STRATEGI PENINGKATAN RENDEMEN DAN MUTU MINYAK DALAM AGRIBISNIS NILAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENINGKATAN RENDEMEN DAN MUTU MINYAK DALAM AGRIBISNIS NILAM"

Transkripsi

1 STRATEGI PENINGKATAN RENDEMEN DAN MUTU MINYAK DALAM AGRIBISNIS NILAM J.T. Yuhono dan Sintha Suhirman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Nilam (Pogostemon cablin Benth) bukan merupakan tanaman asli dari wilayah Singapura. Minyak nilam dipakai sebagai bahan pencampur dan pengikat wangi-wangian dalam industri parfum, farmasi dan kosmetik. Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun dan tangkainya. Untuk memperoleh rendemen minyak yang optimum diperlukan standar perbandingan tertentu antara daun dan tangkai atau ranting yaitu 1:1. Dalam industri parfum minyak nilam merupakan bahan baku utama yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh minyak yang lain. Kendala umum dalam agribisnis nilam antara lain adalah rendahnya kadar minyak, mutu minyak rendah dan beragam, penyediaan produk tidak kontinyu dan harganya berfluktuasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen minyak nilam antara lain adalah penggunaan bibit asalan, cara penanganan bahan baku (perajangan, pelayuan dan pengeringan), cara penyulingan, lama penyulingan, dan penggunaan alat penyuling. Sedangkan yang mempengaruhi mutu minyak antara lain adalah penggunaan bibit asalan, tanah dan iklim, kondisi lahan beragam, sistem pola tanam berpindah-pindah, penggunaan alat penyuling dan pemalsuan minyak serta cara penanganan bahan baku. Sifat-sifat kimia yang penting dalam minyak nilam, diantaranya bilangan asam maksimal 5% dan bilangan ester maksimal 10%. Upaya untuk membuat penyediaan produk supaya kontinyu antara lain penggunaan bibit unggul yang sudah dilepas antara lain : varietas Tapak Tuan, Lhokseumawe dan Sidikalang, sistim usahatani nilam secara menetap, melaksanakan pemupukan melalui penambahan kompos dari limbah nilam (3 kg) ditambah pupuk NPK dan dengan pemberian mikorisa dan pupuk kandang 250 gr/tanaman, penanganan bahan tanaman melalui penjemuran (2 5 jam), pelayuan dan pengecilan bahan sebelum disuling secara baik dan benar, menggunakan alat penyuling standard yang sudah dipatenkan, upaya pengembangan lahan dan peraturan perdagangan yang ketat dan penyediaan produk yang berkelanjutan. Kata kunci : minyak nilam, rendemen, mutu, agribisnis PENDAHULUAN Nilam (Pogostemon cablin Benth) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tapi dimasukkan dari wilayah Singapura ke Indonesia sekitar tahun 1895 (Burkil dalam Dhalimi et al., 1998). Awalnya nilam disebut sebagai Dilem Singapur sekarang lebih dikenal dengan nilam Aceh. Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun nilam dan tangkainya. Untuk memperoleh kadar minyak yang optimum diperlukan standar perbandingan tertentu antara daun dan tangkai atau rantingnya yaitu sebesar 1 : 1 (Wikardi et al., 1991), dan sebesar 2 : 1 (Rusli dan Hasanah, 1977), sedang petani nilam di Sumedang biasa menggunakan dengan perbandingan 70 : 30 persen. Dalam perdagangan internasional, minyak nilam hanya digolongkan ke dalam satu jenis mutu, dengan nama dagang patchouly oil, dan dikelompokkan dalam sistim perdagangan internasional dengan kode nomor 30

2 Harmonized system (HS) atau kedalam Standar International Trade Clasification (SITC) dengan nomor Minyak nilam yang akan diekspor, harus memenuhi persyaratan yang diterapkan oleh Departemen Perdagangan (Tabel 1). Minyak nilam antara lain digunakan sebagai bahan baku, bahan pencampur dan fiksatif (pengikat wangiwangian) dalam industri parfum, farmasi dan kosmetik serta makanan dan minuman (Mustika dan Nuryani, 2006) juga sebagai pewangi selendang, karpet dan barang-barang tenunan (Rusli et al., 1985). Dalam industri parfum minyak nilam merupakan bahan baku utama yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh minyak yang lain. Di India daun nilam kering digunakan sebagai pengusir serangga (repellent) pada kain yang akan di ekspor (Robbins, 1982). Minyak nilam juga dapat berfungsi sebagai insektisida untuk larva Spodoptera littorales dengan LC 50 antara 10,1 dan 20,01 ml/m 3 (Prawoto dan M.Sholeh, 2006). Areal tanaman nilam Indonesia pada tahun 2004 adalah seluas ha dengan produksi sebesar 2424 ton minyak (Ditjenbun, 2005), dan melibatkan petani pemilik sekitar kepala keluarga (KK). Luasan dan banyaknya KK yang terlibat, menunjukkan luas pemilikan lahan garapan petani rata-rata sempit (Kanwil DPP Perindustrian, 1986). Tabel 1. Standar mutu minyak nilam Indonesia Karakteristik Syarat Cara pengujian Warna Kuning muda sampai coklat tua Visual Bobot jenis, 25 0 / 25 0 C 0,943 0,983 SP-SMP (ISO R E) Indek bias, 20 0 C 1,504 1,514 SP-SMP (ISO R E) Kelarutan dalam etanol 90 % pada suhu 25 0 C ± 3 0 C Larutan (jernih) atau opalesensi ringan dalam perband. Vol 1 s/d 10 bagian SP-SMP (BS 2073; 1962) Bilangan asam maks. 5,0 SP-SMP (ISO R E) Bilangan ester, maks. 10,0 SP-SMP Minyak kruing Tidak nyata SP-SMP Zat zat asing Alkohol Lemak Minyak pelikan Sumber : Balittro, Negatif SP-SMP SP-SMP SP-SMP SI NO. 25/SI/73 31

3 Dari luasan yang sempit-sempit yang dimiliki petani nilam tersebut akan menghasilkan minyak yang juga sedikit. Berarti kondisi minyak nilam dari petanipun sudah beragam. Sentra produksi nilam hanya terpusat di wilayah Sumatera dan Jawa (Ditjenbun, 2006). Enam daerah sentra produksi nilam yang mempunyai luasan di atas 1000 ha, berturut-turut dari luasan tertinggi adalah sebagian Sumatera Barat (4.458 ha/8.989 KK), Nanggroe Aceh Darusalam (2.876 ha/7.312 KK), Sumatera Utara (2.608 ha/3.960 KK), Jawa Tengah (2.292 ha/5.771 KK), Bengkulu (1.620 ha/2.170 KK), dan Jawa Barat (1.395 ha/2.433 KK). Indonesia menduduki posisi ekspor utama minyak nilam sekitar tahun 1960an, yang sebelumnya ditempati oleh Singapura dan Malaysia (Allen, 1969). Ekspor minyak nilam Indonesia pada tahun 1961 adalah ± 246 ton. Pada tahun 2004 ekspornya meningkat sebesar 900% atau ± ton, dengan nilai U$ dolar (BPS, 2005). Sekitar 75% kebutuhan dunia akan minyak nilam disuplai dari Indonesia (Sumangat dan Risfaheri, 1998), berarti konsumsi dunia akan minyak nilam diperkirakan sebesar ton/ tahun. Minyak nilam merupakan komoditas ekspor, sebesar 85,6% dari total produksi diekspor ke luar negeri (BPS, 2005). Sebagai komoditas ekspor, harga nilam di dalam negeri tergantung dari harga internasional, maka kesejahteraan petani nilam juga sangat tergantung dari harga internasional. Perkembangan pasar internasional pada hakekatnya menurut Budiarto dan Widodo, (2005) merupakan interaksi antara penawaran berlebih (excces supply) dan permintaan berlebih (excces demand). Apabila penawaran berlebih dan permintaan tetap, maka akan terjadi penurunan harga (Kindleberger dan Lindert, 1991). Begitu sebaliknya apabila penawaran tetap dan permintaan bertambah, maka harga akan meningkat kembali. Hukum tersebut berlaku pula pada komoditas nilam. Naik turunnya harga minyak nilam sangat berpengaruh terhadap petani yang hanya menggantungkan hidupnya dari usahatani. Walaupun Indonesia mensuplai sekitar 75% (Sumangat dan Risfaheri, 1998) sampai 90 % (Deperindag, 1993) dari kebutuhan dunia, tetapi keberadaan nilam di negeri ini mengalami banyak kendala. Beberapa kendala umum yang ditemui adalah a) rendahnya rendemen minyak nilam yang diperoleh, b) mutu minyak rendah dan beragam, c) penyediaan produk tidak kontinyu dan d) harga yang terjadi berfluktuasi. Permasalahan-permasalahan di atas erat kaitannya satu dengan yang lainnya sehingga diperlukan upaya dan terobosan-terobosan baru yang saling dapat menghilangkan permasalahan tersebut. Tulisan ini bertujuan menunjukkan permasalahan yang terdapat pada agribisnis nilam, upaya mengatasi dan meningkatkan rendemen serta mutunya. 32

4 PERMASALAHAN PADA TANAMAN NILAM Rendahnya rendemen Banyak faktor yang mempengaruhi rendah/kecilnya rendemen minyak nilam yang diperoleh antara lain adalah a) Teknologi budidaya - Penggunaan bibit asalan Sampai dengan tanggal 1 Agustus 2005 belum ada varietas unggul baru nilam yang dilepas dan sampai saat itu petani nilam masih menggunakan bibit asalan. Disebut bibit asalan karena cara memperolehnya juga secara asalan, tidak memperhatikan keunggulan tanaman, besarnya rendemen minyak, ketahanannya terhadap hama dan penyakit serta varietasnya. Yang dipentingkan adalah kemudahan untuk mendapatkan bibit tersebut. Bibit asalan dibeli dari daerah lain (sentra produksi nilam), membeli atau minta ke tetangga terdekat, akibat dari penggunaan bibit asalan tersebut, kadar yang diperoleh rata rata rendah sekitar 1 2 % dari terna kering atau ± 0,3 0,4 dari terna basah. - Sistim usahataninya ladang berpindah Petani nilam di daerah sentra produksi utama masih banyak yang menanam nilam secara berpindah pindah dengan maksud untuk menghindari serangan penyakit budok dan menghemat biaya produksi (Dhalimi et al., 1998). Sistim tersebut kemudian dikenal dengan usahatani ladang berpindah. Sistim usahatani ladang berpindah tidak ramah terhadap lingkungan, karena setiap penanaman baru, petani akan membuka lahan baru dengan keterbatasan, ketergesaan waktu dan tenaga kerja serta penggunaan bibit seadanya, sehingga akan terjadi erosi genetik. Akibatnya tanaman mengalami penurunan terhadap produktivitas dan kadar minyaknya. - Tidak dilakukan pemupukan Tanaman yang tidak dilakukan pemupukan, akan diperoleh produksi, produktivitas dan kualitas yang rendah. Petani hanya berharap dari humus yang ada pada saat melaksanakan penanaman baru dengan sistim perladangan berpindah. Akibatnya kadar minyak dan rendemen yang diperoleh rendah. b) Cara penanganan bahan tanaman sederhana dan tidak tepat Penanganan bahan tanaman sehabis dipanen hanya dilakukan penjemuran di lahan bekas panen selama dua hari penuh (± 2 x 8 jam), akibatnya kadar minyak turun karena kandungan minyak pada tanaman banyak yang menguap. Perbandingan antara bahan yang disuling juga berpengaruh terhadap rendemen yang diperoleh. Makin banyak porsi daun dibanding dengan batang atau sebaliknya dan dengan perbandingan berapa yang tepat belum diketahui. Daun dan batang hasil panen, langsung disuling atau langsung dijual. Akibatnya kadar minyak yang diperoleh akan turun. c) Alat dan metode dalam penyulingan Petani umumnya tidak mengenal metode metode yang baik dan benar 33

5 dalam melaksanakan penyulingan, seberapa hasil panen yang diperoleh, langsung disuling. Akibatnya rendemen yang diperoleh rendah. Penggunaan alat penyuling sederhana, terdiri dari drum bekas dan kondisinya tidak bersih. Akibatnya kadar minyak nilam yang diperoleh rendah, tidak bersih dan berwarna gelap. Kondisi ini disebabkan antara lain karena adanya ion logam yang kemudian bereaksi dengan senyawa dalam minyak membentuk komplek logam berwarna. Minyak yang berwarna gelap dapat menyebabkan harga murah karena mutu minyak rendah, serta tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (Wahono et al., 2004). d) Tanah dan iklim kurang sesuai Tanaman nilam berproduksi secara optimum apabila ditanam pada ketinggian m dpl, beriklim panas, curah hujan antara mm/tahun (Rosman, 1998), suhu ideal antara C dengan kelembaban diatas 75% (Mangun, 2005). Kenyataan dilapangan ditemui tanaman nilam ditanam petani pada daerah daerah yang kurang/tidak sesuai, akibatnya produksi yang diperoleh rata-rata rendah. Contoh kasus di wilayah propinsi Jawa Tengah, produktivitas minyak nilam rata-rata pada tahun 2003 sebesar 69,41 kg/ha (Ditjenbun, 2006). Rendahnya mutu minyak Mutu minyak nilam dapat bervariasi, tergantung pada faktor-faktor berikut ini a. Penggunaan bibit asalan Sampai dengan pertengahan Agustus 2005 belum ada varietas unggul nilam yang dilepas dan sampai saat itu petani nilam masih menggunakan bibit asalan. Bibit asalan bisa dibeli dari daerah lain (sentra produksi nilam), membeli atau minta ke tetangga terdekat, akibat dari penggunaan bibit asalan tersebut kadar Pachoully Alkohol yang diperoleh rata-rata rendah dan kurang dari 30%. b. Kondisi lahan dan mutu minyak beragam Pengusahaan nilam di Indonesia hampir seluruhnya diusahakan rakyat dalam bentuk perkebunan rakyat. Pada umumnya skala luasannya sempit dan diusahakan pada kondisi lahan yang beragam. Akibatnya mutu yang diperoleh rendah dan beragam. Sebagai gambaran luas pemilikan lahan petani nilam di wilayah Daerah Istimewa Aceh berkisar antara 0,33 ha sampai dengan 0,51 ha per kepala keluarga (Kanwil Deperindag D.I. Aceh, 1986). Petani di daerah Aceh Selatan rata-rata memiliki sekitar 0,33 ha/kk, di Aceh Tengah kira-kira 0,40 ha/kk dan di Aceh Barat memiliki luasan sebesar 0,51 ha/kk, di Sumatera Barat, pemilikan lahan nilam berkisar antara 0,02 ha sampai dengan 0,694 ha/kk (Sitorus, 1993). Keberagaman luas pemilikan lahan dan rata-rata sempit berakibat terhadap mutu minyak yang dihasilkan beragam juga. Di Indonesia tanaman nilam melibatkan sekitar Kepala Keluarga, maka kebe- 34

6 ragaman lahan ditunjukkan oleh banyaknya KK tersebut. c. Kemampuan teknis petani beragam Disamping keberagaman luas pemilikan, kemampuan teknologi budidaya dan pengolahan nilam juga beragam. Akibatnya mutu yang dihasilkan juga beragam. Penelitian Sitorus (1993) melaporkan bahwa petani nilam di daerah Sumatera Barat, hanya sebesar 20,8% melaksanakan pemupukan, sisanya sebesar 79,2% tidak melaksanakan pemupukan. Petani melaksanakan pemanenan nilam umumnya hanya sekali saja, yaitu pada umur 9-12 bulan, dan mereka beralasan bahwa pada panen periode ke dua hanya akan diperoleh hasil sebesar 30 % dari panen pertama. Sistim panennya adalah sistim pangkas habis. d. Sistim ladang berpindah Sitorus melaporkan bahwa di Sumatera Barat sebesar 58,3% mengusahakan tanaman nilam dengan pola ladang berpindah, sisanya sebesar 41,7% dengan pola menetap. Sedang Rusli et al. (1993) di Sumatera Barat juga memperoleh hasil bahwa sebesar 60% petani melaksanakan usahatani nilam secara ladang berpindah dan 40% lainnya secara menetap. Pola penanaman secara ladang berpindah-pindah, sebetulnya dimaksudkan untuk menghindari serangan penyakit budok yang menjadi kendala utama dan sangat berbahaya bagi tanaman nilam. Tetapi resiko sistim perladangan berpindah biasanya tidak memperhatikan aspek kesesuaian lahan, teknologi budidaya anjuran dan penggunaan bibit sembarang, akibatnya hasil minyak yang diperoleh rendah dan beragam. e. Alat penyuling beragam Industri pengolahan minyak merupakan industri keluarga dan terpencar diseluruh desa sentra produksi nilam. Keterampilan yang dimiliki penyuling berbeda, alat penyulingnya juga berbeda, ada yang sudah menggunakan bahan dari stainless steel tapi tidak jarang yang menggunakan dari bekas drum. Akibatnya mutu minyak yang diperoleh juga beragam. f. Penipuan dan pemalsuan kualitas Di samping industri-industri kecil dengan segala keterbatasannya menghasilkan minyak yang beragam, industri menengah dan besar dengan segala kelihaiannya melakukan praktek penipuan kualitas dan rendemen. Penipuan dilakukan dengan cara memalsukan rendemen sekaligus kualitas. Bentuk pemalsuan tersebut dilakukan dengan cara menambahkan benda-benda asing kedalam minyak (Mustofa, 1988). Benda asing yang sering digunakan dalam praktek pemalsuan antara lain lemak, kerosin, terpentin dan pelarut organik lainnya (Makmun, 2003). Penambahan bahan-bahan tersebut dimaksudkan untuk menambah volume atau berat, yang berarti rendemen meningkat tetapi kualitasnya menurun. Penyediaan produk tidak kontinyu Mutu tidak menentu karena dicampur dengan benda benda asing dan terjadinya fluktuasi harga, sangat mempengaruhi pasokan minyak nilam, se- 35

7 cara langsung mengindikasikan penyediaan produk tidak kontinyu. Pencampuran dengan benda asing akan menurunkan karakter minyak nilam, menurunnya karakter minyak berarti permintaan menurun dan menunjukkan penyediaan produk tidak kontinyu. Padahal karakter yang tersaji dalam mutu minyak nilam yang prima yang dinyatakan dalam sifat fisika kimianya merupakan modal dasar daya saing pasar nilam kita. Pernah terjadi pengurangan permintaan dari salah satu industri parfum pelanggan, terhadap minyak nilam sebesar ton per tahun, ini disebabkan reputasi dari agen pemasok jelek dalam hal penyediaan produk yang tidak kontinyu dan mutu yang kurang baik. Harga berfluktuasi Karena harga yang terjadi sering berfluktuasi, dengan kecenderungan menurun yang sangat tajam (Pujiharti et al., 2000; Supriadi dan Mustanir, 2004), dapat berakibat terhadap penelantaran lahan nilam mereka. Apabila terjadi penurunan harga minyak nilam dalam waktu yang lama dan terus menerus, biasanya petani nilam akan mengalihkan usahataninya ke komoditas lain yang lebih menguntungkan. STRATEGI PENINGKATAN KADAR DAN MUTU DALAM AGRIBISNIS NILAM Dalam suatu sistem agribisnis, nilai tambah (added value) yang terbesar berada pada sub sistem agribisnis hulu dan hilir, sedangkan sub sistim agribisnis usahatani sangat kecil, sehingga petani yang berada pada sub sistem ini akan selalu menerima pendapatan yang lebih rendah (Saragih, 2001). Demikian juga para agribisnis nilam, pada sub sistim pengolahan/ industri, sebetulnya banyak diperoleh nilai tambah. Walaupun masih ditemui kendala pada perolehan rendemen dan mutunya yang masih rendah. Oleh karenanya diperlukan beberapa upaya untuk meningkatkan rendemen dan mutu minyak nilam antara lain melalui Budidaya Penggunaan benih unggul Menyikapi kondisi tersebut, usaha usaha untuk memacu penanaman varietas unggul sangat strategis dan penting sekali (Djisbar dan Seswita, 1998). Melalui eksplorasi, karakterisasi, uji multi lokasi dan evaluasi, ternyata tanaman nilam dari daerah tertentu saja yang mempunyai rendemen minyak tinggi (Syukur dan Nuryani, 1998). Pendapat tersebut didukung oleh Rumiati et al. (1998). Ternyata klon klon nilam dari wilayah Aceh yang memiliki kadar minyak dan mutu yang tinggi serta memenuhi standar ekspor, diantaranya klon Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan (Nurjani et al., 1997) dengan rendemen 2,23-4,23%; 2,00-4,14% dan 2,07-3,87%. Sesuai dengan surat keputusan Menteri Pertanian RI No. 319 s/d 321/Kpts/SR. 120/8/2005 tanggal 1 Agustus 2005, telah dilepas tiga varietas unggul nilam dengan nama Tapak Tuan, Lhokseumawe dan Sidikalang dengan keunggulan keunggulan sebagai berikut (Tabel 2). 36

8 Tabel 2. Deskripsi 3 varietas nilam yang dilepas Karakteristik Tapak Tuan Lhokseumawe Sidikalang produksi tanaman 41,59-64,67 42,59-64,67 31,38-80,37 segar (ton/ha) Produksi Minyak 234,89-583,26 273,49-415,05 176,47-464,42 (kg/ha) Kadar minyak (%) 2,07 3,87 2,00-4,14 2,23-4,23 Kadar Pachoully 28,69-35,90 29,11-34,46 30,21-35,20 alkohol (%) Sumber : Balittro, 2006 Dengan penggunaan varietas unggul Tapak Tuan, Lhokseumawe dan Sidikalang, disertai teknik budidaya yang benar dan pengolahan panen dan pasca panen yang sesuai, maka akan diperoleh produksi minyak yang tinggi ± 176,47 583,26 kg/ha, produktivitas terna segar ± 31,38 80,37 ton/ha, berarti kadar dan mutu yang tinggi. Menanam pada tanah dan iklim yang sesuai Upaya pengembangan tanaman nilam agar berproduksi optimal, kesesuaian tanah dan iklim merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi (Rosman et al., 1998). Faktor tanah meliputi jenis tanah, drainase, tekstur tanah, air tanah, ph, C Organik, P 2 O 5, K 2 O dan KTK. Sedang faktor iklim meliputi curah hujan, hari hujan, bulan basah, kelembaban udara dan temperatur. Oleh karenanya upaya untuk membuat tanaman nilam agar berproduksi optimal, mempunyai rendemen tinggi dan berkadar Pachoully Oil tinggi, adalah diusahakan ditanam pada ketinggian yang sesuai, jenis tanah yang memenuhi persyaratan dan iklimnya sesuai dengan persyaratan kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman nilam. (Rosman, 1998). Sistim usahatani menetap Untuk mendukung sistim pertanian menetap diperlukan paket teknologi yang lengkap,. Strateginya diarahkan pada efisiensi usahatani, perbaikan varietas dan teknik budidaya sesuai standar prosedur operasional (SPO). Dengan menggunakan varietas unggul dan teknologi budidaya sesuai SPO, maka rendemen dan mutu minyak akan meningkat. Perlakuan pemupukan Upaya meningkatkan rendemen minyak melalui rekayasa pemupukan akan meningkatkan rendemen minyak. Secara nyata dengan perlakuan kompos dari limbah nilam sebanyak 3 kg dan ditambah pupuk NKP dapat meningkatkan bobot segar tanaman. Mokoriza dengan pupuk kandang sebanyak 250 gr per tanaman akan meningkatkan bobot segar nilam. Kandungan minyak tertinggi terdapat pada tiga pasangan daun termuda 37

9 yang masih berwarna hijau (Wikardi et al., 1990), karena daun berwarna coklat sudah kehilangan minyaknya akibat radiasi sinar matahari terlalu tinggi. Cara panen terbaik adalah pemanenan pertama pada umur 6 bulan, tinggalkan satu cabang untuk menstimulir pertumbuhan tunas, selanjutnya panen ke dua setelah 3-4 bulan berikutnya. Upaya untuk mempertinggi rendemen Agar diperoleh hasil minyak yang optimal diperlukan perlakuan pendahuluan seperti pengeringan, pelayuan dan pengecilan ukuran (Ketaren dalam Nurdjanah dan Marwati, 1998) Hal ini perlu dilakukan karena kandungan minyaknya dikelilingi oleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh dan kantong minyak atau rambut grandular. Tanpa perlakuan pendahuluan atau dalam bentuk utuh pengeluaran minyak nilam hanya tergantung dari proses difusi dan proses tersebut berlangsung sangat lambat (Irfan, 1989; Nurdjanah dan Makmun, 1994). Diperlukan penanganan yang baik terhadap bahan melalui perlakuan pendahuluan berupa a) pengecilan bahan, b) pengeringan bahan dan c) penjemuran kurang lebih satu minggu. Upaya penanganan bahan sehabis panen untuk mempertinggi kadar dan mutu minyak dilakukan melalui penjemuran, pelayuan dan pengecilan bahan melalui perajangan menjadi bagian yang lebih kecil. Apabila bahan hasil panen dijemur terlalu lama akan menurunkan kadar minyak tetapi akan meningkatkan kadar Pachoully Alkohol. Pachoully Alkohol merupakan fraksi berat dalam minyak nilam yang mudah menguap (Rusli dan Hernani, 2000). Kadar minyak yang tinggi sangat diharapkan oleh pengusaha/industri penyuling, sedang kadar Pachoully Alkohol yang tinggi sangat dicari oleh para eksportir. Sekarang tinggal bagaimana kita mengatur kebijakannya agar keduanya tidak saling dirugikan. Beberapa hasil uji terhadap lama pengeringan dan ada yang dikombinasikan dengan pelayuan. Semua uji memenuhi standar, baik kadar minyak atau kadar Pachoully Oil nya. Untuk dapat mengakomodir ke dua pihak yang berkepentingan antara pengusaha/industri penyuling dengan eksportir, maka strateginya adalah win win solution. Perlakuan pendahuluan sebaiknya adalah bahan dijemur selama 2 hari dengan lama penyinaran antara 5 7 jam per harinya (Balittro, 2002). Disamping cara, waktu penyulingan juga berpengaruh terhadap rendemen, bobot jenis, bilangan ester dan kadar Pachoully Alkohol. Makin lama waktu penyulingan, rendemen, bobot jenis dan bilangan ester yamg diperoleh makin tinggi. Tetapi dalam standar mutu minyak nilam Indonesia sudah ada batasan-batasan dalam persyaratan mutu minyak nilam untuk tujuan ekspor, yaitu bilangan esternya tidak boleh melebihi 10% dan bobot jenis minyak pada suhu 25 C berkisar antara 0,947-0,987, karena itu waktu/lama penyulingan seharusnya diatur sedemikian rupa agar hasilnya tidak melebihi batasan tersebut. Bahan dalam tangki juga berpengaruh terhadap waktu penyulingan, kepadatan makin banyak, waktu penyulingan makin lama. Oleh karena- 38

10 nya diperlukan simulasi terhadap kepadatan, dan salah satu solusinya adalah melalui pengecilan bahan dengan cara dirajang menjadi bagian yang kecil kecil. Pada proses penyulingan, perlu dipelajari/dibuat keseimbangan antara lamanya waktu penyulingan dengan batasan mengenai besaran maksimum bilangan esternya (10%) dan bobot jenis pada suhu 25 o C berkisar antara 0,9 0,983. Perbandingan bahan yang disuling harus tepat Perbandingan optimum yang diperoleh menurut Rusli dan Hasanah (1977) antara daun dan batang adalah 1 : 0,5 sedang petani nilam di Sumedang biasa menggunakan perbandingan daun : batang dengan perbandingan 70 : 30. Penggunaan alat dan metode penyulingan Alat penyuling yang digunakan juga berpengaruh tehadap rendemen minyak yang diperoleh. Sampai saat ini ada tiga metode penyulingan minyak nilam, yaitu : 1) penyulingan dengan air, 2) penyulingan dengan uap langsung dan 3) penyulingan dengan uap tidak langsung. Penyulingan dengan menggunakan alat tangki stainless steel dengan uap langsung memberikan rendemen dan kadar Pachoully Alkohol lebih tinggi dibanding cara uap tidak langsung (dikukus) dan dengan air (Nurdjanah et al., 1991; Mangun, 2005). Metode penyulingan digunakan sesuai dengan kebutuhannya dan tipe instalasi yang digunakan. - Apabila menggunakan tipe instalasi kecil, dapat dipakai metode penyulingan dengan air dan metode penyulingan sistim kukus lebih menguntungkan. Metode penyulingan yang dianjurkan adalah bila dikukus lama pengukusan 5-6 jam, kepadatan bahan dalam ketel g/l untuk 50 kg daun kering, kecepatan penyulingan l/jam. - Untuk tipe instalasi besar penggunaan metode penyulingan dengan uap lebih menguntungkan. Jika menggunakan uap langsung menggunakan tekanan 1,5-2 bar kepadatan daun 50,5 kg/m 3, lama penyulingan 4 jam. Untuk menghindari keberagaman minyak hasil produksi petani, diupayakan dilakukan proses penyulingan dilakukan pada satu atau dua pemroses saja dalam satu wilayah, kelompok tani, desa atau kecamatan, kemudian dilaksanakan proses pemurnian minyak. Apabila keberadaan minyak nilam hasil sulingan dipastikan beragam maka diperlukan sosialisasi mengenai upaya pemurnian minyak hasil sulingan melalui pemurnian minyak dengan cara flokulasi dengan menambahkan larutan Na-EDTA 0,05 M dengan perbandingan volume 1 : 1 diaduk selama 5 menit. Sosial ekonomi Pencegahan pemalsuan Hasil penelitian Makmun (2003), diperloleh hasil bahwa pemalsuan terjadi pada tingkat pedagang pengumpul dan tingkat industri pengolah. Upaya 39

11 strategi dan tindakan yang diambil ada 2 pilihan yaitu : a. Penalty total. Maksudnya pada rantai/bagian mana terjadi pemalsuan langsung diberi tindakan tegas dengan melaksanakan pembekuan dan pencabutan izin terhadap pelaku kejahatan tersebut. b. Eksportir dalam membeli minyak nilam diharuskan menggunakan standar mutu yang berbeda, untuk mutu yang lebih baik dihargai lebih tinggi dengan mutu yang kurang baik, walaupun kedua mutu tersebut masih masuk dalam standar mutu. Oleh karenanya diperlukan perbedaan harga untuk tingkatan kadar patchouli, bobot jenis, indek bias, bilangan asam dan bilangan esternya. Jadi setiap oknum pemalsuan yang ingin mencari untung dengan menambahkan benda asing kedalam minyak diberi penalty melalui penolakan pembelian atau dihargai lebih rendah dibanding dengan bahan yang sama tetapi bukan karena ada unsur penipuan. Penyediaan produk agar tetap kontinyu Minyak nilam kita merupakan produk ekspor sebesar 85,6% produk nasional ditujukan untuk ekspor. Indonesia menguasai perdagangan nilam dunia sekitar 75-90%, berarti Indonesia menguasai pasar suplai minyak. Supaya penyediaan produk tetap kontinyu, maka diupayakan pengembangan areal sekaligus produksi dan produktivitas. Produk yang tidak terjual pada tahun bersangkutan dijadikan cadangan atau carry over stock untuk dijual pada tahun berikutnya. Disamping sebagai cadangan, dengan penyimpanan lebih lama akan menambah aroma wangi dan meningkatkan kadar Pachoully Alkohol. Penstabilan harga Karena Indonesia merupakan produsen terbesar sekitar 80-90% dari perdagangan minyak nilam dunia, sebetulnya tidak sulit untuk menstabilkan harga. Upaya penstabilan harga dapat dilakukan oleh pemerintah melalui pembelian minyak nilam pada saat harga turun. Kemudian oleh minyak tersebut dijadikan stok dan tidak dijual/ ekspor sebelum harga betul-betul stabil. KESIMPULAN Beberapa upaya untuk meningkatkan rendemen dan mutu minyak nilam telah diperoleh antara lain melalui perbaikan teknologi budidaya, penanganan pasca panen, penggunaan alat dan metode penyulingan serta kebijakan di bidang sosial ekonomi. Melalui perbaikan teknologi budidaya dilaksanakan dengan penggunaan bibit unggul yang sudah dilepas seperti varietas Tapak Tuan, Lhokseumawe dan Sidikalang. Kandungan kadar minyaknya cukup tinggi sekitar 2,07-4,23% serta kadar Pachoully Alkoholnya telah memenuhi standar ekspor yaitu sekitar 28,69-35,90%. Teknologi budidaya yang dianjurkan adalah dengan sistim usahatani menetap dan sesuai SPO termasuk kesesuaian lahan dan iklim. 40

12 Melalui penanganan pasca panen diantaranya adalah melalui metode pengeringan, pelayuan dan pengirisan bahan baku secara tepat. Bahan dijemur dibawah matahari dengan lamanya 5-7 jam per hari selama dua hari, bilangan esternya kurang dari 10% dan bobot jenisnya pada suhu 25º C berkisar antara 0,9-0,983. Alat yang digunakan sejenis stainless steel dengan metode penyulingan secara uap langsung untuk tipe instalasi besar, sedang untuk tipe instalasi kecil disarankan menggunakan metode uap tidak langsung atau melalui dikukus terlebih dahulu. Untuk menghindari keberagaman minyak asal petani, dilakukan pemurnian dengan cara flokulasi/menambahkan larutan Na- EDTA. Untuk mencegah agar tidak terjadi pemalsuan kualitas minyak dilakukan penalty total melalui pembekuan dan pencabutan ijin industri/perdagangan atau eksportir melaksanakan pembelian melalui pembedaan kualitas dimana kualitas jelek dihargai rendah, sedang kualitas bagus dihargai tinggi. Upaya agar persediaan produk tetap tersedia dilakukan melalui penstabilan harga. SARAN Masalah kadar dan mutu minyak nilam menjadi prioritas utama dalam pengembangan nilam, karena persaingan di dunia internasional semakin ketat. DAFTAR PUSTAKA Allen, Z.L., The market for pachouli oil and leaves. Tropical Product Institute Ministry of Overseas Development g 39. p Anggraeni, Ch. Winarti dan Pandji Laksmanahardja, Karakteristik Minyak Nilam di Indonesia. Monograf Nilam 5 : Balittro, Agribisnis Tanaman Minyak Atsiri. Booklet. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 18 hal. Badan Pusat Statistik, Statistik Ekspor, Buku I Badan Pusat Statistik Jakarta. 19 hal. Deperindag, Pengembangan mata dagang minyak nilam kawasan pasar masyarakat Eropa, Badan Pengembangan Ekspor Nasional. Jakarta. 41 hal. Dhalimi A., Anggraeni dan Hobir, Sejarah dan Perkembangan Budidaya Nilam di Indonesia. Monograf Nilam 5 : 1-9. Djisbar A. dan D. Seswita, Perbaikan varietas. Monograf Nilam 5 : Direktorat Jenderal Perkebunan, Statistik Perkebunan Indonesia. Nilam. Departemen Pertanian. Jakarta. 24 hal. Irfan, Pengaruh lama keringanginan dan perbandingan daun dengan batang terhadap rendemen dan mutu minyak nilam (Pogostemon cablin Benth). Skripsi Feteta IPB. 86 hal (tidak dipublikasikan). 41

13 Ketaren S., Minyak Atsiri. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri Balai Pustaka Jakarta. hal Kindleberger, C.P. dan Peter, H., Lindert, Pemasaran Internasional. Makmun, Identifikasi pemalsuan minyak nilam dirantai tata niaga. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. XIV (2) Bogor. hal Mangun, H.M.S., Nilam. Hasilkan minyak berkualitas mulai dari teknik budidaya hingga proses penyulingan. Penebar Swadaya. 83 hal. Mustofa, A., Pengolahan minyak atsiri pelatihan peningkatan mutu olahan hasil hutan bahan kayu berorientasi ekspor Deperindag. hal (tidak dpublikasikan). Mustika I dan Y. Nuryani, Strategi pengendalian nematoda parasit pada tanaman nilam. Jurnal Litbang Pertanian XXV (1) : Nurdjanah, N., dan A. Rivai, Afifah dan Zamaluddin, Pengaruh cara dan waktu penyulingan terhadap rendemen dan mutu minyak nilam (Pogostemon cablin Benth). Buletin Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat VI (1) : 1-8. Nurdjanah, N. dan T. Marwati, Penanganan Bahan dan Penyulingan Minyak Nilam. Monograf Nilam 5 : Nuryani Y. Hobir, C. Syukur dan I Mariska, Peningkatan kadar minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui perbaikan varietas. Simposium dan Kongres PERIPI, Bandung 13 hal. (tidak dipublikasikan). Pujiharti, Y., D.R. Mustikawati dan Hasanah, Peningkatan produksi dan peluang pengembangan nilam di lampung. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian (19) : Prawoto, A.A. dan M. Sholeh, Produksi Awal dan Kajian Ekonomi Usahatani Nilam Aceh Sebagai Tanaman Sela Kakao Muda. Pelita Perkebunan. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Vol. 22 (3) : Robbin, S. R.J., Selected market for the essential oil of patchouli and vetiver tropical product institute. Ministry of overseas. Rumiati, S., D. Rusmin dan M. Hasanah, Sistem Perbenihan. Monograf Nilam 5 : Rusli S., dan M. Hasanah, Cara penyulingan daun nilam mempengaruhi rendemen dan mutu minyak. Pemberitaan Lembaga Penelitian Tanaman Industri XXIV. hal Rusli S., N. Nurdjanah, Soediarto, D. Sitepu, S. Ardi dan D.T. Sitorus, 1985 Penelitian dan Pengembangan minyak atsiri Indonesia. Edisi Khusus Penelitian Tanaman Rem- 42

14 pah dan Obat, Bogor. Vol 2 : Rusli, S. dan Hernani, Pengolahan Hasil Tanaman Minyak Atsiri. Prosiding Teknologi Pengolahan Hasil Tanaman Perkebunan. Puslitbangbun. hal Sait, S., Identifikasi bahan-bahan pemalsu di dalam minyak-minyak atsiri ekspor. Prosiding Seminar Minyak Atsiri III, Balai Penelitian Kimia. Bogor. hal Sitorus, D.T., Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Nilam di Sumatera Barat. Edsus vol IX (2) : Saragih, B., Agribisnis paradigma baru pembangunan ekonomi berbasis pertanian. Pustaka Wira Usaha Muda. 243 hal. Sumangat, D., Risfaheri, Standar dan Masalah Mutu Minyak Nilam Indonesia. Monograf Nilam 5 : Syukur C. Dan Y. Nuryani, Plasma Nutfah. Monograf Nilam 5 : Supriadi, Elly dan Mustanir, Strategi Pengembangan Menyeluruh Terhadap Minyak Nilam (Pachoully Oil) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Teknologi Pengembangan Minyak Nilam Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. hal Tjiptadi, Pengembangan usaha minyak atsiri. Hasil pertemuan konsultasi pengembangan tanaman minyak atsiri. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Vol 2 : Wikardi, E.A., A. Asman dan P. Wahid, Perkembangan penelitian tanaman nilam. Edisi Khusus Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. 6 (1) : Wahono, C.T., I.N. Istina, G. Harahap dan E. S. Ritonga. Kajian Teknologi Pengolahan Nilam. Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. hal

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

KERAGAAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI TINGKAT PETANI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH

KERAGAAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI TINGKAT PETANI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH KERAGAAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI TINGKAT PETANI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH Indrie Ambarsari 1, Abdul Choliq 1, dan Dian Adi A. Elisabeth 2 1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem 76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth)

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth) Pengaruh Lama dan Komposisi Bahan baku terhadap Rendemen...A.Sulaiman, Dwi Harsono. PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA Mustaqimah 1*, Rahmat Fadhil 2, Rini Ariani Basyamfar 3 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam 4 TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Tanaman nilam termasuk famili Labiatae (Santoso 1990). Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu Pogostemon cablin Benth atau Nilam Aceh, Pogostemon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). Tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 23 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perumusan strategi serta implementasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan, sektor pertanian masih merupakan tema sentral yang perlu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM Nahar* Abstrak Tumbuhan nilam, Pogostemon cablin Benth, adalah salah satu jenis minyak atsiri terpenting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS NILAM DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS NILAM DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS NILAM DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT Mhd. Asaad 1) Surya Dharma 2) Fakultas Pertanian UISU Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Abstrak Dalam rangka meningkatkan produktivitas,

Lebih terperinci

POLA TANAM NILAM. Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. PENDAHULUAN

POLA TANAM NILAM. Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. PENDAHULUAN POLA TANAM NILAM Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 I. PENDAHULUAN Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) telah dikenal bertahun - tahun sebagai tanaman penghasil minyak atsiri. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebiasaan

Lebih terperinci

PEMISAHAN SENYAWA PATCHOULI ALCOHOL DARI MINYAK NILAM DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI

PEMISAHAN SENYAWA PATCHOULI ALCOHOL DARI MINYAK NILAM DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI PEMISAHAN SENYAWA PATCHOULI ALCOHOL DARI MINYAK NILAM DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI SEPARATION OF PATCHOULI ALCOHOL FROM PATCOULI OIL BY FRACTIONAL DISTILLATION METHOD Siti Aisyah 1)* dan Masril Chan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Nilam Indonesia 2.2 Minyak Nilam

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Nilam Indonesia 2.2 Minyak Nilam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Nilam Indonesia Tanaman nilam pertama kali dibudidayakan di daerah Tapak Tuan (Aceh) yang kemudian menyebar ke daerah pantai timur Sumatera (Dhalimin et al. 1998).

Lebih terperinci

Keragaan Usahatani Nilam Di Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya

Keragaan Usahatani Nilam Di Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya Keragaan Usahatani Nilam Di Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya Indra 1, Ernawati 1, Syaifullah Muhammad 1, Elly Supriadi 1, dan T. Miftahul Rizki 2 1 Staf Pengajar Unsyiah, 2 Sarjana Pertanian Unsyiah

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK ( Pogostemon cablin Benth) Oleh Agung Mahardhika, SP ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,

Lebih terperinci

Jurusan Kimia Faklultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 1

Jurusan Kimia Faklultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 1 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMURNIAN MINYAK NILAM SEBAGAI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PENGRAJIN DI KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG Emas Agus Prastyo Wibowo 1 Jurusan Kimia Faklultas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

Karakteristik Empat Aksesi Nilam

Karakteristik Empat Aksesi Nilam Empat Aksesi Nilam Yang Nuryani Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor ABSTRACT Characterization of four accessions of patchouli was conducted to obtain the information of characteristics to

Lebih terperinci

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan. 1. Warna Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketinggian sekitar 0,3-1,3 meter. Di alam bebas tumbuhnya menggeliat-geliat,

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketinggian sekitar 0,3-1,3 meter. Di alam bebas tumbuhnya menggeliat-geliat, 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Nilam Nilam termasuk tanaman daerah tropis berupa tumbuhan semak dengan ketinggian sekitar 0,3-1,3 meter. Di alam bebas tumbuhnya menggeliat-geliat, tidak teratur

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI DAN AGROINDUSTRI NILAM

KELAYAKAN USAHATANI DAN AGROINDUSTRI NILAM KELAYAKAN USAHATANI DAN AGROINDUSTRI NILAM Ermiati 1) dan Chandra Indrawanto 2) Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika 1) Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak seraiwangi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sekitar 40% produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan memegang peranan penting dalam setiap lini kehidupan manusia. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka akan meningkat pula kebutuhan hidup manusia,

Lebih terperinci

TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl

TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl Growth and Yield Respond of Two Clones of Patchouli Plant to Fertilizer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat

Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat Ellyta Sari Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Padang Kampus III-UBH Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun, Padang 2143

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI NILAM INDONESIA

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI NILAM INDONESIA STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI NILAM INDONESIA Chandra Indrawanto dan Ludi Mauludi Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Indonesia merupakan produsen dan eksportir terbesar minyak nilam didunia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku minyak atsiri. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang di perdagangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL Dwi Nugroho Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 26 Maret 2018 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PENINGKATAN RENDEMEN DAN MUTU MINYAK NILAM ACEH DALAM RANGKA MEREBUT PELUANG PASAR INTERNASIONAL

PENINGKATAN RENDEMEN DAN MUTU MINYAK NILAM ACEH DALAM RANGKA MEREBUT PELUANG PASAR INTERNASIONAL PENINGKATAN RENDEMEN DAN MUTU MINYAK NILAM ACEH DALAM RANGKA MEREBUT PELUANG PASAR INTERNASIONAL Harunsyah Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe e-mail: aroensyah@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAMAN NILAM DI INDONESIA. Amalia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I.

KARAKTERISTIK TANAMAN NILAM DI INDONESIA. Amalia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. KARAKTERISTIK TANAMAN NILAM DI INDONESIA Amalia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 I. PENDAHULUAN Nilam (Pogostemon cablin Benth) atau dilem wangi (Jawa),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

I. Pendahuluan. II. Permasalahan A. PENJELASAN UMUM I. Pendahuluan (1) Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga terkait

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM 3.1 Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau disebut juga sebagai Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilam Nilam adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk tanaman penghasil minyak atsiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

Mangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

Mangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru PENGARUH POLA PENGERINGAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN NILAM (Pogostemon calbin Benth) Oleh/By SUNARDI 1, FATRIANI 1, DAN HUSNUL CHOTIMAH H 2 1) Program Studi Teknologi Hasil Hutan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak akar wangi merupakan salah satu ekspor

Lebih terperinci

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT Syukran 1, Saifuddin 2, Elfiana 3 1,2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe 3 Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia, Politeknik

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun PENGARUH UMUR SIMPAN BIBIT BAWANG MERAH VARIETAS SUPER PHILIP DAN RUBARU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Yuti Giamerti dan Tian Mulyaqin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

USAHA MENGHASILKAN MINYAK NILAM YANG BERMUTU

USAHA MENGHASILKAN MINYAK NILAM YANG BERMUTU USAHA MENGHASILKAN MINYAK NILAM YANG BERMUTU Daswir, Indra Kusuma dan Irwandi Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Dalam usaha pengelolaan tanaman nilam penting diperhatikan sekali terutama

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penulisan rencana bisnis ini adalah untuk membangun sebuah usaha yang terintegrasi dalam pengembangan komoditas minyak nilam, yang merupakan tanaman

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

BUDIDAYA NILAM ORGANIK. Muhamad Djazuli Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I.

BUDIDAYA NILAM ORGANIK. Muhamad Djazuli Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. BUDIDAYA NILAM ORGANIK Muhamad Djazuli Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 I. PENDAHULUAN Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi serta memiliki prospek yang baik bagi petani maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia menjadi produsen kakao terbesar

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.)

PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) THE INFLUENCE OF AGE HARVEST ON YIELD AND AN ESSENTIAL OIL QUALITY OF PATCHOULI (Pogostemon cablin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang merupakan salah satu hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI PUPUK ORGANIK UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NILAM ORGANIK

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI PUPUK ORGANIK UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NILAM ORGANIK PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI PUPUK ORGANIK UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NILAM ORGANIK Muhamad Djazuli, Wawan Haryudin, Sukarman dan Sri Suhesti Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI MINYAK NILAM DI INDONESIA

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI MINYAK NILAM DI INDONESIA Bunga Rampai Inovasi Tanaman Atsiri Indonesia, 2012 PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI MINYAK NILAM DI INDONESIA Agus Wahyudi dan Ermiati Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku minyak atsiri. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan

Lebih terperinci

KELAPA. (Cocos nucifera L.)

KELAPA. (Cocos nucifera L.) KELAPA (Cocos nucifera L.) Produksi tanaman kelapa selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, juga diekspor sebagai sumber devisa negara. Tenaga kerja yang diserap pada agribisnis kelapa tidak sedikit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BUDIDAYA SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. Randle)

BUDIDAYA SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. Randle) BUDIDAYA SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. Randle) Disusun Oleh SUROSO.SP PENYULUH KEHUTANAN LAPANGAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2018 I. PENGENALAN TANAMAN SERAI WANGI A.

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI DARI LIMBAH PENYULINGAN DAUN NILAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI DARI LIMBAH PENYULINGAN DAUN NILAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI DARI LIMBAH PENYULINGAN DAUN NILAM L. Kurniasari e-mail: laeli_kurniasari@yahoo.co.id I. Hartati e-mail: indah_hartati@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I Ujicoba peralatan penyulingan minyak sereh wangi sistem uap pada IKM bertujuan untuk memanfaatkan potensi sereh wangi;menyebarluaskan

Lebih terperinci