BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kerja Sama Operasi (KSO) PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 merupakan kerja sama usaha dalam memproduksi biodiesel antara PT. Pamina Adolina dengan PT. Ganesha Energy 77. PT. Pamina Adolina merupakan anak perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang bergerak di bidang pengolahan Crude Palm Oil (CPO) menjadi minyak goreng, sedangkan PT. Ganesha Energy 77 merupakan produsen biodiesel Indonesia. Kerja sama ini merupakan perwujudan pembangunan industri biodiesel di Indonesia. Setelah merasakan beban berat subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan pukulan telak terhadap ekonomi akibat kenaikan BBM pada tanggal 1 Oktober 2005, terlihat kesadaran bersama telah tumbuh untuk mewujudkan industri biodiesel. Presiden, Wakil Presiden, Menteri, para CEO BUMN dan banyak pihak lainnya telah bersepakat bahwa industri biodiesel layak diprioritaskan. Berdasarkan instruksi Presiden kepada Menteri Negara BUMN melalui Inpres Nomor 1 tahun 2006 mendorong BUMN untuk mengembangkan bahan bakar nabati. Melihat perkembangan situasi tersebut, PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) bersinergi dengan PT. Ganesha Energy 77 untuk segera mewujudkan industri biodiesel. Proyek investasi pembangunan pabrik biodiesel dengan kapasitas produksi liter/hari dari bahan baku CPO dan/atau stearin yang merupakan produksi

2 PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dan investasi pabrik biodiesel tersebut akan menjadi lingkup kerja PT. Ganesha Energy 77. Untuk lokasi pabrik, bahan baku dan utilitas disuplai oleh pihak PTPN IV. Dalam hal ini PT. Pamina Adolina Perbaungan dipilih sebagai pabrik biodiesel KSO. Semula PT. Pamina Adolina merupakan pabrik yang bergerak di bidang produksi CPO menjadi minyak goreng, tetapi karena semakin tingginya persaingan minyak goreng di Sumatera Utara menyebabkan produksi minyak goreng PT. Pamina Adolina mengalami penurunan sehingga pendapatan PT. Pamina Adolina juga mengalami penurunan. Dengan alasan tersebut, PT. Pamina Adolina dipilih untuk menjadi pabrik biodiesel KSO yang nantinya diharapkan mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi dengan hasil penjualan biodiesel. Pabrik dengan kapasitas liter/hari dimaksudkan sebagai tahap kerjasama awal dan merupakan bagian tak terpisahkan dengan rencana pembangunan pabrik serupa dengan kapasitas yang lebih besar. Pabrik biodiesel ini mulai dibangun pada bulan April 2006 dan produksi perdana (commissioning) pada bulan Agustus Pabrik mulai berproduksi pada bulan September 2006 dan produknya telah digunakan di seluruh pabrik kelapa sawit PTPN IV Ruang Lingkup Bidang Usaha Ruang lingkup bidang usaha Kerja Sama Operasi (KSO) PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 adalah mengolah CPO dan/atau stearin menjadi biodiesel dengan kapasitas produksi liter/hari.

3 Penamaan biodiesel mengikuti rasio antara biodiesel dengan petroleum diesel yang dipergunakan untuk menjalankan mesin-mesin. B-2 berarti campuran antara 2% biodiesel dengan 98% petroleum diesel, demikian pula B-20 adalah campuran antara 20% biodiesel dengan 80% petroleum diesel. Biodiesel yang diproduksi oleh KSO PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 dengan kapasitas produksi liter/hari terhitung sangat kecil dalam industri bahan bakar. Dibandingkan dengan tingkat konsumsi nasional yang mencapai 73 juta liter/hari. Konsumsi minyak diesel PTPN IV sendiri saat ini berkisar 1,5 juta liter/bulan atau 50 ribu liter/hari. Dengan adanya biodiesel B-20, PTPN IV akan mampu menyerap 10 ribu liter/hari. Dengan kalkulasi tersebut, produksi biodiesel diperkirakan seluruhnya dapat diserap oleh kebutuhan PTPN IV sendiri. Untuk kedepannya, pabrik biodiesel KSO berencana untuk memasarkan biodiesel ke tataran nasional, yaitu kepada Pertamina sebagai produsen tunggal petroleum diesel nasional dengan harga yang mengacu kepada harga solar impor. Disamping itu, produk biodiesel juga memiliki peluang untuk pasar ekspor antara lain Jepang dan negara-negara Eropa Lokasi Perusahaan Kerja Sama Operasi (KSO) PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 terletak di kilometer 36 ke arah Tenggara dari kota Medan dan berkisar 800 meter dari kota Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai dengan menempati areal lahan

4 seluas 3,5 hektar dimana lokasi ini juga merupakan lokasi PT. Pamina Adolina. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada beberapa hal, antara lain: 1. Terletak di tepi jalan raya lintas Sumatera, sehingga mempermudah pengangkutan bahan baku dan produk. 2. Mempunyai sumber air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pabrik, karena lokasi pabrik sekitar 1,5 km dari Sungai Ular. 3. Keadaan tanahnya rata dan keras serta tidak dijumpai daerah rawa dan perbukitan Organisasi dan Manajemen Perusahaan Struktur Organisasi Sistem birokrasi yang digunakan oleh KSO PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 merupakan sistem birokrasi yang dimiliki PT. Pamina Adolina, yaitu dengan struktur organisasi fungsional-lini, dimana untuk posisi top manajerial menggunakan fungsional, sedangkan untuk level bawah menggunakan fungsi lini. Pembagian tugas dalam struktur organisasi ini dilakukan sesuai dengan fungsi dari masing-masing departemen yang terdapat pada PT. Pamina Adolina dan disesuaikan dengan job description serta spesialisasinya. Struktur organisasinya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

5 Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Pamina Adolina

6 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian yang terdapat pada struktur organisasi KSO PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 dijelaskan sebagai berikut : 1. Direktur Direktur merupakan pimpinan tertinggi yang diangkat oleh dewan komisaris. Adapun tugas dan tanggung jawab direktur antara lain: a. Memimpin dan membina perusahaan secara efektif dan efisien. b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum pabrik sesuai dengan kebijakan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). c. Memelihara kekayaan perseroan terbatas. d. Mewakili perusahaan mengadakan perjanjian-perjanjian, merencanakan dan mengawasi pelaksanaan tugas personalia yang bekerja pada perusahaan. e. Menetapkan besarnya deviden perusahaan. f. Mengangkat dan memberhentikan karyawan. 2. Kepala Unit Tugas dan tanggung jawab kepala unit antara lain: a. Merencanakan kegiatan operasional yang berhubungan dengan proses produksi. b. Mengarahkan kegiatan-kegiatan kepada masing-masing asisten. c. Mengkoordinasikan penyusunan rencana anggaran belanja perusahaan.

7 d. Mengorganisir dan mengendalikan semua kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi. e. Melaporkan data kegiatan produksi kepada direksi. f. Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai dengan sistem prosedur yang berlaku. 3. Kepala Shift Pengolahan Kepala shift pengolahan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengawasi semua aktivitas proses pengolahan yang dilakukan personil pengolahan. b. Mengidentifikasi semua kegiatan yang berhubungan dengan proses pengolahan. c. Bertanggung jawab terhadap semua aktivitas pengolahan. d. Membuat laporan kerja harian proses pengolahan. e. Membuat daftar kebutuhan bahan dan peralatan yang diperlukan pada proses pengolahan. f. Mengajukan saran dan usulan kepada kepala unit untuk meningkatkan efesiensi pabrik. g. Mengendalikan proses pengolahan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. h. Mengawasi jalannya proses produksi mulai dari bahan baku masuk sampai menghasilkan produk jadi.

8 4. Asisten Laboratorium Asisten laboratorium memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengawasi dan mengidentifikasi penerimaan bahan baku dan proses pengolahan produksi. b. Memeriksa mutu bahan baku dan hasil produksi. c. Membimbing semua personil yang ada di laboratorium. d. Melaksanakan penelitian dan pengujian terhadap proses untuk menghasilkan produk baru. e. Memeriksa hasil laporan dan pengujian penerimaan bahan baku dan produk akhir. f. Memeriksa peralatan yang terdapat di laboratorium dan memonitor pemakaian bahan kimia. 5. Asisten Teknik Asisten teknik memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Menjamin bahwa semua aktivitas yang dilakukan di bagian teknik dan dinas civil sesuai dengan prosedur. b. Mengajukan permintaan peralatan untuk kepentingan teknik. c. Bertanggung jawab terhadap pemakaian spare part. d. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan perbaikan mesin dan peralatan pabrik. e. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh personil teknik.

9 6. Administrasi Produksi Administrasi produksi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengecek laporan harian produksi. b. Mengecek laporan jam kerja produksi. c. Bertanggung jawab terhadap pemakaian peralatan produksi. d. Bertanggung jawab terhadap laporan produksi. e. Mengawasi proses permintaan barang, penyimpanan dan pengeluaran produk dari gudang. f. Mengkoordinir pekerjaan personel administrasi produksi. 7. Administrasi Keuangan Administrasi keuangan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengecek laporan harian keuangan produksi. b. Mengecek laporan biaya peralatan produksi. c. Bertanggung jawab terhadap laporan keuangan produksi. d. Mengkoordinir pekerjaan personel administrasi keuangan. e. Melaksanakan administrasi kas dan bank. 8. Kepala Tata Usaha Kepala tata usaha (KTU) memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengkoordinir pekerjaan bidang tata usaha dan personalia.

10 b. Membuat laporan keuangan bulanan. c. Mengkoordinir pekerjaan bidang keuangan. d. Mengkoordinir proses pembukuan untuk laporan bulanan. e. Melaksanakan evaluasi bulanan, semesteran dan tahunan. f. Melaksanakan dan mengawasi proses financial. 9. Operator Pengolahan Operator pengolahan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Menjalankan semua aktivitas proses pengolahan dari bahan baku masuk sampai menghasilkan produk jadi. b. Bertanggung jawab terhadap aktivitas pengolahan kepada Kepala Shift Pengolahan. c. Membuat laporan kerja harian proses pengolahan. d. Mengajukan saran dan usulan kepada Kepala Shift Pengolahan untuk meningkatkan efesiensi pabrik. 10. Operator Laboratorium Operator laboratorium memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Melakukan analisa sampel terhadap bahan yang akan diproduksi. b. Membuat laporan harian analisa laboratorium. c. Bertanggung jawab terhadap hasil analisa yang dilakukan oleh personil laboratorium.

11 d. Bertanggung jawab terhadap penggunaan peralatan laboratorium. 11. Petugas Dinas Civil Petugas dinas civil memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengatur kendaraan bagi pimpinan dan karyawan perusahaan. b. Mengecek kendaraaan dan melaporkan kerusakan kapada Asisten Teknik. c. Membuat permintaan spare part kendaraan. d. Membuat laporan pemakaian BBM dan pelumas. e. Menjaga kebersihan perusahaan. 12. Operator Teknik Operator teknik memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengajukan permintaan bahan dan barang kelistrikan. b. Mengecek pemeliharaan panel pabrik dan instalasi listrik perusahaan. c. Mengajukan kebutuhan alat kerja teknik listrik. d. Bertanggung jawab terhadap pemakaian peralatan kelistrikan. e. Bertanggung jawab terhadap peralatan gudang. 13. Krani Administrasi Produksi Krani administrasi produksi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengecek laporan harian produksi. b. Mengecek laporan jam kerja produksi.

12 c. Membuat laporan penerimaan bahan. d. Bertanggung jawab terhadap pemakaian peralatan produksi. 14. Krani Administrasi Keuangan Krani administrasi keuangan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Membuat laporan harian keuangan produksi. b. Membuat laporan biaya peralatan produksi. c. Bertanggung jawab terhadap laporan keuangan produksi.. d. Melaksanakan administrasi kas dan bank. 15. Krani Tata Usaha Krani tata usaha memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Membuat bukti penerimaan uang dari Kantor Pusat. b. Membuat bukti pengeluaran kas dari bank. c. Membuat daftar premi dan lembur. d. Memeriksa biaya pemeliharaan pabrik. e. Membuat evaluasi pemakaian biaya per bulan. f. Bertanggung jawab kepada kepala tata usaha. 16. Krani Personalia Krani personalia memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengevaluasi pelaksanaan cuti karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana.

13 b. Menyimpan dan memelihara catatan-catatan arsip dan dokumen surat-surat bidang Personalia/Umum. c. Menyelesaikan data-data penilaian karyawan untuk kenaikan golongan setiap akhir tahun dan membuat surat teguran, peringatan dan PHK. d. Mengkoordinir urusan kegiatan sosial dan kunjungan tamu. e. Mengkoordinir kegiatan personil security dan poliklinik Tenaga Kerja dan Jam Kerja Tenaga kerja yang digunakan pada pabrik biodiesel KSO PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 merupakan gabungan tenaga kerja dari KSO, Pamina dan outsourcing dengan jam kerja yang disesuaikan dengan ketetapan perusahaan. Berikut uraian jumlah tenaga kerja dan jam kerjanya Tenaga Kerja Tenaga kerja atau karyawan yang digunakan pada pabrik biodiesel tidak semuanya berasal dari KSO, melainkan karyawannya merupakan gabungan dari KSO, PT. Pamina Adolina dan pihak outsourcing. Terdapat 2 perusahaan yang mempekerjakan karyawannya secara outsourcing di pabrik biodiesel KSO, yaitu PT. Sena Perkasa dan PT. Dambosco Bronton. Pembagian karyawan pada pabrik biodiesel KSO dapat dilihat pada Tabel 2.1.

14 Tabel 2.1. Pembagian Karyawan di Pabrik Biodiesel KSO No. Bagian Karyawan KSO Pamina Outsourcing 1 Pimpinan Administrasi Produksi Laboratorium Gudang Bengkel Water Treatment Tata Usaha Timbangan Poliklinik Security Supir Cleaning Service Sumber : Administrasi Produksi KSO Pamina-GE 77 Berdasarkan pembagian karyawan di atas, diperoleh bahwa jumlah keseluruhan karyawan pabrik biodiesel KSO PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 adalah sebanyak 43 orang Jam Kerja Pabrik biodiesel KSO PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 beroperasi selama 5 hari kerja, yaitu Senin sampai Jumat dengan jam kerja produksi 16 jam per harinya. Penjadwalan jam kerja untuk karyawan biodiesel adalah sebagai berikut:

15 a. Karyawan kantor, yang terdiri dari karyawan administrasi, tata usaha, teknik, poliklinik, timbangan dan bengkel mulai bekerja pada pukul WIB dengan waktu istirahat pukul WIB. b. Karyawan produksi dan laboratorium dibagi atas dua shift kerja dan dilakukan pertukaran shift setiap minggunya. Pembagian shift kerja karyawan produksi dan laboratorium antara lain: 1. Shift I, bekerja pada pukul WIB dengan waktu istirahat selama 2 jam yang disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian. 2. Shift II, bekerja pada pukul WIB dengan waktu istirahat selama 2 jam yang disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian. Pekerjaan yang dilakukan di luar jam kerja dinyatakan sebagai kerja lembur dan banyaknya lembur tergantung pada proses pengolahan yang dibutuhkan. c. Security mempunyai 3 shift kerja setiap harinya. Tiap 1 shift terdapat 3 personil security yang bertugas menjaga keamanan pabrik. Pembagian shift tersebut antara lain: 1. Shift I, bekerja pada pukul WIB dengan waktu istirahat selama 1 jam yang disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian. 2. Shift II, bekerja pada pukul WIB dengan waktu istirahat selama 1 jam yang disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian. 3. Shift III, bekerja pada pukul WIB dengan waktu istirahat selama 1 jam yang disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian

16 2.6. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan Sistem pengupahan dan fasilitas yang diperoleh karyawan pabrik biodiesel KSO PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 disesuaikan dengan kebijakan perusahaan penyedia tenaga kerja masing-masing. Berikut uraian sistem pengupahan dan fasilitas yang diperoleh karyawan Sistem Pengupahan Sistem pengupahan yang dilakukan pada pabrik biodiesel KSO PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 disesuaikan dengan kebijakan perusahaan penyedia tenaga kerja masing-masing. Setiap perusahaan mempunyai kebijakan yang berbeda dalam sistem pengupahan karyawannya. Kebijakan masing-masing perusahaan dalam sistem pengupahan antara lain: 1. KSO (Kerja Sama Operasi) Sistem pengupahan dilakukan dengan melihat absensi karyawan per harinya. Pengupahan karyawan dilakukan setiap bulannya oleh pihak KSO kecuali untuk karyawan honor. Pengupahan karyawan KSO dibedakan menjadi 3 bagian, antara lain: a. Gaji untuk pimpinan per bulannya sebesar Rp b. Gaji untuk karyawan administrasi dan produksi per bulannya sebesar Rp c. Gaji untuk karyawan honor per harinya sebesar Rp

17 2. PT. Pamina Adolina Karyawan PT. Pamina Adolina yang bekerja di pabrik biodiesel KSO adalah karyawan golongan IA dan karyawan pensiunan. Untuk karyawan yang masih produktif (golongan IA) diberikan gaji pokok per bulannya ditambah dengan tunjangan tetap sebesar 25% dari gaji pokok serta tunjangan khusus yang mendukung kegiatan produksi. Untuk karyawan yang bekerja di luar jam kerja dan hari libur memperoleh uang lembur sesuai dengan golongan pekerjanya. Untuk karyawan pensiunan, upah diberikan sesuai dengan UMP (Upah Minimum Provinsi) sebesar Rp dan ditambah dengan tunjangan khusus yang mendukung kegiatan produksi. 3. Perusahaan Outsourcing Sistem pengupahan yang dilakukan perusahaan outsourcing kepada karyawannya mengacu kepada UMP (Upah Minimum Provinsi) sesuai dengan Keputusan Gubernur No. 561/4213/K/2008 yaitu sebesar Rp Bagi karyawan outsourcing tidak diberlakukan jam lembur sehingga upah lembur dan tunjangan karyawan ditiadakan Fasilitas Lainnya KSO dan PT. Pamina Adolina memberikan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan produksi untuk kesejahteraan karyawannya. Sedangkan perusahaan outsourcing tidak memberikan sarana ataupun fasilitas kepada karyawannya karena disesuaikan dengan perjanjian kontrak kerja karyawan.

18 Adapun fasilitas-fasilitas yang diberikan KSO dan PT. Pamina Adolina kepada karyawannya antara lain: 1. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Karyawan KSO dan PT. Pamina Adolina diikutsertakan dalam program Jamsostek sesuai dengan ketentuan UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek. Program Jamsostek untuk karyawan terdiri dari jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan kematian. 2. Koperasi Karyawan KSO dan PT. Pamina Adolina menyediakan koperasi bagi karyawannya. Koperasi tersebut berfungsi untuk membantu keuangan dan penyediaan pangan bagi karyawan. 3. Tunjangan Hari Raya Keagamaan KSO dan PT. Pamina Adolina memberikan tunjangan hari raya keagamaan bagi karyawan yang merayakannya. Tunjangan tersebut tidak termasuk ke dalam gaji pokok dan tunjangan tetap lainnya. 4. Program Pensiun Karyawan KSO dan PT. Pamina Adolina diikutsertakan dalam program jaminan hari tua atau pensiun yang diselenggarakan oleh Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun). 5. Pembinaan Rohani dan Jasmani KSO dan PT. Pamina Adolina menyediakan sarana ibadah bagi karyawannya yang berfungsi untuk pembinaan rohani menurut kepercayaan

19 masing-masing karyawan. Dan juga perusahaan menyediakan sarana olah raga untuk menjaga kebugaran para karyawan. 6. Pemilikan Rumah Karyawan KSO dan PT. Pamina Adolina memberikan tempat tinggal berupa rumah karyawan selama karyawan tersebut masih bekerja di pabrik biodiesel KSO PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy Proses Produksi Biodiesel adalah senyawa ester alkil dari minyak nabati dengan alkohol yang dihasilkan melalui proses transesterifikasi/esterifikasi dan mempunyai sifat fisika mendekati minyak solar/diesel. Minyak nabati atau lemak hewan yang direaksikan dengan alkohol akan menghasilkan senyawa kimia yang disebut sebagai Fatty Acid Methyl Esters (FAME). Biodiesel (methyl ester) terbentuk melalui reaksi antara senyawa ester (CPO) dengan senyawa alkohol (metanol) sehingga terbentuk senyawa ester baru (methyl ester). Produksi biodiesel atau alkil ester sudah banyak dikenal, terdapat dua cara pembuatan biodiesel dari minyak atau lemak, yaitu: 1. Reaksi transesterifikasi minyak dan alkohol dengan katalis basa. 2. Reaksi esterifikasi minyak dan alkohol dengan katalis asam. Reaksi transesterifikasi secara umum merupakan reaksi alkohol dengan trigliserida menghasilkan methyl ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa. Alkohol yang umumnya digunakan adalah metanol dan etanol. Untuk menggeser

20 reaksi ke kanan biasanya menggunakan alkohol berlebihan. Menurut Ari Rahmadi (2004) mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut: Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus CO 2 R dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik. Reaksi esterifikasi mengkonversi asam lemak bebas yang terkandung di dalam trigliserida menjadi metil ester. Adapun mekanisme reaksinya sebagai berikut: Proses yang umum yang digunakan saat ini adalah menggunakan cara yang pertama yaitu reaksi transesterifikasi minyak dan alkohol dengan katalis basa, dengan beberapa alasan:

21 1. Suhu operasi rendah (65 0 C) dan tekanan operasi juga rendah (1,36 atm) 2. Konversi tinggi (98%) dengan waktu reaksi dan reaksi samping minimal. 3. Konversi langsung metil ester tanpa ada reaksi antara. 4. Bahan konstruksi pabrik yang diperlukan murah. Dalam proses produksi biodiesel terdapat 2 cara yang umum dilakukan, yaitu: 1. Proses batch, yaitu proses pengolahan biodiesel yang dilakukan setelah sejumlah bahan telah dikumpulkan dalam waktu dan tempat yang telah ditentukan. Proses ini digunakan untuk skala kecil dan biasanya skala industri rumah tangga. 2. Proses kontinu, yaitu proses pengolahan untuk melanjutkan proses pengolahan biodiesel sebelumnya yang sudah berjalan. Proses ini digunakan untuk skala menengah dan besar, dan biasanya untuk skala industri dan produknya sebagai bahan bakar mesin diesel. Pada pabrik biodiesel KSO PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 menggunakan proses produksi dengan sistem batch Standar Mutu Produk Pengawasan mutu dilakukan untuk mendapatkan standar produk dan memenuhi kriteria mutu yang telah ditetapkan. Pengawasan mutu dilakukan oleh bagian laboratorium dengan melakukan analisa sampel secara teratur dengan selang waktu tertentu terhadap bahan baku dan produk akhir.

22 Kualitas bahan baku yang digunakan sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, bahan baku berupa Crude Palm Oil (CPO) dan stearin harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan perusahaan. Standar mutu bahan baku yang ditetapkan KSO PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Standar Mutu Bahan Baku Biodiesel No. Komponen Syarat Mutu CPO RBD Stearin 1 Free Fatty Acid (FFA) Max. 5% Max. 0,05% 2 Kadar Air (Moisture) Max. 0,2% Max. 0,2% 3 Kadar Kotoran (Impurities) Max. 0,05% Max. 0,05% 4 Bilangan Iodium (IV) Min. 30 Sumber : Laboratorium PT. Pamina Adolina Produk berupa biodiesel yang dihasilkan harus memenuhi standar mutu biodiesel nasional (National Biodiesel Standard), yaitu SNI Parameter-parameter yang digunakan untuk memenuhi standar tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. National Biodiesel Standard SNI No. Parameter Unit Value Method 1 Density (40 0 C) kg/m ASTM D Viscosity (40 0 C) mm 2 /s (cst) 2,3 6,0 ASTM D Cetane Number Min. 51 ASTM D Flash Point (close cup) 0 C Min. 100 ASTM D 93 5 Cloud Point 0 C Max. 18 ASTM D Sulfated Ash %-massa Max. 0,02 ASTM D Phosphorous Content ppm (mg/kg) Max. 10 AOCS Ca 12-55

23 Tabel 2.3. National Biodiesel Standard... (Lanjutan) No. Parameter Unit Value Method 8 Water and Sediment %-vol. Max. 0,05 ASTM D 2709 or ASTM D 1796 Carbon Residu %-massa ASTM D Sample 2. 10% dist. residu Max. 0,05 Max. 0,3 10 Distillation Temperature, 90% recovered 0 C Max. 360 ASTM D Copper Strip Corrosion (3 hr, 50 0 C) Max. 3 ASTM D Sulfur ppm (mg/kg) Max. 100 ASTM D 5453 or ASTM D Acid Number (N A ) mg-koh/g Max. 0,8 AOCS Cd 3-63 or ASTM D Free Glycerin %-massa Max. 0,02 AOCS Ca or ASTM D Ester Content %-massa Min. 96,5 Calculated 16 Total Glycerin (G ttl ) %-massa Max. 0,24 AOCS Ca or ASTM D Iodine Number %-massa (g-i2/100 g) Max. 115 AOCS Cd Halphen Test Negative AOCS Cb 1-25 Sumber : Tim Studi Pengembangan Teknologi Biodiesel Spesifikasi biodiesel produk KSO dengan SNI biodiesel dapat dilihat pada Tabel 2.4.

24 Tabel 2.4. Standar Biodiesel Produk KSO dengan SNI Biodiesel No. Parameter Unit Spesifikasi SNI Produk KSO 1 Kadar Ester %-massa Min. 96,5 97,5 2 Densitas (40 0 ) kg/m Viskositas (40 0 ) mm 2 /s 2,3 6,0 5,11 4 Flash Point 0 C Min Carbon Residu %-massa Max. 0,1 0,08 6 Acid Number mg-koh/g Max. 0,8 0,5 7 Gliserol Bebas %-massa Max. 0,02 0,01 8 Gliserol Total %-massa Max. 0,24 0,24 9 Iodine Number %-massa Max Kadar Sulfur ppm (mg/kg) Max Kadar Posfor ppm (mg/kg) Max. 10 4,7 12 Halphen Test Negative Negative Sumber : Laboratorium KSO Pamina GE Bahan yang Digunakan Bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi biodiesel di KSO PT. Pamina Adolina PT. Ganesha Energy 77 diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan penolong Bahan Baku Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses produksi dan memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan bahan-bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi biodiesel adalah CPO dan searin yang telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan KSO.

25 Bahan Penolong Bahan penolong adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam memperlancar penyelesaian suatu produk dimana keberadaan bahan penolong tidak mengurangi nilai tambah produk yang dihasilkan dan bahan penolong ini tidak terdapat pada produk akhir atau tidak dapat dibedakan secara jelas pada produk jadi. Bahan penolong yang digunakan pada proses pengolahan biodiesel antara lain: 1. Metanol, berfungsi sebagai pelarut dalam campuran. 2. Sodium Methylate, berfungsi sebagai katalis basa. 3. Asam sitrat atau asam posfat, berfungsi untuk mempercepat ph air menjadi normal pada unit pencucian biodiesel. 4. Air, berfungsi sebagai pencuci biodiesel Uraian Proses Proses pengolahan biodiesel melalui beberapa tahapan pokok, yang terdiri atas unit metoksida, unit transesterifikasi, unit pemurnian dan unit penyimpanan Unit Metoksida Unit ini diperuntukkan sebagai sarana untuk mempersiapkan pencampuran antara metanol dan katalis basa, yaitu sodium methylate. Metanol yang berasal dari tangki metanol (T-423) dialirkan ke tangki mixer sebanyak 500 liter dengan menggunakan pompa sentrifugal, kemudian dimasukkan sodium methylate sebanyak 30 kg secara manual ke dalam tangki mixer. Dilakukan pengadukan

26 antara metanol dengan sodium methylate selama menit sehingga terbentuklah metoksida yang kemudian dialirkan ke tangki penyimpanan metoksida (T-115) Unit Transesterifikasi Terdapat dua tahapan proses pada unit transesterifikasi, yaitu transesterifikasi tahap pertama dan transesterifikasi tahap kedua. Adapun tahapan prosesnya antara lain: 1. Transesterifikasi I Stearin dari tangki stearin (T-000) dengan temperatur C dipompa menuju reaktor esterifikasi (R-111) untuk proses transesterifikasi I dengan pompa jenis sentrifugal sebanyak 2250 liter, kemudian dimasukkan metoksida ke reaktor R-111 sebanyak 400 liter. Temperatur reaktor harus tetap terjaga pada C. Kemudian dihidupkan agitator untuk melakukan pengadukan selama 1,5 jam dengan putaran rpm. Setelah itu agitator dihentikan dan campuran dialirkan ke reaktor transesterifikasi I (R-113) untuk dilakukan settling selama 1 jam hingga terjadi pemisahan antara fase biodiesel pada bagian atas dan fase gliserol pada bagian bawah. Fase gliserol dialirkan ke drum penampungan yang selanjutnya dialirkan ke tangki gliserol (T-121). Kemudian dari T-121, gliserol dialirkan ke tangki penyimpanan gliserol (T-287). Sedangkan fase biodiesel dialirkan ke reaktor transesterifikasi II (R-114) untuk dilakukan proses transesterifikasi tahap kedua.

27 2. Transesterifikasi II Biodesel yang telah dialirkan ke reaktor R-114 mengalami penyempurnaan kembali, yaitu dengan mengalirkan sisa metoksida dari tangki metoksida sebanyak 100 liter ke dalam reaktor R-114. Temperatur reaktor tetap terjaga pada C dan tidak lebih dari 60 0 C. Kemudian dihidupkan agitator untuk melakukan pengadukan selama 1 jam. Setelah itu agitator dihentikan dan dilakukan settling kembali selama 1 jam hingga terjadi pemisahan antara fase biodiesel dengan fase gliserol. Pemisahan ini dapat juga dilakukan dengan melihat perbedaan warna, dimana gliserol berwarna merah kecoklatan sedangkan biodiesel berwarna putih kebeningan. Selanjutnya fase gliserol yang sudah terpisah dialirkan ke tangki T-121 dan kemudian dialirkan ke tangki gliserol storage (T-287), sedangkan fase biodiesel dialirkan ke tangki T-280 untuk dilakukan tahap pencucian Unit Pemurnian Unit pemurnian terdiri dari tangki pencucian dan tangki pengeringan dengan menggunakan vakum. 1. Tangki Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan pengotor-pengotor dalam biodiesel, seperti sisa metanol, gliserol, dan sodium methylete. Proses pencucian dilakukan di washing tank (T-280) sebanyak 4 kali pencucian dengan menggunakan air yang bersuhu C sebagai pencuci. Parameter berakhirnya proses pencucian adalah ph air hasil pencucian normal atau secara visual dapat

28 diketahui berdasarkan tingkat kebeningan air hasil pencucian. Untuk mempercepat pencapaian ph normal dan mengurangi terbentuknya emulsi pada biodiesel, pada larutan tersebut ditambahkan larutan asam lemah, yaitu asam sitrat (citric acid) atau asam posfat (phosphoric acid). Masalah utama dalam proses pencucian ini adalah terbentuknya emulsi sabun pada larutan biodiesel yang sangat mengganggu dalam proses pemisahan sehingga hal-hal yang menyebabkan terjadinya kemungkinan terbentuknya sabun harus dihindari. Adapun tahapan-tahapan pencucian sebagai berikut: a. Tahap Pertama Biodiesel dari reaktor R-114 dialirkan ke tangki T-280 dengan menggunakan pompa sentrifugal. Sebelumnya disiapkan terlebih dahulu air hangat ke dalam 2 drum atau sekitar 500 liter dan ditambahkan asam sitrat sebanyak 500 ml kemudian dialirkan ke tangki T-280 tanpa diaduk. Dilakukan penyettlingan selama 30 menit. Setelah 30 menit, kran tangki T-280 dibuka untuk mengeluarkan air kotor yang dialirkan ke drum penampungan, kemudian dicek apakah jumlah air yang keluar sama dengan jumlah air yang masuk dan apakah terbentuk emulsi atau tidak, kemudian dicatat ph air. Jika masih terbentuk sabun atau emulsi dan ph air belum mencapai 7, maka dilakukan pencucian kembali. b. Tahap Kedua Dimasukkan kembali air hangat sebanyak 2 drum yang telah ditambahkan asam sitrat ke dalam tangki T-280 untuk pencucian dan diaduk (jangan diaduk jika pada tahap pertama terdapat banyak emulsi). Kemudian dilakukan

29 penyettlingan selama 30 menit. Setelah 30 menit kran tangki T-280 dibuka kembali untuk mengeluarkan air kotor yang langsung dialirkan ke bak penampungan air kotor. Dicek juga apakah jumlah air yang keluar sama dengan jumlah air yang masuk dan apakah terbentuk emulsi atau tidak kemudian dicatat ph air. Jika masih terbentuk sabun atau emulsi dan ph air belum mencapai 7, maka diulangi pencucian. c. Tahap Ketiga Proses tahap ketiga ini sama dengan proses pada tahap pertama dan tahap kedua. Dimasukkan air hangat sebanyak 2 drum yang telah ditambahkan asam sitrat ke dalam tangki T-280 sambil diaduk. Dilakukan juga penyettlingan selama 30 menit. Setelah 30 menit, kran tangki T-280 dibuka untuk mengeluarkan air kotor dengan mengecek apakah jumlah air yang keluar sama dengan jumlah air yang masuk dan apakah terbentuk emulsi atau tidak kemudian dicatat ph air. Jika ph air mendekati 7 atau antara 6-8, biodiesel ditransfer ke tangki T-281 (buffer tank). Jika masih terbentuk sabun atau emulsi dan ph air belum mencapai 7, maka ulangi pencucian dengan pengadukan. d. Tahap Keempat Dimasukkan kembali air hangat sebanyak 2 drum yang telah ditambahkan asam sitrat ke dalam T-280 dan dilakukan penyettlingan selama 30 menit. Setelah 30 menit kran tangki T-280 dibuka kembali untuk mengeluarkan air kotor yang langsung dialirkan ke bak penampungan air kotor. Jika diperoleh air yang keluar sudah jernih dan tidak terdapat lagi emulsi, menandakan bahwa pencucian telah selesai. Biodiesel yang telah murni dialirkan ke tangki T-281 (buffer tank) untuk

30 dilanjutkan ke tangki pengeringan (evaporator tank). Buffer tank ini mampu menampung biodiesel sebanyak liter atau sekitar 5 batch. 2. Tangki Pengeringan Biodiesel yang berasal dari T-281 dialirkan secara gravitasi ke tangki evaporator (V-282) yang dioperasikan dalam keadaan vakum yaitu 40 cmhg dengan pompa vakum tipe liquid ring, kemudian tangki V-282 dipanaskan sampai temperatur C dengan steam. Uap air yang terbentuk akan terisap oleh vakum sehingga biodiesel tetap terjaga kemurniannya. Setelah biodiesel dalam keadaan bening atau kandungan air sekitar 500 ppm, biodiesel selanjutnya dialirkan menuju biodiesel storage untuk penyimpanan Unit Penyimpanan Unit penyimpanan berfungsi untuk menyimpan produk biodiesel sebelum dipasarkan. Setelah biodiesel dalam keadaan bening pada tangki evaporator, biodiesel selanjutnya dialirkan ke unit penyimpanan dengan menggunakan pompa sentrifugal. Unit penyimpanan ini terdiri dari 3 tangki, yaitu T-284, T-285, dan T- 286 dan kapasitas masing-masing tangki ini adalah liter Mesin dan Peralatan Dalam proses pengolahan biodiesel, KSO menggunakan mesin-mesin dan peralatan-peralatan produksi yang sangat berperan dalam menghasilkan biodiesel.

31 Mesin Produksi Adapun spesifikasi mesin yang dipergunakan dalam proses pengolahan biodiesel dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Mesin Produksi Biodiesel No. Nama Mesin Spesifikasi Fungsi Tahun Pembelian 2006 Merek Grundfos 1 Pompa Esterifikasi Tipe Sentrifugal Cap. 15 m 3 /hr Tekanan 0,84 kg/cm 2 Tahun Pembelian 2006 Merek Grundfos Pompa 2 Transesterifikasi 3 Pompa Air Proses Tipe Sentrifugal Cap. 15 m 3 /hr Tekanan 1,2 kg/cm 2 Tahun Pembelian 2006 Merek Grundfos Tipe Sentrifugal Cap. 2 m 3 /hr Tekanan 1 kg/cm 2 Tahun Pembelian 2006 Merek Grundfos 4 Pompa Air Tipe Sentrifugal Pencuci Biodiesel Cap. 1,5 m 3 /hr Tekanan 1,4 kg/cm 2 Mengalirkan stearin dari tangki stearin menuju reaktor esterifikasi Mengalirkan biodiesel hasil transesterifikasi I ke reaktor transesterifikasi II Mengalirkan air proses ke drum untuk dicampur dengan asam sitrat menjadi air pencuci biodiesel Mengalirkan air pencuci biodiesel ke tangki pencucian biodiesel

32 Tabel 2.5. Mesin Produksi... (Lanjutan) No. Nama Mesin Spesifikasi Fungsi Tahun Pembelian 2006 Merek Grundfos 5 Pompa Biodiesel Tipe Sentrifugal Cap. 1,5 m 3 /hr Tekanan 2,1 kg/cm 2 Tahun Pembelian 2006 Merek Grundfos Pompa Buffer 6 Biodiesel 7 Pompa Metanol 8 Pompa Metoksida Tipe Sentrifugal Cap. 3 m 3 /hr Tekanan 0,9 kg/cm 2 Tahun Pembelian 2006 Merek Grundfos Tipe Sentrifugal Cap. 4,5 m 3 /hr Tekanan 1,1 kg/cm 2 Tahun Pembelian 2006 Merek Grundfos Tipe Sentrifugal Cap. 4,5 m 3 /hr Tekanan 1,1 kg/cm 2 Mengalirkan biodiesel dari tangki pengeringan ke tangki penyimpanan biodiesel Mengalirkan biodiesel dari hasil proses transesterifikasi II ke tangki buffer biodiesel Mengalirkan metanol ke tangki mixer untuk dicampur dengan katalis Mengalirkan metoksida menuju reaktor esterifikasi untuk dicampur dengan stearin

33 Tabel 2.5. Mesin Produksi... (Lanjutan) No. Nama Mesin Spesifikasi Fungsi Tahun Pembelian Merek Grundfos Pompa Tipe Sentrifugal Penyimpanan Cap. 0,5 m 3 /hr Gliserol Tekanan 1,1 kg/cm 2 Tahun Pembelian 2006 Tipe Water Ring 10 Pompa Vakum Cap. 20 m 3 /hr Daya 11 kw Tahun Pembelian Agitator Esterifikasi 12 Agitator Transesterifikasi 13 Agitator Pencucian Tipe Turbin Temp C Putaran 250 rpm Tahun Pembelian 2006 Tipe Turbin Temp C Putaran 250 rpm Tahun Pembelian 2006 Tipe Turbin Temp C Putaran 80 rpm Mengalirkan gliserol dari tangki timbun menuju tangki penyimpanan gliserol Mengalirkan tekanan vakum ke tangki evaporator Mengaduk stearin dengan metoksida di reaktor esterifikasi Mengaduk biodiesel dengan metoksida di reaktor transesterifikasi II Mengaduk biodiesel dengan air pencuci di tangki pencucian

34 Tabel 2.5. Mesin Produksi... (Lanjutan) No. Nama Mesin Spesifikasi Fungsi Tahun Pembelian 2006 Tipe Turbin 14 Agitator Metoksida Temp C Putaran 100 rpm Tahun Pembelian 2006 Merek A. Van Kaick Frekuensi 50 Hz Phase 3 15 Generator Set Cos φ 0,8 Tegangan 14,5/35 V Arus 0,79/1,69 A Putaran 1500 rpm Tahun Pembelian Forklift Merek Yale Kapasitas 3 ton Mengaduk metanol dengan katalis menghasilkan metoksia di tangki mixer Memberikan penerangan pada pabrik dan menggerakkan peralatan pabrik Mengangkat dan memindahkan drum bahan Peralatan (Equipment) Peralatan yang digunakan dalam proses produksi biodiesel dapat dilihat pada Tabel 2.6.

35 Tabel 2.6. Peralatan Produksi Biodiesel No. Nama Alat Spesifikasi Fungsi Tahun Perolehan Biodiesel Kode Tangki T-284, T-285, T-286 Storage Tank Kapasitas 90 ton 3 unit Tahun Perolehan Gliserol Kode Tangki T-287 Storage Tank Kapasitas 90 ton Tahun Perolehan Crude Stearin Kode Tangki T-000 Tank Kapasitas 60 ton Tahun Perolehan Methanol Tank Kode Tangki T-423 Kapasitas 30 ton Tahun Perolehan Buffer Kode Tangki T-421 Methanol Tank Kapasitas 4 ton Tahun Perolehan Evaporator Tank Kode Tangki V-282 Kapasitas 1 ton Tahun Perolehan Buffer Biodiesel Kode Tangki T-281 Tank Kapasitas 10 ton Sebagai tangki penyimpanan biodiesel Sebagai tangki penyimpanan gliserol Sebagai tangki penyimpanan stearin Sebagai tangki penyimpanan metanol Sebagai tangki cadangan penyimpanan metanol Sebagai tangki pengeringan biodiesel Sebagai tangki penyimpanan sementara biodiesel sebelum dialirkan ke washing tank

36 Tabel 2.6. Peralatan Produksi... (Lanjutan) No. Nama Alat Spesifikasi Fungsi Tahun perolehan 2006 Kode Tangki R-111 Reaktor 8 Esterifikasi Reaktor 9 Transesterifikasi I Reaktor 10 Transesterifikasi II 11 Mixer Tank 12 Metoksida Storage Tank 13 Tangki Air Proses Merek PT. Astajaya Kapasitas 3566 liter Temperatur design C Tahun perolehan 2006 Kode Tangki R-113 Merek PT. Astajaya Kapasitas 3566 liter Temperatur design C Tahun perolehan 2006 Kode Tangki R-114 Merek PT. Astajaya Kapasitas 3566 liter Mencampur metoksida dengan stearin Mencampur biodiesel dengan metoksida Mencampur biodiesel dengan metoksida Temperatur design C Tahun perolehan 2006 Sebagai tangki pencampur Kapasitas 700 liter metanol dengan sodium methylate Tahun perolehan 2006 Sebagai tangki penyimpanan Kapasitas 1000 liter metoksida Tahun perolehan 2006 Kode Tangki T-240 Sebagai tangki penyimpanan Kapasitas 12 ton air proses

37 Tabel 2.6. Peralatan Produksi... (Lanjutan) No. Nama Alat Spesifikasi Fungsi Tahun Perolehan Gliserol Tank Kode Tangki T-121 Kapasitas 6 ton Tahun Perolehan Washing Tank Kode Tangki T-280 Kapasitas 3 ton 16 Tangki Timbun Gliserol 17 Drum Penampungan Bak 18 Penampungan Air Kotor 19 Timbangan Duduk 20 Drum Kaleng 21 Drum Plastik Tahun Perolehan 2006 Kapasitas 3,5 ton 2 unit Tahun Perolehan 2006 Kapasitas 300 liter 3 unit Tahun Perolehan 2006 Kapasitas 1,5 ton Tahun Perolehan 2006 Kapasitas 50 kg Tahun Perolehan 2006 Kapasitas 185 liter 80 unit Tahun Perolehan 2006 Kapasitas 170 liter 20 unit Sebagai tangki penyimpanan sementara gliserol Sebagai tangki pencucian biodiesel Sebagai tangki timbun gliserol Sebagai drum penampungan gliserol Sebagai bak penampung air hasil cucian biodiesel Untuk menimbang sodium methylate Untuk menyimpan sodium methylate dan gliserol Untuk menyimpan gliserol

Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian yang ada di Pabrik Biodiesel Kerja Sama Operasi (KSO) PT. Pamina Adolina-PT. Ganesha Energy 77 dijabarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Biodiesel. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Biodiesel. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Biodiesel ICS 75.160 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 2 4 Syarat mutu...

Lebih terperinci

III. METODA PENELITIAN

III. METODA PENELITIAN III. METODA PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Proses Balai Besar Industri Agro (BBIA), Jalan Ir. H. Juanda No 11 Bogor. Penelitian dimulai pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiesel Biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri atas mono-alkil ester dari fatty acid rantai panjang, yang diperoleh dari minyak tumbuhan atau lemak binatang (Soerawidjaja,

Lebih terperinci

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) Disusun oleh : Dyah Ayu Resti N. Ali Zibbeni 2305 100 023

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO Dosen Pembimbing : Dr. Lailatul Qadariyah, ST. MT. Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA. Safetyllah Jatranti 2310100001 Fatih Ridho

Lebih terperinci

BAB VII IMPLEMENTASI, VALIDASI DAN VERIFIKASI

BAB VII IMPLEMENTASI, VALIDASI DAN VERIFIKASI BAB VII IMPLEMENTASI, VALIDASI DAN VERIFIKASI 7.1 Implemetasi Sistem SINKUAL-BIODIESEL dirancang untuk membantu proses pengambilan keputusan pada bagian pengedalian kualitas (quality control) yang diaplikasikan

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT. SKRIPSI/TUGAS AKHIR APLIKASI BAHAN BAKAR BIODIESEL M20 DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS 0,25% NaOH PADA MOTOR DIESEL S-111O Nama : Rifana NPM : 21407013 Jurusan Pembimbing : Teknik Mesin : Dr. Rr. Sri

Lebih terperinci

Biotechnology and Energy Conservation. Prof. Dr.oec.troph. Ir. Krishna Purnawan Candra, M.S. Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Mulawarman

Biotechnology and Energy Conservation. Prof. Dr.oec.troph. Ir. Krishna Purnawan Candra, M.S. Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Mulawarman Biotechnology and Energy Conservation Prof. Dr.oec.troph. Ir. Krishna Purnawan Candra, M.S. Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Mulawarman 13 th Lecture Biodiesel The Aim: Students can explain

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dimulai pada bulan Mei hingga Desember 2010. Penelitian dilakukan di laboratorium di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (Surfactant

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN : PENGARUH PENAMBAHAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MINYAK BIJI KAPUK Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari, Hetty Nur Handayani Jurusan Teknik Kimia, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

PABRIK BIODIESEL dari RBD (REFINED BLEACHED DEODORIZED) STEARIN DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

PABRIK BIODIESEL dari RBD (REFINED BLEACHED DEODORIZED) STEARIN DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI SIDANG TUGAS AKHIR 2012 PABRIK BIODIESEL dari RBD (REFINED BLEACHED DEODORIZED) STEARIN DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI Disusun oleh : Herdiani Fitri Ningtias (2309 030 059) Dwi Purnama Wulandari (2309

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP Eka Kurniasih Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan km. 280 Buketrata Lhokseumawe Email: echakurniasih@yahoo.com

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang begitu pesat telah menyebabkan penambahan banyaknya kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Salah satu bahan baku dan bahan penunjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.8. Latar Belakang Indonesia mulai tahun 2007 dicatat sebagai produsen minyak nabati terbesar di dunia, mengungguli Malaysia, dengan proyeksi produksi minimal 17 juta ton/tahun di areal

Lebih terperinci

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jenis penstabil katalis (K 3 PO 4, Na 3 PO 4, KOOCCH 3, NaOOCCH 3 ) yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR Galih Prasiwanto 1), Yudi Armansyah 2) 1. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB II DISKRIPSI PROSES 14 BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku a. CPO (Minyak Sawit) Untuk membuat biodiesel dengan kualitas baik, maka bahan baku utama trigliserida yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN 1. Ekstraksi Biji kesambi dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling dengan penggiling mekanis. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa sawit yang ada. Tahun 2012 luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 9.074.621 hektar (Direktorat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI ) LAMPIRAN 39 Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI 01-3555-1998) Cawan aluminium dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat diperbarui, oleh sebab itu persediaan bahan bakar fosil di bumi semakin menipis dan apabila digunakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan CV. Makmur Palas merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendaur ulangan sampah plastik menjadi kantong plastik. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan BBM mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan bahan bakar ini untuk kegiatan transportasi, aktivitas industri, PLTD, aktivitas

Lebih terperinci

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bahan bakar minyak bumi merupakan sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara. Tingkat kebutuhan manusia akan bahan bakar seiring meningkatnya

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Merujuk pada hal yang telah dibahas dalam bab I, penelitian ini berbasis pada pembuatan metil ester, yakni reaksi transesterifikasi metanol. Dalam skala laboratorium,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak bebas dan kandungan air Analisa awal yang dilakukan pada sampel CPO {Crude Palm Oil) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan bahan bakar bagi penduduk di seluruh dunia semakin meningkat, sementara cadangan bahan bakar fosil semakin menipis. Oleh karena itu banyak negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Goreng Curah Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi Minyak Goreng Bekas. Minyak goreng bekas yang digunakan dalam penelitian adalah yang berasal dari minyak goreng bekas rumah tangga (MGB 1), minyak goreng

Lebih terperinci

BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN 128 BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas

Lebih terperinci

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Dipresentasikan oleh : 1. Jaharani (2310100061) 2. Nasichah (2310100120) Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Biodiesel dari proses transesterifikasi menghasilkan dua tahap. Fase atas berisi biodiesel dan fase bawah mengandung gliserin mentah dari 55-90% berat kemurnian [13].

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-29 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sinar Utama Nusantara (PT. SUN) merupakan perusahaan yang berlokasi di jalan Batang kuis Km 3,8 Desa Telaga Sari, Tanjung Morawa yang didirikan

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI BIOMASSA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI BIOMASSA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH LAPORAN TETAP TEKNOLOGI BIOMASSA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DISUSUN OLEH : AGUSTIAWAN 0610 4041 1381 ANJAR EKO SAPUTRO 0610 4041 1382 NURUL KHOLIDAH 0610 4041 1393 RAMANTA 0610 4041 1395

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Jumlah cadangan minyak bumi dunia semakin menipis. Sampai akhir tahun 2013, cadangan minyak bumi dunia tercatat pada nilai 1687,9 miliar barel. Jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( )

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( ) Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil Oleh : Riswan Akbar (4207 100 091) Latar Belakang Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui transesterifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) Pohon kelapa sawit merupakan tanaman tropis yang berasal dari Afrika Barat. Kelapa sawit memiliki Penggunaan sebagai makanan dan obatobatan. Minyak sawit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari,Nani Wahyuni Dosen Tetap Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di sisi lain ketersediaan bahan bakar minyak bumi dalam negeri semakin hari semakin

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS TON / TAHUN

PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS TON / TAHUN PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS 50.000 TON / TAHUN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia Oleh : LAMSIHAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang berimbas pada kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak jarak. Minyak jarak sendiri memiliki karakteristik seperti Densitas, Viskositas, Flash

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat dihindari ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu bangsa di masa sekarang

Lebih terperinci

KEMIRI SUNAN. (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang)

KEMIRI SUNAN. (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang) KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang) atau kaliki (Banten), merupakan salah satu jenis tanaman yang berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini pemakaian bahan bakar yang tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang semakin menipis. Cepat atau lambat cadangan minyak bumi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada beberapa dekade terakhir ini, konsumsi bahan bakar fosil seperti minyak bumi terus mengalami kenaikan. Hal itu dikarenakan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat

Lebih terperinci

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No. 2, Mei 2011 79 Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi Wara Dyah Pita Rengga & Wenny Istiani Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat Peralatan yang digunakan untuk memproduksi MESA adalah Single Tube Falling Film Reactor (STFR). Gambar STFR dapat dilihat pada Gambar 6. Untuk menganalisis tegangan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS MATA KULIAH PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS MATA KULIAH PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS MATA KULIAH PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG PROSES ESTERIFIKASI DAN TRANSESTERIFIKASI KAPASITAS 400.000 TON/TAHUN Oleh:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biji Jarak Pagar Jarak pagar (Jatropha Curcas Linn) yang dalam Bahasa Inggris disebut Physic Nut merupakan jenis tanaman semak atau pohon yang tahan terhadap kekeringan sehingga

Lebih terperinci

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA DENGAN KAPASITAS 80.000 TON/TAHUN Oleh : Dewi Novitasari 21030110151077 Kuntho Aribowo 21030110151052 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperatur kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan rasa

Lebih terperinci

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Rita Arbianti *), Tania S. Utami, Heri Hermansyah, Ira S., dan Eki LR. Departemen Teknik Kimia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel adalah suatu energi alternatif yang telah dikembangkan secara luas untuk mengurangi ketergantungan kepada BBM. Biodiesel merupakan bahan bakar berupa metil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permintaan energi global sedang meningkat sebagai hasil dari prtumbuhan dari populasi, industri serta peningkatan penggunaan alat transportasi [1], Bahan bakar minyak

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN MEMANFAATKAN GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE) PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI SECARA KONTINUE

PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN MEMANFAATKAN GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE) PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI SECARA KONTINUE LABORATORIUM TEKNOLOGI PROSES KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN MEMANFAATKAN GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE)

Lebih terperinci

Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT. ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR BIODIESEL B25 BERASAL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS NaOH 0.5% TERHADAP SOLAR PADA MESIN DIESEL TIPE RD 65 T Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo

Lebih terperinci

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR Jurnal Rekayasa Produk dan Proses Kimia JRPPK 2015,1/ISSN (dalam pengurusan) - Astriana, p.6-10. Berkas: 07-05-2015 Ditelaah: 19-05-2015 DITERIMA: 27-05-2015 Yulia Astriana 1 dan Rizka Afrilia 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

Pembuatan Biodiesel Berbahan Baku CPO Menggunakan Reaktor Sentrifugal dengan Variasi Rasio Umpan dan Komposisi Katalis

Pembuatan Biodiesel Berbahan Baku CPO Menggunakan Reaktor Sentrifugal dengan Variasi Rasio Umpan dan Komposisi Katalis Pembuatan Biodiesel Berbahan Baku CPO Menggunakan Reaktor Sentrifugal dengan Variasi Rasio Umpan dan Komposisi Katalis Ardago Lengga Muda Siregar 1, Idral 2, Zultiniar 2 1 Program Studi Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

PABRIK BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DAN METHANOL DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI PRA RENCANA PABRIK

PABRIK BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DAN METHANOL DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI PRA RENCANA PABRIK PABRIK BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DAN METHANOL DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI PRA RENCANA PABRIK Oleh : NITA PRASTICA NPM : 0931010017 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG Yuli Ristianingsih, Nurul Hidayah

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK FURFURAL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT KAPASITAS 20.000 TON/TAHUN Oleh : Yosephin Bening Graita ( I 0509043 ) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar balakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar balakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar balakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia namun sampai saat ini masih mengimpor bahan bakar minyak (BBM) untuk mencukupi kebutuhan bahan

Lebih terperinci

Oleh : BRAGAS PRAKASA B. W. P ARIE KURNIAWAN Dosen Pembimbing : Ir. Imam Syafril, MT

Oleh : BRAGAS PRAKASA B. W. P ARIE KURNIAWAN Dosen Pembimbing : Ir. Imam Syafril, MT Oleh : BRAGAS PRAKASA B. W. P. 2308 030 003 ARIE KURNIAWAN 2308 030 023 Dosen Pembimbing : Ir. Imam Syafril, MT 19570819 198601 1001 Latar Belakang Konsumsi Bahan Bakar Kelangkaan bahan bakar Butuh Energi

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh AIYN BIPSA HIDAYAT

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh AIYN BIPSA HIDAYAT PENGENDALIAN PERSEDIAAN METANOL SEBAGAI BAHAN PENOLONG DENGAN MODEL STOKASTIK DI PABRIK BIODIESEL KERJA SAMA OPERASI (KSO) PT. PAMINA ADOLINA PT. GANESHA ENERGY 77 TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. PT. Tunas Bam Lampung mempakan salah satu anak pemsahaan dari PT.

BABI PENDAHULUAN. PT. Tunas Bam Lampung mempakan salah satu anak pemsahaan dari PT. BAB. PENDAHULUAN - BAB PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Tunas Bam Lampung mempakan salah satu anak pemsahaan dari PT. Sungai Budi Group. PT. Sungai Budi Group memulai kegiatan usahanya pada

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET Dwi Ardiana Setyawardhani*), Sperisa Distantina, Hayyu Henfiana, Anita Saktika Dewi Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nabati lebih dari 5 %. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nabati lebih dari 5 %. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Presiden No 5 tahun 2006 menyatakan bahwa pada tahun 2025 ditargetkan tercapai komposisi sumber energi yang optimal dengan bahan bakar nabati lebih dari 5 %.

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI Oleh: Kusmiyati, ST, MT, PhD DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI ASAM LEMAK BAHAN BAKU CPO HASIL ANALISIS GCMS Tabel L1.1 Komposisi Asam Lemak CPO Dari perhitungan, maka diperoleh berat molekul rata-rata FFA CPO sebesar 272,30

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dibagi menjadi: biofuel (5%), panas bumi (5%), biomasa nuklir, tenaga air dan tenaga angin (5%), batu bara cair (2%)

I. PENDAHULUAN. Dibagi menjadi: biofuel (5%), panas bumi (5%), biomasa nuklir, tenaga air dan tenaga angin (5%), batu bara cair (2%) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Bahan bakar minyak berbasis fosil seperti solar, premium (bensin), premix dan minyak tanah sangat memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi nasional antara

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN Tugas Akhir / 28 Januari 2014 PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN IBNU MUHARIAWAN R. / 1409100046

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Karakteristik Bahan Baku Biodiesel. Propertis Minyak Kelapa (Coconut Oil)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Karakteristik Bahan Baku Biodiesel. Propertis Minyak Kelapa (Coconut Oil) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Bahan Baku Minyak Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini diantaranya yaitu minyak Jarak dan minyak Kelapa. Kedua minyak tersebut memiliki beberapa karakteristik

Lebih terperinci

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT KALOR BIODIESEL DARI HASIL ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS PdCl 2 DAN TRANSESTERIFIKASI DENGAN KATALIS KOH MINYAK BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum Inophyllum) Oleh : Muhibbuddin Abbas 1407100046 Pembimbing I: Ir.

Lebih terperinci

Spesifikasi Mutu B-20 di Indonesia dan Perbandingannya dengan Spesifikasi Biodiesel, Minyak Solar dan Standard International

Spesifikasi Mutu B-20 di Indonesia dan Perbandingannya dengan Spesifikasi Biodiesel, Minyak Solar dan Standard International Seminar Kajian Teknis dan Uji Pemanfaatan Biodiesel B-20 pada Kendaraan Bermotor dan Alat Berat Jakarta, 17 Februari 2015 Spesifikasi Mutu B-20 di Indonesia dan Perbandingannya dengan Spesifikasi Biodiesel,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) CPO merupakan produk sampingan dari proses penggilingan kelapa sawit dan dianggap sebagai minyak kelas rendah dengan asam lemak bebas (FFA) yang tinggi

Lebih terperinci

LAMPIRA N. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRA N. Universitas Sumatera Utara LAMPIRA N 134 DAFTAR TABEL KONVERSI TEMPERATUR TERHADAP BERAT JENIS (BJ) CRUDE PALM OIL (CPO) Temperatur( o C) Berat Jenis BJ Faktor Koreksi (FK) 35 0,9002 0,9997216 36 0,8995 0,9997564 37 0,8989 0,9997912

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin berkurang. Keadaan ini bisa

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Peningkatan nilai tambah produk turunan minyak jarak pagar mutlak diperlukan agar industri biodiesel jarak pagar dapat berkembang dengan baik. Saat ini, perkembangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI TRIGLISERIDA BAHAN BAKU MINYAK SAWIT MENTAH CPO HASIL ANALISA GC-MS Tabel L1.1 Komposisi Trigliserida CPO Komponen Penyusun Komposisi Berat Mol %Mol %Mol x (%)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Pada penelitian ini, bahan yang digunakan dalam proses penelitian diantaranya adalah : 3.1.1. Mesin Diesel Mesin diesel dengan merk JIANGDONG R180N 4 langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa cadangan sumber energi fosil dunia sudah semakin menipis. Hal ini dapat berakibat pada krisis energi yang akan menyebabkan terganggunya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera

Lebih terperinci