PEMODELAN DAN SIMULASI PRESSURIZER SATU FASE PADA PLTN TIPE PWR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN DAN SIMULASI PRESSURIZER SATU FASE PADA PLTN TIPE PWR"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA PEMODELAN DAN SIMULASI PRESSURIZER SATU FASE PADA PLTN TIPE PWR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik SEMINAR Nama : Joko Triyanto NPM : FAKULTAS TEKNIK, DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK KONTROL INDUSTRI Jakarta, Mei 2012

2

3

4 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Swt, karena atas berkat dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Teknik, Program Studi Teknik Kontrol Industri, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan seminar ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. DR. Abdul Halim, MSc, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan seminar ini. 2. Kementrian Riset dan Teknologi, yang telah memberi beasiswa kepada kami dan mendukung penelitian ini. 3. Isteri dan anak-anak saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral. 4. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan seminar ini. Akhir kata, saya berharap Allah berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga seminar ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Depok, Mei 2012 Joko Triyanto iv

5

6 ABSTRAK Nama : Joko Triyanto Program Studi : Teknik Kontrol Industri Judul : Pemodelan dan Simulasi Pressurizer Satu Fase pada PLTN tipe PWR Dalam mendesain sistem kendali diperlukan model matematik yang dapat menggambarkan perilaku sistem, sehingga didapatkan sistem kendali yang aman dan handal. Makalah seminar ini berisi penurunan model pressurizer satu fase dalam keadaan setimbang. Pressurizer merupakan komponen utama dalam pembangkit listrik tenaga nuklir jenis PWR (Pressurizer Water Reactor). Model satu fase dalam kesetimbangan ini dipilih karena sederhana dan cukup jelas menjelaskan perilaku pressurizer pada keadaan mantap dan transien. Model nonlinear pressurizer yang didapat divalidasi dengan data percobaan pressurizer MIT [Kim,1984] dan menunjukkan kesalahan rata-rata kurang dari 10%. Untuk memudahkan dalam pengendalian diperlukan model linear sehingga model nonlinear di linearisasi pada titik operasi 170 bar secara numerik. Model linear yang dihasilkan bentuk state space mempunyai sifat dapat dikontrol dan teramati Kata kunci: Pressurizer, PWR vi

7 ABSTRACT Name : Joko Triyanto Study Program : Industrial Control Engineering Title : Modeling and Simulation Pressurizer single phase at nuclear power plant type PWR In designing safe and reliable ccontrol system needed mathematical model that describe system behaviors. This paper contains derivate model pressurized single phase in equilibrium. Pressurizer is a main component in nuclear power plants type PWR (Pressurized Water Reactor ). Model single phase in equilibrium was chosen because it is simple and clear enough to explain the behavior of pressurizer at steady state and transient. The nonlinear model of pressurizer has been validated using MIT pressurizer experimental data [Kim, 1984]. Comparing with that data, the model error less than 10%. For easy in design control, linearization at operating point 170 bar has been done using numeric method. The linear system is controllable and observable Key words: Pressurizer, PWR vii

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN ORIGINALITAS...ii LEMBAR PENGESAHAN...iii KATA PENGATAR...iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v ABSTRAK...vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL...xi BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Methodologi Penelitian Sistematika Penulisan... 3 BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Konstruksi Operasi BAB III:MODEL PRESSURIZER Model non linear pressurizer Validasi Model non linear Model Linear Pressurizer Pembahasan BAB IV:PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 System aliaran pendingn PWR... 4 Gambar 2.2 Pressurizer PLTN dari Westhinghouse... 5 Gambar 2.3 Penempatan Pressurizer dalam PLTN... 6 Gambar 2.4 Skema Pressurizer... 7 Gambar 3.1 Model Pressurizer Gambar 3.2 Model Pressurizer dalam Simulink Gambar 3.3 Isi dari blok pressurizer Gambar 3.4 Diagram skematik pressurizer MIT Gambar 3.5 Laju surge yang masuk kedalam presurizer Gambar 3.6 Tekanan pressurizer MIT dan model dengan masukan surge surge gambar Gambar 3.7 Prosentase error model terhadap pressurizer MIT dengan masukan surge surge gambar Gambar 3.8 Laju surge yang masuk kedalam presurizer Gambar 3.9 Tekanan Pressurizer MIT dan model dengan masukan surge gambar Gambar 3.10 Prosentase error model terhadap pressurizer MIT dengan masukan surge surge pada gambar Gambar 3.11 Laju surge outsurge setelah insurge Gambar 3.12 Tekanan pressurizer MIT dan model dengan masukan surge gambar Gambar 3.13 Prosentase error model terhadap pressurizer MIT dengan masukan surge gambar Gambar 3.14 Linearisasi blok pressurizer dengan menggunakan simulik 28 ix

10 Gambar 3.15 Blok model linear pressurizer dalam state space Gambar 3.16 Blok simulink perbandingan antara model linear dan non linear Gambar 3.17 Masukan heater untuk pengujian model pressurizer linear dan nonlinear Gambar 3.18 Tekanan pressurizer model linear dan nonlinear dengan masukan step heater 1 kwatt Gambar 3.19 Masukan spray untuk pengujian model pressurizer linear 33 dan nonlinear Gambar 3.20 Tekanan pressurizer model linear dan nonlinear dengan masukan spray 1 kg/s Gambar 3.21 Masukan gangguan surge Gambar 3.22 Tekanan pressurizer model linear dan nonlinear dengan surge gambar x

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Data parameter Pressurizer AP1000 Whesthinghouse Tabel 3.2 Parameter percobaan pressurizer MIT Tabel 3.3 Besar Error model terhadap percobaanpressurizermit xi

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada Sistem Pembangkit Uap Nuklir jenis Pressure Water Reactor, reactor didinginkan oleh air bertekanan tinggi yang disirkulasikankan membentuk system tertutup disebut sistem primer. Tekanan tinggi ini diperlukan agar dalam pemindahan panas dari reactor air tesebut tidak mendidih. Alat pembuat tekanan dan menjaga agar tetap tinggi disebut pressurizer. Jumlah pressurizer hanya satu pada tiap unit PLTN, berbeda dengan pompa primer atau pembangkit uap yang jumlahnya sebanyak loop yang ada 2, 3 atau 4 buah Pressurizer mempunyai daerah uap pada bagian atas dan air pada bagian bawah. Air yang masuk dan keluar dibagian bawah pressurizer melalui surge (insurge dan outsurge) adalah akibat dari perubahan perubahan temperatur dan tekanan dari sistem yang terhubung dengan pressurizer. Pressurizer ini bekerja berdasarkan sifat-sifat air yang dijaga dalam keseimbangan dengan uap air pada temperatur dan bertekanan tertentu yaitu tekanan uap jenuh pada temperatur tersebut. Jadi didalam pressurizer terdapat air dan uap yang diusahakan dalam keseim-bangan. Pada waktu operasi volume pressurizer di isi air sebanyak 60% dan uap sebanyak 40%. Pemanasan dilakukan dengan pemanas listrik (heater), penurunan temperatur dilakukan dengan penyemprotan air dingin (diambil dari system primer sesudah pembangkit uap) lewat spray nozzle yang berada diujung atas pressurizer. Apabila kenaikan tekanan/temperatur akan diluar kemampuan spray, maka terbukalah katub pembatas (relief valve) atau bila lebih jauh lagi maka terbukalah katub pengaman (safety valve). Untuk menghindari kerugian kalor ke lingkungan pipa pipa pada siklus primer, permukaan pressurizer dilapisis dengan isolator sehingga temperature permukaan luar tidak lebih dari 50 C Sistem kendali pressurizer merupakan hal yang sangat penting dalam operasional dan keselamatan pembangkit. Untuk itu perlu dilakukan simulasi pengendalian pressurizer dengan menggunakan model sehingga didapat pengendali (controler) yang optimal dan handal. 1

13 2 Terdapat beberapa model pressurizer yang sudah dikembangkan dari tahun 1971 sampai sekarang, yang sesuai dengan keadaan operasional PLTN misalnya model dua dan tiga fase dalam keadaaan tidak setimbang dan transien [3]. Untuk penelitian ini dipilih model satu fase dalam keadaan setimbang, model ini dipilih karena sederhana dan cukup jelas menjelaskan perilaku pressurizer pada keadaan mantap dan transien. Model satu fase ini belum bisa menggambarkan proses kondensasi dan laju penguapan yang di dalam pressurizer yang terdiri dari dua fase uap dan air. 1.2 Batasan Masalah Dalam penelitian ini model pressurizer dibatasi dalam operasi dalam kondisi operasi normal yang kemudian terjadi gangguan insurge /outsurge karena perubahan laju aliran pendingin primer. Pressurizer diasumsikan terisolasi sempurna sehingga transfer panas ke dinding pressurizer diabaikan. Pressurizer diasumsikan dalam keadaan saturasi serba sama dan tekanan uap diasumsikan sama dengan tekanan cairan. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Terbentuknya model matematik dari pressurizer untuk reaktor tipe PWR. Model ini akan digunakan dalam Nuclear Power Plant Training Simulator tipe PWR yang sedang dibuat oleh BATAN. 2. Simulasi untuk mempelajari perilaku pressurizer pada saat ada gangguan 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antaranya: 1. Diharapkan dari model yang dibuat dapat diterapkan dalam Nuclear Power Plant Training Simulator. Simulator ini akan digunakan dalam pelatihan sistem kendali PLTN tipe PWR 2. Dapat digunakan untuk merancang sistem kendali pressurizer dalam rangka proses pelatihan sistem kendali PLTN tipe PWR

14 3 1.5 Metodologi Penelitian Metodogi yang digunakan dalam penelitian ini 1. Studi pustaka Pengumpulan data pressurizer yang meliputi perilaku persurizer pada kedaan mantap dan transien dan model dinamik pressurizer 2. Pembuatan model pressurizer dengan mengguankan Simulink-Matlab 3. Validasi model dengan menggunakan data percobaan pressurizer 1.6. Sistematika Penulisan Bab satu merupakan pendahulan yang berisi latar belakang, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan metodologi. Pada bab dua membahas tinjauan pustaka tentang pressurizer yang berisi tentang prinsip kerja pressurizerdan konstruksi. Bab tiga membahas tentang penurunan model matematik nonlinear satu fase, validasi model, dan proses linearisasi untuk mendapat model linear. Pada bab empat penutup yang berisi kesimpulan dan saran

15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada sistem pembangkit uap nuklir jenis Pressure Water Reactor (PWR), reactor didinginkan oleh air bertekanan tinggi yang disirkulasikankan membentuk sistem tertutup yang disebut sistem primer. Tekanan tinggi ini diperlukan agar dalam pemindahan panas dari reactor air tesebut tidak mendidih. Alat pembuat tekanan dan menjaga agar tetap tinggi disebut pressurizer. Jumlahnya hanya satu pada tiap unit PLTN. Gambar 2.1 System aliaran pendingn PWR dari Westhinghouse [1] Sebuah pressurizer berfungsi untuk: menjaga tekanan sistem di atas titik jenuh, menyediakan cara untuk ekspansi sistem cairan mengendalikan dan kontraksi, menyediakan cara untuk mengontrol tekanan sistem, dan menyediakan cara untuk menghilangkan gas terlarut dari sistem dengan ventilasi ruang uap pressurizer. 4

16 5 Pressurizer mempunyai daerah uap pada bagian atas dan air pada bagian bawah. Air yang masuk dan keluar dibagian bawah pressurizer melalui surge (insurge dan outsurge) adalah akibat dari perubahan perubahan temperatur dan tekanan dari system yang terhubung dengan pressurizer (hotleg). Untuk menjalankan fungsinya pressurizer dilengkapi dengan alat pemanas (heater) untuk menaikan tekanaan melalui penguapan air dan sprayer untuk menurunkan tekanan melalui kondensasi. 2.1.Konstruksi Sebuah pressurizer dibangun dari tangki dilengkapi dengan sumber panas seperti pemanas listrik pada dasarnya, sumber air dingin, dan nosel semprot /sprayer. Sebuah nosel semprot adalah perangkat yang terletak di bagian atas pressurizer yang digunakan untuk menyemprotkan suatu cairan air yang masuk. Gambar 2.2. Pressurizer PLTN dari Westhinghouse

17 6 Bagian atas dan kepala bawah hemispherical biasanya terbuat dari baja karbon, dengan cladding bagian dalam austenitik stainless steel pada semua permukaan yang terhubung dengan air pendingin reaktor. Untuk menghindari kerugian kalor ke lingkungan maka pipa pipa pada siklus primer, permukaan pressurizer dilapisi dengan isolator sehingga temperature permukaan luar tidak lebih dari 50 C Gambar 2.3. Penempatan Pressurizer dalam PLTN[2] 2.2 Operasi Pressurizer Pressurizer berfungsi menjaga agar tekanan di dalam daur primer pada suatu harga tertentu. Hal ini dapat terjadi, jika tinggi muka level air (level cairan) konstan. Dengan demikian, bila terjadi perubahan level cairan maka dengan sendirinya terjadi perubahan tekanan pressurizer. Selain itu pressurizer juga berfungsi sebagai tangki kompensasi volum (surge tank).

18 7 Alat ini bekerja berdasarkan sifat-sifat bahwa air dijaga dalam keseimbangan antara uap dan air pada temperatur dan tekanan tertentu, yaitu tekanan uap jenuh dan temperatur jenuh. Misalnya pada temperatur jenuh air 240C dan bertekanan 150 bar. Di dalam pressurizer terdapat air dan uap yang diusahakan dalam keseimbangan pada tinggi muka air tertentu, dalam kondisi operasi 60% volume berisi air dan 40% uap. Selanjutnya temperatur dan pressure dijaga tetap konstan dengan pemanasan air bila temperatur kurang panas, serta dengan semprotan air dingin pada uapnya bila terlalu panas. Pemanasan dilakukan dengan pemanas listrik, penurunan temperatur dilakukan dengan penyemprotan air dingin ( diambil dari system primer sesudah pembangkit uap) lewat spray nozzle diujung atas. Bila beban listrik PLTN bertambah maka temperatur system primer akan sedikit menurun, sehingga tinggi permukaan air akan menurun dan pemanas (heater) akan bekerja. Sebaliknya jika beban listrik PLTN menurun maka temperatur system primer akan menaik sehingga tinggi permuakaaan akan naik maka semprotan air dingin dari sprayer. S pray flo w (w s) Pressure relief flow L iqu id vapo r b ound ary Vapor phase Q H e at in put fro m electric heaters Liquid phase Co olant insu rge flow or o utsu rge flow (w i) Gambar 2.4. Skema Pressurizer

19 8 Jadi pressurizer disini akan berfungsi sebagai system control surge tank. Ada dua jenis surge yaitu Insurge dan Outsurge. Insurge masuknya air pendingin sistem primer kedalam presurizer sehingga meningkatnya volume presurizer. Insurge terjadi karena volume diserap dalam pressurizer selama kenaikan muka air (level) untuk mengkompensasi kenaikan temperatur sistem. Outsurge volume dilepaskan dari pressurizer selama penurunan tingkat untuk mengkompensasi penurunan temperatur sistem. Apabila kenaikan tekanan/temperatur akan diluar kemampuan semprotan, maka terbukalah katub pembatas (relief valve) atau bila lebih jauh lagi maka terbukalah katub pengaman (safety valve),

20 BAB III MODEL PRESSURIZER Telah banyak model dinamik pengaturan pressurizer yang dikembangkan, salah satunya model satu fase dalam keadaan setimbang dan saturasi [3]. Model yang lain menggunakan dua dan tiga fase dalam keadaaan tidak setimbang dan transien [4]. Untuk penelitian ini dipilih model model satu fase setimbang dan dalam keadaan saturasi, model ini dipilih kareana cukup jelas menjelaskan perilaku pressurizer pada keadaan transien dan sederhana. Keuntungan dari model ini sederhana dan mampu menggambarkan perilaku pressurizer pada saat keadaan mantap dan transien. Kerugian model tidak bisa menggambarkan perilaku yang sebenarnya dalam pressurizer yang terdiri dari dua fase uap dan air. 3.1 Model non linear pressurizer: Model pressurizer dalam kondisi operasi normal yang terdiri dari dua daerah, daerah cair dan uap dianggap satu fase dalam kesetimbangan. Pada keadaan setimbang, daerah atas terdiri atas uap dan daerah bawah terdiri dari cairan yang dibatasi oleh liquid-vapor boundary dalam kondisi saturasi [5]. Asumsi dan perkiraan yang dibuat selama pengembangan presurizer sebagai berikut: a) Model presurizer digunakan satu daerah dalam keseimbangan yang berati air dan uap dalam pressurizer selalu dalam keadaan jenuh (saturasi). b) Katub relief dan safety pada pressurizer diasumsikan selalu ditutup dalam iterasi program c) Spray tidak dimodelkan pada sistem pressurizer d) Simulasi dilakukan pada titik operasi pressurizer yang mana pada titik tersebut fasa air bersifat incompressible dan fasa uap bersifat dapat dimampatkan 9

21 10 e) Besaran fisis diambil unit besaran fisik yang digunakan dalam presurizer diambil dari tabel file Matlab XSteam [6]. f) Model matematik presusruzer dikembangkan dari persamaan kekekalan massa, konservasi energi dan konservasi volume total Persamaan dinamik pressurizer ada 3 persamaan yang mengatur untuk model simulasi pressurizer meliputi (1) kekekalan massa (2) konservasi energi (3) konservasi dari total volume = laju aliran spray = laju aliran relief =panas heater L = laju surge (gangguan aliran pendingin) Gambar 3.1. Model Pressurizer

22 11 Model ini mempunyai lima variabel input yang diperlukan untuk simulasi dinamik pressurizer yang terdiri dari: a) = laju aliran air massa surge (kg/s) yang merupakan gangguan yaitu perubahan laju aliran pendingin b) h = entalphi surge ( kj/kg) c) = laju aliran spray (kg/s) d) h = entalphi spray (kj/kg) e) = laju kalor pemanas (heater) Sedangkan ouputnya ada dua buah yaaitu a) = tekanan (bar/s) b) 2 = perubahan volume cairan (m) Persamaan-persamaan yang menggambarkan kinerja pressurizer adalah sebagai berikut [7] : 1. kekekalan massa = konservasi energi = h +h h konservasi dari total volume = + =0 3.3 dengan = massa total pressurizer (kg) = laju aliran massa air pendingin pada surge line (kg/s)) = laju aliran massa pada spray line (kg/s) = laju aliran massa pada katuf relief (kg/s)

23 12 = total energy pressurizer h = enthalpi air pada surge (kj/kg) h = enthalpi air pada spray (kj/kg) h = enthalpi uap (kj/kg) = laju kalor penguapan pada heater ( Watt) = Tekanan Pressurizer (bar) = Volume total Pressurizer(m3) = Valume air Pressurizer = volume uap Pressurizer Penurunaan dari persamaan (3.3) konservasi dari total volume, volume pressurizer tetap maka perubahan volume cairan pressurizer adalah sama dan berlawanan dengan volume uap sehingga = + =0 = = (3.4) Dari penurunan persamaan (3.1) kekekalan massa didapat persamaan densitas (rapat jenis), volume air pada fase uap dan cair, diasumsikan bahwa laju aliran mass pada pressurizer nol. = + dengan = + + = = + (3.5)

24 13 Dengan = disubsitusikan kedalam persamaan 3.5 sehingga menjadi persamaan = Densitas cairan dan uap ( merupakan fungsi tekanan = = Dari persamaan (3.6) akan diturunkan lebih lanjut sebagai fungsi dari perubahan tekanan dan perubahan volume cairan pressurizer terhadap waktu. Linearisasi laju perubahan densitas uap dan cairan ini dilakukan sebagai berikut: = = jika =, = dan = maka = = Sehingga persamaan neraca massa (3.6) menjadi. + + = = + 3.7

25 14 Subsitusi persamaan = kedalam persamaan (3.7) sehingga didapat persamaan = Dari persamaan konservasi energi (3.2) didapat = h + h h + + = h + h, =0 h + h = h + h h + h + h + h + h + h + h = h + h h Enthalphy cairan h dan enthalphi uap h sebagai fungsi tekanan h = h = Dengan cara yang sama seperti diatas dilakukan linearisasi h h maka akan didapat h =h h =h jika h =, h = dan = maka =h dan =h

26 15 Sehingga persamaan (3.9) dapat ditulis h + h h + + h + h h + = h + h h + h + h + h + h + h + h = h + h h Subsitusi = dan = kedalam persamaan (3.10) didapat persamaan 3.11 h + h + h + h + h + h = h + h h + (3.11) Persamaan (3.11) diatas dikelompokan terhadap laju pressure dan volume air h + h + h + h h h + h h =h + h h + (3.12) Dari persamaan (3.8) dan (3. 12 ) merupakan persamaann simultan fungsi dari dan + + = + h + h + h + h h h + h h =h + h h +

27 16 misalkan a1= a2= a2= b1= h + h b2= h + h h h b3= h h Maka persamaan simultan diatas menjadi = = h + h h Persamaan 3.13 merupakan persamaan non linear merupakan fungsi turunan dari p dan dapat diselesaikan dengan perkalian matrik = h h h = h h h Dengan = = 1 1 h h 1 0 h 1 ( 3.16)

28 17 M = merupakan matrik pengaturan perilaku model pressurizer N = matrik konstanta input Sehingga persamaan 3.16 dapat ditulis menjadi = 3.17 = 3.18 Sehingga didapat matrik alih (G) yang didefiniskan sebagai =,, 3.19 dengan,, = 3.20 Sedangkan level air dihitung dari valume cairan dibagi dengan luas penampang pressurizer L = 3.21

29 18 Berikut algoritma yang dipergunakan untuk menyelesaikan persamaan simultan neraca massa dan energi [7] 1. Inisialisasi variabel antara lain 2. Dari tabel XStream ditentukan h, h,h, dan 3. Tentukan dp dan dt 4. Hitung turunan dari h h, terhadap dp 5. Hitung koefisien matrik pengaturan M dan N = Hitung matrik fungsi alih,, = 6. Tentukan volume air dan tekanan 7. Diulangi lagi dari langkah 4 dan 6 8. Selesai 9. Data-data yang digunakan dalam penelitian pemodelan pressurizer adalah data Reaktor AP1000 Whestinghouse dan data termodinamika cairan dan uap air yang digunakan diambil dari Xstream Tabel 2.1 Data parameter Pressurizer AP1000 Whesthinghouse [8] No Parameter Nilai 1 Volume total ( Vtot ) 54 m 3 2 Batas heater maksimum heater (, ) Watts 3 Besar daya heater kontrol ( ) 370 kw 4 Besar daya heater cadangan 1230 kw 5 Konversi ke level air (A) 1/54 m 2 6 Volume awal pressurizer ( V0 ) 27.5 m 3 7 Laju massa Relief selama komputasi ( ) 0 kg/s 8 Enthalphi spray (hs) yang digunakan diasumsuikan pada temperatur F kj/kg 9 Tekanan awal pressurizer (p) 170 bar

30 19 XSteam merupakan tabel sifat termodinamika uap dan air yang dibuat oleh Magnus Holmgren, dari berdasarkan "International Association for Properties of Water and Steam Industrial Formulation 1997 (IAPWS IF-97). XSteam menyediakan data akurat sifat-sifat uap dan air berdasarkan standar IF-97 untuk jangkauan tekanan bar dan temperatur C. Data termodinamika yang disediakan XSteam antara lain suhu, tekanan, entalpi, volume spesifik, densitas, spesifik entropi, energi internal spesifik, kapasitas panas spesifik isobarik, kapasitas panas isochoric, kecepatan suara, viskositas dan fraksi uap. Perangkat lunak yang digunakan dalam pemodelan dan simulasi pressurizer adalah Matlab dan Simulink. Gambar 3.2 menunjukkan pemrograman dalam simulink Gambar 3.2. Model Pressurizer dalam Simulink

31 20 Gambar 3.3. Isi dari blok pressurizer Blok pressurizer mempunyai empat port masukan yaitu massa surge, massa spray, massa relief, heater dan dua port keluaran presure dan volume. Didalam blok pressurizer beris blok model1 merupankan fungsi matlab yang digunakan untuk menghitung laju perubahan tekanan dan volume dalam pressurizer sesuai dengan algoritma diatas Validasi Model Non linear Setelah didapatkan model pressurizer, maka dilakukan pengujian model dengan serangkaian data pengujian dengan menggunakan data masukan tertentu, untuk mengetahui perilaku dinamik dari model yang sudah didapat. Data yang digunakan validasi adalah percobaan percobaan insurge dan outsurge pada pressurizer MIT yang dilakukan oleh Kim tahun 1984 [9]. Komponen utama dari fasilitas uji ini seperti yang ada di gambar 3.4 adalah adalah tank primer dan tangki penyimpanan yang terbuat dari stainless steel berbentuk silinder. Tangki primer merupakan pressurizer dan tangki penyimpanan digunakan untuk menampung air yang digunakan dalam percobaan.

32 21 Gambar 3.4. Skematik diagram pressurizer MIT (Kim,1984) Kedua tangki tersebut dihubungkan dengan sistem pemipaan, dan dipasang sistem instrumentasi dan noninjeksi gas terkondensasi rig. Tinggi tangki utama adalah m dan diameter dalam m. Ketebalan dinding stainless steel sebesar 9.5 mm. Tangki primer dipasang dinding kaca sehingga air keadaan diadalam didalam pressurizer dapat terlihat [10]. Kim melakukan 5 buah percobaan seperti yang ada didalam tabel 3.2, untuk melihat perilaku pressurizer yaitu insurge sebagian penuh insurge, outsurge, insurge ke tangki panas, outsurge setelah insurge dan insurge tangki kosong, tetapi yang sesuai dengan assumsi yang digunakan dalam model hanya percobaan 1,2 dan 3

33 22 Tabel 3.2. Parameter percobaan pressurizer MIT [10] No Parameter Insurge sebagian Outsurge sebagian Insurge ke tangki panas Outsurge setelah insurge Insurge ke tangki kosong 1 Tekanan awal (Mpa) 0,696 0,867 0,784 0,698 0,869 2 Level air awal (m) 0,350 0,750 0,280 0,520 0,240 3 Tekanan sebelum insurge , ,776 (Mpa) 4 Tekanan setelah ,896 insurge (Mpa) 5 Level air setelah (m) 0,860 0,240 0,890 0,200 0,710 6 Tekanan air setelah insurge (Mpa) -- 0,817 0, ,376 Percobaan 1: Insurge ke sebagian tangki pressurizer Tujuan dari percobaan insurge dan outsurge sebagian penuh adalah untuk mensimulasikan kasus di mana sistem ini awalnya pada kesetimbangan. Tangki di isi air saturasi sebanyak 1/3 dari tinggi tangki dan air dingin disuntikkan dari awah pressurizer sampai tinggi permukaan mencapai 2/3 dari tinggi tangki [10] surge (kg/sec) time (s) Gambar 3.5. Laju surge yang masuk kedalam presurizer

34 23 Gambar 3.5 menunjukkan besarnya insurge sebesar masuk kedalam pressurizer yang setimbang Pressure (bar) Pressurizer MIT Model Time (s) Gambar 3.6. Tekanan Pressurizer MIT dan Model dengan masukan surge pada gambar 3.5 Dari gambar 3.6 terlihat besarrnya perubahan tekanan didalam pressurizer MIT dan model, tekanan puncak model lebih rendah daripada percobaan pressurizer MIT. Hasil simulasi menunjukkan model mempunyai kesalahan rata-rata sebesar 6.7%. Besranya prosentase error model ditunjukkan pada gambar % error model 10 % error model time Gambar 3.7. Prosentase error model terhadap Pressurizer MIT dengan masukan surge pada gambar 3.5

35 24 Percobaan 2 : Outsurge Dalam eksperimen ini aliran pendingin outsurge saturasi keluar dari bagian bawah tangki. Penurunan tekanan (drop) diamati pada kedua dinding tangki dan heater dijalankan untuk menjaga agar tekanan didalam tangki tetap sehingga penurunan tekanan relatif kecil dibandingkan dengan peningkatan volume uap [10]. Besarnya surge ditunjukkan dalam gambar surge (kg/sec) time (s) Gambar 3.8. Laju surge yang masuk kedalam presurizer Pressurizer MIT Model 8.6 Pressure(bar) Time (s) Gambar 3.9. Tekanan pressurizer MIT dan Model dengan masukan surge gambar 3.7

36 25 Pada percobaan dua keluaran model hampir sama dengan percobaan pressurizer MIT seperti ditunjukkan pada gambar 3.9, besarnya prosentase error model ditunjukkan pada gambar Rata-rata error percobaan dua sebesar 0.62%. 2.5 error model 2 % error m odel Time Gambar Prosentase error model terhadap Pressurizer MIT dengan masukan surge pada gambar 3.8 Percobaan 3: Insurge ke tangki panas Dalam percobaan ini, temperatur dinding pressurizer berbeda dengan temperatur saturasi. Uap panas dialirkan ke sekitar dinding tangki sehingga tempeartur dinding tetap konstan [10]. Tidak dilakukan simulasi model percobaan ini karena model dan percobaan berbeda. Model pressurizer yang digunakan mengangap temperatur dinding sama dengan saturasi Percobaan 4: Outsurge setelah insurge Percobaan ini hampir sama dengan insurge sederhana, tetapi setelah outsurge perilaku tekanan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pada awal outsurge sebagian besar air didalam pressurizer tidak dalam saturasi, air dingin berada dibagian bawah tangki. Ketika tekanan pressurizer mencapai tekanan saturasi seperti temperatur awal, perpindahan panas pada dinding dingin

37 26 mengurangi pengembunan, sehingga tekanan lebih cepat mengalami penurunan dibandingkan dalam kasus outsurge sederhana [10]. Besarnya surge yang masuk dalam pressurizer dalam percobaan empat ditunjukkan oleh gambar 3.9 dibawah ini surge (kg/sec) time (s) Gambar Laju surge, outsurge setelah insurge Pressure (bar) Pressurizer MIT Model Time (s) Gambar Tekanan Pressurizer MIT dan Model dengan masukan surge pada gambar 3.11

38 27 Gambar 3.12 menunjukkan perubahan tekanan model dan pressurizer MIT karena surge. Terlihat perhitungan model pada akhir percobaan menunjukkan nilai lebih tinggi sebesar 0.2 bar dibandingkan percobaan presurizer MIT % error model 10 % error time Gambar Tekanan Pressurizer MIT dan Model dengan masukan surge gambar 3.9 Gambar 3.13 menunjukkan besarnya prosentase error model dibandingkan dengan pressurizer MIT. Rata-rata error model terhadap persurizer MIT pada percobaan ini sebesar 5.84 %. Percobaan 5: Insurge ke tangki kosong Tinggi permukaan air pressurizer dibuat cukup tinggi untuk mencegah jet insurge dari bawah tangki yang dapat mengganggu kesetimbangan antarmuka uap dan air. Jika insurge mempunyai momentum besar maka dapat menembus permukaan air dan uap. Sehingga menggangu kesimbangan, terjadi perpindahan panas di antarmuka air dan uap sehingga tekanan naik cukup besar yang akan mengaktifkan spray untuk menurunkan tekanan. Pengaruh momentum ini mengarah pada kejadian kejut termal bertekanan.[13].

39 28 Tidak dilakukan simulasi model dalam percobaan ini karena model dan percobaan berbeda. Model pressurizer yang digunakan meengabaikan persamaan momemtum Model Linear Pressurizer Untuk perancangan sistem kendali akan lebih mudah jika sistem yang dimodelkan dibuat dalam bentuk state space linear. =+ =+ Linearisasi pada titik operasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan numerik yang ada didalam Matlab. Hal ini dilakukan karena penyelesaian analitis sulit dilakukan karena adanya variabel densitas dan entalphi air dan uap yang harus diambil dari tabel termodinamika air dan uap [11]. Gambar 3.14 menunjukkan blok simulink pada saat linerasasi dengan memberikan tanda sinyal input pada port masukan dan tanda sinyal output pada keluaran blok yang yang akan dilenarisasi. Listing program ada dilampiran 2 Gambar 3.14.Linearisasi blok pressurizer dengan menggunakan simulik

40 29 Linerisasi dilakukan pada titik operasi normal operasi pressurizer pada tekanan 170 bar dan 356C, dengan memberikan masukan step yang kecil pada surge ( =0.1 kg/s), spray =0.1 kg/s dan heater =0.1 kw), maka didapat persamaan state space dalam bentuk =+ =+ Hasil linearsisasi sebagai berikut p& e- 04 = V & 2 0, p& 1 = V & p V p 1.631e- 05-0, V e Q& h 0 0 m& s m& i Q& h m& s m& i (3.22) didapat matrik e- 04 = 0, e- 05 = 3.268e , = 0 0 = Persamaan state space linear yang ada dipersamaan (3.22) dapat disusun ulang menjadi persamaan dengan gangguan surge dalam bentuk =++ =+

41 30 dengan w sebagai gangguan dan G matrik gangguan surge p& e- 04 = V & 2 0, p& 1 = V & p 1 V2 Sehingga matrik p 1.631e , V e Q& h + m& i m& s (3.23) e- 04 = 0, , e- 05 = 3.268e = = = Tahap selanjut membandingkan antara model linear dan non linear pressurizer dengan memberikan sinyal masukan sama. Sehingga perlu dibuat blok simulink model linear pressurizer seperti pada gambar 3.15 dengan parameter matrik A, B, C, D dan G. Gambar Blok model linear pressurizer dalam state space

42 31 Selanjutnya dilakukan pengujian linearisasi dengan memberikan sinyal masukan heater, spray dan sinyal gangguan surge pada model linear dan non linear seperti pada gambar 3.16 dibawah ini. Gambar 3.16 Blok simulink perbandingan antara model linear dan non linear Pengujian pertama memberikan masukan heater sebesar =1, =0 kg/s dan =0 kg/s seperti ditunjukkan pada gambar Heater (K Watt) Time Gambar 3.17 Masukan heater untuk pengujian model pressurizer linear dan nonlinear

43 32 Dengan memberikan masukan step sebesar 1 kwatt tekanan pressurizer naik, terlihat tekanan model linear nilainya lebih rendah dibandingkan model nonlinear. 174 Pressure (Bar) Linier Nonlinear Time Gambar 3.18 Tekanan pressurizer model linear dan nonlinear dengan masukan step heater 1kWatt Pengujian kedua dengan memberikan masukan spray sebesar =1kg/s, =0 gambar dan surge gangguan =0 kg/s seperti ditunjukkan pada 1.5 Spray (Kg/s) Time Gambar 3.19 Masukan spray untuk pengujian model pressurizer linear dan nonlinear

44 33 Dengan memberikan masukan step spray sebesar =1 kg/s tekanan model linear nilai lebih tinggi dibandingkan model nonlinear ditunjukkan gambar Tekanan mula-mula sama kemudian berbeda antara model linear dan nonlinear Pressure (Bar) Linear Nonlinear Time Gambar 3.20 Tekanan pressurizer model linear dan nonlinear dengan masukan step spray 1 kg/s Pengujian ketiga dengan memberikan sinyal ganguan surge seperti pada gambar 3.21 dengan =0 Wat dan =0 kg/s. 2 0 surge (kg/sec) time (s) Gambar 3.21 Masukan gangguan surge

45 Linear Nonlinear 170 Pressure (Bar) Time Gambar 3.22 Tekanan pressurizer model linear dan nonlinear dengan surge gambar 3.19 Gambar 3.22 menunjukkan keluaran pressure model linear dan nonlinear dengan adanya gangguan surge seperti pada gambar 3.21 terlihat keluaran pressure model linear dan nonlinear yang sama. Selanjutnya akan dianalisa apakah sistem dapat dikontrol (controllable) dan teramati (observability). Sistem dikatakan terkontrol apabila rank [ B AB ] penuh, dan rank dikatakan penuh bila masing masing baris dari matriks tidak tergantung linier pada baris matriks yang lainnya. Sistem disebut tidak tergantung linier bila determinan matriknya 0 = = didapat rank =2, maka sistem dapat dikontrol terisi penuh. Untuk sistem dapat teramati (observability) jika rank dari matrik

46 35 = = dan didapat nilai rank =2 sehingga sistem dapat diamati Untuk melihat apakah sistem stabil dengan cara menghitung besarnya nilai eigen dari matrik A. Sistem stabil jika bagian real dari nilai eigen negative. = Jadi sistem loop terbukanya tidak stabil, sehingga perlu dilakukan pengendalian dengan menggunakan umpan balik agar sistem stabil 3.4 Pembahasan Dari simulasi yang dilakukan dan dibandingkan dengan percobaan pressurizer MIT terlihat hasil keluaran model lebih rendah daripada percobaan pressurizer MIT. Besarnya tekanan puncak juga menunjukkan nilai dari model lebih rendah daripada percobaan pressurizer MIT. Hal ini terjadi karena model yang digunakan satu fase yang tidak dapat menggambarkan proses penguapan dan kondensasi yang terjadi diadalam pressurizer. Model nonlinear pressurizer diatas dapat menggambarkan perilaku pressurizer pada saat insurge dan outsurge, hal ini ditunjukkan besarnya error model terhadap percobaan pressurizer MIT dengan rata-rata error kurang dari 10%. Besarnya kesalahan model terhadap percobaan pressurizer MIT ditunjukkan dalam tabel 3.3 Tabel 3.3. Besarnya error model teradap percobaan pressurizer MIT Prosentase Error model Insurge sebagian Outsurge sebagian Insurge ke tangki panas Outsurge setelah insurge Insurge ke tangki kosong 6.87% 0,62% % -

47 36 Sehingga model nonlinear ini cukup valid digunakan untuk simulasi pengendalian pressurizer dalam Nuclear Power Plant Training Simulator Diperlukan sistem kendali yang handal dan aman untuk menjaga besarnya tekanan operasi karena adanya ganguan. Gangguan ini terjadi karena adanya perubahan tingkat daya PLTN, perubahan temperatur, dan laju aliaran pendingin. Ditambah lagi noise dari perlatan dan sensor karena berada dalam lingkungan suhu dan tekanan tinggi. Sementara itu input kendali pressurizer yang berupa pemanas (heater) dan sprayer mempunyai batasan operasi. Untuk itu perlu didesain sistem kendali yang mampu bekerja dalam lingkungan tersebut dan batasan input (constraint). Untuk memudahkan dalam desain kendali diperlukan model linear, sehingga dilakukan linearisasi pada titik operasi 170 bar. Linearisasi dilakukan secara numerik dengan menggunakan fungsi linmod yang ada di Matlab. Hasil linearisasi dalam state space dapat sifat sistem dapat dikontrol dan teramati sehingga dapat digunakan untuk merancang sistem kendali

48 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari hasil penurunan model pressurizer di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Model nonlinear satu fase ya dapat menggambarkan perilaku pressurizer pada saat insurge dan outsurge. 2. Hasil simulasi model dibandingkan dengan percobaan pressurizer MIT - percobaan 1, insurge kesebagian tangki didapat kesalahan 6.87%. - percobaan 2, outsurge didapat kesalahan 0,62% - Percobaan 4, insurge setelah outsurge didapat kesalahan 5.84% Sehingga model ini dianggap valid digunakan untuk simulasi karena kesalahan kurang dari 10%. 3. Model pressurizer ini dapat digunakan untuk mendesain kendali linear karena model linear yang dihasilkan mempunyai sifat dapat dikontrol dan teramati. Linearisasi dilakukan pada titik operasi 170 bar secara numerik Saran Selanjutnya akan dilakukan perancangan sistem kendali yang dapat mempertahankan pressure selama operasi terhadap ganguan dan batasan input (constrain) karena adanya saturasi aktuator pada sinyal input yaitu pemanas (heater) dan sprayer. Untuk itu perlu didesain sistem kendali yang mampu bekerja dalam batasan input 37

49 xxxvi

50 DAFTAR REFERENSI [1] Westinghouse Electric Company LLC, Manual operation Presuure Water Reactor AP1000, 2005 [2] Teollisuuden Voima Oyj (TVO ), Nuclear Power Plant Unit, Olkiluoto unit [3] M A Jin, L.I.Y., HUANG Yu, WANG Bingshu, CHAN Afang, Mechanism Model and Simulation of Pressurizer in the Pressurized Water Reactor Nuclear Power Plant. Proceedings of the 30th Chinese Control Conference, July 22-24, 2011,Yantai,China, 2011: p. 6. [4] R. Zargami, F.J., N.Mostoufi, R.Sotudeh,K.sepanloo, F.Dastjerdi, The Dynamic Modeling of the Pressurizer Surge Tank Transient in Light Water Reactor Nuclear Power Plant. Iranian Journal of Science & Technology, Transaction B, Engineering , No B5: p. 12. [5] Todreas, Neil E., Kazimi, M. S., Nuclear Systems I, Thermal Hydraulic Fundamentals, Taylor & Francis Group LLC, New York, [6] Magnus Holmgren., XSteam For Matlab, [7] Thomas Meikle V., Katie Swab., Design Basic Document Pressurizer (PPZ) and Plant Control System(PCS) PANTHER Simulator, May 2, 2011 [8] Westinghouse Electric Company LLC, AP1000 Design Contro Document, Revision 16, Section 5, Reactor Coolant System and Connected Systems, 38

51 39 [9] Takasuo, E., Modeling of pressurizer using APROS and TRACE thermal hydraulic codes, in Department of Energy and Environmental Technology. 2005, Lappeenranta University of Technology: Espoo. p [10] Sang-Nyung Kim, P.G., PWR PressurizerModelling. Nuclear Engineering and Design, : p. 11.Takasuo, E.,

DESAIN LQR DAN EXPLICIT-MPC UNTUK PENGENDALIAN PRESSURIZER

DESAIN LQR DAN EXPLICIT-MPC UNTUK PENGENDALIAN PRESSURIZER UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN LQR DAN EXPLICIT-MPC UNTUK PENGENDALIAN PRESSURIZER TESIS Nama : Joko Triyanto NPM : 1006788795 FAKULTAS TEKNIK, DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK KONTROL INDUSTRI

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK PRESSURIZER PADA PWR

STUDI KARAKTERISTIK PRESSURIZER PADA PWR Sukmanto Dibyo ISSN 0216-3128 179 STUDI KARAKTERISTIK PRESSURIZER PADA PWR Sukmanto Dibyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK STUDI KARAKTERISTIK PRESSURIZER PADA PWR. PLTN jenis PWR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System 32 BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System PLTP Gunung Salak merupakan PLTP yang berjenis single flash steam system. Oleh karena itu, seperti yang

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK PRESSURIZER PADA PWR

STUDI KARAKTERISTIK PRESSURIZER PADA PWR Sukmanlo Dibyo ISSN 0216-3128 179 STUDI KARAKTERISTIK PRESSURIZER PADA PWR Sukmanto Dibyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK STUD! KARAKTERISTlK PRESSURIZER PADA PWR. PLTN jenis PWR

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

EVALUASI DESAIN PRESSURIZER PADA PWR 1000 MWe TIPIKAL, PWR 1000 MWe KSNP DAN AP 1000

EVALUASI DESAIN PRESSURIZER PADA PWR 1000 MWe TIPIKAL, PWR 1000 MWe KSNP DAN AP 1000 EVALUASI DESAIN PRESSURIZER PADA PWR 1000 MWe TIPIKAL, PWR 1000 MWe KSNP DAN AP 1000 Suroso Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek Gedung 80 Serpong Tangsel Email: Suroso@Batan.go.id

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab berikut ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, permasalahan, pendekatan masalah yang diambil, tujuan dan manfaat yang akan dicapai,beserta sistematika laporan dari penelitian

Lebih terperinci

III.11 Metode Tuning BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN IV.1 Alat Penelitian IV.2 Bahan Penelitian IV.3 Tata Laksana Penelitian...

III.11 Metode Tuning BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN IV.1 Alat Penelitian IV.2 Bahan Penelitian IV.3 Tata Laksana Penelitian... DAFTAR ISI SKRIPSI... i PERNYATAAN BEBAS PLAGARIASME... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN TUGAS... iv KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMBANG DAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu EFEK P&T, TITIK KRITIS, DAN ANALISI TRANSIEN Oleh Rizqi Pandu Sudarmawan [0906557045], Kelompok 3 I. Efek P dan T terhadap Nilai Besaran Termodinamika Dalam topik ini, saya akan meninjau bagaimana efek

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES

BAB III DINAMIKA PROSES BAB III DINAMIKA PROSES Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami Dinamika Proses dalam Sistem Kendali. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti kuiah ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF Rr.rahmawati Putri Ekasari, Rusdhianto Effendi AK., Eka Iskandar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) YANG MEMANFAATKAN GAS BUANG TURBIN GAS DI PLTG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN SUMATERA BAGIAN UTARA SEKTOR BELAWAN Tekad Sitepu, Sahala Hadi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Skema pressurized water reactor (http://www.world-nuclear.org/, September 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Skema pressurized water reactor (http://www.world-nuclear.org/, September 2015) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aliran multifase merupakan salah satu fenomena penting yang banyak ditemukan dalam kegiatan industri. Kita bisa menemukannya di dalam berbagai bidang industri seperti

Lebih terperinci

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK.

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. Seminar Oleh : Wahid Abdurrahman 2409 105 006 Pembimbing : Hendra Cordova

Lebih terperinci

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K.

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure Ryan Hidayat dan Bambang

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012 Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 202 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 202 Heri Witono, Ahmad Nurjana

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SIKLUS RANKINE (STEAM POWER PLANT SYSTEM) SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN TERMODINAMIKA TEKNIK

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SIKLUS RANKINE (STEAM POWER PLANT SYSTEM) SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN TERMODINAMIKA TEKNIK Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 1, Januari 2013: 337-344 ISSN 2086-3403 PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SIKLUS RANKINE (STEAM POWER PLANT SYSTEM) SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN TERMODINAMIKA TEKNIK

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM TUNGKU AUTOCLAVE ME-24

PEMODELAN SISTEM TUNGKU AUTOCLAVE ME-24 No. 11 / Tahun VI. April 2013 ISSN 1979-2409 PEMODELAN SISTEM TUNGKU AUTOCLAVE ME-24 Sugeng Rianto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek Gd. 65 Tangerang Selatan ABSTRAK PEMODELAN

Lebih terperinci

Simulasi Aplikasi Kendali Multi-Model pada Plant Kolom Distilasi ABSTRAK

Simulasi Aplikasi Kendali Multi-Model pada Plant Kolom Distilasi ABSTRAK Simulasi Aplikasi Kendali Multi-Model pada Plant Kolom Distilasi Galih Aria Imandita / 0322146 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri 65, Bandung

Lebih terperinci

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD Agus Waluyo 1, Nathanel P. Tandian 2 dan Efrizon Umar 3 1 Magister Rekayasa

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni 206 00 03 Dosen Pembimbing : Dr. Erna Apriliani, M.Si Hendra Cordova, ST,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah Tabung Vortex Tabung vortex ditemukan oleh G.J. Ranque pada tahun 1931 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Prog. Hilsch pada tahun 1947. Tabung vortex menghasilkan

Lebih terperinci

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus 3, Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (23) -6 Pengendalian Rasio Bahan Bakar dan Udara Pada Boiler Menggunakan Metode Kontrol Optimal Linier Quadratic Regulator (LQR) Virtu Adila, Rusdhianto Effendie AK, Eka

Lebih terperinci

BAB III 1 METODE PENELITIAN

BAB III 1 METODE PENELITIAN 17 BAB III 1 METODE PENELITIAN 1.1 Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa langkah. Langkah pertama, yaitu melakukan studi literatur dari berbagi sumber terkait.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pengembangan pemanfaatan energi nuklir dalam berbagai sektor saat ini kian pesat. Hal ini dikarenakan energi nuklir dapat menghasilkan daya dalam jumlah besar secara

Lebih terperinci

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli Kajian Analitis Sistem Pembangkit Uap Kogenerasi

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli Kajian Analitis Sistem Pembangkit Uap Kogenerasi Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 Kajian Analitis Sistem Pembangkit Uap Kogenerasi Lamsihar S. Tamba 1), Harmen 2) dan A. Yudi Eka Risano 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN GERAK LONGITUDINAL PESAWAT TERBANG DENGAN METODE DECOUPLING TESIS AGUS SUKANDI

UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN GERAK LONGITUDINAL PESAWAT TERBANG DENGAN METODE DECOUPLING TESIS AGUS SUKANDI UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN GERAK LONGITUDINAL PESAWAT TERBANG DENGAN METODE DECOUPLING TESIS AGUS SUKANDI 0606151293 FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO KEKHUSUSAN TEKNIK KONTROL INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan energi pun terus meningkat Untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

KONTROL CASCADE GENERALIZED PREDICTIVE UNTUK BOILER DRUM LEVEL BY ASTRIATONO ( )

KONTROL CASCADE GENERALIZED PREDICTIVE UNTUK BOILER DRUM LEVEL BY ASTRIATONO ( ) KONTROL CASCADE GENERALIZED PREDICTIVE UNTUK BOILER DRUM LEVEL BY ASTRIATONO (2210105028) PERMASALAHAN PERUBAHAN JUDUL Pergantian judul hanya mengubah metode kontrol yang digunakan dikarenakan plant boiler

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS CSTR R. PLUG R.BATCH

REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS CSTR R. PLUG R.BATCH TUTORIAL 3 REAKTOR REAKTOR KIMIA NON KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS KINETIK CSTR R. PLUG R.BATCH MODEL REAKTOR ASPEN Non Kinetik Kinetik Non kinetik : - Pemodelan Simulasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIK ALIRAN FLUIDA DUA FASE PADA SUMUR PANAS BUMI. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Semarang 50275

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIK ALIRAN FLUIDA DUA FASE PADA SUMUR PANAS BUMI. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Semarang 50275 ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIK ALIRAN FLUIDA DUA FASE PADA SUMUR PANAS BUMI R Heri SU 1 Widowati 2 R Heru Tj 3 L Niswah 3 1234 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl Prof H Soedarto SH Semarang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI

BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI Selama percobaan dilakukan beberapa modifikasi atau perbaikan dalam rangka usaha mendapatkan air kondensasi. Semenjak dari memperbaiki kebocoran sampai penggantian

Lebih terperinci

APLIKASI PROGRAM CHEMCAD UNTUK DESAIN PEMBANGKIT UAP PWR. Sukmanto Dibyo

APLIKASI PROGRAM CHEMCAD UNTUK DESAIN PEMBANGKIT UAP PWR. Sukmanto Dibyo APLIKASI PROGRAM CHEMCAD.6.1.4 UNTUK DESAIN PEMBANGKIT UAP PWR Sukmanto Dibyo ABSTRAK APLIKASI PROGRAM CHEMCAD.6.1.4 UNTUK DESAIN PEMBANGKIT UAP PWR. Pada komponen sistem pendingin PWR (Pressurized Water

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN PADA SAMBUNGAN NOSEL MASUK DAN KELUAR BEJANA TEKAN REAKTOR DENGAN MEH

ANALISIS TEGANGAN PADA SAMBUNGAN NOSEL MASUK DAN KELUAR BEJANA TEKAN REAKTOR DENGAN MEH Anni Rahmat, dkk. ISSN 0216-3128 179 ANALISIS TEGANGAN PADA SAMBUNGAN NOSEL MASUK DAN KELUAR BEJANA TEKAN REAKTOR DENGAN MEH Anni Rahmat, Roziq Himawan Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir, BATAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN TUGAS HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN TUGAS HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN TUGAS HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

DISAIN DAN ANALISIS UNJUK KERJA KATUP PENGATUR ALIRAN UAP PADA PLTN AP600

DISAIN DAN ANALISIS UNJUK KERJA KATUP PENGATUR ALIRAN UAP PADA PLTN AP600 B. Bandriyana, dkk. ISSN 016-318 197 DISAIN DAN ANALISIS UNJUK KERJA KATUP PENGATUR ALIRAN UAP PADA PLTN AP600 B.Bandriyana PSRM-BATAN Utaja PPN-BATAN ABSTRAK DISAIN DAN ANALISIS UNJUK KERJA KATUP PENGATUR

Lebih terperinci

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-128 Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Lebih terperinci

EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN Saut Mangihut Tua Naibaho 1), Steven Darmawan 1) dan Suroso 2) 1) Program Studi Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan Azridjal Aziz, Herisiswanto, Hardianto Ginting, Noverianto Hatorangan, Wahyudi Rahman

Lebih terperinci

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan alahan yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR TERMODINAMIKA DASAR. oleh. Tim Dosen Mata Kuliah Termodinamika Dasar

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR TERMODINAMIKA DASAR. oleh. Tim Dosen Mata Kuliah Termodinamika Dasar BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR TERMODINAMIKA DASAR oleh Tim Dosen Mata Kuliah Termodinamika Dasar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Maret 2016 DAFTAR ISI PENGANTAR BAB 1 INFORMASI UMUM 4 BAB 2

Lebih terperinci

B T A CH C H R EAC EA T C OR

B T A CH C H R EAC EA T C OR BATCH REACTOR PENDAHULUAN Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung

Lebih terperinci

Energetika dalam sistem kimia

Energetika dalam sistem kimia Thermodinamika - kajian sainstifik tentang panas dan kerja. Energetika dalam sistem kimia Drs. Iqmal Tahir, M.Si. iqmal@ugm.ac.id I. Energi: prinsip dasar A. Energi Kapasitas untuk melakukan kerja Ada

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI. 2.2 Komponen-Komponen Tabung Vortex dan Fungsinya. Inlet Udara. Chamber. Orifice (diafragma) Valve (Katup)

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI. 2.2 Komponen-Komponen Tabung Vortex dan Fungsinya. Inlet Udara. Chamber. Orifice (diafragma) Valve (Katup) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah Tabung Vortex Tabung vortex ditemukan oleh G.J. Ranque pada tahun 1931 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Prof. Hilsch pada tahun 1947. Tabung vortex adalah salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan tenaga listrik terus meningkat. Tenaga listrik digunakan pada berbagai lini kehidupan seperti rumah tangga, perkantoran, industri baik home industry,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 HASIL PENGUJIAN KESTABILAN SISTEM CASCADE Dalam proses pengujian pada saat menyalakan sistem untuk pertama kali, diperlukan waktu oleh sistem supaya dapat bekerja dengan stabil.

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIKA FRAKSI VOID PADA KONDISI RE-FLOODING POST LOCA MENGGUNAKAN RELAP5

ANALISIS KARAKTERISTIKA FRAKSI VOID PADA KONDISI RE-FLOODING POST LOCA MENGGUNAKAN RELAP5 Sukmanto Dibyo ISSN 0216-3128 197 ANALISIS KARAKTERISTIKA FRAKSI VOID PADA KONDISI RE-FLOODING POST LOCA MENGGUNAKAN RELAP5 Sukmanto Dibyo PTRKN- BATAN, E-mail : sukdibyo@batan.go.id ABSTRAK ANALISIS KARAKTERISTIKA

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE Disusun oleh : Sori Tua Nrp : 21.11.106.006 Dosen pembimbing : Ary Bacthiar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

VIII Sistem Kendali Proses 7.1

VIII Sistem Kendali Proses 7.1 VIII Sistem Kendali Proses 7.1 Pengantar ke Proses 1. Tentang apakah pengendalian proses itu? - Mengenai mengoperasikan sebuah proses sedemikian rupa hingga karakteristik proses yang penting dapat dijaga

Lebih terperinci

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) RINGKASAN Reaktor Air Didih adalah salah satu tipe reaktor nuklir yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor tipe ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,

Lebih terperinci

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo ABSTRAK PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aliran dua fasa berlawanan arah, banyak dijumpai pada aplikasi reaktor nuklir, jaringan pipa, minyak dan gas. Aliran dua fasa ini juga memiliki karakteristik yang

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA I. TUJUAN

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR PERSETUJUAN.... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR RUMUS... x BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA COOLER TANK FASSIP - 01

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA COOLER TANK FASSIP - 01 ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA COOLER TANK FASSIP - 01 Oleh : Aprianto Tangkesalu Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.I Gusti Bagus Wijaya Kusuma : Ir.I Nengah Suarnadwipa, MT ABSTRAKSI FASSIP-01 merupakan

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR 3.1 Pendahuluan Pemodelan sistem poros-rotor telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Adam [2] telah menggunakan formulasi Jeffcot rotor dalam pemodelan sistem poros-rotor,

Lebih terperinci

Observasi Pola Aliran Dua Fase Air-udara Berlawanan Arah pada Pipa Kompleks ABSTRAK

Observasi Pola Aliran Dua Fase Air-udara Berlawanan Arah pada Pipa Kompleks ABSTRAK Observasi Pola Aliran Dua Fase Air-udara Berlawanan Arah pada Pipa Kompleks Apip Badarudin 1,3,a, Indarto 2,b, Deendarlianto 2,c, Hermawan 2,d, Aji Saka 4,e, M. Fikri Haykal Syarif 5,f, Aditya Wicaksono

Lebih terperinci

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) Bab 2 Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga nuklir secara umum tidak berbeda dengan pembangkit listrik

Lebih terperinci

Kata kunci: analisis transient aliran, SSSR, aliran sirkulasi alam, loop primer, kondisi normal.

Kata kunci: analisis transient aliran, SSSR, aliran sirkulasi alam, loop primer, kondisi normal. J. Tek. Reaktor. Nukl. Vol. 10 No. 3, Oktober 2008, Hal. 126-135 ISSN 1411 240X ANALISIS TRANSIEN ALIRAN PENDINGIN SMALL SIMPLE AND SAFE REACTOR TANPA POSTULASI KECELAKAAN Enjang Ruhiat, Andang Widi Harto,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PARAMETER SISTEM PADA PLANT ORDE DENGAN METODE GRADIENT

IDENTIFIKASI PARAMETER SISTEM PADA PLANT ORDE DENGAN METODE GRADIENT IDENTIFIKASI PARAMETER SISTEM PADA PLANT ORDE DENGAN METODE GRADIENT Larasaty Ekin Dewanta *, Budi Setiyono, and Sumardi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto,

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198

Lebih terperinci

Dinamika Proses pada Sistem Pemanas Tangki Berpengaduk dengan Arus Bypass

Dinamika Proses pada Sistem Pemanas Tangki Berpengaduk dengan Arus Bypass Dinamika Proses pada Sistem Pemanas Tangki Berpengaduk dengan Arus Bypass Yulius Deddy Hermawan *, Bambang Sugiarto, I Gusti Ayu Sri Pradnyadewi, dan Gusti Ayu Septiandani Program Studi Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Paisal Tajun Aripin 1, Erna Kusuma Wati 1, V. Vekky R. Repi 1, Hari Hadi Santoso 1,2 1 Program Studi

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI Depok 16424

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI Pada Bab III akan dibahas perancangan simulasi kontrol level deaerator. Pada plant sebenarnya di PLTU Suralaya, untuk proses kontrol level deaerator dibuat di

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN SISTEM AKUISISI DATA PENGUKURAN PADA FASILITAS EKSPERIMEN UNTUK SIMULASI PENDINGINAN CONTAINMENT. G. Bambang Heru, Sagino

PEMROGRAMAN SISTEM AKUISISI DATA PENGUKURAN PADA FASILITAS EKSPERIMEN UNTUK SIMULASI PENDINGINAN CONTAINMENT. G. Bambang Heru, Sagino PEMROGRAMAN SISTEM AKUISISI DATA PENGUKURAN PADA FASILITAS EKSPERIMEN UNTUK SIMULASI PENDINGINAN CONTAINMENT G. Bambang Heru, Sagino Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN) BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

Multiple Droplets Studi Eksperimental tentang Pengaruh Konduktivitas Material terhadap Fenomena Multiple droplets

Multiple Droplets Studi Eksperimental tentang Pengaruh Konduktivitas Material terhadap Fenomena Multiple droplets Multiple Droplets Studi Eksperimental tentang Pengaruh Konduktivitas Material terhadap Fenomena Multiple droplets yang Menumbuk Permukaan Padat yang Dipanaskan pada Rejim Nucleat Boiling dan Temperatur

Lebih terperinci

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan,

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan, menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan, adsorpsi, dan penguapan (4 1) : Selama periode ini, sorber yang terus melepaskan panas ketika sedang terhubung ke evaporator,

Lebih terperinci

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK NOVAN YUDHA ARMANDA 2409 105 032 DOSEN PEMBIMBING: IR. RONNY DWI NORIYATI M.KES IMAM

Lebih terperinci

Teknik Lingkungan S1 TERMODINAMIKA LINGKUNGAN

Teknik Lingkungan S1 TERMODINAMIKA LINGKUNGAN Teknik Lingkungan S1 TERMODINAMIKA LINGKUNGAN Uraian Singkat Silabus Definisi dan pengertian dasar, sifat-sifat unsur murni, hukum pertama termodinamika untuk sistem tertutup, hukum pertama termodinamika,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER Oleh : AMRI AKBAR WICAKSONO (2406 100 002) Pembimbing: IBU RONNY DWI NORIYATI & BAPAK TOTOK SOEHARTANTO

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan

Lebih terperinci