IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan dan Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi PT Indofood Sukses Makmur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan dan Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi PT Indofood Sukses Makmur"

Transkripsi

1 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan dan Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi PT Indofood Sukses Makmur PT Indofood Sukses makmur Tbk didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma. Indofood merupakan salah satu perusahaan makanan olahan terbesar di Indonesia dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Indofood memperoleh manfaat dari ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari empat Kelompok Usaha Strategis (Grup) yang saling melengkapi sebagai berikut: Produk Konsumen Bermerek (CBP). Kegiatan usahanya dilaksanakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tanggal 7 Oktober ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan terkemuka di Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk makanan dalam kemasan. Berbagai merek produk ICBP merupakan merekmerek yang terkemuka dan dikenal di Indonesia untuk makanan dalam kemasan. Bogasari, memiliki kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu dan pasta. Kegiatan usaha Grup ini didukung oleh unit perkapalan dan kemasan. Agribisnis. Kegiatan usahanya terkonsentrasi pada Indofood Agri Resources Ltd. (IndoAgri), yang tercatat di Bursa Efek Singapura, dan anak-anak perusahaannya termasuk PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum) yang tercatat di BEI. Kegiatan usaha utama Grup ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan, pemuliaan dan pengolahan kelapa sawit hingga produksi dan pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening bermerek. Di samping itu, kegiatan

2 28 usaha Grup ini juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet dan tebu serta tanaman lainnya. Distribusi, memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia. Grup ini mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen Indofood dan anak-anak perusahannya, serta berbagai produk pihak ketiga Dalam menjalankan bisnisnya, Indofood memiliki visi sebagai perusahaan total food solution dengan misi memberikan solusi atas kebutuhan pangan secara berkelanjutan, senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi, memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan, dan meningkatkan stakeholder s values secara berkesinambungan. Sebagai salah satu perusahaan terbesar makanan di Indonesia Indofood mencatat berbagai prestasi, diantaranya Indonesia's Most Admired Companies Award 2010, The Best in Building and Managing Corporate Image; Top Brand Award 2010 Pop Mie, Outstanding Achievement in Building the Top Brand; Indonesian Customer Satisfaction Award 2010 Segitiga Biru, Golden Award, The Best in Achieving Total Customer Satisfaction for 7 Years ( ); Indonesia Original Brands 2010 Bimoli, Its Contributions in Building Indonesia Original Brand. Perseroan mencatatkan penjualan bersih konsolidasi sebesar Rp 38,40 triliun di tahun 2010, naik 2,7% dari Rp 37,40 triliun di tahun 2009 karena peningkatan penjualan di seluruh Kelompok Usaha Strategis kecuali Grup Bogasari akibat penurunan harga jual rata-rata. Sepanjang tahun 2010, Perseroan membukukan penjualan ekspor sebesar US$480 juta. Disisi lain laba bersih meningkat 42,2% menjadi Rp 2,95 triliun di tahun 2010 dari Rp 2,08 triliun di tahun 2009, terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja operasional dan penurunan beban keuangan. Indofood juga melakukan upaya peningkatan kualitas lingkungan kerja yang ditempuh melalui berbagai cara, antara lain melalui penerapan Good Manufacturing Practices (GMP), Sertifikasi ISO 14000, ISO 22000,

3 29 ISO 9001 dan penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Upaya-upaya tersebut merupakan salah satu sarana untuk mencapai tingkat zero accident yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan dan iklim kerja sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas. Pada tanggal 29 Desember 2004, Indofood melalui anak perusahaannya PT Salim Ivomas menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan Reserve Cash Limited Hongkong (RCL) untuk membeli 100% kepemilikan saham RCL pada Silveron Investment Limited (SIL). Transaksi jual beli tersebut di finansialkan dan diselesaikan pada 27 Juni 2005 dengan nilai pembelian sebesar Rp 175 miliar. SIL memiliki kepemilikan langsung dan tidak langsung masing-masing Kebun Ganda Prima dan Citranusa Intisawit. Di tahun yang sama, pada 24 November 2005 Indofood melalui anak perusahaannya PT Salim Ivomas kembali mengambil alih kepemilikan saham Kebun Mandiri Sejahtera sebesar 93.44% dari PT Arka Kirana Sawita dengan jumlah nilai pengambilan sebesar Rp 75 miliar. Kebun sawit berlokasi di Kabupaten pasir Kalimantan Timur dengan luas 8350 Ha kebun karet dan 3000 Ha kebun kelapa sawit. Kedua aktivitas akuisisi yang dilakukan Indofood tergolong jenis akuisisi kongenerik, dimana penggabungan usaha melibatkan perusahaan yang bisnisnya masih berkaitan tetapi tidak termasuk dalam ketegori akuisisi vertikal dan horizontal. Perusahaan yang bergabung tidak memproduksi produk yang sama (horizontal) dan tidak juga mempunyai hubungan sebagai pemasok (vertikal). Adapun tujuan yang ingin dicapai Indofood dari akuisisi ini adalah untuk memenuhi sasaran perseroan memiliki lahan seluas 250 ribu hektar perkebunan kelapa sawit di tahun PT Hanson International PT Hanson International Tbk yang dahulu bernama PT Hanson Industri Utama Tbk didirikan pada tanggal 7 Juli 1971 berdasarkan Akta Notaris Henk Limanow, S.H. No. 13. Akta pendirian ini telah disahkan

4 30 oleh Menteri kehakiman Republik Indonesia dalam Surat keputusan No. J.A.5/212/11 tanggal 12 Desember 1971, serta diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia No. 103 tanggal 26 Desember Ruang lingkup kegiatan perusahaan ini terutama meliputi bidang industri kimia dan serat sintesis, permintalan, pertenuan, industri tekstil laninnya, perdagangan ekspor impor, lokal, leveransir, grosir dan distributor, serta agen. Perusahaan mulai melakukan kegiatan komersial pada tahun 1973 dan hasil produksinya dipasarkan terutama ke Eropa, Amerika Serikat, Asia, dan timur Tengah. Visi yang ingin dicapai Hanson adalah menjadi perusahaan yang berdaya saing global dan memberikan nilai optimal bagi stakeholder. Untuk mewujudkan visi tersebut, Hanson menetapkan empat misi yang harus dilaksanakan, yaitu memberikan nilai optimal bagi pemangku kepentingan, menerapkan teknologi informasi yang tepat guna, meningkatkan nilai ekonomis, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada tahun 2010, Hanson memperoleh laba bersih sebesar Rp 33,63 miliar dengan peningkatan sebesar 41,2% dari tahun 2009 sebesar Rp 13,95 miliar. Laba ini diperoleh dari hasil penjualan bersih sebesar Rp 109 miliar ditahun 2010 setelah sebelumnya di tahun 2009 perusahaan tidak membukukan penjualannya karena pada tahun tersebut penjualan hanya dilakukan oleh anak perusahaan. Pada 5 Oktober 2005, Hanson masuk sebagai pemegang saham PT Panca Amara Utama sebesar 50%. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perindustrian, perdagangan, pertambangan dan jasa, khususnya amoniak dan pupuk. Akuisisi ini merupakan upaya penyelamatan Hanson Industri Utama Tbk setelah core bisnisnya yakni tekstil bangkrut dan berubah nama menjadi PT Hanson International tbk. Akuisisi yang dilakukan oleh Hanson dapat digolongkan sebagai jenis akuisisi horizontal, yaitu penggabungan yang dilakukan oleh perusahaan dalam jenis usaha yang sama. Akuisisi jenis ini bertujuan untuk mengurangi persaingan, meningkatkan aset, menekan biaya,

5 31 meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran, distribusi, riset dan pengambangan dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan Hanson yang pada saat itu sedang mengalami kebangkrutan pada core bisnisnya PT Kalbe Farma PT Kalbe Farma Tbk ( Perseroan atau Kalbe ) berdiri sejak tahun 1966 dan pada tahun 1991 terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan publik. Kalbe merupakan perusahaan produk kesehatan publik terbesar di Asia Tenggara yang memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar USD 3,6 miliar dan omset penjualan Rp 10,2 triliun pada akhir tahun Kalbe memiliki fokus bisnis pada 4 divisi yang masing-masing memberikan kontribusi yang relatif seimbang, yaitu divisi obat resep (kontribusi 25%), divisi produk kesehatan (kontribusi 17%), divisi nutrisi (kontribusi 22%) serta divisi distribusi dan kemasan (kontribusi 36%). Dengan didukung lebih dari karyawan termasuk tenaga pemasaran dan penjualan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, Kalbe mampu menjangkau 70% dokter umum, 90% dokter spesialis, 100% rumah sakit, 100% apotek untuk pasar obat-obat resep serta 80% untuk pasar produk kesehatan dan nutrisi. Dalam menjalankan bisnisnya, Kalbe Farma memiliki visi menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat dan manajemen yang prima dengan misi meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut Kalbe menjunjung beberapa nilai, diantaranya saling percaya diantara sesama karyawan, kesadaran penuh dalam setiap tindakan, inovasi yang merupakan kunci keberhasilan, tekad untuk menjadi yang terbaik, dan saling keterkaitan yang dijadikan panduan. Semangat inovasi yang telah menjadi bagian integral pertumbuhan Perseroan sejak awal pendiriannya secara berkesinambungan diterapkan di lingkungan Grup Kalbe untuk pengembangan produk baru yang berdaya

6 32 jual dan berbasis teknologi yang memberikan kemudahan bagi konsumen. Melalui kegiatan riset dan pengembangan di bidang medis, Kalbe mendorong pertumbuhan Perseroan di masa mendatang dan berperan serta dalam memajukan dunia kesehatan demi meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Melalui peningkatan produktivitas, inovasi di bidang kesehatan, pengelolaan arus kas yang baik didukung upaya perbaikan berkesinambungan dalam berbagai proses bisnis dan kualitas sumber daya manusia, Kalbe memiliki landasan yang kuat untuk terus bertumbuh sebagai perusahaan kesehatan yang unggul di Indonesia. Dengan didukung upaya perbaikan berkesinambungan dalam berbagai proses bisnis dan kualitas sumber daya manusia, Kalbe terus mengembangkan diri untuk menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat dan manajemen yang prima. Kalbe juga berhasil meraih beberapa penghargaan diantaranya peringkat 2 Annual Report Award 2009 untuk kategori perusahaan swasta terbuka non keuangan dari Bapepam-LK, BEI, BI, Ditjen Pajak, Kementrian BUMN, IAI, dan KNKG; Indonesia Best Brand Award 2010 dari Swa dan MARS untuk Promag, Cerebrovit, Cerebrofot, Milna dan Prenagen; Emiten Terbaik 2010 untuk sektor rokok, farmasi, keperluan rumah tangga dari majalah investor dan masih banyak lagi. Di tahun 2010 Kalbe mencapai total penjualan bersih Rp miliar atau pertumbuhan 12,5%, sementara laba usaha tercatat Rp miliar atau meningkat 14.4% dibanding tahun sebelumnya, serta laba bersih mencapai Rp miliar atau meningkat 38,5% dibandingkan tahun Pencapaian penjualan diatas Rp 10 triliun di tahun 2010 ini adalah tonggak istimewa bagi Kalbe mengingat bisnis farmasi memiliki persaingan yang sangat ketat dengan pasar yang terfragmentasi, terlebih pula di sektor nutrisi Kalbe bersaing dengan banyak perusahaan multinasional. Kalbe juga mampu mempertahankan dominasinya di pasar obat di Indonesia dengan menguasai 14% pangsa pasar.

7 33 Pada segi infrastruktur fasilitas produksi, Kalbe beserta anak perusahaannya telah mengimplementasikan ISO 14001:2004 yang merupakan standar internasional dalam sistem manajemen lingkungan pada hampir semua fasilitas produksinya. Selain itu, perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) juga senantiasa dilakukan di bidang lingkungan, untuk terus meningkatkan kinerja dalam menjaga lingkungan dan mencegah pencemaran. Pada tanggal 16 Desember 2005, Kalbe melakukan penggabungan usaha dengan Dankos dan Enseval menjadi satu perusahaan dalam rangka menciptakan suatu perusahaan farmasi terbesar di kawasan Asia Tenggara. Merger yang dilakukan Kalbe ini tergolong jenis merger horizontal, dimana penggabungan dilakukan oleh perusahaan dalam jenis usaha yang sama. Merger horizontal diharapkan dapat menimbulkan sinergi yang disebabkan oleh peningkatan kinerja perusahaan yang baru, karena kelemahan perusahaan relatif mudah diperbaiki dan terbukanya penyesuaian kedua perusahaan yang berada dalam bisnis yang sama. Dalam lingkup persaingan bisnis yang semakin ketat, penggabungan usaha memungkinkan Kalbe membangun dasar yang kuat serta mengembangkan bisnisnya untuk mempertahankan posisi terdepan dalam industri ini. Melalui penggabungan usaha ini Kalbe mengharapkan adaya peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja mengingat biaya operasional yang meningkat, jaringan distribusi yang semakin lebar, perbaikan manajemen rantai apsokan, serta posisi tawar menawar yang kuat kepada para pemasok. Penggabungan juga sangat berpotensi menarik minat partisipasi investor untuk membeli saham Kalbe. Selain itu, penggabungan usaha yang dilakukan Kalbe juga menyatukan kekuatan pemasaran, mendorong sentralisasi serta konsolidasi dibidang penelitian dan pengembangan yang menjadi dasar utama yang lebih efisien dan efektif untuk perluasan usaha. Pada akhirnya, peggabungan bertujuan untuk menghasilkan posisi kas yang lebih baik bagi perseroan.

8 Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Tabel 2. Daftar Rasio Keuangan Sebelum Merger dan Akuisisi Kalbe Hanson Indofood CR DER NPM TATO CR DER NPM TATO CR DER NPM TATO Rata-rata Sumber: Data diolah Sebelum dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rasio keuangan perusahaan bervariasi dari tahun ke tahun dan berbeda-beda untuk tiap perusahaan. Namun jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya Kalbe memperoleh nilai rata-rata tertinggi untuk current ratio, net profit margin dan total asset turn over dengan perolehan nilai sebesar 1.995, 0.064, dan Sedangkan nilai rata-rata terbaik untuk debt to equity ratio dicapai oleh Indofood dengan nilai sebesar Daftar rasio keuangan perusahaan sebelum merger dan akuisisi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.

9 35 Tabel 3. Daftar Rasio Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi Kalbe Hanson Indofood CR DER NPM TATO CR DER NPM TATO CR DER NPM TATO Rata-rata Sumber: Data diolah Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, secara umum rasio keuangan perusahaan menunjukan perbaikan. Sama halnya dengan kondisi sebelum dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, Kalbe juga memperoleh nilai rata-rata rasio tertinggi diantara perusahaan lainnya sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Nilai untuk current ratio, net profit margin dan total asset turn over sebesar 4.148, 0.106, dan Sedangkan nilai rata-rata terbaik untuk debt to equity ratio sebesar juga diraih oleh Kalbe. Daftar rasio keuangan perusahaan sesudah merger dan akuisisi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

10 PT Indofood Sukses Makmur CR Nilai 2,000 1,500 1,000 1,304 0,867 1,646 1,939 1,479 0,500 0,000 CR CR Gambar 3. Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami fluktuasi dan menempati posisi terendah pada tahun 2001 dengan nilai kemudian di tahun berikutnya current ratio membaik dengan peningkatan di tahun 2002 dan 2003 namun kembali menurun pada tahun Current ratio yang berfluktuasi ini disebabkan oleh aktiva lancar dan hutang lancar yang dimiliki Indofood berfluktuasi jumlahnya dari tahun ke tahun. Menurunnya current ratio pada tahun tertentu menunjukan melemahnya kemampuan Indofood untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, kondisi ini didukung dengan sebagian besar aktiva yang dimilikinya terdiri dari aktiva tetap seperti bangunan, mesin dan peralatan yang tidak memberikan kontibusi terhadap aktiva lancarnya.

11 37 CR 3,000 Nilai 2,000 1,000 1,467 1,168 0,916 0,898 1,163 2,036 0,000 CR CR Gambar 4. Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami fluktuasi, rasio ini menurun berangsur-angsur sampai dengan tahun 2008 kemudian mengalami peningkatan sampai tahun Walaupun aktiva lancar secara berangsur menunjukan pertumbuhan tetapi hutang lancar mengalami fluktuasi, hal inilah yang melatarbelakangi naik turunnya nilai current ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Rata-rata current ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi mengalami penurunan. Sebelum merger dan akuisisi rata-rata current ratio sebesar sedangkan sesudah merger dan akuisisi sebesar Menurunnya current ratio menunjukan melemahnya kemampuan Indofood untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kondisi ini didukung dengan sebagian besar aktiva yang dimiliki Indofood terdiri dari aktiva tetap seperti bangunan, mesin dan peralatan yang tidak memberikan kontibusi terhadap aktiva lancarnya.

12 38 DER 3,000 2,897 2,431 2,925 2,578 2,560 Nilai 2,000 1,000 0, DER DER Gambar 5. Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Sama halnya dengan yang terjadi pada current ratio, rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami fluktuasi dan menempati posisi terendah pada tahun 2001 dengan nilai kemudian di tahun berikutnya debt to equity ratio membaik dan menempati nilai tertinggi sebesar setelah itu debt to equity ratio kembali mengalami penurunan sampai dengan tahun Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan semakin baiknya kemampuan perusahaan untuk membiayai kewajiban jangka panjangnya.

13 39 DER Nilai 4,000 2,000 0,000 2,331 2,115 2,613 3,110 2,451 1,339 DER DER Gambar 6. Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami fluktuasi. Rasio ini mengalami penurunan di tahun 2006 setelah itu secara berangsur meningkat sampai dengan tahun 2008 dan kembali mengalami penurunan sampai tahun Walaupun jumlah ekuitas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun namun jumlah kewajiban perusahaan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan fluktuasi pada rasio ini. Rata-rata debt to equity ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi mengalami penurunan. Sebelum merger dan akuisisi rata-rata debt to equity ratio sebesar sedangkan sesudah merger dan akuisisi sebesar Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada oleh hutang dimana total ekuitas terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2010 sedangkan total hutang mengalami fluktuasi. Perubahan rasio antara periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi memudahkan Indofood untuk menarik perhatian para investor.

14 40 NPM 0,060 0,051 0,051 0,049 Nilai 0,040 0,020 0, , , NPM NPM Gambar 7. Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Rasio profitabilitas yang dapat di wakili oleh net profit margin terus mengalami penurunan secara berangsur-angsur dari tahun 2000 sampai dengan Penurunan net profit margin ini disebabkan oleh peningkatan penjualan yang tidak diiringi dengan peningkatan laba bersih. Penjualan terus menunjukan perkembangan baik dari tahun 2000 sampai dengan 2004 namun laba bersih yang diperoleh perusahaan mengalami fluktuasi. Laba menunjukan peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 namun mengalami penurunan setelah itu sampai dengan tahun Fluktuasi laba ini disebabkan besarnya biaya operasional yang harus dikeluarkan perusahaan berbeda tiap tahunnya.

15 41 NPM 0,100 Nilai 0,050 0,000 0,007 0,030 0,035 0,027 0,056 0,077 NPM NPM Gambar 8. Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Rasio profitabilitas yang dapat diwakili oleh net profit margin juga mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 dan 2007 terlihat peningkatan namun setelah itu menurun di tahun 2008 dan kembali meningkat sampai dengan tahun Meskipun laba menunjukan trend pertumbuhan yang baik tetapi penjualan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan nilai net profit margin mengalami fluktuasi pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Rata-rata net profit margin pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi mengalami peningkatan. Sebelum merger dan akuisisi rata-rata net profit margin sebesar sedangkan sesudah merger dan akuisisi sebesar Peningkatan net profit margin ini mengindikasikan membaiknya kemampuan Indofood dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi.

16 42 TATO Nilai 1,200 1,100 1,000 0,900 1, , , , , TATO TATO Gambar 9. Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun sebelum dilakukan aktivitas merger dan akuisisi. Meskipun penjualan menunjukan pertumbuhan yang baik dari tahun ke tahun dan diiringi total asset yang juga menunjukan peningkatan tetapi perolehan rasio total asset turn over bervariasi. Hal ini disebabkan pada tahun tertentu peningkatan pada penjualan tidak sebesar peningkatan pada total aktiva yang menyebabkan nilai total asset turn over mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Penurunan pada rasio total asset turn over mengindikasikan kurang efektifnya Indofood dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan dan sebaliknya.

17 43 TATO 1,500 1,269 1,341 Nilai 1,000 0,500 0,938 0,980 0,926 0,813 0,000 TATO TATO Gambar 10. Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Sama halnya dengan ketiga rasio sebelumnya, rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh rasio total asset turn over juga mengalami fluktuasi. Di tahun 2006 terjadi peningkatan rasio total asset turn over sesudah itu rasio ini mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup sering. Meskipun total aktiva terus mengalami peningkatan pada periode setelah dilakukannya merger dan akuisisi tetapi penjualan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan nilai total asset turn over mengami fluktuasi. Rata-rata total asset turn over pada periode setelah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi mengalami penurunan. Sebelum merger dan akuisisi rata-rata current ratio sebesar sedangkan sesudah merger dan akuisisi sebesar Penurunan pada rasio total asset turn over mengindikasikan kurang efektifnya Indofood dalam menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

18 PT Hanson International CR 0,800 0,600 0,559 0,574 0,713 Nilai 0,400 0,200 0,000 0,248 0,218 CR CR Gambar 11. Kondisi current ratio Hanson International sebelum merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami fluktuasi, rasio ini menurun di tahun 2001 dan terus mengalami peningkatan berangsur-angsur sampai tahun Current ratio yang berfluktuasi ini disebabkan oleh fluktuatifnya jumlah aktiva lancar dan utang lancar yang dimiliki Hanson selama tahun 2000 sampai dengan tahun Menurunnya current ratio menunjukan melemahnya kemampuan Hanson untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek juga disebabkan oleh sebagian besar aktiva lancar yang dimilikinya terdiri dari persediaan dan bukan aktiva yang lebih likuid seperti kas.

19 45 CR 0,600 0,575 Nilai 0,400 0,200 0,272 0,145 0,317 0,000 0,012 0,004 CR CR Gambar 12. Kondisi current ratio Hanson International sesudah merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio menunjukan perkembangan yang cukup buruk pada awal tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi. Rasio ini mengalami penurunan sampai dengan tahun 2009 dan menempati posisi terendah dengan nilai kemudian meningkat pada tahun 2010 dengan perolehan nilai sebesar Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan akuisisi, rasio ini mengalami penurunan pada periode sesudah dilakukannya merger dan akuisisi dari menjadi Menurunnya current ratio menunjukan melemahnya kemampuan Hanson untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek juga disebabkan oleh sebagian besar aktiva lancar yang dimilikinya terdiri dari persediaan dan bukan aktiva yang lebih likuid seperti kas.

20 46 DER 30,000 21,866 20,000 Nilai 10,000 0,000-10,000-20,000-10,594 0,885 0,964 1, DER DER Gambar 13. Kondisi debt to equity ratio Hanson International sebelum merger dan akuisisi Sama halnya dengan current ratio, debt to equity ratio yang merupakan perwakilan dari rasio solvabilitas juga mengalami fluktuasi. Di tahun 2001 debt to equity ratio mencapai menurun drastis dari tahun sebelumnya. Penurunan yang sangat tajam ini disebabkan menurunnya ekuitas yang dimiliki oleh Hanson. Ditahun berikutnya Hanson memperlihatkan nilai ekuitas yang semakin meningkat. Sejak tahun 2002 Hanson memiliki nilai debt to equity ratio yang berangsur meningkat yang mengindikasikan perusahaan lebih banyak didanai oleh hutang daripada ekuitas pemegang saham.

21 47 DER 5,000 2,193 1,955 4,877 Nilai 0,000-5,000-1,014-1,006-2, DER DER Gambar 14. Kondisi debt to equity ratio Hanson International sesudah merger dan akuisisi Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami penurunan pada awal tahun sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi kemudian mengalami fluktuasi di tahun berikutnya hingga bernilai negatif mulai dari tahun 2008 sampai dengan Perolehan nilai negatif pada debt equity ratio disebabkan oleh defisit ekuitas yang dialami perusahaan. Walaupun jumlah ekuitas mengalami peningkatan secara berangsur pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi namun jumlah kewajiban perusahaan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan fluktuasi pada rasio ini. Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan akuisisi, rasio ini mengalami penurunan pada periode sesudah dilakukannya merger dan akuisisi dari menjadi Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada oleh hutang.

22 48 NPM 0,200 0,000-0,200 0, NPM -0,400-0,600-0,800-0,681-0,327-0,315-0,060 NPM Gambar 15. Kondisi net profit margin Hanson International sebelum merger dan akuisisi Rasio profitabilitas yang dapat diwakili oleh net profit margin, menunjukan trend yang terus membaik dari tahun 2000 sampai tahun Berangsur-angsur net profit margin yang pada tahun 2000 bernilai negatif meningkat sampai bernilai positif pada tahun 2004 sebesar Peningkatan net profit margin ini disebabkan oleh meningkatnya laba bersih perusahaan. Di tahun 2000 perusahaan mengalami kerugian namun keadaan ini terus menunjukan perbaikan sampai pada tahun 2004 dimana perusahaan berhasil mendapatkan keuntungan kembali dan memperoleh laba bersih sekitar 2 miliar.

23 49 NPM Nilai 0,500 0,000-0,500 0,036-0,235-0,474 0, NPM NPM Gambar 16. Kondisi net profit margin Hanson International sesudah merger dan akuisisi Rasio profitabilitas yang dapat diwakili oleh net profit margin mengalami penurunan sampai dengan tahun 2007 dengan perolehan nilai negatif. Net profit margin yang bernilai negatif disebabkan oleh perusahaan yang mengalami kerugian pada tiga tahun pertama setelah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi kemudian di tahun 2009 dan 2010 perusahaan kembali memperoleh laba dari aktivitas bisnisnya. Pada tahun 2008 dan 2009 Hanson tidak membukukan penjualannya karena penjualan yang terjadi adalah hasil dari usaha anak perusahaan yaitu PT Primayudha Mandirijaya oleh karena itu tidak ada nilai net profit margin pada tahun ini. Pada tahun 2010 Hanson kembali melakukan penjualan dan memperoleh laba bersih yang pada akhirnya mencatatkan nilai rasio net profit margin sebesar Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan akuisisi, rasio ini mengalami peningkatan pada periode sesudah dilakukannya merger dan akuisisi dari menjadi Peningkatan net profit margin ini mengindikasikan membaiknya kemampuan Indofood dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi.

24 50 TATO Nilai 0,600 0,400 0,200 0,000 0,411 0, , , , TATO TATO Gambar 17. Kondisi total asset turn over Hanson International sebelum merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over mengalami fluktuasi. Rasio ini meningkat sampai tahun 2001 dan mengalami penurunan ditahun 2002 dan meningkat kembali sampai tahun Fluktuasi pada nilai total asset turn over ini disebabkan oleh penurunan dan peningkatan pada penjualan dan total aktiva yang dimiliki Hanson. Peningkatan pada rasio total asset turn over mengindikasikan membaiknya kegiatan bisnis yang dijalankan Hanson karena semakin banyak volume bisnis yang dilakukan begitupun sebaliknya penurunan pada rasio total asset turn over mengindikasikan menurunnya kegiatan bisnis yang dijalankan karena semakin menurun volume bisnis yang dilakukan.

25 51 TATO Nilai 1,000 0,500 0,527 0,585 0,549 0,819 0,000 0,000 0,000 TATO TATO Gambar 18. Kondisi total asset turn over Hanson International sesudah merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over juga mengalami fluktuasi setelah dilakukan aktivitas merger dan akuisisi. Pada tahun 2006 total asset turn over mengalami peningkatan yang kemudian diikuti dengan penurunan di tahun setelahnya. Pada tahun 2008 dan 2009 tidak terjadi perputaran penjualan terhadap aktiva, hal ini disebabkan pada tahun tersebut Hanson tidak membukukan penjualannya. Pada tahun 2010 Hanson kembali memperoleh nilai rasio total asset turn over sebesar setelah perusahaan kembali membukukan hasil penjualannya. Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan akuisisi, rasio ini mengalami peningkatan pada periode sesudah dilakukannya merger dan akuisisi dari menjadi Peningkatan rasio total asset turn over ini mengindikasikan efektifnya penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

26 PT Kalbe Farma CR 4,000 Nilai 3,000 2,000 1,000 0,000 2,108 2,113 1,177 1,568 3,010 CR CR Gambar 19. Kondisi current ratio Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami fluktuasi dan menempati posisi terendah pada tahun 2002 dengan nilai dan posisi tertinggi pada tahun 2004 dengan nilai Current ratio yang berfluktuasi disebabkan oleh aktiva lancar yang terus mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan 2004 sedangkan hutang lancar yang berfluktuasi jumlahnya dari tahun ke tahun. Menurunnya current ratio pada tahun 2002 menunjukan melemahnya kemampuan Kalbe untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, namun demikian di tahun berikutnya Kalbe kembali terus menunjukan perbaikan pada rasio ini.

27 53 CR Nilai 6,000 4,000 2,000 4,045 5,042 4,983 3,333 2,987 4,394 0,000 CR CR Gambar 20. Kondisi current ratio Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami peningkatan di tahun 2006 setelah itu rasio ini berangsur menurun sampai tahun 2009 hingga mencapai nilai terendah kemudian current ratio kembali meningkat pada tahun Walaupun aktiva lancar secara berangsur menunjukan pertumbuhan tetapi hutang lancar mengalami fluktuasi, hal inilah yang melatarbelakangi naik turunnya nilai current ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata current ratio menunjukan peningkatan dari menjadi Meningkatnya rata-rata current ratio pada periode setelah dilakukannya merger dan akuisisi ini menunjukan membaiknya kemampuan Kalbe untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

28 54 DER 8,000 7,704 6,936 6,000 Nilai 4,000 2,000 0, , , , DER DER Gambar 21. Kondisi debt to equity ratio Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio menunjukan trend yang terus membaik selama lima tahun sebelum melakukan aktivitas merger dan akuisisi. Jika pada tahun 2000 debt to equity ratio yang dicapai Kalbe sebesar maka pada tahun 2004 telah mencapai kali. Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan membaiknya kemampuan perusahaan dalam membiayai kewajiban jangka panjangnya.

29 55 DER 1,000 0,762 Nilai 0,500 0,361 0,331 0,375 0,393 0,000 0,235 DER DER Gambar 22. Kondisi debt to equity Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami fluktuasi. Di tahun 2006 debt to equity ratio mengalami penurunan dari tahun sebelumnya kemudian di tahun berikutnya current ratio berangsur membaik dan menempati nilai tertinggi pada tahun 2009 sebesar setelah itu debt to equity ratio kembali mengalami penurunan di tahun Walaupun jumlah ekuitas mengalami peningkatan secara berangsur pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi namun jumlah kewajiban perusahaan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan fluktuasi pada rasio ini. Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata debt to equity rasio menunjukan penurunan dari menjadi Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada oleh hutang dimana total ekuitas terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai Perubahan rasio antara periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi memudahkan Indofood untuk menarik perhatian para investor.

30 56 NPM 0,150 0,100 0,101 0,112 0,109 Nilai 0,050 0,000-0,050-0,018 0, NPM NPM Gambar 23. Kondisi kinerja keuangan Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Begitu juga dengan net profit margin yang mewakili rasio profitabilitas, rasio ini menunjukan trend yang terus membaik dari tahun 2000 yang pada awalnya net profit margin bernilai negatif meningkat sampai dengan tahun 2003 menjadi dan pada tahun 2004 kembali sedikit mengalami penurunan. Peningkatan net profit margin ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang menunjukan perkembangan baik selama periode 2000 sampai Setelah rugi bersih tahun 2000 sebesar Rp 28 miliar, laba bersih terus meningkat sehingga pada tahun 2004 mencapai Rp 372 miliar. Peningkatan laba bersih ini disebabkan oleh kinerja operasional perusahaan yang terus membaik yang dibuktikan dengan pertumbuhan penjualan secara konsisten dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 dengan rata-rata pertumbuhan 25,3% per tahun.

31 57 NPM Nilai 0,150 0,100 0,050 0,111 0,111 0,101 0,090 0,102 0,126 0,000 NPM NPM Gambar 24. Kondisi net profit margin Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Net profit margin yang mewakili rasio profitabilitas menunjukan penurunan pada tiga tahun pertama sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi kemudian rasio ini kembali meningkat dari tahun 2009 sampai tahun Peningkatan net profit margin ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang menunjukan perkembangan baik diiringi pertumbuhan penjualan yang terus meningkat dari tahun 2006 sampai dengan 2010 yang membuktikan kinerja operasional Kalbe yang terus membaik. Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata net profit margin menunjukan peningkatan dari menjadi Peningkatan net profit margin ini mengindikasikan membaiknya kemampuan Kalbe dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasionalnya.

32 58 TATO Nilai 1,500 1,000 0,500 0,000 0, , , , , TATO TATO Gambar 25. Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 dan mengalami penurunan sampai tahun Fluktuasi pada nilai total asset turn over ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan Kalbe yang tumbuh secara konsisten diiringi dengan peningkatan total aktiva. Namun pada tahun tetentu peningkatan penjualan tidak sebesar peningkatan total aktiva, hal inilah yang menyebabkan nilai total asset turn over mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan pada rasio total asset turn over ini mengindikasikan membaiknya kegiatan bisnis yang dijalankan Kalbe karena semakin banyak volume bisnis yang dilakukan serta mengindikasikan efektifnya penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

33 59 TATO 1,600 Nilai 1,400 1,200 1,242 1,313 1,363 1,381 1,402 1,454 1,000 TATO TATO Gambar 26. Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over juga mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun Peningkatan total asset turn over ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan Kalbe yang tumbuh secara konsisten diiringi dengan peningkatan total aktiva yang dimiliki Kalbe. Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata total asset turn over menunjukan peningkatan dari menjadi Peningkatan pada rasio total asset turn over ini mengindikasikan membaiknya kegiatan bisnis yang dijalankan Kalbe karena semakin banyak volume bisnis yang dilakukan serta menunjukan efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

34 Perkembangan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi PT Indofood Sukses Makmur Tabel 5. Perkembangan Kinerja Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Rasio CR Pertumbuhan (%) DER Pertumbuhan (%) NPM Pertumbuhan (%) TATO Pertumbuhan (%) Sumber: Data diolah Pada periode sebelum merger dan akuisisi, terjadi penurunan current ratio sebesar % pada tahun 2001 yang disebabkan menurunnya aktiva lancar dan meningkatnya hutang lancar perusahaan. Selanjutnya rasio ini tumbuh sebesar % dan % pada tahun 2002 dan 2003 karena menurunnya jumlah hutang lancar yang dimiliki perusahaan. Pada tahun 2004 hutang lancar meningkat, hal ini menyebabkan penurunan current ratio sebesar %. Pada tiga tahun pertama sesudah merger dan akuisisi, current ratio mengalami penurunan sebesar %, % dan 2.042% yang disebabkan oleh peningkatan hutang lancar. Current ratio menunjukan pertumbuhan yang cukup baik pada tahun 2009 dan 2010 dengan pertumbuhan sebesar % dan % yang disebabkan oleh menurunnya hutang lancar dan meningkatnya aktiva lancar perusahaan. Debt to equity ratio mengalami penurunan sebesar % pada tahun 2001 disebabkan peningkatan pada total ekuitas dan penurunan pada kewajiban perusahaan. Pada tahun berikutnya rasio ini tumbuh sebesar % yang disebabkan meningkatnya kewajiban. Pada tahun 2003 dan 2004 total ekuitas meningkat, hal ini menyebabkan debt to equity ratio mengalami penurunan sebesar % dan 0,669%. Pada tahun pertama sesudah merger dan akuisisi debt to equity ratio mengalami penurunan

35 61 sebesar 9.257% yang disebabkan menurunnya ekuitas. Selanjutnya rasio ini tumbuh sebesar % dan % di tahun 2007 dan 2008 yang disebabkan oleh peningkatan pada kewajiban. Namun pertumbuhan ini tidak berlangsung lama karena di tahun 2009 dan 2010 rasio ini kembali menurun sebesar % dan % yang disebabkan oleh meningkatnya ekuitas dan menurunnya kewajiban perusahaan. Net profit margin menunjukan pertumbuhan pada tahun 2001 sebesar 0.181% yang disebabkan oleh peningkatan laba. Namun rasio ini terus menurun sampai dengan tahun 2004 dengan perubahan sebesar 4.354%, % dan % yang disebabkan oleh peningkatan penjualan yang tidak diiringi oleh peningkatan labanya. Sesudah merger dan akuisisi laba bersih mengalami peningkatan yang menyebabkan net profit margin tumbuh signifikan sebesar % dan % di tahun 2006 dan Kemudian rasio ini sedikit mengalami penurunan sebesar % di tahun 2008 karena peningkatan penjualan yang belum sebanding dengan peningkatan laba bersih tahun sebelumnya. Net profit margin kembali mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar % dan % di tahun 2009 dan 2010 karena peningkatan laba yang diperolehnya. Total asset turn over tumbuh sebesar % pada tahun 2000 yang disebabkan oleh meningkatnya penjualan. Selanjutnya rasio ini mengalami fluktuasi, total asset turn over menurun di tahun 2002, tumbuh di tahun 2003 dan kembali menurun di tahun 2004 dengan perubahan sebesar 4.314%, 8.127% dan 2.068% yang disebabkan oleh peningkatan total aktiva yang tidak sebanding dengan peningkatan penjualan. Sesudah merger dan akuisisi rasio ini tumbuh sebesar 5.651% di tahun 2006 karena meningkatnya penjualan yang dilakukan perusahaan dan mengalami penurunan sebesar % di tahun 2007 karena meningkatnya aktiva perusahaan. Pada tahun 2008 rasio ini mengalami pertumbuhan yang disebabkan meningkatnya penjualan kemudian diikuti penurunan di tahun 2009 dan 2010 dengan perubahan sebesar 4.495%, 5.496% dan %

36 62 yang disebabkan oleh menurunnya penjualan dan meningkatnya aktiva perusahaan PT Hanson International Tabel 6. Perkembangan Kinerja Keuangan PT Hanson International Rasio CR Pertumbuhan (%) , DER Pertumbuhan (%) NPM Pertumbuhan (%) TATO Pertumbuhan (%) Sumber: Data diolah Current ratio mengalami penurunan sebesar % pada tahun 2001 disebabkan oleh meningkatnya hutang lancar dan menurunnya aktiva lancar. Pada tahun 2002 sampai dengan 2004 aktiva lancar mengalami peningkatan, hal ini menyebabkan current ratio mengalami pertumbuhan sebesar %, 2.062%, dan %. Pada empat tahun pertama sesudah merger dan akuisisi, current ratio mengalami penurunan dengan besar perubahan yang fluktuatif yaitu %, %, % dan % yang disebabkan oleh menurunnya aktiva lancar perusahaan. Pada tahun 2010 current ratio tumbuh signifikan sebesar % yang disebabkan meningkatnya aktiva lancar perusahaaan. Debt to equity ratio menurun sebesar % pada tahun 2001 yang disebabkan oleh defisit ekuitas yang dialami perusahaan. Pada tahun 2002 kewajiban perusahaan menurun dan ekuitas meningkat hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan debt to equity ratio sebesar % dibandingkan tahun sebelumnya yang bernilai negatif. Di tahun berikutnya rasio ini menunjukan pertumbuhan sebesar 8.903% dan % pada tahun 2003 dan 2004 yang disebabkan oleh peningkatan pada kewajiban perusahaan. Sesudah merger dan akuisisi debt to equity ratio menurun sebesar % pada tahun 2006 karena menurunnya kewajiban dan ekuitas perusahaan. Selanjutnya diikuti dengan pertumbuhan di tahun 2007

37 63 sebesar % yang disebabkan penurunan ekuitas perusahaan. Pada tahun 2008 sampai dengan atahun 2009 perusahaan mengalami defisit ekuitas. Pada tahun 2008 debt to equity ratio menurun sebesar %, di tahun berikutnya ekuitas sedikit meningkat senhingga menyebabkan kenaikan pada rasio ini sebesar 0.767%. Namun pada tahun 2010 ekuitas kembali menurun yang mengakibatkan menurunnya current ratio sebesar %. Pada periode sebelum merger dan akuisisi, perusahaaan mengalami kerugian. Namun kerugian ini berkurang secara berangsur-angsur sehingga net profit margin terus menunjukan pertumbuhan sebesar %, 3.740%, % dan %. Sesudah merger dan akuisisi current ratio mengalami penurunan sampai dengan tahun 2008 sebesar %, % dan 100% karena perusahaan kembali mengalami kerugian. Total asset turn over menunjukan pertumbuhan sebesar % pada tahun 2001 yang disebabkan oleh meningkatnya penjualan dan menurunnya aktiva perusahaan. Namun rasio ini menurun di tahun berikutnya sebesar % karena penjualan yang mengalami penurunan. Pada tahun 2003 dan 2004 penjualan meningkat sehingga total asset turn over tumbuh sebesar % dan %. Sesudah merger dan akuisisi total asset turn over menunjukan pertumbuhan sebesar % pada tahun 2006 yang disebabkan menurunnya aktiva perusahaan. Pada tahun 2007 dan 2008 total asset turn over menurun sebesar 6.203% dan 100% karena penurunan penjualan yang juga diikuti oleh penurunan aktiva PT Kalbe Farma Tabel 7. Perkembangan Kinerja Keuangan PT Kalbe Farma Rasio CR Pertumbuhan (%) DER Pertumbuhan (%) NPM Pertumbuhan (%) TATO Pertumbuhan (%) Sumber: Data diolah

38 64 Current ratio menunjukan pertumbuhan sebesar 0.247% pada tahun 2001 yang disebabkan oleh peningkatan aktiva lancar perusahaan kemudian ditahun berikutnya terjadi penurunan sebesar % pada tahun 2002 yang disebabkan oleh meningkatnya hutang lancar. Selanjutnya pada tahun 2003 dan 2004 aktiva lancar meningkat, hal ini menyebabkan current ratio tumbuh sebesar % dan %. Pada tahun pertama sesudah merger dan akuisisi current ratio menunjukan pertumbuhan sebesar % yang disebabkan oleh nenurunnya hutang lancar yang juga diikuti oleh menurunnya aktiva lancar. Pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 current ratio mengalami penurunan sebesar 1.173%, % dan %, penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya hutang lancar perusahaan. Namun hutang lancar berkurang pada tahun 2010 yang menyebabkan pertumbuhan current ratio sebesar %. Debt to equity ratio mengalami penurunan pada periode sebelum merger dan akuisisi dengan perubahan sebesar 9.962%, %, %, dan % yang disebabkan oleh peningkatan ekuitas perusahaan secara berangsur-angsur. Sesudah merger dan akuisisi rasio ini juga masih mengalami penurunan pada dua tahun pertamanya sebesar % dan 8.128% yang juga disebabkan oleh faktor yang sama yaitu peningkatan ekuitas pada tahun 2006 dan Pada tahun 2008 dan 2009 rasio ini tumbuh sebesar % dan 4.819% yang disebabkan oleh meningkatnya kewajiban yang juga diiringi oleh meningkatnya ekuitas. Pada tahun 2010 kewajiban menurun dan ekuitas meningkat yang mengakibatkan menurunnya debt to equity ratio di tahun ini sebesar %. Net profit margin menunjukan pertumbuhan pada tahun 2001 sebesar % yang disebabkan oleh peningkatan laba dan penjualan perusahaan. Pada tahun 2002 dan 2003 laba bersih dan penjualan meningkat, hal ini menyebabkan net profit margin tumbuh sebesar % dan %. Rasio ini kembali menurun pada tahun 2004 sebesar 2.385% karena peningkatan laba belum sebanding dengan peningkatan penjualan perusahaan jika dibanding dengan tahun

39 65 sebelumnya. Sesudah merger dan akuisisi net profit margin menunjukan pertumbuhan sebesar 0.137% pada tahun 2006 yang disebabkan peningkatan laba perusahaan. Rasio ini kemudian sedikit menurun sebesar 9.595% dan % pada tahun 2007 dan 2008 karena peningkatan laba belum sebanding dengan peningkatan penjualan perusahaan. Pada tahun 2009 dan 2010 laba bersih meningkat dan diiringki peningkatan penjualan yang menyebabkan pertumbuhan net profit margin sebesar % dan %. Total asset turn over menunjukan pertumbuhan pada tahun 2001 dan 2002 sebesar % dan % yang disebabkan peningkatan penjualan yang juga diiringi oleh peningkatan aktiva perusahaan. Namun rasio ini menurun pada tahun 2003 dan 2004 sebesar % dan 4.127% karena peningkatan pada penjualan belum sebanding dengan peningkatan aktivanya. Sesudah merger dan akuisisi, penjualan dan aktiva meningkat secara berangsur-angsur, hal ini menyebabkan total asset turn over terus mengalami pertumbuhan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dengan perubahan sebesar 5.737%, 3.841%, 1.303%, 1.504% dan 3.736% Analisis Deskriptif Analisis deskriptif berguna untuk memberikan gambaran mengenai data yang dijadikan variabel penelitian. Berdasarkan data mentah berupa laporan keuangan yang kemudian diolah, diperoleh data rasio keuangan yang disajikan pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat nilai rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum dan standar deviasi untuk periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Nilai minimum menunjukan nilai terkecil pada data, nilai maksimum menunjukan nilai terbesar pada data, mean menunjukan rataan dari data, dan standar deviation menunjukan besarnya variasi pada data. Jika standar deviasi lebih besar dari nilai rata-rata berarti data memiliki variasi yang besar, dan sebaliknya.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Merger dan akuisisi adalah salah satu tindakan strategis perusahaan untuk menjaga eksistensi dan mengembangkan usahanya. Dalam merger, entitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. PT Panganjaya Intikusuma, berdasarkan Akta Notaris Benny. Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. PT Panganjaya Intikusuma, berdasarkan Akta Notaris Benny. Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Gambaran Umum 1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk ( perusahaan ) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya globalisasi dan perdagangan bebas menyebabkan persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin tajam. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu mengembangakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1993:4). Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1993:4). Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993:4). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio PT Astra Agro Lestari Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan adalah informasi yang berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Kalbe Farma Tbk yang beralamat di Gedung Kalbe Jl. Let. Jend. Suprapto

BAB I PENDAHULUAN. PT Kalbe Farma Tbk yang beralamat di Gedung Kalbe Jl. Let. Jend. Suprapto BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Kalbe Farma Tbk yang beralamat di Gedung Kalbe Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4 Cempaka Putih Jakarta Pusat Didirikan pada tahun 1966. PT Kalbe Farma Tbk.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ini pertumbuhannya sangat signifikan. Sejak tahun 2006 indonesia telah. Tabel 1.1 Volume dan Nilai Expor Kelapa Sawit

PENDAHULUAN. ini pertumbuhannya sangat signifikan. Sejak tahun 2006 indonesia telah. Tabel 1.1 Volume dan Nilai Expor Kelapa Sawit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Industri kelapa sawit di Indonesia dalam dua puluh tahun belakangan ini pertumbuhannya sangat signifikan. Sejak tahun 2006 indonesia telah menjadi produsen

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Plaza, Indofood Tower, Jl. Jenderal Sudirman kav , 27 th floor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Plaza, Indofood Tower, Jl. Jenderal Sudirman kav , 27 th floor. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian 3.1.1 Lokasi dan Jadwal Penelitian PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berkantor pusat di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Jl. Jenderal Sudirman kav. 76-78,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi pada suatu negara sangat dipengaruhi oleh para pengusaha yang sukses dalam mengelola perusahaanya. Dalam meningkatkan serta memperlancar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Industri farmasi merupakan industri yang secara ketat diatur dengan pertimbangan perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi pada suatu negara sangat dipengaruhi oleh para pengusaha yang sukses dalam mengelola perusahaannya. Dalam meningkatkan serta memperlancar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah bagian dari pasar finansial dan tempat bertemunya investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal merupakan

Lebih terperinci

Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Latar Belakang Masalah 1. Keuangan merupakan sarana yang penting bagi suatu perusahaan untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh,

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern seperti saat ini banyak masyarakat indonesia yang ingin berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh, mahasiswa, bahkan pelajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan banyaknya perusahaan sejenis bermunculan dan mengakibatkan semakin ketatnya persaingan. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya tujuan perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian selalu mengalami perubahan dan persaingan bisnis semakin tajam dalam dunia usaha, sehingga menuntut para pelaku ekonomi untuk menerapkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi maupun perusahaan. Tanpa keberadaan para stockholder maka suatu

BAB I PENDAHULUAN. organisasi maupun perusahaan. Tanpa keberadaan para stockholder maka suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stockholder memegang peranan yang cukup penting di dalam suatu organisasi maupun perusahaan. Tanpa keberadaan para stockholder maka suatu perusahaan tidak dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini begitu banyak perusahaan manufaktur yang berkembang di Indonesia, terutama perusahaan disektor barang konsumsi (Consumer Goods Industry) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin ketat. Perusahaan harus memiliki strategi yang tepat agar perusahaan tersebut dapat terus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman globalisasi ini, setiap perusahaan baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar saling bersaing dengan tujuan untuk mempertahankan dan memajukan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hotel, pusat pusat perbelanjaan dan fasilitas fasilitas lainnya semakin

BAB I PENDAHULUAN. hotel, pusat pusat perbelanjaan dan fasilitas fasilitas lainnya semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini sangatlah pesat. Ini ditandai dengan semakin meningkatnya pembangunan pembangunan pada sektor industri properti. Bisnis properti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan bisnisnya perusahaan berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan bisnisnya perusahaan berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan bisnisnya perusahaan berupaya untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Investor biasanya dalam menilai keberhasilan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan persaingan diantara para pelaku usaha juga semakin kompetitif. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling umum adalah meningkatkan laba yang maksimal. Perusahaan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. paling umum adalah meningkatkan laba yang maksimal. Perusahaan yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan didirikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan yang paling umum adalah meningkatkan laba yang maksimal. Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui kelebihan perusahaan yang harus tetap dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui kelebihan perusahaan yang harus tetap dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengukuran kinerja atau analisis kinerja keuangan perusahaan digunakan untuk mengevaluasi perubahan sumber daya yang ada dalam perusahaan sehingga dapat

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT KALBE FARMA TBK. : DWI PRATIWI NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Rino Rinaldo, SE.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT KALBE FARMA TBK. : DWI PRATIWI NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Rino Rinaldo, SE. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT KALBE FARMA TBK Nama : DWI PRATIWI NPM : 22213689 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Rino Rinaldo, SE., MMSI LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahal, hal ini dikarenakan jumlah populasi yang terus meningkat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mahal, hal ini dikarenakan jumlah populasi yang terus meningkat sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Harga property yang terus meningkat setiap tahun atau setiap harinya semakin mahal, hal ini dikarenakan jumlah populasi yang terus meningkat sehingga permintaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara deskriptif maupun verifikatif menggunakan analisis regresi linier berganda mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perusahaan farmasi atau perusahaan obat-obatan adalah perusahaan bisnis

I. PENDAHULUAN. Perusahaan farmasi atau perusahaan obat-obatan adalah perusahaan bisnis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan farmasi atau perusahaan obat-obatan adalah perusahaan bisnis komersial yang fokus dalam meneliti, mengembangkan dan mendistribusikan obat, terutama dalam hal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio PT United Tractors, Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan hanyalah informasi yang berupa angka-angka yang merupakan rekaman dari transaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap aktivitas perusahaan tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap aktivitas perusahaan tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam setiap aktivitas perusahaan tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor dari luar maupun faktor dari dalam, yang kesemuanya dapat disebut sebagai stakeholder.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Kalbe Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419 ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK Nama NPM Kelas Fakultas Jurusan Pembimbing : Sovia Yohana Lumban : 1A214419 : 3EA39 : Ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas analisa kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan kemudian dilakukan penelitian berdasarkan teori-teori dan konsep yang tercantum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK Nama : Bella Kandi NPM : 21213695 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Erna Kustyarini SE., MMSI Pendahuluan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang manufaktur bubur kertas dan berbagai produk dan kemasan kertas. PT. Indah Kiat Pulp &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan demi kemakmuran para pemegang saham. Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian setiap Negara saling berhubungan dan memiliki tingkat ketergantungan yang mutualis. Artinya kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam. menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam. menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas penggunaan modal baik jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan dalam suatu periode produksi perlu dilakukan evaluasi untuk melihat dan mengetahui pencapaian yang telah dilakukan perusahaan baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang dilakukan perusahaan pada suatu periode

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 1. Penilaian kinerja keuangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan. perusahaan untuk mencapai tingkat penjualan setiap tahunnya.

BAB 5 PENUTUP. 1. Penilaian kinerja keuangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan. perusahaan untuk mencapai tingkat penjualan setiap tahunnya. BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uaraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penilaian kinerja keuangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan industri barang konsumsi adalah salah satu perusahaan yang ikut berperan dalam pasar modal. Perusahaan industri barang konsumsi merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan penunjang perekonomian yang dianggap semakin penting pada suatu negara. Salah satu cara untuk mengukur indikator perekonomian suatu negara adalah

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk Nama : R. Hudy Adinurwijaya Npm : 25210478 Kelas : 4EB23 Jurusan : Akuntansi Fakultas : Ekonomi Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat. Melalui pasar modal, investor dapat melakukan investasi dibeberapa perusahaan melalui pembelian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyaknya perusahaan dalam sektor industri, serta kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Husnan, 2004:1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Husnan, 2004:1) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar. perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar. perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti selama dekade 80-an sampai sekarang. Hampir semua negara Asia melakukan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk berusaha terus mengembangkan inovasi dan strategi-strategi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk berusaha terus mengembangkan inovasi dan strategi-strategi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas dan globalisasi, perkembangan dan persaingan dunia bisnis di Indonesia semakin pesat. Hal tersebut menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat melalui

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi persaingan usaha semakin ketat. Kondisi tersebut menuntut suatu perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap akhir tahun, perusahaan membuat laporan keuangan yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap akhir tahun, perusahaan membuat laporan keuangan yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap akhir tahun, perusahaan membuat laporan keuangan yang digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan selama periode berjalan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, semakin melemahkan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, semakin melemahkan kondisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia setiap tahun semakin menjadi-jadi, dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, semakin melemahkan kondisi perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut perusahaan untuk dapat bersaing lebih ketat dengan para pesaingnya. Bagaimana cara perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 36/1999 tentang telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 36/1999 tentang telekomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini industri telekomunikasi Indonesia telah memasuki babak baru. Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 36/1999 tentang telekomunikasi dan regulasi pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Pasar modal juga menjadi sumber dana bagi pelaku dunia usaha dimana sumber dana

Lebih terperinci

: Ahmad Zaky Mubarok NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Sigit Sukmono, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2015

: Ahmad Zaky Mubarok NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Sigit Sukmono, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2015 ANALISIS FUNDAMENTAL SEBAGAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA PERUSAHAAN FARMASI PT. KALBE FARMA TBK, PT KIMIA FARMA TBK DAN PT. MERCK TBK. Nama : Ahmad Zaky Mubarok NPM : 20212494 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, komunitas dan lingkungan (Wibisono. 2007: 8). Corporate Social Responsibility mulai menjadi concern perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, komunitas dan lingkungan (Wibisono. 2007: 8). Corporate Social Responsibility mulai menjadi concern perusahaanperusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tools bagi perusahaan untuk menjaga stabilitas operasionalnya adalah dengan menjalankan tanggung jawab sosial, atau yang dalam Bahasa Inggris disebut

Lebih terperinci

Analisis Keuangan Perusahaan

Analisis Keuangan Perusahaan Analisis Keuangan Perusahaan Bakrie Telecom Tbk. PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL atau Perseroan) adalah perusahaan layanan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas (Fixed Wireless Access

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahan, berkembang atau keluar (tutup). Keadaan tersebut menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. bertahan, berkembang atau keluar (tutup). Keadaan tersebut menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan merupakan keadaan yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap perusahaan. Melalui persaingan yang sehat akan tersaring perusahaan yang tetap bertahan, berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pada saat ini membuat dunia usaha mengalami perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pada saat ini membuat dunia usaha mengalami perubahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pada saat ini membuat dunia usaha mengalami perubahan yang sangat pesat dan menjadi lebih baik dalam persaingan bisnis. Setiap perusahaan saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat persaingan antar perusahaan pun semakin tinggi dan pada akhirnya menjadi suatu tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi perekonomian dan perdagangan bebas menyebabkan semakin ketatnya persaingan usaha, hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya suatu persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama menjadi sarana bagi perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. GUDANG GARAM TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RASIO KEUANGAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. GUDANG GARAM TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RASIO KEUANGAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. GUDANG GARAM TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RASIO KEUANGAN Nama : Nova Aisyah Npm : 26213505 Kelas : 3EB05 Pembimbing : Ratih Juwita, SE., MM. Latar Belakang Masalah Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia mulai memanfaatkan hutan secara ekonomis pada awal tahun 1970-an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun 2013 dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi ini dalam dunia bisnis, perkembangan zaman yang berdampak pada persaingan dunia bisnis yang terjadi menjadikan manajemen perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipulihkan atau diperbaharui (non renewable resources). Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipulihkan atau diperbaharui (non renewable resources). Salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) merupakan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini yang dapat dipergunakan untuk pemenuhan hidup manusia. Dengan adanya sumber daya alam, manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Mengadakan penilaian atau analisis terhadap laporan keuangan perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat mengetahui perkembangan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokal dan sisanya merupakan perusahaan penanaman modal asing.

BAB I PENDAHULUAN. lokal dan sisanya merupakan perusahaan penanaman modal asing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan kondisi perekonomian dunia yang semakin cepat dan fluktuatif menuntut dunia usaha untuk terus selalu mengikuti perubahanperubahan yang ada. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan baik yang skala kecil maupun skala besar mempunyai tujuan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan baik yang skala kecil maupun skala besar mempunyai tujuan yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia semakin banyak jumlah perusahaan yang berkembang pesat saat ini, baik yang bergerak dalam bidang industri, perdagangan, dan jasa. Setiap perusahaan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang bertujuan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang bertujuan untuk memperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Kegiatan yang berkaitan dengan keuangan merupakan hal yang penting untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ukuran pasar dalam sektor industri tertentu mengindikasikan potensi pasar dan tingkat kompetisi dalam industri tersebut. Jika pertumbuhan ukuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. dividen atau Capital Gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. dividen atau Capital Gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, perekonomian saat ini pun tumbuh dengan pesat dan menjadi perekonomian yang terbuka. Dalam situasi perekonomian pada saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. International Yearbook of Industrial Statistics 2016, industri manufaktur di

BAB 1 PENDAHULUAN. International Yearbook of Industrial Statistics 2016, industri manufaktur di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri di Indonesia semakin pesat, perkembangan ini memberikan pengaruh pada persaingan di dalam industri. Salah satu cara yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan maka investor atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi yang modern saat ini, eksistensi pasar modal yang terdapat di Indonesia memiliki peran besar bagi perekonomian negara. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan. suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan. suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan Laporan keuangan sering dinyatakan sebagai produk akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Di dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan proses pengolahan dan pengujian data yang meliputi pengujian hipotesis yang terdiri dari tujuh hipotesis. Pengujian hipotesis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap laporan keuangan, maka dapat diketahui secara jelas mengenai gambaran kondisi perusahaan dan langkahlangkah apa saja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peneliti Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman yang mengambil topik mengenai literasi keuangan antara lain penelitian : 2.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand dengan jatuhnya mata uang Bath Thailand yang kemudian diikuti dengan mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gejolak ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi kegiatan dan kinerja perusahaan, baik perusahaan kecil maupun besar. Oleh karena itu, perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS DU PONT SYSTEM TERHADAP PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk.

ANALISIS DU PONT SYSTEM TERHADAP PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk. NAMA : APRIYANTI RISKY P.N NPM : 11231228 JURUSAN : MANAJEMEN PEMBIMBING : DARMADI, SE, MM ANALISIS DU PONT SYSTEM TERHADAP PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT. NIPPON INDOSARI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan dituntut untuk dapat melakukan pengelolaan terhadap fungsi-fungsi penting yang ada dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari penjualan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari penjualan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia di era modern sekarang ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Faktor yang turut mendorong berkembangnya perekonomian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis di Indonesia saat ini cukup pesat, maka dibutuhkan ketepatan dalam mengambil keputusan investasi. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi banyak perusahaan-perusahaan industri, dagang maupun jasa yang ada bersaing dalam mendapatkan konsumen maupun investor dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin canggih menjadikan perusahaan berusaha akan tetap eksis dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin canggih menjadikan perusahaan berusaha akan tetap eksis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi seiring dengan berkembangnya dunia teknologi dan komunikasi semakin canggih menjadikan perusahaan berusaha akan tetap eksis dan mengalami pertumbuhan dalam

Lebih terperinci