BAB II KONSEP DIRI DAN PRESTASI BELAJAR. keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai diri sendiri. 1 Dalam buku

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONSEP DIRI DAN PRESTASI BELAJAR. keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai diri sendiri. 1 Dalam buku"

Transkripsi

1 BAB II KONSEP DIRI DAN PRESTASI BELAJAR A. Teori Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Slameto mengungkapkan bahwa konsep diri adalah persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai diri sendiri. 1 Dalam buku Psikologi Kepribadian, Alwisol menggambarkan konsep diri merupakan suatu pandangan diri dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal. 2 Diri merupakan suatu keseluruhan, terdiri atas persepsi diriseseorang (seberapa menariknya saya, seberapa naik saya bergaul dengan orang lain) dan nilai-nilai yang kita letakkan pada persepsi tersebut (baik atau buruk, berharga atau tidak berharga). 3 Menurut Burns, dalam kutipan Pudjijogyantimenyatakan, bahwa konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. 4 Sementara itu, Cawagas dalam Psikologi Perkembangan Peserta Didikmenjelaskan, bahwa konsep diri mencangkup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, 1 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm Alwisol, Psikologi Kepribadian, Cet. Ke-6 (Malang: UMM, 2007), hlm Laura A. King, Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif, terjemahan Brian Marwersdy, Buku 2 (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm Clara R. Pudjijogyanti, Konsep Diri dalam Pendidikan (Jakarta: CR. Arcan 1993), hlm

2 22 kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya. 5 Menurut Carl Rogers salah satu tokoh dalam perkembangan psikologi humanistik yang dikutip oleh Howard S. Friedman dan Miriam W. Schustack dalam buku Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modernberpandangan bahwa konsep diri merupakan keseluruhan persepsi dan penilaian individu mengenai kemampuan, perilaku dan kepribadiannya. Menurut Rogers, orang yang sehat secara psikologis adalah mereka yang memiliki konsep diri luas yang mampu memahami dan menerima berbagai perasaan dan pengalaman. 6 Seifert dan Hoffnung dalam Psikologi Perkembangan Peserta Didik mendefinisikan konsep diri sebagai suatu pemahaman tentang mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Atwater dalam Psikologi Perkembangan Peserta Didik menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Konsep diri terdiri atas tiga bentuk. Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan 5 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm Howard S. Friedman dan Miriam W. Schustack, Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern, alih bahasa Fransiska Dian Ikarani, Maria Hany, dan Andreas Privita Prima, Edisi Ketiga, Jilid I (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 343.

3 23 seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya. 7 Di dalam Kamus Psikologi mendefinisikan bahwa konsep diri adalah konsep seseorang tentang dirinya sendiri dengan sebuah deskripsi yang menyeluruh dan mendalam yang bisa diberikannya seoptimal mungkin. 8 Dalam teori psikoanalisis, proses perkembangan konsep diri disebut proses pembentukan ego (the process of ego formation). Menurut aliran ini, yang sehat adalah ego yang dapat mengontrol dan mengarahkan kebutuhan primitif (dorongan libido) supaya setara dengan dorongan dari super ego serta tuntutan lingkungan. 9 Berdasarkan pada beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang, pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan Desmita, Op. Cit., hlm Arthur S. Reber dan Emily, Kamus Psikologi, edisi Terjemahan oleh Yudi Santoso (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm Djaali, PsikologiPendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hlm Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 507.

4 24 2. Dimensi Konsep Diri Para ahli psikologi juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi konsep diri.comb mengemukakan dalam buku Psikologi Pendidikan karya Haryu Islamudin bahwa konsep diri memiliki tiga dimensi di antaranya: pengetahuan tentang diri sendiri, harapan diri merupakan diri ideal, dan penilaian tentang diri. 11 Sedangkan Fitts dalam bukunya Hendriati Agustiani membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu: 1) dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal adalah penilaian yang dilakukan individu, yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya; 2) dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal yang di luar dirinya. 12 Sedangkan Calhoun dan Acocella dalam buku Psikologi Perkembangan peserta didik menyebutkan tiga dimensi utama dari konsep diri, yaitu: a. Pengetahuan Diri Sendiri (Self Image) Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang di ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan dari siapa saya yang akan memberi gambaran tentang diri. Gambaran diri tersebut merupakan kesimpulan dari pandangan atau citra diri dalam berbagai peran yang 11 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, Pendekatan Ekologi, Ikatannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2006), hlm. 139.

5 25 di pegang, seperti sebagai orang tua, suami, istri, karyawan, pelajar, dan seterusnya, pandanga tentang watak kepribadian yang di rasakan ada pada diri sendiri, seperti jujur, bersahabat, dan seterusnya; pandangan diri tentang sikap yang ada pada diri sendiri, dan berbagai karakteristik lainya yang di lihat melekat pada diri sendiri. b. Harapan (Self Ideal) Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-citakan dimasa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pendangan tentang siapa diri sendiri sebenarnya, pada saat yang sama dirisendiri juga memiliki sejumlah pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa diri sendiri di masa mendatang. Singkatnya, diri sendiri mempunyai pengharapan bagi diri sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal). c. Penilaian Diri (self-evaluation) Penilaian diri sendiri merupakan pandangan diri tentang harga atau kewajaran diri sebagai pribadi. Menurut Calhoun dan Acocella, setiap hari kita berperan sebagai penilai diri sendiri, menilai apakah diri sendiri bertentangan : 1) pengharapan bagi diri sendiri (saya dapat menjadi apa); 2) standar yang di tetapkan bagi diri sendiri (saya seharusnya menjadi apa). Hasil dari penilaian tersebut membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri, yaitu seberapa besar menyukai diri kita sendiri Desmita, Op. Cit., hlm. 167.

6 26 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Menurut M. Argyle dalam buku Pengantar Psikologi karya Malclom Haldy dan Stave Heyes menyatakan terdapat empat faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri, di antaranya, yaitu : a. Reaksi dari orang lain, b. Pembandingan dengan orang lain, c. Peranan seseorang, d. Identifikasi terhadap orang lain. 14 Sedangkan dalam buku Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Alimul menyatakan ada delapan faktor, yaitu: a. Tingkat perkembangan dan kematangan, b. Lingkungan, c. Pengalama masa lalu, d. Budaya, e. Sumber eksternal dan internal, f. Pengalaman sukses dan gagal, g. Stresor, h. Usia, keadaan sakit dan trauma Malcolm Hardy dan Stive Heyes, Pengantar Psikologi (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm Alimul,Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan (Jakarta: Salemba Medika, 2006), hlm. 153.

7 27 Pudjijogyanti dalam bukunya juga menyebutkan faktor yang mempengaruhi konsep diri namun lebih spesifik, yaitu peranan citra fisik, jenis kelamin, orang tua, dan faktor sosial. 16 Hurlock dalam Psikologi Perkembanganmengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri di antaranya adalah: a. Fisik, b. Pakaian, c. Nama dan nama panggilan, d. Intelegensi, e. Tingkat aspirasi, f. Emosi, g. Budaya, h. Sekolah dan perguruan tinggi, i. Status sosial, ekonomi dan keluarga Jenis-Jenis Konsep Diri Arthur W. Comb mengungkapkan dalam buku Psikologi Pendidikan karya Haryu Islamuddin bahwa dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua jenis yaitu : 16 Clara R. Pudjijogyanti, Op. Cit., hlm Elizabeth B.Hurlock,Psikologi Perkembangan, Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo, M.Sc. Edisi Kelima (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 197.

8 28 a. Konsep Diri Positif Anak didik yang memiliki konsep diri positif, akan menerima dirinya seperti apa adanya. Ia mempunyai harapan yang realistis dan mampu mengevaluasi dirinya secara positif. Seseorang berusaha semampu mungkin mencapai cita-cita sesuai dengan kemampuannya dan mempunyai pendekatan yang baik terhadap kehidupan, sehingga dapat menambah pengalaman hidupnya. 18 Mengenai hal ini, William D. Brooks dan Philip Emmert juga mengemukakan pendapatnya, seperti yang dikutip oleh Rakhmat, menjelaskan beberapa ciri orang yang memiliki konsep diri positif, yaitu: (1) yakin akan kempuannya mengatasi masalah; (2) merasa setara dengan orang lain; (3) menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; serta (4) mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspekaspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. 19 b. Konsep Diri Negatif Sedangkan Haryu Islamuddin berpendapat, bahwaanak yang mempunyai konsep diri negatif, akan menumbuhkan pandangan negatif pula terhadap dirinya. Dalam kondisi seperti ini, akan membuat anak kurang realistis dan tidak stabil, tidak teratur serta 18 Haryu Islamuddin, Op. Cit.,hlm Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,1998), hlm. 100.

9 29 tidak memiliki keutuhan diri, dan anak tersebut tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya serta kekuatan dan kelemahannya, kaku dalam memandang suatu masalah. 20 William D. Brooks dan Philip Emmert juga mengemukakan pendapatnya, seperti yang dikutip oleh Rakhmat. Menurut mereka, ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif yaitu: (1) peka atau tidak tahan terhadap kritik dan mudah marah jika dikritik karena dianggap menjatuhkan harga dirinya, (2) sangat responsif terhadap pujian, senang dipuji meskipun dia sering berpura-pura menghindari pujian, (3) bersikap hiperkritis terhadap orang lain, selalu mengeluh, juga tidak pandai mengungkapkan penghargaan dan pengakuan terhadap orang lain; (4) pesimis dan enggan berkompetisi dengan orang lain dalam berprestasi. Jadi, pada dasarnya konsep diri yang positif adalah pengetahuan yang luas dan bermacam-macam tentang dirinya sesuai keadaan sebenarnya, pengharapan diri yang realistis dan harga diri yang tinggi. Sedangkan konsep diri yang negatif adalah pemahaman yang tidak tepat tentang dirinya sendiri, pengharapan diri yang tidak realistis dan penilaian yang rendah pada diri sendiri (harga diri yang rendah) Haryu Islamuddin, Op. Cit.,hlm Jalaluddin Rakhmat,Op. Cit.,hlm. 100.

10 30 B. Teori Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang prestasi belajar, maka penulis akan mengemukakan tentang pengertian belajar terlebih dahulu. Belajar (learning), seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. 22 Menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, disini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual. 23 Sementara itu menurut Muhibbin Syah menyatakan bahwa belajar adalah sebagai tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. 24 Pengertian belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu perubahan dalam individu. 25 Sejalan dengan itu Abu Ahmadi dalam bukunya menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam 22 Abdur Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2004), hlm Ibid, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi guru (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm. 20.

11 31 memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. 26 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi diartikan sebagai hasil pelajaran yang diperoleh dan kegiatan belajar disekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. 27 Pengertian prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan). 28 Menurut Zainal Arifin, prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Menurut Syaiful Bahri Djamarah prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. 29 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari kegiatan yang dilakukan, sedangkan belajar adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan suatu perubahan dalam diri individu. Prestasi belajar menurut Dimyati dan Mudjiono adalah hasil yang dicapai dalam suatu mata pelajaran tertentu oleh seorang siswa setelah melalui proses belajar mengajar, dan terjadi perubahan dalam kemampuan akademis yang dapat diukur melalui evaluasi oleh guru dan 26 Abu Ahmadi, dan Widodo Supriono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm Tim Penyusun Kamus Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2001), hlm Ibid, hlm Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 19.

12 32 perubahan kemampuan mental siswa. 30 Dalam kamus besar bahasa indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dalam nilai atau angka yang diberikan oleh guru. 31 Dari pengerian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah menyelesaikan suatu proses belajar mengajar dimana terjadi perubahan dalam kognitif, afektif, dan psikomotoriknya serta perubahan dalam kemampuan mental siswa yang mana perubahan-perubahan tersebut ditunjukan lewat nilai atau angkaangka. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Usaha dan keberhasilah belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau diluar dirinya atau lingkungannya. a. Faktor-faktor dalam diri individu Banyak faktor yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi usaha atau keberhasilan belajar. Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek jasmaniah, maupun rohaniah dari individu. 1) Aspek Jasmaniah Mencangkup kondisi dan kesehatan fisik dari individu. Setiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda. Kondisi fisik 30 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2009)hlm Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 20.

13 33 menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pencecapan. Indera yang paling penting dalam belajar adalah penglihatan dan pendengaran. Seseorang yang penglihatan dan pendengarannya kurang baik akan berpengaruh pada usaha dan hasil belajarnya. Kesehatan adalah syarat mutlak bagi keberhasilan belajar. 32 2) Aspek Rohaniah Aspek rohaniah menyangkut kesehatan psikis, kemampuankemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif dari individu. Seseorang yang sehat rohaninya adalah orang yang terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi, dan konflik-konflik psikis lainnya. Seseorang yang sehat rohaninya akan merasakan kebahagiaan, dapat bergaul dengan orang dengan wajar, dapat mempercayai dan bekerja sama dengan orang lain dengan wajar, dapat tidur nyanyak, selera makan normal dan sebagainya. 33 a) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan. Minat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bahan pelajaran yang tidak sesuai minatnya akan menarik keinginan siswa 32 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm Ibid, hlm. I62.

14 34 untuk mempelajarinya lebih dalam. 34 Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar pula minatnya. Crow and Crow mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegatan, pegalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. 35 b) Intelegensi Intelegensi juga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Intelegensi ini menyangkut tingkat kecerdasan. Intelegensi merupakan kemampuan akal, merencana, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami ide-ide yang kompleks, cepat belajar, dan belajar dari pengalaman. 36 c) Faktor Afektif Afektif meliputi perasaan, emosi, dan suasana hati. Dalam keadaan stabil dan normal perasaan sangat mempengaruhi hasil belajar. Misalnya, perasaan takut, marah, bingung, putus asa atau sangat gembira, ini semua sangat menghambat proses belajar Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hlm Djaali, Op. Cit., hlm Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm Mustaqim, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 76.

15 35 d) Kondisi Sosial Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik gurunya, temannya, orang tuanya, maupun orang-orang yang ada disekelilingnya. Seseorang yang memiliki hubungan yang wajar dengan orang-orang disekelilingnya akan memiliki ketentraman hidup, dan hal ini akan mempengaruhi konsentrasi dan kegiatan belajarnya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki dalam hubungan sosial akan mengalami kecemasan, ketidaktentraman. 38 e) Motivasi Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar dalam diri siswa dapat melemah, melemahnya motivasi belajar akan mempengaruhi kegiatan belajar. 39 Motivasi dikatakan murni apabila dari diri individu ada keinginan yang kuat untuk mencapai hasil belajar itu sendiri. 40 f) Sikap Trow mendifinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Sementara itu Allport mengemukakan bahwa sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh 38 Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit., hlm Dimyati dan Mujiono, Op. Cit.,hlm Mustaqim, Op. Cit., hlm. 77.

16 36 langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. 41 b. Faktor-Faktor Lingkungan Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa, di antaranya yaitu: 1) Faktor Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis yang ada pada keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak. 42 2) Faktor Sekolah Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan kampus, sumber-sumber belajar, metode mengajar, relasi antara guru dan siswa, atar siswa dan siswa, kurikulum, sarana prasarana, kebijakan penilaian. 43 3) Faktor Masyarakat Lingkungan masyarakat di mana siswa atau individu berada juga mempengaruhi terhadap semangat atau aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat di mana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga 41 Djaali, Op. Cit., hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit., hlm Djaali, Op. Cit., hlm. 99.

17 37 pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi mudanya, begitu pula sebaliknya. 44 c. Kemampuan Pembawaan Menurut Mustaqim dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan menyatakan bahwa anak yang mempunyai kemampuan pembawaan yang lebih baik akan lebih mudah dan lebih cepat belajar dari pada anak yang mempunyai kemampuan yang kurang Ukuran Prestasi Belajar Dewasa ini ukuran penilaian yang diberlakukan untuk tingkat Perguruan Tinggi adalah simbol penilain huruf. Begitu pula ukuran penilaian yang diberlakukan di STAIN Pekalongan dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan STAIN Pekalongan, dijelaskan bahwa ukuran prestasi belajar adalah sebagai berikut: Tabel 1 Ukuran Prestasi Belajar 46 No. Interval Skor Nilai Bobot Nilai Predikat A 4 Sangat baik B 3 Baik C 2 Cukup D 1 Kurang E 0 Gagal 44 Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit., hlm Mustaqim, Op. Cit., hlm Pedoman Peneyelenggaraan Pendidikan (STAIN) (Pekalongan: STAIN Press, 2012), hlm. 29.

18 38 Tabel 2 Konversi Nilai 47 Huruf Angka Standar 100 A B+ 3,9 3,8 3,7 3,6 3,5 B 3,4 3,3 3,2 3,1 3 C+ 2,9 2,8 2,7 2,6 2,5 C 2,4 2,3 2,2 2,1 2 D+ 1,9 1,8 1,7 1,6 1,5 D 1,4 1,3 1,2 1, E Ibid, hlm. 30.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung menempatkan institusi ini sebagai salah satu institusi sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung menempatkan institusi ini sebagai salah satu institusi sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan masyarakat modern dewasa ini, tidak mungkin dapat dicapai tanpa kehadiran institusi pendidikan sebagai organisasi yang menyelenggarakan pendidikan secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa terbentuk dan berkembang seiring dengan proses pembelajaran. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Ada pengaruh positif yang signifikan kecerdasan emosional terhadap

BAB V PENUTUP. 1. Ada pengaruh positif yang signifikan kecerdasan emosional terhadap BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh positif yang signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang unik dan berkembang menjadi organisme yang segar dan siap untuk belajar mengenal dirinya sendiri. Mengenal diri yang di maksud adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Strategi Berikan Uangnya Bambang warsita menjelaskan strategi adalah; a) ilmu siasat perang; b) siasat perang; c) bahasa pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk

Lebih terperinci

Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des, INTERAKSI PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK BERPRESTASI Abd. Rahim Razaq

Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des, INTERAKSI PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK BERPRESTASI Abd. Rahim Razaq INTERAKSI PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK BERPRESTASI Abd. Rahim Razaq Abstrak Rangkaian kegiatan komunikasi antara subjek didik, guru dan peserta didik. Komunikasi antara dua subjek ini dipengaruhi oleh berbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 TERAS, BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 TERAS, BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 TERAS, BOYOLALI Titik Rahayu Titikrahayu857@yahoo.co.id Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat meningkatkan taraf hidup manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai asal sekolah, kemampuan Bahasa Inggris, serta pengertian belajar dan hasil belajar. A. Asal Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2005), hlm Jalaluddin, Psikologi Agama, edisi revisi 2005, (Jakarta: Raja

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2005), hlm Jalaluddin, Psikologi Agama, edisi revisi 2005, (Jakarta: Raja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana dipahami bahwa usia remaja mempunyai fungsi-fungsi jiwa yang saling terpengaruh secara organik. Oleh karena itu dalam masa perkembangannya membutuhkan bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. 1. Pendidikan nasional Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. 1. Pendidikan nasional Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk bertanggung jawab membimbing anak didik ke kedewasaan. Sebagai usaha yang mempunyai tujuan atau cita-cita tertentu sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Diantaranya dilakukan oleh Oki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

Lebih terperinci

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa 26 INOVASI, Volume XX, Nomor 1, Januari 2018 Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi sebuah pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan watak anak bangsa yang bermartabat sesuai dengan ajaran agama, sebagaimana yang tertuang dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN SELF CONCEPT SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT

MENGEMBANGKAN SELF CONCEPT SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT MENGEMBANGKAN SELF CONCEPT SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT Tina Sri Sumartini Abstrak Dalam pembelajaran, siswa masih kurang memiliki self concept yang positif. Salah satu model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aspek organism atau pribadi. 1. interaksi dengan lingkungan. 2. interaksi dengan lingkungan. 3

BAB II KAJIAN TEORI. aspek organism atau pribadi. 1. interaksi dengan lingkungan. 2. interaksi dengan lingkungan. 3 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Belajar adalah poses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut Sardiman belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang

BAB II KAJIAN TEORI. belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tinjauan Tentang Teknik Luck of the Draw a. Pengertian Teknik Pembelajaran David W. Johnson menjelaskan bahwa teknik pembelajaran adalah proses belajar mengajar

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123 ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

BAB II KAJIAN TEORI. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Minat Belajar a. Pengertian Minat Belajar Secara bahasa minat berarti kecendrungan hati terhadap sesuatu. Menurut Slameto minat adalah rasa ketertarikan pada

Lebih terperinci

BAB II UMPAN BALIK DAN MOTIVASI BELAJAR

BAB II UMPAN BALIK DAN MOTIVASI BELAJAR BAB II UMPAN BALIK DAN MOTIVASI BELAJAR A. Umpan Balik Umpan balik mempunyai peranan yang penting, baik bagi siswa maupun guru. Melalui umpan balik seorang siswa dapat mengetahui sejauh mana materi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teorities 1. Metode Permainan Perang Koboi Metode permainan perang koboi adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru bertujuan agar siswa berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Slameto menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. strategi pembelajaran itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian

BAB II KAJIAN TEORI. strategi pembelajaran itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1.Pengertian Teknik Pembelajaran Suyono dan Hariyanto menjelaskan teknik pembelajaran adalah upaya untuk menjamin agar seluruh siswa di dalam kelas diberikan berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA A. Variasi Pembelajaran 1. Pengertian Variasi Pembelajaran Membuat variasi adalah suatu hal yang sangat penting dalam mengajar. Yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

Kemampuan Berfikir Asosiatif Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Oleh Andewi Suhartini 2014

Kemampuan Berfikir Asosiatif Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Oleh Andewi Suhartini 2014 KEMAMPUAN BERPIKIR ASOSIATIF MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Penelitian pada Mahasiswa Semester V Kelas C Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung PADA Mata Kuliah Filsafat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang hubungan antara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang hubungan antara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang hubungan antara minat belajar dan persepsi siswa tentang pemberian tugas dengan hasil belajar IPS siswa kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan berisi suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai untuk membantu peserta didik dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. lnteraksi tersebut dapat berlangsung

Lebih terperinci

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Windra Kepala SDN 005 Banjar Guntung Kecamatan Kuantan Mudik windra157@gmail.com ABSTRAK Perbedaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. 1 Dengan ini mereka

BAB II KAJIAN TEORI. berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. 1 Dengan ini mereka BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah suatu pembelajaran mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu alat bagi manusia dalam mencapai kesempurnaan dalam hidupnya. Pendidikan merupakan modal untuk memberikan pengetahuan, penanaman akhlakul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan Bangsa. Salah satu potensi yang dikaruniai Allah kepada manusia yakni potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak pada kualitas

Lebih terperinci

penting dalam pengertian belajar, yaitu sebagai berikut:

penting dalam pengertian belajar, yaitu sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar Akuntansi a. Pengertian Hasil Belajar Akuntansi Belajar merupakan suatu kebutuhan mutlak setiap manusia. Tanpa belajar manusia tidak dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian pustaka Pada bab II kajian pustaka ini terkait dengan variabel penelitian, variabel hasil belajar matematika sebagai variabel terikat, tahapan-tahapan belajar menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an hadits yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam turut memberikan sumbangan tercapainya pendidikan nasional. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dengan Prestasi Akademik Matematika pada Remaja, Jurnal fakultas Psikologi Universitas Guna Dharma.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dengan Prestasi Akademik Matematika pada Remaja, Jurnal fakultas Psikologi Universitas Guna Dharma. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, kini menuntut sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga diharapkan mampu mengarahkan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang membawakan hasil belajar yang sesuai yang dengan diharapkan. Belajar adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Konsep Teoretis. 1. Prestasi Belajar Siswa. a. Pengertian Prestasi Belajar Siswa

BAB II KAJIAN TEORI. A. Konsep Teoretis. 1. Prestasi Belajar Siswa. a. Pengertian Prestasi Belajar Siswa 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Prestasi Belajar Siswa a. Pengertian Prestasi Belajar Siswa Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara 7 BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Interaksi Sosial A. Interaksi Sosial Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Secara ideal seorang guru semestinya memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Secara ideal seorang guru semestinya memiliki kemampuan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya kesenjangan antara kemampuan guru dalam mengajar dengan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Secara ideal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu BAB V PEMBAHASAN A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah Tsanawiyah Sultan Agung Jabalsari Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar sehingga terbentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING ABSTRACT

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING ABSTRACT PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING Teza Andriani 1, Yuzarion Zubir 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa 114 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sesuai analisa data penelitian diperoleh bahwa minat belajar siswa mempunyai pengaruh secara parsial sebesar 0.608 atau 60.80%

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dan

Lebih terperinci

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN Kontribusi kecerdasan emosional dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kimia dalam metode pembelajaran GI (group investigation) dan STAD (student teams achievement division) materi pokok laju reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatukan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap kebutuhan. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya mengalami beberapa fase perkembangan. Setiap fase perkembangan tentu saja berbeda pengalaman dan dituntut adanya perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. fisik maupun sosialnya. Ini sesuai dengan yang dikatakan Slameto bahwa

BAB II KAJIAN TEORI. fisik maupun sosialnya. Ini sesuai dengan yang dikatakan Slameto bahwa BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Proses pembelajaran dikatakan efektif dan efesien apabila seorang guru mampu memiliki metode/strategi pembelajaran yang tepat

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Pendahuluan Oleh Dinar dan Ahmad Juanda: Latifa Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS 2010 FIS UNY Sejatinya pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan yang harus dilalui baik pendidikan keluarga maupun

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan yang harus dilalui baik pendidikan keluarga maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir ke dunia ini tidak serta merta dibekali dengan ilmu pendidikan atau dengan kata lain dirinya menjadi pandai dan mampu menciptakan perubahan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

Ali Mustofa Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Ali Mustofa Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS MAN 1 KOTA BLITAR Penelitian ini didasarkan pada masalah guru dalam menjalankan tugas sehari-hari, seringkali guru harus berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting, karena pendidikan akan mampu meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga sumber daya alam di tanah air akan terolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ranah kognitif merupakan ranah psikologis siswa yang terpenting. Dalam perspektif psikologi, ranah kognitif yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI. Cut Venny Luciana TK ANNISA MEDAN

HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI. Cut Venny Luciana TK ANNISA MEDAN HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI Cut Venny Luciana lucianavenny@yahoo.co.id TK ANNISA MEDAN ABSTRAK Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem. Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakat industri dan nantinya ke masyarakat informasi, dimana untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakat industri dan nantinya ke masyarakat informasi, dimana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Menurut Silbermen strategi peran figur ( role models) merupakan

BAB II KAJIAN TEORETIS. Menurut Silbermen strategi peran figur ( role models) merupakan BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kerangka Teoritis 1. Strategi peran figur (role models) Menurut Silbermen strategi peran figur ( role models) merupakan strategi pembelajaran berkelompok dengan tujuan siswa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pada dasarnya guru merupakan kunci utama dalam pengajaran. Guru secara langsung berupaya mempengaruhi, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan siswa didalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menciptakan sumber daya manusia. Dengan adanya sistem pendidikan yang baik dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

dengan Sistem Pendidikan Nasional. 1

dengan Sistem Pendidikan Nasional. 1 PENGARUH MINAT DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH SE-KECAMATAN TUGU KABUPATEN TRENGGALEK A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2 BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Di dalam proses pembelajaran hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum telah diakui bahwa pendidikan merupakan penggerak utama bagi pembangunan. Pendidikan (pengajaran) prosesnya diwujudkan dalam proses belajar mengajar. Proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Kerangka Teoritis 1) Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI Kerangka Teoritis 1) Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1) Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan yang dapat

BAB II KAJIAN TEORI. dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan yang dapat BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Penelitian Tindakan Kelas Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Hopkins PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif,

Lebih terperinci

PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM K

PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM K HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA KELUARGA DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL Oleh PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoretis 1. Strategi Cooperative Script Dalam strategi pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak. 2

BAB II KAJIAN TEORI. yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak. 2 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar Matematika Kasful Anwar menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu proses untuk menggambarkan perubahan dari diri siswa setelah

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012 PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012 Naskah Publikasi Disusun oleh YULIYATUN A 210 080 090

Lebih terperinci