BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Yanti Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 68 tahun 2004 Peraturan terkait pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja dapat dilihat pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 68 tahun Keputusan ini dibuat berdasarkan Code of Parctice Intenasional Labour Organization (ILO) mengenai HIV/AIDS di tempat kerja yang melarang perusahaan untuk melakukan segala bentuk diskriminasi dan penyaringan dalam proses rekrutmen dan promosi. Keputusan tersebut juga dibuat untuk mewajibkan perusahaan merumuskan kebijakan serta menciptakan program pencegahan di tempat kerja. Adapun hal yang melatarbelakangi terbentuknya kebijakan ini adalah kasus HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat dan banyak terjadi pada usia produktif yang akan memberikan dampak negatif terhadap produktivitas perusahaan (KementerianTenaga Kerja dan Transmigrasi, 2004). Untuk mengantisipasi dampak HIV/AIDS di tempat kerja perlu adanya upaya pencegahan dan penanggulangan yang optimal. Pedoman bagi perusahaan dan pekerja/buruh dalam pelaksanaan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS melalui program Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 68 tahun 2004 perusahaan wajib untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja dengan melaksanakan beberapa hal meliputi: a. Mengembangkan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS; b. Mengkomunikasikan kebijakan dengan cara memberikan informasi dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan; c. Memberikan perlindungan bagi pekerja/buruh dengan HIV/AIDS dari tindakan dan perlakuan diskriminasi; d. Menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khusus untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan standar. 6
2 7 Sepanjang tahun 2003, ILO memprakarsai sebuah upaya untuk mendorong Pemerintah Indonesia, asosiasi pengusaha dan serikat pekerja menandatangani Deklarasi Komitmen Tripartit (Pemerintah khususnya Departemen Tenaga Kerja, perwakilan asosiasi pengusaha dan serikat pekerja) untuk bertindak dalam menanggulangi HIV/AIDS di dunia kerja, yang berpedoman pada Code of ParcticeILO untuk mendorong dan mendukung upaya stigma dan diskriminasi. Sebagai tindak lanjut deklarasi tersebut, ILO bekerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja dan Aksi Stop AIDS (ASA) untuk menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi dan pelatihan dalam penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja pada tingkat nasional dan regional. Yang menjadi peserta diambil dari kantor-kantor Departemen Tenaga Kerja di tingkat nasional dan regional. Proses ini mendorong pengembangan lebih lanjut kerangka hukum dari Keputusan Menteri yang meliputi: a. Menetapkan dan menempatkan upaya-upaya anti stigma dan anti diskriminasi; b. Menyediakan akses bagi para pekerja di sektor formal untuk memperoleh informasi, layanan pencegahan HIV/AIDS serta upaya-upaya non-diskriminasi di tempat kerja. Jumlah perusahaan yang memiliki kebijakan dan program HIV/AIDS di tempat kerja sebanyak 35 dengan total perusahaan yang terdapat di Indonesia sebanyak , 110 perusahaan berpartisipasi dalam program pencegahan HIV/AIDS serta pekerja telah menjangkau informasi dan pendidikan mengenai HIV/AIDS di tempat kerja. ILO Jakarta dan ASA menyelenggarakan berbagai pertemuan tingkat tinggi dan pelatihan tingkat nasional mengenai program kebijakan HIV/AIDS di tempat kerja. Sebanyak 250 perusahaan menghadiri pelatihan yang diadakan di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Batam (Husain, 2005) Tenaga Kerja Migran Migrasi tenaga kerja didefinisikan sebagai perpindahan manusia yang melintasi perbatasan negara, provinsi, kabupaten/kota dengan tujuan mendapatkan pekerjaan di wilayah tersebut. Migrasi tenaga kerja di Asia termasuk Indonesia sebagian besar bersifat temporer, yaitu pekerja mempunyai kontrak selama satu atau dua tahun. Selain itu tenaga kerja migran didominasi oleh pekerja dengan keterampilan rendah seperti pekerjaan di proyek bangunan, rumah tangga, pertanian, industri pegolahan dan sektor jasa. Tenaga kerja migran dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga migran internasional dan tenaga migran internal. Tenaga migran internasional
3 8 merupakan buruh migran yang berpindah melintasi perbatasan negara, sedangkan tenaga migran internal merupakan buruh migran yang melewati batas provinsi atau kabupaten/kota. Salah satu jenis pekerjaan yang memiliki mobilitas yang tinggi dan termasuk tenaga migran adalah pekerja/buruh bangunan (International Organization for Migration, 2010). Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar tahun 2013 persentase tenaga kerja bangunan/konstruksi7,17% untuk kota Denpasar dan Bali sebesar 9,29%.Perusahaan ini menyediakan jasa konstruksi dan salah satu pembangunan yang sedang berjalan adalah proyek di Pecatu. Sebanyak 300 pekerja/buruh migran terlibat dalam pembangunan ini dan semuanya tidak tinggal bersama keluarga atau pasangan mereka HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS HIV merupakan virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama CD4 sehingga merusak sistem kekebalan tubuh. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak virus HIV baru, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit (Hasdianah dan Dewi, 2014). HIV hidup di semua cairan tubuh manusia, tetapi dapat ditularkan melalui darah, air mani (bukan sperma), cairan vagina, dan ASI (Murni dkk., 2003). AIDS merupakan suatu kondisi medis yang berupa kumpulan gejala karena terinfeksi HIV yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh, sering berwujud infeksi yang bersifat ikutan (oportunistik) dan hingga saat ini belum ditemukan vaksin dan obat penyembuhannya (Kemenakertrans, 2004). Pada saat kekebalan tubuh melemah, muncul berbagai masalah kesehatan dan gejala yang biasanya muncul batuk, demam atau diare. Namun, setelah terinfeksi HIV tidak segera muncul gejala, karena diperlukan waktu lama untuk terjadinya replikasi virus Cara penularan HIV/AIDS Adapun kegiatan yang dapat menularkan HIV adalah menurut Murni dkk., (2003) sebagai berikut: 1. Hubungan seks tanpa kondom pada kelompok yang berisiko. 2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian.
4 9 3. Peralatan dokter yang tidak steril. 4. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung HIV. 5. Ibu yang positif HIV dan menularkan pada janinnya dalam kandungan, ketika melahirkan dan saat memberikan ASI. HIV tidak dapat menular dengan cara: bersentuhan, berciuman, bersalaman, berpelukan, peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, tinggal serumah dengan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan duduk bersama dalam satu ruangan (Murni dkk., 2003) Gejala-gejala HIV/AIDS Apabila seseorang sudah terinfeksi HIV tidak segera timbul gejala, karena butuh waktu untuk terjadinya replikasi virus. Masa inkubasi infeksi HIV berbeda-beda tergantung pada dosis infeksi dan daya tahan tubuh individu dengan HIV. Untuk keperluan survei AIDS di Indonesia berpedoman pada definisi kasus AIDS yang disusun oleh US Center for Disease Control (CDC) dan disetujui oleh WHO. Berdasarkan diagnosis tersebut, AIDS ditetapkan bila terdapat gejala mayor dan minor meliputi (Mutia, 2008): 1. Gejala mayor: Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan. Diare kronis lebih dari 1 bulan, baik berulang maupun terusmenerus. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 bulan. 2. Gejala minor: Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan. Infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Munculnya Herpes zorter berulang Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS Layanan komprehensif HIV/AIDS yang berkesinambungan Layanan komprehensif merupakan upaya yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Layanan yang berkesinambungan adalah layanan HIV/AIDS secara paripurna. Dalam kaitannya layanan komprehensif dan berkesinambungan di tempat kerja harus melibatkan pihak ketiga seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau puskesmas terdekat yang sesuai dengan Kepmenakertrans No. 68 tahun
5 Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012 jenis layanan komprehensif HIV/AIDS meliputi: a. Promosi dan pencegahan: promosi kesehatan (KIE), ketersediaan dan akses alat pencegahan (kondom), dan life skills education. Upaya promosi dan pencegahan dalam kaitannya pada buruh migran (pekerja bangunan) dapat dilakukan oleh perusahaan dengan memberikan penyuluhan terkait pemahaman HIV/AIDS, pencegahan dan risiko yang terjadi pada pekerja dan lingkungan sekitar. Sesuai dengan Kepmenakertrans No. 68 tahun 2004 perusahaan wajib memberikan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja, karena setiap pekerja memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dengan memberikan pengetahuan pada pekerja dan menyediakan akses alat pencegahan berupa kondom secara gratis oleh pekerja akan meminimalisir perilaku berisiko pada pekerja. b. Tata laksana klinis HIV/AIDS: tatalaksana medis dasar, terapi ARV dan dukungan gizi. Kepmenakertrans No. 68 tahun 2004 tidak mewajibkan pekerja untuk melakukan tes HIV, tes ini dilakukan secara sukarela dengan persetujuan tertulis. Pihak perusahaan dilarang melakukan tes HIV untuk proses perekrutan atau sebagai pemeriksaan kesehatan rutin. Dan tidak melakukan pemecatan pada pekerja dengan alasan positif HIV. Apabila terdapat pekerja yang positif HIV dengan melakukan tes secara sukarela, pihak perusahaan harus memfasilitasi dan memberikan informasi bagi pekerja dalam mengakses ARV untuk menekan perkembangan virus. c. Dukungan psikososial, legal dan ekonomi: dukungan psikososial, spiritual, sosial, ekonomi dan dukungan legal. Apabila buruh migran (pekerja bangunan) dengan sukarela melakukan tes HIV dan hasil tes tersebut positif, pihak perusahaan harus memberikan perlindungan pada pekerja dari diskriminasi sesuai yang tercantum dalam Kepmenakertrans No. 68 tahun Dengan memusatkan upaya pencegah HIV/AIDS di tempat kerja, maka pekerja yang berisiko bisa dijangkau. Tempat kerja merupakan tempat berkumpulnya sejumlah besar pekerja yang sebagian besar waktunya dihabiskan di tempat kerja. Selain itu tempat kerja juga memungkinkan untuk diselenggarakannya program pendidikan kesehatan. Program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di
6 11 tempat kerja merupakan salah satu upaya yang efektif dan membutuhkan biaya yang lebih sedikit (Mutia, 2008) HIV/AIDS pada mobile migrant population Penduduk Indonesia memiliki mobilitas tinggi dan menjadi salah satu dari dua atau tiga kelompok buruh migran di dunia. Ini merupakan potensi besar dalam penyebaran HIV/AIDS. Pada tiap kasusnya ada satu elemen mobilitas penduduk yang jelas berpengaruh terhadap tingginya kasus HIV/AIDS melalui buruh migran yang berkaitan dengan industri seks komersial di tiap provinsi. Pertumbuhan industri seks komersial dimana terdapat konsentrasi buruh migran memberikan risiko infeksi yang lebih besar. Daerah semacam itu termasuk wilayah transit, tempat kerja yang mempekerjakan buruh migran dalam jumlah besar, pelabuhan dan dermaga, lokasi konstruksi dan perkebunan. Ada pola yang jelas dalam kasus penduduk dengan mobilitas tinggi yang memiliki kecenderungan berperilaku risiko tinggi terutama dalam hal berhubungan seksual dengan PSK dibandingkan dengan kelompok yang kurang dinamis. Bentuk paling dominan dari mobilitas penduduk internal masyarakat Indonesia sekarang ini adalah migrasi buruh. Ini biasanya melibatkan para buruh yang meninggalkan keluarga, kebanyakan berasal dari desa, penduduk asli dan sering bepergian dalam jarak yang lumayan jauh untuk bekerja di kota, perusahaan tambang, pabrik dan lokasi pembangunan yang terdiri dari orang dewasa muda. Buruh migran ini termasuk dalam kelompok berisiko tinggi (Hugo, 2001). Beberapa jenis pekerjaan memiliki risiko terinfeksi HIV/AIDSadalah mobile migrant population merupakan salah satu kelompok yang berisiko terhadap penularan HIV/AIDS. Hal ini dikarenakan tuntutan pekerjaan yang sering berpindah tempat, jauh dari pasangan ataupun keluarga dan lepas dari kungkungan perilaku tradisional terutama terkait perilaku seksual. Mobile migrant population memiliki pola dan tingkat mobilitas yang berbeda-beda yang turut menjadi faktor pengaruh terhadap tingginya perilaku seksual berisiko. Menurut Hugo, (2001) terdapat hubungan yang jelas antara penduduk yang memiliki mobilitas tinggi dengan kecenderungan melakukan perilaku seksual berisiko (terutama pada PSK) dibandingkan dengan kelompok yang kurang dinamis. Proporsi hasil survei terkait perilaku seksual buruh bangunan migran di Denpasar menunjukkan 90% responden pernah melakukan hubungan seksual dengan PSK, orang asing ataupun pacar sendiri. Sebagian besar respon berhubungan seks dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa
7 12 menggunakan kondom. Proporsi perilaku seksual pada pekerja migran sebanyak 43% pernah berhubungan seksual dengan PSK dan dari jumlah tersebut sebanyak 86% mengaku tidak menggunakan kondom. Berdasarkan hasil analisis menurut jenis pekerjaan epidemi HIV/AIDS banyak terkonsentrasi pada buruh (42%). Berdasarkan hasil analisis menurut jenis pekerjaan epidemi HIV/AIDS banyak terkonsentrasi pada buruh (42%). Hal ini menunjukkan bahwa besar risiko pada kelompok mobile migrant population dan pekerja bangunan merupakan salah satu dalam kelompok tersebut (Mariyah, 1992; Berliana, 1999) Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko terhadap HIV/AIDS 1. Tingkat pendidikan Pendidikan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menerima serta merespon informasi yang diperolehnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kemampuan menyerap informasi kesehatan juga semakin baik. Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Amiruddin dan Yanti, (2011)hubungan tingkat pendidikan dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS pada anak jalanan bahwa yang melakukan tindakan berisiko responden yang tingkat pendidikannya tinggi lebih besar dari pada tingkat pendidikannya rendah. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Luthfiana, (2012) bahwa hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi pendidikan tinggi dan rendah dengan perilaku berisiko terhadap penyakit HIV/AIDS (p=0,640). 2. Status perkawinan Status sudah kawin terkadang menunjukkan hubungan dengan perilaku seksual berisiko. Hasil penelitian Mutia, (2008) sebanyak 26% responden yang melakukan perilaku seksual berisiko berstatus sudah kawin dan 14% responden yang melakukan perilaku seksual berisiko berstatus belum kawin. Status kawin ditemukan terdapat hubungan dengan perilaku seksual berisiko pada penduduk yang sering berpindah-pindah, jauh dari pasangan atau keluarga (mobile migrant population). 3. Frekuensi pulang ke daerah asal Menurut Berliani, (1999) terkait perilaku seksual pekerja migran (TKI) sebanyak 41,2% melakukan hubungan seks karena dorongan batin dan 23,5% alasan kesepian, bosan dan mencari hiburan. Sebagian besar responden dapat menjenguk
8 13 keluarga 2 atau 3 kali dalam setahun. Kondisi yang jauh dari pasangan karena terikat kontak kerja yang panjang (rata-rata dua tahun) sering menyebabkan pekerja migran untuk melakukan hubungan seks tidak dengan pasangannya. Masa kerja yang panjang dan kesempatan yang minim untuk bertemu keluarga dapat memicu kebosanan dan kesepian serta tekanan batin bagi pekerja migran dengan kebutuhan seksual yang tidak terpenuhi. 4. Keterpaparan terhadap penyuluhan Di Ho Chi Minh City, Vietnam, terdapat hubungan antara keterpaparan penyuluhan terhadap peningkatan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pekerja bangunan. Terdapat peningkatan yang signifikan berkaitan dalam hal pemahaman HIV, efektivitas kondom, keyakinan pekerja bangunan dalam mendapatkan serta memakai kondom dan keputusan untuk para pekerja bangunan yang terpapar dengan program penyuluhan (UNDP, 2003). Hasil analisis bivariat antara keterpaparan terhadap penyuluhan dengan perilaku seksual berisiko pada buruh bangunan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p=0,496). Akan tetapi terdapat kecenderungan bahwa responden yang pernah mengikuti penyuluhan justru memiliki perilaku seksual yang berisiko dibandingkan responden yang belum pernah mengikuti penyuluhan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah responden yang pernah mengikuti penyuluhan dan memiliki perilaku seksual berisiko pada buruh bangunan sebesar 24%, persentase ini lebih besar dibandingkan dengan jumlah responden yang belum mengikuti penyuluhan dan memiliki perilaku seksual berisiko yaitu sebesar 17% (Mutia, 2008).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh serta
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP.68/MEN/IV/2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI Menimbang
Lebih terperinciHIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/ AIDS DI TEMPAT KERJA Tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
Lebih terperinciJangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti
Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.
LAMPIRAN 1 KUESIONER LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER Saya bertandatangan di bawah ini: Nama : Umur : Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini menyatakan saya bersedia ikut berpatisipasi
Lebih terperinciVirus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).
AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.
Lebih terperinciWALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,
WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c. bahwa dalam upaya untuk memantau penularan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV/AIDS, mempromosikan perubahan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep dan strategi pembangunan kesehatan telah mengalami pergeseran, yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah berorientasi kepada
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
97 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.3. Kesimpulan Buruh bangunan merupakan salah satu sektor pekerjaan yang rawan terhadap penularan dan penyebaran HIV-AIDS. Hal ini disebabkan karena pada umumnya buruh bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas
Lebih terperinciLAMPIRAN-LAMPIRAN. Perilaku seksual..., Yusi Mutia A., FKMUI, 2008
107 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1: Kuesioner 108 KUESIONER MENGENAI INFORMASI, MOTIVASI, KETRAMPILAN BERPERILAKU, DAN PERILAKU PEKERJA TERKAIT HIV-AIDS (SANGAT RAHASIA) Untuk mengetahui gambaran informasi,
Lebih terperinciOLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( )
PROPOSAL PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT (PKM) TENTANG PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TABANAN II TAHUN 2012 OLEH A A ISTRI YULAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. (1) Saat ini
Lebih terperinciKEPMEN NO. KEP.68/MEN/IV/2004
KEPMEN NO. KEP.68/MEN/IV/2004 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP.68/MEN/IV/2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI TEMPAT KERJA ******* MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi HIV adalah melalui kontak seksual;
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU
INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS TAMBAR KEMBAREN Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU 1 PENGENALAN HIV(Human Immunodeficiency Virus) ad alah virus yang menyerang SISTEM KEKEBALAN tubuh
Lebih terperincidan kesejahteraan keluarga; d. kegiatan terintegrasi dengan program pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; e.
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa penularan virus HIV dan AIDS semakin
Lebih terperinciWALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang jumlah penderitanya meningkat setiap
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG HIV/AIDS
INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
Lebih terperinciPersoalan dan strategi penting
Mengatasi diskriminasi berdasarkan penyakit menular: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Menguraikan konsep
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit menular yang belum dapat diselesaikan dan termasuk iceberg phenomenon atau fenomena
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
52 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini menguraikan satu persatu hasil uji statistik seluruh variabel secara berurutan. Dimulai dari analisis univariat, meliputi distribusi frekuensi seluruh faktor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah
Lebih terperinciLAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NOMOR : KEP- 75 /DJ-PPK / IX /2010 TENTANG
LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NOMOR : KEP- 75 /DJ-PPK / IX /2010 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV dan AIDS DI
Lebih terperincib/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T
S A S D P L b/c f/c Info Seputar AIDS HIV Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: IMS N C Y F O R IN R N A I ON AG AL V D O I UN N M inside f/c inside b/c Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat individu rentan terhadap
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg
No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA
Epidemiologi Dasar RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT ANDREAS W. SUKUR PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Website: https://andreaswoitilasukur.wordpress.com/ Email : andreaswoitila@gmail.com Riwayat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan
Lebih terperinciLEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014
LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 1. Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tahun, dengan puncak peringatan pada tanggal 1 Desember. 2. Panitia peringatan Hari AIDS
Lebih terperinciPENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 24 HLM, LD Nomor 4 TAHUN 2013
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 24 HLM, LD Nomor 4 TAHUN 2013 ABSTRAK : - bahwa penularan virus HIV dan AIDS semakin
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PRGRAM HIV AIDS DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL I. PENDAHULUAN Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi terciptanya kwalitas manusia yang diharapkan, perlu peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang yang terjangkit HIV di dunia sampai akhir tahun 2010 diperkirakan 34 juta orang. Dua pertiganya
Lebih terperinciPeran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna
Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS Astrid Wiratna Psikologi dan HIV-AIDS HIV-AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Virus HIV bisa menginfeksi tubuh seseorang karena perilakunya Psikologi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired
Lebih terperinciGLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN
PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling
Lebih terperinciMATERI INTI 1 INFORMASI TENTANG TB, HIV DAN KOINFEKSI TB-HIV
MATERI INTI 1 INFORMASI TENTANG TB, HIV DAN KOINFEKSI TB-HIV POKOK BAHASAN 1 INFORMASI TB BEBAN PERMASALAHAN TB DI INDONESIA 2016* 5 Indikator Tingkat Jumlah Rate /100.000 Insidensi (pertahun) Global
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan
Lebih terperinci2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 33 TAHUN 2016 SERI B.25 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KOLABORASI TB-HIV (TUBERKULOSIS-HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS) KABUPATEN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.
Lebih terperinciApakah Infeksi Menular Seksual (IMS) itu?
WASPADA HIV/AIDS Apakah Infeksi Menular Seksual (IMS) itu? Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Penyakit Kelamin adalah penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual atau hubungan kelamin.
Lebih terperinciBerusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna.
Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna. Jangan Menunda Masalah Adakan dialog terbuka dengan anak, jangan menuduh anak pada saat dalam pengaruh narkoba
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Pemerintah
Lebih terperinciI. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
1 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA PERILAKU BERISIKO TERTULAR HIV MELALUI JALUR SEKSUAL PEKERJA BANGUNAN DI PECATU TAHUN 2016 ANASTASIA BUNGA MELANI
UNIVERSITAS UDAYANA PERILAKU BERISIKO TERTULAR HIV MELALUI JALUR SEKSUAL PEKERJA BANGUNAN DI PECATU TAHUN 2016 ANASTASIA BUNGA MELANI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENCEGAHAN, PENANGGULANGAN HIV & AIDS DI KABUPATEN GROBOGAN. OLEH : PENGENDALIAN PENYAKIT (PROGRAM HIV &AIDS) DINAS KESEHATAN Kab.
PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN HIV & AIDS DI KABUPATEN GROBOGAN OLEH : PENGENDALIAN PENYAKIT (PROGRAM HIV &AIDS) DINAS KESEHATAN Kab. Grobogan 2016 DASAR HUKUM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah yang mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus HIV/AIDS bermunculan semakin banyak dan menyebar ke berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia, dilaporkan bahwa epidemi HIV dan AIDS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Lebih terperinciPERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI
PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1 Diajukan Oleh : SLAMET WIDODO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.
Lebih terperinciSITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015
SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015 LATAR BELAKANG DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinci57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]
PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS adalah gejala penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya sistem imunitas atau kekebalan tubuh yang disebabkan
Lebih terperinciVIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi HIV&AIDS di Indonesia sudah berlangsung selama 15 tahun dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang memudahkan penularan virus penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran atau ekspresi dimana terdapat keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi seseorang dapat diukur dengan menggunakan metode
Lebih terperinciHASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH
HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH Upaya Penyelamatan Perempuan & Anak dari Kematian Sia-Sia Karena HIV & AIDS Bahan masukan RPJMD Propinsi Jawa Tengah TAHUN 2013-2018
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang mudah menular dan mematikan.
Lebih terperinciIntegrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Lecture Series Pusat Penelitian HIV/AIDS UNIKA ATMAJAYA: Peranan Bidan dalam Mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) secara global masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kondisi sehat individu tidak bisa hanya dilihat dari kondisi fisik saja melainkan juga kondisi mental dan kondisi sosial. Dalam kasus anak-anak yang mengidap HIV/AIDS memperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinciMenggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan
Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk terbanyak keempat di dunia yaitu sebesar 256 juta jiwa pada tahun 2015. Pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita
Lebih terperinciBUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO
SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,
Lebih terperinci