BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1

2 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR KEP-21135/PW13/2012 TENTANG SUPLEMEN RENCANA STRATEGIS PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa sesuai Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/3293/M.PAN-RB/11/2012 tanggal 30 November 2012 tentang Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perlu mereviu Renstra BPKP dan Indikator Kinerja Utama (IKU); b. bahwa sesuai Laporan Hasil Reviu Renstra BPKP Tahun Nomor LHR-835/SU01/2/2012, BPKP perlu merevisi Renstra dengan menambah sasaran strategis dan memperbaiki IKU; c. bahwa berdasarkan Keputusan Kepala BPKP tentang perubahan atas keputusan kepala BPKP Nomor Kep- 34/K/SU/2010 tentang Rencana Strategis BPKP Tahun ; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan Pembangunan Nasional (Iembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ;

3 3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; 4. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional /Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis kementerian/lembaga (Renstra-KL) ; 5. Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 042/M.PPN/06/2009 dan Nomor 1848/MK/2009 tentang Pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran; 6. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor KEP /K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; 7. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor KEP /K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor KEP616/K/SU/2011; 8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 Tanggal 31 Desember 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 9. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atas SAKIP BPKP Tahun 2012 Nomor B/3293/M.PAN-RB/11/2012 ; tanggal 30 November 2012; MEMUTUSKAN Menetapkan PERTAMA : Suplemen Renstra Tahun disusun sebagai dasar penyusunan Suplemen LAKIP ;

4 KEDUA : Menambah butir-butir tambahan Renstra BPKP sebagaimana tertuang dalam lampiran keputusan ini; KETIGA : Suplemen Renstra BPKP sebagaimana tercantum dalam lampiran, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini; KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Sidoarjo Pada tanggal 28 Desember 2012 Kepala Perwakilan, HOTMAN NAPITULUPU

5 Rencana Strategis merupakan dokumen penting yang menunjukkan sebuah komitmen yang dibangun berdasarkan visi, misi, tujuan dan strategi untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Dokumen Suplemen Renstra ini disusun sebagai bagian dari upaya mengakomodasi perubahan-perubahan lingkungan strategis yang terjadi. Dokumen Suplemen Renstra ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Dokumen Renstra awal dan berisi perubahan pada sasaran strategis serta penjelasan tentang indikator kinerja utama yang mengacu pada Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep-1644/K.SU/2012 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor Kep- 34/K.SU/2010 tentang Rencana Strategis Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Tahun Perubahan pada sasaran strategis menekankan adanya penambahan terhadap indikator kinerja utama outcome. Dokumen rencana strategis merupakan perangkat manajemen yang penting untuk mengefektifkan optimalisasi peran dalam mendukung pencapaian visi dan misi BPKP. Diteguhkannya komitmen ini berimplikasi pada seluruh jajaran untuk menegakkan dan melaksanakannya tanpa perkecualian, karena komitmen itulah yang akan menjadi motor bagi optimalisasi pencapaian tujuan keberadaan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian komitmen tersebut harus dipedomani seluruh pejabat dan pegawai dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya. Kesemuanya itu untuk kepentingan stakeholders sehingga keberadaan dan peran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dirasakan manfaat/nilai tambahnya. Suplemen Rencana strategis ini perlu disosialisasikan di lingkungan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur, dijadikan acuan penyusunan rencana tindak (diinstitusionalisasikan) dan akhirnya diinternalisasi ke dalam pelaksanaan tugas seharihari seluruh pegawai sehingga diharapkan menjadi suatu dokumen yang dapat menjiwai seluruh aktivitas Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. Disadari tujuan pencapaian kinerja bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Untuk itu diperlukan suatu sistem pengelolaan kinerja yang mampu menginternalisasikan seluruh visi, misi, nilai-nilai, dan faktor kunci yang mendasari program dan kegiatan Renstra ini dan mendorong seluruh penanggung jawab kinerja dan para pelaksana dalam mencapai target-target kinerja yang telah ditetapkan. Sidoarjo, 28 Desember 2012 Kepala Perwakilan, Hotman Napitupulu NIP i

6 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... i ii KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR KEP-21135/PW13/2012 TANGGAL 28 DESEMBER 2013 TENTANG SUPLEMEN RENCANA STRATEGIS PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN Lampiran Supplemen. Butir butir Tambahan Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur Tahun Bab II. Visi, Misi dan Tujuan 2.1. Tujuan Akhir (Goals) dan Alasan Keberadaan Peranan Pernyataan Visi Pernyataan Misi Tujuan Sasaran Strategis Bab III. Arah Kebijakan dan Strategi Arah Kebijakan dan Strategi Indikator Kinerja Sasaran Strategis Bab IV. Penutup Lampiran 1.Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Perubahan Renstra Matriks Rencana Strategis ii

7 VISI, MISI dan TUJUAN 2.1 Tujuan Akhir (Goals) dan Alasan Keberadaan Sejalan dengan tekad pemerintah untuk lebih berkomitmen memenuhi amanah seluruh masyarakat Indonesia, BPKP secara umum dan secara khusus telah mengubah visinya untuk lebih menunjukkan jati dirinya sebagai auditor presiden yang proaktif dan terpercaya. Untuk mewujudkan hal tersebut maka visi BPKP dijabarkan secara komprehensif, utuh, operasional, dan menyeluruh menjadi visi unit-unit kerja BPKP. Dalam rangka mendukung perwujudan visi baru BPKP inilah maka Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur perlu secara tepat mengidentifikasikan peran dan bentuk sumbangannya kepada BPKP agar peran dan sumbangan tersebut adalah peran spesifik yang mutually exclusive dengan unit kerja lainnya, dan mempertimbangkan bahwa semua peran yang dibutuhkan untuk mewujudkan visi BPKP tersebut secara menyeluruh dan utuh dipenuhi secara kolektif (completely exhaustive) oleh semua unit kerja BPKP. Dari penjelasan di atas, dapat diidentifikasi peran dalam koridor pencapaian visi dan misi BPKP secara keseluruhan dengan tetap mengacu kepada Tugas Pokok dan Fungsi sebagai bagian dari organisasi BPKP seperti yang diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP /K/2001 tangal 30 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Gambaran rantai aktivitas BPKP sesuai The General Systems Model of The Firm dan konsep Value Chain dalam konteks pencapaian visi dan misi BPKP maka dapat diidentifikasi adanya dua kelompok aktivitas yang dilaksanakan oleh BPKP yang saling terkait yaitu aktivitas utama pengawasan dan aktivitas pendukung pengawasan. Aktivitas utama pengawasan merupakan kegiatan utama (core business) BPKP berupa kegiatan pengawasan yang dilakukan dalam rangka mendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, meningkatnya kinerja program pemerintah, serta terwujudnya iklim yang mencegah KKN untuk keberhasilan pencapaian target-target dan prioritas pembangunan nasional. Sedangkan aktivitas pendukung adalah semua aktivitas yang dilakukan untuk mendukung aktivitas utama. 1

8 Pelaksanaan aktivitas utama dikelompokkan kedalam tiga strategi pengawasan sebagai berikut: 1. Kelompok Kegiatan Preemptif Kelompok kegiatan preemptif bertumpu pada pengkondisian auditan untuk menyiapkan infrastruktur bagi pengembangan good governance, pelayanan publik dan pemberantasan KKN. Sasarannya adalah berkurangnya penyakit birokrasi yang bersifat laten. 2. kelompok kegiatan preventif Kelompok kegiatan preventif merupakan kegiatan dalam rangka pencegahan yang mencakup kegiatan konsultasi manajemen untuk memecahkan permasalahan kesisteman yang mempengaruhi penciptaan peringatan dini (early warning system) atas proses governance, manajemen resiko, dan pencegah KKN, berdasarkan pola kemitraan dengan unsur-unsur manajemen pemerintah. Selain itu, juga dilakukan kegiatan audit keuangan, kinerja dan tujuan tertentu yang diarahkan untuk memberikan rekomendasi perbaikan di masa mendatang. Sasaran kegiatan preventif adalah meminimalisir peluang berlangsungnya moral hazard di birokrasi. 3. Kelompok Kegiatan Represif Kelompok kegiatan represif berupa audit investigatif untuk menjustifikasi perhitungan kerugian negara atas kasus-kasus dengan atau tidak diketemukannya indikasi melawan hukum/ tindak pidana korupsi. Sasarannya adalah terungkap dan terselesaikannya kasus-kasus penyimpangan dan perbuatan melawan hukum. Sedangkan aktivitas pendukung dapat dibagi menjadi tiga kelompok kegiatan yaitu: 1. Kelompok Kegiatan Manajemen Kelompok kegiatan manajemen berkaitan dengan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan BPKP (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC)). Kegiatan tersebut misalnya berupa kegiatan koordinasi perumusan kebijakan pengawasan intern pemerintah dan kebijakan teknis pengawasan di lingkungan BPKP, dan koordinasi penyusunan program kerja pengawasan tahunan (PKPT) serta evaluasi pelaksanaannya di lingkungan BPKP dan aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) lainnya. Sasarannya adalah mengelola semua kegiatan organisasi untuk menjamin agar tujuan dapat tercapai. 2

9 2. Kelompok Kegiatan Pengeloaan Sumber Daya, Pembelajaran, dan Iklim Organisasi Kegiatan pengelolaan sumber daya mencakup kegiatan pengelolaan sumber daya manusia, keuangan, sarana dan prasarana, informasi, dan kegiatan pengelolaan iklim organisasi seperti diantaranya berupa struktur organisasi dan budaya kerja. Sasarannya ialah memfasilitasi pelaksanaan kegiatan utama BPKP. 3. Kelompok Kegiatan Pengolahan Informasi Kelompok kegiatan pengolahan informasi mencakup kegiatan pengidentifikasian kebutuhan informasi, pencarian, pengumpulan, pengorganisasian dan pentransferan informasi kepada yang memerlukan. Sasarannya ialah menyediakan informasi yang diperlukan ke dalam organisasi untuk fasilitasi fungsi pengendalian dan pembelajaran, dan ke luar organisasi untuk pembangunan citra organisasi melalui fungsi humas. Keterkaitan aktivitas utama dan aktivitas pendukung pengawasan dapat dilihat pada gambar berikut: Rantai Nilai (Value Chain ) Aktivitas BPKP Visi dan Misi BPKP Manajemen (POAC) Proses Informasi Stakeholder Pre emptif: Sosialisasi, edukasi, Kajian rencana, Kebijakan/Program Preventif: Bimtek,Audit Keuangan, kinerja & tujuan tertentu Represif: Audit investigasi, kerja sama dgn Sumber daya, Pembelajaran, dan Iklim organisasi 3

10 2.2 Peranan Peranan tidak bisa dilepaskan dari kontribusinya dalam pencapaian visi dan misi BPKP. Kontribusi tersebut bersifat saling melengkapi, tidak tumpang tindih dan total kontribusi keseluruhannya mampu mencapai visi dan misi BPKP. Peran yang dapat dan telah dimainkan oleh adalah dengan keunggulan dalam peran consulting untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan pada instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dan BUMN/D menggunakan produk dan jasa BPKP dalam rangka membenahi sistem dan tata kelolanya termasuk BPKP mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) dalam rangka mempercepat pemerintah daerah menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan daerah. Sedangkan peran assurance berupa audit keuangan atas Loan/Grant yang dilakukan atas permintaan Lender telah dapat diselesaikan secara tepat waktu dengan kualitas hasil audit yang baik. Demikian halnya dengan audit dalam rangka optimalisasi ata penerimaan negara dan daerah. Peran dalam upaya mewujudkan iklim pencegahan dan pemberantasan korupsi telah memberikan hasil yang cukup siginfikan dengan meningkatnya jumlah kasus yang diserahkan ke Instansi Penegak Hukum, baik melalui audit investigasi, hasil penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian keterangan ahli termasuk tindakan preventif berupa meningkatnya pemahaman dan kepedulian masyarakat peserta sosialisasi anti korupsi terhadap bahaya korupsi. Terkait dengan kegamangan/keragu-raguan sebagian besar pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, menempatkan dirinya sebagai clearing house dengan memberikan solusi dalam bentuk sosialisasi, asistensi dan review pengadaan barang dan jasa. Disamping itu keberhasilan keseluruhan progam, juga tercermin dari nilai pengawasan (audit value) berupa terjadinya peningkatan tindak lanjut hasil pengawasan yang merupakan respon auditan terhadap hasil-hasil audit/pengawasan. 4

11 2.3 Pernyataan Visi Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat baru sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP menegaskan jati dirinya sebagai Auditor Presiden. Konsekuensinya, BPKP dituntut untuk dapat memberikan informasi yang berharga bagi Presiden dari hasil pengawasan yang dilakukan dan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pemerintahan. Kontribusi BPKP tersebut dimaksudkan untuk membantu pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai BPKP yang merepresentasikan manfaat yang dapat diberikan BPKP kepada shareholder/stakeholdernya. Perubahan lingkungan strategis tersebut, berpengaruh terhadap harapan dan arahan organisasi. Oleh karena itu Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur memandang perlu dan berkomitmen untuk mereposisi ulang kembali visi-nya untuk mengakomodasi dan mengantisipasi hal-hal yang terjadi/akan terjadi akibat dari perubahan tersebut. Komitmen tersebut selanjutnya dituangkan dalam pernyataan visi, sebagai berikut: VISI Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas Dalam pernyataan visi tersebut di atas, terdapat beberapa kata kunci, yaitu: 1. Auditor Presiden 2. Responsif 3. Interaktif 4. Terpercaya 5. Akuntabilitas Keuangan Negara 6. Berkualitas 5

12 Pemahaman atas makna kata-kata kunci tersebut akan memberikan pemahaman yang komprehensif tentang visi. Makna ringkas dari masing-masing kata kunci tersebut adalah sebagai berikut: 1. Auditor Presiden Frasa Auditor Presiden dipilih untuk menunjukkan artikulasi dan kesan yang kuat bahwa BPKP merupakan aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden, dan memiliki kompetensi yang mumpuni dan dipercaya oleh Presiden untuk membantu dalam menjalankan fungsi pengawasan. Sebagai Auditor Presiden, merupakan mata dan telinga Presiden yang melihat dan mendengar secara langsung fakta, data maupun informasi di Provinsi Jawa Timur dan segera merespon melalui suatu sistem peringatan dini yang memberikan manfaat kepada Presiden. Oleh karena itu, lingkup pengawasan yang menjadi perhatian Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur adalah hal-hal yang bersifat strategis, makro, lintas sektoral dan berskala nasional di Provinsi Jawa Timur. Kegiatan pengawasan difokuskan kepada pengawasan keuangan negara yang menyentuh rakyat banyak, terutama yang pro growth, pro job dan pro poor. Dalam posisi sebagai auditor presiden, sebagai perpanjangan tangan BPKP, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur mengemban amanah dan tanggung jawab yang besar karena dituntut mampu mendeteksi berbagai potensi ataupun simptom-simptom kelemahan maupun penyimpangan di bidang keuangan negara di Provinsi Jawa Timur dan mampu memberikan rekomendasi yang applicable kepada Presiden. Dengan demikian dalam kurun waktu 5 tahun mendatang diharapkan memberikan peran yang cukup signifikan dalam mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas di Provinsi Jawa Timur. Dalam konteks tersebut, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur harus konsekuen untuk meyakini bahwa alasan keberadaannya terutama bukanlah untuk melaksanakan fungsi atestasi terhadap asersi manajemen, melainkan lebih kepada upaya penciptaan proses governance, manajemen risiko, dan penerapan sistem pengendalian guna mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas di Provinsi Jawa Timur. Ciri khas dari sebagai Auditor Presiden di Provinsi Jawa Timur yang membedakan dirinya dari lembaga pengawasan yang lain adalah dimilikinya kompetensi pengawasan di bidang akuntabilitas keuangan negara. Kompetensi inti ini sejalan dengan kewajiban Presiden untuk melakukan pengawasan pembangunan 6

13 nasional sebagai wujud akuntabilitas keuangan negara seperti diamanatkan dalam 3 paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. Visi sebagai Auditor Presiden di Provinsi Jawa Timur merupakan visi yang strategis dalam rangka meningkatkan prinsip independensi, baik in fact maupun in appearance terhadap semua instansi di bawah Presiden yaitu kementerian, lembaga dan pemerintah daerah di Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian diharapkan informasi yang dihasilkan dari proses/kegiatan pengawasan oleh Auditor Presiden bersifat obyektif, tidak bias dan tidak diintervensi oleh pihak-pihak lain yang menciderai penegakan prinsip independensi. 2. Responsif Responsif berarti cepat memberikan respon (tanggapan), tidak masa bodoh, dan bereaksi secara tepat dan simpatik kepada seseorang atau suatu peristiwa. Auditor Presiden yang responsif mengandung makna bahwa dalam menjalankan perannya, Auditor Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi pemerintah di Provinsi Jawa Timur dan segera memberikan respon/masukan kepada pengambil kebijakan. Ini berarti bahwa tidak boleh berlama-lama dalam menentukan langkah-langkah pengawasan yang akan dilakukan dalam mengamankan dan menyukseskan kebijakan nasional di Provinsi Jawa Timur yang ditetapkan oleh Presiden. Dalam konteks ini, berarti tidak harus menunggu penugasan dari Presiden, justru dengan sistem peringatan dini yang dimiliki oleh BPKP maka dapat segera menentukan langkah-langkah pengawasan yang efektif secara mandiri untuk mengawal kesuksesan pelaksanaan kebijakan Presiden di Provinsi Jawa Timur dan segera mengusulkan titik-titik prioritas pengawasan yang akan dilakukan untuk suksesnya kebijakan nasional. 3. Interaktif Sifat interaktif memiliki makna saling aktif atau komunikasi dua arah. Interaktif merupakan perkembangan lebih lanjut dari tahapan sebelumnya yang bersifat reaktif dan proaktif. Dari reaktif yang berarti bereaksi setelah adanya suatu kejadian, kemudian berkembang menjadi proaktif yang mengedepankan inisiatif untuk bertindak namun masih melihat dari sisi 7

14 (satu sisi), dan kini bersifat interaktif yang mengandung nuansa bahwa memperhatikan/mendengarkan kepentingan/kebutuhan stakeholders di Provinsi Jawa Timur. Dengan pengertian tersebut maka komunikasi antara Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dengan stakeholders ataupun pelanggan haruslah selalu terjalin dengan baik dan efektif. Oleh karena itu, harus membuka saluransaluran komunikasi yang efektif, menjalin kemitraan dengan stakeholders dan APIP lain dalam menjalankan perannya di Provinsi Jawa Timur. Selain itu, dapat menjelaskan dengan baik hasil-hasil pengawasan maupun sistem pengendalian intern yang diperlukan oleh para pengguna/stakeholders di Provinsi Jawa Timur. Kegiatan-kegiatan seperti Clearing House, kehumasan, maupun implementasi President Accountability System (PASs) sangat membantu dalam menciptakan suasana interaktif. Sifat interaktif ini mendorong perlunya kemampuan dan kompetensi yang tinggi bagi para auditor Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur untuk berperan sebagai guru, expert, maupun tempat bertanya yang dapat diandalkan di bidang pengawasan. 4. Terpercaya Terpercaya berarti dapat diandalkan, bertanggung jawab, dan dapat melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan mandat yang diberikan. telah menyatakan dalam visinya sebagai Auditor Presiden yang terpercaya, yang berarti memiliki integritas yang tinggi yang didukung profesionalisme yang tinggi sehingga dapat diandalkan untuk memberikan hasil kerja yang berkualitas dan bermanfaat bagi shareholders dan stakeholders di Tanah Jawa Timur. Presiden sebagai pemegang akuntabilitas keuangan negara yang tidak dapat didelegasikan kepada pihak lain membutuhkan keahlian BPKP sebagai Auditor Presiden dalam melakukan pengawasan di bidang keuangan negara. Kepercayaan terhadap kinerja BPKP telah tumbuh yang terbukti dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengenai SPIP yang memberikan mandat kepada BPKP untuk melakukan pengawasan intern di bidang keuangan negara dan membina SPIP. Kepercayaan stakeholders kepada juga ditunjukkan dengan banyaknya permintaan stakeholders di Provinsi Jawa Timur kepada untuk membenahi sistem dan tata kelola pemerintahan di Provinsi Jawa Timur. 8

15 5. Akuntabiltas Keuangan Negara Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban, yang dilaksanakan secara periodik. Sedangkan keuangan negara seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, berarti semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan negara ini meliputi: Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga; Penerimaan Negara; Pengeluaran Negara; Penerimaan Daerah; Pengeluaran Daerah; Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/daerah; Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. Dengan demikian, akuntabilitas keuangan negara memiliki lingkup yang luas, yaitu pertanggungjawaban atas semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut, yang dimiliki negara dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara dalam rangka penyelenggaraaan pemerintahan negara. Akuntabilitas keuangan negara tidak sekedar pertanggungjawaban penggunaan dana dan proses pengelolaannya, namun yang 9

16 terpenting adalah pertanggungjawaban kinerja/hasil (outcome) atas pengelolaan keuangan negara. Sesuai dengan pasal 6 ayat 1 UU Nomor 17 Tahun 2003, Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaaan pengelolaan keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan Pemerintahan. Selanjutnya, kekuasaan tersebut: Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan; Dikuasakan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya; Diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam pemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Meskipun pengelolaan keuangan negara tersebut dapat dikuasakan, namun akuntabilitas keuangan negara tetap melekat pada Presiden. Akuntabilitas keuangan negara oleh Presiden ini meliputi kewajiban seorang Presiden untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan Presiden di bidang keuangan negara kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban. Prinsip akuntabilitas keuangan negara menghendaki bahwa proses pengambilan keputusan atau kinerja keuangan negara dapat dimonitor, dinilai, dan dikritisi. Selain itu, pertanggungjawaban keuangan negara tersebut harus dapat ditelusuri sampai ke bukti dasarnya (traceableness) dan dapat diterima secara logis (reasonableness). Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sebagai Auditor Presiden di Provinsi Jawa Timur berperan membantu pengawasan dalam bidang keuangan negara di Provinsi Jawa Timur agar akuntabilitas Presiden dapat memuaskan seluruh rakyat Indonesia dan rakyat di Provinsi Jawa Timur khususnya. 6. Berkualitas Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas ditunjukkan dengan tiga ciri yaitu akuntabel, transparan dan partisipatif. Hal ini berarti bahwa pertanggungjawaban keuangan negara harus dapat diandalkan, mengungkapkan secara terbuka informasi yang material dan relevan serta berasal dari suatu proses yang melibatkan berbagai pihak terkait. Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas mendukung akuntabilitas Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Negara. 10

17 2.4 Pernyataan Misi Pernyataan misi lebih menekankan kepada nilai tambah/manfaat yang dapat diberikan kepada stakeholders/shareholdes, jadi tidak sekedar menjelaskan apa yang harus dilakukan. Misi tersebut menjadi penggerak seluruh jajaran dalam bekerja, bertindak dan memberikan pelayanan terbaik kepada stakeholders/shareholders akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas. Misi merupakan penjabaran lebih lanjut dari visi dan berisi pernyataan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai visi. Perumusan misi mengacu kepada tugas dan kewenangan yang telah diberikan kepada BPKP. Tugas dan kewenangan BPKP semula diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, kemudian diperbarui dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Selanjutnya, dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, maka BPKP berperan penting dalam mendukung akuntabilitas Presiden terutama dalam lingkup penyelenggaraan keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Empat misi, adalah sebagai berikut: MISI 1. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di wilayah. 2. Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah. 3. Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. 4. Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi presiden/pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. 11

18 Penjelasan masing-masing misi adalah sebagai berikut: Misi Pertama Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di wilayah. Misi ini berkaitan dengan aktualisasi peran sebagai Auditor Presiden di Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara di Provinsi Jawa Timur, sekaligus menegaskan bahwa misi ini dilakukan untuk membantu Presiden selaku shareholder BPKP dalam mendorong terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan upaya pencegahan KKN. Inti misi ini terkait dengan kegiatan pengawasan intern pemerintah yang pada hakekatnya bertujuan memberikan nilai tambah (value added) melalui dua peran utama yaitu aktivitas assurance dan consulting. Dengan peran tersebut, fungsi utama adalah memberikan umpan balik (feedback) sebagai bahan masukan bagi Presiden/ Pemerintah untuk memastikan tercapainya efektivitas kinerja pemerintah dan pengelolaan keuangan negara di Provinsi Jawa Timur dan memberikan rekomendasi perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), serta membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya. Dalam misi ini, tercakup seluruh kegiatan utama (core business), baik dalam aktivitas assurance yang dilakukan dalam bentuk audit, evaluasi, reviu, maupun aktivitas consulting yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, bimbingan teknis/asistensi, konsultansi, pengembangan sistem. Mandat sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan negara di Provinsi Jawa Timur semakin jelas dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Dalam Pasal 49 Ayat (2) dinyatakan bahwa BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi: a) Kegiatan yang bersifat lintas sektoral; b) Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN); dan c) Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral pada dasarnya merupakan kegiatan yang dalam pelaksanaannya melibatkan dua atau lebih kementerian negara/lembaga atau pemerintah daerah yang tidak dapat dilakukan pengawasannya oleh APIP lain. Pengawasan kegiatan lintas sektoral diharapkan dapat memberikan informasi yang bersifat makro dan 12

19 komprehensif atas pelaksanaan program/kegiatan pemerintah pusat maupun daerah, sehinga bermanfaat bagi pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan. Dengan mengacu kepada UU Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 2, kegiatan BUN terdiri atas delapan bidang yaitu pelaksanaan pendapatan dan belanja negara, pengelolaan uang negara, pengelolaan piutang, pengelolaan utang, pengelolaan investasi, pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN, dan regulator di bidang keuangan negara. Pengawasan intern terhadap kegiatan kebendaharaan umum negara diharapkan dapat memberi masukan dan feed back kepada Menteri Keuangan selaku BUN mengenai pengelolaan BUN yang dilakukan oleh institusi di luar Kementerian Keuangan, yang secara hukum tidak dapat diawasi oleh APIP selain BPKP. Peran dalam mengawasi kegiatan-kegiatan BUN di Provinsi Jawa Timur tersebut, perlu didukung dengan penetapan Menteri Keuangan selaku BUN, baik mengenai ruang lingkup maupun sasaran pengawasannya. Pengawasan atas kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden merupakan kegiatan dalam rangka merespon permasalahan-permasalahan strategis yang mendesak untuk ditangani (current issues) di Provinsi Jawa Timur sesuai perintah Presiden dan kabinetnya. Pelaksanaan penugasan-penugasan tersebut merupakan implementasi yang nyata dari peran sebagai Auditor Presiden/pemerintah di Provinsi Jawa Timur. Selain itu, berdasarkan Pasal 57 ayat (4) PP Nomor 60 Tahun 2008, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur juga dimandatkan untuk melakukan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) cq. Satuan Kerja Pemerintah Pusat di Provinsi Jawa Timur sebelum di lakukan konsolidasi dan sebelum disampaikan Menteri Keuangan kepada Presiden. Dalam misi 1 termasuk juga kegiatan dalam rangka membantu aparat penegak hukum dan pemerintah di Provinsi Jawa Timur untuk mencegah dan mengurangi KKN, yang dilakukan dalam bentuk pengawasan investigatif, pemberian keterangan ahli, dan perhitungan kerugian negara. 13

20 Misi Kedua Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 2 dinyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada SPIP seperti diatur dalam PP tersebut. Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan SPI di lingkungan masing-masing. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdiri dari BPKP, Itjen Kementerian, Inspektorat Provinsi, Inspektorat Kabupaten/Kota. Selain itu, untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI juga dilakukan pembinaan penyelenggaraan SPI. Tugas pembinaan penyelenggaraan SPI terhadap seluruh instansi pemerintah ini diamanatkan kepada BPKP sesuai dengan pasal 59 PP Nomor 60 Tahun Peran BPKP dalam pembinaan SPIP tidak terlepas dari posisi strategis BPKP yang langsung berada di bawah Presiden dan membantu Presiden untuk memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja Presiden. Akuntabilitas kinerja Presiden merupakan suatu kesatuan akumulatif-integratif dari kinerja berbagai Kementerian/Lembaga dan juga Pemerintah Daerah, sehingga perlu juga dipastikan efektivitas penyelenggaraan SPIP pada seluruh instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah. Kegiatan pembinaan SPIP tersebut mencakup: a. Penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP b. Sosialisasi SPIP c. Pendidikan dan pelatihan SPIP d. Pembimbingan dan konsultansi SPIP e. Peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah 14

21 Kegiatan pembinaan butir a sampai dengan butir d merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka membina seluruh instansi pemerintah agar dapat menerapkan SPIP. Kegiatankegiatan tersebut termasuk dalam lingkup misi kedua ini. Sedangkan butir e lebih spesifik terkait peningkatan kemampuan/kompetensi auditor APIP yang menjadi bagian dari misi ketiga yaitu mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. Pada prinsipnya misi kedua lebih menekankan kepada pembinaan SPIP kepada instansi pemerintah, sedangkan misi ketiga terkait dengan pembinaan terhadap auditor (APIP). Kegiatan pembinaan penyelenggaraan SPIP diawali dengan penyusunan pedomanpedoman terkait SPIP (pedoman umum dan pedoman teknis) yang merupakan panduan untuk membangun SPIP di seluruh instansi pemerintah. Pedoman tersebut selanjutnya disosialisasikan agar diperoleh kesamaan persepsi dan pemahaman tentang SPIP. Selain itu, kegiatan penyusunan modul dan penyelenggaraan diklat SPIP menjadi kegiatan penting untuk membentuk personil yang memahami seluk beluk SPIP dan kompeten untuk menerapkan SPIP di instansi masing-masing. Pada tahap penerapan SPIP, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur siap untuk membimbing dan memberikan konsultansi kepada seluruh instansi pemerintah di Provinsi Jawa Timur. Misi Ketiga Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten di wilayah. Misi ketiga adalah misi pengimbang yang disusun dalam kesadaran bahwa kinerja yang berorientasi ke luar tak mungkin terwujud tanpa adanya proses kerja internal yang baik maupun proses kerja sesama APIP yang sinergis. Dengan adanya proses kerja sesama APIP yang sinergis diharapkan akan menghasilkan kinerja APIP yang maksimal. Hal ini merupakan jawaban atas arahan Presiden akan perwujudan pengawasan yang terpadu, terarah, dan memberi nilai tambah yang dapat mendukung perwujudan kepemerintahan yang baik, bersih dan kredibel, dan berorientasikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kinerja APIP yang maksimal dapat diperoleh jika pemberdayaan APIP dijalankan dalam semangat profesionalitas dan kesetaraan antar APIP. Namun, efektivitas sinergi akan menjadi lebih besar jika pihak-pihak yang bersinergi memiliki kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. 15

22 Oleh karena itu, misi ketiga diperlukan sebagai pembimbing berbagai strategi pemberdayaan, pembelajaran, dan pertumbuhan kapasitas Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sendiri maupun kapasitas APIP secara umum di Provinsi Jawa Timur. Penjabaran misi ini merupakan bentuk tanggung jawab sebagai anggota komunitas pengawasan untuk turut serta dalam mengembangkan sistem pengawasan nasional yang terpadu di Provinsi Jawa Timur. Pengembangan sistem pengawasan nasional tentunya dilakukan bersama-sama, baik dengan BPK, Inspektorat Jenderal Kementerian, Unit Pengawasan LPND, Badan Pengawasan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Satuan Pengawasan Intern (SPI) BUMN/BUMD/BUL, maupun dengan Instansi Pemerintah lainnya yang mengkoordinasikan kegiatan pengawasan seperti Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Kementerian Dalam Negeri pada saat ini, serta pihak-pihak lainnya yang berkepentingan. Lebih luas lagi, dilakukannya pengawasan secara bersinergi akan menjadi agenda yang penting Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur bersama-sama dengan DPRD, Kejaksaan Tinggi Kepolisian, maupun masyarakat. Arti penting dari ditetapkannya misi ini terletak pada adanya kesadaran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur untuk turut serta membenahi hal-hal yang kontra produktif dalam kegiatan pengawasan di Provinsi Jawa Timur. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk pemberian masukan mengenai arah dan kebijakan pengawasan nasional/makro kepada Pemerintah di Provinsi Jawa Timur. Substansi arah dan kebijakan yang dimaksud tentunya sejalan dengan program-program Pemerintah yang menjadi prioritas, berskala nasional, memperhatikan analisis risiko per masing-masing sektor dan bidang kegiatan pemerintahan, mencerminkan sinergi APIP, dan menunjukkan dukungan bagi pelaksanaan pengawasan oleh auditor eksternal. Penjabaran misi ini terus dioptimalkan oleh agar hasil pengawasannya mempunyai manfaat dan memberikan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama stakeholders utama di Provinsi Jawa Timur, yang tercermin dari tanggapan positif ataupun apresiasi para pengguna atas produk-produk Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. Untuk itu perlu terus diagendakan dan diberikan perhatian yang memadai terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya, kepatuhan pada standar profesi, penataan proses kerja internal, dan sistem kendali mutu yang dapat menunjang peningkatan kualitas hasil pengawasan. Dengan demikian, produk Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur diharapkan akan bermanfaat sebagai umpan balik (feed back) bagi penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam rangka peningkatan kinerja 16

23 Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan BUMN/BUMD/BUL di Provinsi Jawa Timur. Peran mengembangkan kapasitas APIP di Provinsi Jawa Timur (termasuk BPKP) baik dari sisi SDM maupun sistem dan prosedur yang mencakup: Pembinaan kompetensi APIP dengan pendidikan dan pelatihan auditor (pasal 59 ayat 1e PP Nomor 60 Tahun 2008) Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor dan sertifikasi auditor (pasal 51 ayat 2 dan 3 PP Nomor 60 Tahun 2008) Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Prosedur Pengawasan Pengembangan Kapasitas Internal BPKP Pemeriksaan/pengawasan internal BPKP Pendukung/fasilitasi pengawasan Sinergi dengan APIP lain. Misi Keempat Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan di wilayah. Misi ini merupakan aktualisasi peran sebagai Auditor Presiden di Provinsi Jawa Timur dalam rangka membangun sistem dukungan pengambilan keputusan Presiden/Pemerintah yang efektif melalui suatu Sistem Akuntabilitas Presiden (President Accountability Systems) atau yang dikenal sebagai PASs. PASs adalah alat kendali (control) bagi Presiden terhadap implementasi akuntabilitas Presiden dalam pengelolaan keuangan negara di Provinsi Jawa Timur, yang berbasis web, on-line, dengan data yang sedapat mungkin real-time, yang menampilkan informasi secara utuh (integrated) tentang implementasi akuntabilitas Presiden. Dengan sistem seperti ini Presiden akan memperoleh informasi mengenai capaian kinerjanya yang mendekati real-time sehingga dapat melakukan tindakan korektif yang cepat jika terdapat perbedaan antara realisasi dengan rencana pada saat tertentu. Sistem pelaporan kinerja dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara yang ada saat ini belum menjamin bahwa Presiden memperoleh informasi yang utuh/menyeluruh atas implementasi akuntabilitas Presiden. Kondisi tersebut kontradiktif dengan kedudukan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan yang juga memegang kekuasaan tunggal pengelolaan negara sebagai bagian dari kekuasaan 17

24 pemerintahan (UU Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 6 ayat 1). Meskipun telah secara jelas diatur bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara dikuasakan kepada Menteri Keuangan (selaku BUN) dan menteri/pimpinan lembaga (selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang), serta diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala daerah untuk mengelola keuangan daerah, namun sejatinya bukan berarti bahwa akuntabilitas pengelolaan keuangan negara diserahkan keseluruhan ke menteri, pimpinan lembaga, gubernur, bupati, atau walikota. Akuntabilitas pengelolaan keuangan negara tetap melekat kepada Presiden yang menerima amanah dari rakyat, sehingga Presiden juga harus berakuntabilitas kepada rakyat. Berbagai peraturan yang telah diterbitkan terkait Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (PP Nomor 6 Tahun 2008), Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (PP Nomor 39 Tahun 2006), dan Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintah Daerah-LPPD (PP Nomor 3 Tahun 2007), belum dapat menjamin bahwa Presiden memperoleh informasi periodik, up to date, dan mendekati real-time tentang akuntabilitas kinerja dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara. Kondisi di atas memunculkan fenomena baik di pusat dan daerah, yaitu (i) penyerapan anggaran yang rendah, (ii) kurang sinkronnya rencana pembangunan di pusat dan daerah (karena persepsi yang sempit terhadap perundang-undangan yang ada), dan (iii) tidak adanya informasi capaian kinerja kumulatif/aggregasi dari kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang dapat dilaporkan kepada Presiden secara tepat waktu (up to date), yang mendekati real-time. Hal tersebut menyulitkan Presiden untuk dapat menilai apakah agenda-agenda Presiden yang tertuang di RPJMN telah dilaksanakan oleh pimpinan kementerian/lembaga dan kepala daerah sesuai dengan target atau harapan Pemerintah dan rakyat. Dalam rangka mengembangkan pelaporan akuntabilitas di Indonesia, masing-masing kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dituntut untuk membuat indikator capaian kinerja yang terukur sehingga dapat membantu Presiden untuk menyampaikan akuntabilitasnya kepada rakyat sesuai dengan amanah UUD. Terkait hal tersebut, BPKP mendorong dibangunnya Sistem Akuntabilitas Presiden (President Accountability Systems) atau yang dikenal sebagai PASs. Tujuan dari PASs adalah memberikan solusi terhadap kebuntuan (missing-link) proses pelaporan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, mensinergikan sumber-daya informasi antar kementerian/lembaga (pusat dan daerah) sehingga memungkinkan pertukaran data/informasi, dan memudahkan Presiden untuk memonitor dan mengendalikan kemajuan (progress) masing-masing program/agenda 18

25 Pemerintah. PASs didukung dengan sistem data warehouse yang mengkolaborasikan berbagai informasi dari seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah terkait dengan implementasi sistem akuntabilitas Presiden. Kebutuhan informasi untuk PASs cukup besar dan kompleks, meliputi Akuntabilitas Sasaran Makro, Akuntabilitas Pelaksanaan Kebijakan/Program, Akuntabilitas Pengawasan, Akuntabilitas Keuangan Negara, Akuntabilitas Keuangan Daerah, Akuntabilitas BUMN/D, Akuntabilitas Instansi Pusat, Akuntabilitas Instansi Daerah, Akuntabilitas Penanganan Korupsi, dan Akuntabilitas Lembaga Negara. Pengembangan PASs sinkron dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 khususnya pasal 54 yang mengamanatkan kepada BPKP untuk menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Berikut gambar alur informasi dan pengetahuan untuk mengambil keputusan: Alur Informasi dan Pengetahuan untuk Pengambilan Keputusan Decision Making Management Presiden memperoleh informasi dan pengetahuan yang kredible sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat Intelligence-based Planning Perencanaan kegiatan yang berdasarkan analisa Resiko dan Prioritas Knowledge Creation Collaborative Analysis & Research Pengetahuan-pengetahuan terdokumentasi secara komprehensif dan uptodate Sistem mengkolaborasikan informasi yang tersebar di masingmasing instansi untuk kepentingan analisis dan penelitian Integration of Information Berbasis data warehouse yang komprehensif & historis BPKP BPKP sebagai pengelola PASS PASs 19

26 2.5 Tujuan Tujuan merupakan pengejawantahan visi dan misi yang telah ditetapkan, dan berorientasi pada operasionalisasi visi dan misi. Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahun. Dalam penetapan tujuan-tujuan strategis, mengadopsi konsep Balanced Scorecard (BSC) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan karakteristik organisasi publik. Berbeda dengan konsep BSC di sektor privat/bisnis yang berorientasi profit. memodifikasi Perspektif Keuangan menjadi Perspektif Manfaat Bagi Stakeholder dan Perspektif Pelanggan menjadi Perspektif Manfaat Bagi Auditan/Pengguna Jasa. Dengan menggunakan pendekatan strategi berimbang (balanced scorecard) tersebut maka tujuan-tujuan utama dari perspektif manfaat bagi pihak stakeholders utama dan manfaat kepada auditan/pengguna jasa diseimbangkan dengan tujuan-tujuan pendukung yang berada pada perspektif proses internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang berorientasi ke dalam. Tujuan utama BPKP tercermin dalam tujuan-tujuan strategis sebagai berikut: TUJUAN 1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah. 2. Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. 3. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah. 4. Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah. 5. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. 6. Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. 20

27 Tujuan-tujuan tersebut diharapkan dapat menjawab permasalahan yang masih dihadapi dalam 5 tahun ke depan serta untuk menjawab pernyataan misi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. Penetapan tujuan pertama yaitu Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan Negara di wilayah. dilandasi permasalahan masih diperolehnya opini disclaimer dari BPK atas laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan masih banyaknya laporan keuangan instansi pemerintah pusat dan daerah (IPP/D) yang belum memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Akuntabilitas keuangan negara merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban keuangan negara, yang dilaksanakan secara periodik. Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang dan timbul dalam pelaksanaan misi organisasi pemerintahan, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Berkaitan dengan itu, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur mempunyai tujuan agar kualitas pelaksanaan akuntabilitas tersebut meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai melalui opini yang yang dikeluarkan oleh BPK. Penetapan tujuan kedua yaitu Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah., berkaitan dengan masih rendahnya pelayanan publik karena belum semua kementerian lembaga dan dan pemerintah daerah di Provinsi Jawa Timur membuat dan menerapkan standar pelayanan minimal (SPM). Padahal di satu sisi pemerintah telah mencanangkan terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan bersih (good public governance). Tata pemerintahan yang baik tersebut berkaitan dengan etika pengelolaan organisasi pemerintahan yang memenuhi kriteria atau karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut mencakup sebagai berikut: Partisipasi publik Kerangka hukum yang adil Transparansi informasi Pelayanan yang responsif Orientasi pada kepentingan yang luas Kesempatan yang sama Kegiatan yang efisien dan efektif Akuntabilitas organisasi Visi ke depan pengembangan manusia. 21

28 mempunyai tujuan agar akuntabilitas keuangan negara dan tata pemerintahan di Provinsi Jawa Timur mengalami perbaikan melalui kegiatan quality assurance ataupun consulting and assistance. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di Provinsi Jawa Timur menjadi tujuan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur karena disadari bahwa perbaikan akuntabilitas dan etika pengelolaan masih memerlukan perbaikan dalam sistem dan lingkungan yang mempengaruhinya. Penetapan tujuan ketiga juga didasari dengan masih banyaknya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun jumlah kerugian negara yang ditimbulkan. Hal lain yang menjadi perhatian adalah masih rendahnya Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada tahun 2009 yaitu 2,80. Kondisi ini menjadi tantangan bagi untuk menciptakan iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara, diantaranya dengan melakukan sosialisasi anti korupsi tentang pemahaman dan kepedulian permasalahan korupsi, mengimplementasikan Fraud Control Planning (FCP) di IPP/IPD/BUMN/BUMD yang berisiko fraud, serta melakukan reviu laporan dan pengaduan masyarakat. Ketiga tujuan di atas mendukung tercapainya keberhasilan misi BPKP yang pertama yaitu Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata pemerintahan yang baik dan bebas KKN. Tujuan keempat yaitu Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur., ditetapkan untuk tercapainya misi ke dua BPKP yaitu Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah. Untuk mewujudkan hal tersebut BPKP telah dibekali mandat sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). Dengan adanya PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP menjadi satu-satunya lembaga yang bertanggung jawab atas Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. Kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan prioritas bidang hukum dan aparatur negara dalam RPJMN dan harus diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah yang efektif pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. 22

29 Penetapan tujuan kelima yaitu Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) yang profesional dan kompeten di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur., adalah untuk mendukung misi ketiga yaitu Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. Hal ini dilandasi dengan pemikiran bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good public governance) akan terjadi dengan dukungan SDM yang andal dan terkelola dengan baik, yang salah satunya adalah APIP. Peningkatan kapasitas APIP dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan serta sertifikasi bagi auditor di lingkungan Instansi Pemerintah di Provinsi Jawa Timur. APIP yang profesional dan kompeten ini akan mendukung peran APIP yang efektif yang sekurang-kurangnya harus: Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Tujuan keenam ditetapkan untuk mendukung pencapaian misi Menyelenggarakan dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah di wilayah, sebagai internal auditor, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur menyadari bahwa tugas-tugas quality assurance dan pendampingan yang berorientasi kepada pimpinan organisasi dan pemerintah di Provinsi Jawa Timur harus menjadi perhatian utama. Informasi yang relevan dan dapat diandalkan baik informasi keuangan dan non keuangan, yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa eksternal dan internal harus direkam dan dikomunikasikan kepada pimpinan organisasi dan pemerintahan dalam bentuk dan waktu yang tepat, untuk melaksanakan pengendalian intern dan tanggung jawab operasional. Kesadaran itulah yang mendorong/mengembangkan perangkat (tools) bagi Presiden untuk memantau tingkat kemajuan kinerja kementerian, lembaga dan BUMN/BUMD secara real time yang diperkenalkan sebagai President Accountability System (PASs). 23

30 2.6 Sasaran Strategis Sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan dan mencerminkan berfungsinya outcome dari semua program yang telah ditetapkan. Delapan sasaran strategis yaitu kondisi yang diharapkan di akhir periode Renstra , yaitu: 1. Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Keuangan 2. Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Hasil Pengawasan 3. Meningkatnya Kualitas Penerapan Tata Kelola kepemerintahan/perusahaan 4. Meningkatkan Pemahaman,Kesadaran dan Keterlibatan K/L/Pemda, BUMN/BUMD dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 5. Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP 6. Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten 7. Meningkatnya Efektifitas Perencanaan dan Pelayanan Pengawasan serta Kualitas Pengelolaan Keuangan 8. Meningkatnya Penerapan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan bagi Pimpinan. Uraian lebih lanjut atas sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Keuangan Meningkatnya kualitas tata kelola keuangan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah merupakan tekad BPKP sebagai perwujudan fungsi consulting. Upaya strategis ini dilakukan untuk mencapai persyaratan minimal untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Kegiatan yang dirancang untuk mencapai sasaran strategis ini adalah memberikan pemahaman intensif kepada kementerian/lembaga dan pemda tentang peran laporan keuangan yang berkualitas baik dalam forum pertemuan antar kementerian/lembaga/pemda maupun melalui penggalangan langsung dengan penandatangan nota kesepahaman antara BPKP dengan mitra kerja BPKP. Sosialisasi ini diharapkan mengefektifkan fungsi pendampingan penyusunan ataupun reviu atas Laporan Keuangan sebelum diterbitkan oleh K/L/Pemda. Outcome yang diharapkan adalah laporan keuangan dapat sesuai 24

31 dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang ditunjukkan dengan opini yang diperoleh dari BPK RI minimal WDP. 2. Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Hasil Pengawasan Sasaran Strategis Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara merupakan sasaran strategis pengawasan dari sisi penerimaan negara. BPKP melihat masih banyak sumber penerimaan anggaran yang perlu dioptimalkan melalui strategi intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan. Sasaran strategis ini di Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur memiliki satu Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu: Persentase Hasil Pengawasan BUN yang disampaikan. Kegiatan pada indikator ini merupakan dukungan untuk kegiatan BPKP Pusat. 3. Meningkatnya Kualitas Penerapan Tata Kelola kepemerintahan/perusahaan Sebagai auditor internal pemerintah, terkait dengan perannya dalam meningkatkan akuntabilitas Pemda dan pengelolaan BUMN/BUMD, BPKP perlu mendorong pemerintah daerah untuk menerapkan tata kelola kepemerintahaan/ perusahaan melalui Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan Kementerian Teknis, dan mendorong BUMN/BUMD untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Indikator untuk mengukur sasaran ini adalah Persentase Instansi Pemerintah Daerah (IPD) yang telah menerapkan pelayanan sesuai SPM/Pelayanan Prima, BUMN/BUMD/BUL/BLUD yang GCG atau Key Performance Indicator (KPI) mendapat skor baik, dan BUMD yang kinerjanya memperoleh minimal predikat Baik 4. Meningkatkan Pemahaman, Kesadaran dan Keterlibatan K/L/Pemda, BUMN/BUMD dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Perpres Nomor 55 Tahun 2012 menyatakan bahwa strategi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi memiliki visi jangka panjang dan menengah. Visi jangka panjang adalah Terwujudnya Kehidupan Bangsa yang Bersih dari Korupsi dengan Didukung Nilai Budaya yang Berintegritas. Pemerintah merancang enam strategi diantaranya adalah strategi pencegahan tindak pidana korupsi. Dalam strategi ini BPKP perlu mengambil peran dalam mendukung enam strategi pencegahan dan pemberantasan korupsi tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong penerapan sistem pengendalian intern atau Fraud Control Plan (FCP) sebagai cegah tangkal tindak pidana korupsi. Berkaitan dengan penegakan hukum atas tindak pidana korupsi, BPKP berperan membantu Aparat Penegak Hukum (APH) melalui kegiatan audit investigasi, perhitungan kerugian keuangan negara, serta memberikan keterangan ahli di persidangan dalam perkara 25

32 tindak pidana korupsi. Indikator pencapaian sasaran strategis ini adalah Pemahaman dan Kepedulian atas Permasalahan Korupsi. Dengan pemahaman ini IPP/IPD/BUMN/BUMD yang berisiko fraud dapat mengimplementasikan FCP, membuat atau mengoreksi kebijakan yang berpotensi terjadinya fraud atau kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN), atau membantu mediasi penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga satuan dan nilai kontrak dan klaim pihak ketiga. Tidak kalah penting dengan pemahaman ini masyarakat diharapkan meningkatkan kepedulian dengan memberikan informasi yang berisi tindak pelanggaran yang merugikan keuangan negara yang pada akhirnya BPKP akan menyerahkan kasus kepada APH. 5. Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP Penyelenggaraan SPIP pada dasarnya merupakan tanggung jawab masing-masing menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota. BPKP sesuai pasal 59 PP Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah bertanggung jawab melakukan pembinaan. Pembinaan SPIP diarahkan agar instansi pemerintah dapat menyelenggarakan SPIP dalam rangka mencapai tujuannya melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sasaran strategis Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP diindikasikan oleh satu IKU dominan yaitu adanya Penyelenggarakan SPIP oleh Pemda sesuai PP Nomor 60 Tahun Dengan penyelenggaraan SPIP yang memadai tersebut diharapkan laporan keuangan Pemda mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI. Opini WTP atas laporan keuangan diyakini dapat mewakili sistem pengendalian yang memadai sebagaimana dimaksud dalam PP Nomor 60 Tahun 2008, karena audit keuangan yang dilaksanakan oleh BPK RI mencakup pengujian atas keandalan sistem pengendalian K/L/Pemda. 6. Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten Sebagai sebuah organisasi, salah satu faktor penentu keberhasilan APIP adalah kompetensi dan profesionalitas sumber daya manusia (SDM), karena faktor manusia yang mengatur dan menggerakkan jalan organisasi. SDM yang kompeten adalah SDM yang memiliki penguasaan teoretis, didukung dengan pengalaman, dan mendapat pengakuan keahlian spesifik berdasarkan standar yang berlaku umum dalam lingkungan keahlian tersebut. SDM yang profesional adalah SDM yang mampu melaksanakan tugas dengan baik, sesuai dengan bidang keahliannya. Keahlian 26

33 tersebut perlu terus-menerus diperbarui dan ditingkatkan, baik melalui program pendidikan gelar maupun program pendidikan non-gelar melalui penjenjangan sertifikasi JFA, peningkatan kompetensi pegawai yang terkait dengan proses pelatihan, pendidikan, dan kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian, kemampuan, nilai-nilai, dan aset sosial lainnya yang dimiliki pegawai yang diharapkan mampu meningkatkan kapabilitas APIP dari level 1 menjadi level Meningkatnya Efektifitas Perencanaan dan Pelayanan Pengawasan serta Kualitas Pengelolaan Keuangan Sistem perencanaan pengawasan merupakan salah satu bagian dari sistem manajemen dukungan yang berperan penting dalam membantu keberhasilan pelaksanaan kegiatan teknis BPKP. Perencanaan pengawasan berfungsi mengarahkan kegiatan pengawasan agar sesuai dengan peran dan tujuan BPKP, sekaligus media untuk mengukur tingkat keberhasilan kinerja teknis BPKP. Selain itu, perencanaan juga terkait langsung dengan pengelolaan SDM, pelayanan yang mendukung tugas pengawasandibidang kepegawaian, penyediaan sarana prasarana, dan penganggaran. Seiring dengan gencarnya penyerapan anggaran berdasarkan disbursement plan, semakin dirasakan pentingnya arti perencanaan yang baik sehingga anggaran yang digunakan benar-benar menghasilkan kinerja yang terbaik pula. 8. Meningkatnya Penerapan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan bagi Pimpinan Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis pada BPKP terutama dengan terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008, menegaskan identitas BPKP sebagai Auditor Presiden. Sehubungan dengan itu, BPKP dituntut untuk memberikan informasi yang berharga bagi Presiden dan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pemerintah. Selain itu, BPKP juga harus mampu memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan internal BPKP. 27

34 ARAH KEBIJAKAN dan STRATEGI 3.2 Arah Kebijakan dan Strategi BPKP Untuk mewujudkan enam tujuan yang mendukung terwujudnya Visi dan Misi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur disusun strategi yang selaras dengan strategi BPKP yaitu menyeimbangkan pemenuhan kepentingan pihak luar dan pembenahan kedalam sebagaimana telah disajikan pada Renstra Tahun terdahulu. Untuk itu perlu empat prespektif yang dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi yaitu : a. Manfaat bagi stakeholder. b. Manfaat bagi auditan/pengguna jasa. c. Proses internal yang dikembangkan untuk peningkatan sistem. d. Pertumbuhan dan Pembelajaran dilingkungan. Terkait dengan pokok dan fungsi untuk meningkatkan pengawasan terhadap akuntabilitas keungan pemerintah/daerah, ditetapkan strategi yang dilaksanakan melalui beberapa strategi yaitu : 1. Peningkatan Kualitas Tata Kelola Keuangan; 2. Peningkatan Kualitas Pengelolaan Aset Daerah; 3. Optimalisasi penerimaan Negara dan peningkatan cost saving (klaim, eskalasi harga); 4. Peningkatan pengelolaan Program Lintas Sektoral secara efektif, efisien dan ekonomis; 5. Strategi preventif; 6. Strategi represif; 7. Solusi kesisteman. 8. Peningkatan Efektivitas Perencanaan Pengawasan 9. Menyelenggarakan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan bagi pimpinan Masing-masing strategi tersebut ditetapkan arah kebijakan pengawasan yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Arah kebijakan dari Peningkatan Kualitas Tata Kelola Keuangan : - Meningkatkan kualitas pengawasan intern, penerapan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara dan daerah. 28

35 - Meningkatkan sistem pembinaan SPIP di lingkungan Pemerintah Daerah di wilayah Provinsi Jawa Timur 2. Arah kebijakan dari Peningkatan Kualitas Pengelolaan Aset Daerah; - Meningkatkan kualitas pengawasan intern, penerapan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara dan daerah - Meningkatkan sistem pembinaan SPIP di lingkungan Pemerintah Daerah di wilayah Provinsi Jawa Timur - Meningkatkan koordinasi pengelolaan aset daerah. 3. Arah kebijakan dari Optimalisasi penerimaan Negara dan peningkatan cost saving (klaim, eskalasi harga) : - Meningkatkan pelaksanaan audit operasional secara efektif - Meningkatkan kualitas pengawasan intern dan penerapan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara dan daerah 4. Arah kebijakan dari Peningkatan pengelolaan Program Lintas Sektoral secara efektif, efisien dan ekonomis : - Mendorong peningkatan kinerja pelayanan publik - Meningkatkan upaya penanganan hambatan kelancacaran pembangunan (Debottlenecking) - Menyelenggarakan audit operasional dan kinerja terhadap pelaksanaan program secara lebih efektif dan efisien 5. Arah kebijakan dari Strategi preventif : Melaksanakan penerapan Fraud Control Plan (FCP) sebagai sistem cegah dini dan perbaikan tatakelola 6. Arah kebijakan dari Strategi represif : Meningkatkan efektifitas pelaksanaan audit investigasi melalui pengungkapan kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK) dalam rangka penyelamatan keuangan Negara/daerah. 7. Arah kebijakan dari Solusi kesisteman : Menyelenggarakan asesmen penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN/D, pendampingan pengadaan barang dan jasa, dan peningkatan kapasitas APIP secara efektif. 8. Peningkatan Efektivitas Perencanaan Pengawasan : Mendorong peningkatan pilar kinerja atas perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran antara lain terhadap modal organisasi (organization capital) dan modal sumber daya 29

36 manusia (human capital), dengan memperhatikan dukungan Kebijakan Kesesmaan yaitu: - Penyediaan dan alokasi anggaran berbasis kinerja - Pelaksanaan Anggaran sesuai kebutuhan teknis - Mewujudkan iklim kerja yang kondusif dalam lingkungan kerja. 9. Menyelenggarakan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan bagi pimpinan Mendorong peningkatan pilar kinerja atas perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran antara lain dengan mengembangkan sistem informasi dan prosedur (information capital) yaitu Program ExIS (Executive Information System). 3.4 Indikator Kinerja Indikator Kinerja Sasaran Strategis Untuk mencapai delapan sasaran strategis di butir 2.6 terdapat Indikator Kinerja Utama (IKU). Uraian lebih rinci tentang masing-masing IKU beserta target terhadap masing-masing sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut: NO IKU Sasaran Strategis 1 Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Keuangan 1 Persentase IPP yang mendapat pendampingan penyusunan laporan keuangan 2 Persentase IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP 3 Persentase Pemda yang menerapkan Simda keuangan 4 Persentase Pemda yang menerapkan Simda keuangan memperoleh opini minimal WDP 80% 85% 90% 95% 80% 85% 90% 95% 20% 30% 40% 50% 80% 85% 90% 95% 30

37 NO IKU Persentase Pemda yang menerapkan Simda Asset 6 Persentase Pemda yang menerapkan Simda Asset tanpa kualifikasi asset pada laporan keuangan 7 Persentase Jumlah Laporan Keuangan Proyek PHLN memperoleh Opini Dukungan Wajar 8 Persentase hasil pengawasan lintas sektoral yang disampaikan ke Pusat 9 Persentase hasil pengawasan atas permintaan Presiden yang disampaikan ke Pusat 10 Persentase hasil pengawasan atas permintaan Stakeholder yang disampaikan tepat waktu 11 Persentase BUMD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP 30% 40% 50% 60% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 95% 80% 85% 90% 95% 80% 85% 90% 95% 75% 80% 85% 90% 45% 50% 55% 60% Sasaran Strategis 2 Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Hasil Pengawasan 12 Persentase hasil pengawasan BUN yang disampaikan ke Pusat 80% 85% 90% 95% Sasaran Strategis 3 Meningkatnya Kualitas Penerapan Tata Kelola Kepemerintahan/Perusahaan 13 Persentase IPD yang telah menerapkan Standar Pelayanan Minimal 14 Persentase BUMN/BUMD/BLUD yang GCG atau KPI mendapat skor baik 15 Persentase BUMD yang kinerjanya memperoleh minimal predikat baik 30% 40% 50% 60% 80% 85% 90% 95% 40% 50% 60% 70% 31

38 NO IKU Sasaran Strategis 4 Meningkatkan Pemahaman,Kesadaran dan Keterlibatan K/L/Pemda, BUMN/BUMD dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 16 Tingkat pemahaman peserta sosialisasi program anti korupsi terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi 80% 85% 90% 90% 17 Persentase penerapan FCP oleh instansi yang sudah mendapatkan sosialisasi FCP 18 Persentase tindak lanjut atas rekomendasi kajian peraturan/pedoman yang dapat berdampak pada tindak TPK 19 Persentase penyelesaian penugasan evaluasi HKP 20 persentase tindak lanjut hasil audit klaim dan penyesuaian harga. 21 Persentase penyerahan hasil audit investigatif dan PKKN kepada instansi penegak hokum 22 Persentase LHAI permintaan instansi lain yang berindikasi TPK yang ditindaklanjuti oleh instansi penegak hukum 23 Persentase tindak lanjut penyelesaian pengaduan masyarakat 50% 50% 75% 75% 100% 100% 100% 100% 85% 90% 95% 100% 90% 95% 100% 100% 85% 90% 95% 100% 85% 90% 95% 100% 90% 95% 100% 100% Sasaran Strategis 5 Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP 24 Persentase Pemda yang menyelenggarakan SPIP Sesuai PP Nomor 60 Tahun Persentase Pemda yang sudah memiliki Perkada 26% 28% 30% 32% 60% 70% 80% 90% 26 Persentase K/L/Pemda yang telah memiliki Dokumen/Desain Sistem Pengendalian Intern Sesuai PP Nomor 60 Tahun % 0% 10% 20% 32

39 NO IKU Persentase Pemda yang telah memperbaiki Sistem Pengendalian Intern 28 Persentase Pemda yang memiliki SOP sesuai target tahunan 6% 8% 10% 12% 0% 0% 5% 10% 29 Tingkat Penerapan SPIP di Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 75% 80% 85% 90% Sasaran Strategis 6 Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten 30 Persentase APIP Pemda yang menerapkan Jabatan Fungsional Auditor 31 Persentase APIP Pemda dengan kapabilitas pada Level ,5 Sasaran Strategis 7 Meningkatnya Efektifitas Perencanaan dan Pelayanan Pengawasan serta Kualitas Pengelolaan Keuangan 32 Persentase Pelaksanaan Penugasan (PP) 33 Persentase pelaksanaan penugasan pengawasan yang tepat waktu 34 Persentase penerbitan laporan pengawasan tepat waktu 35 Persentase pengiriman laporan tepat waktu 36 Persentase laporan penugasan investigasi yang sesuai standar 37 Tingkat Capaian Kinerja Penunjang dengan predikat baik 38 Persentase Kesesuaian Laporan Keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dengan SAP 39 Persentase Pagu Dana yang tidak Diblokir dalam DIPA Perwakilan BPKP Jatim 92% 94% 96% 98% 75% 75% 80% 85% 65 % 70% 75% 80% 88% 90% 92% 94% 90% 95% 100% 100% 75% 80% 85% 90% 100% 100% 100% 100% 85% 90% 95% 100% 33

40 NO IKU Persepsi kepuasan pegawai Perwakilan BPKP Jatim atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai prosedur 7,75 dari Skala likert ,00 dari skala likert ,25 dari skala likert ,50 dari skala likert Persepsi kepuasan pegawai Perwakilan BPKP Jatim terhadap layanan kepegawaian 42 Persentase ketepatan penerbitan SK terkait kepegawaian 43 Persepsi Publik yang positif terhadap Perwakilan BPKP Jawa Timur 7,4 dari skala likert ,6 dari skala likert ,8 dari skala likert dari skala likert % 94% 96% 98% 80% 85% 90% 95% 44 Persentase pemanfaatan asset 100% 100% 100% 100% 45 Persepsi kepuasan pegawai Perwakilan BPKP Jatim terhadap layanan sarana dan prasarana 7,70 dari skala likert ,90 dari skala likert ,10 dari skala likert ,30 dari skala likert Persentase tindak lanjut rekomendasi hasil audit Inspektorat BPKP 89% 91% 93% 95% Sasaran Strategis 8 Meningkatnya Penerapan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan bagi Pimpinan 47 Persentase Pemanfaatan Sistem Informasi secara efektif 48 Tingkat Keandalan Penggunaan Sistem Informasi Simonev 49 Tingkat Keandalan Sistem Informasi SIM-HP 50 Tingkat Keandalan Penggunaan Sistem Informasi SIMAK-BMN 51 Tingkat Keandalan Penggunaan Aplikasi SPM 52 Tingkat Keandalan Penggunaan Sistem Informasi SIMPEG 53 Tingkat Keandalan Penggunaan Sistem Informasi DMS 90% 92% 94% 96% 75% 80% 85% 90% 75% 80% 85% 90% 92% 94% 96% 98% 100% 100% 100% 100% 80% 85% 90% 95% 55% 60% 65% 70% 34

41 Rincian lebih lanjut atas sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut: Sasaran Strategis 1 Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Keuangan 1. Persentase IPP yang mendapat pendampingan penyusunan laporan keuangan Keberhasilan pencapaian IKU ini diukur dengan menghitung jumlah instansi vertikal yang mendapat pendampingan dibandingkan target dalam PKPT. 2. Persentase IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP BPKP Perwakilan Provinsi Jawa Timur juga berupaya mendorong Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Akuntabilitas Keuangan melalui IKU Persentase Pemda yang laporan Keuangannya memperoleh opini minimal WDP dari BPK RI. Pencapaian indikator tersebut, diperoleh dengan realisasi jumlah Pemda yang memperoleh opini minimal WDP dibandingkan dengan jumlah Pemda yang ada di Jawa Timur. 3. Persentase Pemda yang menerapkan Simda Keuangan Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 2001, untuk mempermudah Pemerintah Daerah dalam meningkatkan tata kelola keuangan, maka BPKP Jawa Timur ikut mendorong Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Akuntabilitas pengelolaan keuangan dengan IKU Persentase Pemda yang menerapkan SIMDA Keuangan. Adapun Capaian dari indikator tersebut diukur dengan jumlah Pemerintah Daerah yang menerapkan SIMDA Keuangan dibandingkan dengan jumlah seluruh Pemerintah Daerah yang ada di Jawa Timur. 4. Persentase Pemda yang menerapkan Simda Keuangan memperoleh opini minimal WDP IKU Persentase Pemda yang menerapkan SIMDA Keuangan memperoleh Opini Minimal WDP, dicapai dengan melihat jumlah Pemda yang diasistensi memperoleh Opini minimal WDP dibandingkan dengan jumlah Pemda yang menerapkan SIMDA Keuangan. Indikator tersebut untuk melihat seberapa besar pencapaian Asistensi SIMDA dalam memberikan kontribusi kepada Pemda dalam pencapaian/peningkatan opini Laporan Keuangan yang diberikan dari BPK RI. 5. Persentase Pemda yang menerapkan Simda Aset Keberhasilan IKU Persentase pemerintah Daerah yang Menerapkan SIMDA Aset diukur dengan menghitung jumlah Pemerintah Daerah yang menerapkan SIMDA Aset dibandingkan dengan Jumlah Pemerintah Daerah di Jawa Timur. Indikator ini untuk melihat seberapa jauh penerapan SIMDA Aset oleh Pemerintah Daerah di wilayah Jawa Timur. 35

42 6. Persentase Pemda yang Menerapkan Simda Aset Tanpa Kualifikasi Asset pada Laporan Keuangan IKU Persentase Pemda yang menerapkan SIMDA Aset tanpa Kualifikasi Aset pada Laporan Keuangan dimaksudkan untuk melihat kontribusi SIMDA Aset terhadap laporan Keuangan Pemerintah Daerah sehingga setelah menerapkan SIMDA Aset diharapkan opini BPK RI dengan kualifikasi masalah Aset tidak terjadi. Adapun capaian indikator Kinerja ini diukur dengan menghitung Jumlah Pemda/IPD yang Laporan Keuangannya tidak ada catatan kualifikasi tentang aset dibanding dengan jumlah Pemda yang menerapkan SIMDA Aset. 7. Persentase Jumlah Laporan Keuangan Proyek PHLN Memperoleh Opini Dukungan WTP IKU Persentase Jumlah Laporan Keuangan Proyek PHLN Memperoleh Opini Dukungan WTP merupakan IKU lainnya dalam pencapaian sasaran meningkatnya Sasaran Strategis 1. IKU ini diukur dari jumlah laporan keuangan proyek PHLN memperoleh opini dukungan WTP dibandingkan dengan jumlah laporan keuangan proyek PHLN yang di audit. 8. Persentase hasil pengawasan lintas sektoral yang disampaikan ke Pusat Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), mandat yang diberikan kepada BPKP antara lain melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan yang bersifat lintas sektoral. Dengan PP tersebut, BPKP mempunyai kewenangan yang lebih luas dan juga keunggulan kompetensi dalam melakukan pengawasan intern yang bersifat lintas sektoral dibandingkan dengan APIP lainnya, sehingga pengawasan atas program/kegiatan yang melibatkan beberapa pihak dan terkait dengan berbagai aspek dapat dilakukan oleh BPKP. Keberhasilan pencapaian IKU ini diukur dengan menghitung jumlah laporan hasil pengawasan lintas sektoral yang dikirim ke Pusat dibandingkan dengan target laporan dari pusat 9. Persentase Hasil Pengawasan atas Permintaan Presiden yang Disampaikan ke Pusat IKU ini merupakan indikator pencapaian Sasaran Strategis 1 dalam rangka pelaksanaan tugas BPKP melakukan pengawasan intern melalui kegiatan pengawasan lainnya berdasarkan penugasan dari Presiden, sesuai amanat pasal 49 ayat 2 butir c PP 60 Tahun 2008 tentang SPIP. 36

43 Capaian IKU ini diukur berdasarkan jumlah laporan yang dikirim ke Pusat dibandingkan target laporan dari pusat. 10. Persentase hasil pengawasan atas permintaan Stakeholder yang disampaikan tepat waktu IKU ini merupakan IKU lainnya untuk mencapai Sasaran Strategis 1. Capaian IKU ini diukur berdasarkan persentase laporan pengawasan atas permintaan Stakeholder disampaikan tepat waktu sesuai dengan RPL yang telah direncanakan. 11. Persentase BUMD yang Laporan Keuangannya Memperoleh Opini Minimal WDP BPKP berperan aktif dalam pendampingan penyusunan Laporan Keuangan BUMD agar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Oleh karena itu pendampingan ini dianggap mendukung pencapaian Sasaran Strategis 1 dengan IKU BUMD yang Laporan Keuangannya Memperoleh Opini Minimal WDP. IKU ini diukur dengan menghitung jumlah BUMD yang memperoleh opini minimal WDP dan membandingkannya dengan jumlah BUMD yang laporan keuangannya diasistensi oleh BPKP melalui kegiatan Bimtek SAK-ETAP dan SIKOMPAK Sasaran Strategis 2 Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Hasil Pengawasan 12. Persentase Hasil Pengawasan BUN yang Disampaikan ke Pusat Pemerintah melalui PP 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pasal 49 ayat 2 butir b. menegaskan bahwa melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan Negara atas kegiatan Kebendaharaan Umum Negara dengan tujuan untuk memberikan masukan kepada Menteri Keuangan. Menindaklanjuti amanat tersebut, dalam Renstranya, BPKP membentuk IKU berupa Persentase Hasil Pengawasan Kebendaharaan Umum Negara yang disampaikan ke Pusat. Capaian IKU ini diukur berdasarkan jumlah laporan yang dikirim ke Pusat dibandingkan target laporan dari Pusat. Sasaran Strategis 3 Meningkatnya Kualitas Penerapan Tata Kelola Kepemerintahan/Perusahaan 13. Persentase IPD yang telah menerapkan Standar Pelayanan Minimal Dasar hukum pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun , yang mewajibkan setiap Pemda 37

44 untuk menerapkan Standar Pelayanan Minimal. Selain itu juga terdapat Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 yang mensyaratkan implementasi SPM dilakukan dengan menuangkan indikator SPM pada dokumen perencanaan jangka menengah dan tahunan serta pada dokumen penganggaran daerah. Selanjutnya Inpres Nomor 1 Tahun 2010 juga mengharuskan Pemda melakukan SPM yang ditetapkan oleh kementerian teknis. Berdasarkan PP 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pasal 48 ayat 2 butir a dan pasal 50 ayat 1 butir a, menyebutkan bahwa BPKP melakukan pengawasan intern antara lain melalui audit kinerja diantaranya dimaksudkan untuk memperbaiki pelayanan publik. Melalui Indikator Kinerja Persentase Pemda yang telah menerapkan Standar Pelayanan Minimal, dimaksudkan untuk menilai berapa jumlah pemda yang sudah menerapkan standar pelayanan minimal dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Capaian indikator ini diperoleh dengan rumusan jumlah Pemda yang sudah menerapkan SPM dibanding dengan jumlah Pemda yang sudah dilakukan audit kinerjanya. 14. Persentase BUMN/BUMD/BLUD yang GCG atau KPI mendapat skor baik BPKP berperan melakukan pengawasan intern melalui pemberian pelayanan jasa manajemen kepada BUMN/BUMD/BUL/BLUD di bidang GCG dan KPI, dengan harapan dapat memperbaiki kinerja BUMN/BUMD/BUL/BLUD. Untuk mengukur manfaat, ditetapkan IKU berupa BUMN/BUMD/BUL/BLUD yang GCG atau KPI Mendapat Skor Baik. IKU ini diukur dengan menghitung jumlah BUMN/BUMD/BUL/BLUD yang mendapat pendampingan dengan skor minimal baik atas penerapan GCG atau KPI, dibandingkan dengan jumlah BUMN/BUMD/BUL/ BLUD yang mendapat pendampingan oleh BPKP. 15. Persentase BUMD yang kinerjanya memperoleh minimal predikat baik Penetapan IKU BUMD yang Kinerjanya memperoleh minimal Predikat Baik, dimaksudkan untuk mengukur manfaat pengawasan intern yang dilaksanakan oleh BPKP dalam meningkatkan tata kelola BUMD. IKU ini diukur dengan menghitung jumlah BUMD yang memperoleh kinerja minimal baik dibandingkan dengan jumlah BUMD yang kinerjanya diaudit oleh BPKP. 38

45 Sasaran Strategis 4 Meningkatkan Pemahaman,Kesadaran dan Keterlibatan K/L/Pemda, BUMN/BUMD dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 16. Tingkat pemahaman peserta sosialisasi program anti korupsi terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi Dalam rangka meningkatkan pemahaman mengenai praktek-praktek penyelenggaraan good governance, BPKP menetapkan suatu IKU berupa peningkatan pemahaman dan kepedulian publik terhadap permasalahan korupsi. Keberhasilan IKU diukur dari ratarata pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi yang dilakukan melalui survei dengan pengisian kuesioner pada saat melakukan sosialisasi program anti korupsi, forum koordinasi, penyamaan persepsi, koordinasi hasil pengawasan, pembinaan/quality assurance. 17. Persentase Penerapan FCP oleh Instansi yang sudah mendapatkan Sosialisasi FCP Sistem pengendalian yang baik akan memberikan jaminan terhadap kualitas dan kinerja organisasi secara keseluruhan, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan korporasi dapat memenuhi prinsip-prinsip Good Governance. FCP merupakan suatu pengendalian yang dirancang secara spesifik untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pengungkapan kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara. FCP terdiri dari atribut-atribut spesifik, yaitu Kebijakan Anti Fraud, Struktur Pertanggungjawaban, Penilaian Risiko, Kepedulian Pegawai, Kepedulian Pelanggan dan Masyarakat, Sistem Pelaporan Fraud, Perlindungan Pelapor, Pengungkapan kepada pihak eksternal, Prosedur Investigasi dan Standar Perilaku dan Disiplin. IKU ini diukur dengan menghitung jumlah instansi yang sudah menerapkan FCP dibandingkan dengan jumlah instansi yang sudah mendapatkan sosialisasi FCP. 18. Persentase tindak lanjut atas rekomendasi kajian peraturan/pedoman yang dapat berdampak pada tindak TPK Upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara tidak terlepas dari adanya kebijakan yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan KKN. Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur instansi/bumn/bumd yang membuat/mengoreksi kebijakan terkait dengan rekomendasi dari BPKP terhadap hasil kajian atas peraturan perundang-undangan yang berindikasi menjadi penyebab terjadinya KKN. Untuk merealisasikan IKU, perlu terus dikembangkan kualitas kajian atas kebijakan/peraturan perundang-undangan yang berindikasi KKN dan 39

46 menyusun/menyempurnakan pedoman pelaksanaan kegiatan IKU ini diukur dengan menghitung jumlah instansi yang melakukan tindak lanjut atas rekomendasi hasil kajian peraturan/ pedoman yang berpotensi TPK dibandingkan dengan jumlah instansi yang telah dilakukan kajian peraturan/ pedoman 19. Persentase penyelesaian penugasan evaluasi HKP Kasus Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP), klaim dan penyesuaian harga merupakan bagian dari hambatan/kendala terhadap peningkatan kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara. Tingkat keberhasilan penyelesaian kasus tersebut berkorelasi terhadap pencapaian sasaran strategis. Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim dan penyesuaian harga ditetapkan sebagai salah satu IKU yang harus dicapai. Pengukuran IKU dihitung berdasarkan jumlah laporan evaluasi HKP yang terbit dibandingkan dengan jumlah penugasan evaluasi HKP. Penyelesaian kasus HKP didapatkan dari laporan yang telah diterbitkan. 20. Persentase Tindak Lanjut Hasil Audit Klaim dan Penyesuaian Harga Pengukuran IKU Tindak Lanjut Hasil Audit Klaim dan Penyesuaian Harga dihitung berdasarkan jumlah tindak lanjut hasil audit klaim dan penyesuaian harga dibandingkan dengan jumlah hasil audit klaim dan penyesuaian harga. 21. Persentase penyerahan hasil audit investigatif dan PKKN kepada instansi penegak Hukum Salah satu upaya pencapaian sasaran strategis peningkatan kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara antara lain dengan tertanganinya kasus KKN. Penanganan kasus yang berindikasi KKN yang dilaksanakan oleh BPKP menjadi lengkap setelah dilimpahkan kepada instansi penegak hukum. Dengan demikian tingkat penyerahan kasus kepada instansi penegak hukum menjadi salah satu IKU BPKP dalam upaya pencapaian sasaran strategis. Pengukuran IKU dihitung berdasarkan jumlah laporan audit investigatif dan PKKN yang diserahkan/dilimpahkan kepada instansi penegak hukum dibandingkan jumlah surat tugas audit investigatif dan PKKN. 22. Persentase LHAI permintaan instansi lain yang berindikasi TPK yang ditindaklanjuti oleh instansi penegak hukum Indikator kinerja utama, Persentase LHAI permintaan instansi lain yang berindikasi TPK yang ditindaklanjuti oleh instansi penegak hukum dimaksudkan untuk mengukur 40

47 rekomendasi non tindak pidana korupsi pada suatu instansi pemerintah/bumn/bumd yang disampaikan kepada manajemen untuk ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi yang disarankan. Pengukuran IKU dihitung berdasarkan jumlah laporan audit investigatif (LHAI) permintaan instansi lain yang berindikasi TPK yang ditindaklanjuti instansi penegak hukum dibanding jumlah LHAI permintaan instansi lain yang diterbitkan. 23. Persentase tindak lanjut penyelesaian pengaduan masyarakat Pengaduan masyarakat dapat menjadi salah satu sumber data bagi BPKP dalam melaksanakan fungsi pengawasan. Setiap surat pengaduan atau tembusan surat pengaduan baik yang diterima secara langsung melalui Kepala BPKP atau Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dilakukan penelaahan untuk ditindaklanjuti. IKU dalam mencapai sasaran strategis, Reviu Terhadap Laporan dan Pengaduan Masyarakat yang ditindaklanjuti. Pengukuran IKU dihitung berdasarkan jumlah tindak lanjut atas surat pengaduan masyarakat dibandingkan dengan jumlah surat pengaduan masuk/ diterima perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. Sasaran Strategis 5 Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP 24. Persentase Pemda yang menyelenggarakan SPIP Sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008 Penyelenggaraan SPIP dinilai sesuai PP 60 Tahun 2008 melalui tingkat maturitas. Sebelum penilaian tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP dapat dilaksanakan, maka IKU Persentase Pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP 60/2008 diukur dengan menghitung jumlah Pemda yang laporan keuangannya memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI dibandingkan dengan jumlah seluruh Pemda. Opini WTP atas laporan keuangan diyakini dapat mewakili sistem pengendalian yang memadai sebagaimana dimaksud dalam PP Nomor 60 Tahun 2008, karena audit keuangan yang dilaksanakan oleh BPK RI mencakup pengujian atas keandalan sistem pengendalian intern Pemda. 25. Persentase Pemda yang sudah memiliki Perkada Indikator Kinerja Persentase Pemda yang memiliki Perkada dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan SPIP diwilayah pemerintah Daerah sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun BPKP sebagai instansi yang mendapat amanat sebagai instansi Pembina, perlu mendorong Pemda untuk menerapkan SPIP dilingkungan masing 41

48 masing. Indikator ini tingkat keberhasilannya diukur dengan menghitung Jumlah Pemda yang memiliki Perkada penyelenggaraan SPIP sesuai PP No. 60 Tahun 2008 dibandingkan dengan jumlah Pemda. 26. Persentase Pemda yang telah memiliki Dokumen/Desain Sistem Pengendalian Intern Sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008 Penerapan SPIP di Pemda diawali dengan pembuatan desain/juklak penyelenggaraan SPIP yaitu dokumen yang berisi tahap-tahap pengembangan detil SPIP yang akan dilakukan. Manfaat desain adalah sebagai acuan dan alat untuk memantau perkembangan penyelenggaraan SPIP. 27. Persentase Pemda yang telah memperbaiki Sistem Pengendalian Intern BPKP selaku pembina penyelenggaraan SPIP, berkewajiban memantau perkembangan penyelenggaraan SPIP Pemda. Pelaksanaan monitoring perbaikan SPI di Lingkungan Instansi Pemerintah didasarkan pada Peraturan Kepala BPKP Nomor PER- 852/K/2011 tentang Pedoman Monitoring Perbaikan SPI di Lingkungan Instansi Pemerintah Tahun Anggaran Persentase Pemda Yang memiliki SOP sesuai Target Tahunan Indikator Kinerja Persentase pemda yang memiliki SOP Tahunan, dimaksudkan untuk melihat sejauh mana Pemda dalam menerapkan SPIP di masing masing lingkungannya. Capaian Indikator ini diukur dengan membandingkan Jumlah pemda yang telah menyusun SOP dibandingkan dengan jumlah Pemda yang telah menyusun Juklak/Desain SPIP. 29. Tingkat Penerapan SPIP di Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 (PP 60/2008) pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota, wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Timur sebagai bagian dari lembaga pemerintahan juga mempunyai kewajiban yang sama untuk menyelenggarakan sistem Pengendalian Intern Pemerintah ( SPIP). SPIP merupakan hal yang kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai sub unsur perangkat keras pengendalian (hard control) dan perangkat lunak pengendalian (soft control) yang harus diterapkan secara melekat (built in) pada setiap kegiatan / business process instansi. 42

49 Untuk memudahkan pengembangan dan penerapan SPIP yang komplek tersebut maka memiliki desain penyelenggaraan SPIP yang berisi strategi dan rencana penyelenggaraan SPIP di. Keberhasilan pencapaian IKU ini diukur dengan menghitung jumlah realisasi rencana tindak penyelenggaraan SPIP dibandingkan dengan rencana perbaikan pada Desain Penyelenggaraan SPIP Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur Sasaran Strategis 6 Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten 30. Persentase APIP Pemda yang menerapkan Jabatan Fungsional Auditor Pelaksanaan audit intern di lingkungan instansi pemerintah dilakukan oleh pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan telah memenuhi syarat kompetensi keahlian sebagai auditor. Hal ini sesuai dengan Pasal 51 PP 60 Tahun 2008 tentang SPIP. Syarat kompetensi keahlian sebagai auditor dipenuhi melalui keikutsertaan dan kelulusan dalam program sertifikasi JFA. Oleh karena itu, setiap APIP mengimplementasikan JFA sebagai konsekuensi adanya fungsi dan peran pelaksanaan tugas pengawasan intern oleh auditor sesuai ketentuan tersebut. Pengukuran IKU dihitung berdasarkan jumlah APIP Pemda yang telah menerapkan JFA dibandingkan jumlah APIP Pemda. 31. Persentase APIP Pemda dengan kapabilitas pada Level 2 Indikator Kinerja Persentase Pemda dengan Kapabilitas APIP pada level 2 menunjukkan bahwa BPKP ikut mendorong peningkatan kualitas APIP yang ada di lingkungan Inspektorat Pemda. Hal ini sejalan dengan peran BPKP dalam pasal 59 PP Nomor 60 Tahun 2008 yaitu melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan SPIP yang meliputi antara lain peningkatan kompetensi auditor APIP. Capaian indikator ini dapat dihitung dengan membandingkan Jumlah Pemda yang APIPnya pada level 2 dibandingkan dengan jumlah seluruh APIP Pemda. Sasaran Strategis 7 Meningkatnya Efektifitas Perencanaan dan Pelayanan Pengawasan serta Kualitas Pengelolaan Keuangan 32. Persentase Pelaksanaan Penugasan Pengawasan Sistem perencanaan pengawasan merupakan salah satu bagian dari sistem manajemen dukungan yang berperan penting dalam membantu keberhasilan pelaksanaan kegiatan teknis BPKP. 43

50 IKU Persentase Pelaksanaan Penugasan Pengawasan diukur dengan membandingkan realisasi penugasan pengawasan terhadap rencana penugasan pengawasan yang ditetapkan. 33. Persentase Pelaksanaan Penugasan Pengawasan Tepat Waktu IKU ini merupakan turunan dari IKU Pelaksanaan Penugasan Pengawasan yang bertujuan untuk mengukur keandalan/ketepatan kegiatan perencanaan, dimana saat pelaksanaan penugasan telah memperhatikan rencana yang tercantum dalam dokumen RKT IKU Persentase Pelaksanaan Penugasan Pengawasan tepat waktu diukur dengan membandingkan jumlah realisasi penugasan tepat waktu sesuai Rencana Mulai Penugasan (RMP) terhadap rencana penugasan pengawasan yang ditetapkan sesuai RKT. 34. Persentase Penerbitan Laporan Pengawasan Tepat Waktu IKU ini merupakan turunan dari IKU Pelaksanaan Penugasan Pengawasan dari sisi penerbitan laporan, dimana untuk mengukur mengukur keandalan/ketepatan kegiatan perencanaan, dimana saat penerbitan laporan, apakah telah memperhatikan rencana yang tercantum dalam dokumen RKT IKU Persentase Penerbitan Laporan tepat waktu diukur dengan membandingkan jumlah realisasi penerbitan laporan tepat waktu sesuai Rencana Penerbitan Laporan (RPL) terhadap jumlah rencana laporan seharusnya diterbitkan. 35. Persentase pengiriman laporan tepat waktu Indikator ini bertujuan agar hasil pengawasan dapat memberikan manfaat yang maksimal untuk mengambil keputusan bagi stakeholder IKU Persentase Pengiriman Laporan tepat waktu diukur dengan membandingkan jumlah laporan yang dikirim tepat waktu terhadap jumlah laporan diterbitkan. 36. Persentase laporan penugasan investigasi yang sesuai standar IKU Persentase Laporan Penugasan Investigasi yang Sesuai Standar diukur dengan membandingkan jumlah laporan investigasi yang tidak dikembalikan oleh Pusat terhadap jumlah laporan penugasan investigasi yang disampaikan ke Pusat. 37. Tingkat Capaian Kinerja Penunjang dengan predikat baik Capaian kinerja penunjang ini dimaksudkan untuk memberikan penilaian atas kegiatan pendukung yang menunjang pencapaian kinerja utama yaitu kegiatan pengawasan 44

51 IKU Capaian Kinerja Penunjang dengan Predikat Baik diukur dengan hasil penilaian kinerja pengelolaan keuangan, SDM serta sarana dan prasarana dengan nilai 100% dari bobot 38. Persentase Kesesuaian Laporan Keuangan dengan SAP Salah satu bentuk akuntabilitas pengelolaaan keuangan yang baik adalah tingkat kewajaran laporan keuangan yang menjadi opini BPK RI terhadap penyajian laporan keuangan BPKP. IKU Tingkat Opini BPK RI terhadap Laporan Keuangan BPKP dibuat untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam membina satuan kerja terkait menyusun laporan keuangan sesuai dengan SAP. Kinerja sasaran dinilai berdasarkan tingkat perolehan opini BPK terhadap laporan keuangan dengan standar opini Wajar Tanpa Pengecualian dinilai 100%, Wajar Dengan Pengecualian dinilai 80%, Tidak Memberikan Pendapat dinilai 60%, dan Tidak Wajar dinilai 40%. 39. Persentase Pagu Dana yang tidak diblokir dalam DIPA Perwakilan BPKP Jatim Ketersediaan dana yang memadai diperlukan untuk membiayai pelaksanaan tugas dan fungsi BPKP melalui proses penyusunan anggaran, yang menghasilkan dokumen anggaran berupa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran(DIPA). Pagu dana dalam DIPA dapat dilakukan pemblokiran/pemberian tanda bintang oleh DPR untuk kegiatan dalam DIPA yang perlu dimintakan persetujuan dari DPR terlebih dahulu, atau Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) untuk kegiatan pada saat penelaahan belum dilengkapi dengan data dukung yang memadai/lengkap. Realisasi diukur dengan membandingkan antara jumlah pagu dana yang tidak diblokir/diberi tanda bintang dengan total pagu dana dalam DIPA. 40. Persepsi kepuasan pegawai Perwakilan BPKP Jatim atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai prosedur Indikator kinerja Persepsi kepuasan pengguna atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai dengan prosedur adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna anggaran atas pelayanan yang diberikan dalam menyediakan dana untuk membiayai kegiatan yang telah dianggarkan. Indikator kinerja tersebut diukur melalui survey kepuasan pegawai terhadap layanan keuangan dengan metode skala likert Persepsi kepuasan pegawai Perwakilan BPKP Jatim terhadap layanan kepegawaian Persepsi kepuasan terhadap suatu pelayanan sangat bergantung pada suatu keadaan 45

52 ketika keinginan, harapan, dan kebutuhan para penerima layanan dapat terpenuhi. Pernyataan kepuasan atau ketidakpuasan diperoleh melalui survei kepada para penerima layanan, dengan metode skala likert Perhitungan persepsi kepuasan terhadap pelayanan pengelolaan kepegawaian dilaksanakan dengan metode penyebaran kuesioner secara uji petik kepada para pegawai dari seluruh unit kerja di lingkungan. 42. Persentase ketepatan penerbitan SK terkait kepegawaian IKU ini merupakan turunan dari IKU Kepuasan terhadap pelayanan pengelola kepegawaian dan organisasi yaitu untuk mengukur ketepatan/keandalan pelaksanaan kegiatan layanan yang diterima pegawai. IKU Persentase Ketepatan Penerbitan SK Terkait Kepegawaian diukur dengan membandingkan jumlah SK yang diterbitkan tepat waktu dengan SK yang seharusnya terbit. SK yang dimaksud disini adalah SK yang diterbitkan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur seperti SK Penilaian Angka Kredit (PAK) Gol II dan III, SK Kenaikan Gaji Berkala (KGB), SK Kenaikan Pangkat bagi Golongan II kebawah, SK Inpasing Gaji. 43. Persepsi Publik yang positif terhadap Perwakilan BPKP Jawa Timur Eksistensi sebuah organisasi antara lain ditentukan oleh citra organisasi yang terbentuk di lingkungannya. Demikian juga dengan eksistensi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur yang ditentukan juga oleh citranya di mata publik. Oleh karena itu, persepsi publik terhadap menjadi salah satu alat ukur yang relevan dalam menilai kinerja. Kinerja IKU ini diukur dengan cara mengidentifikasikan jumlah opini yang bernuansa positif terhadap di mass media dibandingkan dengan jumlah seluruh berita yang terkait dengan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. 44. Persentase pemanfaatan aset Persentase Pemanfaatan Asset digunakan untuk mengukur pengelolaan dan pengembangan kapasitas sarana dan prasarana di BPKP yang dilaksanakan melalui pengelolaan urusan tata usaha, perlengkapan, dan rumah tangga bagi seluruh satuan kerja. IKU Persentase Pemanfaatan Asset diukur dengan membandingkan jumlah asset yang dimanfaatkan dibandingkan dengan nilai total asset yang baik. 46

53 45. Persepsi kepuasan pegawai Perwakilan BPKP Jatim terhadap layanan sarana dan prasarana IKU Persepsi Kepuasan Terhadap Pelayanan Pengelola Sarpras adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pegawai atas layanan yang diberikan dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas pengawasan. IKU ini diukur dari tingkat persepsi kepuasan terhadap pelayanan pengelolaan sarpras yang dapat diberikan oleh unit layanan yang bertanggung jawab atas pengelolaan sarpras dengan metode skala likert Persentase tindak lanjut rekomendasi hasil audit Inspektorat BPKP IKU Persentase Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat BPKP adalah untuk mengetahui tingkat kinerja perwakilan dalam menindak lanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan Inspektorat. IKU ini diukur dengan membandingkan jumlah rekomendasi baik berupa nilai maupun kejadian yang telah ditindaklanjuti oleh satuan kerja yang dievaluasi/direviu/diaudit, dengan jumlah rekomendasi dari Inspektorat yang tertuang dalam Laporan Hasil Evaluasi/Reviu/Audit. Sasaran Strategis 8 Meningkatnya Penerapan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan bagi Pimpinan 47. Persentase Pemanfaatan Sistem Informasi secara efektif IKU ini digunakan untuk mengukur penggunaan/pengimplementasian sistem oleh. IKU Persentase Pemanfaatan Sistem Informasi secara Efektif diukur dengan membandingkan jumlah sistem informasi yang dimanfaatkan dibandingkan dengan sistem informasi yang wajib dimanfaatkan. 48. Tingkat Keandalan Penggunaan Sistem Informasi Simonev IKU ini merupakan turunan dari IKU Pemanfaatan Sistem Informasi Secara Efektif bertujuan untuk mengukur penggunaan sistem informasi yang ada telah dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan tujuannya IKU Tingkat Keandalan SIMONEV diukur dengan membandingkan jumlah ST dan Laporan yang di input di Simonev dibandingkan dengan ST dan Laporan terbit. 49. Tingkat Keandalan Penggunaan Sistem Informasi SIM-HP IKU ini merupakan turunan dari IKU Pemanfaatan Sistem Informasi Secara Efektif bertujuan untuk mengukur penggunaan sistem informasi yang ada telah dimanfaatkan 47

54 secara optimal sesuai dengan tujuannya IKU Tingkat Keandalan SIM-HP diukur dengan membandingkan jumlah Laporan dan Tindak Lanjut yang di input di SIM-HP dibandingkan dengan Laporan terbit serta Tindak Lanjut yang ada. 50. Tingkat Keandalan Penggunaan Sistem Informasi SIMAK-BMN IKU ini merupakan turunan dari IKU Pemanfaatan Sistem Informasi Secara Efektif bertujuan untuk mengukur penggunaan sistem informasi yang ada telah dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan tujuannya dan dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan bagi pimpinan IKU Tingkat Keandalan SIMAK BMN diukur dengan membandingkan Jumlah asset yang di input dibandingkan dengan jumlah aset yang dimiliki. 51. Tingkat Keandalan Penggunaan Aplikasi SPM IKU ini merupakan turunan dari IKU Pemanfaatan Sistem Informasi Secara Efektif bertujuan untuk mengukur penggunaan sistem informasi yang ada telah dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan tujuannya dan dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan bagi pimpinan IKU Tingkat Keandalan Sistem Informasi SPM diukur dengan membandingkan Jumlah transaksi yang ditolak KPN dibandingkan dengan jumlah total transaksi 52. Tingkat Keandalan S Penggunaan istem Informasi SIMPEG IKU ini merupakan turunan dari IKU Pemanfaatan Sistem Informasi Secara Efektif bertujuan untuk mengukur penggunaan sistem informasi yang ada telah dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan tujuannya dan dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan bagi pimpinan IKU Tingkat Keandalan SIMPEG diukur dengan membandingkan jumlah perubahan data kepegawaian yang di input dalam SIMPEG dibandingkan dengan jumlah total perubahan data pegawai. 53. Tingkat Keandalan Penggunaan Sistem Informasi DMS IKU ini merupakan turunan dari IKU Pemanfaatan Sistem Informasi Secara Efektif bertujuan untuk mengukur penggunaan sistem informasi yang ada telah dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan tujuannya dan dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan bagi pimpinan IKU Tingkat Keandalan Aplikasi DMS diukur dengan membandingkan Jumlah dokumen yang di upload ke DMS dibandingkan dengan jumlah total dokumen yang seharusnya di up load. 48

55 PENUTUP Suplemen Rencana Strategis Tahun ini sudah diselaraskan dengan restrukturisasi program dan kegiatan RPJMN serta mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 Tanggal 31 Desember 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan pedoman penyusunan suplemen dari BPKP Pusat. Demikian pula penyusunan Suplemen Renstra ini telah diselaraskan dengan Suplemen Renstra BPKP tahun Suplemen Renstra ini merupakan komitmen bersama seluruh jajaran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur yang wajib ditegakkan dan dilaksanakan agar dapat tercapai visi, misi, dan tujuan BPKP. Tujuan tersebut tidak semata untuk kepentingan BPKP sendiri, namun untuk kepentingan yang lebih luas, yaitu kepentingan pemerintah/presiden dalam melaksanakan pembangunan nasional. Namun demikian, suplemen renstra ini masih perlu dijabarkan lebih lanjut dalam rumusanrumusan yang lebih operasional, yang kemudian dijabarkan dalam langkah nyata berupa kegiatan-kegiatan pengawasan BPKP, baik yang bersifat preemtif, preventif maupun represif. Akhirnya, menjadi tugas dan kewajiban seluruh jajaran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur, para pejabat dan pegawai Perwakilan, untuk bersama-sama melangkah dalam tindakan yang harmonis untuk melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan visi dan misi yang telah dirumuskan dalam Rencana Strategis ini. Pencapaian kinerja memang bukan hal yang mudah, untuk itu diperlukan tekad, ikhtiar dan perjuangan terus menerus untuk menunjukkan bahwa memang mampu memenuhi harapan stakeholders. 49

56 No. : I/ Halaman Keputusan No. : KEP 21135/PW13/ Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Perubahan Renstra PADA PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR No PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR Sasaran Strategis Indikator Kinerja Rumus Pengukuran Keterangan 1 Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Keuangan 1 Persentase IPP yang mendapat pendampingan penyusunan laporan keuangan 2 Persentase IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP 3 Persentase Pemda yang menerapkan SIMDA Keuangan 4 Persentase Pemda yang menerapkan Simda Keuangan memperoleh opini minimal WDP 5 Persentase Pemda yang menerapkan SIMDA Aset Jumlah Instansi vertikal yang mendapat pendampingan dibanding target dalam PKPT Realisasi jumlah Pemda yang memperoleh opini minimal WDP dibandingkan dengan jumlah Pemda yang ada di Jawa Timur Jumlah Pemda yang menerapkan SIMDA Keuangan dibandingkan dengan jumlah seluruh Pemda yang ada di Jawa Timur Jumlah Pemda yang diasistensi memperoleh opini minimal WDP dibandingkan dengan jumlah Pemda yang menerapkan SIMDA Keuangan. Jumlah Pemda yang menerapkan SIMDA Aset dibandingkan dengan jumlah Pemda di Jawa Timur 6 Persentase Pemda yang Jumlah Pemda/IPD yang menerapkan Simda Aset laporan keuangannya tidak tanpa kualifikasi aset ada catatan kualifikasi tentang pada laporan keuangan aset dibanding dengan Pemda yang menerapkan SIMDA Aset 7 Persentase jumlah laporan keuangan proyek PHLN yang memperoleh opini dukungan WTP 8 Persentase hasil pengawasan lintas sektoral yang disampaikan ke Pusat 9 Persentase hasil pengawasan atas permintaan presiden yang disampaikan ke Pusat Jumlah laporan keuangan proyek PHLN memperoleh opini dukungan WTP dibandingkan dengan jumlah laporan keuangan proyek PHLN yang diaudit Jumlah laporan hasil pengawasan lintas sektoral yang dikirim ke Pusat dibandingkan target laporan dari Pusat Jumlah laporan yang dikirim ke Pusat dibandingkan target laporan dari Pusat

57 No. : I/ Halaman Keputusan No. : KEP 21135/PW13/ Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Perubahan Renstra PADA PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR No PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR Sasaran Strategis Indikator Kinerja Rumus Pengukuran Keterangan 10 Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang disampaikan tepat waktu 11 Persentase BUMD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP Persentase laporan pengawasan atas permintaan stakeholders disampaikan tepat waktu sesuai dengan RPL yang telah direncanakan Jumlah BUMD yang memperoleh opini minimal WDP dan membandingkannya dengan jumlah BUMD yang laporan keuangannya diasistensi oleh BPKP melalui kegiatan Bimtek SAK-ETAP dan SIKOMPAK 2 Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Hasil Pengawasan 3 Meningkatnya kualitas penerapan tata kelola kepemerintahan/perusahaan 12 Persentase hasil pengawasan BUN yang disampaikan ke Pusat 13 Persentase IPD yang telah menerapkan Standar Pelayanan Minimal 14 Persentase BUMN/BUMD/BLUD yang GCG atau KPI mendapat skor baik Jumlah laporan yang dikirim ke Pusat dibandingkan target laporan dari Pusat Jumlah Pemda yang sudah menerapkan SPM dibanding jumlah Pemda yang sudah dilakukan audit kinerjanya Jumlah BUMN/BUMD/BUL/BLUD yang mendapat pendampingan dengan skor minimal baik atas penerapan GCG atau KPI dibandingkan dengan jumlah BUMN/BUMD/BUL/BLUD yang mendapat pendampingan oleh BPKP 15 Persentase BUMD yang kinerjanya memperoleh minimal predikat baik Jumlah BUMD yang memperoleh kinerja minimal baik dibandingkan dengan jumlah BUMD yang kinerjanya diaudit oleh BPKP 4 Meningkatnya Pemahaman, Kesadaran dan Keterlibatan K/L/Pemda, BUMN/BUMD, dan Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 16 Tingkat pemahaman peserta sosialisasi program anti korupsi terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi Rata-rata pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi yang dilakukan melalui survei dengan pengisian kuesioner pada saat melakukan sosialisasi program anti korupsi, forum koordinasi, penyamaan persepsi, koordinasi hasil pengawasan, pembinaan / quality assurance

58 No. : I/ Halaman Keputusan No. : KEP 21135/PW13/ Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Perubahan Renstra PADA PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR No PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR Sasaran Strategis Indikator Kinerja Rumus Pengukuran Keterangan 17 Persentase penerapan FCP oleh instansi yang sudah mendapatkan sosialisasi FCP Jumlah instansi yang sudah menerapkan FCP dibandingkan dengan jumlah instansi yang sudah mendapatkan sosialisasi FCP 18 Persentase tindak lanjut atas rekomendasi kajian peraturan/pedoman yang dapat berdampak pada tindak TPK Jumlah instansi yang melakukan tindak lanjut atas rekomendasi hasil kajian peraturan/pedoman yang berpotensi TPK dibandingkan dengan jumlah instansi yang telah dilakukan kajian peraturan/pedoman 19 Persentase Jumlah laporan evaluasi HKP penyelesaian penugasan yang terbit dibandingkan evaluasi HKP dengan jumlah penugasan evaluasi HKP, penyelelesaian kasus HKP didapatkan dari laporan yg telah diterbitkan 20 Persentase tindak lanjut hasil audit klaim dan penyesuaian harga. 21 Persentase penyerahan hasil audit investigatif dan PKKN kepada instansi penegak hukum 22 Persentase LHAI permintaan instansi lain yang berindikasi TPK yang ditindaklanjuti oleh instansi penegak hukum 23 Persentase tindak lanjut penyelesaian pengaduan masyarakat Jumlah tindak lanjut hasil audit klaim dan penyesuaian harga dibandingkan dengan jumlah hasil audit klaim dan Jumlah laporan i h audit investigatif dan PKKN yang diserahkan/dilimpahkan kepada instansi penegak hukum dibandingkan jumlah surat tugas audit investigatif dan PKKN Jumlah laporan audit investigatif (LHAI) permintaan instansi lain yang berindikasi TPK yang ditindaklanjuti instansi penegak hukum dibanding jumlah LHAI permintaan instansi lain yang diterbitkan Jumlah tindak lanjut surat pengaduan masyarakat dibandingkan dengan jumlah surat pengaduan yang masuk/diterima Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur

59 No. : I/ Halaman Keputusan No. : KEP 21135/PW13/ Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Perubahan Renstra PADA PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR No PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR Sasaran Strategis Indikator Kinerja Rumus Pengukuran Keterangan 5 Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP 24 Persentase Pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008 Jumlah Pemda yang laporan keuangannya memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI dibandingkan dengan jumlah seluruh Pemda 25 Persentase Pemda yang sudah memiliki Perkada 26 Persentase Pemda yang telah memiliki Dokumen/Desain SPIP sesuai PP Nomor 60 Tahun Persentase Pemda yang telah memperbaiki Sistem Pengendalian Intern 28 Persentase Pemda yang memiliki SOP sesuai target tahunan 29 Tingkat Penerapan SPIP di Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur Jumlah Pemda yang memiliki Perkada penyelenggaraan SPIP sesuai PP No. 60 Tahun 2008 dibandingkan dengan jumlah Pemda Jumlah Pemda yang sudah memiliki juklak penyelenggaraan SPIP dibandingkan dengan jumlah Pemda yang sudah memiliki Perkada SPIP Jumlah Pemda yang dilakukan monitoring Sistem Pengendalian Intern Pemerintah sampai dengan tahun berjalan Jumlah Pemda yang telah menyusun SOP dibandingkan dengan jumlah Pemda yang telah menyusun juklak/desain SPIP Jumlah Realisasi Rencana Tindak Penyelenggaraan SPIP Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dibandingkan dengan rencana perbaikan pada Desain Penyelenggaraan SPIP Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 6 Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten 30 Persentase APIP Pemda Jumlah APIP Pemda yang telah yang menerapkan menerapkan Jabatan Jabatan Fungsional Fungsional Auditor Auditor dibandingkan Jumlah APIP Pemda 31 Persentase APIP Pemda Jumlah Pemda yang APIP nya dengan kapabilitas pada pada Level 2 dibandingkan Level 2 dengan jumlah seluruh APIP Pemda

60 No. : I/ Halaman Keputusan No. : KEP 21135/PW13/ Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Perubahan Renstra PADA PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR No PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR Sasaran Strategis Indikator Kinerja Rumus Pengukuran Keterangan 7 Meningkatnya efektifitas perencanaan dan pelayanan pengawasan serta kualitas pengelolaaan keuangan 32 Persentase Pelaksanaan Penugasan Pengawasan (PP) Membandingkan realisasi penugasan pengawasan terhadap rencana penugasan pengawasan yang ditetapkan 33 Persentase pelaksanaan penugasan pengawasan tepat waktu 34 Persentase penerbitan laporan pengawasan tepat waktu Jumlah realisasi penugasan tepat waktu sesuai Rencana Mulai Pengawasan (RMP) terhadap rencana penugasan pengawasan yang ditetapkan Jumlah realisasi penerbitan laporan tepat waktu sesuai Rencana Penerbitan Laporan (RPL) terhadap jumlah rencana laporan seharusnya diterbitkan 35 Persentase pengiriman laporan tepat waktu Jumlah laporan yang dikirim tepat waktu dibandingkan jumlah laporan diterbitkan 36 Persentase laporan penugasan investigasi yang sesuai standar Jumlah laporan investigasi yang tidak dikembalikan oleh pusat terhadap jumlah laporan penugasan investigasi yang disampaikan ke pusat 37 Tingkat Capaian Kinerja Penunjang dengan predikat baik Hasil penilaian kinerja pengelolaan keuangan, SDM dan sarana prasarana dengan nilai 100% dari bobot 38 Persentase Kesesuaian Laporan Keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dengan SAP Tingkat perolehan opini BPK terhadap Laporan Keuangan dengan standar opini Wajar Tanpa Pengecualian dinilai 100%, Wajar Dengan Pengecualian dinilai 80%, Tidak Memberikan Pendapat 60%, dan Tidak Wajar 40% 39 Persentase Pagu Dana yang tidak Diblokir dalam DIPA Perwakilan BPKP Jatim Jumlah pagu dana yang tidak diblokir/diberi tanda bintang dengan total pagu dana dalam DIPA 40 Persepsi kepuasan pegawai Perwakilan BPKP Jatim atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai prosedur Hasil survei kepuasan pegawai terhadap layanan keuangan dengan metode skala likert 1-10

61 No. : I/ Halaman Keputusan No. : KEP 21135/PW13/ Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Perubahan Renstra PADA PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR No PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR Sasaran Strategis Indikator Kinerja Rumus Pengukuran Keterangan 41 Persepsi kepuasan pegawai Perwakilan BPKP Jatim terhadap layanan kepegawaian 42 Persentase ketepatan penerbitan SK terkait kepegawaian 43 Persepsi Publik yang positif terhadap Perwakilan BPKP Jawa Timur Hasil survei kepuasan penerima layanan dengan metode skala likert 1-10 Jumlah SK yang diterbitan tepat waktu dibandingkan dengan SK yang seharusnya terbit. SK yang dimaksud disini adalah SK yang diterbitkan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur seperti SK Penilaian Angka Kredit (PAK) Gol II dan III, SK Kenaikan Gaji Berkala (KGB),SK Kenaikan Pangkat bagi Gol II ke bawah, SK Inpasing Gaji Jumlah opini bernuansa positif terhadap Perwakilan BPKP Jatim di mass media dibandingkan dengan seluruh berita yang terkait dengan Perwakilan BPKP Jawa Timur 44 Persentase pemanfaatan Jumlah aset yang aset dimanfaatkan dibandingkan nilai total aset yang baik 45 Persepsi kepuasan pegawai Perwakilan BPKP Jatim terhadap layanan sarana dan prasarana 46 Persentase tindak lanjut rekomendasi hasil audit Inspektorat BPKP Tingkat persepsi kepuasan terhadap pelayanan pengelolaan sarpras yang dapat diberikan oleh unit layanan yang bertanggung jawab atas pengelolaan sarpras dengan metode skala likert 1-10 Jumlah rekomendasi baik berupa nilai maupun kejadian yang telah ditindaklanjuti oleh satuan kerja yang dievaluasi/direviu/diaudit, dengan jumlah rekomendasi dari inspektorat yang tertuang dalam laporan hasil evaluasi/reviu/audit

62 No. : I/ Halaman Keputusan No. : KEP 21135/PW13/ Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Perubahan Renstra PADA PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR No PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA TIMUR Sasaran Strategis Indikator Kinerja Rumus Pengukuran Keterangan 8 Meningkatnya penerapan sistem dukungan pengambilan keputusan bagi pimpinan 47 Persentase Pemanfaatan Jumlah sistem informasi yang Sistem Informasi secara dimanfaatkan dibandingkan efektif dengan jumlah sistem informasi yang wajib dimanfaatkan 48 Tingkat Keandalan Jumlah ST dan laporan yang di Penggunaan Sistem Input di Simonev dibanding Informasi Simonev jumlah ST dan laporan terbit 49 Tingkat Keandalan Sistem Informasi SIM- HP 50 Tingkat Keandalan Penggunaan Sistem Informasi SIMAK-BMN 51 Tingkat Keandalan Penggunaan Aplikasi SPM 52 Tingkat Keandalan Penggunaan Sistem Informasi SIMPEG 53 Tingkat Keandalan Penggunaan Sistem Informasi DMS Jumlah laporan dan tindak lanjut yang di Input di SIM-HP dibanding jumlah laporan terbit serta tindak lanjut yang ada Jumlah aset yang diinput dibandingkan jumlah aset yang dimiliki Jumlah transaksi yang ditolak KPN dibandingkan dengan total transaksi Jumlah perubahan data kepegawaian yg diinput dalam SIMPEG dibandingkan jumlah total data perubahan pegawai Jumlah dokumen yang diupload ke DMS dibandingkan dengan jumlah total dokumen yang seharusnya diupload

63 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS Visi: Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas LAMPIRAN I / Halaman 1 8 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 1 : Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di wilayah Tujuan : 1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 2 Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah 3 Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB I Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Keuangan 1 Persentase IPP yang mendapat pendampingan 1 Meningkatkan Kualitas 1 penyusunan laporan keuangan Pengawasan Intern, Penerapan Akuntabilitas, 80% 85% 90% 95% Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah, Sistem 2 Pembinaan SPIP Persentase IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP 80% 85% 90% 95% Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan SPIP Bidang Teknis (IPP, APD, AN, Investigasi) 3 Persentase Pemda yang menerapkan Simda Keuangan 20% 30% 40% 50%

64 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS Visi: Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas LAMPIRAN I / Halaman 2 8 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 1 : Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di wilayah Tujuan : 1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 2 Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah 3 Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah 4 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN Persentase Pemda yang menerapkan Simda Keuangan memperoleh opini minimal WDP 80% 85% 90% 95% KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB 5 Persentase Pemda yang menerapkan Simda Aset 30% 40% 50% 60% 6 Persentase Pemda yang menerapkan Simda Asset tanpa kualifikasi asset pada laporan keuangan 30% 35% 40% 45% 7 Persentase jumlah laporan keuangan proyek PHLN memperoleh opini dukungan WTP 70% 80% 90% 95%

65 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS Visi: Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas LAMPIRAN I / Halaman 3 8 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 1 : Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di wilayah Tujuan : 1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 2 Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah 3 Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB Persentase hasil pengawasan lintas sektoral yang disampaikan ke pusat 80% 85% 90% 95% Persentase hasil pengawasan atas permintaan presiden yang disampaikan ke pusat 80% 85% 90% 95% Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang disampaikan tepat waktu 75% 80% 85% 90%

66 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS Visi: Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas LAMPIRAN I / Halaman 4 8 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 1 : Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di wilayah Tujuan : 1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 2 Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah 3 Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah 11 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN Persentase BUMD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP 45% 50% 55% 60% KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB II Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Hasil Pengawasan 1 Persentase hasil pengawasan BUN yang disampaikan 1 ke pusat 80% 85% 90% 95% Meningkatkan Pelaksanaan Audit Operasional Secara Efektif 2 Meningkatkan Kualitas Pengawasan Intern dan Penerapan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah

67 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS Visi: Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas LAMPIRAN I / Halaman 5 8 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 1 : Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di wilayah Tujuan : 1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 2 Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah 3 Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah III SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS KEBIJAKAN TARGET TAHUNAN Meningkatnya Kualitas Penerapan Tata Kelola Kepemerintahan/Perusahaan 1 Persentase IPD yang telah menerapkan Standar 1 Mendorong Peningkatan Pelayanan Minimal Kinerja Pelayanan Publik 2 Menyelenggarakan Asesmen 30% 40% 50% 60% Penerapan GCG pada BUMN/D 2 Persentase BUMN/BUMD/BLUD yang GCG atau KPI 3 Pendampingan Pengadaan mendapat skor baik Barang dan Jasa PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB 4 80% 85% 90% 95% Peningkatan Kapasitas APIP Secara Efektif 3 Persentase BUMD yang kinerjanya memperoleh minimal predikat baik 40% 50% 60% 70%

68 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS Visi: Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas LAMPIRAN I / Halaman 6 8 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 1 : Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di wilayah Tujuan : 1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 2 Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah 3 Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB IV Meningkatkan Pemahaman, Kesadaran, dan Keterlibatan K/L/Pemda, BUMN/BUMD dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 1 Tingkat pemahaman peserta sosialisasi program anti 1 korupsi terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi % 85% 90% 90% 2 Persentase penerapan FCP oleh instansi yang sudah mendapatkan sosialisasi FCP 50% 50% 75% 75% Persentase tindak lanjut atas rekomendasi kajian peraturan/pedoman yang dapat berdampak pada tindak TPK Melaksanakan Penerapan Fraud Control Plan (FCP) sebagai Sistem Cegah Dini dan Perbaikan Tata Kelola Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Audit Investigasi Melalui Pengungkapan Kasus Dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK) dalam Rangka Penyelamatan Keuangan Negara/Daerah

69 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS Visi: Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas LAMPIRAN I / Halaman 7 8 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 1 : Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di wilayah Tujuan : 1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 2 Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah 3 Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN 100% 100% 100% 100% KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB Persentase penyelesaian penugasan evaluasi HKP 85% 90% 95% 100% Persentase tindak lanjut hasil audit klaim dan penyesuaian harga 90% 95% 100% 100% Persentase penyerahan hasil audit investigatif dan PKKN kepada instansi penegak hukum 85% 90% 95% 100%

70 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS Visi: Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas LAMPIRAN I / Halaman 8 8 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 1 : Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di wilayah Tujuan : 1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 2 Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah 3 Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah 7 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN Persentase LHAI permintaan instansi lain yang berindikasi TPK yang ditindaklanjuti oleh instansi penegak hukum 85% 90% 95% 100% KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB 8 Persentase tindak lanjut penyelesaian pengaduan masyarakat 90% 95% 100% 100%

71 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS Visi: Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas LAMPIRAN I / Halaman 1 2 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 2 : Tujuan : Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur Tercapainya efektivitas penyelenggaran sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB I Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah 1 Persentase Pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai 1 Meningkatkan Kualitas 1 PP Nomor 60 Tahun % 28% 30% 32% 2 3 Persentase Pemda yang sudah memiliki Perkada 60% 70% 80% 90% Persentase K/L/Pemda yang telah memiliki dokumen/desain Sistem Pengendalian Intern sesuai PP Nomor 60 Tahun % 0% 10% 20% Pengawasan Intern, Penerapan Akuntabilitas, Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah, Meningkatkan Sistem Pembinaan SPIP di Lingkungan Pemerintah Daerah di Wilayah Jawa Timur Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan SPIP Bidang Teknis(IPP, APD, AN, Investigasi) 4 Persentase Pemda yang telah memperbaiki Sistem Pengendalian Intern 6% 8% 10% 12%

72 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS Visi: Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas LAMPIRAN I / Halaman 2 2 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 2 : Tujuan : Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur Tercapainya efektivitas penyelenggaran sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 5 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN Persentase Pemda yang memiliki SOP sesuai target tahunan 0% 0% 5% 10% KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB 6 Tingkat penerapan SPIP d Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 75% 80% 85% 90%

73 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS Visi: Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, LAMPIRAN I / Halaman 1 1 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 3 : Tujuan : Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesioanel dan kompeten di wilayah SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB I Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern 1 Persentase APIP Pemda yang menerapkan Jabatan 1 Meningkatkan Kualitas 1 Fungsional Auditor Pengawasan Intern, Penerapan Akuntabilitas, 65% 70% 75% 80% Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah, Meningkatkan Sistem 2 Persentase APIP Pemda dengan kapabilitas pada level 2 Pembinaan SPIP di Lingkungan Pemerintah Daerah di Wilayah Jawa 0% 0% 0% 2,5% Timur Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan SPIP

74 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas di Provinsi Jawa Timur LAMPIRAN I / Halaman 1 7 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 4 : Tujuan : Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB I Meningkatnya efektifitas perencanaan dan pelayanan pengawasan serta kualitas pengelolaaan keuangan 1 Persentase Pelaksanaan Penugasan (PP) 1 Meningkatkan Efektivitas 1 Perencanaan dan Pelayanan 92% 94% 96% 98% Pengawasan, serta Kualitas Pengelolaan Keuangan 2 Persentase pelaksanaan penugasan pengawasan yang Melalui Peningkatan Pilar tepat waktu Kinerja atas Perspektif Pertumbuhan dan 70% 75% 80% 85% Pembelajaran Terhadap Modal Organisasi, Modal 3 SDM dengan Memperhatikan: Persentase penerbitan laporan pengawasan tepat 65% 70% 75% 80% - Penyediaan dan Alokasi Anggaran Berbasis Kinerja Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPKP Subbag Perencanaan dan Pelaporan

75 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas di Provinsi Jawa Timur LAMPIRAN I / Halaman 2 7 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 4 : Tujuan : Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS KEBIJAKAN TARGET TAHUNAN 4 Persentase pengiriman laporan tepat waktu - Pelaksanaan Anggaran Sesuai Kebutuhan 88% 90% 92% 94% - Mewujudkan Iklim Kerja yang Kondusif dalam Lingkungan Kerja PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB Subbag Umum 5 Persentase laporan penugasan investigasi yang sesuai Program Pengawasan Bidang Investigasi standar Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan 90% 95% 100% 100% Pembinaan SPIP 6 Tingkat Capaian Kinerja Penunjang.dengan predikat baik Program Dukungan Semua Subbag Manajemen dan 80% 80% 80% 80% Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 7 Persentase Kesesuaian Laporan Keuangan Perwakilan Subbag Keuangan BPKP Provinsi Jawa Timur dengan SAP 100% 100% 100% 100%

76 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas di Provinsi Jawa Timur LAMPIRAN I / Halaman 3 7 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 4 : Tujuan : Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 8 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN Persentase Pagu Dana yang tidak Diblokir dalam DIPA Perwakilan BPKP Jatim KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB 85% 90% 95% 100% 9 Persepsi kepuasan pegawai Perwakilan BPKP Jatim atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai prosedur 7,75 dari skala likert ,00 dari skala likert ,25 dari skala likert ,50 dari skala likert 1-10

77 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas di Provinsi Jawa Timur LAMPIRAN I / Halaman 4 7 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 4 : Tujuan : Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB 10 Persepsi kepuasan pegawai Perwakilan BPKP Jatim terhadap layanan kepegawaian Subbag Kepegawaian 7,4 dari skala likert ,6 dari skala likert ,8 dari skala likert dari skala likert Persentase ketepatan penerbitan SK terkait kepegawaian 92% 94% 96% 98% Persepsi Publik yang positif terhadap Perwakilan BPKP Jawa Timur 80% 85% 90% 95% Subbag Perencanaan dan Pelaporan 13 Persentase pemanfaatan asset Subbag Umum 100% 100% 100% 100%

78 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas di Provinsi Jawa Timur LAMPIRAN I / Halaman 5 7 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 4 : Tujuan : Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 14 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN Persepsi kepuasan pegawai Perwakilan BPKP Jatim terhadap layanan sarana dan prasarana 7,70 7,90 8,10 8,30 dari dari dari dari skala skala skala skala likert likert likert likert KEBIJAKAN PROGRAM Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPKP UNIT PENANGGUNGJA WAB 15 Persentase tindak lanjut rekomendasi hasil audit Semua Subbag Inspektorat BPKP 89% 91% 93% 95%

79 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas di Provinsi Jawa Timur LAMPIRAN I / Halaman 6 7 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 4 : Tujuan : Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur II SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN KEBIJAKAN PROGRAM Pembelajaran Antara Lain 2 Tingkat Keandalan Sistem Informasi Simonev dengan Mengembangkan Subbag 75% 80% 85% 90% 3 Tingkat Keandalan Sistem Informasi SIM-HP 75% 80% 85% 90% UNIT PENANGGUNGJA WAB Meningkatnya penerapan sistem dukungan pengambilan keputusan bagi pimpinan 1 Persentase Pemanfaatan Sistem Informasi secara efektif 1 Mendorong Peningkatan 1 Dukungan Manajemen dan Semua Subbag Pilar Kinerja atas Perspektif Pelaksanaan Tugas Teknis 90% 92% 94% 96% Pertumbuhan dan Lainnya BPKP Sistem Informasi dan Prosedur (Information Capital) yaitu Program Exis (Executive Information System) 4 Tingkat Keandalan Sistem Informasi SIMAK-BMN Subbag Umum 92% 94% 96% 98% 5 Tingkat Keandalan Aplikasi SPM Subbag Keuangan 100% 100% 100% 100%

80 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR MATRIK PENYEMPURNAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas di Provinsi Jawa Timur LAMPIRAN I / Halaman 7 7 FORMULIR RENCANA STRATEGIS (RS) TAHUN Misi 4 : Tujuan : Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 6 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS TARGET TAHUNAN Tingkat Keandalan Sistem Informasi SIMPEG 80% 85% 90% 95% KEBIJAKAN PROGRAM UNIT PENANGGUNGJA WAB Subbag Kepegawaian 7 Tingkat Keandalan Sistem Informasi DMS 55% 60% 65% 70% Bidang Teknis dan Prolap

81

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta Rencana Strategis 2010-2014 Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi DIY tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: Visi : Auditor Presiden yang responsif,

Lebih terperinci

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut :

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut : RENCANA STRATEGIS 2010-2014 PERWAKILAN BPKP SULUT Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun 2010-2014 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pernyataan Visi Sejalan dengan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012 LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA / DAERAH PADA PROVINSI PAPUA TAHUN 2012 Nomor: LAP- 20/PW26/1/2012 Tanggal: 18 Januari 2012 LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, KEPUTUSAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-67/DL/2/2013 TENTANG PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Papua Barat yang sebelumnya wilayah kerjanya berada/merupakan bagian dari Perwakilan BPKP Provinsi Papua telah menyusun

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah NOMOR: LAKIP - 023 /PW18/1/2014 TANGGAL 21 JANUARI 2014 Ringkasan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 Nomor: LKIN-007/PW03/6/2017 Tanggal: 10 Januari 2017 DAFTAR ISI Ikhtisar Kinerja Bab III Akuntabilitas Kinerja Kata Pengantar... Daftar

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Utara telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 LAPORAN AKUNTABI LI TASKI NERJ A TAHUN201 4 NOMOR : LAKI P2 0/ PW05 / 1 / 2 01 5 TANGGAL: 2 0J anuar i 2 01 5 PERWAKI LANBPKPPROVI NS I J AMBI J al anh. O. S. Cokr oami not ono. 1 07J ambi 3 61 2 9 Te

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam

Lebih terperinci

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya, penyusunan Rencana Kinerja (Renja) Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Perwakilan, Sudiro NIP LAKIP 2013 Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu

KATA PENGANTAR. Kepala Perwakilan, Sudiro NIP LAKIP 2013 Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu NOMOR: LAP-0005/PW06/1/2014 TANGGAL 6 JANUARI 2014 KATA PENGANTAR D alam rangka memenuhi ekspektasi publik atas transparansi dan akuntabilias penerapan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan

Lebih terperinci

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja INFORMASI KINERJA Laporan Kinerja (Lkj) Instansi Pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayai kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggarannya.

Lebih terperinci

Oleh : Drs. AYI RIYANTO, MSi Satgas SPIP Perwakilan BPKP Provinsi DIY

Oleh : Drs. AYI RIYANTO, MSi Satgas SPIP Perwakilan BPKP Provinsi DIY Oleh : Drs. AYI RIYANTO, MSi Satgas SPIP Perwakilan BPKP Provinsi DIY Beberapa Kejadian di Pemerintahan Laporan Keuangan Pemerintah masih banyak yang mendapat opini wajar dengan pengecualian, tidak wajar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009 www.bpkp.go.id KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009 KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT Nomor : LAP-011/PW03/1/2016 Tanggal : 20 Januari 2016 Kata Pengantar Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, BAB I PENDAHULUAN Pemahaman kegiatan pengawasan harus berangkat dari suatu pemahaman manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, actuating dan controlling. Controlling adalah salah satu

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

Suplemen Rencana Strategis

Suplemen Rencana Strategis Suplemen Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat 2010-2014 Lampiran Keputusan Nomor KEP-2220/PW14/1/2012 Tanggal 28 Desember 2012 SASARAN STRATEGIS PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Jalan Jenderal Ahmad Yani kilometer 32,5 Banjarbaru 70711 Telp: (0511) 4781116 Faksimili : (0511) 4774501 email : kalsel@bpkp.go.id,

Lebih terperinci

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan kegiatan, dilengkapi dengan indikator kinerja dan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan pengurusan barang milik/ kekayaan negara;

BAB I PENDAHULUAN. 2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan pengurusan barang milik/ kekayaan negara; BAB i PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN S aat ini setiap organisasi publik dituntut untuk lebih terbuka dan dapat memberikan transparansi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Untuk itu, organisasi publik

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia LAPORAN KINERJA 2014 BPKP untuk Indonesia Nomor: LKIN- 502/K.SU/01/2015 Tanggal: 26 Februari 2015 Ringkasan Eksekutif B adan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA/DAERAH DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2014

LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA/DAERAH DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2014 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA/DAERAH DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2014 NOMOR : LAP-22/PW02/4/2015 TANGGAL :

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Jalan Jenderal Ahmad Yani kilometer 32,5 Banjarbaru 70711 Telp: (0511) 4781116 Faksimili : (0511) 4774501 email : kalsel@bpkp.go.id,

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 82 TANGGAL : 2 DESEMBER 2014 TENTANG : PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013 RINGKASAN EKSEKUTIF B adan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan kegiatan, dilengkapi dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

PERWAKILAN BPKP PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014

PERWAKILAN BPKP PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) Nomor. : LAP- 34 /PW09/1/2015 Tanggal : 19 Januari 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis Ringkasan Eksekutif Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), mengantar BPKP memasuki babak baru yang menegaskan peran BPKP sebagai Auditor

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA

Lebih terperinci

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL Lampiran II Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor Tentang Tahun Piagam Pengawasan Internal di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM INTERNAL AUDIT (INTERNAL AUDIT CHARTER) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanggungjawaban rencana strategis kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu jalur pertanggungjawaban keuangan dan jalur pertanggungjawaban kinerja.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2010-2014 KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen yang bersifat taktis strategis yang menjabarkan strategis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LAKIP sebagai media pertanggungjawaban, berisikan informasi tentang Rencana Strategis (Renstra) dan Akuntabilitas Kinerja tahun 2013.

KATA PENGANTAR. LAKIP sebagai media pertanggungjawaban, berisikan informasi tentang Rencana Strategis (Renstra) dan Akuntabilitas Kinerja tahun 2013. PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG KATA PENGANTAR Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kerja Intansi Pemerintah mengamanatkan kepada setiap unit eselon II instansi pemerintah untuk menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia pada akhir abad 20 tidak dapat dilepaskan dari kegagalan pemerintah dalam mengembangkan sistem manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia berimplikasi pada akuntabilitas dan transparansi sistem pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-nya sehingga Laporan Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015 ini dapat tersusun Laporan ini merupakan

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, profesional dan bertanggungjawab

Lebih terperinci

PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG KATA PENGANTAR

PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG KATA PENGANTAR PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG KATA PENGANTAR Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah mengamanatkan kepada setiap unit eselon II instansi pemerintah untuk menyusun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2012 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI BARAT

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2012 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI BARAT LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2012 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI BARAT PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI BARAT DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR

Lebih terperinci

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN

Lebih terperinci

LAKIP 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAHINSTAN L L PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI BARAT

LAKIP 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAHINSTAN L L PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI BARAT LAKIP 2013 L L LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAHINSTAN PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI BARAT DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... RINGKASAN

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

BAB I : INFORMASI UMUM... 1 BAB II : VISI, MISI DAN TUJUAN BAB III : STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB V : KOMITMEN PENCAPAIAN KINERJA...

BAB I : INFORMASI UMUM... 1 BAB II : VISI, MISI DAN TUJUAN BAB III : STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB V : KOMITMEN PENCAPAIAN KINERJA... BAB I : INFORMASI UMUM... 1 LATAR BELAKANG... 1 KONDISI UMUM... 2 POTENSI DAN PERMASALAHAN... 6 SISTEMATIKA PENYAJIAN... 15 BAB II : VISI, MISI DAN TUJUAN... 17 VISI... 17 MISI... 23 TUJUAN... 29 BAB III

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI Manajemen Perubahan Seluruh proses reformasi birokrasi di instansi akan mengarah pada rekonseptualisasi organisasi dan mekanisme kerja instansi secara menyeluruh. Proses

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 NOMOR : LAP-6/PW02/1/2016 TANGGAL : 8 JANUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR

Lebih terperinci

Untuk mencapai target kinerja outcome dan output seperti yang telah diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan

Untuk mencapai target kinerja outcome dan output seperti yang telah diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan IKHTISAR EKSEKUTIF Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan yang baik, merupakan pertanggungjawaban atas mandat yang melekat pada suatu lembaga. Berangkat dari pemikiran tersebut, Perwakilan

Lebih terperinci

Tugas. melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian. Irtama

Tugas. melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian. Irtama Jakarta, Januari 2017 Sesuai dengan amanat dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dinyatakan bahwa, untuk mencapai pengelolaan

Lebih terperinci

-2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keu

-2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keu No.2054, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pengelolaan Keuangan Daerah. Penilaian Risiko Kecurangan. Strategi Penerapan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 21 TAHUN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 NOMOR : LAP - 04/PW17.1/2013 TANGGAL : 7 JANUARI 2013 Ringkasan

Lebih terperinci

VISI, MISI DAN TUJUAN VISI

VISI, MISI DAN TUJUAN VISI VISI, MISI DAN TUJUAN VISI Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat baru sesuai PP No. 60 Tahun 2008, BPKP menegaskan jati dirinya sebagai Auditor Presiden. Konsekuensinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa

Lebih terperinci

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN 1. Peran APIP harus lebih diitingkatkan agar permasalahan terkait masih adanya Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah yang

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi bidang keuangan negara di Indonesia ditandai dengan pemerintah menerbitkan paket tiga undang-undang bidang keuangan negara yaitu Undang-undang nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1042, 2014 KEMENKOPOLHUKAM. Pengawasan. Intern. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan dan cita-cita bangsa yang diamanatkan dalam undang-undang. Apapun bentuk organisasinya, fungsi,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar DAFTAR ISI Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 Halaman Kata Pengantar i Ringkasan Eksekutif ii BAB I Pendahuluan 1 A. Latar Belakang 1 B. Tugas dan Fungsi 1 C. Aspek Strategis 2 D. Kegiatan dan Layanan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015 PERWAKILAN KANTOR GUBERNUR BPKP PROVINSI MALUKU MALUKU UTARA UTARA NOMOR : S-14/PW33/1/2015 TANGGAL 25 Januari 2015 LAKIP

Lebih terperinci

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina

erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina 11 T erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengawasan Intern Pemerintah (SPIP), menegaskan BPKP bertugas melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812 TAHUN 2OI5 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.

Lebih terperinci

Jambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP

Jambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan petunjuk, taufik dan hidayah-nya, Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Kota Jambi Tahun 2017

Lebih terperinci

REVISI Rencana Strategis (RENSTRA) Latar Belakang

REVISI Rencana Strategis (RENSTRA) Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Memasuki Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap kedua, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional telah melakukan restrukturisasi program-program Kementerian/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tuntutan reformasi birokrasi, pemerintah berusaha mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui penerapan prinsip akuntabilitas,

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan pengurusan barang milik/ kekayaan negara;

BAB I PENDAHULUAN. 2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan pengurusan barang milik/ kekayaan negara; BAB i PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN D alam era informasi dan transparansi sekarang ini setiap organisasi publik dituntut untuk lebih terbuka dan dapat memberikan transparansi dalam pelaksanaan tugas dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2014 ADMINISTRASI. Keuangan. BPKP. Tugas. Fungsi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci