DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,"

Transkripsi

1 1 BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan kelancaran pemilihan, dan pemberhentian Perbekel di Kabupaten Badung, perlu menetapkan pengaturan lebih teknis sebagai tindak lanjut atas Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian Perbekel; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian Perbekel; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

2 2 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717) ; 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun2014 tentang Pemilihan Kepala Desa; 7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, dan Pemberhentian Perbekel; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Badung. 2. Bupati adalah Bupati Badung. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Otonom.

3 3 4. Desa adalah adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5. Pemerintah Desa adalah Perbekel dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 6. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 7. Pemilihan Perbekel adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka memilih Perbekel yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. 8. Pemberhentian Perbekel adalah pemberhentian Perbekel karena masa jabatannya telah berakhir, meninggal dunia, permintaan sendiri dan diberhentikan. 9. Perbekel adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah; 10. Panitia Pemilihan Perbekel Tingkat Desa yang selanjutnya disebut Panitia Pemilihan adalah Panitia yang dibentuk oleh BPD untuk menyelenggarakan proses Pemilihan Perbekel; 11. Panitia Pemilihan Perbekel Tingkat Kabupaten yang selanjutnya disebut Panitia Pemilihan Daerah adalah panitia yang dibentuk Bupati pada tingkat Daerah dalam mendukung pelaksanaan pemilihan Perbekel. 12. Calon Perbekel adalah bakal calon Perbekel yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai calon yang berhak dipilih menjadi Perbekel; 13. Calon Perbekel Terpilih adalah calon Perbekel yang memperoleh suara terbanyak dalam pelaksanaan pemilihan Perbekel. 14. Penjabat Perbekel adalah seorang pejabat yang diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas, hak dan wewenang serta kewajiban Perbekel dalam kurun waktu tertentu; 15. Pemilih adalah penduduk desa yang bersangkutan dan telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak pilih dalam pemilihan Perbekel; 16. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum terakhir yang telah diperbaharui dan dicek kembali atas kebenarannya serta ditambah dengan pemilih baru; 17. Daftar Pemilih Tambahan adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan usulan dari pemilih karena yang bersangkutan belum terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara;

4 4 18. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah daftar pemilih yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai dasar penentuan identitas pemilih dan jumlah pemilih dalam pemilihan Perbekel; 19. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Calon Perbekel untuk meyakinkan para pemilih dalam rangka mendapatkan dukungan. 20. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara. 21. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat KPPS adalah kelompok yang dibentuk oleh Panitia Pemilihan untuk melaksanakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara. 22. Kartu Tanda Penduduk Elektronik yang selanjutnya disebut KTP-el adalah Kartu Tanda Penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana. 23. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 24. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APBDesa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. BAB II PEMILIHAN PERBEKEL Pasal 2 (1) Pemilihan Perbekel dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Daerah. (2) Pemilihan Perbekel secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi dalam 3 (tiga) gelombang dalam jangka waktu 6 (enam) tahun. (3) Pembagian gelombang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan pada : a. pengelompokan waktu berakhirnya masa jabatan Perbekel; b. kemampuan keuangan daerah; dan/atau c. ketersediaan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Daerah yang memenuhi persyaratan sebagai Penjabat Perbekel. (4) Pemilihan Perbekel secara bergelombang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan interval waktu paling lama 2 (dua) tahun. (5) Pembagian gelombang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati.

5 5 Pasal 3 (1) Bupati membentuk Panitia Pemilihan Daerah dengan Keputusan Bupati. (2) Panitia Pemilihan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada Bupati. Pasal 4 Panitia Pemilihan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) mempunyai tugas dan wewenang meliputi: a. merencanakan, mengkoordinasikan dan menyelenggarakan semua tahapan pelaksanaan pemilihan tingkat Daerah; b. melakukan bimbingan teknis pelaksanaan pemilihan Perbekel terhadap panitia pemilihan Perbekel tingkat desa; c. menetapkan jumlah surat suara dan kotak suara; d. memfasilitasi pencetakan surat suara dan pembuatan kotak suara serta perlengkapan pemilihan lainnya; e. memfasilitasi penyampaian surat suara, kotak suara dan perlengkapan pemilihan lainnya kepada panitia pemilihan; f. memfasilitasi penyelesaian permasalahan pemilihan Perbekel; g. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan; h. melakukan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan pemilihan; i. mengkoordinasikan keamanan dan ketertiban penyelenggaraan pemilihan; dan j. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 5 (1) Panitia Pemilihan Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) dapat terdiri dari unsur : a. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat; b. Kepolisian Resort Badung; c. Komando Distrik Militer; d. Kejaksaan Negeri Denpasar; e. Inspektorat Daerah; f. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Litbang; g. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Pemerintahan Desa; h. Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat; i. Satuan Polisi Pamong Praja; j. Bagian Hukum dan HAM; k. Bagian Keuangan; l. Bagian Humas dan Protokol; dan m. Camat

6 6 (2) Jumlah keanggotaan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan pemilihan dan ketersediaan personil pada unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 6 (1) Susunan kepanitiaan Panitia Pemilihan Daerah terdiri atas : a. Ketua; b. Wakil Ketua; c. Sekretaris; dan d. Anggota. (2) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dapat dibagi dalam kelompok kerja. (3) Panitia Pemilihan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Keputusan Bupati. BAB III TAHAPAN PELAKSANAAN PEMILIHAN Bagian Kesatu Persiapan Paragraf 1 Umum Pasal 7 Persiapan pemilihan di Desa terdiri atas kegiatan: a. pemberitahuan BPD kepada Perbekel tentang akhir masa jabatan yang disampaikan 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan; b. pembentukan Panitia Pemilihan oleh BPD ditetapkan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan; c. laporan akhir masa jabatan Perbekel kepada Bupati disampaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan; d. perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh Panitia Pemilihan kepada Bupati melalui Camat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah terbentuknya Panitia Pemilihan; dan e. persetujuan biaya pemilihan dari Bupati dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diajukan oleh Panitia Pemilihan. Paragraf 2 Pembentukan Panitia Pemilihan Pasal 8 (1) BPD mengadakan rapat pembentukan dan pemilihan anggota Panitia Pemilihan setelah pemberitahuan akhir masa jabatan Perbekel.

7 7 (2) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur perangkat Desa, lembaga kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat Desa yang bersifat mandiri dan tidak memihak. (3) Susunan keanggotaan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah paling banyak 21 (dua puluh satu) orang, terdiri dari: a. ketua; b. wakil ketua; c. sekretaris; d. bendahara; dan e. anggota. (4) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan BPD dan disampaikan secara tertulis oleh BPD kepada Bupati melalui Camat. Pasal 9 (1) Masa jabatan Panitia Pemilihan terhitung sejak ditetapkan dan sampai dengan dilantiknya Perbekel terpilih. (2) Panitia Pemilihan yang diberhentikan, meninggal dunia atau mengundurkan diri kedudukannya diganti dari unsur yang sama berdasarkan hasil rapat BPD dan ditetapkan dengan Keputusan BPD. Paragraf 3 Tugas Panitia Pemilihan Pasal 10 Panitia Pemilihan mempunyai tugas : a. merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan, mengawasi dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilihan, dalam hal : 1. penetapan wilayah pemilihan; 2. penetapan tata tertib pemilihan; 3. tata cara penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Perbekel; 4. tata cara pendaftaran pemilih; 5. mengumumkan jadwal pelaksanaan kegiatan pemilihan; 6. pengawasan setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan; dan 7. fasilitasi penyelesaian permasalahan penyelenggaraan pemilihan. b. merencanakan dan mengajukan biaya pemilihan kepada Bupati melalui Camat dan Perbekel; c. melakukan pendaftaran dan penetapan pemilih; d. mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon yang meliputi : 1. mengumumkan pendaftaran bakal calon Perbekel; 2. menerima berkas pendaftaran bakal calon; 3. meneliti persyaratan bakal calon; 4. meneliti keabsahan, keaslian dan/atau asal usul persyaratan administrasi bakal calon; dan

8 8 5. menyelenggarakan seleksi bakal calon. e. menetapkan dan mengumumkan calon yang telah memenuhi persyaratan; f. menetapkan dan mensosialisasikan tata cara pelaksanaan pemilihan; g. menetapkan dan mensosialisasikan tata cara pelaksanaan kampanye; h. memfasilitasi penyediaan peralatan, perlengkapan dan TPS; i. melaksanakan pemungutan suara; j. menandatangani Berita Acara Pemungutan Suara; k. melaksanakan penghitungan suara; l. menandatangani Berita Acara Penghitungan Suara; m. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan hasil pemilihan; n. menetapkan rekapitulasi hasil penghitungan suara dan mengumumkan calon Perbekel terpilih; dan o. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan. Pasal 11 (1) Penetapan wilayah pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a angka 1 dapat dibagi berdasarkan jumlah Banjar Dinas. (2) Panitia Pemilihan menetapkan wilayah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Keputusan Panitia Pemilihan. Pasal 12 (1) Tata tertib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat huruf a angka 2 tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangan. (2) Tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Ketua Panitia Pemilihan setelah mendapat persetujuan BPD. (3) Bakal Calon Perbekel dan Calon Perbekel wajib mentaati tata tertib pemilihan. Pasal 13 (1) Dalam hal memudahkan pelaksanaan tugas Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, anggota Panitia Pemilihan dapat dikelompokkan dalam seksi-seksi.

9 9 (2) Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari : a. Seksi penjaringan dan penyaringan bakal calon Perbekel; b. Seksi pendaftaran dan pendataan pemilih; c. Seksi konsumsi; d. Seksi perlengkapan; dan e. Seksi Keamanan. Paragraf 4 Pemberhentian Panitia Pasal 14 (1) Apabila anggota Panitia Pemilihan berhenti, maka kedudukannya diganti dari unsur yang sama dan ditetapkan dengan Keputusan BPD. (2) Anggota Panitia Pemilihan berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena : a. meninggal dunia; b. atas pemintaan sendiri; dan c. diberhentikan. (3) Anggota Panitia Pemilihan diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c karena ; a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap; b. berstatus tersangka dalam tindak pidana; dan c. mendaftarkan diri sebagai bakal calon Perbekel. Bagian Kedua Pencalonan Paragraf 1 Pengumuman dan Pendaftaran Bakal Calon Perbekel Pasal 15 (1) Pengumuman dan pendaftaran bakal calon Perbekel paling lama 9 (sembilan) hari. (2) Pengumuman pendaftaran bakal calon Perbekel dilakukan Panitia Pemilihan melalui Kelian Banjar Dinas dan/atau ditempelkan pada tempat-tempat yang strategis. (3) Pendaftaran bakal calon Perbekel diajukan dalam bentuk surat lamaran yang diketik atau ditulis tangan dengan dilampiri kelengkapan administrasi yang terdiri atas : a. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;

10 10 b. surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika, yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup; c. fotocopy Ijazah pendidikan formal dari tingkat dasar sampai dengan ijazah terakhir yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang atau surat pernyataan dari pejabat yang berwenang; d. fotocopy Akta kelahiran atau surat keterangan kenal lahir yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang; e. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi Perbekel yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup; f. fotocopy KTP-el dan Kartu Keluarga yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang; g. surat keterangan terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di desa setempat dari Kelian Banjar Dinas dan Perbekel setempat; h. surat Pernyataan Bersedia tinggal di Desa selama menjadi Perbekel yang dibuat oleh yang bersangkutan diatas kertas segel atau bermaterai cukup; i. surat Keterangan dari Ketua Pengadilan Negeri bahwa tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara; j. surat keterangan dari Ketua Pengadilan Negeri bahwa tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; k. surat keterangan dari Ketua Pengadilan Negeri bahwa tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; l. surat keterangan berbadan sehat dari Rumah Sakit; m. surat keterangan bebas narkoba dari Rumah Sakit yang berwenang; n. surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian; o. surat keterangan dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk bahwa Calon Perbekel tidak pernah menjadi Perbekel selama 3 (tiga) kali masa jabatan; dan p. Pas foto ukuran 4 cm x 6 cm berwarna dengan jumlah sesuai ketentuan Panitia Pemilihan. (4) Berkas persyaratan kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibuat rangkap 2 (dua). (5) Jangka waktu penelitian kelengkapan persyaratan administrasi, klarifikasi, pemberitahuan kekurangan persyaratan, pengembalian kekurangan persyaratan serta penetapan dan pengumuman nama calon paling lama 20 (dua puluh) hari.

11 11 Pasal 16 Penghitungan bertempat tinggal di desa setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) huruf g berdasarkan pada tanggal terbit KTP-el. Pasal 17 (1) Dalam hal Bakal Calon Perbekel yang mendaftar dan memenuhi persyaratan tidak mencapai 2 (dua) orang, Panitia Pemilihan memperpanjang waktu pendaftaran dan penelitian kelengkapan persyaratan paling lama 20 (dua puluh) hari. (2) Dalam hal setelah perpanjangan waktu pendaftaran dan penelitian kelengkapan persyaratan Bakal Calon Perbekel tetap kurang dari 2 (dua) orang, maka pemilihan perbekel ditunda dan ikut pada gelombang pemilihan perbekel berikutnya. (3) Dalam hal penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Camat melaporkan secara tertulis kepada Bupati. (4) Bupati menetapkan penundaan Pemilihan Perbekel bagi Desa bersangkutan dan mengikutkannya pada Pemilihan Perbekel gelombang berikutnya. Pasal 18 (1) Dalam hal Bakal Calon Perbekel yang memenuhi persyaratan lebih dari 5 (lima), Panitia Pemilihan mengadakan seleksi tambahan dengan menggunakan kriteria pengalaman bekerja di lembaga pemerintahan dan/atau swasta, tingkat pendidikan, dan usia paling lama 20 (dua puluh) hari. (2) Selain menggunakan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia Pemilihan dapat menetapkan persyaratan lain meliputi : a. seleksi tes tertulis; atau b. dukungan KTP el. (3) Panitia Pemilihan dapat bekerjasama dengan Perguruan Tinggi untuk melaksanakan seleksi tes tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Seleksi tes tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib diikuti oleh semua Bakal Calon Perbekel. (5) Penetapan Calon Perbekel melalui seleksi tes tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan perolehan nilai tertinggi. (6) Penetapan Calon Perbekel melalui dukungan KTP-el sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilaksanakan berdasarkan dukungan KTP-el terbanyak. (7) Panitia Pemilihan mengumumkan hasil seleksi tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

12 12 (8) Segala biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan seleksi tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibebankan pada APBDesa. Pasal 19 (1) Perbekel yang akan mencalonkan diri wajib mengajukan cuti kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk sejak ditetapkan sebagai Calon Perbekel sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan Calon Perbekel terpilih. (2) Perangkat Desa yang akan mencalonkan diri sebagai Calon Perbekel wajib mengajukan cuti kepada Perbekel atau Penjabat Perbekel sejak terdaftar sebagai bakal calon Perbekel sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan Calon Perbekel terpilih. (3) Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri dalam Pemilihan Perbekel harus mendapatkan izin tertulis dari Pejabat Pembina Kepegawaian. Paragraf 2 Penetapan Calon dan Pengundian Nomor Urut Calon Pasal 20 (1) Penetapan calon Perbekel paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang. (2) Calon Perbekel yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan kepada masyarakat. Pasal 21 (1) Bakal Calon Perbekel yang telah ditetapkan menjadi Calon Perbekel tidak diperbolehkan mengundurkan diri. (2) Dalam hal Calon Perbekel yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (1) meninggal sebelum atau setelah pengundian nomor urut calon yang mengakibatkan Calon Perbekel yang tersisa untuk mengikuti pengundian nomor urut calon serta tahapan pemilihan berikutnya kurang dari 2 (dua) orang, maka penyelenggaraan pemilihan ditunda dan mengikuti gelombang berikutnya. (3) Dalam hal Calon Perbekel yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (1) meninggal dunia sebelum atau setelah pengundian nomor urut calon dengan jumlah calon yang tersisa 2 (dua) orang atau lebih, maka pelaksanaan pengundian dan pelaksanaan tahapan Pemilihan Perbekel berikutnya tetap dilanjutkan.

13 13 (4) Calon Perbekel yang meninggal dunia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tanda atau foto yang bersangkutan tetap dicantumkan dalam surat suara untuk pelaksanaan pemilihan. (5) Dalam hal Calon Perbekel yang meninggal dunia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ternyata memperoleh suara terbanyak atau sama dengan satu atau lebih calon lainnya, maka suara bagi Calon Perbekel yang meninggal dunia dinyatakan nol dan Calon Perbekel yang ditetapkan sebagai Calon Perbekel terpilih adalah Calon Perbekel peringkat kedua terbanyak. Pasal 22 (1) Sebelum pengundian nomor urut calon Perbekel, Panitia Pemilihan menetapkan penggunaan foto calon Perbekel yang akan digunakan pada surat suara. (2) Penetapan penggunaan foto calon Perbekel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kesepakatan Panitia Pemilihan bersama Calon Perbekel. Pasal 23 (1) Pengundian nomor urut Calon Perbekel dilaksanakan setelah penetapan Calon Perbekel. (2) Pengundian nomor urut Calon Perbekel sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihadiri oleh para Calon Perbekel. (3) Nomor urut dan nama Calon Perbekel yang telah ditetapkan disusun dalam daftar calon dan dituangkan dalam berita acara penetapan Calon Perbekel. (4) Panitia pemilihan mengumumkan melalui media masa dan/atau papan pengumuman tentang penetapan nama Calon Perbekel, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal ditetapkan. (5) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersifat final dan mengikat. Paragraf 3 Penetapan Pemilih Pasal 24 (1) Pemilih yang akan menggunakan hak pilih, harus terdaftar sebagai pemilih. (2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat : a. sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah menikah; b. tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;

14 14 c. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; dan d. berdomisili di desa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum di sahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan KTP-el atau surat keterangan penduduk. (3) Pemilih yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Pasal 25 (1) Daftar pemilih dimutakhirkan dan divalidasi sesuai data penduduk Desa. (2) Pemutakhiran dan validasi data sebagaimana pada ayat (1) dilakukan karena : a. memenuhi syarat usia pemilih, yang sampai tanggal pemungutan suara pemilihan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun; b. belum berumur 17 (tujuh belas) tahun, tetapi sudah/pernah menikah; c. telah meninggal dunia; d. pindah domisili ke desa lain; atau e. belum terdaftar. (3) Berdasarkan daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia pemilihan menyusun dan menetapkan DPS. (4) DPS yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diumumkan oleh Panitia Pemilihan ditempat yang mudah dijangkau. (5) Jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (4) selama 3 (tiga) hari. Pasal 26 (1) Pemilih yang belum terdaftar, secara aktif melaporkan kepada Panitia Pemilihan melalui Kelian Banjar Dinas. (2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar sebagai pemilih tambahan. (3) Pencatatan data pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari sejak berakhirnya pengumuman DPS sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan. (4) Daftar Pemilih tambahan diumumkan oleh Panitia Pemilihan selama 3 (tiga) hari terhitung sejak berakhirnya jangka waktu penyusunan tambahan. Pasal 27 (1) Panitia Pemilihan menetapkan DPT dengan Keputusan Panitia Pemilihan.

15 15 (2) DPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Daftar Pemilih Tambahan yang telah ditambahkan dalam DPS. (3) Pemilih yang sudah terdaftar dalam DPT tidak dapat pindah antar wilayah pemilihan. (4) Panitia Pemilihan mengumumkan DPT selama 3 (tiga) hari terhitung sejak berakhirnya jangka waktu penyusunan DPT. Pasal 28 DPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) disampaikan Panitia Pemilihan kepada Panitia Pemilihan Daerah paling lambat 1 (satu) hari sejak ditetapkan untuk selanjutnya direkapitulasi oleh Panitia Pemilihan Daerah. Pasal 29 (1) DPT yang sudah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan tidak dapat diubah, kecuali ada pemilih yang meninggal dunia. (2) Dalam hal pemilih meninggal dunia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia Pemilihan membubuhkan catatan dalam DPT pada kolom keterangan meninggal dunia. Paragraf 4 Penyediaan dan Pendistribusian Surat Suara Pasal 30 (1) Panitia Pemilihan menyediakan surat suara yang paling sedikit mencantumkan nomor urut, foto Calon Perbekel, dan nama Calon Perbekel. (2) Jumlah surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebanyak jumlah pemilih dalam DPT ditambah cadangan sebanyak 5 % (lima persen). Pasal 31 (1) Panitia Pemilihan mengadakan dan mendistribusikan surat suara beserta perlengkapan pelaksanaan pemilihan dilaksanakan secara cepat, tepat dan akurat dengan mengutamakan aspek kualitas, keamanan, tepat waktu, hemat anggaran, transparansi dan akuntabel. (2) Pengadaan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperhatikan kebutuhan surat suara dan hasil cetak yang berkualitas.

16 16 Pasal 32 (1) Selama proses pencetakan surat suara berlangsung Panitia Pemilihan harus menjaga kerahasiaan, keamanan, dan keselamatan surat suara. (2) Panitia Pemilihan dapat meminta bantuan aparat keamanan untuk mengadakan pengamanan terhadap surat suara selama proses pencetakan berlangsung, penyimpanan, dan pendistribusian ke tempat tujuan. (3) Secara periodik surat suara yang telah selesai dicetak dan diverifikasi, yang sudah dikirim dan/atau yang masih tersimpan, dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh pihak pencetakan dan Panitia Pemilihan. Pasal 33 (1) Panitia Pemilihan menetapkan jumlah surat suara yang akan didistribusikan. (2) Surat suara beserta perlengkapan pelaksanaan pemilihan harus sudah diterima panitia pemilihan paling lambat 2 (dua) hari sebelum pemungutan suara. Paragraf 5 Kampanye Pasal 34 (1) Calon Perbekel dapat melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa. (2) Pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sebelum dimulainya masa tenang. (3) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan prinsip jujur, terbuka, dialogis serta bertanggung jawab. Pasal 35 (1) Pelaksana Kampanye dilarang: a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau Calon yang lain; d. menghasut dan mengadu-domba perseorangan atau masyarakat; e. mengganggu ketertiban umum;

17 17 f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau Calon yang lain; g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga Kampanye Calon; h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan; i. mencetak, membawa, memasang, atau menggunakan gambar dan/atau atribut selain dari gambar dan/atau atribut yang ditentukan oleh panitia pemilihan; dan j. menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta Kampanye. (2) Pelaksana Kampanye dalam kegiatan Kampanye dilarang mengikutsertakan: a. Perbekel; b. perangkat desa; c. anggota BPD Pasal 36 (1) Pelaksana Kampanye yang melanggar larangan ketentuan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dikenakan sanksi oleh Panitia Pemilihan berupa: a. peringatan tertulis apabila pelaksana Kampanye melanggar larangan walaupun belum terjadi gangguan; dan b. penghentian kegiatan Kampanye di tempat terjadinya pelanggaran atau di suatu wilayah yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap keamanan yang berpotensi menyebar ke wilayah lain. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan sanksi Kampanye ditetapkan oleh Panitia Pemilihan dalam tata tertib Pemilihan Perbekel. Paragraf 6 Masa Tenang dan Penyampaian Kartu Undangan Pasal 37 Masa tenang dalam pemilihan Perbekel paling lama 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara. Pasal 38 (1) Penyampaian surat undangan pemilihan kepada pemilih paling lambat diterima pemilih 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara. (2) Dalam surat undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan nama pemilih sesuai dengan DPT, hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan pemilihan.

18 18 (3) Pemilih yang terdaftar dalam DPT, tetapi belum menerima surat undangan dapat meminta kepada Panitia Pemilihan sebelum ditutupnya pelaksanaan pemungutan suara dengan menunjukkan bukti diri. (4) Surat undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berfungsi sebagai kartu pemilih. Bagian Ketiga Pemungutan dan Penghitungan Suara Pasal 39 (1) Pemungutan suara dilaksanakan pada hari yang telah ditetapkan oleh Bupati. (2) Penetapan hari Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan pembagian gelombang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. (3) Waktu pelaksanaan penyerahan surat undangan pemungutan suara dimulai pada pukul wita dan berakhir pada pukul wita. (4) Batas akhir pemberian suara bagi pemilih yang sudah menyerahkan surat undangan paling lambat pada pukul wita. (5) Pada saat akan dimulainya pemungutan suara para saksi dari masing-masing calon Perbekel harus hadir dan berada pada tempat yang telah ditentukan oleh Panitia Pemilihan. Pasal 40 Pemberian suara dilakukan dengan mencoblos nomor urut, foto Calon Perbekel dan/atau nama Calon Perbekel salah satu Calon Perbekel dalam surat suara. Pasal 41 Untuk keperluan pemungutan suara dalam pemilihan disediakan kotak suara sebagai tempat surat suara yang digunakan oleh pemilih. Pasal 42 (1) Penyediaan kotak suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 di setiap TPS paling sedikit 1 (satu) buah. (2) Penyediaan kotak suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan meminjam ke Komisi Pemilihan Umum Daerah atau melalui pengadaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

19 19 Pasal 43 (1) Panitia Pemilihan dalam pelaksanaan pemungutan suara membentuk KPPS. (2) Jumlah dan anggota KPPS paling banyak 7 (tujuh) orang. (3) Panitia Pemilihan menyampaikan penetapan keanggotaan KPPS kepada Panitia Pemilihan Daerah, Perbekel dan BPD. Pasal 44 (1) Panitia Pemilihan memfasilitasi penyediaan TPS pada setiap wilayah pemilihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (2) dengan memperhatikan jumlah pemilih. (2) Penyediaan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudah selesai paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara. (3) Jumlah, lokasi, bentuk, dan tata letak TPS ditetapkan oleh Panitia Pemilihan. (4) Lokasi TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditentukan di tempat yang mudah dijangkau, termasuk oleh penyandang disabilitas, serta menjamin setiap pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. (5) Dalam penyediaan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Panitia Pemilihan dapat bekerja sama dengan KPPS dan masyarakat Desa. Pasal 45 (1) TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) dibuat dengan ukuran panjang 10 (sepuluh) meter dan lebar 8 (delapan) meter atau dapat disesuaikan dengan kondisi setempat. (2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi tanda batas dengan menggunakan tali atau bahan lain yang sejenis. (3) Pintu masuk dan pintu keluar TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menjamin akses gerak bagi pemilih penyandang disabilitas. (4) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diadakan di ruang terbuka dan/atau ruang tertutup, dengan ketentuan : a. apabila diruang terbuka, tempat duduk Ketua KPPS dan Anggota KPPS, Pemilih, Saksi dapat diberi pelindung terhadap panas matahari, hujan, dan tidak memungkinkan orang lalu lalang dibelakang pemilih pada saat memberikan suara di bilik suara;

20 20 b. apabila diruang tertutup, luas TPS harus mampu menampung pelaksanaan rapat pemungutan dan penghitungan suara di TPS, dan kedudukan Pemilih membelakangi tembok/dinding pada saat memberikan suara di bilik suara. (5) Dalam hal pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara dilakukan dalam keadaan kurang penerangan, perlu ditambah alat penerangan yang cukup. (6) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan sarana dan prasarana : a. papan pengumuman; b. tempat duduk dan meja KPPS; dan c. tempat duduk pemilih dan saksi. Pasal 46 (1) Pemilih penyandang disabilitas pada saat memberikan suaranya di TPS dapat dibantu oleh anggota KPPS atau orang lain atas permintaan pemilih. (2) Anggota KPPS atau orang lain yang membantu pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus merahasiakan pilihan pemilih yang bersangkutan. Pasal 47 Pemilih yang menjalani rawat inap di rumah sakit atau sejenisnya dan yang sedang menjalani hukuman penjara, memberikan suara di TPS khusus. Pasal 48 (1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, Panitia Pemilihan melalui KPPS melakukan kegiatan: a. pembukaan kotak suara; b. pengeluaran seluruh isi kotak suara; c. pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan; dan d. penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan. (2) Kegiatan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri oleh saksi dari Calon Perbekel, BPD, dan warga masyarakat. (3) Kegiatan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh Ketua KPPS, dan sekurangkurangnya 2 (dua) anggota KPPS serta dapat ditandatangani oleh saksi dari calon. Pasal 49 (1) Saksi dari Calon Perbekel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) harus menunjukkan surat mandat atau surat tugas dari Calon Perbekel.

21 21 (2) Nama-nama saksi dari Calon Perbekel disampaikan oleh Calon Perbekel kepada Panitia Pemilihan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum pemungutan suara. Pasal 50 (1) KPPS memberikan penjelasan mengenai tata cara pemberian suara berdasarkan Tata Tertib Pemilihan Perbekel. (2) Dalam pemberian suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih diberi kesempatan oleh KPPS berdasarkan prinsip urutan kehadiran pemilih. (3) Dalam hal Pemilih menerima surat suara rusak, pemilih dapat meminta surat suara pengganti kepada KPPS. (4) Dalam hal terdapat kekeliruan dalam cara memberikan suara, pemilih dapat meminta surat suara pengganti kepada KPPS. (5) Penggantian surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya dilaksanakan untuk satu kali pergantian. Pasal 51 Suara untuk pemilihan Perbekel dinyatakan sah apabila: a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS atas nama Ketua Panitia Pemilihan dan diberi stempel Panitia Pemilihan Perbekel; dan b. tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat yang memuat satu calon Perbekel; atau c. tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama calon Perbekel yang telah ditentukan; atau d. tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto, dan nama calon Perbekel; atau e. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang memuat nomor, foto, dan nama calon Perbekel. Pasal 52 (1) Dalam hal seluruh Pemilih telah melaksanakan hak pilihnya maka KPPS atas persetujuan Panitia Pemilihan dapat mengakhiri pelaksanaan pemungutan suara. (2) Setelah pemungutan suara berakhir KPPS selanjutnya membuat Berita Acara jalannya Pemilihan Perbekel di TPS yang ditandatangani oleh KPPS dan saksi di masing masing TPS. (3) Penghitungan suara di TPS dilakukan oleh KPPS setelah pemungutan suara berakhir.

22 22 (4) Sebelum penghitungan suara dimulai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), panitia pemilihan melalui KPPS menghitung: a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan DPT untuk TPS; b. jumlah surat suara yang tidak terpakai; dan c. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos. (5) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dihadiri dan disaksikan oleh saksi calon Perbekel, BPD, dan warga masyarakat. (6) KPPS membuat berita acara hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh ketua KPPS dan sekurangkurangnya 1 (satu) orang anggota KPPS serta saksi Calon Perbekel. (7) Dalam hal saksi Calon Perbekel tidak mau menandatangani berita acara hasil penghitungan suara, maka berita acara hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh Ketua KPPS tetap sah. (8) Berita acara beserta kelengkapannya sebagaimana dimaksud pada ayat (7), dimasukkan dalam sampul khusus yang disediakan dan dimasukkan ke dalam kotak suara yang pada bagian luar ditempel label atau segel. (9) KPPS menyerahkan berita acara jalannya pemungutan suara, berita acara hasil penghitungan suara, surat suara, dan alat kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan suara di masing-masing TPS kepada Panitia Pemilihan. Bagian Keempat Penetapan Pasal 53 Panitia Pemilihan melakukan rekapitulasi penghitungan suara dan menuangkannya dalam berita acara hasil rekapitulasi penghitungan suara berdasarkan berita acara jalannya pemungutan suara dan berita acara hasil penghitungan suara dari KPPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (9). Pasal 54 (1) Panitia Pemilihan menetapkan Calon Perbekel Terpilih untuk Calon Perbekel yang memperoleh suara terbanyak dari jumlah suara sah.

23 23 (2) Dalam hal jumlah calon Perbekel terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) calon Perbekel pada desa dengan TPS lebih dari 1 (satu), calon Perbekel terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbanyak pada TPS dengan jumlah Pemilih terbanyak. (3) Dalam hal jumlah calon Perbekel terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) calon Perbekel pada desa dengan TPS hanya 1 (satu), calon Perbekel terpilih ditetapkan berdasarkan wilayah tempat tinggal dengan jumlah Pemilih terbesar. Pasal 55 Perlengkapan pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS, disimpan di kantor desa atau ditempat lain yang terjamin keamanannya. Bagian Kelima Pelaporan Pasal 56 (1) Panitia Pemilihan menyampaikan Laporan Hasil Pemilihan Perbekel yang dilampiri berita acara jalannya pemungutan suara dan berita acara hasil penghitungan suara Perbekel kepada BPD paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pemungutan suara. (2) BPD berdasarkan laporan Panitia Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menetapkan calon Perbekel terpilih dengan Keputusan BPD. (3) BPD menyampaikan laporan Calon Perbekel terpilih kepada Bupati melalui Camat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah penetapan Calon Perbekel Terpilih. Bagian Keenam Pengangkatan Pasal 57 (1) Calon Perbekel terpilih disahkan pengangkatannya dengan Keputusan Bupati. (2) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterima laporan hasil pemilihan Perbekel dari BPD.

24 24 BAB IV PENYELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN PERBEKEL Bagian Kesatu Mekanisme Pengaduan Pasal 58 (1) Pelanggaran pada setiap tahapan pemilihan Perbekel dilaporkan kepada Panitia Pemilihan oleh masyarakat, Calon Perbekel dan / atau saksi. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis yang berisi : a. nama dan alamat pelapor; b. waktu dan tempat kejadian perkara; c. nama dan alamat pelanggar; d. nama dan alamat saksi saksi; dan e. uraian kejadian. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Panitia Pemilihan paling lama 3 (tiga) hari sejak terjadinya pelanggaran. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan diatur oleh Panitia Pemilihan dalam tata tertib pemilihan perbekel. Pasal 59 (1) Panitia Pemilihan mengkaji setiap laporan pelanggaran yang diterima. (2) Panitia Pemilihan memutuskan untuk menindak lanjuti atau tidak menindak lanjuti laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 3 (tiga) hari setelah laporan diterima. (3) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa dan tidak mengandung unsur tindak pidana, diselesaikan oleh Panitia Pemilihan. (4) Dalam hal laporan mengandung unsur tindak pidana, penyelesaiannya diteruskan kepada aparat penyidik yang berwenang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua Penyelesaian Masalah Pasal 60 (1) Panitia Pemilihan menyelesaikan sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3), dilakukan melalui tahapan: a. mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa melalui musyawarah dan mufakat; b. dalam hal tidak tercapai kesepakatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Panitia Pemilihan berwenang memutuskan hasil sengketa tersebut.

25 25 (2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 3 (tiga) hari sejak pihak-pihak yang bersengketa dipertemukan sudah diputuskan. (3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib disampaikan kepada pihak pihak yang bersengketa. Pasal 61 (1) Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan Perbekel, Bupati wajib menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPD. (2) Penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Perbekel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati, dengan memperhatikan pertimbangan dari Panitia Pemilihan Daerah, BPD, dan Panitia Pemilihan. (3) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat final dan mengikat. BAB V PELANTIKAN PERBEKEL Bagian Kesatu Pelantikan Perbekel Pasal 62 (1) Pelantikan Calon Perbekel terpilih dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterbitkan Keputusan Bupati mengenai pengesahan pengangkatan Calon Perbekel terpilih. (2) Pelantikan Calon Perbekel terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (3) Susunan acara pelantikan Perbekel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. Pembacaan Keputusan Bupati tentang Pengesahan Pengangkatan Perbekel. b. Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. c. Penandatanganan berita acara pengambilan sumpah/janji. d. Kata pelantikan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. e. Penyematan tanda jabatan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. f. Pembacaan Amanat Bupati. g. Pembacaan doa. (4) Pelantikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara bersamaan pada tempat dan tanggal yang telah ditentukan.

26 26 (5) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b sebagai berikut : Demi Tuhan, saya bersumpah/berjanji, bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Perbekel dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundangundangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (4) Selain pelantikan resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pemerintah Desa dan masyarakat dapat menyelenggarakan kegiatan pisah dan kenal Perbekel sesuai dengan sosial budaya setempat. (5) Segala biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan sebagaimana maksud pada ayat (4), dibebankan pada APBDesa. Bagian Kedua Serah Terima Jabatan Pasal 63 (1) Serah terima jabatan dilakukan setelah pelantikan Calon Perbekel terpilih. (2) Serah terima jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan penandatanganan berita acara serah terima jabatan. (3) Penandatanganan berita acara serah terima jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan pada Acara pengambilan sumpah/janji dan pelantikan Calon Perbekel terpilih setelah penyematan tanda jabatan bersamaan dengan menyerahkan memori serah terima jabatan. (4) Memori serah terima jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas: a. Pendahuluan b. Monografi Desa c. Pelaksanaan program kerja tahun lalu d. Rencana program yang akan datang e. Kegiatan yang telah diselesaikan, sedang dilaksanakan, dan rencana kegiatan setahun terakhir. f. Hambatan yang dihadapi. g. Daftar inventarisasi dan kekayaan desa.

27 27 Pasal 64 (1) Dalam hal Calon Perbekel terpilih belum mengucapkan sumpah/janji dan dilantik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) meninggal dunia maka dilakukan musyawarah desa untuk menetapkan Calon Perbekel terpilih sebagai pengganti Calon Perbekel terpilih yang meninggal dunia. (2) BPD menyampaikan laporan Calon Perbekel terpilih hasil musyawarah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bupati untuk disahkan. (3) Ketentuan mengenai pelaksanaan penerbitan Keputusan Bupati tentang pengesahan pengangkatan Calon Perbekel terpilih dan pelantikan Calon Perbekel terpilih dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 57 ayat (2) dan Pasal 62 ayat (1). BAB VI PENGANGKATAN PENJABAT PERBEKEL Pasal 65 (1) Pengangkatan Penjabat Perbekel dilakukan dalam hal : a. Perbekel berhenti dan akan dilaksanakan pemilihan Perbekel antarwaktu melalui musyawarah desa; b. Perbekel berhenti dan akan dilaksanakan pemilihan Perbekel serentak; c. Perbekel berhenti pada saat kebijakan penundaan pelaksanaan pemilihan Perbekel. (2) Penjabat Perbekel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Bupati dari Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah. (3) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai penjabat Perbekel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit harus memahami bidang kepemimpinan dan teknis pemerintahan. (4) Penjabat Perbekel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan hak Perbekel sampai dengan ditetapkannya Perbekel. Pasal 66 (1) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai Penjabat Perbekel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2) diutamakan dari Pegawai Negeri Sipil yang ada di desa setempat. (2) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai Penjabat Perbekel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui mekanisme atas usulan Camat berdasarkan musyawarah BPD.

28 28 (3) Usulan Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan pertimbangan kemampuan pemahaman dalam bidang kepemimpinan dan teknis pemerintahan, asal atau alamat tempat tinggal Pegawai Negeri Sipil yang diusulkan. (4) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai Penjabat Perbekel wajib mendapatkan persetujuan atau ijin atasan langsung tempat Pegawai Negeri Sipil bersangkutan bertugas. Pasal 67 (1) Penjabat Perbekel melaksanakan tugas sampai dengan dilantiknya Perbekel terpilih. (2) Pegawai Negeri Sipil yang telah berakhir masa tugasnya sebagai Penjabat Perbekel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) dikembalikan ke Satuan Kerja Perangkat Daerah tempatnya bertugas. Pasal 68 (1) Penjabat Perbekel yang mencalonkan diri sebagai calon Perbekel diberi cuti sejak ditetapkan sebagai calon sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan calon terpilih. (2) Dalam hal Penjabat Perbekel mencalonkan diri sebagai Calon Perbekel sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Perbekel sampai dengan berakhirnya cuti Penjabat Perbekel atau sampai dengan dilantiknya Perbekel. (3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Sekretaris Desa, Bupati dapat mengangkat Perangkat Desa Lainnya sebagai Pelaksana Tugas Perbekel. (4) Masa jabatan Pelaksana Tugas Perbekel sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lama 3 (tiga) bulan. BAB VII PEMBERHENTIAN PERBEKEL Pasal 69 (1) Perbekel berhenti karena : a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; atau c. diberhentikan.

29 29 (2) Perbekel diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, karena : a. berakhir masa jabatannya; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Perbekel; d. melanggar larangan Perbekel; e. adanya perubahan status Desa menjadi Kelurahan, penggabungan 2 (dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, atau penghapusan Desa; f. tidak melaksanakan kewajiban sebagai Perbekel; atau g. dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (3) Apabila Perbekel berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPD melaporkan kepada Bupati melalui Camat. (4) Laporan Pimpinan BPD kepada Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat materi situasi yang terjadi terhadap Perbekel yang bersangkutan. (5) Atas laporan Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Bupati melakukan kajian untuk proses selanjutnya. (6) Pengesahan pemberhentian Perbekel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 70 (1) Dalam hal sisa masa jabatan Perbekel yang berhenti tidak lebih dari 1 (satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, dan huruf g, Bupati mengangkat Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah sebagai penjabat Perbekel sampai terpilihnya Perbekel yang baru. (2) Dalam hal sisa masa jabatan Perbekel yang berhenti lebih dari 1 (satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, dan huruf g, Bupati mengangkat Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah sebagai penjabat Perbekel sampai terpilihnya Perbekel antar waktu melalui hasil musyawarah Desa. Pasal 71 Perbekel dapat diberhentikan sementara oleh Bupati karena: a. tidak melaksanakan kewajiban sebagai Perbekel; b. melanggar larangan sebagai Perbekel;

BUPATI BARITO SELATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI BARITO SELATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI BARITO SELATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO SELATAN,

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN PERBEKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

Lebih terperinci

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAMASA Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO S A L I N A N

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 01 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA SECARA SERENTAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEPALA DESA. Berdasarkan Permendagri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan kepala desa

PEMILIHAN KEPALA DESA. Berdasarkan Permendagri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan kepala desa PEMILIHAN KEPALA DESA Berdasarkan Permendagri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan kepala desa PEMILIHAN KEPALA DESA Pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka memilih kepala desa yang bersifat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DI KABUPATEN KEDIRI

TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DI KABUPATEN KEDIRI TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DI KABUPATEN KEDIRI A. PROSES PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA. 1. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa. a. Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 1 SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BINTAN, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN LURAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 117 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang :a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH - 1 - BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR: 03 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN REJE PEMERINTAH KAMPUNG SECARA SERENTAK

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR: 03 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN REJE PEMERINTAH KAMPUNG SECARA SERENTAK BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR: 03 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN REJE PEMERINTAH KAMPUNG SECARA SERENTAK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL BUPATI BANGLI, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan pasal 31 ayat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG 1 2015 No.03,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pemilihan, pengangkatan, pemberhentian, lurah, desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 No.04,2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAHAN DESA.LURAH DESA. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Tata, Cara,

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ~ 1 ~ SALINAN BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO Dan BUPATI SUKOHARJO MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO Dan BUPATI SUKOHARJO MEMUTUSKAN : BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa untuk mengatur

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PELANTIKAN SERTA PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NATUNA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur; BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG TATACARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGESAHAN DAN PENGANGKATAN, PELANTIKAN SERTA PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG 1 BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN PETINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NN BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI [[ BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 14 TAHUN 20112011 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PELANTIKAN, PEMBERHENTIAN, DAN MASA JABATAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 108 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 108 TAHUN 2015 SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 108 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PANITIA PEMILIHAN TINGKAT DESA DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL

PANITIA PEMILIHAN TINGKAT DESA DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL PANITIA PEMILIHAN TINGKAT DESA DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL Alamat: Jl. Parangtritis Km.25 Kretek Bantul 55772 KEPUTUSAN PANITIA PEMILIHAN TINGKAT DESA DESA PARANGTRITIS NOMOR :01/Kep.Pan./V/2018

Lebih terperinci

ANALISIS KAJIAN HUKUM BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR... TAHUN TENTANG PEMILIHAN PREBEKEL

ANALISIS KAJIAN HUKUM BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR... TAHUN TENTANG PEMILIHAN PREBEKEL ANALISIS KAJIAN HUKUM BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR... TAHUN 20... TENTANG PEMILIHAN PREBEKEL RANPERDA BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI RANCANGAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA BAGIAN HUKUM DAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 26 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 26 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 26 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN DAN PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GORONTALO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Kepala Desa; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2015 PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA - 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNG MAS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN,

Lebih terperinci

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, DAN PELANTIKAN KEPALA LEMBANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMERINTAHAN DESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMERINTAHAN DESA BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA 1 Menimbang Mengingat : : BUPATI POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, bahwa untuk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 21 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 21 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 21 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEPALA DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEPALA DESA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG 1 BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 5 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 5 Tahun : 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 5 Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT -1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PEMBERHENTIAN DAN PELANTIKAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, 3333333 BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA, PENGANGKATAN PERANGKAT DESA, DAN PENGISIAN KEANGGOTAAN BADAN PERMUSYAWARATAN

Lebih terperinci

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA, DAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LABUHANBATUUTARA dan BUPATI LABUHANBATU UTARA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LABUHANBATUUTARA dan BUPATI LABUHANBATU UTARA MEMUTUSKAN: SALINAN BUPATI LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU UTARA NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LABUHANBATU

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN 1 BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN, PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DAN PENGANGKATAN PERANGKAT

Lebih terperinci

BUPATI TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 9 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 9 TAHUN 2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 9 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

7. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Bangka (Lembaran Daerah Kabupate

7. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Bangka (Lembaran Daerah Kabupate BUPATI BANGKAA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

TIM PENELITI KERJASAMA DPRD KABUPATEN JEMBRANA DENGAN FAKULTAS HUKUM UNUD

TIM PENELITI KERJASAMA DPRD KABUPATEN JEMBRANA DENGAN FAKULTAS HUKUM UNUD ANALISIS KAJIAN HUKUM BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR... TAHUN 20... TENTANG PEMILIHAN PREBEKEL TIM PENELITI PROF DR I GUSTI NGURAH WAIROCANA, SH, MH NI LUH GEDE

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 9

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 9 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 No.05,2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAHAN DESA.PAMONG DESA. ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH KECAMATAN PRAYA DESA MEKAR DAMAI Alamat : Jln. Taruna Jaya 01 Km Tlpn/Hp Kode Pos 8351I

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH KECAMATAN PRAYA DESA MEKAR DAMAI Alamat : Jln. Taruna Jaya 01 Km Tlpn/Hp Kode Pos 8351I PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH KECAMATAN PRAYA DESA MEKAR DAMAI Alamat : Jln. Taruna Jaya 01 Km Tlpn/Hp 081917005975 Kode Pos 8351I PERATURAN DESA MEKAR DAMAI NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN

Lebih terperinci