BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Ijarah Bermasalah
|
|
- Leony Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Ijarah Bermasalah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan Pembiayaan bermasalah merupakan suatu pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. 1 Dalam KJKS BMT Bahtera sendiri terdapat pembiayaan bermasalah pada setiap pembiayaanya, salah satunya pada pembiayaan dengan akad sewa menyewa (ijarah). Pembiayaan dengan akad ijarah di KJKS BMT Bahtera diterapkan pada dua produk pembiayaan yaitu pembiayaan pugar griya dan pembiayaan pijar investa. Pembiayaan Pugar Griya yaitu pembiayaan untuk mewujudkan rumah impian, mewujudkan hunian nasabah lebih indah dan menentramkan. Sedangkan Pijar Investa merupakan pembiayaan untuk pengembangan usaha berupa sewa ruko atau tokoh, sewa rumah, sewa mesin, alat- alat berat atau peralatan usaha, sewa kendaraan, dan sewa bangunan. 2 Keunggulan kedua produk pembiayaan ini yaitu bisa melakukan angsuran disetiap melakukan pembiayaan dengan jangka waktu 3 tahun. 1 Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm Brosur KJKS BMT Bahtera 53
2 54 Tabel 1.3 Jumlah Pembiayaan Ijarah Tahun Kantor Pugar griya Nsb Pijar investa Nsb Pekalongan 26,383, ,619, Buaran 11,120, Batang 41,826, ,689, Warungasem 41,886, ,000, Tegal Jumlah 121,216, ,308, Pekalongan 52,334, ,658, Buaran 38,314, Batang 72,399, ,011, Warungasem 72,311, ,000, Tegal ,000, Jumlah 235,359, ,669, Pekalongan 133,116, ,417, Buaran 82,000, Batang 58,480, ,670, Warungasem 131,000, ,000, Tegal 17,577, ,681, Jumlah 235,359, ,080,768, Pekalongan 80,428, ,089, Buaran 94,581, Batang 29,160, ,305, Warungasem 51,348, ,977, Tegal 830, ,184, Jumlah 256,347, ,080,768, Sumber data: Keterangan dari bapak Bowo selaku bagian remidial
3 55 Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah nasabah pembiayaan ijarah dari tahun selalu mengalami peningkatan nasabah per tahunnya.hal tersebut membuktikan bahwa KJKS BMT Bahtera mampu menangani setiap masalah pada pembiayaannya yang menyebabkan macet atau berakibat pada pembiayaan bermasalah yang dapat merugikan pihak BMT. Selain itu, dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dana yang digulirkan KJKS BMT Bahtera pada pembiayaan ijarah setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 untuk pembiayaan ijarah pugar griya sebanyak 121,216,550.00, tahun 2013 sebanyak 235,359,400.00, tahun ,359,400.00, dan di tahun 2015 bulan Mei sebanyak 256,347, Sama halnya dengan pembiayaan ijarah pijar investa, pada tahun 2012 sebanyak 92,308,500.00, tahun 2013 sebanyak 273,669,500.00, tahun 2014 sebanyak 1,080,768,656.00, dan di tahun 2015 bulan Mei sebanyak 1,080,768, Dari kedua produk pembiayaan ijarah, dana yang paling banyak digulirkan yaitu pada produk pijar investa, hal itu dikarenakan banyak nasabah KJKS BMT Bahtera yang memanfaatkan akad ijarah untuk pengembangan usaha seperti penyewaan ruko/tokoh. 3 3 Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 1 Oktober 2015, pukul WIB.
4 56 Tabel 1.4 Jumlah Dana & NPF Pembiayaan Ijarah Tahun Pembiayaan Ijarah Pugar Griya Pembiayaan Ijarah Pijar Investa Non Performance Finance (NPF) ,216, ,308, , 16 % ,359, ,669, , 26 % ,359, ,080,768, ,6 % Juni ,347, ,080,768, Sumber data: Keterangan dari bapak Bowo selaku bagian remidial Dari tabel diatas dapat diketahui persentase NPF per tahun dari tahun Rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performance Finance (NPF) pada pembiayaan ijarah mulai terjadi pada tahun 2012 sebesar 1,16%, dan mengalami kenaikan di tahun 2013 menjadi 1,26% karena kurangnya penanganan yang dilakukan BMT dalam mengatasi pembiayaan bermasalah, namun di tahun 2014 BMT mampu mengatasi permasalahan atau faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah sehingga NPF di tahun 2014 hanya 0,6% Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di KJKS BMT Bahtera Dalam melakukan pembiayaan khususnya pembiayaan ijarah seringkali mengalami permasalahan yang mengakibatkan terjadinya pembiayaan macet atau bermasalah. Penyebab pembiayaan bermasalah secara umum dalam pembiayaandisebabkan 2 faktor berikut : 4 Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 15 September 2015, pukul WIB.
5 57 a. Faktor kreditur a) kurang ahli b) Kegagalan memahami debitur dan kemampuan manajemen-nya c) Tidak mengerti bisnis debitur. d) Kegagalan untuk mengidentifikasi/ kelemahan/ risiko. e) Kegagalan memonitor penggunaan kredit. f) Lemah dalam melakukan prosedur tindak lanjut. g) Menunda tindakan penyelesaian kredit bermasalah. h) Terlalu murah hati. i) Mengabaikan rincian/ pemahaman dokumentasi. j) Terlalu berorientasi pada agunan dibandingkan dengan arus kas. k) Pelanggaran prinsip dasar pemberian kredit. 5 b. Faktor debitur a) Mark-up, kenakalan debitur b) Kegagalan proyeksi bisnis c) Kesalahan asumsi, perkembangan ekonomi d) Industri dalam kondisi bermasalah e) Terkena embargo f) Tidak pandai dalam mengelola kas g) Tujuan yang tidak jelas/ tidak ada h) Manajemen yang tidak kompeten pukul WIB 5 Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 12 Agustus 2015,
6 58 i) Perilaku yang tidak kooperatif j) Masalah pribadi atau keluarga 6 Dari kedua faktor penyebab kemacetan pembiayaan ijarah tersebut,di KJKS BMT Bahtera yang sering menyebabkan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah dilihat dari faktor kreditur yaitu kegagalan BMT dalam memonitor penggunaan kredit yang biasanya berkaitan dengan character nasabah. Dilihat dari faktor debitur yang sering menyebabkan pembiayaan bermasalah antara lain kegagalan proyeksi bisnis, perilaku yang tidak kooperatif dan industri dalam kondisi bermasalah yang menyebabkan angsuran tersendat. Dari faktor- faktor tersebut BMT melakukan proteksi setelah evaluasi agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah di periode selanjutnya dengan melakukan hal-hal sebagai berikut : a. RAB (Rencana Anggaran Belanja) b. Melakukan pemantaun untuk penggunaan c. Laporan hasil ketika sudah di renovasi (nasabah) 6 Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 12 Agustus 2015, pukul WIB.
7 59 Risiko yang dapat menyebabkan pembiayaan ijarah bermasalah dari faktor-faktor diatas pada produk pembiayaan ijarah yaitu : a. Pugar griya Yaitu pembiayaan untuk mewujudkan rumah impian, mewujudkan hunian nasabah lebih indah dan menentramkan. Di KJKS BMT Bahtera dalam pembiayaan pada produk pugar griya yang dijadikan objek pembiayaan ijarah yaitu jasanya. Jasa dalam melakukan hunian rumah atau renovasi rumah nasabah. Risiko yang mungkin timbul dalam pembiayaan ijarah pada pugar griya yaitu penyalahgunaan dana dan adanya mark up dalam RAB. Contoh Kasus Kasus: Dana pembiayaan dipergunakan untuk dua orang. Dalam hal ini seorang nasabah A mengajukkan nasabah B untuk melakukan pembiayaan dengan akad sewa untuk produk pugar griya. Pembiayaan ini dimaksudkan untuk melakukan renovasi rumah si B. Setelah pihak BMT melakukan analisis kelayakan nasabah, maka nasabah B dinyatakan layak untuk melakukan pembiayaan. Berjalannya waktu angsuran pembayaran ternyata si B belum membayar angsuran selama 4-6 bulan yang menyebabkan pembiaayaan macet. Dalam hal ini BMT melakukan langkah- langkah sebagai berikut :
8 60 1) Musyawarah Dalam hal ini BMT melakukan musyawarah kepada nasabah B, yang diketahui bahwa ternyata dana yang dikeluarkan pihak BMT dipergunakan untuk 2 orang, tanpa adanya kesepakatan di awal perjanjian. Dana tersebut digunakan si B 70% dan si A 30%. Si B mengaku bahwa telah membayar angsuran tiap bulannya, namun dibayarkan ke si A. Yang ternyata dana angsuran tersebut di bawa kabur oleh si A. 2) Melakukan tindakan revitalisasi dengan 3R Setelah mengetahui permasalahan dana dipergunakan untuk 2 orang, dan dana angsuran di bawa kabur si A. Maka pihak BMT membebankan angsuran kepada keluarga si A dengan memberikan kemudahan melalui tindakan revitalisasi yaitu Penjadwalan kembali jangka waktu pembiayaan. b. Pijar investa Yaitu pembiayan untuk pengembangan usaha berupa sewa ruko atau tokoh, sewa rumah, sewa mesin, alat- alat berat atau peralatan usaha, sewa kendaraan, dan sewa bangunan. Mekanisme dalam produk pijar investa yaitu nasabah menyewa ruko atau rumah kepada BMT selama minimal tiga tahun dan membayar ujrah atau biaya sewa kepada BMT sesuai kesepakatan. Objek dalam produk pijar investa ini berupa barang yaitu sebuah ruko atau rumah milik BMT.
9 61 Risiko yang mungkin timbul dalam pembiayaan ijarah pada pijar investa yaitu salah prediksi dan kurang jeli dalam menganalisa pembiayaan. Salah prediksi yaitu dalam proses analisa account officer melakukan kesalahan dalam menghitung kebutuhan dana untuk rehab. Risiko lainnya yaitu Kurang jeli, dalam proses analisa account officer kurang jeli dalam mencari informasi nasabah Risiko pembiayaan ijarah pada produk pijar investa ini disebabkan karena faktor kreditur. Yaitu analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu pembiayaan. Misalnya, pembiayaan diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga nasabah tidak mampu membayar angsuran yang melebihi kemampuan. 7 B. Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayaan Ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan Upaya yang dilakukan KJKS BMT Bahtera dalam menangani Pembiayaan Bermasalah baik pada produk pugar griya maupun pijar investa tidak ada perbedaan, antara lain : a. Tindakan Preventif Tindakan yang bersifat pencegahan dan bersifat internal. Untuk itu keberhasilan tindakan sangat tergantung dari kualitas SDM, sistem dan pukul WIB 7 Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 15 Oktober 2015,
10 62 prosedur, mekanisme monitoring dan evaluasi. Secara garis besar tindakan preventif dapat dilakukan melalui : a) Analisis pembiayaan b) Mekanisme monitoring dan evaluasi yang meliputi : 1) On Desk Monitoring On Desk Monitoring merupakan kegiatan pengawasan secara administratif melalui instrumen administrasi seperti: laporan, catatan, dokumen dan informasi anggota 2) On Site Monitoring On Site Monitoring merupakan kegiatan pengawasan bersifat langsung atau kunjungan langsung kepada anggota. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka pendalaman dan pembuktian dari hasil on desk monitoring kepada anggota secara langsung maupun kepada pihak lain seperti rekanan anggota pembiayaan 3) Auditing Auditing merupakan kegiatan pengawasan dan evaluasi yang menitikberatkan kepada pemeriksaan kelengkapan dokumen dan pemenuhan persyaratan. b. Tindakan Revitalisasi Tindakan dalam rangka memperbaiki dan menyelamatkan pembiayaan yang telah diberikan kepada anggota.tindakan ini dilakukan untuk pembiayaan yang telah atau sedang memasuki wilayah bermasalah. Tindakan revitalisasi meliputi antara lain :
11 63 a) Rescheduling Tindakan yang berbentuk penjadwalan kembali kewajiban anggota.rescheduling dapat dilakukan untuk kondisi: 1) Potensi usaha masih cukup bagus. 2) Kemampuan anggota dalam memenuhi kewajiban masih ada. 3) Usaha hanya mengalami permasalahan cash flow yang bersifat sementara. 4) Plafon pembiayaan yang tidak berubah. Rescheduling dilakukan dengan melakukan : 1) Penjadwalan kembali jangka waktu pembiayaan 2) Perubahan jadwal angsuran 3) Pemberian grace period 4) Perubahan jumlah angsuran b) Restrukturing Tindakan yang berbentuk penyusunan ulang terhadap seluruh kewajiban anggota.tindakan restrukturisasi dapat dilakukan untuk kondisi: 1) Potensi usaha masih cukup bagus 2) Kemampuan anggota dalam memenuhi kewajiban masih ada. 3) Usaha hanya mengalami permasalahan cash flow yang bersifat sementara. 4) Plafon pembiayaan berubah
12 64 c) Reconditioning Tindakan adanya persyaratan ulang terhadap pembiayaan dan persyaratanyangtelah disepakati bersama.tindakan reconditioning dapat dilakukan untuk kondisi: 1) Potensi usaha masih cukup bagus. 2) Sarana usaha yang masih memadai. 3) Usaha mengalami permasalahan cash flow dan manajemen. 4) Plafon pembiayaan tetap. Reconditioning dilakukan melalui. 1) Perubahan jaminan. 2) Bantuan manajemen. c. Tindakan Kuratif Tindakan yang bersifat penyelamatan melalui penanganan yang menggunakan pendekatan aspek legal formal.tindakan kuratif dapat dilakukan dengan cara eksekusi. Jenis eksekusi yang dapat dilakukan adalah : 1) Parate Eksekusi (Non Ligitasi) Proses eksekusi jaminan yang dilakukan secara sukarela tanpa melalui proses pengadilan. Ada 2 opsi yang dilakukan: 1) Anggota menjual sendiri barang jaminannya
13 65 2) Anggota memberi kepercayaan BMT untuk menjual barang jaminan. Dan setelah dikurangi kewajiban sisa pembiayaan, maka sisa uang akan dikembalikan pada anggota. 2) Eksekusi Secara Formal (Ligitasi) Proses eksekusi secara paksa melalui lembaga hukum yang berlaku. 1) Pengadilan Negeri 2) Pengadilan Agama 3) Badan Arbitrase Syari ah Nasional (BASYARNAS) 4) Pengadilan Niaga untuk anggota yang pailit 5) Panitia Urusan Piutang Negara / Badan Urusan Piutang dan lelang Negara Untuk anggota yang merupakan bank pemerintah Gambar 1.2 Alur penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan Ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan STRATEGY STAY PHASE OUT WRITE OFF TAGIH RESCHEDULING RECONDITIONING RESTRUCTURING SOFT APPROUCH HARD APPROUCH MUSYAWARAH NEGOSIASI TAKE OVER BASYARNAS PENGADILAN (KPKNL) KEPOLISIAN
14 66 Analisis Upaya yang dilakukan KJKS BMT Bahtera dalam menangani pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah telah sesuai dengan prosedure penanganan pembiayaan bermasalah yaitu : 1. Stay Strategy adalah strategi saat BMT masih ingin mempertahankan hubungan bisnis dengan nasabah dalam konteks waktu jangka panjang. Stay Staregi ini meliputi penanganan pembiayaan bermasalah dengan prinsip 3R yaitu Rescheduling, Reconditioning, Restructuring, kombinasi dan Eksekusi. a. Di KJKS BMT Bahtera stay staregi ini dilakukan melalui Tindakan Revitalisasi yang merupakan suatu tindakan dalam rangka memperbaiki dan menyelamatkan pembiayaan yang telah diberikan kepada anggota. Tindakan ini dilakukan dengan prinsip 3R tanpa adanya kombinasi. b. Untuk eksekusi sendiri KJKS BMT Bahtera menerapkan pada tindakan Kuratif yaitu penyelamatan dengan pendekatan aspek legal formal. 2. Phase out Strategy adalah strategi saat pada prinsipnya BMT tidak ingin melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan nasabah yang bersangkutan dalam konteks waktu yang panjang,kecuali bila ada faktor-faktor lain yang sangat mendukung kemungkinan adanya perbaikan kondisi nasabah. Dalam hal ini apabila ada faktor-faktor yang mendukung maka BMT bisa melakukan tahap musyawarah dengan nasabah. Namun dalam pembiayaan ijarah ini KJKS BMT Bahtera
15 67 tidak menerapkan Phase out Strategy, karena pembiayaan yang bermasalah masih bisa ditangani dengan stray staregi atau dengan tindakan revitalisasi.
BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan
60 BAB IV HASIL PENELITIAN Pembiayaan merupakan salah satu diantara produk yang ditawarkan pada bank syariah. Di Bank Syariah Mandiri Cabang Solok, pembiayaan warung mikro syariah merupakan diantara produk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri keuangan syariah terutama perbankan syariah di Indonesia saat ini tumbuh secara pesat. Ada lima Bank Umum Syariah (BUS) dan 24 Unit Usaha Syariah
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung
BAB V PEMBAHASAN A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung Berdasarkan paparan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat diketahui dalam pelaksanaan
Lebih terperinciNo. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI
BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU MOJOKERTO A. Analisis Mekanisme Penanganan Pembiayaan Macet
Lebih terperinciBAB 11 LANDASAN TEORI
BAB 11 LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL
BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL A. Analisis Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BMT NU Sejahtera Cabang
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Pencegahan Pembiayaan Bermasalah di BMT Al Hikmah Ungaran BMT Al Hikmah merupakan sebuah lembaga keuangan syariah non bank yang menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM KJKS BMT BAHTERA PEKALONGAN. 1. Latar Belakang KJKS BMT Bahtera Pekalongan
BAB III GAMBARAN UMUM KJKS BMT BAHTERA PEKALONGAN A. Profil KJKS BMT Bahtera Pekalongan 1. Latar Belakang KJKS BMT Bahtera Pekalongan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Bahtera Pekalongan adalah KSU BINA SEJAHTERA
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah. diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan
BAB IV PEMBAHASAN A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah Sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap pemberian pembiayaan diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan
Lebih terperinciRINGKASAN TUGAS AKHIR. Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syari ah Malang merupakan
RINGKASAN TUGAS AKHIR Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syari ah Malang merupakan koperasi yang sekarang ini berkembang pesat di wilayah kota Malang. Perkembangan Kanindo Syari ah bisa terlihat dari
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan
BAB V PEMBAHASAN A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan Menurut Muhammad bahwa pembiayaan bermasalah merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh setiap lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN A. Analisis Penanganan Pembiayaan Bermasalah di KJKS Madani Kota
Lebih terperinciPENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM
PENANGANAN KREDIT BERMASALAH KREDIT BERMASALAH Non-Performance Loan / NPL KONDISI DIMANA DEBITUR MENGINGKARI JANJINYA MEMBAYAR BUNGA DAN / ATAU KREDIT INDUK YANG TELAH JATUH TEMPO, SEHINGGA TERJADI KETERLAMBATAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah. Dalam suatu pembiayaan memang mengandung resiko, meskipun BMT Citra Keuangan
Lebih terperinciNo. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA
No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sehubungan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA
102 BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD MURA@BAH}AH DAN PENYELESAIANNYA A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Bermasalah Produk KPR Akad Mura@bah}ah Faktor-faktor
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Analisis terhadap Penyelesaian Pembiayaan Mud{a>rabah bermasalah pada
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan mengenai Analisis terhadap Penyelesaian Pembiayaan Mud{a>rabah bermasalah pada Unit Usaha Syariah PT. Bank Jatim Pusat Tbk.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.
1 BAB V PEMBAHASAN A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung. Manajemen risiko adalah proses membangun kontrol untuk meminimalir kemungkinan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam Mengembangkan Pembiayaan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam Mengembangkan Pembiayaan UMKM BMT Bahtera Pekalongan merupakan salah satu lembaga keuangan yang menyediakan modal bagi UMKM,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG
BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG A. Analisis Pembiayaan Bermasalah di Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang Keluarnya Keputusan Menteri Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. BPR merupakan lembaga perbankan resmi
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah
BAB III PEMBAHASAN A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS Suriyah 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah Salah satu akad yang paling populer digunakan oleh perbankan syari ah adalah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko
Lebih terperinciBAB IV. Studi Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT Mina. Lana. A. Pengelolan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah
BAB IV Studi Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT Mina Lana A. Pengelolan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah Pengelolaan pembiayaan mudharabah bermasalah adalah usaha yang dilakukan oleh BMT
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH
BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STANDART PENGUKURAN DAN PENGAKTIFAN KEMBALI PEMBIAYAAN SYUKUR YANG MACET PADA BANK BTN SYARIAH KCP KERTAJAYA INDAH
70 BAB IV ANALISIS STANDART PENGUKURAN DAN PENGAKTIFAN KEMBALI PEMBIAYAAN SYUKUR YANG MACET PADA BANK BTN SYARIAH KCP KERTAJAYA INDAH A. Analisis Standart Pengukuran dan Menejemen Risiko Bank BTN Syariah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok Langkah-langkah pengajuan pembiayaan kepada bank adalah sebagai berikut : 1. Nasabah datang ke Bank untuk mencari
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas. Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual
BAB V PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas Artha Mandiri cabang Tulungagung Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada pembiayaan pertanian kentang KJKS Baituttamwil Tamzis Cabang Kejajar. Pembiayaan merupakan salah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab terjadinya Pembiayaan Bermasalah di BMT Amanah Usaha Mulia Magelang Menurut informasi yang diperoleh penulis melalui wawancara dengan karyawan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah di BTM Wiradesa
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah di BTM Wiradesa Pekalongan Kegiatan lembaga keuangan bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan fungsinya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Risiko Pembiayaan di KSPPS Marhamah Cabang Wonosobo Dalam setiap pembiayaan yang terjadi di lembaga keuangan baik Bank maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BTM (Baitut Tamwil Muhammadiyah) merupakan amal usaha Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah berdiri selama 14 tahun, dan melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang
BAB III PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang PT. BPRS Suriyah Semarang dalam memberikan Produk Pembiayaan, termasuk Pembiayaan Murabahah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan merupakan sarana bagi pemerintah dalam mengupayakan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit
Lebih terperinciNo. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS tanggal 22 Oktober
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MEKANISME PELELANGAN AGUNAN ATAS NON PERFORMING FINANCE DI BANK SYARIAH MANDIRI PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS MEKANISME PELELANGAN AGUNAN ATAS NON PERFORMING FINANCE DI BANK SYARIAH MANDIRI PEKALONGAN A. Pengawasan Risiko Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah Mandiri Pekalongan Sudah menjadi maklum
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian terkait dengan prosedur pemberian kredit mikro di PT BPR Charis
78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dijelaskan di dalam babbab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal. Selain itu dari hasil penelitian terkait dengan prosedur
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN 4.1 Pengakunan Pembiayaan Musyarakah Wal Ijarah Muntahiya Bittamlik di Bank Muamalat Indonesia Cabang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Mekanisme Akad Wakalah Di BMT Hudatama Semarang Hubungan antara BMT Hudatama dengan anggota adalah sebagai pihak yang mewakilkan dan pihak yang diwakili, anggota
Lebih terperinciNo. 13/ 16 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA
No. 13/ 16 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/35/DPbS tanggal 22 Oktober 2008
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciPROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MIKRO PADA PT BPR CHARIS UTAMA JATIROGO TUBAN TUGAS AKHIR. Program pendidikan diploma III.
PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MIKRO PADA PT BPR CHARIS UTAMA JATIROGO TUBAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian Program pendidikan diploma III Jurusan manajemen Oleh : NURUL
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor-faktor yang menyebabkan Pembiayaan KPR bermasalah pada Bank BTN Syariah Cabang Semarang Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan staff bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga Keuangan Syariah secara informal dimulai sebelum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Syariah secara informal dimulai sebelum dikeluarkannya landasan hukum formal sebagai landasan operasional perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA
BAB IV ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA A. Analisis Kreteria Pembiayaan Bermasalah pada Produk Griya ib Hasanah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satu hal yang sangat menarik, yang membedakan antara manajemen bank syariah dengan bank umum (konvensional) adalah terletak pada pinjaman dan pemberian balas
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.
BAB III PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat Kudus a. Prosedur Pengajuan Pembiayaan 1 1. Pemohon a. Telah masuk sebagai anggota b. Membuka simpanan sirkah sebesar Rp.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK MURABAHAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG
BAB IV ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK MURABAHAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG A. Faktor Pembiayaan Bermasalah Pada Produk Murabahah Di KJKS BMT Walisongo Semarang. Sebagaimana
Lebih terperinciUPAYA BANK DALAM PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH
UPAYA BANK DALAM PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH Oleh I Made Jaya Nugraha I Made Udiana Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRAK Penulisan ini berjudul Upaya Bank dalam
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/17/PBI/2005 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA BENCANA ALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KABUPATEN NIAS, PROVINSI SUMATERA UTARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga perbankan merupakan lembaga perantara (intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG A. Analisis faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT NU Sejahtera
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS FAKTOR 5C + 1S DALAM PEMBIAYAAN MIKRO DI BANK BRI SYARIAH CABANG SURABAYA GUBENG
89 BAB IV ANALISIS FAKTOR 5C + 1S DALAM PEMBIAYAAN MIKRO DI BANK BRI SYARIAH CABANG SURABAYA GUBENG A. Analisis Faktor-Faktor yang Menimbulkan Pembiayaan Macet Sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN
57 BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN A. Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan bermasalah
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 8/ 10 /PBI/2006 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT BANK PASCA BENCANA ALAM DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN DAERAH SEKITARNYA DI PROPINSI JAWA TENGAH GUBERNUR
Lebih terperinciRESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN
BAB IV ANALISIS PENENTUAN PEMBAYARAN MARGIN PADA PROSES RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA
Lebih terperinciBAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di
BAB IV ANALISIS DEFAULT PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya.
Lebih terperinciApriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul Jannah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang
ANALISIS PENYELESAIAN MASALAH NON PERFORMING FINANCING (NPF) PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH MENURUT FATWA DSN NO.47/DSN-MUI/II/2005 (STUDI KASUS PADA BMT KARISMA KOTA MAGELANG) Apriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini kredit merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh setiap orang atau badan usaha untuk memperoleh pendanaan guna mendukung peningkatan usahanya
Lebih terperincig. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas. h. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.
WAWANCARA 1) Bagaimana pelaksanaan pemberian kredit? Pelaksanaan pemberian kredit yakni : 7. Permohonan Kredit. f. Permohonan fasilitas kredit g. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas. h.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah di KJKS BTM Kajen, kabupaten Pekalongan Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH
BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH A. PENGERTIAN PEMBIAYAAN Dalam kamus perbankan konsep yang dimaksud biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan yang
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI KJKS BMT EL AMANAH DALAM MENGATASI TINGKAT NON PERFORMING FINANCING (NPF)
64 BAB IV STRATEGI KJKS BMT EL AMANAH DALAM MENGATASI TINGKAT NON PERFORMING FINANCING (NPF) A. Analisis terhadap Strategi KJKS BMT El Amanah dalam Mengatasi Tingkat Non Performing Financing (NPF) KJKS
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Keseluruhan faktor pembiayaan bermasalah KJKS BMT Walisongo. 1) Kelemahan dalam analisis pembiayaan. 2) Kelemahan dalam sisi agunan,
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam kesimpulan ini berdasarkan penelitian di KJKS BMT Walisongo Semarang maka sebagi berikut: 1. Keseluruhan faktor pembiayaan bermasalah KJKS BMT Walisongo Semarang meliputi:
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SYARI AH SURABAYA A. Aplikasi Penyelesaian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan berbeda. Penelitian mengenai kredit pernah ada akan tetapi dengan objek yang Pada penelitian kali ini penulis meneliti tingkat Loan to Deposit Ratio dan Non
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG
9 2 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI PEMBIAYAAN MODAL USAHA DENGAN DANA POLA
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. penyajian data. Data yang dihasilkan merupakan hasil dari penelitian
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data Setelah data yang yang diperlukan terkumpul, langkah berikutnya adalah penyajian data. Data yang dihasilkan merupakan hasil dari penelitian dilapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan menjadi salah satu elemen yang vital bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Bank berperan sebagai pihak Intermediasi antara kelompok yang berkelebihan
Lebih terperinciBAB IV. Restrukturisasi dalam. Setiap usaha penyelesaian pembiayaan bermasalah yang terjadi di industri
BAB IV ANALISIS TERHADAP RESTRUKTURISASI PADA PROSES PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH HUNIAN SYARIAH AKAD MUSYA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000
BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000 Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan
Lebih terperinciWAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan
WAWANCARA Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: 1. Narasumber I Nama Jabatan : Dicky Frandhika Gutama :Seksi Pelaksana Penyelamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum adanya lembaga simpan pinjam syariah, masyarakat kecil dan menengah dalam menambah modal usahanya dengan cara meminjam kepada rentenir atau lembaga simpan pinjam
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Piutang Usaha terhadap Laba pada BMT Istiqomah Tulungagung
BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Piutang Usaha terhadap Laba pada BMT Istiqomah Tulungagung Piutang usaha merupakan merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual ke pembeli yang timbul karena adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembali pada ajaran agama terutama dalam bidang keuangan, ini terbukti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini terjadi fenomena masyarakat yang semangat untuk kembali pada ajaran agama terutama dalam bidang keuangan, ini terbukti dengan adanya pertumbuhan lembaga
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang pihak kreditur membuat perjanjian kredit dalam bentuk akta
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis paparkan dalam bab sebelumnya dapat disimpulkan : 1. Latar belakang pihak kreditur membuat perjanjian kredit dalam bentuk akta
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/9/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat berpenghasilan rendah.lembaga keuangan mikro yang. yang bernama daribaitul Maal wa Tamwil (BMT). 1
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan untuk usaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah.lembaga
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah di BMT Harapan Umat Juwana Secara umum pembiayaan murabahah di BMT Harapan Umat dilakukan untuk pembelian secara pesanan dimana pada umumnya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA A. Mekanisme Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Kendaraan Pembiayaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo Para calon penerima dana bergulir yang ingin mendapatkan fasilitas kredit dana bergulir dari Dinas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai
Lebih terperinciNo.17/ 25 /DKMP Jakarta, 12 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM, BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No.17/ 25 /DKMP Jakarta, 12 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM, BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to Value
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bank adalah suatu tempat yang didirikan sebagai lembaga untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan menghimpun dana
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur untuk Mengajukan Pembiayaan Murabahah pada produk ib
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prosedur untuk Mengajukan Pembiayaan Murabahah pada produk ib Hasanah yang dilakukan oleh BNI Syariah Cabang Pekalongan. Tujuan pembiayaan murabahah pada produk ib Hasanah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas
BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas kredit bermasalah pada PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman. Dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian mengenai motivasi debitur terhadap atribut produk dalam keputusan pembelian produk KPR Bank Commonwealth dapat disimpulkan sebagai berikut. Motivasi
Lebih terperinci