BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum, lembaga keuangan didefinisikan sebagai setiap perusahaan
|
|
- Susanti Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Lembaga Keuangan Secara umum, lembaga keuangan didefinisikan sebagai setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana, atau kedua-duanya. Kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan ini selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar dalam praktiknya, yaitu: lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya (lembaga pembiayaan). a. Bank Definisi bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Definisi ini menunjukkan bahwa objek aktivitas utama bank adalah masyarakat luas karena dana yang terhimpun dari masyarakat akhirnya akan disalurkan kepada masyarakat juga termasuk individu. Menurut Kasmir (2007:4), dalam praktiknya lembaga keuangan bank terdiri dari bank sentral, bank umum, dan bank perkreditan rakyat. 1) Bank Sentral di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia dan memegang fungsi sebagai bank sirkulasi, bank to bank dan lender of the last resort. Biasanya pelayanan yang diberikan oleh Bank
2 Indonesia lebih banyak kepada pihak pemerintah dan dunia perbankan. Dengan kata lain, nasabah Bank Indonesia dalam hal ini lebih banyak kepada lembaga perbankan. 2) Bank Umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasajasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal dengan nama bank komersil dan dikelompokkan ke dalam dua jenis bank yaitu bank umum devisa dan bank umum non devisa. Bank umum yang berstatus devisa memiliki produk yang lebih luas daripada bank yang berstatus non devisa, antara lain dapat melaksanakan jasa yang berhubungan dengan seluruh mata uang asing atau jasa bank ke luar negeri. 3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan. BPR berasal dari Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa, Bank Pegawai dan bank yang lainnya yang kemudian dilebur menjadi Bank Perkreditan Rakyat. Jenis produk yang ditawarkan Bank Perkreditan Rakyat relatif sempit jika dibandingkan dengan bank umum, bahkan ada beberapa jenis jasa bank yang tidak boleh diselenggarakan oleh BPR, seperti pembukaan rekening giro dan ikut kliring. b. Lembaga Keuangan Lainnya Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 792 Tahun 1990, Lembaga Keuangan adalah semua badan yang kegiatannya dalam bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Definisi ini menunjukkan bahwa penyaluran dana dari lembaga keuangan lain relatif bersifat produktif karena lebih difokuskan untuk membiayai investasi perusahaan, dengan kata lain, penyaluran dana untuk kepentingan masyarakat yang bersifat individu tidak dianjurkan (Lubis, 2010). Adapun jenis-jenis lembaga keuangan lainnya yang ada di Indonesia saat ini menurut Kasmir (2007:5) antara lain: 1) pasar modal,
3 2) pasar uang dan valas, 3) koperasi simpan pinjam, 4) perum pegadaian, 5) perusahaan sewa guna usaha, 6) perusahaan anjak piutang, 7) modal ventura, 8) dana pensiun, 9) kartu plastik. 2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Terobosan besar konteks Corporate Social Responsibility ini dilakukan oleh John Elkington melalui bukunya yang berjudul Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line Twentieth Century Business yang diterbitkan pada tahun Elkington mengembangkan tiga komponen penting pembangunan keberlanjutan melalui konsep 3P (profit, planet dan people). Elkington berpendapat bahwa jika perusahaan ingin operasinya terus berlanjut, maka ia perlu memperhatikan 3P, yakni, bukan hanya profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan CSR sebagai kelanjutan komitmen oleh suatu entitas bisnis untuk bertindak secara etis dan berperan untuk pembangunan ekonomi dengan meningkatkan kualitas hidup di tempat kerja dan terhadap keluarga mereka seperti halnya masyarakat lokal dan masyarakat yang lebih luas. Selain itu, ISO mengenai Guidance on Social Responsibility juga memberikan definisi CSR yang mulai ditetapkan tahun 2010, pedoman CSR Internasional ini bisa dijadikan rujukan. Menurut ISO 26000, CSR adalah:
4 Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang berlaku yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh (International Standard ISO Guidance on Social Responsibility, 2010). adalah: Tujuh isu pokok dalam masalah CSR jika dikaitkan dengan ISO a. pengembangan masyarakat; b. konsumen; c. praktek kegiatan institusi yang sehat; d. lingkungan; e. ketenagakerjaan; f. hak asasi manusia; dan g. organizational governence. Menurut Anggusti (2010 : 33), setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya. 1. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila peusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. 2. Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. 3. Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam bahkan menghindari konflik sosial.
5 3. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Anggraini (2006) menyatakan bahwa tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang baik, memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi. Menurut Anggusti (2010 : 39), cara pandang perusahaan melaksanakan CSR umumnya diklasifikasikan dalam tiga kategori. 1. Sekedar basa basi dan keterpaksaan. CSR diterapkan lebih karena tekanan faktor eksternal. 2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum dan aturan yang memaksanya. 3. Bukan lagi sekedar kewajiban, tapi lebih dari sekedar kewajiban (beyond compliance). CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan
6 sumber-sumber sosial. Aktivitas perusahaan yang menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial akan dapat menimbulkan adanya biaya sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat. Sebaliknya, perusahaan yang meningkatkan mutu sumber sosial akan menimbulkan manfaat sosial. Pengungkapan tanggung jawab sosial dapat diukur dengan proksi Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) berdasarkan Global Reporting Initiatives (GRI) yang diperoleh dari website Indikator GRI ini terdiri dari tiga fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial sebagai dasar sustainability. Pengukuran CSRDI dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Marpaung (2009) yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam kategori: masyarakat, konsumen dan tenaga kerja, karena item-item pengungkapan CSR di dalamnya sangat cocok dijadikan pengukur variabel dependen untuk industri perbankan dan keuangan. Kategori pengungkapan CSR terlampir pada daftar kategori pengungkapan corporate social responsibility yang terlampir dalam lampiran ii. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan content analysis dalam mengukur variety dari CSRDI. Pendekatan ini pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan.
7 4. Teori yang Mendasari Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Adapun teori yang mendasari kebijakan tanggung jawab sosial dalam penelitian ini adalah teori agensi dan teori stakeholder. a. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan potensi konflik kepentingan diantara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Konflik ini terjadi dikarenakan perbedaan tujuan dari masing-masing pihak berdasarkan posisi dan kepentingannya terhadap perusahaan (Ibrahim, 2007). Teori ini juga menjelaskan asimetri informasi (information asymmetric). Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibandingkan pemilik (pemengang saham). Manajer selaku pengelola berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik, akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya, yang dikenal sebagai informasi yang simetris atau asimetri informasi. b. Teori Stakeholder Stakeholders didefinisikan sebagai setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan (Freeman dalam Solihin, 2008). Stakeholders diartikan juga setiap orang yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan. Bagaimanapun definisi dari stakeholders, yang pasti bahwa antara stakeholders dengan perusahaan terjadi hubungan yang saling
8 mempengaruhi, sehingga perubahan pada salah satu pihak akan memicu dan mendorong terjadinya perubahan pada pihak yang lainnya. Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai contoh, melalui polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan, dan lainlain), bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi. Teori ini juga menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder (Deegan, 2004). Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka. Tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder. Inti keseluruhan teori stakeholder terletak pada apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka (Yuniarti, 2007).
9 5. Karakteristik Perusahaan yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial dalam penelitian ini diproksikan dalam ukuran perusahaan, ukuran komite audit, profitabilitas, dan financial leverage. a. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Teori agensi menyatakan apabila ukuran perusahaan lebih besar, maka biaya keagenan yang dikeluarkan juga lebih besar, sehingga untuk mengurangi biaya keagenan tersebut perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas. Perusahaan yang lebih besar akan mendapat sorotan yang lebih banyak dari masyarakat sehingga pengungkapan yang lebih besar merupakan cara untuk mengurangi biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaaan (Sembiring, 2005). Ketentuan untuk ukuran perusahaan diatur dalam UU RI NO.20 Tahun Peraturan tersebut menjelaskan 4 jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai dari jumlah penjualan dan asset yang dimiliki oleh perusahaan
10 tersebut. Keempat jenis ukuran tersebut yang sesuai dengan UU RI NO.20 Tahun 2008 antara lain: a. Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp , - ( tidak termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki jumlah penjualan Rp , -. b. Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp ,- sampai Rp ,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp ,- sampai dengan Rp ,-. c. Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp ,- sampai Rp ,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp ,- sampai dengan Rp ,-. d. Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp , - (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp , -. b. Ukuran Komite Audit Komite audit merupakan komite yang bertugas membantu dewan komisaris dalam melakukan mekanisme pengawasan terhadap manajemen. Menurut Forker (1992) dalam Said et.al (2009), komite audit dianggap sebagai alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan, sehingga dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas pengungkapan informasi perusahaan. Komite audit mempunyai tanggung jawab dalam tiga bidang, yaitu dalam laporan tahunan, tata kelola perusahaan dan pengawasan perusahaan. 1. Laporan keuangan (financial reporting), untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usahanya, serta rencana dan komitmen jangka panjang. 2. Tata kelola perusahaan (corporate governance), adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undangundang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara efektif terhadap
11 benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. 3. Pengawasan perusahaan (corporate control), tanggung jawab komite audit untuk pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektivitas sistem pengawasan intern (Waryanto, 2010). Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep- 29/PM/2004 yang termuat dalam peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa komite audit yang dimiliki oleh perusahaan minimal terdiri dari tiga orang, dimana sekurangkurangnya satu orang berasal dari komisaris independen dan dua orang berasal dari anggota lainnya yang berasal dari luar kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan. Keberadaan komite audit membantu menjamin pengungkapan dan sistem pengendalian akan berjalan dengan baik. Semakin besar ukuran komite audit, maka pengawasan yang dilakukan akan semakin baik dan kualitas pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahaan semakin meningkat atau semakin luas (Collier, 1993 dalam Nasir dan Abdullah, 2004). c. Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan suatu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan
12 semakin tingginya profitabilitas. Menurut teori keagenan, semakin besar perolehan laba yang didapat, semakin luas informasi sosial yang diungkapkan perusahaan, hal itu dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang muncul yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosialnya.variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA) yang merupakan ukuran efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. d. Financial Leverage Menurut Kasmir (2008:159), financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang dengan kekayaan yang dimilikinya. Perusahaan yang mempunyai proporsi hutang lebih banyak dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya keagenan yang lebih besar, maka perusahaan dengan leverage yang tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi krediturnya (Suripto, 1999 dalam Amalia, 2005). Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat leverage, maka semakin besar kemungkinan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi,
13 oleh karena itu perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu Nama Variabel yang Digunakan Hasil Penelitian Ahmad Nurkhin (2009) Variabel Independen: Kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris, profitabilitas, ukuran perusahaan dan tipe industri. Variabel dependen: Pengungkapan CSR. komposisi dewan komisaris dan profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, sedangkan kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan tipe industri tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial Angling Mahatma Pian KS (2010) Variabel Independen: kepemilikan saham pemerintah, kepemilikan saham asing, tipe perusahaan, ukuran industri, profitabilitas dan regulasi pemerintah. Variabel Dependen: Pengungkapan CSR kepemilikan saham pemerintah, regulasi pemerintah, tipe perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, namun kepemilikan saham asing dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR Sumber : diolah peneliti (2011) Penelitian ini berpedoman pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nurkhin (2009) dan KS (2010). Penelitian mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh Nurkhin (2009) bertujuan untuk menjelaskan
14 pengaruh dari corporate governance (dengan mekanisme kepemilikan institusional dan komposisi dewan komisaris independen) dan profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2007 yang laporan tahunannya berisi tentang aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan dan dapat diakses melalui website BEI, yaitu sejumlah 80 dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel komposisi dewan komisaris independen dan profitabilitas terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yang dapat dilihat dari nilai t hitung dari masingmasing variabel tersebut (2,019 ; 2,587) dan nilai signifikansi 0,047 ; 0,011 < 0,05). Hasil pengujian terhadap variabel kepemilikan institusional, profitabilitas, dan tipe industri tidak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan nilai t hitung masing-masing variabel tersebut (- 0,414 ; 0,310 ; 1,955) dan nilai signifikansi 0,680 ; 0,757 ; 0,054 > 0,05. KS (2010) melakukan penelitian dengan menggunakan karakteristik perusahaan yang antara lain adalah kepemilikan saham pemerintah, kepemilikan saham asing, tipe perusahaan, ukuran industri, dan profitabilitas serta sebagai variabel tambahan yaitu regulasi pemerintah. Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2006 dan Total sampel yang diteliti adalah 96 perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kepemilikan saham pemerintah, kepemilikan saham asing, regulasi pemerintah, tipe industri, ukuran perusahaan dan rasio profitabilitas secara simultan berpengaruh
15 positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dibuktikan dengan hasil perhitungan uji F dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa kepemilikan saham pemerintah, regulasi pemerintah, tipe perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yang dapat dilihat dari nilai t hitung dari masing-masing variabel tersebut (2,066 ; - 0,223 ; 4,447 ; 3,036) dan nilai signifikansinya (0,042 ; 0,824 ; 0,000 ; 0,003 < 0,05). C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Berdasarkan landasan teori dan tinjauan penelitian terdahulu maka kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan dengan: Karakteristik Perusahaan Ukuran perusahaan Ukuran Komite Audit Profitabilitas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Financial Leverage Sumber: diolah peneliti (2011) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan besar
16 akan menghadapi resiko politis yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Teori agensi menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan, maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar. Perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring,2005). Menurut Forker (1992) dalam Said et.al (2009), komite audit dianggap sebagai alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan, sehingga dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas pengungkapan informasi perusahaan. Keberadaan komite audit membantu menjamin pengungkapan dan sistem pengendalian akan berjalan dengan baik. Semakin besar ukuran komite audit, maka pengawasan yang dilakukan akan semakin baik dan kualitas pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahaan semakin meningkat atau semakin luas (Collier, 1993 dalam Nasir dan Abdullah, 2004). Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin tingginya profitabilitas. Menurut teori keagenan, semakin besar perolehan laba yang didapat, semakin luas informasi sosial yang diungkapkan perusahaan, hal itu dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang muncul. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosialnya. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
17 keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat leverage, maka semakin besar kemungkinan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. 2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah: ukuran perusahaan, ukuran komite audit, profitabilitas, dan financial leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan perbankan dan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, baik secara simultan maupun parsial.
BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), belakangan ini patut untuk dirayakan. Corporate Social Responsibility (CSR) memang sedang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaporan merupakan komponen penting dalam setiap kegiatan, baik sebagai media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring bagi perusahaan terbuka.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sering dipandang sebagai pedang bermata dua, perusahaan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, namun di sisi lain perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh perusahaan manufaktur yang telah go public dan tercatat dalam BEI (Bursa Efek Indonesia) pada periode tahun 2013-2015.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) maupun secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan euangan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) Menurut Marwata (2001), pengungkapan didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi untuk membantu investor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Teori legitimasi dan teori
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Terdapat beberapa perspektif teori yang digunakan untuk menjelaskan. Teori legitimasi dan teori stakeholder digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan praktek.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan entitas ekonomi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya didukung oleh berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut antara lain pemegang saham,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan wujud tanggungjawab dan sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu atau lebih unit-unit usaha yang disebut pabrik. Perusahaan merupakan suatu lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang tinggi tampa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu entitas yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama setengah abad terakhir ini, dunia bisnis telah menjadi institusi paling berkuasa. Setiap institusi yang paling dominan di masyarakat
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjaga eksistensinya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprokal (timbal balik) antara perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu menarik di tahun ini adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen perusahaan dalam berkontribusi terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai lingkungan di Indonesia saat ini menjadi perhatian tersendiri, terlebih lagi mengenai dampak yang diakibatkan oleh kegiatan operasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal
PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tanggung jawab sosial merupakan suatu kewajiban yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya jaman membuat berbagai macam perubahan yang dapat dirasakan oleh setiap orang. Perubahan yang saat ini dapat dirasakan adalah perubahan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN
54 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengujian statistik serta pembahasan seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility Accounting) Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial mempunyai arti suatu proses pemilihan variable-variabel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi ini, persaingan negara- negara maju dan berkembang tak terkecuali pada bidang bisnis manufakturnya semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Menurut penelitian (Anggun, 2014: 30), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan setiap perusahaan. Dengan tata kelola yang baik perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerbitkan sustainability report. Sustainability report mulai diterapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Isu mengenai sustainability report (laporan berkelanjutan) semakin berkembang pesat seiring dengan banyaknya perusahaan yang menerbitkan sustainability report.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sosial berkaitan dengan perkembangan bisnis di era global. Perkembangan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Fenomena yang sering terjadi belakangan ini adalah isu lingkungan dan sosial berkaitan dengan perkembangan bisnis di era global. Perkembangan sektor industri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjaga eksistensinya di dunia bisnis, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan harmonisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan
Lebih terperinciBAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2009. Metode pengambilan sampel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara langsung maupun tidak langsung tentu memberikan dampak pada lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Informasi yang diungkap di dalam laporan tahunan berisi pengungkapan informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) masih kurang popular dikalangan pelaku usaha nasional, karena masih banyak perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi kepercayaan masyarakat setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun dalam menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan Pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi mengalami perkembangan pesat dengan hadirnya revolusi industri. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pensinyalan (Signalling Theory) Jama an (2008), mengungkapkan Signalling Theory menjelaskan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di antara pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan. Salah satu karakteristik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance
BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Menurut laporan world bank dalam Sutedi (2012), pada tahun 1999 penyebab terjadinya krisis ekonomi di asia timur dikarenakan oleh kegagalan dalam penerapan corporate
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam Tendean (2015) mengungkapkan bahwa Agency Theory adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan Agency Theory yang mengasumsikan bahwa setiap manusia memiliki sifat egois. Menurut Scoot (2003:305)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan menginformasikan posisi keuangan perusahaan kepada berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan tahunan mengkomunikasikan informasi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan stakeholders. Laporan tersebut juga merupakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis dan usaha saat ini, corporate governance atau yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis dan usaha saat ini, corporate governance atau yang dikenal sebagai tata kelola perusahaan, merupakan suatu hal yang mendapatkan perhatian cukup besar,
Lebih terperincikeuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan tahunan merupakan sarana dokumentasi yang diberikan perusahaan sebagai alat informasi dan komukasi antara perusahaan dengan stakeholder. Laporan tahunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Stakeholder Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri yaitu terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial atau yang biasa disebut dengan CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan, dimana nilai perusahaan dijadikan indikator bagi investor untuk pengelolaan keuangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. direflesikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility / CSR merupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk bisnis. Para stakeholders seperti investor, pemerintah, dan masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini, informasi memegang peranan penting dalam segala aspek, termasuk bisnis. Para stakeholders seperti investor, pemerintah, dan masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini pelaksanaan Corporate Governance sangat diperlukan untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini pelaksanaan Corporate Governance sangat diperlukan untuk memenuhi kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada pemangku kepentingan (stakeholders). Praktik pengungkapan CSR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan (stakeholders).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan di bumi. Seperti yang kita ketahui bahwa perusahaan dianggap sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu lingkungan di Indonesia saat ini sedang hangat dibicarakan masyarakat, khususnya pada dampak yang disebabkan oleh kegiatan dari perusahaan. Dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Tanggung jawab sosial merupakan tanggung jawab perusahan terhadap lingkungan dan para pemangku kepentingan. Tanggung jawab sosial menjadikan perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana atau media informasi bagi para stakeholders. Dengan diterbitkannya laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kinerja
Lebih terperinciPENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN
PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spesifik perbankan berfungsi sebagai agent of trust, agen of development dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian negara kita telah diwarnai oleh lembaga-lembaga keuangan khususnya perbankan. Keberadaan perbankan sangat penting dalam suatu sistem perekonomian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Profitabilitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan. 1. Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian ini. Antara lain : 1. Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) Vindy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungkapan informasi oleh perusahaan merupakan hal yang penting khususnya bagi para investor. Pengungkapan informasi tersebut disajikan perusahaan dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai kegiatan investasi serta memberikan fasilitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai
18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Teori Agensi atau teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen (manajemen suatu usaha) dan prinsipal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Valeria (2013) menyebutkan bahwa teori agensi adalah teori yang menjelaskan tentang
Lebih terperinciBAB I PERNDAHULUAN Kinerja keuangan merupakan sebagai penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk
BAB I PERNDAHULUAN Kinerja keuangan merupakan sebagai penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan lingkungan bisnis yang sangat pesat akhir-akhir ini membuat banyak perubahan pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Perubahan yang terjadi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
28 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 29 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Definisi Corporate Sosial Responsibility Menurut The World Business Council
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Sinyal Pengungkapan sustainability report bertujuan untuk menyediakan informasi tambahan mengenai kegiatan perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya ketika suatu perusahaan didirikan tujuan utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan baik bagi pemilik perusahaan terlebih bagi para pemegang
Lebih terperincimengalami penurunan kondisi sosial (Anggraini, 2006).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan donimasi mesin sebagai alat produksi. Revolusi ini melahirkan industri dan kapitalisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan merupakan ukuran keberhasilan atas pelaksanaan fungsifungsi keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi perusahaan yang bersangkutan.
Lebih terperinci