BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian tentang rele OCR dan GFR telah banyak dilakukan antara lain yaitu pada penelitian yang berjudul Studi Perencanaan Koordinasi Rele Proteksi pada Saluran Udara Tegangan Tinggi Gardu Induk Gambir Lama - Pulomas. (Mardensyah, 2008). Dalam penelitian ini dilakukan perencanaan koordinasi pengaman pada SUTT 150 kv GI Gambir Lama Pulomas dengan menghitung setting rele jarak sebagai pengaman utama serta setting rele OCR dan GFR sebagai pengaman cadangan. Jurnal yang berjudul Evaluasi Proteksi Jaringan Transmisi 150 kv Sulsel dengan Masuknya PLTU Barru dan PLTU Jenepoto (Ramlan, 2014). Dalam jurnal ini dapat diketahui mengenai perhitungan setting rele OCR pada SUTT 150 kv Sulawesi Selatan akibat beroperasinya PLTU Barru dan PLTU Jenepoto. Untuk mendapat setting rele OCR terlebih dahulu mencari gangguan hubung singkat pada sistem kelistrikan Sulawesi Selatan. Hasil dari hubung singkat digunakan sebagai dasar setting OCR. Hasil dari jurnal tersebut yaitu didapat perbedaan antara setting OCR PLN dengan hasil setting dari simulasi perhitungan setelah beroperasinya PLTU Barru dan PLTU Jenepoto. Jurnal yang berjudul Analisa Setting Rele OCR (Over Current Relay) pada Sistem 150 kv Bali Pasca Dioperasikannya Pembangkit Celukan Bawang (Sastrawan, 2010). Dalam jurnal ini dapat diketahui tentang menghitung setting rele OCR pada bus kopel dan saluran transmisi 150 kv serta perbandingan setting rele OCR sebelum dan sesudah dioperasikannya Pembangkit Celukan Bawang. Berdasarkan tinjauan mutakhir diatas, maka dilakukan pengembangan yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian yang sama yaitu pada setting OCR dan GFR. Referensi tersebut diatas akan digunakan untuk menentukan batasan-batasan masalah yang kemudian akan dikembangkan lebih lanjut pada penelitian ini. Dalam penelitian ini yang berjudul Studi Analisis Setting Backup 4

2 5 Proteksi pada SUTT 150 kv GI Kapal GI Pemecutan Kelod Akibat Uprating dan Penambahan Saluran akan dibahas mengenai setting OCR dan GFR yang berfungsi sebagai backup proteksi pada SUTT 150 kv GI Kapal GI Pemecutan Kelod akibat uprating penghantar dan penambahan saluran dari single circuit menjadi double circuit. Dalam penelitian ini akan dihitung besar hubung singkat pada SUTT 150 kv GI Kapal GI Pemecutan Kelod pada setiap titik gangguan setelah uprating dan penambahan saluran, kemudian hasil dari perhitungan hubung singkat digunakan sebagai dasar setting backup proteksi pada masingmasing saluran. Setelah mendapatkan hasil setting, kemudian akan dilakukan koordinasi masing masing rele backup proteksi dalam menanggulangi setiap titik gangguan yang terjadi pada saluran. 2.2 Tinjauan Pustaka Pengertian Umum Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem yang membangkitkan, mengatur, menyalurkan, mendistribusikan dan akhirnya menggunakan dan memanfaatkan tenaga listrik. Secara umum sistem ketenagalistrikan terdiri dari lima sistem utama yaitu pembangkit listrik, sistem transmisi, gardu induk, sitem distribusi dan beban. Diagram segaris dari sistem ketenagalistrikan secara umum dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Diagram Segaris Sistem Tenaga Listrik Sederhana (Sumber: Tobing, 2003) Dapat dilihat pada gambar 2.1 suatu sistem tenaga listrik dari pembangkit sampai konsumen atau beban. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh unit pembangkit sebelum disalurkan melalui saluran transmisi biasanya dinaikan tegangannya menjadi 70 kv, 150 kv atau 500 kv. Dari sistem transmisi

3 6 diturunkan lagi di Gardu Induk menjadi tegangan tegangan distribusi primer 20 kv. Untuk dapat di distribusikan langsung kepada konsumen, tegangan menengah ini kembali diturunkan menjadi tegangan rendah 380/220 V pada Gardu Distribusi Saluran Transmisi Tenaga Listrik Saluran transmisi tenaga listrik berfungsi sebagai penyalur tenaga listrik dari pembangkitan sampai ke distribusi atau gardu induk. Dalam penyalurannya sistem transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu saluran udara (overhead line) dan saluran bawah tanah (underground). Saluran transmisi memiliki kategori tergantung pada panjang dari saluran transmisi serta ketelitian yang diinginkan. Dilihat dari panjangnya saluran transmisi dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu (Stevenson,1994) : a. Saluran transmisi pendek, dengan jarak kurang dari 80 km (50 mil) b. Saluran transmisi menengah, dengan jarak antara 80 km (50 mil) dan 240 km (150 mil) c. Saluran transmisi panjang, dengan jarak lebih dari 240 km (150 mil) Dalam menyalurkan energi listrik saluran transmisi udara dapat dilihat berdasarkan besaran tegangannya, yaitu : a. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500 MW, 200kV- 500kV. Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500 km. b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 kv. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali. Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif adalah 100 km. Jika jarak transmisi lebih dari 100

4 7 km maka tegangan jatuh (drop voltage) terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan merupakan keadaan menyimpang atau ketidaknormalan dari suatu sistem. Gangguan dalam sistem tenaga listrik merupakan kejadian yang menyebabkan relay dan pemutus tenaga trip diluar kehendak operator, sehingga mengakibatkan putusnya aliran daya yang melalui pemutus tersebut. Untuk bagian sistem yang diamankan dengan sekering, gangguan terjadi akibat putusnya sekering (Marsudi, 2006). Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem tenaga listrik. Banyak studi, penggembangan alat, dan desain sistem perlindungan yang telah di buat sehingga pencegahan kerusakan pada saluran transmisi dan peralatan lain serta cara-cara pemutusan arus pada saat gangguan selalu mengalami perbaikan. Gangguan sistem tenaga listrik adalah keadaan yang tidak normal, keadaan ini dapat mengakibatkan kerusakan atau mempengaruhi sistem antara lain (Sulasno, 1993): 1. Terjadi gangguan yang tidak normal dari batas yang diijinkan yang menyebabkan arus yang besar mengalir pada saluran. 2. Gangguan dapat menurunkan, menghilangkan, atau menaikan sistem tegangan diluar batas yang diijinkan. 3. Gangguan dapat menyebabkan sistem daya tiga fasa menjadi tidak simetris atau tidak seimbang. 4. Gangguan dapat menghalangi aliran daya. 5. Gangguan dapat mengakibatkan sistem tidak stabil dan menghentikan aliran daya sistem tenaga listrik. 6. Gangguan hubung singkat akan menimbulkan arus gangguan yang sangat besar yang dapat merusak peralatan seperti generator, motor, kabel, maupun transformator.

5 8 Dua faktor penyebab utama terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik yaitu gangguan dari dalam sistem dan gangguan dari luar sistem (Marsudi, 2006). Faktor luar gangguan yang disebabkan oleh alam, manusia, hewan, tumbuhan yang menyebakan parameter-parameter listrik menjadi abnormal dan bahkan bisa merusak peralatan listrik yang ada. Sedangkan faktor dalam yaitu akibat adanya kerusakan yang terjadi di dalam peralatan sistem tenaga listrik. Berdasarkan sifatnya gangguan pada sistem tenaga listrik dibagi menjadi dua yaitu (Marsudi, 2006) : 1. Gangguan Temporer Gangguan yang bersifat sementara karena dapat hilang dengan sendirinya dengan cara memutuskan bagian yang terganggu sesaat, kemudian menutup balik kembali, baik secara otomatis (autorecloser) maupun secara manual oleh operator. Bila gangguan sementara terjadi berulang-ulang dapat menyebabkan gangguan permanen,yang dapat mengakibatkan kerusakan peralatan. 2. Gangguan Permanen Gangguan bersifat tetap, sehingga untuk membebaskannya perlu tindakan perbaikan atau menghilangkan penyebab gangguan. Untuk mengatasi ganguanganguan sebuah peralatan harus dilengkapi dengan sistem pengaman rele, dimana sistem pengaman ini diharapkan dapat mendeteksi adanya gangguan sesuai dengan fungsi dan daerah pengamannya Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit Fault) Hubung singkat merupakan salah satu gangguan sistem tenaga listrik yang mempunyai karakteristik transient yang harus dapat diatasi oleh peralatan pengaman. Hubung singkat terjadi akibat hubungan penghantar bertegangan atau penghantar tidak bertegangan secara langsung tidak melalui media (resistor/beban) yang semestinya sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal (sangat besar). Gangguan hubung singkat salah satu bagian yang sangat penting dalam analisis suplai daya listrik untuk mengetahui perhitungan arus yang mengalir dalam komponen-komponen penyusun jaringan saat terjadi gangguan. Dalam mencapai keadaan gangguan ini, tidak jarang di berbagai titik pada

6 9 jaringan sengaja dibuat gangguan. Besarnya arus gangguan ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan berapa setting arus yang sebaiknya digunakan untuk proteksi serta rating-rating CB yang diperlukan. Selain itu studi hubung singkat atau studi gangguan bertujuan untuk: 1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubungan singkat tiga phasa 2. Untuk menentukan arus gangguan tak-simetris bagi gangguan satu dan dua fasa ke tanah, gangguan antar phasa dan rangkaian terbuka. 3. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker (CB). 4. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar selama gangguan Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat yang terjadi pada sistem tenaga listrik 3 phasa, yaitu : 1. Hubung singkat tiga phasa simetris : a. Tiga phasa (L L L) b. Tiga phasa ke tanah (3L G) 2. Hubung singkat tidak simetri a. Satu phasa ke tanah (1L G) b. Antar phasa ke tanah (2L G) c. Antar phasa (L L) Ada beberapa asumsi yang perlu diperhatikan dalam analisa gangguan, yaitu : 1. Beban normal, kapasitansi pengisian saluran (line charging capacitance), hubungan shunt diabaikan. 2. Semua tegangan internal sistem mempunyai magnitude dan sudut fasa sama. 3. Biasanya tahanan seri dari saluran transmisi dan trafo diabaikan. 4. Semua trafo dianggap pada posisi tap nominal. 5. Generator, motor direpresentasikan dengan sumber tegangan tetap yang dihubungkan seri : Dengan reaktansi sub-peralihan X d (sistem dalam keadaan sub-peralihan) Atau dengan rektansi peralihan X d (sistem dalam keadaan peralihan) Atau dengan rekatansi sinkron X d (system dalam keadaan steady state)

7 Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa 3 phasa. Gambar 2.2 di bawah ini menunjukkan rangkaian ekivalen hubung singkat Gambar 2.2 Gangguan Tiga Phasa (Sumber : Sulasno,1993) Dari gambar 2.2 tersebut, dapat dilihat bahwa arus maupun tegangan dalam keadaan gangguan tidak mengandung unsur urutan nol atau impedansi netral. Oleh sebab itu, pada hubung singkat tiga phasa sistem pentanahan netral tidak berpengaruh terhadap besarnya arus hubung singkat. dengan demikian : I a = I b = I c.. (2.1) V a V b =0 ; V a V c = 0 dan V b V c = 0 dengan kata lain, V a = V b = V c. (2.2) dengan: Va : tegangan fasa a. Vb : tegangan fasa b. Vc : tegangan fasa c. Persamaan urutan tegangan pada gangguan hubung singkat tiga phasa dapat dicari dengan persamaan:

8 11 V a0 = 3 1 (Va + V b + V c ) = V a. (2.3) V a1 = 3 1 (Va + 2V a + a 2 V a ) = 3 1 (a + a + a 2 )V a = 0... (2.4) Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa ke Tanah ke tanah. Gambar 2.3 berikut merupakan rangkaian ekivalen hubung singkat 3 phasa Gambar 2.3 Gangguan Tiga Phasa ke Tanah (Sumber : Sulasno,1993) Dari gambar 2.3 diatas ditunjukkan bahwa ketiga phasa yaitu phasa a, b, dan c, saling terhubung ke tanah atau terhubung ke netral. Gangguan tiga phasa ke tanah persamaan arus dan tegangannya berlaku (Charles A.Gross,1986): Ia = Ib = Ic (2.5) Ia = I 1 + I 2 + I (2.6) dengan : I 2 = I 0 = 0 sehingga : Ia = Ib = Ic = I (2.7)

9 Gangguan Hubung Singkat Satu Phasa ke Tanah Gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah termasuk gangguan tidak simetri atau seimbang menyebabkan arus-arus tidak seimbang mengalir dalam sistem seperti pada gambar 2.4. Gambar di bawah ini menunjukan rangkaian ekivalen gangguan satu phasa ke tanah. Dimana gangguan phasanya terjadi di phasa a. Gambar 2.4 Gangguan Satu Phasa ke Tanah (Sumber : Sulasno,1993) yaitu: Pada gangguan hubung singkat satu phasa terdapat beberapa persamaan, V a = 0 ; I b = 0 ; I c = 0. (2.8) Dengan persamaan di atas, persamaan untuk mencari arus gangguan pada zero sequence, positive sequence, dan negative sequence, yaitu : I a0 = 3 1 (Ia + I b + I c ) = 3 1 Ia (2.9) I a1 = 3 1 ( Ia + ai b + a 2 I c ) = 3 1 Ia.. (2.10) I a2 = 3 1 (Ia + a 2 I b + ai c ) = 3 1 Ia (2.11)

10 13 Dari persamaan di atas diperoleh : I a0 = I a1 = I a2 = 3 1 Ia.. (2.12) Gambar 2.5 merupakan rangkaian ekivalen urutan untuk gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah. Gambar 2.5 Rangkaian Ekivalen Urutan Gangguan Hubung Singkat Satu Phasa ke Tanah (Sumber : Sulasno,1993) Dari gambar 2.5 di atas, arus gangguan satu phasa ke tanah dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah ini: I a0 = I a1 = I a2 = E a (2.13) I a = 3I a1 = 0 3E a 1 2 (2.14) Gangguan Hubung Singkat Dua Phasa Pada umumnya, gangguan hubung singkat dua phasa ke tanah pada sistem transmisi maupun sistem distribusi terjadi saat dua konduktor saling terhubung singkat. Pada gambar 2.6 ditunjukkan gangguan hubung singkat line to line antara phasa b dan phasa c.

11 14 Gambar 2.6 Gangguan Hubung Singkat Dua Phasa (Sumber : Sulasno,1993) Dari gambar 2.6 diperoleh hubungan seperti persamaan di bawah ini: V b = V c ; I b = -I c ; I a = 0.. (2.15) Sedangkan persamaan pada komponen simetris tegangannya dapat diperoleh dengan persamaan seperti di bawah ini: V a0 = 3 1 (Va + V b + V c ) = 3 1 (Va + 2V b ) (2.16) V a1 = 3 1 (Va + a 2 V b + av c ) = 3 1 (Va + (a+a 2 )V b ) (2.17) V a2 = 3 1 (Va + a 2 V b + av c ) = 3 1 (Va + (a 2 + a)v b ). (2.18) Dari persamaan (2.17) dan (2.18) diatas didapat hubungan bahwa : V a1 = V a2.. (2.19) Sedangkan persamaan untuk komponen arusnya diperoleh menggunakan persamaan: I a0 = 3 1 (Ia + I b + I c ) = 0... (2.20)

12 15 I a1 = 3 1 (Ia + a(-i c + a 2 I c )) = 3 1 (a 2 a)i c (2.21) I a2 = 3 1 ((Ia + a 2 ) I c + ai c ) = 3 1 (a-a 2 )I c (2.22) Dari persamaan (2.21) dan (2.22) diatas didapat hubungan bahwa: I a1 = -I a2 (2.23) Pada gambar 2.7, ditunjukkan rangkaian ekivalen urutan gangguan hubung singkat dua phasa. Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen Urutan Gangguan Hubung Singkat Dua Phasa (Sumber : Sulasno,1993) Dari gambar 2.7 diperoleh persamaan: I a0 = 0. (2.24) I a1 = E a (2.25) I a2 = E a (2.26) 1 2 Sehingga I a1 = - I a2 = (a 2 a) = E a.. (2.27) 1 2

13 Gangguan Hubung Singkat Dua Phasa ke Tanah Pada umunya, gangguan hubung singkat dua phasa ke tanah pada sistem transmisi terjadi saat dua penghantar mengalami gangguan dan terhubung ke tanah atau dua penghantar terhubung ke netral dari sistem pentanahan tiga phasa. Gambar 2.8 Rangkaian Jaringan Gangguan Dua Fasa ke Tanah (Sumber : Sulasno,1993) Pada gambar 2.8 ditunjukkan gambaran gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah secara umum, dimana gangguan yang terjadi antar phasa b dan phasa c ke tanah. Jika gangguan hubung singkat dua fasa seperti gambar 2.8, maka arus dan tegangan pada sistem dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah ini: E b = E c = 0 dan I a = 0.. (2.28) Dengan demikian : I a1 = E a 2 x 1 x (2.29) I a2 = I a0 = xea xea (2.30). (2.31)

14 Sistem Proteksi Tenaga Listrik Dalam penyaluran energi listrik suatu sistem tenaga listrik tidak dapat lepas dari gangguan. Gangguan tersebut jika tidak diatasi dapat membahayakan sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Untuk menghindari hal tersebut dalam sistem tenaga listrik diperlukan sistem proteksi yang dapat meminimalisasi efek dari gangguan tersebut. Fungsi dari sistem proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian sistem yang terganggu dari bagian lain yang masih normal (tidak terganggu) serta sekaligus mengamankan bagian yang masih normal tersebut dari kerusakan (Tobing, 2003). Dalam mengamankan sistem dari gangguan sistem proteksi harus dapat mengidentifikasi dan memisahkan bagian yang terganggu secepat mungkin (Arismunandar, 2004). Sistem proteksi suatu peralatan karena berbagai macam faktor dapat mengalami kegagalan operasi (gagal kerja). Berdasarkan hal-hal tersebut maka suatu sistem proteksi dapat dibagi dalam dua kelompok berdasarkan fungsinya (Stevenson 1994), yaitu : 1. Pengaman Utama Pengaman utama merupakan pengaman yang paling berperan didaerah pengamanan atau daerah yang dilindungi dan sebagai pengaman utama jika terjadi gangguan. Pengaman utama bekerja lebih selektif serta lebih cepat mengisolasi bagian sistem yang diamankan dari gangguan yang terjadi. 2. Pengaman Cadangan Pengaman cadangan (back-up) merupakan pengaman cadangan pada batas tertentu bekerjanya lebih lambat dari pengaman utama. Maksudnya adalah pengaman ini bekerja jika pengaman utama gagal operasi. Pada dasarnya sistem proteksi cadangan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu : 1. Sistem pengaman cadangan lokal (local back up protection system) Pengaman cadangan lokal adalah pengamanan yang dicadangkan bekerja bilamana pengaman utama yang sama gagal bekerja. Contohnya : penggunaan OCR atau GFR.

15 18 2. Sistem pengaman cadangan jarak jauh (remote back up protection system) Pengaman cadangan jarak jauh adalah pengamanan yang dicadangkan bekerja bilamana pengaman utama di tempat lain gagal bekerja Pengaman cadangan lokal dan jarak jauh diusahakan koordinasi waktunya dengan pengaman utama di tempat berikutnya. Koordinasi waktu dibuat sedemikian hingga pengaman cadangan dari jauh bekerja lebih dahulu dari pengaman cadangan lokal (Jemjem dan Syofvi, 2006). Dalam Jaringan SUTT/ SUTET rele jarak digunakaan sebagai pengaman utama sedangkan rele arus lebih (OCR) dan rele gangguan ke tanah (GFR) digunakan sebagai cadangan local (local backup protection) (Sugiartho dkk, 2007) Daerah Pengaman ( Protective one ) Suatu bagian dari sistem daya ( generator, transformator, jaringan transmisi, busbar, dst ) dilindungi oleh suatu skema proteksi tertentu yang disebut zone pengaman. Keseluruhan sistem daya dicakup oleh beberapa zone pengaman dan tidak ada bagian sistem yang tidak diamankan. Setiap zone mencakup satu atau dua komponen sistem daya. one yang berdekatan saling overlap, sehingga tidak ada daerah yang dibiarkan tidak terlindungi (dead spot). Batas zone pengaman ditentukan oleh lokasi trafo arus. one pengaman dapat dibagi atas 2 sistem : 1. Sistem unit adalah suatu sistem dimana zone dapat ditentukan secara pasti. Pengaman hanya bereaksi terhadap gangguan di dalam zone yang dilindunginya, dan tidak bereaksi terhadap gangguan lewat ( gangguan diluar zone pengamannya ) 2. Non sistem unit seperti pengaman gangguan hubung singkat tidak mempunyai batas yang pasti. Setiap zone mempunyai skema pengaman tertentu dan setiap skema pengaman mempunyai sistem pengaman.

16 Gambar 2.9 one Pengaman Batas zone pengaman ditentukan oleh lokasi CT Pemutus tenaga ( PMT ) 1. one pengaman generator 2. one pengaman generator trafo unit 3. one pengaman busbar 4. one pengaman jaringan transmisi Rele Pengaman Rele pengaman merupakan susunan atau rangkaian, baik elektronik maupun magnetik yang mampu merespon terhadap adanya suatu gangguan atau kesalahan dalam sistem tenaga listrik dan secara otomatis memutuskan hubungan peralatan yang terganggu atau memberikan sinyal atau perintah untuk membuka pemutus tenaga (circuit breaker) agar bagian yang terganggu dapat dipisahkan dari sistem yang normal. Rele proteksi dirancang untuk memutuskan jika terjadi hubung singkat yang dapat mengakibatkan gangguan besar terhadap operasi sistem yang normal (kerusakan peralatan, drop tegangan dan lain-lain), untuk itu semua rele proteksi dirancang untuk memutuskan elemen sistem yang mengalami gangguan (Pansini, 2005) Rele juga di desain untuk memberikan sinyal apabila terjadi overload atau hubung singkat yang tidak terlalu membahayakan elemen sistem yang tergangu maupun sistem secara keseluruhan, sehingga mencegah pemutusan suplai tenaga listrik kepada konsumen. Karakteristik operasi dari suatu rele tergantung pada

17 20 besaran-besaran yang diberikan padanya, misalnya arus atau tegangan atau berbagai kombinasi dari kedua besaran ini dan juga dengan cara bagaimana rele tersebut di desain untuk memberi respon terhadap informasi-informasi ini Prinsip Dasar Rele Rele pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga elemen fundamental seperti yang ditunjukan pada gambar 2.10 yaitu ( Dukelsky, Titarenko, 1987 ) : a. Elemen perasa, mengukur adanya perubahan besaran listrik, misalnya perubahan arus atau tegangan pada sistem. b. Elemen pembanding, bertugas membandingkan besaran yang terukur dengan besaran yang telah diset sebelumnya. c. Elemen pengontrol, merupakan sinyal atau mengontrol rangkaian lain, misalnya membuat sakelar suatu rangkaian tertutup. Berikut ini akan ditinjau bentuk yang paling sederhana dari suatu rele arus elektromagnetik yang disiapkan untuk merespon magnitudo arus yang mengalir dalam rangkaian yang dikontrol. I Sensing Element Comparison Element Control Element To trip or signal Gambar 2.10 Elemen Dasar Rele (Sumber : Dukelsky, Titarenko, 1987) Dalam rangkaian listrik terdiri dari tiga elemen, arus I adalah arus yang diserap rele dan sumber DC adalah sumber untuk rangkaian pen - trip. Besar arus ini dibatasi sampai harga tertentu, dan apabila melewati harga yang ditentukan maka jaringan akan diputus oleh circuit breaker ( CB ) atau dikirim sinyal impuls kepada alarm, atau menunjukan telah mengalir arus yang besar dalam rangkaian. Agar operasi rangkaian diatas berlangsung demikian, suatu peralatan khusus yang disebut rele harus dilibatkan dalam rangkaian.

18 Rele Arus Lebih (Over Current Relay) Rele arus lebih adalah suatu rele yang bekerja hanya berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai tertentu yang melewatinya (Dukelsky, Titarenko, 1987). Selain mengamankan peralatan terhadap naiknya arus, rele pengaman ini harus juga dapat bekerja pada jangka waktu yang telah ditentukan sehingga pengaturan waktu dapat dikaitkan dengan masalah koordinasi pengaman. Berdasarkan karakteristiknya, rele arus lebih ( over current relay ) ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Rele arus lebih seketika ( Instantaneous ) 2. Rele arus lebih waktu tertentu ( Definite Time ) 3. Rele arus lebih waktu terbalik ( Inverse Time ) Rele Arus Lebih Seketika (Instantaneous relay) Rele arus lebih yang mempunyai karakteristik waktu kerja seketika ialah jenis rele arus lebih dimana jangka waktu rele mulai saat rele arusnya pick up sampai selesainya kerja rele sangat singkat berkisar antara 20 sampai 100 milli second yaitu tanpa penundaan waktu. CB TC - + t CT Ir R I op I I beban Gambar 2.11 Rangkaian Sederhana Rele Arus Lebih Seketika Dan Karakteristiknya Keterangan gambar :

19 22 CB = Circuit Breaker ( Pemutus ) TC = Tripping Coil ( kumparan pemutus ) R = Rele arus lebih CT = Current Transformer ( trafo arus ) I = Arus beban I r = Arus yang mengalir pada kumparan sekunder trafo arus + = Polaritas positif sumber DC - = Polaritas negatif sumber DC t = Besaran waktu I op = Arus operasi rele mulai bekerja ( Operating Current ) Rele Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay) Rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu ialah jenis rele arus lebih dimana jangka waktu mulai rele arus pick up sampai selesainya kerja rele diperpanjang dengan nilai tertentu dan tidak hanya tergantung dari besarnya arus yang menggerakan. CB TC t - + Ir R T I op I CT - I beban Gambar 2.12 Rangkaian Sederhana Rele Arus Lebih Waktu Tertentu dan Karakteristiknya

20 Rele Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Time relay) Rele dengan karakteristik waktu terbalik ialah jenis rele arus lebih dimana jangka waktu mulai rele arus pick up sampai selesainya kerja rele mempunyai sifat waktu terbalik untuk nilai arus yang kecil setelah rele pick up dan kemudian mempunyai sifat waktu tertentu untuk nilai arus yang lebih besar. Bentuk perbandingan terbalik dari waktu arus ini sangat bermacam macam, akan tetapi dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Berbanding terbalik ( inverse = i ) 2. Sangat berbanding terbalik ( very inverse = vi ) 3. Sangat berbanding terbalik sekali ( extremely inverse = ei ) CB TC t - + i CT Ir R T vi ei I I beban Gambar 2.13 Rangkaian Sederhana Rele Arus Lebih Waktu Terbalik dan Karakteristiknya Prinsip Dasar Perhitungan Setting Rele Arus Lebih Nilai K d untuk rele arus lebih dengan karakteristik waktu arus tertentu mempunyai nilai 0,7 0,9, sedangkan karakteristik waktu terbalik mempunyai nilai 1,0. Maka dengan memperhatikan dua faktor tersebut diatas, kaidah penyetelan rele arus lebih adalah sebagai berikut (PT. PLN, 2006 ): a. Rele arus lebih tidak boleh bekerja pada keadaan beban maksimum. Dalam beberapa hal, arus nominal pada trafo arus ( CT ) merupakan arus maksimumnya, sehingga penyetelan arusnya adalah :

21 24 I set dimana : I set K fk Inom... ( 2.32 ) K d = Setelan arus K fk = Faktor keamanan, mempunyai nilai 1,1-1,2 K d I nom = Faktor arus kembali = Arus maksimum yang diijinkan untuk peralatan yang diamankan. b. Pada zone pengaman rele arus dapat mencapai paling sedikit adalah ujung dari seksi berikutnya pada arus gangguan yang minimum (jumlah pembangkit yang beroperasi minimum ) atau arus gangguan minimum dapat diambil arus gangguan dua phase Rele Gangguan ke Tanah (Ground Fault Relay) Rele gangguan tanah adalah suatu rele yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai setting pengaman tertentu dan dalam jangka waktu tertentu bekerja apabila terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah. Prinsip kerja GFR sama dengan OCR, yang membedakan hanyalah pada fungsi dan elemen sensor arus. OCR biasanya memiliki 2 atau 3 sensor arus (untuk 2 atau 3 fasa) sedangkan GFR hanya memiliki satu sensor arus (satu fasa). Gangguan satu phasa ke tanah sangat tergantung pada jenis pentanahan dan sistemnya. Gangguan satu fasa umumnya bukan merupakan hubung singkat secara metalik tetapi melalui tahanan gangguan, sehingga arus gangguannya yang sudah dibatasi, dengan adanya tahanan gangguan menjadi semakin kecil. Dengan demikian rele gangguan antar phasa tersebut tidak dapat berfungsi. Untuk menghitung penyetelan arusnya adalah (PT. PLN, 2006) :.. (2.33)

22 25 Dimana : = Setelan arus gangguan satu phasa ke tanah = Nilai arus nominal terkecil peralatan yang diamankan Prinsip Dasar Perhitungan Penyetelan Waktu OCR dan GFR Penyetelan arus (I s ) pada rele arus lebih pada umumnya didasarkan pada penyetelan batas minimumnya, dengan demikian adanya gangguan hubung singkat dibeberapa seksi berikutnya, rele arus akan bekerja. Untuk mendapatkan pengamanan yang selektif, maka penyetelan waktunya dibuat secara bertingkat. Syarat untuk mensetting waktu tunda ( t d / Time dial atau TMS/ Time Multiple Setting) dari rele arus lebih terbalik, harus diketahui data sebagai berikut (PT.PLN, 2006): a) Besarnya arus hubung singkat pada setiap seksi ( I ). b) Penyetelan / setting arusnya ( I s ). c) Kurva karakteristik rele yang dipakai. Maka time multiple setting ( tms ) dapat dicari dengan persamaan : ( ) ( 2.34 ) dengan : I f adalah arus gangguan hubung singkat t adalah waktu kerja rele yang dikehendaki. Untuk menentukan waktu tunda pada rele OCR pengaman saluran transmisi nilai t ditetapkan dengan nilai 1.2 (PT.PLN, 2006). Setelah mendapatkan time multiple setting ( tms ) maka selanjutnya mencari nilai waktu aktual rele terhadap gangguan dapat dicari dengan persamaan:

23 26 (2.35) ( ) dimana : I f = arus gangguan yang terjadi untuk reley OCR menggunakan nilai arus gangguan terbesar yang terjadi sedangkan rele GFR menggunakan nilai arus gangguan terkecil yang terjadi. I sett = nilai setting reley OCR dan GFR. tms = time multiple setting yang telah didapatkan dari perhitungan sebelumnya. Sementara untuk nilai koefisien α, β dan σ tergantung dengan jenis karakteristik rele arus lebih waktu terbalik yang digunakan, pada tugas akhir ini digunakan karakteristik rele standard inverse. Nilai koefisien untuk karakteristik rele lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Konstanta Perhitungan Waktu Tunda Reley Arus Lebih Waktu Terbalik Type α β σ Standar inverse 0,14 0,02 1 Very inverse 13,5 1 1 extreemely inverse Sumber : PT. PLN 2005c Penerapan Program ETAP PowerStation dalam Analisa Hubung Singkat ETAP (Electrical Transient Analysis Program) PowerStation adalah software untuk power system yang bekerja berdasarkan plant (project). ETAP PowerStation dapat melakukan penggambaran single line diagram secara grafis, dimana setiap plant harus menyediakan modeling peralatan dan alat-alat pendukung yang berhubungan dengan analisa yang akan dilakukan, misalnya

24 27 generator, data motor, data kabel, dan lain-lain. ETAP PowerStation dapat melakukan penggambaran single line diagram secara grafis dan mengadakan beberapa analisa/studi yakni Short Circuit (hubung singkat), Load Flow (aliran daya), motor starting, harmonisa, transient stability, protective device coordination, dan cable derating. ETAP PowerStation juga menyediakan fasilitas Library yang akan mempermudah desain suatu sistem kelistrikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja dengan ETAP PowerStation adalah: 1. One Line Diagram, menunjukkan hubungan antar komponen atau peralatan listrik sehingga membentuk suatu sistem kelistrikan. 2. Library, informasi mengenai semua peralatan yang akan dipakai dalam sistem kelistrikan. Data elektris meupun mekanis dari peralatan yang detail atau lengkap dapat mempermudah dan memperbaiki hasil simulasi atau analisa. 3. Standar yang dipakai, biasanya mengacu pada standar IEC dan ANSI, frekuensi sistem dan metode-metode yang dipakai. 4. Study Case, berisikan parameter-parameter yang berhubungan dengan metode studi yang akan dilakukan dan format hasil analisa. Kelengkapan data dari setiap elemen atau peralatan listrik pada sistem yang akan dianalisa akan sangat membantu hasil simulasi atau analisa dapat mendapatkan hasil yang akurat dan mendekati operasional sebenarnya. Untuk studi hubung singkat, data-data yang harus dimasukkan antara lain data bus, data saluran, data pembangkit (generator), dan data beban. Untuk memulai short circuit analysis maka single line diagram (SLD) sistem tenaga listrik digambarkan terlebih dahulu, sesuai dengan kondisi sistem yang akan dianalisa. Contoh SLD dapat dilihat pada gambar 2.16 berikut.

25 28 Gambar 2.14 Single Line Diagram Sistem Tenaga Listrik dengan Program Etap Powerstation Data untuk Short Circuit Analysis Data-data yang diinputkan dalam program ETAP PowerStation untuk menganalisa hubung singkatnya antara lain data kapasitas pembangkit, data impedansi dan panjang saluran, data bus dan data beban pada masing-masing bus. Gambar 2.15 Tampilan Input Data Impedansi Saluran

26 29 Gambar 2.16 Tampilan Input Data Bus Gambar 2.17 Tampilan Input Data Kapasitas Pembangkit Gambar 2.18 Tampilan Input Data Beban

27 Memberi Gangguan Pada Bus Untuk dapat melakukan analisis hubung singkat ini maka pada bus yang dianalisa harus diberi gangguan dengan cara mengklik kanan pada bus yang diinginkan adanya gangguan, kemudian pilih option fault, jika ingin mengembalikan seperti semula pilih option don t fault. gangguan normalisasi Gambar 2.19 Page Gangguan pada Bus Toolbar Short Circuit Analysis Sidebar analisa hubung singkat dapat dimunculkan dengan mengklik tombol Toolbar Short Circuit Analysis untuk memunculkan sidebar short circuit analysis. Short Circuit Analysis Gambar 2.20 Toolbar Short Circuit Analysis berikut: Adapun penjelasan dari sidebar short circuit analysis adalah sebagai

28 31 3-Phase Fault Device Duty : untuk menganalisa gangguan 3 phasa sesuai dengan sistem. 3-Phase Fault 30 Cycle Network : untuk menganalisa gangguan3 phasa pada sistem dengan waktu 30 cycle. LG, LL, LLG & 3-Phasa Faults - ½ Cycle : untuk menganalisa gangguan satu phasa ke tanah, antar phasa, dua phasa dan 3 phasa selama ½ cycle. LG, LL, LLG & 3-Phasa Faults 1.5 to 4 Cycle : untuk menganalisa gangguan satu phasa ke tanah, antar phasa, dua phasa ke tanah dan 3 phasa antara 1,5 sampai 4 cycle. LG, LL, LLG & 3-Phasa Faults 30 Cycle : untuk menganalisa gangguan satu phasa ke tanah, antar phasa, dua phasa ke tanah dan 3 phasa selama 30 Cycle. Save Fault ka for PowerPlot : untuk studi lebih lanjut dengan program powerplot yang berhubungan dengan koordinasi. Short circuit Display Option : untuk mengatur hasil short circuit yang ditampilkan sesuai dengan peralatan operasi. Short circuit Report Manager : untuk menampilkan hasil short circuit Running Short Circuit Analysis Setelah bus diberi gangguan maka short circuit analysis dapat segera dilakukan. Langkah running short circuit adalah mengklik tombol short circuit analysis pada toolbar, setelah muncul sidebar berbagai macam gangguan hubung singkat dapat dipilih. Untuk gangguan 3 phasa simetris dapat mengklik tombol 3- Phase Fault Device Duty.

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN I Putu Dimas Darma Laksana 1, I Gede Dyana Arjana 2, Cok Gede Indra Partha 3 1,2,3

Lebih terperinci

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH I K.Windu Iswara 1, G. Dyana Arjana 2, W. Arta Wijaya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik 2.1.1 Jenis Gangguan Jenis gangguan utama dalam saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung

Lebih terperinci

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 PENGERTIAN GANGGUAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN Gangguan adalah suatu ketidaknormalan (interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian mengenai pengaman yang terdapat pada busbar 150 kv telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan pengaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Koordinasi Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman 2.1.1 Pengertian Pengaman Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik seperti generator,

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Erwin Dermawan 1, Dimas Nugroho 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia   Abstrak Makalah Seminar Kerja Praktek PRINSIP KERJA DAN DASAR RELE ARUS LEBIH PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATURAN BEBAN REGION JAWA TENGAH DAN DIY Fa ano Hia. 1, Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current Relay) dan Recloser yang dipasang pada gardu induk atau

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Godean Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari peralatannya, Gardu Induk ini merupakan gardu induk pasangan luar, gardu induk godean memiliki

Lebih terperinci

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK Simulasi Over Current Relay (OCR) Menggunakan Karateristik Standar Invers. Selamat Meliala SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH 3.1 KOMPONEN KOMPONEN SIMETRIS Tiga fasor tak seimbang dari sistem fasa tiga dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang

Lebih terperinci

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB) 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi terhadap tenaga listrik ialah sistem pengamanan yang dilakukan ternadap peralatan-peralatan listrik, yang terpasang pada sistem tenaga listrik.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian skripsi ini antara lain adalah: 1. Studi literatur, yaitu cara menelaah, menggali, serta mengkaji teoremateorema

Lebih terperinci

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Fitrizawati 1, Siswanto Nurhadiyono 2, Nur Efendi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Pengembangan sistem proteksi dalam jaringan distribusi dan transmisi sangat diperlukan untuk mengamankan kerja sistem dan peralatan-peralatan pada sistem pembangkitan.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAK ii iii iv v vi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proteksi tenaga listrik Yang dimaksud dengan proteksi terhadap tenaga Iistrik ialah sistem pengamanan yang diiakukan ternadap peralatan-peralatan listrik, yang terpasang pada

Lebih terperinci

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe

Lebih terperinci

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41 Jurnal ELTEK, Vol 12 Nomor 01, April 2014 ISSN 1693-4024 KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM 1000+ SERI M41 Heri Sungkowo 1 Abstrak SEPAM (System Electronic Protection Automation Measurement)1000+

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu mengenai Analisis Hubung Singkat Pada Penyulang Bangli

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH UPRATING SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 kv TERHADAP SETTING RELE JARAK ANTARA GI KAPAL GI PADANG SAMBIAN GI PESANGGARAN

STUDI PENGARUH UPRATING SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 kv TERHADAP SETTING RELE JARAK ANTARA GI KAPAL GI PADANG SAMBIAN GI PESANGGARAN STUDI PENGARUH UPRATING SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 kv TERHADAP SETTING RELE JARAK ANTARA GI KAPAL GI PADANG SAMBIAN GI PESANGGARAN Supriana S.K. 1, Dyana Arjana, I.G. 2, Amrita, A.A.N. 3 1,2,3

Lebih terperinci

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.1 Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR PERSAMAAN... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Teori Umum Proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik. Tujuan utama dari suatu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI Oleh ADRIAL MARDENSYAH 04 03 03 004 7 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 3.1 RELE JARAK Pada proteksi saluran udara tegangan tinggi, rele jarak digunakan sebagai pengaman utama sekaligus sebagai pengaman cadangan untuk

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gangguan-Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik sangat beragam besaran dan jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci :

ABSTRAK Kata Kunci : ABSTRAK Transformator 3 pada GI Pesanggaran mendapat penambahan 4 blok pembangkit dengan daya maksimum sebesar 60 MW daya dari keempat blok pembangkit tersebut digunakan untuk mensuplai beban penyulang

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Induk Gardu induk adalah sub sistem dari sistem penyaluran (tranmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran, gardu induk memiliki peran yang

Lebih terperinci

14 Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus Z 2eq = Impedansi eqivalen urutan negatif

14 Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus Z 2eq = Impedansi eqivalen urutan negatif Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus 2017 13 Studi Analisis Kapasitas Pengaman Kopel dalam Mensuplai Daya di Bandara Internasional Ngurah Rai Saat Hilangnya Suplai Daya Dari Gayatri atau Bandara

Lebih terperinci

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00)

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00) JURNAL MEDIA TEKNIK VOL. 8, NO.3: 2011 KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00) KASMIR Staf Pengajar Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal 4.1. Data yang Diperoleh BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah dikumpulkan untuk menunjang dilakukannya perbaikan koordinasi

Lebih terperinci

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 46 ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) I Gusti Putu Arka, Nyoman Mudiana, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Dasar Sistem Proteksi Suatu sistem tenaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan

Lebih terperinci

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b. DAFTAR ISI JUDUL SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PERSYARATAN GELAR... iv LEMBAR PENGESAHAN... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x

Lebih terperinci

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam 6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di kabupaten Bantul provinsi Yogyakarta, tepatnya di PT PLN (persero) APJ (Area Pelayanan Jaringan)

Lebih terperinci

Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv

Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 50 kv Anharul Azmi, Eddy Hamdani Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya Km 2,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah berupa Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam operasi pelayanan penyediaan energi listrik khususnya di GI Bungaran, sistem tenaga listrik dapat mengalami berbagai macam gangguan, misal gangguan dari hubung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Gangguan pada sistem tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan demi kontinuitas berjalannya sistem tenaga listrik. Gangguan yang terjadi bisa diakibatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN v HALAMAN MOTTO vi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya Oleh : Duta Satria Yusmiharga 2208 100 162 Dosen Pembimbing : 1. Prof.Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc.,Ph.D

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai koordinasi setting Rele saat ini telah banyak di lakukan. Beberapa penelitian yang telah di lakukan sebelumnya

Lebih terperinci

STUDI SETTINGAN DISTANCE RELAY PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV DI GI PAYAKUMBUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

STUDI SETTINGAN DISTANCE RELAY PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV DI GI PAYAKUMBUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB STUDI SETTINGAN DISTANCE RELAY PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV DI GI PAYAKUMBUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB Sepannur Bandri Fakultas Teknologi industry, Institut Teknologi Padang e-mail: sepannurbandria@yahoo.com

Lebih terperinci

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa 1 Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa Filia Majesty Posundu, Lily S. Patras, ST., MT., Ir. Fielman Lisi, MT., dan Maickel Tuegeh, ST., MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK Makalah Seminar Kerja Praktek KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK Oktarico Susilatama PP 1, Ir. Agung Warsito, DHET 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Tujuan Melakukan analisis terhadap sistem pengaman tenaga listrik di PT.PLN (PERSERO) Melakukan evaluasi

Lebih terperinci

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih ANALSS KOORDNAS RELE ARUS LEBH DAN PENUTUP BALK OTOMATS (RECLOSER) PADA PENYULANG JUNREJO kv GARDU NDUK SENGKALNG AKBAT GANGGUAN ARUS HUBUNG SNGKAT Mega Firdausi N¹, Hery Purnomo, r., M.T.², Teguh Utomo,

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi / pengaman suatu tenaga listrik yang membentuk suatu pola pengaman tidaklah hanya rele pengaman saja tetapi juga Trafo Arus (Current Transformer)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

Lebih terperinci

PEMASANGAN DGR ( DIRECTIONAL GROUND RELE

PEMASANGAN DGR ( DIRECTIONAL GROUND RELE UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. berjudul PEMASANGAN DGR (DIRECTIONAL GROUND RELE) UNTUK

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Proteksi Panel Tegangan Menegah Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Muktahir Banyak penelitian yang membahas masalah tentang gangguan pada system distribusi tenaga listrik yang merupakan gangguan hubung singkat yang akan menimbulkan arus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT

BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT 13 BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT 2.1. Pendahuluan Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari pembangkit, gardu induk, jaringan transmisi dan distribusi. Berdasarkan konfigurasi jaringan,

Lebih terperinci

Pertemuan ke :2 Bab. II

Pertemuan ke :2 Bab. II Pertemuan ke :2 Bab. II Pokok bahasan : Proteksi dengan menggunakan relay Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mengetahui macam-macam relay, fungsi dari relay, prinsip kerja, karakteristik relay dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Induk Gardu Induk (GI) adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang kebutuhan listrik konsumen maupun sebagai pengatur pelayanan tenaga listrik yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai rele jarak saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait rele

Lebih terperinci

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Eka Setya Laksana Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi dapat berfungsi melokalisir gangguan dan mengamankan peralatan instalasi terhadap gangguan. Ini berarti apabila terjadi gangguan di suatu bagian

Lebih terperinci

BAB III. 1) Perhitungan aliran daya yang masuk dan keluar dari satu bus penyulang (feeder bus) untuk mengetahui arus beban maksimum

BAB III. 1) Perhitungan aliran daya yang masuk dan keluar dari satu bus penyulang (feeder bus) untuk mengetahui arus beban maksimum 55 BAB III SKEMA DAN SIMULASI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN RELE GANGGUAN TANAH SEBAGAI PENGAMAN MOTOR INDUKSI, KABEL DAN TRAFO PADA PLANT XI DI PT INDOCEMENT 3.1 Umum Dalam simulasi koordinasi rele arus

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU 36 BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU 4.1 DIAGRAM GARIS TUNGGAL GITET 5 KV MUARA TAWAR Unit Pembangkitan Muara Tawar adalah sebuah Pembangkit

Lebih terperinci

ANALISIS SETTING RELE OGS SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TRANSFORMATOR 3 UNTUK MENJAGA KONTINYUITAS ALIRAN DAYA DI GARDU INDUK PESANGGARAN

ANALISIS SETTING RELE OGS SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TRANSFORMATOR 3 UNTUK MENJAGA KONTINYUITAS ALIRAN DAYA DI GARDU INDUK PESANGGARAN E-Journal SPEKTRUM Vol. 4, No. 2 Desember 2017 ANALISIS SETTING RELE OGS SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TRANSFORMATOR 3 UNTUK MENJAGA KONTINYUITAS ALIRAN DAYA DI GARDU INDUK PESANGGARAN I Wayan Alit Wigunawan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Gangguan Jenis gangguan utama dalam saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung singkat ini terjadi sebagai akibat dari tembusnya bahan

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok Yusuf Ismail Nakhoda, Awan Uji Krismanto, dan Maskur Usmanto Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI 3.1 Pola Proteksi Gardu Induk Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama

Lebih terperinci

EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR

EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR Edo Trionovendri (1), Ir. Cahayahati, M.T (2), Ir. Ija Darmana, M.T (3) (1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port PROCEEDING TUGAS AKHIR, (2014) 1-6 1 Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port Adam Anas Makruf, Margo Pujiantara 1), Feby Agung Pamuji 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk BAB IV ANALISA DATA 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) ETAP merupakan program analisa grafik transient kelistrikan yang dapat dijalankan dengan menggunakan program Microsoft Windows 2000,

Lebih terperinci

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.0 Diajukan oleh: FAJAR WIDIANTO D 400 100 060 JURUSAN

Lebih terperinci

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw Nama : Frandy Istiadi NRP : 2209 106 089 Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi dalam melindungi peralatan listrik yang digunakan diharapkan dapat menghindarkan peralatan dari kerusakan atau meminimalkan kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Dasar Sistem Proteksi Suatu sistem t`enaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gardu Distribusi Gardu distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik yang terdiri dari instalasi PHB-TM (Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah), TD (Transformator Distribusi),

Lebih terperinci

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA Presentasi Sidang Tugas Akhir (Gasal 2013/2014) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Umum Secara umum pengertian sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau membatasi kerusakan peralatan tehadap gangguan, sehingga kelangsungan penyaluran tenaga listrik dapat

Lebih terperinci

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati, Analisa Arus... ISSN : 2502 3624 Analisa Arus Lebih Dan Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRACT...

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRACT... ABSTRAK Gangguan hubung singkat yang terjadi pada sistem tenaga listrik dapat mengakibatkan terputusnya penyaluran tenaga listrik kepada konsumen. Gangguan tersebut bisa disebabkan dari gangguan internal

Lebih terperinci