Amilia Wulandhani dan M. Hafizurrachman S. Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Amilia Wulandhani dan M. Hafizurrachman S. Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat"

Transkripsi

1 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KASUS RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA PESERTA ASKES SOSIAL PT ASKES (PERSERO) CABANG METRO DI PUSKESMAS SUMBERSARI BANTUL KOTA METRO TAHUN 2012 Amilia Wulandhani dan M. Hafizurrachman S. Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Abstrak PT Askes (Persero) menggunakan sistem pelayanan berjenjang dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi pesertanya, namun fungsi puskesmas dan dokter keluarga sebagai PPK tingkat pertama yang mengendalikan biaya kesehatan dan utilisasi ke pelayanan spesialis belum berjalan dengan optimal. Hal ini terlihat dari tingginya rasio rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama di Kota Metro yang mencapai 26,16%, bahkan di Puskesmas Sumbersari Bantul mencapai 43,96%, jauh melebihi standar rasio rujukan 15% yang ditetapkan PT Askes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ketersediaan dokter, ketersediaan obatobatan, fasilitas kesehatan, pemahaman dokter sebagai gatekeeper, pemahaman dokter tentang kapitasi, dan diagnosis medis terhadap kasus rujukan peserta Askes Sosial di Puskesmas Sumbersari Bantul tahun Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Ketidaktersediaan obat-obat penyakit kronis serta kurangnya ketersediaan fasilitas kesehatan dan bahan habis pakai di puskesmas menyebabkan kasus rujukan tinggi. Selain itu, pemahaman dokter mengenai gatekeeper yang tidak diimbangi dengan ketegasan dan komitmen dokter untuk memberikan rujukan sesuai indikasi medis, kurangnya pemahaman dokter mengenai kapitasi, serta banyaknya pasien penyakit kronis di puskesmas juga menjadi penyebab kasus rujukan tinggi. Kata kunci: Kapitasi; kasus rujukan; puskesmas sebagai gatekeeper; rujukan dari PPK tingkat pertama Abstract PT Askes (Persero) uses a tiered service system in organizing health services for its participants, but the function of community health center and family physician as primary health care that controlling health care costs and utilization to specialist services not running optimally. The ratio of first outpatient referral in Kota Metro (26.16%) is high, even in Puskesmas Sumbersari Bantul reached 43.96%, far above the standard referral ratio (15%) set by PT Askes. This study aims to describe the physicians availability, drugs availability, health facilities, physician understanding as a gatekeeper, physician understanding of capitation, and medical diagnosis in referral case of Askes Sosial participants at Puskesmas Sumbersari Bantul in This study uses descriptive qualitative research design. Unavailability of chronic disease drugs and lack of availability of health facilities and consumables in community health center causing high referral case. In addition, physician understanding of gatekeeper that is not balanced with assertiveness and commitment of physicians to provide referral appropriate with medical indication, lack of physician understanding of capitation, and lot of chronic disease patients in the community health center also causing high referral cases.

2 Key words: Capitation; referral case; community health center as a gatekeeper; referral from primary health care Pendahuluan Dalam menyelenggarakan jaminan pelayanan kesehatan bagi pesertanya, PT Askes (Persero) menggunakan prinsip managed care, yaitu suatu pendekatan untuk mengendalikan biaya pelayanan kesehatan melalui berbagai upaya pengembangan sistem pelayanan dan pembiayaan yang efisien dan efektif untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal dan bermutu. 1 PT Askes (Persero) menerapkan sistem pelayanan kesehatan berjenjang, dimana puskesmas dan dokter keluarga sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat pertama memiliki peran sebagai gatekeeper. Peran gatekeeper adalah sebagai pengontrol tingkat utilisasi dari PPK tingkat pertama ke pelayanan spesialis, sekaligus sebagai penjaga utama dalam usaha pengendalian biaya pelayanan kesehatan. 2 Namun peran PPK tingkat pertama sebagai gatekeeper masih kurang efektif, terlihat dari rasio rujukan yang mencapai 18,15%, melebihi target PT Askes (Persero) yaitu 15%. 3 Rasio rujukan adalah jumlah pasien yang dirujuk ke PPK tingkat lanjutan per jumlah pasien yang berkunjung ke PPK tingkat pertama. Sistem rujukan sendiri adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah dari tingkat pelayanan kesehatan dasar ke tingkat pelayanan lanjutan atau sebaliknya. 4 Kurang efektifnya peran gatekeeper ini menyebabkan jumlah kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) tinggi dan dapat meningkatkan biaya kesehatan karena sistem pembayaran RJTL masih menggunakan fee for service. PT Askes (Persero) Cabang Metro merupakan salah satu kantor cabang PT Askes yang terletak di Kota Metro yang berada di wilayah kerja Divisi Regional III Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, dan Lampung. PT Askes (Persero) Cabang Metro membawahi 6 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Mesuji, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, dan Kota Metro. Apabila dilihat berdasarkan wilayah, Kota Metro memiliki rasio rujukan yang paling tinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya yaitu mencapai 26,16%. 5 Wilayah Kota Metro sendiri memiliki 11 puskesmas dan 3 dokter keluarga sebagai PPK tingkat pertama yang memberikan pelayanan promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) bagi peserta Askes. Adapun Puskesmas Sumbersari Bantul adalah

3 puskesmas dengan rasio rujukan tertingi, yaitu mencapai 43,96% sesuai dengan tabel berikut ini. 5 Tabel 1. Data Kunjungan dan Rujukan di Puskesmas Wilayah Kota Metro Januari hingga Agustus 2012 Puskesmas Jumlah Peserta Jumlah Kunjungan Jumlah Rujukan Rasio Rujukan Yosomulyo ,7 Banjarsari ,89 Iringmulyo ,64 Ganjar Agung ,49 Metro ,17 Mulyojati ,2 Karang Rejo ,35 Sumbersari Bantul ,96 Purwosari ,37 Yosodadi ,8 Tejo Agung ,14 Sumber: Laporan Kunjungan dan Rujukan PPK Tingkat I PT Askes (Persero) Januari hingga Agustus 2012 Tingginya rasio rujukan dari puskesmas ke PPK tingkat lanjut ini disebabkan oleh beberapa hal seperti keterbatasan tenaga dokter di puskesmas, keterbatasan obat-obatan penyakit kronis di puskesmas, keterbatasan fasilitas pelayanan kesehatan di puskesmas, kurangnya pemahaman dokter mengenai gatekeeper dan kapitasi, dan persepsi kebutuhan medis yang berbeda antara dokter dan pasien. Tingginya rasio rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dari puskesmas ke PPK tingkat lanjut tersebut dapat pula disebabkan oleh perilaku dokter yang merasa tidak mendapatkan insentif saat melayani peserta Askes sehingga kinerja dokter menjadi rendah. Rendahnya kinerja dokter tersebut tentu akan berdampak pula pada rendahnya kepuasan peserta Askes. Selain itu, rasio rujukan yang tinggi menyebabkan jumlah kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) juga menjadi tinggi yang berdampak pada semakin tingginya biaya pelayanan kesehatan yang harus dikeluarkan oleh PT Askes (Persero). Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

4 mempengaruhi kasus rujukan RJTP peserta Askes Sosial PT Askes (Persero) Cabang Metro di Puskesmas Sumbersari Bantul Kota Metro, Lampung. Tinjauan Teoritis Managed care adalah suatu sistem pelayanan kesehatan yang mengintegrasikan pembiayaaan dan penyelenggaraan jasa pelayanan kesehatan yang layak bagi peserta program melalui satu cara atau lebih berikut: Kesepakatan dengan pemberi pelayanan kesehatan tertentu untuk melaksanakan jasa pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi peserta program. Adanya kredensialing atau seleksi pemberi pelayanan kesehatan yang dikontrak. Adanya program formal untuk perbaikan kualitas dan kajian utilisasi. Adanya penekanan pada usaha promotif dan preventif pada peserta agar tetap sehat sehingga penggunaan jasa pelayanan kesehatan bisa berkurang. Adanya insentif bagi peserta dalam rangka memanfaatkan pemberi pelayanan kesehatan dan prosedur yang berkaitan dengan rencana. 2 Adapun pola hubungan tripartite antara peserta, asuradur, dan PPK dalam managed care dapat digambarkan sebagai berikut. PESERTA Premi ASURADUR Pelayanan Biaya pelayanan PPK Kontrak Gambar 2.3 Pola Hubungan Tripartite dalam Managed Care Salah satu ciri khas MCO (Managed Care Organization) adalah mekanisme penggantian biaya pelayanan kesehatan kepada PPK dengan prospective payment system (sistem pembayaran praupaya). Adapun prospective payment system adalah suatu sistem pembayaran kepada pemberi pelayanan kesehatan, baik rumah sakit maupun dokter, dalam jumlah yang ditetapkan sebelum suatu pelayanan medis dilaksanakan, tanpa memperhatikan tindakan medis atau lamanya perawatan di rumah sakit. 6 Mekanisme pembayaran yang digunakan PT Askes (Persero) kepada PPK tingkat pertama adalah sistem pembayaran kapitasi. Sistem

5 kapitasi adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan penyelenggara kepada sarana pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga untuk setiap peserta yang dipertanggungkan, sistem kapitasi ini berkaitan erat dengan konsep wilayah. 7 PCP (Primary Care Provider) atau PPK tingkat pertama merupakan kunci utama dan mendasar bagi pengendalian biaya dan pemanfaatan pelayanan pada MCO. 2 Hal ini dikarenakan MCO menerapkan sistem berjenjang dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pesertanya, yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan dasar terlebih dahulu baru apabila kondisi peserta tidak bisa ditangani oleh PCP, peserta dapat dirujuk ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis dan fasilitas lebih lengkap. PCP berfungsi sebagai gatekeeper MCO yaitu sebagai lini terdepan MCO dalam melakukan pengendalian biaya dan pelayanan kesehatan karena PCP yang pertama kali berurusan dengan peserta dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar dan memberikan rujukan kepada peserta untuk mendapatkan pelayanan kesehatan spesialis. 2 PT Askes (Persero) juga menerapkan sistem pelayanan kesehatan yang berjenjang sesuai kebutuhan medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan menerapkan sistem rujukan antar pelayanan kesehatan. Yang dimaksud dengan sistem rujukan, seperti yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 32 tahun 1972, ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu, atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya. 7 Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 8 Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Puskesmas memiliki fungsi sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, dan sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. 9 Puskesmas memiliki asas dalam menyelenggarakan setiap upaya kesehatan, yaitu asas pertanggungjawaban wilayah, asas pemberdayaan masyarakat, asas keterpaduan, dan asas rujukan. 8

6 Andersen (1974) menggambarkan model sistem kesehatan (health system model) yang berupa model kepercayaan kesehatan. Di dalam model Andersen ini terdapat tiga kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yaitu karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, dan karakteristik kebutuhan. a. Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics), terdiri dari: 1) ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur; 2) struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras, dan sebagainya; 3) manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. b. Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristics) yaitu sumber daya yang dimiliki konsumen untuk membayar. c. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics), dibagi menjadi dua kategori, dirasa atau perceived (subject assessment) dan evaluated (clinical diagnosis). 10 Martinelly juga melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingginya rujukan pasien Askes oleh dokter puskesmas di Kota Padang ke RSUP Dr. M. Djamil. Dalam tesisnya tersebut, faktor-faktor yang berhubungan dengan tingginya rujukan pasien Askes adalah sebagai berikut: a. Faktor dari sisi dokter puskesmas sebagai petugas kesehatan perujuk, yaitu lama bertugas di puskesmas, keberadaan di puskesmas, pengetahuan sebagai PPK Askes, pengetahuan tentang prosedur rujukan, dan tanggung jawab sebagai dokter yang melayani pasien. b. Faktor dari sisi fasilitas kesehatan dan sarana penunjang, yaitu kecukupan obat-obatan, lama pemakaian obat untuk pasien, pengembalian pasien oleh rumah sakit, feedback laporan dari PT Askes, laboratorium klinik puskesmas, serta transportasi umum dan jarak tempuh ke rumah sakit. 11 Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnain, Mukti, dan Hendrartini mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rujukan rawat jalan tingkat pertama peserta wajib PT Askes di Kabupaten Banyumas adalah: a. Persepsi kebutuhan medis b. Pemahaman kapitasi c. Persepsi risiko keuangan d. Jarak dari puskesmas ke tempat rujukan terdekat. 12 Metode Penelitian

7 Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi, serta menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui telaah dokumen. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sumbersari Bantul yang memiliki rasio rujukan RJTP di atas standar 15% dan paling tinggi di wilayah PT Askes (Persero) Cabang Metro pada bulan Desember Pemilihan informan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian kualitatif yaitu prisnsip kesesuaian (appropriatness) dan kecukupan (adequacy). Prinsip kesesuaian dimana informan dipilih berdasarkan pengetahuan dan kesesuaian dengan topik penelitian. Sementara prinsip kecukupan dimana informan dipilih berdasarkan kemampuan memberikan informasi yang cukup mengenai topik penelitian. Oleh sebab itu, informan dalam penelitian ini adalah kepala puskesmas dan seluruh dokter umum dan dokter gigi yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan dan berwenang memberikan rujukan bagi peserta Askes Sosial di Puskesmas Sumbersari Bantul, sejumlah 5 orang informan. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara mendalam, pedoman observasi, dan pedoman telaah dokumen. Pedoman wawancara mendalam terdiri dari daftar pertanyaan mengenai pelaksanaan rujukan yang dilihat dari variabel-variabel yang berperan. Pedoman observasi digunakan sebagai panduan dalam mengobservasi fasilitas alat kesehatan. Sementara pedoman telaah dokumen digunakan sebagai panduan dalam menganalisis pelaksanaan rujukan di puskesmas yang dapat berupa SOP dan dokumen-dokumen lain. Pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan alat perekam suara serta alat tulis kantor agar data dan informasi yang diperoleh tercatat dengan jelas, lengkap, dan akurat. Uji validitas dilakukan untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. 13 Teknik triangulasi yang digunakan antara lain triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi data. Pengolahan data primer dari hasil wawancara dilakukan dengan menggunakan analisis isi (content analysis). Analisis isi adalah menganalisis setiap teks atau isi yang didapat dari semua sumber berdasarkan topik masalah yang menjadi penelitian. 14 Hasil wawancara mendalam dikelompokkan, kemudian dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan hasil wawancara mendalam dengan teori yang ada.

8 Hasil Penelitian dan Pembahasan Ketersediaan dokter Ketersediaan dokter di puskesmas dinilai berdasarkan ada tidaknya dokter yang bertugas memeriksa dan mendiagnosis penyakit yang diderita pasien selama jam kerja puskesmas. Puskesmas Sumbersari Bantul memiliki 3 dokter umum dan 1 dokter gigi untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya. Dengan jumlah dokter yang ada, Puskesmas Sumbersari Bantul melakukan penjadwalan tugas diantara para dokter untuk menjamin ketersediaan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien setiap harinya. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 15 Di Puskesmas Sumbersari Bantul, ketika tidak ada dokter yang bertugas, dokter dapat memberikan wewenangnya kepada perawat untuk memeriksa pasien dan merujuk pasien dengan menandatangani surat pelimpahan tugas untuk diberikan kepada perawat tertentu. Hal tersebut ternyata bertentangan dengan pasal 4 ayat 4 Permenkes RI No. 001 Tahun 2012, yang menyebutkan bahwa bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama. 15 Ketersediaan obat-obatan Puskesmas Sumbersari Bantul mengajukan perencanaan kebutuhan obat berdasarkan jumlah kunjungan pasien tahun lalu dan jenis penyakitnya ke Dinas Kesehatan Kota Metro setiap tahun. Pengadaan obat di puskesmas termasuk ke dalam dana anggaran pembangunan yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan ke Pemerintah Kabupaten/Kota. Sumber pembiayaan puskesmas yang berasal dari pemerintah terutama adalah pemerintah kabupaten/kota. 8 Namun, ketersediaan obat di puskesmas masih belum mencukupi kebutuhan dan masih terdapat beberapa obat esensial yang perlu disediakan di puskesmas seperti obat-obatan untuk penyakit hipertensi, jantung, diabetes melitus, dan obat kumur. Dinas Kesehatan seharusnya menyediakan obat-obat esensial tersebut karena ketersediaan dan pemerataan obat esensial dan perbekalan kesehatan secara nasional dijamin oleh pemerintah. 16 Ketidaktersediaan obat-obat esensial tersebut pun menjadi salah satu alasan dokter untuk merujuk pasien ke rumah sakit sehingga mengakibatkan tingginya kasus rujukan RJTP. Fasilitas pelayanan kesehatan

9 Fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki Puskesmas Sumbersari Bantul sudah cukup memadai untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Namun, masih terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan Puskesmas Sumbersari Bantul seperti alat untuk pemeriksaan darah lengkap, terdapat alat kesehatan yang rusak dan belum diperbaiki, serta kurangnya ketersediaan bahan habis pakai seperti mata bor dan bahan tambal gigi. Berdasarkan pasal 34 ayat 3 UUD 1945, negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Dalam hal ini, Dinas Kesehatan Kota Metro berkewajiban untuk menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai di puskesmas untuk dapat menunjang diagnosis dokter dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien. Sebaiknya fasilitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan tersebut dapat disediakan di puskesmas sehingga dokter di Puskesmas Sumbersari Bantul dapat memberikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pasien tanpa harus merujuk pasien ke rumah sakit. Pemahaman sebagai gatekeeper PT Askes (Persero) menerapkan sistem managed care dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi pesertanya dimana puskesmas dan dokter keluarga berperan sebagai gatekeeper. Beberapa dokter di Puskesmas Sumbersari Bantul sudah mengetahui pengertian gatekeeper namun masih belum memahami dan menjalankan perannya sebagai gatekeeper. Gatekeeper sangat menentukan pengendalian biaya dan utilisasi pelayanan kesehatan dalam managed care. 2 Apabila gatekeeper tidak berperan dengan baik maka yang terjadi adalah kasus rujukan yang tinggi yang dapat mengakibatkan biaya pelayanan kesehatan menjadi tidak terkendali. Oleh sebab itu, dokter di puskesmas seharusnya memiliki pemahaman yang baik akan perannya sebagai gatekeeper serta komitmen untuk menjalankan perannya tersebut agar pelayanan kesehatan maupun rujukan yang diberikan kepada pasien efektif dan efisien dari sisi biaya. Perujuk sebelum melakukan rujukan harus melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan. 15 Hal tersebut menunjukkan bahwa rujukan dapat diberikan oleh dokter puskesmas atas indikasi medis pasien dan memang pasien membutuhkan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan. Kasus-kasus yang memerlukan rujukan menurut dokter di Puskesmas Sumbersari Bantul adalah kasus yang membutuhkan obat, pemeriksaan dan pelayanan spesialis yang tidak tersedia di puskesmas, serta kasus yang

10 berada di luar kompetensi dokter di puskesmas. Namun ternyata alasan dokter puskesmas dalam merujuk pasien tidak hanya berdasarkan indikasi medis tersebut tetapi juga karena permintaan pasien. Anggapan pasien mengenai obat yang lebih baik dari rumah sakit dan keinginan untuk diobati langsung oleh dokter spesialis menyebabkan kasus rujukan RJTP menjadi tinggi. Dalam hal ini, ketegasan dokter puskesmas dalam mengambil keputusan merujuk atau tidak menjadi sangat penting. Apakah dokter puskesmas akan tetap menjalankan prosedur pemberian rujukan sesuai dengan ketentuan, atau merujuk hanya berdasarkan permintaan pasien tanpa indikasi medis. Namun, dokter di Puskesmas Sumbersari Bantul masih kurang tegas dalam menangani pasien yang memaksa meminta rujukan. Dokter memang berusaha memberikan penjelasan untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya masih bisa ditangani di puskesmas, namun pada akhirnya mereka menuruti permintaan pasien dan merujuk pasien ke rumah sakit. Apabila dokter mampu bertindak tegas dengan tidak memberikan rujukan atau minimal menulis keterangan APS (Atas Permintaan Sendiri) pada surat rujukan, tentunya tingginya kasus rujukan RJTP dapat ditekan. Ketidaktegasan ini menunjukkan bahwa pemahaman dokter puskesmas akan perannya sebagai gatekeeper dan komitmen untuk menjalankan perannya tersebut masih kurang sehingga mereka hanya merujuk pasien tanpa memikirkan dampak rasio rujukan RJTP yang tinggi bagi biaya pelayanan kesehatan. Pemahaman mengenai kapitasi Sebagian besar dokter di Puskesmas Sumbersari Bantul sudah mengetahui pengertian sistem pembayaran kapitasi. Namun, mereka tidak terlalu memahami berapa besaran jumlah kapitasi yang diterima dan jumlah peserta Askes yang terdaftar di puskesmas mereka. PT Askes (Persero) menetapkan besaran kapitasi bagi pelayanan dasar di puskesmas per orang per bulan (per member per month atau PMPM) sebesar Rp2.000,00. Adapun jumlah peserta Askes yang terdaftar di Puskesmas Sumbersari Bantul sampai dengan bulan Agustus 2012 adalah jiwa. 5 PT Askes (Persero) membayarkan kapitasi sebesar Rp2.000,00 dikalikan jumlah peserta Askes yang terdaftar di puskesmas kepada Puskesmas Sumbersari Bantul setiap bulannya. Dengan sistem pembayaran kapitasi, PT Askes (Persero) membagi risiko finansialnya dengan PPK. Apabila PPK dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik dan menurunkan angka kunjungan maka PPK memperoleh insentif dari pembayaran kapitasi yang dihitung berdasarkan jumlah peserta terdaftar. Namun sebaliknya jika PPK tidak mampu

11 memberikan pelayanan kesehatan dengan baik sehingga angka kunjungan tinggi, PPK akan rugi. Oleh sebab itu, sebaiknya puskesmas memiliki perencanaan dalam pengelolaan dana kapitasi agar kapitasi yang diterima dapat menjadi insentif bagi pemberi jasa pelayanan kesehatan di puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap para informan, pemahaman dokter puskesmas terhadap kapitasi masih perlu ditingkatkan karena peningkatan pemahaman kapitasi dokter puskesmas dapat menurunkan rasio rujukan. 12 Pemahaman kapitasi sangat penting bagi dokter puskesmas agar dapat mengendalikan pelayanan kesehatan peserta Askes. Dokter puskesmas juga harus mengetahui berapa peserta Askes yang terdaftar di puskesmasnya. Hal ini penting karena merupakan langkah awal dari rencana program pelayanan kesehatan yang akan diberikan seperti perencanaan kebutuhan obat, alat kesehatan, serta perhitungan jasa pelayanan yang akan dibayarkan oleh PT Askes (Persero). Diagnosis medis Diagnosis medis merupakan karakteristik kebutuhan yang dievaluasi berdasarkan persepsi tenaga kesehatan yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. 10 Diagnosis penyakit yang sering dirujuk oleh dokter puskesmas adalah penyakit-penyakit kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung. Apabila dokter puskesmas tidak mampu menegakkan diagnosis pasien dikarenakan keterbatasan fasilitas penunjang diagnosis, atau tidak mampu menangani pasien dengan diagnosis penyakit tertentu, maka dokter puskesmas harus merujuk ke PPK tingkat lanjutan. Hal itu sesuai dengan ketentuan bahwa setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk pasien bila keadaan penyakit atau permasalahan kesehatan memerlukannya. 15 Salah satu solusi yang dilakukan PT Askes (Persero) untuk mengendalikan tingginya biaya pelayanan kesehatan adalah dengan menerapkan Program Pelayanan Rujuk Balik (PRB) terutama bagi pasien-pasien penderita penyakit kronis. Namun program PRB belum berjalan secara optimal di Puskesmas Sumbersari Bantul. Program Pelayanan Rujuk Balik (PRB) adalah pelayanan bagi penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih membutuhkan pengobatan maupun asuhan keperawatan dalam jangka panjang yang dilaksanakan di fasilitas pelayanan dasar (puskesmas/dokter keluarga) atas rekomendasi/rujukan dari dokter spesialis/subspesialis yang merawat. 17 Untuk saat ini, program PRB ini ditujukan bagi pasien dengan penyakit diabetes melitus, hipertensi, asthma bronchiale, dan tuberkulosis paru. Adapun pasien yang dirujuk balik ke Puskesmas Sumbersari Bantul barulah pasien dengan diagnosis penyakit tuberkulosis paru. Padahal,

12 pasien yang sering mendapat rujukan dari dokter puskesmas adalah pasien dengan diagnosis diabetes melitus dan hipertensi. Apabila pasien dengan diagnosis tersebut dapat masuk ke dalam program PRB dan dirujuk balik ke Puskesmas Sumbersari Bantul maka kasus rujukan dapat ditekan. Kesimpulan 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kasus rujukan di Puskesmas Sumbersari Bantul adalah ketersediaan obat, fasilitas pelayanan kesehatan, pemahaman dokter sebagai gatekeeper, pemahaman dokter tentang kapitasi, dan diagnosis medis pasien peserta Askes Sosial. 2. Puskesmas Sumbersari Bantul selalu mengupayakan tersedianya dokter di Balai Pengobatan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien rawat jalan peserta Askes Sosial dengan penjadwalan tugas perhari di antara para dokter. 3. Ketersediaan obat di Puskesmas Sumbersari Bantul masih belum mencukupi kebutuhan pasien peserta Askes Sosial. Masih terdapat obat-obat yang seharusnya tersedia di puskesmas seperti obat-obat penyakit jantung, hipertensi, Diabetes Mellitus, dan obat kumur. Ketidaktersediaan obat tersebut menjadi salah satu alasan dokter puskesmas merujuk pasien ke rumah sakit dan meningkatkan kasus rujukan RJTP di Puskesmas Sumbersari Bantul. 4. Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Sumbersari Bantul sudah cukup memadai untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi peserta Askes Sosial. Namun masih terdapat fasilitas kesehatan yang perlu disediakan seperti alat pemeriksaan darah lengkap untuk laboratorium puskesmas. Terdapat pula alat kesehatan yang perlu diperbaiki dan ditambah persediaannya seperti mata bor yang sering tumpul dan bahan tambal gigi yang jarang tersedia. Dengan tersedianya fasilitas kesehatan tersebut maka dapat menurunkan kasus rujukan RJTP yang disebabkan pemeriksaan darah lengkap dan penambalan gigi berlubang. 5. Sebagian besar dokter di Puskesmas Sumbersari Bantul sudah memahami perannya sebagai gatekeeper serta keharusan merujuk pasien ke rumah sakit sesuai prosedur dan indikasi medis. Namun terkadang dokter belum mampu bersikap tegas terhadap desakan pasien yang meminta dirujuk ke rumah sakit meskipun kasusnya masih bisa ditangani dokter puskesmas. Kurangnya ketegasan dan komitmen dokter untuk memberikan rujukan sesuai prosedur tersebut meningkatkan kasus rujukan RJTP.

13 6. Pemahaman dokter di Puskesmas Sumbersari Bantul tentang definisi kapitasi cukup baik, namun belum sepenuhnya memahami manfaat dan tujuan sistem pembayaran kapitasi. Kurangnya pemahaman terhadap kapitasi tersebut membuat dokter merasa kurang dihargai dan berdampak pada pemberian pelayanan kesehatan yang tidak maksimal dan kecenderungan merujuk pasien. 7. Diagnosis penyakit yang sering dirujuk oleh dokter puskesmas adalah diabetes melitus, hipertensi, jantung, dan stroke. Banyaknya pasien dengan diagnosis penyakit-penyakit tersebut mengakibatkan tingginya kasus rujukan. 8. Program Pelayanan Rujuk Balik (PRB) belum terlaksana secara optimal di Puskesmas Sumbersari Bantul. Apabila pasien dengan penyakit diabetes melitus dan hipertensi dirujuk balik di Puskesmas Sumbersari Bantul maka kasus rujukan dapat berkurang. Saran 1. PT Askes (Persero) dapat memberikan bantuan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan Puskesmas Sumbersari Bantul seperti alat pemeriksaan darah lengkap untuk laboratorium puskesmas. Hal ini dapat menurunkan kasus rujukan yang disebabkan oleh keterbatasan fasilitas kesehatan tersebut. 2. PT Askes (Persero) dapat berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Metro dan puskesmas untuk menambah ketersediaan obat-obat penyakit kronis seperti obat penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, dan obat kumur, serta bahan habis pakai seperti bahan tambal dan mata bor untuk pelayanan gigi di puskesmas. Hal ini dilakukan untuk menurunkan kasus rujukan akibat ketidaktersediaan obat dan bahan habis pakai tersebut. 3. PT Askes (Persero) dapat menekankan pentingnya peran puskesmas sebagai gatekeeper dan menyampaikan pemahaman tentang manfaat dan tujuan sistem pembayaran kapitasi di setiap forum kemitraan dengan puskesmas dan dokter keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dokter pelayanan primer sehingga mereka mampu menjalankan fungsinya sebagai pengendali biaya dan utilisasi pelayanan kesehatan. 4. PT Askes (Persero) menerapkan sistem reward and punishment bagi puskesmas dan dokter keluarga yang memiliki rasio rujukan di atas dan di bawah standar 15%. Reward and punishment tersebut dapat berupa penambahan atau pengurangan insentif bagi puskesmas dan dokter keluarga. Penambahan insentif bagi puskesmas dan dokter keluarga yang memiliki rasio rujukan paling rendah dapat diberikan jika jumlah kunjungan RJTL di

14 rumah sakit turun sehingga puskesmas dan dokter keluarga memiliki motivasi untuk menekan kasus rujukan. 5. PT Askes (Persero) berkoordinasi dengan dokter spesialis/subspesialis rumah sakit untuk dapat mengoptimalkan program Pelayanan Rujuk Balik (PRB) dengan merujuk balik pasien penyakit diabetes melitus dan hipertensi. Hal ini dapat menekan kasus rujukan dikarenakan dokter di Puskesmas Sumbersari Bantul banyak merujuk pasien dengan diagnosis penyakit tersebut. 6. Kepada dokter di Puskesmas Sumbersari Bantul harus meningkatkan komitmen untuk merujuk pasien sesuai prosedur serta mampu bersikap tegas dalam menghadapi desakan pasien yang ingin dirujuk ke rumah sakit padahal kasusnya masih bisa ditangani di puskesmas. Komitmen dan ketegasan tersebut dapat ditunjukkan dengan menolak memberikan rujukan atau memberikan keterangan APS (Atas Permintaan Sendiri) pada kasus-kasus rujukan yang bukan berdasarkan indikasi medis. Kepustakaan 1. Sulastomo. (2007). Manajemen Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2. Saefuddin, Fedyanti dan Ilyas, Yaslis. (2008). Managed Care: Bagian A Mengintegrasikan Penyelenggaraan dan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan. Jakarta: PAMJAKI (Perhimpunan Ahli Manajemen Jaminan dan Asuransi Kesehatan Indonesia). 3. PT Askes (Persero). (2012). Laporan Tahunan PT Askes (Persero) diakses pada 10 Juli Notoatmodjo, Soekidjo. (2011). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. (ed. rev.) Jakarta: Rineka Cipta. 5. PT Askes (Persero). (2012). Laporan Kunjungan dan Rujukan PPK Tingkat I Januari hingga Agustus Metro: PT Askes (Persero). 6. Sulastomo. (1997). Asuransi Kesehatan dan Managed Care. Jakarta: PT Askes (Persero). 7. Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Admnistrasi Kesehatan. (ed. ke-3). Jakarta: Binarupa Aksara. 8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI. 9. Muninjaya, A.A. Gde. (2004). Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

15 10. Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. (ed. rev.). Jakarta: Rineka Cipta. 11. Martinelly. (2001). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingginya Rujukan Pasien Askes oleh Dokter Puskesmas di Kota Padang ke RSUP Dr. M. Djamil. Tesis. Depok: Program Pasca Sarjana Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 12. Zulkarnain, Mukti, Ali Ghufron, dan Hendrartini, Julita. (2003). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Wajib PT Askes di Kabupaten Banyumas. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 6 (02), Meloeng, Lexi J. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 14. Mayring, Phillip. (2000). Qualitative Content Analysis. Forum Qualitative Sozialforschung. diakses pada 8 Desember Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. Jakarta: Kemenkes RI. 16. Adisasmito, Wiku. (2007). Sistem Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 17. PT Askes (Persero). (2012). Surat Edaran Direksi PT Askes (Persero) Nomor 24 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Rujuk Balik. Jakarta: PT Askes (Persero).

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pelayanan kesehatan tidak lagi berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Sistem Rujukan. Pelayanan Kesehatan. Perorangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 001 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM RUJUK BALIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM RUJUK BALIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM RUJUK BALIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG Dianita Pertiwi, Putri Asmita Wigati, Eka Yunila Fatmasari Peminatan Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, pada pasal 25 Ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia,

Lebih terperinci

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

VI. PENUTUP A. Kesimpulan VI. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Secara umum peran Dokter Puskesmas sebagai gatekeeper belum berjalan optimal karena berbagai kendala, yaitu : a. Aspek Input :

Lebih terperinci

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero) DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero) AGENDA KESIAPAN SEBAGAI BPJS TANTANGAN 2 2 PERJALANAN PANJANG ASKES Menkes 1966-1978 Prof Dr GA Siwabessy Cita-cita: Asuransi kesehatan bagi rakyat semesta BPDPK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, pada pasal 25 Ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun berupaya untuk memberikan kemudahan kepada setiap warganya tanpa terkecuali untuk akses ke pelayanan kesehatan dengan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa didunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah dimulai sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. program Jamsostek disamping program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan

BAB 1 PENDAHULUAN. program Jamsostek disamping program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) merupakan salah satu program Jamsostek disamping program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RJTP PESERTA ASKES SOSIAL PT ASKES (PERSERO) KANTOR CABANG SUKABUMI DI PUSKESMAS NANGGELENG DAN GEDONG PANJANG TAHUN 2012

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RJTP PESERTA ASKES SOSIAL PT ASKES (PERSERO) KANTOR CABANG SUKABUMI DI PUSKESMAS NANGGELENG DAN GEDONG PANJANG TAHUN 2012 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RJTP PESERTA ASKES SOSIAL PT ASKES (PERSERO) KANTOR CABANG SUKABUMI DI PUSKESMAS NANGGELENG DAN GEDONG PANJANG TAHUN 2012 SKRIPSI IMA NUR KESUMAWATI 1006820120

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBEBASAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BAGI PENDUDUK KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal kronis, penurunan kognitif

Lebih terperinci

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN panduan praktis Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN 07 02 panduan praktis Program Rujuk Balik Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit 2.1.1. Pengertian Rumah Sakit Menurut Permenkes Republik Indonesia No.56 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi hipertensi dan mencegah komplikasinya di masyarakat (Rahajeng & Tuminah, 2009).

hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi hipertensi dan mencegah komplikasinya di masyarakat (Rahajeng & Tuminah, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi masih menjadi salah satu penyakit dengan prevalensi yang tinggi dan masih menjadi masalah serius di dunia terkait dengan efek jangka panjang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke,

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada peserta BPJS Kesehatan dan mempermudah akses pelayanan kesehatan kepada peserta penderita penyakit kronis, maka BPJS Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Sejarah Puskesmas Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World Health Organizatiaon (WHO) pada tahun 2014 merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredensialing dan Rekredensialing Ada beberapa definisi mengenai kredensialing dan rekredensialing yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Payne (1999) mendefinisikan kredensialing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kesehatan masyarakat yang semakin baik harus didukung dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) a. Pengertian JKN Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia merupakan pengembangan dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Lebih terperinci

: RJTP Referral, BPJS Kesehatan, Puskesmas

: RJTP Referral, BPJS Kesehatan, Puskesmas ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA PADA PESERTA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN (Studi Kasus di Puskesmas Neglasari Kota Tangerang) Mutia Rizqa Firdiah, Ayun Sriatmi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE

Lebih terperinci

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, BUPATI SAMBAS PERATURAN BUPATI SAMBAS NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PEMBIAYAAN DAN PENGGUNAAN DANA ASKES SOSIAL BAGI PELAYANAN KESEHATAN PESERTA PT. ASKES (PERSERO) DAN ANGGOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miskin (JPKMM) atau lebih dikenal dengan program Askeskin ( ) yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Miskin (JPKMM) atau lebih dikenal dengan program Askeskin ( ) yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Kesehatan sejak tahun 2005 telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, dimulai dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan Rujuk Balik adalah Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita di Fasilitas Kesehatan (Faskes) atas rekomendasi/rujukan dari dokter spesialis/sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembiayaan kesehatan, pada akhir akhir ini banyak dikeluhkan masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin meningkatnya biaya pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Kata manfaat diartikan sebagai guna; faedah; untung, sedangkan pemanfaatan adalah proses; cara; perbuatan memanfaatkan. Dan pelayanan adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN TABANAN TAHUN 2015

GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN TABANAN TAHUN 2015 UNIVERSITAS UDAYANA HALAMAN JUDUL GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN TABANAN TAHUN 2015 SANG AYU MADE MELAWATI NIM. 1120025057 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prinsip dasar pembangunan kesehatan di Indonesia dirumuskan berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam Undang-Undang No. 36 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan usia. dikelompokkan seperti pada Gambar 3 :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan usia. dikelompokkan seperti pada Gambar 3 : 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Karakteristik responden berdasarkan usia Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dikelompokkan seperti pada Gambar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. medical service yang berbentuk pelayanan individu, atau untuk saat ini dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. medical service yang berbentuk pelayanan individu, atau untuk saat ini dikenal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan dokter dalam sistem pelayanan kesehatan adalah salah satu jenis medical service yang berbentuk pelayanan individu, atau untuk saat ini dikenal sebagai

Lebih terperinci

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan jaminan kesehatan semesta (Universal Health Coverage), Indonesia melalui penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah menyepakati strategi-strategi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang semakin modern dalam berbagai aspek kehidupan termasuk aspek kesehatan lambat laun seiring dengan perkembangan zaman menuntut masyarakat juga untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Karateristik Responden a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin Gambaran karateristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat baik masyarakat umum maupun peserta asuransi kesehatan misalnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 22

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 22 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 22 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 029 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 416/MENKES/PER/II/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi jaminan kesehatan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi jaminan kesehatan nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi jaminan kesehatan nasional Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 71 Tahun 2013 jaminan kesehatan

Lebih terperinci

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA Sumber: http://bpjs-kesehatan.go.id/ A. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG NORMA PENETAPAN BESARAN KAPITASI DAN PEMBAYARAN KAPITASI BERBASIS PEMENUHAN KOMITMEN PELAYANAN PADA FASILITAS KESEHATAN

Lebih terperinci

SISTEM RUJUKAN BERJENJANG, Program Rujuk Balik & PROLANIS

SISTEM RUJUKAN BERJENJANG, Program Rujuk Balik & PROLANIS SISTEM RUJUKAN BERJENJANG, Program Rujuk Balik & PROLANIS DALAM ACARA SOSIALISASI PERTEMUAN CONTACT PERSON INSTANSI VERTIKAL 2 JULI 2013 1 1 Temp. 18 0 C 23 0 C Ketinggian 800 2000 DPL 2 GAMBARAN UMUM

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI KULON PROGO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN.

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN. WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional secara utuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional secara utuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional secara utuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PESERTA JKN DARI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT I DI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PESERTA JKN DARI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT I DI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PESERTA JKN DARI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT I DI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO Grace Boyangan*, Marjes N. Tumurang*, Jean H. Raule* *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

Gate Keeper Concept Faskes BPJS Kesehatan

Gate Keeper Concept Faskes BPJS Kesehatan panduan praktis Gate Keeper Concept Faskes BPJS Kesehatan 15 02 panduan praktis Gate Keeper Concept Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2.1.1. Definisi Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010-2014 mencantumkan empat sasaran pembangunan kesehatan, yaitu: 1) Menurunnya disparitas status kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki risiko jatuh sakit dan membutuhkan biaya cukup besar ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan penyakit yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1400, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Jaminan Kesehatan Nasional. Pelayanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) merupakan isu penting yang telah ditetapkan WHO (World Health Organization) bagi negara maju dan negara berkembang sehingga penting

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Oleh. Dr.Lili Irawati,M.Biomed

Oleh. Dr.Lili Irawati,M.Biomed Oleh Dr.Lili Irawati,M.Biomed Dalam manajemen klinik untuk tempat praktek dokter ada komponen yg perlu diketahui yaitu 1. Manajemen bisnis dan marketing (Business management and marketing) 2. Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23/1992 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi dan Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Nasional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013

Lebih terperinci

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.185, 2014 KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia mengalami transisi epidemiologi, dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular

Lebih terperinci

Konsep JPKM dan Penyelenggaraannya. dr. Sunarto, M.Kes

Konsep JPKM dan Penyelenggaraannya. dr. Sunarto, M.Kes Konsep JPKM dan Penyelenggaraannya dr. Sunarto, M.Kes Latar Belakang Menurut UUD 1945 pasal 28 ayat 1 bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi dan

Lebih terperinci

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP Halaman : 1 UPTD Puskesmas KOTA SURABAYA 1. Pengertian Pelayanan program rujuk balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2004, Indonesia telah mempunyai Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 (UU SJSN). Jaminan Kesehatan Nasional

Lebih terperinci

7. Peraturan Pemerintah...

7. Peraturan Pemerintah... 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI 0 PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG TARIF DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS BAGI PESERTA PT ASKES (PERSERO) DAN KELUARGANYA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah berkewajiban melindungi seluruh masyarakat Indonesia dengan segenap kemampuannya, terutama melindungi hak hidup masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskular (CVD), salah satu nya penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia (WHO, 2012;

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang

Lebih terperinci