BUDIDAYA NILAM ORGANIK. Muhamad Djazuli Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUDIDAYA NILAM ORGANIK. Muhamad Djazuli Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I."

Transkripsi

1 BUDIDAYA NILAM ORGANIK Muhamad Djazuli Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. PENDAHULUAN Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang penting dalam menghasilkan devisa. Komponen utama dari minyak nilam adalah Alpha Patchoulene, Beta Patchoulene, Alpha Guaiene, Alpha Bulnesene, Caryophyllene, Norpatchoulenol, Patchouli Alcohol, Seychellene dan Pogostol. Minyak nilam mempunyai manfaat sebagai antara lain: Antidepresi, antiflogistik, antiseptik, afrodisiak, astringen, antijerawat, regenerasi sel kulit baru, deodoran, menurunkan berat badan, tekanan darah, kolesterol dan racun dalam darah, penurun demam, dan sebagai insektisida/penolak serangga seperti nyamuk, semut, dan lalat ( Indonesia memasok sekitar 70-90% minyak nilam dunia dengan total ekspor minyak nilam pada tahun 2008 sebesar ton dan luas areal mencapai ha yang tersebar di 11 propinsi (Biro Statistik 2004). Volume ekspor minyak nilam terus meningkat, dan tahun 2006 mencapai ton dengan nilai US $ juta (Sukamto et al. 2008). Penambahan luas areal dan produksi nilam yang tinggi tidak sebanding dengan kemampuan penyerapan pasar menyebabkan penurunan dan fluktuasi harga minyak nilam dunia. Di lapang, selain harga yang tidak menentu, terbatasnya produk pupuk kimia bersubsidi di pasar, menyebabkan petani sulit mendapatkan pupuk kimia terutama menjelang musim tanam. Di Indonesia masih ada yang melakukan budidaya nilam secara berpindah. Sistem ladang berpindah yang masih dilakukan petani nilam serta penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan telah merusak dan mengganggu kelestarian lingkungan. 17

2 Meningkatnya kesadaran masyarakat dunia untuk mendapatkan lingkungan yang lebih sehat dan berkualitas menyebabkan meningkatnya permintaan produk pertanian organik. Tingginya permintaan dan terbatasnya produksi minyak nilam organik menyebabkan harga minyak nilam organik stabil dan lebih tinggi dibandingkan minyak nilam konvensional. Dengan beralihnya ke sistem budidaya organik, para petani organik tidak perlu lagi bergantung pada pupuk kimia yang terkadang langka dijumpai. Pemerintah Indonesia juga sudah mencanangkan Go Organik Indonesia 2010 dan telah mengeluarkan SNI 6729:2010 tentang sistem pangan organik yang mengacu pada beberapa badan standardisasi organik yang ada di dunia (BSN 2010). Semakin meningkatnya permintaan minyak nilam yang berasal dari sistem pertanian organik yang ramah lingkungan dan harga yang cukup tinggi, telah mendorong beberapa petani nilam di sentra produksi mencoba untuk melaksanakan budidaya nilam organik. Salah satunya adalah kelompok tani di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Adanya kelompok tani yang mengembangkan nilam organik diharapkan dapat mendorong petani nilam lainnya untuk mulai mengembangkan sistem pertanian nilam organik. II. KENDALA DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN NILAM ORGANIK Walaupun wacana pertanian organik sudah cukup lama dikenalkan di Indonesia bahkan aturannyapun sudah lama dibuat, namun sosialisasi informasi tentang sistem budidaya organik, harga, dan potensi pasar khususnya bagi petani nilam masih sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah telah mencanangkan Go Organik Indonesia tahun 2010 dengan visi menjadikan Indonesia sebagai salah produsen organik utama dunia termasuk minyak nilam organik. Salah satu tantangan bagi pengembangan nilam organik di Indonesia adalah adanya negara pesaing yang lebih dulu menjadi pemasok minyak 18

3 nilam organik dunia. Walaupun volume ekspor minyak nilam organik masih relatif kecil, namun India telah lebih dulu dikenal sebagai satu-satunya negara penghasil produk minyak nilam organik dunia, sehingga baik langsung maupun tidak India akan menjadi pesaing dalam produksi minyak nilam organik Indonesia. Dalam situsnya salah satu perusahaan produk minyak atsiri MUDAR di India pada tahun 2008 baru memproduksi 1,5 ton minyak nilam, namun pada tahun 2009 telah merencanakan akan terus mengembangkan pertanaman nilam organik di negara bagian Karnataka dan mentargetkan produksi 10 ton minyak nilam organik yang bersertifikat organik. Seperti halnya di Indonesia, India juga telah mencanangkan Go Organik India pada tahun 2010 ( III. BUDIDAYA NILAM ORGANIK HARUS MENGIKUTI PERSYARATAN POKOK DALAM SNI PANGAN ORGANIK 6729: Pemilihan lahan Tanaman nilam mampu tumbuh pada hampir semua jenis tanah, namun untuk lahan marginal perlu in put pupuk organik yang cukup tinggi untuk mendapatkan pertumbuhan optimal. Oleh karena itu, sesuai dengan SNI Sistem Pangan Organik maka bagi daerah yang tergolong kesesuaiannya rendah tidak perlu memaksakan untuk ikut mengembangkan pertanaman nilam organik. Proses pelaksanaan budidaya nilam organik bisa langsung pada lahan bukaan hutan seperti yang terjadi di sentra pengembangan nilam di luar Jawa, sedangkan pelaksanaan sistem budidaya nilam organik pada lahan menetap bekas pertanaman nilam atau tanaman non organik lainnya wajib melalui program konversi lahan konvensional minimal 2 tahun (BSN 2010). Untuk menimalkan penggunaan input, maka lahan yang digunakan harus memiliki agroekosistem yang sesuai untuk pertumbuhan optimal tanaman nilam diantaranya adalah lahan yang relatif subur, jumlah curah 19

4 hujan yang cukup tinggi, dan mempunyai elevasi rendah sampai sedang (Rosman et al. 2004). Tanaman nilam relatif peka terhadap cekaman kekeringan, oleh karenanya faktor sumber air yang bebas kontaminasi menjadi sangat penting dalam sistem pertanian organik. Sumber air yang bebas kontaminasi pupuk kimia maupun pestisida kimia merupakan persyaratan mutlak bagi budidaya organik. Oleh karenanya itu, pengembangan nilam organik yang berada di sekitar pertanaman non organik memerlukan persyaratan yang lebih berat dibandingkan budidaya organik pada lahan yang terisolir dan elevasinya lebih tinggi dibanding tanaman konvensional yang ada. Pemanfaatan lahan miring masih diperbolehkan dalam sistem pertanian organik, namun harus menggunakan prinsip konservasi dan meminimalisir erosi dengan menggunakan sistem terasiring atau rorak Penggunaan benih Dalam budidaya organik, petani nilam dilarang mengggunakan benih yang berasal dari hasil rekayasa genetik (GMO). Saat ini, benih nilam yang banyak digunakan oleh petani adalah berasal dari setek batang nilam non GMO dari varietas unggul yang telah dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro). Sampai saat ini Balittro baru melepas tiga varietas unggul nilam yang berproduktivitas dan bermutu tinggi dengan kandungan Patchouli Alkohol (PA) di atas 30 % antara lain Sidikalang, Tapak Tuan dan Lhokseumawe (Nuryani 2005). Diharapkan tidak lama lagi Balittro juga akan melepas varietas unggul baru yang berdaya hasil tinggi dan toleran terhadap penyakit utama nilam Pemupukan dan pembenah tanah Salah satu sumber hara utama pada budidaya nilam organik adalah pupuk organik baik berupa pupuk kandang maupun kompos. Sesuai SNI dipersyaratkan bahwa bahan baku pupuk kandang yang berasal dari sapi, kambing atau ayam tidak mendapatkan asupan hormon atau 20

5 antibiotik yang dilarang. Dengan demikian, direkomendasikan untuk menggunakan pupuk kandang yang berasal dari ternak milik petani sendiri atau peternak kecil bukan berasal dari factory farming. Penggunaan kompos yang berasal dari limbah penyulingan minyak nilam sangat dianjurkan. Selain berwawasan lingkungan, kompos yang berasal dari limbah hasil sulingan nilam mengandung hara N yang tinggi dan tidak mengandung senyawa yang bersifat toksik bagi tanaman nilam (Djazuli 2002a). Hasil analisis hara beberapa jenis kompos, terlihat bahwa bahwa kadar N, K, Ca, dan Mg kompos limbah nilam jauh lebih tinggi dibandingkan kompos sampah maupun pupuk kandang sapi (Tabel 1). Dalam program pemupukan organik diperlukan tambahan komponen lain yang dapat meningkatkan kesuburan dan lingkungan tumbuh nilam yang optimal seperti penggunaan pupuk hayati seperti mikoriza, pupuk alam seperti fosfat alam, dan pembenah tanah yang dapat memperbaiki lingkungan fisik dan kimia tanah. Dalam aplikasi pupuk organik perlu dipertimbangkan aspek agroekologi dan sosial ekonominya, terutama ketersediaan bahan baku pupuk organiknya. Tabel 1. Perbandingan status hara kompos hasil limbah penyulingan nilam dengan kompos sampah pasar dan pukan Hara Kompos limbah nilam * Kompos sampah pasar (PGN1)** Pupuk kandang sapi** N (%) 3,59 1,71 1,64 P 2 O 5 (%) 0,28 0,25 0,36 K 2 O (%) 1,26 0,87 0,77 CaO (%) 1,70 0,61 0,21 MgO (%) 0,95 0,49 0,21 C-organik 35,7 18,9 31,00 C/N 9,94 11,7 19,35 * Djazuli (2002b) ** Tombe et al. (2001) Selain pemberaan dan penggunaan pola tumpang gilir, aplikasi kapur dan pupuk organik mampu menekan efek negatif dari senyawa toksik dari proses alelopati, sehingga tanaman akan lebih sehat dan tahan terhadap serangan OPT (Djazuli 2002b). 21

6 Rusaknya lahan akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia jangka panjang terhadap fisik (meningkatnya kekerasan tanah) maupun biologi tanah (menurunnya jumlah dan jenis mikroba tanah yang bermanfaat) menyebabkan respon pemupukan jadi rendah, sehingga pada awal budidaya organik yang hanya mengandalkan pupuk organik menjadi penyebab terjadinya penurunan produktivitas lahan dan tanaman. Dari beberapa hasil kajian di lapangan menunjukkan bahwa dengan sistem budidaya organik jangka panjang akan memperbaiki fisik dan mikroba tanah menyebabkan produktivitas lahan dan tanaman meningkat setara dengan produk konvensional (Ananto 2008) 3.4. Pengendalian OPT Tingginya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) menyebabkan produktivitas nilam menurun dengan tajam. Bahkan sebagian petani nilam di beberapa sentra produksi nilam pada tahun 2007 tidak bisa memanen karena sebagian besar tanaman nilam mati terserang OPT tersebut. Salah satu penyakit yang banyak dijumpai dan spesifik pada pertanaman nilam adalah budok. Walaupun tidak mematikan secara langsung, namun keberadaan penyakit budok yang disebabkan oleh jamur Synchytrium pogostemonis akan menurunkan produktivitas dan mutu minyak secara nyata. Penyakit lain yang juga banyak dijumpai pada sentra produksi nilam adalah layu bakteri, hawar daun, dan nematoda. Hama utama yang sering menyerang tanaman nilam adalah ulat daun, kumbang daun, belalang, penghisap daun, penghisap batang dan akar serta tungau. Teknologi pengendalian OPT menggunakan bahan baku organik masih relatif sedikit dibandingkan teknik pengendalian yang menggunakan pestisida kimia. Selain penggunaan varietas unggul nilam yang toleran terhadap serangan OPT, beberapa teknologi pengendalian OPT menggunakan pestisida nabati, agensia hayati, dan bahan alam yang dibolehkan dalam SN telah menunjukkan prospek keberhasilan yang menggembirakan. 22

7 Dampak negatif serangan hama pada nilam terlihat jauh ringan dibandingkan dengan serangan penyakit. Oleh karenanya, upaya pengendalian OPT dengan pestisida organik yang efektif khususnya untuk penyakit sangat diharapkan oleh petani nilam. Salah satu penyebab berfluktuasinya produksi nilam saat ini adalah munculnya serangan penyakit khususnya penyakit budok, layu bakteri, dan nematoda. Sampai saat ini ketersediaan informasi pengendalian OPT secara terpadu untuk sistem pertanian organik masih terbatas. Pengendalian penyakit budok masih relatif susah. Namun demikian sesuai dengan kaidah organik, maka metode eradikasi lahan dan rotasi atau pergiliran tanaman non nilam cukup efektif untuk mengendalikan penyakit budok. Sukamto dan Djazuli (2011) melaporkan bahwa penggunaan 1% bubur bourdeux (100 g terusi g kapur tohor dalam 1 liter air) efektif mengendalikan penyakit budok yang disebabkan oleh jamur Synchytrium. Hasil penelitian Balittro menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik dan mimba serta inokulasi bakteri endofit TT2, NJ16, MSK,NJ57, dan EH11 berpotensi untuk digunakan dalam pengendalian nematoda Pratylenchus brachyurus (Mustika dan Nazarudin 1998; Harni 2008). Penyiangan gulma secara mekanis perlu dilakukan secara terus menerus. Selain untuk mengurangi terjadinya kompetisi dalam penyerapan hara dan cahaya, beberapa jenis gulma seperti Ageratum dapat menjadi inang penyakit pada nilam (Sukamto et al. 2008). Untuk pengendalian OPT secara terpadu juga diperlukan aplikasi pemupukan dan pembenah tanah yang tepat akan meningkatkan kesehatan dan ketahanan terhadap serangan OPT Pasca Panen Untuk pengangkutan terna hasil panen, sarana pengangkutan harus bebas dari kontaminasi oleh bahan kimia yang dilarang dan tidak diperkenankan pula menggunakan kemasan atau karung bekas pupuk kimia atau produk lainnya yang dilarang dalam SNI organik. 23

8 Apabila menggunakan alat penyulingan minyak nilam digunakan bersama dengan produk non organik, maka perlu upaya pembersihan dan pembilasan alat penyulingan sesuai dengan persyaratan SNI organik. Untuk proses penyulingan direkomendasikan menggunakan alat suling yang terbuat dari stainless steel sehingga diperoleh produk minyak nilam yang memenuhi standar produk minyak nilam SNI Sertifikasi Untuk mendapatkan jaminan bahwa produk minyak nilam organik yang dihasilkan selama proses produksi terutama untuk ekspor, maka petani nilam organik harus melakukan sertifikasi organik. Salah satu kegiatan yang harus ada dalam sistem budidaya organik adalah pencatatan pembuatan dokumen sistem mutu yang berisi organisasi, sejarah lahan, SOP budidaya dan rekaman proses produksi mulai dari penyediaan bahan tanaman, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemupukan, pengendalian OPT, panen, penyulingan, hingga pemasaran. Selanjutnya petani nilam organik harus melaksanakan budidaya sesuai SOP organik secara konsisten dan berkelanjutan. Untuk menjamin konsumen minyak nilam organik baik di dalam dan luar negeri perlu dilakukan sertifikasi organik yang mengacu pada institusi Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) di dalam negeri dan di luar negeri yang telah terakreditasi. Produk minyak nilam yang telah tersertifikasi di LSO dalam negeri berhak diberi logo organik Indonesia sebagai jaminan keorganik bagi konsumen baik di dalam maupun di luar negeri. IV. PEMASARAN Rendahnya biaya produksi dan tingginya nilai jual produk organik yang tersertifikasi menyebabkan pendapatan petani organik meningkat dengan nyata. Adanya permintaan dari beberapa eksportir minyak nilam akan produk minyak nilam organik yang bermutu tinggi dan bersertifikat 24

9 untuk memenuhi permintaan konsumen di negara maju perlu ditindak lanjuti secara nyata. Dengan dicanangkannya program Indonesia Go Organik pada tahun 2010, maka sudah saatnya petani nilam Indonesia mengembangkan nilam organik sekaligus sebagai eksportir utama minyak nilam organik dunia. DAFTAR PUSTAKA Ananto. E Fasilitasi dan Bimbingan Inspektor Organik. 2-5 Juni Bogor. Direktorat Mutu dan Standarisasi, Departemen Pertanian. (unpublished) Biro Statistik Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia. Ekspor. Biro Statistik, Jakarta. BSN Sistem Pangan Organik. SNI 6729:2010. Badan Standarisasi Nasioanl Jakarta. 32 hal. Djazuli, M. 2002a. Pengaruh aplikasi kompos limbah penyulingan minyak nilam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth). Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik. Jakarta, 2-3 Juli hal Djazuli, M. 2002b. Alelopati pada tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.). Jurnal Ilmiah Pertanian. Gakuryoku. 8: Harni, R Pengaruh beberapa isolat bakteri endopit untuk mengendalikan nematoda peluka akar (Pratylenchus brachyurus) pada tanaman nilam. Prosiding Seminar Nasional Pengendalian Terpadu Organisme Pengganggu Tanaman Jahe dan Nilam. Balittro, Bogor Hal html Mustika, I. dan S.B. Nazarudin Gangguan nematoda dan cara pengendaliannya. Monograf Nilam. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Hal Nuryani, Y Pelepasan varietas unggul nilam. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. No. 11 :

10 Rosman, R., Emmyzar dan P. Wahid Karakteristik lahan dan iklim untuk perwilayahan pengembangan. Monograf Nilam. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Hal Sukamto. M. Djazuli dan D. Wahyuno Teknik pengelolaan budidaya pada tanaman nilam. Laporan Teknis TA Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. (unpublish). Sukamto dan M. Djazuli Pengendalian penyakit budok pada tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth). Warta Badan Litbang Pertanian. 33: 6-7 Tombe, M., K. Mulya, R. Zaubin. E.R, Pribadi, C. Indrawanto, O. Trisilawati dan A. Ruhnayat Uji coba pemanfaatan dan peningkatan mutu kompos produksi pilot plant klender, berikut pemasarannya. Final Report. PT Gas Negara dan Balittro. (unpublish). 26

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

STATUS TEKNOLOGI HASIL PENELITIAN NILAM

STATUS TEKNOLOGI HASIL PENELITIAN NILAM ISBN : 978-979-548-032-7 Bunga rampai NILAM (Pogostemon cablin Benth) STATUS TEKNOLOGI HASIL PENELITIAN NILAM PENYUNTING Supriadi, Prof. Dr. Molide Rizal, Dr. Dono Wahyuno, Dr. EDITOR Miftahudin Efiana

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

PEMUPUKAN, PEMULSAAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU NILAM

PEMUPUKAN, PEMULSAAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU NILAM PEMUPUKAN, PEMULSAAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU NILAM Djazuli dan O. Trisilawati. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam (Pogostemon cablin Benth)

Lebih terperinci

FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM

FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM I. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) atau dilem wangi (Jawa), merupakan tanaman yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas. Tanaman nilam banyak

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI PUPUK ORGANIK UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NILAM ORGANIK

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI PUPUK ORGANIK UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NILAM ORGANIK PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI PUPUK ORGANIK UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NILAM ORGANIK Muhamad Djazuli, Wawan Haryudin, Sukarman dan Sri Suhesti Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) telah dikenal bertahun - tahun sebagai tanaman penghasil minyak atsiri. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebiasaan

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

Apa itu PERTANIAN ORGANIK?

Apa itu PERTANIAN ORGANIK? Apa itu PERTANIAN ORGANIK? Menurut sistem standarisasi Indonesia, SNI 01 6792 2002, definisi dari pertanian organik adalah suatu sistem manajemen produksi yang holistik yang meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa sistem pertanian

Lebih terperinci

POLA TANAM NILAM. Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. PENDAHULUAN

POLA TANAM NILAM. Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. PENDAHULUAN POLA TANAM NILAM Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 I. PENDAHULUAN Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kedelai Varietas Detam-1 Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku industri kecap. Keuntungannya selain meningkatkan kualitas kecap, juga berpotensi meningkatkan

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK ( Pogostemon cablin Benth) Oleh Agung Mahardhika, SP ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan sektor pertanian melalui peningkatan kontribusi subsektor tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu upaya untuk memperkuat perekonomian

Lebih terperinci

PT MUTUAGUNG LESTARI

PT MUTUAGUNG LESTARI Bagian 1. Informasi Umum Nama : Nama Kebun : Jenis Tanaman : Alamat : Kota : Propinsi : Kode Pos : Negara : Tanggal : Telepon : Fax : Email : Ruang lingkup tanaman yang akan disertifikasi Jumlah petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku minyak atsiri. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang di perdagangkan

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI DAN AGROINDUSTRI NILAM

KELAYAKAN USAHATANI DAN AGROINDUSTRI NILAM KELAYAKAN USAHATANI DAN AGROINDUSTRI NILAM Ermiati 1) dan Chandra Indrawanto 2) Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika 1) Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan

Lebih terperinci

TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl

TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl Growth and Yield Respond of Two Clones of Patchouli Plant to Fertilizer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAMAN NILAM DI INDONESIA. Amalia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I.

KARAKTERISTIK TANAMAN NILAM DI INDONESIA. Amalia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. KARAKTERISTIK TANAMAN NILAM DI INDONESIA Amalia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 I. PENDAHULUAN Nilam (Pogostemon cablin Benth) atau dilem wangi (Jawa),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : 10.11.3688 S1TI2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha: Berkebun Organik Kultur hidup sehat saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung tidak hanya sebagai bahan pangan, namun dapat juga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.770, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Pertanian Organik. Budidaya. Sistem. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/PERMENTAN/OT.140/5/2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting dkk, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting dkk, 2009) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapat perkapita. Kebutuhan kedelai dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013 Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat mendukung untuk sektor usaha pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia mendukung berkembangnya sektor pertanian

Lebih terperinci

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu ttd. Organisme Pengganggu 1 Agroekologi (Ekologi Pertanian) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai rawit ( Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu dari beberapa tanaman holtikultura yang potensial untuk dikembangkan. Buah cabai rawit berubah warnanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk akan terus menuntut pemenuhan kebutuhan dasar terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada krisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam. Petunjuk Pengisian : Lingkari dan isi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan PENCATATAN ATAS DASAR SOP DAN GAP A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. Pencatatan dan Dokumentasi pada : Buku Kerja Jahe PENILAIAN ATAS

Lebih terperinci

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting Dari hasil analisi sensitivitas, maka diketahui bahwa air merupakan paremater yang paling sensitif terhadap produksi jagung, selanjutnya berturut-turut adalah benih, pupuk, penanganan pasca panen, pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu pangan utama dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008). Kentang juga merupakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH EKSTRAKSI NILAM DENGAN PENAMBAHAN DAUN KACANG TANAH SEBAGAI PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI

PEMANFAATAN LIMBAH EKSTRAKSI NILAM DENGAN PENAMBAHAN DAUN KACANG TANAH SEBAGAI PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI PEMANFAATAN LIMBAH EKSTRAKSI NILAM DENGAN PENAMBAHAN DAUN KACANG TANAH SEBAGAI PUPUK CAIR ORGANIK DENGANN PROSES FERMENTASI PENELITIAN Oleh : OKTAVIA NURFITRIANA SASTRA WIJAYA 0731010018 0731010037 JURUSAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat dihindari dengan melakukan rotasi tanaman. Rotasi tanaman adalah praktek budidaya berbagai jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah yang dalam dan KTK yang tergolong sedang sampai tinggi menjadikan tanah ini memunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai sumber protein nabati untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi dalam

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai penghasil gula.tanaman tebu mengandung gula dengan kadar mencapai 20%. Dari tanaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan di Indonesia secara tidak langsung sering digunakan sebagai media penanaman tanam pangan, karena lahan yang sebagian besar adalah tanah, mengandung unsur-unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang

Lebih terperinci

Bersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan.

Bersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan. Produk Kami: Teknologi Bio-Triba, Bio-Fob, & Mitol 20 Ec Bersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan. A. Bio TRIBA Teknologi ini adalah hasil penemuan

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya merupakan

Lebih terperinci

Keragaan Usahatani Nilam Di Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya

Keragaan Usahatani Nilam Di Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya Keragaan Usahatani Nilam Di Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya Indra 1, Ernawati 1, Syaifullah Muhammad 1, Elly Supriadi 1, dan T. Miftahul Rizki 2 1 Staf Pengajar Unsyiah, 2 Sarjana Pertanian Unsyiah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Permintaan kedelai dari tahun ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan pertanian merupakan salah satu masalah lingkungan yang telah ada sejak berdirinya konsep Revolusi Hijau. Bahan kimia

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala yang cukup rumit dalam pertanian. Keberadaan penyakit dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara.

Lebih terperinci

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik Amaliah, SP A. Latar Belakang Memasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi tren baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Hara Dan Bahan Organik Tanaman Nilam. Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) sebagai salah satu tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Hara Dan Bahan Organik Tanaman Nilam. Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) sebagai salah satu tanaman TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Hara Dan Bahan Organik Tanaman Nilam Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) sebagai salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang berupa minyak nilam (patchouli oil), merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kacang tanah (Arachis hypogea. L) merupakan tanaman yang berasal dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah dibudidayakan

Lebih terperinci

SYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK

SYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK SYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK I. PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Dasar Pertanian Organik 1.2. Kegunaan Budi Daya Organik II. PUPUK ORGANIK 2.1. Pupuk Organik 2.1.1. Karakteristik Umum Pupuk Organik

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI Sintha Soraya Santi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur Jl. Raya Rungkut Madya, Surabaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di dunia, termasuk di Indonesia. Tanaman jagung selain digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai

Lebih terperinci

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering PEMBERIAN RHIZOBIUM PADA 3 VARIETAS KEDELAI DI KEGIATAN UJI VARIETAS UNGGUL BARU DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN Rina D. Ningsih BPTP Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat No 4 Banjarbaru 70711

Lebih terperinci

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOS PAITAN (Tithonia diversifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (Brassica oleraceae)

PENGARUH KOMPOS PAITAN (Tithonia diversifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (Brassica oleraceae) PENGARUH KOMPOS PAITAN (Tithonia diversifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (Brassica oleraceae) Nurzulaikah 1) Nerty Soverda 2), Trias Novita 3) 1. Alumni Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi

TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi TINJAUAN PUSTAKA Sistem Jarak Tanam Salah satu faktor penentu produktivitas jagung adalah populasi tanaman yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi tanaman tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor penentu produksi. Selama ini untuk mendukung

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor penentu produksi. Selama ini untuk mendukung 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan produksi pertanian melalui kegiatan intensifikasi tidak terlepas dari kontribusi dan peranan sarana produksi, antara lain pupuk yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci