STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI KERJA PADA PEJABAT FUNGSIONAL BALAI METROLOGI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA SARAH SUKMA KLADIA
|
|
- Handoko Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI KERJA PADA PEJABAT FUNGSIONAL BALAI METROLOGI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA SARAH SUKMA KLADIA ABSTRAK Balai Metrologi merupakan instansi pemerintah yang bertugas dalam pelayanan kemetrologian. Balai metrologi menjamin tertib ukur di segala bidang guna melindungi kepentingan umum yang pada akhirnya akan memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global. Para pejabat fungsional dituntut menampilkan kinerja yang baik, sayangnya terdapat beberapa pejabat fungsional yang memiliki kinerja kurang baik. Hasil observasi dan wawancara terhadap pejabat fungsional menunjukan perilaku dan persepsi yang mengindikasikan adanya masalah motivasi kerja pada beberapa pejabat fungsional. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana motivasi kerja pejabat fungsional Balai Metrologi DKI Jakarta. Rancangan penelitian berbentuk studi deskriptif dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner Motivasi Kerja yang disebarkan kepada seluruh pejabat fungsional yang berjumlah 41 orang. Kuesioner ini dikembangkan berdasarkan teori harapan Vroom dan disesuaikan dengan konteks pekerjaan pejabat fungsional (reliabilitas=0,885). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat fungsional (90.2%) memiliki motivasi kerja rendah. Rendahnya motivasi kerja menunjukan kekuatan atau dorongan yang lemah pada pejabat fungsional untuk melakukan perilaku atau usaha yang mendukung penyelesaian tugas dengan baik. Kata Kunci : Motivasi Kerja, Pejabat Fungsional Balai Metrologi
2 PENDAHULUAN Pegawai Negeri Sipil menurut UU no. 5 tahun 2014 adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Dalam jurnal mengenai Loyalitas PNS Melalui Optimalisasi Jaminan Kesejahteraan Hidup, disebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan tulang punggung pemerintah, sekaligus ujung tombak berjalan atau tidaknya sistem pemerintahan yang telah menjadi pilihan para pendiri Negara(Saliman, 2011). Media seringkali menyoroti penurunan kinerja PNS seperti banyaknya pemberitaan mengenai para PNS yang pergi meninggalkan kantor (pada jam kerja) tanpa alasan yang pasti, bekerja hanya asal saja. Hal tersebut akan mengurangi tingkat pengembangan profesionalisme sebagai PNS itu sendiri dan juga akan mencerminkan kurangnya tanggung jawab dan lemahnya menghayati peranannya sebagai PNS. Kondisi demikian seolah sudah menjadi fenomena umum di Indonesia (PDII LIPI, 2011). Rendahnya gaji PNS senantiasa menjadi keluhan diantara pegawai negeri dan mengakibatkan pegawai mencari penambahan pendapatan lain di luar gaji resmi untuk menutupi kebutuhan. Penambahan tersebut bisa dilakukan dengan 2 pola, pertama PNS memanfaatkan waktu di luar kantor untuk mendapatkan penghasilan tambahan, kedua PNS memanfaatkan dana publik. Kedua pola ini membuat PNS tidak fokus pada perannya sebagai pelayan masyarakat dan tidak lagi melihat perlunya menjaga kualitas (Kumorotomo, 20 11). Hal tersebut juga terjadi pada PNS di Balai Metrologi. Menurut seorang PNS di Balai Metrologi, banyak pegawai terutama pejabat fungsional yang lebih terfokus untuk melakukan proyek atau pekerjaan di luar tugas kantor. Para pegawai juga kerapkali tidak memanfaatkan waktu kerjanya sesuai aturan. Bahkan terdapat beberapa pekerjaan yang tidak terselesaikan.
3 Balai Metrologi merupakan instansi yang bertugas dalam kemetrologian. Metrologi merupakan ilmu pengetahuan tentang ukur mengukur secara luas. Tugas pokok dari balai ini yaitu melaksanakan tera/ tera ulang alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP), kegiatan pengujian dan kalibrasi serta pengelolaan standar ukuran dan laboratorium kemetrologian berdasarkan perundang- undangan yang berlaku. Balai Metrologi menjamin tertib ukur disegala bidang guna melindungi kepentingan umum, yang pada akhirnya akan memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global (Pemda DKI Jakarta, 2014). Berdasarkan analisis PT Sucofindo (Persero) pada tahun 2012, sebanyak 54% pasar tradisional di Indonesia tidak menggunakan alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP) yang tepat atau sesuai standar. Saat ini diantara timbangan yang ada, ada kekurangan timbangan sebesar 1 persen (Zuraya N, 2013). Seharusnya alat ukur seperti timbangan dilakukan pengecekan, apakah sudah dikalibrasi dan ditera atau harus dilakukan tera/tera ulang. Jika tidak dilakukan maka konsumen akan terus merasa dirugikan dan pedagang dapat melakukan kecurangan. Balai Metrologi berperan sangat penting dalam menangani keluhan masyarakat ini. Jabatan fungsional pada balai ini dimiliki penera. Penera adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk rnelakukan pelayanan kemetrologian atas dasar pendidikan yang diperolehnya (Peraturan Gubernur DKI Jakarta no. 54, 2013). Penera merupakan ujung tombak pada Balai Metrologi karena penera yang secara langsung melakukan pelayanan kemetrologian di DKI Jakarta. Penera sebagai PNS memiliki tugas untuk melayani masyarakat dengan kualitas pelayanan yang baik. Kualitas pelayanan yang baik bisa dilihat dari tampilan atau kinerja yang baik dari penera. Kepala Balai Metrologi DKI Jakarta mengatakan masih terdapat beberapa penera yang memiliki kinerja kurang baik, misalnya ketika diberikan tugas penera tersebut tidak menyelesaikan tepat waktu, bahkan ada penera yang ketika diberikan
4 tugas oleh atasan tidak ia kerjakan. Beberapa penera Balai Metrologi juga menampilkan tingkah laku kerja yang kurang sesuai seperti datang terlambat, bermain games, browsing, mengobrol, menonton video, menonton TV, bermain catur, dan sebagainya. Tingkah laku ini tentu dapat menghambat kinerja serta tercapainya tujuan lembaga pemerintah untuk melayani masyarakat. Untuk menampilkan kinerja yang baik penera harus memiliki kemampuan serta motivasi yang tinggi (Gibson, 2003). Menurut Vroom (1964) dalam Gibson (2003) Motivasi merupakan proses memilih diantara berbagai bentuk alternatif pilihan yang dilakukan secara sadar. Menurut pandangannya, kebanyakan perilaku berada dibawah kontrol seseorang dan secara konsekuensi memotivasi. Pilihan individu untuk berperilaku tertentu didasarkan pada valensi, instrumentalitas dan harapan. Dari data hasil wawancara dapat diketahui bahwa penera memiliki valensi atau keinginan yang berbeda pada tiap imbalan. Penera lebih menyukai imbalan berupa uang dan tunjangan daripada penghargaan dan juga pujian. Kemudian penera merasa kurang yakin bahwa penyelesaian tugas yang dilakukan akan menghasilkan imbalan. Penera merasa penyelesaian tugas dengan baik belum tentu menghasilkan imbalan berupa upah tambahan ataupun sambutan baik. Penera juga kerapkali mengalami kesulitan ketika menera dengan alat UTTP baru. Hal- hal ini akan mempengaruhi motivasi kerja dan menjadi dasar pemilihan perilaku penera di tempat kerja. Dari sini peneliti ingin mengetahui bagaimana motivasi kerja pada pejabat fungsional Balai Metrologi Dinas KUMKM dan Perdagangan DKI Jakarta.
5 METODE PENELITIAN Rancangan penelitian mengenai motivasi kerja pada pejabat fungsional Balai Metrologi DKI Jakarta ini menggunakan rancangan penelitian non-eksperimental dimana variabel dari penelitian ini merupakan variabel yang telah ada sebelumnya dan tidak dapat diubah atau direkayasa oleh peneliti. Sedangkan teknik atau metode yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif yakni teknik yang memberikan gambaran atau deskripsi dari situasi, kejadian atau kumpulan kejadian tertentu (Christensen, 2007). Melalui penelitian ini maka akan diketahui gambaran. motivasi kerja pada pejabat fungsional Balai Metrologi DKI Jakarta Partisipan Subjek penelitian ini seluruh pejabat fungsional Balai Metrologi Dinas KUMKM dan Perdagangan DKI Jakarta. Dengan menggunakan teknik sampling jenuh diperoleh jumlah sampel yang sama dengan jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 41 orang pejabat fungsional (penera) Balai Metrologi DKI Jakarta. Pengukuran Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang disusun oleh peneliti berdasarkan dari Teori Harapan dari Vroom. Alat ukur ini berbentuk kuesioner yang akan mengukur motivasi kerja, dengan 3 dimensi yaitu valensi, instrumentalitas, dan juga harapan. Kuesioner ini terdiri dari 37 butir item.
6 HASIL Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai motivasi kerja pejabat fungsional Balai Metrologi Dinas KUMKM dan Perdagangan DKI Jakarta, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar pejabat fungsional Balai Metrologi DKI Jakarta (90.2%) memiliki motivasi kerja rendah. Para pejabat fungsional memiliki kekuatan atau dorongan yang lemah untuk melakukan usaha yang mendukung penyelesaian tugas dan prestasi kerja. 2. Sebagian besar pejabat fungsional memiliki keinginan untuk memperoleh imbalan ditandai dengan valensi positif yang mereka miliki. 3. Tunjangan dan upah tambahan merupakan imbalan yang paling dipilih dan diinginkan oleh pejabat fungsional. 4. Para pejabat fungsional kurang memiliki keinginan untuk mendapatkan imbalan berupa status sosial dan penghargaan. 5. Pejabat fungsional dengan motivasi kerja tinggi lebih memilih imbalan berupa uang tera, promosi jabatan, tunjangan dan jaminan pekerjaan dibandingkan imbalan lainnya. 6. Pejabat fungsional dengan motivasi kerja rendah lebih memilih imbalan berupa tunjangan dan upah tambahan dibandingkan imbalan lainnya. 7. Para pejabat fungsional merasa lebih yakin bahwa penyelesaian tugas serta prestasi akan menghasilkan imbalan berupa tunjangan. Sementara itu para pejabat fungsional merasa kurang yakin bahwa penyelesaian tugas serta prestasi akan menghasilkan imbalan berupa uang tera yang sesuai dengan pekerjaan. 8. Pejabat fungsional dengan motivasi kerja tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa penyelesaian tugas dan prestasi kerjanya akan menghasilkan imbalan berupa uang tera, status sosial, dan jaminan pekerjaan dibandingkan dengan pejabat fungsional dengan motivasi kerja rendah.
7 9. Sebagian besar pejabat fungsional merasa yakin penyelesaian tugas dan prestasi kerjanya dihasilkan dari usaha- usaha yang dilakukannya, hal ini ditandai dengan harapan tinggi yang mereka miliki. 10. Usaha menjaga kebersihan alat tera merupakan usaha dengan rata- rata skor harapan tertinggi. Hal ini berarti, para pejabat fungsional lebih meyakini bahwa usaha menjaga kebersihan alat akan mendukung penyelesaian tugas serta prestasi. Sementara itu usaha mengembangkangan pengetahuan dan kemampuan merupakan usaha dengan rata- rata skor harapan terendah. Hal ini berarti jika dibandingkan dengan usaha lainnya, para pejabat fungsional merasa kurang yakin bahwa mengembangkan pengetahuan dan kemampuan akan menghasilkan penyelesaian tugas dan juga prestasi. 11. Skor harapan tidak memiliki pengaruh terhadap motivasi kerja pejabat fungsional Balai Metrologi DKI Jakarta, hal ini ditunjukan dari tidak adanya perbedaan rata- rata skor harapan pada penera dengan motivasi kerja rendah dengan penera dengan motivasi kerja tinggi.
BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan
Lebih terperinci2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Kep
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.612, 2016 BKN. PNS. Metrologi Legal. Pengalihan. PNS Daerah Provinsi menjadi PNS Daerah Kabupaten/ Kota. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 9 TAHUN 2016
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Metrologi DKI Jakarta adalah unit teknis yang membantu tugas kedinasan dengan tugas pokok menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kemetrologian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam berbagai industri merupakan bagian yang tidak bisa dihi ndari. Banyak faktor yang mendukung tingginya persaingan di berbagai industri tersebut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera
Lebih terperinci2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lemb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1257, 2017 KEMENDAG. Inpassing. Jabatan Fungsional. Penera, Pengamat Tera, Pranata Laboratorium Kemetrologian, Pengawas Kemetrologian, dan Penguji Mutu Barang. PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Balai Metrologi sebagai salah satu UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, merupakan instansi yang berwenang
Lebih terperinciBUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, 2 Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2008
PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA, TERA ULANG DAN KALIBRASI ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANGAN DAN PERLENGKAPANNYA SERTA PENGUJIAN KUANTA BARANG DALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia adalah sangat diperlukannya peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur
Lebih terperincij. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. (3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat
BAB XLIII BALAI PENGELOLA LABORATORIUM METROLOGI PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BANTEN Pasal 198 Susunan Organisasi Balai Pengelola Laboratorium Metrologi pada Dinas Perindustrian Dan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.458, 2015 PERATURAN BERSAMA. Penera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Ketentuan Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2015
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN,
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG
R I A U PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI BARAT
GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 06 TAHUN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) METROLOGI LEGAL PADA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Gubernur Sulewesi Tengah, Menumbang : a. Bahwa semakin
Lebih terperinciBUPATI MALANG BUPATI MALANG,
1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi core business-nya. Prestasi organisasi tersebut tidak melebihi prestasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, kemajuan suatu organisasi sangat bergantung pada upaya organisasi tersebut bekerja sama dengan organisasiorganisasi lain baik didalam
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 1719, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Unit Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/M-DAG/PER/11/2016 TENTANG UNIT METROLOGI LEGAL DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan.secanggih apapun peralatan dan perangkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1797, 2014 KEMENPAN RB. Pranata Laboratorium Kemetrelogian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/M-DAG/PER/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG KEMETROLOGIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 97 TAHUN 2016
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2016 KEMENDAG. UPT. Bidang Kemetrologian dan Bidang Standardisasi dan Pengendalian Mutu. Orta PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/8/2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan barang atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian nasional pada era globaliasasi saat ini diarahkan dan diharuskan dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi kepentingan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan baik individu maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen sumber daya manusia pada dasarnya, merupakan langkahlangkah perencanaan, penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Mangkunegara (2007:67) prestasi kerja (job performance) merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan tuntutan era globalisasi dewasa ini teknologi telah menggantikan sebagian besar tugas manusia. Akan tetapi, faktor manusia masih sangat menentukan keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan otonomi daerah di Indonesia merupakan isu menarik untuk diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di kalangan birokrat, politisi,
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS KOPERASI,
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciWALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017
SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 14, 2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi pemerintah merupakan organisasi yang dibentuk untuk memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah merupakan organisasi yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Efektif tidaknya pelayanan masyarakat ini tergantung pada
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 1
No. 7, 2003 LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciTENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.459, 2015 PERATURAN BERSAMA. Pengamat Tera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 12/M-DAG/PER/1/2015
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2002 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI BIAYA TERA / TERA ULANG DAN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, PERTAMBANGAN, KOPERASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal intelektual (Intellectual Capital) yang terdiri dari orang-orang yang ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) adalah hal yang penting bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya. Sumber daya manusia sering juga disebut sebagai modal intelektual (Intellectual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Profil Organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi 1.1.1 Profil Organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat adalah adalah kelanjutan dari organisasi sejenis, yang semula sudah ada di lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kinerja secara umum dapat dipahami sebagai besarnya kontribusi yang diberikan pegawai terhadap kemajuan dan perkembangan di lembaga tempat dia bekerja. Dengan demikian
Lebih terperinciGAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB
GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2008
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PEMBINAAN DAN PELAKSANAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL RUMPUN PENGAWAS KUALITAS
Lebih terperinci- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,
- 2 - BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 67 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merubah peran yang diberikan kepada kecamatan dalam penyelenggaraan pemerintahan, dibandingkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tujuan tertentu. Aktivitas di dalam instansi pemerintahan selalu diarahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Instansi pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Aktivitas di dalam instansi pemerintahan selalu diarahkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya tugas pokok dari sebuah organisasi publik adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya tugas pokok dari sebuah organisasi publik adalah melayani dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat, sehingga aparat pemerintah memiliki tanggung
Lebih terperinciBAB II PEMBENTUKAN BAB III SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 99 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATAKERJA UNIT PELAKSANA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 80/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN
Lebih terperinciBUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL GURU DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 41 TAHUN 2017
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 41 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN KELAS DAN NILAI JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2016, No Guru dan Tenaga Kependidikan Menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Si
No.127, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Jabatan Fungsional. Guru dan Tenaga Kependidikan. PNS Kabupaten menjadi PNS Provinsi. Pengalihan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pembentukan, Unit Pelaksana Teknis, Metrologi, Dinas
1 2015 No.72,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pembentukan, Unit Pelaksana Teknis, Metrologi, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1653, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Fungsional Umum. Jabatan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL UMUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, sumber daya manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting untuk membantu
Lebih terperinciGubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG PENEMPATAN DAN PEMINDAHAN PENUGASAN PEJABAT FUNGSIONAL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan daerah diselenggarakan sesuai dengan yang diamanatkan. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan daerah diselenggarakan sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan daerah mengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dihindari baik dari sektor swasta maupun pemerintah. Pada sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan era globalisasi saat ini telah menjadi tantangan global yang tidak dapat dihindari baik dari sektor swasta maupun pemerintah. Pada sektor pemerintahan,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
NOMOR 69 TAHUN 2003 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN, PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN, DAN PENGAWAS BENIH IKAN Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, prestasi, pengabdian,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DAN JABATAN FUNGSIONAL PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.751, 2015 KEMENPU-PR. Formasi. Jabatan Fungsional Pembina Jasa Konstruksi. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciSumber :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Dinas Komunikasi Dan Informasi Kota Bandung Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), merupakan Kantor Pengolahan Data Elektronik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggerak dan penentu jalannya suatu organisasi. Dari sudut pandang manajemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai macam tujuan. Di dalam organisasi manusia merupakan unsur yang terpenting dalam suatu organisasi.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 31 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA
Lebih terperinciCONTROL PADA PEGAWAI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BANDUNG
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MENGENAI JOB DEMAND- CONTROL PADA PEGAWAI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BANDUNG MUHAMMAD QUAMAR FAIDZIANSYAH Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak, bahkan terbanyak ke-5 di dunia, tetapi nampaknya jarang penduduk indonesia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 15 TAHUN TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2014... TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP KEPEGAWAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEJABAT NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
Lebih terperinciBUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI LATIHAN KERJA PADA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN ALOR DENGAN
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1825, 2017 BAPPENAS. Inpassing. Jabatan Fungsional. Perencana. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 19 TAHUN 2018 TENTANG
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 19 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS PERDAGANGAN,
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 14 TAHUN 2008
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI BIAYA TERA, ALAT-ALAT UKUR,TAKAR,TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS
Lebih terperinciPERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)
PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,
BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks administrasi negara, peran sumber daya aparatur. unsur yang sangat vital bagi berlangsungnya kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dalam konteks administrasi negara, peran sumber daya aparatur negara menjadi unsur yang sangat vital bagi berlangsungnya kehidupan pemerintahan dan pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor terpenting dalam setiap kegiatan organisasi. Organisasi boleh saja memiliki peralatan dan mesin serta sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan (PAG) Bandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan (PAG) Bandung adalah salah satu unit kerja di bawah Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM KEPEGAWAIAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembangnya suatu instansi maka akan semakin sulit pula perencanaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam suatu instansi pengelolaan pegawai secara profesional harus dimulai dengan rekruitment yang terdiri dari aktifitas perencanaan, penarikan, seleksi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan maupun kebudayaan menuntut setiap individu untuk mempunyai daya. pendidikan, pekerjaan maupun kebudayaan tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan dari kemajuan suatu zaman yaitu kemampuan sumber daya manusia yang kompetitif, pada masa seperti sekarang ini dimana semakin hilangnya batasan batasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah peletak dasar pelaksana sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah peletak dasar pelaksana sistem pemerintahan. Seperti yang dikemukakan oleh Musanef (1996) bahwa keberadaan Pegawai Negeri Sipil
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo
No.1836, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Tunjangan Kinerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/M-IND/PER/12/2017 TENTANG MEKANISME PEMBERIAN TUNJANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi para anggotalah yang menentukan keberhasilannya. Dalam suatu organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja pegawai atau individu yang ada didalamnya. Seluruh pekerjaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN PELAKSANA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan modal penting yang
BAB PENDAHULUAN I 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan modal penting yang berguna bagi orgasinasi dalam merumuskan sampai pada pencapaian tujuan organisasi itu sendiri.
Lebih terperinci2017, No Meningat : 1. Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,
No.1862, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Jabatan dan Kelas Jabatan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI STANDARDISASI METROLOGI LEGAL MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinci~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENERA
I SALINAN I J @~V'~QJF~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG SYARAT JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA, ADMINISTRATOR DAN PENGAWAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 06 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci