FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT MODAL KERJA (KMK) USAHA MIKRO PADA PT. BPR MITRA DAYA MANDIRI KOTA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT MODAL KERJA (KMK) USAHA MIKRO PADA PT. BPR MITRA DAYA MANDIRI KOTA BOGOR"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT MODAL KERJA (KMK) USAHA MIKRO PADA PT. BPR MITRA DAYA MANDIRI KOTA BOGOR SKRIPSI ALFERA YUSIANA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN EKSEKUTIF ALFERA YUSIANA. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Modal Kerja (KMK) Usaha Mikro pada PT BPR Mitra Daya Mandiri Kota Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan NETTI TINAPRILLA). Pemberdayaan Usaha Mikro menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Usaha mikro telah terbukti mampu memberikan kontribusi yang nyata terhadap perekonomian nasional, khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja dan merupakan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah usaha mikro yang ada di Indonesia. Melihat potensi tersebut, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan inpres Nomor 6 tanggal 8 Juni 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Rill dan Pemberdayaan UMKM yang diikuti dengan Nota Kesepahaman Bersama antara Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan. Bank Perkreditan Rakyat merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun Dalam undang-undang tersebut secara jelas disebutkan bahwa ada dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR. Salah satu BPR di kota Bogor yaitu PT. BPR Mitra Daya Mandiri. Sejak tahun 2006, penyaluran kredit yang dilakukan PT. BPR Mitra Daya Mandiri didominasi oleh kredit konsumtif. Proporsi KMK (KMK) relatif lebih kecil, tentu ini menjadi suatu indikator bahwa kredit yang disalurkan PT. BPR Mitra Daya Mandiri untuk modal kerja sektor Usaha Mikro Kecil masih relatif kecil. Sehingga untuk itu, perlu diketahui bagaimana prosedur yang dijalankan oleh PT. BPR Mitra Daya Mandiri dalam menyalurkan kreditnya khususnya untuk KMK untuk sektor usaha mikro saat ini, dan bagaimana perbaikannya kedepan agar dapat mencapai target portofolio yang telah ditetapkan. Sehingga untuk itu perlu diketahui bagaimana prosedur yang dijalankan oleh PT. BPR Mitra Daya Mandiri dalam menyalurkan kreditnya khususnya untuk KMK untuk sektor usaha mikro. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis karakteristik nasabah KMK untuk usaha mikro sektor agribisnis PT BPR Mitra Daya Mandiri dan (2) menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KMK untuk usaha mikro pada PT BPR Mitra Daya Mandiri. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive. Populasi dalam penelitian ini adalah debitur KMK. Berdasarkan data performent bulan Juni 2010 total populasi debitur KMK PT BPR Mitra Daya Mandiri adalah 166 orang yang terbagi menurut sektor ekonomi baik agribisnis maupun non agribisnis. Sampel yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini adalah debitur yang telah menerima kredit maksimum sebesar lima juta rupiah dan omzet usaha per tahun kurang dari 300 juta rupiah serta nilai agunan maksimum 50 juta rupiah yaitu 115 orang. Semua faktor yang diduga ii

3 mempengaruhi realisasi KMK pada BPR MDM dianalisis mengggunakan analisis Deskriptif dan Regresi. Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat realisasi kredit dengan menggunakan model analisis Regresi Linear Berganda sehingga diketahui variabel-variabel bebas yang secara nyata berpengaruh atau tidak terhadap tingkat realisasi kredit sebagai variabel tak bebas. Variabel-variabel tak bebas model tersebut terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jenis usaha, lama usaha, omzet usaha per bulan, pendapatan usaha per bulan, frekuensi peminjaman, jumlah pengajuan kredit dan nilai agunan. Data yang terkumpul, diolah menggunakan aplikasi program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 14 for windows. Berdasarkan analisis deskriptif, karakteristik debitur responden penerima realisasi KMK untuk usaha mikro pada BPR MDM adalah (1) proporsi terbesar responden berada pada usia 5 tahun, berjenis kelamin pria dan jumlah tanggungan keluarga maksimum tiga orang, (2) sebagian besar memilik pendapatan usaha bersih per bulan maksimum dua juta rupiah dan jenis usaha bidang agribisnis (3) sebagian besar frekuensi peminjaman kredit satu kali, jumlah kredit yang diajukan dua sampai empat juta rupiah. nilai agunan dua sampai lima juta rupiah, bunga efektif persen dan jangka waktu dua belas sampai delapan belas bulan. Berdasarkan analisis regresi linier berganda, faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap realisasi KMK untuk usaha mikro pada BPR MDM adalah variabel tingkat pendapatan usaha bersih per bulan, frekuensi peminjaman kredit, jumlah kredit yang diajukan, nilai agunan dan jangka waktu kredit pada tingkat kepercayaan 95 persen. Variabel lainnya seperti umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan, jenis usaha, dan bunga efektif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya realisasi KMK yang dapat diterima oleh debitur. Pihak BPR MDM hendaknya lebih memperhatikan persyaratan kredit khususnya mengenai pendapatan bersih per bulan, frekuensi kredit, pengajuan kredit, nilai agunan dan jangka waktu kredit sehingga jumlah realisasi KMK pada BPR MDM dapat meningkat. Hal ini sebagai salah satu cara agar performance KMK proporsinya terus meningkat dibandingkan kredit lainnya seperti kredit konsumsi dan kredit investasi. Diharapkan bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis perbandingan penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian kredit KMK untuk usaha mikro dengan kredit lainnya sehingga bisa diketahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja masing-masing kredit tersebut. iii

4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT MODAL KERJA (KMK) USAHA MIKRO PADA PT. BPR MITRA DAYA MANDIRI KOTA BOGOR ALFERA YUSIANA H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 iv

5 Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Modal Kerja (KMK) Usaha Mikro pada PT BPR Mitra Daya Mandiri Kota Bogor Nama : Alfera Yusiana NIM : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : v

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Modal Kerja (KMK) Usaha Mikro pada PT BPR Mitra Daya Mandiri Kota Bogor adalah benar karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2010 Alfera Yusiana H vi

7 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Tasikmalaya pada tanggal 8 Agustus Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Aland Yoes S. dan Ibunda Ai Komariah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Kalangsari II Tasikmalaya pada tahun 2000, dan pendidikan menengah pertama pada tahun 2003 di MTs Persis Benda Tasikmalaya. Pendidikan menengah atas diselesaikan di SMAN 3 Tasikmalaya pada tahun Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005 pada program Diploma III Manajemen Agribisnis dan menyelesaikan masa studinya pada tahun Selama pendidikan Diploma IPB, penulis mendapatakan beasiswa yaitu Beasiswa dari Yayasan SUPERSEMAR pada tahun Pada tahun yang sama yaitu tahun 2008, penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selain belajar, penulis juga pada awal tahun 2009 sampai sekarang bekerja sebagai karyawan / staff Legal Officer pada PT BPR Mitra Daya Mandiri. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Alloh SWT atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Modal Kerja (KMK) untuk Usaha Mikro pada PT BPR Mitra Daya Mandiri Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik nasabah kredit modal kerja (KMK) untuk usaha mikro sektor agribisnis PT BPR Mitra Daya Mandiri dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit modal kerja (KMK) untuk usaha mikro sektor Agribisnis pada PT BPR Mitra Daya Mandiri. Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis. Namun demikian, penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi sehingga saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan, baik dari segi format penulisan, isi kajian, maupun dari kedalaman kajian. Bogor, Desember 2010 Alfera Yusiana viii

9 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan karunia-nya skripsi ini dapat terselesaikan. Sebagai bentuk rasa syukur tersebut, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya pada beberapa pihak yang telah membantu penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan yaitu kepada: 1. Orangtua tercinta Aland Yoes S. dan Ai Komariah yang selalu memberikan dukungan cinta dan doanya. Semoga ini bisa menjadi persembahan terbaik untuknya. 2. Kakak dan adik-adikku tercinta (Alni, Ferry, dan Frian) dan seluruh keluarga tercinta, terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya, I love you all 3. Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, pengarahan, serta saran mulai dari persiapan proposal sampai penulisan skripsi ini. 4. Ir. Dr. Nunung Kusnadi, MS sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan saran dan masukan guna perbaikan penelitian ini. 5. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS dan Suprehatin, SP. MAB sebagai dosen penguji utama dan dosen penguji dari wakil komisi pendidikan pada ujian sidangpenulis yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini. 6. Ir. Dwi Rachmina, Msi sebagai dosen pembimbing akademik, terimakasih atas arahannya selama proses belajar penulis. 7. Direksi dan seluruh staf karyawan pada PT. BPR Mitra Daya Mandiri: Effi B. Emor, Gatot Sumargono, Endang Sri Rejeki, Nefo, Yayan, seluruh staff Account Officer (Lukman, Zaki, Ricky, Derry, Agus, Emir, Andri, Indra), staff operasional (Sri Elvi, Siti Halimah,Siti Sarah, Budi), staff remedial (Yudi, Rizal, Joko, Opik, Ulung) dan yang lainnya yang tidak bisa sebutkan satu persatu. 8. Teman kosan penulis M14 : Sani, Meli, Mahdalena, Dede Aden, Adi, Lani yang senantiasa membantu dalam penulisan skripsi ini. ix

10 9. Temen seperjuangan saat Diploma III : Kemal, Dua Neneng : Ashafirrah dan Resti Lestari, Kita untuk selamanya teman. Thanks a lot. 10. Mayang Dwi Aprianti, sebagai pembahas seminar hasil penelitian penulis dengan memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam perbaikan skripsi ini. 11. Seluruh staf dosen dan Sekretariat Program Penyelenggaraan Khusus Agribisnis atas bantuan dan kerjasamanya selama mengikuti proses belajar. 12. Rekan-rekan seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan 5 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Suatu kebanggan tersendiri bagi penulis dapat menjadi bagian dari keluarga besar Agribisnis. Growing the future! 13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan, dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan terhadap penulis. Bogor, Desember 2010 Alfera Yusiana x

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman xiii xv xvi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Usaha Mikro Kecil Tinjauan Empiris Penelitian Terdahulu Studi Tentang Peran Lembaga Keuangan Mikro dan Bank Perkreditan Rakyat Studi Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Prinsip-prinsip Perkreditan Kerangka Pemikiran Operasional Hipotesis Hipotesis Analisis Realisasi Kredit Berdasarkan Karakteristik Individu Hipotesis Analisis Realisasi Kredit Berdasarkan Karakteristik Usaha IV. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Model Regresi Linear Berganda Asumsi Model Regresi Linear Berganda Definisi Operasional V. GAMBARAN UMUM PT BPR MITRA DAYA MANDIRI Sejarah PT BPR Mitra Daya Mandiri Visi dan Misi PT BPR Mitra Daya Mandiri Organisasi dan Manajemen PT BPR Mitra Daya Mandiri Kegiatan Operasional PT BPR Mitra Daya Mandiri Perkembangan Usaha PT BPR Mitra Daya Mandiri xi

12 5.6 Mekanisme Penyaluran Kredit Modal Kerja pada PT BPR Mitra Daya Mandiri VI. VII. KARAKTERISTIK DEBITUR KREDIT MODAL KERJA PT BPR MITRA DAYA MANDIRI Perbandingan Karakteristik Individu Responden Perbandingan Karakteristik Usaha Responden Perbandingan Karakteristik Kredit Responden ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KMK BPR MDM Umur Debitur Jenis Kelamin Jumlah Tanggungan Keluarga Pendapatan Bersih Per Bulan Jenis Usaha Frekuensi Peminjaman Kredit Jumlah Kredit Yang Diajukan Nilai Agunan Bunga Efektif Jangka Waktu Kredit VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha menurut Skala Usaha Tahun Jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menurut Sektor Ekonomi Tahun atas Harga Konstan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro Kecil, Menengah (UMKM) menurut Sektor Ekonomi Tahun Perkembangan Nilai Investasi menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun Perkembangan Kredit BPR Konvensional di Kota Bogor Period Agustus 2009-Januari Realisasi Penyaluran Kredit pada PT BPR Mitra Daya Mandiri berdasarkan Jenis Kredit Tahun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang Berlokasi di Kota Bogor Tahun 2010 Berdasarkan Realisasi Kredit ( Ribuan Rupiah) Kondisi Karyawan BPR Mitra Daya Mandiri Berdasarkan Pendidikan Terakhir Perkembangan Usaha PT. BPR Mitra Daya Mandiri Lima Tahun Terakhir (dalam jutaan) Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Kredit Modal Kerja (KMK) PT. BPR Mitra Daya Mandiri menurut Umur Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Kredit Modal Kerja (KMK) PT. BPR Mitra Daya Mandiri menurut Jenis Kelamin Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Kredit Modal Kerja (KMK) PT. BPR Mitra Daya Mandiri menurut Jumlah Tanggungan Keluarga xiii

14 14. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Kredit Modal Kerja (KMK) PT. BPR Mitra Daya Mandiri menurut Pendapatan Usaha Bersih Per Bulan Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Kredit Modal Kerja (KMK) PT. BPR Mitra Daya Mandiri menurut Jenis Usaha Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Kredit Modal Kerja (KMK) PT. BPR Mitra Daya Mandiri menurut Frekuensi Peminjaman Kredit Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Kredit Modal Kerja (KMK) PT. BPR Mitra Daya Mandiri menurut Jumlah Kredit Yang Diajukan Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Kredit Modal Kerja (KMK) PT. BPR Mitra Daya Mandiri menurut Nilai Agunan Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Kredit Modal Kerja (KMK) PT. BPR Mitra Daya Mandiri menurut Bunga Effektif Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Kredit Modal Kerja (KMK) PT. BPR Mitra Daya Mandiri menurut Jangka Waktu Hasil Analisis terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi KMK pada PT. BPR Mitra Daya Mandiri xiv

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pergerakan Sepanjang Kurva Permintaan Kredit Pergeseran Kurva Permintaan Kredit Pergerakan Sepanjang Kurva Penawaran Kredit Pergeseran Kurva Penawaran Kredit Diagram Kerangka Pemikiran Operasional Komposisi Kredit Berdasarkan Penggunaan Prosedur Penyaluran Kredit pada PT. BPR Mitra Daya Mandiri xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi PT BPR Mitra Daya Mandiri Formulir Aplikasi Kredit Umum BPR Mitra Daya Mandiri Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Normal Probability Plot Komponen Standardized Residual menurut Persentase (Realisasi KMK BPR MDM) Plot Komponen Standardized Residual Menurut Variabel Dependent (Realisasi KMK BPR MDM) xvi

17 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Usaha mikro telah terbukti mampu memberikan kontribusi yang nyata terhadap perekonomian nasional, khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja dan merupakan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah usaha mikro yang ada di Indonesia. Berdasarkan Tabel 1 pada tahun 2007 jumlah usaha mikro mendominasi yaitu mencapai 98,89 persen dari total usaha yang ada di Indonesia (Kementrian Negara Koperasi dan UMKM 2009). Tabel 1. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Menurut Skala Usaha Tahun No. Skala Usaha Jumlah Unit Perkembangan * Jumlah % 1 Usaha Mikro ,86 2 Usaha Kecil ,34 3 Usaha Menengah ,59 4 Usaha Besar ,04 Jumlah ,88 Keterangan : *) Angka Sementara Sumber : Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2009 Jumlah pelaku usaha terbesar menurut skala usaha di Indonesia pada tahun dimiliki oleh Usaha Mikro yaitu mencapai 98,89 persen dari total usaha yang ada. Hal ini menunjukkan besarnya peran Usaha Mikro dalam pembangunan perekonomian Indonesia jika dibandingkan sektor usaha lainnya. Persentase terbesar dari usaha mikro adalah dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yaitu sebesar 52,95 persen. Selain itu, sektor lainnya yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 28,12 persen. Sektor ekonomi tersebut merupakan agribisnis, peran agribisnis inilah yang tidak akan terlepas dari perekonomian Indonesia sebagai negara agraris. Sebagai pembanding, berikut disajikan perkembangan jumlah usaha mikro dan kecil menurut sektor ekonomi pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.

18 Tabel 2. Jumlah Usaha Mikro dan Kecil Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2007 Mikro Kecil No. Sektor Ekonomi (Unit) % (Unit) % 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan , ,20 2 Pertambangan dan Penggalian , ,42 3 Industri Pengolahan , ,60 4 Listrik, Gas dan Air Bersih , ,11 5 Bangunan , ,48 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran , ,32 Pengangkutan dan 7 8 Komunikasi , ,29 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , ,42 9 Jasa Jasa , ,15 Total , ,00 Sumber : Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2009 Agribisnis merupakan suatu cara baru melihat pertanian. Cara baru yang dulu melihat secara sektoral sekarang intersektoral. Sistem agribisnis mengandung pengertian sebagai rangkaian kegiatan beberapa subsistem yang saling mempengaruhi satu sama lain. Subsistem tersebut adalah subsistem faktor input pertanian (input subsystem), subsistem produksi pertanian (production subsystem), subsistem pengolahan hasil pertanian (processing sub-system), subsistem pemasaran, baik untuk faktor produksi, hasil produksi maupun hasil olahannya (marketing subsystem), dan subsistem kelembagaan penunjang (supporting institution system) (Saragih, 2010). Berdasarkan cara pandang ini, sektor ekonomi yang termasuk sektor agribisnis adalah keseluruhan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sebagian besar dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Berdasarkan Tabel 2 dapat dikatakan bahwa sekitar 75 persen dari seluruh pelaku Usaha Mikro di Indonesia bergerak di bidang Agribisnis yaitubeasal dari sektor ekonomi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sebagian sektor ekonomi perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini menunjukkan besarnya peran Usaha Mikro agribisnis dalam pembangunan perekonomian Indonesia. 2

19 Peranan Usaha Mikro dalam memajukan perekonomian Indonesia juga dapat dilihat berdasarkan kontribusinya terhadap penciptaan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai persentase Produk Domestik Bruto (PDB) usaha mikro kecil dan menengah pada tahun mengalami perkembangan. Seperti halnya untuk penyebaran jumlah pelaku usaha, usaha mikro sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan juga mempunyai kontribusi cukup besar terhadap PDB yaitu sebesar 38,01 persen pada skala mikro, sektor lainnya yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 29,50 persen. Pada Tabel 3 dijelaskan bahwa proporsi usaha mikro Agribisnis dalam penciptaan PDB pada tahun 2007 lebih besar yaitu lebih dari 60 persen. Tabel 3. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro dan Kecil Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2007 atas Harga Konstan 2000 Mikro Kecil No. Sektor Ekonomi Milyar % Milyar % Pertanian, Peternakan, 1 Kehutanan dan Perikanan ,1 38,01 566,6 0,28 2 Pertambangan dan Penggalian ,9 2, ,6 0,59 3 Industri Pengolahan ,1 9, ,1 21,00 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 33,1 0, ,5 0,08 5 Bangunan ,3 2, ,9 3,66 Perdagangan, Hotel dan 6 Restoran ,1 29, ,3 49,30 7 Pengangkutan dan Komunikasi ,3 5, ,6 4,57 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ,4 3, ,4 9,67 9 Jasa Jasa ,8 10, ,3 10,85 PDB Total ,1 100, ,3 100,00 Sumber : Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2009 Umumnya, usaha mikro merupakan usaha padat karya sehingga sangat berperan dalam mengatasi masalah perekonomian Indonesia, khususnya dalam mengurangi pengangguran dengan penciptaan kesempatan kerja dan membuka peluang lapangan kerja. Usaha mikro mampu menyediakan lapangan kerja yang cukup luas bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penyerapan tenaga kerja usaha mikro tahun 2007 pada Tabel 4. Usaha mikro mampu menyerap tenaga kerja sebesar 81,7 juta orang dan sektor usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan 3

20 perikanan sebesar 41,6 juta orang. Selanjutnya diikuti oleh usaha kecil yang mampu menyerap tenaga kerja 3,8 juta orang (Kementrian Koperasi dan UMKM, 2007). Besarnya jumlah tenaga kerja yang diserap, adalah sektor mikro maka sektor mikro merupakan kunci kesejahteraan masyarakat Indonesia. Tabel 4. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro dan Kecil Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2007 No. Sektor Ekonomi Mikro Kecil Orang % Orang % 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan , ,56 2 Pertambangan dan Penggalian , ,69 3 Industri Pengolahan , ,96 4 Listrik, Gas dan Air Bersih , ,51 5 Bangunan , ,38 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran , ,29 7 Pengangkutan dan Komunikasi , ,99 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , ,97 9 Jasa Jasa , ,64 Total , ,00 Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2009 Pengembangan usaha mikro saat ini dan mendatang menghadapi berbagai hambatan dan tantangan dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat. Namun demikian dengan berbagai keterbatasan yang ada, usaha mikro masih mampu menjadi andalan utama perekonomian Indonesia. Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro mengisyaratkan adanya kelemahan yang potensial menimbulkan berbagai masalah internal terutama yang berkaitan dengan pendanaan. Demikian pula halnya usaha mikro Agribisnis, sebagian besar permasalahan yang dihadapi pelaku agribisnis adalah dalam hal pendanaan. Pelaku usaha memerlukan dana untuk menjalankan usahanya mulai dari pembelian barang hingga kembali berputar menjadi kas. Siklus perputaran setiap jenis usaha berbeda tergantung dari pengelolaan usaha masing-masing. Apabila usaha makin besar, maka pelaku usaha tersebut membutuhkan tambahan modal. Tambahan modal ini bisa diperoleh dari pencairan tabungan, maupun berasal dari pinjaman (pinjaman atau kredit pihak ketiga ataupun pinjaman dari Bank). 4

21 Usaha mikro umumnya termasuk usaha mikro agribisnis masih mengandalkan modal sendiri dalam menjalankan usahanya dan sering kesulitan dalam mendapatkan fasilitas pinjaman modal dari bank, karena sebagian besar usaha mikro telah feasible 1 tapi belum bankable 2. Produk bank yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan persoalan modal ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan dan kondisi usaha mikro misalnya bunga yang memberatkan, adanya anggapan berlebihan terhadap besarnya resiko kredit usaha mikro, biaya transaksi kredit usaha mikro relatif tinggi, persyaratan bank teknis kurang dipenuhi (agunan, proposal), terbatasnya akses karena kurangnya informasi pelaku usaha mikro terhadap bank. Rendahnya penyerapan modal ini dapat dilihat pada kontribusi usaha mikro dalam pembentukan investasi nasional yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Nilai Investasi menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 No. Skala Usaha Jumlah (Rp Juta) Perkembangan * Jumlah % 1 Usaha Mikro ,88 2 Usaha Kecil ,68 UMK ,74 3 Usaha Menengah ,63 4 Usaha Besar ,81 Jumlah ,65 Keterangan :*) Angka Sementara Sumber : Kementrian Negara Koperasi dan UMKM (2009) Rendahnya investasi usaha mikro merupakan indikasi terbatasnya kelompok usaha ini dalam mengakses sumberdaya produktif terutama pembiayaan untuk pengembangan usahanya. Dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumbersumber pembiayaan usaha mikro masih menunjukkan perkembangan yang bervariasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2006), dari 49,82 juta pengusaha mikro, hanya sekitar sekitar 19,1 juta (39 persen) yang telah mendapatkan pinjaman dari bank. Sementara itu, sisanya, yaitu 29,84 juta pengusaha (61 persen), masih belum dapat dilayani oleh perbankan. 1 Memungkinkan secara kelayakan usaha. 2 Belum memenuhi persyaratan kelyakan menurut bank misalnya saja dalam hal collateral (agunan). 5

22 Mempertimbangkan kondisi tersebut, akhirnya Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Inpres Nomor 6 tanggal 8 Juni 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Rill dan Pemberdayaan UMKM yang diikuti dengan Nota Kesepahaman Bersama antara Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan. Nota Kesepahaman Bersama tersebut, ditandatangani oleh para pihak yang berwenang pada tanggal 9 Oktober 2007 dengan ditandai peluncuran Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada UMKM. Melihat kesempatan tersebut beberapa bank umum baik yang berstatus BUMN ataupun bank umum swasta nasional saat ini mulai menyalurkan dananya ke sektor usaha mikro tidak terkecuali BPR yang sejak awal penbentukannya diperuntukkan untuk melayani pengusaha mikro, kecil dan menengah. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. Dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun Dalam undang-undang tersebut secara jelas disebutkan bahwa ada dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR. Realisasi penyaluran kredit melalui Bank Perkreditan Rakyat di Kota dan Kabupaten Bogor mengalami peningkatan, ini terlihat dari penyaluran kredit BPR per bulan Desember 2008 dan Desember BPR Kota Bogor pada tahun 2008 menyalurkan kredit sebesar Rp 69 juta dan penyalurannya meningkat sebesar 14,14 persen menjadi Rp 78,8 juta. Demikian juga dengan BPR Kabupaten Bogor pada tahun 2007 menyalurkan kredit sebesar Rp 157 juta dan mengalami peningkatan sebesar 22 persen menjadi Rp 192 juta. Peningkatan penyaluran tersebut menjadi indikasi BPR ikut menyalurkan kredit kepada masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor. Berikut penyaluran kredit BPR Konvensional di Kota dan Kabupaten Bogor Periode Desember 2007 dan Desember

23 Tabel 6. Perkembangan Kredit BPR Konvensional di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor Periode Desember 2008 dan Desember 2009 Kota/ Kabupaten Tahun Desember 2008 Desember 2009 Kota Bogor ,816,003 Kabupaten Bogor ,720,354 Sumber : Statistik BPR Konvensional Bank Indonesia, Perkembangan kredit tersebut memperlihatkan bahwa BPR ikut serta dalam memberikan kredit sebagai upaya memberikan modal pada sektor usaha mikro. Hal ini mengindikasikan bahwa salah satu alasan perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sangat dipengaruhi oleh perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang keberadaannya semakin lama semakin banyak tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Hal ini dapat dimengerti karena pangsa pasar utama dari BPR adalah masyarakat menengah bawah. Sehingga BPR sangat berperan dalam penyaluran kredit mikro yaitu adalah kredit dengan plafon maksimum Rp.50 juta (SIPUK Bank Indonesia, 2010) Perumusan Masalah BPR Mitra Daya Mandiri adalah BPR yang dalam menjalankan kegiatan usahanya dilakukan secara konvensional dengan menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan deposito kemudian menyalurkannya dalam bentuk pemberian kredit. BPR ini didirikan untuk melayani masyarakat dan pengusaha kecil yang berada mulai dari tingkat Kecamatan sampai ke pedesaan yang sifat usahanya untuk mendukung sektor informal di kota-kota. Sampai saat ini BPR Mitra Daya Mandiri telah menyalurkan kredit kepada masyarakat kota dan kabupaten Bogor dan sekitarnya dalam bentuk kredit mikro baik dalam bentuk kredit konsumsi, kredit investasi, dan kredit modal kerja. Besarnya kredit yang disalurkan oleh PT. BPR Mitra Daya Mandiri menurut jenisnya dapat dilihat pada Tabel [12 Maret 2010] 4 Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil [2 Maret 2010] 7

24 Tabel 7. Realisasi Penyaluran Kredit pada PT BPR Mitra Daya Mandiri berdasarkan Jenis Kredit Tahun Jenis Kredit Realisasi Kredit (Rp Juta) 31-Des Des Des Des-09 Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Sumber : Data Performace PT. BPR Mitra Daya Mandiri, 2009 Berdasarkan Tabel 7 terlihat penyaluran kredit yang dilakukan PT. BPR Mitra Daya Mandiri didominasi oleh kredit konsumtif. Proporsi kredit modal kerja (KMK) relatif lebih kecil, tentu ini menjadi suatu indikator bahwa kredit yang disalurkan PT. BPR Mitra Daya Mandiri untuk modal kerja sektor Usaha Mikro masih relatif kecil. Padahal kolektabilitas debitur KMK cukup baik dimana dari 166 orang debitur 114 debitur atau 68 persen diantaranya adalah debitur dengan kolektabilitas lancar. Kecilnya proporsi KMK ini terkait dengan kebijakan dari PT BPR Mitra Daya Mandiri yang beberapa tahun terakhir memang fokus ke kredit corporate dengan tujuan konsumtif yang dilakukan melalui mekanisme kerjasama dengan pihak perusahaan atau instansi tertentu (pemerintah atau swasta) dengan pemberian pinjaman tanpa agunan untuk PNS dan karyawan dan pemabayaran angsuran dengan cara potong gaji setiap bulannya. Cara ini sebenarnya cukup efektif terlihat dari terus meningkatnya kredit konsumtif tapi berjalannya waktu pengalaman dilapangan kredit jenis ini pun tidak terhindar dari risiko kemacetan. Sehingga satu tahun terakhir tepatnya pada rencana kerja tahun 2009 pihak manajemen berusaha meningkatkan proporsi kredit lainnya yaitu KI dan KMK yang ditujukan karena saat ini portofolio kredit yang didominasi kredit konsumtif dinilai kurang baik karena tidak ada penyebaran risiko. Sehingga untuk itu, perlu diketahui bagaimana prosedur yang dijalankan oleh PT. BPR Mitra Daya Mandiri dalam menyalurkan kreditnya khususnya untuk kredit modal kerja (KMK) untuk sektor usaha mikro saat ini, dan bagaimana perbaikannya kedepan agar dapat mencapai target portofolio yang telah ditetapkan. 8

25 Plafond maksimum kredit modal kerja di BPR Mitra Daya Mandiri pada awalnya mencapai lima puluh juta rupiah namun saat ini hampir 75 persen kredit modal kerja (KMK) yang disalurkan yaitu dengan plafond maksimum sebesar lima juta rupiah. Dengan besar plafon yang dikeluarkan oleh BPR Mitra Daya Mandiri diharapkan usaha mikro dapat tumbuh dan mengembangkan usahanya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan permintaan kredit dari nasabah. Untuk dapat mencapai peningkatan realisasi kredit mikro tersebut, perlu mengetahui dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit modal kerja berdasarkan prinsip 5 C yaitu character, capacity, capital, collateral dan condition of economy yang ditinjau dari sisi kelayakan debiturnya baik karakteristik individu, karakteristik usahanya serta kelayakan debitur dari sisi perbankan. Karakteristik individu debitur merupakan penjabaran dari prinsip character terdiri dari umur, jenis kelamin dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik usaha debitur merupakan penjabaran dari prinsip capacity dan condition of economy terdiri dari tingkat pendapatan usaha dan jenis usaha. Kelayakan dari sisi perbankan merupakan penjabaran dari prinsip capital dan collateral terdiri dari frekuensi peminjaman kredit, jumlah kredit yang diajukkan, nilai agunan, bunga efektif dan jangka waktu kredit. Kelayakan debitur dari dua sisi tersebut sangat penting untuk diidentifikasi karena terkait dengan karakter debitur atau keberhasilan debitur dalam menjalankan usahanya serta kemampuan dalam pengembalian kredit. Dengan demikian BPR Mitra Daya Mandiri dapat menentukan nasabah yang tepat dan jumlah atau plafond yang tepat untuk nasabah tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Bagaimana Karakteristik nasabah kredit modal kerja (KMK) untuk usaha mikro pada PT BPR Mitra Daya Mandiri berdasarkan realisasi kredit? 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit modal kerja (KMK) untuk usaha mikro pada PT BPR Mitra Daya Mandiri? 9

26 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis karakteristik nasabah kredit modal kerja (KMK) untuk usaha mikro sektor agribisnis PT BPR Mitra Daya Mandiri. 2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi kredit modal kerja (KMK) untuk usaha mikro sektor Agribisnis pada PT BPR Mitra Daya Mandiri. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat dan kegunaan juga informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Bagi PT. BPR Mitra Daya Mandiri, diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan strategi untuk menentukan kebijakan khususnya terkait dengan rencana penyaluran kredit sehingga realisasi kredit modal kerja (KMK) akan meningkat dan akhirnya mencapai target realisasi serta mengurangi bahkan mencegah adanya kasus penunggakan pengembalian kredit (kredit bermasalah). 2. Bagi mahasiswa, mudah-mudahan dapat memberi masukan dan menjadi bahan referensi dalam melakukan kajian dan penelitian terkait. 3. Bagi penulis, semoga dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh dimasa perkuliahan, sebagai bekal yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja serta pengalaman berharga dalam pengaplikasian teoriteori ilmiah dengan fenomena di lapangan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan kepada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit modal kerja (KMK) untuk usaha mikro dengan batasan plafon kredit lima juta rupiah, omzet usaha maksimum 300 juta rupiah per tahun dan nilai jaminan maksimum 50 juta rupiah. Studi kasus pada PT. BPR Mitra Daya Mandiri Kota Bogor. 10

27 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Usaha Mikro Kecil Terdapat penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini. Diantaranya yang berkaitan dengan variabel Usaha Mikro Kecil terdapat beberapa batasan usaha mikro kecil menurut berbagai negara. Definisi UKM ternyata tidak hanya rancu di Indonesia. Pada tingkat internasional pun ada banyak definisi yang digunakan untuk UKM. Demikian juga banyak negara yang tidak memiliki definisi yang sama. Berikut ini dilihat definisi UKM pada tingkat internasional. Menurut Adiningsih S (2003) dalam penelitiannya mengenai regulasi dalam revitalisasi usaha kecil dan menengah di Indonesia disebutkan beberapa kriteria mengenai Usaha Kecil Menengah. Menurut penelitianya setiap negara atau lembaga internasional memiliki batasan yang berbeda dalam menetapkan batasan usaha mikro, kecil dan menengah hal ini dikarenakan perbedaan kondisi ekonomi masing-masing negara. World Bank membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu: Medium enterprise, dengan kriteria: (a) jumlah karyawan maksimal 300 orang, (b) pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta, dan (c) jumlah aset hingga sejumlah $15 juta. Small enterprise, dengan kriteria: (a) jumlah karyawan kurang dari 30 orang, (b) pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta, dan (c) jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta. Micro enterprise, dengan kriteria: (a) jumlah karyawan kurang dari 10 orang, (b) pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu, dan (c) jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu. Europa Commission, membagi UKM ke dalam tiga jenis, yaitu: Medium-sized enterprise, dengan kriteria: (a) jumlah karyawan kurang dari 250 orang, (b) pendapatan setahun tidak melebihi EUR 50 juta (sebanding dengan $ 58,5 juta 5 ), dan (c) jumlah aset tidak melebihi EUR 43 juta (sebanding dengan 50.3 juta). Small-sized enterprise, dengan kriteria: (a) jumlah karyawan kurang dari 50 orang, (b) pendapatan setahun tidak melebihi EUR 10 juta (sebanding dengan $ 11,7 juta),dan (c) jumlah aset tidak melebihi EUR 13 juta (sebanding dengan $15,2 juta). Micro-sized enterprise, dengan kriteria: (a) jumlah karyawan kurang dari EUR 10 juta orang, (b) 5 Berdasarkan kurs per 4 Juni 2003, EUR = 1,17 USD

28 pendapatan setahun tidak melebihi EUR 2 juta (sebanding dengan $ 2,3 juta), dan (c) jumlah aset tidak melebihi EUR 2 juta.di samping itu, usaha tersebut harus memenuhi kriteria independensi. Usaha yang independen berarti usaha yang modal atau hak votingnya sebesar 25% atau lebih baik dimiliki oleh satu perusahaan atau beberapa perusahaan secara bersama-sama. Negara-negara di Asia memiliki kriteria lain mengenai batasan untuk Usaha Kecil Menengah ini. Singapura mendefinisikan UKM sebagai usaha yang memiliki minimal 30% pemegang saham lokal serta aset produktif tetap (fixed productive asset) di bawah SG $ 15 juta (sebanding dengan US$ 8,7 juta). Untuk perusahaan jasa, jumlah karyawannya minimal 200 orang. Malaysia, menetapkan definisi UKM sebagai usaha yang memiliki jumlah karyawanyang bekerja penuh (full time worker) kurang dari 75 orang atau yang modal pemegang sahamnya kurang dari M$ 2,5 juta (sebanding dengan US$ 6,6 juta 6 ). Definisi ini masih dibagi lagi menjadi dua, yaitu: Small Industry (SI), dengan kriteria jumlah karyawan antara 5-50 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah MYR 500 ribu (atau sebanding dengan US$ 132 ribu). Medium industry (MT), dengan kriteria jumlah karyawan antara orang atau jumlah modal saham antara MYR 500 ribu - MYR 2,5 juta. Jepang, membagi UKM sebagai berikut: Mining and manufacturing, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 300 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah 300 juta (atau sebanding dengan US$ 2,5 juta). Wholesale, dengan kriteria jumiah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah 100 juta (atau sebanding dengan US$ 840 ribu). Retail, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 54 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah 50 juta (atau sebanding dengan U5$ 420 ribu). Services, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah 50 juta (atau sebanding dengan US$ 420 ribu). Korea Selatan, mendefinisikan UKM sebagai usaha yang jumlah karyawannya di bawah 300 orang dan jumlah asetnya kurang dari US$ 60 juta. 6 Berdasarkan kurs per 4 Juni 2003, 1 MYR = 0,26 USD 12

29 Melihat berbagai macam definisi UKM dari berbagai negara dan lembaga internasional tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan negara dan lembaga internasional masih menganut ukuran kuantitatif dalam menentukan kriteria UKM. Berdasarkan kondisi perekonomian yang ada di masing-masing negara, definisinya berbeda jauh. Semakin maju perekonomian negara, batas kriterianyamisalnya hasil penjualan dan aset-pun semakin tinggi. Namun, setidaknya berbagai definisi UKM di atas dapat kita jadikan referensi untuk menentukan definisi UKM yang sesuai bagi Indonesia. Indonesia memiliki peraturan dari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah yang mengelompokkan pengertian dan batasan usaha mikro, kecil dan menengah yaitu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 yaitu Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300 juta. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp. 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 juta sampai dengan paling banyak Rp. 2,5 miliar. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2,5 miliar sampai dengan paling banyak Rp. 50 miliar. 13

30 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Joko Sutrisno dan Sri Lestari HS dalam Kajian Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM bekerjasama dengan Gunatama Megah Bussines and Consultant (2004) menyatakan bahwa pengembangan usaha mikro merupakan program nasional yang memiliki peranan yang sangat strategis karena merupakan bagian integral dari upaya pemerataan hasil-hasil pembangunan. Menurut kajian tersebut faktor-faktornya yang masih jadi kendala dalam peningkatan daya saing dan kinerja usaha mikro antara lain lemahnya sistem pembiayaan dan kurangnya komitmen pemerintah terhadap dukungan permodalan usaha mikro, kurangnya kemampuan usaha mikro untuk meningkatkan akses pasar, terbatasnya informasi sumber bahan baku dan panjangnya rantai distribusi, belum tercapainya blue print platformteknologi dan informasi, masih rendahnya kualitas SDM, proses perijinan badan usaha yang rumit, keberadaan jasa lembaga penjamin, asuransi dan lembaga keuangan bank yang belum mampu melayani usaha mikro, dan belum mampu melayani usaha mikro, dan tidak berfungsinya lembaga promosi pemerintah. Dalam upaya membantu meningkatkan kemampuan pengusaha mikro diperlukan pembinaan secara terpadu dari semua unsur terutama dinas-dinas terkait agar usaaha mikro dapat berkembang secara berkesinambungan yang akan berdampak pada peningkatan perekonomian daerah dan perekonomian nasional. 2.2 Tinjauan Empiris Penelitian Terdahulu Studi Tentang Peran Lembaga Keuangan Mikro dan Bank Perkreditan Rakyat Suatu pengkajian empiris tentang LKM yang bertujuan untuk mengetahui kinerja LKM dalam perspektif pembangunan ekonomi masyarakat telah dilakukan di Jawa dan Luar Jawa melalui pendekatan pemahaman secara partisipatif menggunakan metode group interview dan individual indepth interview melibatkan pengurus dan pengguna LKM. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Hendayana dan Bustaman (2007) melakukan penelitian dengan judul Fenomena Lembaga Keuangan Mikro Dalam Perspektif Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif terhadap LKM contoh yang dipilih secara sengaja, diperoleh gambaran sebagai berikut: (a) Keberadaan LKM diakui masyarakat 14

31 memiliki peran strategis sebagai intermediasi aktivitas perekonomian yang selama ini tidak terjangkau jasa pelayanan lembaga perbankan umum/bank konvensional; (b) Secara faktual pelayanan LKM telah menunjukkan keberhasilan, namun keberhasilannya masih bias pada usaha-usaha ekonomi non pertanian. Skim perkreditan LKM untuk usahatani belum mendapat prioritas, hal itu ditandai oleh relatif kecilnya plafon (alokasi dana) untuk mendukung usahatani, yakni kurang dari 10 persen terhadap total plafon LKM; (c) Faktor kritis dalam pengembangan LKM sektor pertanian terletak pada aspek legalitas kelembagaan, kapabilitas pengurus, dukungan seed capital, kelayakan ekonomi usaha tani, karakteristik usahatani dan bimbingan teknis nasabah/pengguna jasa layanan LKM; (d) Untuk memprakarsai penumbuhan dan pengembangan LKM pertanian diperlukan adanya pembinaan peningkatan kapabilitas bagi SDM calon pengelola LKM, dukungan penguatan modal dan pendampingan teknis kepada nasabah pengguna kredit. Selanjutnya salah satu variabel penting dalam penelitian ini adalah batasan mengenai objek kajian dalam penelitian ini. Karena objek penelitian ini adalah debitur pada Bank Perkreditan Rakyat, maka perlu diketahui faktor pembeda antara Bank Perkreditan Rakyat dengan bank lainnya. Pengertian bank menurut Sinungan (2000), Kasmir (2003) dan Siamat, D (2004) sesuai yang tersirat dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah : Pertama, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kedua, Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsif syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Ketiga, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Herri et al (2006) melihat potensi Bank Perkreditan Rakyat dari segi perannya terhadap Usaha Mikro Kecil (UMK) khususnya untuk daerah penelitian Sumatera Barat. Berdasarkan penelitiannya keberadaaan BPR bagi masyarakat di 15

32 daerah perdesaan diharapkan mampu menjadi ujung tombak dalam pembiayaan sektor UMK. Peran BPR di dalam pembiayaan berdasarkan kepada jenis kredit dapat dikelompokkan yaitu pembiayaan untuk kredit investasi dan kredit modal kerja menunjukkan kecenderungan naik baik dalam jumlah kredit yang disalurkan maupun jumlah debitur yang dilayani. Sementara itu untuk kredit konsumsi terjadi penurunan yang cukup signifikan dalam jumlah kredit yang disalurkan sekitar 45 persen per tahun selama tiga tahun terakhir. Penurunan jumlah kredit ini tidak diikuti oleh jumlah debitur yang cenderung tidak mengalami perubahan khususnya dua tahun terakhir. Dengan penelitian ini, diharapkan terjadi peningkatan peran yang signifikan terhadap pembiayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) Studi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Beberapa kajian empiris yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi kredit telah dilakukan sebelumnya untuk beberapa kasus bank konvensional pada beberapa tahun sebelumnya. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut memberikan pengamatan yang berbeda-beda pada pola pengambilan data, metode analisis, dan hasil yang dicapai. Penelitian tersebut dilakukan pada realisasi program KUR BRI yang dilakukan oleh Hutagaol (2009) yang melakukan penelitian di BRI Unit Cigombong, Lubis (2009) yang melakukan penelitian di Bank Rakyat Indonesia Unit Cibungbulang dan Mulyarto (2007) yang melakukan penelitian di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuwiliang. Sama halnya dengan program KUR, program KUPEDES BRI juga menjadi fokus beberapa peneliti untuk mengkaji penyaluran kredit mikro terhadap sektor UMKM yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sari (2007) di dua tempat Bank Rakyat Indonesia Unit Ciampea dan Unit Citeureup dan Safitri (2007) melakukan penelitian pada Bank Rakyat Indonesia Unit Ciampea. Sementara Mardianingsih (2006), kajiannya sedikit berbeda yaitu melakukan penelitian mengenai dana bergulir Reksa Desa di wilayah pembangunan Bogor Barat. Mulyarto (2007) yang melakukan kajian mengenai karakteristik nasabah KUR BRI Unit Leuwiliang dan faktor-faktor yang mempengruhi realisasi kredit. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak. Sedangkan metode analisis yang 16

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 5 Berdasarkan kurs per 4 Juni 2003, EUR = 1,17 USD

II TINJAUAN PUSTAKA. 5 Berdasarkan kurs per 4 Juni 2003, EUR = 1,17 USD II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Usaha Mikro Kecil Terdapat penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini. Diantaranya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM di definisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit adalah salah satu faktor yang berperan penting di dalam pengembangan usaha. Pada umumnya ada dua jenis kredit, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

SKRIPSI RISKI IRAWATI H

SKRIPSI RISKI IRAWATI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI DAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) UNIT CIBINONG CABANG BOGOR - JAWA BARAT SKRIPSI RISKI IRAWATI H34096095 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang dibentuk terutama untuk melayani kebutuhan pelayanan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat ekonomi lemah terutama

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Hasil analisis deksriptif (Wangi SP, 2008) memperlihatkan bahwa semakin besar nilai pengajuan dan

Lebih terperinci

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR)

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR) ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR) SKRIPSI EDINHO IKHTISAR PANGIHUTAN HUTAGAOL H 34066037

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ROBBI FEBRIO H34076133 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

REGULASI DALAM REVITALISASI USAHA KECIL DAN MENENGAH Dl INDONESIA

REGULASI DALAM REVITALISASI USAHA KECIL DAN MENENGAH Dl INDONESIA REGULASI DALAM REVITALISASI USAHA KECIL DAN MENENGAH Dl INDONESIA Oleh: Dr. Sri Adiningsih I. Latar Belakang REGULASI DALAM REVITALISASI USAHA KECIL DAN MENENGAH Dl INDONESIA Oleh: DR. Sri Adiningsih Peranan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Suatu penalaran dari penulis yang didasarkan atas pengetahuan,teori dan dalil dalam upaya menjawab penelitian dituangkan dalam kerangka pemikiran

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI di PT.BANK RAKYAT INDONESIA(PERSERO)Tbk. KANTOR CABANG SIDOARJO SKRIPSI Diajukan oleh : Moch. Adam Sudharta 0513315044/FE/EA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EKO PUTRO MULYARTO H34066038 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR SKRIPSI MASTUTY HANDOYO H 34066079 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR) FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR) SKRIPSI IMMANUEL SEMBIRING H34104111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh 1 ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh WAWAN KURNIA H14103116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM Menurut Raffinaldy (2006) dalam tulisannya yang berjudul Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM Bagi Penumbuhan Usaha Baru bahwa karakteristik UMKM merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Saat ini keberpihakan pihak-pihak pemodal atau Bank baik pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Hingga tahun 2011, tercatat sekitar 99,99 persen usaha di Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL POKOK BAHASAN I II KONDISI UMKM PERBANKAN KOMITMEN III POLA PEMBIAYAAN UMKM IV KESIMPULAN I KONDISI UMKM PERBANKAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Industri Bordir di Kota Pariaman merupakan salah satu industri andalan dimana sektor ini banyak menyerap tenaga kerja serta membuka lapangan kerja yang baru,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT RITEL DI SEKTOR AGRIBISNIS ( KASUS PADA BRI CABANG KRAMAT JATI ) MARIA FRANSISCA SARAGIH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT RITEL DI SEKTOR AGRIBISNIS ( KASUS PADA BRI CABANG KRAMAT JATI ) MARIA FRANSISCA SARAGIH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT RITEL DI SEKTOR AGRIBISNIS ( KASUS PADA BRI CABANG KRAMAT JATI ) MARIA FRANSISCA SARAGIH DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam pembangunan ekonomi adalah mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi yaitu salah satunya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat perseorangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan, seperti juga lembaga perasuransian, dana pensiun, dan pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan yang menjembatani antara pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran penting perbankan. Peranan penting perbankan dalam era pembangunan nasional adalah sebagai sumber permodalan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H14053267 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, hampir tidak satupun aspek kehidupan masyarakat yang tidak tersentuh atau dipengaruhi oleh negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Peranan UMKM di Indonesia sangat penting sebagai penggerak ekonomi yang

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR LAMPIRAN 65 66 Lampiran 1. Kuisioner penelitian Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR Gambaran Ringkas Penelitian Sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai sektor yang menyerap 80 90% tenaga kerja, usaha Mikro Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN Liana Vivin Wihartanti Prodi Pendidikan Akuntansi Universitas PGRI Madiun lianavivin1987@gmail.com

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Evaluasi Kinerja Kredit UMKM Bank Pemerintah (Data Bank Indonesia) Perkembangan dunia perbankan di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kinerja bisnis perbankan bertumbuh

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR) SKRIPSI DICKY TRIWIBOWO A 14105530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA SKRIPSI EMMY WARDHANI A14102528 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan bank sebagai lembaga keuangan dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi semakin meningkat kebutuhannya. Semua sektor kegiatan yang meliputi industri,

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah memiliki keinginan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha Oleh : Nama : Debby Fuji Lestari NIM : 2107130015 Kelas : 2D Dosen : Ade Suherman, M.Pd PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perbankan syariah pada saat ini merupakan isu yang hangat dan banyak dibicarakan baik oleh praktisi perbankan syariah dan para ahlinya maupun para pakar

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak permasalahan yang terkait dengan hal ekonomi dan pembangunan. Hal ini diakibatkan oleh dampak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menengah) di Indonesia sangat penting dan strategis. UMKM telah lama diyakini

I. PENDAHULUAN. Menengah) di Indonesia sangat penting dan strategis. UMKM telah lama diyakini I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran dan potensi usaha kecil atau UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di Indonesia sangat penting dan strategis. UMKM telah lama diyakini merupakan sendi utama perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat Indonesia yang terbatas dalam mendirikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia

Lebih terperinci

PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH ENDRA YUAFANEDI ARIFIANTO TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MATERI MUKM PENGANTAR MANAJEMEN UKM PENGERTIAN UKM KONSEP DASAR USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR Oleh : A LAA HIMMATI H14052961 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL

VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL 7.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR dapat dimodelkan kedalam suatu fungsi permintaan.

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) SKRIPSI AJEN MUKAROM H34066008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

PERAN KREDIT PASAR MODEL TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (Studi Pada Bank Danamon Simpan Pinjam unit Turen Malang)

PERAN KREDIT PASAR MODEL TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (Studi Pada Bank Danamon Simpan Pinjam unit Turen Malang) PERAN KREDIT PASAR MODEL TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (Studi Pada Bank Danamon Simpan Pinjam unit Turen Malang) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Riza Rahayu Permatasari 105020101111020

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah sudah dimulai sejak tahun 1992, dengan didirikannya bank Muamalat sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Pada tahun itu juga dikeluarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang II TINJAUAN PUSTAKA Penilaian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit sudah banyak dilakukan sebelumnya, baik pada kredit yang disalurkan oleh lembaga keuangan (bank) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan

BAB I PENDAHULUAN. sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai 9 (sembilan) sektor perekonomian. Kesembilan sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan kesembilan sektor tersebut antara

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H14103029 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Menuju UKM Mandiri. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

Menuju UKM Mandiri. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Menuju UKM Mandiri PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Definisi UMKM menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kriteria Usaha Mikro Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Kasus: PT. Telkom Divre II Jakarta) OLEH MUKTI ASIH H14103026

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini tengah melaksanakan pembangunan di berbagai bidang terutama perekonomian. Pembangunan perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi, peningkatan peran dan kegiatan usaha sektor UMKM

Lebih terperinci

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 1 - Yth. Direksi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia berbasiskan perbankan (bank based). Hal ini tercermin pada besarnya pembiayaan sektor riil yang bersumber

Lebih terperinci