MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [Pasal 90 ayat (2) beserta Penjelasan] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Sukarya 2. Siti Nurrofiqoh ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Rabu, 17 Juni 2015 Pukul WIB WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Manahan MP Sitompul (Ketua) 2) Anwar Usman (Anggota) 3) I Dewa Gede Palguna (Anggota) Rizki Amalia Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 72/PUU-XIII/2015: 1. Pelikson Silitonga 2. Nikson Gans Lalu 3. Mesri Rumo Horbo 4. Endang Rohani B. Pemohon Perkara Nomor 72/PUU-XIII/2015: 1. Sukarya 2. Kosasih 3. Rohana Sirait

4 1. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Sidang dalam Perkara Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 72/PUU-XIII/2015 dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. Salam salam sejahtera bagi kita dan selamat pagi. Kepada Pemohon, kami mintakan agar memperkenalkan dirinya dan menyebutkan satu persatu. Kami persilakan. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: PELIKSON SILITONGA Terima kasih, Yang Mulia. Selamat siang. Kami dari Tim Advokasi Tolak Penangguhan Upah, saya Pelikson Silitonga, S.H. 3. KUASA HUKUM PEMOHON: NIKSON GANS LALU Terima kasih, Yang Mulia. Saya Nikson Gans Lalu S.H., M.H. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: MESRI RUMO HORBU Selamat pagi. Nama saya Mesri Rumo Horbo, S.H. 5. KUASA HUKUM PEMOHON: ENDANG ROHANI Selamat pagi. Saya Endang Rohani, S.H., M. Sosiologi. 6. PEMOHON: SUKARYA SIDANG DIBUKA PUKUL WIB KETUK PALU 3X kasih. Selamat pagi. Nama saya Sukarya sebagai Pemohon. Terima 7. PEMOHON: KOSASIH Selamat pagi. Saya Kosasih sebagai Pemohon. 8. PEMOHON: ROHANA SIRAIT Terima kasih. Selamat pagi. Saya Rohana Sirait, S.H.

5 9. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Baik, terima kasih. Ini berarti Kuasanya tidak seluruhnya hadir ini, ya? Yang tidak hadir saya lihat Amor Tampubolon? 10. KUASA HUKUM PEMOHON: PELIKSON SILITONGA Betul, Yang Mulia. 11. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Kemudian yang ada yang tidak hadir, ya? 12. KUASA HUKUM PEMOHON: PELIKSON SILITONGA Ya. 13. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Sedangkan Pemohon langsung itu ( ) 14. KUASA HUKUM PEMOHON: PELIKSON SILITONGA Satu. 15. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Satu yang hadir yaitu Sukarya? 16. KUASA HUKUM PEMOHON: PELIKSON SILITONGA Betul, Pak. 17. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Sedangkan Siti Nurrofiqoh, tidak hadir? 18. KUASA HUKUM PEMOHON: PELIKSON SILITONGA Tidak hadir, Yang Mulia. 19. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Ya. Baiklah, sebagaimana acara di Mahkamah Konstitusi, ya yang sidang pertama itu adalah sidang pendahuluan itu acaranya adalah

6 pertama bahwa Pemohon akan menyampaikan permohonannya secara ringkas dan setelah itu nanti Panel akan memberikan saran-saran. Bilamana nanti oleh Pemohon dianggap atau menerima saran-saran tersebut, bisa diterima dalam rangka untuk memperbaiki. Tapi itu saransaran dari Panel, itu nanti tergantung pada Saudara akan menerima atau tidak. Untuk selanjutnya kami persilakan kepada Pemohon untuk menyampaikan secara ringkas isi daripada permohonan ini agar kami bisa menangkap lebih jelas apa yang dimaksud oleh Pemohon dalam permohonannya. Kami persilakan. 20. KUASA HUKUM PEMOHON: PELIKSON SILITONGA Terima kasih, Yang Mulia. Kami akan mencoba menjelaskan secara ringkas permohonan kami. Majelis Hakim Yang Mulia, kami akan menjelaskan perihal permohonan kami tentang pengujian Pasal 90 ayat (2) Undang -Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Penjelasannya terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2). Kami dari Tim Advokasi Tolak Penangguhan Upah yang dalam hal ini bertindak mewakili para Pemohon, mengajukan permohonan pengujian Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Penjelasannya yang telah diumumkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39 tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279 tentang Ketenagakerjaan terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2). Sebelumnya, Yang Mulia, kami akan menjelaskan tentang legal standing dari para Pemohon. Pertama, Kewenangan Mahkamah Konstitusi seperti yang diatur dalam Pasal 24 ayat (2) Undang -Undang Dasar Tahun 1945, kemudian Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kemudian Ketentuan Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Kemudian, Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa karena objek permohonan pengujian ini adalah materi Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945, maka para Pemohon berpendapat Mahkamah Konstitusi berwenang untuk melakukan pengujian atas permohonan kami. Yang kedua tentang kedudukan hukum (legal standing) para Pemohon. Menurut Pasal 51 ayat (1) Undang -Undang Mahkamah

7 Konstitusi mengatakan para Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusinya dirugikan oleh berlakunya undang-undang yaitu perorangan warga negara Indonesia, kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang, badan hukum publik atau privat atau lembaga negara. Dalam Penjelasan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi mengatakan yang dimaksud dengan hak konstitusional adalah hak-hak yang diatur dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kedua, Pemohon I adalah sebuah organisasi buruh yang mempunyai anggaran dasar, anggaran rumah tangga sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja, Serikat Buruh yang telah tercatat di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Administrasi Jakarta Timur dengan Nomor 48/IV/D/V/2001, tanggal 8 Mei 2001 sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja, Serikat Buruh. Ketiga, Pemohon II adalah sebuah sebuah organisasi buruh yang mempunyai anggaran dasar, anggaran rumah tangga sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja, Serikat Buruh dan telah tercatat di Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang dengan Nomor 586.4/3438- Disnaker/2005, tanggal 18 Juli 2005 sebagaimana diatur dalam undangundang pasal kami ulangi, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja, Serikat Buruh. Bahwa sesuai dengan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja, Serikat Buruh bahwa serikat pekerja, serikat buruh, federasi, dan co-federasi serikat pekerja dan serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan, berhak: a. Membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha. b. Mewakili pekerja buruh dalam menyelesaikan perselisihan industrial. c. Mewakili pekerja buruh dalam kelembagaan ketenagakerjaan. d. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan pekerja buruh. e. Melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahwa kewajiban serikat pekerja, serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan yang diatur dalam Pasal 27 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 yaitu: a. Melindungi dan membela anggotanya dari pelanggaran hak-hak. b. Dan memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya, memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya.

8 c. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Bahwa berdasarkan uraian di atas, para Pemohon adalah merupakan badan hukum publik yang hak dan/atau ( ) 21. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Saya kira, tidak perlu seluruhnya dibaca karena poin-poinnya saja yang penting kita dengarkan untuk di di diuraikan lebih lanjut. Silakan diteruskan. 22. KUASA HUKUM PEMOHON: PELIKSON SILITONGA Terima kasih, Yang Mulia. Kami akan langsung kepada alasanalasan permohonan pengujian undang-undang. Pertama bahwa para Pemohon berhak atas pengakuan jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum, perlakuan yang sama di negara hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Tahun Kedua. Bahwa Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) Undang -Undang Dasar Tahun 1945 mengatakan, Setiap orang berhak atas pengakuan jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Ayat (2), Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Kemudian, pasal ini juga merupakan perintah konstitusi untuk menjamin setiap warga negara, termasuk orang yang tidak mampu untuk mendapatkan akses terhadap keadilan agar hak-hak mereka atas pengakuan jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang serta yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum dapat diwujudkan dengan baik. Norma konstitusi ini mencerminkan prinsip-prinsip hak asasi manusia secara universal dalam kualifikasi yang sama. Setiap manusia termasuk dalam Pemohon, setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan perlindungan hukum terhadap tersebut melalui proses hukum yang dijalankan oleh penegak hukum maupun posisi dan kedudukan seorang di depan hukum (the equality of law) menjadi sangat penting dalam mewujudkan tatanan sistem hukum serta rasa keadilan masyarakat. Setiap orang juga berhak mendapatkan jaminan, perlindungan bagi dirinya dan keluarganya secara adil dan merata. Namun ( ) 23. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Selanjutnya, bisa diteruskan juga ke halaman 7 saja, ketentuan upah minimum karena itu tadi sudah kita pahami. Silakan diteruskan.

9 24. KUASA HUKUM PEMOHON: PELIKSON SILITONGA Baik, Yang Mulia. Mengenai ketentuan upah minimum. Upah adalah hak yang krusial. Dalam hubungan kerja, upah menjadi salah satu isu yang sering menjadi penyebab rusaknya hubungan harmonis antara pengusaha dengan pekerja atau buruh. Menurut Dr. Payaman J. Simanjuntak dalam bukunya yang berjudul Masalah Hubungan Industri Indonesia, Depnaker RI, Jakarta, 1992, berpendapat bahwa kebijakan pengupahan diarahkan untuk peningkatan produktivitas tenaga kerja, pertumbuhan produksi, peningkatan kesejahteraan karyawan, serta peningkatan daya beli masyarakat, terutama golongan penerima upah rendah. Langkah untuk menaikkan pendapatan ditempuh melalui perluasan dan peningkatan penetapan upah minimum secara regional, sektoral, dan subsektoral, serta kenaikan upah real secara menyeluruh. Adapun yang dimaksud dengan upah minimum seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 1 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 7 Tahun 2013 adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok, termasuk tunjangan tetap. Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun. Sementara perhitungan upah minimum buruh pekerja didasarkan pada kebutuhan hidup buruh lajang sebagaimana diatur dalam Keputusan Peraturan Menteri Tenaga Kerja. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi Nomor 17 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Minimum Pasal 1 ayat (1) bahwa yang dimaksud dengan kebutuhan hidup layak yang selanjutnya disebut KHL adalah standar kebutuhan hidup yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja, buruh, lajang, untuk dapat hidup layak, baik secara fisik, nonfisik, dan sosial untuk kebutuhan satu bulan. Dengan demikian, setiap orang yang telah bekerja berhak untuk mendapatkan imbalan yang layak dalam hubungan kerja. Pemberian hak atas imbalan yang layak dalam hubungan kerja tersebut dilakukan melalui kebijakan upah minimum. Oleh karena upah minimum adalah upah terendah yang diterima oleh buruh untuk memenuhi kebutuhan hidup layak buruh pekerja, maka pengusaha harus wajib untuk membayar upah minimum buruh. Hal ini secara tegas diatur di dalam Pasal 90 ayat (1) Undang -Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang berbunyi, Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 88 dan Pasal 89 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

10 Ini ada kami tuliskan Pasal 88 dan Pasal 89-nya. Kemudian, akan dilanjutkan oleh teman saya. 25. KUASA HUKUM PEMOHON: NIKSON GANS LALU Baik. Yang Mulia, kami lanjutkan pada halaman 10 yaitu mengenai ketentuan Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan penjelasannya itu bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun Bahwa ketentuan Pasal 90 ayat (1) Undang -Undang Nomor 13 Tahun 2003 menjadi tidak wajib atau tidak bersifat normatif dengan adanya Pasal 90 ayat (2) dan penjelasannya yang berbunyi, Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan. Penjelasan Pasal 90 ayat (2) menyatakan, Penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu, dimaksudkan untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Apabila penangguhan tersebut berakhir, maka perusahaan yang bersangkutan wajib melaksanakan upah minimum yang berlaku pada saat itu, tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan upah minimum yang berlaku pada waktu diberikan penangguhan. 2. Apakah yang dimaksud dengan penangguhan? Penangguhan adalah proses, cara, perbuatan menangguhkan. Didasarkan pada pengertian penangguhan tersebut, maka penangguhan upah adalah melakukan penundaan pembayaran upah minimum buruh dari segi waktunya. Dengan kata lain, pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum yang telah ditentukan oleh gubernur, menunda waktu pelaksanaannya. Misalnya, berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 176 Tahun 2014 tentang Upah Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2015 adalah sebesar Rp ,00 dan upah minimum tahun 2015 tersebut berlaku terhitung mulai 1 Januari Dengan demikian, sejak tanggal 1 Januari 2015, maka seluruh pengusaha yang ada di wilayah Provinsi DKI Jakarta wajib membayar upah buruhnya sebesar Rp ,00 per bulan. Dan bilamana ada penundaan, maka penundaan tersebut hanyalah menyangkut waktu, bukan mengenai jumlah upah yang dibayar oleh pengusaha. 3. Namun, berdasarkan Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 juncto Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 231 Tahun 2003 bahwa penangguhan tidak

11 hanya mengenai waktu, tapi juga mengenai jumlah upah yang dibayar oleh pengusaha dimana bentuk dari penangguhan upah tersebut dapat diberikan dengan: a. Membayar upah minimum sesuai upah minimum yang lama. b. Membayar upah minimum lebih tinggi dari upah minimum yang lama, tetapi lebih rendah dari upah minimum baru, atau. c. Menaikkan upah minimum secara bertahap. 4. Bentuk penangguhan upah yang diatur dalam Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 juncto Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 231 tahun 2003 tersebut dapat dilihat dalam tabel penangguhan upah yang diputuskan oleh Gubernur Jawa Barat sebagai berikut. Kami tidak akan membacakan tabel ini. Selanjutnya kami akan melangkah ke halaman Bahwa adanya kebijakan penangguhan upah yang telah dilahirkan ketidakpastian dimana upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah merupakan jaring pengaman menjadi tidak pasti karena dimungkinkan untuk menyimpangi ketentuan tersebut, sehingga upah yang diterima oleh pekerja atau buruh menjadi di bawah standar kebutuhan hidup layak. Kepastian hukum merupakan sebuah aturan yang mengatur secara jelas dan secara logis, kepastian hukum terhadap hak-hak buruh atau pekerja dalam hubungan industrial adalah hak-hak bersifat normatif yang dituangkan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan, termasuk hak untuk mendapatkan imbalan yang layak dan juga mengatur waktu pembayaran upah yang diatur dalam Bab 10 bagian kedua Pasal 88 ayat (3) huruf f Undang-Undang Ketenagakerjaan untuk menghindari tindakan sewenang-wenang pembayaran upah yang dapat dilakukan pengusaha agar sesuai dengan asas kepatutan. 6. Bahwa Ketentuan Pasal 90 ayat (2) Undang -Undang Nomor 13 Tahun 2003 beserta penjelasan dan Pasal 90 ayat (2) Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 tersebut adalah bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) Undang -Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi sebagai berikut. Bahwa dalam Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) Undang -Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa. 1. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 2. Setiap orang berhak untuk bekerja atau mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Ketentuan Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 telah dijadikan para pengusaha untuk tidak melaksanakan hak normatif yang telah diatur dalam Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, dimana Ketentuan Pasal 90 ayat (1)

12 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 adalah merupakan implementasi dari Ketentuan Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun Dengan demikian, Ketentuan Pasal 90 ayat (2) Undang -Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan penjelasan Pasal 90 ayat (2) Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 tersebut bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) Undang -Undang Dasar Tahun 1945 karena tidak adanya kepastian hukum bagi pekerja atau buruh untuk memperoleh apa yang menjadi hak normatifnya yang telah diatur dalam Pasal 89 juncto Pasal 90 ayat (1) Undang -Undang Nomor 13 Tahun Bahwa agar Ketentuan Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berkepastian hukum, maka Ketentuan Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan penjelasannya dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Petitum. Berdasarkan seluruh uraian dan alasan-alasan di atas yang sudah berdasarkan hukum dan didukung oleh alat-alat bukti yang disampaikan ke Mahkamah Konstitusi, dengan ini Para Pemohon memohon kepada Para Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi kiranya memberikan putusan sebagai berikut. 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Para Pemohon. 2. Menyatakan Pasal 90 ayat (2) dan penjelasan Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279, bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) da n ayat (2) Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Menyatakan Pasal 90 ayat (2) dan penjelasan Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279 tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Demikian penyampaian kami, Yang Mulia. Terima kasih. 26. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Baik, terima kasih. Setelah dibacakan permohonan Pemohon, ada barangkali nanti dari Majelis atau dari Panel nanti akan memberikan saran-saran. Terutama yang saya lihat dari permohonan Pemohon ini bahwa dari kewenangan Mahkamah Konstitusi telah diuraikan tadi sampai 5 poin yang terakhir menyimpulkan Mahkamah berwenang melakukan pengujian terhadap pasal ini. Kemudian mengenai legal standing, di sini juga telah diuraikan yang mengutip Pasal 51 ayat (1) bahwa serikat buruh atau organisasi

13 buruh ya, sebagai badan hukum publik ya, sebagaimana Pasal 51 dihubungkan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi telah menerangkan kerugian konstitusional yang telah dialami oleh Pemohon. Dalam hal ini, saya melihatnya sudah memadai. Namun, dari rekan-rekan nanti akan memberikan komentarnya. Namun, di dalam esensi dari permohonan ini yang mau saya minta kejelasan Pasal 89 ini, itu menetapkan upah minimum, ya. Kemudian ke Pasal 90 ayat (2), di situ ada penangguhan, seperti itu, ya. Nah, penangguhan ini oleh penjelasan Pasal 90 ayat (2) tersebut dinyatakan di situ dalam waktu tertentu, ya. Nah, agar permohonan ini lebih jelas memenuhi artinya supaya kita mengerti lebih jelas. Nah, ini perlu di sini dijelaskan walaupun mungkin di undang-undang sudah, tapi penangguhan dan waktu penangguhan itu siapa yang menetapkan, ya. Supaya nanti tampak di situ, apa logikanya permohonan ini. Nah, apakah itu nanti dalam hal menentukan itu waktu apakah ada melanggar hak konstitusi dari Pemohon. Nah, seperti itu. Mungkin di undang-undang juga sudah jelas, tapi apakah masalahnya di situ dalam penentuan waktu itu berapa lama. Apa alasan-alasannya sehingga mesti ditunda atau ditangguhkan. Nah, mungkin itu menjadi perlu nanti diuraikan oleh Pemohon dalam permohonannya. Kemudian yang saya dalami tadi dari permohonan ini. Menurut Pemohon harusnya tidak perlu ada penangguhan, kira-kira begitu, ya. Tidak perlu ada penangguhan. Artinya kalau pun ada penangguhan itu apakah tidak ada pilihan lain sekiranya adanya penangguhan, namun penangguhan itu maunya dihitung kemudian setelah pengusaha bisa kembali normal dalam situasinya, seperti itu. Namun saya lihat di sini, di petitum yang Saudara kemukakan pokoknya seolah-olah maksudnya itu pokoknya Pasal 90 ayat (2) itu pokoknya dianggap tidak mempunyai kekuatan hukum. Saya kembalikan kepada Pemohon kira-kira apakah ada alternatif lain daripada langsung menghilangkan ataupun menyatakan pasal itu tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat karena biar bagaimana pun situasi kondisi daripada para pengusaha ini tentu kan, ada yang harus ditoleransi. Namun, siapa yang mempertimbangkan itu, itu makanya saya tadi perlunya di situ dikemukakan siapa yang menentukan bahwa pengusaha ini dalam keadaan tidak normal misalnya. Jadi, perlu diberikan penangguhan, gitu ya. Dalam hal ini nanti apakah ada alternatif-alternatif tadi itu yang Pemohon kemukakan agar misalnya ada apa namanya toleransi di antara pengusaha dan pekerja yang dipermasalahkan ini. Barangkali itu dari saya, sehingga nanti ada hubungannya dengan petitum tadi. Alternatif apa yang kemungkinan bisa diajukan oleh Pemohon. Barangkali itu dari saya. Saya beri kesempatan kepada Yang Mulia, Pak Dr. Anwar Usman, saya persilakan.

14 27. HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Ya, terima kasih, Yang Mulia. Ya, saya menambahkan apa yang disampaikan oleh Yang Mulia Ketua Majelis Panel tadi. Memang belum tampak dari alasan-alasan permohonan. Jadi, perlu dielaborasi lebih lanjut kerugian konstitusional yang dialami oleh Para Pemohon ya, akibat berlakunya pasal ini. Dan ketika pasal ini nantinya misalnya dinyatakan inkonstitusional, lalu kerugian itu paling tidak akan berkurang atau akan paling tidak atau mungkin bisa berakhir, tidak lagi mengalami kerugian. Itu perlu dielaborasi lebih lanjut. Itu yang pertama. Yang kedua, perlu diketahui bahwa pasal ini pernah diuji, ya. Itu dalam Perkara Nomor 61 Tahun 2010, itu bisa disandingkan, di mana titik-titik perbedaan antara Perkara Nomor 61 Tahun 2010 ini dengan perkara yang diajukan sekarang, sehingga tidak akan mengalami persamaan yang mengakibatkan putusannya bisa nebis in idem, ya. Jadi, harus dicari. Kemudian berikut. Ini Pemohon ini mewakili badan hukum, ya? Jadi, Selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gabungan Serikat Buruh Mandiri untuk Pemohon I, ya? Kemudian, untuk Pemohon II, Ketua Umum Serikat Buruh Bangkit, ya? Perlu juga dielaborasi, apakah dalam anggaran dasarnya itu bisa langsung mewakili organisasi atau serikatnya ini? Kemudian, mengenai petitum. Petitum 1 itu menerima dan mengabulkan permohonan Para Pemohon. Itu tidak perlu menerima, langsung mengabulkan saja. Kalau kalau menerima kan, sudah diterima permohonannya. Masalahnya, apakah nanti dikabulkan atau tidak, tergantung dari kemampuan Para Pemohon untuk membuktikan dalil-dalil atau alasan-alasannya. Nah, untuk sempurnanya dari format walaupun tadi memang sudah dinyatakan cukup, tapi supaya lebih sempurna, bisa mengacu pada ketentuan Pasal 51A ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang MK dan Pasal 5 huruf c serta huruf d Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6 Tahun Jadi, bisa dijadikan acuan supaya lebih sempurna. Berikut mengenai norma Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang dijadikan dasar pengujian atau batu uji, itu tidak perlu lagi dicantumkan dalam petitum. Cukup menyebutkan bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Tahun 1945, tidak perlu mengutip pasalnya. Untuk sementara cukup, Yang Mulia. Terima kasih. 28. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Terima terima kasih, Yang Mulia. Kami persilakan kepada Yang Mulia Bapak Dr. Palguna untuk memberikan tanggapan.

15 29. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Terima kasih, Yang Mulia Pak Ketua. Saudara Pemohon, tadi sudah banyak disampaikan perbaikan dan kami memang diwajibkan untuk memberikan nasihat kepada Saudara. Nah, oleh karena itu, saya akan meneruskan untuk menyampaikan beberapa nasihat dan sekaligus mungkin di dalamnya terkandung konfirmasi, ya? Jadi, Saudara dalam legal standing permohonan ini, kualifikasi Pemohonnya adalah Saudara menyatakan badan hukum publik? Ya, begitu? 30. KUASA HUKUM PEMOHON: PELIKSON SILITONGA Betul, Yang Mulia. 31. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Ini perlu saya ingatkan karena kita belum mempunyai Undang- Undang tentang Badan Hukum. Ya, artinya Undang-Undang tentang Badan Hukum secara secara menyeluruh, ya. Yang kita baru punya kan, undang-undang tentang spesialis dari badan hukum itu, Undang- Undang PT, Undang-Undang Yayasan. Yang itu ya, baru kita punya. Tetapi Undang-Undang tentang Badan Hukum sehingga oleh karena itu, dari mana Saudara mendalilkan bahwa ini bahwa organisasi buruh itu adalah badan hukum publik? Itu penting untuk dijelaskan. Mengapa itu penting? Karena itu nanti akan berkaitan dengan uraian Saudara mengenai kerugian hak konstitusional. Kerugian hak konstitusional yang dimiliki oleh suatu badan hukum berbeda dengan kerugian hak konstitusional yang dimiliki oleh perorangan. Ya, kan? Salah satu contoh yang ekstrem sering saya sampaikan begini, badan hukum itu kan, tidak mempunyai hak apa misalnya perorangan itu mempunyai hak mempunyai hak untuk disik tidak disiksa, diperlakukan apa disiksa dan dan ini apa badan hukum mempunyai hak itu. Perorangan mempunyai hak untuk dipilih dan dipilih, apakah badan hukum mempunyai hak itu? Itu berbeda. Nah, oleh karena itu, nanti Saudara harus hati-hati dalam merumuskan ini. Itu satu. Kalau Saudara bersikeras untuk mendalilkan bahwa yang maju dalam permohonan ini adalah badan hukum. Tetapi, akan lain halnya kalau yang maju di sini adalah perorangan warga negara Indonesia, akan berbeda karena setiap perorangan mempunyai hak-hak itu, misalnya. Ya, itu akan berbeda. Nah, artinya nanti terserah pilihannya Saudara itu. Kalau Saudara bisa membuktikan bahwa Saudara memang badan hukum publik, nah, nanti tinggal mencocokkan. Cocok enggak dalil-dalil Saudara sebagai

16 badan hukum publik dengan kerugian hak konstitusional yang diderita? Itu mesti disesuaikan, ya? Itu baru satu persoalan. Persoalan kedua, di dalam badan hukum publik itu sendiri. Bahwa ini adalah organisasi buruh yang sudah mempunyai AD/ART. Persoalannya kemudian adalah siapa yang dapat bertindak atas nama itu menurut AD/ART-nya? Nah, itu penting juga supaya nanti Saudara ndak ada ini Saudara yang maju ke sini nanti dianggap tidak mempunyai kemampuan untuk bertindak atau kekuasaan untuk bertindak. Jadi, tidak mempunyai legal capacity untuk bertindak mengatasnamakan itu. Itu penting, dua hal itu, ya? Kalau ini nah, tetapi sebenarnya, kalau Saudara ini ini bukan mengajari, tapi karena kami diwajibkan untuk menasihati, ya. Sebenarnya, kalau Saudara Saudara pun tidak membuktikan dengan badan hukum, itu Saudara bisa membuktikan dengan sekelompok orang warga negara Indonesia yang mempunyai kepentingan sama. Bisa juga dengan itu sebenarnya kalau mau permohonan ini lebih netral gitu, misalnya. Kalau daripada Saudara capai-capai membuktikan badan hukum susah, menurut ini, menurut ini, gitu, ya. Karena itu kan, kita karena belum ada kompositifnya, jadi kita berpegang pada doktrin atau yurisprudensi kalau sudah ada, gitu kan. Nanti kalau itu belum ada lelah lagi Saudara mencari-cari itu. Nah, misalnya itu. Nah, kalau sebagai kelompok orang sekelompok orang dengan kepentingan yang mempunyai kepentingan yang sama ya, itu berarti sebagai perorangan, ada hak konstitusional di situ. Cuma harus tegas Saudara, di dalam ininya sebab kalau Saudara enggak bisa memasuki pintu legal standing kan, Anda tidak bisa masuk permohonon, itu baru satu hal. Belum nanti kalau kita bicara tentang permohonan yang lainnya. Saya ingin mengingatkan tadi, Yang Mulia Pak Dr. Anwar Usman, sudah menyampaikan bahwa permohonan ini sudah pernah diputus dulu dan putusannya menolak. Oleh karena itu, Saudara harus mengemukakan di sini sesuai dengan peraturan Mahkamah Konstitusi permohonan yang demikian atau yang sudah pernah dimohonkan dan kemudian dinyatakan ditolak, hanya bisa diajukan kalau mempunyai alasan konstitusional yang berbeda, dasar pengujian yang berbeda. Nah, itu yang harus di Saudara juga harus uraikan bahwa permohonan ini memang dulu pernah diajukan dan dinyatakan ditolak berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi demikian, tetapi apa alasan konstitusional baru Saudara? Yang menyebabkan Saudara bisa meyakinkan Mahkamah bahwa Mahkamah akan mempertimbangkan kembali untuk memeriksa lagi kasus ini? Itu penting untuk Anda, diuraikan juga ya, di dalam permohonan sebab kalau tanpa itu, tentu permohonannya akan diputus NO, ya karena sudah pernah diputus. Itu. Itu mengenai itu penting untuk legal standing dulu. Nah, kemudian, ke dalam sistematika permohonan khususnya, ketika Saudara menyampaikan alasan-alasan permohonan. Hendaknya

17 sudah sejak awal, siapa pun yang membaca permohonan ini, Saudara tahu pasal atau ketentuan yang mau Saudara uji yang mana, gitu kan. Jadi, jangan dibiarkan kami berlama-lama mencari ini apa sih yang mau diuji, gitu kan. Oleh karena itu, nah, misalnya di halaman 5 kalau saya lebih konkretkan saja lagi, ya. Coba Saudara buka halaman 5. Ya, itu kan, alasan-alasan permohonan pengujian undang-undang. Para Pemohon berhak atas pengakuan jaminan dan pelindungan yang nah, sebelum itu, misalnya angka satunya adalah misalnya Saudara sebelum itu tegaskan dulu bahwa permohonan ini adalah permohonan pengujian terhadap Pasal 90 ayat (2) dan Penjelasannya terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945, pasal dimaksud berbunyi begini, begini, begini, penjelasannya berbunyi begini, begini, begini. Baru kemudian, alasanalasannya ini. Jadi, sejak awal pembaca itu, tanpa perlu Hakim Konstitusi, sejak awal pembaca itu sudah mempunyai petunjuk yang jelas bahwa yang Saudara persoalkan adalah ketentuan ini yang bunyinya seperti ini, kita enggak perlu lagi bertanya kemudian di belakang. Nah, itulah baru kemudian, Saudara persoalkan di bawahnya karena terhadap rumusan itulah Saudara mengajukan keberatan, kan? Nah, kalau alasan keberatannya Saudara sudah kemukakan sementara kita tidak tahu apa yang menjadi objek keberatan Saudara? Ya, kan. Enggak sistematis, jadi secara pemahaman. Baru di belakang kemudian kami diberi tahu bahwa oh, rupanya bunyinya pasalnya seperti ini, tapi alasannya caranya sudah dikemukakan di depan, gitu kan. Nah, itu sistematika permohonan. Saya kira itu yang penting untuk saya sampaikan. Nah, di legal standing terutama Saudara harus menyampaikan permohonan. Nah, di alasan permohonan itu, nah, di situlah Saudara penting untuk menjelaskan bahwa walaupun pasal undang-undang ini tentang atau materi yang Saudara uji ini sudah pernah diputus oleh Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi, ternyata Saudara mengajukan kembali. Apa kemudian yang membedakan? Alasan konstitusional apa yang membedakan alasan ini? Nah, kalau itu belum Saudara bisa jelaskan dengan meyakinkan, maka saya saya kira putusannya sudah bisa Anda tahu, kan? Ya, Anda sudah tahu putusannya akan seperti apa, gitu. Nah, itu. Nah, hal teknis yang lainnya, Yang Mulia. Saya mau menanyakan, siapa Saudari Rohana Sirait, ya? Anda belum advokat? Masih magang, belum dilantik jadi advokat? Sebab kalau sudah advokat, Anda wajib untuk memakai ini, ya. Itu untuk di sesuai dengan tata tertib. Kemudian berikutnya, permohonan ini juga belum ditandatangani oleh salah satu orang Kuasa, ya. Nanti pada waktu perbaikan, mohon itu dilengkapi. Terima kasih, Bapak Ketua.

18 32. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Baik. Tadi sudah didengarkan dan harusnya dicatat ya, saransaran yang telah diberikan oleh Majelis terhadap permohonan ini. Sudah jelas tadi dikemukan bahwa telah ada permohonan yang sama terhadap pasal yang sama, norma yang sama yang sudah diputus oleh Mahkamah dan itu menjadi pedoman, baik Saudara mengajukan permohonan yang baru dengan alasan yang berbeda dan Mahkamah juga nanti pasti akan mempedomani itu juga, untuk memutus permohonan ini selanjutnya. Sebagai tambahan karena tadi di halaman 15, Saudara di sini menentukan eh memuat bahwa ketentuan Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 telah dijadikan para pengusaha untuk tidak melaksanakan hak normatif. Ini kan, pernyataan ya, pernyataan. Apakah ini benar apa tidak, perlu pembuktian ya, perlu pembuktian supaya kita tahu nanti oh, memang ini sudah menggejala. Artinya sudah umum kejadian ini supaya jangan kita berpikir nanti bahwa ini kasuistis, gitu ya. Tentu memerlukan itu, kasus-kasus itu. Baiklah, sudah lengkap barangkali tadi saran-saran yang telah dikemukakan. Kami beri tahukan kepada Pemohon untuk perbaikan ini diberi waktu oleh Mahkamah, itu penyerahan perbaikan permohonan ini adalah terakhir tanggal 30 Juni 2015, pukul WIB. Kalau bisa sebelumnya, itu lebih baik. Tetapi limitnya itu adalah tanggal 30 Juni 2015 jam WIB. Barangkali itu, apakah ada yang mau disampaikan oleh Pemohon? Dipersilakan. 33. KUASA HUKUM PEMOHON: PELIKSON SILITONGA Baik, Yang Mulia. Kami sudah mencatat semuanya. Ada 16 butir yang perlu kami sempurnakan dari permohonan kami itu. Mudahmudahan kami bisa menyelesaikan sebelum jangka waktu tanggal 30. Demikian. Terima kasih, Yang Mulia.

19 34. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL Baik. Karena tidak ada lagi, maka persidangan ini kita anggap sudah selesai dan persidangan kami nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 17 Juni 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.