TUGAS AKHIR ANALISA KESEIMBANGAN LINI PADA LINI PRINTING BUKU TAHAPAN BCA DI PT. ROYAL STANDARD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR ANALISA KESEIMBANGAN LINI PADA LINI PRINTING BUKU TAHAPAN BCA DI PT. ROYAL STANDARD"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR ANALISA KESEIMBANGAN LINI PADA LINI PRINTING BUKU TAHAPAN BCA DI PT. ROYAL STANDARD Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Stara Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Budhi Cahyono NIM : Program Studi : Teknik Industri JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007 i

2 LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Budhi Cahyono N I M : Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknik Industri Judul Skripsi : Analisa Keseimbangan Lini Pada Lini Printing Buku Tahapan BCA di PT. Royal Standard Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar hasilnya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercu Buana. Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan. Penulis, Maret 2007 ( ) ii

3 LEMBAR PENGESAHAN ANALISA KESEIMBANGAN LINI PADA LINI PRINTING BUKU TAHAPAN BCA DI PT. ROYAL STANDARD Disusun Oleh : Nama : Budhi Cahyono N I M : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing Mengetahui, Koordinator TA / KaProdi ( Ir. Torik Husein, MT ) ( Ir. Muhammad Kholil, MT ) iii

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang industri pada umumnya mengalami perkembangan sangat pesat, salah satunya pada industri percetakan. Hal ini memberikan dampak pada semakin ketatnya persaingan pasar industri, baik dari segi kuantitas, kualitas dari produk yang dihasilkan dan teknologi itu sendiri dalam hal ini pengembangan serta penemuan baru yang lebih modern dan juga masih banyak perusahaan yang kurang bisa memenuhi target produksi secara optimal. Salah satu hal penting yang sering diabaikan oleh perusahaan adalah masalah keseimbangan lintasan yang memegang peranan penting dalam peningkatan kapasitas produksi. Lintasan produksi yang tidak seimbang dapat dilihat dari adanya gejala menganggurnya beberapa orang atau peralatan di satu pihak dan sibuknya beberapa orang atau peralatan di pabrik lain. Gejala lainnya adalah adanya penumpukkan barangbarang setengah jadi antara mesin yang satu dengan yang lain. Dengan adanya kondisi ini mengakibatkan balance delay yang besar dan rendahnya tingkat efisiensi. PT. Royal Standard yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri percetakan, dan mempunyai beberapa perusahaan sejenis serta pelanggan (customer) di seluruh dunia, senantiasa berusaha untuk melakukan maksimalisasi efisiensi di segala aktifitas produksinya, serta berusaha melakukan peningkatan produktifitas dan kualitas produknya, sebagai langkah untuk

5 mempertahankan eksistensinya dan untuk memperoleh kepercayaan penuh dari pelanggan. Salah satu dari sekian banyak produk percetakan yang dihasilkan PT. Royal Standard adalah buku tahapan BCA. PT. Royal Standard senantiasa berusaha untuk meningkatkan efisiensi dari masing-masing lini, untuk mencapai produk output yang maksimal, akan tetapi tidak semuanya bisa tercapai dan disini pula masalah yang ada pada PT. Royal Standard yaitu dari lintasan produksinya terlihat adanya penumpukkan beberapa barang-barang setengah jadi di suatu stasiun kerja dan saat bersamaan terjadi waktu menunggu yang cukup lama pada stasiun yang lain. Dari sini terlihat beban kerja dari proses produksi kurang seimbang sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi sebagian permintaan konsumen. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan keseimbangan lintasan yang diharapkan dapat menyeimbangkan waktu kerja dan kinerja operator pada setiap stasiun kerja sehingga tidak terjadi penumpukkan pekerjaan pada salah satu stasiun kerja, serta dapat membuat suatu perencanaan yang baik dari aliran proses produksi dengan beban kerja yang seimbang diantara stasiun kerjanya yang memberikan tingkat efisiensi maksimal dengan balance delay yang minimum. Keseimbangan lintasan berpengaruh terhadap penyelesaian produk yang optimal sehingga antara kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan dengan jumlah permintaan dari konsumen dapat terpenuhi. Jadi keseimbangan lintasan memegang peranan yang sangat penting, yang bertujuan untuk penyelesaian proses pembuatan produk dari suatu operasi ke operasi selanjutnya berjalan dengan kecepatan yang tetap serta pengalokasian beban kerja pada stasiun kerja seimbang sehingga kapasitas yang optimal dapat tercapai

6 3 1.2 Perumusan Masalah Masalah yang dihadapi PT. Royal standard adalah menumpuknya beberapa pekerjaan atau barang-barang setengah jadi dalam suatu stasiun kerja yang terlalu banyak (bottle neck) dikarenakan ketidakseimbangan arus produksi yang hal ini mengakibatkan output produksi kurang optimal. Dari beberapa proses produksi pembuatan buku tahapan BCA yaitu proses susun dan jahit, proses pengeleman atau pengcoveran, proses penekukan, dan proses pemotongan yang mana pada lini tersebut sering terjadi kegagalan pencapaian target produksi dikarenakan ketidakseimbangannya antara pekerjaan dan tenaga operator dan disamping itu pula tata letak mesin atau tempat kerja yang membutuhkan suatu penggabungan atau perubahan. Berdasar kondisi tersebut di atas maka persoalannya adalah bagaimana mengatur lintasan produksi yang seimbang agar dapat meningkatkan output produksi sehingga permintaan konsumen dapat terpenuhi dengan baik. 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dan asumsi diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir / Skripsi ini, yang bertujuan agar penulisan laporan ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari inti pembahasan yang dilakukan. Dalam hal ini penulis akan menetapkan pembatasan masalah-masalah sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan untuk analisa keseimbangan lini (line balancing) hanya difokuskan pada proses produksi lini printing Buku Tahapan BCA di PT. Royal Standard.

7 4 2. Tinjauan yang dilakukan pada analisa ini hanya didasarkan pada tinjauan segi waktu kerja. 3. Mesin, konveyor serta alat-alat bantu yang digunakan pada saat penelitian adalah mesin, konveyor serta alat-alat bantu yang dipergunakan untuk proses produksi di PT. Royal Standard, yang mempunyai spesifikasi tertentu dan berjalan secara otomatis. 4. Tata letak pabrik sudah tetap berdasarkan tata letak / lay out pabrik. 5. Analisa untuk tujuan pencarian efisiensi dan kapasitas produksi hanya untuk lini printing Buku Tahapan BCA. 6. Metode yang digunakan adalah metode Rank Positional Weight. Asumsi asumsi yang diperlukan dalam penelitian antara lain: 1. Pengadaan komponen atau bahan baku yang diperlukan pada proses produksi dianggap lancar. 2. Mesin, konveyor serta alat-alat bantu yang dipergunakan dalam proses produksi dalam kondisi baik, tidak sedang mengalami masalah (trouble). 3. Waktu yang dianalisa adalah waktu yang berjalan pada saat proses produksi normal. 4. Tingkat keahlian operator dianggap cukup memadai. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian untuk penulisan Tugas Akhir / Skripsi ini adalah sebagai berikut :

8 5 1. Untuk mengetahui dan menghitung waktu siklus, waktu normal dan waktu baku dari tiap-tiap operasi lini printing tersebut. 2. Menghitung tingkat efisiensi sebelum dan sesudah perbaikan lintasan dari lini printing tersebut. 3. Menghitung balance delay serta idle time sebelum dan sesudah perbaikan lintasan. 4. Untuk mengetahui kapasitas produksi maksimal yang dapat dihasilkan dari lini printing tersebut. 1.5 Metode Penelitian Penelitian dalam penulisan ini menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, antara lain yaitu : 1. Observasi. Yaitu dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung di lapangan terhadap aktivitas yang berhubungan dengan penelitian mengenai line balancing. 2. Interview. Yaitu dengan melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan hal ini. 3. Studi pustaka. Yaitu dengan melakukan penelitian secara teoritis melalui buku buku yang berkaitan dengan permasalahan ini.

9 6 1.6 Sistematika Penulisan Rancangan kerangka atau sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai isi laporan Tugas Akhir / Skripsi ini. Adapun sistematika penyusunan Tugas Akhir / Skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang materi yang melatar belakangi masalah yang akan diteliti, maksud dan tujuan penelitian sebagai sasaran awal dan akhir dari penelitian yang dilakukan, ruang lingkup masalah yang membatasi sejauh mana penelitian yang akan dilakukan, batasan masalah dan sistematika penulisan untuk menjelaskan secara singkat isi atau materi yang akan dibahas dalam tiap-tiap bab BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang dasar teori yang melandasi penelitian yaitu pengertian proses produksi, pengertian kapasitas, pengertian lintasan produksi, pengertian waktu siklus dan waktu baku, serta langkah-langkah metode Rank Positional Weight. BAB III : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi materi umum yang mendukung dalam penelitian yang dilakukan dan juga sebagai dasar acuan agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari latar belakang masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

10 7 BAB IV : HASIL DAN ANALISIS Bab ini berisi tentang analisis penyeimbangan lini yang akan dicapai sesuai dengan sasarannya, menghitung efisiensi dan kapasitas produksi serta perbaikan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil output berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran setelah data-data yang diolah, dianalisa dan pembahasannya untuk memberikan saran dan masukkan kepada perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam penerapan suatu keseimbangan lini.

11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah kegiatan / proses / cara / teknik / metode yang mentransformasikan masukkan (output) yang berupa barang dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada. Proses produksi dapat diselenggarakan melalui satu tahapan proses (one stage) atau melalui beberapa tahapan proses (multiple stage). a. Bahan Baku Produksi Akhir Proses Produksi Gambar 2.1 Proses produksi tahap operasi tunggal Over Cap b. Bahan Baku Produk Akhir bottle neck (penumpukkan) Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Gambar 2.2 Proses produksi tahap operasi bertingkat

12 9 2.2 Pengertian Kapasitas Produksi Kapasitas adalah tingkat keluaran maksimum dari suatu operasi. Manajer operasi bertanggung jawab untuk memberikan kapasitas yang cukup guna memenuhi kebutuhan perusahaan. Kapasitas didefinisikan sebagai kemampuan produktif dari suatu fasilitas yang biasanya dinyatakan sebagai volume keluaran (output) perperiode waktu atau merupakan laju produktif maksimum atau kemampuan konversi dari suatu operasi organisasi. Definisi lain menyebutkan bahwa kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya menyertakan dengan bentuk keluaran persatuan waktu atau kapasitas dapat dikatakan merupakan laju keluaran maksimum dari suatu operasi. Keputusan mengenai kapasitas dimaksud untuk menghasilkan jumlah produk yang tepat, ditempat yang tepat dan dalam waktu yang tepat pula. Keputusan kapasitas harus diambil berdasarkan prakiraan permintaan dan perencanaan yang matang, agar ketersediaan kapasitas untuk jangka panjang, menengah dan pendek mencukupi. Kapasitas untuk jangka panjang ditentukan dari ukuran fasilitas fisik yang dipakai. Sedangkan untuk jangka pendek kapasitas dapat diperbanyak melalui subkontrak, tambahan gilir kerja atau menyewa tempat. Perencanaan kapasitas tidak hanya menyangkut besarnya fasilitas, tetapi juga menyangkut berapa orang yang dibutuhkan dalam pengoperasiannya. Dengan kata lain, menyesuaikan antara pemenuhan permintaan pasar dan keinginan untuk menjaga kestabilan tenaga kerja atau secara garis, kapasitas yang ada harus dialokasikan dengan gugus-gugus tugas melalui penjadwalan tenaga kerja dan peralatan fasilitas.

13 Peta Proses Operasi Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini kita bisa mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metode kerja. Sebelum dilakukan penelitian secara terperinci di setiap stasiun kerja, terlebih dahulu kita perlu mengetahui proses yang terjadi sekarang secara keseluruhan. Keadaan ini bisa diperoleh dengan menggunakan Peta Proses Operasi. Peta proses operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkahlangkah proses yang akan dialami bahan baku, mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Proses dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, juga memuat semua informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut. Dalam suatu Peta Proses Operasi yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan operasi dan pemeriksaan saja, tetapi kadang-kadang pada akhir proses juga tentang penyimpanan Kegunaan Peta Proses Operasi Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui Peta Proses Operasi, kita bisa memperoleh banyak manfaat diantaranya adalah: 1. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya. 2. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan efisiensi di tiap operasi / pemeriksaan). 3. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik. 4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai. 5. Sebagai alat untuk latihan kerja.

14 Lambang-lambang Yang Digunakan Dalam membuat suatu peta proses operasi, biasanya menggunakan lambanglambang yang telah menjadi ketentuan ASME. Adapun lambang-lambang tersebut adalah: Untuk Operasi Untuk Transportasi Untuk Pemeriksaan Untuk Menunggu Untuk Penyimpanan Gambar 2.3 Lambang-lambang untuk membuat peta proses operasi Prinsip-prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi Untuk bisa menggambarkan Peta Proses Operasi dengan baik, ada beberapa prinsip yang perlu diikuti. Prinsip-prinsip tersebut yaitu sebagai berikut : 1. Pertama-tama pada baris paling atas dinyatakan sebagai kepala Peta Proses Operasi yang diikuti oleh identifikasi lain seperti nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomor peta dan nomor gambar.

15 12 2. Material yang akan diproses diletakkan diatas garis vertikal, yang menunjukkan bahwa material tersebut masuk kedalam proses. 3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan terjadinya perubahan proses. 4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut sesuai dengan proses yang terjadi. 5. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi. 6. Secara sketsa, prinsip-prinsip pembuatan Peta Proses Operasi bisa digambarkan sebagai berikut: Arah material yang masuk proses Mt Mt Mt Material yang dibeli (Mt) Bagian dari yang dirakit Bagian yang W W O-N I-N M M Mt Produk Utama Urutan perubahan dalam Gambar 2.4 Sketsa prinsip pembuatan peta proses operasi

16 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan. Sesuai dengan namanya, maka pengukuran waktu ini menggunakan jam henti (stopwatch) sebagai alat utamanya. Cara ini tampaknya merupakan cara yang paling banyak dikenal, dan karenanya banyak dipakai. Salah satu yang menyebabkannya adalah kesederhanaan aturan-aturan yang dipakainya. Bila operator telah siap di depan mesin atau ditempat kerja lain yang waktu kerjanya akan diukur, maka pengukuran memilih posisi tempat untuk mengamati dan mencatat. Posisi ini hendaknya sedemikian rupa sehingga operator tidak terganggu gerakangerakannya atau pun merasa canggung karena terlampau merasa diamati. Posisi ini hendaknya memudahkan pengukuran mengamati jalannya pekerjaan sehingga dapat mengikuti dengan baik saat-saat suatu siklus atau elemen bermula dan berakhir. Untuk memudahkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggungjawabkan maka tidaklah cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran dan lain-lain. Ada beberapa langkah pengukuran yang perlu dijalankan unutk mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut adalah berupa langkah-langkah yang perlu dilakukan seperti berikut :

17 14 1. Penetapan Tujuan Pengukuran Hal-hal yang perlu ditetapkan sebagai tujuan pengukuran adalah untuk apa pengukuran dilakukan, serta berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran. 2. Melakukan Penelitian Pendahuluan Pengukuran yang dilakukan adalah mencari waktu yang pantas untuk diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Oleh karena itu sebelum pengukuran dilaksanakan, perlu diteliti kondisi lingkungan tempat pengukuran dilakukan. Misalnya mengenai suhu, sirkulasi udara, pencahayaan dan lainnya. Jika ada kondisi yang tidak normal, maka harus diperbaiki terlebih dahulu. 3. Memilih Operator Operator yang akan melakukan pekerjaan yang akan diukur harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar pengukuran dapat berjalan dengan baik dan didapatkan data yang normal. 4. Melatih Operator Operator perlu dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus terbiasa dengan kondisi kerja dan cara yang telah ditetapkan (dilakukan). 5. Menguraikan Pekerjaan Atas Elemen-Elemen Pekerja Pada tahapan ini pekerjaan dipecah menjadi elemen-elemen pekerjaan yang merupakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Waktu siklusnya adalah jumlah waktu setiap elemen ini. Jadi waktu siklus tersebut adalah waktu penyelesaian satu satuan produk sejak bahan bahan baku mulai diproses ditempat

18 15 kerja yang bersangkutan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian pekerjaan atas elemen-elemennya, antara lain : Untuk memperjelas catatan tentang cara kerja yang dibakukan. Untuk memungkinkan bagi operator melakukan penyesuaian bagi setiap elemen, karena keterampilan bekerja operator belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan kerjanya. Untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen-elemen yang tidak baku yang mungkin dilakukan pekerjanya. Untuk memungkinkan dikembangkannya data waktu baku standar ditempat kerja yang bersangkutan. 6. Menyiapkan Alat-alat Pengukuran Alat-alat tersebut antara lain adalah stop watch, alat tulis, papan pengamatan dan sebagainya. 2.5 Langkah-langkah Uji Keseragaman Data Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat itu seragam. Secara teoritis, apa yang dilakukan dalam pengujian ini adalah berdasarkan teori teori statistik tentang peta peta kontrol yang digunakan dalam melakukan pengendalian kualitas di pabrik atau tempat kerja. Memang data yang didapat didalam percobaan tidak mungkin sama semua, karena adanya perbedaan dan perubahan kelakuan operator sebagai akibat dari suatu kondisi tertentu. Akan tetapi perbedaan data data tersebut ada batas batasnya. Untuk

19 16 menentukan apakah data-data tersebut tidak melampaui batas, maka dilakukan uji keseragaman data. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengujian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengelompokkan data ke dalam subgrup. 2. Menghitung harga rata-rata dari masing-masing subgrup. 3. Menghitung harga rata-rata dari dari harga rata-rata subgrup dengan rumus : X ΣXi = k (2-1) dimana : X = hasil pengukuran rata-rata. Σ Xi = jumlah hasil pengukuran data ke i. k = banyaknya subgrup. 4. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari data dengan rumus : σ Σ( Xi X ) = n 1 2 (2-2) dimana : σ = standar deviasi. Xi = hasil pengukuran data ke i. X = hasil pengukuran rata-rata. n = banyaknya data pengukuran. 5. Menghitung standar deviasi dari distribusi rata-rata subgrup dengan rumus : σ x = σ n (2-3)

20 17 dimana σ x = standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgrup σ = standar deviasi. N = banyaknya subgrup. 6. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) dengan rumus : BKA = X + Z σ x BKB = X - Z σ x (2-4) (2-5) Dimana: X = hasil pengukuran rata-rata σ x = standar deviasi dari distribusi harga rata-rata Z = nilai tingkat keyakinan Batas-batas tersebut membatasi subgrup yang ada, jika subgrup tersebut berada didalam batas kontrol, maka subgrup tersebut sudah seragam. Sebaliknya, jika subgrup berada diluar batas kontrol, maka subgrup tersebut dinyatakan tidak seragam. 2.6 Langkah-langkah Uji Kecukupan Data Hal terakhir dalam pengujian data pengukuran adalah uji kecukupan data. Jumlah pengukuran yang diperlukan sangat berkaitan erat dengan Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan yang dikehendaki. Sedangkan data dan jumlah pengukuran yang

21 18 dipergunakan dalam Uji Kecukupan Data merupakan data dan jumlah dari pengukuran yang seragam. Adapun langkah-langkah dalam Uji Kecukupan Data adalah sebagai berikut : 1. Tentukan tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang dikehendaki. 2. Tentukan rumus untuk menghitung N dengan ketentuan sebagai berikut : - Jika tingkat ketelitian 5% dari tingkat keyakinan 95%, maka : 0.05 x = 2 σ x - Jika tingkat ketelitian 5% dari tingkat keyakinan 99%, maka : 0.05 x = 3 σ x - Jika tingkat ketelitian 10% dari tingkat keyakinan 95%, maka : 0.15 x = 2 σ x - Jika tingkat ketelitian 10% dari tingkat keyakinan 99%, maka : 0.1 x = 3 σ x Rumus untuk menentukan besarnya jumlah pengamatan dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%, yaitu : Z/S N Xi 2 ( Xi) 2 N = (2-6) Xi 2 dimana N' = jumlah pengukuran yang diperlukan untuk tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian ± 5% N = banyaknya pengukuran yang telah dilakukan Xi = data ke i yang telah diukur Z = tingkat keyakinan S = tingkat ketelitian

22 19 3. Hasil pengukuran N dibandingkan dengan jumlah data yang dipergunakan (N). Jika ternyata N >N, maka pengukuran tahap kedua harus dilakukan. Urutan pengerjaannya dilakukan dari awal lagi dan sama seperti pada pengujian tahap pertama. Kemudian dihitung nilai N tahap kedua. Jika ternyata N masih tetap lebih besar dari tahap kedua, maka dilakukan lagi pengukuran tahap ketiga, demikian seterusnya sampai diperoleh nilai N yang lebih kecil dari total jumlah data yang diambil. 2.7 Faktor Penyesuaian Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi, misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu atau karena kondisi lingkungan yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Jika pengukur mendapatkan harga rata-rata siklus atau elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian. Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata dengan suatu faktor penyesuaian yang disimbolkan dengan p. Besarnya harga p sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal atau terlalu cepat, maka harga p-nya akan lebih besar dari satu (p>1), sebaliknya jika operator bekerja dibawah normal, maka harga p-nya akan lebih kecil dari satu (p<1), seandainya operator bekerja dengan wajar, maka harga p-nya sama dengan satu (p=1).

23 20 Beberapa metode yang digunakan dalam menentukan faktor penyesuaian adalah : a). Metode Persentase Metode ini merupakan cara yang paling awal digunakan dalam melakukan penyesuaian dan merupakan cara yang paling mudah dan sederhana. Kelemahan cara ini adalah mudah terlihat kekurang telitian sebagai akibat dari kasarnya cara penelitian. b). Metode Schumard Schumard memberikan batasan penilaian melalui kelas-kelas performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri. c). Metode Westinghouse Pada metode ini terdiri dari 4 faktor yang menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja serta konsistensinya. Keterampilan atau skill merupakan kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan hingga tingkat tertentu. Keterampilan dapat menurun bila terlalu lama tidak menangani pekerjaan tersebut, kesehatan terganggu ataupun rasa fatique yang berlebihan. Usaha (effort) adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Kondisi kerja (condition) merupakan kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayan, temperatur dan kebisingan ruangan. Faktor ini disebut faktor manajemen karena pihak ini yang berwenang merubah dan memperbaikinya.

24 21 Sedangkan konsistensi (consistency) merupakan faktor yang perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubahrubah dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Selama ini masih dalam batas-batas kewajaran masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan. Dalam keadaan wajar faktor p = 1, sedangkan terhadap penyimpangan dari keadaan ini harga p ditambah dengan angka-angka yang sesuai dengan ke empat faktor diatas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Faktor penyesuaian dengan sistem Westinghouse

25 Faktor Kelonggaran Setelah kita mengetahui nilai dari penyesuaian, maka kita perlu menambahkan faktor kelonggaran yang akan dikali dengan nilai waktu normal untuk mendapatkan waktu baku. Kelonggaran diberikan untuk 3 hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, untuk menghilangkan rasa fatique, dan untuk hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja. Kelonggaran Untuk Kebutuhan Pribadi Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam pekerjaan. Kelonggaran Untuk Menghilangkan Rasa Fatique Rasa fatique tercemin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun. Kelonggaran Untuk Hambatan-hambatan Tak Terhindarkan Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan tak terhindarkan adalah : - Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas. - Melakukan penyesuaian mesin. - Memperbaiki kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang patah. - Mengasah peralatan potong.

26 23 Untuk mengetahui bes arnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh

27 Tabel 2.2 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor (lanjutan) 24

28 Perhitungan Waktu Baku Jika pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki dan jumlahnya telah memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan waktu baku. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Menghitung waktu siklus rata-rata, dengan menggunakan rumus : Xi Ws = (2-7) n dimana : Xi = jumlah hasil pengukuran data ke i. n = banyaknya data pengukuran. 2. Menghitung waktu normal, dengan menggunakan rumus: Wn = Ws x P (2-8) dimana : Ws = waktu siklus rata-rata. P = rating factor. 3. Menghitung waktu baku/standar, dengan menggunakan rumus: Wb = Wn + (Wn x A) (2-9) dimana : Wn = waktu normal A = Allowance factor (merupakan kelonggaran yang diberikan kepada pekerja untuk kebutuhan pribadi dan menghilangkan rasa lelah)

29 26 Lintasan produksi adalah pengaturan area-area kerja dimana fasilitas seperti mesin, tools, dan operasi-operasi manual diletakkan secara berurutan satu sama lain dan benda kerja bergerak secara kontinu melalui rangkaian operasi yang seimbang pada lintasan. Persoalan yang berkaitan erat dengan lintasan produksi adalah suatu usaha untuk menyeimbangkan lintasan produksi. Berdasarkan karakteristik proses pengerjaan yang dilakukan, lintasan produksi dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1). Lintasan Assembling Adalah suatu lintasan produksi yang terdiri dari sejumlah operasi assembling yang dikerjakan pada beberapa stasiun kerja. 2). Lintasan Fabrikasi Adalah suatu lintasan produksi yang terdiri dari sejumlah operasi pekerjaan yang bersifat membentuk atau merubah sifat-sifat dari benda kerja. Salah satu problem perencanaan produksi adalah mengalokasikan semua pekerjaan yang dilakukan pada lintasan kerja ke dalam beberapa stasiun kerja. Hal ini disebut sebagai problem keseimbangan lintasan karena tujuannya adalah menentukan pemerataan kerja untuk masing-masing stasiun kerja dan menyeimbangkan beban kerja pada lintasan produksi. Pencapaian distribusi kerja yang merata dan seimbang dari setiap stasiun kerja sangat dikehendaki dalam suatu lintasan fabrikasi. Demikian juga dengan lintasan assembling secara manual, masalah keseimbangan lintasan biasanya lebih diperhatikan. Alasannya adalah bahwa seluruh pekerjaan yang dilakukan pada lintasan manual biasanya dapat dibagi dalam beberapa elemen kerja. kemudian elemen-elemen kerja ini

30 27 dikelompokkan dalam beberapa grup atau kelompok yang memungkinkan masingmasing grup memuat sejumlah pekerjaan yang dikerjakan pada suatu bagian stasiun Metode Keseimbangan Lintasan Line balancing merupakan suatu metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam beberapa stasiun kerja yang saling berkaitan dalam suatu lini produksi sehingga setiap stasiun kerja memiliki waktu stasiun yang telah melebihi waktu siklus dari Line Balancing, bertujuan untuk memperoleh suatu arus stasiun kerja tersebut. Produksi yang lancar dalam rangka memperoleh utilitas yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja. Dalam definisi Line Balancing ini akan dijelaskan elemen-elemen yang perlu diketahui dalam Line Balancing, yaitu : a). Assembly product (Assembling produk) Produk yang melewati dalam suatu urutan stasiun kerja dimana pekerjaanpekerjaan diatur dan mencapai pada stasiun kerja akhir. b). Work element (Elemen kerja) Merupakan bagian dari keseluruhan pekerjaan dalam proses assembly, didefinisikan sebagai jumlah total dari elemen kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu assembly. c). Work station (Ws) (Stasiun kerja) Lokasi pada lini assembly dimana terdapat elemen-elemen kerja yang mendukung dalam assembly atau pembuatan suatu produk. Jumlah minimum dari stasiun kerja adalah 1, dimana k harus lebih besar atau sama dengan 1.

31 28 d). Cycle time (Waktu siklus) Waktu rata-rata dibutuhkan untuk menyelesaikan dua assembly secara berturutturut dengan asumsi setiap assembly mempunyai kecepatan yang konstan. Nilai minimum dari waktu siklus harus lebih besar atau sama dengan waktu stasiun yang tepanjang. e), Output rata-rata yang diinginkan Tujuan dari line balancing adalah mendapatkan rata-rata hasil keluaran yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan permintaan juga untuk perencanaan produksi. f). Idle time (Waktu menganggur) Merupakan jumlah total waktu menganggur untuk semua stasiun di dalam setiap unit perakitan. g). Line effisiensi (Efisiensi garis) Merupakan perbandingan antara total waktu dengan waktu produksi. h). Balance delay (selisih) Merupakan selisih antara waktu siklus dan waktu stasiun atau dengan kata lain jumlah antara balance delay dan line effisiensi sama dengan satu. Langkah-langkah yang diperlukan dalam penyeimbangan lini adalah : 1). Tentukan hubungan antara pekerjaan-pekerjaan yang terlibat dalam sautu lini produksi dan hubungan atau keterkaitan antara pekerja tersebut digambarkan dalam precendence diagram.

32 29 2). Menentukan waktu siklus yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus : Detik produksi pershift atau perhari Ws = (2-10) Jumlah produksi pershift / perhari 3). Memilih metode untuk melakukan penyeimbangan lini. 4). Menghitung efisiensi lini, efisiensi stasiun kerja dan balance delay berdasarkan metode yang dipilih untuk melihat performasi keseimbangan lintasan produksi dengan rumus : Efisiensi lini n ti i = 1 N x Ws x 100 % (2-11) Balance delay n (N x Ws) - ti i = 1 (N x Ws) x 100% (2-12) 2.11 Penerapan Elemen Kerja Penerapan elemen kerja ke dalam minimum stasiun kerja dapat digambarkan dalam suatu diagram work station, dimana dengan diagram ini menunjukkan

33 30 pengumpulan tugas-tugas (elemen kerja) ke dalam stasiun kerja. Gambar 2.5 berikut ini merupakan contoh diagram stasiun kerja. A B D E C F G Ws-1 Ws-2 Ws-3 Ws-4 Ws-5 I H Ws-6 J O N M L K Ws-11 Ws-10 Ws-9 Ws-8 Ws-7 Gambar 2.5 Contoh diagram stasiun kerja 2.12 Keseimbangan Lintasan Produksi Dengan Metode Rank Positional Weight Langkah-langkah penyeimbangan lini dari metode ini, yaitu : 1). Menyusun urutan pembuatan suatu produk dalam bentuk Precedence Diagram. 2). Menghitung nilai bobot posisi untuk setiap operasi. Bobot operasi tersebut didefinisikan sebagai jumlah waktu seluruh operasi yang mengikuti suatu operasi tertentu ditambah waktu dari operasi tertentu itu sendiri. 3). Menyusun operasi kedalam urutan bobot posisi yang semakin menurun dari waktu baku terpanjang ke waktu baku terendah.

34 31 4). Mengalokasikan operasi-operasi kedalam stasiun-stasiun kerja dengan berdasarkan hasil sorting dan hubungan kerja dengan syarat tidak melebihi waktu siklus Precedence Diagram Precedence diagram merupakan gambaran secara grafis dari rangkaian elemenelemen kerja serta ketergantungan antara satu elemen kerja dengan elemen kerja lainnya. Precedence diagram ini menggunakan dua symbol dasar, yaitu : 1). Simbol lingkaran dengan nomor didalamnya lingkaran-lingkaran ini diberi nomor berurutan untuk mempermudah identifikasi dari suatu proses operasi. 2). Panah penghitung dari symbol lingkaran yang satu ke lingkaran yang lainnya, yang menunjukkan ketergantungan dari urutan proses operasi (elemen kerja). Precedence diagram dibuat dengan perjanjian bahwa elemen kerja atau operasi pada pangkal panah harus mendahului operasi pada ujung panah. Biasanya operasi yang pertama dikerjakan disebelah kiri diagram yang kemudian dilanjutkan ke kanan. Untuk melengkapi informasi pada tiap-tiap elemen kerja, maka pada precedence diagram tersebut ditambahkan waktu baku yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap operasi yang ada, dan dituliskan diatas symbol lingkaran. Supaya lebih jelas, dibawah ini diperlihatkan contoh sederhana dari precedence diagram :

35 Gambar 2.6 Contoh precedence diagram Keterangan : Pada gambar precedence diagram diatas menunjukkan adanya 7 buah operasi yang saling bergantungan. - Operasi nomor 01 mendahului operasi 03, 04, 05, 06, dan 07. Operasi nomor 02 mendahului operasi 04, 05, 06, 07. Jadi operasi nomor 04 didahului oleh operasi nomor 01 dan 02, dengan kata lain operasi nomor 04 tidak dapat dikerjakan apabila operasi 01 dan 02 belum selesai dikerjakan. - Operasi nomor 06 didahului oleh operasi nomor 01, 02, 03, dan 04. Sedangkan operasi nomor 03, 04, dan 05 satu sama lainnya saling mendahului atau didahului (tidak ada yang mempunyai hak lebih tinggi).

36 Perhitungan Bobot Posisi Bobot posisi dari sebuah elemen operasi adalah jumlah dari waktu elemen atau operasi itu sendiri ditambah waktu dari semua operasi yang mengikuti. Berdasarkan operasi yang mendahului dan mengikuti, maka bobot posisi masing-masing elemen adalah : Elemen 01 = Elemen 02 = Elemen 03 = Elemen 04 = Elemen 05 = Elemen 06 = Elemen 07 = Menghitung Output Produksi dimana : Besarnya output produksi dalam suatu periode, dapat diperoleh dengan rumus : P Q = (2-13) Ws P = Periode waktu, yaitu 8 jam / hari Ws = Waktu siklus terbesar

37 34 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengumpulan Data Dalam menyelesaikan permasalahan keseimbangan lintasan produksi diperlukan data-data yang aktual. Dalam hal ini diberikan beberapa data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan beberapa karyawan yang dapat dipercaya atau yang diberi wewenang oleh perusahaan serta dari staff perusahaan. Adapun data yang dapat mendukung pemecahan masalah adalah : - Proses produksi pembuatan buku tahapan BCA - Jam efektif - Pencatatan waktu kerja Bahan Baku Yang Digunakan Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan buku tahapan BCA ada 2 jenis yaitu bahan baku utama dan bahan baku pembantu. A. Bahan Baku Utama Pada PT. Royal Standard bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan buku tahapan BCA adalah : - HVS 100 grm 65 x 100 cm (untuk isi) - Art Paper 120 grm - 79 x 109 cm (untuk cover) B. Bahan Baku Pembantu - Foil polymas ukuran 32.5 cm

38 35 - Lem laminating - Toluen - Plastik laminating ukuran 340 mm dengan ketebalan 20 micron - Benang jahit dan lem producer national - Tinta tahapan BCA 2 inner (untuk isi) - Tinta tahapan BCA 2 outer (untuk cover) - Tinta magenta M (untuk nomorator) Proses Produksi Buku Tahapan BCA Pihak manajemen telah merencanakan bahwa mesin yang akan digunakan pada proses pembuatan buku tahapan BCA ini adalah : mesin potong, mesin cetak (sakurai 472 ED), mesin ponds, mesin kluge, mesin laminating dan mesin unomatic 1 4 dan komponen pendukung dari tiap-tiap mesin tersebut. Proses produksi dimulai apabila bahan baku siap untuk digunakan. Bahan baku yang dipakai diasumsikan telah lolos dari seleksi, yang artinya kualitasnya telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Seluruh proses produksi akan dijelaskan dalam table 3.1 berikut ini : Tabel 3.1 Urutan proses produksi buku tahapan BCA Kode Produksi O 1 O 2 I 2 O 3 Proses Pembuatan Cover Buku Tahapan BCA Art paper 120 gr 79 x 109 cm dipotong dengan ukuran panjang 39 cm dan lebar 69.5 cm Pencetakan Diperiksa hasil cetakan Pemotongan hasil cetakan dengan ukuran panjang 34.2 cm dan lebar 35 cm

39 36 Tabel 3.1 Urutan proses produksi (lanjutan) Kode Produksi O 4 O 5 O 6 O 7 O 8 I 6 O 9 O 10 O 11 O 12 O 13 O 14 O 15 O 16 Proses Polymas Laminating Pemotongan hasil laminating dengan ukuran panjang 18.5 cm dan lebar 33 cm Pembuatan Isi Buku Tabungan BCA HVS 100 gr 65 x 100 cm dipotong dengan ukuran panjang 39 cm dan lebar 69.5 cm Pencetakan Diperiksa hasil cetakan Pemotongan hasil cetakan dengan ukuran panjang 18.5 cm dan lebar 33 cm Pembuatan garis perforasi (untuk lembar permohonan) Nomorator (untuk lembar pengesahan) Susun dan jahit Pengeleman atau pengcoveran (antara cover buku dan isi buku) Penekukan Pemotongan hasil penekukan dengan ukuran panjang 15.7 cm dan lebar 8.7 cm Packaging

40 37 Isi Buku Cover Buku O-7 I-5 Potong Bahan O-1 I-1 Potong Bahan O-8 Cetak O-2 Cetak I - 6 Diperiksa I - 2 Diperiksa Hasil cetak Hasil cetak O-9 I-7 Potong Hasil cetak O-3 I-3 Potong Hasil cetak O-10 Pembuatan Garis perforasi O-4 Polymas O-11 Nomorator O-5 Laminating O-12 Susun & Jahit O-6 I-4 Potong Hasil laminating O-13 Pengeleman / Pengcoveran O-14 Penekukan Packaging O-16 O-15 I-8 Pemotongan Storage Gambar 3.1 Operation process chart produksi buku tahapan BCA

41 38 Keterangan : Proses Pembuatan Cover Buku Tahapan BCA O 1 : Proses Pemotongan Bahan Baku (kertas) Bahan yang diterima produksi biasanya berupa kertas dalam ukuran besar dan dalam jumlah yang banyak (rim-riman) tergantung dari berapa banyak jumlah buku yang akan dicetak. Untuk cover buku tabungan tahapan BCA ini biasanya menggunakan art paper 120 gram dengan ukuran 79 x 109 cm. Selanjutnya operator melakukan persiapan untuk memotong kertas ke ukuran yang diminta dan kertas art paper tadi ditumpuk diatas meja mesin potong, biasanya operator melakukan pemotongan dalam jumlah yang banyak, hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pemotongan selesai, dan kapasitas mesin potong ini sendiri sebanyak 500 lembar, setelah bahan dipersiapkan kemudian operator mengatur ukuran mesin potong. Di sini dalam proses pemotongan dilakukan oleh satu orang operator dengan posisi berdiri dan berada di depan mesin potong pada saat melakukan pemotongan. Untuk cover buku tabungan tahapan BCA ini mempunyai ukuran panjang 39 cm dan lebar 69,5 cm. Satu lembar kertas tersebut bisa menjadi 8 pcs cover. O 2 : Proses Pencetakan Setelah bahan selesai dipotong, kemudian bahan tersebut dibawa ke mesin cetak, di PT. Royal Standard mesin yang digunakan untuk mencetak cover dan isi buku tabungan BCA adalah mesin sakurai 472 ED atau biasa disebut mesin sakurai empat warna, pada mesin ini terdapat 4 unit cylinder dimana masing-masing unit ini memiliki tiga cylinder yaitu cylinder transfer, cylinder impression dan cylinder

42 39 blanket. Dimesin ini juga terdapat feeder atau meja pengumpan yang dapat menampung 6500 lembar kertas selain itu juga terdapat 3 sensor matic yaitu sensor double feed, sensor miring dan sensor delivery. Sebelum melakukan proses pencetakan operator terlebih dahulu mempersiapkan semua kebutuhan pencetakan, mulai dari tinta, air pembasah, plate, blanket, bahan yang akan dicetak. Untuk mencetak cover, tinta yang digunakan adalah jenis tinta tahapan BCA 2 outer blue dan satu kilogram tinta dapat digunakan untuk mencetak lembar kertas, lalu air pembasah berfungsi untuk membersihkan plate yang tidak ada cetakan agar tinta tidak ngeblock atau mencetak bagian yang polos. Setelah material tersedia operator melakukan pemasangan plate pada cylinder transfer dan memasang blanket pada cylinder blanket. Setelah siap mesin bisa dioperasikan tetapi biasanya diawal-awal produksi speed yang digunakan tidak bisa cepat (speed yang digunakan biasanya 6500 RPM) karena proses pencarian warna membutuhkan waktu yang cukup lama tergantung dari berapa banyak warna yang digunakan, tetapi karena cover dan isi buku tabungan ini hanya memakai satu warna maka prosesnya tidak terlalu lama hanya mengatur ketebalan warna saja, dan unit yang digunakan pun hanya satu unit saja sementara unit yang lainnya beroperasi sebagai transformer saja. Setelah warna yang diinginkan sudah sesuai maka proses pencetakan sudah bisa dimulai. Dalam proses pencetakan dilakukan oleh dua orang operator, yang mana satu orang berada didepan mesin dan satu orang lagi berada dibelakang mesin. Bahan kertas yang sudah disiapkan difeeder akan dihisap oleh rubber sucker satu per satu dan masuk ke arat, jika rubber sucker ini menghisap dua lembar kertas sekaligus maka mesin akan berhenti secara otomatis begitu pula jika kertas yang

43 40 dihisap dan masuk ke arat dalam posisi miring maka mesin juga akan mati dengan sendirinya kemudian dari arat kertas masuk menuju tengah-tengah cylinder antara cylinder blanket dan cylinder impression, disinilah proses cetak itu terjadi. Proses cetak itu sendiri terjadi ketika roll jilat menyentuh bak tinta yang kemudian ditransfer ke roll distributor yang berakhir di roll form, ketika roll form ini bersentuhan dengan cylinder transfer maka tinta yang ada di roll form akan tercetak di plate yang kemudian air pembasah akan menghapus tinta dari plate yang tidak ada cetakannya, selanjutnya plate akan bersentuhan dengan blanket dan blanket akan mencetak diatas kertas tadi. Setelah itu kertas akan ditransfer melalui unit yang lain menuju delivery, di dekat delivery ada sensor yang namanya sensor delivery yang fungsinya jika tinggi kertas yang ada diatas meja delivery sudah melebihi sensor tersebut maka meja delivery itu akan turun dengan sendirinya, begiru seterusnya sampai proses cetak itu selesai. Cetakan yang dihasilkan dari proses cetak tersebut dengan ukuran kertas 39 x 69,5 cm sebanyak 8 up/lembarnya, dan bagian yang dicetak hanya satu bagian saja yaitu bagian depan. O 3 : Proses Pemotongan Hasil Cetakan Setelah proses pencetakan cover selesai maka hasil cetakan tersebut kembali dilakukan pemotongan ke ukuran yang lebih kecil, dalam hal ini bagian pemotongan akan memotong bahan tersebut ke ukuran 34,2 x 35 cm. Proses pemotongan ini juga dilakukan oleh satu orang operator dengan posisi berdiri di depan mesin potong pada saat pemotongan

44 41 O 4 : Proses Polymas Setelah cover dipotong ke ukuran kecil kemudian dibawa menuju mesin Kluge EHD 13 x 19 atau mesin Polymas. Polymas itu sendiri adalah membuat gambar yang ada dibagian depan dan belakang pada cover buku dengan menggunakan foil plastik yang berwarna kuning emas. Sebelum melakukan polymas operator mesin melakukan penyetelan mesin, seperti mengatur temperatur panas yang dibutuhkan, untuk cover ini panas yang dibutuhkan sekitar 250 o 280 o FH, memasang polymas, lebar polymas yang dibutuhkan adalah 32,5 cm, setelah itu penyetelan dies, dies yang digunakan terbuat dari timah. Proses polymas dilakukan oleh satu orang operator dan posisinya berada di depan mesin. Setelah pemanasan selesai (± 20 menit) maka dimulailah proses polymas tersebut, bahan yang sudah disiapkan diletakkan dimeja pengumpan (feeder magazine). Lalu mesin mulai beroperasi, kertas tadi dihisap oleh rubber sucker atas dan diletakkan diatas dies kemudian impression mesin mulai bekerja dengan menekan polymas tersebut, kekuatannya sekitar 300 kg dan lead time antara impression dengan dies sekitar 0,5 detik setelah itu impression akan kembali ke posisi awal dan rubber sucker bagian bawah mengambil hasil polymas tersebut dan meletakkannya dimeja delivery. Feeder magazine pada mesin kluge ini mampu menampung sekitar 4000 lembar kertas dengan max lebar kertas 356 mm dan panjangnya 508 mm. O 5 : Proses Laminating Mesin laminating seri FM 1000 adalah salah satu mesin laminating jenis baru yang dapat menekan (mengepress) plastik atau diatas gambar sehingga membuat

45 42 permukaan dari gambar tersebut menjadi lembut dan warnanya lebih terang juga garis yang ada pada gambar terlihat lebih jelas. Selain itu juga ada beberapa keuntungan seperti tidak mudah basah, tetap bersih, dan menambah kekuatan kertas. Untuk melaminating cover buku tabungan tersebut menggunakan plastik yang lebarnya 340 mm dan ketebalannya 20 micron. Langkah pertama yang dilakukan adalah memasang plastik pada roll yang berada dibelakang mesin kemudian atur posisinya agar sesuai dengan kebutuhan lalu tarik plastik tersebut mengikuti alur roll yang ada, setelah pemasangan plastik dan posisinya sesuai kemudian turunkan roll pengepress yang berada didepan meja pengumpan dan setelah itu masukkan lem ke dalam bak lem sebanyak 5 liter dan kemudian tambahkan toluene sebanyak 2,5 liter yang fungsinya untuk mencairkan kekentalan lem. Lalu tekan tombol pemompa lem (gum pump) setelah itu turunkan roll yang berfungsi sebagai pengantar lem kepada plastik dan atur kecepatan perputaran dari roll tersebut, biasanya kecepatan dari perputaran lem tersebut 20 ~ 23 rpm. Pompa tekanan udara pada roll yang berada dibawah roll pengepressan antara 12 ~ 14 kg yang fungsinya untuk meratakan kertas dan plastik yang dipress. Kemudian nyalakan pemanas bagian atas dan depan (heating baker) yang fungsinya untuk mengeringkan lem yang dibawa oleh plastik tersebut juga kipas angin yang berada dibagian atas depan dan atas tengah juga atas belakang yang fungsinya untuk mempercepat proses pengeringan pada lem. Atur temperatur panasnya antara 55 o C ~ 60 o C. Selain itu pemanas cylinder (heating cylinder) pun dihidupkan dengan temperatur antara 25 o C ~ 30 o C, yang fungsinya untuk memastikan bahwa plastik dan kertas sudah benar-benar menyatu dan lem pun sudah benar-benar kering. Setelah tiu

46 43 tekan tombol on atau power untuk menjalankan roll yang berada dibagian bawah meja pengumpan dan secara otomatis semua roll yang dilalui oleh plastik itu akan berputar karena posisinya saling berhubungan, dan atur kecepatan dari roll tersebut antara 300 ~ 400 rpm dan yang terakhir adalah tekan tombol wind up untuk mengaktifkan roll yang berfungsi sebagai pengerollan hasil dari laminating tersebut. Setelah penyetelan mesin selesai maka proses laminating pun mulai dilakukan, untuk pengerjaannya dilakukan oleh satu orang operator yang posisinya berada di depan mesin. Operator meletakkan cover diatas conveyor satu per satu kemudian pada saat yang bersamaan semua roll bergerak untuk mengantarkan plastik yang sudah ada lemnya menuju bagian pengepressan yang merupakan titik temu antara plastik dan cover buku setelah melewati bagian pengepressan cover yang sudah terlapisi plastik tersebut bergerak menuju roll penampung hasil laminating tersebut. O 6 : Proses Pemotongan Hasil Laminating Setelah cover dilaminating kemudian dilakukan pemotongan yaitu untuk memotong sisi-sisi dari cover tersebut menjadi ukuran yang diminta sekaligus memotong sisa-sisa plastik yang melewati sisi-sisi cover, dan pemotongan ini harus benar-benar presisi karena akan sangat berpengaruh pada proses akhir dari pembuatan buku ini, ukuran potongan dari cover ini adalah 18,5 x 33 cm. Proses ini juga dilakukan oleh satu orang operator yang mana pada saat pengoperasiannya dengan posisi berdiri di depan mesin. Setelah pemotongan cover selesai, maka hasil potongan tersebut dibawa ke mesin unomatic 2 untuk dilakukan pengeleman dan pengcoveran.

47 44 Proses Pembuatan Isi Buku Tabungan BCA Pada prinsipnya tahap-tahap awal untuk proses pembuatan isi buku tabungan ini sama dengan proses pembuatan cover dan mesin yang digunakan pun sama dan juga jumlah operator yang mengoperasikannya, disini penulis hanya menjelaskan beberapa bagian yang berbeda saja. O 7 : Proses Pemotongan Bahan Baku Pada proses pembuatan cover ada proses pemotongan bahan baku, begitu pula dengan proses pembuatan isi ada juga proses pemotongan bahan baku, tetapi bahan yang digunakan untuk isi berbeda yaitu HVS 100 gr 65 x 100 cm untuk ukuran potongnya sedikit lebih kecil yaitu 39 x 69,5 cm. O 8 : Proses Pencetakan Isi Pada proses pencetakan ini ada sedikit perbedaan yaitu pencetakan yang dilakukan untuk isi adalah depan belakang, dimana pada lembar depan terdapat hal 1 dan lanjutan dari ketentuan, hal 2 dan 8, hal 3 dan 7, hal 4 dan 6, hal 5 dan 5, kemudian pada bagian belakang terdapat lembar permohonan dan lembar pengesahan, lembar ketentuan dan hal 1, hal 8 dan 2, hal 7 dan 3, hal 6 dan 4. O 9 : Proses Pemotongan Hasil Cetakan Hasil cetak tersebut dipotong ke ukuran 18,5 x 33 cm dan setelah pemotongan hasil cetakan tersebut, maka terdapat lembaran-lembaran yaitu hal 1 dan lembaran permohonan atau lembar pengesahan dan lembar permohonan dibawa ke mesin ponds untuk proses selanjutnya, lalu lembaran berikutnya yaitu hal 2 dan 8, hal 3 dan 7, hal 4 dan 6, hal 5 dan 5 (untuk depan), kemudian lembaran ketentuan dan hal 1, hal 8 dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Teknik pengukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Baroto (2002, p192), aliran proses produksi suatu departemen ke departemen yang lainnya membutuhkan waktu proses produk tersebut. Apabila terjadi hambatan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem 24 pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Pengertian dari waktu baku yang normal,wajar, dan terbaik dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Cara Kerja Pada laporan skripsi ini penelitian cara kerja menggunakan metode penelitian yang dilakukan melalui operation process chart. Dan dalam perhitungan untuk

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN PADA LINE PRODUKSI SHORT SIZE V-BELT TIPE A-JGG-B SIZE 60 DI PT.

TUGAS AKHIR ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN PADA LINE PRODUKSI SHORT SIZE V-BELT TIPE A-JGG-B SIZE 60 DI PT. TUGAS AKHIR ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN PADA LINE PRODUKSI SHORT SIZE V-BELT TIPE A-JGG-B SIZE 60 DI PT. BANDO INDONESIA Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Di dalam sebuah sistem kerja unsur manusia, mesin, peralatan kerja dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan dengan baik secara sendirisendiri maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan Lintasan berkaitan dengan bagaimana operasi yang ditunjuk pada stasiun kerja dapat dioptimalkan melalui menyeimbangkan kegiatan yang ditugaskan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, khususnya pembuatan kaleng kemasan produk. Dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Time and Motion Study Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Berikut ini merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Berikut ini merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Line Balancing Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap menjaga mutu dan produktivitasnya untuk dapat bersaing di pasar dunia, maka PT

BAB I PENDAHULUAN. tetap menjaga mutu dan produktivitasnya untuk dapat bersaing di pasar dunia, maka PT 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan kemajuan teknologi dan saratnya persaingan pasar dibidang komponen automotive, maka perusahaan komponen automotive khususnya filter, harus tetap menjaga

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah PENGUKURAN WAKTU Nurjannah Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efektifitas 2.1.1. Pengertian Efektifitas Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Optimasi adalah persoalan yang sangat penting untuk diterapkan dalam segala sistem maupun organisasi. Dengan optimalisasi pada sebuah sistem

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Yayan Indrawan, Ni Luh Putu Hariastuti Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Putu_hrs@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi masal, dimana tugas-tugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh operator agar beban kerja dari para operator

Lebih terperinci

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 239-248 PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Puji Astuti Saputri, Shantika

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT DEFINISI Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui petapeta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan sistem kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancanganterbaik dari system kerja yang bersangkutan. Teknik-teknik

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI Citra Palada Staf Produksi Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta 14350 citra.palada@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1. Landasan Teori Line Balancing Menurut Gaspersz (2004), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 229-238 ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Dwi Yuli Handayani, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali Ghany Sayyida Nur Arifiana *1), I Wayan Suletra 2) 1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Di dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan, maka sebelumnya harus dilakukan pengamatan dan penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Observasi Lapangan Identifikasi Masalah Studi Kepustakaan Pengambilan Data Waktu Siklus Pengujian Waktu Siklus : 1. Uji Keseragaman Data 2. Uji Kenormalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Produksi Proses produksi adalah serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah ataupun merubah sutu kumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Diagram Metodologi Gambar 4.1 Metodologi Penelitian 47 Gambar 4.2 Metodologi Penelitian (lanjutan) 48 4.2 Penelitian Pendahuluan Penelitian dilakukan di PT. Refconindo

Lebih terperinci

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Sinar Inti Electrindo Raya adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, pemasaran panel Tegangan Menengah (TM) dan panel Tegangan Rendah (TR).Dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi)

Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi) 1 Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi) 2 Konsep Dasar Stasiun kerja (Work Stations) adalah area kerja yang terdiri dari satu atau lebih pekerja/mesin yang mempunyai tugas khusus Lini produksi (Production

Lebih terperinci

2.10 Pengertian Efisiensi Pengertian Lintasan Produksi(Line Balancing) Keseimbangan Kapasitas Lintasan Produksi 25 2.

2.10 Pengertian Efisiensi Pengertian Lintasan Produksi(Line Balancing) Keseimbangan Kapasitas Lintasan Produksi 25 2. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv HALAMAN MOTTO...v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL....xi DAFTAR GAMBAR......xii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penjadwalan Salah satu masalah yang cukup penting dalam system produksi adalah bagaimana melakukan pengaturan dan penjadwalan pekerjaan, agar pesanan dapat selesai sesuai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN 2017 Firman Ardiansyah E, Latif Helmy 16 MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN Firman Ardiansyah Ekoanindiyo *, Latif Helmy * * Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Efisien dalam dunia industri berarti memanfaatkan sumber daya sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat menghasilkan

Lebih terperinci

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Lina Gozali *, Lamto

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PENGUKURAN WAKTU KERJA PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu 7 BAB II LANDASAN TEORI Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu adanya dasar teori yang tepat yang dapat dijadikan patokan dalam pembahasan kasus. Oleh karena itu metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Sistem Kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan. Teknikteknik dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Menentukan Waktu Siklus Tiap Proses. 4.1.1 Proses Pemasangan Komponen (Setting Part) 4.1.1.1 Elemen operasi pada proses ini adalah : 1. Setting holder magnet ke rotor dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Operasi 2.1.1.1 Pengertian Manajemen operasi telah mengalami perubahan yang cukup drastis sejalan dengan perkembangan inovasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembahasan selanjutnya yang berhubungan dengan kepentingan pemecahan masalah itu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembahasan selanjutnya yang berhubungan dengan kepentingan pemecahan masalah itu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemecahan Masalah Untuk melakukan pemecahan masalah dan analisa pengolahan data, maka pada bab ini dikumpulkan data-data sebagai sumber ataupun input yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hill, hlm Chase, dkk., Operations Management for Advantage Competition. New York: McGraw-

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hill, hlm Chase, dkk., Operations Management for Advantage Competition. New York: McGraw- BAB LANDASAN TEORI.1. Jabaran Pekerjaan Dalam mendefinisikan pekerjaan yang dilakukan maka perlu ditentukan apa yang dilakukan diurutkan menjadi kesatuan yang disusun secara sistematis. Hal ini juga tentu

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Multi Garmenjaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Penulis melakukan pengamatan pada lini produksi produk celana jeans yang diproduksi secara mass production. Masalah

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Genap tahun 2006/2007

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Genap tahun 2006/2007 Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Genap tahun 2006/2007 Optimalisasi Proses Produksi Dengan Usulan Lini Keseimbangan Pada CV. Teluk Harapan Alexander

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini engolahan data Gambar 4.1 Skema Metodologi Penelitian 79 A Perancangan Keseimbangan Lini Metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang operator yang

Lebih terperinci

BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL

BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL 2.1 Landasan Teori Operation Process Chart (OPC) adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami oleh bahan baku yang meliputi urutan proses

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang ada pada bab sebelumnya, maka akan dilakukan analisis guna mengetahui hasil yang lebih optimal. Pembahasan ini dilakukan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keseimbangan Lini Keseimbangan lini merupakan suatu metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini produksi sehingga

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating Petunjuk Sitasi: Cahyawati, A. N., & Pratiwi, D. A. (2017). Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B211-216). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. viii

DAFTAR LAMPIRAN. viii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...v DAFTARTABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG...1 1.2. TUJUAN...2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 2.1.

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA

PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA KAREL L. MANDAGIE DAN IWAN Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN

METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 205 212. METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN Maria Pitriani Miki, Helmi, Fransiskus Fran INTISARI Lintasan

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data 5.1.1 Data Umum Produk Perusahaan menggunakan batch sebagai satuan dalam produksi, dimana 1 batch adalah sebesar : 1. Spon untuk ukuran 9

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) Kelvin Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Aliran produksi

Lebih terperinci

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M. ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ Benny Winandri, M.Sc, MM ABSTRAK: PT. XYZ adalah industri yang memproduksi pakaian jadi. Seperti

Lebih terperinci

Jakarta, 30 Maret Penulis

Jakarta, 30 Maret Penulis KATA PENGANTAR Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat kemurahan-nya penulisan Tugas Akhir ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan. Tugas Akhir dengan judul

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif dilakukan dengan membuat deskripsi secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah lintasan produksi dimana material berpindah secara kontinyu dengan laju rata-rata yang sama melalui sejumlah stasiun kerja,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI Jaka Purnama Laboratorium Sistem Produksi Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Produk Produk yang telah dibuat dalam peta-peta kerja ini adalah meja lipat. Komponennya terdiri dari alas yang berukuran 50 cm x 33 cm, kaki meja yang berukuran

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING Joko Susetyo, Imam Sodikin, Adityo Nugroho Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SMED (Single Minute Exchange Die) Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri manufaktur adalah seringnya keterlambatan dalam menyelesaian pekerjaan sehingga tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengaturan Jam Kerja Berikut adalah kebijakan jam kerja di PT. XX Tabel 4.1 Jam Kerja Reguler Reguler Hari Jam Kerja Istirahat Total Waktu Kerja Senin - Kamis

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT. Carvil Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan sepatu dan sandal yang mulai berdiri pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya dan teknologi akan selalu memberikan dorongan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya dan teknologi akan selalu memberikan dorongan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan budaya dan teknologi akan selalu memberikan dorongan kepada setiap pelaku bisnis untuk melakukan inovasi dan perbaikan dalam setiap lini kegiatannya, agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci