JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) ( X Print) D-38

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) ( X Print) D-38"

Transkripsi

1 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (216) ( X Print) D-38 Pengembangan Jaringan Distribusi Uang dan Layanan Kas untuk Menentukan Lokasi Baru Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) Bank Indonesia di Pulau Sulawesi Menggunakan Analisis Fakhrul Azizi Indillah, 1 Santi Puteri Rahayu, dan 2 Suhartono Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 6111 Indonesia 1 santi_pr@statistika.its.ac.id, 2 suhartono@statistika.its.ac.id Abstrak Tugas Bank Indonesia terutama dalam pengelolaan uang rupiah, khususnya pendistribusiannya ke seluruh daerah, menghadapi tantangan yang tidak mudah. Salah satu tantangan terbesar dalam pengedaran uang rupiah adalah ketersediaan moda dan jalur transportasi reguler yang terbatas, serta kondisi geografis maupun alam Indonesia, termasuk di dalamnya kondisi iklim dan cuaca yang sering mengalami perubahan. Dalam kasus ini akan dilakukan analisis menggunakan analisis faktor yang selanjutnya dibuat skor faktor untuk membuat pengelompokan daerah mana yang perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia baru. Setelah dilakukan analisis didapatkan hasil pada provinsi Gorontalo, Kabupaten Pohuwato perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia. Pada provinsi Sulawesi Selatan, Kota Makassar perlu diabangun KPwDN Bank Indonesia. Pada provinsi Sulawesi Utara, Bitung perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia. Pada provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Banggai perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia. Pada provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Kolaka perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia. Pada provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Mamuju perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia. Kata kunci Pengelompokan, Analisis, KPwDN I. PENDAHULUAN Dalam hubungannya dengan keuangan pemerintah, BI bertindak sebagai pemegang kas pemerintah dengan kewajiban untuk menyelenggarakan penyimpanan kas umum negara. Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 6 tahun 29 tentang BI, salah satu tugas BI adalah mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran. Dalam pengerjaan tugastugasnya, Bank Indonesia dibantu oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI), 43 Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) BI yang memiliki fungsi operasional kas, dan dengan 31 kas titipan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (kecuali Pulau Jawa). Seiring dengan perkembangan ekonomi terdapat masalah yang tidak kalah penting yaitu menyediakan layanan kas pada suatu daerah. Pada daerah terpencil, perbatasan dan pulaupulau terluar yang jauh dari jangkauan layanan kas Bank Indonesia, kualitas uang rupiah sangat rendah atau memiliki tingkat kelusuhan tinggi sehingga uang rupiah tersebut tidak layak edar. Kecenderungan peningkatan permintaan uang dari masyarakat harus diimbangi tidak hanya dari sisi pemenuhan jumlah nominal, namun juga dari sisi kecukupan pecahan melalui jalur distribusi yang handal serta dalam keadaan kondisi yang layak sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengenali ciri-ciri keaslian rupiah untuk menghindari peredaran uang palsu [1]. Peredaran uang di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terbilang cukup tinggi dengan total cash inflow dan outflow sebesar ,9 miliar rupiah. Namun kantor wilayah yang disediakan pada setiap provinsi hanya satu. Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai perlunya pembangunan KPwDN BI baru di provinsi-provinsi tersebut untuk membantu analisis jaringan distribusi dan layanan kas Bank Indonesia di Pulau Sulawesi. Hal itu diperkuat pula dengan besarnya beredar uang tidak layak edar di Pulau Sulawesi, salah satu contohnya pada Provinsi Sulawesi Selatan, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar pada triwulan IV 214 tercatat sebesar Rp,4 triliun, meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp,27 triliun [2]. Analisis merupakan salah satu metode yang digunakan mereduksi banyak faktor (variabel) sehingga didapatkan faktor-faktor baru yang kemudian dilanjutkan dengan metode K-Means Cluster untuk membuat klaster kabupaten/kota diseluruh Pulau Sulawesi yang pada akhirnya akan didapatkan wilayah-wilayah yang perlu didirikan KPwDN BI baru. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pulau Sulawesi Pulau Sulawesi memiliki luas kilometer persegi, Sulawesi merupakan pulau terbesar di dunia ke-11 setelah Pulau Ellesmere di Kanada sedangkan di Indonesia, luas Pulau Sulawesi menduduki peringkat ke-4 setelah Papua, Kalimantan, dan Sumatera. Dari segi perekonomian, Sulawesi sebagian besar tergantung pada perkebunan dan hasil budi daya laut. Pada tahun 24, penduduk Sulawesi sebanyak 16,7% dianggap hidup dalam kemiskinan. Sebagian besar penduduk miskin tinggal di daerah pedesaan. Namun pemerintah kurang memerhatikan hal ini, bahkan dalam beberapa laporan menyebutkan bahwa ada beberapa wilayah yang justru orang menengah yang mendapatkan bantuan dari pemerintah [3].

2 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (216) ( X Print) D-39 B. Statsitika Deskrptif Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Dalam penelitian ini digunakan ukuran pemusatan data yang terdiri dari rata-rata, simpangan baku, nilai maksimum dan minimum [6]. C. Uji Kelayakan Dalam uji kelayakan terdapat dua metode yang digunakan yaitu Kaiser Mayer Olkin (KMO) dan uji Bartlett. Rencher (22) menyatakan bahwa KMO bertujuan untuk melakukan pengecekan dari sebuah data atau melakukan validasi pada data sebelum dilakukan analisis faktor [4]. Statistik Uji: Dengan, nilai kuadrat dari elemen R nilai kaudrat dari elemen Q Uji Bartlett digunakan untuk mengetahui terdapat atau tidak hubungan antar variabel dalam kasus multivariat. Apabila variabel bersifat saling bebas (independen), maka matriks korelasi antar variabel sama dengan matriks identitas. Hipotesisnya adalah sebagai berikut. : yaitu tidak terdapat hubungan antar variabel : yaitu terdapat hubungan antar variabel Statistik Uji: (2) Dimana merupakan nilai determinan dari matriks korelasi, n adalah banyaknya data, dan p merupakan banyak variabel. Keputusan: 2 2 Tolak apabila atau apabila p -value < α. (1/2 p)( p 1); D. Analisis Tujuan dari analisis faktor adalah untuk menggambarkan hubungan-hubungan kovarian antara beberapa variabel yang mendasari tetapi tidak teramati yang disebut faktor[5]. Model dari analisis faktor adalah X μ L F ε ( px1) ( pxm) ( mx1) ( px1) (3) Dimana merupakan rata-rata variabel ke-, merupakan i faktor spesifik ke-, = common factor ke-, merupakan loadingfactor dari variabel ke- pada faktor ke- dengan = 1,2,,p yaitu banyaknya observasi dan = 1,2,,m yaitu banyaknya common factor. Metode analisis faktor merupaka metode analisis yang digunakan untuk mendapatkan sejumlah faktor yang memiliki sifat-sifat yang mampu menerangkan semaksimal mungkin keragaman yang ada di dalam data. E. Pengertian Bank Indonesia Bank Indonesia merupakan Bank Sentral Republik Indonesia yang memiliki tujuan untuk mencapai dan (1) memelihara kestabilan nilai rupiah atau mata uang negara, yang dapat dicapai melalui pelaksanaan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian [1]. A. Data dan III. METODOLODI PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder di kabupaten/kota pulau Sulawesi yang bersumber dari buku Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat dan Gorontalo dalam angka tahun 214 yang diproduksi oleh BPS. Tabel 1. Penelitian Aspek Keterangan X 1 PDRB pertanian, peternakan, kehutanan (Miliar) X 2 PDRB pertambangan, penggalian (Miliar) PDRB PDRB Pertumbuhan Ekonomi Nilai Anggaran Pemerintah Daerah (APBD) X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 1 X 11 X 12 X 13 X 14 X 15 UMP X 16 PDRB industri pengolahan (Miliar) PDRB listrik, gas, air bersih (Miliar) PDRB Konstruksi (Miliar) PDRB perdagangan, hotel, restoran (Miliar) PDRB pengangkutan, komunikasi (Milliar) PDRB keuangan, real estate, jasa (Milliar) PDRB jasa-jasa (Milliar) Pertumbuhan Ekonomi secara kesulurahan (%) PAD (Pendapatan Asli Daerah) (juta) Dana perimbangan (juta) Lain-lain pendapatan daerah yang sah (juta) Belanja tidak langsung (juta) Belanja langsung (juta) UMP (Upah minimum Provinsi ) (Juta) Jmlh. Industri X 17 Jumlah industri keseluruhan Kepadatan Penduduk X 18 Jumlah penduduk (jiwa/km2) Panjang Jalan X 19 Panjang jalan (km) AHH X 2 IPM X 21 Pengeluaran per Kapita X 22 AMH X 23 Besar angka harapan hidup penduduk (tahun) Besar indeks pembangunan manusia (rasio) Besar pengeluaran per kapita (Ribu) Besar angka melek huruf penduduk (tahun) Pendidikan X 24 Rata-rata lama sekolah (tahun) Kantor Bank X 25 Jumlah ATM (unit) B. Langkah Analisis Langkah analisis dalam penelitian adalah sebagai berikut

3 1 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (216) ( X Print) D-4 1. Melakukan studi literatul mengenai Bank Indonesia dan mendapatkan data mengenai pengembangan jaringan distribusi uang dan layanan kas Bank Indonesia di Pulau Sulawesi. 2. Melakukan uji statistika deskriptif pada data pengembangan jaringan distribusi uang dan layanan kas Bank Indonesia di Pulau Sulawesi. 3. Melakukan uji kelayakan data dengan KMO dan uji Bartlett untuk melakukan pengecekan data pengembangan jaringan distribusi uang dan layanan kas Bank Indonesia di Pulau Sulawesi. 4. Melakukan analisis faktor dengan menggunakan PCA. 5. Membuat skor faktor dari hasil analisis faktor. 6. Menarik kesimpulan berdasarkan skor faktor yang diperoleh. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pengelompokan KPwDN Bank IndonesiaBaru di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Indikator Pembangunan Ekonomi Analisis faktor digunakan untuk mereduksi dimensi data yang mampu menjelaskan sebesar mungkin keragaman data dengan beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit tanpa kehilangan informasi dari variabel awal. Pada Provinsi Gorontalo nilai KMO dan uji Bartlett tidak muncul karena jumlah variabel lebih besar dari jumlah observasi. Setelah didapatkan dua faktor dari analisis faktor, selanjutnya mengelompokkan indikator-indikator pembangunan KPwDN Bank Indonesia baru di Provinsi Gorontalo dengan melihat hasil dari faktor skor. Dari hasil skor faktor didapatkan bahwa Kota Gorontalo dikarenakan terdapat KPwDN di Kota Gorontalo yang mengindikasikan perekonomian di Kota Gorontalo sangat tinggi. Untuk itu akan dibuat analisis pengelompokan tanpa memasukkan Kota Gorontalo sebagai anggota yang bertujuan untuk mengetahui kab/kota mana yang sebaiknya dibangun KPwDN baru. Berikut adalah hasil analisis faktor pada Provinsi Gorontalo tanpa memasukkan Kota Gorontalo. PDRB_Jasa.998 PDRB_Konstruksi.988 PDRB_Keuangan.986 Dana_Perimbangan.977 Pnjg_Jalan.973 PDRB_Pengangkutan.965 Jmlh_ATM.953 Blj_Tdk_Lgsg.949 PDRB_Pertanian.865 Jmlh_Penduduk.81 PDRB_Listrik.82 PAD PDRB_Industri PDRB_Perdagangan.796 Lain2_Pendapatan.724 PDRB_Pertambangan.673 AHH.637 Pert_Ekonomi IPM.951 Rata2_Lama_Sklh.913 Pengeluaran_Pr.Kapita.899 AMH Jmlh_Industri.775 Blj_Lgsg.698 Pada tabel 2 diatas didapatkan kelompok faktor-faktor Indonesia baru di Provinsi Gorontalo tanpa memasukkan daerah yang memiliki KPwDN. Pada tabel 2 didapatkan hasil bahwa nilai tertinggi pada faktor 1 diberikan oleh variabel PDRB sektor jasa-jasa dengan nilai,998. Pada faktor 2 diberikan oleh variabel IPM dengan nilai,951. Selanjutnya akan dibuat faktor skor dari hasil analisis faktor pada Provinsi Gorontalo tanpa KPwDN Kab. Gorontalo.5. Kab. Pohuwato -.5 Kab. Boalemo Kab. Bone Bolanggo Kab. Gorontalo Utara Gambar 1. Scree Plot Prov. Gorontalo Dari gambar 1. didapatkan dua faktor yang terbentuk karena dua faktor tersebut bernilai lebih dari satu dan proporsi variansi yang dijelaskan dari kedua faktor tersebut bernilai 78,61%. Tabel 2. Loading Factor Provinsi Gorontalo Gambar 2. Hasil skor faktor pada Provinsi Gorontalo Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa Kabupaten Gorontalo dikarenakan perekonomian di Kabupaten Gorontalo menduduki posisi tertinggi kedua setelah Kota Gorontalo. Namun pada Kabupaten Gorontalo tidak perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia karena letaknya sudah dekat dengan Kota Gorontalo seperti yang ditunjukkan pada gambar 3. untuk itu rekomendasi yang dapat diberikan yaitu Kabupaten Pohuwato perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia karena

4 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (216) ( X Print) D-41 perekonomian di Kabupaten Pohuwato termasuk yang tertinggi jika dibandingkan dengan kabupaten yang lain. B. Analisis Pengelompokan KPwDN Bank Indonesia Baru di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan Indikator Pada Provinsi Sulawesi Selatan faktor yang dibentuk dari 22 variabel yaitu sebanyak dua faktor dengan proporsi yang dijelaskan mencapai 71,2%. Pada Tabel 3 ditunjukkan variabel-variabel yang terbentuk dalam faktor yang terbentuk dari hasil analisis faktor pada Provinsi Sulawesi Selatan. Tabel 3. Loading Factor Provinsi Sulawesi Selatan PDRB_Konstruksi.948 Blj_Lgsg.944 PDRB_Listrik.94 PDRB_Keuangan.939 PDRB_Perdagangan.931 PDRB_Pengangkutan.929 Jmlh_ATM.923 PAD.922 Dana_Perimbangan.94 Jmlh_Penduduk.884 PDRB_Industri.865 Blj_Tdk_Lgsg.864 Lain2_Pendapatan.854 Pengeluaran_Pr.Kapita PDRB_Jasa Rata2_Lama_Sklh.826 AMH.732 IPM.731 PDRB_Pertanian -.73 Pert_Ekonomi.673 AHH PDRB_Pertambangan Pada tabel 3 diatas didapatkan kelompok faktor-faktor Indonesia baru di Provinsi Sulawesi Selatan. Dari tabel 3 diatas didapatkan hasil bahwa nilai tertinggi pada faktor 1 diberikan oleh variabel PDRB sektor konstruksi dengan nilai,948. Pada faktor 2 diberikan oleh variabel rata-rata lama sekolah dengan nilai,826. Gambar 3. Peta Provinsi Sulawesi Selatan Kemudian dibuat skor faktor dari hasil analisis faktor untuk melihat daerah mana yang memiliki perekonomian yang tinggi di Provinsi Sulawesi Selatan. Dari hasil skor faktor didapatkan bahwa Kota Makassar menduduki posisi tertinggi pada hasil skor faktor itu dikarenakan perekonomian di Kota Makassar menduduki posisi tertinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil faktor skor diatas rekomendasi yang dapat diberikan yaitu Kota Makassar perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia karena perekonomian di Kota Makassar sangat tinggi dan belum ada KPwDN Bank Indonesia di Provinsi Selatan. Gambar 3 merupakan peta dari Provinsi Sulawesi Selatan. C. Analisis Pengelompokan KPwDN Bank Indonesia Baru di Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan Indikator yang terbentuk pada Provinsi Sulawesi Utara dengan 22 variabel yaitu sebanyak dua faktor dengan proporsi variansi yang dijelaskan mencapai 69,637%. Dari hasil skor faktor didapatkan bahwa Kota Manado menduduki posisi tertinggi pada hasil skor faktor itu dikarenakan terdapat KPwDN di Kota Manado yang mengindikasikan perekonomian di Kota Manado sangat tinggi. Untuk itu akan dibuat analisis pengelompokan tanpa memasukkan Kota Manado sebagai anggota yang bertujuan untuk mengetahui kab/kota mana yang sebaiknya dibangun KPwDN baru. Pada hasil analisis faktor di Provinsi Sulawesi Utara tanpa memasukkan Kota Manado didapatkan dua faktor yang

5 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (216) ( X Print) D-42 terbentuk dengan proporsi variansi yang dijelaskan sebesar 6,59%. Pada tabel 4 ditunjukkan variabel-variabel yang membentuk faktor dari hasil analisis faktor. Tabel 4. Loading Factor Provinsi Sulawesi Utara Lain2_Pendapatan.916 Blj_Tdk_Lgsg.93 PDRB_Pertanian.863 Dana_Perimbangan.849 PDRB_Perdagangan PDRB_Konstruksi PDRB_Jasa.689 Pert_Ekonomi PDRB_Pertambangan.554 AHH.536 Jmlh_Industri.512 PDRB_Listrik.838 PDRB_Pengangkutan.827 PDRB_Keuangan.796 PDRB_Industri.783 PAD.772 Rata2_Lama_Sklh.742 Pengeluaran_Pr.Kapita.76 IPM.75 Blj_Lgsg.625 AMH Jmlh_Penduduk Pada tabel 4 diatas didapatkan kelompok faktor-faktor Indonesia baru di Provinsi Sulawesi Utara tanpa memasukkan daerah yang memiliki KPwDN. Pada tabel 4 didapatkan hasil bahwa nilai tertinggi pada faktor 1 diberikan oleh variabel lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan nilai,916. Pada faktor 2 diberikan oleh variabel PDRB sektor listrik, gas dan air bersih dengan nilai,838. Pada hasil faktor skor dari Provinsi Sulawesi Utara tanpa KPwDN didapatkan bahwa Kabupaten Minahasa menduduki posisi tertinggi pada hasil skor faktor itu dikarenakan perekonomian di Kabupaten Minahasa menduduki posisi tertinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan hasil faktor skor diatas rekomendasi yang dapat diberikan yaitu Kabupaten Minahasa perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia karena perekonomian di Kabupaten Minahasa sangat tinggi. Berikut adalah peta dari Provinsi Sulawesi Utara. D. Analisis Pengelompokan KPwDN Bank Indonesia Baru di Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan Indikator yang terbentuk pada Provinsi Sulawesi Tengah dengan 23 variabel yaitu sebanyak dua faktor dengan proporsi variansi yang dijelaskan mencapai 73,994%. Dari hasil skor faktor didapatkan bahwa Kota Palu menduduki posisi tertinggi pada hasil skor faktor itu dikarenakan terdapat KPwDN di Kota Palu yang mengindikasikan perekonomian di Kota Palu sangat tinggi. Untuk itu akan dibuat analisis pengelompokan tanpa memasukkan Kota Palu sebagai anggota yang bertujuan untuk mengetahui kab/kota mana yang sebaiknya dibangun KPwDN baru. Pada hasil analisis faktor di Provinsi Sulawesi Tengah tanpa memasukkan Kota Palu didapatkan dua faktor yang terbentuk dengan proporsi variansi yang dijelaskan sebesar 67,986%. Pada tabel 5 ditunjukkan variabel-variabel yang membentuk faktor dari hasil analisis faktor. Tabel 5. Loading factor Prov. Sulawesi Tengah PAD.955 IPM.91 Pert_Ekonomi.89 Blj_Tdk_Lgsg.865 PDRB_Keuangan.857 Dana_Perimbangan.823 Pnjg_Jalan.89 AHH.783 PDRB_Listrik.763 PDRB_Konstruksi Jmlh_ATM.62 Lain2_Pendapatan.617 Pengeluaran_Pr.Kapita.558 Blj_Lgsg.511 PDRB_Pertambangan PDRB_Perdagangan.934 PDRB_Pertanian.933 PDRB_Pengangkutan.923 Jmlh_Penduduk.851 PDRB_Industri.847 Rata2_Lama_Sklh AMH PDRB_Jasa.722 Pada tabel 5 diatas didapatkan kelompok faktor-faktor Indonesia baru di Provinsi Sulawesi Tengah tanpa memasukkan daerah yang memiliki KPwDN. Pada tabel 5 didapatkan hasil bahwa nilai tertinggi pada faktor 1 diberikan oleh variabel PAD dengan nilai,955. Pada faktor 2 diberikan oleh variabel PDRB sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai,934. Berikut akan disajikan faktor skor dari hasil analisis faktor pada Provinsi Sulawesi Tengah tanpa KPwDN. Gambar 4. Peta Provinsi Sulawesi Utara

6 1 1 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (216) ( X Print) D Kab. Morowali Kab. Buol -1. Kab. Poso -.5 Kab. Tojo Una-Una Kep. Banggai Kab. Toli-toli Kab. Sigi. Kab. Banggai Kab. Donggala.5 2 Gambar 5. Skor pada Provinsi Sulawesi Tengah 1. Kab. Parigi Moutong Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa Kabupaten Banggai dikarenakan perekonomian di Kabupaten Banggai menduduki posisi tertinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil faktor skor diatas rekomendasi yang dapat diberikan yaitu Kabupaten Banggai perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia karena perekonomian di Kabupaten Banggai sangat tinggi. E. Analisis Pengelompokan KPwDN Bank Indonesia Baru di Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Indikator yang terbentuk pada Provinsi Sulawesi Tenggara dengan 22 variabel yaitu sebanyak dua faktor dengan proporsi variansi yang dijelaskan mencapai 67,746%. Dari hasil skor faktor didapatkan bahwa Kota Kendari menduduki posisi tertinggi pada hasil skor faktor itu dikarenakan terdapat KPwDN di Kota Kendari yang mengindikasikan perekonomian di Kota Kendari sangat tinggi. Untuk itu akan dibuat analisis pengelompokan tanpa memasukkan Kota Kendari sebagai anggota yang bertujuan untuk mengetahui kab/kota mana yang sebaiknya dibangun KPwDN baru. Setelah di analisis tanpa memasukkan Kota Kendari sebagai anggota, didapatkan dua faktor yang terbentuk dengan proporsi variansi yang dijelaskan sebesar 64,651%. Pada tabel 6 ditunjukkan variabel-variabel yang membentuk faktor dari hasil analisis faktor. Tabel 6. Loading factor Prov. Sulawesi Tengggara PDRB_Keuangan.963 PDRB_Perdagangan.927 Blj_Tdk_Lgsg.874 Lain2_Pendapatan.865 PDRB_Listrik PDRB_Jasa.83 Dana_Perimbangan.817 PDRB_Industri.732 PDRB_Pertambangan.718 Pengeluaran_Pr.Kapita.77 Pert_Ekonomi PDRB_Pengangkutan Rata2_Lama_Sklh.94 IPM.912 Jmlh_Penduduk.843 PDRB_Konstruksi.88 Blj_Lgsg -.75 AHH.739 PDRB_Pertanian Pnjg_Jalan AMH.556 PAD Pada tabel 6 diatas didapatkan kelompok faktor-faktor Indonesia baru di Provinsi Sulawesi Tenggara tanpa memasukkan daerah yang memiliki KPwDN. Pada tabel 6 didapatkan hasil bahwa nilai tertinggi pada faktor 1 diberikan oleh variabel PDRB sektor keuangan, real estate dan jasa dengan nilai,963. Pada faktor 2 diberikan oleh variabel ratarata lama sekolah dengan nilai,94. Berikut akan disajikan faktor skor dari hasil analisis faktor pada Provinsi Sulawesi Tenggara tanpa KPwDN Kab. Muna Kab. Buton Kab. Kolaka -.5 Kab. Konawe Selatan Kab. Kolaka Utara Kab. Konawe Utara Kab. Konawe. Kab. Buton Utara Gambar 6. Skor pada Provinsi Sulawesi Tenggara 2. Kota Bau-Bau Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa Kabupaten Kolaka dikarenakan perekonomian di Kabupaten Kolaka menduduki posisi tertinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil faktor skor diatas rekomendasi yang dapat diberikan yaitu Kabupaten Kolaka perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia karena perekonomian di Kabupaten Banggai sangat tinggi. F. Analisis Pengelompokan KPwDN Bank Indonesia Baru di Provinsi Sulawesi Barat Berdasarkan Indikator Pembangunan Ekonomi Pada Provinsi Sulawesi Barat faktor yang dibentuk dari 22 variabel yaitu sebanyak dua faktor dengan proporsi yang dijelaskan mencapai 75,93%. Pada Tabel 7 ditunjukkan variabel-variabel yang terbentuk dalam faktor yang terbentuk dari hasil analisis faktor pada Provinsi Sulawesi Barat Tabel 7. Loading factor Provinsi Sulawesi Barat Blj_Lgsg.981 PDRB_Konstruksi

7 1 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (216) ( X Print) D-44 Jmlh_ATM.919 PDRB_Jasa.915 PDRB_Pertambangan.91 Pert_Ekonomi.832 PDRB_Pengangkutan.814 PAD Dana_Perimbangan PDRB_Keuangan Pengeluaran_Pr.Kapita Rata2_Lama_Sklh Lain2_Pendapatan.947 PDRB_Perdagangan.935 Blj_Tdk_Lgsg.9 PDRB_Listrik.893 Jmlh_Penduduk.881 PDRB_Pertanian.832 Jmlh_Industri.89 AHH IPM AMH PDRB_Industri Pada tabel 7 diatas didapatkan kelompok faktor-faktor Indonesia baru di Provinsi Sulawesi Barat. Dari tabel 7 diatas didapatkan hasil bahwa nilai tertinggi pada faktor 1 diberikan oleh variabel belanja langsung dengan nilai,981. Pada faktor 2 diberikan oleh variabel lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan nilai,947. Berikut akan disajikan faktor skor dari hasil analisis faktor pada Provinsi Sulawesi Barat Kab. Mamuju Utara -1. Kab. Mamasa -.5 Kab. Mamuju Kab. Majene..5 2 Gambar 7. Skor pada Provinsi Sulawesi Barat 1. Kab. Polewali Mandar Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa Kabupaten Mamuju dikarenakan perekonomian di Kabupaten Mamuju menduduki posisi tertinggi jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan hasil faktor skor diatas rekomendasi yang dapat diberikan yaitu Kabupaten Mamuju perlu dibangun KPwDN Bank Indonesia karena perekonomian di Kabupaten Mamuju sangat tinggi dan belum ada KPwDN Bank Indonesia di Provinsi Barat. Berikut adalah peta dari Provinsi Sulawesi Barat. A. Kesimpulan V. KESIMPULAN DAN SARAN a. Pada provinsi Gorontalo, setelah dianalisis menggunakan analisis faktor menghasilkan dua faktor yang terbentuk. Dari faktor skor menghasilkan rekomendasi Kabupaten Pohuwato perlu dibangung KPwDN Bank Indonesia. b. Pada provinsi Sulawesi Selatan, setelah dianalisis rekomendasi Kota Makassar perlu dibangung KPwDN Bank Indonesia. c. Pada provinsi Sulawesi Utara, setelah dianalisis rekomendasi Kabupaten Minahasa perlu dibangung KPwDN Bank Indonesia. d. Pada Provinsi Sulawesi Tengah, setelah dianalisis rekomendasi Kabupaten Banggai perlu dibangung KPwDN Bank Indonesia. e. Pada provinsi Sulawesi Tenggara, setelah dianalisis rekomendasi Kabupaten Kolaka perlu dibangung KPwDN Bank Indonesia. f. Pada provinsi Sulawesi Barat, setelah dianalisis rekomendasi Kabupaten Mamuju perlu dibangung KPwDN Bank Indonesia. B. Saran Saran untuk penelitian yang selanjutnya sebaiknya data yang akan digunakan sudah lengkap karena dalam penelitian ini masih ada yang belum lengkap dikarenakan sumber tidak menyediakan semua data yang diperlukan dalam penelitian. DAFTAR PUSTAKA. [1] Bank Indonesia. (215). Term of Reference (Kerangka Acuan) Penelitian: Analisis Pengembangan Jaringan Distribusi Uang dan Layanan Kas Bank Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia. [2] Bank Indonesia. (215). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara. [3] Anonim (215). Seputar Pulau Sulawesi Indonesia. Retrieved from gocelebes Website: [4] Hair, J. F. JR, Black, W. C, Babin, B. J, Anderson, R. E. (21). Multivariate Data Analysis 7th Edition. [5] Johnson. R. and Wichern. D. (27). Applied Multivariate Statis-tical Analysis. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall. [6] Walpole, R. E. (1992). Pengantar Metode Statistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1.1 Simpulan 5.1.1 Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Berdasarkan analisis rasio ketergantungan daerah, semua pemerintah daerah di Pulau Sulawesi, memiliki

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas Admistrasi Sumber : Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2016 Gambar 4.1 Peta wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/72/ThXX, 05 Mei 2017 IPM Sulawesi Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Tengah terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR TERHADAP DATA PENGGUNAAN WEB PERSONAL DOSEN ITS DAN PERBANDINGAN TERHADAP PENCAPAIAN IPK DAN LAMA STUDI MAHASISWA

ANALISIS FAKTOR TERHADAP DATA PENGGUNAAN WEB PERSONAL DOSEN ITS DAN PERBANDINGAN TERHADAP PENCAPAIAN IPK DAN LAMA STUDI MAHASISWA Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 ANALISIS FAKTOR TERHADAP DATA PENGGUNAAN WEB PERSONAL DOSEN ITS DAN PERBANDINGAN TERHADAP PENCAPAIAN IPK DAN LAMA STUDI

Lebih terperinci

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk Sulawesi Tengah dengan padi, kakao, kelapa, cengkeh dan ikan laut sebagai komoditi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER Artanti Indrasetianingsih Dosen Program Studi Statistika, FMIPA

Lebih terperinci

Lampiran Surat No : KL /BIII.1/1022/2017. Kepada Yth :

Lampiran Surat No : KL /BIII.1/1022/2017. Kepada Yth : Lampiran Surat No : KL.01.01.01/BIII.1/1022/2017 Kepada Yth : Provinsi Papua Barat 1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat 2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Raja Ampat 3. Kepala Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

Lampiran Surat Nomor : 331/KN.320/J/07/2016 Tanggal : 14 Juli 2016

Lampiran Surat Nomor : 331/KN.320/J/07/2016 Tanggal : 14 Juli 2016 Provinsi Bali 1. Kabupaten Badung 2. Kabupaten Bangli 3. Kabupaten Buleleng 4. Kabupaten Gianyar 5. Kabupaten Jembrana 6. Kabupaten Karangasem 7. Kabupaten Klungkung 8. Kabupaten Tabanan 9. Kota Denpasar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur

Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur M.Fariz Fadillah Mardianto,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 30/05/72/Th. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGAH Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Nomor : 6517 /D.3.2/06/2017 Tanggal : 22 Juni Daftar Undangan

Lampiran 1 Nomor : 6517 /D.3.2/06/2017 Tanggal : 22 Juni Daftar Undangan Lampiran 1 Nomor : 6517 /D.3.2/06/2017 Tanggal : 22 Juni 2017 Daftar Undangan 1. Kepala Badan Pengembangan SDM Kabupaten Boalemo 2. Kepala Badan Pengembangan SDM Kabupaten Bone Bolango 3. Kepala Badan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 31/05/Th.I, 5 Mei 2017 IPM Sulawesi Tenggara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah

Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-119 Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah Baiq Septi Maulida Sa ad dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen No. 26/05/75/Th. VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen PDRB Gorontalo pada triwulan I tahun 2012 naik sebesar 3,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2010 MENCAPAI 6,1 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 meningkat sebesar

Lebih terperinci

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Data capaian IPM Kabupaten Temanggung tahun 2013 belum dapat dihitung karena akan dihitung secara nasional dan akan diketahui pada Semester II tahun 2014. Sedangkan data lain pembentuk IPM diperoleh dari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012 No.63/11/72/Th. XV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 2012 mencapai 1.213.063

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 14/07/Th.I, 1 Juli 2016 IPM Sulawesi Tenggara Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini mengandung

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia. Otonomi daerah sudah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 5 Tahun 1975 tentang Pokok-Pokok

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 26/05/72/Th. XVII, 2 Mei 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 A. PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) Pertumbuhan produksi Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 99 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011 No. 44/10/31/Th. XIV, 1 Oktober 2012 PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011 Laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dari PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan total PDRB Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/02/Th. XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2013 MENCAPAI 5,78 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78

Lebih terperinci

Tingkat Kesuburan di Sulawesi

Tingkat Kesuburan di Sulawesi BAB 3 KERANGKA PEMBANGUNAN 3.1 Kerangka Sosial Kerangka sosial dibahas berdasarkan kecenderungan historis dan arah pembangunan, lewat jumlah penduduk dan angka kerja masing-masing pada tingkat propinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 TUMBUH 5,81 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 64/11/61/Th. XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2014 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2014 TUMBUH 4,45 PERSEN Besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 38/08/61/Th. XIII, 5 Agustus 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II TAHUN 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat triwulan II-2010 menurun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 13/02/Th. XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2011 MENCAPAI 6,5 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014 No.65/11/72/Th. XVII, 05 November 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 2014 mencapai

Lebih terperinci

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali 9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali A nalisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kelayakan Pembentukan Kabupaten Mamasa 5.1.1 Analisis Kelayakan Pembentukan Kab. Mamasa Berdasarkan Syarat Teknis PP. No. 78 Tahun 2007 Pembentukan daerah otonom

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 08/08/Th.IV, 3 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN Ekonomi Kabupaten Ngada pada tahun 2011 tumbuh

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Provinsi Papua. Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan luas wilayahnya

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI Selatan Peta Sulawesi Selatan 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PROPINSI DI INDONESIA BERDASARKAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL

PENGELOMPOKAN PROPINSI DI INDONESIA BERDASARKAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL PENGELOMPOKAN PROPINSI DI INDONESIA BERDASARKAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL Oleh: M. ALFIN FANANDRI (1310 030 045) DOSEN PEMBIMBING Dr. Brodjol Sutijo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan gambaran dan analisis terkait dengan implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini juga menjelaskan pengaruh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 No. 27/05/72/Thn XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BOKS 1. Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara

BOKS 1. Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara BOKS 1 Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara Pada tanggal 23 April 2008 KBI Kendari melakukan seminar hasil penelitian yang dilakukan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia. Salah satu materi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI BARAT 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI BARAT 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 No. 63/08/Th. XVII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 TUMBUH 5,12 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2009 MENCAPAI 4,5 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 23/05/61/Th. XIII, 10 Mei 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I TAHUN 2010 Kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan IV-2009,

Lebih terperinci

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen. No. N 28/05/72/Th. XVI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAW ESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

Analisis Faktor Komponen Bahan Non Makanan pada Klaster Ketiga

Analisis Faktor Komponen Bahan Non Makanan pada Klaster Ketiga Compo nent Total Analisis Faktor Komponen Bahan Non Makanan pada Klaster Ketiga Initial Eigenvalues % of Variance Cumulative % Extraction Sums of Squared Loading Total % of Variance Cumulative % BAB IV

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN No.10/02/75/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 7,71 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo tahun yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Pembangunan

Lebih terperinci

BY IHSAN BASIR DISNAKERTRANS PROV. SULAWESI TENGAH

BY IHSAN BASIR DISNAKERTRANS PROV. SULAWESI TENGAH KESELARASAN DAN SINERGI PROGRAM PADAT KARYA TERKAIT DENGAN RESPON KEBIJAKAN DALAM MENDUKUNG HASIL PERTUMBUHAN INKLUSIF DARI DAERAH PEDESAAN DI SULAWESI TENGAH BY IHSAN BASIR DISNAKERTRANS PROV. SULAWESI

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang BAB III PEMBAHASAN Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Asumsi-asumsi dalam analisis cluster yaitu sampel

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 No.23/05/31/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 TUMBUH 6,5 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 26/05/61/Th. XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I-2012 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 6,0 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN BATU BARA BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 No.05/02/33/Th.III, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 PDRB Jawa Tengah triwulan IV/2008 menurun 3,7 persen dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q), dan bila dibandingkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI XXXXXXXXXX Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta Telp. : (021) , , , Fax.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI XXXXXXXXXX Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta Telp. : (021) , , , Fax. BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI XXXXXXXXXX Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp. : (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax. : (021) 3857046 Homepage : http://www.bps.go.id E-mail : bpshq@bps.go.id Seuntai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara astronomis, Indonesia terletak antara 6 08 Lintang Utara dan 11 15 Lintang Selatan dan antara 94 45 141 05 Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau

Lebih terperinci

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Okto Dasa Matra Suharjo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2012

KEBIJAKAN PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2012 KEBIJAKAN PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2012 Ella Yulaelawati, M.A., Ph.D Disampaikan pada Temu Konsultasi Program Pendidikan Masyarakat Tahun 2012 Workshop Sosialisasi Inovasi Multikeaksaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci