MANAJEMEN TERAPI OKSIGEN OLEH PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN TERAPI OKSIGEN OLEH PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR"

Transkripsi

1 MANAJEMEN TERAPI OKSIGEN OLEH PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Disusun Oleh : PERMADI NUR PAMUNGKAS NIM. S11029 PROGAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i

2 LEMBAR PENGESAHAN Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul: MANAJEMEN TERAPI OKSIGEN OLEH PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR Oleh : Permadi Nur Pamungkas NIM. S11029 Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 22 Agustus 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan. Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping, Anita Istiningtyas, S.Kep.,Ns.,M.Kep Ika Subekti Wulandari, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK NIK Penguji, Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK Surakarta, 22 Agustus 2015 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan, Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK ii

3 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Permadi Nur Pamungkas NIM : S11029 Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2. Skripsi adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji. 3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau di plubikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini. Surakarta, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan, Permadi Nur Pamungkas NIM. S11029 iii

4 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah Nya. Penulis mampu menyelesakan skripsi dengan judul Manajemen Terapi Oksigen Oleh Perawat di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Progam Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, dukungan, arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari tanpa adanya bimbingan, dukungan dan arahan maka tidaklah sempurna skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada 1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Anita Istiningtyas, S.Kep,. Ns, M.Kep, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan skripsi. 4. Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns, M.Kep, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan skripsi. 5. Kepada direktur RSUD Karanganyar yang telah bersedia memberikan izin sebagai tempat penelitian. iv

5 6. Semua partisipan yang telah banyak membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Orang tuaku tercinta dan tersayang Bapak Suparno dan Ibu Sriyatun, yang selalu memberikan dukungan, doa, materi dan kasih sayangnya sepanjang waktu. 8. Kakak tercinta Denny Ariyanto dan Septriana Pratiwi yang selalu memberikan doa dan semangat sepanjang waktu. 9. Sahabatku Siswo Nurhasim, Roni Rohmat Wijaya, Indra Suliswanto, Eko Isdiyanto dan Pamungkas Laraswati yang mendukung dan memberikan semangat dalam membuat skripsi ini. 10. Teman-teman seperjuangan S-1 Keperawatan angkatan 2011 yang selalu mendukung dan membantu dalam proses pembuatan skripsi ini. 11. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan mendapat balasan yang lebih baik. Pada akhirnya penulis bersyukur pada Allah SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada banyak pihak dan tidak lupa penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Surakarta, Agustus 2015 Penulis v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii iv vi ix x xi xii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teori Kerangka Teori Fokus Penelitian Keaslian Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian vi

7 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data Analisa Data Keabsahan Data Etika Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN Tempat Penelitian Karakteristik Informan Hasil Penelitian BAB V PEMBAHASAN Mengidentifikasi Perancanaan dalam Pemberian Terapi Oksigen Oleh Perawat Mengidentifikasi Pengorganisasian dalam Pemberian Terapi Oksigen Oleh Perawat Mengidentifikasi Pengarahan dalam Pemberian Terapi Oksigen Oleh Perawat Mengidentifikasi Pengawasan dalam Pemberian Terapi Oksigen Oleh Perawat vii

8 BAB VI PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Nomor Tabel Judul Tabel Halaman 2.1 Keaslian Penelitian..31 ix

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar Judul Gambar Halaman 2.1 Kanul Nasal Kateter Nasal Sungkup Muka Sederhana Rebreathing Mask Non Rebreathing Mask Sungkup Muka dengan Ventury Integrasi Proses Keperawatan dengan Proses Manajemen Kerangka Teori Fokus penelitian 31 x

11 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran 1 Keterangan Surat Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian Surat Ijin Studi Pendahuluan KesbangPol Surat Ijin Studi Pendahuluan BAPPEDA Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan RS Surat Permohonan Ijin Penelitian Surat Balasan Ijin Penelitian RS Surat Ijin Penelitian KesbangPol Surat Ijin Penelitian BAPPEDA Surat Bukti Penelitian RS Surat Permohonan Menjadi Informan Surat Persetujuan Menjadi Informan Pedoman Wawancara Transkrip Wawancara Analisa Tematik Data Demografi Foto Wawancara Lembar Konsultasi Jadwal Penelitian xi

12 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA Permadi Nur Pamungkas MANAJEMEN TERAPI OKSIGEN PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR Abstrak 2015 Terapi O 2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Manajemen keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan keperawatan yang menerapkan fungsifungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian efektif dan efisien. Penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen pemberian terapi oksigen oleh perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan deskriptif fenomenology, teknik analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode Collaizi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria informan perawat dengan kriteria bekerja di IGD minimal selama 3 tahun, Perawat dalam kondisi fisik dan psikologis yang baik, bersedia menjadi partisipan. Sampel dihentikan setelah data tersaturasi denganjumlah Informan sebanyak 3 Informan. Simpulan berdasarkan analisis tematik dihasilkan tema berdasarkan tujuan khusus manajemen terapi oksigen adalah: 1) Fungsi perencanaan berkaitan dengan pengkajian oleh perawat dalam pemberian terapi oksigen, meliputi: Penilaian Kondisi Fisik Pasien. 2) Fungsi pengorganisasian berkaitan dengan tujuan, indikasi dan intervensi oleh perawat dalam pemberian terapi oksigen, meliputi: Tujuan Pemberian Oksigen, Indikasi Pemberian Oksigen, Kontra Indikasi Pemberian Oksigen. 3) Fungsi pengarahan berkaitan dengan pelaksanaan/implementasi dalam pemberian terapi oksigen, yaitu: Implementasi Pemberian Oksigen. 4) Fungsi pengawasan berkaitan dengan evaluasi meliputi: Observasi Keadaan Pasien, Bahaya Pemberian Oksigen. Kata kunci : Manajemen Keperawatan, Terapi Oksigen. Literatur : 20 ( ). xii

13 BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Permadi Nur Pamungkas MANAGEMENT OF NURSES OXYGEN THERAPY AT THE EMERGENCY INSTALLATION UNIT OF LOCAL GENERAL HOSPITAL OF KARANGANYAR ABSTRACT O 2 therapy is one of the respiratory therapies that maintain adequate tissue oxygenations. Nursing management is a series of nursing service activities that apply the functions of planning, organizing, directing, and efficient and effective control. The objective of this research is to investigate the management of nurses oxygen therapy at the Emergency Installation Unit of Local General hospital of Karanganyar. This research used the qualitative method with descriptive phenomenological approach. The data were analyzed by using the Collaizi s analysis. The samples of research were 3 respondents and were taken by using the purposive sampling technique with the following criteria: nurses who had worked at the Emergency Installation Unit for at least 3 years; nurses who had good physical and psychological conditions; and nurses who were willing to be the participants of this research. The result of this research shows that there were 4 themes, namely: (1) planning functions related to the nurses assessment in the provision of oxygen therapy, namely: assessment of patients physical condition; (2) organizing functions related to the nurses objective, indication, and intervention in the provision of oxygen therapy, namely: Objective of Oxygen Provision, Indication of Oxygen Provision, Contraindication of Oxygen Provision; (3) directing planning related to the implementation of oxygen therapy, namely: Implementation of Oxygen Provision; and. 4) supervisory function related to evaluation, namely: Observation of Patients Condition, Danger of Oxygen Provision. Keywords : Nursing Management, Oxygen Therapy. Reference : 20 ( ). xiii

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Oksigen (O 2 ) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali bernafas, dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya (Suciati, 2010). Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologi menurut hierarki Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian. Sistem yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigen adalah sistem pernafasan, persarafan, dan kardiovaskuler (Alimul & Uliyah, 2005). Pemenuhan kebutuhan oksigen salah satunya dapat diberikan melalui terapi oksigen. Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan (Standar Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. 1

15 2 RI, 2005). Terapi oksigen dalam kegawatdaruratan sangat berperan untuk mencukupi kebutuhan oksigen yang adekuat dalam jaringan tubuh. Seseorang yang lebih dari empat menit tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan pasien akan meninggal (Asmadi, 2009). Peranan penting oksigen pada kegawatdaruratan dapat dilihat dalam kasus Infark Miokard Akut, salah satu tindakan untuk mencegah perluasan infark miokard adalah terapi oksigen. Terapi oksigen bertujuan untuk mempertahankan oksigenasi jaringan tetap adekuat dan dapat menurunkan kerja miokard akibat kekurangan suplai oksigen (Harahap, 2004). Terapi oksigen selain dapat memenuhi kebutuhan oksigen kepada klien, juga dapat menimbulkan bahaya. Keracunan oksigen terjadi apabila terapi oksigen diberikan dengan konsentrasi yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut kemudian dapat menyebabkan kerusakan struktur jaringan paru seperti: atelektasis dan kerusakan surfaktans. Infeksi paru, terjadi akibat alat-alat yang digunakan telah terkontaminasi. Pengeringan mukosa saluran napas, terjadi bila O 2 yang diberikan tidak dihumidifikasi. Oksigen yang diperoleh dari sumber O 2 merupakan udara kering yang belum mengalami humidifikasi (Asmadi, 2009). Pemberian terapi oksigen dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya oksigen dari atmosfir hingga sampai ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Perawat harus memahami indikasi pemberian

16 3 oksigen, metode pemberian oksigen dan bahaya-bahaya pemberian oksigen (Harahap, 2004). Seorang perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan harus melakukan metode keperawatan berupa pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi, hal tersebut terintegrasi dalam sebuah proses manajemen keperawatan dimana pengkajian, masih terintegrasi dalam fungsi manajemen perencanaan. Intervensi, indikasi, dan tujuan terintegrasi dalam fungsi pengorganisasian. Implementasi keperawatan terintegrasi dalam fungsi manajemen pengarahan, dan evaluasi terintegrasi dalam fungsi manajemen pengawasan. Integrasi tersebut menyimpulkan bahwa manajemen terapi oksigen yang diberikan oleh perawat dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam pemberian oksigen pada pasien (Harahap, 2004; Marques & Huston, 2010). Perawat melakukan pengamatan dan penilaian yang tepat selama terapi oksigen agar cedera pada pasien dapat dicegah. Perawat harus terus memantau kebutuhan oksigen dan menilai berapa persen oksigen harus diberikan. Targetnya adalah untuk menghindari hyperoxia atau hipoksia, dan fluktuasi diantaranya (Solberg, 2010). Dini, Agustina, Dewi, (2007) menyatakan bahwa tingkat kepatuhan perawat dalam pemberian oksigen melalui nasal kanul sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) oksigenasi di ruang rawat inap RSUD Dr. Ramelan Surabaya sebagian besar tidak mematuhi protap sesuai SOP oksigenasi, dari 35 responden (100%)

17 4 didapatkan semua responden dinyatakan tidak patuh dalam pemberian oksigen melalui nasal kanul. Hasil penelitian lain menyebutkan rata rata tindakan keperawatan memberikan terapi oksigen di ruang ICU RSUD Tabanan Bali adalah 86%, sedangkan sesuai dengan standart perawatan ruang ICU yang ditetapkan oleh kemenkes seluruh perawat ICU harus mampu mengerjakan 100% tindakan (Ni Nyoman & Puput 2014). Hasil studi pendahuluan pada tanggal 5 Desember 2014 di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar, didapatkan satu dari tiga pasien yang menggunakan terapi oksigen, pemberian air steril dalam humidifier masih kurang dari batas yang ditentukan, hal tersebut tentu tidak sesuai dengan SOP pemberian oksigen. Oksigen yang digunakan masih dalam tabung belum menggunakan oksigen sentral, penataan oksigen tidak tertata rapi sehingga akan sangat membahayakan pasien jika tabung oksigen sampai terjatuh, masih dijumpai satu humidifier dipakai untuk beberapa pasien. Belum adanya SOP terapi oksigen di ruang IGD menyebabkan tidak adanya standar pelayanan yang sama antara perawat satu dengan yang lain. Pengkajian yang dilakukan sebelum pemberian terapi oksigen tidak dilakukan secara lengkap, setelah melakukan tindakan tidak melakukan evaluasi kembali. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang manajemen perawat dalam pemberian terapi oksigen di ruang Instalasi Gawat Darurat.

18 Rumusan Masalah Manajemen terapi oksigen yang diberikan oleh perawat dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Pemberian oksigen apabila tidak dikelola dengan baik maka akan berdampak buruk pada proses penyembuhan pasien. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penatalaksanaan/pengelolaan perawat dalam pemberian terapi oksigen di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar? Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen pemberian terapi oksigen oleh perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengidentifikasi perencanaan dalam pemberian terapi oksigen oleh perawat. b. Untuk mengidentifikasi pengorganisasian dalam pemberian terapi oksigen oleh perawat. c. Untuk mengidentifikasi pengarahan dalam pemberian terapi oksigen oleh perawat. d. Untuk mengidentifikasi pengawasan dalam pemberian terapi oksigen oleh perawat.

19 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi RSUD Karanganyar Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai SOP bagi Rumah Sakit terhadap manajemen perawat dalam pemberian terapi oksigen di ruang Instalasi Gawat Darurat. 2. Manfaat Bagi Perawat IGD RSUD Karanganyar Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan perawat mengenai manajemen perawat dalam pemberian terapi oksigen di ruang Instalasi Gawat Darurat. 3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pustaka bagi institusi pendidikan tentang manajemen perawat dalam pemberian terapi oksigen di ruang Instalasi Gawat Darurat. 4. Manfaat Bagi Peneliti Lain Perlu penelitian lebih lanjut dengan variabel variabel lain yang belum diteliti, dan metode yang berbeda untuk memperoleh hasil yang akurat. 5. Manfaat Bagi Peneliti Menambah pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan menambah pengetahuan tentang manajemen perawat dalam pemberian terapi oksigen di ruang IGD.

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori Terapi Oksigen 1. Definisi Oksigen atau zat asam adalah salah satu bahan farmakologi, merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau digunakan untuk proses pembakaran dan oksidasi. Oksigen merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Temperatur dan tekanan standar, ialah dua atom unsur yang berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik (Sudarmoko dan Susanto, 2010). Oksigen banyak dipakai untuk pasien dengan kelainan kardiopulmoner. Kebutuhan Oksigen orang dewasa sehat pada kondisi istirahat rata-rata 53 liter oksigen per jam, kalau sedang bernapas rata-rata sekitar 500 ml udara per napas. Hal ini disebut volume tidal normal. yaitu terdiri dari 150 ml udara akan pergi ke daerah yang tidak berfungsi di paru-paru, hal ini yang disebut "ruangmati." Tingkat napas rata-rata adalah 12 napas per menit. Jadi, jumlah udara yang menghirup oleh orang yang tersedia untuk digunakan 7

21 8 adalah 12 x(500 ml-150 ml) = ml/menit. Kalikan dengan 60 untuk mendapatkan ml / jam. Artinya, setiap jam, orang akan bernapas dalam 252 liter udara (Sudarmoko dan Susanto, 2010). Menurut Francis (2011) terapi oksigen adalah pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat terbatas pada hipoksia stagnan, anemik dan histologik, karena yang dapat dicapai melalui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O 2 yang larut didalam darah arteri. Hal ini berlaku juga bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah vena yang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Yudha & Muhammad (2012) menjelaskan pemberian oksigen pada konsentrasi yang lebih tinggi dari udara bebas untuk mencegah terjadinya hipoksemia dan hipoksia yang akan mengakibatkan terjadinya kematiaan sel. Terapi O 2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Terapi Oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen kedalam paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat diberikan melalui tiga cara yaitu: melalui kanula nasal, kateter nasal, masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia (Andarmoyo, 2012).

22 9 2. Tujuan Terapi Oksigen Tujuan dari terapi oksigen adalah: ( Alimul & Uliyah, 2005). a. Memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh b. Mencegah terjadinya hipoksia c. Untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard d. untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah. 3. Indikasi Terapi Oksigen Menurut Tarwoto & Wartonah (2010) terapi oksigen efektif diberikan pada klien yang mengalami: a. Gagal nafas b. Gangguan jantung (gagal jantung) c. Kelumpuhan alat pernafasan d. Perubahan pola napas e. Keadaan gawat (misalnya: koma) f. Trauma paru g. Metabolisme yang meningkat h. Post operasi i. Keracunan karbon monoksida. Berdasarkan tujuan terapi oksigen yang telah disebutkan, maka adapun indikasi utama pemberian oksigen ini adalah sebagai berikut:

23 10 a. Klien dengan kadar O 2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah. b. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan. c. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan O 2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat. Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi oksigen di indikasikan kepada klien dengan gejala: sianosis, hipovolemi, perdarahan, anemia berat, keracunan CO, asidosis, selama dan sesudah pembedahan, klien dengan keadaan tidak sadar (Harahap, 2004). 4. Kontra Indikasi Pemberian Terapi Oksigen Aryani (2009) menjelaskan Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis dan jumlah aliran yang tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini : a. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker

24 11 rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang tinggi yaitu sekitar 90-95%. b. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah. c. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul. Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa terapi oksigen pada pasien yang mengalami gangguan pernafasan mampu memperbaiki aliran oksigen ke paru dan meningkatkan pertahanan paru dan membantu transport mukosilier dan pembersihan. Pemberiaan terapi oksigen diberikan dengan hati-hati karna masing-masing metode terapi oksigen mempunyai cara yang berbeda dan ada beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum melakukan terapi oksigen yaitu diagnosis yang tepat, pengobatan optimal dan indikasi yang tepat pada pemberian terapi oksigen itu sendiri. 5. Metode Terapi Oksigen Metode pemberian oksigen dapat dibagi menjadi dua teknik yaitu: Sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi (Andarmoyo, 2012). a. Sistem Aliran Rendah Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, menghasilkan FiO 2 yang bervariasi tergantung

25 12 pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan volume tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan kali permenit. Contoh sistem aliran rendah adalah: 1) Kanul Nasal a) Definisi Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1-6 liter permenit dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal 22-44%. b) Indikasi (Potter & Perry, 2010 ) Diberikan pada pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka pendek dengan konsentrasi rendah sampai sedang. c) Kontra Indikasi (Potter & Perry, 2010 ) Fraktur dasar tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal. d) Keuntungan Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan,

26 13 bergerak, berbicara, lebih mudah ditolelir klien dan lebih nyaman dibandingkan kateter nasal. e) Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas dengan mulut, mudah lepas karena kedalamannya hanya 1 cm, dan dapat mengiritasi selaput lendir. Gambar 2.1. Kanul nasal 2) Kateter Nasal a) Definisi Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran 1-6 liter permenit dengan konsentrasi 24-44%. b) Indikasi (Potter & Perry, 2010 ) (1) Pasien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). (2) Pasien dengan gangguan oksigenasi seperti klien dengan asthma, PPOK, atau penyakit paru yang lain.

27 14 (3) Pada pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka panjang. c) Kontra Indikasi (Potter & Perry, 2010 ) (1) Pada pasien dengan obstruksi nasal (2) Pasien yang apneu d) Keuntungan Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap. e) Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 45%, teknik memasukkan kateter nasal lebih sulit daripada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter permenit dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat. Gambar 2.2. Kateter Nasal

28 15 3) Sungkup Muka Sederhana / Simple Face Mask a) Definisi Merupakan alat pemberian oksigen kontinyu 5-8 liter permenit dengan konsentrasi oksigen 40-60%. b) Indikasi (Ni Luh Suciati, 2010) Pasien dengan kondisi seperti nyeri dada (baik karena serangan jantung atau penyebab lain) dan pasien dengan sakit kepala. c) Kontra Indikasi (Ni Luh Suciati, 2010) Pada pasien dengan retensi CO 2 karena akan memperburuk retensi. d) Keuntungan Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter nasal atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. e) Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO 2 jika aliran rendah.

29 16 Gambar 2.3. Sungkup Muka Sederhana 4) Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing a) Definisi Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12 liter permenit. Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana. b) Indikasi (Ni Luh Suciati, 2010) Pasien dengan kadar tekanan CO 2 yang rendah. c) Kontra Indikasi (Ni Luh Suciati, 2010) Pada pasien dengan retensi CO 2 karena akan memperburuk retensi. d) Keuntungan Tidak mengeringkan selaput lendir. e) Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi rendah, jika aliran rendah dapat menyebabkan penumpukan CO 2 dan kantong oksigen bisa terlipat.

30 17 Gambar 2.4. Rebreathing Mask 5) Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing a) Definisi Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8-12 permenit dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi. b) Indikasi (Ni Luh Suciati, 2010) Pasien dengan kadar tekanan CO 2 yang tinggi, pasien COPD, pasien dengan status pernapasan yang tidak stabil dan pasien yang memerlukan intubasi. c) Kontra Indikasi (Ni Luh Suciati, 2010) Pada pasien dengan retensi CO 2 karena akan memperburuk retensi. d) Keuntungan Konsentrasi oksigen dapat mencapai 100%, tidak mengeringkan selaput lendir. e) Kerugian Kantong oksigen bisa terlipat.

31 18 Gambar 2.5 Non Rebreathing Mask b. Sistem Aliran Tinggi Teknik pemberian oksigen dimana FiO 2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan sehingga dengan teknik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen lebih tinggi, tepat dan teratur. Contoh teknik aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian oksigen dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai oksigen sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitar 4-14 liter permenit dengan konsentrasi 30-55%. 1) Keuntungan Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO 2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrolserta tidak terjadi penumpukan CO 2.

32 19 2) Kerugian Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran rendah dapat mengakibatkan penumpukan CO 2, kantong oksigen bisa terlipat. Gambar 2.6. Sungkup Muka dengan Ventury 6. Bahaya Terapi Oksigen Pemberian terapi oksigen bukan hanya memberikan efek terapi tetapi lebih dari itu, pemberian oksigen juga dapat menimbulkan efek yang merugikan antara lain: (Andarmoyo, 2012). a. Kebakaran Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena itu klien dengan terapi oksigen harus menghindari: merokok, membuka alat listrik dalam area sumber oksigen, menghindari penggunaan listrik tanpa ground. b. Depresi Ventilasi Pemberian oksigen yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada klien dengan retensi CO 2 dapat menekan ventilasi.

33 20 c. Keracunan oksigen Dapat terjadi bila terapi oksigen dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti terjadinya atelektasis dan kerusakan surfaktan, akibatnya proses difusi di paru akan terganggu. d. Pengeringan mukosa saluran napas Terjadi bila oksigen yang diberikan tidak dihumidifikasi. Oksigen yang diperoleh dari sumber oksigen merupakan udara kering yang belum mengalami humidifikasi. 7. Standar Operasional Prosedur Terapi Oksigen a. Persiapan Alat 1) Tabung Oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier 2) Kateter nasal, kanul nasal, atau masker 3) Tanda dilarang merokok 4) Vaselin/jeli 5) Spatel lidah b. Tahap Preinteraksi 1) Lakukan verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan 2) Mencuci Tangan 3) Siapkan alat 4) Memasang sampiran c. Tahap Orientasi 1) Memberikan salam

34 21 2) Memperkenalkan diri 3) Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien 4) Menjelaskan tentang kerahasiaan d. Tahap Kerja 1) Kateter Nasal a) Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi humidifier dengan melihat air bergelembung b) Atur posisi klien semi-fowler c) Ukur kateter nasal dari lubang telinga sampai ke hidung d) Buka saluran udara dari tabung oksigen e) Berikan minyak pelumas/jeli f) Masukan kedalam hidung sampai batas yang ditentukan g) Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan lidah pasien menggunakan spatel h) Fiksasi pada daerah hidung i) Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam j) Kaji cuping, sputum dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam.

35 22 2) Kanula Nasal a. Atur aliran sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi humidifier dengan melihat air bergelembung. b. Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan. c. Menghubungkan selang dari kanul nasal ke tabung pelembab. d. Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanul e. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan klien. f. Periksa kanula tiap 6-8 jam g. Kaji cuping, sputum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8 jam. 3) Masker Oksigen a. Atur posisi dengan semi-fowler b. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi humidifier dengan melihat air bergelembung. c. Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan. d. Menghubungkan selang dari masker oksigen ke tabung pelembab sesuai ketentuan.

36 23 e. Memeriksa apakah oksigen keluar dari masker f. Tempatkan masker diatas mulut dan hidung klien, atur pengikat untuk kenyamanan. g. Periksa kecepatan aliran tiap 6-8 jam, catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian, dan respon klien. e. Tahap Terminasi 1) Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan 2) Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan 3) Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya 4) Beri reinforcement sesuai dengan kemampuan klien mengakhiri kegiatan dengan salam. 5) Mencuci tangan f. Dokumentasi Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon klien (Murwani, 2008). 8. Terapi Oksigen Dalam Kegawatdaruratan Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi penderita. Seseorang yang lebih dari empat menit tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan pasien akan meninggal (Asmadi, 2009).

37 24 Terapi oksigen diberikan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh, dalam kegawatan IMA (Infark Miokard Akut) adanya kematian sel-sel miokard akibat kurangnya suplai oksigen ke miokard, maka kompensasi dari miokard adalah dengan melakukan metabolisme anaerob agar jantung tetap dapat memberikan suplai oksigen ke seluruh tubuh. Hasil dari metabolisme anaerob inilah yang menyebabkan nyeri dada. Salah satu tindakan untuk mencegah perluasan infark miokard adalah terapi oksigen. Terapi oksigen bertujuan untuk mempertahankan oksigenasi jaringan tetap adekuat dan dapat menurunkan kerja miokard akibat kekurangan suplai oksigen (Harahap, 2004). Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang berkompeten di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan yang gawat darurat yang berkaitan dengan terapi oksigen yang masuk dalam pengkajian primer yaitu: Pengkajian Breathing (Pernafasan) Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).

38 25 Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien meliputi: 1) Inspeksi Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai berikut : sianosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan. 2) Palpasi Palpasi untuk adanya: pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous emphysema. 3) Perkusi Perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks. 4) Auskultasi Auskultasi untuk adanya: suara abnormal pada dada Manajemen Keperawatan 1. Definisi Manajemen keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan keperawatan yang menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian efektif dan efisien. Manajemen keperawatan adalah pola kerja yang menerapkan tahapan pendekatan yang sistematik dimana pekerjaan

39 26 itu dimulai dengan membuat perencanaan, melakukan pengorganisasian dan pengarahan diikuti pengendalian serta diakhiri evaluasi termasuk tahapan umpan balik (Kurniadi, 2013). Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasi, dan mengendalikan. Memperkirakan dan merencanakan berarti mempertimbangkan masa depan dan menyusun rencana aktifitas (Fayol dalam bukunya Russel, 2009). 2. Fungsi proses manajemen Fungsi proses manajemen adalah sebagai berikut a. Perencanaan Meliputi penentuan filosofi, tujuan umum, tujuan khusus, kebijakan, prosedur, dan peraturan; termasuk proyeksi jangka panjang dan jangka pendek; menentukan tindakan fiskal dan mengelola perubahan terencana. b. Pengorganisasian Meliputi membentuk struktur melaksanakan rencana, menentukan jenis pemberian asuhan pasien yang paling tepat, dan mengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan unit. Fungsi lain meliputi bekerja dalam struktur organisasi dan memahami serta menggunakan kekuatan dan otoritas secara tepat.

40 27 c. Pengarahan Meliputi beberapa fungsi kepersonaliaan, namun fungsi fase ini biasanya termasuk dalam tanggung jawab manajemen sumber daya manusia, seperti memotivasi, mengatasi konflik, mendelegasikan, mengkomunikasikan, dan memfasilitasi kolaborasi. d. Fungsi Pengendalian Meliputi penilaian kinerja, tanggung gugat fiskal, pengawasan mutu, pengawasan hubungan professional dan kolegial (Marquis & Huston, 2010) Integrasi Proses Keperawatan dengan Proses Manajemen Proses manajemen memiliki kesamaan dalam beberapa cara dengan proses keperawatan, hal ini dapat dilihat dalam pengintegrasian proses keperawatan dan manajemen berikut ini : pengkajian terintegrasi dalam fungsi manajemen perencanaan. Diagnosa, intervensi, indikasi dan tujuan teritegrasi dalam fungsi manajemen pengorganisasian. Implementasi terintegrasi dalam fungsi manajemen pengarahan, dan evaluasi terintegrasi dalam fungsi manajemen pengawasan (Marquis & Huston, 2010).

41 28 Proses keperawatan yang disederhanakan Fungsi proses manajemen Pengkajian Perencanaan Perencanaan Perencanaan Kepersonaliaan Pelaksanaan Pengorganisasian Pengorganisasian Pengevaluasian Pengarahan Pengawasan Gambar 2.7 Integrasi Proses Keperawatan dengan Proses Manajemen Manajemen Terapi Oksigen Manajemen terapi oksigen dimulai dari perencanaan yang dilakukan perawat yaitu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan oksigen dan menentukan diagnosa keperawatan. Pengorganisasian meliputi intervensi perawat dalam memberikan terapi oksigen pada klien, indikasi pemberian terapi oksigen, dan tujuan pemberian terapi oksigen pada klien. Pengarahan oleh perawat yaitu implementasi keperawatan yang ditujukan pada klien, dalam hal ini metode terapi oksigen berkaitan dengan SOP seperti apa yang akan diberikan, kemudian pengawasan oleh perawat yaitu evaluasi setelah

42 29 dilakukannya tindakan pemberian terapi oksigen. Integrasi tersebut menyimpulkan bahwa manajemen terapi oksigen yang diberikan oleh perawat dimulai dari pengkajian yang berhubungan dengan terapi oksigen/breathing, menegakkan diagnosa, intervensi, indikasi, tujuan, pelaksanaan SOP terapi oksigen, evaluasi pemberian oksigen (Marquis & Huston, 2010)..

43 Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan teori yang ada dapat dilihat kerangka teori manajemem terapi oksigen oleh perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Karnganyar sebagai berikut: Manajemen Terapi O 2 Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pengawasan 1. Pengkajian 1. Intervensi Implementasi Evaluasi 2. Diagnosa Keperawatan 2. Indikasi 3. Tujuan Terapi Oksigen: Airway 1. Kanul Nasal 2. Simple face Mask 3. Kateter kanul 4. Rebreathing Mask 5. Non Rebreathing Mask 6. Masker dengan ventury Primary Survay Breathing Circulation Disability Gambar 2.8. Kerangka Teori Sumber: (Kurniadi, 2013; Marques & Huston, 2010; Andarmoyo, 2012) Keterangan: = Diteliti = Tidak Diteliti

44 Fokus Penelitian Berdasarkan studi pendahuluan di IGD RSUD Karangaanyar maka peneliti memfokuskan : Perencanaan Pengawasan Terapi Oksigen dengan nasal kanul dan simple face mask Pengorganisasian 2.4. Keaslian Penelitian Pengarahan Gambar 2.9 Fokus Penelitian Penelitian tentang manajemen terapi oksigen oleh perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat belum pernah dilakukan, penelitian serupa yang ada sebagai berikut: Tabel 2.1. Keaslian Penelitian No Nama Peneliti (tahun) Judul Metode Hasil 1 Dini, M.W., Agustina, S.P., Dewi, S (2009) Studi tingkat kepatuhan perawat dalam pemberian oksigen melalui nasal kanul sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) oksigenasi di ruang rawat inap rumkital Dr.Ramelan Surabaya Diskriptif dengan pendekatan cross sectional Tingkat kepatuhan perawat dalam pemberian oksigen melalui nasal kanul sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Oksigenasi tergolong tidak patuh. Dimana dari 35 responden tersebut didapatkan semua responden dinyatakan tidak patuh sebanyak 35 responden (100%). 2 Hendrizal (2012) Pengaruh Terapi oksigen Menggunakan Non-Rebreathing Mask Terhadap Tekanan Parsial CO 2 Darah Clinical trial dengan one shoot pre test and postest Analisa statistic dengan Paired t test didapatkan hubungan bermakna pco 2 darah sebelum dan sesudah terapi oksigen menggunakan NRM dengan nilai

45 32 pada Pasien CKS signifikan (p < 0,05 ) 3. Widiyanto, B&Yamin,LS (2014) Terapi oksigen terhadap perubahan saturasi oksigen melalui pemeriksaan oksimetri pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) Preeksperimen dengan one group pra test-post tes design Berdasarkan uji statistik dengan uji menggunakan Wilcoxon di peroleh nilai p-value 0,000 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh perubahan saturasi oksigen yang sangat signifikan sebelum pemberian terapi oksigen dengan setelah pemberian terapi oksigen pada pasien infark miokard akut RSUD Dr. Muwardi Surakarta

46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pendekatan study fenomenology. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang pada umumnya menjelaskan dan memberi pemahaman dan interpretasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman manusia (individu) dalam berbagai bentuk (Poerwandari, 2009). Peneliti mengambil metode kualitatif karena penelitian ini dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting), dimana peneliti sebagai instrumen kunci, menggunakan data yang pasti dan untuk mendapatkan data yang mendalam karena setiap keluarga atau orang mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Fenomenologi adalah memberikan deskripsi, refleksi, interprestasi, dan modus riset yang menyampaikan intisari dari pengalaman kehidupan individu yang diteliti (Van manen, 2007). Pendekatan deskriptif fenomenologi dinilai dapat menjelaskan fokus permasalahan (Poerwadi, 2009) Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar. 33

47 34 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan bulan Juli Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar sebanyak 18 perawat. 2. Sampel Sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2012). Sampel dari penelitian ini disebut dengan nama informan. Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat digunakan sebagai objek penelitian sebagai sampling. Sampel sebanyak 1-10 orang hingga tercapai saturasi (Alfianty, 2014). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 3 informan dikarenakan sudah tercapai saturasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berorientasi pada tujuan penelitian individu diseleksi atau dipilih secara sengaja karena memiliki pengalaman yang sesuai dengan fenomena yang diteliti sampel ini terlebih dahulu menetapkan terlebih dahulu kriteria-kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Sedangkan sampling adalah proses dari populasi yang dapatmewakili populasi yang ada (Nursalam, 2011). Sampel pada

48 35 penelitian ini adalah perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar dengan kriteria inklusi sebagai berikut : a. Perawat yang telah bekerja di Instalasi Gawat Darurat minimal 3 tahun. b. Perawat dalam kondisi fisik dan psikologis yang baik. c. Perawat yang bersedia menjadi partisipan. Berdasarkan kriteria inklusi dan tercapainya saturasi data jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 3 partisipan Instrumen dan Prosedur Penelitian 1. Instrumen Pada penelitian digunakan dua macam instrumen yaitu instrumen inti dan penunjang sebagai berikut a. Instrumen inti Peneliti dalam penelitian ini merupakan instrumen/alat dalam penelitian, karena peneliti sebagai perencana, penafsir data pengevaluasi hasil penelitian. Peneliti harus paham metode penelitian, penguasaan teori wawancara terhadap bidang yang akan diteliti, dan peneliti siap untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. b. Instrumen penunjang Alat bantu dalam pengumpulan data yang digunakan yaitu : a. Pedoman wawancara sebagai pedoman dalam mengajukan pertanyaan kepada informan, pertanyaan yang diajukan pada

49 36 informan diantaranya tentang pemahaman tentang manajemen terapi oksigen.pertanyaan yang telah diuji coba sebelumnya kepada perawat lain lalu akan ditanyakan kepada partisipan yang memenuhi kriteria inklusi yang sesuai. b. Lembar demografi partisipan yang berisi nama inisial responden, umur, pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti. c. Alat tulis yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku catatan dan bolpoin untuk mencatat hal-hal penting pada penelitian. d. Alat perekam dalam penelitian ini peneliti menggunakan smartphone yang dilengkapi program voice recorder, dengan memory card berkapasitas 4 GB yang mampu merekam kurang lebih 2 jam yang bertujuan untuk mempermudah peneliti membuat transkip wawancara. 2. Prosedur Pengambilan Data Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain (Creswell, 2013): a. Tahap Persiapan Setelah peneliti mendapat surat ijin penelitian dari STIKes Kusuma Husada Surakarta, peneliti meminta ijin kepada RSUD Karanganyar untuk meneliti di tempat tersebut, setelah mendapat ijin peneliti meminta ijin kepada calon partisipan sesuai kriteria inklusi yang ada pada rencana penelitian. Sebelum peneliti melakukan wawancara,

50 37 peneliti terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada partisipan, menjelaskan tujuan yang akan dilakukannya, mengecek instrumen penunjang seperti alat perekam, peneliti harus menguasai konsep, latihan wawancara terlebih dahulu dan menguji coba wawancara terlebih dahulu kepada perawat. b. Tahap Pelaksanaan Setelah itu wawancara secara mendalam dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dan untuk memperkuat penelitiannya. Wawancara akan dilakukan ± 30 menit semiterstruktur, wawancara ini termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara peneliti mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Urutan pertanyaan tergantung pada proses wawancara dan jawaban tiap individu, wawancara ini menggunakan pertanyaan terbuka (Open-ended questions) dan menggunakan bantuan pertanyaan wawancara yang telah disiapkan sebelumnya (Stars H, 2007). Peneliti menggunakan sampel sebanyak 3 informan, informan pertama dilakukan wawancara pada hari rabu tanggal 28 April 2015 pukul WIB, dengan durasi 15 menit di ruang perawat IGD. Informan kedua dilakukan wawancara pada hari kamis

51 38 tanggal 28 Mei 2015 pukul WIB, dengan durasi 10 menit di ruang perawat IGD. Informan ketiga dilakukan wawancara pada hari kamis tanggal 28 Mei 2015 pukul WIB dengan durasi 10 menit. c. Tahap Terminasi Penulis menulis laporan, mendokumentasikan hasilnya. Dalam penulisan laporan, peneliti menuliskan setiap frasa, kata dan kalimat serta pengertian secara tepat sehingga dapat mendeskripsikan data dan hasil analisa yang telah diambil. Penulis mencatat kembali jika ada data tambahan, peneliti memberikan reward kepada partisipan, peneliti menyatakan bahwa penelitiannya sudah selesai kepada partisipan Analisa Data Analisa data merupakan proses pengumpulan data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari peneliti dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian (Creswell, 2013). Teknik analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Collaizi (Creswell, 2013). Alasan metode ini didasarkan dengan filosofi Husserl, yaitu suatu penampakan fenomena informan, sehingga sangat cocok untuk memahami arti dari suatu makna fenomena manajemen terapi oksigen oleh perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar. Adapun langkah-langkah analisa sebagai berikut :

52 39 1. Membuat deskripsi informan tentang fenomena dari informan dalam bentuk narasi yang bersumber dari wawancara. 2. Membaca kembali secara keseluruhan deskripsi informasi dari informan untuk memperoleh perasaan yang sama seperti pengalaman informan. Peneliti melakukan 3-4 kali membaca transkrip untuk merasa hal yang sama seperti informan. 3. Mengidentifikasi kata kunci melalui penyaringan pernyataan informan yang signifikan dengan fenomena yang diteliti. Pernyataan-pernyataan yang merupakan pengulangan dan mengandung makna yang sama atau mirip maka pernyataan ini diabaikan. 4. Memformulasikan arti dari kata kunci dengan cara mengelompokkan kata kunci yang sesuai pernyataan penelitian, selanjutnya mengelompokkan lagi kata kunci yang sejenis. Peneliti sangat berhatihati agar tidak membuat penyimpangan arti dari pernyataan informan dengan merujuk kembali pada pernyataan informan yang signifikan. Cara yang perlu dilakukan adalah menelaah kalimat satu dengan yang lain. 5. Mengorganisasikan arti-arti yang telah teridentifikasi dalam beberapa kelompok tema. Setelah tema-tema terorganisir, peneliti memvalidasi kembali kelompok tema tersebut. 6. Mengintegrasikan semua hasil penelitian ke dalam suatu narasi yang menarik dan mendalam sesuai dengan topik penelitian. 7. Mengembalikan semua hasil penelitian pada masing-masing informan lalu diikutsertakan pada diskripsi hasil akhir penelitian.

53 Keabsahan Data Dalam pengujian keabsahan data, metode yang digunakan pada penelitiam ini meliputi : 1. Pengujian Transferability Merupakan validitas eksternal, menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang rinci, jelas sistematis dan dapat dipercaya (Rosbon, 2011). 2. Pengujian Dependebility Peneliti melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dimana pembimbing memantau aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan (Creswell, 2013). 3. Pengujian Konfirmability Penelitian ini telah disepakati oleh orang banyak. Dimana hasil penelitiannya di uji dan dikaitkan dengan proses yang dilakukan peneliti. Dalam penelitian jangan sampai prosesnya tidak ada,tetapi hasilnya ada. Peneliti harus mendapatkan persetujuan dari informan dan menyertakan surat-surat yang sudah diperolehnya, (Creswell, 2013).

MANAJEMEN TERAPI OKSIGEN OLEH PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR

MANAJEMEN TERAPI OKSIGEN OLEH PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR MANAJEMEN TERAPI OKSIGEN OLEH PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR Permadi Nur Pamungkas 1), Anita Istiningtyas 2), Ika Subekti Wulandari 3) 1) Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen A. Pengertian Oksigen Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel secara normal yang diperoleh dengan cara menghirup

Lebih terperinci

ἓ Devi Retno Sari ἓ Dini Widoretno ἓ Ika Rizky Apriyanti ἓ Mifta Rizka Ifani ἓ Nasril ἓ Nine Sofaria ἓ Sarah Maravega ἓ Wahyu Purwati Kelompok 3

ἓ Devi Retno Sari ἓ Dini Widoretno ἓ Ika Rizky Apriyanti ἓ Mifta Rizka Ifani ἓ Nasril ἓ Nine Sofaria ἓ Sarah Maravega ἓ Wahyu Purwati Kelompok 3 ἓ Devi Retno Sari ἓ Dini Widoretno ἓ Ika Rizky Apriyanti ἓ Mifta Rizka Ifani ἓ Nasril ἓ Nine Sofaria ἓ Sarah Maravega ἓ Wahyu Purwati Kelompok 3 Pendahulan Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat

Lebih terperinci

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1 TERAPI OKSIGEN Oleh : Tim ICU-RSWS juliana/icu course/2009 1 Definisi Memberikan oksigen (aliran gas) lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah meningkat

Lebih terperinci

Primary Survey a) General Impressions b) Pengkajian Airway

Primary Survey a) General Impressions b) Pengkajian Airway Primary Survey Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari Primary survey adalah

Lebih terperinci

TERAPI OKSIGEN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN IKHSANUDDIN AHMAD HARAHAP. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

TERAPI OKSIGEN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN IKHSANUDDIN AHMAD HARAHAP. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara TERAPI OKSIGEN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN IKHSANUDDIN AHMAD HARAHAP Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Oksigen (O 2 ) merupakan salah satu komponen

Lebih terperinci

OKSIGENASI DALAM SUATU ASUHAN KEPERAWATAN

OKSIGENASI DALAM SUATU ASUHAN KEPERAWATAN TINJAUAN PUSTAKA OKSIGENASI DALAM SUATU ASUHAN KEPERAWATAN Ikhsanuddin Ahmad Harahap* ABSTRAK Perawat dalam menjalankan perannya berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ICU atau Intensive Care Unit merupakan pelayanan keperawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dengan mempertimbangkan: pemahaman peneliti terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dengan mempertimbangkan: pemahaman peneliti terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Disain penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu proses yang naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

Lebih terperinci

2. PERFUSI PARU - PARU

2. PERFUSI PARU - PARU terapi oksigen TAHAPAN RESPIRASI 1. VENTILASI 2. PERFUSI PARU - PARU 3. PERTUKARAN GAS DI PARU-PARU 4. TRANSPORT OKSIGEN 5. EKSTRAKSI ( OXYGEN UPTAKE ) Sumbatan jalan nafas pasien tak sadar paling sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, 1 BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, PPOK, ISPA, dan lain-lain. WHO melaporkan bahwa 0,5% dari penduduk dunia terserang Penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini dipilih karena lebih sensitif dan adaptif terhadap peran dan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Peneliti menggunakan pendekatan fenomenologis. Riset fenomenologis didasarkan pada falsafah fenomenologi, peneliti fenomenologis merumuskan suatu pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

TIDAK ADA HUBUNGAN ANTARA DURASI PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL NON HUMIDIFIER DENGAN INSIDEN IRITASI MUKOSA HIDUNG PADA PASIEN DI ICU

TIDAK ADA HUBUNGAN ANTARA DURASI PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL NON HUMIDIFIER DENGAN INSIDEN IRITASI MUKOSA HIDUNG PADA PASIEN DI ICU 154 TIDAK ADA HUBUNGAN ANTARA DURASI PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL NON HUMIDIFIER DENGAN INSIDEN IRITASI MUKOSA HIDUNG PADA PASIEN DI ICU Nuryanti Sindif 1, Muhamat Nofiyanto 1, R Anggono Joko

Lebih terperinci

Perawatan Ventilator

Perawatan Ventilator Perawatan Ventilator PERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILATOR Pengertian Ventilator adalah suatu alat system bantuan nafas secara mekanik yang di desain untuk menggantikan/menunjang fungsi pernafasan. Tujuan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD Sebelum melakukan percobaan, praktikan menonton video tentang suction orofaringeal dan perawatan WSD. Station 1:

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA)

LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA) LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA) Project ini dikumpulkan untuk memenuhi tugas praktek klinik keperawatan Kegewadaruratan di Rumah Sakit Dr. M. Ashari Pemalang Oleh: Destini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Saturasi Oksigen 1. Pengertian Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 100 %. Dalam

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. S UMUR 31 TAHUN DI RSUD KARANGANYAR

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. S UMUR 31 TAHUN DI RSUD KARANGANYAR ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. S UMUR 31 TAHUN G2P1A0 UMUR KEHAMILAN 10+2 MINGGU DENGAN BLIGHTED OVUM DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Menyusun sebagian Persyaratan Ujian Akhir

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I Lampiran Surat Keputusan Direktur RSPP No. Kpts /B00000/2013-S0 Tanggal 01 Juli 2013 PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA 2 0 1 3 BAB I 0 DEFINISI Beberapa definisi Resusitasi Jantung

Lebih terperinci

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

A. Jenis dan Rancangan Penelitian BAB III MATODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang berfokus pada pengalaman, interpretasi serta makna hidup seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kardiovaskuler merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot dan bekerja menyerupai otot polos, yaitu bekerja di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan

Lebih terperinci

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK Juniartha Semara Putra ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang

Lebih terperinci

SOFIA PARAMITA R

SOFIA PARAMITA R HUBUNGAN MOTIVASI PEMENUHAN TARGET KOMPETENSI ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN TERHADAP KETERAMPILAN MAHASISWI KEBIDANAN SEMESTER 4 DALAM MANAJEMEN AKTIF KALA III DI PONEK RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG MAWAR RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG MAWAR RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG MAWAR RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Oleh : CAHYO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.

Lebih terperinci

Oleh : Destarita Rahmawati R

Oleh : Destarita Rahmawati R ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. R UMUR 2 TAHUN DENGAN PNEUMONIA DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Ujian Akhir Program Kompetensi Bidan Di Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah 1), Yeti Nurhayati 2), Rufaida Nur Fitriana 3)

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SOFIA PARAMITA R

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SOFIA PARAMITA R HUBUNGAN MOTIVASI PEMENUHAN TARGET KOMPETENSI ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN TERHADAP KETERAMPILAN MAHASISWI KEBIDANAN SEMESTER 4 DALAM MANAJEMEN AKTIF KALA III DI PONEK RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

PEMAHAMAN PERAWAT TENTANG PEMBERIAN OKSIGEN DAN HUMIDIFIKASI PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS DI RUANG ICU RSI SAKINAH MOJOKERTO NAQI AYYUBI

PEMAHAMAN PERAWAT TENTANG PEMBERIAN OKSIGEN DAN HUMIDIFIKASI PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS DI RUANG ICU RSI SAKINAH MOJOKERTO NAQI AYYUBI PEMAHAMAN PERAWAT TENTANG PEMBERIAN OKSIGEN DAN HUMIDIFIKASI PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS DI RUANG ICU RSI SAKINAH MOJOKERTO NAQI AYYUBI 11001126 Subject : Pemahaman, Perawat, Oksigenase, Humidifikasi,

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKSANAAN PRINSIP PEMBERIAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PLEBITIS

SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKSANAAN PRINSIP PEMBERIAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PLEBITIS SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKSANAAN PRINSIP PEMBERIAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PLEBITIS Studi dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah SoE, Kabupaten Timor Tengah

Lebih terperinci

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN... Definisi Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang terjadi pada

Lebih terperinci

FORMAT PENGUMPULAN DATA. Judul : Pengaruh Bretahing Relaxation Dengan Menggunakan Teknik Balloon

FORMAT PENGUMPULAN DATA. Judul : Pengaruh Bretahing Relaxation Dengan Menggunakan Teknik Balloon Lampiran 1 FORMAT PENGUMPULAN DATA Judul : Pengaruh Bretahing Relaxation Dengan Menggunakan Teknik Balloon Blowing Terhadap Saturasi Oksigen Dan Kecemasan Pasien Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RAWAT INAP PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RAWAT INAP PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RAWAT INAP PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh: METRI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU BERSALIN DAN LAMA PERSALINAN KALA I DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU BERSALIN DAN LAMA PERSALINAN KALA I DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU BERSALIN DAN LAMA PERSALINAN KALA I DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ANISA RETNO KUMALASARI

Lebih terperinci

Hubungan Pemberian Informasi dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi di RSUD dr. Pirngadi Medan

Hubungan Pemberian Informasi dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi di RSUD dr. Pirngadi Medan Hubungan Pemberian Informasi dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi di RSUD dr. Pirngadi Medan SKRIPSI Oleh Ainun Sari 121101024 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016 i ii iii Title

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian studi kasus ini menggunakan pendekatan kualitatif yakni penelitian yang menggunakan latar alamiah (natural setting), dengan maksud menafsirkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENJADWALAN SHIFT, BEBAN KERJA DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN KELELAHAN KERJA DI RUANG RAWAT KHUSUS RSUD BANYUMAS

HUBUNGAN ANTARA PENJADWALAN SHIFT, BEBAN KERJA DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN KELELAHAN KERJA DI RUANG RAWAT KHUSUS RSUD BANYUMAS HUBUNGAN ANTARA PENJADWALAN SHIFT, BEBAN KERJA DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN KELELAHAN KERJA DI RUANG RAWAT KHUSUS RSUD BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh

Lebih terperinci

PERAWAT KLINIK I KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI SETUJUI KEMAMPUAN KLINIS N O ASUHAN KEPERAWATAN

PERAWAT KLINIK I KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI SETUJUI KEMAMPUAN KLINIS N O ASUHAN KEPERAWATAN PERAWAT KLIIK I KEPERAWATA GAWAT DARURAT Pemenuhan kebutuhan dasar: a. Kebutuhan oksigenasi dengan berbagai metode b. Kebutuhan makan dan minum seimbang enteral maupun parenteral c. Kebutuhan eliminasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Saturasi oksigen 1. Oksigen Oksigen atau zat asam adalah salah satu bahan farmakologi, merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau digunakan untuk proses pembakaran dan

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN)

SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN) SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN) Studi Dilakukan di PAUD Widya Kusuma & PAUD Bina Mekar OLEH : NI WAYAN YATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan pengawasan antenatal dan perinatal yang baik. jepit bayi menangis yang dapat merangsang pernafasan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan pengawasan antenatal dan perinatal yang baik. jepit bayi menangis yang dapat merangsang pernafasan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan kelahiran bayi ialah lahirnya seorang individu yang sehat dari seorang ibu yang sehat. Bayi lahir sehat artinya tidak mempunyai gejala sisa atau tidak mempunyai

Lebih terperinci

: PAMBUDI EKO PRASETYO

: PAMBUDI EKO PRASETYO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO SKRIPSI Disusun Oleh : PAMBUDI EKO PRASETYO NIM

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN

BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN Pelayanan yang beresiko tinggi merupakan pelayanan yang memerlukan peralatan yang kompleks untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa, resiko bahaya pengobatan, potensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh : Theresia

Lebih terperinci

e-jurnal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

e-jurnal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017 PENGARUH TERAPI OKSIGENASI NASAL PRONG TERHADAP PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PASIEN CEDERA KEPALA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Febriyanti W. Takatelide Lucky T. Kumaat Reginus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan perioperative. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada upaya untuk menstabilkan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen miokardium yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dimana peneliti berusaha mengerti kejadian/fenomena

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT Faisal Yunus Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan Jakarta PENDAHULUAN Asma penyakit kronik saluran napas Penyempitan saluran napas

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. Tak ada satupun orang yang menginginkan dirinya mengalami sakit, apalagi ketika orang tersebut

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

PELAKSANAAN PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN PELAKSANAAN PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN Arief Bachtiar, Nurul Hidayah, Amana Ajeng Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No 77 C Malang email: nh_150673@yahoo.com

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Fisiologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny. P DENGAN ASMA BRONCHIALE DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny. P DENGAN ASMA BRONCHIALE DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny. P DENGAN ASMA BRONCHIALE DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Profesi Ners (Ns) Disusun

Lebih terperinci

PENGALAMAN PASIEN TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI KARDIOVASKULER RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PENGALAMAN PASIEN TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI KARDIOVASKULER RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PENGALAMAN PASIEN TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI KARDIOVASKULER RSUP H. ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI OLEH ANNI ASRIANI NASUTION 121121022 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU DALAM MENGATASI KETIDAKNYAMANAN KEHAMILAN TM III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAWANGSARI SUKOHARJO

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU DALAM MENGATASI KETIDAKNYAMANAN KEHAMILAN TM III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAWANGSARI SUKOHARJO PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU DALAM MENGATASI KETIDAKNYAMANAN KEHAMILAN TM III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAWANGSARI SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagain Persyaratan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENGARUH BODY MASSAGE TERHADAP TINGKAT DEPRESI IBU NIFAS DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI SIYAMTININGSIH KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH BODY MASSAGE TERHADAP TINGKAT DEPRESI IBU NIFAS DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI SIYAMTININGSIH KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH BODY MASSAGE TERHADAP TINGKAT DEPRESI IBU NIFAS DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI SIYAMTININGSIH KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ANGGUN

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dosen Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK

Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dosen Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK PENGALAMAN PERAWAT DALAM PENANGANAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG IGD RSUD KARANGANYAR Gregorius Christian Wibisono 1), Wahyuningsih Safitri 2), Rufaida Nur Fitriana 3) 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DALU BANGUN FRIDEWA

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

GAMBARAN FUNGSI MANAJERIAL PADA PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN METODE TIM DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

GAMBARAN FUNGSI MANAJERIAL PADA PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN METODE TIM DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI GAMBARAN FUNGSI MANAJERIAL PADA PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN METODE TIM DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU HAMIL DAN BBLR DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU HAMIL DAN BBLR DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU HAMIL DAN BBLR DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Disusun Oleh : FEBRI MARYANI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rumah sakit. Yang ingin ditemukan adalah pengalaman. anaknya dirawat di rumah sakit, dengan kata lain

BAB III METODE PENELITIAN. rumah sakit. Yang ingin ditemukan adalah pengalaman. anaknya dirawat di rumah sakit, dengan kata lain BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian Penelitian ini berorientasi pada pengalaman, yaitu pengalaman kecemasan orangtua pada saat anak dirawat di rumah sakit. Yang ingin ditemukan adalah pengalaman

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN TINGKAT STRES PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI RSD dr. SUBANDI JEMBER

HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN TINGKAT STRES PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI RSD dr. SUBANDI JEMBER HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN TINGKAT STRES PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI RSD dr. SUBANDI JEMBER SKRIPSI oleh Agus Tri Wahyudi NIM 062310101027 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN LATIHAN MENGUNYAH MENGGUNAKAN PERMEN KARET TERHADAP JUMLAH SEKRESI SALIVA PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2

SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN LATIHAN MENGUNYAH MENGGUNAKAN PERMEN KARET TERHADAP JUMLAH SEKRESI SALIVA PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN LATIHAN MENGUNYAH MENGGUNAKAN PERMEN KARET TERHADAP JUMLAH SEKRESI SALIVA PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 Oleh : NI MADE PUTRI KARUNIAWATI NIM. 1002105065 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL MASALAH KEPERAWATAN PASIEN KANKER PADA MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS UDAYANA Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI UMUR 1 HARI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD KARANGNYAR KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI UMUR 1 HARI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD KARANGNYAR KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. T UMUR 1 HARI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD KARANGNYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan ujian akhir Program Kompetensi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG RESPONSE TIME DALAM PENANGANAN GAWAT DARURAT DI RUANG TRIAGE RSUD KARANGANYAR.

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG RESPONSE TIME DALAM PENANGANAN GAWAT DARURAT DI RUANG TRIAGE RSUD KARANGANYAR. PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG RESPONSE TIME DALAM PENANGANAN GAWAT DARURAT DI RUANG TRIAGE RSUD KARANGANYAR. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Disusun Oleh : SISWO NURHASIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT DENGAN MASALAH PENURUNAN CURAH JANTUNG DI RUANG ICU RSUD IBNU SINA GRESIK

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT DENGAN MASALAH PENURUNAN CURAH JANTUNG DI RUANG ICU RSUD IBNU SINA GRESIK KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT DENGAN MASALAH PENURUNAN CURAH JANTUNG DI RUANG ICU RSUD IBNU SINA GRESIK Oleh FAJAR VIDYANTARA NIM: 20130660040 PROGRAM STUDI DIII

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN A. PENGERTIAN Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang

Lebih terperinci

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI GANGGUAN NAPAS PADA BAYI Dr R Soerjo Hadijono SpOG(K), DTRM&B(Ch) Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi BATASAN Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015 SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN HEEL RING TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN YANG TERPASANG TRAKSI SKELETAL DI RUANG RAWAT INAP BEDAH FLAMBOYAN INSTALASI RAWAT INAP BEDAH RSUD DR. SOETOMO SURABAYA PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Asma telah di kenal sejak ribuan tahun lalu, para ahli mendefinisikan bahwa asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas yang memberikan gejalagejala batuk,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP KEPATUHAN DIET PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 CILONGOK KAB.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP KEPATUHAN DIET PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 CILONGOK KAB. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP KEPATUHAN DIET PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 CILONGOK KAB. BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI.

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI. PEMINDAHAN PASIEN Adalah pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap yang dilaksanakan atas perintah dokter jaga di IGD, yang ditulis dalam surat perintah mondok/ dirawat, setelah mendapatkan persetujuan

Lebih terperinci

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka PNEUMOTHORAX A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Willson, 2003). Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP LAMANYA PERAWATAN PADA PASIEN PASCA OPERASI LAPARATOMI DI INSTALASI RAWAT INAP BRSU TABANAN

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP LAMANYA PERAWATAN PADA PASIEN PASCA OPERASI LAPARATOMI DI INSTALASI RAWAT INAP BRSU TABANAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP LAMANYA PERAWATAN PADA PASIEN PASCA OPERASI LAPARATOMI DI INSTALASI RAWAT INAP BRSU TABANAN OLEH: NI LUH PUTU DEVI KUSUMAYANTI NIM : 1002105053 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut. B. HIPERKAPNIA Hiperkapnia adalah berlebihnya karbon dioksida dalam jaringan. Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO 2 yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak ( GPDO) merupakan penyakit neurologik yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci