LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN WILAYAH TERPADU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN WILAYAH TERPADU"

Transkripsi

1 , No LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN WILAYAH TERPADU 1. TAHAPAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN PWT 1.1. Pendahuluan Pembangunan wilayah terpadu merupakan kebijakan untuk mendorong pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah melalui pendekatan kewilayahan. Kebijakan ini dibutuhkan agar pembangunan daerah dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam pemanfaatan sumber daya dan sumber dana pembangunan di daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam kaitan itu, pembangunan wilayah terpadu merupakan upaya nyata agar pemerintah daerah mampu memadukan, menyerasikan dan mengkoordinasikan berbagai input pembangunan baik berupa program sektoral, program pembangunan daerah maupun program-program khusus dengan upaya dan kebijakan pembangunan yang telah disusun pemerintah daerah berdasarkan potensi dan kebutuhan nyata di daerah. Dengan demikian, kebijakan PWT merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam menterjemahkan, mengisi dan mengaplikasikan prinsipprinsip pemanfaatan ruang secara langsung, nyata dan bertanggung jawab sehingga dapat memberikan dampak positif yang sebesarbesarnya bagi kepentingan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat secara luas, melalui proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi hasil pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Prinsip PWT melalui program kewilayahan meliputi: a. merupakan satu kesatuan dengan rencana pembangunan daerah; b. keterpaduan program, kegiatan, waktu pelaksanaan, lokasi, dan pendanaan pembangunan wilayah antara Pemerintah dengan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah, berdasarkan kewenangannya; c. dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing; dan d. dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masingmasing wilayah, serta sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional. PWT melalui program kewilayahan dilaksanakan secara:

2 2013, No b. transparan yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara. c. responsif yaitu dapat mengantisipasi berbagai potensi, masalah dan perubahan yang terjadi di daerah; d. efisien yaitu merupakan pencapaian keluaran tertentu dengan masukan terendah atau masukan terendah dengan keluaran maksimal; e. efektif yaitu merupakan kemampuan mencapai target dengan sumber daya yang dimiliki, dengan cara atau proses yang paling optimal. f. partisipatif yaitu merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses penyusunan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi hasil rencana pembangunan daerah, baik dalam bentuk pemikiran, tenaga, maupun material, dimana dengan cara ini diharapkan masyarakat mau dan mampu melaksanakan rencana, serta memelihara dan menindaklanjuti hasil-hasil pembangunan; dan g. berwawasan lingkungan yaitu untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan yang berkelanjutan dalam mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia, dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam yang menopangnya. Untuk lebih jelasnya, kedudukan pembangunan wilayah terpadu dalam perencanaan pembangunan daerah dapat dilihat pada Gambar Penyusunan PWT Penyusunan PWT dilaksanakan oleh tim penyusun RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD provinsi/kabupaten/kota yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah, meliputi penyusunan agenda kerja, orientasi mengenai PWT, serta penyiapan data dan informasi perencanaan PWT.

3 , No Gambar 1 Kedudukan Pembangunan Wilayah Terpadu dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Penyusunan PWTJP PWTJP merupakan bagian dari arah kebijakan dan sasaran pembangunan jangka panjang daerah yang mengacu pada RPJPN dan berpedoman pada RTRW provinsi bagi provinsi. Sedangkan bagi kabupaten/kota penyusunan PWTJP mengacu pada RPJPN, memperhatikan RPJP provinsi, dan berpedoman pada RTRW kabupaten/kota. Arah kebijakan adalah instrumen perencanaan yang memberikan panduan kepada pemerintah daerah agar lebih terarah dalam menentukan dan mencapai tujuan. Arah kebijakan pembangunan wilayah terpadu jangka panjang daerah merupakan pedoman untuk menentukan tahapan dan prioritas pembangunan lima tahunan selama 20 (dua puluh) tahun guna mencapai sasaran pokok PWTJP secara bertahap yang tertuang dalam RPJPD. Sasaran pokok merupakan hal yang penting guna menggambarkan kondisi yang ingin dicapai daerah sesuai dengan visi dan misi pada akhir periode rencana (20 (dua puluh) tahun ke depan), yang ditetapkan secara terukur (kuantitatif).

4 2013, No Penyusunan PWTJP dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Identifikasi permasalahan dan gambaran umum kawasan, dilakukan melalui pengolahan data dan informasi kawasan serta penelaahan RTRW. b. Perumusan isu strategis kawasan, dilakukan berdasarkan hasil identifikasi permasalahan pembangunan kawasan dan penelaahan arah kebijakan dan sasaran pokok dalam RPJPN/RPJPD Provinsi. c. Perumusan arah kebijakan dan sasaran PWTJP, dilakukan dengan memperhatikan arah kebijakan dan sasaran pembangunan wilayah/kawasan dalam RPJPN bagi provinsi dan RPJPD provinsi bagi kabupaten/kota serta mempedomani tujuan, kebijakan, dan strategi pemanfaatan ruang dalam RTRW. Secara skematis Tahapan dan Tata Cara Penyusunan PWTJP dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Tahapan dan Tata Cara Penyusunan PWTJP Penyusunan PWTJM PWTJM merupakan penjabaran arah kebijakan dan sasaran pokok PWTJP selama 5 (lima) tahun dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). PWTJM diprioritaskan pada program program pembangunan di kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota dan/atau kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi ditinjau dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta daya dukung lingkungan hidup. Secara skematis Tahapan dan Tata Cara Penyusunan PWTJM dapat dilihat pada Gambar 3.

5 , No Gambar 3 Tahapan dan Tata Cara Penyusunan PWTJM Penyusunan PWTJM dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Identifikasi kawasan PWT; b. Analisis kawasan PWT; c. Pembobotan kawasan PWT; d. Penentuan prioritas kawasan PWT; dan e. Perumusan program dan kerangka pendanaan indikatif PWT Tahap I: Identifikasi Kawasan PWT Identifikasi kawasan PWT dilakukan untuk memperoleh keterkaitan kawasan terhadap visi, misi, dan program gubernur/bupati/walikota terpilih, serta selaras dengan arah kebijakan dan sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah. Adapun cakupan kawasan yang akan diidentifikasi dan sesuai dengan kewenangan daerah, diprioritaskan pada: 1) Kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi. 2) Kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota dari sudut kepentingan sosial budaya. 3) Kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota dari sudut kepentingan pendayagunaan lingkungan hidup.

6 2013, No ) Kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional (untuk PWT provinsi). 5) Kawasan yang mendukung kawasan strategis provinsi (untuk PWT kabupaten). Langkah-langkah dalam identifikasi kawasan PWT adalah sebagai berikut: 1) Melakukan penelaahan terhadap struktur dan pola pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi/kabupaten/kota. Kegiatan penelaahan ini menghasilkan jumlah dan fungsi kawasan strategis dan/atau kawasan yang mendukung kawasan strategis provinsi/nasional, serta sektor unggulan dan/atau aspek prioritas pada masing-masing kawasan, dengan menggunakan Tabel 1. Tabel 1 Nama, Fungsi, dan Sektor Unggulan Kawasan No Nama Kawasan Fungsi Kawasan Sektor Unggulan/ Aspek Prioritas (1) (2) (3) (4) 1. Kawasan Strategis Kawasan Strategis Kawasan pendukung Kawasan pendukung Dst... Dst Keterangan: Kawasan pendukung adalah kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi. Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut. Kolom (2) diisi dengan nama kawasan. Kolom (3) diisi dengan uraian fungsi kawasan. Kolom (4) diisi dengan uraian sektor unggulan dan/atau aspek prioritas. 2) Menguraikan visi, misi, dan program gubernur/bupati/ walikota terpilih untuk memperoleh gambaran secara umum dari misi dan program gubernur/bupati/walikota terpilih yang terkait dengan pembangunan kewilayahan/kawasan. Uraian dimaksud disajikan dalam Tabel 2.

7 , No Tabel 2 Uraian Visi, Misi, dan Program Gubernur/Bupati/Walikota Visi gubernur/bupati/walikota:... (berisi uraian visi gubernur/bupati/walikota) No Misi No Program gubernur/bupati/walikota (1) (2) (3) (4) 1. Misi Program Misi Program... Dst... Dst... Petunjuk Pengisian Tabel: Dst... Kolom (1) diisi dengan nomor urut misi. Dst... Kolom (2) diisi dengan uraian misi gubernur/bupati/walikota terpilih yang terkait dengan pembangunan kewilayahan/kawasan. Kolom (3) diisi dengan nomor urut program. Kolom (4) diisi dengan uraian program gubernur/bupati/walikota terpilih yang terkait dengan pembangunan kewilayahan/kawasan beserta target capaian pada akhir periode jabatan. Catatan: Kolom (2) dan kolom (4) tidak ada keterkaitan, hanya bersifat penguraian terhadap misi dan program gubernur/bupati/walikota terpilih. 3) Menghitung besarnya keterkaitan masing-masing kawasan sebagaimana dihasilkan pada Tabel 1, terhadap visi, misi, dan program gubernur/bupati/walikota terpilih sebagaimana pada Tabel 2, adalah untuk melihat besarnya keterkaitan masingmasing kawasan dengan misi dan program gubernur/bupati/walikota terpilih. Hasil dari penghitungan besarnya keterkaitan kawasan dengan visi, misi, dan program gubernur/bupati/walikota, tim penyusun merumuskan dan menyepakati kawasan-kawasan yang akan disampaikan untuk memperoleh persetujuan gubernur/bupati/walikota. Dalam merumuskan dan menyepakati kawasan-kawasan tersebut, tim dapat menggunakan metode tertentu misalnya: skala interval Hasil rumusan dan kesepakatan kawasan dituangkan dalam Tabel 3.

8 2013, No No Kawasan Strategis/ Kawasan Pendukung Tabel 3 Hasil Rumusan dan Kesepakatan Kawasan Uraian Kawasan Keterkaitan dengan Misi Keterkaitan dengan Program Besarnya Keterkaitan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Kawasan Strategis Kawasan Strategis Kawasan Pendukung Kawasan Pendukung... Dst... Dst......, tanggal... KETUA TIM PENYUSUN, KEPALA BAPPEDA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) Petunjuk Pengisian Tabel: ( ) Kolom (1) diisi dengan nomor urut kawasan strategis dan/atau kawasan pendukung. Kolom (2) diisi dengan nama kawasan strategis dan/atau kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi yang ditetapkan dalam RTRW yang dihasilkan dari Tabel 1. Kolom (3) diisi dengan uraian fungsi kawasan dan sektor unggulan atau aspek prioritas sesuai dengan Tabel 1. Kolom (4) diisi dengan nomor misi, sesuai dengan Tabel 2, yang menunjukkan dukungan kawasan terhadap misi. Kolom (5) diisi dengan nomor program, sesuai dengan Tabel 2, yang menunjukkan dukungan kawasan terhadap program. Kolom (6) diisi dengan jumlah misi dan jumlah program yang didukung oleh kawasan bersangkutan.

9 , No ) Melakukan pembahasan hasil kesepakatan tim sebagaimana dimaksud pada Tabel 3 dengan gubernur/bupati/walikota untuk menyetujui kawasan-kawasan yang akan dianalisis lebih lanjut. Hasil persetujuan dituangkan dalam Tabel 4. Tabel 4 Hasil Persetujuan Kawasan yang akan Dianalisis No Nama Kawasan Uraian Kawasan Keterangan (1) (2) (3) (4) 1. Kawasan Strategis Kawasan Strategis Kawasan Pendukung Kawasan Pendukung... Dst... Dst......, tanggal... KETUA TIM PENYUSUN, KEPALA BAPPEDA PROV/KAB/KOTA*).. Disetujui GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*).. Petunjuk ( Pengisian Tabel: ) ( ) Kolom (1) diisi dengan nomor urut kawasan strategis. Kolom (2) diisi dengan nama kawasan strategis dan/atau kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi yang ditetapkan dalam RTRW yang bersumber dari Tabel 3 yang telah disetujui oleh gubernur/bupati/walikota. Kolom (3) diisi dengan uraian fungsi kawasan dan sektor unggulan atau aspek prioritas sesuai dengan Tabel 3. Kolom (4) diisi dengan penjelasan yang dibutuhkan.

10 2013, No Tahap II: Analisis Kawasan PWT Analisis kawasan PWT dilakukan untuk mengetahui kondisi kawasan secara umum yang antara lain mencakup potensi dan permasalahan pada masing-masing kawasan yang telah disetujui oleh gubernur/bupati/walikota. Hasil analisis ini akan digunakan untuk merumuskan strategi dan kebijakan serta program indikatif PWT pada kawasan. Analisis pada masing-masing kawasan dilakukan melalui tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Analisis gambaran umum, memberikan pemahaman awal bagi tim tentang apa, bagaimana, dan sejauh mana keberhasilan pembangunan kawasan yang dilakukan selama ini, dan/atau mengidentifikasi faktor-faktor atau berbagai aspek yang nantinya perlu ditingkatkan untuk optimalisasi pencapaian keberhasilan pembangunan kawasan dalam pencapaian target sesuai program gubernur/bupati/walikota. Gambaran umum kondisi kawasan memberikan basis atau pijakan dalam merencanakan pembangunan, baik dari aspek geografi dan demografi berdasarkan karakteristik kawasan. Mengingat perbedaan karakteristik dari masing-masing kawasan, maka dalam menganalisis gambaran umum kondisi kawasan, harus disesuaikan dengan fungsi kawasan, struktur kewenangan tingkatan pemerintahan antara provinsi dan kabupaten/kota. Adapun analisis gambaran umum kawasan sekurangkurangnya meliputi materi sebagaimana disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Gambaran Umum Kawasan PWT No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan (1) (2) (3) (4) 1 Karakteristik Fisik Kawasan (diterapkan pada semua kawasan strategis maupun kawasan pendukung yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan) Batas fungional kawasan. Tipologi kawasan, antara lain meliputi: pedalaman, terpencil, pesisir, pegunungan, dan kepulauan. Topografi, antara lain terdiri dari kemiringan lahan, dan ketinggian lahan. Geologi, antara lain terdiri dari struktur dan karakteristik batuan. Hidrologi, antara lain terdiri dari Sumber data a.l.: RTRW, Provinsi/ Kabupaten/ Kota dalam Angka, Potensi Desa, Rancangan awal RPJMD, dll

11 , No Karakteristik Demografi Kawasan (diterapkan pada semua kawasan strategis maupun kawasan pendukung yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan) 3 Potensi Pengembangan Kawasan (diterapkan pada kawasan strategis maupun kawasan pendukung yang berkaitan dengan aspek ekonomi) 4 Kawasan Rawan Bencana (diterapkan pada kawasan strategis maupun kawasan pendukung yang berkaitan dengan aspek lingkungan) daerah aliran sungai, sungai, danau, dan rawa. Penggunaan lahan eksisting pada kawasan, antara lain terdiri dari kawasan budidaya, dan kawasan lindung. Deskripsi tentang jumlah, distribusi, dan perkembangan penduduk di kawasan termasuk usia angkatan kerja. Deskripsi tentang distribusi tingkat pendidikan, mata pencaharian, agama dan etnis penduduk di kawasan. Deskripsi tentang potensi unggulan yang akan dikembangkan pada kawasan, antara lain pertanian, perkebunan, perikanan, industri, pariwisata, pertambangan, perdagangan dan jasa, dan lainlain. Bagian dari kawasan yang berpotensi rawan bencana alam seperti banjir, longsor, abrasi, tsunami, kebakaran hutan, gempa tektonik dan vulkanik, dan lain-lain. (1) (2) (3) (4) 5 Karakteristik Budaya (diterapkan pada semua kawasan strategis maupun kawasan pendukung yang berkaitan dengan aspek sosial budaya) Catatan: Deskripsi tentang perlindungan warisan budaya, obyek budaya, adat istiadat, dan tradisi kebudayaan. Deskripsi analisis pada kolom (3) dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan data/informasi lima tahun terakhir dan dianalisis untuk 5 (lima) tahun ke depan. Hal yang perlu diperhatikan bahwa sumber data dan informasi yang diolah untuk mengevaluasi capaian indikator penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi/kabupaten/kota, merupakan data dan informasi yang menggambarkan keadaan senyatanya pada setiap kawasan. Analisis gambaran umum kawasan yang diuraikan berdasarkan Tabel 5 diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi saat ini dan manfaat yang akan diterima pada 5 (lima) tahun ke depan, kemampuan yang ada dan potensi yang dapat dikembangkan, hasilnya diuraikan pada Tabel 6.

12 2013, No Tabel *) Hasil Analisis Gambaran Umum Kawasan... **) No. Kelompok Analisis Capaian Target Analisis (5 th ke depan) Program Gubernur/Bupati/ Walikota Interpretasi belum tercapai (<) sesuai (=) melampaui (>) (1) (2) (3) (4) (5) Dst... *) contoh nomor penulisan Tabel 6.1, Tabel 6.2, Tabel dan seterusnya. **) diisi nama kawasan strategis atau nama kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi. Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut. Kolom (2) diisi dengan uraian kelompok analisis yang diperoleh dari Tabel 5. Kolom (3) diisi dengan hasil analisis 5 (lima) tahun ke depan. Kolom (4) diisi dengan target program gubernur/bupati/walikota berdasarkan Tabel 2. Kolom (5) diisi dengan hasil intepretasi terhadap kolom (4) dengan kolom (3). 2) Analisis rumusan masalah, menguraikan tentang berbagai faktor kendala dalam pembangunan kawasan. Permasalahan pembangunan kawasan merupakan kesenjangan harapan (gap expectation) antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi riil saat perencanaan dibuat. Potensi permasalahan pembangunan kawasan pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi.

13 , No Tujuan dari analisis rumusan permasalahan pembangunan kawasan adalah untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan kinerja pembangunan kawasan sebelumnya. Analisis rumusan permasalahan pembangunan kawasan dapat diuraikan menurut bidang urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan tujuan agar dapat dipetakan berbagai permasalahan yang terkait dengan urusan yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah guna menentukan isu-isu strategis pembangunan jangka menengah kawasan. Analisis rumusan permasalahan pembangunan kawasan sebagai kelanjutan dari hasil intepretasi pada kolom (5) Tabel 6, diuraikan pada Tabel 7. Tabel *) Analisis Rumusan Permasalahan Pembangunan Kawasan Program :... **) Target Capaian :... ***) No Deskripsi Rumusan Permasalahan (1) (2) (3) 1.a. Kawasan Strategis (diisi dengan nama kawasan) b. Sektor Unggulan/Aspek Prioritas c. Permasalahan pada saat perencanaan terhadap potensi kawasan (uraian sektor unggulan/aspek prioritas) (uraian permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan kawasan untuk mencapai potensi dan/atau penanganan aspek prioritas yang dimiliki kawasan berdasarkan analisis gambaran umum pada Tabel 6) 2.a. Kawasan Strategis... b. Sektor Unggulan/Aspek Prioritas c. Permasalahan pada saat perencanaan terhadap potensi kawasan (1) (2) (3) 3.a. Kawasan Pendukung... b. Sektor Unggulan/Aspek Prioritas... c. Permasalahan pada saat...

14 2013, No perencanaan terhadap potensi kawasan Dst n. Permasalahan potensi kawasan terhadap capaian target program... *) contoh nomor penulisan Tabel 7.1, Tabel 7.2, Tabel dan seterusnya. **) diisi dengan program gubernur/bupati/walikota berdasarkan Tabel 2. ***) diisi dengan target capaian program berdasarkan Tabel 6. 3) Analisis isu-isu strategis, merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan kawasan sebagai kelanjutan dari analisisanalisis yang telah dilakukan sebelumnya. Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya terhadap pengembangan kawasan dan kesejahteraan masyarakat. Analisis isu-isu strategis dilakukan dengan identifikasi kepentingan yang berdasarkan hasil analisis permasalahan dan potensi kawasan berdasarkan uraian pada Tabel 7. Berdasarkan hasil identifikasi pada Tabel 7, selanjutnya dilakukan penguraian isu strategis yang secara umum menjelaskan kondisi yang harus diperhatikan karena dampaknya yang sangat signifikan terhadap pembangunan kawasan, dengan menggunakan Tabel 8. Perumusan isu strategis sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan daerah; b) Mendukung prioritas pembangunan nasional; c) Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap kawasan dan masyarakat; d) Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan kawasan; dan e) Kemudahan untuk dikelola. Hasil perumusan isu-isu strategis pembangunan kawasan menggunakan Tabel 9.

15 , No Tabel *) Kriteria Penentuan Isu-isu Strategis Pengembangan Kawasan Kawasan Strategis...**) No Permasalaha n/ potensi pembanguna n kawasan strategis Mendukung prioritas pembangunan nasional Memiliki pengaruh yang besar/signifika n terhadap pencapaian sasaran pembangunan daerah Kriteria Memberikan dampak positif terhadap kawasan dan masyarakat Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangun an kawasan Kemudahan untuk dikelola (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Dst... Keterangan: *) contoh nomor penulisan Tabel 8.1, Tabel 8.2, Tabel dan seterusnya. **) diisi nama kawasan strategis atau nama kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi. Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut. Kolom (2) diisi dengan uraian permasalahan/potensi pembangunan di kawasan strategis/pendukung berdasarkan Tabel 7. Kolom (3) s.d. kolom (7) diisi dengan tanda (P) pada kolom yang mempunyai keterkaitan.tabel 9 Perumusan Isu-Isu Strategis Pembangunan Kawasan Provinsi/Kabupaten/Kota... No. Nama Kawasan Permasalahan/Potensi Pembangunan Kawasan Uraian Isu Strategis (1) (2) (3) (4) 1 2 Dst

16 2013, No Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut. Kolom (2) diisi dengan nama kawasan strategis atau nama kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi sesuai Tabel 4. Kolom (3) diisi dengan permasalahan pembangunan kawasan sesuai Tabel 8. Kolom (4) diisi dengan uraian isu strategis yang secara umum menjelaskan kondisi yang harus diperhatikan karena dampaknya yang sangat signifikan terhadap pembangunan kawasan. 4) Analisis Strategi dan Kebijakan, merupakan pedoman dalam merumuskan strategi dan kebijakan pengembangan kawasan terpadu dan sesuai dengan visi, misi, program dan target capaian gubernur/bupati/walikota. Analisis dimaksud, didasarkan pada hasil analisis gambaran umum kawasan, hasil analisis permasalahan/potensi pembangunan kawasan, dan hasil rumusan isu-isu strategis kawasan yang telah dilakukan sebelumnya terhadap masing-masing kawasan. Untuk menghasilkan perumusan strategi yang pada akhirnya dapat selaras dengan pilihan program indikatif, maka rumusan strategi harus dipetakan (strategy mapping) berdasarkan isu-isu strategis (Tabel 9) yang merupakan kegiatan-kegiatan pada program kewilayahan dengan mempertimbangkan antara lain: a) Perspektif keuangan: strategi harus dapat menempatkan aspek pendanaan sebagai tujuan sekaligus sebagai kendala (cost-effectiveness) untuk mencapai manfaat yang terbesar dari kemampuan keuangan daerah yang terbatas (efficiency allocation). b) Perspektif masyarakat/layanan: bagaimana strategi dapat memberikan pengaruh langsung terhadap pengguna layanan atau segmen masyarakat, pemangku kepentingan lainnya. c) Perspektif kelembagaan: strategi harus mampu menjelaskan keterpaduan dalam perencanaan program/kegiatan dan waktu pelaksanaannya dari masingmasing SKPD. Kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi (kegiatan) agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama 5 (lima) tahun. 5) Penyusunan Indikasi Program Kewilayahan dan Kebutuhan Pendanaan, penyusunan indikasi program kewilayahan beserta kebutuhan pendanaannya di setiap kawasan PWT disusun berdasarkan hasil analisis sektor unggulan/aspek

17 , No prioritas dari masing-masing kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota, dan kawasan yang mendukung pengembangan kawasan strategis nasional/provinsi. Indikasi program kewilayahan di setiap kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota, serta kawasan pendukung kawasan strategis nasional/ provinsi, menggunakan Tabel 10. Tabel 10 Indikasi Program Kewilayahan Provinsi/Kabupaten/Kota... No Nama Kawasan Sektor Unggulan/ Aspek Prioritas Lokasi Isu Strategis Strategi Program Pengembangan Kawasan Pagu Indikatif Indikator Kinerja Target Kinerja (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Dst... Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut. Kolom (2) diisi dengan nama kawasan strategis atau kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi. Kolom (3) Kolom (4) Kolom (5) Kolom (6) Kolom (7) Kolom (8) Kolom (9) diisi dengan uraian/deskripsi sektor unggulan atau aspek prioritas di masing-masing kawasan. diisi dengan lokasi kawasan. diisi dengan isu strategis pembangunan kawasan. diisi dengan uraian/deskripsi strategi pembangunan kawasan. diisi dengan program pengembangan kawasan. diisi dengan kebutuhan pendanaan program. diisi dengan indikator kinerja. Kolom (10) diisi dengan target kinerja. Untuk mengisi kolom (7) pada Tabel 10, dapat menggunakan daftar program kewilayahan pada Tabel 11.

18 2013, No Tabel 11 Kode dan Daftar Program Kewilayahan Menurut Urusan Pemerintahan Daerah KODE PROGRAM KEWILAYAHAN 1 URUSAN WAJIB 1 01 xx Pendidikan 1 01 xx xx Program Pengembangan Kawasan Pendidikan 1 01 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pengembangan Kawasan IPTEK 1 01 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program dst Perumahan 1 04 xx xx Program Pengembangan Kawasan Permukiman 1 04 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Penataan Kawasan Kumuh 1 04 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pengembangan Kawasan Perkantoran 1 04 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program dst Perhubungan 1 07 xx xx Program Pembangunan Kawasan Pelabuhan 1 07 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pembangunan Kawasan Bandara 1 07 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan...

19 , No KODE PROGRAM KEWILAYAHAN 1 07 xx xx 03 Dst xx xx Program dst Lingkungan Hidup 1 08 xx xx Program Penataan Kawasan Rawan Banjir 1 08 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Penataan Kawasan Rawan Gempa 1 08 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Penataan Kawasan Rawan Longsor 1 08 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Penataan Daerah Aliran Sungai (DAS) 1 08 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx Program dst 1 13 Sosial 1 13 xx xx 01 Program Pembangunan Kawasan Keagamaan 1 13 xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Kegiatan xx xx 04 Dst xx Program dst 1 17 Kebudayaan 1 17 xx xx Program Pengembangan Kawasan Cagar Budaya 1 17 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pengembangan Kawasan Bangunan Bersejarah 1 17 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst...

20 2013, No KODE PROGRAM KEWILAYAHAN 1 17 xx Program dst 1 18 Pemuda dan Olah Raga 1 18 xx xx Program Pembangunan Kawasan Olah Raga 1 18 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx Program dst 2 Urusan Pilihan 2 01 Pertanian 2 01 xx xx Program Pembangunan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan 2 01 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pembangunan Kawasan Perkebunan 2 01 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pembangunan Kawasan Tanaman Holtikultura 2 01 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pembangunan Kawasan Peternakan 2 01 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pembangunan Kawasan Perikanan Darat 2 01 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program dst 2 02 Kehutanan 2 02 xx xx Program Pengembangan Kawasan Konservasi 2 02 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst...

21 , No KODE PROGRAM KEWILAYAHAN 2 02 xx xx Program Pengembangan Kawasan Hutan Kota 2 02 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program dst 2 03 Energi dan Sumberdaya Mineral 2 03 xx xx Program Pengembangan Kawasan Pertambangan Galian C 2 03 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program dst 2 04 Pariwisata 2 04 xx xx Program Pengembangan Kawasan Pariwisata Bahari 2 04 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pengembangan Kawasan Agrowisata 2 04 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pengembangan Kawasan Wisata Budaya 2 04 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pengembangan Kawasan Wisata Kuliner 2 04 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program dst 2 05 Kelautan dan Perikanan 2 05 xx xx Program Pengembangan Kawasan Pesisir 2 05 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pengembangan Pulau-Pulau Kecil 2 05 xx xx 01 Kegiatan...

22 2013, No KODE PROGRAM KEWILAYAHAN 2 05 xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pengembangan Kawasan Budidaya Perikanan 2 05 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx 18 Program Pengembangan Kawasan Perikanan Tangkap 2 05 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program dst 2 06 Perdagangan 2 06 xx xx Program Pengembangan Kawasan Jasa Perdagangan 2 06 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Penataan Kawasan Jasa Perdagangan 2 06 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Dst Perindustrian 2 07 xx xx Program Pembangunan Kawasan Industri Besar 2 07 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pengembangan Kawasan Industri Besar 2 07 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Penataan Kawasan Industri Besar 2 07 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program Pembangunan Kawasan Industri Kecil dan Menengah 2 07 xx xx 01 Kegiatan...

23 , No KODE PROGRAM KEWILAYAHAN 2 07 xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program dst Transmigrasi 2 08 xx xx Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi 2 08 xx xx 01 Kegiatan xx xx 02 Kegiatan xx xx 03 Dst xx xx Program dst Catatan: Jenis kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan program untuk mencapai indikator hasil (outcome), dengan kegiatan yang sudah disesuaikan dengan kegiatan yang ada dalam penyusunan APBD. Pengisian kode program dan kegiatan untuk kabupaten/kota disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan dikoordinasikan dengan pemerintah provinsi. Untuk mengisi kolom (8) pada Tabel 10, maka penghitungan kebutuhan pendanaan dalam rangka pengembangan setiap kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota dan kawasan pendukung kawasan strategis nasional/provinsi, ditentukan dari identifikasi program pada masing-masing kawasan. Selanjutnya, berdasarkan identifikasi program tersebut disusun kebutuhan pendanaan indikatif untuk setiap program. Pagu indikatif program merupakan jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendanai program indikatif pengembangan kawasan untuk jangka menengah 5 (lima) tahun. Penghitungan dana indikatif program didasarkan pada jenis kegiatan yang akan dilaksanakan pada program dimaksud dengan menggunakan standar satuan harga setempat yang telah ditetapkan. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis kawasan serta perumusan indikasi program kewilayahan, tim penyusun beserta gubernur/bupati/walikota menyepakati 1 (satu) atau lebih kawasan strategis dan/atau kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi untuk ditetapkan sebagai kawasan PWT terpilih dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah untuk membiayai pembangunan kawasan, yang disajikan pada Tabel 12.

24 2013, No Tabel 12 Kawasan PWT Terpilih Provinsi/Kabupaten/Kota... No Nama Kawasan Sektor Unggulan/ Aspek Prioritas Isu Strategis Program Pengembangan Kawasan (1) (2) (3) (4) (5) Dst......, tanggal......, tanggal... Disetujui KETUA TIM PENYUSUN KEPALA BAPPEDA GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi ( dengan nomor urut. ) ( ) Kolom (2) diisi dengan nama kawasan strategis atau kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi. Kolom (3) diisi dengan uraian/deskripsi sektor unggulan atau aspek prioritas di masing-masing kawasan. Kolom (4) diisi dengan isu strategis pembangunan kawasan. Kolom (5) diisi dengan program pengembangan kawasan Tahap III: Pembobotan Pembobotan dilakukan atas kawasan strategis provinsi, kabupaten/kota, atau kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi yang terpilih sesuai Tabel 12. Pembobotan ini ditujukan untuk menemukan tingkat kepentingan aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan terhadap peran kawasan terpilih melalui penghitungan bobot faktor-faktor yang terdapat pada masing-masing aspek. Salah satu model dalam melakukan pembobotan dapat menggunakan metode Skala Likert, sebagaimana yang dilakukan dalam permendagri ini. Selain metode tersebut, tim penyusun dapat menggunakan metode lain yang sesuai dengan kebutuhan

25 , No dan kapasitas dalam penentuan prioritas kawasan PWT, misalnya Proses Analisis Hierarki (AHP). Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalan skala Likert, responden/tim penyusun menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Tingkat persetujuan ini didasarkan pada variabel dari masingmasing aspek, dan akan dilakukan oleh tim penyusun PWTJM, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Setiap anggota tim penyusun harus memahami tujuan dan lingkup PWT yang akan diterapkan pada suatu kawasan, sebagai dasar dalam menetapkan nilai bobot kepentingan dari aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. 2) Dengan menggunakan Tabel 13 terlampir, setiap anggota tim penyusun kemudian memberikan nilai bobot terhadap masingmasing variabel dalam setiap aspek kawasan. 3) Seluruh hasil penilaian dari setiap anggota tim penyusun dikumpulkan untuk diolah dan direkapitulasi dalam rangka perhitungan bobot untuk masing-masing kawasan strategis, sebagaimana Tabel 14. Nama **) : Tabel *) Pengukuran Bobot Kepentingan terhadap PWT No. Variabel Skala Likert (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aspek Ekonomi 1 Memiliki infrastruktur yang memadai 2 Memiliki sektor unggulan untuk dikembangkan 3 Mempunyai potensi sumber daya alam 4 Aspek Sosial Budaya Ketersediaan tenaga kerja yang memadai dari segi kualitas dan kuantitas 5 Kearifan lokal yang mendukung pembangunan 6 Memiliki situs warisan budaya 7 Mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat 8 Mempunyai infrastruktur pelayanan umum yang memadai

26 2013, No Aspek Lingkungan 9 Mempunyai tingkat risiko bencana kecil 10 Mendukung keseimbangan ekologi Catatan: *) diisi dengan nomor urut tabel **) diisi dengan nama anggota tim Jumlah Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut Kolom (3) s.d. (7) diisi dengan tanda (P) pada kolom yang menunjukkan persetujuan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3 = ragu-ragu 4 = setuju 5 = sangat setuju Tabel 14 Hasil Bobot Kepentingan Variabel terhadap PWT Nama Variabel ke-1 Variabel ke-2 Variabel ke-3 Variabel ke-4 Variabel ke-5 Variabel ke-6 Variabel ke-7 Variabel ke-8 Variabel ke-9 Variabel ke-10 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Dst. RATA- RATA *) BOBOT * *) Catatan: *) diisi dengan jumlah penilaian per variabel dibagi dengan jumlah responden **) diisi dengan rata-rata dibagi dengan jumlah nilai maksimum dari seluruh variabel

27 , No Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nama anggota tim penyusun. Kolom (2-11) diisi dengan bobot kepentingan variabel hasil jawaban anggota tim Tahap IV: Penentuan Prioritas Kawasan PWT Setelah dilakukan penghitungan dan penentuan besarnya bobot kawasan, selanjutnya masing-masing anggota tim penyusun melakukan penilaian terhadap masing-masing kawasan berdasarkan kriteria pada Tabel 8, sebagai berikut: a. memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan daerah; b. mendukung prioritas nasional; c. memiliki dampak positif terhadap kawasan dan masyarakat; d. memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan kawasan; dan e. kemudahan untuk dikelola. Penilaian atas masing-masing kawasan dilakukan berdasarkan kriteria diatas, dengan ketentuan sebagai berikut: a. sangat mendukung dengan nilai 5; b. mendukung dengan nilai 4; c. ragu-ragu dengan nilai 3; d. kurang mendukung dengan nilai 2; dan e. tidak mendukung dengan nilai 1. Penilaian tersebut disajikan pada Tabel 16. Tabel 15 Kesepakatan Hasil Bobot No. Variabel Bobot (1) (2) (3) 1 Ketersediaan Infrastruktur 2 Sektor Unggulan 3 Sumber Daya Alam 4 Ketersediaan Tenaga Kerja 5 Kearifan Lokal 6 Situs Warisan Budaya 7 Kesejahteraan Masyarakat

28 2013, No Infrastruktur Pelayanan Umum 9 Rawan Bencana 10 Keseimbangan Ekologi Jumlah..., tanggal... KETUA TIM PENYUSUN, KEPALA BAPPEDA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut. Kolom (2) diisi dengan nama variabel. ( ) Kolom (3) diisi dengan bobot kepentingan variabel pada Tabel 14. Nama **) :... Tabel *) Nilai Kawasan terhadap Prioritas PWT No Kriteria Kawasan A Kawasan B Kawasan C Dst... (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan daerah 2 mendukung prioritas nasional 3 memiliki dampak positif terhadap kawasan dan masyarakat 4 memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan kawasan 5 kemudahan untuk dikelola Jumlah Catatan: *) diisi dengan nomor urut tabel **) diisi dengan nama anggota tim penyusun Keterangan: Kawasan A, kawasan B, dst disesuaikan dengan nama masing-masing kawasan.

29 , No Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut Kolom (3) s.d. (6) diisi dengan nilai yang menunjukkan persetujuan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1 = tidak mendukung 2 = kurang mendukung 3 = ragu-ragu 4 = mendukung 5 = sangat mendukung Seluruh hasil penilaian dari setiap anggota tim penyusun diolah dan direkapitulasi dalam rangka perhitungan nilai untuk masingmasing kawasan strategis. Tabel 17 Hasil Nilai Kawasan terhadap Prioritas PWT Nama Anggota Tim Nilai Kawasan A Nilai Kawasan B Nilai Kawasan C Dst... (1) (2) (3) (4) (5) Dst. Catatan: NILAI RATA-RATA *) *) diisi dengan jumlah penilaian per kawasan dibagi dengan jumlah anggota tim Keterangan: Kawasan A, kawasan B, dst disesuaikan dengan nama masing-masing kawasan. Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nama anggota tim penyusun.

30 2013, No Kolom (2-5) diisi dengan nilai kawasan hasil jawaban pada Tabel 16 dari masing-masing anggota tim. Selanjutnya, angka penilaian pada Tabel 17 dikalikan dengan bobot variabel dari 3 aspek, yang menghasilkan angka tertentu sebagai dasar penentuan ranking prioritas kawasan strategis atau kawasan pendukung yang akan dikembangkan, sebagaimana pada Tabel 18. Hasil penilaian dari masing-masing anggota tim penyusun terhadap masing-masing kawasan tersebut, kemudian dilakukan penjumlahan untuk mendapatkan rata-rata nilai per kawasan, untuk menentukan ranking prioritas pengembangan kawasan. Ranking prioritas pengembangan kawasan tersebut sebagaimana disusun dalam Tabel 19. Tabel *) Penilaian/Skoring Kawasan... **) Catatan: No Nama Variabel Bobot Nilai Kawasan Skor Kawasan (3) x (4) (1) (2) (3) (4) (5) 1 Ketersediaan Infrastruktur 2 Sektor Unggulan 3 Sumber Daya Alam 4 Ketersediaan Tenaga Kerja 5 Kearifan Lokal 6 Situs Warisan Budaya 7 Kesejahteraan Masyarakat 8 Infrastruktur Pelayanan Umum 9 Rawan Bencana 10 Keseimbangan Ekologi *) diisi dengan nomor urut tabel Jumlah **) diisi dengan kawasan strategis atau nama kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi

31 , No Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut. Kolom (3) diisi dengan bobot variabel sesuai Tabel 15. Kolom (4) diisi dengan nilai kawasan sesuai Tabel 17. Kolom (5) diisi dengan hasil pengalian kolom (3) dan kolom (4). Tabel 19 Ranking Prioritas Pengembangan Kawasan No Nama Kawasan Total Skor Ranking Prioritas (1) (2) (3) (4) 1. Kawasan Strategis Kawasan Pendukung Dst......, tanggal... KETUA TIM PENYUSUN, KEPALA BAPPEDA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut. Kolom (2) diisi dengan nama kawasan strategis ( atau nama kawasan ) yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi. Kolom (3) diisi dengan total skor pada Tabel 18. Kolom (4) diisi dengan ranking dari masing-masing kawasan Tahap V: Penetapan Program Kewilayahan Berdasarkan ranking prioritas pengembangan kawasan, tim penyusun menentukan kawasan prioritas untuk dikembangkan. Selanjutnya, menetapkan program kewilayahan dan jenis kegiatan yang telah disepakati dalam penyusunan Tabel 10. Berdasarkan kegiatan yang telah ditetapkan pada program kewilayahan sebagaimana Tabel 10, disusunlah tahapan kegiatan sesuai dengan prioritas yang mengacu pada Tabel 15.

32 2013, No Tahapan prioritas kegiatan ditentukan melalui aspek-aspek pembangunan yang merupakan variabel dalam tipologi kawasan. Aspek pembangunan yang mempunyai nilai bobot tertinggi dijadikan prioritas pertama pada pembangunan kawasan PWT, kemudian disusul dengan aspek pembangunan prioritas kedua, ketiga dan seterusnya. Tahapan prioritas kegiatan PWT tidak menggambarkan tahun pelaksanaan kegiatan, karena kegiatan dapat dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran. Tahapan prioritas PWT tersebut disajikan pada Tabel 20, yang akan menjadi lampiran pada RPJMD. Program yang ditetapkan dalam PWTJM merupakan acuan bagi SKPD sesuai dengan tupoksinya untuk menyusun Renstra SKPD yang dijabarkan pada program dan kegiatan tahunan dalam periode lima tahunan. Tahapan tata cara penyusunan Renstra SKPD sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

33 , No. 1563

34 2013, No Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut. Kolom (2) diisi dengan nama kawasan PWT. Kolom (3) diisi dengan sasaran yang merupakan target program yang ditetapkan gubernur/bupati/walikota pada akhir tahun rencana. Kolom (4) diisi dengan kode program. Kolom (5) diisi dengan program dan kegiatan. Kolom (6) diisi dengan uraian indikator kinerja program (outcome). Kolom (7) diisi dengan kondisi kinerja pada awal RPJMD. Kolom (8) (10), (12), (14), (16) diisi dengan target (outcome) 5 tahunan yang dirinci per tahunnya. Kolom (9) (11), (13), (15), (17) diisi dengan jumlah pendanaan yang dibutuhkan untuk mendanai program berkenaan guna mencapai target kinerja program (outcome) yang ditetapkan. Kolom (18) diisi dengan target (outcome) pada akhir tahun PWTJM. Kolom (19) diisi dengan jumlah pendanaan yang dibutuhkan untuk mendanai program berkenaan. Kolom (20) diisi dengan SKPD pelaksana Penyusunan PWT Tahunan PWT tahunan merupakan penjabaran dari PWTJM, yang memuat program kewilayahan, kegiatan, indikator kinerja, lokasi/kelompok sasaran, waktu, pagu indikatif, dan SKPD pelaksana pada tahun berkenaan. Kegiatan tahunan pembangunan PWT disesuaikan dengan kegiatan dalam Renja SKPD. Secara skematis Tahapan, Tata Cara Penyusunan, dan Kedudukan PWT Tahunan dalam RKPD dapat dilihat pada Gambar 4.

35 , No Gambar 4 Tahapan dan Tata Cara Penyusunan PWT Tahunan Penyusunan PWT Tahunan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Analisis gambaran umum kawasan; b. Evaluasi kinerja tahun lalu (n-2); c. Perumusan permasalahan dan isu-isu strategis; d. Perumusan program/kegiatan dan pagu indikatif; dan e. Penetapan program/kegiatan dan pagu indikatif Tahap I: Analisis Gambaran Umum Kawasan Gambaran umum kondisi kawasan menjelaskan tentang kondisi geografi dan demografi pada saat ini dan memberikan pemahaman awal bagi tim tentang apa, bagaimana, dan sejauh mana keberhasilan pembangunan kawasan yang dilakukan selama ini dan/atau mengidentifikasi faktor-faktor atau berbagai aspek yang nantinya perlu ditingkatkan untuk optimalisasi pencapaian keberhasilan pembangunan kawasan. Hal yang perlu diperhatikan bahwa sumber data dan informasi yang akan diolah untuk menganalisis gambaran umum kawasan mengacu pada Tabel 5.

36 2013, No Tahap II: Hasil Evaluasi Kinerja Tahun Lalu (n-2) Mengingat PWT Tahunan adalah operasionalisasi dari RPJMD/PWTJM, maka perencanaan tahunan tidak dapat lepas dari perencanaan lima tahunan. Capaian kinerja selalu dikaitkan dan diakumulasikan dengan capaian lima tahunan. Kegiatan review capaian prioritas dan target program RPJMD/PWTJM dimaksudkan untuk mengkaji arah kebijakan serta prioritas dan target kinerja program di tahun rencana (n), dengan mempertimbangkan pencapaian target kinerja sampai dengan tahun berjalan. Hasil kajian tersebut digunakan sebagai masukan dalam merumuskan permasalahan pembangunan dan perumusan prioritas dan sasaran pembangunan PWT tahun rencana, dengan tujuan agar target kinerja RPJMD/PWTJM di akhir tahun periode dapat tercapai. Kegiatan review ini menggunakan dokumen hasil evaluasi pelaksanaan RKPD/PWT Tahunan yang bersumber dari hasil evaluasi tahun-tahun sebelumnya. Hasil evaluasi pelaksanaan tahun lalu digunakan untuk melihat sejauh mana pencapaian program dan kegiatan serta faktor-faktor apa saja yang menghambat atau mendorong capaian program/kegiatan. Hasil evaluasi pelaksanaan RKPD/PWT tahun lalu serta tahun-tahun sebelumnya pada periode RPJMD/PWTJM dikompilasikan sehingga dapat diperoleh gambaran kinerja pencapaian terhadap target RPJMD/PWTJM, sebagai bahan pertimbangan arah kebijakan yang perlu dipacu perkembangannya dan yang perlu dipertahankan kinerjanya Tahap III: Perumusan Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Tujuan dari perumusan permasalahan pembangunan kawasan adalah untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan kinerja pembangunan kawasan di masa lalu, khususnya yang berhubungan dengan kemampuan manajemen pemerintahan dalam memberdayakan kewenangan yang dimilikinya. Untuk mendapatkan gambaran awal bagaimana permasalahan daerah dipecahkan, tiap-tiap permasalahan juga diidentifikasi faktor-faktor penentu keberhasilannya dimasa datang. Faktorfaktor penentu keberhasilan adalah faktor kritis, hasil kinerja, dan faktor-faktor lainnya yang memiliki daya ungkit yang tinggi dalam memecahkan permasalahan pembangunan kawasan. Lebih teknis, untuk mendapatkan rumusan masalah tahun rencana, langkah yang harus dilakukan adalah dengan mengidentifikasi isu-isu penting dan masalah mendesak dari berbagai langkah awal pada analisis kawasan dan analisis kebijakan nasional/provinsi/ kabupaten/kota.

37 , No Dari hasil rumusan masalah, disusun isu-isu strategis yang mengakomodir perkembangan terkini terkait kondisi dan permasalahan yang berkembang pada pembangunan kawasan, untuk mendapatkan rumusan kegiatan-kegiatan prioritas yang mendukung pencapaian target pembangunan kawasan. Analisis perumusan masalah dan isu strategis mengacu pada Tabel 7 dan Tahap IV: Perumusan Program/Kegiatan dan Pagu Indikatif Program/kegiatan kewilayahan prioritas merupakan program/ kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun rencana dalam pembangunan kawasan secara terpadu yang didasarkan pada permasalahan dan isu-isu strategis kawasan. Program kewilayahan dan kegiatan prioritas yang disusun harus memperhatikan korelasi terhadap pengembangan sektor/bidang yang terkait keunggulan komparatif dan kompetitif kawasan, serta mempertimbangkan keterbatasan waktu, anggaran, kapasitas dan sumberdaya yang dimiliki kawasan. Rumusan program kewilayahan yang dijabarkan menjadi kegiatan prioritas, beserta indikator kinerja, lokasi/kelompok sasaran, waktu, target, pagu indikatif, dan SKPD pelaksana Tahap V: Penetapan Program/Kegiatan dan Pagu Indikatif Perumusan program/kegiatan dan pagu indikatif di atas, menjadi bahan pembahasan pada forum konsultasi publik. Hasil konsultasi publik dimaksud kemudian dilakukan penyelarasan program/ kegiatan prioritas dan pagu indikatif untuk selanjutnya yang akan ditetapkan menjadi program/kegiatan pada tahun rencana, dengan menggunakan Tabel 21. Program/kegiatan kewilayahan dan pagu indikatif yang ditetapkan dalam PWT Tahunan merupakan acuan bagi SKPD sesuai dengan tupoksinya untuk menyusun Renja SKPD. Tahapan tata cara penyusunan Renja SKPD sesuai dengan peraturan perundangundangan.

38 2013, No

39 , No Cara Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut. Kolom (2) diisi dengan nama kawasan PWT. Kolom (3) diisi dengan sasaran yang merupakan target program yang ditetapkan dalam PWTJM pada tahun berkenaan. Kolom (4) diisi dengan kode program. Kolom (5) diisi dengan program dan kegiatan. Kolom (6) diisi dengan uraian lokasi/kelompok sasaran pelaksanaan kegiatan. Kolom (7) diisi dengan uraian tolok ukur hasil program dalam tahun rencana. Kolom (8) untuk baris program diisi dengan jumlah/besaran dalam bentuk angka dan nama satuan dari hasil atau capaian yang ditargetkan untuk setiap program yang direncanakan sebagaimana tercantum dan/atau yang telah disesuaikan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan RKPD dua tahun sebelum tahun rencana. Kolom (9) diisi dengan uraian tolok ukur keluaran dari setiap kegiatan. Kolom (10) diisi dengan jumlah/besaran dalam bentuk angka dan nama satuan dari keluaran yang ditargetkan untuk setiap kegiatan yang direncanakan. Jumlah/besaran keluaran yang ditargetkan dari seluruh kegiatan pada program yang direncanakan harus berkaitan, berkorelasi dan/atau berkontribusi terhadap pencapaian hasil program yang direncanakan. Kolom (11) diisi dengan jumlah pagu indikatif untuk setiap program prioritas, yang dihitung berdasarkan indikasi jenis dan besaran kegiatan yang dibutuhkan sesuai program prioritas dan kemampuan fiskal daerah. Kolom ini cukup diisi untuk pagu indikatif program saja. Kolom (12) diisi dengan prakiraan kebutuhan dana tahun berikutnya (n+1) dari tahun anggaran yang direncanakan guna memastikan kesinambungan untuk setiap program dan kegiatan. Kolom (13) diisi dengan pelaksana kegiatan (SKPD/kelompok masyarakat). Kolom (14) diisi dengan catatan yang dibutuhkan, a.l. kegiatan lanjutan, kegiatan baru, atau catatan lainnya yang mendukung pelaksanaan program/kegiatan. 2. PENGENDALIAN DAN EVALUASI PWT 2.1. Pengendalian Pengendalian PWT melalui program kewilayahan di provinsi atau kabupaten/kota adalah untuk menjamin bahwa rencana PWT telah disusun sesuai dengan tahapan, tatacara, konsistensi dan keselarasan antara kebijakan PWT dengan kebijakan rencana pembangunan.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN NNN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN WILAYAH TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DI KABUPATEN CIAMIS

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DI KABUPATEN CIAMIS LAMPIRAN PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 34 Tahun 2015 TANGGAL : 2 Juli 2015 PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DI KABUPATEN CIAMIS I. PENDAHULUAN Kawasan agropolitan merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN N BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 3.a TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 89 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TABEL A

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 89 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TABEL A 19 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 89 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH No. INTERVAL NILAI REALISASI KINERJA TABEL A Skala Nilai Peringkat Kinerja

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

TAHAPAN DAN TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

TAHAPAN DAN TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH LAMPIRAN VII : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : TANGGAL : TAHAPAN DAN TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH A. PENGENDALIAN DAN EVALUASI TERHADAP KEBIJAKAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 5 Ayat (2) UU Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pengertian RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Undang-Undang

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD memuat visi, misi, dan program pembangunan dari Bupati

Lebih terperinci

Rumusan. Masalah. Target. Tujuan. eplanning. Sasaran DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Rumusan. Masalah. Target. Tujuan. eplanning. Sasaran DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Rumusan Target Masalah eplanning Indikator Isu Strategi Sasaran Tujuan DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI DASAR HUKUM UU 23/2014 Pasal 262: Rencana pembangunan Daerah dirumuskan secara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah senantiasa

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 1 TAHUN 2012 SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 1 TAHUN 2012 SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 1 TAHUN 2012 SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

TAHAPAN DAN TATACARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI

TAHAPAN DAN TATACARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 TAHAPAN DAN TATACARA

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1312, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Raperda tentang RPJP Daerah dan RPJM Daerah serta Perubahan RPJP

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), merupakan penjabaran dari Renstra Bappeda Kabupaten Bengkulu Utara 2011 2016 yang telah diselaraskan dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG -1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan nasional adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang

Lebih terperinci

R K P D TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

R K P D TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA KERJA PERANGKAT DAERAH BERDASARKAN RENCANA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 DASAR HUKUM EVALUASI HASIL RENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Proses tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.470, 2014 KEMENDAGRI. Rencana Kerja Pembangunan Daerah. 2015. Evaluasi. Pengendalian. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri TATA CARA EVALUASI DOKUMEN PERENCANAAN DAERAH RAPERDA TENTANG RPJPD, RPJMD DAN PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) SESUAI DENGAN PERMENDAGRI 86 TAHUN 2017 Direktorat Jenderal Bina Pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI Nomor : Tanggal : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, rencana pembangunan tahunan memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai penjabaran dari rencana pembangunan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) adalah merupakan dokumen resmi Perencanaan Pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahunan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci