BAB V HASIL ANALISIS AVAILABILITY PESAWAT C-130 HERCULES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL ANALISIS AVAILABILITY PESAWAT C-130 HERCULES"

Transkripsi

1 BAB V HASIL ANALISIS AVAILABILITY PESAWAT C-130 HERCULES V.1 Pendahuluan Bab ini merepresentasikan hasil analisis terhadap reliability, availability dan maintainability dari tingkat komponen utama dan dilanjutkan sampai kepada tingkat sistem pesawat secara keseluruhan, berdasarkan kategori standar kelaikan Pesawat C-130 Hercules (NO GO ITEM). Analisis didasarkan kepada data historis (historical data) dari pengoperasian 9 Pesawat C-130 Hercules. Data historis didapatkan dari riwayat pesawat yang berisi informasi data-data kegagalan/kerusakan dan penelusuran jam terbang (flight hours) serta kalender usia (calender record) dengan rentang interval rata-rata 1500 FH atau 2 tahun, seperti yang telah diuraikan dalam bab 4. Hasil analisis yang diperoleh merepresentasikan kehandalan nyata (existing reliability) dari komponen dan sistem Pesawat C-130 Hercules. V.2 Reliability Komponen dan Sistem Utama Pesawat C-130 Hercules Hasil analisis kehandalan (Existing Reliability) komponen/sistem Pesawat C-130 Hercules, menjadi ukuran dalam menilai kondisi nyata dari reliability Pesawat C- 130 Hercules saat ini. Gambar V.1 dan V.2 merupakan representasi analisis reliability komponen Engine Assy dan APU. Dari distribusi probability plot dapat ditentukan tren laju kegagalan apakah meningkat secara signifikan atau cendrung konstan melalui nilai parameter slope (β). Tabel V.1 merupakan contoh analisis reliability terhadap komponen dan sistem Engine/GTC pada FH. Dari metode diagram blok kehandalan, dapat ditentukan tingkat kekritisan komponen atau sistem. Penentuan komponen kritis dari komponen/sistem dari Pesawat C- 130 Hercules, dapat ditentukan dari tabel V.1 dengan mencari komponen/sistem yang paling rendah tingkat reliability-nya. Laju kegagalan komponen λ k (t) dan sistem λ s (t) merupakan faktor utama yang memberikan kontribusi pada tingkat kekritisan komponen/sistem serta tingkat pengoperasian Pesawat C-130 Hercules. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -51-

2 APU Engine Assy Torquemeter Tachometer TIT Indicator Fuel Flow Indicator Oil Temp. Indicator Oil Pressure Indicator Oil Quantitty Indicator Low Oil Quantity Light Engine Oil Cooler Flap Position Indicator Gambar V.1 Contoh Reliability Block Diagram Engine Systems C-130 Hercules Kehandalan R (T) K e h a n d a la n En g in e p a d a T = F H R ( T ) V s T H u n d re d s 'R e lia b ility ' T ( F lig h t H o u r ) Gambar V.2 Existing Reliability Komponen GTC pada FH Analisis terhadap parameter reliability juga perlu dilakukan untuk melihat kecenderungan laju kegagalan komponen dan sistem mengikuti pola Bathub Curve. Untuk komponen dengan kategori On Condition (OC), maka tingkat Reliability komponen didasarkan pada MTBF-nya, dengan asumsi bahwa setelah terjadi kegagalan, komponen akan diganti dengan yang baru (komponen selalu dalam kondisi new). Penerapan konsep OC pada komponen/item adalah jika kerusakannya tidak menimbulkan dampak yang membahayakan (not safety critical) atau menghambat operasional pesawat (not operasional critical) atau kerugian ekonomis yang berarti, serta karena seringnya terjadi kegagalan. Hal ini diperkuat oleh data kegagalan komponen yang cukup tinggi (High Failure Rate) dalam interval waktu 1000 FH. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -52-

3 Tabel V.1 Cuplikan Analisis Reliability Komponen dan Sistem Engine/GTC Pesawat C-130 Hercules (13000 FH) System/Sub-System MTBF TBO Distribution Reliability Reliability No Component N (Hr) (Hr) Probability Plot Komponen Sistem A Engine/Gas Turbine Compressor (GTC) t t Rk(t) Rs(t) 1 Engine Assy W ; Torquemeter OC LG;T=1500; '= Tachometer OC LG;T=1100; '= TIT Indicators OC EXP; t=1400 ; θ= Fuel Flow Indicator OC W ; Oil Temperature Indicator OC W ; Oil Pressure Indicator OC LG;T=1650; '= Oil Quantity Indicator OC LG;T=1650; '= Low Oil Quantity Light 5 1 Engine Oil Cooler Flap Position 10 Indicator LG;T=54000; '= GTC/APU W ; Dari Tabel V.1 dapat dilihat bahwa engine merupakan komponen kritis dalam sistem daya Pesawat C-130 Hercules. Hal ini diperkuat dengan kebijakan pemeliharaan yang masih dijalankan dan menjadi prioritas yaitu untuk memonitor Flight Hours komponen Engine dan GTC. Kedua komponen juga memberikan kontribusi terbesar dalam tingkat operasional Pesawat C-130 Hercules. Komponen yang tidak ada data-data pendukung analisis atau terjadi kegagalan komponen, diasumsikan reliability komponen adalah (R = 1). V.3 Dispatch Unavailability System Pesawat C-130 Hercules Hasil analisis unavailability komponen dan sistem Pesawat C-130 Hercules merupakan representasi dari analisis Markov model untuk sistem yang dapat direparasi. Hasil ini didapatkan dari perbandingan dan peluang total jumlah unit dengan jumlah unit yang disyaratkan untuk dapat beroperasi. Penjelasan lebih detail, dapat mengacu pada tabel V.3 dan V.4. Sebagai contoh diambil peluang dan dispatch unavailability untuk engine C-130 Hercules. Engine pesawat terdiri dari 4 unit identik. Berdasarkan MEL maka unit engine yang harus dapat beroperasi dari empat unit, seluruhnya harus dapat beroperasi (4/4). Peluang tingkat keadaan (State) keempat engine untuk gagal dan beroperasi, dinyatakan dalam tabel V.2. Ada 16 peluang tingkat keadaan engine. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -53-

4 Tabel V.2 Probability State Komponen Engine Pesawat C-130 Hercules Engine State C-130H O X O O O X X X O O O O X X X X 2 O O X O O X O O X X O X O X X X 3 O O O X O O X O X O X X X O X X 4 O O O O X O O X O X X X X X O X Note : O = Operating ; X = Failed V.3.1 Unavailability System (1 Crew) Pesawat C-130 Hercules Komposisi Unavailability System 1 crew didapatkan dengan asumsi bahwa crew pemeliharaan dan sekaligus operasional Pesawat C-130 Hercules dilakukan oleh 1 crew repair, baik itu Skadud untuk level komponen, Skatek untuk level subsistem, ataupun Depo untuk level Pesawat. Repair dapat dilakukan hanya pada level komponen dan sebagian dari subsistem yang tidak mengganggu operasional pesawat secara signifikan. Dalam arti bahwa aktifitas repair hanya dapat dilakukan oleh tiap-tiap crew secara terpisah. Cuplikan Unavailability system 1 crew, dapat dilihat pada tabel V.3. Tabel V.3 Cuplikan Dispatch Unavailability (1 Crew) Komponen dan Sistem Engine/GTC Pesawat C-130 Hercules System/Sub-System MEL System Unavailability (1 Crew) No Component Ins Ops Dispatch MDT λ Number of Units Required to Operate (Dispatch) (Hr) A Engine/Gas Turbine Compressor (GTC) 1 1 1/ Engine Assy 4 4 4/ E-08 7E-06 1E Torquemeter 4 4 4/ E-12 5E-09 9E Tachometer 4 4 4/ E-08 5E-06 9E TIT Indicators 4 4 4/ E-08 2E-06 5E Fuel Flow Indicator 4 4 4/ E-10 2E-07 1E Oil Temperature Indicator 4 4 4/ E-10 2E-07 1E Oil Pressure Indicator 4 4 4/ E-08 4E-06 7E Oil Quantity Indicator 4 3 4/ E-11 6E-08 4E-05 9 Low Oil Quantity Light 1 0 1/ Engine Oil Cooler Flap Position Indicator 4 0 4/ E-14 9E-11 6E-07 6E GTC/APU 1 0 1/ E-04 Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -54-

5 V.3.2 Unavailability System (n Crew) Pesawat C-130 Hercules Komposisi Unavailability System n Crews didapatkan dengan asumsi bahwa crew pemeliharaan operasional Pesawat C-130 Hercules terdiri dari komposisi beberapa set crew. Komposisi ini bisa terdiri dari 2 Skadud (Skadud 31 dan 32) untuk level komponen, 2 Skatek (Skatek 21 dan 22) untuk level subsistem, dan 2 Depo (Depo 10 dan 30) untuk level pesawat. Hal ini sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya bahwa crew repair dan operasional Pesawat C-130 Hercules untuk tiap level pemeliharaan terdiri dari 2 komposisi ini. Sehingga dengan asumsi tersebut maka semua komposisi dalam prakteknya dapat diimplementasikan. Tabel V.4 Cuplikan Dispatch Unavailability (n Crew) Komponen dan Sistem Engine/GTC Pesawat C-130 Hercules System/Sub-System MEL System Unavailability (n Crews) No Component Ins Ops Dispatch MDT λ Number of Units Required to Operate (Dispatch) (Hr) A Engine/Gas Turbine Compressor (GTC) 1 1 1/ Engine Assy 4 4 4/ E-09 1E-06 3E Torquemeter 4 4 4/ E-13 9E-10 4E Tachometer 4 4 4/ E-09 9E-07 4E TIT Indicators 4 4 4/ E-10 4E-07 3E Fuel Flow Indicator 4 4 4/ E-11 3E-08 5E Oil Temperature Indicator 4 4 4/ E-11 3E-08 5E Oil Pressure Indicator 4 4 4/ E-10 6E-07 3E Oil Quantity Indicator 4 3 4/ E-12 9E-09 2E-05 9 Low Oil Quantity Light 1 0 1/ Engine Oil Cooler Flap Position Indicator 4 0 4/ E-16 1E-11 3E-07 6E GTC/APU 1 0 1/ E-04 Hasil analisis dispatch unavailability system ini, hanya merepresentasikan perbandingan total jumlah unit (komponen/sistem) dengan jumlah unit (komponen/sistem) yang disyaratkan untuk beroperasi dengan komposisi dispatch unavailability system : 4/1 ; 4/2 ; 4/3 ; dan 4/4. Sedangkan untuk kategori jumlah komponen yang lebih besar dari 4, seperti 6, 7, dan 9 harus dilihat terlebih dahulu jumlah unit yang disyaratkan untuk beroperasi, berapa serta laju kegagalan komponennya (λ). Hasil analisis lengkap dari unavailability system baik 1 crew maupun n crew dapat dilihat pada lampiran E-1 dan E-2. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -55-

6 V.4 Skenario Model Availability Komponen dan Sistem Utama Pesawat C- 130 Hercules Analisis Availability yang dilakukan lebih menekankan pada bagaimana membangun sistem dari komponen utama yang direpresentasikan dalam reliability block diagram (RDB) dan dilanjutkan dengan membangun FTA sebagai dasar dalam analisis Availability. Analisis FTA dilakukan untuk tiap sistem dan komponen yang membentuknya, dimana laju kegagalan komponen akan membentuk laju kegagalan sistem. MDT komponen akan membentuk MDT sistem berdasarkan hubungan logis dari diagram FTA yang telah dibangun. Untuk mendapatkan gambaran perbandingan dari sistem pemeliharaan yang optimal dan efektif dalam analisis availability maka dilakukan skenario model. Ada tiga skenario yang akan dibahas dalam analisis yaitu ; kategori standar, kategori penambahan crew repair, dan kategori pengurangan crew repair. Cuplikan data-data yang digunakan untuk melakukan tiga skenario model dapat ditunjukkan pada tabel V.5 (selengkapnya pada lampiran F). Tabel V.5 Cuplikan Variasi Data MDT, Jumlah Crew dan Manhours untuk Skenario Model pada Komponen Engine/GTC Pesawat C-130 Hercules No. A System/Sub-System Component Engine/Gas Turbine Compressor (GTC) Skenario Model I (Standard) Skenario Model II (Tambah Crew) Skenario Model III (Kurang Crew) MDT (Hr) Crew MH MDT(Hr) Crew MH MDT(Hr) Crew MH 1 Engine Assy Torquemeter Tachometer TIT Indicators Fuel Flow Indicator Oil Temperature Indicator Oil Pressure Indicator Oil Quantity Indicator Low Oil Quantity Light Engine Oil Cooler Flap Engine Oil Cooler Flap Position Indicator GTC/APU Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -56-

7 Skenario model dilakukan dengan cara melakukan variasi pada parameter mean downtime (MDT) dari tiap komponen dalam sistem dan dengan asumsi bahwa laju kegagalan komponen (λ) tetap (tidak berubah). Setiap penambahan atau pengurangan crew repair akan berdampak kepada manhour dan waktu rata-rata yang dibutuhkan crew untuk me-repair komponen/sistem (MDT). V.4.1 Analisis Availability Berdasarkan Skenario Model I (Standar) Skenario model kategori standar dilakukan untuk mendapatkan tingkat availability Pesawat C-130 Hercules melalui laju kegagalan (λ) dan mean downtime (MDT) dari tiap komponen dan sistem secara berjenjang dengan FTA. Model standar ini dilakukan dengan asumsi bahwa setiap kegagalan komponen dalam sistem dapat dilakukan perbaikan, dimana parameter MDT yang dimasukkan dalam analisis sesuai dengan standar yang telah dijalankan selama ini di semua satuan baik operasional maupun pemeliharaan. Gambar V.3. FTA Sistem Engine / GTC Untuk mendapatkan nilai MDT dan laju kegagalan (λ) pada level subsistem, baik yang disusun secara seri maupun parallel, digunakan persamaan 3-15 sampai dengan 3-18 seperti telah dibahas pada sub bab III.6 tentang Fault Tree Analysis (FTA). Untuk sistem Engine/GTC, analisis diilustrasikan pada gambar V.4, diperoleh λ= /Hr dan MDT Hr. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -57-

8 λ = MDT = Hr λ= MDT = 1 Hr λ= MDT = 8 Hr λ= 0 MDT = 0.11 Hr λ= MDT = 1 Hr λ= MDT = 1 Hr λ= MDT = 1 Hr λ = MDT = 1 Hr λ = MDT = 1 Hr λ= MDT = 1 Hr λ= 0 MDT = 1 Hr λ = MDT = 1 Hr λ = MDT = 1 Hr Gambar 5.4 Analisis Failure Rate dan MDT Sistem Engine / GTC Dengan cara yang sama dilakukan analisis FTA untuk semua subsistem Pesawat C-130 Hercules. Semua subsistem yang membangun sistem Pesawat C-130 Hercules disusun secara seri dengan asumsi bahwa kegagalan salah satu subsistem akan berdampak pada availability pesawat C-130 Hercules. Rangkuman hasil analisis FTA untuk tiap subsistem dan sistem Pesawat C-130 Hercules dengan skenario model standar ini, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran G. Untuk level Pesawat C-130 Hercules didapatkan nilai laju kegagalan pesawat adalah λ= /Hr dan MDT = 3.12 Hr. Sehingga rata-rata waktu Pesawat C-130 Hercules Uptime adalah : T = 1/λ= 1/0.0325/Hr = Hr 31 Hr Sedangkan Total Time = Uptime + Downtime = Hr Hr = Hr Sehingga Availability rata-rata Pesawat C-130 Hercules adalah : Hr AV = = Hr t = t = 3.12 Hr MDT Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -58-

9 Ini berarti bahwa setiap Pesawat C-130 Hercules selama 30 jam, ada 3 jam waktu downtime (tidak beroperasi) untuk aktifitas perbaikan (repair). Dengan demikian dari skenario model pertama ini didapatkan hasil analisis tingkat Availability ratarata (A V ) pesawat adalah Model analisis yang dikembangkan dalam kategori yang pertama ini selanjutnya menjadi acuan untuk memodelkan dengan skenario yang lain. Artinya dengan proses yang sama, dimungkinkan untuk mendapatkan tingkat availability Pesawat C-130 Hercules yang lebih baik. V.4.2 Analisis Availability Berdasarkan Skenario Model II Skenario model yang kedua dilakukan dengan cara menambah crew repair, dengan asumsi bahwa dengan adanya penambahan crew repair, maka akan menurunkan nilai MDT (minimum MDT). Skenario model ini hanya akan memberi dampak pada kenaikan jumlah manhours dan harus dimbangi dengan kemampuan set crew yang ada dapat bekerjasama dengan baik serta mengetahui apa yang harus dilakukan. Atau dapat juga kemampuan (skill) setiap crew mempunyai kemampuan yang sama. Akan tetapi tidak semua komponen atau sistem dapat ditambah crew repair-nya, sebab bukan tidak mungkin akses ke tempat komponen yang gagal hanya dapat dilakukan oleh crew yang terbatas. Untuk itu model kedua yang dikembangkan hanya dilakukan pada komponen tertentu saja yang masih dimungkinkan untuk menambah personel crew repair. Hasil analisis Availability dengan model kedua ini menunjukkan kenaikan tingkat Availability rata-rata (AV) pesawat yaitu V.4.3 Analisis Availability Berdasarkan Skenario Model III Skenario model yang ketiga dilakukan dengan cara mengurangi crew repair, dengan asumsi bahwa dengan pengurangan crew repair, akan menurunkan manhours. Sama dengan kasus pada model yang dikembangkan pada skenario II, bahwa tidak semua komponen dapat dikurangi set crew repair-nya, karena akan berdampak kepada kualitas pemeliharaan dan bahkan meningkatkan resiko Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -59-

10 keselamatan (safety). Skenario ini dapat dijalankan, jika dalam kondisi jumlah crew yang terbatas serta tingkat misi dan kegagalan komponen yang terjadi tidak bersifat kritis. Skenario ini menimbulkan konsekwensi naiknya nilai MDT serta efektifitas sistem pemeliharaan berkurang, dan ini tentu berdampak pula secara langsung pada tingkat pencapaian availability pesawat. Hasil analisis Availability dengan model ketiga ini menunjukkan penurunan tingkat Availability rata-rata (AV) pesawat yaitu V.4.4 Perbandingan dengan Menggunakan Skenario Model dan Metode Unavailability Systems. Dari kedua metode yang digunakan untuk menentukan tingkat availability Pesawa C-130 Hercules dapat dibandingkan hasil analisisnya. Perbandingan dimaksudkan untuk memvalidasi hasil analisis berdasarkan metode yang telah digunakan. Ini dikarenakan unavailability system menggunakan teknik pendekatan (approximasi). Tabel V.6 menunjukkan rangkuman hasil analisis perbandingan availability pada tingkat subsistem dan sistem pesawat. Pada baris terakhir dapat dilihat bahwa hasil analisis menunjukkan hasil yang hampir sama. No. System/Sub-System λ A Engine/Gas Turbine Compressor (GTC) Tabel V.6 Perbandingan SM I MDT (Hr) SM II MDT (Hr) SM III MDT (Hr) Av Pesawat SM Av US B Propellers C Electrical System D Fuel Systems E Hydraulics F Anti-Ice/De-Ice system G Brake/Anti Skid Syst H Flight Recorder/Locating Systems I Fire Protection/Warning Systems J Airconditioning, Pressurization and Bleed Air K Landing Gear Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -60-

11 L Flight Instruments M N O P Navigation Systems Flight Management System (FMS) Aircraft Exterior/Interior Lighting Doors and Ramp Systems 5.698E E Pesawat C-130 H Perbandingan hanya dapat dilakukan pada tingkat sistem dan subsistem Pesawat karena dispatch unavailability system dari subsistem dan sistem adalah 1/1, sehingga hasilnya dapat mendekati. Untuk level komponen karena ada perbedaan total jumlah komponen yang ada di pesawat sehingga tidak dapat dibandingkan. Sedangkan jumlah unit subsistem dan sistem dalam suatu pesawat adalah 1. V.5 Analisis Availability Berdasarkan Logistic Delay Time (LDT) Subsistem Pesawat C-130 Hercules Untuk mencapai tingkat availability yang optimal, ditentukan oleh distribusi komponen yang berkaitan dengan logistik. Ada korelasi penurunan availability akibat penundaan (delay) logistik. Gambar V.5 menggambarkan grafik penurunan availability akibat Logistic Delay Time (LDT) sukucadang. Sedangkan Tabel V.7 menunjukkan batas toleransi yang dapat diterima dari masing-masing subsistem, jika diasumsikan bahwa tingkat optimal yang ingin dicapai oleh TNI AU dalam operasional Pesawat C-130 Hercules adalah Maka waktu penundaan logistik sukucadang (LDT) untuk kategori subsistem berbeda-beda. a. Subsistem propeller dan hydraulic memiliki toleransi waktu yang diperkenankan untuk penundaan logistik (LDT) hanya 1 hari (24 Hour). b. Subsistem brake, serta AC dan pressurization, memiliki toleransi waktu yang diperkenankan untuk penundaan logistik (LDT) hanya 2 hari (48 Hour). c. Subsistem Electrical memiliki toleransi waktu yang diperkenankan untuk penundaan logistik (LDT) mencapai 3 hari (72 Hour). Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -61-

12 d. Subsistem seperti engine, landing gear, FIS, Navigation, FMS, memiliki toleransi waktu yang terbaik dimana waktu penundaan logistik (LDT) yang diperkenankan mencapai 5 hari (120 Hour). Penurunan Availability Akibat AWP Subsistem C-130 Hercules Engine A vail abili ty Pesawat C-130 (At) hari 2hari 3hari 4hari 5hari Logistic Delay Time (LDT) Propeller Electrical Hydraulic Brake AC, BAS Landing Gear FIS Nav igation FMS In/Ex Lighting Limit Gambar V.5 Penurunan Availability akibat AWP Subsistem Pesawat C-130 Tabel V.7 Toleransi AWP Kegagalan Subsistem AWP Subsistem Toleransi LDT (Hari/Hr) Engine 5 (120 Hour) Propeller 1 (24 Hour) Electrical System 3 (72 Hour) Hydraulic System 1 (24 Hour) Brake System 2 (48 Hour) AC, Pressurize 2 (48 Hour) Landing Gear System 5 (120 Hour) Flight Instrument System 5 (120 Hour) Navigation System 5 (120 Hour) Flight Manag System 5 (120 Hour) Aircraft In/Ex Lighting 3 (72 Hour) Sedangkan untuk kombinasi AWP akibat kegagalan 2 subsistem secara bersamaan, dilakukan simulasi terhadap 7 kombinasi kegagalan subsistem seperti terlihat dalam gambar V.6 dan tabel V.7 dengan asumsi yang sama, yaitu tingkat availability yang diinginkan adalah Pencapaian tingkat availability akan menghasilkan toleransi waktu yang berbeda dalam hal toleransi penundaan waktu logistik (LDT), jika tingkat yang akan dicapai dinaikkan menjadi 80 %. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -62-

13 Penurunan Availability Akibat Kombinasi AWP Subsistem C-130 Hercules Avai labil ity Pesawat C-130 (At) hari 2hari 3hari 4hari 5hari Logistic Delay Time (LDT) Engine & Prop Hyd & L/G Elect & Light Hyd & Brake Elect & FIS Nav igation & FMS limit Gambar V.6 Penurunan Availability akibat Kombinasi AWP Subsistem Pesawat Tabel V.8 Kombinasi AWP kegagalan subsistem Kombinasi AWP Toleransi LDT (Hari/Hr) Engine dan Propeller 1 (24 Hour) Hydraulics dan Brake Hydraulics dan Landing Gear 1 (24 Hour) Electrical System dan In/Ex Lighting 1 (24 Hour) Electrical System dan FIS 2 (48 Hour) Navigation System dan FMS 5 (120 Hour) V.6 Cluster Assesment dan Analisis SWOT terhadap Maintenance, Repair, and Overhoul (MRO) Pesawat C-130 Hercules. Hasil analisis yang telah didapatkan dan dibahas pada sub bab sebelumnya akan dilengkapi dengan penilaian (Cluster assesment) dan analisis SWOT berdasarkan pada 7 indikator strategi sistem pemeliharaan dan dibandingkan dengan kondisi nyata yang ada saat ini. Perbandingan ditujukan untuk memastikan bahwa hasil analisis bisa diterapkan dan memberikan alternatif solusi dalam mengoptimalkan tingkat kesiapan (mission readiness) dari Pesawat C-130 Hercules. Hasil analisis availability menjadi bahan diskusi dan rekomendasi yang sangat penting, jika dapat diterapkan dan disimulasikan dengan kondisi nyata yang ada. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -63-

14 V.6.1 Cluster Assesment Cluster assesment banyak digunakan dalam suatu industri untuk memaksimalkan potensi yang ada dan berbeda serta saling mendukung. Sistem Cluster ini akan meningkatkan akses dukungan pemeliharaan Pesawat C-130 dan menjadi bagian penting dalam peningkatan kesiapan operasional (availability). Availability C-130 Depohar (30) Satuan Pemeliharaan Tingkat Berat (SDLM) Skadron Teknik (022) Satuan Pemeliharaan Tingkat Sedang Depohar (10) Satuan Pemeliharaan Tingkat Berat (SDLM) Skadron Teknik (021) Satuan Pemeliharaan Tingkat Sedang Skadron Udara (32) Satuan Operasional dan Pemeliharaan Tingkat Ringan Skadron Udara (31) Satuan Operasional dan Pemeliharaan Tingkat Ringan Gambar V.7 Sistem Cluster level Maintenance Pesawat C-130 Hercules Sistem cluster maintenance dan operasional, memiliki beberapa keuntungan dalam aktifitas maintenance dan operasional, yaitu : a. Aktifitas maintenance aksesnya lebih cepat serta memungkinkan untuk dilakukan maintenance dalam waktu yang bersamaan Clustering Task/Multiple Task). b. Memperpendek waktu distribusi logistik (delay time) yang berarti meminimumkan MDT, karena LDT merupakan bagian dari komponen MDT. Alur sukucadang baik input maupun output maupun pengiriman dari satu satuan ke satuan lainnya akan lebih cepat (fast moving item). c. Pergerakan dan pergeseran personil akan lebih cepat serta memungkinkan untuk dilakukan pergantian antar personel (interchangeable) antar satu satuan dengan satuan lainnya apabila dibutuhkan sebagai dampak adanya Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -64-

15 peningkatan aktifitas MRO. Sistem Cluster MRO dengan interchangeable personel juga memungkinkan kebutuhan personel minimum di satuan operasional dan maintenance, karena kesamaan kemampuan dan tugas dalam maintenance. d. Dimungkinkan untuk mengembangkan 2 satuan operasional dan maintenance baru dengan menerapkan format yang sama yaitu sistem cluster ini, minimal gabungan dari 2 kombinasi Skadron Udara dan Skadron Teknik. e. Dua Skadron Udara dan Skadron Teknik alternatif yang baru bisa ditempatkan di Medan dan Biak Papua, sedangkan MRO tingkat SDLM diasumsikan tetap. U/ T/ NA SUMU RIA SUMB NTN B PL SUMS BL JK SRG PT SMR U/ T KALBA PL D La BJ KALTI SM MK NNK P TRK MND GR KD KO OP MR AM SR TNB BI TM U/ T/ JA KOHANUDNAS KO U/ OP T/ MTR KPG MR Gambar V.8 Pengembangan Cluster level Maintenance Pesawat C-130 Hercules Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -65-

16 V.6.2 SWOT Analysis Analisis SWOT didasarkan kepada 7 indikator yang telah dikemukakan dalam bab 4. Rangkuman analisis SWOT akan diuraikan sesuai kondisi nyata saat ini serta peluang-peluang yang mungkin dapat dimaksimalkan untuk mengoptimalkan tingkat availability Pesawat C-130 Hercules. a. Organisasi sumber daya pemeliharaan (Organization of Maintenance resources) Organisasi sumber daya pemeliharaan C-130 Hercules saat ini berjalan dengan baik berdasarkan tugas-tugas maintenance (Tasks and Levels). Tiap-tiap satuan operasional dan maintenance yang ada memiliki tiga kelompok personel dengan kualifikasi sebagai berikut : 1. First line Maintenance, melaksanakan tindakan korektif maintenance, dimana personelnya tersedia baik di Skatek maupun Skadud. 2. Preventive maintenance, melaksanakan tugas-tugas rutin maintenance berdasarkan jadwal dan prosedur yang ada sebagai langkah preventif. Kualifikasi personel untuk kriteria ini tersedia di Skadud dan Skatek. 3. Second Line Maintenance, melaksanakan overhaul dan repair tingkat SDLM baik yang terjadwal maupun tidak terjadwal. Personel yang memenuhi criteria ini tersedia di Depo pemelihraaan TNI AU (Depohar) b. Prosedur pemeliharaan (Maintenance procedures) Prosedur pemeliharaan Pesawat C-130 Hercules yang ada sebenarnya sudah terstruktur dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari dikeluarkannya Buku Petunjuk Pedoman Pemeliharaan Alutsista (BP3A) dan buku ini selalu di revisi berdasarkan perkembangan kondisi Alutsista Pesawat C-130 Hercules. Buku ini juga berisi tentang fungsi dan tugas dari tiap-tiap satuan berdasarkan maintenance level serta aliran pemeliharaan komponen seperti terlihat pada skema dibawah ini. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -66-

17 DEPOHAR 10 (HSN Bandung) Sathar 13 a. Engine System (4 item OH) b. Hydraulic system (39 item OH) c. Flight control System (6 item R) d. Propeller System (4 item OH) e. Electrical System (11 item OH) f. Instrument System (76 items OH) DEPOHAR 10 (HSN Bandung) Sathar 15 a. SIP (Structural Integrity Program) b. Aging c. TYI (Three Years Inspection) d. OWR (Outer Wing Plank Replacement) e. Minor/Major Structure Repair RPC (Repair Center) (HLM Jakarta) dan PPP (Depo 10 HSN Bandung) DEPOHAR 20 (SMO Solo) Sathar 23 a. Har Berat (OH) ALKOM b. Har Berat (OH) ALNAV c. Har Berat (OH) Radar Pesawat d. Har Berat (OH) Instrument e. Har Berat (OH) Special Electronic Equipment DEPOHAR 30 (ABD Malang) Sathar 31 a. Engine System (49 item R/BS/OH) b.apu/gtc System (3 items R/OH) DEPOHAR 30 (ABD Malang) Sathar 33 a. Air Frame System (1 item R) b. L/G System (4 item OH) c. Flight Control System (7 item R) d. Engine System (71 item R/BS/OH) e. Electrical System (30 item R/OH) f. Pneumatic System (30 items R/OH) g. APU/GTC System (3 items R/OH) h. Fuel System (5 items R) i. Hydraulic System (4 items R) Gambar V.9 Aliran komponen untuk Maintenance Pesawat C-130 Hercules c. Peralatan dan alat uji (Tools and test equipment) Peralatan dan alat uji komponen Pesawat C-130 Hercules terus mengalami penurunan (degradasi) dari tahun ke tahun, akibat tidak adanya skala prioritas dalam pengadaannya terutama dikaitkan dengan dukungan untuk komponen yang kritis. Hal ini dapat dilihat dari revisi dan usulan untuk menghapus beberapa kemampuan pemeliharaan komponen yang berkaitan dengan peralatan dan alat uji. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -67-

18 d. Personil (seleksi, pelatihan dan motivasi) Ketersediaan personel Satu-satunya hal yang masih berjalan dengan baik dan rutin dilaksanakan adalah sumber daya manusia (SDM) personel pemeliharaan dan operasional baik melalui seleksi, pelatihan maupun motivasi. Kualifikasi spesialisasi personel meliputi : Aircraft general, listment, fuel system, propeller, engine, power/nonpower, airframe, avionic, A/C system, perbekalan, hydraulic, fabrikasi, dan lain-lain. Koopsau Skadud Skatek Skadud s/d 90 personel Skadud s/d 90 personel Skatek s/d 90 personel Skatek s/d 90 personel Koharmatau Depohar personel Depohar personel Sathar s/d 80 personel Sathar s/d 80 personel Sathar s/d 80 personel Sathar s/d 80 personel Gambar V.10 Distribusi Personel Maintenance Pesawat C-130 Hercules Jumlah personel nyata dan dikaitkan dengan hasil analisis yang ada, memungkinkan untuk membentuk maksimal 4 set crew repair dalam satu satuan operasional dan maintenance, berdasarkan jumlah kebutuhan crew tertinggi (10 Crew) untuk melaksanakan aktivitas install/remove komponen yaitu wing/empenage anti icing system dan Engine inlet air duct anti icing system pada subsistem Anti ice/de-ice system. Rekomendasi untuk kebutuhan minimal pembentukan Skadron operasional dan maintenance baru, seperti yang tertuang dalam skema diatas. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -68-

19 e. Petunjuk dan Manual Pemeliharaan (Maintenance instructions and manual). Petunjuk dan manual pemeliharaan sebenarnya bukan kendala utama dalam aktivitas MRO Pesawat C-130 Hercules, karena ada direktorat engineering dan dinas publikasi teknik dalam struktur Komando Pemeliharaan Materiil TNI AU (Koharmatau) yang bertanggung jawab dalam penyediaan sarana ini. TNI AU sebagai salah satu operator Pesawat C-130 Hercules merupakan bagian dari operasional pesawat jenis ini di seluruh dunia, sehingga setiap ada perubahan dalam bentuk service bulletin (SB) yang berkaitan dengan operasional Pesawat C-130 Hercules dari manufaktur pesawat Lochkeed. f. Spares provisioning A Waiting Part (AWP), adalah kondisi yang sering terjadi saat ini dan istilah yang digunakan oleh TNI AU untuk menyatakan penundaan maintenance yang diakibatkan oleh penundaan sukucadang dan waktunya tidak dapat diprediksi. Situasi ini sering di antisipasi dengan sirkulasi komponen dan penyediaan sukucadang melalui pihak ketiga. g. Logistik Dari ketiga komponen MDT, faktor logistik menjadi salah satu dari komponen yang memeberikan kontribusi terhadap MDT. Faktor logistik terutama dihasilkan dari Logistic Delay Time (LDT) yang tidak dapat diprediksi dengan baik. Kebijakan yang diambil untuk meminimumkan faktor LDT adalah : 1. Fast moving item, yaitu diasumsikan komponen yang gagal dapat diganti (available spare) di titik bekal (TB) satuan operasional atau komponen selalu tersedia serta dapat di overhoul dan di repair di satuan operasional. 2. Low moving item, yaitu kondisi dimana komponen yang gagal diasumsikan dapat di repair dan di overhoul di Depo Pemeliharan (SDLM). Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -69-

20 Dari 7 indikator yang telah dibahas diatas, maka dapat dirangkum dalam analisis SWOT seperti tabel dibawah ini : Strengths Tersedianya crew repair sesuai level maintenance dengan skill yang memadai Jumlah n set crew repair memungkinkan untuk melaksanakan clustering (task dan level) maintenance Kemampuan SDLM untuk melakukan jenis pemeliharaan (Overhoul/OH, Servicing/S, Repair/R, dan Testing/Test) Kaderisasi dan pendidikan kualifikasi personel pemeliharaan berjalan dan terstruktur dengan baik. Penekanan operasional lebih kepada mission readiness dan bukan pada profit oriented, dengan konsekwensi Adanya 2 satuan operasional (skadron udara) dengan kemampuan yang sama, sehingga misi dapat berjalan dengan baik Tabel V.9 Analisis SWOT Weaknesses Degradasi kemampuan peralatan pemeliharaan (Tools for testing) Rendahnya pencapaian alokasi jam terbang (FH) dari tiap-tiap pesawat, sehingga program maintenance selalu dicapai dengan usia kalender Sistem monitoring maintenance tidak berfungsi dengan baik (record kegagalan komponen), sehingga Dukungan spare terkendala oleh banyak faktor karena pengadaannya bergantung pada situasi eksternal (restrictic item) atau A Waiting Part (AWP). Opportunities Peluang penambahan satuan operasional Pesawat Angkut C-130 Hercules Antisipasi perkembangan penambahan jumlah armada Pesawat C-130 Hercules versi terakhir (Tipe E) Program pengembangan kekuatan Pesawat C-130 Hercules masih akan menjadi tulang punggung kekuatan TNI AU di masa depan Threats Mempertahankan tingkat operasional dengan sistem sirkulasi Prediksi penundaan (delay) supplai logistik komponen tidak dapat diprediksi dengan baik. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -70-

21 Dari pembahasan cluster assesment dan SWOT analysis di atas tentunya banyak hal untuk menjadi bahan acuan dalam diskusi dan saran rekomendasi strategis dalam mengoptimalkan dan mengimplementasikan aspek MRO antara lain : a. Meminimumkan downtime dengan mereduksi faktor waktu penundaan akibat dukungan logistik (LDT) yang merupakan faktor utama penyebab ketidakpastian/penundaan aktifitas maintenance, dengan cara : 1. Untuk A Waiting Part (AWP) perlu dilakukan terobosan dengan melibatkan industri dalam negeri dan institusi pendidikan, sebagai bagian dari upaya memeperluas keterlibatan pihak ketiga dalam penyediaan sukucadang. 2. Menyediakan pesawat angkut yang terbang secara reguler tiap 5 hari sekali untuk memperpendek aktifitas distribusi komponen dari satuan operasional ke satuan pemeliharaan dan sebaliknya. 3. Jumlah dan distribusi personel dalam melakukan aktivitas repair, terutama untuk komponen dengan tingkat kritikal seperti engine dan propeller perlu diperbanyak (n set crew repair). b. Merevitalisasi peralatan/toools untuk pengujian (testing) komponen yang akan di repair atau di overhoul untuk menaikkan tingkat dukungan spare yang dapat di reparasi. c. Memenuhi kebutuhan minimal organisasi untuk mengisi first dan second line maintenance, mengingat usia pesawat (aging). d. Untuk mencapai tingkat kesiapan 75 % dengan jumlah armada ideal dalam satu satuan operasional adalah 12 Pesawat, maka dibutuhkan minimal 9 Pesawat C-130 Hercules yang available atau maksimal 3 pesawat yang unavailable. Jika dibandingkan dengan kondisi saat ini, dari 24 pesawat, pesawat yang available hanya 8 s/d 9 pesawat yang berarti tingkat kesiapan Pesawat C-130 Hercules hanya 35 % s/d 40 %. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules -71-

BAB IV METODE ANALISIS

BAB IV METODE ANALISIS BAB IV METODE ANALISIS IV.1 Pendahuluan Implementasi analisis RAM saat ini menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam suatu industri modern, mulai dari proses desain, produksi maupun operasionalnya.

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Program pengembangan kekuatan (Probangkuat) TNI AU khususnya alat utama sistem senjata udara, menjadi prioritas utama dalam mengembangkan komponen kekuatan dan pertahanan udara

Lebih terperinci

Tinjauan RAM BAB III TINJAUAN RAM

Tinjauan RAM BAB III TINJAUAN RAM BAB III TINJAUAN RAM III.1 Tinjauan Umum Reliability, Availability, dan Maintainability (RAM) Reliability, Availability, dan Maintainability (RAM) merupakan tiga karakteristik dalam suatu sistem yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Auxiliary Power Unit (APU) merupakan engine turbin gas cadangan yang terletak pada bagian ekor (tail section) pesawat. APU berfungsi sebagai penghasil cadangan daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Diagram Air Metode penelitian merupakan suatu langkah-langkah sistematis yang akan manjadi acuan dalam penyelesaian (Sugiyono, 2004:28). Secara umum metodologi

Lebih terperinci

DRAFT PROSEDUR TETAP MANAJEMEN PEMELIHARAAN SATUAN PEMELIHARAAN 15 (PTMP SATHAR 15) BAB I PENDAHULUAN

DRAFT PROSEDUR TETAP MANAJEMEN PEMELIHARAAN SATUAN PEMELIHARAAN 15 (PTMP SATHAR 15) BAB I PENDAHULUAN PROSEDUR TETAP MANAJEMEN PEMELIHARAAN SATUAN PEMELIHARAAN 15 () BAB I PENDAHULUAN 1.Komando Pemeliharaan Materiil TNI Angkatan Udara adalah Kotama Fungsional yang memiliki tugas pokok melaksanakan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap sistem membutuhkan kegiatan perawatan agar kegiatan operasi yang dilakukan berjalan dengan lancar, begitupun dengan pesawat terbang. Perawatan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) Petunjuk Sitasi: Noviyanti, A. A., Atmaji, F. T., & Juliani, W. (2017). Usulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability-Centered Maintenance (RCM). Prosiding

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT. USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.KDL Ratna Ekawati, ST., MT. 1, Evi Febianti, ST., M.Eng 2, Nuhman 3 Jurusan Teknik Industri,Fakultas Teknik Untirta Jl.Jend.Sudirman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kerusakan dan Pemeliharaan Suatu barang atau produk dikatakan rusak ketika produk tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik lagi (Stephens, 2004). Hal yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA. SURAT PENGAKUAN...ii. SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA. SURAT PENGAKUAN...ii. SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA i SURAT PENGAKUAN...ii SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PERSAMAAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN APU GTCP85 STUDI KASUS PESAWAT BOEING /400/500 MILIK GARUDA INDONESIA

ANALISIS KEANDALAN APU GTCP85 STUDI KASUS PESAWAT BOEING /400/500 MILIK GARUDA INDONESIA ANALISIS KEANDALAN APU GTCP85 STUDI KASUS PESAWAT BOEING 737-300/400/500 MILIK GARUDA INDONESIA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

2 Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tenta

2 Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tenta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.290, 2015 KEMENHUB. Sertifikat Operator Pesawat Udara. Keselamatan. Penilaian Kinerja. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR 3.2 PENGUMPULAN DATA

BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR 3.2 PENGUMPULAN DATA BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR Analisis yang dilakukan dalam studi ini merupakan gabungan antara studi kelayakan dengan simulasi operasi atau analisis komputasi menggunakan perangkat

Lebih terperinci

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN Menekan Input 1.03-Planning & Budgeting-R0 1/18 MAINTENANCE PLANNING Maintenance Plan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dengan Production

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang mencakup tahapan-tahapan yang dimulai dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 68 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Flowchart Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini flowchart diagaram alir metodologi penelitian untuk menganalisa terjadinya breakdown dan cara meminimasinya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. PRAKTEK PEMELIHARAAN PADA PAPER MACHINE. Mesin Kertas atau Paper Machine no.2 yang ada pada PT INDAH KIAT Pulp & Paper Tbk. Tangerang, adalah mesin kertas yang

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Pengantar Manajemen Pemeliharaan P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Topik Bahasan Perkembangan manajemen pemeliharaan Sistem pemeliharaan Preventive maintenance (PM) Total

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KESESUAIAN TERHADAP DOKUMEN SAE ARP4761

BAB IV ANALISIS KESESUAIAN TERHADAP DOKUMEN SAE ARP4761 BAB IV ANALISIS KESESUAIAN TERHADAP DOKUMEN SAE ARP4761 4.1 PENDAHULUAN Bab ini membahas analisis hasil evaluasi piranti lunak yang telah dilakukan pada bab 3. Analisis yang dimaksud adalah kesesuaiannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli: Menurut Patrick (2001, p407), maintenance

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-312

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-312 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) F-32 Evaluasi Reliability dan Safety pada Sistem Pengendalian Level Syn Gas 2ND Interstage Separator Di PT. Petrokimia Gresik Dewi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK CREW SCHEDULING PADA DINAS LINE MAINTENANCE (STUDI KASUS : PT GARUDA MAINTENANCE FACILITY-AEROASIA)

PENGEMBANGAN ALAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK CREW SCHEDULING PADA DINAS LINE MAINTENANCE (STUDI KASUS : PT GARUDA MAINTENANCE FACILITY-AEROASIA) PENGEMBANGAN ALAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK CREW SCHEDULING PADA DINAS LINE MAINTENANCE (STUDI KASUS : PT GARUDA MAINTENANCE FACILITY-AEROASIA) IRAWAN HUTAMA 2505 100 006 PEMBIMBING I : Dr. Eng, Ir.

Lebih terperinci

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance dan Pengelolaan Spare Part Mesin Weaving dengan Metode RCM dan RCS

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance dan Pengelolaan Spare Part Mesin Weaving dengan Metode RCM dan RCS Petunjuk Sitasi: Martasari, N. S., Alhilman, J., & Athari, N. (2017). Usulan Kebijakan Preventive Maintenance dan Pengelolaan Spare Part Mesin Weaving dengan Metode RCM dan RCS. Prosiding SNTI dan SATELIT

Lebih terperinci

Oleh: Gita Eka Rahmadani

Oleh: Gita Eka Rahmadani ANALISA KEANDALAN PADA DAPUR INDUKSI 10 TON MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT & CRITICALITY ANALYSIS (FMECA) ( STUDI KASUS PT BARATA INDONESIA (PERSERO) Oleh: Gita Eka Rahmadani 6506.040.040 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Pengguna Kereta Api

BAB I PENDAHULUAN. Data Pengguna Kereta Api BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kereta merupakan salah satu jenis transportasi yang terdapat di Indonesia dan dapat digunakan oleh siapa saja. Di Indonesia, perkembangan kereta mulai meningkat dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI Didalam sebuah industri dan perdagangan terdapat beberapa faktor yang sangat penting untuk diperhatikan guna meningkatkan kinerja didalam sebuah industri yaitu: 1. Kelancaran dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

Evaluasi Keandalan Sistem Mesin Kontrol Bahan Bakar Pada Pesawat Boeing 737 Classic Garuda Indonesia

Evaluasi Keandalan Sistem Mesin Kontrol Bahan Bakar Pada Pesawat Boeing 737 Classic Garuda Indonesia 1 Evaluasi Keandalan Sistem Mesin Kontrol Bahan Bakar Pada Pesawat Boeing 737 Classic Garuda Indonesia Arief Musfarid. Hendra Cordova. Edy Noerachman Jurusan Teknik Fisika,Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia yang sangat cepat menyebabkan banyak industri yang tumbuh dan bersaing dalam mendapatkan konsumennya. Melihat gejala tersebut

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai macam barangbarang untuk memenuhi kebutuhannya. Pada saat ini, manusia menggunakan mobil sebagai alat transportasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KNOWLEDGE SHARING PADA PENINGKATAN KETERHANDALAN. dan 3) Guru Besar T. Mesin UB Malang 4) Dosen T. Industri UB Malang

PENGEMBANGAN KNOWLEDGE SHARING PADA PENINGKATAN KETERHANDALAN. dan 3) Guru Besar T. Mesin UB Malang 4) Dosen T. Industri UB Malang PENGEMBANGAN KNOWLEDGE SHARING PADA PENINGKATAN KETERHANDALAN Oleh : Tedjo Sukmono 1), Pratikto 2), Sudjito Suparman 3), Purnomo Budi Santoso 4) 1) Dosen Umsida Sidoarjo dan Mhs S3 T. Mesin UB Malang 2)

Lebih terperinci

TERBATAS. 8. Kemampuan Tempur TNI AU pada dasarnya sangat bergantung pada Kesiapan Tempur yang terdiri dari elemen-elemen :

TERBATAS. 8. Kemampuan Tempur TNI AU pada dasarnya sangat bergantung pada Kesiapan Tempur yang terdiri dari elemen-elemen : 9 Kondisi Kemampuan Tempur TNI AU Saat Ini 8. Kemampuan Tempur TNI AU pada dasarnya sangat bergantung pada Kesiapan Tempur yang terdiri dari elemen-elemen : a. Personil (Man). Para personil TNI AU yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Industri manufaktur dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini disebabkan adanya perubahan yang dinamis sehingga kompetisi antara perusahaan

Lebih terperinci

KEANDALAN DATA CENTER BERDASARKAN SISTEM TIER CLASSIFICATIONS. Irham Fadlika

KEANDALAN DATA CENTER BERDASARKAN SISTEM TIER CLASSIFICATIONS. Irham Fadlika Irham Fadlika; Keandalan Data Center Berdasarkan Sistem Tier Classifications KEANDALAN DATA CENTER BERDASARKAN SISTEM TIER CLASSIFICATIONS Irham Fadlika Abstrak Ketika konsep keandalan (reliability) mulai

Lebih terperinci

Manajemen Ketersediaan

Manajemen Ketersediaan Manajemen Ketersediaan (Availability Management) Infrastruktur TI @ 2 0 1 5 - R O N Y1 Pertanyaan Apakah itu ketersediaan layanan TI? Komponen infrastruktur apa yang menentukan ketersediaan layanan TI?

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1. Komponen Berat Pesawat Udara Berat pesawat udara, pada umumnya, terbagi menjadi 3 (tiga) bagian besar, yaitu APS (Aircraft Prepared for Service) weight, payload, dan berat bahan

Lebih terperinci

c. Bab II berisikan landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam pemecahan permasalahan yang diteliti.

c. Bab II berisikan landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam pemecahan permasalahan yang diteliti. 8 b. Bab I mengetengahkan latar belakang penulisan tesis, perumusan masalah, diagram keterkaitan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. c. Bab II berisikan landasan

Lebih terperinci

PERTEMUAN #1 PENGANTAR DAN PENGENALAN PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT316 PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN

PERTEMUAN #1 PENGANTAR DAN PENGENALAN PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT316 PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN PENGANTAR DAN PENGENALAN PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN PERTEMUAN #1 TKT316 PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA

Lebih terperinci

KISI-KISI PENGEMBANGAN SOAL UJIAN SELEKSI PLPG TAHUN No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Esensial

KISI-KISI PENGEMBANGAN SOAL UJIAN SELEKSI PLPG TAHUN No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Esensial Mata Pelajaran Jenjang KISI-KISI PENGEMBANGAN SOAL UJIAN SELEKSI PLPG TAHUN 2012 :TEKNOLOGI PESAWAT UDARA : SMK/MAK Kompetensi : Pedagogis No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Esensial 1 Menguasai

Lebih terperinci

NANCI ADRIANI Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2009

NANCI ADRIANI Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2009 Perancangan Perhitungan Direct Maintenance Cost dengan menggunakan Relational Database Studi Kasus di Engineering Service, GMF- Aero Asia NANCI ADRIANI 2505100163 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci pendahuluan dari penelitian tugas akhir mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CORRUGATING dan MESIN FLEXO di PT. SURINDO TEGUH GEMILANG Sandy Dwiseputra Pandi, Hadi

Lebih terperinci

PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES)

PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES) #11 PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES) 11.1. Pendahuluan Masalah keandalan yang berhubungan dengan sistem secara normal adalah space memiliki sifat diskrit yaitu sistem tersebut dapat

Lebih terperinci

PROSEDUR PENERBITAN SERTIFIKAT PENDAFTARAN DAN SERTIFIKAT KELAIKAN UDARA PERTAMA DI INDONESIA

PROSEDUR PENERBITAN SERTIFIKAT PENDAFTARAN DAN SERTIFIKAT KELAIKAN UDARA PERTAMA DI INDONESIA PROSEDUR PENERBITAN SERTIFIKAT PENDAFTARAN DAN SERTIFIKAT KELAIKAN UDARA PERTAMA DI INDONESIA A. Dasar hukum : 1. UU No. 15 Tahun 1992, tentang Penerbangan. 2. PP No. 3 Tahun 2001, tentang Keselamatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan laporan terakhir dalam kegiatan Studi Standardisasi di Bidang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan yang merupakan pemenuhan tugas / kontrak yang diberikan oleh

Lebih terperinci

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur -9-4.35. 4.36. 4.37. 4.38. 4.39. 4.40. 4.41 4.42. 4.43. 4.44. 4.45. 4.46. 4.47. 4.48. 4.49. 4.50. 4.51. 4.52. 4.53. 4.54. 4.55. 4.56. 4.57. 4.58. 4.59. Personel AOC melakukan approach to landing yang bertentangan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN 2337-4349

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN 2337-4349 ANALISIS PERAWATAN KOMPONEN KERETA API DI DIPO RANGKASBITUNG Mutmainah Mattjik, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat Abstrak

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah

Gambar 3.1 Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan metode berpikir untuk menghasilkan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan oleh peneliti dalam proses penelitian. Berikut adalah tahapan-tahapan

Lebih terperinci

STE TE HE E SE. Indicator Perusahaan (95%) (95%) (95%) (95%) (95%)

STE TE HE E SE. Indicator Perusahaan (95%) (95%) (95%) (95%) (95%) Indicator Perusahaan melakukan pemeriksaan dan pengencangan pada baut yang longgar melakukan pengesekan terhadap temperatur turbin memberikan pelumasan pada bearing melakukan pengecekan secara visual melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

Biaya Perawatan. Sistem Perawatan TIP FTP UB

Biaya Perawatan. Sistem Perawatan TIP FTP UB Biaya Perawatan Sistem Perawatan TIP FTP UB Bahasan Definisi biaya perawatan Komponen biaya perawatan Beberapa alasan perlunya penentuan biaya perawatan Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya perawatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.

Lebih terperinci

Trainer Agri Group Tier-2

Trainer Agri Group Tier-2 No HP : 082183802878 PERAWATAN / MAINTENANCE kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan mesin kegiatan pemeliharaan, perbaikan penyesuaian, maupun penggantian sebagian peralatan yang

Lebih terperinci

PREVENTIVE MAINTENANCE SYSTEM DENGAN CONSEQUENCE DRIVEN MAINTENANCE TERHADAP KEANDALAN MESIN SEBAGAI SOLUSI PENURUNAN BIAYA MAINTENANCE

PREVENTIVE MAINTENANCE SYSTEM DENGAN CONSEQUENCE DRIVEN MAINTENANCE TERHADAP KEANDALAN MESIN SEBAGAI SOLUSI PENURUNAN BIAYA MAINTENANCE PREVENTIVE MAINTENANCE SYSTEM DENGAN CONSEQUENCE DRIVEN MAINTENANCE TERHADAP KEANDALAN MESIN SEBAGAI SOLUSI PENURUNAN BIAYA MAINTENANCE Imam Sodikin, Endang Widuri Asih, dan Heru Setiawan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI PESAWAT UDARA

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI PESAWAT UDARA Keahlian: -Air Frame dan Power Plant -Pemesinan -Konstuksi Badan -Konstruksi rangka Kompetensi -Elektronika -Pemeliharaan dan Perbaikan Instrumen Elektronika Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Maintenance

Sistem Manajemen Maintenance Sistem Manajemen Maintenance Pembukaan Yang dimaksud dengan manajemen maintenance modern bukan memperbaiki mesin rusak secara cepat. Manajemen maintenance modern bertujuan untuk menjaga mesin berjalan

Lebih terperinci

No. Kompetensi Dasar Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Sumber Belajar. Teori

No. Kompetensi Dasar Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Sumber Belajar. Teori Mata Kuliah : Rangka Pesawat Terbang Bobot : 7 SKS (3 Teori dan 4 Praktek) Standar Kompetensi : Para lulusan dapat memahami dan menjelaskan Rangka Pesawat Udara Teori 1. Mampu memahami dan menjelaskan

Lebih terperinci

MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE )

MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE ) 1 MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE ) ABSTRAKSI Aktifitas produksi sering mengalami hambatan dikarenakan tidak berfungsinya

Lebih terperinci

Pesawat C-130 Hercules Versi Militer BAB II PESAWAT C-130 HERCULES VERSI MILITER

Pesawat C-130 Hercules Versi Militer BAB II PESAWAT C-130 HERCULES VERSI MILITER BAB II PESAWAT C-130 HECULES VESI MILITE II.1 Deskripsi Umum Pesawat C-130 Hercules Pesawat C-130 Hercules merupakan pesawat angkut taktis militer yang, memiliki kemampuan operasi jarak jauh (long-range),

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian 11 12 Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian (Lanjutan) 3.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Pembahasan FTA (Fault Tree Analysis) Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa dinyalakan. Dari beberapa penyebab yaitu: Test cell power lost

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM

PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM Daniel 1, Vera Methalina 2, Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau

Lebih terperinci

SKRIPSI PENENTUAN JADWAL PREVENTIVE MAINTENANCE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS PT. XYZ) Disusun oleh: Ardhi Kuntum Mashruro ( )

SKRIPSI PENENTUAN JADWAL PREVENTIVE MAINTENANCE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS PT. XYZ) Disusun oleh: Ardhi Kuntum Mashruro ( ) SKRIPSI PENENTUAN JADWAL PREVENTIVE MAINTENANCE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS PT. XYZ) Disusun oleh: Ardhi Kuntum Mashruro (5303012031) JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS MESIN TRIMMING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS MESIN TRIMMING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN Prosiding SENTIA 206 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 2085-2347 ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS MESIN TRIMMING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN Fina Andika Frida Astuti Mahasiswa S2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan (maintenance) dapat didefinisikan sebagai (Ariani, 2008): suatu kombinasi dari berbagai tindakan untuk menjaga, memperbaiki dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK

PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK IGP Raka Arthama, Patdono Soewignjo, Nurhadi Siswanto, Stefanus Eko Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI Tahap analisa dan interpretasi data ini merupakan langkah lebih lanjut dalam penelitian yang dilakukan. Pada bab ini akan dianalisa hasil-hasil yang didapatkan dari bab sebelumnya

Lebih terperinci

Dewi Widya Lestari

Dewi Widya Lestari Dewi Widya Lestari 2411 106 011 WHB merupakan komponen yang sangat vital bagi berlangsungnya operasional untuk memenuhi pasokan listrik pabrik I PT Petrokimia Gresik. Dari tahun 90-an hingga kini WHB beroperasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, terutama dapat dilihat melalui kondisi masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam berbagai

Lebih terperinci

Tugas Akhir 73 BAB V ANALISA PEMBAHASAN. Tabel 5.1, Data Reliability dan Availability unit C-1A dan C-2A

Tugas Akhir 73 BAB V ANALISA PEMBAHASAN. Tabel 5.1, Data Reliability dan Availability unit C-1A dan C-2A Tugas Akhir 73 BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Hasil Perhitungan Reliability dan Availability Pada Tindakan Corrective Maintenance Gas Turbine Compressor unit C-1A dan C-2A Menggunakan Metode Re-staging.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan PT.Perkebunan Nusantara 3 (PTPN 3) berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak sawit (CPO) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Manajemen operasi merupakan salah satu bidang yang berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam menjalankan operasionalnya,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PIRANTI LUNAK

BAB III TINJAUAN PIRANTI LUNAK BAB III TINJAUAN PIRANTI LUNAK 3.1 PEMILAHAN PIRANTI LUNAK Bahasan dalam bab ini dimulai dengan proses pemilahan piranti lunak, kemudian dilanjutkan dengan deskripsi piranti lunak yang terpilih dari proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan Semua barang yang dibuat oleh manusia memiliki umur pakai dan pada akhirnya akan mengalami kerusakan. Umur pakai barang dapat diperpanjang dengan melakukan

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. Oleh:

TUGAS SARJANA. Oleh: PERENCANAAN PEMELIHARAAN PAPER MACHINE DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE) DI PT.PDM INDONESIA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

EXPOSITION PERUSAHAAN MANUAL (CEM)

EXPOSITION PERUSAHAAN MANUAL (CEM) 1-4 Pengenalan dan Struktur Perusahaan Pameran Pedoman 1-4,1 Pendahuluan The Sumatra Air Airlines Perusahaan Pameran Pedoman diciptakan dengan persyaratan AC 120-92 SMS untuk secara akurat menunjukkan

Lebih terperinci

Evaluasi Deviasi dari Aproksimasi Frekuensi Kejadian Perawatan Korektif dan Preventif

Evaluasi Deviasi dari Aproksimasi Frekuensi Kejadian Perawatan Korektif dan Preventif Petunjuk Sitasi: Rahman, A. (2017). Evaluasi Deviasi Dari Aproksimasi Frekuensi Kejadian Perawatan Korektif Dan Preventif. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C181-186). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

Biaya Perawatan. Sistem Perawatan TIP FTP UB

Biaya Perawatan. Sistem Perawatan TIP FTP UB Biaya Perawatan Sistem Perawatan TIP FTP UB Bahasan Definisi biaya perawatan Komponen biaya perawatan Beberapa alasan perlunya penentuan biaya perawatan Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya perawatan

Lebih terperinci

Tabel I-1 Aktivitas operasional Alat Berat CV Kurnia Gemilang. Jenis Pekerjaan. Komatsu Type PC Sumber : CV Kurnia Gemilang

Tabel I-1 Aktivitas operasional Alat Berat CV Kurnia Gemilang. Jenis Pekerjaan. Komatsu Type PC Sumber : CV Kurnia Gemilang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV Kurnia Gemilang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyediaan alat berat untuk pekerjaan penggalian material pasir dan batu atau pertambangan galian

Lebih terperinci

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS UNIT MESIN STITCHING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS UNIT MESIN STITCHING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS INFO TEKNIK Volume 17 No. 2 Desember 2016 (253-262) ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS UNIT MESIN STITCHING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS Fina Andika Frida

Lebih terperinci

CORRECTIVE MAINTENANCE

CORRECTIVE MAINTENANCE CORRECTIVE MAINTENANCE Definisi Kegiatan Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kegiatan pemeliharaan terencana dan kegiatan pemeliharaan tak terencana.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE REABILITY MAINTENANCE(RCM II) PADA MESIN ANDI PTP 3013 DI PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA SKRIPSI

PERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE REABILITY MAINTENANCE(RCM II) PADA MESIN ANDI PTP 3013 DI PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA SKRIPSI PERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE REABILITY MAINTENANCE(RCM II) PADA MESIN ANDI PTP 3013 DI PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA SKRIPSI Disusun Oleh : AGUS PRIHANTONO NPM : 0632010188 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 112 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 112 TAHUN 2017 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 112 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP Yogyakarta 15 September 2012 SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP Eko Nursubiyantoro dan Triwiyanto Program studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

TIN315 - Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan Materi #1 Genap 2015/2016. TIN315 - Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan

TIN315 - Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan Materi #1 Genap 2015/2016. TIN315 - Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan Materi #1 TIN315 Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan Pokok Bahasan 2 1. Pengenalan Disiplin Ilmu Keandalan dan Aplikasinya 2. Probabilitas 3. Pemodelan Jaringan dan Evaluasi Sistem 4. Pengantar Analisa

Lebih terperinci

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW Bahtiar S. Abbas 1 ; Edi Steven 2 ; Harry Christian 3 ; Tedy Sumanto 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah dan Penjelasannya Metodologi Penelitian adalah langkah-langkah yang dibuat untuk memudahkan Pemecahkan suatu masalah dalam sebuah Penelitian.

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT & PERALATAN PENDUKUNG

PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT & PERALATAN PENDUKUNG PEMBANGKIT & PERALATAN No. Dokumen : PT-KITSBS-26 No. Revisi : 00 Halaman : i dari iv LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. RM. Yasin Effendi PLT DM ADM Umum & Fas 2. Abdan

Lebih terperinci

TERJADINYA LOW PRESSURE HYDRAULIC SYSTEM PADA ENGINE DRIVEN PUMP ( EDP ) ENGINE NO.2 PESAWAT BOEING NG PK-GEP

TERJADINYA LOW PRESSURE HYDRAULIC SYSTEM PADA ENGINE DRIVEN PUMP ( EDP ) ENGINE NO.2 PESAWAT BOEING NG PK-GEP TERJADINYA LOW PRESSURE HYDRAULIC SYSTEM PADA ENGINE DRIVEN PUMP ( EDP ) ENGINE NO.2 PESAWAT BOEING 737-800 NG PK-GEP Ahmad Nasir 1, Bona P. Fitrikananda, Dipl.Ing 2 Program Studi Motor Pesawat Terbang

Lebih terperinci

Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia - Sepanjang

Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia - Sepanjang Soesetyo, et al. / Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin di PT Charoen Pokphand Indonesia - Sepanjang / Jurnal Titra, Vol. 2, No.2, Juni 24, pp. 47-54 Penjadwalan Predictive Maintenance

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1. Pembahasan masalah 5.1.1. Hubungan sebab akibat (Cause Effect) Dari hasil analisa permasalahan diatas maka dapat di gambarkan dalam diagram sebab akibat seperti berikut ini

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA CONTINUES SOAP MAKING

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA CONTINUES SOAP MAKING PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA CONTINUES SOAP MAKING (CSM) (Studi Kasus: PT X Indonesia) Aji Mudho A., Bobby Oedy P. Soepangkat Program

Lebih terperinci

PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA

PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4793

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4793 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4793 OPTIMASI KEBIJAKAN PERAWATAN BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE

Lebih terperinci

T U G A S A K H I R. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat. Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) DISUSUN OLEH : : Puguh Mursito adi

T U G A S A K H I R. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat. Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) DISUSUN OLEH : : Puguh Mursito adi T U G A S A K H I R P e n e n t u a n I n t e r v a l P e r a w a t a n G u n a M e n u r u n k a n D o w n t i m e M e s i n P e n g e r i n g O v e n B o t o l D i PT. P h a r o s I n d o n e s i a Diajukan

Lebih terperinci