ANALISIS PROSES TENDER PROYEK PEMBANGUNAN DINAS KESEHATAN DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TUGAS AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PROSES TENDER PROYEK PEMBANGUNAN DINAS KESEHATAN DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TUGAS AKHIR"

Transkripsi

1 ANALISIS PROSES TENDER PROYEK PEMBANGUNAN DINAS KESEHATAN DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TUGAS AKHIR DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI PERSYARATAN MENCAPAI GELAR SARJANA TEKNIK Oleh: Nama : Dwi Handayani NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2009

2 ABSTRAK Dwi Handayani, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana, Januari 2009, ANALISIS PROSES TENDER PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DINAS KESEHATAN DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN. Setelah tahap disain diselesaikan untuk perencanaan maka akan dilanjutkan dengan tahap pengadaan pelaksana konstruksi. Proses ini disebut procurement. Salah satu cara untuk mencari penyedia jasa adalah dengan pelelangan atau tender. Dalam hal ini saya mengambil contoh kasus proses tender Proyek Pembangunan Gedung Dinas Kesehatan yang berlokasi di Jl.Kesehatan Jakarta Pusat, karena dalam pelaksanaannya dilakukan pelelangan ulang. Proyek Pembangunan Gedung Dinas Kesehatan mengalami pelelangan ulang disebabkan karena adanya sanggahan dari beberapa peserta / kontraktor lain. Sanggahan dari kontraktor tersebut bermaterikan sama yaitu tentang pengalokasian waktu oleh panitia pengadaan yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Presiden No : 80 tahun 2003, sehingga proses pelelangan dianggap menyalahi azas legal dan kewajaran prosedur pengadaan barang dan jasa (kesalahan prosedur). Metodologi Analisis yang digunakan oleh penulis yaitu Kronologis dan analisis jadual pelaksanaan tender yang didasarkan pada Keputusan Presiden No : 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah, Penilaian Kualifikasi Penawaran dengan menggunakan sistem angka ( Metode Penilaian dengan system Merit Point), Tabel Kesesuaian Kelengkapan Syarat Syarat Administrasi, Teknis dan Harga tender yang didasarkan pada Keputusan Presiden No : 80 tahun 2003 Hasil dari metodologi diatas yaitu terjadi pelanggaran prosedur akibat dari alokasi waktu yang tidak sesuai dengan Keputusan Presiden No : 80 Tahun 2003 dalam proses pengadaan, sehingga proses pengadaan dinyatakan gagal dan dilakukan pelelangan ulang. Kata Kunci : Pelelangan Ulang, Keputusan Presiden No : 80 tahun 2003, Kronologis & Analisis, Sistem Penilaian Angka (Merit Point), Tabel Kesesuaian. v

3 DAFTAR ISI Pernyataan Keaslian Tugas Akhir...i Pengesahan Bimbingan...ii Kata Pengantar...iii Abstrak...v Daftar Isi...vi Daftar Tabel...ix Daftar Gambar...x BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Batasan masalah / Ruang lingkup Kontribusi Sistematika penulisan...4 BAB II.STUDI PUSTAKA Penjelasan Umum Macam Macam Pelelangan Sumber Hukum Pelelangan Tata Cara Pelelangan Syarat Peserta Lelang Pengumuman dan Pendaftaran Peserta...19 vi

4 2.7 Prakualifikasi Penyusunan Daftar Calon Peserta Lelang Penyusunan Jadual Pelaksanaan Pengadaan Penjelasan Lelang (Aanwigzing) Penyampaian & Pembukaan Dokumen Penawaran Evaluasi Dokumen Penawaran Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan Penetapan Pemenang Lelang Pengumuman Pemenang Lelang Sanggahan Peserta Lelang Penerbitan Surat Penunjukkan Penyedia Jasa Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang...44 BAB III.METODOLOGI Dasar Teori Data Data Analisis Metode Penelitian / Analisis Data Simpulan Flow Chart...57 BAB IV.PEMBAHASAN DAN ANALISIS Kronologi dan Analisis Lelang Penilaian Kualifikasi Penawaran dengan Merit Point Tabel Kesesuaian Kelengkapan Lelang...78 vii

5 BAB V.PENUTUP Kesimpulan Saran...92 Daftar Pustaka Lampiran...- viii

6 DAFTAR TABEL Tabel Komparasi Pelelangan Umum dengan Pelelangan Terbatas HASIL EVALUASI dan PENILAIAN DOKUMEN TEKNIS : Tabel Pengalaman Perusahaan Tabel Network Planning / NWP Tabel Uraian Metodologi Tabel Rincian Penjabaran (Daftar Peralatan) Tabel Jadwal Pelaksanaan / Kurva S Tabel Spesifikasi Teknis / Brosur Tabel Peralatan Tabel Personil Inti Tabel Total Nilai Teknis TABEL KESESUAIAN : Tabel Tabel Kesesuaian Syarat Syarat Teknis Tabel Tabel Kesesuaian Syarat Syarat Administrasi Tabel Tabel Kesesuaian Penawaran Harga ix

7 DAFTAR GAMBAR Gambar Pelelangan Umum dengan Prakualifikasi Gambar Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi Gambar Pelelangan Terbatas Gambar Pemilihan Langsung Gambar Penunjukkan Langsung x

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam mengikuti proses pelelangan/tender suatu proyek atau pekerjaan yang dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD/APBD) Kontraktor harus menerapkan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Untuk itu, perlu dipahami tahapan dalam mengikuti tender, dan menerapkan strategi/langkah-langkah yang dapat digunakan untuk menghindari proses tender ulang. Dalam hal ini saya mengambil contoh kasus proses tender Proyek Pembangunan Gedung Dinas Kesehatan yang berlokasi di Jl.Kesehatan Jakarta Pusat, karena dalam pelaksanaannya dilakukan pelelangan ulang. Proyek Pembangunan Gedung Dinas Kesehatan mengalami pelelangan ulang disebabkan karena adanya sanggahan dari beberapa peserta / kontraktor lain. Sanggahan dari kontraktor tersebut bermaterikan sama yaitu tentang pengalokasian waktu oleh panitia pengadaan yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Presiden No : 80 tahun 2003, sehingga proses pelelangan dianggap menyalahi azas legal dan kewajaran prosedur pengadaan barang dan jasa (kesalahan prosedur). Sehingga pengalokasian waktu tersebut mengakibatkan tidak cukup bagi I - 1

9 peserta untuk mencermati dan mempelajari berkas / dokumen pengadaan sebelum acara penjelasan / aanwigzing. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu ditulis identifikasi dan analisis untuk mengantisipasi/ mengurangi resiko terjadinya pelelangan ulang yang dituangkan dalam tugas akhir yang berjudul ANALISIS PROSES TENDER PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DINAS KESEHATAN DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN. Penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wacana tentang tahapan proses tender khususnya untuk Proyek Pemerintah ditinjau dari Peraturan yang berlaku. 1.2 RUMUSAN MASALAH Permasalahan yang diangkat dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah : a. Bagaimana menganalisis data yang didapat dimulai dari penerimaan dokumen tender sampai dengan penunjukan pemenang lelang. b. Bagaimana cara mengantisipasi proses tender agar tidak terjadi pelelangan ulang yang berpedoman pada Peraturan Perundangundangan yang berlaku. I - 2

10 1.3 MAKSUD dan TUJUAN Tujuan Pembuatan Tugas Akhir ini: a. Mengidentifikasi dan menganalisis data dari dokumen tender proyek Pembangunan Gedung Dinas Kesehatan tentang penyebab dari terjadinya pelelangan ulang. b. Mengantisipasi terjadinya pelelangan ulang dengan mengkaji kembali dokumen pelelangan yang berdasarkan pada Keputusan Presiden No : 80 tahun 2003 yang mengatur tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah. 1.4 BATASAN MASALAH Penulisan Tugas Akhir ini perlu adanya batasan masalah yang dibahas, agar didapatkan suatu wacana yang terfokus dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara keseluruhan laporan ini membahas tentang : a. Hanya pada proses tender Proyek Pembangunan Gedung Dinas Kesehatan dimulai dari penerimaan dokumen tender sampai dengan penunjukan pemenang lelang. b. Mengkaji kembali proses tender Proyek Dinas Kesehatan yang diatur di dalam Keputusan Presiden No : 80 tahun 2003 sebagai dasar hukum yang mengatur tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah. c. Untuk proses pelelangan umum dengan Prakualifikasi. I - 3

11 1.5 Kontribusi Tugas Akhir ini diharapkan memberikan kontribusi bagi para pembaca antara lain a. Memberikan suatu pengetahuan/wawasan bagi pembaca dalam pelaksanaan sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sesuai dengan dasar hukum pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah. b. Memberikan informasi kepada para pembaca tentang prosedur lelang yang diawali dengan mencermati jadual pelaksanaan lelang agar tidak terjadi kesalahan prosedur yang dapat mengakibatkan pelelangan ulang. 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN TUGAS AKHIR Sistematika penulisan Tugas Akhir, sebagai berikut : KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN Pada bab Pendahuluan berisi tentang latar belakang tentang pemilihan judul tugas akhir, maksud dan tujuan penulisan tugas akhir dan batasan masalah tugas akhir. I - 4

12 BAB II STUDI PUSTAKA Berisikan tinjauan pustaka / dasar teori tentang proses tender dari penerimaan dokumen sampai dengan penunjukan pemenang yang berpedoman pada Keputusan Presiden No : 80 Tahun BAB III METODOLOGI Pada bab ini memuat data data pendukung tender Proyek Pembangunan Gedung Dinas Kesehatan dan pembahasan flow chart tugas akhir. BAB IV PEMBAHASAN dan ANALISIS 1. Membuat analisis dari data data pendukung tender. Yang digambarkan dalam bentuk penjelasan krononologis dan analisis jadual pelelangan yang dimulai dari tanggal pengumuman prakualifikasi sampai dengan penerbitan surat penunjukan penyedia barang / jasa. 2. Penilaian dokumen kualifikasi penawaran dengan menggunakan sistem penilaian dengan angka (Merit Point) dengan menampilkan unsur unsur pokok yang dapat dinilai dan diambil bobot penilaian / scorenya. 3. Sebagai checklist untuk mengantisipasi terjadinya pelelangan ulang, kita dapat membuat tabel kesesuaian / komparasi antara proses lelang dengan peraturan yang I - 5

13 mengatur tentang pedoman pelaksanaan barang dan jasa pemerintah. BAB V PENUTUP LAMPIRAN Berisi tentang simpulan dan saran dari penulisan tugas akhir ini. I - 6

14 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 PENJELASAN UMUM Setelah tahap desain diselesaikan oleh perencana maka akan dilanjutkan dengan tahap pengadaan pelaksana konstruksi. Proses ini disebut procurement. Salah satu cara untuk mencari penyedia jasa adalah dengan pelelangan atau tender. Pelelangan didefinisikan sebagai berikut : Serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang / jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang / jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak pihak yang terkait secara taat azas sehingga terpilih penyedia terbaik. Proses pengadaan perusahaan jasa konstruksi ini diatur oleh Keputusan Presiden terutama digunakan di lingkungan proyek pemerintah. Prinsip dasar pelelangan adalah : Efisien, berarti pengadaan barang / jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu yang sesingkat singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Efektif, berarti pengadaan barang / jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan II - 7

15 manfaat yang sebesar besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang / jasa harus terbuka bagi penyedia barang / jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang / jasa yang setara dan memenuhi syarat / criteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelasa dan transparan. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang / jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang / jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang / jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya. Adil / tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang / jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai prinsip prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang / jasa. II - 8

16 Pemilihan penyedia barang / jasa pemborongan / jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan melalui metode pelelangan umum. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan penyedia barang / jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Pelelangan Terbatas, dapat dilaksanakan apabila dalam hal jumlah penyedia barang / jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas, yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, dengan cara mengumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang / jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang / jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi. Pemilihan Langsung, yaitu pemilihan penyedia barang / jasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak banyaknya penawaran, sekurang kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang / jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet. II - 9

17 Pemilihan langsung dapat dilaksanakan manakala metode pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan. Penunjukan Langsung, metode ini dapat dilaksanakan dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus terhadap 1 (satu) penyedia barang / jasa. Pemilihan penyedia barang / jasa dapat dilangsungkan dengan cara melakukan metode negoisasi, baik teknis maupun biaya, sehingga diperoleh harga yang wajar dan sacara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Swakelola, adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri, atau upah borongan tenaga. Swakelola dapat dilaksanakan oleh pengguna barang / jasa, instansi pemerintah, kelompok masyarakat / lembaga swadaya masyarakat penerima hibah. Jenis pekerjaan yang memungkinkan dilaksanakan secara swakelola diantaranya adalah a) pekerjaan yang bertujuan meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia instansi pemerintah yang bersangkutan b) pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang / jasa yang bersangkutan c) pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi / metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang / jasa. II - 10

18 2.2 MACAM PELELANGAN Proses pengadaan barang / jasa dalam proyek konstruksi yang menggunakan pelelangan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pelelangan umum dan pelelangan terbatas. Pada prinsipnya, kedua macam pelelangan tersebut sama, hanya ada sedikit perbedaan dalam hal peserta lelang. Berdasarkan karakteristik kedua macam pelelangan tersebut, masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan baik bagi pengguna jasa maupun penyedia jasa, diantaranya adalah sebagai berikut : Tabel Komparasi Pelelangan Umum dengan Pelelangan Terbatas Deskripsi PELELANGAN UMUM PELELANGAN TERBATAS Jumlah Peserta Jumlah peserta lelang relative lebih banyak Relatif lebih sedikit karena penyedia jasa yang boleh ikut Kemampuan Tidak semua peserta adalah mereka yang diundang oleh pengguna jasa Setiap peserta lelang Peserta Lelang lelang diketahui diketahui dengan pasti akan kemampuannya kemampuannya. Penetapan Relatif lebih sulit Relatif lebih mudah karena Pemenang dikarenakan jumlah telah diketahui kemampuan Lelang peserta yang banyak. seluruh peserta lelang. II - 11

19 Kekurangan Tidak diketahui dengan pasti kemampuan setiap peserta lelang. Kelebihan Pengguna jasa lebih leluasa dalam memilih Ada kecenderungan terjadinya praktik kecurangan dalam pelelangan. Kemampuan peserta telah diketahui dengan pasti. penyedia jasa dikarenakan jumlah yang cukup untuk menetapkan pemenang yang kompetitif. 2.3 SUMBER HUKUM PELELANGAN Pelaksanaan pelelangan di Indonesia diatur oleh Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Keppres tentang Pelaksanaan APBN). Keppres yang mengatur pengadaan barang dan jasa telah beberapa kali mengalami penyempurnaan., contohnya Keppres No.14 A Tahun 1980, tanggal 14 April 1980 disempurnakan menjadi Keppres No.18 Tahun 1981, tanggal 5 Mei 1981, Tahun anggaran 1984 / 1985 telah dikeluarkan Keppres No.29 Tahun 1984, tanggal 21 April 1984 sebagai pengganti Keppres No.14 A Tahun 1980 dan Keppres No.18 Tahun Kemudian disempurnakan kembali dengan dikeluarkannya II - 12

20 Keppres No.16 Tahun 1994 dilanjutkan Keppres No.6 Tahun 1999, Keppres No.18 Tahun 2000 dan terbaru Keppres No.80 Tahun TATA CARA PELELANGAN Gambar Pelelangan Umum dengan Prakualifikasi Prakualifikasi Undangan bagi yang lulus prakualifikasi Pengambilan dokumen lelang Penjelasan & BAPP Pemasukan penawaran Pembukaan penawaran Pelelangan Umum dengan Prakualifikasi Evaluasi penawaran Penetapan pemenang Pengumuman pemenang Penandatanganan kontrak Penunjukan pemenang Masa Sanggah II - 13

21 Gambar Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi Pengumuman lelang Pendaftaran ikut lelang Pengambilan dokumen lelang Penjelasan & BAPP Pemasukan penawaran Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi Pembukaan penawaran Evaluasi penawaran dan evaluasi kualifikasi Penetapan pemenang Pengumuman pemenang Penandatanganan kontrak Penunjukan pemenang Masa Sanggah II - 14

22 Gambar Pelelangan Terbatas Konfirmasi peserta terpilih Pengumuman pelelangan terbatas 1 Prakualifikasi Undangan bagi yang lulus prakualifikasi Penjelasan dan BAPP Pemasukan penawaran Pelelangan Terbatas Pembukaan penawaran Evaluasi penawaran Penetapan pemenang Pengumuman pemenang Penandatanganan kontrak Penunjukan pemenang Masa sanggah II - 15

23 Gambar Pemilihan Langsung Pengumuman pemilihan langsung Prakualifikasi Undangan ambil dokumen Penjelasan dan BAPP Pemasukan penawaran Pembukaan penawaran Pemilihan Langsung Evaluasi penawaran Penetapan pemenang Pengumuman pemenang Penandatanganan kontrak Penunjukan pemenang Masa sanggah II - 16

24 Gambar Penunjukan Langsung Undangan peserta terpilih Pengambilan dokumen prakualifikasi dan penunjukan langsung Pemasukan dokumen prakualifikasi dan penjelasan serta BAPP Penjelasan dan BAPP Pemasukan penawaran Pembukaan penawaran Penunjukan Langsung Evaluasi penawaran Penetapan pemenang Pengumuman pemenang Penandatanganan kontrak Penunjukan pemenang Masa sanggah II - 17

25 Proses tender untuk Proyek Pembangunan Dinas Kesehatan prosedur pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan menggunakan metoda Pelelangan Umum dengan Prakualifikasi. 2.5 SYARAT PESERTA LELANG Penyedia barang / jasa yang dapat mengikuti pelelangan adalah mereka yang telah memenuhi kualifikas, klasifikasi dan memiliki kemampuan sumber daya sesuai dokumen prakualifikasi dan syarat syarat sebagaimana yang telah ditetapkan sebagai berikut : a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan usaha/kegiatan sebagai penyedia barang/jasa b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan barang/jasa c. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan ats nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana d. Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak e. Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkan foto kopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan foto kopi Surat Teroran Pajak (SSP) PPh Pasal 29 f. Dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pernah memperoleh pekerjaan menyediakan barang/jasa baik lingkungan pemerintahan II - 18

26 maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun g. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan barang/jasa h. Tidak masuk dalam daftar hitammemiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos. Tenaga ahli yang akan ditugaskan dalam melaksanakan pekerjaan jas konstruksi harus memenuhi persayaratan sebagai berikut : a. Lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi oleh instansi yang berwenang atau yang lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang ijasahnya telah disahkan/diakui oleh instansi pemerintah yang berwenang di bidang pendidikan tinggi. b. Mempunyai pengalaman di bidangnya. 2.6 PENGUMUMAN dan PENDAFTARAN PESERTA Panitia harus mengumumkan secara luas adanya pelelangan melalui media cetak, papan pengumuman resmi untuk penerangan umum serta bila memungkinkan melalui media cetak elektronik. Agar pengumuman secara luas dapat mencapai sasaran secara efisien dan tepat sesuai dengan jangkauan masyarakat yang dituju maka diatur ketentuan sebagai berikut : a. Bila pengumuman ditujukan kepada usaha kecil dan koperasi kecil,cukup menggunakan media cetak/kotak setempat dan atau siaran II - 19

27 radio pemerintah daerah/swasta setempat serta memasang di papan pengumuman resmi untuk umum yang letaknya strategis di ibukota kabupaten/kota yang bersangkutan serta disampaikan kepada lembaga dan asosiasi perusahaan profesi terkait setempat sesuai jenis pekerjaan yang dilelangkan. b. Bila pengumuman pelelangan ditujukan kepada perusahaan koperasi menengah, gunakan media cetak/surat kabar dan siaran radio pemerintah daerah/swasta yang mempunyai jangkauan pembaca dan pendengar di seluruh propinsi yang bersangkutan serta memasang pengumuman resmi untuk umum yang letaknya stategis di ibukota propinsi yang bersangkutan, serta disampaikan kepada lembaga dan asosiasi perusahaan/profesi terkait setempat sesuai jenis pekerjaan yang dilelangkan. c. Bila pengumuman pelelangan ditujukan kepada perusahaan koperasi besar, gunakan media cetak / surat kabar yang mempunyai jangkauan pembaca di seluruh Indonesia, memasang pengumuman pada papan pengumuman resmi di kantor pengguna barang/jasa yang bersangkutan dan disampaikan kepada lembaga / asosiasi perusahaan/profesi yang terkait, sesuai jenis pekerjaan, serta bilamana memungkinkan menggunakan media elektronik / interner. d. Bila calon peserta lelang diyakini terbatas jumlahnya karena karakteristik, kompleksitas dan atau kecanggihan teknologinya, dan atau kelangkaan tenaga ahli, dan atau perusahaan yang mampu II - 20

28 melaksanakan pekerjaan tersebut, maka pengumuman pelelangan mencantumkan nama calon peserta lelang yang akan diundang, tetapi juga memberi kesempatan kepada calon lainnya yang memenuhi syarat untuk ikut dalam pelelangan. e. Biaya pengumuman dialokasikan dalam dokumen anggaran untuk pembiayaan kegiatan / proyek yang bersangkutan. f. Isi pengumuman lelang memuat sekurang kurangnya : - Nama dan alamat pengguna barang / jasa yang akan mengadakan pelelangan. - Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan atau barang yang akan dibeli. - Syarat syarat peserta lelang. - Tempat, tanggal dan hari dan waktu untuk mendaftarkan diri sebagai peserta. g. Calon peserta lelang yang berminat ikut dalam pelelangan harus mendaftarkan diri kepada panitia untuk mengikuti prakualifikasi. h. Calon peserta lelang dari propinsi/kabupaten/kota lain tidak dilarang untuk mengikuti proses lelang di propinsi / kabupaten / kota dimana pelalngan dilakukan. II - 21

29 2.7 PRAKUALIFIKASI a. Panitia pelelangan wajib melakukan prakualifikasi bagi calon peserta lelang yang akan mengikuti pelelangan sesuai dokumen prakualifikasi yang telah diberikan kepada calon peserta lelang. b. Calon peserta lelang yang berminat mengikuti pelelangan wajib mengambil dokumen perakualifikasi dan mengikuti prakualifikasi yang dilaksanakan oleh panitia. Peserta prakualifikasi tersebut tidak boleh dipungut biaya. c. Pelaksanaan prakualifikasi calon peserta lelang dilakukan dengan cara sebagai berikut : - Panitia meneliti dan menilai data kualifikasi calon peserta lelang dengan menggunakan ketentuan sebagaimana mestinya. - Sertifikasi penyedia barang / jasa yang dikeluarkan asosiasi perusahaan / profesi digunakan sebagai salah satu acuan untuk memudahkan panitia melakukan prakualifikasi. - Panitia melakukan penelitian dan penilaian yang meliputi : 1. Kemampuan dari segi administrasi dan financial 2. Kemampuan dari segi peralatan 3. Kemampuan sumber daya manusia 4. Pengalaman dan prestasi kerja II - 22

30 2.8 PENYUSUNAN DAFTAR CALON PESERTA LELANG, PENYAMPAIAN UNDANGAN dan PENGAMBILAN DOKUMEN LELANG a. Daftar calon peserta lelang yang akan diundang harus disahkan oleh pengguna barang / jasa. b. Bila calon peserta lelang kurang dari tiga, pelelangan tidak dapat dilanjutkan dan penyusunan daftar calon peserta lelang harus diulang dengan mengumumkan kembali untuk mengundang calon peserta lelang yang baru. c. Bila setelah prakualifikasi diulang, ternyata tidak ada tambahan calon peserta lelang yang baru atau keseluruhan calon peserta lelang masih kurang dari tiga peserta maka panitia harus segera membuat berita acara dan menyampaikannya kepada pengguna barang / jasa. Selanjutnya, panitia mengusulkan kepada pengguna barang / jasa untuk mendapatkan persetujuan melakukan proses pengadaan dengan cara emilihan langsung dengan negosiasi atau proses penunjukkan langsung bilamana hanya ada satu calon penyedia barang / jasa. d. Semua calon peserta lelang yang tercatat dalam daftar calon peserta lelang harus diundang untuk mengambil dokumen lelang. e. Calon peserta lelang yang diundang berhak mengambil dokumen lelang dari panitia. f. Dilarang ikut sebagai peserta lelang atau penjamin penawaran : II - 23

31 - Pegawai negeri, pegawai badan usaha milik negara / daerah dan pegawai bank milih pemerintah / swasta. - Mereka yang dinyatakan pailit. - Mereka yang keikutsertaannya akan bertentangan dengan kepentingan tugasnya (confllict of interest). 2.9 PENYUSUNAN JADUAL PELAKSANAAN PENGADAAN Penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan harus memberikan alokasi waktu yang cukup untuk semua tahapan proses pengadaan. Pengadaan Barang / Jasa Pemborongan / Jasa Lainnya Pelelangan Umum dengan Prakualifikasi : 1) Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual adalah sebagai berikut : a) Penayangan pengumuman prakualifikasi sekurang kurangnya dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari kerja dalam hal pengumuman dilakukan di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan internet. Penayangan pengumuman prakualifikasi yang dilaksanakan melalui media cetak, radio atau televisi minimal dilakukan 1 (satu) kali, diawal masa pengumuman. b) Pengambilan dokume prakualifikasi dimulai sejak tanggal pengumuman sampai dengan satu hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen prakualifikasi. c) Batas akhir pemasukan dokumen prakualifikasi sekurang kurangnya 3 (tiga) hari kerja setelah berakhirnya penayangan pengumuman prakualifikasi. II - 24

32 d) Tenggang waktu antara hari pengumuman dengan batas akhir hari pengambilan dokumen prakualifikasi sekurang kurangnya 7 (tujuh) hari kerja. e) Pengambilan dokumen penawaran dilakukan satu hari setelah dikeluarkannya undangan lelang sampai dengan satu hari sebelum pemasukan dokumen penawaran. f) Penjelasan (aanwijzing) dilaksanakan paling cepat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal pengumuman. g) Pemasukan dokumen penawaran dimulai satu hari setelah penjelasan (aanwijzing). Batas akhir pemasukan dokumen penawaran sekurang kurangnya 7 (tujuh) hari kerja setelah penjelasan. 2) Pengalokasian waktu di luar proses butir a) sampai dengan butir g) di atas, diserahkan sepenuhnya kepada pengguna barang / jasa PENJELASAN LELANG (AANWIJZING) 1) Penjelasan lelang dilakukan di tempat dan pada waktu yang ditentukan, dihadiri oleh para penyedia barang / jasa yang terdaftar dalam daftar calon peserta lelang. 2) Ketidakhadiran penyedia barang / jasa pada saat penjelasan lelang tidak dapat dijadikan dasar untuk menolak / menggugurkan penawaran. 3) Dalam acara penjelasan lelang, harus dijelaskan kepada calon peserta lelang mengenai : II - 25

33 a. Metode pengadaan / penyelenggaraan pelelangan. b. Cara penyampaian penawaran (satu sampul atau dua sampul atau dua tahap). c. Dokumen yang harus dilampirkan dalam dokumen penawaran. d. Undangan acara pembukaan dokumen penawaran. e. Metode evaluasi. f. Hal hal yang menggugurkan penawaran. g. Sistem kontrak yang digunakan. h. Ketentuan dan cara evaluasi yang berkenaan dengan preferensi harga atas penggunaan produksi dalam negeri. i. Besaran, masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan jaminan penawaran. 4) Bila dipandang perlu, panitia / pejabat pengadaan dapat memberikan penjelasan lanjutan dengan cara melakukan peninjauan lapangan. 5) Pemberian penjelasan mengenai pasal pasal dokumen penyedia barang / jasa yang berupa pertanyaan dari peserta dan jawaban dari panitia / pejabat pengadaan serta keterangan lain termasuk perubahannya dan peninjauan lapangan, harus dituangkan dalam Berita Acara Penjelasan (BAP) yang ditandatangani oleh panitia / pejabat pengadaan dan minimal 1 (satu) wakil dari peserta yang hadir, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dokumen pemilihan penyedia barang / jasa. II - 26

34 6) Apabila dalam BAP sebagaimana dimaksud angka 5 tersebut terdapat hal hal / ketentuan atau perubahan penting yang perlu ditampung, maka panitia / pejabat pengadaan harus menuangkan ke dalam addendum dokumen pemilihan penyedia barang / jasa yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dokumen pemilihan penyedia barang / jasa dan harus disampaikan dalam waktu yang bersamaan kepada semua peserta secara tertulis setelah disahkan oleh pengguna barang / jasa. Bila ketentuan baru atau perubahan penting tersebut tidak dituangkan dalam addendum dokumen pemilihan penyedia barang / jasa maka bukan merupakan bagian dari dokumen pemilihan penyedia barang / jasa dan yang berlaku adalah dokumen pemilihan penyedia barang / jasa awal (asli) PENYAMPAIAN dan PEMBUKAAN DOKUMEN PENAWARAN a. Sistem penyampaian dan cara pembukaan dokumen penawaran harus mengikuti ketentuan yang dipersyaratkan dalam dokumen lelang. b. Sistem penyampain dokumen penawaran yang akan digunakan harus dijelaskan pada waktu acara pemberian penjelasan, yaitu apakah dengan Sistem satu sampul, dua sampul atau dua tahap. c. Panitia mencatat waktu, tanggal dan tempat penerimaan dokumen penawaran yang diterima melalui pos pada sampul luar penawaran dan memasukkan ke dalam kotak/tempat pelelangan. d. Pada akhir penyampaian dokumen penawaran, panitia membuka rapat pembukaan dokumen penawaran, menyatakan di hadapan para II - 27

35 peserta pelelangan bahwa saat pemasukan dokumen penawaran telah ditutup sesuai waktunya, menolak dokumen penawaran yang terlambat dan atau tambahan dokumen penawaran, kemudai membuka dokumen penawaran yang masuk. e. Bagi penawaran yang disampaikan melalui pos dan diterima terlambat, panitia membuka sampul luar dokumen penawaran untuk mengetahui alamat peserta lelang. Panitia segera memberitahukan kepada calon penyedia barang / jasa yang bersangkutan untuk mengambil kembali seluruh dokumen penawaran. Pengembalian dokumen disertai dengan bukti serah terima. f. Pembukaan dokumen penawaran yang masuk dilaksanakan sesuai dengan aturan sebagai berikut : - Panitia meminta sekurang kurangnya dua wakil dari peserta pelelangan yang hadir sebagai saksi. Apabila tidak terdapat saksi dari peserta pelelangan yang hadir, panitia menunda pembukaan kotak / tempat pemasukan penawaran sampai dengan waktu tertentu yang telah ditentukan panitia sekurang kurangnya dua jam. Setelah sampai waktu yang telah ditentukan, wakil peserta lelang tetap tidak ada yang hadir, acara pembukaan kotak / tempat dokumen penawaran dilakukan dengan disaksikan dua orang saksi diluar panitia yang ditunjuk secara tertulis oleh panitia. - Panitia meneliti kotak / tempat pemasukan dokumen penawaran dan menghitung jumlah sampul penawaran yang masuk (tidak II - 28

36 dihitung surat pengunduran diri) dan bila penawaran yang masuk kurang dari tiga peserta, pelelangan tidak dapat dilanjutkan dan harus diulang, kemudia mengumumkan kembali dengan mengundang peserta lelang yang baru. Dalam pemilihan penyedia barang / jasa pemborong / jasa lainnya dapat dipilih salah satu dari 3 (tiga) metode penyampaian dokumen penawaran berdasarkan jenis barang / jasa yang akan diadakan dan metode penyampaian dokumen penawaran tersebut harus dicantumkan dalam dokumen lelang yang meliputi : a. Metode satu sampul Metode satu sampul yaitu penyampaian dokuem penawaran yang terdiri dari persyaratan administrasi, teknis dan penawaran harga yang dimasukkan ke dalam 1 (satu) sampul tertututp kepada panitia / pejabat pengadaan. b. Metode dua sampul Metode dua sampul yaitu penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, selanjutnya sampul I dan sampul II dimasukkan kedalam 1 (satu) sampul (sampul penutup) dan disampaikan kepada panitia / pejabat pengadaan. II - 29

37 c. Metode dua tahap Metode dua tahap yaitu penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, yang penyampaiannya dilakukan dalam 2 (dua) tahap secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda. Panitia memeriksa dan menunjukkan dan membacakan di hadapan para peserta pelelangan mengenai kelengkapan dokumen penawaran yang terdiri atas : SISTEM SATU SAMPUL 1. Surat penawaran yang didalamnya tercantum masa berlaku penawaran. 2. Jaminan penawaran asli. 3. Daftar kuantitas dam harga (khususnya untuk kontrak harga satuan). SISTEM DUA SAMPUL 1. Surat penawaran yang didalamnya tercantum masa berlaku penawarana, tetapi tidak tercantum harga penawaran. 2. Jaminan penawaran asli. SISTEM DUA TAHAP 1. Surat penawaran yang didalamnya tercantum masa berlaku penawaran, tetapi tidak tercantum harga penawaran. 2. Dokumen penawaran teknis dan dokumen pendukung lainnya yang disyaratkan dalam dokumen lelang. II - 30

38 Untuk menghindari kesalahan kesalahan kecil yang dapat menggugurkan peserta pelelangan maka syarat syarat adminstrasi lainnya yang diperlukan agar diminta dan dievaluasi pada saat prakualifikasi dan tidak perlu lagi dilampirkan pada dokumen penawaran. Penawaran dinyatakan gugur apabila pada saat pembukaan, salah satu dari persyaratan administrasi tidak dipenuhi atau tidak memenuhi syarat yaitu : Surat Penawaran : 1. Tidak ditandatangani oleh pemimpin / direktur utama atau penerima kuasa dari pemimpin / direktur utama yang namanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya, atau kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat atau pejabat yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang berhak mewakili asosiasi. 2. Tidak mencantumkan masa berlakunya penawaran, atau mencantumkan kurun waktu kurang dari yang diminta dalam dokumen pelelangan. Jaminan Penawaran : 1. Tidak dikeluarkan oleh bank umum atau oleh perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan direasuransikan kepada perusahaan asuransi diluar negeri yang bonafit. II - 31

39 2. Besaran jaminan kurang dari nominal yang dipersyaratkan dalam dokumen lelang. 3. Masa berlakunya tidak sesuai dengan yang disyaratkan dalam dokumen pelelangan. 4. Jika peserta berkedudukan di luar negeri, surat jaminan penawaran tidak diterbitkan oleh bank devisa di Indonesia atau bank di luar negeri yang direkomendasikan oleh Bank Indonesia. Daftar Kuantitas dan Harga : Tidak terdapat daftar kuantitas dan harga (khususnya untuk kontrak harga satuan). 1. Panitia segera membuat berita acara pembukaan dokumen penawaran terhadap semua penawaran yang masuk. 2. Setelah dibacakan dengan jelas, berita acara ditandatangani oleh panitia yang hadir dan dua orang wakil peserta lelang yang sah yang ditunjuk oleh para peserta lelang yang hadir. 3. Dalam hal terjadi penundaan waktu pembukaan penawaran, maka penyebab penundaan tersebut harus dimuat dengan jelas di dalam berita acara pembukaan penawaran (BAPP). 4. BAPP dibagikan kepada wakil peserta pelelangan yang hadir tanpa dilampiri dokumen penawaran EVALUASI DOKUMEN PENAWARAN 1. Dalam pemilihan penyedia barang / jasa pemborongan / jasa lainnya dapar dipilih salah 1 (satu) dari 3 (tiga) metode evaluasi penawaran II - 32

40 berdasarkan jenis barang / jasa yang akan diadakan dan metode evaluasi penawaran tersebut harus dicantumkan dalam dokumen lelang yang meliputi : a. Sistem gugur Sistem gugur adalah evaluasi penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang / jasa dengan urutan proses evaluasi dimulai dari penilaian persyaratan administrasi, teknis dan kewajaran harga terhadap penyedia barang / jasa yang tidak lulus penilaian pada setiap tahapan dinyatakan gugur. b. Sistem nilai (Merit Point Sistem) Sistem nilai (Merit Point Sistem) adalah evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada setiap unsur yang dinilai berdasarkan kriteria dan nilai yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan barang / jasa, kemudian membandingkan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnnya. c. Sistem penilaian biaya selama umur ekonomis adalah evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai pada unsur unsur teknis dan harga yang dinilai menurut umur ekonomis barang yang ditawarkan berdasarkan kriteria dan nilai yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang / jasa, kemudian nilai II - 33

41 unsur unsur tersebut dikonversikan kedalam satuan mata uang tertentu dan dibandingkan dengan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya. d. Dalam mengevaluasi dokumen penawaran, panita / pejabat pemilihan penyedia barang / jasa tidak diperkenankan mengubah, menambah dan mengurangi kriteria dan tata cara evaluasi tersebut dengan alasan apapun dan atau melakukan tindakan lain yang besifat post bidding PEMBUATAN BERITA ACARA HASIL PELELANGAN 1. Panitia membuat kesimpulan dari hasil evaluasi harga dan dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP). BAHP memuat hasil pelaksanaan pelelalngan, termasuk cara penilaian, rumus rumus yang digunakan, sampai penetapan urutan pemenangnya, berupa daftar peserta pelelangan yang dimulai dari harga penawaran terendah. BAHP ditanda tangani oleh ketua dan semua anggota panitia atau sekurang kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota panitia. 2. BAHP harus memuat hal hal berikut : - Nama semua peserta lelang dan harga penawaran dan atau harga penawaran terkoreksi, dari masing masing peserta lelang. - Metode evaluasi yang digunakan. - Unsur unsur yang dievaluasi. - Rumus yang digunakan. II - 34

42 - Keterangan keterangan lain yang dianggap perlu mengenai hal ikhwal pelaksanaan pelelangan. - Tanggal dibuatnya berita acara serta jumlah peserta yang lulus dan tidak lulus pada setiap tahapan evaluasi. - Penetapan urutan dari tiga calon pemenang lelang. Apabila tidak ada penawaran yang memenuhi syarat, BAHP harus mencantumkan pernyataan bahwa pelelangan dinyatakan gagal, dan harus segera dilakukan pelelangan ulang. Apabila peserta lelang yang memenuhi syarat kurang dari tiga penyedia barang / jasa maka penyedia barang / jasa tersebut tetap diusulkan sebagai calon pemenang lelang PENETAPAN PEMENANG LELANG : 1. Panitia pengadaan menetapkan calon pemenang lelang yang menguntungkan bagi negara dalam arti : a. Penawaran memenuhi syarat administratif dan teknis sesuai ketentuan dokumen lelang. b. Perhitungan harga yang ditawarkan adalah wajar dan dapat dipertanggungjawabkan. c. Telah memperhatikan penggunaan semaksimal mungkin hasil produksi dalam negeri. d. Penawaran tersebut adalah terendah di antara penawaran yang memenuhi syarat sebagaimana disebut dalam huruf a,b dan c. II - 35

43 2. Calon pemenang lelang harus sudah ditetapkan oleh panitia pengadaan selambat lambatnya 7 (tujuh) hari verja estela pembukaan penawaran. 3. Dalam hal terdapat 2 (dua) calon pemenang lelang yang mengajukan harga penawaran yang sama, maka panitia pengadaan meneliti kembali data kualifikasi yang bersangkutan dan memilih peserta lelang yang menurut pertimbangannya mempunyai kemampuan yang lebih besar dan hal ini dicatat dalam berita acara. Kemampuan yang dinilai antara lain : a. Kemampuan dasar (KD) untuk bukan usaha kecil b. Sisa kemampuan keuangan (SKK). c. Sisa kemampuan paket (SKP) 5. Panitia pengadaan membuat dan menyampaikan laboran lepada pengguna jasa atau lepada pejabat yang berwenang mengambil keputusan untuk menetapkan pemenang lelang melalui pengguna jasa. Laboran tersebut disertai surat usulan calon pemenang lelang dan penjelasan atau keterangan lain yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. 6. Usulan Penetapan Pemenang Lelang a. Usulan penetapan pemenang lelang disusun sesuai dengan urutan calon pemenang lelang, calon pemenang cadangan 1 dan 2 (bila ada), dan harus memuat : (1) Nama dan alamat penyedia jasa II - 36

44 (2) Harga penawaran (3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) b. Pemenang lelang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan berdasarkan usulan panitia pengadaan. Pejabat yang berwenang segera menetapkan pemenang lelang dengan menerbitkan surat penetapan penyedia jasa dan menyampaikan lepada panitia pengadaan selambat lambatnya : (1) Lima hari verja untuk penetapan oleh pengguna jasa. (2) Empat belas hari verja untuk penetapan oleh Menteri. Ketentuan tersebut 1 dan 2 terhitung sejak surat usulan penetapan pemenang lelang tersebut diterima oleh pejabat yang berwenang menetapkan pemenang lelang. c. Data pendukung yang diperlukan untuk menetapkan pemenang lelang adalah : (1) Dokumen lelang beserta addendum (bila ada). (2) Berita acara pembukaan penawaran (BAPP). (3) Berita acara hasil pelelangan (BAHP) (4) Ringkasan proses pelelangan dan hasil pelelangan (5) Rekaman dokumen penawaran dari calon pemenang lelang pelelangan dan cadangan calon pemenang yang telah diparaf panitia pengadaan dan 2 (dua) wakil dari peserta lelang. d. Dalam hal pengguna jasa tidak sependapat dengan usulan panitia pengadaan maka II - 37

45 (1) Untuk penetapan pemenang lelang dengan nilai s.d Rp.50 milyar. Pengguna jasa membahas dengan panitia pengadaan untuk mengambil keputusan : a. Menyetujui usulan panitia atau b. Menetapkan keputusan yang disepakati bersama untuk melakukan evaluasi ulang atau lelang ulang atau menetapkan pemenang lelang dan dituangkan dalam berita acara yang memuat keberatan dan kesepakatan masing masing pihak atau c. Bila akhirnya tidak tercapai kesepakatan, maka akan diputuskan oleh Menteri dan bersifat final. (2) Untuk penetapan pemenang lelang dengan nilai di atas Rp.50 Milyar. Pengguna jasa membahas dengan panitia pengadaan untuk mengambil keputusan : a. Menyetujui usulan panitia pengadaan untuk dimintakan persetujuan kepada Menteri atau b. Menetapkan keputusan yang disepakati bersama untuk melakukan evaluasi ulang atau lelang ulang dan dituangkan dalam berita acara serta dilaporkan lepada Menteri atau II - 38

46 c. Apabila masih belum ada kesepakatan, maka dilaporkan kepada Menteri dengan catatan keberatan dari pengguna jasa untuk diputuskan dan bersifat final. (3) Untuk pengadaan yang bernilai diatas Rp.50 Milyar, apabila pengguna jasa dan/atau panitia pengadaan tidak sependapat dengan keputusan Menteri, maka : a. Penetapan pemenang lelang atau keputusan lain diserahkan kepada Menteri dan panitia pengadaan dan pengguna jasa tidak perlu melakukan perubahan berita acara evaluasi. b. Keputusan Menteri bersifat final PENGUMUMAN PEMENANG LELANG : Pemenang lelang diumumkan dan diberitahukan oleh panitia pengadaan lepada para peserta lelang selambat lambatnya 2 (dua) hari verja estela diterimanya surat penetapan penyedia jasa dari pejabat yang berwenang KEBERATAN / SANGGAHAN PESERTA LELANG : 1. Peserta pemilihan penyedia barang / jasa yang merasa dirugikan, baik secara sendiri maupun bersama sama dengan peserta lainny, dapat mengajukan surat sanggahan kepada pengguna barang / jasa apabila ditemukan : a. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang / jasa. II - 39

47 b. Rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya persaingan yang sehat. c. Penyalahgunaan wewenang oleh panitia / pejabat pengadaan dan / atau pejabat yang berwenang laiinya. d. Adanya unsur KKN di antara peserta pemilihan penyedia barang / jasa. e. Adanya unsur KKN antara peserta dengan anggota panitia / pejabat pengadaan dan/atau dengan pejabat yang berwenang lainnya. 2. Pengguna barang / jasa wajib memberikan jawaban selambat lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak surat sanggahan diterima. 3. Apabila penyedia barang / jasa tidak puas terhadap jawaban pengguna barang / jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka dapat mengajukan surat sanggahan banding. 4. Surat sanggahan banding disampaikan kepada Menteri/Panglima TNI/ Kepala Polri/Pemimpin Lembaga/ Gubernur / Bupati/ Walikota/Dewan Gubernur BI/Pemimpin BHMN/Direksi BUMN/BUMD selambat lambatnya 5 (hari) kerja sejak diterimanya jawaban atas sanggahan tersebut. 5. Menteri / Panglima TNI / Kepala TNI / Kepala Polri / Pemimpin Lembaga / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN / BUMD wajib memberikan jawaban II - 40

48 selambat lambatnya 15 (lima belas) hari kerja sejah surat sanggahan banding diterima. 6. Proses pemilihan penyedia barang/jasa tetap dilanjutkan tanpa menunggu jawaban atas sanggahan banding. 7. Apabila sanggahan banding ternyata benar, maka proses pemilihan penyedia barang/.jasa dievaluasi kembali atau dilakukan proses pemilihan ulang atau dilakukan pembatalan kontrak. 8. Setiap pengaduan harus ditindaklanjuti oelh instansi / pejabat yang menerima pengadaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku PENERBITAN SURAT PENUNJUKAN PENYEDIA JASA (SPPJ ) 1. Pengguna jasa mengeluarkan SPPJ sebagai pelaksana pekerjaan yang dilelangkan, dengan ketentuan : (1) Tidak ada sanggahan dari peserta lelang atau (2) Sanggahan yang diterima pengguna jasa dalam masa sanggah ternyata tidak benar, sanggahan diterima melewati waktu masa sanggah. 2. Peserta lelang yang ditetapkan sebagai penyedia jasa wajib menerima keputusan tersebut. Apabila yang bersangkutan mengundurkan diri dan masa penawarannya masih berlaku, maka pengunduran diri tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan yang dapat diterima secara obyektif oleh pengguna jasa, dengan ketentuan II - 41

49 jaminan penawaran peserta lelang yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara. 3. Terhadap penyedia jasa yang ditetapkan sebagai pelaksana pekerjaan mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima dan masa penawarannya masih berlaku, disamping jaminan penawaran yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara, penyedia jasa tersebut juga dikenakan sanksi berupa larangan untuk mengikuti kegiatan pengadaan jasa di instansi pemerintah selama 2 (dua) tahu. 4. Apabila pemenang lelang urutan pertama yang ditetapkan sebagai penyedia jasa mengundurkan diri, maka penetapan penyedia jasa dapat dilakukan kepada pemenang lelang urutan kedua (bila ada) sesuai dengan harga penawarannya, dengan ketentuan : (1) Penetapan pemenang lelang urutan kedua tersebut harus terlebih dahulu mendapat persetujuan/penetapan pejabat yang berwenang menetapkan pemenang lelang. (2) Masa berlakunya penawaran pemenang lelang urutan kedua masih berlaku atau sudah diperpanjang masa berlakunya. 5. Apabila pemenang lelang urutan kedua juga mengundurkan diri, maka penetapan penyedia jasa dapat dilakukan kepada pemenang urutan ketiga (bila ada) sesuai dengan harga penawarannya dengan ketentuan : II - 42

50 (1) Penetapan pemenang lelang urutan ketiga tersebut diatas harus terlebih dahulu mendapat persetujuan/penetapan pejabat yang berwenang menetapkan lelang. (2) Masa berlakunya penawaran pemenang lelang urutan ketiga masih berlaku atau sudah diperpanjang masa berlakunya. (3) Jaminan penawaran dari pemenang lelang urutan kedua dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara. (4) Bila pemenang lelang urutan kedua mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima, dikenakan sanksi sebagaimana tersebut pada butir c diatas. 6. Apabila pemenang lelang urutan ketiga mengundurkan diri, dengan alasan yang tidak dapat diterima, maka yang bersangkutan dikenakan sanksi sebagaimana tersebut pada butir c diatas. Kemudian panitia pengadaan melakukan pelelangan ulang dengan ketentuan bahwa jaminan penawaran dari pemenang lelang urutan ketiga dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara. 7. SPPJ harus dibuat paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang lelang dan segera disampaikan kepada pemenang lelang. 8. Salah satu tembusan dari SPPJ disampaikan (tanoa lampiran perjanjian/kontrak) sekurang kurangnya kepada unit pengawasan internal. II - 43

51 2.18 PELELANGAN GAGAL dan PELELANGAN ULANG 1. Pelelangan umum dan terbatas dinyatakan gagal oleh panitia / pejabat pengadaan, apabila : a. Jumlah penyedia barang / jasa yang memasukkan penawaran kurang dari 3 (tiga) peserta, atau b. Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis, atau c. Harga penawaran terendah lebih tinggi dari pagu anggaran yang tersedia. d. Seleksi umum dan terbatas dinyatakan gagal oleh panitia / pejabat pengadaan, apabila : e. Jumlah penyedia barang / jasa konsultasi yang memasukkan penawaran kurang dari 3 (tiga) peserta, atau f. Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis, atau g. Negoisasi atas harga penawaran gagal karena tidak ada peserta yang menyetujui/menyepakati klarifikasi dan negoisasi. h. Pelelangan / seleksi dinyatakan gagal oleh pengguna barang / jasa atau pejabat berwenang lainnya apabila : i. Sanggahan dari penyedia barang / jasa ternyata benar. j. Pelaksanaan pelelangan / seleksi tidak sesuai atau menyimpang dari dokumen pengadaan yang telah ditetapkan. II - 44

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2010 TANGGAL : 28 JANUARI 2010 TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA A. Perencanaan Pengadaaan 1. Menteri/Kepala

Lebih terperinci

1 / 8

1 / 8 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2005 TANGGAL 9 NOVEMBER 2005 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA A. Perencanaan Pengadaan: 1. Menteri/Ketua

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2 TAHUN 2011 TANGGAL : 5 JANUARI 2011

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2 TAHUN 2011 TANGGAL : 5 JANUARI 2011 LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2 TAHUN 2011 TANGGAL : 5 JANUARI 2011 TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA PEMBANGUN DAN PENGELOLA KAWASAN EKONOMI KHUSUS DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA

Lebih terperinci

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR : 13 TAHUN 2010 TANGGAL : 28 JANUARI 2010 TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA A. Perencanaan Pengadaaan 1. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS I. UMUM Dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA. 1. MenterilKepala Lembaga/Kepala Daerah membentuk Panitia Pengadaan.

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA. 1. MenterilKepala Lembaga/Kepala Daerah membentuk Panitia Pengadaan. PRESIC'E REPUBUK INDONESIA LAMPlRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 Tahun 2011 TANGGAL 9 September 2011 TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA A. Perencanaan Pengadaaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Dewasa ini semakin banyak instansi pemerintah maupun swasta di berbagai negara yang melakukan pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik. Istilah ini

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa agar pengadaan barang/jasa pemerintah

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II TINJAUAN PUSTAKA Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PELELANGAN Setelah tahap desain diselesaikan oleh perencana, maka selanjutnya adalah tahap pengadaan pelaksanaan konstruksi. Proses pengadaan perusahaan jasa konstruksi ini

Lebih terperinci

BAB II PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA

BAB II PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA BAB II PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA A. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya Dalam proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Sistematika Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Sistematika Penelitian... ABSTRAK Pemilihan calon kontraktor dalam pengadaan barang/jasa pemborongan di bidang konstruksi pada prinsipnya dilakukan dengan metode pelelangan umum pascakualifikasi, terutama pada proyek pemerintah.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 43 /PRT/M/2007 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 43 /PRT/M/2007 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 43 /PRT/M/2007 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI BUKU 4 PEDOMAN EVALUASI PENAWARAN PELELANGAN NASIONAL

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

SALINAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SALINAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimba ng : a. bahwa agar pengadaan barang/jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelelangan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelelangan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pelelangan Pelelangan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang / jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedian

Lebih terperinci

URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 A. Kerja Sama Antar Daerah URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

6. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR DENGAN AMBANG BATAS

6. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR DENGAN AMBANG BATAS 6. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR DENGAN AMBANG BATAS a. Pengumuman Prakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan Umum Prakualifikasi

Lebih terperinci

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA A. Kerja Sama Antar Daerah 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Kepres 80 thn 2003 Hal. 1 dari 204 Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 A. Kerja Sama Antar Daerah URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 43 /PRT/M/2007 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 43 /PRT/M/2007 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 43 /PRT/M/2007 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH A. Kerja Sama Daerah dengan Pemerintah Daerah Lain 1. Persiapan a. Pembentukan TKKSD. b. TKKSD membentuk Tim Teknis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

5. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS

5. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS 5. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS a. Pengumuman Prakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan

Lebih terperinci

2. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp ,00 (seratus juta rupiah);

2. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp ,00 (seratus juta rupiah); 1 Tujuan Untuk menjamin bahwa pelaksanaan proses Pemilihan Langsung sesuai dengan peraturan per undang-undangan yang berlaku, harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. 2 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa agar pengadaan barang/jasa pemerintah

Lebih terperinci

b. bahwa untuk maksud tersebut di atas, perlu ditetapkan Keputusan Presiden tentang Pedoman Pelaksanaan

b. bahwa untuk maksud tersebut di atas, perlu ditetapkan Keputusan Presiden tentang Pedoman Pelaksanaan KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar pengadaan barang/jasa pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa agar pengadaan barang/jasa pemerintah

Lebih terperinci

3. PELELANGAN UMUM PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS

3. PELELANGAN UMUM PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS 3. PELELANGAN UMUM PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS a. Pengumuman Prakualifikasi 1) ULP mengumumkan Pelelangan Umum Prakualifikasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa agar pengadaan barang/jasa pemerintah

Lebih terperinci

PELELANGAN. MATA KULIAH MANAJEMEN KONSTRUKSI Pertemuan Ke 6

PELELANGAN. MATA KULIAH MANAJEMEN KONSTRUKSI Pertemuan Ke 6 PELELANGAN MATA KULIAH MANAJEMEN KONSTRUKSI Pertemuan Ke 6 DEFINISI PELELANGAN BERDASARKAN KEPPRES NO 18 THN 2000 Serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaiangan

Lebih terperinci

3. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI ATAU SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS

3. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI ATAU SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS 3. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI ATAU SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS a. Pengumuman Prakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG HALAMAN II - 59

LAMPIRAN II TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG HALAMAN II - 59 2. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS a. Pengumuman Prakualifikasi 1) ULP mengumumkan Pelelangan Umum Prakualifikasi

Lebih terperinci

Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintahan

Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintahan Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintahan Pengertian Umum Seluruh pengadaan barang yang pembiayaannya melalui APBN/APBD, baik sebagian atau keseluruhan, harus mengacu kepada aturan yang berlaku (Keppres

Lebih terperinci

3. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR

3. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR 3. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR a. Pengumuman Prakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan Umum Prakualifikasi melalui website Kementerian/Lembaga/Pemerintah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar pengadaan barang/jasa pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA GUBERNUR SUMATERA UTARA,

Lebih terperinci

5. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS

5. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS 5. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS a. Pengumuman Prakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan

Lebih terperinci

B. PELAKSANAAN 1. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODA SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR

B. PELAKSANAAN 1. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODA SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR B. PELAKSANAAN 1. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODA SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR a. Pengumuman Pascakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan Umum Pascakualifikasi

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1

PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1 1 PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN 2010 Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1 A. PELAKSANAAN, OBJEK DAN PARA PIHAK DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Pengadaan

Lebih terperinci

2. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI ATAU SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS

2. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI ATAU SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS 2. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI ATAU SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS a. Pengumuman Pascakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan

Lebih terperinci

2017, No listrik tenaga mikrohidro/pembangkit listrik tenaga surya dengan mekanisme sewa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

2017, No listrik tenaga mikrohidro/pembangkit listrik tenaga surya dengan mekanisme sewa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.658, 2017 KEMENPU-PR. Mitra Pemanfaatan BMN. Pemilihan Badan Usaha. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2017 TENTANG

Lebih terperinci

- 1 - TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN USAHA KERJASAMA BAB I PENDAHULUAN

- 1 - TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN USAHA KERJASAMA BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN USAHA KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM

Lebih terperinci

5. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS

5. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS 5. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS a. Pengumuman Prakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan

Lebih terperinci

A D E N D U M D O KUMEN KUA L IFIKASI. Pengadaan Jasa Konsultan Perencana untuk Rehabilitasi Rumah Dinas Bea dan Cukai di Juwangen

A D E N D U M D O KUMEN KUA L IFIKASI. Pengadaan Jasa Konsultan Perencana untuk Rehabilitasi Rumah Dinas Bea dan Cukai di Juwangen 3 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR WILAYAH JAWA TENGAH DAN DIY KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B YOGYAKARTA PANITIA PENGADAAN

Lebih terperinci

AUDIT ATAS PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA DENGAN PRAKUALIFIKASI

AUDIT ATAS PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA DENGAN PRAKUALIFIKASI AUDIT ATAS PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA DENGAN PRAKUALIFIKASI Audit atas pemilihan penyedia barang/jasa dimulai dari audit terhadap pengumuman pengadaan hingga penunjukan penyediaan barang/jasa. I. SKEMA

Lebih terperinci

website K/L/D/I masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk

website K/L/D/I masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk B. PELAKSANAAN 1. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODE SATU SAMPUL DAN EVALUASI SISTEM GUGUR a. Pengumuman Pascakualifikasi 1) ULP mengumumkan Pelelangan Umum Pascakualifikasi melalui website

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2017 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN BADAN USAHA SEBAGAI

Lebih terperinci

Ketentuan & Tahapan Pengadaan Metode Lelang/Seleksi Umum

Ketentuan & Tahapan Pengadaan Metode Lelang/Seleksi Umum Ketentuan & Tahapan Pengadaan Metode Lelang/Seleksi Umum A. TERM OF REFERENCE (TOR) TOR menjadi pedoman dalam setiap pengadaan barang dan jasa dengan metode Lelang / Seleksi Umum yang antara lain memuat

Lebih terperinci

2. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS

2. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS 2. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS a. Pengumuman Pascakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan

Lebih terperinci

14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL

14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL 14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL a. Pelelangan Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila : a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi

Lebih terperinci

3. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR

3. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR 3. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR a. Pengumuman Prakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan Umum Prakualifikasi melalui website Kementerian/Lembaga/Pemerintah

Lebih terperinci

B. PELAKSANAAN 1. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODA SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR

B. PELAKSANAAN 1. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODA SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR B. PELAKSANAAN 1. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODA SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR a. Pengumuman Pascakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan Umum Pascakualifikasi

Lebih terperinci

B. PELAKSANAAN BAB III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI HALAMAN III -43

B. PELAKSANAAN BAB III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI HALAMAN III -43 B. PELAKSANAAN 1. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODE SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR a. Pengumuman Pascakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan Umum Pascakualifikasi

Lebih terperinci

4. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI ATAU SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS

4. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI ATAU SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS 4. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI ATAU SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS a. Pengumuman Prakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan

Lebih terperinci

Kegiatan Pembangunan Pasar Doloksanggul

Kegiatan Pembangunan Pasar Doloksanggul BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN (BAPP) Nomor : 04.1/PAN/INDAGKOP/2012 I. Pada hari ini Kamis tanggal dua puluh delapan bulan Juni tahun Dua ribu dua belas bertempat di kantor, kami Panitia Pengadaan

Lebih terperinci

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

RISALAH DAN BERITA ACARA PENJELASAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KOTA TANGERANG SELATAN

RISALAH DAN BERITA ACARA PENJELASAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KOTA TANGERANG SELATAN RISALAH DAN BERITA ACARA PENJELASAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KOTA TANGERANG SELATAN PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KOTA

Lebih terperinci

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL 8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL a. Seleksi Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Seleksi gagal, apabila: a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari

Lebih terperinci

3. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR

3. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR 3. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR a. Pengumuman Prakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan Umum Prakualifikasi melalui website Kementerian/Lembaga/Pemerintah

Lebih terperinci

2. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS

2. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS 2. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS a. Pengumuman Pascakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. I KETENTUAN UMUM Pengertian Istilah

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. I KETENTUAN UMUM Pengertian Istilah PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH I KETENTUAN UMUM Pengertian Istilah Yang dimaksud dengan : 1. Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar pengadaan barang/jasa pemerintah

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN / KEGIATAN (AANWIJZING) Nomor : 09/POKJA ULP LP-Narkotika/XII/2013

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN / KEGIATAN (AANWIJZING) Nomor : 09/POKJA ULP LP-Narkotika/XII/2013 POKJA PENGADAAN BAHAN MAKANAN NARAPIDANA DAN TAHANAN ULP KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS IIA MUARA BELITI Jalan Lintas Sumatera Km.19 Muara Beliti Kab.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160, 2010 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pengadaan Barang/Jasa. Elektronik.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160, 2010 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pengadaan Barang/Jasa. Elektronik. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160, 2010 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pengadaan Barang/Jasa. Elektronik. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

a. Nota Dinas Pejabat Pembuat Komitmen ke Unit Layanan Pengadaan dalam Rangka Pemasukan Data Lelang NOTA DINAS

a. Nota Dinas Pejabat Pembuat Komitmen ke Unit Layanan Pengadaan dalam Rangka Pemasukan Data Lelang NOTA DINAS 79 B. BENTUK FORMULIR PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA DENGAN SISTEM E-PROCUREMENT a. Nota Dinas Pejabat Pembuat Komitmen ke Unit Layanan Pengadaan dalam Rangka Pemasukan Data Lelang NOTA DINAS Kepada :

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG / JASA SECARA ELEKTRONIK PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

B. PROSES PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK PERORANGAN 1. SELEKSI UMUM METODE EVALUASI KUALITAS SATU SAMPUL

B. PROSES PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK PERORANGAN 1. SELEKSI UMUM METODE EVALUASI KUALITAS SATU SAMPUL B. PROSES PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK PERORANGAN 1. SELEKSI UMUM METODE EVALUASI KUALITAS SATU SAMPUL a. Pengumuman Pascakualifikasi 1) ULP mengumumkan Seleksi Umum Pascakualifikasi melalui

Lebih terperinci

BAB III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI HALAMAN III - 73

BAB III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI HALAMAN III - 73 2. PELELANGAN UMUM SECARA PASCAKUALIFIKASI METODE DUA SAMPUL DAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS (HANYA UNTUK PEKERJAAN TERINTEGRASI) a. Pengumuman Pascakualifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN KONTRAK JASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI (PEMBORONGAN)

PEDOMAN PENYELENGGARAAN KONTRAK JASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI (PEMBORONGAN) PEDOMAN PENYELENGGARAAN KONTRAK JASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI (PEMBORONGAN) Diperbanyak oleh : Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah BAB I KETENTUAN UMUM A. PENDAHULUAN Dengan berlakunya 1. UU No.18/1999 2. PP

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN (AANWIJZING) Nomor : 027 / 60 - BAPP / LS / ULP - POKJA V / IX / 2012

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN (AANWIJZING) Nomor : 027 / 60 - BAPP / LS / ULP - POKJA V / IX / 2012 PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR UNIT LAYANAN PENGADAAN TAHUN ANGGARAN 2012 POKJA PENGADAAN V (BARANG DAN JASA LAINNYA) Sekretariat : Lantai II Bagian Umum Setda Kabupaten Kotawaringin Timur, Jalan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 05 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 05 TAHUN 2010 PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

4. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR DENGAN AMBANG BATAS

4. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR DENGAN AMBANG BATAS 4. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR DENGAN AMBANG BATAS a. Pengumuman Prakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan Umum Prakualifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK PADA LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK

Lebih terperinci

Prosedur Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) Kawasan Ekonomi Khusus Di Indonesia. Jakarta 13 November 2014

Prosedur Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) Kawasan Ekonomi Khusus Di Indonesia. Jakarta 13 November 2014 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Prosedur Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) Kawasan Ekonomi Khusus Di Indonesia Jakarta 13 November

Lebih terperinci

12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG

12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG 12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG a. Pelaksanaan Pengadaan Melalui Penunjukan Langsung Untuk Penanganan Darurat 1) Setelah adanya pernyataan darurat dari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Penjelasan Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

b. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan 1) Penyedia melakukan pendaftaran, melalui: a) pendaftaran langsung; atau b) pendaftaran

b. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan 1) Penyedia melakukan pendaftaran, melalui: a) pendaftaran langsung; atau b) pendaftaran B. PROSES PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK PERORANGAN 1. SELEKSI UMUM METODE EVALUASI KUALITAS SATU SAMPUL a. Pengumuman Pascakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Seleksi Umum Pascakualifikasi

Lebih terperinci

STUDI PROSEDUR PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSULTAN PADA PROYEK PEMERINTAH MENURUT KEPPRES NO. 80 TAHUN 2003

STUDI PROSEDUR PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSULTAN PADA PROYEK PEMERINTAH MENURUT KEPPRES NO. 80 TAHUN 2003 STUDI PROSEDUR PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSULTAN PADA PROYEK PEMERINTAH MENURUT KEPPRES NO. 80 TAHUN 2003 Merianti Elisabeth Hutagalung NRP : 0021088 Pembimbing : Maksum Tanubrata,Ir.,MT FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Republik Indonesia Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Pengadaan Jasa Konsultansi Badan Usaha Dokumen Untuk Metode e-seleksi Umum dengan Prakualifikasi Lembaga Kebijakan

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 365/ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 365/ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011 PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT UNIT LAYANAN PENGADAAN Jalan Sutan Syahrir Nomor 02 No. Telp. (0532) 23759 Pangkalan Bun 74112 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 365/ULP-POKJA

Lebih terperinci

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila : 9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL a. Pelelangan Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila : a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi

Lebih terperinci

5. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR DENGAN AMBANG BATAS

5. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR DENGAN AMBANG BATAS 5. PELELANGAN UMUM SECARA PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR DENGAN AMBANG BATAS a. Pengumuman Prakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Pelelangan umum Prakualifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

Pengadaan Penambah Daya Tahan Tubuh (PDTT) - dengan Pascakualifikasi -

Pengadaan Penambah Daya Tahan Tubuh (PDTT) - dengan Pascakualifikasi - Pengadaan Penambah Daya Tahan Tubuh (PDTT) - dengan Pascakualifikasi - Rumah Sakit Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun Anggaran 2011 [kop surat satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen] D O K U M E N

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 15/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci