BAB II KAJIAN PUSTAKA. Terdapat empat istilah yang terkadang membuat bingung para pendidik dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Terdapat empat istilah yang terkadang membuat bingung para pendidik dalam"

Transkripsi

1 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Terdapat empat istilah yang terkadang membuat bingung para pendidik dalam proses pembelajaran. Keempat istilah itu adalah pendekatan, metode, teknik, dan model pembelajaran. Secara hierarkis dalam proses pembelajaran, pendekatan adalah tingkat tertinggi, yang kemudian dijabarkan ke dalam metode-metode dan metode-metode ini diwujudkan dalam teknik. Teknik harus tunduk pada metode dan metode harus tunduk pada pendekatan. Model berada pada lingkup terluar dari tiga istilah tersebut yakni dalam sebuah model pembelajaran pastilah terkandung pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Abidin, 2012: 19). Dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa kedudukan pendekatan, metode, teknik, dan model dalam pembelajaran. Setiap pakar tentu memiliki definisi yang berbeda-beda tentang pembahasan konsep model pembelajaran, Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2012: 133) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lainnya. Gagne (dalam Mulyana, 2000: 25) menjelaskan bahwa model pembelajaran

2 18 bertujuan menyajikan hubungan konseptual antara hasil belajar yang diharapkan dengan metode atau sejumlah metode belajar yang tepat, sedangkan Arends (dalam Trianto, 2007: 5) mengemukakan bahwa istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengolahannya. Pakar lain, Suprijono (2012: 45) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Suprijono juga menyatakan bahwa model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Berdasarkan pendapat para pakar tersebut disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberikan petunjuk kepada guru di kelas dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2.2 Pembelajaran Kooperatif Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivisme yang muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdikusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling

3 19 membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks ( Trianto, 2007: 41). Dalam pembelajaran kooperatif, bentuk pembelajaran dirancang dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012: 202). Sementara itu Nurulhayati (dalam Rusman, 2012: 203) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Slavin (2008: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mendorong para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran lebih lanjut. Slavin juga menyatakan bahwa kelompok tersebut merupakan kumpulan siswa yang heterogen dengan anggota empat sampai enam orang yang duduk bersama untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Dalam hal ini, setiap kelompok terdiri dari berbagai latar belakang etnik dan berbagai tingkatan prestasi. Senada dengan pendapat tersebut, Sanjaya (2010: 242) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang heterogen dengan latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya sekadar belajar dalam kelompok, tetapi juga terdapat unsur dasar pembelajaran kooperatif yang dapat membedakan

4 20 dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Jika pelaksanaan pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan efektif. Siswa tidak harus belajar dari guru dalam proses pembelajarannya. Siswa dapat saja saling mengajar dengan sesama siswa lainya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lie (2008: 12) bahwa pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dan antara anggota kelompok tersebut saling membantu untuk memahami dan mempelajari suatu materi pelajaran Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif memiliki perbedaan dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam proses pembelajarannya yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama dalam penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama seperti inilah yang menjadi ciri khas dalam pembelajaran kooperatif. Sanjaya (2010: 244) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu 1) perspektif motivasi yang berarti penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok, 2) perspektif sosial

5 21 yang berarti bahwa melalui kooperatif, setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan, dan 3) perspektif perkembangan kognitif yang berarti bahwa adanya interaksi antara anggota kelompok akan dapat mengembangkan prestasi siswa dalam berpikir untuk mengolah berbagai informasi. Dengan demikian, secara umum karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Pembelajaran Dilakukan Secara Tim Pembelajaran kooperatif dilakukan secara tim yang merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu, tim harus mampu membuat setiap anggota (siswa) belajar. Setiap anggota harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif Manajemen kooperatif memiliki tiga fungsi, yaitu 1) fungsi perencanaan yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, dan apa yang harus dipakai untuk mencapai tujuan itu, 2) fungsi organisasi yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pekerjaan bersama antarsetiap anggota kelompok sehingga perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok di dalamnya, dan 3) fungsi kontrol yang menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik dalam bentuk tes maupun nontes.

6 22 3. Kemauan untuk Bekerja Sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif sangat ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh karena itu, perlu ditekankan prinsip kebersamaan atau kerja sama dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mampu mencapai hasil yang optimal. 4. Keterampilan Bekerja Sama Kemampuan bekerja sama dalam pembelajaran kooperatifdapat dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Oleh karena itu, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi serta berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2008: 31) mengemukakan bahwa terdapat lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut. 1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas bergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok. Keberhasilan kerja sama dalam kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh sebab itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan satu sama lain. 2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan

7 23 kelompok sangat bergantung pada masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama dan harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. 3) Interaksi tatap muka (cae to face promotion interaction), yaitu pemberian kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok dengan bertatap muka dengan melakukan interaksi dan diskusi serta saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lainnya. 4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication) yaitu melatih siswa agar dapat berpartisipasi dan berkomunikasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. 5) Evaluasi proses kelompok, yaitu penjadwalan waktu khusus bagi kelompok agar dapat mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama antaranggota dalam kelompok dan selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif. 2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example non-example Pada penelitian ini, peneliti akan memaparkan ihwal model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example yang meliputi hakikat model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example, kedudukan model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example sebagai model pembelajaran inovatif, langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example, keuntungan model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example, dan kelebihan serta kekurangan model pembelajaran Kooperatif tipe Example non- Example.

8 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example non-example Model adalah suatu pola, contoh, atau acuan dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Model ini diharapkan dapat menghasilkan suatu produk yang bernilai tinggi dan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa, khususnya bagi pembelajaran menulis dengan fokus pada penggunaan bahasa Indonesia baku. Model merupakan representasi konsep yang dirancang secara khusus serta digunakan untuk menjelaskan struktur dan fungsinya. Pada hakikatnya pengertian model mempunyai defenisi yang berbeda-beda, bergantung pada bidang ilmu dan pengetahuan yang diadopsinya. Salah satu defenisi yang dikemukakan Dilwort (1992: 74) menyatakan bahwa model merupakan representasi abstrak mengenai proses, sistem, atau subsistem yang konkret. Model digunakan dalam seluruh aspek kehidupan. Model bermanfaat dalam mendeskripsikan pilihan-pilihan dan dalam menganalisis tampilan-tampilan pilihan tersebut. Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja dan terkendali yang bertujuan agar pada diri orang lain relatif terjadi perubahan. Usaha ini dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar yang diperlukan. Sukartini dan Mohammad Imam (2007: 137) memberikan batasan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk memeroleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya dalam interkasi dengan lingkungannya. Dengan kata lain,

9 25 pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran banyak bergantung pada berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam interkasi ini, guru membantu siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar tanpa batas. Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu membimbing siswanya ke arah tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce (2009: 6) mengemukakan bahwa pengajaran yang baik adalah pengajaran yang merangkul pengalaman belajar tanpa batas mengenai bagaimana gagasan dan emosi berinteraksi dengan suasana kelas dan bagaimana keduanya dapat berubah sesuai dengan suasana yang juga turut berubah. Dalam hal ini gurulah yang betugas membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, nilai, dan cara berpikir. Pada saat inilah sebenarnya guru tengah mengajari siswa untuk belajar. Jadi, tugas gurulah yang mengantar keberhasilan siswa dalam belajar. Guru menentukan segalanya. Guru yang sukses tidak hanya sekadar penyaji yang kharismatik dan persuasif, tetapi guru yang sukses adalah guru yang melibatkan para siswa dalam tugastugas yang sarat muatan kognitif dan sosial serta mengajari siswanya bagaimana mengerjakan tugas-tugas tersebut secara produktif (Joyce, 2009: 7). Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar. Model pembelajaran mengarahkan guru dalam mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Model pembelajaran adalah bentuk

10 26 pembelajaran yang menggambarkan kegiatan dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dalam pembelajaran terjadi pola interaksi antara siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran atau metode mengajar sangat beragam. Dalam keragaman ini tidak ada satu model atau metode pun yang dianggap paling baik. Ahli pendidikan berpendapat bahwa tidak ada satu metode mengajar yang dipandang paling baik karena baik tidaknya metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pengajaran, materi yang diajarkan, jumlah siswa, fasilitas penunjang, kesanggupan individual, dan lain-lain. Atas dasar itu kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang sederhana sampai yang kompleks (Danim, 2010: 34). Sukses tidaknya sebuah model atau metode pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam menguasai suasana kelas, cara berbicara dan sistematika pembicaraan, jumlah materi yang disajikan, kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang mendengarkan, dan lain-lain. Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses pembelajaran secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, dan berorientasi kekinian. Selain itu, model pembelajaran harus memiliki bentuk pembelajaran yang sederhana, mudah dilakukan, dan dapat mencapai tujuan.

11 27 Dalam pelaksanaan pembelajaran seperti yang dikemukakan Fryer (1987) dalam Olik dkk. (2007: 275) bahwa pembelajaran memberikan makna yang lebih baik bila: a) adanya peluang para peserta belajar untuk belajar bekerja sama dalam kelompok; b) latihan dan pengulangan merupakan hal yang bermanfaat sebagai bagian dari pembelajaran; c) pembelajaran akan menjadi semakin aktif bila interaksi tidak hanya berlangsung satu kali; dan d) adanya pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar dalam belajar. Makna dalam pembelajaran seperti di atas terkandung dalam model pembelajaran Kooperatif. Model ini bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran Kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, dan suku yang berbeda. Perbedaan dari ciri khas masing-masing siswa merupakan kekuatan sebuah demokrasi yang ada di antara mereka. Pembelajaran Kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Model pembelajaran

12 28 Kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Lie, 2003: 27). Stahl (1994: 25) menyatakan bahwa Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa menuju belajar yang lebih baik dan dapat meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Lie (2003: 30) mengutip perkataan Roger dan David Johnson yang menyatakan bahwa ada lima unsur model cooperative learning, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, serta evaluasi proses kelompok. Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan cooperative learning atau pembelajaran Kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam menghasilkan sesuatu yang dikerjakan secara bersama-sama (kelompok). Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan anggota kelompok. Seperti yang dikatakan Joyce (2009: 35) bahwa prosedur-prosedur pembelajaran Kooparatif memfasilitasi pembelajaran lintas bidang kurikulum dan umur, perbaikan rasa bangga diri, keterampilan dan solidaritas sosial, serta lintas tujuantujuan pembelajaran akademik yang menjangkau mulai dari perolehan informasi dan skill hingga model-model penelitian di seluruh disiplin akademik. Dengan demikian, diskusi kelompok dengan teman sebaya efektif dilakukan untuk mengatasi permasalahan belajar siswa. Aspek peningkatan kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan sikap, dan keterampilan berbahasa dapat ditingkatkan melalui kerja sama yang teratur dalam kelompok. Dalam kerja kelompok, setiap kesulitan dapat dipecahkan bersama sehingga tumbuh dalam diri siswa motivasi dan kepercayaan diri. Melalui motivasi yang sehat, siswa akan dapat mengekspresikan dirinya lebih bebas,

13 29 berani mencoba hal-hal baru, berani bertanya, berani menjawab, dan tumbuh tingkat kepercayaan diri. Pembelajaran Kooperatif dapat menimbulkan susasana positif karena dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran, guru, dan sekolah. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran Kooperatif menurut Slavin (1995: 6) adalah sebagai berikut. 1. Penghargaan Kelompok Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. 2. Pertanggungjawaban individu Keberhasilan kelompok bergantung pada pertanggungjawaban individu dari semua anggota kelompok. Adanya pertanggungjawaban secara individu menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya, tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3. Kesempatan yang sama untuk berhasil Setiap siswa memperoleh kesempatan yang sama untuk berhasil dan melakukan hal yang terbaik bagi kelompoknya. Adapun tujuan pembelajaran Kooperatif adalah: a) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; b) mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong-royong dalam kehidupan; serta c) mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok.

14 30 Unsur-unsur dasar pembelajaran Kooperatif yang perlu ditanamkan, yaitu para siswa harus: a) memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersamasama ; b) memiliki pandangan bahwa mereka semua harus memiliki tujuan yang sama; c) memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya di samping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi; dan d) membagi tugas serta tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompok. Dalam pelaksanaan pembelajaran Kooperatif siswa harus dilatih terlebih dahulu tentang keterampilan komunikatif karena keterampilan komunikatif itu berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antaranggota kelompok, sedangkan pelaksanaan tugas dilakukan dengan membagi tugas antaranggota kelompok selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, pembelajaran Kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu perilaku bekerja membantu sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok. Kelompok ini terdiri atas dua orang atau lebih dengan keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap individu dalam kelompok tersebut. Hal ini terjadi karena siswa ikut terlibat dalam penentuan pembelajaran.

15 31 Model pembelajaran Kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah yang berbeda-beda. Dalam dikemukakan bahwa salah satu model pembelajaran Kooperatif adalah tipe Example non-example. Arend (2008: 333) memberi nama untuk tipe seperti ini adalah contoh dan bukan contoh. Model ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran Kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pembelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Model ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh materi atau Example yang sedang dibahas. Adapun non-example memberi gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Example non-example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan defenisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri atas example dan non-example. Guru meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example non-example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya, tetapi bukan dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example, diharapkan akan dapat memberikan kesempatan untuk menemukan konsep pelajarannya dan mendorong siswa menuju pemahaman yang lebih mendalam mengenai materi yang ada.

16 Kedudukan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example non- Example sebagai Model Pembelajaran Inovatif Model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran. Penggunaan gambaran-gambaran visual akan dapat memengaruhi pembelajaran konsep dan mendukung pepatah lama yang mengatakan bahwa a pictue is worth a thousand world (Arends, 2008: 334). Penggunaan media gambar merupakan sarana yang digunakan untuk melaksanakan model ini. Media gambar ini disusun dan dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai sesuatu yang ada di dalam gambar tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 892) media diartikan (1) alat, (2) alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk, serta (3) yang terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya). Menurut Gagne dalam Sadiman (2009: 6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Hadimiarso (1984: 49) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Adapun Danim (2010: 7) berpendapat bahwa media pendidikan atau media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.

17 33 Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta sebagai sarana untuk menuju tujuan pembelajaran. Media ini juga digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan memperjelas informasi yang disampaikan. Media bukan sekadar alat peraga atau alat bantu dalam pembelajaran walaupun tekanan utama terletak pada benda yang dapat dilihat atau didengar. Namun, media dalam pembelajaran di kelas atau di luar kelas pada intinya merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan perantara atau alat yang diperlukan untuk berinteraksi antara guru dengan siswa dengan tujuan untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar dan menyampaikan pesan. Penyampaian pesan tersebut ditunjang dengan bantuan rangsangan pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga efektivitas kegiatan pembelajaran terjadi secara baik. Berdasarkan uraian tersebut maka kedudukan komponen media dan sumber belajar dalam pembelajaran memiliki peran dan fungsi yang sangat penting sebab tidak semua pengalaman belajar dapat diraih secara langsung. Dalam hal ini media dan sumber belajar dapat digunakan agar dapat memberi pengetahuan yang konkret, tepat, dan mudah dipahami. Jadi, dengan digunakannya media gambar dalam model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example, guru dapat dengan mudah menyajikan seperangkat materi tertentu, membangkitkan minat siswa, keseragaman informasi, dapat dilakukan secara berulang, dan menjangkau semua bidang pelajaran. Media gambar yang dipakai dalam pembelajaran memberikan banyak kemudahan dan nilai tertentu. Apalagi yang digunakan berupa gambar berwarna. Seperti yang

18 34 dikemukakan Danim (2010: 18-19) bahwa gambar yang berwarna lebih menarik. Arti dari sebuah gambar ditentukan oleh persepsi masing-masing. Gambar dan ilustrasi fotografi mempunyai nilai tertentu yaitu bersifat konkret, tak terlalu terbatas pada ruang dan waktu, membantu memperjelas masalah, membantu kelemahan indera, mudah didapat, dan relatif murah, di samping mudah digunakan. Dalam ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-example non example. html dikemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran Example non- Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasanya yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi. Namun, dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti (a) kemampuan berbahasa tulis dan lisan, (b) kemampuan analisis ringan, dan (c) kemampuan berinterkasi dengan siswa lainnya. Model ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Dalam model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan belajar siswa. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu belajar satu sama lain dengan beranggotakan 3-4 siswa atau lebih. Agar efektif, guru harus tetap menyadari perbedaaan besar di antara siswa-siswanya dan tidak pernah berasumsi bahwa pemahaman dua orang siswa tentang sebuah konsep benar-benar

19 35 identik. Fitur-fitur lain keanekaragaman itu termasuk latar kultural siswa dan pengalaman yang mereka bawa bersama ke kelas. Perbedaan kultural juga dapat memengaruhi pemahaman dan persepsi seseorang tentang konsep tertentu (Arends, 2008: 337). Oleh karena itu, dalam model pembelajaran ini guru seyogyanya mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif tipe Example non-example yaitu model yang mengajarkan siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep yang dipelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan defnisi konsep tersebut. Example non-example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan defenisi konsep Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example non- Example Langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example menurut ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-examplenon-example.html yakni sebagai berikut. 1) Guru mempersiapkan gambar-gambar yang berupa benda atau sebuah peristiwa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2) Guru menempelkan gambar-gambar tersebut di papan tulis atau ditayangkan lewat OHP/proyektor/hanya berupa slide kertas. 3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar.

20 36 4) Melalui diskusi kelompok 3-4 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat di kertas. 5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. 6) Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 7) Kesimpulan Keuntungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example non- Example Menurut Buehl (1996) dalam sisteminformasisekolah.wordpress.com/category/ metode-pembelajaran, keuntungan dari model Example non-example antara lain yaitu sebagai berikut. 1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks. 2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non-example. 3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non-example. Dalam bagian ini dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

21 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example non-example Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example adalah sebagai berikut. 1. Kelebihan model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example a) siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar; b) siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar; dan c) siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat 2. Kekurangan model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example a) tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar; dan b) memakan waktu yang lama. Banyak yang berpendapat bahwa salah satu kekurangan model pembelajaran Kooperatif tipe Example non-example adalah dari segi waktu yaitu memakan waktu yang lama. Arend (2008: 336) mengemukakan bahwa cara mengalokasikan waktu yang cukup dan cara menggunakan ruang kelas adalah tugas-tugas perencanaan untuk pengajaran konsep. Kesalahan yang lazim dibuat oleh guru pemula adalah menetapkan estimasi yang terlalu rendah yang dibutuhkan untuk mengajarkan konsep-konsep, bahkan yang sederhana, sampai tuntas. Oleh karena itu, persyaratan waktu bergantung pada tingkat dan kemampuan kognitif siswa serta kompleksitas konsep yang diajarkan karena hafal tentang konsep tidak sama dengan memahaminya.

22 Pembelajaran Menulis dengan Fokus pada Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Hal ini relevan dengan kurikulum yang tertuang dalam silabus bahwa penyusunan silabus mata pelajaran bahasa dan sastra sebagai sarana komunikasi diharapkan mencapai kompetensi yang diarahkan ke dalam empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Depdiknas, 2006: 2). Nursito (2005: 5) mengemukakan bahwa secara kronologis, keempatnya tumbuh dalam diri setiap individu. Dalam wujud kemampuan berkomunkasi langsung, tingkatan yang paling sederhana yaitu kemampuan menyimak dan berbicara. Selanjutnya tahapan yang setingkat lebih tinggi adalah membaca dan tingkatan yang paling rumit adalah menulis h Hakikat Pembelajaran Menulis Menulis dan mengarang pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan, perasaan keinginan dan kemauan, serta informasi penulis yang diharapkan dipahami oleh pembaca ke dalam bentuk tulisan. Dalam perkembangannnya, pembelajaran bahasa melahirkan suatu teori yang dikenal dengan teori Transaksional. Hermawan (2007: 76) menyatakan bahwa teori mengajar Transaksional menuntut setiap guru melakukan hal-hal sebagai berikut.

23 39 1. Jadikanlah siswa untuk menampilkan dirinya sebagai pembaca dan penulis yang baik! 2. Tumbuhkan isi yang bermakna pada diri siswa melalui menulis dan membaca! 3. Ungkapkan pengalaman-pengalaman menyenangkan pada diri siswa dengan cara menuliskannya kembali! 4. Berikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan interpretasi terhadap apa yang dilihatnya! Dari pendapat tersebut terlihat jelas bahwa menulis merupakan faktor yang sangat penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Menurut Rusyana (1984: 191) menulis adalah kemampuan menggunakan polapola bahasa dalam penampilannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Shihabuddin (2208: 249) menjelaskan bahwa menulis merupakan salah satu bentuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, dan merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Selanjutnya, Tarigan (2008: 3) menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Berdasarkan pendapat tersebut, menulis merupakan salah satu bentuk berkomunikasi yang produktif dan ekspresif antara penulis dengan pembaca secara tidak langsung. Bentuk berkomunikasi tersebut menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis. Jelaslah bahwa keterampilan menulis perlu mendapat

24 40 perhatian yang sungguh-sungguh karena untuk terampil menulis harus mampu menggunakan pola-pola bahasa. Tujuan menulis yang paling utama adalah penulis dapat menyampaikan pesan kepada pembaca sehingga pembaca memahami maksud yang disampaikan penulis. Dengan terjadinya hubungan interaksi antara penulis dengan pembaca, memperjelas bahwa menulis merupakan keterampilan yang punya andil besar bagi peradaban dunia. Dapat kita bayangkan, seandainya umat manusia tidak memiliki dan mengembangkan keterampilan menulis, pasti tidak akan dapat mewariskan kebudayaan yang turun-temurun. Oleh karena itu, dengan menulis kita memeroleh manfaat yang besar. Seorang pengajar karang-mengarang bernama Bernerd Percy dalam Nursisto (2006: 6) mengungkapkan sekurang-kurangya terdapat enam manfaat karang-mengarang, yaitu sebagai berikut. 1) sarana untuk pengungkapan diri; 2) sarana untuk memahami sesuatu; 3) sarana untuk mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggan, dan rasa harga diri; 4) sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan sekeliling; 5) sarana untuk melibatkan diri dengan penuh semangat; dan 6) sarana untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan mempergunakan bahasa. Salah satu sarana untuk mengungkapkan gagasan melalui tulisan yaitu bahasa. Dengan kemampuan penulis memilih unsur-unsur bahasa dalam tulisan, pembaca akan mudah memahami tulisan tersebut. Hal ini diperkuat dengan pendapat

25 41 Rusyana (1984: 191) yang menyatakan bahwa menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penampilannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Kemampuan menulis itu mencakup berbagai kemampuan seperti kemampuan menguasai gagasan yang dikemukakan, kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa, kemampuan menggunakan bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan serta tanda baca. Selain pendapat tersebut, Tarigan (2008: 3) juga menjelaskan dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa melalui tulisan dapat terjadi komunikasi antara penulis dengan pembaca. Hal tersebut terjadi apabila antara penulis dan pembaca masing-masing dapat memahami grafologi, struktur bahasa, kosa kata, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan serta tanda baca. Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan suatu aspek yang harus diajarkan kepada siswa yang terangkum dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia dewasa ini ditujukan pada keterampilan siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan konteksnya atau bersifat pragmatis. Dengan kata lain, pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis harus lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, dalam pembelajaran menulis diharapkan siswa

26 42 mampu menuangkan gagasannya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bahasa tidak terpisahkan dari manusia dan mengikuti di dalam setiap langkahnya. Memang suatu kenyataan bahwa bahasa wajar dibutuhkan oleh setiap manusia. Kewajaran ini mungkin menyebabkan bahasa dianggap sebagai barang sehari-hari yang biasa saja sehingga tidak perlu mendapat perhatian yang selayaknya, sesuai dengan fungsinya di dalam masyarakat (Samsuri, 1980: 3). Padahal dalam setiap penggunaan bahasa, unsur kebahasaan selalu mengiringi tuturan karena unsur kebahasaan merupakan peranti sistem bahasa, mulai dari wujud yang paling sederhana berupa bunyi sampai pada sistem yang paling kompleks berupa wacana. Peranti sistem bahasa tersebut digunakan untuk mengungkapkan maksud pengguna bahasa. Oleh karena itu, penutur harus menguasai peranti sistem bahasa tersebut ketika menggunakan bahasa (Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FPBS UPI, 2010: 60). Jika peranti sistem bahasa tersebut tidak dikuasai oleh penutur, peranti sistem bahasa akan melahirkan ketidakseragaman dalam berkomunikasi terutama berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia baku. Terkait dengan pembahasan mengenai bahasa Indonesia baku ini, ada beberapa hal yang akan dibahas, yaitu (1) pengertian bahasa baku, (2) sifat bahasa Indonesia baku, (3) fungsi bahasa Indonesia baku, dan (4) ciri-ciri bahasa Indonesia baku.

27 Pengertian Bahasa Baku Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 123). baku diartikan sebagai tolak ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar. Standar merupakan hal yang dianggap paling dapat diterima (tentang salah satu variasi dalam bahasa) dan biasanya dipakai dalam penggunaan resmi. Bahasa baku berarti bahasa standar (Depdiknas, 2008: 116). Bahasa standar berarti (1) (ragam) bahasa yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundang-undangan dan surat-menyurat resmi; (2) bahasa persatuan dalam masyarakat bahasa yang mempunyai banyak bahasa (Depdiknas, 2008: 117). Kiranya perlu dikemukakan juga beberapa pengertian bahasa baku yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Rumusan berikut dikutip dari tulisan Sabariyanto (1999: 5). 1. Bahasa baku atau bahasa standar ialah ragam bahasa yang berkekuatan sanksi sosial dan yang diterima masyarakat bahasa sebagai acuan atau model (Moeliono, 1989: 43). 2. Yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia, baik yang menyangkut ejaan, lafal, bentuk kata, struktur kalimat, maupun penggunaan bahasa (Junaiyah,1991: 18). Bahasa baku ialah suatu bentuk pemakaian bahasa yang menjadi model yang dapat dicontoh oleh setiap pemakai bahasa yang hendak berbahasa secara benar (Moeljono, 1989: 23) 3. Bahasa baku atau bahasa standar ialah ragam bahasa atau dialek yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundangundangan, surat menyurat resmi, dan berbicara di depan umum (Kridalaksana, 1982: 21). Rusyana (1984: 104) menjelaskan bahwa bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima, dan dijadikan model oleh masyarakat

28 44 bahasa yang lebih luas. Keraf (1991: 8) mengemukakan pendapat bahwa bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa itu. Beberapa pendapat tersebut sesungguhnya sama, yaitu bahwa bahasa baku merupakan sebuah ragam bahasa. Dalam ragam itu harus tercermin penggunaan kaidah yang benar. Penggunaan kaidah yang benar dalam pemakaian bahasa mempunyai kekuatan sanksi sosial sebab mereka yang bahasanya benar akan mendapat pujian dan bagi mereka yang bahasanya jelek akan dicela masyarakat. Bahasa yang benar itu akan dijadikan acuan atau model oleh masyarakat pemakai bahasa. Bahasa itu dipergunakan dalam situasi resmi, misalnya dalam perundangundangan, surat menyurat resmi, berbicara di muka kelas, berpidato di depan umum, dan dalam penulisan ilmu pengetahuan (Sabariyanto, 1999: 5 6) Sifat Bahasa Indonesia Baku Wujud bahasa Indonesia baku dapat dikenali secara jelas, tetapi wujud ini tidak mungkin untuk diidentifikasi khasanahnya satu per satu dari fonem sampai kalimat. Seperti halnya dengan bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia baku menggunakan bahasa orang yang berpendidikan sebagai tolok ukurnya. Ragam bahasa orang yang berpendidikan, yakni bahasa dunia pendidikan merupakan pokok yang sudah banyak ditelaah orang. Ragam itulah yang juga kaidah-kaidahnya paling lengkap diperikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa lain. Ragam itu tidak saja ditelaah dan diperiksa, tetapi juga diajarkan di sekolah. Ragam itulah yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa

29 45 yang benar. Fungsinya sebagai tolok ukur menghasilkan nama Bahasa Baku atau Bahasa Standar (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988: 12) Selain dapat dikenali bentuknya, bahasa Indonesia baku seperti halnya bahasa baku pada umumnya diisyaratkan memiliki beberapa sifat. Menurut Alwi (1999: 13) ragam bahasa standar memiliki sifat-sifat, yaitu sebagai berikut. 1. Kemampuan Dinamis Bahasa Indonesia baku memiliki sifat kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Di sini, baku atau standar berarti tidak dapat berubah setiap saat. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur dalam bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang diperlukan di dalam kehidupan modern. 1. Kecendekiaan Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan bahasa lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Proses pencendekiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yakni umumnya masih bersumber pada bahasa asing, harus dapat dilangsungkan lewat buku bahasa Indonesia. 2. Keseragaman Bahasa Indonesia baku memiliki kaidah yang seragam. Memiliki keseragaman kaidah, artinya kebakuan bahasa bukan penyamaan ragam bahasa, melainkan kesamaan kaidah. Proses penyeragaman bertujuan

30 46 menyeragamkan kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman variasi bahasa Fungsi Bahasa Indonesia Baku Selain berfungsi sebagai bahasa negara dan bahasa resmi, bahasa Indonesia juga menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, menjadi bahasa pergaulan, bahasa perhubungan, dan bahasa persatuan. Jadi, bahasa Indonesia itu multifungsi (Badudu, 1983: 8). Bahasa Indonesia baku memiliki empat fungsi utama, yaitu sebagai berikut. 1) Pemersatu Fungsi pemersatu artinya bahasa Indonesia baku mampu mempersatukan atau menghubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mampu mempersatukan masyarakat menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi setiap orang dengan seluruh masyarakat itu. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mengatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku merupakan wahana atau alat dan pengungkap kebudayaan nasional yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha memberlakukannya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia Indonesia modern. 2) Penanda Kepribadian Fungsi penanda kepribadian artinya bahasa Indonesia baku memberi kekhasan dan memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan. Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya

31 47 dengan bahasa-bahasa lainnya. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita. Bahasa Indonesia baku berbeda dengan bahasa Malaysia atau bahasa Melayu di Singapura dan Brunai Darussalam. Bahasa Indonesia baku dianggap sudah berbeda dengan bahasa Melayu Riau yang menjadi induknya. 3) Pembawa Kewibawaan Fungsi pembawa kewibawaan artinya pemilikan bahasa Indonesia baku membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa Indonesia baku. Di samping itu, pemakai bahasa Indonesia yang mahir berbahasa baku dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain. Fungsi yang menyangkut kewibawaan itu juga terlaksana jika bahasa Indonesia baku dapat dipautkan dengan hasil teknologi baru dan unsur kebudayaan baru. Warga masyarakat secara psikologis akan mengidentifikasikan bahasa Indonesia baku dengan masyarakat dan kebudayaan maju serta modern sebagai pengganti pranata, lembaga, bangunan indah, dan jalan raya yang besar. Gengsi juga melekat pada bahasa Indonesia baku karena dipergunakan oleh masyarakat yang berpengaruh yang menambah wibawa pada setiap orang yang mampu menggunakan bahasa Indonesia baku. 4) Kerangka Acuan Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma dan kaidah (yang dikodifikasi) secara jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolok ukur bagi betul tidaknya pemakaian bahasa Indonesia

32 48 baku. Dengan demikian, penyimpangan dari norma dan kaidah dapat dinilai. Norma dan kaidah bahasa Indonesia baku juga menjadi kerangka acuan umum bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1988: 14) Bahasa Indonesia dalam berbagai fungsinya sebagai sarana komunikasi ilmu dan teknologi, sarana pendidikan, dan sarana pengembang kebudayaan harus ditingkatkan pengembangan dan pembinaannya secara terpadu dan terencana. Dengan demikian, masyarakat Indonesia akan memiliki alat komunikasi yang canggih yang mempunyai bentuk estetis, luwes, dan beragam sesuai dengan keperluan pemakainya. Melihat fungsi bahasa Indonesia yang begitu besar, bahasa nasional kita dewasa ini sedang mengalami perubahan yang sangat pesat, sama pesatnya dengan gerak maju perkembangan masyarakat Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi sehari-hari menunjukkan peningkatan yang pesat dan jumlah orang yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama semakin meningkat. Suatu bahasa yang hidup dan terpakai dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat S. (2007: 27) bahwa penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari itu meningkat. Hal ini menandakan sikap masyarakat kita terhadap penggunaan bahasa Indonesia cukup menggembirakan. Bahasa Indonesia telah menyempurnakan dan tumbuh serta berkembang dengan pesatnya. Seperti pendapat yang dikemukakan Badudu (1983: 9) bahwa:

33 49 Bahasa Indonesia bukan lagi hanya bahasa pergaulan sehari-hari, tetapi telah tumbuh menjadi bahasa ilmiah dan teknologi. Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di Perguruan Tinggi untuk mata kuliah nonekseta maupun mata kuliah eksakta. Bahasa Indonesia bukan lagi hanya dipakai dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahasa percakapan, melainkan dipakai juga sebagai bahasa ilmiah untuk menulis buku, makalah, laporan, penelitian, kertas kerja dalam pertemuan-pertemuan ilmiah, skripsi dan disertasi. Bahasa Indonesia dipakai dalam berpidato, memimpin rapat, berdiskusi, memberikan ceramah, kuliah, menyampaikan pelajaran, dan sebagainya. Kemampuan pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam situasi yang memerlukannya serta jumlah pemakainya masih perlu ditingkatkan, baik dalam penyempurnaan sistem sandi dan kaidah bahasa maupun dalam hal penyebarluasan hasil pembakuan bahasa itu. Dalam hubungan dengan pembakuan itu, perlu ditetapkan beberapa langkah kebijakan di antaranya melaksanakan penyempurnaan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, melaksanakan penulisan tata bahasa, serta mengusahakan penerjemahan berbagai buku pedoman dan pengantar kebahasaan. Hal ini perlu dikembangkan agar tercapai keterampilan berbahasa yang tinggi pada diri siswa dan sikap positif yang mengandung unsur kebanggaan bahasa, kesetiaan bahasa, dan kesadaran akan norma bahasa. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yakni sebagai berikut. 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. 2) Mengahargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa peersatu dan bahasa Negara. 3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial. 5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

34 50 6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. (hankey.pbworks.com/f/makalah M Yunus. Doc) Imbauan agar kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar selalu terdengar. Sakri (1993: 1) juga mengatakan bahwasannya kita dianjurkan agar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sudahkah kita mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa yang baik menurut tata bahasa dan benar menurut ragamnya. Selain itu, bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat diartikan sebagai ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan mengikuti kaidah bahasa yang betul. Pada dasarnya lahirnya konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak terlepas dari konteks pemakaian bahasa yang beragam. Dalam hal ini bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan sesuai dengan situasi pemakainya, sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan kaidah yang berlaku. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Alwi dkk. (1999: 21) bahwa: Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik dan tepat. Adapun pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar. Begitu pula yang benar bermakna mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia dan dengan baik berarti penggunaan bahasa pada tempatnya. Jadi, jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya. Begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu benar. Kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa baku.

BAB I PENDAHULUAN. kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, dan alat

BAB I PENDAHULUAN. kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, dan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, dan alat penghubung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama. Karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari proses

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing

BAB II KAJIAN TEORETIS. pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Model Pembelajaran Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2012:132) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang 11 TINJAUAN PUSTAKA A. Media maket Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) Icah 08210351 Icah1964@gmail.com Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya bahasa adalah alat yang berfungsi untuk berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu cirri pembeda antara manusia dengan mahluk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan. Setiap melakukan kegiatan pasti diperlukan suatu

Lebih terperinci

2.2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

2.2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA 2.2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA Jika dilihat dari kedudukannya, bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Di era informasi sekarang ini kiranya tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) merupakan wujud, langkah, upaya untuk meningkatan mutu pendidikan. Pelaksanaan kurikulum berbasis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara sistematis dan logis, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu, bahasa Indonesia juga memiliki peranan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup pasti membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Karena pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang disadari atau tidak, selalu hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Kelompok tersebut dimulai dari suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dibahas teori-teori yang relevan dengan penelitian ini agar dapat memberi gambaran umum tentang latar peneliti dan sebagai bahan rujukan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) 35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Model Pembelajaran kooperatif. bersama melalui teknik teknik tertentu. 1

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Model Pembelajaran kooperatif. bersama melalui teknik teknik tertentu. 1 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran kooperatif Cooperative berarti bekerja sama dan learning yang berakti belajar, jadi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas pembelajaran bahasa dan sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas pembelajaran bahasa dan sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas pembelajaran bahasa dan sastra. Kedua hal tersebut memiliki empat aspek masing-masing diantaranya membaca, menulis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PALOPO

KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PALOPO Abstrak KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PALOPO IIS SUHARNINGSHI Universitas Cokraoaminoto Palopo suharningshi@gmail.com Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 17 BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Dialog Sederhana Dalam KTSP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN 189 BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN Implementasi pendidikan multikultural di sekolah perlu diperjelas dan dipertegas. Bentuk nyata pembelajaran untuk

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu pemersatu bangsa. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya karena manusia merupakan makhluk sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar Bahasa Indonesia 1. Definisi Hasil belajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur, yaitu: tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan. Keterampilan yang tidak hanya dipahami hanya sekedar proses pengungkapan gagasan atau cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah memotivasi dan memberikan fasilitas kepada peserta didik agar dapat belajar sendiri. Akan tetapi, proses pembelajaran tersebut nyatanya sulit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI (Penelitian dan Pengembangan pada Mata Pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN DISKUSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII C SMP N 2 RANDUBLATUNG TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Keterampilan menyimak merupakan dasar keterampilan dalam komunikasi lisan. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin Indonesia, 1969:926).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan empat keterampilan. Keterampilan merupakan salah satu unsur kompetensi yang harus dimiliki

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan, dikembangkan bibit-bibit sumber daya manusia

Lebih terperinci

HAKIKAT DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA. Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia

HAKIKAT DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA. Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia HAKIKAT DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia 1. Hakikat Bahasa Indonesia Bahasa sebagai sarana interaksi sosial Bahasa adalah ujaran Bahasa meliputi dua bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sukmadinata (1999) menyatakan, teori adalah suatu set atau sistem pernyataan yang menjelaskan serangkaian hal. Teori merupakan abstraksi dari pengetahuan pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia dalam berekspresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Moeflich (2011) mengatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing merupakan salah satu cara untuk mengenalkan bahasa Indonesia ke negera-negara lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan penelitian pendahuluan melalui wawancara dengan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan penelitian pendahuluan melalui wawancara dengan salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penelitian pendahuluan melalui wawancara dengan salah seorang guru mata pelajaran PKn kelas VIII dan hasil observasi, ditemukan bahwa : 1. Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan pada pemerolehan empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar Matematika Belajar merupakan proses berpikir seseorang dalam rangka menuju kesuksesan hidup, perubahan aspek kehidupan dari taraf tidak mengetahui

Lebih terperinci