAHARA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TABANAN DENGAN PELATIHAN DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI

PENGARUH PENDIDIKAN PADA KINERJA BENDAHARA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TABANAN DENGAN PELATIHAN DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI TESIS PENGARUH PENDIDIKAN PADA KINERJA BENDAHARA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TABANAN DENGAN PELATIHAN DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI \ NI MADE WASASIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SI MADE AYU SRI WARDANI YASA NIM

SI MADE AYU SRI WARDANI YASA NIM TESIS PERAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KARAKTERISTIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DALAM MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN DI PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN SI MADE AYU SRI

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN TESIS PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN NI LUH MADE HERAWATI NIM 1391661043 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT TESIS PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT NI WAYAN WIWIN INTAN WINTARI ROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era otonomi sekarang ini terjadi pergeseran wewenang dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era otonomi sekarang ini terjadi pergeseran wewenang dan tanggung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era otonomi sekarang ini terjadi pergeseran wewenang dan tanggung jawab dalam pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Pemerintah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI

PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI TESIS PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI NI MADE RAI JUNIARIANI NIM 1491661008 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen ini salah satunya berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori

Lebih terperinci

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana PENGARUH KEADILAN DISTRIBUTIF DAN PENEGAKAN SANKSI PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DENGAN KEPUASAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program

Lebih terperinci

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 NIP NIP

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 NIP NIP Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi. Dr.A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi., Ak. NIP. 19641225199303 1 003

Lebih terperinci

PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN

PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN Sayu Made Parwati 1 I Gusti Ayu Nyoman Budiasih 2 Ida Bagus Putra Astika 3 1,2,3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Surel: parwatisy@gmail.com Sayu

Lebih terperinci

KOMANG AYU RUSTINI NIM NIM. 1NI PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

KOMANG AYU RUSTINI NIM NIM. 1NI PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS PENGARUH KOMPENSASI DAN LINGKUNGAN KERJA PADA KOMITMEN ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA PADA KINERJA PENGELOLA ANGGARAN (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Tabanan)

Lebih terperinci

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana 1 TESIS PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI PUTU PURNAMA DEWI PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI TESIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI (Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

I KADEK YOGI ASTRAWAN NIM.

I KADEK YOGI ASTRAWAN NIM. TESIS KEMAMPUAN ETIKA PEMERIKSA MEMODERASI PENGARUH KOMPETENSI, PENGALAMAN KERJA, DAN INDEPENDENSI PADA KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN INSPEKTORAT KABUPATEN KLUNGKUNG I KADEK YOGI ASTRAWAN NIM. 1391662038

Lebih terperinci

TESIS I PUTU PANDE ARIAWAN NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

TESIS I PUTU PANDE ARIAWAN NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS KEADILAN PROSEDURAL DAN IKLIM KERJA ETIS SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Tabanan) I PUTU PANDE ARIAWAN NIM 1391661045

Lebih terperinci

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TESIS MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN \ INGRID SARASWATI BAYUSENA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI PADA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI

PENGARUH KOMPETENSI PADA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI TESIS PENGARUH KOMPETENSI PADA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI \ GEDE ARY SURYA WARDHANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program - program yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program - program yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program - program yang direncanakan pemerintah

Lebih terperinci

PENGARUH REPUTASI, ETIKA, SELF ESTEEM DAN PREFERENSI RISIKO PIMPINAN PADA BUDGETARY SLACK BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI BALI

PENGARUH REPUTASI, ETIKA, SELF ESTEEM DAN PREFERENSI RISIKO PIMPINAN PADA BUDGETARY SLACK BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI BALI TESIS PENGARUH REPUTASI, ETIKA, SELF ESTEEM DAN PREFERENSI RISIKO PIMPINAN PADA BUDGETARY SLACK BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI BALI I NYOMAN PUTRAYASA PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM

Lebih terperinci

KINERJA SKPD YANG BELUM DAN SUDAH MELAKUKAN PENILAIAN RISIKO (Studi Kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar)

KINERJA SKPD YANG BELUM DAN SUDAH MELAKUKAN PENILAIAN RISIKO (Studi Kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar) TESIS PERBEDAAN KINERJA SKPD YANG BELUM DAN SUDAH MELAKUKAN PENILAIAN RISIKO (Studi Kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar) KOMANG INDAH MEDIANI ROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

NI PUTU AYU SISKA WULANTARI

NI PUTU AYU SISKA WULANTARI TESIS KEMAMPUAN KOMITMEN PROFESIONAL SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN AUDITOR PADA KUALITAS AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI) NI PUTU AYU SISKA

Lebih terperinci

I GUSTI LANANG SUARMIKA NIM.

I GUSTI LANANG SUARMIKA NIM. TESIS KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN MEMODERASI PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH PADA KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENGARUH PAD, DAU DAN SILPA PADA PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN (Studi pada Kabupaten / Kota se Lampung pada Tahun ) (Tesis) Oleh

PENGARUH PAD, DAU DAN SILPA PADA PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN (Studi pada Kabupaten / Kota se Lampung pada Tahun ) (Tesis) Oleh PENGARUH PAD, DAU DAN SILPA PADA PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN (Studi pada Kabupaten / Kota se Lampung pada Tahun 2007-2012) (Tesis) Oleh SADU FITRIYANI PROGRAM MAGISTER ILMU AKUNTANSI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA NYOMAN SHUADNYANA PUTRA NIM. : 0791662029 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

DWI ANGGRENI SUKARMA NIM

DWI ANGGRENI SUKARMA NIM LOCUS OF CONTROL SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI PERPAJAKAN PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DWI ANGGRENI SUKARMA NIM. 1391662043 PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN

PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN TESIS PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN NI KADEK ARI PUSPA SARI NIM 1191662009 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENGARUH ADVERSE

Lebih terperinci

PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI TESIS PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI DWI HARYADI NUGRAHA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN WAKTU, TEKANAN KETAATAN, LOKUS KENDALI EKSTERNAL DAN KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR PADA PENGHENTIAN PREMATUR PROSEDUR AUDIT

PENGARUH TEKANAN WAKTU, TEKANAN KETAATAN, LOKUS KENDALI EKSTERNAL DAN KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR PADA PENGHENTIAN PREMATUR PROSEDUR AUDIT TESIS PENGARUH TEKANAN WAKTU, TEKANAN KETAATAN, LOKUS KENDALI EKSTERNAL DAN KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR PADA PENGHENTIAN PREMATUR PROSEDUR AUDIT NI PUTU RISKI MARTINI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, RISIKO PASAR, DEBT TO EQUITY RATIO

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, RISIKO PASAR, DEBT TO EQUITY RATIO TESIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, RISIKO PASAR, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI AND REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA PUTU AYU RUSMALA DEWI

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI TESIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI KADEK NITA SUMIARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENGARUH UKURAN

Lebih terperinci

PENGARUH LOCUS OF CONTROL

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TESIS PENGARUH LOCUS OF CONTROL PADA KINERJA ANALIS KREDIT DENGAN MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA SEBAGAI PEMODERASI (STUDI PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI KANTOR CABANG UTAMA DENPASAR) ANAK AGUNG

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI, KUALITAS INFORMASI DAN PERCEIVED USEFULNESS

TESIS PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI, KUALITAS INFORMASI DAN PERCEIVED USEFULNESS TESIS PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI, KUALITAS INFORMASI DAN PERCEIVED USEFULNESS PADA KEPUASAN PENGGUNA AKHIR SOFTWARE AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS PADA HOTEL BERBINTANG DI PROVINSI BALI). NI MADE SRI

Lebih terperinci

DEWA MADE ADI KESUMA YUDHA NIM.

DEWA MADE ADI KESUMA YUDHA NIM. TESIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL PADA PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN MODERASI AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA KABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI BALI TAHUN 2007-2013) DEWA MADE ADI KESUMA YUDHA

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS KEMAMPUAN KINERJA KEUANGAN MEMODERASI PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN STRUKTUR MODAL PADA NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERGOLONG HIGH DAN LOW PROFILE Kadek Nonik Sri Wahyuni PROGRAM

Lebih terperinci

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat- Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat- Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara nugraha- Nya tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan

Lebih terperinci

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA I GEDE ANANDITHA WICAKSANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016

Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016 Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Ketut Budiartha, SE., Msi.,Ak.,CPA NIP. 19591202 198702 1 001 Dr.Drs.Herkulanus Bambang Suprasto,

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH Pengaruh Tipe Kepribadian Conventional , Adversity Quotient

UCAPAN TERIMA KASIH Pengaruh Tipe Kepribadian Conventional , Adversity Quotient UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur Penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrah-nya, tesis yang berjudul Pengaruh Tipe Kepribadian Conventional, Adversity Quotient, dan Motivasi Berprestasi

Lebih terperinci

I PUTU BAGUS INDRA MULIA NUGRAHA NIM:

I PUTU BAGUS INDRA MULIA NUGRAHA NIM: KEMAMPUAN PERTUMBUHAN EKONOMI MEMODERASI PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA BAGI HASIL PADA BELANJA MODAL KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI TAHUN 2010-2013 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

I G A AGUNG ASTIA DEWI

I G A AGUNG ASTIA DEWI PENGARUH ALOKASI BELANJA RUTIN DAN BELANJA MODAL PADA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI TAHUN ANGGARAN 2010-2013) SKRIPSI Oleh: I G A AGUNG ASTIA DEWI

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI, BUDAYA ORGANISASI DAN SPIRITUALITAS PADA KINERJA PEGAWAI KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA DI PROVINSI BALI

PENGARUH MOTIVASI, BUDAYA ORGANISASI DAN SPIRITUALITAS PADA KINERJA PEGAWAI KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA DI PROVINSI BALI TESIS PENGARUH MOTIVASI, BUDAYA ORGANISASI DAN SPIRITUALITAS PADA KINERJA PEGAWAI KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA DI PROVINSI BALI PRIHONO PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran publik merupakan dokumen politik yang menunjukkan komitmen eksekutif dalam upaya penggalian resourses yang relatif terbatas untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTASI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTASI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS PENGARUH PERSEPSI TENTANG SANKSI ADMINISTRASI TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KLUNGKUNG DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI I KADEK WINARTA NIM 1391661047 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH IKATAN KEPENTINGAN KEUANGAN, FEE AUDIT, SIFAT MACHIAVELLIAN DAN PEMAHAMAN ETIKA PADA INDEPENDENSI PENAMPILAN AUDITOR SKRIPSI

PENGARUH IKATAN KEPENTINGAN KEUANGAN, FEE AUDIT, SIFAT MACHIAVELLIAN DAN PEMAHAMAN ETIKA PADA INDEPENDENSI PENAMPILAN AUDITOR SKRIPSI PENGARUH IKATAN KEPENTINGAN KEUANGAN, FEE AUDIT, SIFAT MACHIAVELLIAN DAN PEMAHAMAN ETIKA PADA INDEPENDENSI PENAMPILAN AUDITOR SKRIPSI Oleh: A A EKA DARMAYANTHI NIM : 0915351147 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN PADA AUDIT REPORT LAG PERUSAHAAN PERBANKAN

PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN PADA AUDIT REPORT LAG PERUSAHAAN PERBANKAN PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN PADA AUDIT REPORT LAG PERUSAHAAN PERBANKAN Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program

Lebih terperinci

TESIS PENILAIAN KINERJA BERDASARKAN BALANCED SCORECARD PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN DAERAH KABUPATEN TABANAN

TESIS PENILAIAN KINERJA BERDASARKAN BALANCED SCORECARD PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN DAERAH KABUPATEN TABANAN TESIS PENILAIAN KINERJA BERDASARKAN BALANCED SCORECARD PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN DAERAH KABUPATEN TABANAN Oleh : IDA AYU PUTU NUGRAHINI NIM. 1391661038 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU PADA ETIKA PENYUSUN LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

TESIS PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU PADA ETIKA PENYUSUN LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TESIS PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU PADA ETIKA PENYUSUN LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA IDA AYU KADE KRISNA ASTUTI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS

PERNYATAAN ORISINALITAS PERNYATAAN ORISINALITAS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH SUMBER PENDANAAN DAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA NILAI PERUSAHAAN SEKTOR PROPERTI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN

PENGARUH SUMBER PENDANAAN DAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA NILAI PERUSAHAAN SEKTOR PROPERTI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN TESIS PENGARUH SUMBER PENDANAAN DAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA NILAI PERUSAHAAN SEKTOR PROPERTI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2007-2013 I MADE ARYA KARANG UTAMAYASA NIM: 1291661031

Lebih terperinci

Diajukan oleh: Teguh Sunyoto NIM: F

Diajukan oleh: Teguh Sunyoto NIM: F PENGARUH DERAJAT DESENTRALISASI FISKAL, KETERGANTUNGAN KEUANGAN DAERAH, RUANG FISKAL, DAN TINGKAT PEMBIAYAAN SILPA TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PEMERINTAH DAERAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring dengan diberilakukannya otonomi daerah. Otonomi daerah berlaku di Indonesia berdasarkan UU

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN MODERASI ALOKASI BELANJA MODALKABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN MODERASI ALOKASI BELANJA MODALKABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI TESIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN MODERASI ALOKASI BELANJA MODALKABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI NI WAYAN SUKARMI NIM 139166040 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LOCUS OF CONTROL,

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LOCUS OF CONTROL, PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LOCUS OF CONTROL, NILAI PERSONAL DAN SISTEM IMBALAN TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK (Studi Empiris pada Hotel Bintang 3, 4 dan 5 di Kota Denpasar) SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAERAH PADA PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN, DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI BALI SKRIPSI

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAERAH PADA PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN, DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI BALI SKRIPSI PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAERAH PADA PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN, DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI BALI SKRIPSI Oleh: NI LUH NANA PUTRI ANI NIM : 1006305114 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP BUDGETARY SLACK

TESIS PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP BUDGETARY SLACK TESIS PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN ETIKA, BUDAYA ORGANISASI, OPPORTUNISTIC BEHAVIOUR DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI PEMODERASI (Studi Pada SKPD Kabupaten Jembrana)

Lebih terperinci

Diajukan oleh : F.X. Riza Febri Kurniawan NIM: F

Diajukan oleh : F.X. Riza Febri Kurniawan NIM: F PENGARUH KEMANDIRIAN DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN KARAKTERISTIK DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN ALOKASI BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN TESIS KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN I GEDE PERDANA YOGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 TESIS KEWENANGAN

Lebih terperinci

Diajukan oleh: Ganjar Pamungkas Sakti NIM : F

Diajukan oleh: Ganjar Pamungkas Sakti NIM : F PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DBH PAJAK, DAU, JUMLAH PENDUDUK, DAN TIPE PEMERINTAH DAERAH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Teori yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen ini salah satunya berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi.

Lebih terperinci

PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA PADA KINERJA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI

PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA PADA KINERJA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA PADA KINERJA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI Oleh : DIAN LAKSMI NIM: 0706305011 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect. Judul : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil Pada Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Nama : Ni Nyoman Widiasih Nim : 1315351081 ABSTRAK Belanja modal merupakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR TESIS MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR IDA AYU PRANITI TRESNA PUTRI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS MANAJEMEN

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH Pengaruh Personality-Job Fit, Psychological Capital dan Faktor Demografi pada Kinerja Account Representative

UCAPAN TERIMA KASIH Pengaruh Personality-Job Fit, Psychological Capital dan Faktor Demografi pada Kinerja Account Representative UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur Penulis panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus, karena atas kasihnya yang tidak pernah terputus dan anugrah-nya, tesis yang berjudul Pengaruh Personality-Job Fit, Psychological

Lebih terperinci

A A GEDE AGUNG WISNU WARDANA NIM

A A GEDE AGUNG WISNU WARDANA NIM TESIS PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN GENDER PADA SIKAP ETIS MAHASISWA MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS UDAYANA A A GEDE AGUNG WISNU WARDANA NIM : 1291662002

Lebih terperinci

PERAN GOODGOVERNMENT GOVERNANCE DALAM MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN PADA KINERJA PEMERINTAH KOTA DENPASAR

PERAN GOODGOVERNMENT GOVERNANCE DALAM MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN PADA KINERJA PEMERINTAH KOTA DENPASAR TESIS PERAN GOODGOVERNMENT GOVERNANCE DALAM MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN PADA KINERJA PEMERINTAH KOTA DENPASAR PUTU AYU WIDIARI NIM: 1391661034 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Lebih terperinci

DETERMINASI KEPUTUSAN HEDGING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

DETERMINASI KEPUTUSAN HEDGING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS DETERMINASI KEPUTUSAN HEDGING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA IDA AYU PUTU MEGAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS DETERMINASI KEPUTUSAN HEDGING PADA

Lebih terperinci

TESIS. (Studi empiris pada Dinas Pendapatan Kabupaten Jembrana) NI KOMANG AYU HARMAWATI NIM

TESIS. (Studi empiris pada Dinas Pendapatan Kabupaten Jembrana) NI KOMANG AYU HARMAWATI NIM TESIS PENGARUH PEMAHAMAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN, KETEGASAN SANKSI PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK PBB-P2 DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN SEBAGAI PEMODERASI (Studi empiris pada

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN KAPASITAS INDIVIDU PADA SENJANGAN ANGGARAN (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung)

Lebih terperinci

PENGARUH DUKUNGAN ORGANISASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL

PENGARUH DUKUNGAN ORGANISASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TESIS PENGARUH DUKUNGAN ORGANISASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL I DEWA PUTU GEDE WIYATA PUTRA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS PENGARUH DUKUNGAN ORGANISASIONAL

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI MEMODERASI PENGARUH INDEPENDENSI, DUE PROFESSIONAL CARE, TIME BUDGET PRESSURE PADA KUALITAS AUDIT

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI MEMODERASI PENGARUH INDEPENDENSI, DUE PROFESSIONAL CARE, TIME BUDGET PRESSURE PADA KUALITAS AUDIT TESIS KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI MEMODERASI PENGARUH INDEPENDENSI, DUE PROFESSIONAL CARE, TIME BUDGET PRESSURE PADA KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali) ANAK AGUNG MADE

Lebih terperinci

TESIS EFEK KEADILAN REMUNERASI, KOMPETENSI ATASAN DAN KOHESIVITAS KELOMPOK TERHADAP WITHHOLDING EFFORT

TESIS EFEK KEADILAN REMUNERASI, KOMPETENSI ATASAN DAN KOHESIVITAS KELOMPOK TERHADAP WITHHOLDING EFFORT TESIS EFEK KEADILAN REMUNERASI, KOMPETENSI ATASAN DAN KOHESIVITAS KELOMPOK TERHADAP WITHHOLDING EFFORT IDA AYU KARTIKA MAHARANI NIM : 1490661068 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI TESIS DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI NI PUTU VIVIN NOPIANTARI NIM. 1191261003 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

KEMAMPUAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) MEMODERASI PENGARUH KINERJA KAPASITAS FISKAL DAERAH DAN

KEMAMPUAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) MEMODERASI PENGARUH KINERJA KAPASITAS FISKAL DAERAH DAN KEMAMPUAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) MEMODERASI PENGARUH KINERJA KAPASITAS FISKAL DAERAH DAN SiLPA PADA DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI SKRIPSI Oleh: A A Ngr Mayun Narindra NIM:

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF KINERJA PORTOFOLIO SAHAM SMALL MEDIUM ENTERPRISE (SME) DI PASAR MODAL INDONESIA, CHINA, DAN INDIA

STUDI KOMPARATIF KINERJA PORTOFOLIO SAHAM SMALL MEDIUM ENTERPRISE (SME) DI PASAR MODAL INDONESIA, CHINA, DAN INDIA STUDI KOMPARATIF KINERJA PORTOFOLIO SAHAM SMALL MEDIUM ENTERPRISE (SME) DI PASAR MODAL INDONESIA, CHINA, DAN INDIA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Manajemen Program

Lebih terperinci

PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI

PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI TESIS PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI GEDE WIDIADNYANA PASEK PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i PENGARUH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. menganalisis susunan kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. menganalisis susunan kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Agensi Halim dan Abdullah (2006) menjelaskan bahwa teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alam, 2010), untuk penyelenggaraan pemilukada setidaknya menelan biaya

I. PENDAHULUAN. Alam, 2010), untuk penyelenggaraan pemilukada setidaknya menelan biaya 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemilukada belum pernah dievaluasi secara serius baik pemerintah pusat maupun Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Beberapa kalangan

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS

PERNYATAAN ORISINALITAS PERNYATAAN ORISINALITAS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI TAHUN SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI TAHUN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI TAHUN 2008-2013 SKRIPSI Oleh : I Wayan Sumawan NIM : 0806305130 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA SKRIPSI

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA SKRIPSI PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA SKRIPSI Oleh: PUTU TIYA MAHAWYAHRTI NIM: 1115351093 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek penelitian data ini adalah Pemerintah Daerah pada 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Subjek penelitiannya, yaitu data PAD, DAU, DAK, dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA ii TESIS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA I DEWA AYU KRISTIANTARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PEMERINTAH DAERAH, KEMAKMURAN, INTERGOVERNMENTAL REVENUE

PENGARUH UKURAN PEMERINTAH DAERAH, KEMAKMURAN, INTERGOVERNMENTAL REVENUE PENGARUH UKURAN PEMERINTAH DAERAH, KEMAKMURAN, INTERGOVERNMENTAL REVENUE, TEMUAN DAN OPINI AUDIT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA SE-BALI SKRIPSI Oleh : PUTU

Lebih terperinci

TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN

TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN AYU DIANDRA SARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS PERAN MEDIASI

Lebih terperinci

INTEGRITAS SEBAGAI PEMODERASI KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN. Pembangunan Perwakilan Provinsi Bali)

INTEGRITAS SEBAGAI PEMODERASI KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN. Pembangunan Perwakilan Provinsi Bali) 23707 73 931466 931465 01234 9 $9 9 45026773$646093(356 6135696(66026 23616161446561& 93702672467)(61 '!9"#$ &62) 5670 676(02 $!1 6%%17765&770 95456967*6765616 10+3570267(6,616 (3196765 ' -./0 TESIS INTEGRITAS

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH CONCERN TO ORDER DAN CUSTOMER ORIENTATION TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI KANTOR REKTORAT UNIVERSITAS UDAYANA

TESIS PENGARUH CONCERN TO ORDER DAN CUSTOMER ORIENTATION TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI KANTOR REKTORAT UNIVERSITAS UDAYANA TESIS PENGARUH CONCERN TO ORDER DAN CUSTOMER ORIENTATION TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI KANTOR REKTORAT UNIVERSITAS UDAYANA NI LUH GEDE ARYAWATI NIM : 1090662046 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, KAPASITAS INDIVIDU, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, KAPASITAS INDIVIDU, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, KAPASITAS INDIVIDU, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI SKRIPSI Oleh : NI WAYAN RATNA DEWI 1206305088 FAKULTAS

Lebih terperinci

KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) PADA PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI BALI

KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) PADA PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI BALI KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) PADA PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI BALI SKRIPSI Diajukan oleh: AGUS ADI PRATAMA PUTRA NIM:

Lebih terperinci

TESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA I GEDE SURYA PRATAMA NIM : 1390662029 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI TUKAR RIIL DAN TINGKAT SUKU BUNGA RIIL TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH NILAI TUKAR RIIL DAN TINGKAT SUKU BUNGA RIIL TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL DAN TINGKAT SUKU BUNGA RIIL TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA IDA SRI DHARMA DEWI NIM : 04.90.662.057 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci